Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 009 - Alicizaeion Beginning
Prolog 1: ( Bulan Ke-7 Kalender Dunia Manusia Tahun 372)
Bagian 1
Mengambil kapak.
Mengayun ke atas.
Menebas ke bawah.
Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran kita teralihkan bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam kembali pada kedua tangan kita tanpa henti. Mengambil nafas, Waktu, kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras.
Sementara dia dapat memahami teori tersebut dengan baik, melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh pengguna kapak pendahulunya, kakek Garitta yang selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah lelah setelah mengayunkan kapak berat tersebut, tapi setelah lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak dapat mengangkat kedua tangannya lagi.
"Empat puluh....tiga! Empat puluh....empat!"
Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara mengayun kapak itu ke kulit kayu dari pohon besar, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya kabur, tangannya menjadi licin, dan akurasinya menjadi lebih berkurang. Yang sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia memegang kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya.
"Empat puluh....sembilan! Li...ma...puluh!"
Ayunan terakhirnya sangatlah berbeda dari ayunan sebelumnya, itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di pohon itu dan membuat bunyi yang memekakkan telinga. Disebabkan oleh reaksi yang seolah-olah membuat percikan api mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan itu, lalu mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal.
Sementara dia mengulangi nafas beratnya, dia mendengar suara bercampur dengan tertawa dari sebelah kanannya.
"Suara yang bagus keluar tiga kali dari lima puluh ayunan. Jadi totalnya adalah, erm..empat puluh satu, huh. Kelihatannya kau yang harus mentraktir Air Siral, Eugeo."
Pemiliki dari suara, yang sedang berbaring sedikit jauh darinya, adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak menjawab dengan segera, tapi meraba kantung air didekatnya lalu mengambilnya. Dia dengan cepat meminum air yang benar-benar menjadi hangat. Setelah dia mulai tenang, dia menutupnya dengan tutup keras, lalu mengatakan.
"Hmm, kau baru bisa empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Sekarang, ini adalah giliranmu..., Kirito."
"Ya, ya."
Kirito adalah teman kecil Eugeo dan salah satu sahabat terbaiknya, juga partnernya dalam «Sacred Task» menyedihkan ini. Kirito menyeka keringat di rambut hitamnya, merentangkan kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak segera mengambil kapak itu, Kirito meletakkan tangannya di pinggang sementara dia menengok ke atas. Tertarik dengan yang dilakukannya, Eugeo juga melihat ke atas menuju langit.
Langit di puncak musim panas di bulan ke-7 benar-benar sangat biru, dan yang berada di tengah adalah Dewi Matahari Solus, yang memancarkan cahayanya yang menyilaukan dari langit. Tetapi, cahaya itu terhalang oleh batang pohon besar yang menjulur ke segala arah, membuat sebagian besar cahaya tadi tidak sampai ke tempat dimana Eugeo dan Kirito berada.
Di waktu yang sama tak terhitung dedaunan dari pohon besar ini menyerap sebagian besar berkah cahaya matahari yang Dewi Solus pancarkan, akarnya juga tanpa henti menyerap berkah dari Dewi Tanah Terraria, membuatnya untuk pulih dari kerja keras Eugeo dan Kirito yang secara terus menebangnya. Tidak peduli bagaimana banyak mereka menebangnya di siang hari, setelah malam hari, ketika mereka datang di pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka tebasan dari hari sebelumnya.
Eugeo menghela nafas secara pelan saat dia melihat kembali pohon yang menjulang ke langit itu.
Pohon besar itu————«Gigas Cedar», Pengucapan Suci yang diberikan oleh penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang merupakan bangunan tertinggi di desa,hanya seperempat tinggi dari pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu setengah mel tahun ini, monster kuno ini adalah lawan yang tepat.
Bukannya mustahil menebangnya hingga jatuh dengan kekuatan manusia?———— Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain dari memikirkan tentang itu setelah melihat bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi bagian dari pohon kayu yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih baik-baik saja.
Di musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju rumah kepala desa, saat mereka memiliki umur yang cukup untuk melaksanakan tugas «Memotong Pohon Besar», dia telah mendengar cerita yang membuatnya bingung.
Gigas Cedar sudah tumbuh sebelum desa Rulid telah terbentuk, dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa. Menghitung dari generasi pertama hingga generasi pendahulunya, kakek Garitta yang merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh, lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu semenjak mereka telah diberikan tugas ini.
————————Tiga ratus tahun!
Ini adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo yang baru saja mencapai umur sepuluh tahun. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur sebelas tahun. Apa yang entah bagaiamana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dibilang tidak terbatas, dan hasilnya cuma luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.
Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.
Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang sangat banyak, mengambil anugerah dari Dewi Matahari dan Tanah dari sekelilingnya dalam jarak yang sangat jauh. Bibit yang ditanam dibawah bayangan pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha untuk menanam tanaman didekatnya berakhir sia-sia.
Desa Rulid merupakan bagian dari «Kerajaan Norlangath Utara», salah satu dari empat kerajaan yang membagi dan memerintah «Dunia Manusia», dan itu juga terletak di daerah perbatasan di utara. Dengan kata lain, tempat ini dapat dikatakang sebagai ujung dunia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi ini dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam, jadi untuk memperluas ladang dan padang rumput, tidak ada cara lain selain menebang hutan di selatan. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya Gigas Cedar yang tumbuh di jalan masuk hutan.
Itu dapat dikatakan bahwa kulit kayunya sama kerasnya dengan besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas hangus, menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya memiliki panjang yang sama dengan tinggi pohon. Akhirnya leluhur desa memutuskan untuk menebang pohon tersebut menggunakan «Dragon Bone Axe» yang bahkan dapat memotong besi sekalipun, dan tugas untuk melakukannya telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat itu ————
Kepala desa selesai menceritakan kisah tentang Sacred Task ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa ketakutan, jadi dia bertanya, mengapa mereka tidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan.
Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.
Sudah satu tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi itu cukup normla jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.
Tidak————perasaan mereka, tidak hanya tidak dapat terlihat, perasaan depresi mereka yang kelihatannya terbentuk dengan jelas terlihat di kenyataan juga.
Kirito, berdiri di samping Eugeo sementara menatap pada Gigas Cedar tanpa mengatakan apapun,terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.
"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering melihat «Life» pohon itu, bukan?"
Eugeo dengan cepat memanggilnya, tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di ujung mulutnya.
"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang."
"Selalu seperti itu, huh, aku tidak dapat melakukan apapun kalau begitu...Oi, tunggu aku, biarkan aku melihatnya juga."
Eugeo yang akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.
"Sudah siap? Aku akan membukanya sekarang."
Kirito mengatakannya suara nada rendah, tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di saat sebelumnya. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian terhadap Dewi Penciptaan.
Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari kotak window itu keluar dari batang pohon.
Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh Dewi Pencipta Stacia dalam bentuk «Life». Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit «Life», kucing dan kuda memiliki lebih banyak, dan manusia memiliki «Life» yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki «Life» yang lebih banyak dari manusia. Semuanya memiliki satu persamaan, Itu terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai puncaknya, itu terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadilayu, dan bebatuan menjadi hancur.
«Stacia Window» adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan. Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil,itu entah mengapa cukup sulit untuk melakukannya pada hewan, dan untuk manusia, itu tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art sebelumnya.————Di sisi ini, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri.
Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Dahulu ada sebuah cerita , di «Katedral Pusat Gereja Axiom» di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life tanah itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.
Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut untuk tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri, tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu.
Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika itu hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.
"Baiklah......"
Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,
"235.542."
"Ah————....Berapa jumlahnya pada saat sebulan yang lalu?"
"Mungkin....235.590."
".........."
Hanya mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak rambut hitamnya dengan menggunakan jari-jarinya.
"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!"
"Tidak, itu bahkan tidak mungkin sejak awal."
Eugeo tidak dapat melakukan apapun kecuali menjawabnya dengan senyuman masam.
"Enam generasi dari penebang kayu sebelumnya sudah bekerja keras selama tiga ratus tahun, dan hasilnya bahkan tidak mencapai seperempatnya......Untuk membuatnya lebih sederhana, hmmm, Itu mungkin akan sampai pada generasi kedelapan belas, atau sembilan ratus tahun lagi."
"K~a~u~~"
Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menggenggam kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tadi, lalu terjatuh di lumut tebal di belakangnya.
"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"
Meskipun dia mengatakannya seolah-olah dia sedang marah, senyuman kecil terlihat di wajah Kirito ketika dia berada di atas Eugeo dan mengacak-acak rambutnya.
"Uwa——, kenapa kau!"
Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan keadaan Kirito menengangkan tubuhnya untuk melawan, berputar secara vertical dengan gerakan setengah melingkar, maka membuat dia di atas sekarang.
"Sekarang, waktunya membalas!"
Sementara berteriak dan tertawa, dia menarik rambut Kirito dengan tangannya yang kotor, tapi tidak seperti rambut Eugeo yang berwarna coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito membuat serangannya tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi menggelitik perut Kirito.
"Ugya, kau....h-hahah...."
Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik , tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.
"Kalian berdua————! Bermain-main lagi!!"
Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.
"Uu....."
"Ini buruk...."
Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.
Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.
"H....Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini."
"Sama sekali tidak, ini adalah waktu yang sama."
Sosok tadi membuat wajah yang tidak bersahabat, dengan rambut panjang yang dikat di kedua sisi kepalanya memantulkan sinar keemasan di bawah cahaya matahari yang menembus dari dedaunan. Gadis itu melompat dari batu dengan lincah. Dia memakai rok biru terang dengan apron putih, dan keranjang rotan di tangan kanannya.
Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, sebelas tahun.
Untuk semua anak yang tinggal di Rulid————tidak, di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan «Sacred Task» dan menjadi murid di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, Alice satu-satunya pengecualian, dia belajar di gereja daripada bekerja. Dia diberi pelajaran khusus dari Sister Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.
Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Semua orang yang dapat bekerja harus bekerja, mereka semua harus terus menahan serangan panas, hujan untuk waktu yang lama, penyakit, semua yang bisa menghilangkan Life dari tanaman dan bahan pangan————dengan kata lain, «Dewa kegelapan Vector si penipu». Itu hanya ketika musim dingin yang keras telah tiba semua penduduk desa akhirnya dapat menjadi tenang.
Keluarga Eugeo mempunyai ladang gandum di lahan subur yang luas di sebelah selatan desa, ayahnya Orick dan keluarganya adalah petani. Setelah mengetahui Eugeo, salah satu dari tiga anaknya, tepilih untuk menjalankan tugas menebang mulutnya dipenuhi dengan perkataan yang gembira, tapi sebagian pikirannya pasti memiliki perasaan kekecewaan. Tentu saja mereka akan mendapat pembayaran untuk tugas menebang dari uang miliki desa , tapi kenyataan bahwa berkurangnya satu orang untuk membantu di ladang sama sekali tidak berubah.
Kenyataannya, anak tertua dari masing-masing keluarga akan diberikan Sacred Task yang sama seperti ayah mereka, jika berada di keluarga petani, anak perempuan mereka, anak laki-laki mereka, dan anak ketiga mereka juga mengikuti standar ini. Anak dari pemilik toko peralatan akan melanjutkan bekerja di toko peralatan, anak dari penjaga desa akan menjadi penjaga juga, dan anak dari kepala desa ikut menjadi kepala desa selanjutnya. Desa Rulid telah mempertahankan tradisi ini tanpa perubahan sama sekali selama ratusan tahun, orang dewasa mengatakan bahwa itu adalah hadiah perlindungan suci dari Stacia, tapi Eugeo dapa mengingat secara samar-samar ketidaksesuaian dari cerita mereka.
Kenapa, jika orang dewasa berpikir ingin memperluas desa, kenapa tidak ada satupun kesempatan sampai sekarang? Dia masih tidak dapat mengerti. Jika mereka ingin memperluas lahan, mereka tingal pindah sedikit ke selatan dan membiarkan pohon besar ini saja untuk memperluas hingga ke hutan selatan. Tapi, kepala desa yang merupakan orang terbijak, tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk mengubah tradisi lama tersebut.
Lagipula, tidak peduli sudah berapa waktu telah berlalu, desa Rulid masih tetap miskin, jadi Alice yang merupakan anak kepala desa, hanya dapat belajar di pagi hari saat dia mengerjakan pekerjaan penting untuk merawat hewan ternak dan membersihkan rumah di siang hari. Tugas pertamanya setelah belajar adalah untuk membawa bekal makan siang pada Eugeo dan Kirito.
Dengan keranjang rotan di tangan kanannya, Alice melompat dengan lincah dari batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri semnetara menggelengkan kepalanya.
"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."
Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di belakangnya, bereaksi dengan cepat sambil berkata "Ya, ya."
Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu kemarahannya menjadi melunak.
"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, aku ingin tahu jika aku seharusnya meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua?"
"A-Apapun selain itu!"
"Hanya bercanda.————Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak."
Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkan itu. Dia memilih tempat yang landai dan membentangkannya, yang membuat Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan segera mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.
Menu hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam berlapis keju dan irisan daging asap, beberapa jeni buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari makanan ini tanpa ampun.
Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.
"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa, dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat aku berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut."
Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi «Makanan Busuk», yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan suatu gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.
Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol toples susu itu habis, dan, setelah itu mereka bertiga menghela nafas lega.
"————————Bagaimana rasanya?"
Itu adalah Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.
"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat meningkat, Alice."
"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."
Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapun————tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.
"Lagipula——"
Kirito mengatakannya sambil mengambil marigo kuning dari dalam botol buah kering.
"Dengan semua usaha untuk membuat kotak makanan yang lezat, aku ingin memakannya dengan waktu yang lebih lama. Aku ingin tahu kenapa hawa panas bisa membuat makanan rusak....."
"Kenapa? Hmmmm......"
Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.
"Kau mengatakan hal yang aneh, huh? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena itulah bagaimana itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?"
"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan jika kamu meninggalkan daging asin mentah diluar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?"
"Itu....Itu karena musim dingin itu dingin."
Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.
"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."
Kali ini Eugeo yang tercengang, dia perlahan menendang kaki Kirito dengan kakinya.
"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk membawa pergi dirimu."
"Y-Yah.....Tidak ada yang dapat kita lakukan.....? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah....."
Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung rambut kucirnya sampai sekarang dan berkata.
"Menarik."
"A-Apa maksudmu, Alice?"
"Tidak, bukan tentang menggunakan art terlarang. Tidak perlu untuk skala yang cukup untuk menutupi desa, tapi hanya cukup kecil untuk diletakkan di dalam kotak makan ini sudah cukup, bukan?"
Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya seolah-olah itu sangat normal, Eugeo tanpa sadar berbalik pada Kirito, yang mengangguk. Senyuman terlihat di wajah Alice sebelum dia melanjutkannya.
"Ada beberapa benda yang dingin bahkan di musim panas. Seperti air dari sumur yang dalam, atau daun Silve. Jika kita meletakkannya di dalam keranjang, bukankah itu akan menjadi dingin di dalamnya?"
"Ah.... Itu benar."
Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir.
Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuat itu mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.
Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan bekerja. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah itu diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar."
"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?"
Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sementara mengejek. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.
"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin."
"Kau....."
Alice menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.
"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat pasti tidak akan memilikinya!"
Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anak bandelnya.
Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, ketika berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo mengetahui dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.
"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan pulang terlambat."
Eugeo berkata seperti sementara memindahkan piring kosong itu dengan cepat pada keranjang rotan, saat dia menginginkan untuk menghentikan pembicaraan mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar dengan terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, secara tak terhindari dia menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.
".......Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?"
Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.
"Hei.......Pada waktu yang duluuuu, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?"
"Hmm......?"
"Cerita yang mana......?"
Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya.
Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dibalik janggut putihnya. Sementara duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan, ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.
"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan? 『Bercouli dan si Putih dari Utara......』 "
"Oi, hentikan ini, kau bercanda, bukan?"
Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sementara mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.
Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena itu dia hidup ratusan tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.
Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai di sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dangan kekagumannya, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar.
Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas. Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan perlahan. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarikt pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa———itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah 『Bercouli dan Naga Putih Utara』.
Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan? Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.
"Maksudmu, kita akan mengawasi sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung turun...... benar?"
Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.
"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak makanan itu."
"Kau, seperti yang aku bilang......"
Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata birunya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.
Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa.
Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat dia terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,
"——Itu bukan ide yang buruk."
"J-Jangan kau juga, Alice....."
"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, [Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara]."
Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan.
Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja untuk mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun——apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.
.......Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga..... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah......
Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan perkataan dengan nada seperti seorang guru.
"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan."
Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam partnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas——
"Ya, itu benar, itu sangat benar."
Sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.
"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke ≪Puncak Barisan Pegunungan≫, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja."
Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat, bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia beremu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyalaminya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'. Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah tertebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.
Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi setelah bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.
".......Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu......"
Saat mendengar itu, Alice dan Kirito membuat wajah serius.
«Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»—— Namanya adalah «Taboo Index».
Itu dibuat oleh «Gereja Axiom», menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai surga, terletak di Centoria Pusat. Buku tebal yang diikat dengan sarung kulit putih bersih yang tidak hanya digunakan di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.
Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, itu sama seperti namanya, itu adalah catatan dari «Hal yang tidak boleh dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau «Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah untuk menghafalkan semua Taboo Index.——Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo.
Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali. Dibalik <Puncak Barisan Pegunungan> yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapan——atau ≪Dark Territory≫ dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.
Alice pasti akan mencari cara untuk menantang Taboo Index seperti biasanya, tapi berpikir seperti itu sudah merupakan taboo itu sendiri. Eugeo menatap pada teman masa kecilnya yang lain sementara memikirkan hal itu.
Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat——Lalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.
"Eugeo. Kata laranganmu masih tidak akurat lagi."
"Eh....... kau berbohong."
"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』 .....Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali."
Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alices entah bagaimana sangat benar.
——Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang mnyebalkan di tepi sungai juga......
Sementara Eugeo yang masih dengan susah payah memikirkan suatu cara untuk kabur, Kirito menepuk punggungnya—— dengan kekuatan yang tidak cukup untuk mengurangi Lifenya——sebelum mengatakan.
"Lihat, Eugeo, jika Alice, yang belajar paling rajin di desa ini, mengatakan seperti itu, maka tidak ada keraguan tentang itu! Baiklah, maka sudah diputuskan, pada hari libur nanti kita akan mencari naga pu......Erm, maksudku, mencari gua dengan es!"
"Lalu itu akan lebih baik jika kotak makanannya dibuat dengan bahan yang bertahan jauh lebih lama."
Melihat wajah terang dari kedua teman masa kecilnya, Eugeo menghela nafas di dalam pikirannya sebelum menjawab "Yeah...," dengan pelan.
Bagian 2
Kelihatannya, cuaca itu sangat bagus di hari ketiga di hari libur di bulan ketujuh.
Hanya di hari libur anak-anak yang berumur diatas sepuluh, yang sudah diberi Sacred Task mereka, diperbolekan bermain hingga sampai waktu makan malam seperti saat mereka masih kecil. Eugeo dan Kirito biasanya menghabiskan waktu itu dengan melakukan sesuatu memancing dan berlatih teknik pedang dengan anak laki-laki lainnya, tetapi, hari ini mereka meninggalkan rumah mereka bahkan sebelum kabut pagi menghilang, dan menunggu Alice di bawah pohon tua yang ada di pinggiran desa.
"........Dia terlambat!"
Bahkan meskipun dia telah menunggu bersama Eugeo hanya untuk beberapa menit, Kirito sudah mengeluh.
"Aku tidak mengerti kenapa berdandan jauh lebih penting dibandingkan dengan datang tepat waktu untuk perempuan. Mungkin dua tahun kemudian dia akan menjadi seperti saudara perempuanmu yang mendapati pakaiannya menjadi kotor di hutan dan menolak untuk memakainya lagi setelah itu."
"Itu tidak dapat diharapkan, perempuan memang seperti itu."
Setelah mengatakannya dengan senyuman masam, Eugeo lalu tiba-tiba memikirkan tentang apa yang akan terjadi dua tahun lagi.
Alice mungkin masih akan menjadi gadis tanpa Sacred Task, orang-orang disekitarnya mungkin akan membiarkan keinginannya untuk terus bersama dengan Eugeo dan Kirito. Tapi karena dia adalah anak perempuan dari kepala desa, sebagian besar itu telah diputuskan bahwa dia harus berperilaku sebagai contoh dasar bagi perempuan lain di desa. Itu tidak akan lama lagi, dia akan dilarang untuk bermain dengan anak laki-laki, dan tidak diragukan lagi bahwa dia harus belajar tidak hanya dengan sacred art tapi juga tentang perilaku sopan santun.
Lalu.....Apa yang akan terjadi setelah itu? Akankah dia harus menikah dengan keluarga lain?, seperti saudara perempuan tertua Eugeo, Sulinea, jika memang begitu, apa yang akan patnernya pikirkan.....?
"Oi, kamu terlihat terhuyung. Apa kamu cukup tidur malam kemarin?"
Dengan tatapan yang tiba-tiba dari Kirito dengan ekspersi yang penuh dengan keraguan, Eugeo mengangguk dengan cepat.
"Y-Yeah, aku baik-baik saja.....Ah, dia sudah datang."
Sambil mendengar langkah pelan, dia menunjuk ke arah yang menuju desa.
Seseorang yang terlihat dari kabut pagi yang tebal adalah Alice, seperti yang Kirito telah katakan, rambut pirangnya yang disisir rapi telah diikat dengan pita, yang berayun diatas celemek polosnya. Eugeo tanpa sadar bertukar pandangan dengan sahabatnya sementara mencoba untuk tidak tersenyum, lalu mereka berbalik untuk berteriak pada saat yang bersamaan.
"Kau terlambat!"
"Kalian yang terlalu cepat. Berhenti berperilaku seperti anak kecil setiap waktu."
Saat dia selesai mengatakan itu, Alice mendorong keranjang rotan yang di tangan kanannya pada Eugeo dan botol air minum di tangan kirinya pada Kirito.
Mereka berdua secara insting mengambil barang itu sebelum berbalik mengarah ke jalan sempit yang terbentang dari utara. Alice membungkukkan badannya untuk memetik sepucuk rumput, mengangkatnya dan mengarahkan ujungnya menuju gunung batu tinggi, dia lalu berteriak dengan penuh semangat.
"Kalau begitu......Kelompok pencari es di musim panas, berangkat!"
Kenapa kita selalu berakhir sebagai «Tuan putri dan dua pengawal»? Sementara memikirkannya, Eugeo bertukar pandangan dengan Kirito dan berlari mengejar Alice yang sudah berjalan lebih dulu.
Desa ini memiliki jalan yang terbentang dari utara hingga selatan, sementara jalan di sisi selatan yang rata karena langkah kaki manusia dan kendaraan yang datang dan pergi setiap waktu, jalan di sisi utara, yang hampir tidak ada seorangpun tinggal di sana, memiliki banyak akar pohon dan kerikil yang membuat berjalan menjadi sulit. Tapi, Alice dengan mudahnya melompat melalui jalan kasar itu seolah-olah itu adalah jalan yang rata, berjalan meninggalkan mereka berdua saat dia bersenandung.
Bagaimana mengatakannya, dia memiliki kontrol yang bagus pada tubuhnya?, adalah apa yang Eugeo pikirkan. Beberapa tahun lalu Alice kadang-kadang mengikuti latihan pedang bersama anak nakal di desa, dan ranting tipisnya selalu mengenai Eugeo dan Kirito tak terhitung jumlahnya. Tongkat itu seolah-olah itu bisa memotong udara, bahkan jika lawannya adalah roh angin. Jika dia terus melatihnya, itu akan mungkin bahwa Alice akan dapat menjadi penjaga perempuan pertama di desa.
"Penjaga, huh........."
Eugeo berguman dengan suara pelan.
Sebelum Sacred Task untuk menebang pohon besar telah diberikan padanya, mungkin itu adalah impiannya, meskipun itu samar-samar dan luar biasa. Semua anak di desa berharap terpilih menjadi seorang penjaga, sebagai ganti dari tongkat kayu yang dibuat dari cabang pohon, mereka akan diberikan pedang besi baru, dan akan belajar di sekolah seni pedang asli.
Tidak hanya itu. Setiap musim gugur, semua penjaga di setiap desa di daerah utara dapat berpartisipasi dalam turnamen pedang yang dilaksanakan di Zakkaria, di bagian selatan. Jika seseorang mendapat peringkat yang tinggi, mereka bisa menjadi penjaga——diakui sebagai swordsman sungguhan baik dari nama dan kenyataan, serta diperbolehkan meminjam pedang resmi yang ditempa oleh pandai besi dari pusat. Tapi, impiannya belum berakhir hanya sampai disitu. Jika mereka bisa menunjukkan prestasi mereka sebagai penjaga, mereka akan mendapat hak untuk mengikuti ujian masuk «Akademi Master Pedang», yang memiliki sejarah lama dan dibanggakan. Setelah melewati ujian yang sulit, dan lulus dari akademi setelah dua tahun belajar, mereka dapat berpartisipasi dalam turnamen ilmu pedang yang dihadiri Raja Kerajaan Norlangath Utara. Bercouli yang melegenda dikatakan berhasil memenangkan turnamen ini dengan sangat baik.
Pada akhirnya, terkumpulnya semua pahlawan di seluruh penjuru Dunia Manusia yang digelar oleh Gereja Axiom itu sendiri, «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan». Hanya seseorang yang memenangkan pertarungan yang bahkan dapat dilihat oleh dewi dengan jelas, orang yang terkuat dari semua swordsman, untuk bertarung melawan mosnter dari tanah kegelapan, untuk diangkat dengan tugas sebagai penunggang naga, seorang «Integrity Knight»——
Sampai titik itu, impiannya telah melewati imajinasinya, tapi mungkin, ada waktu dimana Eugeo memiliki pemikiran tentang itu. Mungkin, jika Alice meninggalkan desa bukan sebagai swordswoman tapi sebagai murid penyihir art, untuk belajar di Zakkaria atau bahkan di «Akademi Master Art» di pusat, pada saat itu, dengan di sampingnya sebagai pengawal, dengan tubuhnya memakai seragam pengawal berwarna hijau dan coklat muda, dengan pedang resmi yang berwarna keperakan berkilauan di pinggangnya, adalah dia......
"Impian itu masih belum berakhir."
Tiba-tiba, bisikan datang dari Kirito yang berjalan di sampingnya. Eugeo mengangkat wajahnya dengan penuh keterkejutan. Kelihatannya, hanya dengan helaan nafas yang dikeluarkan olehnya sebelumnya, Kirito dapat mengetahui semua arti dibalik itu. Instingnya masih tajam seperti biasa. Eugeo membuat senyum masam dan berguman sebagai balasannya.
"Tidak, itu sudah berakhir."
Ya, impian itu sudah berakhir. Di musim semi tahun lalu, Sacred Task sebagai murid penjaga diberikan kepada Jink, anak dari kepala penjaga yang sekarang. Bahkan meskipun kemampuan pedangnya jauh lebih lemah dibandingkan dengan Eugeo dan Kirito, dan tentu saja Alice. Eugeo melanjutkan perkataannya dengan nada yang tercampur dengan sedikit kejengkelan.
"Setelah Sacred Task diberikan, bahkan kepala desa tidak dapat merubahnya."
"Dengan satu pengecualian, bukan?"
"Pengecualian.........?
"Ketika tugas itu telah diselesaikan."
Kali ini dia membuat senyum masam pada sifat keras kepala Kirito. Patnernya ini masih tidak akan membiarkan ambisinya untuk menebang Gigas Cedar pada generasinya.
"Setelah kita menebang jatuh pohon itu, pekerjaan kita benar-benar akan selesai. Setelah itu kita dapat memilih Sacred Task kita sendiri, bagaimana?"
"Itu benar, tapi......"
"Aku sangat senang aku tidak mendapat Sacred Task sebagai penggembala atau petani. Tugas itu tidak pernah akan berakhir, tapi tugas kita berbeda. Aku yakin pasti ada cara, dalam tiga......Tidak, dua tahun kita akan menebangnya, dan lalu....."
"Kita akan mengikuti turnamen ilmu pedang di Zakkaria."
"Apa? Apa kau memikirkan hal yang sama, Eugeo?
"Aku tidak akan membiarkan Kirito terlihat hebat seorang diri."
Setelah saling bertukar perkataan, Eugeo merasa perasaan aneh bahwa itu bukan lagi impian yang tidak nyata. Mereka berdua berjalan sambil tersenyum lebar, membayangkan pemandangan ketika mereka menerima pedang resmi, kembali lagi menuju desa, dan membuat mata Jink dan teman-temannya terbuka lebar karena rasa iri, Alice yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berbalik ke belakang.
"Hei kalian berdua, apa sih yang kalian bicarakan secara rahasia?"
"T-Tidak, tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir jika ini adalah waktunya makan siang, bukan?"
"Y-Yeah."
"Bukannya kita baru saja berjalan? Juga, lihat, kita dapat melihat sungainya sekarang."
Ketika mereka melihat ke arah dimana bagian ujung dari rumput yang Alice pegang tunjukkan, mereka dapat melihat permukaan air yang bergerak di sana. Sumber dari sungai Ruhr berasal dari Puncak Barisan Pegunungan, yang mengalir menuju bagian timur desa Rulid, berlanjut menuju bagian selatan kota Zakkaria. Di tempat bertemunya jalan dengan sungai, jalannya terbagi menjadi dua, jalan kanan melewati jembatan Rulid utara menuju hutan timur, jalan kiri terbentang ke utara menyusuri tepi sungai di bagian barat. Arah yang kedua jalan itu tuju, sudah jelas, utara.
Saat Eugeo sampai di persimpangan, dia membungkuk di tepi sungai, lalu mencelupkan tangan kanannya ke dalam aliran air yang jelas dan membuat suara gemericik. Karena sekarang pertengahan musim panas, air yang membeku saat awal musim semi mulai menghangat. Itu akan terasa menyenangkan jika dia dapa melepaskan bajunya dan melompat ke dalam air, tapi dia tidak dapat melakukannya di depan Alice.
"Ini bukanlah suhu dimana dapat membuat bongkaan es mengapung."
Eugeo berkata dan berbalik ke sampingnya, Kirito meringis sebelum memprotes.
"Karena itu kita pergi ke gua besar dimana es itu berasal, bukan?"
"Itu semua bagus, tapi kita harus kembali sebelum bel sore. Mari kita lihat.....Saat Solus berada di tengah-tengah langit, kita seharusnya mulai segera kembali."
"Itu tidak dapat diharapkan. Jika memang begitu maka kita harus cepat!"
Di belakang Alice, yang sedang melangkah di semak-semak, mereka berdua mempercepat langkah mereka untuk mengejarnya.
Dahan pohon yang menjalar dari bagian kiri berperan sebagai sebagai kanopi, menghalangi sinar matahari, lalu ada juga udara dingin yang terangkat dari permukaan sungai di sisi kanan, itu semua membantu mereka bertiga berjalan dengan nyaman bahkan meskipun Solus sudah terangkat tinggi di atas langit. Jalan yang berada di tepi sungai yang lebarnya sekitar satu mel tertutupi dengan rumput pendek musim panas, dan hampir tidak ada kerikil atau lubang yang membuat berjalan menjadi sulit.
Eugeo berpikir, kenapa mereka tidak pernah melangkahkan kaki melewati kolam kembar bahkan sekali, meskipun itu sangat mudah untuk berjalan menuju kesana.
«Perbatasan Utara» yang tertulis di peraturan desa melarang anak-anak untuk melewatinya yang bahkan masih jauh dari kolam kembar. Jadi bahkan jika mereka pergi sebelum sampai tempat itu, ya——itu dapat dikatakan bahwa perasaan tidak nyaman dari peraturan itu yang membuat kaki mereka tidak dapat bergerak ketika melihat perbatasan itu dihadapan mereka.
Bahkan meskipun dia dan Kirito selalu mendengarkan keluhan dari orang dewasa yang berbicara tentang tradisi, memikirkan tentang itu, jauh dari melakukannya mereka berdua bahkan tidak pernah memikirkan tentang melanggar peraturan atau Taboo. Petualangan sederhana hari ini menjadi yang terdekat bagi mereka untuk hampir melakukan perbuatan terlarang.
Eugeo mulai merasakan sedikit kekhawatiran, dia melihat Kirito dan Alice yang berjalan dengan santai di depannya, mereka bahkan menyanyikan lagu gembala dengan merdu. Mereka berdua.....Apa mereka tidak memiliki rasa takut atau khawatir sedikitpun?, sambil memikirkannya, Eugeo mendesah sedih.
"Hei, tunggu."
Dia memanggil, mereka berdua yang terus berjalan tapi kemudian berbalik secara bersamaan.
"Ada apa, Eugeo?"
Alice memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan nadayang sedikit mengancam dan dipenuhi tujuan.
"Kita sudah agak jauh dari desa sekarang......Apa tidak ada hewan berbahaya di sekitar sini?"
"Eh——? Aku tidak pernah mendengarnya bagaimanapun juga."
Alice mengataannya sementara melihat padanya, saat Kirito perlahan mengangkat bahunya.
"Hmm........Donetti yang memiliki cakar panjang besar yang kakek lihat, dimana dia mengatakan hewan itu berada?"
"Itu berada di sekitar pohon apel hitam di timur, bukan? Tapi itu adalah cerita lama dari sepuluh tahun yang lalu bagaimanapun juga."
"Jika hewan yang ada di sekitar sini, itu mungkin rubah bertelinga empat. Eugeo, kamu sangat penakut, bukan?"
Saat mereka tertawa 'Ahaha' , Eugeo dengan cepat membantah.
"T-Tidak, ini bukan tentang takut........Kita tidak pernah pergi melewati kolam kembar sebelumnya, bukan? Aku hanya ingin kita untuk lebih hati-hati."
Setelah mendengarnya, mata hitam Kirito bersinar dengan terang.
"Yeah, itu benar. Apa kau tahu? Saat waktu desa baru saja terbentuk, kadang-kadang monster dari Tanah Kegelapan.....Seperti «Goblin» atau «Orc» akan melewati pegunungan untuk mencuri domba atau menculik anak kecil."
"Apa? Apa kalian berdua mencoba menakutiku? Aku tahu tentang itu. Pada akhirnya Integrity Knight datang dari pusat dan mengalahkan pemimpin Goblin."
"——『Semenjak hari itu, di hari yang cerah, knight dengan naga putih keperakan dapat terlihat jauh di atas Puncak Barisan Pegunungan.』"
Kirito berguman di kalimat terakhir dari dongeng yang diketahui oleh semua anak-anak di desa, sementara berbali ke atas untuk menatap menuju langit. Eugeo dan Alice melakukan hal yang sama, sebelum mereka menyadari, pandangan mereka telah dipenuhi dengan pegunungan berbatu putih bersih, dan diatasnya ada langit biru dimana mereka hendak mencari sesuatu.
Untuk beberapa saat, mereka merasa memiliki perasaan melihat cahaya kecil berkilauan diantara awan, tapi mereka tidak dapat melihat apapun saat mencoba memfokuskan pandangan mereka. Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain sebelum tertawa karena perasaan malu.
"——Itu hanya dongeng, bukan? Naga es yang tinggal di dalam gua itu, pastinya, hanya cerita yang dibuat beberapa lama kemudian oleh, Bercouli."
"Oioi, jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu di desa, pukulan dari kepala desa akan dijatuhkan pada kepalamu. Swordsman Bercouli adalah pahlawan Rulid setelah semua."
Kata-kata Eugeo membuat senyuman terlihat di wajah semua orang sekali lagi, dan Alice mempercepat langkahnya.
"Kita tidak akan tahu sampai kita tiba di sana. Lihat, jika kalian terus berjalan santai seperti itu, kita tidak akan mampu untuk tiba di sana sebelum makan siang."
——Seperti yang dikatakannya, Eugeo tidak berpikir mereka akan sampai di «Puncak Barisan Pegunungan» selama setengah hari hanya dengan berjalan bagaimanapun juga.
Puncak Barisan Pegunungan, seperti yang disebutkan dalam namanya, merupakan batas dari dunia, dengan kata lain, batas dari daerah manusia yang terbagi dari empat kerajaan yaitu utara, selatan, timur, dan barat, untuk desa Rulid yang berada di lokasi paling utara dari kerajaan utara, itu bukanlah suatu tempat dimana langkah anak kecil dapat mencapainya dengan mudah.
Jadi, Eugeo benar-benar terkejut ketika, tepat sebelum matahari mencapai bagian tengah langit, sungai Ruhr, yang perlahan menjadi menyempit, menghilang di depan jalan masuk gua yang terbuka di berada di dasar dari tebing curam.
Hutan lebat yang terbentang di kedua sisi tiba-tiba menghilang, di depan matanya adalah tebing curam abu-abu yang tidak rata terbantang ke atas. Jika dia melihat ke atas, dia dapat melihat secara samar-samar langit biru yang melintasi barisan pegunungan berwarna putih murni itu dari kejauhan, tebing batu ini tanpa keraguan adalah, Puncak Barisan Pegunungan.
"Kita telah sampai......? Ini, Puncak Barisan Pegunungan.....Bukan? Bukankah ini sedikit terlalu cepat......?"
Kirito, yang kelihatannya tidak mempercayainya, mengatakan itu dengan suara samar-samar. Itu juga sama seperti Alice, yang berbisik dengan mata birunya yang terbuka lebar,
"Lalu......Dimana «Perbatasan Utara»? Apa kita telah melewatinya tanpa mengetahuinya?"
Seperti yang dia katakan. Itu sangat mungkin anak-anak dari desa——atau bahan orang dewasa telah melewati perbatasan itu tanpa menyadarinya. Memikirkan tentang itu, sekitar tiga puluh menit berjalan dari kolam kembar, ada suatu tempat yang sedikit ke atas dan ke bawah, apakah tempat itu adalah Perbatasan Utara?
Sementara Eugeo masih melihat keadaan sekitar dengan keraguan, bisikan Alice dengan nada serius yang tidak biasanya mencapai telinganya.
"Jika ini adalah Puncak Perbatasan Pegunungan.....Lalu di sisi lain adalah Tanah Kegelapan, bukan? Jika memang begitu.....Kita hanya berjalan selama empat jam, jumlah waktu yang sama yang bahkan tidak akan membuat kita ke Zakkaria. Rulid.....Memang berada di perbatasan dunia....."
Eugeo berdiri dengan kebingungan, Kita tinggal di desa untuk waktu yang lama tapi kita tidak mengetahui dimana lokasi desanya di dunia ini? Tidak——mungkinkah bahkan orang dewasa tidak mengetahui bahwa Puncak Barisan Pegunungan itu sedekat ini? Selama tiga ratus tahun dalam sejarah, seseorang yang melewati hutan lebat yang terbentang dari bagian utara desa, selain dari Bercouli, adalah kita....?
Bagaimanapun juga.....Ini sangat aneh. Eugeo berpikir seperti itu. Tapi, dia tidak tahu kenapa itu aneh.
Setiap hari, di waktu yang sama, semua orang dewasa memakan sarapan mereka, pergi bekerja di lahan atau peternakan, menempa atau memintal di tempat kerja mereka seperti hari sebelumnya. Apa yang Alice katakan sebelumnya, bahwa empat jam tidak cukup untuk mencapai Zakkaria, tentu saja, mereka semua tidak pernah pergi ke Zakkaria sebelumnya, Aku dengar dari orang-orang dewasa bahwa itu membutuhkan waktu dua hari berjalan melewati jalan utama selatan untuk mencapai kota itu. Tetapi, berapa banyak orang dewasa yang pergi ke Zakkaria dan kembali....?
Memikirkan dengan cepat dari pertanyaan membingungkan yang muncul di pikiran Eugeo, segera tersapu oleh suara Alice.
"——Bagaimanapun juga, tidak ada yang dapat kita lakukan selain masuk ke dalam setelah kita datang hingga sejauh ini. Tapi sebelum itu, mari kita kita makan siang terlebih dahulu."
Dengan mengatakan itu, dia menarik keranjang rotan dari tangan Eugeo, lalu merendahkan pinggangnya di semak pendek dimana itu berganti menjadi bebatuan. "Ini yang aku tunggu, perutku sudah merasa lapar." Dengan suara bersemangat dari Kirito, Eugeo juga duduk di atas rumput. Aroma harum dari pai menghilangkan sisa dari keraguannya, semua yang dapat dia ingat adalah perutnya mulai mengeluh karena rasa lapar.
Alice menghentikan tangan yang terulur dari Eugeo dan Kirito dengan memukulnya sementara mengeluarkan window dari masing-masing makanan. Setelah dia selesai memeriksa semua makanan yang masih memiliki banyak waktu yang tersisa, dia mengeluarkan pai isi kacang dan ikan, pai isi apel dan walnut, dan buah persik kering. Sebagai tambahan, dia menuang air Siral yang tersimpan di kantung air ke gelas kayu, ini juga sudah diperiksa untuk tidak segera menghilang.
Saat dia kemudian memperbolehkan mereka, Kirito yang sudah cukup kesal hingga tidak mengatakan apapun saat dia mulai memakan pai ikannya, lalu bicara dengan suara yang tidak jelas sementara masih mengunyah.
"Gua itu....Jika kita menemukan banyak es, maka kita tidak perlu terburu-buru untuk memakan makan siang besok."
Menelan makanannya, Eugeo berbalik untuk menghadapnya dan menjawab.
"Tapi memikirkan tentang itu, bahkan jika kita berhasil menemukan esnya, bagaimana kita dapat mempertahankan Lifenya dengan suatu cara sejak awal? Jika semuanya meleleh sebelum waktu makan siang besok maka tidak ada gunanya kita melakukan ini, bukan?"
"Mu......."
'Aku tidak memikirkan tentang itu,' bahu Kirito menurun, lalu Alice berkata dengan nada yang tidak peduli.
"Jika kita membawanya dengan cepat dan menyimpannya di gudang rumahku, untuk satu malam sama sekali tidak masalah. Kalian berdua, kalian seharusnya telah memikirkannya dari awal."
Saat mereka menyadari pikiran tidak berguna mereka dikatakan, Eugeo dan Kirito mencoba untuk menyembunyikan rasa malu mereka dengan memenuhi mulut mereka dengan makanan. Bahkan meskipun mereka masih memiliki banyak waktu, Alice masih makan dengan kecepatan biasanya seperti sebelumnya sebelum meminum air Siral.
Setelah melipat dan menaruh kain putih dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam keranjang rotan, Alice berdiri. Lalu dia berjalan menuju sungai terdekat dengan tiga gelas di tangannya, dan mencucinya dengan cepat di sungai.
"Uhyaa."
Dia mengeluarkan suara aneh sementara menyelesaikan pekerjaannya, dan ketika dia kembali, Alice merentangkan tangannya, yang telah dikeringkan dengan menggunakan celemek, pada Eugeo.
"Air di sunga itu sangat dingin! Itu seperti air sumur saat di tengah musim dingin."
Apa yang dia lihat adalah telapak tangan kecil yang berubah menjadi kemerahan. Tanpa dia sadari, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam itu pada tangan Alice, tentu saja untuk saling berganti rasa hangat dari tangannya dengan rasa dingin di tangannya.
"Tunggu.....Hentikan itu."
Pipi kecilnya sekarang berubah menjadi warna yang sama dengan tangannya, dan Alice menarik kembali tangannya. Pada saat itu, Eugeo menyadari dia telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh dirinya yang biasanya, dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Ah.....Tidak, itu.."
"Baiklah, bukannya kita seharusnya berangkat sekarang, tuan dan nyonya?"
'Apa kau berencana untuk membantuku keluar dari situasi ini?' Eugeo tersenyum sementara mengatakan itu dan perlahan menendang kaki Kirito, dan setelah perbuatan kasarnya, dia mengangkat kantung air menuju bahunya, dan berjalan ke dalam gua tanpa melihat ke belakang.
Itu sangat sulit dipercaya bahwa sumber dari Sungai Ruhr, sungai jernih yang diikuti oleh mereka bertiga sampai sekarang, akan menjadi sekecil ini. Dengan diameter sekitar satu setengah mel, sungai kecil ini mengalir keluar dari gua yang terbuka di tebing yang tinggi, dan di sisi kirinya, ada batu yang berukuran sama menonjol keluar, dia melangkah pada itu dan berjalan ke dalam gua.
Eugeo berpikir, Bercouli telah melangkah pada batu ini tiga ratus tahun lalu, saat dia mencoba yang dia bisa untuk masuk ke bagian dalam gua. Tiba-tiba, suhu dari sekelilingnya menjadi turun, dia menggosokkan kedua tangannya yang tidak tertutupi bagian lengan baju pendeknya.
Dia berjalan maju sebanyak sepuluh langkah sambil memastikan dua langkah dari belakang mengikutinya.
Pada titik itu, Eugeo menyaadari dia telah melakukan kesalahan besar, dia menurunkan bahunya dan berbalik ke belakang.
"Oh tidak......Aku tidak membawa lampu. Kirito, apa kamu membawa lampu?"
Bahkan meskipun dia hanya sekitar lima mel dari jalan masuk gua, suasananya sudah cukup gelap hingga dia tidak dapat mampu membedakan eskpresi dari mereka berdua. Kegelapan yang tebal di dalam gua itu, itu sangat normal untuk mempercayai harapan pada partnernya untuk menangani hal yang dia sendiri telah lupakan, tapi jawabannya adalah "Bagaimana mungkin aku dapat menyadari sesuatu yang kau tidak sadari juga?" dengan nada yang penuh dengan kepercayaan diri yang aneh.
"S.....Sungguh, kalian berdua...."
Sementara Eugeo memikirkan berapa banyak dia suara yang hebat hari ini, dia melihat ke arah rambut pirang yang samar-samar berkilauan. Alice melihat ke sampingnya beberapa kali sebelum memasukkan tangannya pada saku celemeknya dan mengeluarkan sesuatu yang tipis dan panjang. Itu adalah sepucuk rumput yang dia ambil ketika mereka memulai petualangan mereka.
Dia menggenggam rumput di tangan kanannya, dengan tangan kirinya yang menahan ujungnya, Alice menutup matanya. Mulut kecilnya bergerak, upacara yang aneh dalam Pengucapan Suci yang Eugeo tidak tahu yang mulai terdengar di udara.
Akhirnya tangan kirinya dengan cepat memotong simbol rumit, cahaya lemah yang pucat mulai bersinar dari ujung rumput yang mengembang lingkaran. Cahaya itu kemudian meningkatkan sinarnya dalam waktu singkat, dan menjauhkan kegelapan dari gua dalam jarak yang cukup jauh.
"Ooo."
"Wow....."
Kirito dan Eugeo tanpa sadar mengeluarkan suara kekaguman pada saat yang bersamaan.
Bahkan meskipun mereka telah mengetahui Alice telah mempelajari sacred art, mereka hampir tidak pernah memiliki kesempatan untuk dapat melihatnya sendiri. Berdasarkan ajaran Sister Azariya, semua upacara dimana semua kekuatannya berasal dari dewi kehidupan Stacia, dewi matahari Solus atau dewi bumi Terraria——kecuali darkness art yang digunakan oleh pelayan dewa kegelapan Vector—— semuanya ada untuk menjaga aturan dan keseimbangan dunia, jadi itu semua tidak boleh digunakan secara sembarangan.
Sacred art yang digunakan Sister dan muridnya hanya ketika tanaman obat di desa tidak mampu untuk menyembuhkan penyakit atau luka. Karena Eugeo memahami tentang ini, dia berbalik pada Alice, yang memegang sepucuk rumput yang bersinar dengan warna aneh, dan tanpa sadar bertanya.
"Ah, Alice......Mengunakan art seperti itu, apakah tidak apa-apa? Bukankah kamu akan dihukum karena ini......?"
"Hmph, jika sebanyak ini akan membuatku dihukum, aku pasti sudah tersambar petir sebanyak sepuluh kali."
".............."
Setelah mengatakan itu, Alice memberikan rumput yang bersinar itu kepada Eugeo dengan senyuman. Dia mengambilnya memikirkanya sebelum bergumam 'Hiee', dan menyadarinya.
"A-Aku yang pertama!?"
"Tentu saja, atau kau akan membiarkan seorang gadis lemah berjalan di depan? Eugeo ada di depan, Kirito di belakang. Jangan menghabiskan waktu lagi, ayo cepatlah dan segera pergi."
"Y-Ya."
Seolah-olah dia didorong oleh semangat, Eugeo mengangkat obor kecil itu dan berjalan dengan ketakutan menuju ke dalam gua.
Susunan batu yang berliku ini kelihatannya terus terbentang dengan terus menerus. Dindingnya memperlihatkan cahaya biru keabu-abuan seolah-olah itu terlihat basah. Terkadang, dia khawatir dengan gerakan gemerisik yang kecil di bagian gelap dimana cahaya tidak mencapainya. Tetapi, tidak peduli bagaimana dia memfokuskan pandangannya, dia tidak dapat menemukan sesuatu yang menyerupai es sama sekali. Meskipun terkadang ada sesuatu yang berwarna abu-abu yang terlihat seperti es yang tergantung di langit-langit, dia segera tahu bahwa itu batu hanya dengan memandangnya saja.
Setelah berjalan selama beberapa menit, Eugeo memanggil Kirito yang ada di belakangnya,
"Hei.....Sudah pasti, kau mengatakan bahwa seharusnya ada es segera saat kita memasuki gua, bukan?"
"Aku mengatakan? Sesuatu seperti itu."
"Kau mengatakannya!"
Saat dia mendekati patnernya yang mengalihkan pandangannya dengan ketidaktahuan yang dibuatnya, Alice menggunakan tangan kanannya untuk menghentikan Eugeo dan dengan cepat berbisik.
"Hei, bawalah cahayanya sedikit lebih dekat."
"......?"
Eugeo membawa sepucuk rumput tadi mendekati wajah Alice. Dia membulatkan bibirnya sebelum menghembuskan nafas dalam pada cahaya.
"Ah......"
"Lihat, kau melihatnya bukan? Nafas kita menjadi berwarna putih, seperti saat musim dingin."
"Wow, benar. Dan aku baru memikirkan mengenai bahwa itu telah menjadi dingin untuk waktu yang sekarang......"
Menghiraukan keluhan Kirito, Eugeo mengangguk bersamaan dengan Alice.
"Bahkan meskipun di luar musim panas, di dalam gua ini musim dingin. Sudah pasti ada es disini."
"Yeah, mari kita cari lebih jauh lagi."
Eugeo membalikkan badanya, dia memiliki perasaan bahwa gua ini menjadi lebih lebar sedikit demi sedikit saat mereka menuju lebih dalam, dia kembali dengan cara berjalan hati-hatinya sebelum berjalan maju.
Apa yang mereka dengar, selain dari suara dari sepatu kulit mereka yang bersentuhan dengan batu, hanyalah suara dari aliran air tanah. Bahkan meskipun mereka telah mendekati sumbernya, aliran air itu sama sekali tidak melemah.
".......Jika kita memiliki perahu, maka untuk pulang kembali akan lebih mudah."
Untuk Kirito yang dengan santai mengatakannya dari belakang, Eugeo memarahinya dengan "Jangan bicara terlalu keras." Saat mereka telah memasuki gua lebih dalam daripada yang mereka telah rencanakan, tentu saja, apa yang terpikir di pikirannya adalah——
"——Hei, jika naga putih itu benar-benar keluar, apa yang harus kita lakukan?"
Alice membisikkan itu seolah-olah dia dapat membaca pikiran Eugeo.
"Tentu saja..... apa lagi yang dilakukan, selain dari la...."
Jawaban dari pertanyaan bisiskan tadi langsung dipotong oleh suara nekat dari Kirito.
"Itu t-tidak-apa-apa. Naga putih itu mengejar Bercouli karena dia mencuri pedang harta karun miliknya, bukan? Itu sudah pasti tidak akan menghiraukan kita untuk mengambil es.——Hmm, tapi jika mungkin aku ingin mengambil sisik darinya bagaimanapun juga....."
"Oi, apa yang kau pikirkan, Kirito?"
"Seperti itu, jika kita dapat kembali dengan bukti bahwa kita telah melihat naga yang asli, Jink dan teman-temannya akan mati karena perasaan iri."
"Jangan bercanda! Aku akan memberitahu kau sekarang, jika kamu dikejar oleh naga itu, kita hanya akan meninggalkanmu dan lari."
"Oi, suaramu terlalu keras, Eugeo."
"Itu karena Kirito mengatakan sesuatu yang aneh....."
Tiba-tiba kakinya membuat suara yang aneh, dan Eugeo berhenti bicara. Parin, itu adalah suara dari sesuatu yang pecah di bawah kakinya. Dia membuat cahaya yang ada di tangan kanannya mendekati kaki kanannya dengan cepat sebelum tanpa sadar membiarkan suaranya keluar.
"Ah, lihat ini."
Alice dan Kirito membungkuk untuk melihatnya, Eugeo lalu menggerakkan kakinya dari tempat itu. Air yang terkumpul di batu berubah menjadi es tipis yang menyelimuti permukaan halus batu abu-abu tersebut. Dia mengulurkan jarinya untuk mengambil bagian lembaran tipis yang transparan itu.
Setelah menaruh itu di telapak tangannya untuk beberapa detik, benda itu meleleh menjadi tetesan air, mereka bertiga saling memandang satu sama lain dan tanpa sadar memperlihatkan senyuman.
"Ini es, tidak ada keraguan tentang itu. Pasti ada lebih banyak lagi di dalam sana."
Eugeo mengatakan itu sementara menyinari sekelilingnya, sebagian besar cahaya biru yang terpantul sesuatu yang menyerupai air yang membeku. Dan itu tenggelam pada kegelapan yang pekat dari dalam gua, jauh di dalam.....
"Ah....Bagaimanapun juga, ada banyak cahaya di sana."
Sama seperti yang Alice bilang, Eugeo menggerakkan tangan kanannya, dari titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dia dapat melihatnya berkelap-kelip dan bersinar dengan lemah. Saat dia benar-benar melupakan tentang naga putih, dia berlari menuju arah itu.
Berdasarkan waktu yang mereka tempuh, kelihatannya mereka telah berjalan sekitar ratusan mel dalamnya. Tiba-tiba, dinding di bagian kiri dan kanan berakhir.
Pada saat yang sama, pemandangan menakjubkan yang mendebarkan terlihat dihadapan mata mereka.
Luas. Itu sangat sulit untuk mempercayai bahwa mereka ada di gua bawah tanah, karena ruangan terbuka yang sangat luas. Luasnya sudah pasti beberapa kali lebih luas dari pusat desa yang ada di depan gereja.
Dinding melengkung, yang hampir mengelilingi seluruh keadaan sekeliling, tidak lagi terlihat seperti dinding abu-abu basah yang mereka sampai sekarang, tapi tertutup oleh lapisan biru terang, tebal, yang transparan. Lalu, setelah melihat pada permukaan lantai, Eugeo memahami, Aku mengerti, jadi ini adalah sumber dari sungai Ruhr., itu adalah kolam raksasa——tidak, danau akan jauh lebih cocok. Tetapi, permukaan airnya tidak bergerak sedikitpun. Itu membeku dengan kuat untuk semuanya, dari tepi hingga bagian tengah.
Diantara jejak kabut putih di yang berada di sekitar danau, sesuatu yang berbentuk pilar aneh menonjol keluar, tingginya dengan mudah melebihi tinggi dari ketiga anak-anak itu Itu memiliki bentuk pilar segi enam yang tajam dengan ujungnya sangat runcing. Itu seperti biji kristal yang pernah ditunjukkan kakek Garitta kepada Eugeo sebelumnya. Tapi, benda itu jauh lebih besar, dan jauh lebih indah. Tak terhitung pilar biru transparan yang tebal itu menyerap cahaya suci dari sepucuk rumput yang dipegang Eugeo, sebelum melepaskannya ke enam arah, yang juga memantul lebih jauh, menyinari seluruh ruangan luas itu. Jumlah dari pilar tersebut bertambah banyak saat itu mendekati bagian tengah, dan sepenuhnya menjadi menghalangi bagian paling tengah danau.
Itu es. Dinding sekelilingnya, danau yang ada dibawah kaki mereka, pilar aneh berbentuk segi enam, semuanya terbuat dari es. Dinding biru itu yang terbentang vertical, dan menutupi jauh di ketinggian, seperti kubah gereja.
Mereka bertiga melupakan hawa dingin yang menusuk kulit, berdiri disana untuk beberapa menit sementara menghembuskan nafas putih. Tidak lama kemudian, Alice samar-samar berbicara dengan suara bergetar.
"......Dengan es sebanyak ini, kita dapat mendinginkan seluruh makanan di desa."
"Atau lebih tepatnya, ini bahkan dapat mengubah desa menjadi di pertengahan musim dingin untuk beberapa waktu. ——Baiklah, mari kita periksa di dalam."
Segera setelah Kirito berbicara, dia berjalan beberapa langkah sebelum menaruh kakinya di danau es. Dia perlahan menaruh beban tubuhnya pada itu, dan pada akhirnya melangkah pada itu dengan kedua kakinya, dan tidak ada satupun suara es tebal yang retak.
Dia selalu seperti ini. Bahkan meskipun Eugeo memiliki tugas untuk menahan perbuatan kenekatan partnernya, tapi kali ini perasaan keingintahuannya jauh lebih unggul. Tapi jika memang benar-benar ada naga putih di dalam, Aku betul-betul ingin melihatnya tidak peduli apapun yang terjadi.
Memegang sacred light lebih tinggi, Eugeo dan Alice mengejar di belakang Kirito. Dengan hati-hati menghindari membuat suara keras langkah kaki, mereka bergerak dari bayangan satu es besar menuju es lainnya dengan bagian tengah danau itu sebagai tujuan mereka.
——Ini benar-benar hebat, jika kita melihat naga asli, untuk kali ini cerita tentang kita akan terus diceritakan selama beberapa ratus tahun lagi, bukan? Dan jika, hanya jika, kita dapat melakukan apa yang yang tidak dapat dilakukan Bercouli.....Dengan membawa pulang apapun dari harta karun yang tertimbun milik naga tersebut dengan kita, akankah kepala desa mempertimbangkan Sacred Task kita.....?
"Mugu."
Di saat Eugeo memperluas mimpi di siang hari sementara masih berjalan, hidungnya menabrak bagian belakang kepala Kirito, yang tiba-tiba berhenti, dengan wajah merengut.
"Oi Kirito, jangan tiba-tiba berhenti seperti itu."
Tetapi, Tidak ada jawaban dari partnernya. Sebagai gantinya, rintihan pelan keluar.
"….Apa itu…."
"Eh….?"
"Apa sebenarnya itu!"
Eugeo memiringkan kepalanya di saat yang sama saat Alice berada di sampingnya, dan melihat ke depan dari samping Kirito.
"Sebenarnya apa yang kalian berdua bica....."
Alice, yang melihat hal yang sama seperti Eugeo tidak dapat menyelesaikan kata-katanya.
Itu adalah gunungan dari tulang belulang.
Itu semua adalah tulang belulang yang terbuat dari es biru. Itu bersinar dengan kuat seolah-olah mereka adalah patung kristal. Setiap masing-masing darinya berukuran besar, berbagai bwntuk tulang belulang saling bertumpuk satu sama lain, membuat sebuah gunungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi ketiga anak-anak itu. Di atasnya, sebuah bongkahan besar yang memberitahu mereka siapa pemilik makam ini.
Sebuah tengkorak, Eugeo dapat mengerti hal itu hanya dengan menatapnya saja. Lubang matanya yang kosong, lubang hidung yang panjang, tanduk-tanduk yang menonjol keluar dari punggungnya, tak terhitung sejumlah taring seperti pedang berbaris di tulang rahang yang tergantung.
"Tulang belulang….Naga putih?"
Alice berbisik dengan suara rendah.
"Apakah itu sudah mati….?"
"Ah….Tapi, kematiannya bukan karena alasan alami."
Jawabannya datang dari Kirito yang telah mendapatkan ketenangannya kembali, Eugeo sangat jarang melihat partnernya seperti ini, saat wajah Kirito selalu dipenuhi dengan macam emosi lainnya.
Kirito berjalan beberapa langkah, dari tempat di dekat kakinya, dia mengambil cakar besar yang kelihatannya berasal dari kaki depan naga itu.
"Lihat….Ada banyak luka disini, ujungnya juga hampir terpotong dengan rapi."
"Naga itu bertarung melawan sesuatu….? Tapi, makhluk hidup yang dapat membunuh naga…."
Pertanyaan yang sama dengan Alice melayang di pikiran Eugeo. Berbicara tentang «Naga Putih Utara», mahluk itu adalah salah satu yang hidup di berbagai tempat di Puncak Barisan Pegunungan, yang membatasi seluruh dunia, melindungi Dunia Manusia dari kekuatan kegelapan, penjaga terkuat dunia. Makhluk hidup seperti apa yang dapat membunuh sesuatu seperti ini.....?
"Bertarung dengan hewan atau naga lain seharusnya tidak akan memberikan luka seperti ini."
Kirito berkata sementara menekan ibu jarinya pada cakar biru tadi.
"Eh….? Kalau begitu, apa…."
"Ini adalah luka tebasan pedang. Apa yang membunuh naga ini adalah——manusia."
"T-Tapi….sebenarnya, bahkan Bercouli, pahlawan yang memenangkan turnamen di pusat bahkan tidak dapat melakukannya dan melarikan diri. Ini menggelikan, bahkan swordsman dari seluruh tempat…"
Berbicara sampai titik itu, Alice kelihatannya menyadari sesuatu dan tenggelam dalam keheningan. Beberapa saat dalam keheningan telah terjadi di danau es yang sekarang telah berubah menjadi sebuah makam besar.
Beberapa detik kemudian, bisikan yang dipenuhi dengan ketakutan mengalir dari mulut kecilnya.
"….Integrity Knight….? Integrity Knight dari Gereja Axiom membunuh naga putih….?"
Bagian 3
Integrity Knight, penjelmaan hukum dan peraturan mutlak, dan juga simbol pelayan dari dewi, membunuh naga putih, yang juga penjaga Dunia Manusia. Jenis cerita seperti ini, yang umur sebelas tahun telah dijalani Eugeo, tidak pernah memikirkannya, jadi dia tidak berpikir bahwa dia dapat menerimanya dengan mudah. Setelah menderita karena pertanyaan yang dia tidak mampu telan atau memikirkannya untuk sesaat, dia menggerakkan tatapannya ke samping, meminta jawaban dari partnernya.
"….Aku tidak mengerti."
Tetapi, jawaban Kirito juga dipenuhi oleh kebingungan yang besar.
"Mungkin…..Mungkin juga Tanah Kegelapan juga memiliki seorang knight yang sangat kuat, dan knight itulah yang membunuh naga putih ini…Tapi jika itu memang benar, maka itu sangat aneh karena sampai sekarang bahkan tidak pernah satu kalipun pasukan kegelapan melewati Puncak Barisan Pegunugan. ——setidaknya, ini bukanlah perbuatan oleh pencuri bagaimanapun juga…"
Setelah dia selesai berbicara, Kirito melangkah menuju sisa-sisa naga itu dan perlahan meletakkan kembali cakar tadi pada gunungan tulang belulang. Kemudian, dia menarik sesuatu yang panjang dari dasar gunungan tulang belulang itu.
"Uo….Ini benar-benar sangat berat…."
Dia memperlihatnya pada Eugeo dan Alice setelah dia terhuyung-huyung saat dia itu sekitar satu mel.
Itu adalah pedang panjang, dengan gagang perak dan sarung pedang yang tebuat dari kulit putih. Penahannya dihiasi oleh pahatan mawar biru yang indah, dengan sekali pandangan saja, mereka mengerti bahwa nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan semua pedang di desa.
"Ah…ini, mungkin…"
Alice berkata saat dia melihatnya, Kirito mengangguk pada perkataannya.
"Yeah. «Blue Rose Sword» yang Bercouli hendak curi dari pangkuan naga putih yang tertidur. Aku ingin tahu kenapa orang yang membunuh naga itu tidak mengambilnya…"
Dia menunduk sementara berbicara, dan mengangkat gagang pedang itu dari tanah dengan kedua tangannya, tetapi, bahkan dengan seluruh kekuatannya, dia hanya mampu mengangkatnya ke atas beberapa cens saja dari lantai.
"….Terlalu berat."
Kirito melepaskan tangannya saat berteriak, pedang panjang itu terjatuh ke lantai es sekali lagi dengan suara berat. Sebuah retakan kecil dapat terlihat di atas es tebal, pedang itu kelihatannya memiliki berat yang tidak dapat dibayangkan meskipun dengan penampilan tipisnya.
"….Apa yang akan kita lakukan dengan pedang ini?"
"Tidak bisa, tidak bisa, bahkan dengan kita berdua mengangkatnya secara bersamaan, itu tidak mungkin membawanya kembali ke desa. Bahkan meskipun kita terbiasa menangani kapak penebang pohon setiap hari….Selain itu, kelihatannya masih ada banyak harta karun di bawah tulang belulang itu bagaimanapun juga…"
"….Ya, tapi jangan berpikir tentang mengambil apapun dari itu…."
Keduannya mengangguk pada nada serius Alice.
Bahkan meskipun mengambil piala kecil kembali dan membanggakan diri pada anak-anak lain dengan mengatakan bahwa mereka telah mengambilnya tanpa membangunkan naga itu maka itu akan menjadi sebuah cerita petualangan yang hebat, tindakan mengambil harta karun dari tempat ini sudah jelas akan dianggap sebagai pencurian makam. Meskipun peraturan Taboo Index tentang «Mencuri» terhadap manusia tidak berlaku pada situasi ini, itu bukan berarti mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan selama itu tidak dilarang.
Eugeo melihat pada Kirito dan Alice sekali lagi sebelum mengangguk.
"Mari mengikuti rencana kita, hanya mengambil es. Kalau hanya es saja, bahkan kalau naga itu masih hidup, naga itu akan memaafkan kita, pasti."
Setelah dia mengatakan itu, Eugeo berjalan mendekati bongkahan es, dan menghentakkan kaki di kristal es kecil yang menonjol dari dasar es seperti tunas yang baru tumbuh. Pakin, dengan suara yang bagus, dia mengambil bongkahan yang hancur itu itu sebelum menyerahkannya pada Alice, yang membuka tutup keranjang rotan yang kosong dan menaruh es tadi kedalamnya.
Mereka bertiga berkosentrasi kerja untuk menaruh pecahan es ke dalam keranjang rotan tanpa berbicara untuk beberapa saat. Ketika dasar dari es tadi sudah habis, mereka bergerak menuju kolom es berikutnya dan mengulangi perbuatan mereka. Hanya dalam beberapa menit, keranjang rotan besar telah penuh dengan kristal es yang terlihat seperti permata biru transparan.
"Yo....sho-tto."
Alice mengerahkan kekuatannya untuk mengangkat keranjang rotan sementara melihat kumpulan cahaya di antara tangannya.
"…..Indahnya. Entah mengapa, itu terasa sangat sia-sia untuk membawa ini pulang dan membiarkan itu semua mencair."
"Bukannya kita membawa pulang ini untuk memperpanjang Life kotak makan siang kita?"
Kirito mengatakan sesuatu yang merupakan fakta sementara mengerutkan dahinya, Alice tiba-tiba menyerahkan keranjang itu pada anak laki-laki berambut hitam itu.
"Eh? Aku harus membawa keranjang di perjalanan pulang juga?"
"Bukannya sudah jelas? Lagipula ini terlalu berat untukku bagaimanapun juga."
Mencoba untuk melerai dari pertengkaran mereka yang biasanya, Eugeo dengan cepat mengatakan.
"Aku akan membantumu, kita bisa bergantian membawanya——Baiklah, jika kita tidak segera kembali sekarang, kita tidak akan sampai di desa sebelum malam hari. Bukankah kita sudah berada di dalam gua ini selama satu jam?"
"Ah…karena aku tidak dapat melihat Solus, aku tidak tahu waktu sekarang. Apa ada suatu sacred art yang bisa menunjukkan waktu sekarang?"
"Tidak ada!"
Alice dengan cepat memalingkan wajahnya, sebuah jalan keluar kecil dapat terlihat dari salah satu sisi danau es yang luas ini.
Kemudian, melihat sekitar, di sisi yang berlawanan ada jalan keluar lainnya.
Kemudian, dia menurunkan bahunya sebelum berbicara.
"——Hei, jalan mana yang kita lalui saat datang barusan?"
Eugeo dan Kirito dengan segera menunjuk ke arah yang mereka yakin sebagai jalan keluarnya. Tentu saja, mereka menunjuk jalan keluar yang berbeda.
Seharusnya ada jejak kaki——sayangnya, tidak ada satupun jejak kaki pada permukaan es yang halus itu, sisi dimana air dari danau ini mengalir pasti jalan keluarnya——sayangnya, itu mengalir dari kedua sisi, arah dimana tengkorak itu melihat adalah jalan keluarnya——sayangnya, itu tidak melihat ke arah manapun setelah semua pilihan tadi telah berakhir sia-sia, akhirnya Alice mulai menjelaskan sesuatu yang kelihatannya menjadi petunjuk.
"Ingat, bukankah tadi ada genangan air membeku yang diijak Eugeo dan pecah? Jika kita berjalan mendekati jalan keluar dan melihatnya, maka itu adalah jalan keluar yang benar."
Aku mengerti, seperti yang dia katakan. Seolah-olah menyembunyikan perasaan malu karena dia sendiri tidak dapat memikirkan hal itu, Eugeo terbatuk, sebelum mengangguk.
"Baiklah, sudah diputuskan, mari kita mengecek sisi yang terdekat."
"Aku berpikir jalan itu yang benar bagaimanapun juga....."
Sementara Kirito menggerutu dengan enggan, Eugeo menggunakan tangan kirinya untuk mendorong punggungnya sementaral memegang rumput di tangan kanannya dengan tinggi, dan melangkah menuju saluran air di depannya.
Ketika kolom es yang memantulkan cahaya tadi telah menghilang dari sekeliling mereka, apa yang awalnya sacred light yang dapat diandalkan sekarang terasa tidak dapat diandalkan. Ketiganya mempercepat langkah kaki mereka.
"….Hmm, kita tidak tahu jalan pulang, hampir sama seperti Berin bersaudara dalam dongeng. Itu akan sangat bagus jika kita menebarkan kacang di perjalanan kota, karena tidak ada burung yang memakannya bagaimanapun juga."
Perkataan aneh dari Kirito entah bagaimana terasa dipenuhi dengan kepura-puraan, Jadi partnernya yang santai seperti dia bisa merasa gelisah juga, huh? Eugeo sebaliknya menjadi sedikit tertawa.
"Apa yang kau katakan? Kita tidak memiliki kacang sejak awal. Kalau kau mau memanfaatkan apa yang telah kau pelajari, bagaimana kalau kau meletakkan bajumu di setiap percabangan jalan yang kita lalui tadi?"
"Hentikan, aku akan tekena flu jika seperti itu."
Saat Kirito meniru bersin yang disengaja, Alice menepuk punggungnya.
"Berhenti berbicara yang tidak berguna dan dan lihat tanah itu dengan hati-hati. Jika kita melewatkannya, ini akan menjadi masalah….atau bahkan…."
Saat dia memotong perkataannya, dia mengerutkan dahinya sebelum melanjutkan berbicara.
"Hei, kita sudah berjalan cukup lama sampai sekarang tapi masih belum melihat genangan es yang pecah tadi…. Jadi, itu sebenarnya berada di jalan lainnya?"
"Tidak, mari pergi sedikit lebih jauh… Ah, dengar."
Saat Kirito tiba-tiba meletakkan jarinya ke mulutnya, Eugeo dan Alice berhenti bicara. Mereka mendengar dengan teliti.
Memang benar, ada suara lain yang tercampur dengan suara dari aliran air tanah. Itu terdengar seperti siulan sedih dengan nada yang naik dan turun.
"Ah.....suara angin."
Alice bergumam. Memang benar, Eugeo juga menyadari bahwa suara ini mirip dengan suara puncak pohon yang dimainkan oleh angin.
"Jalan keluarnya sudah dekat! Itu sangat bagus kita mengambil jalan ini, ayo cepat!"
Saat dia memanggil mereka dengan perasaan lega, dia mulai berlari untuk melanjutkan perjalanannya.
"Hei, kau akan terpeleset jika kau lari di tempat seperti ini."
Tapi bahkan meskipun dia berkata mengatakan itu, Alice juga mempercepat langkah kakinya. Mengikuti mereka dari belakang adalah Kirito, yang membuat ekspresi keraguan.
"Tapi.....Apakah angin musim panas terdengar seperti ini? Entah kenapa….itu terdengar seperti suara angin dingin di musim dingin....."
"Angin lembah yang kuat berhembus seperti itu. Bagaimanapun juga, mari segera keluar dari tempat ini."
Cahaya di tangan kanan Eugeo terayun dengan keras saat dia mendekat menuju jalan keluar gua, Hatiku telah dipenuhi dengan perasaan yang menginginkan untuk cepat pulang menuju desa, ke rumahku. Aku yakin keluargaku akan terkejut saat aku memperlihatkan pada mereka pecahan es yang aku dapatkan dari Alice.
Tapi, es ini akan dengan cepat mencair. Mungkin itu akan lebih baik jika aku mengambil satu koin perak dari tempat itu.... ...Saat dia memikirkan hal itu, dia melihat sebuah cahaya kecil dari kegelapan yang ada di depan.
"Jalan keluar!"
Dia yang berteriak dengan wajah tersenum, kemudian mengerutkan dahinya. Cahaya itu berubah menjadi merah yang samar-samar. Mereka memasuki ke dalam gua sekitar waktu makan siang, itu kelihatannya waktu yang mereka habiskan di dalam sekitar satu jam atau lebih, itu kelihatannya mereka berada di dalam gua bawah tanah lebih lama daripada yang mereka sadari. Jika Solus mulai terbenam di barat, dan mereka tidak segera pulang, mereka tidak akan sampai ke desa pada saat waktu makan malam.
Eugeo mempercepat langkah kakinya. Suara angin keras yang menggema di dalam gua telah mempengaruhi suara sungai.
"Hei, Eugeo, berhenti sebentar! Ini aneh, ini baru dua jam telah berlalu tapi...."
Alice yang berlari di belakangnya menaikkan volume suaranya karena kegelisahan. Tetapi Eugeo tidak berhenti. Aku sudah merasa cukup dengan petualangan ini. Sekarang ini, aku ingin segera pulang ke rumah bahkan meskipun beberapa saat lebih cepat——
Berbelok ke kanan, berbelok ke kiri, dan berbelok ke kanan lagi, akhirnya cahaya itu benar-benar menyebar di seluruh pandangnya. Jalan keluar itu hanya tinggal beberapa mel di depan. Dia menyipitkan matanya yang sudah terbiasa dengan kegelapan sementara perlahan mengurangi kecepatan larinya, sebelum benar-benar berhenti.
Gua ini berakhir tepat di situ.
Tetapi, di depan mata Eugeo bukanlah dunia yang dia ketahui.
Seluruh langitnya berwarna merah tua. Tapi itu bukanlah warna dari matahari yang tenggelam. Pertama dari semuanya, Solus tidak dapat terlihat di bagian manapun dari langitnya. Seperti jus dari dari anggur gunung yang menggantung yang terlalu matang——atau darah domba yang merembes keluar, hanya kepudaran, dari warna merah tua pucat yang tersebar di sepanjang pandangannya.
Tanahnya berwarna hitam. Di sisi lain terdapat barisan pegunungan curam aneh yang memiliki titik di depan pegunungan berbatu yang memiliki bentuk aneh, permukaan air yang dapat terlihat dari sini dan dari sana telah dikotori dengan warna hitam dengan sesuatu yang mengingatkan pada abu. Kulit yang membengkok dari pohon mati berwarna putih seperti tulang yang dipoles.
Angin, yang bertiup kencang seolah-olah ingin dapat merobek apapun menjadi bagian kecil, menggetarkan ujung pohon mati itu, menyebabkan suara menjerit yang keras. Ini adalah tanpa keraguan, adalah suara angin yang mereka dengar dari dalam gua.
Tempat seperti ini, sebuah dunia yang diabaikan oleh dewi, bukanlah Dunia Manusia yang Eugeo tinggali. Lalu——apa yang mereka sedang lihat, pemandangan ini adalah——
"Dark.....Territory....."
Suara serak Kirito dengan segera terbawa oleh suara angin.
Tempat dimana kekuasaan Gereja Axiom tidak dapat mencapainya, tanah dimana suku mosnter yang melayani dibawah Dewa Kegelapan, Vector, dunia yang mereka pikir hanya ada di dalam dongeng yang dikisahkan oleh para tetua desa, hanya tinggal beberapa langkah ke depan. Saat dia memikirkan hal itu, bagian tengah dari kepala Eugeo menjadi dingin membeku, dia tidak dapat melakukan apapun selain tetap berdiri. Seolah-olah mengetahui informasi itu untuk pertama kalinya dalam hidupnya, sejumlah besar dari itu itu terbang terlintas masuk ke dalam bagian pikiran yang belum pernah dia gunakan sebelumnya, dia bahkan tidak mampu untuk mengendalikan pikirannya sendiri.
Di dalam kepalanya, yang dipenuhi warna putih bersih, terdapat satu kalimat yang tertulis dalam bagian awal dari Taboo Index, bersinar terang dan jelas. Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas yang seharusnya telah dia telah lupakan setelah berbicara dengan Alice hari sebelumnya.『Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』.
"Tidak.... jangan pergi lebih jauh lagi....."
Eugeo dengan berani menggerakkan mulutnya yang kaku dan memaksa kata-kata itu keluar. Dia membentangkan tangannya seolah-olah mencegah Kirito dan Alice, yang ada dibelakangnya, agar tidak terjatuh.
Saat itulah. Suara hantaman logam keras bergema dari atas, membuat tubuh Eugeo bergetar karena keterkejutan. Dia melihat ke atas pada langit merah dengan refleks.
Di dalam latar yang berwarna merah darah, dia dapat melihat sesuatu yang berwarna putih terjalin dengan sesuatu yang berwarna hitam.
Saat mereka terbang pada ketinggian yang menakutkan, mereka terlihat seperti cahaya yang kecil. Itu kelihatannya ukuran mereka yang sebenarnya jauh melebihi manusia. Di saat kedua tubuh yang terbang itu saling bertukar tempat, mereka berpisah sebelum mendekat satu sama lain lagi, pada saat mereka tergabung, suara logam yang berhantaman bergema beberapa saat kemudian.
"Ksatria naga....."
Kirito yang melihat ke atas langit di samping Eugeo, berbisik dengan suara serak.
Seperti yang dikatakan partnernya, keduanya yang bertarung satu sama lain memiliki leher dan ekor panjang, mereka adalah naga terbang besar, dengan setiap dari mereka memiliki sepasang sayap berbentuk segitiga. Tubuh penunggang mereka dapat terlihat di punggungnya, yang memiliki senjata pedang dan perisai. Seseorang yang menunggangi naga putih memiliki armor berwarna perak putih, dan penunggang naga hitam adalah knight yang memiliki armor hitam legam. Pedang mereka berwarna seperti itu juga, sinar cahaya menyilaukan dari pedang knight putih itu tertahan oleh cahaya hitam yang keluar dari pedang knight hitam.
Sementara kedua knight tadi saling bertarung satu sama lain dengan pedang mereka, suara gemuruh dari hantaman yang bergema, saat sejumlah besar percikan api yang kecil menari di udara.
"Aku ingin tahu jika knight putih itu adalah…. Integrity Knight dari Gereja...."
Kepada perkataan Alice, Kirito perlahan mengangguk.
"Benar….Knight hitam adalah Darkness Knight dari pasukan kegelapan, aku rasa….Dengan kekuatan yang sebanding dengan seorang Integrity Knight."
"Tidak mungkin...."
Eugeo menggelengkan kepalanya dengan sembarangan.
"Integrity Knight adalah yang knight terkuat di dunia. Dia tidak dapat dikalahkan oleh seorang Darkness Knight."
"Aku ingin tahu tentang hal itu. Dari melihatnya, tidak terlalu ada banyak perbedaan dalam sword skill mereka. Keduanya tidak mampu menembus pertahanan lawan mereka."
Dengan segera setelah Kirito mengatakan itu. Seolah-olah mendengar suaranya, knight putih menarik tali kekang naganya dan menciptakan celah yang lebar. Naga hitam itu mengepakan sayapnya dengan keras untuk memperpendek jarak.
Tetapi, sebelum jarak itu dapat berkurang, naga putih itu membalikkan kepalanya secara tajam dengan membengkokkan lehernya, bersamaan dengan tindakan yang terlihat seperti mengumpulkan kekuatan. Dengan segera setelah itu, sementara masih tetap mengayunkan lehernya, rahangnya terbuka lebar. Sebuah api tidak berwarna menyembur keluar dalam garis lurus di antara taringnya, dan membungkus tubuh knight naga hitam secara keseluruhan.
Teriakan yang mempengaruhi suara angin yang menusuk telinga Eugeo. Naga hitam memutar tubuhnya dengan kesakitan, begetar dengan hebat di tengah udara dan menurun. Tanpa melewatkan kesempatan itu, Integrity Knight mengganti pedangnya dengan busur panah besar berwarna coklat kemerahan dan menarik tali busur hingga batasnya, sebelum melepaskan anak panah panjang. Anak panah samar-samar menarik sebuah jalur api di tengah udara, tanpa meleset, itu menusuk pada dada knight hitam itu.
"Ah....."
Alice mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti jeritan.
Saat kulit dari kedua sayapnya benar-benar telah terbakar, naga hitam itu kehilangan kemampuan untuk terbang dan menggeliat dengan keras di tengah udara. Knight hitam terpisah dari punggungnya, dan dengan jejak darah yang keluar, yang mulai jatuh tepat menuju jalan masuk gua dimana mereka bertiga berdiri.
Pertama, pedang hitam tadi tertusuk ke dalam tanah yang tercampur kerikil, menciptakan suara keras. Selanjutnya, di tempat yang sepuluh mels jauhnya dari mereka bertiga, knight terjatuh. Terakhir, naga hitam tadi menabrak pada pegunungan berbatu yang sangat jauh jaraknya, menggerakkan ekor panjangnya sambil berteriak kesakitan, sebelum itu berhenti bergerak sama sekali.
Di depan ketiga anak kecil yang menatap tanpa mampu mengatakan apapun, knight hitam menahan rasa sakit, mencoba untuk mengangkat bagian atas tubuhnya. Di atas armor metal pelindung dada yang bersinar pudar, lubang dalam dari luka tusukan anak panah dapat terlihat. Wajah knight, yang tersembunyi di balik pelindung wajah yang tebal, memandang lurus ke arah mereka bertiga.
Tangan kanannya yang sedikit gemetaran terulur keluar seolah-olah meminta pertolongan. Tapi dengan segera setelah itu, sejumlah besar darah segar tersembur keluar dari leher armor tersebut, knight itu terjatuh ke tanah. Cairan merah tersebar luas dari tubuhnya yang tidak lagi bergerak, membasahi pada celah pada tanah kerikil hitam itu.
"Ah.....Ah...."
Suara lemah keluar dari Alice yang berada di samping kanan Eugeo. Bergerak seolah-olah dia terhisap menuju kesana, dengan terhuyung-huyung dia melangkah ke depan——menuju bagian luar gua.
Eugeo tidak sempat bereaksi. Tetapi, Kirito di yang berada samping kirinya membuat teriakan pelan namun tajam "Jangan!!" Alice mendengar suara itu, tubuhnya bergetar, mencoba untuk berhenti. Tapi kakinya tersandung, tubuhnya terjatuh ke depan. Kali ini Eugeo mengulurkan tangannya bersamaan dengan Kirito secara refleks, mencoba menggenggam baju Alice.
Tetapi, ujung jari mereka hanya menyentuh udara.
Alice terjatuh ke tanah gua dan mengeluarkan suara nafas yang pelan, diikuti dengan jejak rambut pirang panjangnya.
Dia hanya terjatuh. Bahkan jika aku mengecek «Window», Life nya hanya berkurang satu atau dua point saja. Tetapi masalahnya bukan itu. Pada saat Alice terjatuh, tangan kanannya terulur ke depan, dan melewati sekitar dua puluh cens perbatasan yang anehnya terlihat jelas diantara lantai gua yang abu-abu kebiruan dengan tanah berwarna abu di depan. Telapak tangan putih bersihnya menyentuh kerikil hitam legam Tanah Kegelapan, tanah Dark Territory.
"Alice―……!"
Kirito dan Eugeo secara bersamaan memanggilnya, mereka mengulurkan kedua tangan mereka dan memegangi tubuh Alice dengan erat. Normalnya, melakukan hal seperti ini akan membuat mereka dimarahi sampai mereka menyesalinya, tapi untuk kali ini, dia hanya berdiri saja seolah-olah dalam keadaan tidak sadar, dan ditarik kembali ke dalam gua.
Alice, yang berpegangan pada tangan Eugeo dan Kirito, mendapati matanya terbuka lebar saat melihat knight hitam yang kalah, sebelum kemudian, tatapan matanya melihat ke bawah pada tangan kanannya. Di telapak tangan halusnya masih terdapat pasir dan kerikil kecil yang menempel, setiap butiran pasir tadi berwarna hitam legam.
".....Aku…Aku, ......"
Alice bergumam dengan nada yang sangat ketakutan, saat Eugeo tanpa berpikir panjang mengulurkan tangannya pada tangan kanannya. Dia mengelus telapak tangannya, menyingkirkan semua butiran pasir dan berkata dengan sungguh-sungguh.
"T-Tidak apa-apa, Alice. Kau tidak keluar gua. Tanganmu hanya menyentuhnya saja. Itu, sudah pasti, tidak dilarang, bukan? Benar, Kirito?!"
Eugeo mengangkat wajahnya dan menatap pada wajah partnernya seolah-olah mengandalkannya. Tapi Kirito tidaak melihat pada Eugeo maupun Alice. Sementara menekukkan lututnya, tatapannya dengan tajam mengamati keadaan sekitarnya.
"A-Ada apa, Kirito?"
".....Apa kau tidak merasakannya, Eugeo? Ini seperti...seseorang.....sesuatu….."
Dia merengut dan mulai mengamati sekitarnya sekali lagi, tetapi, di dalam gua bahkan tak ada satu ekor pun serangga, kupakan manusia. Satu-satunya yang terlihat di pandangnya adalah tempat yang berjarak sepuluh mels jauhnya, knight hitam yang mati. Sosok dari Integrity Knight yang memenangkan pertarungan telah menghilang dari langit.
"Itu hanya imajinasimu saja, dibandingkan dengan itu....."
Mari kita bawa Alice ke sisi lain gua ini dengan cepat.
Di saat Eugeo hendak mengatakan hal tersebut, Kirito memegangi bahunya dengan kekuatan yang penuh. Sementara merengut, Eugeo mengikuti arah pandangan partnernya, dengan segera setelah itu,tubuhnya menjadi sangat kaku.
Di dekat langit-langit gua, ada sesuatu yang aneh.
Sebuah lingkaran ungu tua berguncang seperti permukaan air. Dengan diameter kira-kira lima puluh cens, samar-samar yang melihat keluar dari tempat itu adalah——wajah manusia. Itu sangat sulit sekali untuk mengatakan bahwa itu adalah laki-laki atau perempuan, muda atau tua dari wajah datarnya. Kulitnya pucat, kepalanya tidak memiliki satu helai rambut. Kedua matanya yang terbuka lebar dalam bentuk lingkaran sempurna juga tidak memiliki emosi. Tetapi, Eugeo secara insting dapat menebak. Mata tersebut tidak melihat ke arah dirinya ataupun Kirito, tapi orang yang duduk dengan tidak sadarkan diri di tanah, Alice.
Mulut wajah asing itu mulai bergerak, melalui selaput ungu tua, kata-kata aneh dapat terdengar,
"シンギュラー・ユニット・ディテクティド。アイディー・トレーシング……"
Kedua matanya, yang terlihat seperti rumput bola berkedip sesaat, lalu sekali lagi, suara misterius itu mengatakan.
"コーディネート・フィクスト。リポート・コンプリート"
Lalu, Window ungu tadi tadi tiba-tiba menghilang. Saat Eugeo menyadarinya meskipun terlambat bahwa kata-kata aneh itu mungkin suatu jenis kalimat upacara untuk sacred art tertentu, dia dengan cepat melihat Alice, Kirito, dan lalu akhirnya dirinya sendiri, tapi dia tidak merasakan suatu hal yang telah berubah.
Bahkan meskipun begitu, kejadian itu terlalu aneh untuk diabaikan. Eugeo bertukar pandangan dengan partnernya, lalu mereka berdua membantu untuk menangkat Alice ke atas, hanya untuk membawa teman masa kecil mereka yang masih gemetaran, kembali ke dalam gua——dan mulai berlari ke arah dimana mereka datang sebelumnya.
Eugeo tidak dapat mengingat bagaimana mereka kembali ke Desa Rulid.
Kembali melintasi danau dimana naga putih itu terbaring, dan terus berlari setelah mereka melompat menuju jalan keluar yang berada di sisi berlawanan. Mereka berkali-kali tergelincir saat mereka berlari di atas batu yang basah, tapi mereka menjelajahi gua yang panjang ini dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan ketika mereka datang, ketika mereka melompat ke dalam cahaya putih akhirnya mereka melihat, cahaya matahari sore masih bersinar menerangi hutan.
Tetapi, kegelisahan Eugeo yang berhasil terambil tidak mudah untuk menghilang. Bahkan sampai sekarang, dia masih memiliki perasaan bahwa Window ungu tua akan terbuka tepat di belakangnya, dengan wajah pucat aneh akan muncul sekali lagi, jadi dia tak membiarkan dirinya untuk beristirahat.
Dibawah pepohonan dimana burung berkicau, melewati tepi sungai dimana sekelompok ikan kecil berenang ke sana dan kemari, mereka bertiga berjalan dengan cepat dalam keheningan. Melintasi bukit yang seharusnya menjadi Perbatasan Utara, melewati dua kolam kembar, sebelum akhirnya mereka sampai di jembatan utara Rulid.
Dengan sedikit lagi berjalan, mereka telah kembali dan beristirahat di dasar pohon tua, yang menjadi tempat pertemuan mereka fajar tadi, tapi mereka masih belum banyak bicara. Mereka bertiga bertukar pandangan sebelum sedikit tersenyum.
"Hei, Alice, ini."
Kirito mengatakan itu sementara menyerahkan keranjang rotan yang terlihat berat itu ke depan. Didalamnya dipenuhi dengan hasil petualangan mereka hari ini, «Es Musim Panas», Eugeo sekarang baru menyadari keberadaan keranjang yang benar-benar dia lupakan. Untuk meyembunyikan rasa malunya, dia berkata dengan wajah tenang.
"Ketika kau sampai rumah, kau lebih baik segera membawanya menuju ruang bawah tanah. Dengan begitu, ini seharusnya akan mampu bertahan sampai besok, bukan?"
"....Ya, baiklah."
Alice yang biasanya tidak menurut segera mengangguk, setelah mengambil keranjang itu, dia berbalik untuk melihat kedua wajah anak laki laki itu, akhirnya senyum cerahnya yang biasa terlihat dari wajahnya.
"Kalian dapat berharap untuk kotak makan siang besok. Sebagai hadiah untuk kerja keras kalian, aku akan melakukan yang terbaik."
Maksudmu Sadina-obasan yang akan melakukan yang terbaik, bukan? yang tentu saja, Kirito dan Eugeo tidak mengatakannya secara keras. Mereka berdua bertukar pandang untuk sesaat sebelum mengangguk pada saat yang bersamaan.
"….Hei, apa yang kalian berdua pikirkan?"
Alice bertanya sementara memperlihatkan ekspresi kebingungan, dua anak laki-laki itu menepuk bahu Alice, sebelum berkata secara bersamaan——
"Tidak ada apa-apa! Baiklah, mari kita kembali ke desa!"
Pada saat mereka berjalan menuju alun-alun desa, tempat dimana mereka berpisah, cahaya matahari terbenam yang sesungguhnya berada di langit yang melayang di atas mereka. Kirito tinggal di gereja, Alice pulang kembali ke rumah kepala desa. Eugeo tiba di rumahnya di sisi barat desa tepat beberapa menit sebelum lonceng jam enam malam berbunyi.
Eugeo tetap diam saja sepanjang makan malam yang pada saat dia tiba, hampir ketika waktunya. Meskipun dia sangat yakin bahwa saudara laki-laki dan saudara perempuannya, bahkan ayah dan kakeknya tidak pernah mengalami petualangan sepertinya hari ini, dia entah kenapa tidak mampu membuat dirinya untuk menceritakan hal tersebut.
Kelihatannya dia tidak dapat berbicara tentang fakta bahwa dia telah melihat Tanah Kegelapan dengan matanya sendiri——pertarungan sengit diantara Integrity Knight melawan Darkness Knight, dan kemudian wajah aneh yang muncul di akhir petualangan, karena sekali dia berbicara mengenai itu, itu tidak sulit baginya untuk menebak bagaimana reaksi keluarganya nantinya, dan itu yang membuatnya takut.
Malam itu, Eugeo yang pergi untuk tidur lebih awal yang berpikir dia akan melupakan semua yang dia lihat di akhir petualangannya. Tetapi dia tidak mampu melakukannya, sebab Gereja Axiom dan Integrity Knight yang begitu dia kagumi dan hormati sampai saat ini telah berubah menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda.
Bagian 4
Solus telah terlihat, kemudian terbit——dan setelahnya, ini adalah kehidupan sehari-hari seperti biasanya, tanpa ada sesuatu yang berubah.
Normalnya, satu hari setelah hari libur, Eugeo akan pergi ke tempat kerjanya dengan sedikit muram, tetapi, hari ini dia entah bagaimana merasa lega. Aku sudah cukup dengan berpetualang, aku adalah penebang pohon setelah semua. Sementara dia memikirkan hal ini saat dia berjalan keluar dari gerbang selatan desa, Kirito bergabung dengannya di perbatasan antara padang rumput dan hutan.
Eugeo menyadari sedikit perasaan kelegaan di wajah partner yang telah dia kenal untuk waktu yang lama. Partnernya juga menyadari ekspresi yang sama pada wajah Eugeo. Untuk sesaat, mereka berdua saling bertukar senyuman untuk menyembunyikan rasa malu mereka.
Mereka berjalan menyusuri jalan yang sempit kecil di hutan untuk beberapa saat sebelum mengambil Dragon Bone Axe dari gubuk penyimpanan, lalu setelah berjalan untuk beberapa menit, mereka mencapai bagian dasar Gigas Cedar. Eugeo bersyukur ketika dia berpikir melanjutkan untuk menebang batang pohon ini seperti tidak ada apapun yang telah berganti.
"Baiklah, pastikan kau mendapatkan beberapa tebasan yang bagus dan mentraktirku Air Siral hari ini."
"Bukannya itu yang selalu kau lakukan sampai beberapa hari ini, Kirito?"
Saat mereka saling berbicara satu sama lain, Eugeo mempersiapkan kapak. Serangan pertamanya membuat suara Gon bernada tinggi. Aku sedang dalam kondisi bagus hari ini. Eugeo berpikir seperti itu.
Saat pagi pagi hari telah berlalu, mereka berdua melanjutkan membuat serangan bagus pada batang pohon. Alasannya adalah, saat mereka mengayunkan kapak, jika mereka kehilangan konsentrasi, pikiran mereka akan kembali pada kejadian yang mereka lihat kemarin——itu bukanlah sesuatu yang dapat dihindari.
Setelah menghantamkan serangan kesembilan dari lima puluh hantaman setiap bagian yang diperintahkan, perut Eugeo mulai merasa lapar.
Eugeo melihat ke atas langit sementara mengusap keringatnya, Solus telah mencapai bagian tengah dari langit. Seperti biasa, setelah satu serangan lagi, Alice akan membawakan makan siang yang sudah ditunggu mereka. Namun hari ini kami dapat memakan pai dan susu dingin secara perlahan. Perut kosongnya terasa sakit hanya dengan membayangkannya.
"Otto....."
Hanya memikirkan tentang makan siang saja membuat genggaman Eugeo menjadi tergelincir. Setelah menyeka kedua tangannya yang basah, dia dengan hati-hati menggenggam kapak dengan genggaman yang lebih erat.
Tiba-tiba, cahaya matahari menjadi meredup.
Hujan yang mendadak? Itu sangat menyebalkan. . Eugeo berpikir sementara melihat ke atas.
Sebuah bayangan dapat terlihat terbang melintas langit biru di atas batang Gigas Cedar dengan kecepatan tinggi. Jantung Eugeo tersentak.
"Naga terbang.....!?"
Eugeo tanpa sadar berteriak.
"Oi.....Kirito, yang barusan itu!?"
"Aa, itu adalah Integrity Knight yang kemarin!!"
Suara partnernya juga membeku dalam ketakutan.
Naga terbang bersama-sama dengan knight berarmor putih keperakan yang duduk di punggungnya menyapu puncak pohon dan menghilang dari pandangan mata mereka menuju arah Desa Rulid.
Kenapa dia datang ke tempat seperti ini?
Di dalam keheningan yang menyeluruh, seolah-olah burung dan serangga dalam keadaan ketakutan, Eugeo berpikir dengan kebingungannya.
Integrity Knight bertarung melawan musuh Gereja Axiom dan menjaga aturan agar tetap pada tempatnya. Di dalam Dunia Manusia dimana empat kerajaan membagi dan memerintahnya, tidak ada kelompok pemberontak lagi, jadi selain dari tentara kegelapan, musuh dari Integrity Knight tidak ada sekalipun. Apa yang kudengar tentang pertempuran tanpa akhir di bagian luar Puncak Barisan Pegunungan, aku sebenarnya telah melihatnya dengan mataku sendiri kemarin.
Ini pertama kalinya aku melihat seorang Integrity Knight yang sesungguhnya. Semenjak aku dilahirkan, Integrity Knight tidak pernah datang ke desa. Dan meski begitu, kenapa sekarang——
"Itu tidak mungkin.....Itu tidak mungkin, Alice...."
Kirito bergumam di sampingnya.
Pada saat dia mendengar hal itu, suara aneh yang dia dengar sebelumnya kembali terdengar dengan jelas di telinga Eugeo. Dibalik window ungu tua itu, yang mengatakan keluar kalimat aneh dari mulut manusia dengan bentuk wajah aneh. Dia merasa hawa dingin dibalik punggungnya seolah-olah dia dimasukkan ke dalam air yang membeku.
"Ini bohong..... ini tidak mungkin benar, hanya dengan itu..... hanya dengan itu saja....."
Dia memandang wajah Kirito sementara dia mengatakan itu, seoalh-olah untuk mencari persetujuan, namun partnernya memperlihatkan ekspresi wajah serius yang jarang sementara menatap pada arah knight itu terbang. Beberapa saat kemudian, Kirito menatap lurus pada mata Eugeo sebelum memberikan sebuah perintah pendek.
"Ayo pergi!"
Dia mengambil Dragon Bone Axe dari tangan Eugeo sebelum berlari lurus menuju arah utara.
"O.....Oi!"
Sesuatu yang buruk sedang terjadi.. Sementara dia memikirkan hal itu, Eugeo juga menghentakkan kaki ke tanah dan segera mengejar di belakang Kirito.
Mereka berdua berlari melintasi jalan kecil yang mereka kenal di hutan dengan kecepatan penuh sambil menghindar dari akar dan batu, sampai ke tempat dimana jalan itu bergabung dengan jalan utama yang menuju ke arah ladang. Mereka tidak dapat melihat bayangan naga terbang di atas langit desa. Kirito sedikit melemaskan kakinya, dan dengan suara keras bertanya pada petani di antara rimbunan gandum, yang mengenakan pakaian biru dan sedang melihat ke atas langit.
"Ridack –ojisan! Dimana ksatria naga tadi pergi!?"
Petani itu terlihat seperti dia baru saja terbangun dari mimpinya, setelah berkedip beberapa kali, dia akhirnya menjawab.
"A... Ah.... hello, kelihatannya dia mendarat di alun-alun desa…."
"Terima kasih!!"
Setelah berterima kasih padanya dengan perasaan jengkel, mereka berdua terus berlari dengan kecepatan penuh.
Di berbagai tempat sepanjang jalanan utama dan ladang, terdapat sekelompok penduduk desa yang hanya berdiri saja. Mungkin, bahkan di antara para tetua, tidak ada satupun dari mereka yang benar-benar pernah melihat Integrity Knight sebelumnya. Semua orang hanya melihat ke arah desa dengan eskpresi wajah yang tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Eugeo dan Kirito hanya berlari melewati mereka dengan susah payah.
Melintasi gerbang selatan desa, berlari melewati jalan pendek daerah pertokoan, dan, setelah menyeberangi jembatan batu kecil, mereka berdua akhirnya melihatnya. Mereka menahan nafas mereka tanpa pernah menghentikan langkah kaki mereka.
Leher panjang melengkung dan ekor dari naga terbang tersebut menempati separuh bagian utara dari alun-alun di depan gereja.
Sayap besarnya terlipat di sampingnya, hampir sepenuhnya menutupi gereja dari pandangan. Sisik abu-abu dan armor besi di berbagai bagian dari tubuhnya memantulkan cahaya Solus, yang membuatnya terlihat seperti sebuah patung es. Mata merah darah, yang tidak memiliki emosi, mengawasi alun-alun desa.
Di depan sang naga, yang bahkan bersinar jauh lebih menyilaukan, adalah sesosok knight.
Badannya lebih besar daripada semua orang yang ada di desa. Armor berat yang dipoles hingga terlihat seperti cermin menutupi seluruh tubuhnya, tanpa ada satu kain sekalipun, juga semua persendiannya ditutupi dengan rantai perak yang dijahit dengan rapi. Bagian pelindung kepala yang menyerupai bentuk kepala naga yang memiliki bagian dahinya menonjol keluar, di bagian samping terdapat hiasan tanduk panjang yang terbentang ke belakang, wajah knight itu tersembunyi di balik pelindung wajah yang besar yang ditarik ke bawah.
Ada sebuah pedang panjang yang memiliki gagang perak tergantung di pinggang kirinya. Di punggungnya, dengan panjang sekitar satu mel, terdapat sebuah busur panah coklat kemerahan. Tanpa ada keraguan lagi, dia adalah Integrity Knight yang menembak dan membunuh Darkness Knight yang Eugeo telah lihat di jalan keluar gua kemarin.
Dari bagian berbentuk salib yang terbuka dari pelindung wajahnya, knight itu menatap tanpa mengatakan apapun ke arah bagian selatan selatan alun-alun, dan sejumlah penduduk desa yang berkumpul menundukkan kepalanya secara bersamaan. Di barisan terakhir, sosok gadis muda yang baru saja menunduk dengan keranjang rotan di tangannya dapat terlihat. Eugeo sedikit melepaskan ketegangan dari bahunya. Alice yang memakai pakaian biru biasanya dan pinafore putihnya, memandang sosok Integrity Knight dari celah diantara orang dewasa.
Eugeo menyikut pinggang Kirito sebagai sinyal, mereka menundukkan tubuh mereka dan bergerak, setelah mereka sampai di belakang Alice, Kirito berbisik.
"Alice….."
Teman masa kecil mereka berbalik, saat rambut pirangnya terayun ke samping, wajah kagetnya terlihat seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu. Kirito dengan cepat meletakkan jarinya ke mulutnya, sebelum dengan pelan berbisik.
"Alice, tolong diam. Aku pikir kita harus pergi dari sini sekarang."
"Eh….Kenapa?"
Alice menjawab dengan bisikan pelan dengan volume yang sama, dia kelihatannya tidak mengetahui bahaya yang sekarang sedang mendekatinya. Eugeo berpikir dia tidak akan menyadari akan kemungkinan itu tanpa Kirito mengatakannya.
"Tidak....Integrity Knight itu mungkin…."
Bagaimana seharusnya kami menjelaskannya mulai dari hal ini. Eugeo kehilangan kata-kata untuk sesaat. Dan di saat itulah.
Beberapa suara pelan datang dari dalam kerumunan. Melihat ke sana, yang berjalan menuju alun-alun dari aula desa, seorang pria tinggi terlihat.
"Ah......ayah."
Alice bergumam. Pria itu adalah ayah gadis ini dan di waktu yang sama, merupakan Kepala Desa Rulid saat ini, Gasupht Schuberg. Tubuh tegapnya memakai rompi sederhana, rambut dan kumis hitamnya tersisir rapi. Bahkan meskipun dia mewarisi Sacred Task dari kepala desa sebelumnya hanya semenjak empat tahun lalu, sikapnya yang sangat tegas dengan cepat membuat dia dihormati oleh seluruh penduduk desa.
Gasupht mendekati Integrity Knight sendirian tanpa sedikitpun tanda-tanda keraguan, sebelum meletakkan tangan di depan tubuhnya menurut etika Gereja Axiom, kemudian membungkuk. Setelah mengangkat wajahnya, dia memperkenalkan dirinya.
"Saya berperan sebagai sebagai kepala desa Rulid, Schuberg adalah namaku."
Sang Integrity Knight mengangkat tangannya di depan tubuhnya sebagai balasan salam Gasupht, armornya membuat suara samar-samar ketika dia mengangguk, sebelum mulai untuk berbicara.
"Penjaga Istana Kerajaan Norlangarth Utara, Integrity Knight dari Gereja Axiom, Deusolbert Synthesis Seven."
Sangat sulit untuk mempercayai bahwa suara itu datang dari tenggorokan mahluk hidup, karena suaranya menggema dalam intonasi yang sumbang. Suara yang benar-benar terasa seperti baja menggema di seluruh alun-alun, membuat setiap penduduk desa di area itu menjadi terdiam. Eugeo merengut saat suara itu terasa seolah-olah menusuk langsung melewati dahinya dibandingkan dengan masuk melalui telinganya, meskipun dia berjarak dua puluh mel jauhnya. Bahkan kepala desa Gasupht terdorong setengah langkah ke belakang dikarenakan tekanannya.
Tetapi, seperti yang diharapkan dari keberaniannya, Gasupht memperbaiki posisi tubuhnya, sebelum mengeluarkan pidato mengesankannya sekali lagi.
"Ini adalah sebuah kehormatan dari Tuan Integrity Knight, yang menjaga ketertiban di seluruh penjuru Dunia Manusia yang luas ini, untuk berkunjung ke desa kecil kami di daerah terpencil ini. Jika saya tela mengetahui waktu anda datang terlebih dahulu saya akan mempersiapkan sebuah jamuan penyambutan."
"Saya tidak dapat menerima hal tersebut saat aku haru menjalankan tugas resmiku."
Suara menggema knight itu mengatakan seperti itu, dan dengan tatapan seperti es di balik pelindung wajahnya——dia melanjutkan,
"Dikarenakan anak Gasupht Schuberg, Alice Schuberg telah melanggar pasal dalam Taboo Index, aku datang untuk menangkapnya untuk penginterogasian, yang diikuti dengan pengeksekusiannya."
Getaran dapat terlihat dari punggung Alice yang berdiri di dekatnya. Tetapi, Eugeo dan Kirito tidak dapat berbuat apa-apa, lupakan berbicara. Di dalam kepala mereka, kata-kata knight itu terus terdengar berkali-kali.
Tubuh kuat kepala desa itu juga terguncang untuk sesaat. Sebuah lengkungan kecil namun jelas dapat sedikit terlihat dari samping wajahnya.
Setelah keheningan yang panjang, Gasupt berkata dengan suara yang telah kehilangan wibawanya.
"....Tuan Knight, dosa apakah yang putriku telah lakukan?"
"Taboo Index, bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, melewati batas Dark Territory."
Pada saat itu, sebuah keributan yang besar terjadi di antara para penduduk desa yang sedang menahan nafas mereka, mendengarkan pembicaraan mereka sampai titik ini. Anak-anak membuka lebar mata mereka, saat semua orang dewasa yang mengucapkan ayat suci gereja sementara menggenggam simbol pelindung kutukan.
Lalu, Eugeo dan Kirito akhirnya bertindak, sebagian dikarenakan oleh insting. Mereka mendorong diri mereka untuk maju ke depan Alice, melekatkan bahu mereka, menyembunyikan gadis itu dari tatapan penduduk desa dibalik punggung mereka. Tetapi mereka tidak dapat melakukan tindakan yang lebih jauh, karena pergerakan yang tiba-tiba akan menarik perhatian orang dewasa yang ada di depan mereka.
Di dalam kepala Eugeo, Apa yang seharusnya kami lakukan, apa yang seharusnya kami lakukan, adalah satu-satunya yang ada di pikirannya, dan terus terulang dengan sendirinya. Bahkan tanpa perasaan depresi yang memenuhi di dadanya saat ini, dia masih tidak akan tahu apa yang dia dapat lakukan.
Semua yang dia lakukan hanya tetap berdiri, menyaksikan adegan di depannya, melihat pada kepala desa Gasupht yang menundukkan kepalanya dengan dalam tanpa membuat gerakan lainnya.
Itu tidak apa-apa, jika memang orang itu. Eugeo berpikir seperti itu. Bahkan meskipun dia belum pernah berbicara dengan Kepala Desa Gasupht, dia seharusnya adalah orang yang paling dihormati dari semua orang dewasa setelah Pak Tua Garitta.
Namun——
"....Jika memang begitu, saya akan memanggil putriku, saya berpikir kita seharusnya mendengar alasan dari mulutnya sendiri."
Kepala desa yang mengangkat kepalanya hanya mengatakan itu.
Tidak, kita tidak dapat membiarkan Alice menuju ke depan knight itu. Selama periode waktu singkat Eugeo memikirkan hal itu, Integrity Knight itu mengangkat tangan kanannya saat armornya membuat suara yang pelan. Melihat ujung jarinya menunjuk kearahnya, jantung Eugeo berdegup kencang dengan perasaan tak nyaman.
"Itu sama sekali tidak perlu. Alice Schuberg ada disana. Kau, dan kau...."
Knight itu menggerakkan tangannya dan menunjuk dua orang dewasa di antara kerumunan secara bergantian.
"Bawa anak perempuan kepala desa kemari."
Barisan penduduk desa di depan Eugeo dengan cepat terpisah. Apa yang berdiri di antara Integrity Knight dan Alice hanyalah Kirito dan Eugeo saja.
Di jalan yang lebar tersebut, dua penduduk desa yang dikenalnya perlahan mendekat. Kulit mereka telah kehilangan warna karena kurangnya darah, namun ada cahaya aneh yang terlihat di dalam mata mereka.
Orang itu dengan menyingkirkan Eugeo dan Kirito secara paksa, yang menghalangi mereka, menuju Alice, dan mendorong mereka berdua ke samping sebelum mengenggam tangan Alice.
"Ah…."
Alice berteriak dalam suara pelan, sebelum menutup mulutnya dengan rapat. Sementara pipinya yang berwarna merah mawar memudar, sebuah senyuman tipis terlihat dari wajahnya. Tidak apa-apa. Dia mengangguk kepada mereka berdua hanya dengan seperti itu.
"Alice…."
Ketika Kirito memanggilnya dengan suara pelan, keranjang rotan di tangan kanannya terjatuh dikarenakan tarikan yang kuat. Penutupnya terbuka, dan isinya menggelinding pada jalanan berbatu.
Kedua penduduk desa menarik Alice, tanpa membiarkannya mengambil keranjangnya, menuju Integrity Knight.
Tatapan Eugeo tertuju pada keranjang rotan yang tergeletak di sampingnya.
Pai dan roti keras yang tebungkus dalam kain putih, dengan bongkahan es kecil mengisi celahnya. Sebagian kecil es yang terbuang keluar ke tanah memantulkan cahaya matahari dan bersinar terang. Pada saat itu, di atas permukaan batu, yang dipanasi oleh cahaya matahari, itu dengan segera menjadi mencair, berubah menjadi sebuah titik hitam kecil.
Di sampingnya, Kirito menarik nafas dengan kuat.
Seperti yang diduga, dia mengangkat wajahnya dan mengejar punggung Alice, yang sementara ditarik pergi. Eugeo juga menggeretakkan giginya, memaksa kakinya yang kaku mengikuti partnernya.
Kedua orang itu melepaskan tangan Alice di samping kepala desa, kemudian bergerak beberapa langkah ke belakang sebelum berlutut. Kedua tangan mereka mendekap saat mereka membungkuk dengan dalam, memperlihatkan kepatuhan pada knight itu.
Alice, yang telah dilepaskan, melihat ke arah ayahnya dengan wajah pucat. Gasupht memandang anak perempuan kesayangannya sesaat sebelum berbalik dan melihat ke bawah sekali lagi.
Integrity Knight itu perlahan mengangguk sebelum mengeluarkan sebuah alat aneh dari belakang armornya. Itu adalah rantai besi tebal dengan tiga sabuk kulit menempel padanya secara parallel, terdapat lingkaran besar di ujung rantai tersebut.
Knight itu menyerahkan alat tersebut pada Gasupht.
"Perintah untuk kepala desa. Ikatlah kriminal itu."
"............"
Saat kepala desa menerima alat pengekang itu saat menurunkan tatapan kebingungannya, sebelum Kirito dan Eugeo akhirnya tiba di hadapan knight itu. Pelindung kepala ksatria tersebut bergerak perlahan, sebelum menatap lurus pada mereka.
Eugeo tidak mampu untuk melihat apapun yang ada di dalam lubang berbentuk salib pada pelindung wajah yang berkilauan, seolah-olah itu terbungkus dalam kegelapan yang dalam, tapi tekanan dari tatapan itu membuatnya merasakan kesakitan. Dia menatap ke bawah secara refleks, menginginkan untuk mengatakan sesuatu pada Alice yang berdiri di depannya, namun dia tidak mampu untuk melakukannya, seolah-olah tenggorokannya terasa seperti sedang terbakar.
Kirito juga menundukkan wajahnya, seperti Eugeo, sementara mengambil nafas dalam secara berulang-ulang, kemudian tiba-tiba dia mengangkat wajahnya dan berteriak dengan suara keras sementara dia masih gemetaran.
"Knight-sama!!"
Dia mengambil nafas dalam sekali kali, dan melanjutkan.
"A.....Alice tidak memasuki Dark Territory! Salah satu tangannya saja yang menyentuh tanah itu beberapa saat! Hanya itu saja!"
Tetapi, jawaban dari knight tersebut hanyalah sederhana.
"Apa masih perlu tindakan yang lebih jauh?"
Bersamaan dengan perkataan itu, dia melambaikan tangannya pada dua orang yang berlutut tadi. Penduduk desa itu berdiri dan menggenggam punggung Kirito dan leher Eugeo, sebelum mulai menarik mereka menjauh. Sementara melawan mereka, Kirito berteriak sekali lagi.
"K…..Kalau begitu, kami juga melakukan dosa yang sama!! Kami berada di tempat yang sama! Jika anda ingin membawanya, maka bawalah kami juga!!"
Tetapi, Integrity Knight itu tidak lagi melihat mereka.
Itu benar....Jika Alice melanggar Taboo, maka aku seharusnya menerima hukuman yang sama. Eugeo berpikir seperti itu. Dia memikirkan itu dari dasar dalam hatinya.
Lalu kenapa suaraku ini tidak mau keluar? Aku ingin berteriak seperti Kirito, tapi mulutku terasa seperti telah melupakan bagaimana caranya bergerak, semua yang dapat aku lakukan adalah menghembuskan nafas kuat.
Alice memandang dan menatap ke arah mereka berdua untuk sejenak, Tidak apa-apa. Dia tersenyum seperti mengatakan itu, dan mengangguk.
Ayahnya, yang telah kehilangan ekspresi di wajahnya, memasangkan alat pengekang berbahaya itu di belakang tubuh langsingnya. Dia mengeratkan tiga sabuk tadi pada bagian bahu, perut, dan pinggangnya. Wajah Alice untuk sesaat sedikit berubah. Setelah dia selesai mengeratkan peralatan logam itu, dia mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung, dan menunduk sekali lagi. Knight itu berjalan menuju Alice, sebelum mengenggam ujung dari rantai yang tergantung dari punggungnya.
Kirito dan Eugeo ditarik mundur menuju bagian tengah alun-alun, kemudian secara paksa dijatuhkan dengan betumpu dengan lutut mereka.
Kirito mendekatkan mulutnya ke telinga Eugeo sementaral berpura-pura terguncang, dan dengan cepat berbisik.
"Eugeo…Dengar, aku akan menggunakan kapak ini untuk menyerang Integrity Knight. Aku seharusnya mampu untuk mengulur waktu selama beberapa detik, kau gunakan kesempatan itu untuk mengambil Alice dan segera kabur. Larilah ke ladang gandum di selatan, berbaurlah ke dalam celah yang ada di ladang dan pergilah menuju hutan, kau tidak akan mudah terlihat jika sampai di sana."
Setelah Eugeo menatap pada Dragon Bone Axe yang dipegang Kirito, dia entah mengapa mampu untuk memaksakan suaranya untuk keluar.
"......Ki...Kirito...tapi..."
Kemarin, bukankah kau sudah melihat skill pedang dan panah Integrity Knight yang mengerikan itu? Jika kau melakukan sesuatu seperti itu, dia akan segera membunuhmu…Sama seperti Darkness Knight.
Seolah-olah dia dapat membaca pikiran Eugeo, yang tidak mampu untuk berbicara, Kirito melanjutan.
"Tidak apa-apa, knight itu tidak akan mengeksekusi Alice tepat di tempat ini. Mungkin, tanpa interogasi terlebih dahulu, dia tidak dapat langsung membunuhku. Aku juga akan mencari kesempatan untuk melarikan diri. Juga…."
Tatapan mata membara Kirito yang tertuju pada Integrity Knight, yang sedang memastikan ikatan dari alat pengekangnya. Setiap kali dia menarik sabuk kulit tadi, wajah Alice berubah menjadi kesakitan.
".....Juga, tidak apa-apa bahkan jika kita gagal. Selama kita ikut dibawa pergi bersama dengan Alice, seharusnya masih ada kesempatan bagi kita untuk melarikan diri. Tapi sekarang ini, jika Alice dibawa pergi dengan naga terbang itu, maka tidak ada harapan lagi."
"Itu....."
Itu mungkin benar.
Tapi——sebuah ide berbahaya yang bahkan tidak dapat dianggap sebagai sebuah rencana, bukankah itu adalah «Pengkhianatan terhadap Gereja»? Taboo Index, bab pertama, kalimat pertama, paragraf pertama, yang ditetapkan sebagai, dosa terbesar——
"Eugeo....Apa memang perlu untuk ragu-ragu!? Siapa juga yang peduli jika itu Taboo?! Apakah itu lebih penting dibandingkan dengan hidup Alice!?"
Suara pelan namun jelas dari Kirito terdengar di dalam telinga Eugeo.
Benar. seperti yang telah dikatakan olehnya.
Di dalam hati Eugeo, dia meneriakkan itu pada dirinya.
——Kita bertiga telah memutuskan bahwa kita akan terus bersama semenjak lahir sampai mati. Bekerja bersama-sama, jadi satu orang dapat hidup demi dua orang lainnya, kita telah bersumpah untuk melakukan itu.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk ragu-ragu. Gereja Axiom dan Alice, diantara dua hal itu yang mana yang jauh lebih penting? Jawabannya telah diputuskan. Itu telah diputuskan. Itu adalah——itu adalah——
"Eugeo…Apa yang kau pikirkan tentang itu, Eugeo!!"
Suara yang sekarang terdengar seperti teriakan menyayat hatinya keluar dari Kirito.
Alice yang melihat mereka berdua. Dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi cemas.
"Itu adalah..... itu.... adalah......"
Sebuah suara serak keluar dari tenggorokannya, seolah-olah itu bukan suara miliknya.
Tetapi, dia tidak dapat menyelesaikan kata-katanya. Bahkan di dalam kepalanya, dia tidak dapat membentuk sisa dari kata-kata tersebut. Zukin, rasa sakit yang tajam menjalar menuju mata kanannya. Rasa sakit yang terus menusuk itu mengganggu pikirannya. Zukin, zukin, warna seperti darah tersebar di pandangannya, meyelimuti semuanya tanpa terkecuali, sementara perasaan dari anggota tubuhnya memudar.
Pada saat itu, kepala desa telah menyadari peristiwa yang tidak biasa terjadi, yang disebabkan oleh mereka berdua. Dia perlahan menggerakkan tangannya, dan memerintahkan dua penduduk desa yang berdiri di belakang mereka berdua.
"Bawa keluar dua anak-anak itu dari alun-alun."
Dengan segera setelah itu, leher Eugeo dan Kirito digenggam dan diseret ke belakang.
"Sial…..lepaskan!!! ——Kepala desa!! Gasupht-ojisan! Apakah tidak apa-apa!? Apakah tidak apa-apa membiarkan Alice diambil pergi dengan cara seperti ini!!?"
Kirito meronta-ronta seolah-olah dia menjadi gila, melepaskan tangan orang itu, mempersiapkan kapak di tangannya, bersiap untuk menyerbu.
Tetapi, kakinya, yang mengenakan sepatu boot kulit sederhana, bahkan tidak dapat membuat gerakan selangkah ke depan. Sebelum dia mulai berlari, sesuatu yang mengejutkan telah terjadi.
Di saat Integrity Knight, yang telah selesai memastikan ikatan sabuk kulit Alice, menatap Kirito, Dragon Bone Axe yang gagangnya dia genggam dengan erat membuat suara logam tajam sebelum terlempar keluar dari tangannya. Knight tersebut tidak menyentuh pedang di pinggangnya maupun panah di punggungnya. Dia bahkan tidak menggerakkan satu jaripun. Seolah-olah kehendaknya sendiri membentuk pedang asli dan mengenai kapak Kirito, membuat itu terhempas menuju bagian ujung alun-alun.
Kirito yang menerima hantaman yang berasal dari hantaman tidak biasa itu juga tubuhnya ditekan saat dia terjatuh. Dengan segera, beberapa orang bergabung dan benar-benar menghentikan gerakannya secara sepenuhnya.
Pipi kanannya tertekan pada jalanan berbatu, sementara dia memperlihatkan ekspresi kesakitan, Kirito dengan susah payah berteriak.
"Eugeo! Kumohon, pergilah!"
"A....u, a....."
Seluruh tubuh Eugeo menjadi bergemetar.
Pergi. Aku harus pergi. Aku harus mengambil kembali Alice dari tangan knight itu, lalu melarikan diri menuju hutan selatan.
Suara samar-samar bergema dari ujung pikirannya. Tapi, dengan segera, sebuah rasa sakit yang tajam menyerang mata kanannya seolah-olah seperti ditusuk, menghempaskan semua tujuannya. Bersamaan dengan cahaya merah yang bergetar itu, suara keras lainnya menggema seperti sebuah lonceng rusak.
Gereja Axiom adalah mutlak. Taboo Index adalah mutlak. Tidak mematuhinya adalah larangan. Larangan untuk semua orang.
"Eugeo, setidaknya singkirkan orang-orang ini dariku!! Lalu aku bisa......"
Integrity Knight itu tidak lagi mempedulikan keributan di alun-alun, dia memasang ujung rantai tadi pada pelana yang ada di punggung naga terbangnya. Saat naga itu merendahkan lehernya, knight tadi memanjat pada pelana itu tanpa ada kesulitan. Armor peraknya berkilauan dengan terang.
"Eugeo——"
Kirito berteriak saat dia memuntahkan darah.
Naga terbang putih itu mengangkat tubuhnya, dan membentangkan sayapnya secara lebar.Suara keras terdengar dua, atau tiga kali.
Alice yang terikat pada pelana naga tersebut, memandang lurus pada Eugeo. Dia tersenyum. Seolah-olah dia mengucapkan 'Selamat tinggal,' dengan kedua mata birunya. Rambut pirang panjangnya terurai karena angin yang disebabkan oleh kepakan sayap, berkilauan dengan terang seperti armor knight itu.
Tetapi, Eugeo tidak dapat bergerak. Dia tidak dapat mengeluarkan suaranya.
Seolah-olah kedua kakinya tertanam ke tanah, dia bahkan tidak dapat bergerak sedikitpun.
Prolog 2: Juni 2026
Bagian 1
Sementara meminum kopi susu dingin, menikmati aroma yang menenangkan saat dia perlahan menelannya, Asada Shino mengeluarkan desahan panjang.
Dia melihat pemandangan yang samar-samar dari payung penuh dengan warna yang melintas melalui kaca jendela antik. Dia tidak menyukai hujan, tapi ada di bangku yang ada di kafe ini, yang terlihat seperti lorong yang tersembunyi, dan melihat pemandangan jalan basah yang tidak akan membuatnya murung. Perabotan di dalam kafe tidak memiliki tanda-tanda teknologi, dan aroma yang dikenalnya dari dapur di dalam konter yang membuatnya memiliki ilusi, seperti jatuh di perbatasan antara dunia nyata dan dunia virtual. Itu seolah-olah kelas di sekolah yang baru selesai satu jam yang lalu adalah pemandangan dari dunia yang berbeda.
"Hujannya cukup deras, bukan."
Itu membutuhkan waktu beberapa saat sebelum dia menyadari suara berat yang berasal dari konter yang tertuju padanya. Tentu saja, karena tidak ada pelanggan yang lain. Memfokuskan pandangannya ke arah pemilik kafe berkulit café au lait, yang sedang membersihkan gelas kaca dengan hati-hati, Shino menjawab.
"Ya, ini adalah musim hujan setelah semua. Kelihatannya itu akan terus hujan hingga sampai besok."
"Aku sangat yakin ini perbuatan penyihir Undine."
Raksasa bermuka menyeramkan itu mengatakan perkataan itu dengan wajah merah, sebelum tanpa sadar tersenyum masam.
".......Ketika kamu memberitahu lelucon, itu akan akan kehilangan efeknya jika kau membuat wajah seperti itu, Agil-san."
"Mu......."
Suasana di kafe dan bar, penjaga «Dicey Café» Agil meraba dahi dan mulutnya untuk membentuknya 'wajah seperti itu', dan kelihatannya dapat membuat anak kecil segera mulai menangis jika melihatnya, Shino yang melihatnya mengeluarkan sedikit tawa. Dia kemudian dengan cepat membawa gelasnya menuju mulutnya dan meminum kopinya.
Kenapa dia dapat menanggapi reaksi Shino? Tepat setelah Agil membuat wajah yang sangat menakutkan dengan cara yang menghibur tadi, bel pintu berbunyi. Pelanggan baru itu berhenti tepat saat dia baru satu langkah memasuki kafe itu dan melihat wajah pemiliknya lalu menggelengkan kepalanya sebelum mengatakan berkata.
".....Hei Agil, jika kau menyambut pelanggan dengan wajah itu setiap hari, kafe ini akan keluar dari bisnis dalam waktu dekat."
"B-Bukan seperti itu. Ini hanya permintaan spesial untuk lelucon."
".....Tidak, itu juga salah."
Saat dia membantah kesalahan Agil, dia memasukkan payungnya ke dalam tong wiski di dekat pintu sebelum melihat ke arah Shino dan mengangkat tangan kanannya.
"Otsu."
"Kau terlambat."
Dia sedikit meregut saat dia menjawabnya, orang yang ditunggunya——Kirigaya Kazuto menunduk sebelum minta maaf.
"Maaf, aku belum pernah naik kereta untuk beberapa waktu yang lama...."
Dia duduk di kursi yang sisinya berlawanan dengan Shino, lalu melepaskan kancing kerah kemejanya yang terbuka.
"Kamu tidak naik sepeda motor hari ini?"
"Aku tidak mau menaiki sepeda motor di waktu hujan....Agil, satu Caffe Shakereto untukku."
Shino melihat Kirito yang dengan santai memesan minuman yang tidak dikenalnya, lehernya sangat kurus seperti avatarnya di dunia virtual, wajahnya juga tidak dapat dibilang sehat.
"......Bukannya kau terlalu kurus? Kau seharusnya makan lebih banyak."
Shino mengatakannya sementara merengut, tapi Kazuto hanya menggerakkan tangannya.
"Mulai hari ini berat badanku mungkin akan kembali pada berat badan normalku bagaimanapun juga. Tapi dari hari Jumat sampai Minggu, tapi itu akan turun lagi....."
"Berlatih di gunung?"
"Tidak, tidak melakukan apapun selain tidur."
"Lalu kenapa kamu menjadi lebih kurus?"
"Tidak makan dan minum sama sekali."
".....Hah? Kamu bertujuan untuk mencapai penerangan?"
Shino memiringkan kepalanya saat dia tidak mengetahui maksud dari perkataannya, dan di saat itu, suara klik-klak yang pelan terdengar dari konter. Dia melihat pemiliki kafe itu sedang mengocok shaker perak dengan gerakan elegan yang tidak cocok dengan tubuh besarnya——tapi mengatakannya dengan kata seperti itu mungkin tidak sopan. Saat Shino melihatnya sementara memikirkannya, Agil perlahan menuangkan isi dari shaker itu ke dalam gelas coupe yang besar, sebelum meletakkannya ke atas nampan dan membawanya.
Gelas yang ditaruh di depan Kazuto berisi cairan cokelat muda dengan busa cokelat lembut yang ada di atasnya.
"Ini Caffe......Apakah ini sesuatu atau lainnya yang kau pesan untuk sekarang?"
Shino bertanya, Kazuto kemudian menggeser gelas dengan ujung jarinya menuju padanya. 'Itadakimasu,' dia mengangkat gelasnya sambil mengatakan itu, dan menaruh itu di mulutnya. Tekstur dari busa tebal dari krim lembut , rasa sejuk yang menenangkan, dan aroma kopi yang akhirnya keluar, setelah meminumnya, rasa manis yang sangat enak setelah merasakannya masih tetap terasa setelah meminumnya. Sangat berbeda dengan cafe au lait dingin yang bisa dibeli di mesin penjual di sekolahnya.
"..............Rasanya sangat enak."
Setelah Shino mengatakan itu, Agil membuat ekspresi puas sebelum memukul bagian atas lengan tebalnya.
"Tanpa tangan bartender yang hebat ini, itu tidak akan memiliki krim seperti itu."
"Tidak bisa berhenti membanggakan kemampuanmu bahkan semenjak kembali ke dunia nyata, huh. Kesampingkan dulu hal itu, Agil, aroma apa ini?"
Kazuto bertanya saat aroma itu tercium oleh hidungnya, pemiliki kafe itu menjelaskan suaranya dan menjawab.
"Kacang panggang bergaya Boston. Berasal dari tangan kuat ini....."
"Heh——, masakan dari kampung halaman istrimu, huh? Kalau begitu aku akan memesan itu."
Agil, yang perkataannya terpotong, berjalan pergi dengan dengan mulutnya membentuk へ, Kazuto mengambil gelas di depan Shino, kemudian meminumnya. Setelah menghembuskan nafasnya, dia memperbaiki posisinya yang ada di kursi, sebelum melihat lurus ke depan.
"...............Bagaimana dia sekarang?"
Dia mengerti maksud dari pertanyaan mendadak itu pada saat itu juga. Tapi, Shino tidak menjawabnya dengan segera, dia mengambil gelas dari tangan Kazuto lagi, kali ini dia meminumnya lebih banyak. Saat krim lembutnya mengalir di tenggorokannya, aroma yang harum masuk ke dalam hidungnya. Rangsangan tadi menghubungkan bagian pikiran di pikirannya, dan mengubahnya menjadi kalimat pendek.
"Ya..... Dia kelihatannya sudah cukup tenang."
Setengah tahun lalu, pada tahun 2025, insiden «Death Gun» terjadi.
Salah satu dari tiga pelakunya pada insiden itu adalah satu-satunya teman Shino, Sinkawa Kyouji, telah menerima pengecualian setelah masa percobaan yang panjang untuk kasus anak remaja, dan sekarang dia dipindahkan untuk ditempatkan di tempat rehabilitasi remaja bulan lalu.
Saat masa percobaan, dia hanya bersikeras untuk tetap diam, bahkan pemeriksaan yang dilakukan psikiater ahli tidak dapat membuatnya bicara, tetapi, di suatu hari setelah enam bulan setelah insiden tersebut, dia mulai setuju untuk menjawab pertanyaan dari psikiater, sedikit demi sedikit. Shino samar-samar dapat menebak alasannya. Enam bulan——lebih tepatnya seratus delapan puluh hari, adalah periode sewa pembayaran yang tidak terbayar dalam game VRMMO «Gun Gale Online». Saat periode waktu itu telah habis, diri lain dari Shinkawa Kyouji, atau dapat dikatakan sebagai dirinya yang sebenarnya «Spiegel» akan menghilang dari server GGO, yang membuat Kyouji akhirnya bersiap untuk menerima kenyataan.
"Aku berencana untuk mengunjunginya setelah dia sudah lebih baik. Aku pikir kali ini dia akan mengizinkanku untuk menemuinya."
"Aku mengerti."
Saat dia merespon pendek pada jawaban Shino, Kazuto melihat ke arah hujan. Setelah beberapa detik keheningan, Shino secara sengaja memecah keheningan dengan memasang ekspresi tidak puas.
"——Hei, normalnya pada saat ini, kau seharusnya menanyakan apa aku baik-baik saja, bukan?"
"Eh, ah, B-Baiklah, ——Erm, lalu bagaimana keadaan Sinon?"
Setelah kesuksesan yang jarang dari membuat Kazuto panik, Shino tersenyum saat dia merasakan perasaan puas.
"Aku sudah melihat semua koleksi dari film aksi lama yang kau pinjamkan. Adegan yang paling aku suka mungkin adalah adegan laki-laki yang menghindari peluru tembakan dengan menggelinding menuju tempat berlindung. Jika kau berpikir ingin kembali ke GGO, aku akan menunjukkannya di waktu pertemuan latihan berikutnya."
"J-Jadi seperti itu? Maka itu sangat bagus......Tolong supaya mudah....."
Pada senyuman sedikit kebingungan di wajah Kazuto, Shino menahan tawanya.
Rasa takut dari senjata api yang diderita Shino selama lebih dari lima tahun, bahkan sampai sekarang masih tidak dapat dianggap benar-benar menghilang sepenuhnya. Bahkan meskipun dia kelihatannya menyukai melihat film aksi, itu masih akan membuat jatungnya berdetak ketika dia tanpa sengaja melihat senjata api di poster yang ada di sudut kota, atau di jendela toko mainan. Ketika dia memikirkan itu sekarang, itu kelihatannya hanya reaksi kaget biasa. Karena dia tidak yakin bahwa dia tidak akan bertemu seorang kriminal yang memiliki senjata api di dunia nyata suatu hari.
Sebagai tambahan, Shino berpikir hilangnya reaksi kuat dari tekanan saat melihat gambar dan foto senjata api, seperti pingsan atau muntah, sudah lebih dari cukup. Dia juga tidak lagi merasa dikucilkan di sekolah. Sekarang dia bisa makan siang dengan beberapa temannya. Tetapi, itu membuat Shino sedikit berada di situasi yang rumit saat topik yang selalu mereka bicarakan mengenai tentang anak laki-laki yang menunggunya di depan gerbang sekolah untuk menjemputnya dengan sepeda motor.
Saat Shino tanpa sadar memikirkan hal itu, Kazuto sadar ekspresinya yang melunak, dan mengangguk.
"Jadi, semua hal mengenai insiden Death Gun sudah selasai, bukan?"
"Ya......Itu....Benar."
Shino juga perlahan mengangguk, sebelum menutup mulutnya. Ada sesuatu, dia kelihatannya sedang mengingatnya sesuatu dari ujung pikirannya dan mencoba menarik itu keluar, tapi sebelum dia dapat melakukan itu, penjaga kafe itu datang dari dapur sebelum meletakkan dua piring panas di meja.
Pemandangan dari kacang merah yang berwarna merah mengkilap dengan potongan daging yang ditaruh di bagian tengah membuat suara lapar dari perutnya, yang sudah memakan makan siang. Shino mengambil sendok seolah-olah dia tertarik pada itu. Pada saat itu juga, dia kembali sadar dan dengan cepat menarik tangannya sebelum mengatakan.
"Ah, A-Aku tidak memesan ini."
Lalu, ekspresi nakal samar-samar terlihat dari wajah kasar dari pemiliki kafe berbadan besar itu.
"Tidak apa-apa, itu adalah traktiran....dari Kirito."
Pada saat Kazuto yang mendengarnya membuka lebar mulutnya untuk memprotes, pemilik kafe tersebut sudah kembali ke konter dengan tenang. Saat Shino mencoba untuk menahan tawanya, dia mengambil sendok lagi sebelum sedikit melambaikannya pada Kazuto.
"Terima kasih atas traktirannya."
"......Ya, tidak apa-apa. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan sampinganku, jadi dompetku masih penuh bagaimanapun juga."
"Heh, jadi kau mengambil kerja sampingan? Pekerjaan apa itu?"
"Suatu hal yang kukatakan sebelumnya tentang tidak makan dan minum selama tiga hari. Sebenarnya, kita dapat berbicara tentang itu setelah menyelesaikan topik utama kita hari ini selesai. Untuk sekarang mari kita makan selama itu masih hangat."
Kazuto mengambil botol kecil mustard dan menuangkannya secara banyak di pinggiran piring sebelum memberikannya pada Shino. Shino juga melakukan hal yang sama lalu menggunakan sendok untuk mengambil kacang merah pada mulutnya.
Rasa khas dan sederhana dari masakan barat yang dapat terasa dari kacang merahnya, yang sangat lembut bahkan sampai ke bagian dalam dan melepaskan rasa yang sangat manis. Daging tebal yang tidak berlemak, yang terpotong kecil di dalam mulutnya.
"Ini juga.....Sangat enak."
Saat dia mengatakannya, dia melihat ke arah Kazuto yang sedang makan dengan cepat sebelum bertanya.
"Dia mengatakan ini gaya Boston bukan? Bumbu jenis apa yang dipakai?"
"Hmmm.... Aku melupakan namanya tapi, kelihatannya seperti sirup yang dibuat secara kasar. Apa namanya, Agil?"
Pemilik kafe itu, yang pergi kembali untuk menggosok gelas, menatap pada mereka dengan wajahnya terangkat sebelum menjawab.
"Molasses."
"Yeah, itu dia."
"Heh.... untuk masakan Amerika, aku berpikir kau hanya tahu hamburger dan ayam goreng."
Bagian terakhir dari perkataannya diubah menjadi bisikan, Kazuto memperlihatkan senyuman masam.
"Itu hanya prasangka. Aku juga banyak berbicara dengan pria baik yang ada di sana."
"Ya, pastinya. Beberapa hari yang lalu, aku sedang berbicara dengan perempuan dari Seattle di server internasional GGO selama tiga jam. Ah―, tapi.... hanya dia yang tidak bisa kumengerti....."
"Dia?"
Kazuto, yang sudah menghabiskan lebih dari setengah makanan di piringnya, mengulangi kata tersebut sementara masih mengunyah.
"Itu adalah topik hari ini bagaimanapun juga. Kau tahu tentang turnamen final individual Bullet of Bullet keempat minggu kemarin, bukan?"
Disingkat sebagai «BoB», itu adalah nama untuk turnamen battle royale untuk menentukan siapa yang terkuat di Gun Gale Online, Kazuto langsung mengangguk.
"Yeah, aku melihat siaran langsung dengan semua orang. Oh, aku belum mengucapkan selamat kepadamu. ......Sebenarnya, ini mungkin hasil yang sedikit mengecawakan Sinon. Bagaimanapun juga, selamat karena menjadi juara kedua."
"T.....Terima kasih."
Dia memperlihatkan wajah serius sementara mengatakan itu untuk menutupi perasaan malunya, lalu dengan cepat melanjutkannya.
"Kalau kamu sudah melihatnya siaran langsungnya maka ini akan jadi lebih cepat. Bahkan meskipun pemenangnya adalah player dengan nama «Satrizer»......Dia, ini adalah kedua kalinya dia menjadi pemenang."
Kazuto yang mendengarnya berkedip beberpa kali, dan kesadarannya kelihatannya mengikuti pandangannya menuju ke atas.
"Jika memikirkan tentang itu.... Di arena BoB ketiga yang aku ikuti, kau memberitahu tentang player dari Amerika yang hanya menggunakan pisau dan pistol tapi berhasil memenangkan turnamen pertama......————Eh, tapi aku sangat yakin semenjak turnamen kedua, servernya telah dibagi menjadi US dan JP, jadi itu tidak mungkin untuk terhubung dari Amerika, bukan?"
"Seharusnya memang seperti itu..... Sebenarnya, tidak ada player yang mendaftar dari Amerika waktu turnamen kedua dan ketiga. Tapi di waktu ini entah dia entah bagaimana bisa berhasil melewati pengamanannya, atau ada koneksi dari tim manajemen.......Tapi, entah bagaimana dia diterima. Pasti kau akan menyadari legenda «Satrizer» hanya dengan melihatnya bertarung sekali."
"Yeah. Bahkan meskipun itu melalui layar siaran langsung, aku menyadari bahwa Sinon bersemangat sekali."
Kazuto tersenyum pada saat mengatakan itu.Shino menjadi cemberut sebelum menjawabnya.
"B-Bukan hanya aku.Semua ketiga puluh peserta… bukan, karena dia tidak termasuk, semua kedua puluh sembilan peserta bersemangat juga. Dan bahkan ada beberapa diantara mereka yang kalah dengannya di turnamen pertama. Bahkan meskipun Amerika adalah rumah dari FPS, tetapi menerobos masuk ke dalam babak battle royale GGO Jepang, yang berasal dari mesin «The Seed»....namun ketika pertandingan itu terbuka....."
"Suatu pengulangan dari turnamen pertama...Bukan?"
Shino menggangguk dengan menonjol dan menekuk menjadi bentuk ヘ. Sendok di tangan kanannya membawa satu potongan daging tebal yang terakhir ke mulutnya, menikmati rasa yang sederhana namun dipenuhi dengan dari makanan itu membuatnya mengatur ulang pikirannya, dan ingatan tentang kejadian minggu lalu terlintas kembali.
"…Bahkan meskipun hasilnya seperti itu, topik itu masih terus menjadi pembicaraan mengenai kemenangan sempurnanya. Karena laki-laki itu, pada awalnya, tidak memiliki senjata apapun."
"Eh…hanya dengan tangan kosong?"
"Ya. Sebenarnya, sebagai ganti dari senjata, dia memiliki skill «Army Combative». Dia mengalahkan target pertamanya hanya dengan teknik gulat, merampas senjata dari targetnya, lalu menggunakannya pada target selanjutnya…Dia hanya mengulangi hal itu. Adegan dimana dia hanya menggunakan tangan kosong untuk mengalahkan player lainnya ketika mereka sedang mereload senjatanya tidak hanya terjadi dua ataupun tiga kali. Itu dapat dikatakan bahwa…pertarungannya berada pada dimensi yang berbeda…."
Shino bergumam sementara mengeluarkan nafas panjang, Kazuto melipat tangannya sebelum menggelengkan kepalanya.
"Tetapi…. Singkatnya, build kekuatan Satrizer berdasarkan pada tipe serangan jarak dekat, bukan? Jika seperti itu, dia seharusnya tidak dapat membalas serangan dari jarak menengah atau jarak jauh, bukan? Sebaliknya, lebih dari setengah dari semua GGO player adalah pemain bertipe seperti itu juga…"
"Kau…Kau sebenarnya melihat adegan ketika aku kalah darinya, tidak?"
"Yeah, di ALO. Ketika Satrizer mendekati tempat persembunyianmu dengan garis lurus dan kurang dari 3 menit jaraknya, semua orang berteriak seperti『Bukan ke arah itu―!』atau『Sinon, di belakangmu―!』pada saat yang bersamaan."
"Yeah, seperti itu."
Shino menghela nafas besar panjang karena kekaguman dan di saat yang sama merasakan perasaan malu pada kejadian yang terlintas dipikirannya, sebelum mengatakan dengan nada tenang yang dapat dia katakan.
"Aku mendengar dari sebelas orang yang telah dikalahkan secara langsung olehnya setelah turnamen, hampir setiap orang dikalahkan dengan metode yang sama. Dia seharusnya tidak memiliki data tentang mereka, namun dia dapat membaca dengan jelas pergerakan mereka, saat dia menyergap mereka dalam jarak yang benar-benar dekat, membunuh mereka tanpa memberi meraka waktu untuk menggunakan senjata mereka. Aku tidak tahu tentang Amerika, tapi jauh sebelum seorang bertarung dengan teknik gulat di server JP, bahkan seseorang menggunakan pisau untuk bertarung belum pernah terjadi… "
"…Eh, aku mendengar setelah turnamen ketiga, jumlah player yang menggunakan light saber sudah meningkat juga…"
Pada Kazuto yang samar-samar mengatakan hal itu, Shino secara tanpa sadar memperlihatkan senyuman pahit.
"Itu… mereka hanya mencoba meniru pertunjukan mengesankanmu. Memang benar bahwa di awal tahun, ada beberapa player yang mencoba berlatih untuk memotong peluru dengan light saber, tapi kelihatannya tidak ada satupun yang benar-benar dapat melakukannya dengan sempurna."
——Bahkan meskipun dia berkata seolah-olah itu tentang orang lain, Shino sendiri juga telah membeli light saber berukuran kecil dan berlatih secara rahasia dengan mob tentara juga. Sebagai hasil dari perjuangan satu bulannya, selain tembakan pertama dari assault riffle yang cepat, dia masih belum bisa mencapai level yang dibutuhkan untuk mempertahankan dirinya dari serangan peluru beruntun, dan setidaknya mampu bertahan dari tiga tembakan beruntun, light saber itu tak bisa digunakannya di pertarungan yang sebenarnya. Impian untuk mencapai level Kazuto, yang dapat mempertahankan dirinya dari lebih dari 10 tembakan beruntun, tetaplah berakhir sebagai impian, dan dia pada akhirnya menyerah. Light saber itu sekarang hanya berperan sebagai jimat di dalam tempat penyimpannya.
Tetapi, jika saja waktu itu, dia mengeluarkannya dari tempat penyimpanannya dan mengequipnya di pinggangnya, dia berpikir jika dia mampu melukai Satrizer pada saat itu. Shino segera menggelengkan kepalanya. Ini bukan saatnya untuk memikirkan itu. Segera ganti pembicaraan, kembali ke topik.
"….Bagaimanapun juga, tidak ada seorangpun JP player yang bahkan mampu membidikkan senapan mereka padanya, lupakan menembaknya. Apa yang benar-benar mengerikan dari Satrizer bukanlah teknik serangan jarak dekatnya, tapi kemampuannya untuk memprediksi situasi pertempuran."
"Yeah....Aku mengerti...Tapi, apakah sesuatu seperti itu mungkin….? Itu masih mungkin jika melawan seorang pemula, tapi orang-orang yang berpartisipasi dalam pertempuran utama BoB adalah para veteran, kesempatan untuk memprediksi tindakan mereka dengan ketepatan seratus persen harusnya tidak mungkin ada…"
Pada perkataan Kazuto, yang ekspresinya dipenuhi dengan keraguan, Shino mengangkat bahunya secara perlahan sementara menjawab.
"Dia mengalahkan lebih dari sepuluh orang dengan cara yang sama. Jadi itu sudah tidak dapat dianggap sebagai kebetulan saja. Sebenarnya….bahkan meskipun mereka veteran, mereka mungkin masih berada pada pola yang sama mengenai tindakan mereka. Untuk daerah ini, mereka seharus mengambil posisi awal, atau menggunakan rute ini untuk pergerakan mereka, itulah hal yang mungkin menjadi celah dari teori para veteran itu." Saat dia berbicara, Shino merasa dia terlalu terlambat menyadari sebuah fakta tertentu dan menghela nafas pelan.
Pada waktu itu, tepat sebelum kesimpulan dari turnamen keempat BoB.
Shino, yang merupakan orang terakhir yang melawan Satrizer, sementara berada di sebuah sniping point
[4] bersama Hecate II kesayangannya di atas lantai puncak dari bangunan yang sebagian besar telah runtuh. Prediksinya adalah, dari jendela dari lantai itu dia seharusnya dapat mengkonfirmasi posisi Satrizer, karena dia harusnya melintasi jalan yang ada dibawahnya.
Tetapi, musuh telah membaca prediksinya dan bersembunyi di dekat sniping pointnya di gedung yang ada di depannya. Menunggu sampai dia menyiapkan senapannya di bipod
[5] dan berbaring dalam posisi tiarap……mendekatinya dari belakang, seperti seekor kucing yang menyerang mangsanya. Tetapi, Shino sebenarnya tidak ingin berada di lantai paling atas, namun lantai yang berada di bawahnya,yang ketinggiannya masih dapat menyediakan sudut yang cukup untuk melakukan tembakan. Alasan dia tidak melakukannya adalah karena adanya sebuah perpustakaan di lantai bawah itu. Ingatan yang terbangun kembali dari satu-satunya tempatnya bersantai di waktu SMP telah mengganggu konsentrasinya. Di saat Shino menyadari bahwa dia kehilangan pikirannya untuk sesaat, dia telah sampai di lantai paling atas. Dan di dalam bayangan lantai itu, ada musuh yang telah menunggunya dengan sebuah serangan kejutan….
Dengan kata lain, Satrizer dapat memprediksi bahwa Shino tidak akan berada di lantai dengan perpustakaan di dalamnya tapi dia akan mempersiapkan posisi sniping-nya di lantai atasnya. Tetapi, alasan dia mengganti posisi sniping point-nya bukanlah keputusan masuk akal yang diambil seorang sniper, tapi itu adalah sebuah alasan pribadi secara keseluruhan. Bisa membaca tindakan sniper Sinon adalah satu hal, tapi dia seharusnya tidak dapat melihat pada Asada Shino si kutu buku di dunia nyata. Mungkinkah itu hanya sebuah kebetulan Satrizer memutuskan untuk mengambil lokasi persembunyian di lantai atas di bangunan yang sama? Ataukah dia melihat perpustakaan itu dan meyakini bahwa Shino tidak akan memilih tempat itu untuk suatu alasan……?
Jika alasan kedua adalah jawabannya, dia tidak memiliki dasar prediksinya berdasarkan data ataupun pengalaman. Tapi melalui sesuatu yang melampaui kategori skill dalam player VRMMO game…yaitu membaca pikiran orang lain....
"....non. Oi, Sinon."
Dengan ujung jari dari tangan kanan yang terulur dan berada di tengah udara, Shino meringis dan mengangkat wajahnya. Saat matanya bertemu dengan wajah cemas Kazuto, dia dengan cepat berkata.
"Ah…..M-Maaf? Sampai dimana kita bicara barusan?"
"Pola gerakan player veteran, dan teorinya."
"O-Oh. Baiklah...Yeah, untuk alasan itu…aku berpikir player yang tidak menggunakan pola- pergerakan itu, yang tindakannya tidak berdasarkan pada teori, seharusnya mampu untuk mengambil posisi di belakang Satrizer...."
Dia berkata seperti dengan sikap setengah otomatis, saat dia akhirnya memahami dasar dari alasan dia memanggil Kazuto hari ini. Dia mengganti suasana hatinya, dan meminum air dingin dari gelas, yang dimana es di dalamnya hampir seluruhnya telah mencair, tapi hawa dingin yang menusuk punggungnya tidak akan hilang dengan mudah.
Ya.... Dia perlahan merangkak dan menangkap Shino dari belakang, mengalahkannya hanya dalam waktu beberapa detik, saat Satrizer menghentikan pernafasannya dan di berada di perbatasan dari kehilangan garis terakhir dari HP gauge-nya, dia berbisik dengan suara pelan. Pada saat itu, dia tidak dapat memahami arti dari bisikan dalam Bahasa Inggris, yang hampir seperti bisikan pelan, dan sekarang kata-kata itu kembali terdengar di dalam telingannya di saat dia memikirkan tentang hal itu.
『Your soul will be so sweet.』
Itu memiliki arti yang tidak biasa. Di dalam sebuah net game PvP, itu akan menjadi pidato yang dikatakan seseorang di akhir pertarungan, atau hanya sebuah ucapan selamat tinggal kasar yang dikatakan oleh banyak player. Hanya roleplaying, hanya itu saja.
Setelah mendengarkan dirinya mengatakan itu, Shino dengan santai membuka kembali pembicaraan mereka dengan nada gembira.
"....Jadi berbicara mengenai seseorang yang menantang teori, «tanpa alasan-tanpa perasaan-tanpa kepedulian», bukankah hanya nama satu orang yang akan muncul? Ini mungkin sedikit terlalu awal, tapi aku memikirkan memesan tempat dalam BoB kelima untuk orang itu——"
Dia lalu membuat tangan kanannya menjadi bentuk sebuah pistol, dan mengacungkannya pada Kazuto yang duduk di depannya.
"Jadi, undanganku itu untukmu."
"E….Ehhh, aku?"
Saat dia memperlihatkan senyuman kepada temannya yang terkejut, dia memberikan pidato yang telah dipersiapkannya di waktu yang sama.
"Tentang itu, aku tidak akan mengatakan suatu hal yang tidak beralasan seperti memintamu untuk menconvert karaktermu dari ALO ke GGO lagi, Aku hanya meyakini bahwa kau sedikit memiliki hutang padaku. Hei, setelah itu, apakah senjata legendaris itu nyaman untuk digunakan?"
"Uu."
Kazuto——pedang emas panjang Kirito, «Excaliber» yang dia miliki di «ALfheim Online» adalah apa yang Shino ambil tepat sebelum pedang itu menghilang menuju lubang tanpa dasar. Seolah-olah dia telah menghadiahkannya item yang benar-benar langka, yang mungkin hanya ada satu di setiap server, dia memiliki hak untuk mengatakan sesuatu sesuai keinginanya. Juga, itu akan menarik bagi Kazuto untuk mampu bertarung melawan seorang musuh yang kuat.
Seolah-olah dia tidak ingin mengkhianati harapan Shino, Kazuto menjelaskan suaranya sebelum berbicara.
"Aku juga memiliki perasaan untuk menginginkan bertarung melawan Satrizer… Tapi, aku berpikir alasan utamanya adalah aku, yang merupakan pemula dalam mengunakan senjata api, memiliki kesempatan untuk berdiri di turnamen terakhir, karena peserta yang lain belum berpengalaman dalam pertarungan melawan seorang pengguna pedang. Tetapi, setelah mendengarkan ceritamu hingga sejauh ini, Satrizer kelihatannya adalah ahli pertarungan jarak dekat selain seorang ahli menembak, bukan? Aku berpikir apakah aku punya kesempatan untuk menang…."
"Apa maksud dari komentar lemah itu, ini sama sekali tidak seperti dirimu. Memang benar dia kuat, tapi dia masih seorang player VRMMO, berbicara seperti pro vs amatiran itu hanya…."
"Ya, seperti itu."
Kazuto menyandarkan punggungnya pada kursi kayu bergaya kuno itu, dengan tangannya diletakkan di belakang kepalanya.
"Apakah Satrizer benar-benar seorang amatir…benar-benar hanya seorang VRMMO player?"
"…Apa maksudmu? Jika dia bukan seorang player maka siapa sebenarnya dia?"
"Seorang professional. Yang tujuannya bukan untuk bermain, tapi untuk berlatih dalam pertarungan senjata api. Seperti seorang prajurit… atau anggota satuan khusus kepolisian."
"Eh―!? Kau tidak dapat mengatakan sesuatu seperti itu?"
Pada saat Shino yang memperlihatkan sebuah senyuman pahit saat dia meyakini bahwa tadi adalah lelucon, Kazuto tetap mempertahankan ekspresi saat dia melanjutkan.
"Aku membacanya dari situs berita jadi aku masih tidak mengetahui detail secara keseluruhnya...tapi, kelihatannya tentara dan kepolisian di beberapa negara, juga perusahaan pertahanan swasta dan sesuatu seperti itu telah menerapkan teknologi FullDive ke dalam latihan mereka. Setelah mengasah skill mereka di dalam dunia virtual, bukankah dapat kau berpikir bahwa mungkin saja seorang yang disebut professional itu mengetes kemampuannya dengan berpatisipasi dalam BoB?"
".....Itu, tidak mungkin ...."
Saat Shino hendak mengatakan bahwa Kazuto terlalu banyak membaca pada itu, Dia mengingat kembali ketajaman kemampuan membaca pikiran Satrizer dan kehalusan dari pergerakannya. Cara bertarungnya dapat dideskripsikan sebagai sebuah mesin petarung, berpikir tentang itu, itu sudah pasti bahwa itu melampaui level seorang gamer amatiran.
Tetapi, jika orang itu benar-benar seorang prajurit professional atau polisi, kenapa dia membisikan kata-kata itu tepat sebelum dia mengalahkan targetnya? Your soul will be so sweet, untuk berkata sesuatu seperti itu....dia memang benar-benar seorang «Professional» namun daripada seorang prajurit, dia adalah seorang pembunuh bayaran.......
Pada titik itu, Shino secara paksa menghentikan pemikirannya. Semua dunia virtual termasuk GGO ada untuk tujuan bersenang-senang. Itu tak ada hubungannya dengan seseorang seperti Satrizer di dunia nyata. Berikutnya, jika dia bertemu dengannya di medan pertempuran, dia akan menembaknya hingga tubuhnya hancur dengan kaliber lima puluh miliknya. Seolah-olah dia puas dengan keputusannya, dia mengatakan pernyataan yang jelas.
"Tidak peduli siapapun dia, di GGO kondisi kita semua sama! Aku tidak akan kalah pada lawan yang sama untuk kedua kalinya,a ku pasti akan menang di waktu berikutnya, aku akan menggunakan semua metode untuk mencapainya!"
"...«Metode» itu adalah aku, bukan?"
"Salah satu metode, lebih tepatnya."
Hah? Sementara Kazuto memperlihatkan ekspresi wajah yang seperti mengatakan itu, Shino memperlihatkan sebuah senyuman sementara dia memberikan penjelasan tambahan.
"Itu akan mengkhawatirkan jika kau sendirian saja melawan seorang ahli pertarungan jarak dekat, jadi aku sebenarnya memanggil orang lain ke sini. Tapi dia sebagian besar berperan sebagai penahan, mencegahmu untuk tidak berlarian secara tidak teratur, dengan kata lain sebuah pengatur."
"P -Pengatur?"
Kazuto yang mengulangi kata itu, kelihatannya dapat merasakan sesuatu dari kata itu, Gatan, kursinya mengeluarkan suara seperti itu saat dia memperbaiki posisi duduknya. Dia lalu mengeluarkan sebuah mobile terminal tipis dari sakunya, menggerakkan jarinya di atas layarnya. Dia lalu mengangkat wajahnya dan mengatakan sesuatu pada Shino dengan senyuman pahit.
"Aku mengerti."
"…Apa yang kau lihat?"
Kali ini Shino memiringkan kepalanya. Kazuto lalu menaruh terminal tadi di atas meja, dan menyorongkannya secara perlahan pada Shino. Melihat pada monitor empat inci dengan ketepatan yang tinggi itu, dia melihat peta area Okachimachi dengan coffee shop ini sebagai pusatnya. Ada setitik cahaya biru yang berkedip sepanjang rute dari arah stasiun menuju toko ini.
"Apa titik biru ini?"
"Orang yang sedang Sinon tunggu akan segera datang. Sekitar seratus meter lagi."
Itu seperti yang Kazuto katakan, titik cahaya tadi bergerak menuju toko ini. Menyeberangi perempatan, memasuki gang, sampai di bagian tengah peta tadi, dan pada saat itu juga.
Kararan,bel pintu itu berbunyi, Shino mengangkat wajahnya. Seseorang yang memasuki toko itu melipat payungnya, rambut panjang chestnutnya terurai ke bawah pada saat dia melihat ke arah Shino. Dari sini, sebuah senyuman cerah terlihat seolah-olah musim hujan ini telah berakhir sedikit lebih awal.
"Yaho―, Sinonon!"
Bagian 2
Saat nama panggilan yang tidak pernah dipanggil darinya lagi begitu selama lebih dari 5 tahun, Shino dengan hati-hati berdiri sambil memperlihatkan sebuah senyuman cerah.
"Asuna, halo."
Yuuki Asuna membuat suara bersemangat dari alas lantai kayu yang asli ketika dia berjalan di atasnya, kedua gadis itu menghubungkan jari-jari mereka satu sama lain dalam sebuah suasana reuni yang menyenangkan. Sementara mereka berdua duduk di kursi yang saling bersebelahan, Kazuto, yang menunjukkan sedikit ekspresi kekaguman bertanya.
"Kalian berdua…sejak kapan kalian menjadi sedekat ini?"
"Huh? Sebulan yang lalu aku bahkan menghabiskan malam dengan menginap di rumah Asuna."
"A-Apa!? Dan aku bahkan belum pernah sekalipun berkunjung ke rumahnya."
"Bukannya Kirito-kun adalah seseorang yang mengatakan "aku harus mempersiapkan pikiranku terlebih dahulu" dan melarikan diri?"
Sementara Asuna menjadi sedikit merengut, Kazuto meminum Caffè Shakeratonya dalam sikap malu. Pada kondisi itu, Asuna tidak dapat melakukan apapun selain dari tersenyum seolah-olah dia berpikir "Tidak ada yang dapat dilakukan" lalu dia menyadari Agil, yang memberikan segelas air dingin dan handuk padanya, jadi dia segera berdiri, bangkit dari kursinya sebelum segera menunduk.
"Maaf karena aku baru datang untuk waktu yang lama, Agil-san."
"Selamat datang——Ini benar-benar mengingatkanku waktu ketika kalian berdua menginap di lantai dua tokoku."
"Bahkan meskipun kau berkata begitu, tapi kita masih menumpang di tokomu di Yggdrasil City sampai saat ini…Hmm, apa yang harus aku pesan hari ini…"
Saat Asuna, yang kelihatannya adalah teman lama dari si pemilik toko bertubuh besar ini, melihat daftar menu yang sangat banyak, Shino mengintip lagi ke arah mobile terminal Kirito yang berada di atas meja. Blip berwarna biru itu masih tetap berada di tempatnya, dengan tepat menutupi lokasi dari coffee shop ini.
"…. Kalau begitu, aku akan memesan Ginger Ale. Yang paling pedas."
Setelah Asuna menyelesaikan pesanannya dan Agil kembali ke konter, Shino berkata sementara tersenyum.
"Hei, apakah kalian berdua saling memonitor koordinat GPS kalian masing-masing? Kelihatannya kalian berdua memiliki hubungan yang sangat baik."
Kazuto lalu memperlihatkan tatapan serius sementara dia melambaikan tangan kanannya sambil berkata "Tidak, tidak, tidak."
"Itu hanya memperlihatkan koordinat secara lengkap dari terminal Asuna, dan juga itu tidak membutuhkan pengoperasian dari Asuna, tapi punyaku tidak sederhana seperti itu. Asuna, perlihatkan itu padanya."
"OK."
Asuna menggangguk dan mengeluarkan mobile terminal miliknya dari tas yang tergantung di belakang kursi, sebelum menyerahkan itu dalam mode layar standby kepada Shino. Saat dia menerimanya dan melihat, monitor yang terpasang dengan wallpaper animasi yang manis.
Di bagian tengah dari layar tersebut terdapat hati merah muda yang terikat dengan pita merah, yang berdetak dalam jarak waktu sekitar satu detik sekali. Di bawah hati itu terdapat dua baris dari beberapa angka, yang artinya tidak dimengerti oleh Shino. Angka [63] di sisi kiri terlihat dengan ukuran besar, dan angka [36.2] yang lebih kecil berada di sisi kanan. Sementara Shino memiringkan kepalanya, angka di sisi kiri naik menjadi 64.
"Apa itu...."
Di saat Shino hendak bertanya "Apa itu sebenarnya", Kazuto yang kelihatan malu berkata, "Jangan menatapku seperti itu." Dan pada saat itu, Shino akhirnya menyadari arti dari layar standby ini.
"Ehh…. Ini….mungkinkah ini….detak jantung dan suhu tubuh Kirito?"
"Itu benar―Seperti yang diharapkan dari Sinonon, kau memiliki intuisi yang bagus."
Asuna berkata sambil bertepuk tangan. Setelah Shino mengalihkan pandangan matanya diantara mobile terminal dan wajah Kazuto beberapa kali, dia menanyakan pertanyaan pertama yang terlintas di dalam pikirannya.
"T-Tapi…. Bagaimana jenis mekanismenya…?"
"Ada di sini dibawah kulitku…"
Kazuto menyentuh pada bagian yang hampir berada di bagian tengah dadanya dengan ibu jari kanannya. Dia kemudian mengulurkan tangannya pada Shino, dan membuat celah berukuran sekitar lima millimeter menggunakan dua jarinya.
"Ini adalah sensor sangat kecil yang tertanam. Dia memonitor detak jantung dan suhu tubuh, dan mengirimkan datanya ke terminal mobileku melalui radio. Dari itu, hampir semua informasi di waktu yang sekarang dikirimkan ke terminal Asuna melalui jaringan."
"Ehhh, sensor tubuh?"
Kali ini Shino yang benar-benar terkejut, saat dua menjadi tidak dapat mengatakan apapun selama sekitar 2 detik sebelum mulai untuk berbicara.
"K-Kenapa kau melakukan hal seperti itu… Ah, apa mungkin itu sebuah sistem pencegahan perselingkuhan?"
"T-Tidak, tidak!"
"Tidak—!"
Reaksi Kazuto dan Asuna benar-benar sama secara sempurna saat mereka menggelengkan kepala mereka berulang kali.
"Tidak, itu adalah ketika aku mulai melakukan pekerjaan sampingan ini, mereka menyarankan agar aku menanamkam benda ini, karena akan jadi sangat merepotkan untuk menempelkan elektroda setiap hari. Setelah aku memberitahu Asuna tentang itu, dia secara kuat mendesakku untuk mendapatkan data vital itu. Dia lalu memaksaku untuk memasangkan aplikasinya, dan menginstallnya di terminalnya."
"Itu karena―aku tidak ingin dari suatu perusahaan yang tidak diketahui memonopoli data kesehatan Kirito-kun. Aku menolak menanamkan sesuatu yang asing ke dalam tubuhnya pada awalnya."
"Eh, bukankah kau kelihatan senang kapanpun kamu melihat monitor itu setiap waktu ketika kamu memiliki waktu bebas, jadi kenapa kau mengatakan hal tersebut?"
Pada perkataan Kazuto tersebut, pipi Asuna samar-samar menjadi berwarna merah.
"Aku entah bagaimana merasa tenang ketika melihat pada itu. Memikirkan jantung Kirito-kun yang sedang berdetak, seolah-olah kita sedang berjalan bersama-sama…."
"Uwa, Asuna, itu terdengar sedikit berbahaya entah bagaimana."
Sementara Shino tertawa, dia menatap pada terminal yang ada di telapak tangannya sekali lagi. Detak jantung itu telah bertambah cepat menjadi 67, sementara itu suhu tubuhnya juga sedikit bertambah. Meskipun Kazuto membuat ekspresi kosong saat dia meminum air itu dengan cepat, data ini menunjukkan bahwa dia sebenarnya sangat malu.
"Hahaha, aku mengerti….Itu benar…Entah kenapa…Itu akan sangat bagus…."
Ketika dia menyadari dia tanpa sengaja bergumam seperti itu, Shino dengan cepat mengangkat wajahnya, dan menggelengkan kepalanya pada Kazuto dan Asuna yang berkedip karena terkejut.
"Ah, tidak…Itu…Tidak ada arti dibalik itu, seperti itu. Sebenarnya…G-GGO juga memiliki sensor detak jantung, itu adalah tambahan untuk situasi pertempuran dengan jarak penglihatan yang buruk, itu tidak memiliki penambahan yang feminim seperti ini, itulah apa yang baru saja aku pikirkan."
Sementara dia dengan cepat mengembalikan terminal itu ke tangan Asuna, dia melanjutkan berbicara.
"O-Oh, aku hampir lupa topik utama hari ini. Hmm, aku bertanya pada Asuna melalui email tentang turnamen kelima di GGO, bisakah kamu berpartisipasi? Karena ini melibatkan mengkonversi karakter, aku tidak memaksamu untuk menyetujui melakukan hal itu."
"Ah, tentang itu, sama sekali tidak masalah. Aku memiliki sub-account di ALO jadi rumah dan item dapat ditinggalkan pada account itu untuk diurus."
Senyuman bahagia Asuna dan nada yang halus membawa kembali Shino menuju keadaan tenangnya, dia mengambil nafas dalam sebelum berkata.
"Terima kasih, dengan bantuan Asuna, itu akan seperti memberikan sebuah pemukul besi kepada ogre, atau memasang senapan mesin di dalam bunker. Aku berpikir kau akan membutuhkan beberapa hari waktu untuk berlatih menggunakan photon sword untuk mengejar waktu."
"Ya, aku akan mengkonversi karakter sekitar satu bulan sebelum turnamen, aku akan membutuhkanmu untuk memanduku menuju ke kota jika memang begitu."
"Tentu saja. Makanan di GGO juga tidak bisa diabaikan. Kalau begitu….mungkin ini sedikit terlalu awal, tapi aku akan berada dalam penjagaanmu."
Tangan kanan Shino yang terulur ditutupi oleh jari ramping Asuna. Setelah saling mengenggma tangan mereka satu sama lain dengan erat, Shino mengetuk permukaan meja dengan tangannya sekali.
"Jadi, topik utama sekarang telah mencapai kesimpulannya. Mari lihat, berikutnya..."
Dia berkata saat dia menatap pada wajah Kazuto, sementara dia masih mengunyah es yang tersisa dari sisi meja yang berlawanan.
"Haruskah kita mendengarnya secara hati-hati sekarang? Tentang pekerjaan sampinganmu yang mencurigakan. Pekerjaan jenis apa itu? Tapi bahkan jika kita bertanya, mengenai Kirito, kemungkinan itu akan menjadi alpha testing dari suatu jenis game VRMMO baru."
"Sebenarnya, itu sama sekali tidak benar, tapi itu tidak jauh dari hal itu."
Kazuto menggangguk saat dia memperlihatkan senyuman pahit, kemudian menyentuh sensor mikro yang tertanam di bagian atas dari jantungnya dengan ujung jarinya.
"Bagian test player memang benar. Tapi apa yang aku test bukanlah aplikasi game, tetapi sebuah BMIBrain Machine Interface dari FullDive sistem yang baru."
"Heh!"
Shino terkejut, sementara pandangan matanya masih menatap pada Kazuto.
"Itu berarti, generasi selanjutnya dari Amusphere akhirnya akan segera dirilis? Jangan-jangan, sebagai tester untuk perusahaan milik ayah Asuna?"
"Salah, ini tidak ada hubungannya dengan RECTO. Bagaimana aku mengatakannya….entah bagaimana aku masih tidak mengerti gambaran keseluruhan tentangi perusahaan itu…Itu adalah perusahaan tidak terkenal yang namanya aku belum pernah dengar sebelumnya, dan juga perusahaan itu memiliki dana yang cukup banyak yang mampu memenuhi anggaran pengembangannya. Mungkin ada sebuah organisasi besar yang membantu mereka dalam hal pendanaan..."
Melihat ekspresi wajah Kazuto yang tidak jelas, Shino memiringkan kepalanya ke kanan dan bertanya.
"Heh....Apa nama perusahaannya?"
"«RATH»"
"Itu terdengar sangat biasa, tapi aku juga belum pernah mendengar nama perusahaan seperti itu sebelumnya. Hmm, apa ada istilah Bahasa Inggris untuk nama itu…?"
"Aku memikirkan hal yang sama juga, Asuna mengetahui tentang itu bagaimanapun juga."
Duduk di samping Shino, Asuna meminum ginger ale-nya sebelum mengganguk dan menjawab.
"Dalam 『Melalui Kaca Yang Terlihat, dan Apa Yang Alice Temukan Disana』terdapat sebuah kalimat pada 『Jabberwocky』yang mengatakan ada makhluk yang keluar dari dalam mimpi. Kelihatannya makhluk itu di gambarkan sebagai seekor babi atau seekor kura-kura." "Hehhh…."
Bahkan mekipun itu adalah buku yang pernah dia baca di waktu yang dulu, dia tidak terlalu mengingat kalimat seperti itu sama sekali. Shino membayangkan makhluk aneh dengan kepala babi yang menjulur keluar dari tempurung lingkaran, sembari ia lanjut bertanya,
"RATH…kalau begitu, mereka adalah perusahaan independen yang bertujuan mengembangkan mesin FullDive generasi selanjutnya untuk dijual? Tapi bukankah pengembangan Amusphere telah dilakukan oleh beberapa perusahaan?"
"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu…."
Kazuto bergumam dalam nada tidak berganti, nada tidak jelas.
"Mesin utamanya sangat besar. Menambahkan dengan konsol dan peralatan pendinginnya secara keseluruhan, itu dapat dengan mudah memenuhi seluruh ruangan ini….Meskipun mesin eksperimen FullDive generasi pertama memang sebesar itu, mulai dari situ, ukuran Nerve Gear akan tetap sama untuk lima tahun mendatang. Dan Amusphere 2 (sementara) yang pengembangan utamanya dipimpin oleh Recto akan dijual tahun depan juga…oops, itu seharusnya adalah sesuatu yang dirahasiakan."
Sementara Kazuto mengangkat bahu, Asuna memperlihatkan senyuman kecil sebelum berbicara.
"Tidak apa-apa, mereka akan mengumumkan hal itu di Tokyo Game Show bulan depan bagaimanapun juga."
"Ah, jadi RECTO akan ikut berpartisipasi juga…Aku berharap itu tidak akan terlalu mahal…."
Asuna menatap Shino, yang matanya melihat ke atas, anak perempuan dari direktur perusahaan itu kemudian membuat eskpresi serius yang sama dan mengangguk dengan dalam.
"Aku berharap seperti itu juga―Namun untuk sekarang ini harganya masih belum diputuskan…Sebenarnya, meskipun aku telah puas dengan ALO dan benar-benar tidak memiliki rencana membeli perangkat yang baru, mereka mengatakan bahwa perangkat baru ini akan memiliki kecepatan penghubung yang jauh lebih tinggi. Dan itu akan cocok dengan softwarenya juga."
"Jadi begitu. Kuu―, seharusnya aku mencari pekerjaan sampingan juga…″
Mengkesampingkan data di buku tabungan yang muncul di dalam pikirannya, Shino melanjutkan untuk menanyakan Kazuto pertanyaan lainnya.
"……Baiklah, jadi mesin FullDive besar perusahaan RATH tadi tidak dimaksudkan untuk penggunaan rumah? Apakah itu untuk penggunaan bisnis?"
"Tidak, aku pikir itu belum sampai pada tingkatan seperti itu.Pertama, secara tegas dapat dikatakan, mesin itu sebenarnya menggunakan teknik FullDive yang berbeda."
"Berbeda...? Bukankah ini tentang menciptakan sebuah dunia VR menggunakan poligon, dimana seorang user dapat Dive ke dalamnya? Apa yang kau rasakan di dalam dunia itu?"
"Aku tidak tahu."
Kazuto mengangkat bahu, lalu mengatakan sesuatu yang tidak terduga dengan nada biasa saja.
"Dikarenakan perlindungan keamanan, ingatan dari dunia yang dibuat oleh mesin itu tidak dapat dibawa keluar ke dunia nyata. Semua hal yang kulihat atau yang kulakukan saat test, aku sekarang ini tidak memiliki satupun ingatan tentang itu."
"H….Hah!?"
Shino tanpa sengaja berteriak dengan suara keras, kemudian menurunkan suaranya sebelum bertanya.
"Tidak dapat membawa keluar…Ingatan? Sesuatu seperti itu…Bagaimana mungkin? Apa mungkin bahwa kau dihipnotis setelah kau menyelesaikan testnya?"
"Tidak, tidak, itu hanya murni menggunakan mekamisme elektonik. Tidak...itu dapat disebut sebagai quantum......"
Kazuto yang memotong kata-katanya sendiri kemudian memandang sekilas pada mobile terminal yang berada di atas meja.
"Jam setengah lima, huh. Sinon, Asuna. Apa kalian masih memiliki banya waktu? "
"Ya."
"Itu sama sekali bukan masalah untukku."
Saat mereka berdua menggangguk pada saat yang bersamaan, Kazuto menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu antic itu——
"Baiklah kalau begitu, biarkan aku memulai penjelasan dari dasarnya. Pertanyaan mengenai….teknologi «Soul Translation»."
Kazuto mengatakan sesuatu kata yang tidak dikenalnya secara perlahan.
Entah kenapa, itu terdengar seperti nama sihir di dalam game. Shino berpikir seperti itu. Dia merasa tidak nyaman mendengar kata-kata yang berhubungan dengan teknologi terbaru. Asuna di sampingnya sedikit memiringkan kepalanya saat dia berguman bergumam.
"Jiwa....?"
"Pertama kali aku mendengarnya, aku juga berpikir bahwas itu adalah nama yang sedikit berlebihan juga."
Kazuto dengan perlahan mengangkat bahunya sebelum melemparkan sebuah pertanyaan secara mendadak.
"Pikiran manusia, dimana kau pikir itu berada?"
"Pikiran?"
Shino hampir menyentuh bagian tengah dari dadanya secara refleks, dia kemudian menjelaskan suaranya saat dia menjawab.
"Di dalam kepala...otak, bukan?"
"Kalau begitu mari kita memperbesar otak itu, dimana pikiran itu seharusnya berada sekarang?"
"Dimana..."
"Otak, atau dengan kata lain, kumpulan dari sel otak. Lihat ini…"
Kazuto mengulurkan tangan kirinya dengan jarinya yang terulur menuju Shino. Dia lalu menyentuh bagian tengah telapak tangannya dengan jari telunjuk kanannya, sebelum menggerakan jari tersebut di seluruh telapak tangannya.
"Yang berada di bagian tengsh adalah nucleus, dan yang membungkusnya adalah badan sel…"
Setelah menyentuh kelima jarinya satu sama lain, dia menarik garis dari pergelangan tangannya menuju sikunya.
"Ini semua adalah dendrit, yang terhubung dengan Akson, menghubungkan sel ini menuju sel selanjutnya. Dimanakah pikiran berada di dalam struktur sebuah sel otak ini? Di nukleus? Mitokondria?"
"Hmm….."
Asuna menjawab sebagai pengganti dari Shino, yang sedang berguman.
"Kirito-kun, bahkan meskipun kau baru saja mengatakan «menghubungkan sel ini menuju sel selanjutnya», bukankah pikiran adalah suatu jaringan yang menghubungkan banyak sel otak secara sekaligus. Hampir sama seperti…pertanyaan tentang «Apa itu internet», jawabannya tidak akan muncul bila hanya memperhatikan satu komputer saja."
"Yeah."
Sementara mereka kelihatannya mendapatkan gambaran tentang itu, Kazuto mengangguk dengan dalam.
"Jaringan sel otak sudah pastinya adalah pikiran itu.Aku juga berpikir bahwa ini adalah jawaban yang tepat dalam situasi seperti sekarang ini. Tetapi…sebagai contohnya, untuk pertanyaan «Apa itu internet», jika diselidiki secara mendalam, berbagai macam jawaban dapat diperoleh. Seperti, internet adalah struktur dimana komputer di seluruh dunia ini terhubung satu sama lain berdasarkan pada sebuah protokol umum——"
Dia lalu menunjuk pada mobile terminal Asuna dan miliknya yang berjajar di atas meja secara bersebelahan.
"Begitulah, setiap komputer adalah komponen dari internet. Sebagai tambahan, itu dapat dikatakan user yang berada di depan komputer termasuk bagian dari internet juga."
Pada titik ini Kazuto berhenti sejenak, setelah mengatakan "Berikan aku sedikit dari itu.", dan meminum Ginger Ale Asuna, lalu dia menutup matanya.
"Oo….seperti biasanya, rasa pedas sini benar-benar sangat panas."
"Ini benar-benar berbeda dibanding dari membelinya dari supermarket, bukan? Bahkan meskipun kelihatannya dasarnya adalah cocktail, aku menyukai rasa kuat dari jahe ini."
Shino mengingat kembali rasa pedas ginger ale dari setengah tahun yang lalu, pertama kalinya dia memesannya dikarenakan saran Kirito. Tanpa menemuinya di GGO, dia tidak akan pernah melangkahkan kakinya ke dalam toko ini, yang tidak terlihat ramah dari luar, dan perkembangan dari semua hal semenjak waktu itu dapat dianggap sebuah keajaiban…Sementara dia menahan perasaan itu jauh di dalam hatinya, Shino melanjutkan topik pembicaraannya.
"Kalau begitu…..Bagaimana pikiran manusia dan internet saling berhubungan?"
Setelah mengembalikan gelas itu pada Asuna, Kazuto mengangguk sekali lagi sebelum menggunakan tangannya untuk membuat sebuah bentuk.
"Baiklah——Hmm, jika koneksi diantara sebuah server dan sebuah router, PC dan mobiles yang terlihat seperti jaringan makan inilah «bentuk» dari internet...."
"Bentuk…"
"Kalau begitu, apa «intinya»?"
Shino berpikir sejenak sebelum membuka mulutnya.
"Singkatnya, itu adalah apa yang mengalir dalam bentuk itu…di dalam struktur jaringan…? Sinyal-sinyal elektris….?"
"Mungkin juga seperti itu, karena sinyal elektris atau sinyal cahaya adalah media yang tetap. Inti dari jaringan adalah bagaimana itu semua mengalir sepanjang struktur itu dan menyampaikan informasi…Mari untuk sementara kita mengambil penjelasannya disini."
Setelah dia selesai membuat gerakan dengan menggunakan kedua tangannya sampai titik ini, Kazuto meletakkan tangannya di meja dan mempertemukan jari-jari rampingnya.
"Lihat, seperti yang kukatakan sebelumnya, jaringan dari ratusan milyar sel otak saling terhubung bersama-sama….Sekarang lihatlah «bentuk» dari pikiran, apakah «inti» dari pikiran?"
"Media…dengan kata lain, aliran dari gelombang elektris di sepanjang sel-sel otak…adalah informasinya?"
"Bukan, gelombang listrik itu, seperti ini..."
Kazuto membawa tangan kanannya mendekati telapak tangan kirinya yang terbuka.
"Synapse pada celah diantara neuron dan neuron, adalah pemancar tunggal substansi. Untuk proses merambatnya sepanjang rute dari sel-sel otak, dapatkah fenomena itu disebut sebagai inti dari pikiran?"
"Hmm…."
Di saat yang sama Shino mengerutkan dahinya, Asuna tersenyum dengan sikap yang kebingungan saat dia berkata.
"Hal-hal yang lebih dari ini sudah tidak mungkin lagi, Kirito-kun~ Karena sampai sekarang, sains masih belum mampu menemukan jawaban ‘apa itu pikiran’ bukan?"
"Sebenarnya, itu mungkin saja benar."
Kazuto pada akhirnya tersenyum saat dia mengangguk.
"H-Hah!? Tunggu, ide yang dikemukakan sampai titik ini masih belum bisa memecahkan apapun, bukan?"
Sementara Shino menjadi marah dan memprotes, Kazuto mengambil kesempatan itu untuk melihat ke arah jalanan yang basah, sebelum melanjutkan berbicara dengan nada serius.
"Tetapi, ada juga manusia yang mendekati jawaban itu dengan teori mereka sendiri."
"Teori…mereka sendiri."
"«Quantum brain dynamics». Itu kelihatannya telah dikemukan di akhir abad sebelumnya oleh seorang mahasiswa Inggris. Setelah melakukan penelitian mengenai dasar teori itu untuk waktu yang lama, «RATH» akhirnya berhasil menciptakan mesin yang terlihat seperti monster itu… ——Mulai dari titik ini hingga seterusnya, aku masih belum sepenuhnya dapat memahami hal itu. Beberapa saat yang lalu, kita membicarakan mengenai struktur dari sel otak bukan."
Shino dan Asuna menggangguk pada saat yang bersamaan.
"Sel itu sendiri juga memiliki sebuah kerangka untuk menahan strukturnya. Kelihatannya itu disebut sebagai «Microtubules». Fungsi dari kerangka itu bukan hanya untuk menahan, tapi itu juga bertindak seperti tulang juga. Otak di dalam sel otak."
"H-Hah……?"
"Tulang itu memiliki bentuk tabung, dengan kata lain, pipa berongga. Tentu saja itu sangat kecil sekali….Kita sedang membicarakan mengenai diameter dalam ukuran nanometer,tapi itu sama sekali tidak kosong. Ada sesuatu yang tersimpan di dalam tabung itu." Shino secara tanpa sadar bertukar pandangan dengan Asuna, sebelum melihat ke arah Kazuto dan bertanya dengan suara pelan.
"Apa yang ada di dalamnya…..?"
"Cahaya."
Kazuto memberikan sebuah jawaban singkat.
"Sebuah partikel cahaya…atau «Evanescent Photon» yang biasa dikatakan. Photon ini, dengan kata lain, kuantum. Eksistensi itu seperti indeterminisme, itu terus menerus berubah tanpa akhir sesuai dengan teori probabilitas. Perubahan....itulah apa yang disebut pikiran manusia, berdasarkan pada teori itu."
Tepat ketika dia mendengar kata-kata itu, Shino dapat merasakan sebuah ketakutan mengalir dari tulang belakang menuju kedua tangannya untuk suatu alasan. Sebuah gambaran yang misterius namun indah muncul dari dalam dirinya dan di waktu yang sama, pemikiran bukankah itu berada dalam daerah kekuasaan Tuhan? Terlihat dari dalam pikirannya.
Asuna yang juga diliputi oleh emosi dalam yang sama, mata coklatnya menjadi kabur karena cahaya kegelisahan saat dia berbicara dengan suara yang sedikit serak.
"Kirito-kun, nama dari mesin baru itu….«Soul Translator», bukan? Soul(jiwa)……dengan kata lain, kumpulan dari cahaya di dalam jiwa seorang manusia?"
"Pekerja RATH menyebutnya sebagai «Quantum Field». Tapi, dengan memberi nama seperti itu, mereka pasti telah memikirkan tentang itu sebelumnya….mengenai Quantum Field dan jiwa manusia."
"Tapi kalau begitu, apa maksud dari itu? Soul Translator adalah mesin yang tidak mengakses otak manusia, namun jiwa itu sendiri…."
"Ketika mengatakan seperti itu, itu tidak lagi terdengar seperti sebuah mesin, tapi justru terdengar seperti item sihir di dalam game, huh."
Apa yang dia telah katakan sedikit meringankan suasana, dan Kazuto lalu melanjutkan perkataannya sambil tersenyum.
"Tapi, itu bukanlah perbuatan sihir ataupun keajaiban tuhan. Mari kita meloncat menuju penjelasan dari strukturnya untuk sebentar….Apa yang terekam di dalam putaran dan vector tiap-tiap photon di dalam microtubule, adalah satuan data «Qubit». Dengan kata lain, sel-sel otak bukan hanya sebuah tombol untuk satu gerbang yang berfungsi membiarkan sinyal elektrik melaluinya, tapi itu dapat dikatakan sel itu sendiri adalah satu unit dari komputer kuantum…Ya, sampai bagian inilah batas pemahamanku bagaimanapun juga…."
"Itu tidak apa-apa, aku telah melewati batas itu beberapa waktu yang lalu."
"Aku juga…"
Shino dan Asuna menyerah secara bersamaan di depan Kirito yang menghembuskan nafas lega.
"Kumpulan dari photon-photon yang menjadi memori dari komputer itu, mungkin, itu bahkan boleh dianggap sebagai jiwa manusia…RATH telah memberinya nama aslinya. «Fluctuating Light», yang mereka singkat menjadi———"
Dia berhenti sejenak.
"«Fluctlight»"
"...........Fluct...light."
Shino perlahan mengulangi istilah dikatakannya dengan suara misterius. Jika apa yang telah mereka bicarakan sampai titik ini semuanya benar, maka kalau begitu Fluctlight juga berada di dalam kepalanya juga. Tidak, hanya mengatakan seperti itu, apa yang dia pikirkan tentang «dia» adalah....
Perasaan takut dari waktu sebelumnya kembali pada Shino, dia menggosokan tangan yang terulur keluar dari lengan seragam musim panasnya. Di sebelahnya, Asuna juga membuat sebuah gerakan yang terlihat seperti dia sedang memeluk dirinya sendiri, sementara berkata dengan sebuah suara kecil.
"——Membaca Fluctlight…Tidak, mesin yang «Menerjemahkan» itu, itulah apa yang dilakukan Soul Translator. Jika memang seperti itu….penerjemahannya bukan hanya satu arah, bukan? "
Shino memiringkan kepalanya saat dia tidak mengerti arti kata-kata barusan dengan baik, dan di saat yang sama itu, Asuna menatapnya, dengan mata yang dipenuhi dengan ekspresi kegelisahan.
"Sinonon, memikirkan tentang itu…Amusphere yang kita gunakan tidak hanya membaca perintah pergerakan yang dikirim ke tubuh kita. Itu juga memberikan penglihatan dan pendengaran…sinyal sensor dari kelima indera pada otak kita, menciptakan sebuah pengalaman dunia virtual. Inti dari teknologi FullDive digunakan pada mesin itu, bukan? Kalau begitu, Soul Translator yang dapat melakukan hal yang sama seharusnya adalah mesin generasi selanjutnya, bukan?"
"……Dengan kata lain…itu dapat menulis sesuatu pada jiwa seseorang yang terhubung dengannya….?"
Pada titik itu, mereka berdua mengalihkan pandangan mereka pada Kazuto.
Meskipun anak laki-laki berambut hitam itu kelihatannya sedikit ragu, dia menggangguk setuju beberapa saat kemudian.
"Ya….Soul Translator, karena itu terlalu panjang, maka RATH menyingkatnya menjadi «STL», mesin penerjemah yang dilakukan secara dua arah. Di dalam ratusan milyar qubit data yang memiliki Fluctlight manusia, mesin itu menerjemahkan dan membaca kata-kata yang kita pahami, dan di saat yang sama, itu menerjemahkan dan menulis informasi ke dalam sebuah bentuk yang kita dapat baca. Jika memang bukan seperti itu, maka itu seperti yang Asuna katakan, itu tidak akan mungkin untuk Dive ke dalam dunia virtual. Singkatnya, itu menangani dan mengatur informasi kelima indera Fluctlight, dan mengisikan informasi mengenai sesuatu yang sedang dilihat, atau suara apa yang sedang didengar."
Lalu, Asuna menggerakan tubuhnya ke depan dan menanyakan apa yang kelihatannya menjadi pertanyaan utamanya.
"Apakah itu mungkin….Dapat mempengaruhi pada ingatan di dalam jiwa? Kirito-kun, apa yang barusan kau katakan bahwa kau tidak memiliki memori ingatan apapun selama Dive. Ini artinya Soul Translator…STL dapat menghapus atau menulis ulang ingatanmu, bukan?"
"Tidak…"
Kazuto menyentuh tangan kiri Asuna beberapa saat untuk meringankan beban pikirannya saat dia menggelengkan kepalanya.
"Bagian yang menangani data ingatan jangka panjang memiliki ukuran yang sangat besar dan metode penyimpanannya sangatlah rumit, untuk kondisi yang sekaranag dapat dikatakan bahwa itu masih di luar jangkauan. Alasan bahwa aku tidak memiliki ingatan saat Dive hanya karena mesin itu mencegat sepanjang rute menuju bagian itu saja. Dengan kata lain, mesin itu tidak sepenuhnya menghapus ingatan, itu seperti aku saja tidak dapat mengingatnya…hanya seperti itu."
"Tapi, aku….takut, Kirito-kun. Sesuatu seperti memanipulasi ingatan…."
Sebuah ekspresi gelisah masih tetap tersisa di wajah Asuna.
"Di samping itu, orang yang membawakan pekerjaan sampingan ini untukmu adalah Chrysheight…tidak, Kikuoka-san dari Departemen Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi, bukan? Meski aku berpikir bahwa dia bukan orang jahat, aku merasa bahwa aku tidak dapat melihat bahkan sedikitpun apa yang ada di dasar hatinya. Itu entah mengapa sama seperti dengan Ketua Guild. Entah kenapa…aku merasakan seperti sesuatu yang buruk akan terjadi lagi…"
"……Itu benar bahwa dia tidak pernah memperlihatkan apa yang sedang dipikirkannya. Dan aku juga tidak tahu status sosialnya yang sebenarnya ataupun tugas dari pekerjaannya, bersamaan dengan berbagai hal yang lain. Tetapi…"
Saat dia memotong kata-katanya, mata Kazuto kelihatannya menjadi tidak fokus pada tempat manapun yang ada di dalam toko sementara dia berbicara.
"Di hari pertama debut mesin Fulldive generasi pertama yang digunakan untuk keperluan bisnis di taman hiburan Shinjuku, aku menaiki kereta paling pertama agar bisa ikut mengantri. Waktu itu aku masih siswa sekolah dasar…."Ini dia," itulah apa yang kupikirkan. "Inilah dunia yang telah memanggilku sejak lama." Di hari pertama peluncuran Nerve Gear, aku juga membelinya dengan uang yang telah aku simpan…dan tetap diving ke dalam berbagai macam game. Pada saat itu, aku benar-benar tidak mempedulikan lagi dengan dunia nyata. Pada akhirnya aku terpilih untuk beta test SAO, dan insiden itu meluas….tak terhitung sejumlah manusia telah meninggal. Setelah dua tahun terpenjara dan kembali, insiden Sugou dan Death Gun terus terjadi secara berturut-turut. Aku… ingin tahu. Mengenai perkembangan teknologi FullDive itu berlanjut….tentang arti dibalik insiden itu…Untuk Soul Tranlator, meskipun secara fungsi masih sepenuhnya baru, rancangannya menggunakan Medicuboid yang digunakan untuk keperluan pengobatan sebagai prototypenya. "
Di saat Asuna, yang sedang memegangi kepalanya, mendengar perkataan Kazuto, kedua bahunya bergetar. Segera setelahnya, suara tegasnya mengalir keluar melalui bagian dalam toko yang sunyi.
"Ini firasatku. Mengenai apa yang ada di dalam Soul Translator. Bagaimana itu tidak hanya berakhir sebagai mesin yang digunakan untuk tujuan hiburan saja….Mungkin, ada juga sisi berbahaya juga. Tetapi…."
Kazuto meniru gerakan menggenggam pendangnya dan mengayunkannya ke bawah saat dia mengatakan.
"Sampai sekarang, tidak peduli dunia jenis apa itu, aku selalu mampu kembali. Untuk kali ini juga, aku pasti akan kembali. Sebenarnya….di dunia nyata aku hanya seorang gamer yang lemah dan tidak berdaya bagaimanapun juga."
"…Bahkan meskipun tanpa bantuan dariku, punggungmu masih terbuka lebar."
Asuna memperlihatkan senyuman samar-samar sementara menghela nafas pendek, lalu melihat wajah Shino yang duduk di sampingnya.
"Ya ampun, anak laki-laki ini terlalu percaya diri."
"Ya, sebenarnya, sejak awal dia memang Hero-sama yang legendaries bagaimanapun juga―"
Dari percakapan diantara Asuna dan Kazuto, yang langsung dia mengerti, bahkan meskipun ada kata-kata yang baru dia dengar untuk pertama kalinya, Shino tidak mencoba untuk terlalu ikut campur di dalamnya dan sebaliknya dia berbicara dengan nada bercanda.
"Aku telah membaca 『Seluruh Catatan Insiden SAO』yang keluar bulan lalu―, itu sangat sulit sekali untuk menpercayai kalau anak laki-laki ini adalah 『Black Swordsman』yang muncul di dalan buku itu."
"H-Hei, hentikan…."
Asuna tertawa melihat perbuatan Kazuto yang menggerakkan tangannya sambil mundur ke belakang, sementara dia berkata "Ya, benar sekali" sementara menggangguk.
"Ini tertulis dalam buku itu, dikatakan sang ketua tadi memiliki pengaruh yang besar di antara guild penyelesai lantai, bahkan meskipun catatan itu sendiri sudah cukup akurat, banyak sekali dugaan dan telah ditambahkan ke dalam deskripsi karakter. Seperti ketika Kirito bertarung melawan sekelompok player orange…"
"『Ketika aku menarik pedang keduaku, tidak ada seorangpun yang boleh berdiri didepanku!』"
"Kyahahahaha," kedua anak perempuan itu menjadi tertawa terbahak-bahak sementara Kazuto duduk dengan murung di kursinya dengan ekspresi kosong. Di saat Asuna merasa kelegaan dan kembali ke wajah tersenyumnya, Shino melanjutkan mengirimkan sebuah hantaman terakhir.
"Buku itu juga diterjemahkan dan diterbitkan di Amerika. Itu artinya Hero-sama ini adalah seseorang yang terkenal di tingkat dunia sekarang."
"….Setelah aku melewati waktu yang cukup panjang untuk mengabaikan hal ini….Dan aku sudah setuju untuk menunggu royaltinya juga."
Shino masih tetap tersenyum disaat Kazuto merengut, dia lalu mengingat kembali pertanyaan yang dia punya dan melanjutkan topik pembicaraan.
"Tapi Kirito. Setelah semua, STL melakukan hal yang sama seperti AmuSphere, bukan? Menciptakan sebuah Dunia VR menggunakan polygons, kemudian mengirim gambar dan suara dengan menghubungkan otak orang tersebut, apakah ada tujuan tertentu di dalam mesin itu yang menghabiskan sejumlah biaya yang sangat besar pada mesin itu?"
"Oo, itu adalah pertanyaan yang bagus."
Kazuto meluruskan tubuhnya sebelum memperlihatkan sebuah anggukan.
"Apa yang Sinon katakana barusan, 『Menciptakan dunia VR menggunakan polygon. 』.Polygon, dengan kata lain, adalah kumpulan dari koordinat dan bidang….data digital. Model yang sekaran memiliki detail paling tinggi telah mencapai tingkatan dimana pohon atau peralatan di dalamnya sulit untuk dibedakan dengan benda aslinya di dunia nyata, tetapi intinya masih tetap sama."
Dia lalu dengan cepat mengoperasikan mobile terminal yang tertaruh di atas meja, memulai proses pre-installed mini-game. Mobil balap bertema futuristik yang perlahan mulai berputar di layar demo memiliki sebuah interior yang manis, bodinya yang melengkung juga tidak terlihat aneh, itu tentu saja, sebuah bentuk dari model polygon.
Shino mengangkat kepalanya dan perlahan memiringkan kepalanya.
"Yeah, itu adalah intinya. Hmm….bagaimana aku menjelaskannya…"
Kazuto menjadi terdiam untuk sesaat sebelum mengangkat gelas kosong dari Caffè Shakerato dan menunjukkannya pada Shino.
"Sinon, gelas ini ada dalam kenyataan, bukan?"
".......Yeah."
Sambil memperlihatkan ekspresi keraguan, dia memperlihatkan sebuah anggukan. Kazuto kemudian membawa gelas itu mendekat padanya dan mengatakan sesuatu yang sulit untuk dipahami.
"Sekarang dengar, gelas ini yang sekarang berada pada tanganku, dan di saat yang sama berada di dalam pikiran Sinon…atau «Fluctlight» Sinon dalam istilah RATH. Untuk lebih tepatnya, cahaya yang memantul dari gelas diterima di dalam mata Sinon, sinyal elektrik dari retinanya mengubah cahaya tadi menjadi objek gelas di dalam kesadarannya. Selanjutnya, ketika aku melakukan ini..."
Tiba dia mengulurkan tangan kirinya untuk menutupi mata Sinon dengan rapat. Dia secara refleks menutup kelopak matanya, membuat pandangnya menjadi warna abu-abu gelap dengan sedikit warna merah.
"Bagaimana, apakah gelas di dalam kesadaranmu tiba-tiba menghilang?"
Sementara dia tidak mengetahui apa yang Kazuto maksudkan, Shino dengan segera menjawab secara jujur.
"…….Tidak mungkin, aku tidak akan melupakannya secepat itu. Dari melihatnya, aku dapat mengingat warna dan bentuknya, itu adalah hal yang normal buka. Ah…..tapi perlahan menjadi semakin samar-samar bagaimanapun juga…."
"Ya, itu."
Setelah dia menarik tangannya, Shino membuka kelopak matanya, dan memperlihatkan rengutan pelan pada Kazuto.
"Apa maksudnya ‘Itu’?"
"Dengar….Pada saat kita melihat gelas atau meja atau wajah satu sama lain, data rekaman penciptaan ulang sedang berlangsung dalam bagian pengolah penglihatan dari Fluctlight. Bahkan memejamkan kelopak mata, itu tidak akan segera menghilang, itu bukan hanya shadowgraph saja. Atau dengan kata lain, pada saat gelas ini tidak dapat terlihat, itu akan lenyap menuju ke dalam ingatan Sinon…"
Kazuto kemudian menyembunyikan gelas di tangan kanannya di bawah meja.
"Pada saat Sinon melihat gelas ini, sejumlah besar data yang sama dari bentuknya masuk ke dalam bagian penglihatan dari Fluctlight. Hal inilah yang membiarkan Sinon untuk tetap terus bisa melihat gelas yang aslinya tak ada lagi di atas meja. Pada ketelitian yang jauh melebihi polygon….….Atau itu dapat dikatakan bahwa itu benar-benar sama seperti benda aslinya"
"………Mungkin seperti itu di dalam teori….Tetapi, hal ini berhubungan dengan daya penyimpana kesadaran manusia, atau dengan kata lain, «Ingatan», bukan? Memanipulasi ingatan dengan di luar dari ilmu hipnotis, bagaimana itu dapat dilakukan….?" Shino menutup mulutnya setelah berbicara sampai titik ini.
Beberapa saat yang sebelumnya——bukankah Kazuto mengatakan tentang mesin yang memiliki kemampuan seperti itu? Sementara dia memikirkan itu, Asuna, yang dari tadi mendengarkan dengan tenang, berbisik dengan suara pelan menggantikan Shino.
"AmuSphere memperbolehkan otak seorang user untuk melihat data polygon…Sementara STL menuliskan itu pada kesadaran manusia….ingatan jangka pendek….Singkatnya…Itu bukanlah sesuatu yang dibuat. Semua hal yang diciptakan oleh STL, penglihatan, pendengaran, sentuhan,….berada di level yang sama dengan sesuatu yang nyata di dalam kesadaran kita, seperti itu….?"
Kazuto menggangguk dan berbicara saat dia menaruh kembali gelas tadi ke atas meja.
"Informasi ingatan optikal….atau «Mnemonic Visual Data» yang disebut oleh Rath secara nama resminya. Untukku, yang masih memiliki ingatan dari hari pertama Dive test … itu terasa berbeda. Benar-benar berbeda dengan dunia VR yang diciptakan oleh AmuSphere. Itu hanya ruangan kosong yang memiliki ukuran kamar sempit, tapi aku… "
Dia memotong kata-katanya untuk sesaat, senyuman yang kelihatannya dipaksakan terlihat dari salah satu sisi pipinya, saat Kazuto melanjutkan perkataannya.
"...Pada awalnya, aku tidak tahu bahwa itu adalah dunia virtual."
Bagian 3
Dunia virtual, yang tidak dapat dibedakan dengan dunia nyata.
Ada banyak cerita fiksi dari abad sebelumnya yang menggunakan tema ini. Shino dapat mengingat setidaknya lima judul novel atau film yang menggunakan tema ini pada saat itu juga.
Di era dimana penerapan teknologi Fulldive telah digunakan dalam alat konsumen seperti Nerve Gear dan AmuSphere, kita akhirnya telah mencapai titik untuk meragukan: «apakah dunia nyata ini benar-benar dunia nyata?» —— dan saat kita dapat membaca sesuatu seperti itu dari artikel maupun blog yang ada di berbagai tempat, Shino juga pernah merasakan kegelisahan sebelum dia melakukan Fulldive pertamanya.
Tetapi, saat kelopak mata itu benar-benar terbuka, dapatkah perasaan kelegaan ataupun kekecewaan pada kekhawatiran seperti itu sama sekali terasa tidak berguna? Dunia yang diciptakan oleh AmuSphere tanpa keraguan lagi, adalah sebuah keajaiban yang terlahir oleh teknologi canggih. Dunia virtual yang dapat dirasakan oleh kelima indera itu adalah dunia yang benar-benar sangat indah—— tapi itulah yang membuatnya terlihat berbeda dengan dunia nyata. Pemandangan yang dia lihat, suara yang dia dengar, sesuatu yang dia sentuh, semuanya terlalu murni, atau dengan kata lain, terlalu sederhana. Udaranya tidak memiliki debu, pakaian tidak memiliki kerutan, dan meja yang tidak dapat rusak. Objek 3D yang diciptakan dari kode digital membatasi kebutuhan usaha manusia untuk mendesainnya, dan tenaga CPU untuk menampilkannya. Tentu saja, dia tidak dapat mengetahui bagaimana hal ini akan berubah di masa depan, tapi setidaknya dengan teknologi tercanggih di tahun 2026 ini, menciptakan sebuah dunia virtual yang sama sekali tidak berbeda dengan dunia nyata adalah sesuatu yang tidak mungkin——......
Dan itu, adalah apa yang dipikirkan Shino. Sampai hari ini, sebelum dia mendengar cerita Kirigaya Kazuto.
"… Itu artinya, Kirito. Kau….bahkan mungkin sekarang….masih berada di dalam STL….mesin itu? «Recollections» dari Asuna dan aku yang dimasukkan ke dalam pikiranmu."
Untuk menghindari perasaan merinding yang tiba-tiba, sebelum Kazuto dapat menjawab, Shino tersenyum saat dia berkata. Secara normal "Tapi bagaimanapun juga itu aneh" dia tertawa saat dia memikirkan tentang itu, tapi teman-temannya mengerutkan dahi mereka sambil menatap lurus padanya.
"Tungg...H-Hentikan. Aku adalah orang yang asli."
Sementara dia dengan cepat menggoyangkan tangannya, Kazuto masih tetap ragu saat dia berbicara.
"Jika kau adalah Shino yang asli...maka kau pasti mengingat apa yang kau janjikan kepadaku kemarin."
"J-janji?"
"Sebagai ucapan terima kasih untuk memanggilku hari ini, kau akan mentraktirku banyak dessert paling mahal di sini, «Dicey Cheesecake» sebanyak yang aku inginkan."
"E,…Ehh!? Aku tidak pernah menjanjikan sesuatu seperti itu! Ah, t-tapi aku bukanlah tiruan, aku adalah yang asli, benar bukan, Asuna?"
Melihat ke sampingnya, Asuna yang dengan erat menggenggam tangannya berbisik.
"Sinonon...apa kau sudah lupa? Kau berjanji untuk mentraktirku makan «Berry & Cherry Tart» yang aku inginkan......"
"Ehhhh!?"
Apakah aku benar-benar di dalam dunia virtual dan mengoperasikan ingatan ini dari sana....?Sementara dia memikirkan tentang itu, baik pipi Kazuto maupun Asuna bergetar, dan segera setelahnya mereka berdua sedikit tertawa. Pada titik itu, dia akhirnya menyadari bahwa rencanannya mengganggu Kazuto telah berbalik menyerangnya.
"Ka....Kau telah melakukannya sekarang, Asuna! Berikutnya, di ALO, bersiaplah untuk menerima ratusan anak panah pelacak!"
"Ahaha, maaf maaf, maafkan aku Sinonon!"
Asuna tersenyum saat dia dengan erat memeluk Shino. Sambil merasakan perasaan kaku di dalam dadanya telah meleleh karena perbuatan Asuna, yang dipenuhi keluguan dan dan perasaan persahabatan yang banyak, dia mengalihkan wajah cemberutnya ke samping. Tapi mulutnya dengan segera terbuka dan mengeluarkan tawa bersamaan dengan mereka berdua.
Seolah-olah untuk memulai meredakan suasana, Kazuto berkata dengan nada pelan.
"Yang manapun itu Fluctlight atau Mnemonic Visual, hanya dengan mendengar istilahnya saja akan membuatmu merasa itu adalah teknologi yang masih dapat dipertanyakan…Tetapi, dunia virtual yang diciptakan oleh STL secara fakta, jauh lebih baik dibandinkan dengan yang AmuSphere ciptakan dan kita kenali selama ini. Pada akhirnya, itu mungkin adalah apa yang kita sebut sebagai «Mimpi Yang Nyata»......"
"M—Mimpi....?"
Shino berkedip setelah mendengar kata yang mengejutkan tersebut, Spriggan swordsman, sseeorang yang memiliki aura yang membuat orang-orang disekitarnya menjadi mengantuk di ALO, mengangguk dengan ekspresi serius.
"Ya. Menciptakan dunia dengan mengumpulkan objek-objek dan mempertahankannya di dalam ingatan secara bersamaan....bukankah itu hampir seperti bagaimana mimpi bekerja? Sebenarnya, gelombang otak manusia saat Diving di STL hampir mendekati pola yang terjadi selama kita tertidur."
"Kalau begitu, itu artinya kau melakukan pekerjaan sampingan di dalam mimpi? Mendapatkan bayaran hanya dengan tidur selama tiga hari?"
"I-Itulah apa yang kukatakan padamu sejak awal, bukan? Tidur sepanjang hari, tanpa makan maupun minum. Tapi tentu saja, aku mendapatkan nutrisi dan air melalui infus."
Sekarang dia mengatakannya, dia benar-benar pernah mengatakan itu tepat setelah dia masuk ke dalam toko ini. Tapi aku dengan jelas tidak menduga bahwa dia benar-benar bekerja dengan melihat mimpi panjang sambil berbaring di atas kasur gel.Saat Shino melihat ke atas, dia bergumam bersamaan dengan nafas panjang.
"Tiga hari secara terus menerus bermimpi, huh...Jika aku dapat bermimpi selama itu, ada banyak hal yang dapat kulakukan. Seperti tidak akan terbangun kecuali sebelum memakan sepotong kue."
"Itu benar-benar buruk, karena kau tidak akan mengingat apapun yang kau makan selama di mimpi itu. Sebenarnya, berbicara tentang semua-kue-yang-dapat-kau-makan setiap hari..."
Setelah bercanda sampai titik ini, Kazuto memotong perkataannya di tengah perkataannya. Alis tipis yang Shino lihat di bawah rambut yang sedikit panjang pada dahinya mengerut.
"...Ada apa, Kirito-kun?"
Dia tidak dapat segera menjawab pertanyaan Asuna, sementara dia membuat gerakan seolah-olah dia memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.
"...Kue....bukan, bukan itu...keras...asin...tapi, enak, makanan apa itu...."
"K-Kau mengingatnya? Apakah itu sesuatu yang kau makan di dunia virtual?"
"................Tidak, aku tidak dapat mengingatnya. Tapi aku memiliki firasat bahwa itu tidak memiliki rasa seperti apapun yang ada di dunia nyata..............."
Kazuto terus mengerutkan dahinya untuk beberapa detik lamanya, sebelum akhirnya menyerah saat dia menghela nafas. Shino, yang terdiam sampai saat ini, menanyakan pertanyaan yang tidak dapat dia tahan lebih lama lagi di dalam pikirannya.
"Hei Kirito, apakah sesuatu seperti itu mungkin? Untuk memakan sesuatu di dalam STL yang tidak ada di kenyataan? Karena dunia virtual yang diciptakan oleh STL adalah kumpulan dari bagian yang berdasarkan pada ingatan seorang Diver, kalau begitu, bukankah itu normal kalau seseorang tidak bisa melihat apa yang belum pernah dia lihat, dan tidak bisa memakan sesuatu yang belum pernah dia makan?"
"Ah......Itu benar. Persis seperti yang Sinonon katakan….Jika begitu, dunia virtual yang berasal dari STL memiliki tingkat kebebasan yang sangat terbatas, bukan? Itu tidak dapat menciptakan sebuah dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia nyata, seperti Aincrad atau Alfheim."
Kazuto perlahan menggangguk pada apa yang Asuna katakan, sebelum tersenyum seolah-olah untuk menyingkirkan kejengkelannya sebelumnya.
"Kalian berdua benar-benar tajam, itu adalah hal yang bagus. Ketika aku mendengar tentang Mnemonic Visual, pada awalnya aku tidak menyadari batasan itu. Aku akan mengingat untuk menanyakannya pada staff RATH sebelum melakukan eksperimen Diving panjang selanjutnya, tetapi karena hal itu melibatkan teknologi utama STL, aku tidak berpikir bahwa mereka akan setuju untuk menjawabnya...Namun, masih ada satu hal...dalam penjelasan tentang dunia virtual yang terdiri dari ingatan, para staff itu tidak pernah menyebutkan bahwa ingatan itu berasal dari Diver."
"Eh...kalau begitu bagaimana mereka..."
Sementara Shino tidak dapat menangkap arti itu pada saat itu juga, Asuna, yang berada di sampingnya, menghirup nafas pelan.
"Mungkinkah itu….ingatan orang lain? Tidak…apa mungkin itu ingatan yang tidak dimiliki oleh siapapun tetapi diciptakan dari awal...?"
Sambil mendengar perkataan yang hampir sama seperti bisikan, Shino akhirnya menyadarinya.
Bagaimana jika informasi memori optik...Mnemonic Visual dari manusia mempunyai struktur umum? Dan analisa dari struktur itu sudah selesai….? Apakah itu mungkin dapat membuat suatu teori untuk menciptakan sebuah «Mimpi» yang nyata dapat dipenuhi oleh sesuatu yang tidak pernah dilihat, makanan yang semua orang belum pernah rasakan, dan juga pemandangan yang tidak pernah dibayangkan oleh seseorang.
Kemudian, kata-kata yang membenarkan pikirannya itu secara kebetulan keluar dari mulut Kazuto.
"….Aku telah melakukan pekerjaan sampingan dengan RATH ini selama dua bulan sampai sekarang…Selama test Dive pertama, tidak ada pembatasan ingatan, jadi aku masih dapat mengingat dunia VR pada saat itu. Salah satu dari itu adalah sebuah ruangan luas yang memiliki kucing yang sangat banyak, yang mungkin memiliki jumlah sekitar ratusan."
"......Sangat banyak......"
Mulut Shino mengendur saat dia membayangkan sebuah surge yang dipenuhi kucing, sebelum dengan cepat mengusir imajinasi itu. Saat dia melihat lurus ke depan, Kazuto berkata dengan ekspresi seolah-olah dia sedang mencari sesuatu di dalam ingatannya.
"...Apa yang aku dapat ingat mengenai ruangan itu adalah, bahwa itu adalah ruangan yang dipenuhi dengan anak kucing yang aku tidak tahu. Dan bukan hanya itu saja…Ada juga beberapa yang memiliki sayap dan sementara terbang, beberapa ada yang menggulung tubuhnya dan memantul di berbagai tempat. Sesuatu seperti itu tidak mungkin berasal dari ingatanku."
"….Dan di waktu yang sama, itu juga pasti tidak berasal dari ingatan orang lain bukan? Karena kucing dengan sayap tidak ada di dunia nyata bagaimanapun juga."
Itu adalah apa yang Asuna katakan, sebelum dia melanjutkan.
"Kucing terbang itu adalah apa yang dibuat oleh staff untuk dilihat Kirito-kun…Pasti itu adalah sesuatu yang diciptakan oleh sistem STL dari nol, bukan?"
"Bagian yang terakhir pasti sangat hebat. Jika hal itu mungkin, maka tidak hanya sekedar objek individual saja, mungkin saja itu pada akhirnya mampu menciptakan sebuah dunia secara keseluruhan dengan sempurna."
Membuat sebuah dunia virtual tanpa bantuan dari manusia——
Ide ini menyebabkan dada Shino bergetar. Sementara Shino mengingat bahwa dia akhir-akhir ini menjadi sering merasa lebih tidak nyaman dengan « Egocentric designed » dunia VRMMO seperti GGO dan ALO.
Dunia game VR yang ada sekarang benar-benar didesain secara sepenuhnya para desainer perusahaan yang mengembangkan game tersebut. Meskipun bangunan atau pepohonan atau sungai itu dengan ditaruh secara sembarangan, itu semua sebenarnya adalah objek yang diletakkan pada sebuah bidang berdasarkan pilihan seseorang.
Selama bermain game, kapanpun dia memikirkan tentang ini, ada sesuatu yang selalu muncul di dalam hati Shino. Sejak awal, dia juga, hanyalah suatu keberadaan yang berlari di seluruh arah tepat di atas telapak tangan para pengembang, seseorang yang disebut sebagai Dewa, dan pemikiran inilah yang tersisa di dalam pikirannya tidak peduli apakah dia menyukainya atau tidak.
Shino yang awalnya tidak memainkan Gun Gale Online untuk kesenangan, sekarang setelah dia dapat mengatasi kutukan dari masa lalunya, dia mulai memikirkan tentang arti pengalaman di dalam dunia virtual dengan di dunia nyata. Dia kelihatannya tidak bersimpati pada seseorang kelompoknya yang membawa pistol model di dunia nyata sementara memakai sebuah pakaian yang berhiaskan lencana yang cocok. Dia mempercayai bahwa keteguhan dan pengendalian diri yang melekat pada Sinon yang ada di game akan secara perlahan menguatkan Asada Shino di dunia nyata juga, namun di saat yang sama, dia berpikir jika itu sebanding dengan menghabiskan sejumlah waktu dan uang untuk Diving ke dalam dunia virtual.
Shino berpikir bahwa pasti ada sebuah alasan kenapa dirinya yang sangat pemalu ini bisa bertemu dan bersahabat baik dengan Asuna dari beberapa bulan lalu sampai sekarang. Anak perempuan, yang selalu memperlihatkan senyuman lembut, pastinya memiliki harga diri yang sama dengan Shino. Bermain game VRMMO tidak untuk melarikan diri, tapi untuk memperoleh pengalaman dan ikatan dari dunia virtual untuk meningkatkan hal pada dirinya di dunia nyata, Asuna pastinya adalah seseorang seperti itu.Tentu saja, itu juga berlaku terhadap Kazuto.
Karena itu, Shino tidak ingin memikirkan bahwa dunia VR hanyalah palsu, bahwa segala sesuatu di dalamnya hanyalah imajinasi. Dia tidak ingin memikirkan tentang fakta bahwa dunia VR tidak dapat ada tanpa adanya pengembang.
Bulan lalu, di malam yang dia habiskan di rumah Asuna, di dalam kamar setelah lampu kamar dimatikan, dia telah mengungkapkan kelemahan yang dia telah sembunyikan. Lalu, Asuna yang berbaring di tempat tidur di yang ada disampingnya berpikir untuk sesaat, sebelum berbicara.
『Sinonon, bukankah itu seperti dunia nyata? Bahkan sekarang, keadaan sekeliling kita menerima kita, entah itu rumah, atau kota, atau status kita sebagai siswa dalam masyarakat, segalanya telah dirancan seseorang…..bukan? Mungkin, menjadi kuat, adalah tentang menghadapinya bersamaan dengan hal itu, bukankah seperti itu?』
Setelah berhenti sejenak, Asuna melanjutkannya dengan suara yang sedikit tertawa.
『Tapi, aku juga ingin melihatnya meskipun sekali, dunia VR yang tidak didesain oleh siapapun. Mungkin jika hal itu menjadi kenyataan, itu mungkin, dapat diartikan sebagai «Dunia Nyata», yang bahkan jauh lebih nyata dibandingkan dengan dunia nyata ini….』
"Dunia...Nyata... "
Sementara Shino tanpa sadar bergumam, Asuna, yang kelihatannya sedang memikirkan hal yang sama, menggangguk dari sisi yang berlawanan dari meja tersebut.
"Kirito-kun... Maka, itu berarti...Dengan mengenakan STL, kenyataan yang secara subyektif jauh lebih nyata dibandingkan dengan dunia nyata kita yang wujudkan? Sebuah dunia yang berbeda tanpa adanya keterlibatan dari seorang pendesain."
"Hmmm...."
Kazuto berpikir sejenak, sebelum perlahan menggelengkan kepalanya.
"Tidak...Untuk situasi yang sekarang ini, itu masih cukup sulit. Hutan atau padang rumput di dataran alami dapat diserahkan kepada sistem untuk diciptakan, tapi aku berpikir membangun sebuah kota berskala besar sambil mempertahankan keutuhannya tanpa seorang pendesain masih mustahil. Tentang kemungkinan yang lain....Seperti mempersiapkan beberapa ratus player tester dan membiarkan mereka untuk membangun sebuah kota mulai dari nol di dalam bidang yang pada awalnya adalah alam liar, atau dengan kata lain, membangun sebuah peradaban, untuk hal tersebut, aku berpikir itu masih bisa dilakukan di dunia tanpa pencipta yang berkuasa seperti Dewa...."
"Uwa, itu akan menjadi strategi yang menghabiskan banyak waktu―"
"Penyempurnaan seluruh area itu akan menghabiskan waktu beberapa bulan, aku pikir."
Asuna dan Shino tertawa pada lelucon Kazuto di waktu yang sama. Akan tetapi, pemilik pidato itu masih tetap merenung dengan mengerutkan dahinya, dan tidak lama kemudian, dia mulai berbicara dalam sikap berbicara yang bermonolog.
"Jadi itu adalah simulasi pembangunan sebuah peradaban, huh. Tidak...itu dapat dikatakan bahwa itu diperlukan. Jika fungsi FLA dalam STL digunakan dan dibiarkan untuk berkembang…Apakah ada pembatasan yang ditaruh pada ingatan yang berada di dalamnya.....?"
"FL dari STL...Apa itu?"
Shino mengerutkan dahinya karena pergantian singkat itu, saat Kazuto mengangkat wajahnya dan mengedipkan matanya.
"Ah…Itu adalah sihir kedua yang dimiliki Soul Translator. Beberapa saat yang lalu, aku berbicara tentang dunia virtual seperti mimpi yang diciptakan oleh STL, bukan?"
"Yeah."
"Apakah kau pernah mengalami mimpi yang benar-benar sangat panjang, dan merasa sangat kelelahan ketika kau terbangun? Sebuah mimpi buruk khususnya..."
"Ah―ya, aku pernah."
Shino menggangguk sementara mengerutkan dahinya.
"Melarikan diri dari sesuatu, dan sepanjang jalan itu aku berpikir "Ini pasti hanya mimpi" namun aku tidak mampu untuk bangun. Ketika berpikir aku akhirnya terbangun setelah dikejar untuk waktu yang lama, itu ternyata adalah sebuah mimpi juga."
"Menurutmu berapa jam yang kau habiskan di dalam mimpi itu?"
"Eh―? Dua……Atau mungkin tiga jam."
"Sebenarnya, ketika memonitor gelombang otak selama bermimpi, yang dirasakan seseorang memiliki waktu yang sangat lama, waktu sebenarnya diantara melihat mimpi dan membuka mata kita hanya sekitar beberapa menit."
Kazuto yang memotong perkataannya sampai titik ini, tiba-tiba mengulurkan kedua tangannya untuk menutupi kedua terminal yang tergeletak di atas meja. Dia lalu memperlihatkan sebuah tatapan rendah ke arah Shino.
"Kita mulai berbicara mengenai STL sekitar jam setengah lima, bukan? Sinon, sekarang menurutmu jam berapa sekarang?"
"Hmm..."
Saat terkejut, Shino menjadi ragu-ragu untuk menjawab. Langit yang melewati titik balik matahari di musim panas masih terang, jadi dia tidak dapat menebak waktu dengan cahaya yang bersinar melalui jendela. Dia terpaksa mengandalkan perkiraannya untuk menjawab.
"...Sekitar jam empat lebih lima puluh menit..."
Kazuto lalu menarik tangannya yang menutupi terminal, sebelum mengarahkan layarya pada Shino.Saat dia menatap pada layar itu, beberapa angka digital menunjukkan bahwa sekarang sudah lewat jam lima.
"Whoa, aku tidak menyadari bahwa kita telah menghabiskan waktu selama ini dengan berbicara."
"Kesadaraan terhadap waktu waktu adalah masalah yang subyektif. Tidak hanya selama berada di dalam mimpi tapi juga di dunia nyata. Ketika dalam keadaan darurat, perasaan adrenalin membuat waktu terasa menjadi lambat, di sisi lain, waktu berlalu lebih cepat ketika kita tenggelam padfa pembicaraan santai. RATH telah meneliti tentang bagaimana ini terjadi dalam kesadaran manusia…atau Fluctlight, dan itu menjadi sebuah teori awal. Kelihatannya, aliran yang ada pada inti kesadaran adalah dorongan yang bertindak sebagai «Sinyal kontrol pemikiran waktu». Tapi itu nampaknya mereka masih belum dapat memahami darimana itu berasal."
"Waktu…?"
"Itu adalah kata yang sering kau dengar ketika berbicara tentang sesuatu yang berhubungan dengan gigahertz komputer."
"Jumlah perhitungan yang bisa dilakukan dalam satu detik, bukan?"
Asuna berkata saat dia mengangguk, Kazuto kemudian mengetuk permukaan meja dengan jari tangan kanannya, menciptakan suara ton ton.
"Itu juga adalah angka maksimal yang mereka masukkan di dalam katalog, angka tadi sebenarnya tidaklah tetap. Itu biasanya beroperasi secara perlahan agar menghasilkan panas yang lebih sedikit, lalu ketika beban pekerjaan yang berat dibutuhkan——"
Ton ton ton, suara itu terdengar saat dia mempercepat iramanya.
"Saat pengoperasian jam itu meningkat, maka perhitungannya juga akan meningkat. Itu sama halnya dengan komputer kuantum dalam bentuk Fluctlight. Ditempatkan pada kondisi yang gawat, menangani sejumlah data berukuran besar, pemikirkan jam itu akan berakselerasi menanggulanginya. Sinon pasti pernah mengalaminya juga, ketika berkonsentrasi pada pertarungan yang hebat, kau merasa seperti kau dapat melihat peluru, bukan?"
"Ah—Sebenarnya....Yeah, ketika aku sedang dalam kondisi sangat bagus. Tapi itu tidak ada cara untuk aku dapat meniru gerakanmu «Memprediksi garis prediksi peluru kemudian menghindarinya»"
Shino mengatakan itu saat dia menjadi cemberut, Kazuto memperlihatkan senyuman masam sebelum menggelengkan kepalanya.
"Itu juga mustahil untuk aku yang sekarang. Aku harus berlatih kembali sebelum BoB berikutnya...Bagaimanapun juga, pemikiran jam itu mempengaruhi kesadaran kita terhadap waktu. Ketika jam itu berakselerasi, manusia akan merasakan bahwa aliran waktu menjadi melambat. Pada saat selama tidur akan menjadi contoh yang jelas untuk hal itu. Untuk menangani sejumlah besar data mengenai ingatan, Fluclight akan menambah kecepatan, dan sebagai hasilnya, kita melihat mimpi yang terasa beberapa jam lamanya dalam waktu beberapa menit."
"Hmmmm...."
Shino melipat tangannya saat dia merintih. Otaknya, atau lebih tepatnya, pikirannya, adalah sebuah komputer berbasis cahaya, sesuatu seperti itu sudah melebihi yang dapat dipikirkan, perbuatan «Berpikir» yang mampu meningkatkan atau menurunkan kecepatannya, meskipun itu dapat dikatakan seperti itu, dia tidak dapat merasakan itu mungkin dapat dilakukan. Tetapi, Kazuto tersenyum pada saat dia melanjutkan perkataannya.
"——Dalam hal ini. Jika kita dapat mengerjakan pekerjaan rumah atau bekerja di dalam mimpi kita, bukankah kau berpikir bahwa itu hebat? Bahkan jika itu hanya beberapa menit saja di dunia nyata, tapi itu akan menjadi beberapa jam lamanya di dalam mimpi."
"S-Sesuatu seperti itu sama sekali absurd."
"Ya, aku juga berpikir seperti itu―, aku belum pernah melihat mimpi yang nyamannya seperti itu sebelumnya."
Bahkan meskipun Shino dan Asuna menyangkal di waktu yang sama, senyumannya masih tetap terlihat di wajah Kazuto sementara dia melanjutkan penjelasannya.
"Mimpi yang nyata itu tidak konsisten, itu adalah hasil tambahan dari operasi pengolahan ingatan. Mimpi yang diciptakan oleh STL jauh lebih jelas…Maksudku, dunia VR yang menyerupai mimpi secara logika tersebut. Di dalam dunia itu, pemikiran jam dalam kesadaran seseorang akan digabungkan dan diakselerasikan. Di saat bersamaan, waktu standar di dalam dunia virtual juga disesuaikan dengan akselerasinya. Sebagai hasilnya, waktu Dive yang dirasakan oleh user di dalam dunia virtual tersebut adalah beberapa kali lipat waktu sebenarnya di dunia nyata. Itulah fitur terhebat yang dimiliki STL, «Fluctlight Acceleration», disingkat sebagai FLA."
"......Ini sudah......"
Aku berpikir kita tidak lagi membicarakan tentang kenyataan lagi, Shino mengeluarkan nafas pelan. Ini benar-benar sudah jauh dari «Sedikit Beda» AmuSphere.
Kehidupan sosial benar-benar telah berubah hanya karena penerapan teknologi Fulldive. Shino telah mendengar bahwa mesin versi pengurangan harga telah digunakan di perusahaan biasa, dan telah menjadi hal yang biasa untuk pergi ke dunia virtual untuk menghadari konferensi ataupun presentasi, bahkan ada penyiaran drama dan film 3D setiap harinya, dimana para penonton dapat masuk ke dalam adegan dari sudut manapun yang mereka inginkan, dan sebuah software travelling yang memproduksi sebuah pemandangan dataran tinggi yang sangat populer diantara orang tua, itu sama seperti yang dikatakan Kazuto sebelumnya, sebuah era yang bahkan latihan militer telah dilakukan di dalam dunia virtual.
Dengan meningkatnya jumlah orang yang tidak ingin meninggalkan mereka, maka muncul ledakan «Strolling Group», yang berjalan tanpa tujuan di sekitar kota dalam dunia virtual, perilisan «Virtual strolling software», yang disediakan khusus bagi kelompok tertentu yang telah meraih kepopuleran besar, tapi itu adalah sebuah fenomena yang telah memiliki prioritas belakang. Dan belakangan ini saja terdapat banyak toko hamburger dan gyudon yang mulai membuka cabangnya di dunia virtual.
Bagaimanakah pengaruh besar dari dunia virtual seperti itu meluas hingga dunia nyata——Bahkan meskipun situasi sosial yang sekarang, dengan sesuatu yang dapat mengakselerasikan kesadaran seperti Soul Translator, dunia jenis apa yang akan dibuat?Sementara Shino merasakan hawa dingin di balik punggungnya, Asuna, yang mengerutkan dahinya seolah-olah dia sedang memikirkan hal yang sama, mulai berkata saat dia menghela nafas.
"Mimpi panjang…Hmm…."
Dia lalu mengangkat pandangannya ke arah Kazuto di seberang meja dan memperlihatkan senyuman samar-samar.
"Itu akan menjadi hebat jika Soul Translator dipasarkan sebelum insiden SAO…Aku berpikir jika aku seharusnya memikirkan seperti ini. Jika perangkat keras antarmuka bukanlah Nerve Gear namun STL, maka Aincrad seharusnya akan memiliki ribuan lantai, dan untuk menyelesaikannya akan membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun."
"T…Tidak mungkin aku melakukannya."
Melihat Kazuto bergemetar sementara menggelengkan kepalanya membuat Asuna tersenyum sekali lagi, kemudian dia melanjutkan pertanyaanya.
"Yeah. Itu akan menjadi operasi pengetesan yang memiliki waktu yang panjang. Aku akan Diving tiga hari secara terus menerus tanpa makan maupun minum. Aku pikir aku akan menjadi sedikit lebih kurus…."
"Itu sama sekali bukan sedikit―Benar-benar...Pekerjaan ini sudah terlalu berlebihan"
Asuna membuat ekspresi marah yang manis sambil melipat tangan di depan dadanya.
"Besok aku akan pergi ke Kawagoe dan membuatkan makanan! Aku perlu untuk meminta Suguha-chan untuk membeli banyak sayuraan juga."
"I-Itu sangat baik untuk dirimu."
Sementara Shino tersenyum saat melihat mereka berdua, dia tiba-tiba memikirkan sebuah pertanyaan, dan mulai berbicara.
"Hei...Itu berarti, tiga hari selama Dive itu dilakukan di bawah fungsi akselerasi pikiran tadi, bukan? Apa kau tahu berapa lama waktu yang sebenarnya kau rasakan di dalam?"
"Hmm, seperti yang kujelaskan sebelumnya, ingatan di dalamnya ditahan……Tapi, aku mendengar bahwa kecepatan maksimal fungsi FLA saat ini adalah tiga kali lipat...."
"Itu artinya…sembilan hari?"
"Atau mungkin sepuluh hari."
"Hmmm…aku ingin tahu apa yang kau lakukan di dalam dunia seperti itu. Ingatan memang tidak dapat dibawa keluar, tapi bagaimana caranya memasukkan ingatan dari dunia nyata ke dalamnya? Apa ada tester lainnya?"
"Tidak―tentang sesuatu seperti itu, aku tidak berpikir seperti itu. Sebab latar belakang pengetahuan akan mempengaruhi hasil tesnya. Juga, mesin itu dapat memblokir ingatan selama Dive, jadi membatasi ingatan yang ada seharusnya bukanlah hal yang sulit...Bagaimanapun juga, bangunan tempatku bekerja di Roppongi hanya memiliki satu mesin eksperimen STL, jadi orang yang Diving di dalamnya hanya aku saja. Dan aku tidak mengetahui apapun yang ada «Di dalam», jadi itu tidak akan cukup untuk menjadi seorang Beater atau lainnya dengan hasil tesnya. Tapi satu-satunya hal yang dapat aku katakan adalah kode nama dari dunia virtual yang digunakan dalam eksperimen tersebut."
"Heh...Apa itu?"
"«Underworld»"
"Under….Underground world? Aku ingin tahu apakah itu adalah bagaimana dunia VR itu didesain."
"Desainnya masih belum diketahui apakah itu kenyataan, fantasi, atau SF setting. Tapi, berdasarkan dari namanya, aku memiliki perasaan bahwa itu adalah tempat di bawah tanah yang suram..."
"Hmmm, jadi kita tidak dapat menebaknya."
Saat Shino dan Kazuto mengelengkan kepala mereka di saat yang bersamaan, Asuna menyentuh dagu halusnya dengan jarinya sementara dia bergumam dengan suara pelan.
"Mungkin…itu juga berasal dari dongeng Alice."
"Alice..."
"Itu masuk akal karena nama RATH juga diambil dari cerita『Alice in Wonderland』.Edisi khusus pertama dari buku itu adalah 『Alice’s Adventures Under Ground』."
"Heh…Ini pertama kali aku mendengarnya. Jika itu benar, entah mengapa...Itu seperti sebuah perusahaan cerita dongeng."
Shino memperlihatkan senyuman samar-samar sementara melanjutkan berbicara.
"Ngomong-ngomong, tentang buku cerita Alice, ada dua buku dengan cerita mengenai mimpi panjang …Mungkin selama Kirito sedang Dive, itu mungkin saja dia melakukan pesta minum teh dengan kelinci atau bermain catur dengan ratu."
Asuna yang mendengarnya tertawa dengan cara geli. Tapi orang yang dipertanyakan, Kazuto, menatap lurus pada satu tempat di atas meja dengan ekspresi rumit.
"....Apa ada yang salah?"
"....Tidak..."
Suara Shino membuat tatapannya menuju ke atas, sementara masih mengerutkan dahinya, dia berkedip berulang kali dengan jengkel.
"Beberapa saat yang lalu, ketika aku mendengar kata Alice…Aku merrasa seperti aku dapat mengingat pada sesuatu…Seperti, pada saat, dimana kau merasakan sesuatu yang lucu atau mengganggu seperti beberapa saat yang lalu, tapi tidak peduli bagaimana kau memikirkan tentang itu, kau tidak dapat mengingatnya, apakah itu, itu seperti perasaan gelisah."
"Ah, yeah. Seperti terbangun dari mimpi buruk tapi tidak mengingat apapun isi mimpinya tadi."
"Sesuatu…Beberapa saat yang lalu aku merasa bahwa aku melupakan sesuatu yang buruk…"
Asuna bertanya saat dia dengan khwatir melihat pada Kazuto, yang mengacak rambutnya.
"Itu, mungkin, ingatan selama eksperimen....?"
"Tapi…Bukannya kau mengatakan bahwa semua ingatan tentang dunia virtual itu dihapus?"
Saat Shino mengatakan hal itu setelah Asuna, Kazuto menghela nafas sambil tetap menutup matanya, sebelum merendahkan bahunya.
"…Sebenarnya, itu adalah ingatan berharga selama sepuluh hari. Mungkin saja ada bagian yang lolos dari pemblokiran... "
"Oh ya, jika kita memikirkan tentang itu, jika ingatan itu sebenarnya masih tetap tersisa, itu akan berarti kau lebih tua tua dibandingkan dengan kita, secara pikiran. Itu entah bagaimana….terdengar menakutkan."
"Untukku, aku sedikit…senang, itu seperti jarak diantara kita menjadi lebih sempit."
Asuna mengatakan seperti itu, karena dia satu tahun lebih tua, Kazuto saat dia memperlihatkan senyuman lemah.
"Jika memikirkan tentang itu, dalam periode di antara Dive kemarin dan kelas hari ini, aku merasakan perasaan tidak nyaman yang aneh. Itu seperti waktu telah berlalu lama sekali semenjak aku melihat kota, atau acara TV. Teman-teman di kelas juga.... 'Siapa sih cowok itu?' Sesuatu seperti itulah......"
"Jangan terlalu dibesar-besarkan, itu hanya 10 hari saja."
"Aku setuju―Itu bukanlah sesuatu yang harus kau cemaskan."
Shino dan Asuna merengut pada perkataan Kazuto.
"Kirito-kun, kau seharusnya keluar dari ekperimen yang tidak masuk akal itu. Itu benar-benar memberi beban yang terlalu berat pada tubuhmu."
"Ah, jika operasi pengetesan yang memiliki waktu yang panjang telah sukses, itu berarti bagian terakhir dari masalah rancangan dasar semuanya telah selesai. Tahap berikutnya adalah membentuk mesin untuk penerapannya, tapi aku ingin tahu berapa tahun lamanya yang akan dibutuhkan untuk merubah mesin ukuran besar itu menjadi bentuk yang umum…Aku juga tidak dapat melakukan pekerjaan sampingan ini lebih lama lagi, karena ujian terakhirn dimulai bulan depan."
"Uu..."
Pada perkataan Kazuto, Shino membuat ekspresi suram sekali lagi.
"Hei, jangan mengingatkan aku sesuatu seperti itu. Kalian semua sangat enak, sekolah kalian hampir tidak memiliki ulangan tertulis lagi. Sekolahku masih memakai sistem lembar jawaban, yang benar saja..."
"Huhu, kalau begitu bagaimana membuat belajar kelompok bersama-sama?"
Saat dia mengatakan itu, Asuna melihat ke atas dinding di belakang Shino sebelum mengatakan, ‘Wah’ dengan suara pelan.
"Ini hampir jam enam, waktu berlalu dengan cepat di saat kita sedang berbicara."
"Kalau begitu kita selesaikan pembicaraannya di sini. Tapi aku tidak berpikir bahwa kita membicarakan topik utama hanya membutuhkan waktu lima menit saja."
Sementara Kazuto memperlihatkan senyuman masam, Shino juga tersenyum sementara menjawab.
"Baiklah, masih ada waktu sebelum BoB kelima, jadi mari memutuskan build karakter dan rincian taktik bertarung setelah mengkonversi karakter."
"Yeah, itu juga bagus. Tapi aku merasa tidak seperti memakai apapun selain light saber."
"Aku sudah memberitahu padamu bahwa itu adalah photon sword."
‘Apa benar?’ Kazuto tertawa saat dia memegang ujung dari meja itu, dan mulai berjalan menuju konter untuk membayar makanan ini dengan uang yang dia dapat dari pekerjaan sampingan selama tujuh puluh dua jam. Shino dan Asuna mengatakan, ‘Terima kasih atas makanannya!‘ secara bersamaan, sebelum berjalan menuju ke pintu keluar.
"Agil-san, aku akan datang lagi."
"Terima kasih karena makan di sini, kacang panggang di sini benar-benar enak."
Setelah jawaban dari pemilik kafe, yang sedang sibuk dengan persiapan kafe di malam hari, Shino mengeluarkan payungnya dari tong wishky dan mendorong pintu itu hingga terbuka. Karakaran, saat suara bel pintu itu berbunyi, suara keras dari suasana perkotaan dan hujan menyelimuti telinganya.
Bahkan meskipun masih ada waktu sebelum malam tiba, namun dikarenakan awan tebal, yang merupakan tanda malam yang gelap telah meliputi di atas jalanan basah di sekitarnya. Shino membuka payungnya, dan mulai menuruni anak tangga kecil——dia mendadak menghentikan langkahnya saat dia dengan cepat menggerakkan pandangannya pada sekelilingnya.
"Sinonon, ada apa….?"
Suara khawatir dari Asuna terdengar dari arah belakang. Shino kembali menjadi sadar dan dengan cepat membalikkan pandangannya dari jalan.
"T-Tidak, tidak ada apa-apa."
Dia sedikit tertawa untuk menyembunyikan rasa malunya. Tidak mungkin, aku merasakan hawa kehadiran sniper di belakangku, tapi ini tidak mungkin. Mungkin kebiasaan memastikan tempat sniper pada saat aku memasuki ruangan terbuka muncul di dunia nyata? Memikirkan seperti itu, dia menjadi sedikit tercengang.
Sementara Asuna memiringkan kepalanya, bel pintu dari belakang berbunyi sekali lagi, diikuti oleh suara langkah menuruni anak tangga.
Ketika Kazuto, yang keluar dari toko sambil memasukkan dompet ke dalam tasnya, telah turun dan berdiri di jalan, dia mengeluarkan satu kata bersamaan dia menghela nafas.
"ALICE....."
"Apa, kamu masih memikirkan tentang itu?"
"Tidak....aku kebetulan mendengar di suatu kesempatan dari percakapan staff di hari Jumat sebelum Diving ke dalam STL….……Arti…… Labile…… Intelligen……hmm, apa itu...."
Shino menyerahkan payung yang dipegangnya pada Kazuto, yang mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dia mengerti, Asuna pasti lebih khawatir tentangnya, saat dia memperlihatkan senyuman masam.
"Ya ampun, jika sesuatu seperti itu benar-benar mengusikmu, Bukankah kau seharusnya menanyakannya pada mereka saat berikutnya kau pergi ke sana."
"Yeah...Itu benar."
Kazuto menggelengkan kepalanya dua, tiga kali, sebelum akhirnya membuka payungnya.
"Sampai jumpa Sinon, pertemuan selanjutnya kita akan berbicara tentang mengkonversi karakter ke GGO."
"Aku mengerti. Tidak apa-apa jika bertemu di ALO di pertemuan berikutnya. Terima kasih sudah datang hari ini."
"Sampai jumpa, Sinonon."
"Sampai jumpa, Asuna."
Kazuto dan Asuna yang akan pulang dengan JR, melambaikan tangan mereka. Shino lalu mulai berjalan ke stasiun bawah tanah di arah sebaliknya.
Sekali lagi, dia diam-diam melihat kea rah sekelilingnya dari balik payung, namun perasaan takut dari tatapan sebelumnya juga telah menghilang tanpa jejak seperti waktu pertama kali.
Selingan 1
Suhu tubuh manusia adalah sesuatu yang ganjil.
Tiba-tiba Yuuki Asuna memiliki pikiran seperti itu.
Hujan telah berhenti, dan dibawah langit biru gelap, dengan bagian dari awan tercampur dengan warna orange, mereka berdua berjalan secara perlahan sambil bergandengan tangan. Di sampingnya, Kirigaya Kazuto, orang yang memiliki ekspresi cemberut bahkan semenjak dia memikirkan sesuatu dari beberapa menit yang lalu, merendahkan pandangannya ke jalan berbatu tanpa mengatakan apapun.
Asuna yang tinggal di Setagaya dan Kazuto yang hendak kembali menuju Kawagoe, biasanya berpisah di stasiun Shinjuku saat mereka menaiki kereta yang bebeda, tetapi hari ini, untuk suatu alasan, Kazuto mengatakan "Aku akan mengantarmu sampai di rumah." Bahkan meskipun dia itu membutuhkan satu jam lebih lama untuk kembali ke rumahnya dari Shibuya, saat Kazuto memiliki ekspresi yang tidak biasanya di matanya, Asuna mengangguk setuju.
Saat mereka keluar dari stasiun Miyanosaka di jalur Setagaya, yang merupakan stasiun yang paling dekat dengan rumah Asuna, mereka masih bergandengan tangan.
Sementara melakukan ini, Asuna samar-samar mengingat kejadiaan itu. Itu tidak hanya manis, tapi juga sangat menyakitkan di saat yang bersamaan, jadi itu sebenarnya adalah ingatan yang tidak selalu muncul di kesadarannya, tetapi, ingatan itu kembali muncul setiap kali dia memegang tangan Kazuto.
Itu bukan ingatan di dunia nyata, tapi kota di menara besi «Grandum» di Aincrad lantai 55, yang tidak lagi ada.
Pada saat itu, Asuna menjadi sub-leader di guild Knights of the Blood. Pendampingnya adalah pengguna pedang hebat bernama Kuradeel, orang yang mengawasinya sepanjang waktu. Kuradeel, seseorang yang memiliki obsesi yang aneh dengan Asuna, dia telah menggunakan racun pelumpuh pada Kazuto/Kirito, yang menyebabkan Asuna mengundurkan diri dari guild.
Kuradeel telah membunuh dua anggota dalam aksinya, Asuna yang baru saja sampai di waktu tepat sebelum Kirito kehilangan nyawanya, menarik rapiernya dengan kemarahan dan tanpa ampun, HP Kuradeel telah berkurang hingga sampai pada tingkat dimana satu serangan dapat menghabisinya, tapi dia menjadi ragu. Kuradeel mengambil kesempatan untuk membalas tetapi Kirito telah sembuh dari racun pelumpuh saat itu, dan dia menghabisi Kuradeel dengan tangan kosong.
Keduanya kembali ke markas dari Knights of the Blood di lantai 55. Setelah menginformasikan tentang pengunduran dirinya dari guild, mereka berjalan tanpa tujuan sambil bergandengan tangan di Grandum.
Ketika dia bersikap tenang di permukaan saat itu, di dalam hati Asuna, dia merasakan perasaan bersalah pada dirinya karena dia tidak membunuh Kuradeel. Perasaan bersalah pada Kirito yang membuatnya menanggung beban berat itu menyelimuti di sekitarnya. Dia merasa bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk memanggil dirinya sebagai bagian dari grup penyelesaian, bahwa dia memiliki hak untuk berdiri di samping Kirito. Tapi, ketika dia menderita dari perasaan ini, dia mendengar suara. Hanya kau, aku ingin mengantarmu sampai di dunia nyata tidak peduli apapun yang terjadi.
Pada saat itu, sebuah perasaan kuat mengalir di dalam Asuna. Berikutnya aku akan melindungimu dengan kedua tanganku. Tidak, tidak hanya berikutnya tapi setiap saat. Tidak peduli di dunia manapun itu berada.
Asuna samar-samar dapat mengingat tangannya, yang tidak merasakan apapun selain dari hawa dingin di udara meskipun memegang tangan Kirito, pada saat itu, menjadi hangat seolah-olah mereka duduk di dekat api unggun. Setelah kastil melayang itu terjatuh, berpetualang pada dunia peri, dan kembali ke dunia nyata, ketika dia memegang tangannya, dia masih dapat mengingat perasaan hangat di tangannya di saat itu.
Sungguh, suhu tubuh manusia adalah sesuatu yang ganjil. Bahkan meskipun dia tahu bahwa panas yang dihasilkan berasal dari energi untuk menjaga tubuh, pertukaran kehangatan dari tangan mereka terasa seperti itu memiliki sejumlah informasi. Karena, Asuna dapat mengerti Kazuto, orang yang berjalan sementara terdiam sampai sekarang, memiliki sesuatu yang ragu-ragu untuk dikatakan.
'Jiwa manusia adalah kuanta cahaya yang berada di dalam unsur struktur microscopic di sel otak mereka' adalah sesuatu yang Kazuto telah katakan. Tapi, cahaya itu tidak hanya berada di sel otak, tapi juga di semua sel di dalam tubuh. Medan kuantum, yang menyusun partikel cahaya dan membuat wujud manusia, telah terhubung melalui tangan mereka. Mungkin itulah bagaimana kehangatan itu dapat dirasakan.
Asuna menutup kelopak matanya dengan lembut, sebelum membisikkan sesuatu dipikirannya.
——Lihat, ini akan baik-baik saja, Kirito. Aku akan selalu menjagamu. Itu karena kita adalah pasangan terhebat dalam saling membantu.
Kazuto tiba-tiba berhenti, membuat Asuna juga melambatkan langkahnya. Matanya terbuka lebar, Ini sudah jam tujuh? Saat lampu jalan antik mengeluarkan cahaya orange di atas kepala.
Di sore hari setelah hujan, tidak ada seorangpun yang terlihat di jalan selain dari mereka berdua. Kazuto perlahan menggerakkan kepalanya, mata hitamnya melihat Asuna.
"Asuna......"
Seolah-olah di akhirnya menepis keraguannya, dia mengambil langkah ke depan——
"......Aku masih berpikir untuk pergi."
Asuna, yang mengerti alasan dari perhatiaannya, tersenyum saat dia bertanya.
"Amerika?"
"Yeah. Aku menghabiskan waktu setahun untuk meneliti, dan aku berpikir penelitian «Brain Implant Chip» di universitas Santa Clara benar-benar penerus teknologi FullDive. Brain Machine Interface mungkin menuju perubahan. Aku benar-benar ingin melihatnya, dimana dunia selanjutnya akan ada.
Asuna melihat langsung pada mata Kazuto sebelum memperlihatkan anggukannya.
"Tidak hanya ingatan menyenangkan, tapi juga ingatan sedih dan menyakitkan juga. Tujuannya, adalah tujuan kastil itu, kau ingin mengetahui tentang itu, bukan?"
"......Aku bahkan tidak yakin seribu tahun adalah waktu yang cukup untuk memahami hal itu."
Kazuto tersenyum samar-samar dan menjadi terdiam sekali lagi.
Itu benar-benar sulit untuk berbicara tentang perpisahan itu adalah pemikiran Asuna. Tanpa menghapus senyumnya, dia mencoba untuk mengatakan jawaban yang disimpan di dalam hatinya——tetapi sebelum dia dapat melakukan itu, Kazuto membuat ekspresi yang sama ketika dia di Aincrad-ekspresi yang sama ketika dia mengajukan pernikahan padanya-saat dia mengatakannya dalam keadaan gugup.
"Karena itu......Aku ingin kau pergi bersamaku, Asuna. Aku tidak ingin hidup tanpamu. Aku tahu apa aku mengatakan sesuatu yang tidak beralasan. Aku tahu bahwa Asuna memiliki jalan sendiri. Tapi, bahkan meskipun begitu aku......"
Pada saat itu, dia menghentikan perkataanya seolah-olah dia dalam keadaan bingung. Mata Asuna terbuka lebar dan dia suara tertawa yang pelan.
"Eh......?"
"M......Maaf aku tertawa. Tapi......mungkin itu, itu adalah apa yang membuat Kirito-kun bermasalah sampai sekarang?"
"Y-Yeah."
"Apaaa. Jika itu tentang jawabanku. Aku telah memutuskannya semenjak waktu yang lalu."
Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanannya, yang masih memegang tangan Kazuto. Setelah mengangguk dengan dalam, dia memberitahunya.
"Tentu saja, Aku akan pergi...Kita akan pergi bersama. Jika bersamamu. Aku dapat pergi ke manapun itu."
Mata Kazuto terbuka lebar saat dia mengedipkan matanya beberapa kali, dan lalu senyuman cerah terlihat di wajahnya. Di saat yang sama, dia menaruh tangan kanannya di bahu Asuna.
Asuna merespon dengan memeluk erat Kazuto dengan kedua tangannya.
Saat mulut mereka bertemu, perasaan dingin segera pergi dari mulut mereka, diganti oleh perasaan hangat, Asuna sekali lagi, merasakan pertukaran informasi melalui cahaya tidak terbatas yang terdiri dari jiwa mereka satu sama lain. Bahkan di masa depan, tidak peduli di dunia mana, tidak peduli berapa lama kita akan pergi, hati kita tidak akan terpisahkan, aku yakin tentang itu.
Tidak, hati kita sebenarnya telah terikat semenjak dahulu. Di langit yang telah jatuh Aincrad, ketika itu menghilang saat dibungkus oleh pelangi aurora —— atau bahkan mungkin jauh sebelum itu, hari di saat kita bertemu di dugeon gelap, sebagai seorang solo player yang kesepian.
"Bagaimanapun juga."
Beberapa menit kemudian, saat mereka berjalan di atas jalan sambil bergandengan tangan, Asuna menanyakan pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Jadi kau berpikir Soul Translator yang kau teliti bukanlah penerus dari teknologi FullDive? Brain Chip yang bersatu dengan sel otak pada tingkatan yang sama dengan Nerve Gear, tapi STL lebih jauh dari itu, dan menggunakan level kuantum, bukan?"
"Hmmm......"
Kazuto dengan perlahan mendorong batu menggunakan ujung metal dari payung di tangan lainnya saat dia menjawab.
".....Desain konsepnya sudah pasti jauh lebih maju dibandingkan dengan Brain Chip. Tapi bagaimana mengatakannya...... mungkin itu terlalu canggih. Agar dapat membuat mesin itu dapat digunakan di pasaran, itu tidak hanya membutuhkan waktu beberapa tahun, tapi membutuhkan beberapa dekade untuk itu. Aku memiliki perasaan STL bukanlah mesin yang dibuat manusia untuk Full Dive menuju dunia virtual dengan ......"
"Ehh? Lalu itu untuk apa?"
"Mungkin itu mesin untuk memahami pikiran manusia...... the Fluctlight."
"Hmm......"
Jadi maksudmu STL bukanlah tujuannya tapi metodenya? Saat Asuna memikirkan apa pengertian jiwa manusia yang dia pikirkan, Kazuto melanjutkan berbicara.
"Di samping itu. Aku berpikir STL adalah...... bagian dari ide Heathcliff. Orang itu, untuk alasan tertentu dia membuat Nerve Gear, dia mengorbankan ribuan orang, membakar otaknya sendiri, dan lebih dari itu, dia bahkan menyebarkan «The Seed» menuju seluruh dunia...... Aku tidak tahu bahkan jika dia memiliki tujuan bahkan dari semenjak pertama, tapi aku merasakan kehadirannya melayang di suatu tempat di Soul Translator. Bahkan meskipun aku ingin tahu apa yang dia inginkan, aku tidak ingin ini berefek pada tujuanku. Aku tidak ingin merasa seperti aku berjalan di atas tangannya"
Sebuah wajah dari seseorang muncul di dalam otak Asuna dengan sekejap, dan dia mengangguk.
".....Aku mengerti............Hei, kesadaran Ketua Guild, pikiran programnya masih ada di suatu tempat di server, bukan? Seperti yang Kirito-kun katakan sebelumnya."
"Yeah, tapi hanya sekali. Mesin yang digunakan orang itu untuk bunuh diri adalah original prototype dari STL. Agar dapat membaca Fluctlight, diperlukan high-powered beam yang cukup untuk membakar sel otak. Mungkin, dia telah menderita lebih lama dan rasa sakit yang lebih panjang...... Untuk tujuan membuat dirinya yang lain, aku tidak berpikir bahwa ini tidak berhubungan RATH dengan STL sekarang. Mungkin sesuatu di hatiku masih berpikir......Aku ingin melihat suatu jenis resolusi, yang membuatku menerima permintaan Kikuoka......"
Pada saat dia mengatakan itu, pandangan Kazuto berbalik menuju langit yang menghilang oleh senja berwarna orange kemerahan. Saat dia melihat wajahnya untuk sesaat, Asuna memegang tangannya dengan kuat, sebelum membisikkan.
"......Berjanjilah, cukup satu hal. Jangan melakukan sesuatu yang berbahaya."
Kazuto, yang berbalik padanya, tersenyum dan mengangguk.
"Tentu saja, Aku janji. Aku akan pergi ke Amerika dengan Asuna musim panas mendatang bagaimanapun juga."
"Sebelum itu, kau seharusnya menghawatirkan tentang belajar agar dapat mendapat nilai bagus di Ujian Scholastic Assessment?"
"Uu......"
Kazuto kehilangan katanya untuk sesaat, sebelum dia perlahan terbatuk dan mengubah topik,
"Bagaimanapun juga, aku harus secara pantas menyapa keluarga Asuna terlebih dahulu. Aku telah bertukar email dengan Shouzoushi-shi dari waktu ke waktu, namun ingatan ibumu terhadapku cukup buruk......"
"Tidak masalah, tidak masalah, akhir-akhir ini ingatannya menjadi sedikit membaik. Ah, ya......Kenapa tidak pergi sekarang saja?"
"Ehh!? T-tidak......Mungkin lebih baik pergi setelah ujian akhir saja, yeah."
"Benarkah..."
Mereka telah sampai di taman di dekat rumah Asuna saat mereka berbicara, Ini adalah dimana Kazuto biasanya mengatakan perpisahan sebelum melepasnya. Asuna berhenti saat dia merasa berat hati sebelum berbalik. Dia melihat wajah Kazuto, dan pandangannya juga sama dengannya.
Jarak di antara mereka hanya kurang dari lima puluh sentimeter. Tiba-tiba, langkah berat yang dapat didengar dari belakang, dan secara refleks Asuna melangkah ke belakang.
Saat dia memutar kepala, sesosok manusia muncul berlari dari arah jalan berbentuk T. Orang itu adalah seorang pria pendek mengenakan pakaian hitam. Pandangannya terhenti pada Asuna dan Kirito sebelum mengatakan "Permisi," dengan suara keras.
"Erm, apa kau tahu dimana stasiun berada?"
Pria muda itu merendahkan wajahnya saat dia bertanya, Asuna menunjuk barat dengan tangan kirinya.
"Ikuti jalan ini sebentar, dan belok kiri ketika lampu lalu lintas pertama......lalu..."
Tiba-tiba, Kazuto, yang ada di belakangnya, secara paksa menarik bahu Asuna. Lalu dia melangkah ke depan sambil melindungi Asuna dibelakangnya.
"A-Apaa......"
"Kau....yang mengikuti kita dari Dicey Café bukan? Siapa kau?"
Dengan nada tajam, Kazuto mengatakan sesuatu yang bahkan Asuna tidak sadari. Dia lalu menarik nafas sambil melihat wajah orang itu sekali lagi.
Dia memiliki rambut panjang tidak rata yang kusut. Garis pipi yang kurus secara keseluruhan di tutupi oleh janggut. Di telinganya terdapat anting perak, dan di lehernya juga ada kalung perak. Dia memakai T-Shirt hitam yang memiliki warna yang sama dengan celananya. Sebuah rantai besi tergantung di pinggangnya membuat suara gemerincing. Kakinya memakai sepatu boot denga tali panjang yang terlihat berat di musim ini, dan secara keseluruhan dia memberikan kesan lusuh.
Mata sipitnya terlihat dari rambut berantakan dari dahinya, seolah-olah dia sedang tersenyum. Orang itu mengerutkan dahinya dan memiringkan kepalanya seolah-olah dia tidak mengerti apa yang Kazuto katakan—— lalu tiba-tiba, mata kecilnya bercahaya dengan sinar yang menakutkan.
"......Jadi serangan mendadak tidak bekerja, huh."
Dengan ujung mulutnya dengan erat , Asuna tidak tahu jika dia tersenyum atau jengkel.
"Sebenarnya siapa kau?"
Kazuto mengulang pertanyaannya. Pria itu mengangkat bahunya, menggelengkan kepalnya dua kali, tiga kali, sebelum dia menghela nafas panjang.
"Hei, hei, bukan begitu, Kirito-san. Apa kau melupakan wajahku...... oh, disana aku memakai topeng, bukan? Tapi...Aku tidak pernah melupakan tentangmu meskipun untuk satu hari."
"Kau......"
Ketegangan muncul di punggung Kazuto. Dia menarik kembali tangan kanannya saat dia merendahkan pinggangnya.
"——«Johnny Black»!"
Dengan teriakan pelan, tangan kanan Kazuto begerak cepat seperti cahaya dan memegang udara di punggungnya. Itu pernah sekali menjadi tempat pedang kesayangan «Black Swordsman» yakni «Elucidator».
"Bu... Ku... Kuhahahahahaha! Tidak ada pedang!!"
Orang yang dipanggil Johnny Black memutar bagian atas tubuhnya saat dia tertawa keras. Kazuto menurunkan tangan kanannya di saat seluruh tubuhnya tetap tegang.
Asuna tahu nama itu. Itu adalah nama yang aktif sebagai pembunuh di Aincrad, seorang yang terkenal bahkan di antara pemain merah. Berasal dari guild PK «Laughing Coffin» dan menjadi duo dengan «Red-eyed XaXa», yang membutuhkan lebih dari sepuluh orang untuk menangkapnya.
............XaXa. Dia pernah mendengar nama itu setengah tahun yang lalu. Orang yang dibalik insiden buruk «Death Gun Incident».
Dia mendengar itu setelah XaXa sendiri, Shinkawa Shouichi telah ditahan bersama adik mudanya, tapi meninggalkan rekannya saat pelarian. Orang ketiga, yang dia pikir telah tertangkap lebih dulu, namanya mungkin Kanemoto......dengan kata lain, seseorang yang didepannya adalah————
"Kau......masih melarikan diri?"
Kazuto berkata dengan suara serak. Johnny Black, Kanemoto tersenyum sambil mengulurkan kedua jari telunjuknya.
"Te——tentu saja. Kau pikir aku akan menyerah setelah XaXa ditangkap? Aku adalah anggota terakhir Laughing Coffin. Aku menemukan kedai kopi itu lima bulan lalu, dan aku telah mengawasimu hampir selama sebulan.....setiap hari dipenuhi dengan kebencian—"
Saat dia berbicara, Kanemoto memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Tapi, Kirito-san, tanpa pedang......kau hanya seseorang yang terlihat lemah, bukan? Bahkan meskipun wajahmu masih sama, itu sangat sulit untuk berpikir bahwa kau adalah Swordsman-sama yang telah mengalahkanku dengan sangat memalukan."
"Itu juga berlaku untukmy......Apa yang dapat kau lakukan tanpa senjata beracun kebanggaanmu?"
"Hei, itu sangat tidak profesional untuk menilai senjata dari penampilannya."
Kanemoto menggerakkan tangan kanannya di belakang punggungnya dengan sangat cepat, dan menarik keluar sesuatu dari bajunya.
Itu adalah benda asing. Dari cylinder yang terbuat dari plastic halus, ada gagang kuat yang seperti mainan. Asuna berpikir itu hanya pistol air untuk sesaat, tapi dia menarik nafas saat dia melihat Kazuto menjadi sangat kaku. Kebingungannya berubah menjadi ketakutan saat Kazuto bersuara.
"Itu...... the «Death Gun»......!"
Tangan kananya menuju ke belakang, menyuruh Asuna untuk mundur. Di saat yang sama, dia mengarahkan ujung payung di tangan kirinya ke arah Kanemoto.
Satu langkah, dua langkah, saat dia tanpa sadar mundur ke belakang, mata Asuna masih fokus pada «Pistol» plastik. Itu bukan hanya pistol air, tapi suntikan menggunakan gas bertekanan tinggi, di dalamnya ada bahan kimia mengerikan yang dapat menghentikan jantung.
"Aku punya—, aku punya senjata beracun— Aku meminta maaf karena ini bukan pisau—"
Saat dia mengeluarkan jarumnya, yang satu-satunya bagian yang terbuat dari metal, Kanemoto membuat suara seperti tertawa. Kazuto memegang payungnya dengan kedua tangan sementara dengan hati-hati memperhatikan Kanemoto, lalu sambil bersuara pelan.
"Asuna, larilah! Panggil seseorang untuk membantu!"
Setelah beberapa saat dalam keraguan, Asuna mengangguk, lalu berputar dan mulai berlari. Dari belakang, suara Kanemoto dapat didengar.
"Oi, «The Flash»! Pastikan semua orang tahu.....bahwa orang yang mengambil hidup dari «Black Swordsman» adalah Johnny Black!"
Bell dari rumah terdekat sekitar tiga puluh meter.
"Seseorang......tolong!!"
Saat dia berlari sambil memanggil dengan suara paling keras. Bukankah salah untuk meninggalakan Kazuto dan berlari? ..... Jika kita bekerja sama, bukankah kita dapat menghentikan senjata itu? Dia melewati separuh jalan dan saat dia berpikir seperti itu, pada saat itu, sebuah suara terdengar di telinganya.
Seperti ketika tutup dari minuman bersoda terbuka, atau cat semprot yang digunakan, sebuah suara tajam terdengar. Tapi, dia segera mengerti maksudnya pada saat itu juga, Asuna menahan rasa takutnya, menghentikan langkahnya, terhuyung, dan menahan tangannya di batu basah.
Asuna perlahan menengok dan melihat melalui bagian atas bahunya.
Sebuah kejadian mengerikan terlihat di pandangannya.
Poros dari payung di tangan kiri Kazuto menusuk pada bagian bawah paha kanan Kanemoto.
Dan suntikan di tangan Kanemoto ditusuk pada bahu kiri Kazuto.
Secara bersamaan, tubuh mereka terpisah satu sama lain, sebelum terjatuh dengan keras di jalan.
Beberapa menit kemudian setelah kejadian itu terasa tidak nyata, itu seperti dia melihat film hitam putih.
Dia berlari menuju tubuh Kazuto yang tidak bergerak. Dia menarik Kazuto dari Kanemoto, yang memegang kakinya dengan kesakitan, "Bertahanlah," dia memanggilnya saat dia mengambil terminal mobile dari sakunya dan membukanya.
Dia tidak dapat merasakan apapun di jarinya, seolah-olah itu telah membeku. Ujung jarinya yang kaku mengoperasikan layar sentuh, dan dia melaporkan lokasi dan situasi pada operator dari pusat bantuan darurat, dengan terengah-engah dan kehabisan nafas.
Banyak penonton yang penasaran bermunculan. Lalu, seorang polisi muncul dari kerumunan. Asuna hanya dengan singkat menjawab pertanyaan saat dia dengan erat memeluk Kazuto.
Pernafasan Kazuto menjadi lambat dan pelan. Di bawah rasa sakitnya, dia membisikkan dua kata pendek. "Maaf, Asuna."
Beberapa menit kemudian yang terasa seperti keajaiban. Kazuto dibawa oleh satu dari dua mobil ambulans yang telah tiba, dan Asuna juga berada di mobil yang sama.
Saat Kazuto terbaring tidak sadarkan diri di tandu, seorang paramedis menggerakkan wajahnya di dekat wajah Kazuto untuk mengecek pernafasannya, lalu memanggil paramedis yang lain.
"Respiratory gagal! Berikan aku tas darurat!"
Untuk membantu pernafasan dengan cepat, mulut dan hidung Kazuto ditutupi oleh masker transparan.
Asuna entah bagaimana berhasil untuk menahan dorongannya tidak berteriak melalui tenggorokannya, saat dia menginformasikan pada paramedis nama bahan kimia yang secara ajaib dapat dia ingat.
"Erm, s-succinylcholine......dia telah disuntik dengan obat itu. Di bahu kirinya."
Paramedis itu melihat dia dengan takjub untuk sesaat, lalu dia memberi instruksi yang baru dengan cepat.
"IV suntik epinephrine......tidak, gunakkan atropine! Buatlah menjadi IV!
Sebuah jarum transfusi ditusuk di tangan kiri Kazuto, di bagian bajunya yang terkoyak. Mesin elektroda dari ECG monitor di taruh di dadanya. Sebagai tambahan suara udara di sekitar, suara sirine memecahkan keheningan.
"Detak jantung menurun!"
"Mulailah menekan jantungnya!"
Wajah Kazuto dengan kelopak matanya tertutup, terlihat sangat pucat di bawah panel internal LED light. "Tidak...tidak ... Kirito-kun...Bukan sesuatu yang seperti ini..." sebuah suara kecil yang keluar dari mulut Asuna tanpa dia sadari untuk sesaat.
"Detak jantung berhenti!"
"Teruslah menekan!"
Kirito-kun, ini bohong, bukan? Kau tidak akan meninggalkanku, bukan? Kau mengatakan bahwa kita akan terus bersama selamanya.....bukankah kau mengatakan itu?
Pandangan Asuna menunduk menuju terminal mobile yang ada ditangannya.
Hati yang terlihat di monitor itu perlahan berdetak sekali lagi, sebelum itu berhenti berdetak.
Angka monitor digital itu berubah dengan kejam dan berhenti di nol, saat semuanya menjadi hening.
Bab 1: Underworld (Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378)
Bagian 1
Ada suatu bebauan di udara.
Pikiranku yang buram ini merasakan hal itu tepat sebelum Aku bangun.
Udara yang mengalir kedalam rongga hidungku memberikan ku berbagai hal. Aroma harum bebungaan. Aroma rerumputan yang hijau. Aroma pepohonan yang seakan-akan dapat membuat dadaku merasa lega. Aroma air yang mengalir ke tenggorokan ku yang haus.
Selagi kesadaran ku mulai bangkit, berbagai suara melonjak ke dalam tubuh ku. Suara dari dedaunan yang bergesekan dengan satu-sama lain. Suara dari burung-burung kecil yang berkicau dengan gembira. Suara dengungan serangga dibawah nya. Dan suara samar-samar dari sungai kecil dikejauhan.
Dimana Aku!? Setidaknya udah pasti ini bukan kamarku. Biasanya, saat Aku bangun, selalu ada aroma matahari dari pakaian yang kering, suara dari pendingin ruangan, dan suara dari mobil-mobil yang berlarian di jalanan Kawagoe yang sedikit jauh, tapi disini gak ada satupun dari hal itu. Dan lagi —— cahaya hijau yang menyikat kelopak mataku sampai sekarang ini bukanlah cahaya terang dari alat yang lupa kumatikan, tapi adalah cahaya matahari yang tersaring melewati dedaunan, kan?
Aku menyingkirkan keinginan ku yang tersisa untuk kembali kedalam tidur lelap, sebelum akhirnya membuka mata ku.
Aku mengedip berkali-kali karena disilaui banyak nya cahaya yang melintas di mata ku. Selagi Aku mengusap mata ku, yang sedang buram karena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan ku, Aku pelan-pelan mengangkat bagian atas tubuh ku.
"... ...Dimana Aku... ...?"
Tanpa sadar Aku menggumam.
Yang selanjutnya kulihat adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga kecil berwarna kuning dan putih diberbagai tempat, kupu-kupu biru muda yang berkilauan terbang kesana-kesini disekitar nya. Sekitar lima meter jauh nya, karpet rerumputan terpotong, dan dari sana, adalah bentangan dari hutan yang dalam, dimana pohon-pohon besar yang sepertinya sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbaris disana.
Selagi Aku memfokuskan pandangan ku kearah celah gelap diantara ranting-ranting pohon, sepertinya pepohonan itu masih terus berbaris sampai batas dari jarak yang bisa diraih oleh cahaya. Kulit pohon yang kasar dan bergelombang dan tanah ditutupi oleh lumut yang tebal, bercahaya hijau dan emas dibawah matahari.
Aku menengok ke kanan, dan berbalik, Aku disambut oleh ranting pohon-pohon tua dari seluruh arah. Dengan kata lain, seperti nya Aku terbaring di lingkaran kecil rerumputan di tengah hutan. Kemudian Aku melihat keatas, dan dari celah diantara ranting pohon yang kasar yang terbentang ke seluruh arah, dapet terlihat langit biru dimana awan-awan melayang, seperti yang sudah kuduga.
"Dimana... ... tempat ini?"
Aku menggumam lagi lalu menghela nafas. Tapi gak ada jawaban.
Aku menggali seluruh sudut dari ingatan ku, tapi Aku gak bisa menemukan ingatan dari bagaimana Aku bisa datang dan tertidur di tempat ini. Berjalan sambil tidur? Amnesia? Saat kata-kata berbahaya itu terlintas di fikiran ku, gak mungkin, Aku dengan segera menyangkal hal tersebut.
Aku... ... namaku adalah Kirigaya Kazuto. Tujuh belas tahun lebih delapan bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan ku.
Aku merasa agak tenang sembari data itu keluar dengan mulus, kemudian Aku mengolah lebih ingatan ku.
Saat ini, Aku adalah murid SMA kelas dua. Tapi berhubung Aku telah mencapai syarat kelulusan di semester pertama tahun depan, Aku berfikir tentang pergi ke universitas pada musim kemarau. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Pada hari minggu terakhir bulan Juni, saat sedang hujan. Aku pergi ke toko milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi setelah pulang sekolah, dan mengobrol dengan teman ku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.
Kemudian, Asuna —— Yuuki Asuna bergabung, dan kami bertiga ngobrol untuk sementara waktu sebelum meninggalkan toko.
“Asuna……”
Aku mempunyai seorang kekasih, Aku dengan lembut menyebut nama dari gadis itu, yang adalah seorang partner yang dapat kupercaya dengan penuh keyakinan. Aku melihat-lihat kesekeliling berkali kali, mencoba untuk mencari sosok nya, yang sosok nya sangat jelas di ingatan ku, namun, Aku gak bisa menemukan seorangpun sosok manusia di rerumputan atau di hutan yang dalam.
Selagi bertarung dengan rasa kesepian, Aku mencoba untuk mengusut kembali ingatan ku.
Asuna dan Aku berpisah dengan Shino setelah kami meninggalkan toko. Setelah pergi ke Tokyo Metro Ginza Line di Shibuya, kami pergi ke jalur Toyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.
Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Selagi kami berjalan berdampingan di jalan bata setapak, kami mengobrol tentang urusan masuk universitas. Aku berterus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat peromohonan yang keterlaluan kepada Asuna untuk pergi menemaniku, pada saat itu, ia memberikan senyuman hangat dan lembut yang biasanya, dan kemudian——
Ingatan ku terputus pada momen tersebut.
Aku gak bisa mengingat nya. Bagaimana dengan balasan Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku kembali ke rumah, kapan Aku pergi tidur? Aku gak bisa mengingat satupun dari hal tersebut.
Selagi Aku terkaget, Aku mati-matian mencoba untuk mengolah lebih ingatan ku.
Namun, senyuman Asuna hanya menghilang seperti memburam di air, kejadian setelah itu gak bisa kuingat gak peduli seberapa keras kucoba mengingat nya. Aku mengerutkan dahi sembari menutup mata ku, dan dengan buru-buru menggali debu abu-abu.
Aku merasa sesak seolah-olah akan marah.
Itu adalah dua gambaran yang muncul dalam fikiran ku, seperti gelembung kecil. Tanpa sengaja, Aku menghirup aroma dari udara kedalam dada ku. Dan Aku merasakan tenggorokan ku yang kering, yang kulupakan sampai sekarang.
Gak ada keraguan lagi, kemarin sore Aku berada di kota Miyasaka di Setagaya. Kemudian bagaiamana Aku berakhir tertidur di tengah hutan yang Aku gak tau seperti ini?
Gak, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulit ku terasa sejuk dan nyaman. Hutan ini gak memiliki sedikitpun kelembaban pada akhir Juni. Saat ini, perasaan takut mengalir dalam fikiran ku.
«Ingatan hari kemarin», yang dengan mati-matian Aku bergantung kepadanya terasa solah-olah adalah sebuah rakit yang mengapung ditengah-tengah badai di lautan, apa itu benar-benar terjadi? Apakah Aku... benar-benar siapa yang Aku pikirkan...?
Setelah mengusap wajah ku dan menarik rambut ku berkali-kali, Aku menurunkan tangan ku dan melihat detail nya. Aku merasa agak tenang karena wajah dan rambut ku terlihat sama seperti dalam ingatan ku, ada tahi lalat dibawah jempol kanan, bagian belakang dari jari tengah tangan kiri memiliki bekas luka yang kudapatkan saat Aku masih kecil.
Pada saat itu, akhirnya Aku menyadari suatu hal yang aneh.
Yang menggantikan baju tidur ku yang biasa nya bukanlah kaos oblong atau seragam sekolah, bukan, bahkan bukanlah apapun yang kumiliki. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihatnya, baju ini bukanlah baju yang tersedia di toko.
Baju ini berwarna biru pucat, dan bukanlah baju katun ataupun kemeja lengan pendek. Tekstur nya aneh, dan terasa kasar. Untaian di bagian belenggu seperti dijahit oleh tangan bukannya oleh mesin jahit. Gak ada kerah, potongan bentuk V di bagian dada diikat dengan tali coklat muda. Saat Aku melihat kearah tali yang dipegang oleh jari-jari ku, Aku dapat melihat kalau itu gak dibuat dengan jalinan serat, tapi sepertinya oleh kulit yang dipotong dengan rapi.
Celana nya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi sepertinya gak diklantangkan dan berwarna krem. Gak ada kantong, sabuk kulit yang terikat di pinggang ku gak dikencangkan dengan gesper logam, tapi dengan kancing panjang dan sempit. Sepatu nya juga adalah kulit yang dijahit dengan tangan, beberapa paku payung tertancap di kulit tebal sol sepatu.
Aku gak pernah melihat baju dan sepatu seperti ini sebelum nya. ——Di dunia nyata, setidaknya.
"... ...Eh."
Aku merilekskan bahu ku sembari Aku bergumam dengan sedikit helaan nafas.
Meskipun terlihat benar-benar berbeda, pada saat yang sama, adalah pakaian yang kelihatan familiar. Dari Eropa pada Zaman Pertengahan, atau secara bahasa fantasi nya, adalah apa yang disebut jubah, celana katun, dan sepatu kulit. Tempat ini bukanlah kenyataan namun adalah dunia fantasi, atau dunia virtual yang familiar.
"Eh... ..."
Aku mengatakan nya lagi selagi memiringkan kepala ku.
Itu berarti Aku tertidur saat sedang melakukan FullDive? Tapi kapan dan game apa yang sedang kumasuki? Kenapa Aku gak bisa mengingat apapun?
Toh, Aku akan mengetahui nya setelah Aku log-out, memikirkan hal itu, Aku mengayun tangan kanan ku.
Setelah beberapa detik, menu nya gak keluar, jadi sekarang Aku mencoba mengayun tangan kiri ku. Hasilnya sama saja.
Sembari Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan dedaunan yang bergesekan, secara serampangan Aku mencoba untuk menyingkirkan perasaan gelisah yang merambat dari pinggang ku,
Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi —— setidaknya ini bukan Alfheim. Ini bahkan bukan dunia VR biasa yang diciptakan dengan The Seed.
Tapi bukannya Aku baru saja memastikan tahi lalat dan bekas luka yang kumiliki di dunia nyata? Dunia VR yang bisa menciptakan hal itu dengan sangat detail, setau ku, gak ada.
“Command. ……Log out.”
Aku mengucapkan nya dengan secercah harapan, tapi hal itu gak juga memberikan respon. Aku duduk bersila, dan melihat ke tangan ku lagi.
Ada sidik jari melingkar di ujung jari ku. Ada kerutan di sendi jari. Bulu-bulu halus yang tipis yang tumbuh disitu. Keringat dingin telah menyucur untuk sementara waktu sekarang.
Aku mengelap nya menggunakan baju ku, dan mengecek detail dari kain itu lagi. Benang yang kasar diikat dengan baju menggunakan metode lama. Tali yang halus terlihat jelas di permukaan nya.
Kalau ini adalah dunia virtual, mesin yang membuat hal ini pasti sangat luar biasa bagus dayaguna nya. Aku mengalihkan tatapanku ke semak-semak didepan, dengan cepat Aku merobek sepotong rumput dengan tangan kanan ku dan menggenggam nya didepan mata ku.
Dunia VR biasa yang dibuat dengan The Seed, yang menggunakan tehnik «Detail Focusing», gak akan bisa mengikuti gerakan mendadak ku, sedikit jeda waktu akan terjadi sebelum Aku sempat melihat tekstur yang detail dari daun ini. Namun, dari tulang daun yang tipis dan ujung daun yang bergerigi, bahkan sampai tetesan air yang menetes darinya, semuanya ditampilkan dengan detail yang sangat luar biasa saat Aku menatap nya.
Itu berarti objek yang masuk kedalam pandangan ku diolah secara real-time dengan tingkat ketepatan milimeter. Kalau begitu kapasitas yang diperlukan untuk menyimpan data dari satu daun ini akan berpuluh-puluh megabytes. Apakah hal seperti itu benar-benar mungkin?
Aku tak ingin meneruskan hal ini lagi, Aku menahan fikiran seperti itu kedalam benak ku sambil mendorong rumput diantara kaki ku dan mulai menggali tanah mengunakan tangan kanan ku sebagai pengganti sekop.
Tanah lembab ini aneh nya lembut, akar kecil dari rumput dengan cepat memasuki pandangan ku. Aku melihat gerakan menggeliat diantara akar-akar yang kusut dan dengan lembut mengambil nya dengan jari-jari ku.
Itu adalah cacing tanah yang kecil, sekitar 3 centimeter panjang nya. Makhluk hijau berkilau, yang diambil keluar dari tempat tinggal nya, bergerak-gerak dengan sembrono. Apakah ini spesies baru? Tepat setelah Aku memikirkan nya, cacing itu mengangkat salah satu ujung dari tubuh nya, yang adalah kepala nya, dan mengeluarkan suara kecil Kyu— Kyu—. Sementara Aku merasa sedikit pusing, Aku menaruh nya kembali ke tanah yang kugali. Aku kemudian melihat tangan kanan ku, ada banyak kotoran hitam di telapak tangan ku, sela-sela jari tangan ku penuh dengan tanah.
Aku terdiam selama beberapa puluh detik, kemudian, sementara masih enggan, Aku memikirkan tiga hipotesis yang bisa menjelaskan situasi saat ini.
Pertama, mungkin disini adalah dunia virtual yang dibuat oleh teknologi FullDive yang telah dikembangkan. Situasi dimana Aku bangun di tengah hutan, adalah adegan pertama dalam dunia fantasy-RPG yang biasanya.
Namun, kalau begitu, gak peduli seberapa banyak jenis supercomputer yang kuketahui, gak ada satupun dari nya mempunyai kemampuan untuk menciptakan objek 3D super-detail seperti ini. Mungkin saja kalau Aku kehilangan sebagian ingatan ku dan waktu di dunia nyata telah berjalan selama beberapa tahun, atau selama belasan tahun.
Kemudian, kemungkinan kalau tempat ini bisa jadi adalah suatu tempat di dunia nyata. Itu berarti Aku adalah sebuah subjek dari tindak kejahatan, eksperimen ilegal, atau perbuatan iseng yang keterlaluan, seseorang memakaikan ku baju ini dan menempatkan ku di hutan ini — dari udara nya bisa jadi ini adalah Hokkaido, atau mungkin disuatu tempat di belahan bumi bagian selatan. Namun, kupikir di Jepang gak ada spesies cacing tanah hijau berkilau yang bisa membuat suara 'kyu kyu', atau bahkan mungkin gak ada di seluruh dunia.
Hipotesis terakhir, tempat ini mungkin terdapat di dimensi lain, dunia yang berbeda, atau mungkin dunia setelah mati. Hal ini biasa terjadi di manga,novel, dan anime. Menurut skenario dari hal tersebut, setelah ini Aku akan menolong seorang gadis dari serangan monster, mendengarkan permohonan kepala desa dan menjadi sang pahlawan, dan bertarung melawan raja iblis. Tapi gak ada «Steel sword» di pinggang ku.
Aku menahan perut ku selagi tiba-tiba ingin tertawa terbahak-bahak karena pemikiran itu, setelah entah bagaimana Aku berhasil menahan nya, Aku memutuskan untuk menghilangkan kemungkinan ketiga karena sangat mustahil. Saat Aku kehilangan arah akan kenyataan dan yang bukan, Aku merasa kalau Aku juga mulai kehilangan kewarasan ku.
Bagaimanapun juga —— apakah ini dunia virtual? Ataukah dunia nyata?
Kalau yang pertama, gak peduli senyata apa dunia ini, gak sulit untuk memastikan nya. Aku hanya perlu memanjat ke puncak pohon terdekat, melompat, dan mendarat dengan kepala duluan. Kalau Aku ter log-out atau dibangkitkan di save-point di sebuah kuil di suatu tempat, kalau begitu tempat ini adalah dunia virtual.
Tapi kalau ini adalah dunia nyata, hal yang terburuk akan menjadi hasil dari eksperimen itu. Di sebuah novel yang dulu pernah kubaca, sebuah organisasi kriminal, agar dapat memfilmkan game kematian asli, menculik sekitar 10 orang dan meninggalkan mereka di alam liar tak berpenghuni untuk saling membunuh satu sama lain. Meskipun hal seperti itu terlihat mustahil untuk terjadi di dunia nyata, kejadian yang sama seperti itu terjadi saat insiden SAO terjadi. Kalau ini benar-benar game yang ditempatkan di dunia nyata, kupikir melakukan bunuh diri tepat di awal bukanlah pilihan yang bagus.
"... ...Kalau benar seperti itu, mereka belum memulai permainan nya... ..."
Tanpa sadar Aku mengatakan hal itu. Setidaknya Kayaba Akihiko masih menjalankan tugas nya, menjelaskan situasi detail tepat pada awal permainan.
Aku melihat keatas langit sebelum berbicara lagi,
"Oi, GM-san! Kalau kau mendengarkan tolong jawab Aku!!"
Namun, gak peduli seberapa lama Aku menunggu, wajah besar ataupun sosok manusia berjubah gak muncul. Pada saat itu, Aku mulai mengecek semak-semak di sekeliling lagi sebelum mencari sesuatu di baju ku yang mungkin saja adalah buku peraturan, tapi Aku gak bisa menemukan apapun.
Tampaknya, siapapun yang melemparku ke tempat ini gak berniat untuk merespon panggilan ku. Situasi ini, kalau bukan kecelakaan kalau begitu... tapi...
Sembari mendengarkan kicauan burung-burung, Aku dengan sembrono memikirkan tentang apa yang harus kulakukan setelah ini.
Kalau ini adalah kecelakaan di dunia nyata, Aku harus menganggap kalau bergerak kesana-kesini dengan ceroboh bukanlah pilihan yang bagus. Mungkin saja saat ini, tim penyelamat sedang dalam perjalanan kesini.
Tapi, apa alasan nya kecelakaan seperti ini bisa terjadi?
Kalau berusaha mendapatkan satu alasan dengan paksa, sebuah masalah terjadi pada kendaraan yang kunaiki saat dalam perjalanan — mau itu pesawat ataupun mobil, dan Aku jatuh pingsan di hutan ini, dampak nya membuat ku kehilangan ingatan akan kejadian yang terjadi sebelum dan setelah hal itu. Tapi hal itu gak bisa menjelaskan tentang pakaian aneh ini, dan juga gak ada luka di tubuh ku.
Atau, suatu kecelakaan terjadi saat Aku berada di dunia virtual, hal seperti itu juga mungkin. Ada kendala yang berlangsung di rute komunikasi dan membuat ku masuk ke dunia yang bukan seharusnya kumasuki. Tapi dalam hal ini, objek 3D yang super-detail ini gak bisa dijelaskan.
Dan juga, kalau menganggap kalau situasi ini diatur oleh niat seseorang. Kalau begitu akan lebih baik untuk berfikir kalau 'selama Aku gak berbuat apa-apa, situasi nya gak akan berubah'.
"Yang mana... ..."
Apakah ini kenyataan? Ataukah dunia VR? Pasti ada cara untuk mengetahui nya, Aku berfikir seperti itu selagi bergumam.
Pasti ada jalan. Dunia virtual yang mendekati sempurna sampai-sampai orang gak bisa membedakan nya dengan kenyataan, meskipun kata-kata itu sering digunakan, Aku gak yakin kalau menciptakan seluruhnya dengan tingkat ketepatan 100% itu mungkin.
Sudah hampir 5 menit Aku duduk di rumput ini sambil berfikir tentang berbagai macam hal. Namun, Aku gak bisa menemukan ide yang masuk akal untuk situasi seperti ini. Kalau Aku punya mikroskop, Aku bisa mencari eksistensi dari mikro-organisme di tanah, atau kalau Aku punya pesawat, Aku bisa terbang sampai ke ujung permukaan. Namun, sayang nya, hanya dengan tangan dan kaki yang kupunya, menggali tanah adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.
Pada saat seperti ini, kalau Asuna, dia pasti punya cara untuk mengidentifikasi dunia ini yang tak bisa kupikirkan, Aku mengeluarkan helaan nafas pendek selagi memikirkan hal itu. Atau kalau Asuna, dia gak akan duduk sambil khawatir seperti ini, tapi dengan cepat melakukan suatu tindakan.
Aku mengigit bibirku saat rasa putus asa menyerang ku lagi.
Aku terkejut kalau Aku sampai begini hanya karena gak mungkin untuk mengontak Asuna, tapi Aku juga menerima hal ini. Selama dua tahun terakhir ini, Aku mendiskusikan hampir semua keputusan ku dengan nya. Sekarang, tanpa sirkuit berfikir Asuna, otakku seperti CPU yang setengah dari inti nya mati.
Rasanya baru kemarin Aku mengobrol dengan asyik dengan nya selama beberapa jam di toko milik Agil. Kalau Aku tau ini bakal terjadi, Aku gak akan ngobrol tentang RATH ataupun STL, tapi tentang bagaimana cara membedakan kenyataan dengan dunia virtual super-deta——……
“Ah……”
Tanpa sengaja Aku menaikkan tubuh ku. Suara disekitar dengan cepat mereda.
Jadi begitu, dan Aku gak menyadarinya sampai sekarang.
Bukannya Aku udah tau tentang hal itu? Eksistensi dari sesuatu yang jauh melebihi mesin FullDive, teknologi yang bisa dibilang dapat membuat dunia VR dengan kualitas super-nyata. Kalau begitu dunia ini adalah... ...
"Didalam Soul Translator... ...? Apakah tempat ini... Underworld?"
Gak ada respon akan gumaman ku selagi Aku tanpa sadar melihat kesekeliling ku dengan penuh kebingungan.
Hutan yang dipenuhi pohon-pohon tua yang hanya bisa kupikirkan sebagai benda nyata. Rerumputan yang bergoyang. Kupu-kupu yang beterbangan.
"Semua itu... ... sebuah mimpi buatan yang ditulis langsung kedalam Fluctlight milik-ku... ...?"
Pada hari pertama Aku memulai kerja paruh waktu di sebuah perusahaan, «RATH»; si peneliti dan operator, Higa Takeru, dengan bangga menjelaskan struktur dari STL dan sebagaimana nyata nya dunia yang bisa dibuat kepada ku.
Dan Aku menyadarinya setelah Test Dive setelah nya, kalau kata-kata nya sama sekali gak dilebih-lebih kan — namun, yang kulihat pada saat itu hanya satu ruangan. Meskipun meja, kursi dan berbagai benda kecil yang ada disana benar-benar sulit untuk dibedakan dengan yang sebenarnya, ruangan itu sendiri gak bisa disebut sebagai «Dunia».
Namun, ukuran dari hutan yang mengitari ku sekarang, mungkin beberapa kilometer di kenyataan. Enggak, kalau pegunungan yang samar-samar terlihat dibalik pepohonan itu benar-benar ada, kalau begitu ukuran dari tempat ini bakal ada di level puluhan atau bahkan ratusan kilometer.
Mencoba untuk membuat hal ini menggunakan teknologi yang ada, meskipun menggunakan tempat penyimpanan yang tersedia di internet gak akan bisa muat untuk mencangkup seluruh data yang dibutuhkan. Hanya teknologi terbaru... ... seperti «Visual Mnemonic» dari STL, yang bukan hanya bisa membuat pemandangan yang mustahil di kenyataan, tapi dapat membuat objek berukuran besar seperti ini, Aku benar-benar gak membayangkan nya.
Kalau begitu, kalau tebakanku kalau tempat ini adalah Underworld, dunia virtual yang diciptakan dengan STL, itu benar, mustahil untuk memastikan nya gak peduli tindakan apa yang kulakukan didalam nya.
Itu karena semua objek yang ada disini, bukan, semua 'hal' disini ada pada level yang sama dengan kenyataan dalam kesadaran ku. Gak peduli seberapa banyak rumput yang kurobek, informasi yang sama seolah-olah Aku melakukan nya didunia nyata akan terkirim kedalam kesadaran ku — Fluctlight ku, jadi memang mustahil secara teori untuk memastikan kalau dunia ini adalah eksistensi virtual.
Jadi, kalau STL akan digunakan dalam komersial, sebuah tanda untuk mengidentifikasi kalau ini adalah dunia virtual seharusnya sangat dibutuhkan... ... Aku berdiri selagi memikirkan hal itu.
Meskipun Aku masih belum mendapatkan bukti konkrit, lebih baik befikir kalau tempat ini adalah Underworld. Itu berarti sekarang di dunia nyata, Aku sedang berbaring didalam mesin eksperimen STL di kantor pengembangan Roppongi milik RATH, melakukan kerja paruh waktu bergaji 2000 yen per jam.
"Tapi... ... bukan nya ini aneh... ...?"
Setelah beberapa momen lega, Aku memiringkan kepala ku lagi.
Sang operator, Higa dengan jelas mengatakan kalau untuk mencegah kontaminasi dari test data, memori dunia nyata dari Kirigaya Kazuto seluruhnya akan diblokir. Tapi saat ini, yang gak bisa kuingat hanya satu hari, dari mengantar Asuna pulang sampai Aku pergi kedalam STL di RATH besok nya, hal itu jauh dari kata diblokir.
Dan juga —— berhubung ujian akhir sudah dekat, bukan nya Aku memutuskan untuk keluar dari kerja paruh waktu ini untuk belajar? Kupikir Aku bukanlah orang yang dengan mudah nya melanggar janji ku dengan Asuna setelah sehari hanya karena gaji perjam yang besar.
Selain itu, dari situasi ini, meskipun ini adalah test Dive STL, gak diragukan lagi kalau terjadi suatu masalah. Aku melihat kearah langit biru diantara cela-celah dari puncak pohon dan berteriak dengan suara yang lantang,
"Higa-san, kalau kau sedang mengamati, hentikan proses Dive untuk sementara! Sepertinya sedang terjadi suatu masalah!"
Aku berteriak seperti itu, menunggu jawaban selama lebih dari 10 detik.
Namun, dedaunan terus melambai dibawah cahaya matahari, kupu-kupu terus mengepakkan sayap nya dengan lemah, gak ada perubahan dari pemandangan sekitar.
"... ...Uu... ...mungkin, ini... ..."
Aku mengerang dengan suara yang pelan menuju suatu kemungkinan yang tiba-tiba kusadari.
Mungkin Aku telah menyetujui eksperimen ini —— apakah seperti itu?
Dengan kata lain, agar mereka dapat memperoleh data tentang tindakan yang akan kulakukan kalau Aku berada ditempat yang Aku gak bisa yakin apakah tempat itu adalah dunia virtual atau kenyataan, mereka memblokir memori ku tepat sebelum melakukan Dive dan melemparku ke dunia super nyata yang berbeda yang diciptakan dengan STL.
Kalau seperti itu, Aku merasa ingin menampar wajah ku yang dengan mudah nya setuju terhadap eksperimen kejam tersebut. gak salah untuk mengatakan kalau sangat dangkal kalau berfikir kalau Aku dengan mudah nya menemukan cara yang akurat dan cepat untuk lari dari situasi ini.
Aku menghitung persentase dari kemungkinan yang dengan cukup dapat menjelaskan situasi sekarang sambil melipat jari-jari tangan kanan ku.
"Hmm... ... kemungkinan kalau ini adalah kenyataan adalah... 3 persen. Dunia VR saat ini... 7 persen. Kesetujuan ku dalam melakukan test Dive kedalam STL... 20 persen. Kecelakaan mendadak saat melakukan Dive... 69.0000 persen... ..."
Difikiran ku, Aku menambah kemungkinan 0.0001 persen terakhir kalau Aku hilang kedalam dunia yang benar-benar berbeda. Dan itu adalah batas dari hal yang bisa kupikirkan. Untuk mendapatkan informasi lebih, Aku harus dengan berani menantang bahaya dan mencoba untuk mengontak manusia lain atau pemain atau test Diver.
Jadi sekarang waktu nya untuk bertindak.
Pertama-tama, Aku ingin melegakan tenggorokan ku yang kering sampai sekarang. Aku membalikkan tubuh ku di tengah-tengah rumput yang menyelimuti tanah dimana Aku berdiri. Menuju kearah dimana samar-samar suara arus datang, dilihat dari lokasi matahari, mungkin kearah timur.
Sebelum Aku mulai bergerak, tangan kanan ku meraba-raba punggung ku lagi, tentu saja gak ada sebuah stik disana, apalagi pedang. Aku menendang perasaan putus asa jauh-jauh saat Aku melangkahkan kaki kanan ku, hanya 10 langkah yang dibutuhkan untuk mencapai ujung tanah yang dilapisi rumput. Aku melewati dua pohon tua yang tumbuh seolah-olah adalah gerbang alami, dan melangkah kedalam hutan yang dalam.
Lantai hutan ini ditutupi dengan lumut tebal yang seperti beludru, ruang nya terasa asing dan mencurigakan. Daun-daun dari pepohonan yang tumbuh tinggi hampir seluruhnya menghalangi cahaya matahari, hanya lintasan cahaya emas yang sempit yang dapat sampai ke tanah. Kupu-kupu yang menari-nari di sekitar rumput tergantikan oleh kumbang aneh yang terlihat seperti capung atau ngengat, mereka meluncur tanpa suara di udara. Kadang-kadang, suara dari sesuatu datang dari suatu tempat masuk ketelinga ku. Itu adalah hal yang kupikir gak ada di bumi di dunia nyata.
Aku berjalan selama sekitar 15 menit sambil berdoa agar binatang ganas yang besar atau monster gak akan muncul. Aku merasa sangat lega saat jalan yang dibanjiri oleh cahaya matahari dapat terlihat oleh ku. Suara dari air menjadi jelas, Aku yakin kalau didepan sana adalah sungai. Aku secara alami mempercepat langkah ku sambil menahan rasa haus di tenggorokan ku.
Saat Aku buru-buru pergi keluar hutan, dipisahkan oleh area tiga meter yang dipenuhi rumput, adalah permukaan air, yang dimana cahaya silver dari matahari memantul dan memasuki mata ku.
"A-Air——”
Dengan gerangan sedih, Aku berjalan terhuyung-huyung pada jarak terakhir, sebelum menjatuhkan tubuh ku ke semak halus di sisi sungai.
“Uo……”
Aku tanpa sengaja mengangkat suara ku saat Aku meletakkan nya di perut ku.
Benar-benar arus yang indah. Sungai ini gak lebar, selagi Aku merayap, Aku dapat melihat aliran air yang transparan. Seperti tetesan cat biru yang ada di warna yang kurang, Aku dapat dengan jelas melihat pasir di permukaan sungai melalui arus yang benar-benar jernih.
Sampai beberapa detik yang lalu, dengan sedikit kemungkinan yang tersisa kalau tempat ini adalah dunia nyata, Aku masih memikirkan bahaya akan meminum air mentah. Namun, melihat arus yang terlihat seolah-olah seperti kristal yang cair, tak bisa menahan godaan, tangan kanan ku terjun kedalam permukaan sungai. Dengan suara yang tinggi seolah-olah memotong air yang dingin, tangan kanan ku menuang air itu kedalam mulut ku.
Apakah ini bisa dibilang manis? Aku gak bisa merasakan sedikitpun kotoran, rasa air yang manis dan melegakan membuat ku gak ingin lagi membeli air mineral di toko lagi. Setelah menggunakan kedua tangan untuk mengambil air dengan cepat, Aku akhirnya memasukkan mulut ku ke permukaan air.
Selagi befikir kalau ini benar-benar rasa dari air kehidupan, di sudut fikiran ku, kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan mesin FullDive sekarang telah sepenuh nya tereliminasi.
Itu karena, untuk mesin yang paling umum sekarang —— yang bernama AmuSphere, mustahil untuk menciptakan ulang cairan sesempurna ini. Polygon adalah angka koordinat tak terhingga yang membentuk permukaan berlevel sebelum terhubung satu sama lain untuk membuat sebuah objek, dan gak cocok untuk menciptakan bentuk keserampangan dan rumit dari air. Namun, keadaan air yang bergoyang di tangan ku, tumpah, dan mengalir kebawah sama sekali gak memiliki tanda-tanda kalau itu adalah buatan.
Aku juga ingin menghilangkan kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata —— selagi berfikir seperti itu, Aku mengangkat tubuh ku dan melihat kesekitar lagi. Sungai yang amat jernih, hutan luar biasa yang terus membentang sepanjang pinggir sungai, dan warna binatang kecil yang sangat jelas, Aku gak yakin hal itu ada dimanapun di bumi. Umumnya, bukan nya yang namanya alam kalau disentuh oleh tangan manusia akan menjadi lingkungan yang buruk? Dan juga, apakah ada suatu alasan Aku gak digigit serangga sampai sekarang, meskipun Aku mondar-mandir sementara dengan pakaian yang enteng seperti ini?
——Memikikan hal ini, Aku punya perasaan kalau STL dapat memanggil gerombolan besar serangga beracun, Aku berdiri sambil menyingkirkan pemikiran itu. Setelah Aku mengatur ulang kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata menjadi satu persen, sekarang, Aku melihat ke arah kanan dan kiri.
Aliran sungai membentuk kurva secara bertahap dari utara ke selatan. Ujung dari kedua arah tertutupi oleh kumpulan pohon besar. Namun, dari kebersihan nya, kedinginan nya, dan lebarnya, kupikir sumber dari sungai ini seharusnya agak dekat. Kalau begitu, akan tinggi kemungkinannya ada rumah atau kota di hilir sungai ini.
Akan mudah kalau Aku punya perahu... Fikir ku sembari mulai berjalan menuju hilir —— pada saat itu,
Angin sepoi-sepoi yang sedikit berubah arah sedikit mengeluarkan suara yang ganjil memasuki telinga ku.
Sesuatu yang keras, entah itu pohon yang besar atau sesuatu yang mirip tertancap sesuatu, suara seperti itu. Bukan hanya sekali. Aku mendengarkan suara dengan laju yang tetap dengan interval sekitar 4 detik.
Suara itu bukan beasal dari binatang atau sumber alam. Suara itu jelas adalah suara yang dibuat orang. Suara itu jelas adalah suara seseorang yang sedang memotong pohon di hutan ini. Tapi mencoba untuk mendekatinya mungkin akan berbaaya, Aku membuat senyum pahit setelah berfikir sementara waktu. Toh ini bukanlah dunia MMORPG dimana bertarung dan membunuh dianjurkan. Membuat kontak dengan orang lain dan mendapatkan informasi adalah pilihan berprioritas utama saat ini.
Aku berbalik setengah putaran menuju hulu sungai, dimana suara gema itu berasal.
Tiba-tiba, Aku mempunyai perasaan kalau Aku melihat pemandangan yang aneh.
Di sisi kanan adalah permukaan sungai yang beriak. Hutan yang lebat dan dalam di sisi kiri. Di depan adalah jalan hijau yang membentang menuju suatu tempat.
Disana, tiga anak berjalan saling berdampingan. Diantara anak laki-laki berambut hitam dan anak laki-laki berambut coklat muda, adalah anak perempuan yang memakai topi jerami yang rambut panjang emas nya berayun dan berkilau. Dibawah sinar matahari musim panas, cahaya emas tersebar dengan bebas.
Ini —— memori... ...?
Jauh, hari-hari yang tak bisa kembali. Kepercayaan abadi yang mereka bersumpah untuk melakukan segala nya untuk melindungi, tapi seperti bongkahan es dibawah cahaya matahari, perlahan menghilang—
Hari-hari nostalgia itu...
Bagian 2
Hanya setelah Aku mengedip sekali, pemandangan ilusi itu tiba-tiba hilang, seperti saat pemandangan itu muncul.
Apa itu tadi? Meskipun ilusi itu sudah hilang, perasaan nostalgia yang muncul tak kunjung pergi, bagian tengah dada ku terasa kencang dan sakit.
Ingaan masa kanak-kanak—— Aku punya prasangka kuat saat Aku melihat tiga anak yang sedang berjalan di tepi sungai. Anak laki-laki berambut hiam yang berjalan dikanan, itu Aku kan?
Tapi hal seperti itu mustahil. Berhubung di Kawagoe, tempat Aku tinggal tidak ada hutan ataupun sungai yang jernih seperti itu, dan Aku tidak pernah punya teman dengan warna rambut seperti itu juga. Dan juga, ketiga anak tersebut memakai pakaian fantasi yang sama seperti yang kupakai sekarang.
Kalau ini didalam STL, ilusi barusan adalah ingatan dari Diving yang kulakukan terus menerus pada minggu pertama? Tapi meskipun berfikir seperti itu, karena fitur Akselerasi Fluctlight, Aku seharusnya hanya berada di dalam STL selama paling banyak 10 hari. Waktu sesedikit itu tidak mungkin bisa membuat ku merasakan sakit di dada karena nostalgia seperti barusan.
Situasi ini sepertinya mulai menjauh dan menjauh menuju arah yang tidak bisa dijelaskan. Apakah Aku benar-benar siapa yang kupikirkan? selagi keraguan itu kembali padaku, Aku dengan takut melihat ke permukaan sungai disamping ku, namun, Aku tidak bisa melihat perbedaan nya berhubung wajah ku terdistorsi karena dipantulkan oleh arus yang bergelombang.
Selagi Aku mencoba untuk melupakan rasa sakit dari sisa ingatan ku untuk sekarang, suara yang terus menerus berbunyi yang memasuki telinga ku menjadi jelas. Saat Aku mencoba mendengarkan nya lagi, suara ini juga membuatku merasa nostalgia, tapi Aku tidak tau kalau Aku pernah mendengar suara dari pohon yang ditebang sebelum nya. Aku menggelengkan kepala ku sebelum mulai berjalan melawan arus lagi.
Sementara Aku menggerakkan kedua kaki ku, Aku mendapat kesempatan untuk sekali lagi menikmati pemandangan yang indah ini, kemudian Aku menyadari kalau arah ku berjalan telah menyimpang kearah kiri. Sepertinya, sumber dari suara itu bukan berasal dari tepi sungai, tapi dari tempat yang lebih dalam didalam hutan disebelah kiri ku.
Suara aneh yang kucoba untuk kuhitung dengan jari ku tidak terus bergema secara konstan. Suara itu terulang tepat sebanyak 50 kali, kemudian diselingi oleh jeda sekitar 3 menit, sebelum melanjutkan 50 kali lagi. Akhirnya Aku yakin kalau suara itu pasti suara yang dibuat manusia.
Selama 3 menit tanpa suara, Aku berjalan dengan mengira-ngira ke arah sumber dari suara itu, kemudian mengatur arah sedikit saat mendengar suara itu berlanjut. Aku telah berpisah dengan tepi sungai dan kembali ke dalam hutan. Aku melanjutkan tanpa suara sembari bertemu kembali dengan capung yang aneh, kadal biru dan jamur raksasa.
"......Empat puluh sembilan, ......lima puluh..."
Terdengar suara kecil yang menghitung pada jumlah yang sama saat tebasan ke 50 berakhir, itulah saat kemudian Aku menyadari kalau celah dari pohon-pohon didepan menjadi lebih terang. Jadi itu pintu keluar hutan? Atau mungkin disana ada desa. Aku mempercepat langkah ku menuju cahaya.
Aku memanjat akar pohon yang tumbuh keatas seperti tangga dan saat wajah ku keluar dari bayangan batang pohon tua, di depan mata ku muncul —— pemandangan yang bisa dibilang tak bisa dipercaya.
Meskipun hutan ini berakhir sampai disini, tidak ada desa. Namun Aku tidak punya waktu untuk merasa kecewa, Aku melamun sambil menatap dengan mulut terbuka.
Tempat ini adalah tempat terbuka dihutan yang melingkar. Tempat ini pastinya lebih lebar dibanding tempat dimana Aku bangun. Diameter nya sekitar 30 meter. Dan juga, tanah yang ditutupi oleh lumut hijau dan emas berbeda dengan yang ada di hutan yang telah kulewati, tidak ada tanaman paku, tanaman merambat, ataupun semak pendek sama sekali.
Kemudian, ditengah-tengah tempat terbuka ini, pandangan ku terfokus kearah sesuatu yang menjulang sangat tinggi.
Besar sekali pohon ini!
Mengira-ngira dengan mata ku, diameter nya seharusnya tidak kurang dari 4 meter. Pohon-pohon yang kulihat sampai sekarang di hutan ini semuanya adalah pohon berdaun lebar dengan batang yang keras dan kasar, tapi pohon raksasa yang menjulang tinggi didepan mata ku ini adalah pohon berdaun tajam. Kulit nya berwarna gelap mendekati hitam, dan melihat keatas, Aku dapat meliha cabang nya tersebar tinggi keangkasa. Sementara Aku memikirkan seberapa besarnya pohon cedar Jomon di Yakushima dan pohon cedar Sequoia di Amerika yang kulihat dari foto dan video, Aku tidak habis fikir kalau kebearadaan luar biasa dari pohon ini bisa ada di dunia alam, dan Aku merasakan pohon itu memancarkan aura dari seorang kaisar.
Pandangan ku pergi ke puncak nya, yang sepenuhnya menghalangi pemandangan diatas nya, kembali pada bagian dasar nya. Aku melihat akar yang seperti ular besar yang bergerak akan menyebar seperti jala di seluruh arah, hampir mencapai batas hutan dimana Aku berdiri. Atau tepat nya, pohon ini menyerap seluruh kesuburan tanah, dan tidak ada tanaman lain selain lumut yang dapat tumbuh, menghasilkan tempat terbuka yang luas ini ditengah hutan.
Berfikir akan mengganggu taman milik kaisar membuatku sedikit ragu, tapi godaan untuk menyentuh batang dari pohon besar ini membuat kaki ku bergerak kedepan. Meskipun Aku beberapa kali tersandung karena liat-liut akar dibawah lumut, hal itu tidak menghentikan ku dari melihat keatas melebihi kepala ku, Aku pelan-pelan melanjutkan.
Aku, yang mendekati batang pohon besar itu sambil menghela nafas berkali-kali karena kagum, benar-benar telah lupa akan waspada terhadap sekitar. Sebagai hasil nya, sudah terlalu terlambat bagiku untuk menyadari nya.
“————!?”
Pandangan ku, yang tiba-tiba kembali melihat lurus kedepan, bertemu dengan wajah seseorang yang mata nya menatap ku dari balik batang pohon. Aku menahan nafas ku. Karena terkejut, Aku mundur setengah langkah sebelum kemudian terjatuh ke tanah. Tangan kanan ku hendak mengambil sesuatu dari punggung ku, tapi tentu saja, tidak ada pedang disitu.
Untung saja, sepertinya orang peratma yang kutemui didunia ini tidak menunjukkan sikap permusuhan ataupun waspada, hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.
Umurnya seharusnya sama dengan ku —— Aku melihat kearah anak itu, umurnya sekitar tujuhbelas, atau delapanbelas. Rambut coklat nya yang kelihatan halus sedikit bergelombang. Ia memakai pakaian dan celana yang sama dengan yang kupakai. Ia menggunakan akar dari pohon besar itu sebagai kursi untuk diduduki, dan ditangan kanan nya terdapat sesuatu yang bundar.
Ada yang aneh dari penampilan nya. Meskipun kulitnya berwarna krim, ia tidak bisa dibilang orang barat dan pada saat yang sama, ia tidak bisa dibilang orang timur juga. Aku melihat kearah mata hijau tua pada wajahnya yang kurus dan halus itu.
Pada saat Aku melihat wajah nya, kepalaku...... didalam jiwaku merasakan denyutan yang sakit. Namun, perasaan itu tiba-tiba hilang pada saat Aku mencoba untuk memahami nya. Aku dengan sabar mencoba untuk melupakan nya, untuk sekarang, Aku membuka mulut ku untuk menyatakan kalau Aku tidak punya rasa permusuhan terhadap nya. ——Tapi, apa yang harus kukatakan? Dan sebelum itu, bahasa apa yang harus kugunakan? Aku sama sekali tidak tau. Selagi Aku membuka dan menutup mulutku berulang-ulang seperti seorang idiot, anak itu berbicara duluan.
"Siapa kamu? Darimana asal mu?"
Intonasi yang sedikit asing itu diucapkan dengan —— bahasa Jepang yang sempurna.
Aku terkaget seperti saat Aku pertama kali melihat pohon hitam raksasa itu, dan terdiam untuk sementara. Di tempat ini, yang tidak peduli bagaimanapun kulihat, bukanlah Jepang, mendengar bahasa asli ku di dunia yang berbeda ini sama sekali tidak kuperkirakan. Setelah Aku terbiasa mendengarkan kata-kata yang mengalir keluar dari mulut anak itu, yang memakai baju eksotis Eropa barat pada Zaman Pertengahan, hal ini terasa seperti bukan kenyataan, seolah-olah Aku melompat kedalam film barat yang di dubbing.
Namun, ini bukan situasi yang bisa membuat ku asyik. Ini adalah situasi dimana Aku melatih pikiran ku. Aku mulai untuk mati-matian memutar otak ku, yang rasanya udah karatan akhir-akhir ini.
Anggaplah kalau dunia ini adalah dunia virtual yang dibuat dengan STL, dengan kata lain, «Underworld». Anak didepan ku adalah, ① seorang test-player pada saat Dive, dan mempunyai ingatan dunia nyata seperti diriku ini, ② seorang test-player tapi ingatan nya diblokir, menjadi penduduk di dunia ini, atau ③ sebuah NPC yang dioperasikan oleh program.
Kalau yang pertama akan cepat ceritanya. Aku tinggal menjelaskan situasi aneh ku kepadanya dan menanyakan cara log out dari dunia ini.
Tapi kalau yang kedua atau ketiga, situasinya tidak akan mudah. Bagi manusia yang berperan sebagai penduduk Underworld atau sebuah NPC, kalau Aku tiba-tiba mengatakan sesuatu yang mereka tak bisa mengerti seperti hal aneh pada Soul Translator atau cara untuk log out, hal itu bisa menyebabkan tingkat waspada yang tinggi yang akan membuatku lebih sulit untuk mendapatkan informasi.
Jadi, Aku perlu memilih kata-kata yang aman untuk berbicara pada anak ini dan mengetahui posisi nya. Sembari diam-diam mengelap keringat dingin di tangan ku dengan celana, Aku membuat wajah senyum dan membuka mulut ku,
"Umm...... nama ku......"
Aku merasa ragu untuk beberapa saat. Gaya Jepang atau gaya Barat, yang mana yang umum digunakan di dunia ini? Aku kemudian memberikan nama ku sambil berdoa kalau gaya bahasa ku akan cocok.
"——Kirito. Aku datang dari arah sana, tapi pada saat itu Aku nyasar sedikit......"
Sembari berbicara, Aku menunjuk kearah dibelakang ku, mungkin ke arah selatan, dan anak itu melihat ku dengan terkejut. Setelah menaruh benda bundar di tangan kanan nya, ia berdiri dengan cepat, kemudian menunjuk kearah yang sama dengan yang kutunjuk.
"Dari situ...... hutan bagian selatan? Kamu dari Zakkaria?"
"Bu-Bukan... bukan seperti itu."
Wajah ku menjadi kaku pada dilema yang tiba-tiba, tapi Aku bisa menjawab nya,
"Itu, erm...... Aku juga tidak tau dari mana Aku berasal...... Aku mendapati diriku sedang tertidur di tengah hutan saat Aku bangun......"
'Oh, apakah ada yang salah dengan STL? Tunggu sebentar, Aku akan mengontak operator.' ——adalah jawaban yang kuinginkan dari lubuk hati ku, namun, anak itu masih terlihat terkejut, dan bertanya padaku sementara masih menatap wajah ku,
"Hmm...... tidak tau dari mana kamu berasal...... bagimana dengan kota tempat kamu tinggal sampai sekarang......?"
"A-Ah...... Aku tidak ingat. Satu-satu nya hal yang kuingat hanyalah nama ku......"
"......Benar benar mengejutkan ......«Perbuatan Iseng Vector», huh. Meskipun sebelum nya Aku pernah dengar...... tapi ini pertama kali nya Aku benar-benar melihatnya."
"Perbuatan iseng... Vector......?"
"Eh, kamu tidak pernah mendengar nya dari kampung halaman mu? Itu adalah yang dikatakan penduduk desa ku sebagai orang yang pada suatu hari tiba-tiba menghilang, dan kemudian, tiba-tiba muncul di hutan atau di lapangan. Dewa kegelapan Vector senang berbuat iseng pada manusia dengan menculik nya, dan mengambil ingatan nya sebelum melempar nya ke tanah yang jauh. Dulu sudah lama sekali, wanita tua di desa ku menghilang."
"H-Heh...... Kalau begitu mungkin Aku juga seperti itu......"
Situasi ku menjadi lebih mencurigakan, Aku mengangguk, Anak didepan ku sepertinya bukanlah test-player yang diberi peran. Sembari emosi ku dipacu sampai dinding, Aku mulai mengatakan sesuatu yang sedikit lebih berbahaya,
"Dan juga...... ada masalah lain, dan Aku ingin pergi dari sini. Tapi... Aku tidak tau gimana caranya......"
Aku berdoa sepenuh hati agar hal ini akan membuatnya mengerti situasi ku, suatu simpati terlihat di mata hijau anak itu ketika ia mengangguk dan berkata,
"Ya, kalau tidak tau arah, memang wajar untuk tersesat di hutan yang dalam. Tapi tenang aja, kalau kamu pergi kearah utara dari sini, kamu akan menemukan jalanan."
"Bu-Bukan... erm......"
Yah, lakukan saja lah, Aku mengatakan sebuah kata kunci utama,
"......Aku ingin log out."
Aku menaruh secercah harapan ku pada kata-kata ini, anak itu memiringkan kepalanya sebelum bertanya,
"Log...... apaan tuh? Apa yang kamu maksud?"
Sepertinya dengan ini sudah terkonfirmasi.
Dia adalah test-player yang menjadi penduduk tanpa tau apapun kalau tempat ini adalah «Dunia Virtual», atau sebuah NPC. Sementara Aku bersikap waspada untuk tidak menunjukkan ekspresi kecewa di wajah ku, Aku entah bagaimana menambahkan beberapa kata untuk membohongi nya,
"Ma-Maaf, sepertinya Aku menggunakan susunan kata yang salah untuk wilayah ini. Hmm...... Maksudku apakah ada desa atau kota yang bisa kutinggali."
Menyakitkan bagiku untuk mengatakan hal ini. Anak itu kemudian mengangguk memberi apresiasi.
"Heh..... Ini pertama kalinya Aku mendengar kata-kata seperti itu. Rambut hitam mu juga tidak biasa disini...... mungkin saja kamu lahir di selatan."
"I-Iya, sepertinya."
Aku memberikan senyum kaki selagi melihat kearah anak yang tersenyum tanpa ragu, kemudian, ia mengerutkan dahi dengan rasa kasihan.
"Hmmm, tempat untuk tinggal. Meskipun desa ku hanya sedikit keutara, karena tidak ada pengembara disekitar sini, jadi tidak ada penginapan. Tapi...... kalau kamu menjelaskan keadaan mu, mungkin Suster Azariya akan menolong mu dan membolehkan mu tinggal di gereja."
"Be-Begitukah, bagus kalau begitu."
Itu benar-benar perasaan ku. Kalau ada desa, mungkin juga disana ada seorang petugas dari RATH yang sedang Diving, atau mereka mungkin mengamati desa itu dari luar.
"Kalau begitu Aku akan pergi ke desa. Apa tinggal keutara dari sini?"
Pandangan ku berpaling hampir kearah sebaliknya dari dimana Aku datang kesini dan disana Aku melihat jalan sempit yang membentang. Namun, sebelum kaki ku mulai bergerak, anak itu membuat isyarat menggunakan tangan kiri nya untuk menghentikan ku.
"Ah, tunggu sebentar. Di desa itu ada penjaga, mungkin akan sulit untuk menjelaskan situasi mu kalau kamu tiba-tiba datang kesana sendirian. Aku akan menemanimu dan membantu menjelaskan keadaan."
"Wah itu akan banyak membantu, terima kasih."
Aku tersenyum dan berterima kasih, pada saat yang sama, Aku menggumam difikiran ku, sepertinya Kamu bukan NPC. Balasan mu terlalu natural untuk program kepribadian-semu yang hanya bisa bertindak sesuai respon yang ditentukan, dan tindakan aktif mu barusan juga tidak seperti NPC.
Meskipun Aku tidak tau apakah dia melakukan Dive dari kantor pengembangan di Roppongi, atau dari kantor utama disuatu tempat di area teluk, pemilik Fluctlight yang menggerakkan anak didepan ku ini benar-benar mempunyai sifat yang baik. Begitu Aku keluar dengan selamat, Aku ingin berterima kasih pada nya.
Selagi Aku memikirkan hal ini, anak itu menunjukkan wajah muram lagi.
"Ah...... tapi, Aku masih belum bisa pergi sekarang...... Aku masih kerja......"
"Kerja?"
"Iya. Aku sedang istirahat sekarang."
Aku memalingkan pandangan ku ke sesuatu yang dibungkus oleh kain disamping kaki anak itu, dua barang yang salah satu darinya yang dapat terlihat sepertinya adalah roti bundar, Jadi itu yang ia pegang tadi. Sementara objek lain nya hanyalah botol air yang dibuat dari kulit, benar-benar menu yang simpel untuk makan siang.
"Ah, apakah Aku menganggu waktu istirahat mu?"
Aku menurunkan leher ku, sementara anak itu tersenyum malu-malu.
"Kalau kamu bisa menungguku menyelesaikan pekerjaan ku, Aku akan menemani mu untuk memohon pada Suster Azariya untuk membolehkan mu tinggal di gereja...... tapi mungkin sekitar empat jam lagi."
Aku sebenarnya ingin pergi ke desa dan mencari seseorang yang bisa menjelaskan situasi ini secepatnya, tapi perasaan bahwa aku ingin menghindari percakapan lebih lanjut yang seperti menginjak es tipis bahkan lebih besar. Empat jam bukan waktu yang sebentar tapi saat memikirkan tentang fitur akselerasi dari STL, waktu di dunia nyata hanya akan berjalan sekitar satu jam dan beberapa menit.
Dan juga, untuk suatu alasan yang tidak kumengerti, Aku juga merasa kalau Aku ingin berbicara dengan anak yang ramah ini lebih banyak lagi. Aku mengangguk lalu berkata.
"tidak apa-apa, akan kutunggu. Aku mungkin akan merepotkan mu, tapi mohon bimbingan nya."
Kemudian, senyuman yang lebih cerah dari sebelumnya tampak di wajah anak itu dan mengangguk.
"Oke, kalau begitu... duduk saja disitu untuk sementara. Ah...... Aku masih belum memberitahu namaku."
Anak itu menjulurkan tangan kanan nya sambil melanjutkan,
"Namaku Eugeo. Senang bertemu dengan mu, Kirito-kun."
Menjabat tangan nya yang kuat, yang berlawanan dengan tubuhnya yang kurus, Aku mengulang nama anak itu beberapa kali di mulut ku. Nama itu tidak ada dalam ingatan ku, Aku tidak tau dari bahasa apa itu, tapi entah kenapa Aku merasa kalau nama itu familiar dengan mulut ku untuk suatu alasan.
Anak yang menyebut dirinya Eugeo menarik kembali tangan nya dan kembali duduk di kaki pohon besar, sebelum mengeluarkan rota bundar dari bungkusan kain dan menawarkan nya padaku.
"Ti-Tidak, Aku tidak bisa..."
Aku buru-buru mengibaskan tangan ku, tapi anak itu tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.
"Kirito-kun pasti lapar, kan? Kamu belum makan apapun, kan?"
Seperti yang ia katakan, Aku tanpa sadar menaruh tangan ku di perut untuk menahan rasa lapar yang menyerang. Meskipun air sungai itu terasa enak, Aku tidak bisa bilang kalau hal itu bisa membuatku kenyang.
"Tidak... tapi......"
Aku masih menahan diriku, tapi tangan yang memegang roti itu terus maju, Aku kemudian terpaksa menerima nya. Anak itu —— Eugeo nyengir dan mengangkat bahu.
"Tidak apa-apa. Meskipun Aku bilang seperti Aku ingin kamu memakan nya, sebenarnya, Aku tidak suka roti ini."
"......Kalau begitu dengan syukur Aku akan menerimanya, Aku benar-benar lapar sampai ke titik dimana Aku bisa pingsan kapanpun."
'Itu yang Aku pikirkan,' Selagi Eugeo terawa dan duduk di akar di depan pohon, Aku menambahkan,
"Oiya, panggil Aku Kirito saja."
"Oh? Kalau begitu panggil saja Aku Eugeo juga...... Ah, tunggu sebentar."
Eugeo mengangkat tangan kiri nya untuk menghentikan ku dari memasukkan roti bundar ini kedalam mulut ku.
“……?”
"Yah, berhubung ini bukan 'Pan' yang bisa tahan lama, sekedar memastikan saja."
Mengatakan hal itu, tangan kiri Eugeo bergerak sementara tangan kanan nya memegang roti. Jari telunjuk dan tengah nya membentang sejajar dengan rapi dengan jari-jari lain nya yang dilipat. Dengan bentuk tangan nya itu, ia menggambar jejak yang terlihat seperti huruf alfabet S dan C di udara.
Didepan ku, yang sedang melihat dengan tercengang, kedua jarinya mengetuk pelan roti dan mengeluarkan suara aneh yang seperti logam yang diketuk dan kemudian muncul persegi panjang ungu pucat transparan. Lebar nya sekitar 15 centimeter, sementara tinggi nya sekitar 8 centimeter. Menurut pengetahuan ku, persegi panjang yang tampak familiar itu, bersama dengan alfabet dan huruf arab yang tampil itu menggunakan bentuk yang simpel yang Aku bisa langsung mengerti. Itu adalah —— sudah pasti, yang disebut «Status Window».
Dengan mulut ku yang terbuka, Aku berbicara pada diriku sendiri.
——Kalau begitu sudah pasti. Tempat ini bukanlah dunia nyata atau yang lain nya, tapi adalah dunia virtual.
the anxiety would eat up my whole body. Tubuhku terasa lebih ringan karena lega saat Aku mengetahui hal itu. Sekarang Aku 99% yakin. Sungguh, tanpa bukti yang nyata ini, rasa gelisah pasti sudah akan memakan seluruh tubuh ku.
Sementara permasalahan tentang Dive masih belum diketahui, untuk saat ini, Aku lebih baik membiasakan diri dengan dunia virtual ini dan menikmati situasi nya. Pertama-tama, Aku harus mencoba membuka window itu, Aku membentangkan dua jari tangan kiri ku kedepan.
Aku meniru apa yang kulihat dengan membuat jejak berbentuk S dan C, dengan ragu mengetuk roti ku, membuat suara yang mirip seperti bunyi bel, dan window ungu pun muncul. Aku mendekatkan wajah ku dan menatap nya.
Rangkaian tampilan ini ternyata cukup simpel. Hanya muncul [Durability: 7]. Aku dengan mudah bisa mengerti kalau itu adalah nilai daya tahan dari roti ini. Selagi memikirkan tentang apa yang akan terjadi kalau nilai itu mencapai angka 0 sambil menatap roti ini; didepan ku, Eugeo dengan ragu bertanya,
"Hey, Kirito. Jangan bilang kalau ini pertama kalinya kamu melihat Sacred Arts, «Stacia Window»?”
Saat Aku mengangkat wajah ku, Aku melihat Eugeo dengan kepalanya yang dimiringkan sambil memegang roti dengan satu tangan nya, window nya sudah menghilang. Aku dengan segera membuat wajah yang seperti mengatakan 'Jangan bilang hal yang tidak masuk akal seperti itu.' Saat Aku menyentuh permukaan nya, window iu berubah menjadi kilatan cahaya dan tersebar hilang, Aku merasa agak lega.
Untung saja, Eugeo tidak menunjukkan keraguan lagi dan mengangguk.
"Masih ada cukup banyak «Life» yang tersisa, jadi tak perlu buru-buru makan nya. Tapi kalau sekarang musim panas, tak akan tersisa sebanyak ini."
Mungkin «Life» yang ia sebutkan itu adalah jumlah nilai yang ditampilkan dari [Durability], dan status window yang menampilkan hal tersebut dinamakan «Stacia Window». Melihat «action command» yang memanggil window disebut sebagai sacred arts, Eugeo tidak tau kalau hal tersebut adalah sebuah fungsi dari sistem, tapi menganggap nya sebagai fenomena ajaib.
Masih banyak hal yang perlu dipikirkan, tapi lebih baik kusimpan dulu untuk sekarang dan segera mengatasi rasa lapar ku sekarang.
"Kalau begitu, itadakimasu."
Aku mendekatkan roti ke mulut ku yang terbuka segera setelah mengatakan hal itu, tapi kekerasan dari roti ini membuat mata ku menggelap. Namun, Aku tidak bisa memuntahkan nya juga, jadi Aku dengan paksa menggigit dan merobeknya. Aku tanpa sadar tersanjung akan rasa gigi yang bergoyang di dunia vurtial ini.
Roti ini mirip atau bahkan mungkin lebih keras daripada roti gandum yang dibeli oleh adik perempuan ku, Suguha. Rasa lapar ku memerintah mulut ku untuk terus mengunyah benda yang lebih krenyes dari yang biasanya, meskipun rasanya lumayan. Ditambah sedikit mentega, atau sepotong keju...... enggak, kalau dipanggang saja pasti akan lebih enak, selagi Aku memikirkan berbagai fikiran akan hal ini, Eugeo, yang juga mengerutkan dahi ketika menggigit roti itu, memberikan senyum pahit dan berkata,
"tidak terlalu enak, kan?"
Aku buru-buru menggelengkan kepala ku.
"E-Eh, tidak kok."
"Tidak apa-apa, tidak perlu memaksakan dirimu seperti itu. Aku biasanya membeli nya di toko roti di desa sebelum pergi, tapi berhubung Aku pergi saat masih sangat pagi, mereka hanya mempunyai sisa roti kemarin. Saat siang hari, Aku juga tidak punya cukup waktu untuk kembali ke desa......"
"Heh...... Kalau begitu lebih baik membawa bekal makan sendiri dari rumah......"
Mendengar kata-kata biasa ku, Eugeo menurunkan mata nya menuju roti di tangan nya. Aku menyiutkan leher ku secara tak yakin kalau Aku mengatakan sesuatu yang kasar, untung saja, ia kemudian menaikkan wajah nya dan memberikan sedikit senyuman.
"Duluuuuu...... pada siang hari, ada seseorang yang membawakan bekal makan siang kesini. Tapi sekarang......"
Mata hijau nya itu menggeleng, mata itu dipenuhi oleh rasa kehilangan yang besar, pada saat itu, Aku lupa kalau ini adalah dunia buatan dan membungkukkan tubuh ku kedepan.
"Orang itu... apa yang terjadi......?"
Setelah Aku bertanya, Eugeo melihat kearah puncak pohon yang jauh diatas kepalanya dengan diam untuk sementara, kemudian ia pelan-pelan menggerakkan bibir nya,
"......Teman masa kanak-kanak ku. Seorang perempuan, yang umurnya sama dengan ku...... kami selalu bermain bersama-sama dari pagi sampai sore sejak kami masih kecil. Meskipun setelah Aku diberikan Sacred Task, ia masih akan membawakan bekal setiap hari...... Tapi... 6 tahun yang lalu...... saat musim panas ku yang kesebelas, seorang Integrity Knight datang ke desa kami...... dan membawa nya pergi ke ibu kota......"
Integrity Knight. Ibu Kota.
Kata-kata yang asing itu adalah sebutan bagi mereka yang menegakkan hukum dan ibu kota dari dunia ini, Aku tetap diam agar Eugeo melanjutkan nya.
"Itu semua...... adalah salah ku. Pada hari istirahat, kami berdua pergi untuk menjelajahi gua di utara...... tapi kami tersesat saat ingin pulang dan malah mencapai sisi yang lain dari Mountain range at the Edge. Kau tau, kan? Dark Territory yang kita semua dilarang menginjakkan kaki didalam nya yang tertulis dalam Taboo Index. Meskipun Aku tidak keluar dari gua, ia tersandung dan kepalan nya menekan daratan di luar gua...... Tapi hanya karena hal itu... Integrity Knight datang ke desa dan mengikat nya dengan rantai didepan semua orang......"
Eugeo meremas roti yang sudah dimakan setengah itu dengan tangan kanan nya.
"......Aku ingin menolongnya. Kupikir tidak apa-apa kalau Integrity Knight itu membawaku pergi bersamanya, dan berencana untuk menggunakan kapak untuk menyerang nya...... tapi... tangan ku... kaki ku... Aku tidak bisa menggerakkan nya. Yang kulakukan hanya... melihatnya dibawa pergi... tanpa mengatakan apapun......"
Ekspresi wajahnya menjadi hampa saat ia menatap keatas langit untuk beberapa saat, tapi setelah itu, senyuman lemah terlihat di wajah nya lagi. Ia kemudian melempar roti yang sudah hancur itu kedalam mulut nya dan mengunyahnya sambil melihat kebawah.
Aku tidak tau apa yang harus kukaatkan, jadi Aku juga kembali memakan roti ku, dan berfikir selagi mengunyah nya dengan seluruh kekuatan ku.
Eksistensi status window telah membuktikan kalau dunia ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan teknologi yang realistis, bisa jadi suatu eksperimen oleh seseorang. Namun, kenapa «Event» seperti ini bisa terjadi? Aku menelan roti ku, dan dengan ragu bertanya,
"......Apa kamu tau apa yang terjadi padanya......?"
Eugeo menggelengkan kepalanya sambil menatap kebawah.
"Integrity Knight itu bilang kalau ia akan dieksekusi setelah diinterogasi...... Tapi, eksekusi seperti apa, Aku tidak tau. Aku pernah... mendengar dari ayah nya, Gasupht si kepala desa...... kalau dia sudah meninggal...... ——Tapi Kirito, Aku percaya kalau dia masih hidup."
Kemudian,
"Alice... pasti masih hidup dan ada disuatu tempat di ibu kota......"
Aku menghembuskan nafas dengan tajam saat Aku mendengar nama itu.
Lagi-lagi, Aku merasakan perasaan yang aneh berlari di kepala ku. Sebuah perasaan yang mengganggu. Kesepian. Dan lebih dari itu, perasaan nostalgia yang menggelengkan jiwa ku——
Itu hanya delusi. Aku membujuk diriku sendiri, Itu hanyalah perasaan yang tersisa setelah syok. Tidak ada alasan bagiku untuk memiliki perasaan pribadi dengan teman masa kecil Eugeo, atau dengan kata lain, «Alice» yang merupakan penduduk dari dunia ini. Pasti itu hanya reaksi pada nama Alice yang umum. Ya —— bukannya Asuna mengatakan padaku kemarin di Dicey Cafe? «RATH», perusahaan yang mengembangkan STL, dan dunia virtual «Underworld», bukannya nama itu diambil dari novel『Alice in Wonderland』?
Nama orang itu cocok dengan dua nama lain nya adalah suatu kebetulan yang mengejutkan, mungkin ada maksud dibalik nya. Dan juga, Aku menyadari sekeping informasi dari kata-kata Eugeo.
Tadi dia bilang 6 tahun yang lalu, saat ia masih berumur 11 tahun. Itu berarti sekarang dia berumur 17 tahun, tapi itu terlalu lama —— perilaku nya saat berbicara seperti ia punya seluruh ingatan dari 10 tahun hidupnya, seperti ku.
Tapi hal seperti itu tidak mungkin. Dari yang mereka katakan padaku, fungsi akselerasi Fluctlight hanya bisa dipercepat sampai tiga kali lipat, untuk menjalankan dunia ini selama 17 tahun, butuh waktu 6 tahun di dunia nyata. Namun, seharusnya belum sampai 3 bulan sejak mesin eksperimen STL diciptakan.
Apa yang harus kupikirkan tentang hal ini?
Ini bukan didalam STL yang kuketahui, tapi didalam mesin FullDive yang tak kuetahui, dan juga, sudah berjalan selama 17 tahun. Atau, mungkin Aku salah mendengar tentang fungsi FLA (Fluctlight Acceleration) yang tiga kali lipat, dan sebenarnya bisa berakselerasi sampai lebih dari 30 kali. Tapi keduanya sama-sama tidak dapat dipercaya.
Didalam kepalaku, rasa penasaran dan kegelisahan dengan cepat berkembang. Aku ingin log out sekarang juga dan menanyakan orang diluar untuk menjelaskan situasi ini, dan pada sisi lain, Aku juga ingin tetap tinggal didalam dan lanjut mengejar pertanyaan-pertanyaan.
Setelah Aku menelan bagian terakhir dari roti, Aku dengan takut bertanya pada Eugeo,
"Kalau begitu...... kamu mau pergi mencarinya? Ke... ibu kota."
Kupikir 'Gawat' tepat setelah Aku bertanya. Kata-kataku membuat Eugeo mengeluarkan reaksi yang tak terduga.
Anak berambut coklat muda itu tercengang melihat wajah ku selama beberapa detik dan kemudian, ia berbisik 'Tidak mungkin.'
"......Desa rulid ini ada di ujung utara dari kerajaan utara. Pergi ke ibu kota di selatan, meskipun menggunakan kuda yang cepat masih akan memakan waktu satu minggu. Kalau berjalan, akan makan waktu dua hari untuk mencapai kota terdekat, Zakkaria. Mustahil untuk mencapai tempat itu bahkan kalau Aku meninggalkan desa pada sore hari saat hari istirahat."
"Kalau begitu...... kamu tinggal melakukan persiapan untuk perjalanan panjang......"
"Hey Kirito... Kamu kelihatannya seumuran dengan ku, kamu tidak diberikan Sacred Task di desa tempatmu tinggal? Menelantarkan Sacred Task dan pergi melakukan perjalanan bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan, kan?"
"......B-Benar juga."
Sementara Aku mengangguk, Aku dengan waspada memperhatikan reaksi Eugeo.
Dari awal sudah jelas kalau anak ini bukan sekedar NPC. Dari ekspresinya yang berlimpah dan balasan nya yang natural, ia tidak bisa disebut apapun selain manusia asli.
Tapi pada saat yang sama, tindakannya sepertinya dibatasi oleh peraturan absolut yang lebih efektif dari pada hukum di dunia nyata. Ya, mirip dengan bagaimana NPC di VRMMO tidak bisa menyeleweng dari gerakan yang telah ditentukan.
Eugeo bilang ia tidak di tangkap karena ia tidak menginjakkan kaki di area yang dibatasi oleh «Taboo Index». Dengan kata lain, Index itu adalah peraturan absolut yang mengikat nya, mungkin hal itu adalah kontrol langsung kepada Fluctlight. Sementara Aku tidak tau apa Sacred Task nya..., bukan, apa pekerjaan nya, Aku tidak bisa membayangkan pekerjaan apa yang lebih penting dari hidup dan mati akan gadis yang selalu bersama nya sejak lahir.
Untuk memastikan nya, Aku dengan hati-hati memilih kata-kata dan bertanya pada Eugeo, yang sedang minum air dari botol minum,
"Umm, di desa tempat Eugeo tinggal, selain Alice-san, apakah ada orang lain yang melanggar Taboo...... Index dan dibawa ke ibu kota?"
Eugeo melebarkan matanya lagi, sebelum mengelap mulutnya dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada. Dalam 300 tahun sejarah desa Rulid, satu-satunya saat Integrity Knight datang ke desa adalah 6 tahun yang lalu, itu yang dikatakan Garitta-jiisan."
Setelah ia menyelesaikan kata-katanya, ia memberikan botol minum itu padaku. Aku menerimanya dan melepas tutup nya ayng seperti gabus setelah berterima kasih padanya. Aku kemudian mendekatkan nya ke mulutku dan meminum air itu, yang tidaklah dingin tapi ada aroma wangi, seolah-olah dicampur dengan lemon atau herbal. Setelah tiga tegukan, Aku mengembalikan botol itu kepada Eugeo.
Selagi Aku mengelap mulutku dengan ekspresi murni, bagian dalam dadaku seperti ditiup oleh badai rasa kaget yang entah berapa kali.
————Tiga ratus tahun!?
Tanpa hal yang disebut «Setting», tapi benar-benar berjalan selama periode yang lama, kalau begitu akselerasi sebenarnya dari fungsi FLA harusnya ratusan kali lipat...... atau mungkin sampai seribu kali. Kalau begitu, kalau tingkat akselerasi itu dimasukkan saat Test Dive terus menerus yang kulakukan pada minggu pertama, berapa lama Aku tinggal didalam? Pada saat yang sama Aku gemetar, lenganku terasa menggigil, tapi Aku tidak punya waktu untuk mengagumi reaksi psikologikal yang realistis itu.
Mendapat informasi yang lebih, misteri ini sepertinya mulai lebih ribet lagi. Apa sebenarnya Eugeo itu manusia, atau program? Dan juga, sebenarnya apa tujuan dunia ini diciptakan——
Aku tidak bisa tau lebih banyak dari hal ini tanpa pergi ke desa yang Eugeo bilang bernama Rulid dan membuat kontak dengan orang lain. Dari sana, bagus kalau Aku bisa bertemu orang dari RATH yang tau situasinya...... Memikirkan hal itu, Aku entah bagaimana dapat tersenyum sebelum berkata pada Eugeo,
"Terima kasih makanan nya. Tapi maaf yah Aku mengambil setengah dari bekal mu."
"Ah, jangan khawatir. Aku juga udah muak kok sama roti itu."
Ia membalas dengan senyuman yang sangat natural dan dengan cepat merapikan bungkusan bekal.
"Kalau begitu, maaf, tapi tunggu sebentar yah. Sampai Aku menyelesaikan pekerjaan siang ku."
Ucap Eugeo sambil berdiri dengan cepat, Aku kemudian bertanya,
"Oiya, pekerjaan Eugeo...... apa Sacred Task mu?"
"Ah, benar juga...... kamu tidak bisa melihatnya dari sana."
Eugeo tersenyum lagi sambil memberi isyarat. Aku menggelengkan kepalaku lalu berdiri dan berjalan mengitari batang pohon besar dibelakang nya itu.
Kemudian, karena lagi-lagi terkejut, mulutku terbuka lebar.
Pada batang pohon raksasa itu, yang hitam seperti kegelapan malam, ada potongan sekitar 20 persen atau lebih dari diameter nya —— sekitar semeter dalam nya. Kayu hitam didalam nya mengingatkan ku pada batu bara, lapisan yang tebal dari pohon itu mengkilap seperti logam.
Pandangan ku berpaling dari potongan itu menuju pada kapak yang bersender ke batang. Meskipun bentuk nya bermata-satu yang simpel dan gak digunakan untuk bertarung, mata kapak yang sangat besar dan gagang nya yang panjang itu keduanya dibuat dari material putih keabu-abuan yang sama. Menatap pancaran misterius itu, seperti stainless steel, Aku entah merasa kalau kapak itu dipahat dari satu bongkah bahan mentah.
Tangan kanan Eugeo memegang gagang kapak itu yang dilapisi oleh kulit hitam berkilau, dan ditaruh dipundak nya. Ia kemudian berjalan ke ujung kiri dari potongan satu setengah meter itu, melebarkan kaki nya, menurunkan pinggang nya, dan dengan kencang menguatkan pegangan nya di gagang itu.
Badan yang ramping itu membungkuk, kapak itu, yang ditarik jauh kebelakang, terdiam sejenak untuk mengumpulkan momentum sebelum merobek udara dengan tajam. Bilahnya, yang terlihat berat, dengan tepat mengenai bagian tengah dari potongan di pohon itu, *Gaan*! suara logam bernada tinggi terdengar sangat nyaring. Tak diragukan lagi, ini adalah sumber dari suara aneh yang membawa ku kesini. Suara pohon yang ditebang, intuisi asal ku ternyata benar.
Didepanku, yang sedang mengamati dengan kagum, bisa dibilang Eugeo mengatasi tubuhnya dengan sempurna, ia berulang-ulang mengayun kapak itu sambil mempertahankan ritme dan lintasan yang akurasinya melebih sebuah mesin. Mengembalikan kapak kebelakang memerlukan waktu dua detik, mengumpulkan tenaga satu detik, dan mengayun satu detik. Rangkaian tindakan nya sangat lancar seolah-olah sword skill juga ada di dunia ini.
Tepat 50 kali selama 4 detik tiap pukulan nya, kapak itu terus menghantam pohon selama 200 detik, dan setelah hantaman terakhir, Eugeo menarik kapak itu keluar dari potongan yang dalam dan menghela nafas panjang. Ia kemudian menyenderkan kapak itu di batang pohon dan duduk di akar didekatnya. Sekumpulan keringat di dahi nya bersinar karena kelelahan. Sementara Aku melihatnya, Aku berfikir kalau ternyata mengayun kapak itu lebih sulit dari pada yang kuduga.
Aku menunggu nafas nya kembali stabil sebelum bertanya,
"Jadi pekerjaan mu...... bukan, Sacred Task mu adalah «Penebang pohon»? Menebang pohon di hutan ini?"
Mengambil sapu tangan dari kantung baju nya dan mengelap keringatnya, Eugeo memiringkan kepalanya sedikit dan membalas setelah berfikir sejenak.
"ngg... yah, bisa dibilang seperti itu. Tapi pohon yang berhubungan dengan Sacred Task yang telah kulakukan selama 7 tahun untuk menebangnya hanyalah pohon ini."
“Ehh?”
"Nama dari pohon raksasa ini adalah «Gigas Cedar» dalam 'Bahasa Sakral'. Tapi para orang tua di desaku memanggilnya pohon iblis."
......Bahasa Sakral? Gigas......Cedar......?
Eugeo memberikan senyuman pengertian terhadap ku, yang sedang ragu, sambil menunjuk tegak keatas kearah puncak pohon yang tinggi.
"Alasan mengapa mereka memanggilnya seperti itu karena pohon itu menyerap semua anugrah Terraria dari sekeliling tanah. Jadi gak ada yang hidup dibawah pohon ini selain lumut, dan pohon-pohon dibawah bayangan nya tidak akan tumbuh tinggi juga."
Terraria, sementara Aku tidak tau apa itu, sepertinya kesan pertamaku setelah melihat pohon dan ruangan terbuka ini tidak lah salah. Aku mengangguk dan menunggu kata-kata berikutnya.
"Para orang dewasa di desa ku ingin memperluas ladang gandum ke hutan ini. Tapi itu sia-sia selama pohon ini masih berdiri. Jadi mereka ingin menebangnya, tapi yah membang hebat pohon iblis ini, batang nya benar-benar sangat keras. Kalau menggunakan kapak besi biasa, bilah nya akan hancur dan tidak akan bisa digunakan lagi hanya dengan satu pukulan. Karena itulah, mereka mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memesan kapak ini, yang dipahat dari tulang naga kuno, dari ibu kota, dan menunjuk «Petugas memotong» kepada seseorang untuk terus memotong pohon ini setiap hari. Dan orang itu adalah Aku."
Aku memutar pandangan ku antara Eugeo, yang mengatakan hal itu, dan 1/4 potongan di pohon raksasa itu.
"......Kalau begitu, dalam 7 tahun terakhir ini, kamu mencoba untuk memotong pohon ini setiap hari, dan kamu hanya memotongnya sejauh ini?"
Kali ini Eugeo melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya karena terkejut.
"Tidak mungkin. Kalau potongan ini hanya memerlukan waktu 7 tahun, kalau begitu Aku akan sedikit lebih bersemangat. Dengar, Aku adalah generas ketujuh dari penebang pohon ini. Sejak Rulid ditemukan di tanah ini, selama 300 tahun, perwakilan tiap generasi menjadi penebang pohon dan datang kesini setiap hari. Mungkin, perkembangan saat Aku menjadi kakek-kakek dan mewariskan kapak ini kepada generasi kedelapan akan......"
Eugeo menggunakan kedua tangan nya untuk membuat renggangan sekitar 20 centimeter lebarnya.
"Sekitar segini, mungkin."
Aku bahkan tidak mengeluarkan nafas ku lagi.
Di MMO genre fantasy, meskipun pekerjaan pengrajin dan pekerja tambang biasanya dikenal sebagai pekerjaan yang membutuhkan ketahanan dalam bekerja tanpa kenal lelah, menghabiskan waktu seumur hidup dan masih tak bisa memotong satu pohon sangatlah berlebihan. Karena dunia ini adalah dunia buatan, pasti pohon ini ditaruh disini karena niat seseorang, meskipun untuk tujuan apa, Aku masih gak tau sekarang.
——Tapi, demikian, Aku merasakan sedikit gatal seperti ada sesuatu yang merayap di punggung ku.
Sebagian karena dorongan hati, Aku berkata pada Eugeo, yang berdiri dan memegang kapak setelah ia istirahat selama tiga menit.
"Hei, Eugeo...... boleh tidak Aku mencobanya sebentar?"
“Eh?”
"Um, Aku memakan setengah bekal mu. Jadi Aku harus menggunakan otot ku untun membantu setengah pekerjaan mu juga, kan?"
Aku merasa seolah-olah ini pertama kalinya Aku menawarkan untuk membantu seseorang melakukan pekerjaan nya —— mulut Eugeo terbuka sedikit, tapi kemudian dengan ragu menjawab,
"Hmm...... yah, meskipun tidak ada peraturan tentang melarang seseorang untuk membantu Sacred Task mu...... yah, ini benar-benar sulit. Waktu pertama kali, Aku bahkan tidak bisa mengenainya dengan tepat."
"Kita tidak akan tau sebelum dicoba, kan?"
Sembari Aku menyengir, Aku membentangkan tangan kanan ku dan memegang gagang dari «Dragon Bone Axe» yang Eugeo pegang sementara ia masih menunjukkan ekspresi yang ragu.
Kapak ini ternyata berat, meskipun penampilannya terlihat seperti dibuat dari tulang, dan membuat tangan kanan ku berat. Aku segera menggenggam pegangan kulit dengan kedua tangan ku dan mengayun sekali untuk mengecek keseimbangan nya.
Meskipun Aku tidak pernah menggunakan kapak sebagai senjata utama ku di SAO dan ALO, Aku seharusnya bisa mengenai target yang diam tanpa masalah. Aku berdiri di sisi kiri dari potongan yang dalam itu, dan kemudian meniru pose yang dilakukan Eugeo dengan melebarkan kaki ku dan sedikit menurunkan pinggang ku.
Eugeo masih menunjukkan ekspresi ragu, tapi pada saat yang sama ia juga terlihat senang. Setelah Aku memastikan kalau ia udah lumayan jauh, Aku mengangkat kapak ini keatas bahu ku, dan kemudian mengeraskan gigi ku dan menaruh kekuatan ke lengan ku sebanyak-banyak nya, sebelum mengayun kapak ini, mengincar tengah-tengah dari potongan yang dalam di batang Gigas Cedar itu.
*Gagi*, dengan suara yang tumpul, mata kapak itu mengenai tempat yang sekitar 5 centimeter jauhnya dari potongan di pohon itu. Kilatan oranye tersebar sementara arus balik yang keras menyerang tangan ku. Aku gak bisa menahan nya dan menjatuhkan kapak itu, sebelum menaruh kedua lengan, yang kesemutan sampai tulang, keantara kedua kaki ku dan mengerang,
“A-Adudududuh.”
Melihatku yang bahkan tak bisa melantarkan satu pukulan, 'Ahahaha......' Eugeo tertawa bahagia. Saat Aku memalingkan pandangan penuh celaan ku kearah nya, 'Maaf,' ia mengisyaratkan tangan kanan nya, tapi masih terus tertawa.
"......Kamu tidak perlu tertawa begitu kan......"
"Hahaha...... maaf maaf. Kirito, kamu bukan menggunakan tenaga dari lengan dan pinggang mu. Tapi kamu harus menggunakan tenaga dari seluruh tubuh mu...... hmm, gimana yah jelasin nya......"
Sementara melihat Eugeo mengulang gerakan mengayun kapak dengan lambat, Aku terlambat menyadari kesalahan ku. Mungkin hukum ketat fisika dan konsentrasi otot tidak berlaku di dunia ini. Secara ini adalah mimpi realistis yang diciptakan dengan STL, yang paling penting disini adalah kekuatan imajinasi ku.
Akhirnya setelah kesemutan telah pergi dari tangan ku, Aku mengambil kapak itu.
"Lihat saja, kali ini Aku pasti akan mengenai nya......"
Sembari menggerutu, kali ini Aku mencoba sekeras mungkin agar tidak memikirkan tentang tenaga. Aku terus fokus kepada gerakan seluruh badan ku dengan kesadaran ku sementara Aku membuat gerakan menggambar yang besar dan pelan. Sebelum memasuki gerakan serangan swrod skill tipe tebasan horizontal, «Horizontal» yang kugunakan berkali-kali di SAO, Aku mengeluarkan tenaga dari memutar pinggangku yang ditambah dengan momentum berputar dari bahu ku dan mengalir melewati lengan ku menuju bilah kapak... dan membenturkan nya ke pohon——
Kali ini Aku mengenai kulit kayu yang jauh dari potongan,*gain*, lagi-lagi, kapak itu mental setelah mengeluarkan suara yang tidak enak didengar. Namun, tangan ku tidak kesemutan lagi seperti sebelumnya, sepertinya Aku telah sepenuhnya mengacuhkan akurasi karena Aku terlalu fokus pada gerakan tubuh ku. Saat ini juga, Eugeo sepertinya mendapatkan banyak hal untuk ditertawakan, Aku menengokkan kepalaku selagi berfikir seperti itu, tapi tak terduga ternyata Eugeo menampilkan wajah yang serius dan memberikan komentar,
"Oo...... Kirito, yang tadi tidak buruk juga. Tapi, kamu tidak memperhatikan kapak mu saat mengayun. Pandangan mu tidak boleh goyah dari pusat potongan. Coba lagi sebelum kamu lupa!"
"O-Oke."
Yang berikutnya juga kasar. Tapi setelah itu, Eugeo masih memberikan saran kesana kemari selagi Aku terus mengayunkan kapak, Aku lupa butuh berapa kali ayunan sebelum akhirnya berhasil membua suara logam bernada tinggi dan mengenai pusat potongan, mengeluarkan suatu pecahan hitam yang kecil.
Setelah Aku bergantian dengan Eugeo dan mendapat kesempatan untuk melihat 50 tebasan sempurna nya. Kemudian Aku mengambil kapak nya dan menebas 50 kali lagi.
Kami mengulang nya beberapa kali, dan tanpa sadar, matahari sudah mulai terbenam, dan ruangan terbuka ini dipenuhi cahaya oranye yang agak kabur. Selagi Aku meminum tegukan terakhir dari botol minum yang besar, Eugeo menyelesaikan tebasan terakhirnya, dan kemudian berkata,
"Oke...... sekarang sudah 2000 tebasan."
"Eh, udah sebanyak itu?"
"Yep. 500 dari ku, dan 500 lagi darimu. Digabungkan dengan saat pagi hari, menghantam Gigas Cedar 2000 kali setiap hari, itu adalah Sacred Task ku."
"2000 kali......"
Aku melihat kearah potongan besar di pohon hitam raksasa itu lagi. Tak peduli bagaimanapun kulihat, potongan itu tidak bertambah dalam sejak saat kami memulainya. Benar-benar pekerjaan yang tidak ada untungnya, sementara Aku heran, suara riang Eugeo datang dari belakang.
"Sebenarnya, otot Kirito cukup bagus. Pada 50 pukulan terakhir, kamu membuat dua... tiga suara yang bagus. Berkat kamu, hari ini Aku banyak bersenang-senang."
"Eh...... tapi seharusnya akan lebih cepat selesai kalau Eugeo melakukannya sendirian. Maaf, seharusnya Aku membantu mu tapi Aku malah menghambatmu......"
Aku meminta maaf dengan malu, tapi Eugeo hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Bukannya Aku sudah bilang kalau Aku tidak bisa menebang pohon ini seumur hidup ku? Karena setengah dari potongan yang kita lakukan hari ini akan pulih pada malam hari...... Oh iya, Aku akan menunjukkan mu sesuatu yang bagus. Meskipun seharusnya Aku gak boleh membuka ini terlalu sering."
Sementara ia berkata begitu, Eugeo mendekati pohon raksasa dan menjulurkan tangan kiri nya. Setelah ia menggunakan kedua jari untuk membentuk simbol, ia menyentuh kulit hitam dari pohon itu.
Oh, jadi pohon ini juga mempunyai durability toh, Aku berlari menuju Eugeo saat memikirkan nya. Bersamaan dengan suara yang seperti bel, status window itu keluar, bukan, Stacia Window», Aku mengintipnya bersama Eugeo.
“Ue……”
Aku mengerang karena reflek setelah melihatnya. Nilai yang muncul di window itu adalah 232.000, jumlah yang tidak masuk akal.
"Hmmm, ini sekitar 50 lebih sedikit dibanding saat Aku melihatnya bulan lalu, huh......"
Tentu saja, Eugeo mengatakan nya dengan nada yang lelah.
"Kirito, ini berarti...... meskipun Aku menghabiskan waktu setahun penuh menghantam nya, Life Gigas Cedar ini hanya akan berkurang sekitar 600. Pada saat Aku pensiun, masih akan ada 200.000 lagi yang tersisa. Sekarang kamu mengerti kan...... hanya setengah hari kemajuan nya berlambat bukanlah masalah besar. Toh lawan ku bukan sekedar pohon biasa, tapi adalah «pohon cedar raksasa»."
Saat Aku mendengar kata-kata itu, Aku sekarang mengerti asal nama dari Gigas Cedar. Itu adalah kombinasi dari bahasa Latin dan Inggris. Kata-kata itu bukan terputus di Giga, tapi Gigas, Gigas Cedar...... pohon cedar raksasa.
Dengan kata lain, anak yang berdiri dibelakang ku, selain bericara dengan menggunakan bahasa Jepang; bahasa Inggris dan bahasa lainnya juga digunakan dalam sejenis mantra, «Bahasa Sakral». Kalau begitu mungkin ia tidak sadar kalau ia berbicara dalam bahasa Jepang. Bahasa Underworld...... bukan, bahasa kerajaan Norlangarth? Tapi tunggu sebentar, tadi dia menyebut roti itu «Pan». Pan mungkin bukan kata-kata dalam bahasa Inggris...... bahasa Portugis? Atau Spanyol?
Selagi Aku berfikir macam-macam, tanpa sadar, Eugeo sudah selesai beres-beres dan berkata,
"Kirito, maaf menunggu nama. Ayo kembali ke desa."
Setelah itu, sambil memanggul Dragon Bone Axe, dan menenteng botol minum yang kosong, selagi kami berjalan kembali ke desa, Eugeo dengan riang berbicara tentang banyak hal. Tentang pendahulunya, orang tua bernama Garitta yang terbiasa menggunakan kapak; tentang bagaimana ia agak jengkel kepada anak-anak yang seumuran dengan nya didesa menganggap kalau Sacred Task milik Eugeo itu gampang; sementara Aku tetap merespon ceritanya, pikiran ku masih fokus kepada pikiran yang sama.
Yaitu pertanyaan tentang maksud dunia ini diciptakan, dan bagaimana dunia ini diperasikan.
Untuk memeriksa teknologi «Mnemonic Visual» milik STL? Kalau begitu hal itu sudah mencapai kesempurnaan. Secara Aku sudah merasakan kalau dunia ini sangat susah dibedakan dengan dunia nyata.
Mengenai urusan waktu di dunia ini, setidaknya sudah berjalan selama 300 tahun, yang mengerikan adalah pohon raksasa itu —— mempertimbangkan jumlah kerja keras Eugeo sangat berbanding terbalik dengan durability milik Gigas Cedar, kupikir pohon itu akan terus ada sampai hampir mencapai 1000 tahun.
Sementara Aku gak tau batas akselerasi yang bisa dicapai dari fungsi FLA, pada kasus terburuk nya, orang yang Dive kedalam dunia ini dengan ingatan yang diblokir bisa saja menghabiskan seluruh hidupnya disini. Dan pastinya tidak mungkin akan menyebabkan bahaya kepada otot di dunia nyata, dan memorinya di blok sampai Dive itu selesai, orang itu mungkin akan merasa seperti telah mengalami «Mimpi panjang» —— namun, apa yang akan terjadi dengan jiwa, dengan Fluctlight yang mengalami mimpi itu? Kumpulan kuantum cahaya yang membuat kesadaran manusia, bukannya juga mempunyai batas usia?
Tak peduli bagaimanapun Aku pikirkan, hal yang telah dilakukan terhadap dunia ini terlalu berlebihan, tak masuk akal, dan tak berperasaan.
Dengan berani melawan bahaya itu, pasti ada tujuannya —— tapi apa? Di Dicey Cafe, Sinon bilang, untuk membuat ruang virtual yang realistis, tapi sudah ada AmuSphere kan? Pasti ada «Something» yang hanya bisa dicapai dengan menghabiskan waktu yang tak terhingga di dunia virtual yang bisa menyamai level dunia nyata——
Aku tiba-tiba mengangkat wajah ku, Aku bisa melihat cahaya oranye tersebar dicelah hutan didepan jalan yang sempit ini. Di celah jalanan dekat pintu keluar, ada bangunan yang terlihat seperti tempat penyimpanan berdiri disana. Eugeo berjalan menujunya dan dengan santai membuka pintunya. Aku mengintipnya dari belakang, disana ada beberapa kapak besi biasa, alat tajam yang kecil yang kelihatan seperti machete, dan sekumpulan alat-alat seperti tali dan ember, diantaranya, ada pak kulit panjang yang Aku gak tau apa isinya.
Eugeo menaruh «Dragon Bone Axe» diantaranya, dan menutup pintu. Saat ia berbalik kebelakang dan kembali ke jalanan, Aku segera bertanya,
"Eh, apa tidak apa-apa pintunya tidak dikunci? Kapak itu sangat penting, kan?"
Eugeo melebarkan matanya karena terkejut.
"Dikunci? Kenapa?"
"Kenapa... bagaimana kalau dicuri......"
Aku mengatakannya sampai kemudian akhirnya sadar. Tidak ada pencuri disini. Karena, pasti ada peraturan akan larangan mencuri yang tertulis di «Taboo Index» yang ia sebut tadi. Kepadaku yang menyela kalimatku sendiri, Eugeo membuat wajah serius dan memberikan jawaban yang kuharapkan,
"Tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Karena hanya Akulah yang membuka tempat penyimpanan ini."
'Itu benar,' sembari merespon dengan mengangguk, sebuah pertanyaan melintas dipikiranku.
"Err, tapi...... bukannya tadi kamu bilang ada penjaga di desa? Kalau tidak ada pencuri, untuk apa pekerjaan itu dibutuhkan?"
"Bukannya sudah jelas? Untuk melindungi desa dari pasukan kegelapan."
"Pasukan...... kegelapan......?"
"Lihat kesana, kamu bisa melihatnya, kan?"
Kami baru saja berjalan melewati pohon terakhir saat Eugeo mengangkat tangan kanan nya.
Didepan mataku adalah ladang gandung. Ladang itu masih muda, padi nya yang hijau dan masih berkembang berayun-ayun karena terkena angin. Pemandangan yang sangat memuaskan, di mentari petang yang terlihat seperti lautan. Jalan ini meregang ke bidang kelok-kelok dari ladang itu, dimana Aku melihat bukit yang menjulang jauh didepan. Saat Aku fokus pada bukit yang dikelilingi oleh pepohonan, Aku melihat bangunan bertekstur pasir berkumpul dan ada menara tinggi yang terlihat jelas ditengah nya. Sepertinya, disitu adalah tempat dimana Eugeo tinggal, desa Rulid.
Tapi yang ditunjuk Eugeo jauh melebihi desa itu —— ia menunjuk kearah garis putih murni dari deretan pegunungan di kejauhan sana. Pegunungan yang tinggi kelihatan melebar ke ujung kiri dan kanan dari pandangan ku.
"Itu adalah «Mountain range at the Edge». Di sisi lainnya adalah tempat dimana cahaya Solus tidak bisa mencapai nya, tanah kegelapan. Meskipun pada siang hari, langit akan tetap diselimuti awan hitam, cahaya dari surga berwarna merah seperti darah. Tanahnya, pohon-pohonnya, semuanya hitam seperti batu bara......"
Eugeo kelihatannya memanggil kembali suatu kejadian jauh dimasa lalu, berhubung suaranya menjadi lemah dan gemetar.
"......Yang tinggal di tanah kegelapan adalah demi-human terkutuk seperti goblin dan orc, bersama dengan monster mengerikan lain nya...... dan juga, ksatria kegelapan yang menaiki naga hitam. Tentu saja, Integrity Knight yang melindungi pegunungan telah mencegah mereka dari melakukan invasi, tapi kadang-kadang, beberapa sepertinya dapat menyelip ke gua bawah tanah. Tapi Aku belum pernah melihatnya sih. Dan juga, menurut legenda Gereja Axiom...... 1000 tahun sekali, saat cahaya Solus melemah, pasukan kegelapan yang dipimpin oleh ksatria kegelapan akan menyebrangi pegunungan dan memulai serangan mereka melawan kita. Pada perang besar tersebut, para penjaga di seluruh desa, di seluruh kota dan ksatria di pasukan kerajaan akan dipimpin oleh Integrity Knight untuk bertarung melawan pasukan monster itu."
Sembari memiringkan kepalanya karena ragu, Eugeo bertanya,
"......Itu adalah dongeng yang bahkan anak kecil di desa pun tau. Apa Kirito juga lupa akan dongeng ini?"
"I-Iya, kurasa Aku pernah mendengarnya sebelumnya...... tapi... sedikit berbeda detail nya, mungkin."
Aku dengan takut mencoba menghindari pertanyaan nya, ekspresi Eugeo berganti menjadi senyuman yang sepertinya tak mempunyai keraguan, sebelum mengangguk.
"Oh begitu...... Mungkin, bisa jadi kalau Kirito bukan dari Norlangarth melainkan dari tiga kerajaan lain nya."
"Mu-Mungkin saja."
Selagi Aku mengangguk, Aku mencoba menghindari topik yang berbahaya ini dan menunjuk kearah bukit yang sudah dekat.
"Itu desa Rulid, kan? Dimana rumah mu?"
"Yang kita lihat sekarang adalah gerbang selatan, rumah ku ada didekat gerbang barat, jadi kita tidak bisa melihatnya dari sini."
"Hmm. Menara tertinggi itu... gereja...... Suster Azariya?"
"Yep, kau benar."
Aku memfokuskan pandangan ku ke puncak menara, ada simbol yang merupakan kombinasi dari silang dan lingkaran.
"Itu entah kenapa... terlihat lebih elegan dari yang kupikirkan. Orang sepertiku benar-benar bisa tinggal disana?"
"Jangan khawatir. Suster Azariya benar-benar orang yang baik."
Mungkin tidak akan mudah, tapi kalau Azariya-san mempunyai keyakinan yang sama dengan hakiki kebaikan pada orang lain seperti Eugeo, tak akan ada masalah yang terjadi kalau Aku memberikan respon yang bijaksana. Tapi, saat ini Aku adalah pria yang kurang pengetahuan tentang dunia ini.
Idealnya, kalau Suster Azariya adalah seorang pengamat dari RATH, akan mudah ceritanya. Tapi mungkin, petugas yang tujuannya menjadi pengamat seharusnya tidak diberikan peran penting seperti menjadi kepala desa atau suster. Kemungkinan kalau pengamat itu merupakan salah satu dari penduduk sipil biasa lebih besar, Aku harus menemukan nya dengan cara apapun.
Tapi itu hanya kalau mereka benar-benar menempatkan pengamat di desa yang kecil ini...... sembari khawatir, Eugeo dan Aku menyebrangi jembatan batu yang berlumut yang merentang melewati jalan air yang sempit, dan menginjakkan kaki kedalam «desa Rulid».
Bagian 3
"Nih bantal dan selimutnya.Jika hawanya terlalu dingin,pindah saja lebih dalam ke rumah.Sembahyang Pagi pukul 6 AM,dan sarapannya dimulai pukul 7.Kau harusnya datang untuk ikutan,jadi cobalah bangun pagi-pagi.Juga,pergi keluyuran setelah lampu dimatikan dilarang.Ingat itu baik-baik."
Sebentuk bantal sederhana dan selimut wol melayang kearahku bersama dengan kata-kata yang terdengar layaknya hujan deras dan aku pun buru-buru menjulurkan tanganku untuk menerimanya.
Aku duduk di atas kasur,dan orang yang sedang berdiri di depanku adalah seorang gadis yang terlihat berusia dua belasan.Ia mengenakan pakaian hitam berkerah putih,dan rambut berwarna teh terang tumbuh memanjang sampai ke pinggangnya.Mata yang berwarna sama dengan rambutnya bergerak gerak dengan lincah,tetapi ia terlihat berubah menjadi orang yang sepenuhnya berbeda ketika ia mulai masuk dalam kepribadian Sisternya.
Si gadis yang dipanggil Selka adalah Sister magang yang bertempat tinggal di Gereja untuk belajar Sacred Art.Aku tak tahu apakah ia juga ditugasi untuk menjaga anak-anak laki-laki dan perempuan lain yang juga tinggal di gereja karena nada bicaranya padaku setajam mbak-mbak atau seorang ibu.Aku hanya bisa tersenyum dan menahan hal ini.
"Lalu,masih ada nggak hal lain yang kau tak paham?"
"Nggak,nggak ada kok.Terima kasih banyak."
"Kalau begitu,selamat malam—kau tahu caranya mematikan lampu,kan?"
"....Ahh.Selamat malam.Selka."
Selka mengangguk lagi dan berjalan keluar dengan tingkah sedikit sok.Aku menunggu bunyi langkah kakinya untuk pergi lebih jauh sebelum mengeluarkan helaan nafas panjang.
Tempat yang aku tinggali saat ini adalah sebuah kamar di lantai dua gereja yang jarang digunakan.Luasnya sekitar 6 tatami,dan di dalam ruangan itu sendiri terdapat sebuah kasur dengan dipan yang terbuat dari bahan berlapis besi,sebuah meja lengkap dengan sebuah kursi,rak buku kecil dan lemari.Aku meletakkan selimut wol dan bantal yang ada di kaki ku ke seprai kasur,menyilangkan tanganku di belakang kepala dan berbaring.Lampu minyak di atas kepalaku mengeluarkan bunyi keriat-keriut seiring bergoyang-goyang.
"Apa sih sebenarnya yang terjadi disini...".
Apa yang terjadi?Aku menggumamkan kata-kata ini di dalam benakku dan mengingat kembali segala hal yang telah terjadi sejak aku terlempar ke desa ini.
Eugeo membawaku ke desa ini,dan kami pertama-tama pergi ke tempat Pos Penjagaan di dekat gerbang.Di sana ada seorang pemuda seumuran Eugeo yang dipanggil Jink,dan ia melayangkan tatapan curiga pertamanya,namun setelah ia mendengar bahwa aku adalah «Anak Hilang Vektor»,ia segera setuju membiarkanku masuk.
Namun ketika Eugeo sedang menjelaskan,mataku terpaku pada pedang panjang sederhana di pinggang Jink,dan sebetulnya aku tak mendengar apa-apa saja yang mereka berdua bicarakan.Aku benar-benar ingin meminjam pedang panjang yang sedikit usang itu darinya dan mencoba apakah aku di dunia ini— atau lebih tepatnya,sword skill pendekar pedang virtual Kirito masih bisa digunakan.Mau bagaimana lagi kalau aku mendapatkan hasrat semacam itu,namun aku akhirnya dapat mengendalikan hasrat itu.
Eugeo dan aku meninggalkan Pos Penjagaan,dan bertahan dari tatapan-tatapan waspada dan bingung para penduduk desa sembari melangkah menuju jalanan utama.Aku tetap saja mendengar pertanyaan seperti ’siapa dia,’di saat Eugeo berhenti dan menjelaskankannya pada semua orang.Kami menghabiskanwaktu sekitar 30 menit berjalan sebelum mencapai alun-alun pusat desa ini.Di jalan,kami bahkan bertemu perempuan tua yang membawa keranjang besar,dan ia langsung berkata sesuatu seperti ’anak yang malang’ di saat ia melihat kami dan mengeluarkan apel (atau seperti itulah terlihatnya) dan menjejalkannya begitu saja ke tanganku,membuatku merasakan sedikit rasa bersalah.
Matahari hampir terbenam di ufuk di waktu kami mencapai gereja yang dibangun di bukit dan menjadi bagian desa.Kami mengetuk pintunya,dan seorang Sister muncul,ia terlihat seperti seorang yang berwatak tegas.Ini adalah Sister Azariya yang kudengar tadi.Aku melihatnya,dan segera berpikir ada Minchin-sensei yang muncul dalam «Little Princess». NGGAK MUNGKIN! Aku berteriak di dalam hatiku.Akan tetapi,sang Sister segera mengajakku masuk,yang mana hal ini benar-benar bukanlah sesuatu yang aku duga,dan malahan menyajikanku makanan.
Setelah setuju untuk bertemu esok,aku mengucapkan selamat tinggal pada Eugeo dan masuk ke dalam.Setelah diperkenalkan pada Selka,yang tertua dan 6 anak kecil lainnya yang lebih muda darinya,kami duduk di meja makan yang harmonis(hidangan yang terhampar disana adalah kentang yang terlihat seperti ikan goreng).Setelah mengambil jatah makananku,aku diinterogasi oleh mereka,dan ini adalah hal yan sudah aku duga.Sesudah aku menjawab semua pertanyaan mereka,dan berpikir bahwa aku tak membocorkan siapa diriku,3 orang anak laki-laki mengajakku untuk mandi bareng dengan mereka....itu saja kok,aku bertahan dari semua cobaan ini,dan sekarang,aku akhirmya mendapat kebebasan di saat aku berbaring di kasur kamar untuk tamu—Itulah yang telah terjadi sampai saat ini.
Rasa lelah yang menumpuk seharian ini telah menyerbu ke dalam diriku dan jika aku menutup mata,aku bisa jatuh tertidur dengan cepat.Akan tetapi,perasaan bingung yang menyerangku menghalangi hal ini.
"Apa yang terjadi?" Aku menggumakannya diam-diam pada diriku.
Kesimpulannya,semua orang di desa ini selain aku adalah NPC.
Dari awal aku bertemu Jink,sampai saat dimana aku berjalan melewati para penduduk di dalam desa,dan di momen ketika bertemu si nenek tua yang memberiku apel,Sister Azariya yang tegas namun lembut,si murid Sister Selka,keenam anak yatim tadi;mereka semua seperti Eugeo,mempunyai emosi sama halnya denganku,bisa berbicara dengan normal dan bisa melakukan pergerakan tubuh yang halus.Pada dasarnya,semuanya mirip dengan manusia.Paling tidak,mereka bukanlah karakter-karakter yang akan dengan otomatis menjawab di dalam VRMMO.
—Namun,sesuatu semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan.
Saat ini,hanya terdapat satu Soul Translator di markas pusat Roppongi,dan perusahaan itu sendiri mau meluncurkan 3 mesin lagi,yang akan membuat jumlahnya jadi 4.Itulah apa yang dikatakan oleh si pengembang Higa.Bahkan jika kita menambahkan satu atau dua unit,itu seharusnya tak mampu membuat sistem Dive denganorang yang cukup untuk membangun sebuah desa.Bahkan di saat aku sedang berjalan dan mengamati tadi,ada paling tidak 300 orang penduduk desa di Rulid,dan mesin eksperimen besar itu tak mungkin adalah produk skala besar-besaran.Juga kalau kita menambahkan beberapa desa dan kota yang ada di dunia ini dan orang-orang «Capital» yang banyak diceritakan,bahkan kalaupun kita menginvestasikan banyak uang untuk menambah mesin-mesin baru,harusnya tak mungkin untuk secara diam-diam mengumpulkan ribuan test player.
"...Ngomong-omong."
Eugeo dan yang lainnya bukanlah manusia sungguhan—mereka adalah para player dengan pembatasan memori,kurasa?Ataukah mereka adalah program penjawab otomatis yang jauh melampaui apa yang aku tahu....?
Memikirkan tentang hal ini,pikiranku langsung memikirkan istilah «Artificial Intelligence».
Baru-baru ini,para AI,bantuan elektronik untuk kode password,navigasi kendaraan,dan penggunaan peralatan listrik,telah berkembang pesat.Sekali mereka mendengar perintah yang diberikan,sebuah karakter,yang mirip seperti manusia atau hewan,dapat beroperasi dengan tepat atau mendapatkan informasi yang dibutuhkan.Disamping itu,ada juga AI lainnya,layaknya NPC yang aku familiar dengannya di dalam game-game VR.Meski fungsi utamanya adalah menyediakan Quest atau informasi event,mereka masih bisa menjawab dialog biasa sampai pada tingkatan tertentu.Sekumpulan orang yang mendambakan «Moe NPCs» akan selalu nongkrong di dekat NPC-NPC bertipe cantik dan mengajak bicara mereka.
Tentu saja,para AI ini benar-benar tak memiliki kecerdasan.Kalau dibuat mudahnya,mereka hanyalah sekumpulan perintah-perintah yang hanya tahu bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.Karenanya,jika mereka akhirnya menemui sebuah pertanyaan yang tak ada di dalam database,si NPC kemungkinan besar akan tersenyum ramah atau memiringkan kepalanya sambil berkata 'Aku tak memahami apa maksudmu.'
Akan tetapi Eugeo tak pernah memperlihatkan sesuatu seperti ini hari ini.
Ia memperlihatkan segala macam emosi secara alami seperti 'terkejut', 'ragu',dan 'tertawa' membalas semua pertanyaanku dan membuat respon seperlunya.Bukan Eugeo saja yang seperti ini,Sister Azariya,Selka,dan anak-anak kecil itu semuanya juga begitu.Tak ada contoh satupun dari mereka yang memperlihatkan ekspresi 'tak mampu menemukan data.'
Sejauh yang kutahu,di antara para Artificial Intelligence termutakhir,standar tertingginya adalah AI yang dipanggil Yui,program konseling yang dikembangkan untuk tujuan pemeliharaan SAO lama,yang sekarang ini telah menjadi 'putri' ku dan Asuna.Selama dua tahun itu,ia terus-menerus bicara pada tak terhitung jumlah player,memonitor mereka,dan telah berhasil membangun database yang mengagumkan dalam hal merespon.Saat ini,ia berada pada level dimana ia bisa dianggap 'program penjawab otomatis' dan 'kecerdasaan sejati.'
Namun,Bahkan Yui sekalipun tidaklah sempurna.Terkadang,ia akan memiringkan kepalanya di saat database tak memiliki suatu informasi,dan akan menyalah artikan 'kemarahan yang terpampang' milik manusia dengan 'rasa canggung saat mencoba menyembunyikan rasa malu'.Tepat saat itulah ia akan memperlihatkan ekspresi 'seperti AI'.
Akan tetapi,Eugeo,Selka,dan yang lain tak menunjukkan sesuatu semacam itu.Bila semua penduduk desa Rulid adalah....AI,program yang tercipta sebagai anak laki-laki,gadis,nenek tua,orang dewasa dan yang lain,dalam hal tertentu,STL memiliki sebuah teknologi yang melampaui kata mutakhir.Tapi pada akhirnya,aku benar-benar tak bisa membayangkan hal ini sebetulnya bekerja...
Aku yang memikirkan hal ini,bangkit dari tempat tidur,dan mendaratkan kakiku di lantai.
Ada sebuah lampu minyak tua di atas dinding kasur.Cahaya jingga kekuningan berkerlip-kerlip,mengeluarkan bau terbakar yang aneh.Tentu saja,aku tak pernah menyentuh benda semacam ini di kehidupan nyata,namun di tempatku berbagi kamar dengan Asuna di Alfheim memiliki lampu yang mirip,jadi aku dengan setengah sadar menjulurkan tanganku untuk menyentuh permukaannya.
Akan tetapi,disini tak ada satupun pop-up window pengoperasian.Aku mendadak memikirkan sesuatu dan menggunakan kedua jari-jariku untuk mrngikuti pergerakan yang bukan sebuah perintah isyarat,namun sesuatu yang disebut «Stacia Seal». Aku lalu menyentuh permukaan lampu tadi,dan sebuah kilauan ungu muncul saat itu juga.Akan tetapi durabilitas lampu inilah satu-satunya hal yang muncul,tak ada tombol untuk meng-ON maupun meng-OFF kan cahayanya.
Sialan.Selka jelas-jelas tak akan mengatakan kepadaku cara mematikan lampu ini dengan mudah tanpa terlebih dulu mengomel...Tepat ketika sedang panik-paniknya,aku menemukan sebuah kenop kecil di dasar lampu tadi. Biarin,coba dulu aja ngapa.KyuKyu.Bersamaan dengan suara logam itu,sumbunya menebal,dan lampunya megeluarkan jejak asap tipis sebelum padam.Cahaya rembulan yang menembus jendela,mendarat di dalam kamarku yang terselimuti dalam kegelapan,meninggalkan seberkas garis putih keperakan.
Aku akhirnya berhasil merampungkan misi dengan kesulitan tinggi ini,kembali ke pinggiran kasur,meletakkan bantal di posisi yang pas,dan kembali berbaring.Aku merasa sedikit kedinginan,jadi kupakai selimut yang Selka berikan tadi.Aku jadi mengantuk.
—Jika mereka bukan manusia,mereka itu apa?
Di sudut pikiranku,aku telah menemukan jawabannya...Akan tetapi,aku merasa takut untuk mengatakannya.Umpama aku benar—sang pengembang yang disebut RATH telah mengulurkan tangannya ke ranah Tuhan.Ketika dibandingkan dengan ini,proses yang menggunakan STL untuk memahami jiwa manusia tersebut telah mencapai level dimana mereka seperti sedang bermain-main dengan Kotak Pandora menggunakan jari-jemari mereka. Aku masuk ke dalam alam mimpi dan mendengarkan suara yang asalnya jauh di dalam kesadaranku.
Sekarang bukan waktunya untuk melarikan diri.Aku harus menuju Capital.Setibanya disana,aku akan mencari alasan kenapa aku ada di dunia ini....
KLANG!!
Aku nampaknya mendengar bunyi dentangan sebuah lonceng di kejauhan.
Tepat ketika aku mengganggap ini adalah suara dalam mimpiku,bahuku rasanya seperti sedang diguncang-guncang oleh seseorang,jadi aku menyelusupkan kepalaku ke dalam selimut dan menggerutu,
"Uu—10 menit lagi...nggak,5 .... "
"Nggak boleh.Ini sudah waktunya bangun."
"3menit....3 menit aja..."
Seiring dengan bahuku yang terus berguncang,sedikit perasaan bingung membuatku kehilangan rasa kantukku.Jika saja itu adalah adik perempuanku Suguha yang membangunkanku,ia tak akan menggunakan tindakan-tindakan lembut semacam itu,sebaliknya ia akan berteriak-teriak,menjambak rambutku dan menarik-narik,mencubit hidungku dan melakukan tindakan-tindakan berbau kekerasan semacamnya,atau bahkan tindakan jahat seperti menarik futon.
Pada momen ini,aku tersadar bahwa dimana aku berada sekarang ini bukanlah kenyataan maupun Alfheim,dan aku menyembulkan kepalaku dari balik selimut wol.Aku sedikit membelalakkan mataku dan bertukar tatapan dengan Selka,yang berpakaian ala sister.Si sister magang ini menurunkan kepalanya dan melihat ke arahku.
"Sudah jam 5.30.Anak-anak semuanya sudah pada bangun dan mandi.Jika kau tak buruan,kau tak akan cukup waktu untuk Sembahyang."
"...Oke,Aku akan datang kok... "
Aku tinggalkan kasur hangat dan istirahat penuh kedamaian tadi tanpa rasa penyesalan dan duduk.Aku melihat ke sekitar,dan keadaaanya sama seperti ingatanku tadi malam.Ini adalah kamar untuk tamu yang berada di lantai dua gereja Rulid.Dengan kata lain,tubuhku melewati dunia virtual Underwoorld yang diciptakan oleh Soul Translator.Pengalaman menakjubkan semacam itu nampaknya tak akan berakhir hanya dalam satu malam.
"Jadi ini hanya nampak seperti sebuah mimpi,huh?"
"Eh,Apanya?"
Mendengarku menggumankan kata-kata ini,Selka menampakkan eksperesi kaget.Melihat hal ini,aku buru-buru menggelengkan kepala.
"Nggak.Bukan apa-apa kok.Aku akan ganti baju dan datang.Di aula peribadatan lantai satu kan?"
"Un,tak peduli kau seorang tamu ataupun anak hilang Vector,kau harus berdoa pada Dewa Stacia selama kau tinggal di dalam gereja.Setiap cangkir minuman adalah anugerah dari kemurahan hati Dewa,dan kita patut bersyukur akan hal ini.Itulah yang dikatakan Sister pada kami... " Ia akan lanjut berceloteh ria tentang ini terus menerus jika hal ini berlanjut,jadi aku buru-buru bangkit dari tempat tidur.Aku membalik sedikit ujung kaos tipis ini,bersiap-siap untuk melepaskan piyama yanng aku pinjam,dan Selka mengeluarkan suara kebingungan.
"I,Itu akan dimulai dalam 20 menit.Jangan sampai telat !Kau harus mencuci mukamu dengan air sumur diluar sana."
Patapata,ia berjalan keluar kamar,dengan cepat menutup pintu dan lenyap dari pandanganku.Reaksi ini jelas-jelas bukanlah sesuatu yang NPC bisa lakukan...Aku memikirkannya sambil melepaskan kaos ku dan memasukkan «Initial Equipment» ku yang tersandar di kursi,tunik lengan pendek ke kepalaku.Aku menuurunkannya sampai hidung dan mengendusnya,dan hanya menemukan tak ada bau keringat disana.Seperti dugaan,mikroorganisme dan hal-hal lain semacamnya tak bisa di replika.Mungkin kerusakan seperti noda-noda maupun lubang-lubang dikendalikan oleh nilai durabilitas yang disebut «Life».
Sambil memikirkan hal ini aku memunculkan «Window» tunik ini,durabilitas yang nampak adalah angka [44/45]. Kelihatannya itu bukan apa-apa untuk waktu sementara,namun jika aku ingin tinggal di dunia ini untuk waktu yang lama,aku harus mencari pakaian ganti dan karenannya aku harus menemukan cara untuk mendapatkan barang-barang dan uang.
Aku terus berpikir sambil mengganti pakaianku,lalu berjalan keluar kamar.
Aku berjalan menuruni tangga dan keluar dari pintu belakang di samping dapur.Matahari terbit yang indah telah berada di atas kepalaku.Ia bilang ini masih belum jam 6,namun bagaimana yah penghuni dunia ini menentukan waktu?Aku tak bisa melihat benda apapun yang terlihat seperti sebuah jam,di kafetaria maupun ruang keluarga.
Aku menundukkan kepalaku dan melangkah ke jalanan berbatu.Segera,aku melihat sebuah sumur yang berdindingkan batuan.Anak-anak nampaknya telah menggunakannya tadi karena lumut yang menempel mengelilingi sumur ini basah.Aku membuka penutupnya, melemparkan ember kayu dengan tali yang terikat dengannya ke bawah,dan sebuah suara merdu Kolakakapon bisa terdengar.Kutarik dan kuangkat seember penuh air bening lalu kutuangkan ke dalam bak disampingku.
Aku meraup air sumur sedingin es tadi dengan kedua tanganku untuk membasuh muka dan meminumnya satu tegukan penuh.Di momen ini,rasa kantukku hilang tak berbekas.Menurutku aku tidur sebelum pukul 9 kemarin,dan meski aku bangun pagi-pagi,aku harusnya telah tidur selama 8 jam....Sambil memikirkan tentang hal ini,aku tenggelam dalam pemikiranku lagi.
Jika ini memang Underworld,mekanisme FLA mungkin masih sedang berjalan.Jika kecepatannya adalah tiga kali lipat,waktu tidurku yang sebenarnya seharusnya kurang dari 3 jam.Jika ini ide fantastik yang terlintas olehku kemarin,yaitu bahwa mesin ini berakselerasi 1000 kali lipat,itu berarti 8 jam sebenarnya sama dengan 30 detik.Emang bisa waktu sesingkat itu membuat pikiran begitu terjaga?
Serius deh,Aku tak mengerti sama sekali.Aku harus keluar dari sini secepat mungkin dan mengecek situasinya....Akan tetapi,suara lembut ketika aku hendak tidur semalam terus terngiang-ngiang di dalam telingaku.
Aku bisa terbangun di dunia ini dengan kesadaran milik Kirito—Kirigaya Kazuto .Apakah itu karena insiden janggal tertentu atau keinginan seseorang,aku mungkin ada disini untuk menyelesaikan sebuah misi,kurasa?Aku bukanlah teroris di dalam kehidupan nyataku,namun di sisi lain,aku takkan menolak bahwa tiap-tiap eksistensi memiliki maksud tertentunya masing-masing.Jika begitu kasusnya,kenapa juga banyak orang yang kehilangan nyawanya dalam insiden SAO...
Bashaa! Aku sekali lagi menciduk air sumur setangan penuh dan mendeburkannya ke wajahku untuk menyela pemikiranku.Sekarang ini,aku punya dua langkah tindakan.Yang pertama,aku bisa mengivestigasi apakah disini ada karyawan RATH yang tahu bagaimana cara log out dari sini,dan yang kedua,aku harus mencari jalan menuju Capital agar mampu menemukan maksud aku ada didunia ini.
Yang pertama tidak terlalu rumit buatku.Aku tak terlalu yakin berapa kecepatan FLA,tapi dengan adanya teknisi RATH yang menyamar menjadi penduduk desa,mereka kemungkinan takkan tinggal disini selama bertahun-tahun,apalagi puluhan tahunan.Dengan kata lain,jika penghuni desa yang meninggalkan tempat ini untuk perjalanan bisnis atau liburan ada,itu artinya mereka sangat sangat mungkin adalah para pengamat.
Untuk yang kedua — sejujurnya sih,benar-benar tak ada cara yang baik untuk pergi kesana.Eugeo bilang sebelumnya kalau berkuda dari sini kesana membutuhkan waktu seminggu dan jika kita berjalan kaki melewati rute terdekat,itu akan membutuhkan waktu tiga kali lebih lama.Jika mungkin,aku benar-benar ingin mendapatkan kuda,tapi masih saja sih belum ada cara sama sekali untuk mendapatkannya,dan aku tak punya equipment dan uang untuk perjalanan.Aku pikir bersama Eugeo adalah pilihan terbaik,tapi ia punya sebuah «Sacred Task» yang tak dapat ia selesaikan seumur hidupnya.
Apa aku langgar saja Taboo Index dan biarkan diriku ditangkap oleh ksatria atau begitulah sekiranya agar membuat hal itu lebih cepat.Akan tetapi,kemungkinan besar aku akan dijebloskan ke dalam sel penjara secara langsung,dan aku harus bersabar beberapa tahun melakukan pekerjaan kasar,memanggul bongkahan-bongkahan batu.Itu akan membutuhkan sedikit kesabaran.Tapi sebelum itu terwujud,aku mungkin akan dijatuhi hukuman mati.
Kalau begitu,aku sebaiknya bertanya pada Eugeo apakah ada Sacred Art yang memiliki mantra pelepasan atau membangkitkan kembali diri seseorang.Tepat ketika sedang memikirkannya,Selka,menyembulkan kepalanya dari pintu belakang gereja dan seiring melihatku,ia berteriak,
"KIRITO,MAU SAMPAI KAPAN KAU MAU MANDI!?SEMBAHYANGNYA SUDAH DIMULAI!!"
"Ahh,un....maaf.Aku akan datang sekarang."
Aku buru-buru mengangkat tanganku,mengembalikan penutup sumur dan ember tadi dan buru-buru kembali masuk ke dalam bangunan gereja. Setelah melalui sembahyang yang khusyuk dan sarapan pagi yang berisik,para anak-anak pergi keluar untuk mencuci pakaian,sementara Selka dan Sister Azariya menuju ke perpustakaan untuk belajar Sacred Art yang sama.Untukku,yang pada dasarnya hidup secara gratis disini,hal ini membuatku merasa ada sedikit perasaan tak enak dalam diriku.Aku memendam perasaan itu sembari berjalan keluar gerbang gereja dan menuju ke alun-alun pusat desa untuk ketemuan dengan Eugeo.
Beberapa menit kemudian,sesosok familiar berambut coklat muncul dari arah menghilangnya kilauan cahaya mentari pagi.Lalu,menara jam dibelakang gereja mendentangkan melodi yang sederhana namun elegan.
"Ahh....aku tahu."
Mendengar apa yang aku katakan di momen aku bertemu dengannya,Eugeo,membelalakkan matanya dengan kaget.
"Pagi,Kirito.Apa maksudmu dengan "aku tahu" barusan?"
"Pagi,Eugeo.Yah,itu loh...aku menemukan kalau melodi lonceng tadi berbeda-beda tiap jamnya.Dengan kata lain,penduduk desa ini menggunakannya untuk menentukan waktu."
"Tentu saja,ya begitulah.Lagu pujian untuk «Cahaya Solus» dibagi menjadi 12 irama.Ditiap-tiap pertengahan baitnya,akan ada sebuah dentangan.Sayangnya,bunyinya tak mampu mencapai Gigas Cedar,jadi aku hanya bisa mengecek waktu melalui ketinggian Solus." "Aku tahu....jadi itu artinya nggak ada ‘jam’ di dunia ini"
"Jam....?Apaan tuh? "
Ini buruk.Jangan-jangan istilah semacam itu tak ada disini?Aku mberkeringat dingin di dalam hatiku dan mencoba menjelaskan.
"Erm,jam adalah...sebuah alat yang berbentuk piringan bundar dengan angka-angka di atasnya dan ia ia punya jarum berputar untuk menunjukkan waktu... "
Mendengar itu,wajah Eugeo secara tak terduga mengeluarkan kilauan dan mengangguk.
"Ahh...yang itu to.Aku pernah lihat di buku gambar ketika aku kecil.Dahulu kala,di pusat Capital nampaknya ada sebuah bangunan yang disebut «Divine Instrument of Engraved Time»,namun orang-orang terkadang melihat ke Divine Instrument itu dan tak pernah bekerja dengan serius,hal itu membuat Dewa marah,dan Ia menghancurkan Divine Istrument itu dengan halilintar.Mulai saat itulah,manusia hanya dapat menentukan waktu berdasarkan pada bunyi dentangan lonceng."
"He,Heh...yah,aku selalu khawatir sih kapan waktunya pelajaran selesai... "
Aku mengatakan sesuatu yang ngawur tanpa berpikir dua kali,lagi,dan untungnya,kali ini aku tak kebablasan.
"Ahaha.Jadi begitu to.Dulu ketika aku belajar di gereja,aku selalu nungguin tuh waktunya lonceng tengah hari berdentang."
Eugeo terkekeh-kekeh sambil memalingkan muka.Aku mengikuti arah pandangannya dan akhirnya melihat menara jam gereja.Di jendela yang didesain seperti talang berbentuk mirip koin,lonceng-lonceng segala ukuran berkilauan di dalamnya.Akan tetapi,meski lonceng-lonceng tadi berdentang,tak ada satu orang pun yang dapat terlihat disana.
"Lonceng itu....kok bisa ya berdentang?"
"Serius deh,Kirito,kok bisa sih kau lupa soal hal itu?"
Eugeo mengatakannya dengan suara kaget namun gembira,berdehem di tengah kalimat,dan melanjutkan,
"Nggak butuh siapa-siapa kok buat membunyikannya.Ini adalah satu-satunya Divine Instrument yang ada di desa,ia akan secara teratur mendentangkan hymne pujian tanpa telat sedetik pun.Tentu saja nggak cuma desa Rulid yang memiliki instrumen ini.Zakkaria dan desa-desa serta kota-kota lainnya mereka semua memilikinya...ahh,tapi,bukan itu juga sih Divine Instrument satu-satunya..."
Penuturan penuh semangat Eugeo,yang sangat jarang,dan akhirnya kehilangan suara di bagian akhirnya,membuatku mengernyit.Akan tetapi,Eugeo nampaknya tak ingin melanjutkan diskusi mengenai hal ini seraya ia menepukkan tangannya pelan dan berkata,
"Sekarang,aku ada sesuatu yang harus kulakukan.Apa rencanamu hari ini,Kirito?"
"Gimana yah... "
Aku berpikir sejenak.Meski aku ingin berjalan-jalan berkeliling desa,aku mungkin akan dapat masalah jika sendirian.Jika aku bisa bertanya pada Eugeo apakah ada penduduk yang pergi keluar desa seperti yang aku bayangkan dan dalam rangka mencoba membujuk Eugeo untuk pergi menuju Capital untuk menuntaskan rencana kejamku,aku harus mencari tahu apa Sacred Task yang diemban Eugeo.
"...Kalau boleh,biarkan aku membantumu hari ini,Eugeo."
Setelah memikirkannya masak-masak,aku mengatakan kata-kata tadi,dan Eugeo menyeringai sambil mengangguk.
"Tentu saja,dengan senang hati akan kuajak kau.Aku dah kepikiran kau akan berkata begitu.Nih lihat,aku bawa uang untuk beli roti yang cukup buat dua orang."
Ia mengeluarkan dua keping koin perunggu dari celana pendeknya,yang mengeluarkan bunyi bergemerincing di telapak tangannya.
"Erm,gimana yah,aku benar-benar nggak enak sudah menyusahkanmu."
Setelah melihatku menggelengkan kepala dan menggoyangkan tanganku,Eugeo mengangkat bahu dan tersenyum.
"Nggak usah khawatir.Aku dapat gaji dari tempat ketenagakerjaan desa,dan sebenarnya nggak ada apa-apa yang bisa kubelanjakan dengan gaji tadi,jadi yah kutabung sajalah."
Oh,itu bagus,benar-benar bagus.Jika begitu kan,aku jadi punya uang untuk pergi ke Capital.Benakku mulai melahirkan pikiran-pikiran nggak berguna.Sekarang ini,yang tersisa adalah Eugeo menyelesaikan Sacred Task nya dengan menebang pohon raksasa tu.
Hatiku sedang memikirkan sebuah agenda licik,namun aku menampakkan tatapan menyesal.Melihatku seperti ini Eugeo masih mempertahankan senyumannya dan berkata, 'Yuk berangkat' sebelum berjalan ke selatan.Aku mengikutinya dari belakang dan melihat keatas kembali padamenara jam yang akan dengan otomatis berdentang tiap jamnya.
Ini benar-benar dunia yang menakjubkan.Meskipun ia menciptakan sebuah kehidupan pedesaan yang realistik,kehadiran sebuah VRMMO masih tak bisa dibantahkan.Di jalanan utama semua lantai di Kota Mengambang Aincrad,terdapat sebuah lonceng yang menujukkan waktu.
Sacred Art— dan Gereja Axiom;keduanya kemungkinan besar adalah nama palsu untuk mantra dan Sistem Dunia ini.Kalau begitu kasusnya,gimana caranya kita menjelaskan «Tanah Kegelapan» yang ada di luar dunia ini?Apa itu adalah counter-system...
Sementara aku sedang berpikir dalam-dalam,Eugeo,yang ada disampingku,tiba di depan sebuah tempat yang terlihat seperti toko roti dan menyapa nenek tua pemilik toko yang mengenakan apron sebelum membeli empat roti.Aku memandang ke dalam toko,dan melihat seorang pria berpakaian seperti penjaga toko sedang mengadoni adonan roti.Aroma dari dalam tempat itu melayang keluar melalui jendela besar.
Dalam sejam,atau mungkin 30 menit,aku bisa membeli roti yang baru matang dari panggangan itu,namun menjadi tak bisa fleksibel mungkin adalah bagian dari «Sacred Task». Pekerjaan Eugeo yaitu untuk mencapai hutan dan mengayunkan kapak memiliki timing tetap yang tak dapat segitu mudahnya diubah.Karena aku cuma bisa mengajaknya untuk menemaniku dalam perjalanan setelah ia menuntaskan «Sacred Task» nya,rencanaku takkan selesai segitu mudahnya deh.
Tapi nggak peduli apapun,sistem selalui memiliki lubang keamanan.Bahkan seorang sepertiku yang identitas dan asal muasalnya tak diketahui akan bekerja dengannya sebagai asisten.
Kami berjalan menuju lengkungan gerbang di selatan dan melangkah diatas jalan setapak yang melewati ladang-ladang gandum yang menghijau seraya menuju ke arah hutan lebat.Dari sini,aku bisa melihat dengan jelas pohon raksasa Gigas Cedar yang menjulang ke langit.
Eugeo dan aku terus bergantian mengayunkan Dragon Bone Axe dengan keras,dan tahu-tahu,matahari yang disebut Solus telah meninggi ke posisi tengah hari.
Aku terus menerus menggerakkan lenganku yang serasa seberat timah dan mengayunkan ayunan ke 500 yang menusuk dalam-dalam pohon tinggi besar ini.KOONG! Sang pohon besar itu mengeluarkan serbuk-serbuk gergaji yang bertebaran layaknya pasir, memperlihatkan nilai durabilitas yang benar-benar tinggi dari pohon yang sedikit tergores itu.
"Uwahhh,nggak bisa.Aku nggak sanggup mengayunkannya lagi."
Aku berteriak sambil melemparkan kapak ke tanah sebelum berbaring di rerumputan seolah-olah kekuatanku konslet.Aku menerima botol air yang disodorkan Eugeo dan dengan rakus meneguk cairan manis bernama «Siral Water» — Aku masih nggak paham bahasa apa sih ini.
Eugeo hanya tersenyum santai sembari melihat ke bawah ke arahku yang ada dalam keadaan sekarang ini,sebelum berkata dengan nada bicara layaknya guru,
"Tapi kau benar-benar punya sedikit bakat yah,Kirito.Suwer.Kau berhasil menyerap dasar-dasarnya cuma dalam 2 hari."
"...Tapi aku masih belum bisa mengejarmu sama sekali,Eugeo..."
Aku menghela nafas dan membenarkan posisi dudukku,bersandar pada Gigas Cedar.
Karena aku telah mengayunkan kapak berat itu sepanjang pagi ini,aku meraih peningkatan besar-besaran pada stats ku di dunia ini.
Aku sih sudah tahu,tapi stats tadi masih jauh dari kata kekuatan sekelas manusia super dan kecepatan pendekar pedang Kirito yang dimilikinya dahulu di SAO.Meski begitu,mungkin saja Kirigaya Kazuto yang lemah di dunia nyatalah yang dijadikan referensinya.Jika ini adalah aku di dunia nyata,setelah aku mengayunkan kapak seberat itu dalam waktu sejam kayak gini,pastinya deh aku akan menderita nyeri otot di sekujur tubuh dan takkan mampu bangun dari tempat tidur di hari kedua.
Dengan kata lain,kekuatannku yang sekarang sebanding dengan pemuda berumur 17,18 tahun di dunia ini.Kekuatan Eugeo jauh melampaui diriku,seperti yang diharapkan dari seseorang yang telah mengerjakan ini selama 7 tahun.
Untungnya,feeling dari avatar atau penggambaran kekuatannya masihlah sama atau bahkan lebih efisien daripada VRMMO-VRMMO yang kumainkan sebelumnya.Selain itu,mengayunkan kapak beberapa ratus kalia sambil mewaspadai berat dan lintasan ayunannya,aku akhirnya mendapatkan kepercayaan diri untuk menggenggam kapak ini tanpa memerlukan kekuatam dengan jumlah yang sangat besar.
Juga,aku telah mengulang-ulang latihan rutin yang sama tak terhitung beberapa kali jumlahnya di Aincrad lama,bahkan melewatkan waktu makan dan tidurku untuk melakukannya,jadi ini mungkin area yang paling ku kuasai.Paling tidak aku takkan kalah dari Eugo dalam hal keteguhan tekad— Nggak...tunggu dulu.Kupikir aku baru melewatkan sesuatu yang penting disini...
"Nih,Kirito."
Eugeo melemparkan 2 roti kepadaku,yang mana hal itu mengerem gerbong kereta pemikiranku.Aku buru-buru menjulurkan tanganku untuk menangkap keduanya.
"...?Ada yang salah?Raut mukamu jadi aneh tuh,tahu nggak?"
"Ah...nggak kok..."
Aku akhirnya berhasil meraih ujung jalur pemikiranku yang hampir pergi meninggalkanku,namun serpihan-serpihan yang tersisa tadi hanyalah kesan yang membingungkan dan samar-samar,itulah apa yang kupikir sebagai sesuatu yang penting.Yah,jika itu memang penting,akan aku pikirkan di lain waktu.Aku lalu mengangkat bahu dan berterima kasih pada Eugeo,
"Makasih.Kumakan ya kalau begitu. Itadakimasu."
"Maaf rotinya masih sama kayak yang kemarin."
"Nggak,nggak apa-apa kok."
Aku membuka mulutku dan mengambil sebuah gigitan besar.Rasanya sih enak—namun sejujurnya roti ini masih terlalu keras.Eugeo mungkin juga merasakan hal yang sama sembari ia mencoba yang terbaik untuk menggerakkan rahang bawahnya.
Kami berdua lanjut menghabiskan waktu beberapa menit memakan roti yang pertama sambil bertukar tatapan satu sama lain,kami saling tersenyum tipis.Eugeo meminum seteguk Siral Water dan menatap ke kejauhan.
"...Aku benar-benar ingin kau mencicipi pastel buatan Alice,Kirito...kulit luarnya yang renyah,dipenuhi dengan isian yang juicy....memakannya ditemani susu sapi perah segar,membuatku merasakan kelezatan yang jarang ada di dunia ini."
Sembari ia mengatakan itu,lidahku secara tak sadar nampaknya merasakan rasa pastel itu sambil meneteskan air liur.Aku segera menggigit roti keduaku dan bertanya tanpa berpikir,
"Lalu Eugeo.Orang itu...Alice,ia belajar Sacred Art di gereja,ya kan?Untuk menjadi penerus Suster Azariya."
"Un,begitulah.Ia disanjung-sanjung sebagai anak ajaib pertama bahkan semenjak desa ini dibangun,dan ia mampu menggunakan banyak Sacred Art diumurnya yang baru sepuluh tahun."
Eugeo mengatakannya dengan nada bangga.
"Kalau begitu....gadis bernama Selka yang belajar di gereja sekarang ini adalah..."
"Un...Sister Azariya benar-benar terpukul ketika Alice dibawa pergi oleh Integrity Knight dan berkata ia takkan pernah lagi mengangkat murid.Akan tetapi,kepala desa Gasupht berusaha untuk membujuknya dan dua tahun yang lalu,si murid baru Selka,ikut ke gereja.Ia adalah adik Alice."
"Adik toh....heh..."
Jika aku harus bilang pun,harusnya ia adalah kakak perempuan yang galak.Aku mengingat-ingat Selka dalam otakku yang sedang memberikan kesan semacam itu saat aku mengatakannya.Semenjak Alice adalah kakaknya,ia pasti adalah orang yang peduli pada orang lain dan juga usil.Ia seharusnya bisa menjadi pasangan yang baik bagi Eugeo.
Aku memikirkan ini sambil menatap Eugeo.Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu sembari mengernyit.
"...Karena usia kami beda 5tahun,aku jarang bermain dengan Selka.Saat aku berkunjung main ke rumah Alice dari waktu ke waktu,ia sering ngumpet dibelakang ibu atau neneknya dengan malu-malu...ayahnya,Gasupht,semua orang bahkan Suster Azariya percaya kalau adik Alice memiliki bakat dalam Sacred Art dan menanti-nantikannya...namun...."
"Selka tak punya bakat seperti kakaknya,ya kan?"
Mendengar pertanyaan menjurusku,Eugeo menjadi murung dan mengangguk.
"Kita sebenarnya nggak bisa bilang begitu juga sih.Nggak peduli siapapun orangnya,jika baru mulai melakukan Sacred Task,mereka nggak mungkin bisa melakukannya dengan baik.Hal itu sama juga buatku dan aku saja baru berhasil menggenggam dan menggunakan kapak besar ini dengan benar setelah lebih dari 3 tahun lamanya.Yah begitulah...untuk Selka yang baru 12 tahun,ia telah bekerja sedikit terlalu keras..."
"Terlalu keras?"
"...Dulu ketika Alice mulai belajar Sacred Art,ia nggak tinggal di gereja.Ia hanya belajar sampai tengah hari,lalu ia menyerahkan bento padaku sebelum pergi untuk membantu beres-beres rumah di sore hari.Namun,Selka menggunakan alasan kalau dia nggak akan punya cukup waktu untuk belajar dan pindah dari rumahnya.Kebentulan sekali Jana dan Algu pindah ke gereja,dan Suster sendiri pastinya tak mampu menangani mereka,jadi Selka mungkin juga punya suatu alasan untuk pindah ke gereja."
Aku mengingat-ingat Selka yang dengan telaten merawat anak-anak.Aku tak bisa bilang betapa sulitnya itu,namun untuk seorang berumur 12 tahun yang harus belajar sambill merawat 6 anak kecil,itu bukan perkara yang gampang.
"Aku tahu...dan Aku, si «Anak Hilang Vector»yang dengan tiba-tiba pindah kemari.Paling tidak aku harusnya nggak memberi banyak masalah pada Selka. "
Aku pasti akan bangun pukul 5.30 mulai dari besok.Dengan ketetapan itu,aku melanjutkan topik pembicaraan barusan dengan berkata ‘okelah kalau begitu.’
"Anak-anak selain Selka yang hidup di gereja itu semuanya kehilangan orang tua mereka?Apa orang tua mereka mati?Kok bisa ya enam orang mendapat musibah semacam ini di waktu yang sama padahal di suatu desa yang damai?"
Mendengar pertanyaanku,Eugeo terlihat sedikit tertekan,dan menundukkan kepalanya melihat rerumputan yang tumbuh tak terlalu jauh.
".... Itu terjadi 3tahun yang lalu.Ssebuah wabah menyebar di desa yang tak pernah terlihat selama hampir 100 tahun,menyebabkan 20 orang segala usia meninggal dunia.Suster Azariya dan tabib Ivenda mencoba segala macam cara,namun tak mampu menyembuhkan demam orang-orang tersebut.Anak-anak yang ada di gereja kehilangan orang tuanya karena hal itu." Jawaban tak terduga tersebut membuatku terdiam.
—Infeksi?Tapi ini kan dunia virtual.Nggak ada bakteri maupun virus yang mungkin bisa hidup disini.Dengan kata lain,orang-orang yang mati tersebut disebabkan karena virus yang ditularkan dengan maksud tertentu oleh orang-orang yang mengendalikan dunia ini atau sistem.Akan tetapi,kenapa?Kemungkinan besar,mereka ingin menggunakan suatu bentuk musibah untuk menciptakan suatu beban cobaan bagi mereka,tapi kenapa juga mereka menjalankan simulasi semacam itu?
Pada akhirnya.semua menjurus pada satu arah.Bahwa kenapa dunia ini ada—
"Itu bukan wabah belaka.Baru-baru ini,banyak hal yang aneh terjadi.Beruang liar bercakar panjang,seringgala berbulu hitam menyerang orang-orang dengan kawanannya,kuncup gandum yang tak mampu mengembang... bahkan kereta kuda yang biasa berkelana dari sini ke Zakkaria tak muncul-muncul selama berbulan-bulan.Isunya sih...ada suku Goblin yang muncul disini. " "A,apa kau bilang?"
Aku berkedip berkali-kali.
"Goblin...tunggu,bukannya para Integrity Knight melindungi perbatasan negeri ini?"
"Tentu saja.Suku-suku kegelapan yang bermukim dekat Mountain Range at the Edge harusnya telah dibasmi seketika oleh para Integrity Knight.Ini adalah tugas yang diemban para Integrity Knight,karena suku-suku itu adalah orang-orang yang lebih bermasalah daripada Alice,yang hanya menyentuh sedikit Tanah Kegelapan."
"Eugeo..."
Aku merasa suara tenang Eugeo mendadak berubah menjadi sesuatu yang bisa kupahami sebagai nada bicara bermuram hati,sesuatu yang mengagetkanku.Akan tetapi,perasaan itu segera sirna di saat bibir cowok itu perlahan menampakkan senyuman lagi.
"...Itulah kenapa aku hanya menganggapnya sebagai rumor belaka.Tapi selama 2 atau tiga tahun yang lalu,ada banyak sekali batu nisan-batu nisan baru disini.Jii-chan bilang ini situasi yang normal."
Ngomong-omong,sekaranga adalah waktu yang tepat untuk bertanya.Aku pura-pura tak tahu apa-apa dan dengan hati-hati bertanya, "...Hey,Eugeo.Sacred Art....bisa nggak mereka menghidupkan kembali manusia?"
Ia hanya melontarkan tatapan tak percaya padaku lagi.Secara tak terduga,Eugeo menggigit bibirnya pelam dengan raut wajah serius dan mengangguk dengan terlihat seolah-olah tak terlalu yakin juga.
"...Hampir semua orang di desa tak tahu menahu tentang ini,namun diantara Sacred Art-Sacred Art level tertinggi ada mantra yang bisa memperpanjang batas umur seseorang.Itu yang Alice bilang."
"Meningkatkan....Life?"
"Un,Life yang dimiliki semua orang dan benda...termasuk kau dan aku,nggak akan bisa bertambah secara normal,Kirito.Contohnya,Life manusia terus meningkat mulai dari mereka bayi ke masa kanak-kanak lalu sampai ke tahap dewasa,dan mencapai nilai Life maksimumnya pada usia 25 tahun.Setelah itu,perlahan-lahan nilai itu akan menurun dan menjadi 0 di usia sekitar 70,80-an,sebelum dipanggil kembali oleh Stacia.Kau lupa tentang ini semua ya,Kirito? "
"Ah,ahh"
Tentu saja,ini pertama kalinya aku mendengar ini seraya dengan hati-hati aku mengangguk.Apa yang Eugeo katakan bahwa nilai maksimun Hit Points seseorang akan turun naik sebanding umurnya.
"Akan tetapi,jika seseorang terluka atau jatuh sakit,Life mereka akan berkurang drastis.Jika luka-lukanya terlalu fatal,orang itu akan mati karenanya.Namun,seseorang bisa mengembalikan Life menggunakan Sacred Art dan obat-obatan,meskipun yah itu akan mencapai nilai maksimumnya.Manula tak bisa mendapatkan kembali Life yang pernah mereka punya di masa mudanya tak peduli pengobatan macam apa yang mereka jalani,dan sama halnya dengan orang-orang yang terluka terlalu parah mereka tak bisa disembuhkan...."
"Tapi ada kan mantra untuk mengakalinya?"
"Alice bilang ia benar-benar terkejut saat ia melihat ini dalam buku-buku kuno.Ia menanyakan ini pada Suster Azariya,dan yang dilihatnya hanyalah Suster yang membuat sebuah ekspresi ngeri dan menasihatinya untuk melupakan apa-apa saja yang ia lihat tadi....jadi aku tak begitu yakin tentang detailnya.Namun,disana disebutkan bahwa ada sebuah mantra yang hanya bisa digunakan oleh Pendeta Agung Gereja Axiom,dana itu bukanlah mantra yang digunakan untuk menyembuhkan atau mengobati penyakit,tapi mantra berimbas langsung pada Life..atau sesuatu seperti itulah.Tentu saja aku tak pernah melihat mantra khusus itu sama sekali. "
"Heh...Pendeta Agung?Itu artinya para rahib gereja bisa menggunakan Sacred Art kan?"
"Tentu saja.Sumber kekuatan dibalik sacred art adalah «Sacred Power» Dewa Solus dan Dewa Terraria yang bertebaran di langit dan bumi.Mantra-mantra berskala besar membutuhkan banyak sekali Sacred Powet.Jika saja ada mantra yang benar-benar dahsyat sampai bisa mengendalikan Life manusia,nggak akan cukup deh bahkan jika seluruh Sacred Power yang ada di seantero hutan ini dikumpulkan.Menurutku,bahkan kota Zakkaria yang punya Spellcaster pun nggak akan bisa mengendalikan kekuatan sebesar itu."
Meski begitu;ia berhenti disini untuk sejenak,dan meneruskannya dengan suara lirih,
"Dan...jika saja Sister Azariya mampu menggunakan mantra semacam itu,ia takkan melihat para putra-putri dan orang tua anak-anak itu meninggal seperti itu."
"Aku mengerti..."
—Dengan kata lain,bahkan jika aku mati disini,aku takkan kembali ke altar gereja dan bangun diiringi suara organ yang merdu.Jika aku mati,aku mungkin akan terbangun di STL yang ada di kehidupan nyata.Nggak,masalahnya bukan itu,Aku benar-benar akan merasa terganggu.STL tak punya kemanpuan untuk menghancurkan Fluctlight—mungkin sih.Harusnya alat itu berbeda dengan NerveGear.
Akan tetapi mencoba bunuh diri harusnya adalah metode terakhir untuk meninggalkan tempat ini.Keberadaan Underworld telah menjadi sesuatu yang kuyakini ada di dalam pikiranku,dan bahkan jika aku tahu akan hal ini,apa nggak apa-apa nih bagiku untuk pergi tanpa tahu apa alasanku ada di dunia ini—jiwaku memberikan pendapat semacam itu jauh dari dalam relung jiwaku.
Aku benar-benar ingin pergi ke Capital,melabrak masuk ke dalam markas pusat Gereja Axiom atau semacamnya dan menanyakan seluruh pertanyaan di dalam benakku pada para «Pendeta Agung»,namun aku tak punya cara untuk melakukannya.Tak ada sarana transportasi yang bisa digunakan untuk berpindah dari kota ke kota,dan hal inilah yang menjadi batasan pada kurangnya kemampuan permainan disini.Bahkan SAO saja punya Transfer Gate di hampir semua kotanya.
Jika ini memang VRMMO biasa,aku pastinya akan mempertimbangkan untuk mengirimkan email komplen pada operator.Akan tetapi,kalau saja aku tak bisa melakukannya,aku hanya perlu berusaha sekeras mungkin sepanjang system mengizinkannya.Ya,aku sering memikirkan hal ini selama pertempuran untuk menaklukkan boss di Aincrad.
Setela menghabiskan roti kedua,aku mengangkat botol air minum yang diserahkan Eugeo tadi ke mulutku,meminumnya sambil melihat ke atas batang pohon besar ini yang menjulang sampai ke langit.
Aku harus minta bantuan Eugeo jika aku ingin menuju ke Capital,namun adalah hal yang tak mungkin untuk membuatnya menyerah pada tugas yang diembannya dengan sungguh-sungguh,karena hal itu dilarang oleh Taboo Index.Jika begitu,hanya ada satu jalan yang tersisa,yaitu menemukan cara untuk menangani pohon Cedar yang besarnya minta ampun ini.
Aku menoleh kebelakang,dan kulihat Eugeo sedang menepuk-nepuk celananya sebelumm berdiri.
"Baiklah,dah waktunya kita mulai pekerjaan sore hari kita.Aku yang mulai duluan.Tolong ambilkan kapaknya."
"Ahh."
Aku menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam Dragon Bone Axe yang ada disampingku dan akan menyerahkannya pada Eugeo.
Mendadak sebuah perasaan seperti tersengat listrik yang kuat terlintas di otakku.Ujung sesuatu yang hampir lepas dari telapak tanganku nampak tertangkap kembali,jadi aku dengan hati-hati berpikir.
Eugeo bilang kalau kapak biasa bilahnya akan dengan mudahnya hancur,itulah mengapa mereka pergi ke Capital untuk memesan Dragon Bone Axe besar ini.
Jika begitu,kita hanya perlu kapak yang lebih kuat.Kita gunakan saja kapak berkekuatan dan berdurabilitas lebih besar yang membutuhkan lebih banyak tenaga.
"B,Boleh aku ngomong,Eugeo."
Aku menahan nafas dan bertanya.
"Ada nggak kapak yang lebih kuat di desa ini?Kalau nggak ada,kalau di kota Zakkaria...udah tiga ratus tahun berlalu kan sejak kalian memesan kapak ini?"
Namun Eugeo menggelengkan kepalanya.
"Mungkin sih.Tulang naga adalah bahan baku senjata level tertinggi.Ia lebih keras daripada logam Damask di selatan dan logam permata di Timur.Jika ada sesuatu yang lebih keras,itu akan jadi sesuatu yang digunakan para Integity Knight...Divine Instrument..."
Ujung kata-kata ini memudar dengan suara yang bergetar,jadi aku memiringkn kepalaku dan menunggu-nunggu bagian akhir isi kata-katanya.Setelah sekitar menit yang sunyi,Eugeo berbisik seolah ia cemas akan keadaan sekitarnya.
"...Bukan kapak sih,tapi....sebilah pedang."
"Pedang?"
"Aku dah bilang kan di depan gereja kalau masih ada Divine Instrument lain selain «Clock that Tells the Time»,ingat nggak?"
"Ah..ahh."
"Faktanya,itu ada di dekat tempat ini..dan cuma aku yang tahu tentangnya.Selama enam tahun ini,aku telah menyembunyikannya dari semua orang...kau mau lihat,Kirito?"
"P,Pastinya pengen lah! Kumohon tunjukkan padaku!"
Aku berkata dengan antusias,namun Eugeo terlihat seperti ragu-ragu.Nggak begitu lama kemudian ia mengangguk dan menyerahkan kapak tadi padaku.
"Kalau begitu,kamu kerjain pekerjaan sore dulu deh,Kirito.Soalnya butuh sedikit waktu buat mengambilnya."
"Jauh toh tempatnya?"
"Nggak,cuma di dalam gubuk penyimpanan dekat-dekat sini kok,tapi...beratnya itu lo minta ampun deh."
Persis seperti apa yang Eugeo katakan di saaat aku menyelesaikan ayunan ke-50,ia akhirnya kembali,nampak agak kelelahan dan jidatnya berkeringat banyak. "O,oi,kau nggak apa-apa?"
Mendengar ini,Eugeo yang kehilangan tenaganya untuk menjawab,cuma mengangguk dan melemparkan objek yang telah ia sandarkan di bahunya itu ke tanah.DONK.Dengan suara kasar,di dalam hamparan rerumputan muncul cekungan besar.Aku menyerahkan bekal berisikan Siral Water pada Eugeo yang terengah-engah,dan mulai memandang benda yang ada di atas tanah itu.
Aku rasa-rasanya pernah melihat benda ini sebelumnya.Sebuah bungkusan yang berukuran 1,2m panjangnya.Tak diragukan,ini adalah item terbungkus yang diletakkan secara sembarangan di dalam gubuk ketika Eugeo meletakkan Dragon Bone Axe di sebelahnya.
"Boleh kubuka nih?"
"Ah..ahh.Hati-hati...loh.Jika itu mendarat di kakimu,kau nggak akan...terluka doang."
Eugeo yang terengah-engah berujar.Aku mengangguk padanya dan dengan dengan hati-hati menjulurkan tanganku.
Setelahnya,pingggangku rasa-rasanya mendapatkan kejutan seolah-olah dijepret.Nggak,bahkan jika ini kenyataan,pinggangku benar-benar akan salah urat.Serius deh,bungkusan ini berat banget.Aku memegangnya dengan kedua tanganku,namun ia tak mau digerakkan seolah dipaku ke tanah atau sesuatu semacam itulah.
Adik perempuanku Suguha telah berlatih dalam klub kendo dan telah menjadi kekar,jadi bisa dibilang ia nampak lebih berat daripada penampilannya —tentunya,aku nggak bisa mengatakan pemikiranku ini padanya —dan tanpa pakai dilebay-lebay-kan,benda terbungkus ini membuatku merasa itu seperti dirinya dalam artian tertentu.Aku memantapkan kakiku lagi dan bersusah payah mengumpulkan kekuatan di punggungku untuk mengeluarkan semua tenagaku kayak aku sedang mengangkat orang bego.
"Fuu..."
Mishi mishi.Kurasa sendi-sendi di dalam tubuhku saling bergesekan,namun bungkusan itu akhirnya mulai berpindah.Aku mengangkat bagian yang terikat talinya dan membaliknya 90 derajat sebelum membiarkan ujungnya menumpu tanah.Aku menggunakan tangan kiriku untuk menyangganya sekuat tenaga agar tak jatuh.Sedangkan tangan kananku melepaskan simpul tali dan menurunkan penutup kulitnya.
Didalamnya terdapat sebilah pedang panjang indah yang bahkan aku mau tak mau terpukau padanya.
Pangkal pedang dibuat dengan mulus dari perak,dan pegangannya terbalut dengan rapi dengan bahan kulit berwarna putih seutuhnya.Pelindung buku jarinya dihiasi ukiran dedaunan,dan sudah jelas tumbuhan apa yang terukir disana.Mau itu ujung pegangan atau sarung kulit berwarna putih,mereka semua terbalutkan dengan setangkai mawar gemerlapan yang terukir dari giok.
Ia memberikan kesan benda antik,namun tak ada setitik pun karat di atasnya.Ia bagaikan telah tidur selama ini tanpa mampu bertemu pemiliknya—pedang ini membuatku merasakan kesan semacam itu.
"Ini...?"
Aku mengangkat kepalaku untuk bertanya,dan Eugeo,yang akhirnya telah puliha dari rasa capeknya,melihat ke arah pedang itu dengan ekspresi bernostalgia dan berucap,
"«Blue Rose Sword». Aku tak tahu sih nama aslinya,tapi nama itulah yang digunakan dalam dongeng." "Dongeng...?"
"Siapapun anak kecil di Desa Rulid....nggak,bahkan para orang dewasa tahu akan hal ini— 300 tahun yang lalu,diantara para perintis awal yang menempati tanah ini,ada seorang pendekar pedang bernama Bercouli.Ada banyak sekali legenda yang mengisahkan tentang petualangannya,namun yang paling terkenal adalah kisah «Bercouli dan Sang Naga Putih Utara»..."
Eugeo tiba-tiba menerawang dan melanjutkan kata-katanya dengan raut muka sedih,
"....Sederhananya,Bercoulli pergi ke Mountain Range At The Edge dan tersesat jauh di dalam gua,yang membuatnya jatuh ke dalam gua sang naga putih.Sang naga putih yang menjaga Dunia Manusia sedang terlelap tidur dan Bercoulli mengambil kesempatan itu untuk kabur.Namun,diantara tumpukan harta yang berserakan di dalam gua,ada sebilah pedang yang ia ingin dapatkan tak peduli apapun caranya.Ia mengambil pedang itu diam-diam dan hendak beranjak pergi,namun tiba-tiba muncul mawar biru yang tumbuh dan membelit Bercoulli.Ia terjatuh,dan suara jatuhnya itulah yang membangunkan sang naga putih...begitulah kisahnya. "
"A,Apa yang terjadi selanjutnya?"
Mau bagaimana lagi,aku tertarik dengan kisah ini,jadi aku bertanya-tanya.Eugeo bilang itu cerita yang panjang loh sambil tersenyum dan melanjutkan dengan kata-kata ini,
"Toh,banyak hal yang terjadi,dan Bercoulli akhirnya melupakannya.Ia mengembalikan pedang tadi dan kabur dari desa.Itu bukanlah sesuatu yang patut disenangi...namun sebuah kisah yang membosankan.Jika saja kami tak punya keinginan untuk mengecek kebenarannya saat masa kecil kami..."
Suaranya yang bagai mengandung rasa penyesalan mendalam,membuatku akhirnya tersadar bahwa 'masa kecil kami' berarti Eugeo dan dan teman masa kecilnya,gadis yang dipanggil Alice.Di desa ini,anak kecil dengan mobilitas semacam itu ya hanya mereka.
Setelah beberapa momen yang sepi,Eugeo melanjutkan.
"6 tahun yang lalu,Alice dan aku pergi ke Mountain Range at the End untuk mencari sang naga putih,namun kami tak menemukannya.Apa yang kami lihat adalam sebukit tulang belulang dengan bekas tebasan pedang."
"Eh...na,nggak,apa ada aorang yang membunuh naga tadi?Siapa,ia tepatnya...?"
"Aku nggak tahu.Paling,beberapa orang...yang tertarik pada harta karunnya.Ada banyak sekali emas dan harta yang berserakan di sembarang tempat,«Blue Rose Sword» ini ada diantaranya.Tentu saja,aku nggak membawanyanya soalnya pedang ini berat...dan dalam perjalanan balik kami kesasar ke jalan keluar yang salah,melewati Mountain Range at the End dan masuk ke Dunia Kegelapan.Yang terjadi sesudahnya persis seperti yang kau dengar."
"Aku paham..."
Aku mengalihkan tatapan mataku pada tangan yang menyangga pedang ini.
"Tapi...pedang ini,kok ada disini?"
"...Sepanjang musim panas dua tahun lalu,aku pergi ke gua tadi untuk mengambilnya.Memindah-mindahkannya beberapa kilolu tiap harinya di hari liburku dan menyembunyikannya dalam hutan...sampai aku memindahkannya ke dalam gubuk penyimpanan.Itu menghabiskan 3 bulan waktuku dan kenapa aku melakukannya...sejujurnya,aku nggak tahu juga kenapa..."
Ia mungkin masih belum sanggup melupakan tentang Alice?Atau mungkin ia ingin menggenggam pedang ini untuk menyelamatkannya.
Pikiran semacam itu terlintas di otak ku,namun rasa salut ku pada cowok yang dipanggil Eugeo ini tak mengizinkanku untuk segampang itu mengucapkan kata-kata ini.Aku mendapatkan kembali momentumku dan mengangkat pedang itu,menggunakan tangan kanan ku untuk menggenggam pangkal pedangnya.
Kupikir kalau pedang ini ditancapkan dalam-dalam ke tanah seperti pilar akan jadi sulit untuk mengayunkannya dengan banyak sekali kekuatan,tapi aku sekedar menggerakkannya sedikit,dan bilah pedangnya meluncur keluar dari sarungnya dengan mulus.
Swoosh.Dibarengi bunyi yang nyaring itu,pedang tadi terhunus,dan kurasakan beban berat sekali mulai dari bahu kanan sampai pergelangan tangan.Aku buru-buru melemparkan sarung pedang di tangan kiriku ke samping dan menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam pedang tersebut.
Sarung pedangnya nampak terbuat dari logam,namun kelihatan memiliki berat ekstra di saat ia menancap di tanah dengan bunyi gedebuk.Hampir saja sarung pedang tadi mengenai kaki kiriku,namun aku udah nggak ada waktu untuk mundur sambil tetap terus mempertahankan keseimbangan pedang ini.
Untung saja,pedangnya jadi 3 kali lebih ringan setelah kukeluarkan dari sarungnya,dan aku sanggup mempertahankan posisi ini untuk sesaat.Aku terus menatap bilah pedang dengan sikap yang seolah-olah terpukau.
Ini benar-benar material yang tak masuk akal.Benda yang sepertinya terbuat dari logam yang lebarnya cuma 3,5 m ini memancarkan kilauan biru muda seakan ia memantulkan cahaya yang bersinar di sela-sela dedaunan.Dilihat dari dekat,bilah pedangnya memantulkan cahaya matahari dengan cerminannya dan beberapa sinar yang nampak terperangkap di dalam bilahnya,memancarkan pantulan difus.Apapun itu,toh,bilah pedang ini terlihat sedikit transparan.
"Ini bukan logam biasa ataupun perak.Ia berbeda juga dengan tulang naga,dan jelas-jelas bukan kaca..."
Eugeo berujar dengan sedikit nada kagum.
"—Dengan kata lain,ini bukanlah sesuatu yang dibuat oleh manusia...itulah yang kurasa.Ia dibuat oleh Spellcaster ahli Sacred Art dengan meminjam kekuatan dewa,atau kalau nggak ya sesuatu yang dibuat oleh dewa...item semacam itu disebut «Divine Instrument».Blue Rose Sword pasti adalah Divine Instrument juga "
—Dewa
Nama «Solus» dan «Stacia» yang Eugeo dan Selka sering katakan ,nama-nama yang sering muncul dalam doa Suster,ini semua pastinya setting di dunia fanstasi ini,dan akupun tak terlalu peduli dengan hal tersebut sembari membuat keputusan itu.
Namun,dengan kehadiran dewa yang menciptakan senjata atau sesuatu semacam hal ini,kurasa aku harus memakluminya.Dewa dunia virtual—Apa itu artinya adalah orang-orang yang mengelola dunia ini dari dunia nyata atau proses utama server?
Ini bagaikan pertanyaaan yang tak dapat kujawab tak peduli mau bagaimanapun ku memikirkannya Bahkan sekarang ini,aku hanya dapat merasa bahwa Gereja Axiom ini adalah eksistensi yang sama halnya dengan « Pusat Sistem ».
Toh,pedang ini harusnya memiliki level prioritas agak tinggi,sesuatu yang diberikan oleh sistem,dan kini kita harus membandingkannya dengan prioritas Gigas Cedar dan lihat level prioritas manakah yang lebih tinggi—hasil inilah yang akan menentukan apakah aku bisa pergi ke Capital dengan Eugeo.
"Eugeo,bisa kau cek Life Gigas Cedar?"
Aku terus menggenggam pedang ini sambil berucap pada Eugeo yang melayangkan tatapan heran padaku.
"Jangan-jangan,Kirito...kau berniat menggunakan pedang ini untuk menebas Gigas Cedar?"
"Jika kau memindahkannya kemari,emang ada alasan lainnya?"
"Betul juga sih..tapi..."
Aku terus mengatakan sesuatu pada Eugeo,yang menundukkan kepalanya,untuk meyakinkan dirinya yang meragu. "Atau apa di Taboo Index ada pasal yang menyebutkan kalau kau nggak bisa menggunakan pedang untuk menebang Gigas Cedar?" "Nggak,tentang hal ini,nggak ada yang menyebutkannya sama sekali..."
"Atau mungkin para tetua desa,atau pendahulumu...Garitta jii-san bilang kalau kau nggak boleh menggunakan sesuatu selain Dragon Bone Axe?"
"Nggak...beliau tak bilang begitu...kurasa...sesuatu kayak begini sudah pernah terjadi sebelumnya..."
Eugeo bergumam,tapi masih saja ia bangkit dan berdiri di depan Gigas Cedar.Ia menggambar sebuah segel dengan tangan kirinya dan mengetuk batang pohonnya,menatap pada Window yang muncul.
"Yah, 232.315"
"Baiklah.Ingat-ingat angka ini."
"Tapi Kirito,Kau nggak mungkin sanggup menggunakan pedang itu dengan baik.Tubuhmu saja jadi tak stabil cuma karena kau menggenggamnya sekarang."
"Biarin,Lihat saja deh.Kau nggak perlu pakai kekuatan untuk mengangkat pedang berat,yang kau gunakan adalah pusat gravitasi."
Ini adalah memori dari masa-masa dulu,namun di SAO lama,aku menyukai pedang yang berat.Aku lebih suka perasaan menggunakan tebasan One Hit untuk menghajar musuh daripada memakai senjata yang mengandalkan kecepatan untuk menyerang secara bertubi-tubi sampai menang.Seraya level ku meningkat dan stats kekuatanku berkembang,berat pedang di tanganku akan terus menurun.Itulah kenapa aku terus berganti-ganti pedang—pertama kalinya aku menggenggam dan menggunnakan pedang yang menjadi patnerku yang terakhir rasa-rasanya mirip seperti apa yang aku rasakan saat ini dengan menggenggam Blue Rose Sword.Juga,aku yang dulu menggenggam satu pedang di masing-masing tanganku seraya terus menerus berlatih dengan intensitas layaknya pekerja kasar.
Tentu saja,basis dari World System disini berbeda,jadi aku tak bisa segampang itu memakai metode yang sama.Namun,kesan pergerakan tubuhku harusnya bekerja disini.Eugeo menunggu sedikit agak jauhan dari pohon,dan aku melangkah menuju ke kiri bekas hantaman kapak di batang pohon,membungkuk dan berusaha mempertahankan postur menghunuskan pedang rendah memakai pedang yang membuat tanganku nyeri cuma karena mempertahankannya.
Nggak usah melakukan tebasan beruntun.Cukup tebasan mendatar biasa saja di bagian tengah sisi kanan udah bagus.Kalau kupinjam nama Sword Skill ini dalam SAO,namanya akan menjadi «Horizontal».Ini adalah skill dasar yang bisa dipelajari di awal mula game tersebut.
Aku menyelaraskan nafasku dan memusatkan berat tubuhku ke kaki kanan sebelum menarik mundur pedang sedikit.Aku mengangkat kaki kiriku karena berat inersia pedang itu.Kayaknya aku bakal jatuh terduduk dengan bokongku duluan,tapi aku nggak peduli apapun itu jadinya sampai pedang ini mengenai targetnya.Aku menghentakkan kaki kananku ke tanah dan memindahkan berat tubuhku ke sisi kiri tubuhku,mengubah kekuatan dalam gerakan berayun dalam kaki dan pinggangku dari ujung kepala sampai ke ujung pinggangku,dan mengeluarkan tebasan mendatar.
Pedang itu mengeluarkan kilauan,dan meski ia tak berakselerasi dengan sendirinya,tubuhku masih mengikuti postur untuk sword skill tadi dengan sempurna.Membiarkan kaki kiri untuk mendarat di tanah,menciptakan sebuah getaran,menggerakkan pedang besar dan berat ini dan menggunakan inersia yang masih belum menghempaskanku ke belakang,dan maju mengikuti lintasan pedang ideal— Akan tetapi,ini cuma bisa digunakan sebagai demonstrasi.Kakiku tak mampu berdiri tegak,dan bilah pedangnya sendiri mengenai kulit pohon.
*GIIIINNN!!* Sebuah suara melengking terdengar diiringi oleh burung-burung di pohon yang semuanya beterbangan.Akan tetapi,aku tak bisa melihat ini semua di saat aku tak sanggup lagi menahan hempasannya, membuatku melepaskan pedang sembari wajahku yang merasakan momen-momen intim dengan lumut di tanah.
"WAH!Sudah kubilang kan akan begini jadinya tadi?"
Eugeo berlari ke arahku,dan dengan bantuannya,aku berusaha duduk dan menyeka lumut di mulutku.Di samping wajahku yang menghantam tanah duluan,pergelangan tangan,pinggang,dan kakiku semuanya terasa nyeri luar biasa yang membuatku ingin menjerit karenanya.Rasa sakit ini akan tetap terasa untuk beberapa saat,namun aku terus memaksa keluar kata-kata semacam ini.
"...Nggak bisa nih...statusnya masih merah..."
Di SAO lama,jika seseorang meng-equip senjata tanpa memiliki STR yang dibutuhkan,sebuah pop-up window akan menjelaskannya.Akan tetapi kata-kata ini mungkin takkan sampai ke telinga Eugeo yang nampak lebih khawatir pada dirinya ini.Di saat inilah,aku buru-buru menambahkan,
"Nggak,itu...tubuhku cuma kurang kuat.Juga,emang beneran ada pendekar pedang yang bisa menggunakan senjata hebat semacam ini?"
Kubiarkan bahuku merosot,menggosok-gosok pergelangan tangan kananku dan menoleh ke belakang.Eugeo mengikutiku dan memandangku dari belakang. Kami berdua tercengang.
Blue Rose Sword,pedang cantik yang berayun di udara tadi menancap separuhnya ke Gigas Cedar.
"Nggak mungkin...satu tebasan aja bisa membuat...."
Eugeo mendadak berdiri dan berkata dengan suara serak walaupun menjadi tak bisa berkata apa-apa untuk sesaat.
Ia mencoba menjulurkan jari-jari tangan kanannya untuk menyentuh tempat persilangan pedang dengan pohon.
"Bilahnya tak rusak sama sekali...dan ia benar-benar menebas kulit kayu Gigas Cedar sedalam 2 centimels...."
Aku menahan rasa sakit di sekujur tubuhku dan berdiri,menepuk nepuk debu yang ada di bajuku.
"Ini,ini kan cuma buat mengetes hasilnya.Blue Rose Sword itu jauh melampaui Dragon Bone Axe...dalam segi kekuatan serangan.Coba lihat Life Gigas Cedar. "
"U,un."
Eugeo mengangguk dan sekali lagi menggambar segel sebelum mengetuk kulit pohonnya.Ia menatap window yang muncul.
"...232.314."
"A,Apa!?"
Kali ini giliranku yang kaget.
"Dikit banget?Tertebas sedalam itu...kenapa...jangan bilang kalau itu nggak akan bekerja kalau nggak pakai kapak...?"
"Nggak,bukan itu alasannya."
Eugeo menarik kembali tangannya dan menggelengkan kepalanya.
"Itu karena kau menebasnya di tempat yang salah.Jika yang kau tebas itu bukan kulit kayu melainkan intinya secara langsung,Life nya akan menurun drastis.Itu yang kurasa...dan saat itu terjadi,Sacred Task ku akan berakhir sudah... —tapi."
Eugeo memalingkan muka,memberikan sebauh ekspresi rumit,dan menggigit pelan bibirnya.
"Tapi itu kalau kita bisa menggunakan pedang tersebut dengan baik.Jika itu menyakitimu cuma karena mengayunkannya sekali,dan jika kita tetap saja meleset dari bagian yang kita incar,sama halnya akan jadi lebih lambat daripada menggunakan kapak."
"Aku tak bisa melakukannya,tapi bagaimana denganmu,Eugeo?Kau kan harusnya jauh lebih kuat.Coba deh mengayunkannya sekali."
Aku terus mendesak Eugeo,dan meski ia menampakkan tatapan ragu,ia akhirnya berkata kalau ia akan mencobanya dan menghadap ke pohon itu lagi. Tangannya yang terjulur menggenggam gagang pedang Blue Rose Sword yang menancap di pohon besar itu sambil melakukan gerakan mencabut.Bilah pedang tadi akhirnya lepas adari kulit pohon,dan tubuh bagian atas Eugeo sempoyongan.Ujung bilah pedangnya mendarat di tanah,mengeluakan bunyi nyaring dan garing.
"B,Beratnya minta ampun.Aku nggak bisa melakukannya,Kirito."
"Kalau aku saja bisa,kau pasti bisa,Eugeo.Dasarnya sama seperti mengayunkan kapak.Kau harus menggunakan lebih banyak berat tubuhmu daripada saat mengayunkan kapak.Jangan Cuma menggunakan kekuatan pergelangan tanganmu.Jaga agar tubuhmu tetap seimbang."
Aku tak bisa menjamin seberapa banyak kata-kata tadi dipahaminya.Eugeo benar-benar seorang yang telah menggunakan kapak untuk waktu yang lama karena ia bahkan tak memerlukan waktu sedetik pun memahami hal ini.Wajah polosnya berubah menjadi serius seraya mengangguk dan membungkuk untuk mengambil pedang tadi.
Setelah menggerakkan punggungnya dengan perlahan untuk mengangkat pedang,ia berhenti sesaat, menghirup nafas dalam-dalam sekali sebelum dengan cepat mengayunkan pedang dengan kecepatan luar biasa.Kaki kanannya menjejak tepat ke kanan depan dan rangkaian skill meringankan tubuh ini membuatku tercengang.Sebuah lintasan biru yang tertinggal di udara bersamaan dengan melajunya ujung bilah pedang tepat ke pusat potongan. Namun di momen-momen final,kaki kiri yang menopang seluruh berat tubuhnya sedikit terpeleset.Pedang yang sedang terayun,menggeloyor membentuk tanda V di pucuknya,mengeluarkan bunyi nyaring dan terhenti.Eugeo jatuh ke belakang dengan cara yang beda,denganku tadi,dan punggungnya menghantam batang pohon tebal itu sebelum mengerang.
"Ugh..."
"Oi,oi,kau nggak papa?"
Aku segera lari ke arah Eugeo,yangn mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan kalau ia baik-baik saja,namun tetap masih sambil mengernyit.Melihatnya yang seperti ini,aku akhirnya sadar kalau sebenarnya rasa sakit kayak begitu juga ada di dunia ini. SAO,ALO,game-game VRMMO yang ada ini akan mengirimkan rasa sakit yang harusnya dirasakan oleh otak ke unit «Penyerap Rasa Sakit» untuk meniadakan rasa sakit itu ketika avatar cidera.Tanpa ini,nggak ada satupun deh yang akan melakoni pertarungan fisik dimana hit poin mereka menentukan kehancuran mereka.
Akan tetapi,nampaknya tak ada pola berpikir tentang hiburan di dunia ini.Meski rasa sakit ini akhirnya mereda,pergelangan tanganku masih merasakan nyeri seolah-olah keseleo.Kalau aku terluka parah oleh senjata,sakitnya kayak apa ya?
Di Underworld,jika saja aku harus bentrok dengan orang lain,aku harus membuat tolok ukur menyeluruh yang beda dengan sekarang.Tak peduli apapun,aku takkan pernah bisa membayangkan betapa sakitnya terluka oleh pedang dengan berat seperti barusan.
Eugeo saja,yang lebih bisa menahan rasa sakit daripadaku,menghabiskan waktu 30 detik sebelum raut muka kesakitannya lenyap dan berdiri tegap lagi.
"Un,aku masih belum bisa melakukannya,Kirito.Life kita akan menurun banyak sebelum kita bisa benar-benar menghantamnya dengan akurat sekali saja."
Kami berdua memandang pohon itu lagi.Blue Rose Sword yang mengenai puncak lubang bekas kapak yang menganga dengan sudut agak miring,terpental dan menghujam ke tanah.
"Tapi menurutku teknik gerakan kakimu nggak buruk-buruk amat tuh..."
Aku ingin bilang kalau Eugeo kurang tegas tadi,namun setelah melihatnya yang mirip seperti anak kecil yang sedang diceramahi,aku hanya bisa melupakan hal itu seiring kuambil sarung pedang kulit putih yang tergeletak di tanah lumut.Eugeo mengambil Blue Rose Sword dan dengan hati-hati menyarungkannya kembali ke sarung pedang di tanganku.Ia lalu memasukkannya ke dalam karung kulit,mengikatnya dengan tali dan meletakkannya tak jauh dari tempat kami.
Fuu,Eugeo menghela nafas dan mengangkat Dragon Bine Axe yang ada di samping Gigas Cedar sebelum berteriak,
"Uwahh,kapak ini jadi seringan bulu rasanya—baiklah,leha-leha kita sudah cukup untuk sekarang.Saatnya kerja keras di sore hari."
" Ahh..maaf telah membuatmu melakukan hal semacam itu bareng denganku,Eugeo..."
Mendengar permintaan maafku,pemuda itu menoleh kebelakang dan merekahkan sebuah senyuman lugu.Senyum yang hanya bisa dideskripsikan sebagai kepolosan semata.
"Nggak papa,Kirito.Aku juga ikut senang kok.Kalau begitu...aku yang akan mulai dengan 50 hantaman duluan."
KON KON.Bunyi berirama datang seiring dengan kapak yang diayunkan.Aku memalingkan wajahku dari Eugeo,berjalan menuju Blue Rose Sword yang tergeletak dan mengusap-usap selubung kulitnya.
Akulah pastinya yang berpikir dengan arah yang tepat disini.Jika aku menggunakan pedang ini,Gigas Cedar pastinya bisa ditumbangkan.Akan tetapi,itu persis seperti apa yang Eugeo katakan.Jika aku mengayunkannya dengan membabi buta,akan ada harga yang harus dibayar.
Karena pedang ini ada di dunia ini,harusnya ada seseorang di dunia yang mampu mengayunkannya sesuka hati dan berbekalkan pedang itu.Eugeo dan aku hanya belum memiliki kondisi yang dibutuhkan dalam sistem ini.
Jika begitu masalahnya,apa sih kondisinya?Class kah?Level kah?Status kah?Apa itu sebenarnya,dan harus mulai dari mana aku harus menyelidikinya...
"...."
Memikirkan hal ini,aku bengong dengan mulutku yang sedikit terbuka.Ini disebabkan karena syok pada daya tangkapku yang lamban. Tentu saja,aku kan tinggal membuka status window milikku sendiri untuk mengeceknya.Kemarin,aku memanggil «window» pada roti Eugeo...dan mencoba mematikan lampu minyak yang ada di kamar gereja.Aku nggak kepikiran sama sekali.Bego amat ya.
Aku menjulurkan tangan kiriku dan menggambar segel perintah seperti sebelumnya.Aku termenung dan kuketuk segel tadi dengan punggung tangan kananku.Persis seperti yang kuduga,sebuah lingkaran dan persegi panjang ungu muncul di pandangan mataku.
Tak seperti Window roti sebelumnya,ada banyak kalimat disini.Aku secara tak sadar mulai mencari petunjuknya,namun tak bisa menemukannya sama sekali nggak peduli apapun caranya.
Pertama,ada kalimat [UNIT ID:NND7-6355]di bagian paling atas.Unit ID;kata ini membuatku merinding,tapi sekarang bukan waktunya untuk menggali lebih dalam tentang hal ini.Aku menyimpan nilai alphanumerical ini dalam benakku,karena itu harusnya adalah serial number yang biasa dipakai di dunia ini.
Dibawahnya ada tulisan Durability yang juga bisa terlihat di roti dan Gigas Cedar,itu adalah «Life» yang Eugeo bicarakan.Nilai yang ditunjukkan adalah [3280/3289].Biasanya,yang kiri adalah nilai sekarang ini dan yang kanan adalah nilai maksimumnya.Alasan kenapa ia menurun sedikit mungkin aku mengayunkan pedang dengan membabi buta barusan.Aku lalu melihat ke bawahnya.
Baris selanjutnya terdapat tulisan [Object Control Authority: 38].Dibawahnya lagi tertulis [System Control Authority: 1]. Cuma itu saja.Jumlah Exp yang dibutuhkan dalam RPG,level,indikator status; nggak ada sama sekali hal semacam itu.Aku menggigit bibirku dan mengulanginya.
"Un...Object Control Authority...ini... "
Istilah yang memberiku feeling kalau ini pasti adalah parameter yang berhubungan dengan peralatan.Namun,aku nggak ada gambaran seberapa besar parameter dengan angka 38 disini.
Aku menghela nafas dan menoleh untuk melirik bagian belakang Eugeo yang sedang mengayunkan kapak dengan giat.Sembari melihatnya,aku mendapat mendapat ide,oleh karena itu ku hilangkan window ku dan mencoba untuk mengecek informasi pada Blue Rose Sword.Kubuka simpul talinya sedikit,mengeluarkan sedikit gagangnya,menggambar segel dan mengetuknya pelan.
Window yang muncul memperlihatkan nilai Life 1997700 yang bisa menyamai Gigas Cedar dan juga sesuatu yang ingin kulihat.Di bawah nilai Life,terdapat sebaris [Class 45 Object]yang terpampang disana.Adalah sebuah kesempatan yang sangat besar bahwa memang ada sesuatu yang harus aku urus setelah melihat Control Authority barusan.Authority-ku yang nilainya 38,jauh kurang dari 45.
Aku menghilangkan window pedang tadi dan mengikatkan tali karungnya sebelum duduk bersebelahan dengan pedang ini.Aku melihat menembus sela-sela dedaunan Gigas Cedar dan memandang langit,dan mau tak mau mendesah.Aku sudah dapat banyak informasi,namun masih saja aku tak bisa menggunakan Blue Rose Sword.Fakta itu sendiri telah dipertegas oleh nilai numerik yang kulihat barusan.Aku mungkin bisa melakukannya jika aku menaikkan level Authority ku sampai 45,tapi aku tak bisa menemukan caranya.
Jika dunia ini menggunakan sistem VRMMORPG biasa,aku tinggal berlatih terus-menerus atau menghajar monster-monster untuk mendapatkan Exp.Aku benar-benar nggak habis pikir apa aku punya cukup waktu untuk melakukan cara pertama,dan aku belum pernah sekalipun menemui monster disini.Kalaupun aku menemui situasi ‘mendapatkan item langka namun tak memiliki level cukup untuk meng-equipnya’,respon normalnya adalah untuk hal tersebut adalah mendapatkan Exp dengan jalan bekerja disini.Namun,aku pasrah sajalah kalau tak mampu menemukan satu pun cara untuk meningkatkan Exp ku.
Game MMO paling menarik ketika tak ada clearing website dan player harus memulai dari awal ,serta mengetes segala hal yang ada—itulah apa yang akan dikatakan para user kelas berat,dan mereka pastinya tak akan mengatakan ini setelah mereka kembali ke kenyataan.Sembari ku memikirkan ini,Eugeo menyelesaikan ayunan ke 50 nya,menyeka keringatnya dan menoleh. "Gimana,Kirito?Kau masih mau mengayunkan kapak?"
"Ahh...rasa sakit ku sudah reda sedikit."
Aku berdiri sempoyongan dengan kakiku dan mengulurkan tangan kananku untuk menggenggam Dragon Bone Axe.Ia sungguh sangat sangat ringan kalau dibandingkan dengan Blue Rose Sword.
Yah,mari berdo’a kalau mengayunkan kapak ini akan meningkatkan parameter.Aku berpikir sambil menggenggam kapak dan menariknya ke belakang.
"Uahhh...ini nih surga yang absolut...."
Aku membenamkan tubuhku yang masih belum terbiasa dengan rasa lelah ke dalam air hangat dan mau tak mau berkata begitu. Area pemandian di gereja Rulid dibangun dengan adanya sebuah bak air besar dari perunggu dengan ubin-ubin yang gosong dibawahnya serta tungku yang dibangun diluar dinding untuk menambahkan kayu bakar untuk memanaskan air.Ini benar-benar mengingatkanku tentang rumah pemandian abad pertengahan di Eropa.Aku sama sekali tak tahu apakah ini di desain sedemikian rupa oleh para pembuat dunia ini ataukah hasil dari evolusi mandiri melalui simulasi beberapa ratus tahun.
Setelah makan malam,kedua wanita di Gereja,Suster Azariya dan Selka yang menggunakannya,dan setelahnya,aku masuk bersama 4 anak lak-laki lainnya.Setelah beberapa kehebohan yang terjadi,anak-anak itupun akhirnya pergi.Akan tetapi,nggak ada secuil pun kotoran di dalam bak penuh air ini.Aku menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat cairan bening dan mencipratkannya dengan keras ke kepalaku sebelum melontarkan suara tertunda. Ufuee~
Sampai detik ini,aku telah berada di dunia ini untuk sekitar 33 jam.
Kecepatan akselerasi FLA di saat aku dive tak ku ketahui,jadi aku tak bisa menarik kesimpulan berapa lama waktu aslinya yang telah berlalu.Jika kecepatannya setara — sama dengan kecepatan waktu di dunia nyata,dan bila aku menghilang,anggota keluargaku dan Asuna akan menjadi panik.
Memikirkan hal ini,kegelisahan mengembang di tenggorokanku,membuatku tak mampu rileks saat mandi dan dengan bingung memikirkan cara untuk meninggalkan tempat ini.Namun di sisi lain,aku benar-benar ingin menemukan misteri-misteri lain dunia ini.
Aku,seseorang yang bisa menyimpan ingatan Kirigaya Kazuto seiring datang ke dunia ini,hanya bisa berpikir sesuatu yang abnormal sedang berlangsung.Itu karena tindakanku sendiri saja akan menyebabkan penyimpangan drastis pada tes simulasinya.Para peneliti mungkin tak sudi melihatku merusak eksperimen besar yang telah berlangsung paling tidak 300 tahun ini.
Dengan kata lain,di saat aku menghadapi kemelut yang mengejutkan,mungkin aku akan mengalami sebuah kesempatan yang ada satu diantara sejuta juga.Yaitu,aku bisa mengetahui identitas asli RATH — yang mempunyai kekuatan finansial yang tak cocok dengan ukuran dan visibilitasnya — organisasi misterius.Ini adalah kesempatan pertama dan sekaligus terakhir bagiku.
"Nggak,mungkin ini,alasan,yang lain..."
Aku membenamkan mulutku ke dalam air,membuat gelembung-gelembung dan mengatakan hal ini.
Atau mungkin,Aku tinggal ikut saja pada hasratku sebagai seorang player game VRMMO.Aku terbawa oleh hasrat bodoh dan kekanak-kanakan untuk «menamatkan» «dunia» ini— dunia yang tak memiliki panduan apapun ini,dan terus maju menggunakan pengetahuan dan instingku sendiri,mengasah sword skill ku dan mengalahkan banyak orang-orang hebat untuk menggapai tujuan menjadi yang terkuat.
Menjadi kuat di dunia virtual,gampangannya,adalah sebuah kesan palsu yang diciptakan oleh angka-angka dalam parameter,dan itulah yang kupikirkan berkali-kali di masa lalu.Ketika Heathcliff mematahkan sword skill pedang ganda level tertinggiku,ketika aku roboh di hadapan Raja Peri Oberon dalam keadaan sangat mengenaskan,dan ketika aku dikejar-kejar oleh Death Gun dan bertanya-tanya kemanakah aku harus lari,ketika aku telah kehabisan ide,aku menggertakkan gigiku sepanjang waktu itu dan bersumpah kalau aku takkan mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang lain.
Namun di waktu yang sama,kobaran api yang membara di dalam diriku seolah ingin menelanku dalam api.Blue Rose Sword yang tak mampu aku gunakan,berapa banyak ya orang yang meampu menggunakannya dengan mudah di dunia ini?Seberapa kuatkah para Integrity Knight yang melindungi hukum dan Dark Knight dari dunia kegelapan?Orang macam apa yang menempati posisi teratas Gereja Axiom di dunia ini...?
Aku setengah sadar mengibaskan tangan kananku untuk menyibak permukaan air,dan air tadi melayang mengenai dinding di depanku dengna mengeluarkan suara lirih.
Di saat bersamaan,sebuah suar dapat terdengar dari pintu yang menuju ke ruang ganti,membuatku tersadar kembali.
"Arre,apa ada orang di dalam?"
Aku sadar itu adalah Selka,dan bergegas berdiri.
"Aah,yah,ini aku— Kirito.Maaf,aku akan segera keluar."
"U...un.Santai sajalah.Jangan lupa pasang kembali penyumbat tangki nya ketika kau keluar dan matikan lampunya.Selamat tinggal kalau begitu...Aku akan kembali ke kamarku,jadi selamat malam."
Sadar kalau Selka akan pergi,aku mendadak memanggilnya agar berhenti dari balik pintu.
"Ah...Selka.Ada sesuatu nih yang ingin kutanyakan padamu.Kau bebas kan malam ini?"
Selka mendadak berhenti dan tetap diam untuk sesaat dalam sikap yang nampak ragu-ragu,namun akhirnya berucap dalam suara yang sulit terdengar,
"...Sebentar sih tak apa-apa.Anak-anak di kamarku harusnya sedang tidur,jadi akan kutunggu di kamarmu."
Ia melangkah pergi dengan langkah kecilnya tanpa menunggu jawabanku.Aku segera bangun dari bak mandi memasang kembali penyumbat di bawah tangki,mematikan lampu,dan berjaln menuju ruang ganti.Bahkan jika aku tak menyeka tubuhku dengan handuk,tetesan-tetesan air ini akan mengering dengan cepat.Aku memakai baju rumahan dan kembali ke koridor yang sunyi senyap sebelum menaiki tangga.
Aku membuka pintu kamar tamu,dan Selka,yang sedang menggoyang-goyangkan kakinya sembari duduk di atas tempat tidur,mengangkat kepalanya.Tak seperti malam kemarin,ia mengenakan gaun tidur katun,dan mengikat rambut coklatnya menjadi tiga kunciran.
Selka tak menampakkan perubahan ekspresi sedikitpun seiring mengangkat gelas yang terakhir kali diletakkan di atas meja di sebelahnya dan menyodorkannya kepadaku.
"Oh,makasih."
Aku menerima minuman itu dan duduk di samping Selka sebelum meminum air sumur sedingin es itu.Rasanya seperti air yang masuk ke dalam tubuhku yang haus meresap ke dalam kaki dan tanganku setetes demi setetes.Perasaan ini membuatku berseru,
"Uu—nektar,nektar!"
"Nektar?Apa itu?"
Setelah itu,Selka memiringkan kepalanya dengan tatapan seperti orang yang tak mengerti.Sialan,istilah ini kan nggak ada di dunia ini.Aku panik ketika aku sadar akan hal ini.
"Errm...itu adalah sesuatu yang bisa dibilang lezat,air yang rasanya bisa menyembuhkan seseorang sekali ia meminumnya...atau sesuatu semacam itulah."
" Fmm...kayak elixir?"
"A,apaan tuh?"
"Air pemberkatan milik pendeta-sama.Kau mungkin belum pernah lihat sebelumnya,tapi sebotol kecil air itu saja bisa langsung memulihkan Life sebanyak apapun yang berkurang akibat luka atau penyakit."
"Eh.."
Semenjak ada sesuatu semacam itu,kenapa juga virus bisa menyebabkan banyak orang yang meninggal dunia?Aku memikirkan hal ini,namun sadar kalau lebih tak menanyakannya dan tetap diam.Paling tidak dunia yang diatur oleh sesuatu yang namanya diagung-agungkan,Gereja Axiom bukanlah surga seperti yang kupikirkan,dan begitulah yang terjadi.
Selka menerima gelas air yang kukembalikan dan berkata dengan kecepatan super cepat,
"Jika kau ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku,cepatlah.Adalah hal yang terlarang bagiku untuk masuk ke dalam kamar laki-laki setelah mandi,tapi kamar bagi tamu tak masuk hitungan sih.Namun,Sister Azariya akan mengomeliku jika ia tahu akan hal ini."
"Yah...aku benar-benar minta maaf deh.Kalau begitu akan kutanyakan saja.Sebenarnya..aku ingin dengar tentang kakak perempuanmu." Mendadak,bahu ramping di balik gaun malam putihnya sedikit gemetaran.
"Aku tak punya onee-san."
"Beneran tuh?Aku mendengarnya dari Eugeo,tentang kakak perempuanmu,Alice..."
Bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku,Selka mengangkat kepalanya,membuatku sedikit kaget.
"Dari Eugeo?Ia mengatakakan padamu tentang Alice nee-sama?Sampai sejauh mana?"
"Ah..un,yah...Alice belajar Sacred Art di gereja ini...dan enma tahun yang lali,ia dibawa pergi ke Capital oleh Integrity Knight..."
"...Aku mengerti.."
Selka menghela nafas pelan dan menundukkan kepalanya,berbisik sembari melanjutkan kata-katanya,
"...Eugeo,ia masih belum mampu melupakan...tentang Alice nee-sama..." "Eh...?"
"Semua orang di desa...tak peduli itu ayah,ibu,Sister,semuanya tak mengatakan apapun tentang Alice nee-sama.Kamarnya dibongkar beberapa tahun yang lalu...seolah-olah kamar Alice nee-sama tak pernah ada...itulah kenapa,kupikir semua orang telah melupakan tentang Alice nee-sama...jadi Eugeo..."
"Apa maksudmu ia lupa?Eugeo benar-benar merindukan Alice.Karena hal itulah...jika saja ia tak memiliki Sacred Task ini,ia mungkin telah bergegas menuju ke Capital."
Mendengar kata-kataku,Selka tetap diam seribu bahasa untuk sesaat,dan kemudian berbisik,
"Begitukah...kalau begitu,alasan Eugeo tak pernah tersenyum lagi adalah karena apa yang terjadi pada Alice nee-sama."
"Eugeo...nggak pernah tersenyum?"
"Ehh,Ketika nee-sama masih di desa,ia selalu tersenyum.Jarang sekali untuk melihatnya tak tersenyum.Aku masih sangat kecil waktu itu,namun aku masih mengingatnya dengan jelas...namun,setelah nee-sama pergi,aku hampir tak pernah melihat wajah tersenyum Eugeo.Juga...di hari-hari liburnya,jika ia tak mengurung diri di rumah,ia akan pergi ke hutan,menyendiri sepanjang waktu...."
Aku terus mendengar sambil membatin di dalam hatiku.Benar sekali Eugeo adalah seorang yang melakukan sesuatu dengan kalem,namun ia tak memberikan aura seorang introvert.Ia tersenyum sesekali ketika ia ngobrol denganku ketika kami menuju ke hutan,pulang kembali ke desa,dan bahkan saat istirahat.
Alasan kenapa ia tak mampu menunjukkan senyumannya pada Selka dan para penduduk desa kemungkinan besar karena— rasa bersalah.Alice,seorang yang disayangi dan diharap-harapkan untuk kedepannya,dibawa pergi,dan mungkin ia menanggung rasa bersalah semacam itu dengan tak sanggup melakukan apa-apa..?Ia takkan menyalahkan dirinya sendiri di depanku,yang orang luar yanng tak tahu apa-apa tentanng hal itu,jadi mungkin itulah alasannya.
Jika begitu perkaranya,jiwa Eugeo pastinya bukan sesuatu yang diciptakan oleh program.Ia punya kesadaran sejati dan jiwa sepertiku...dan Fluctlight.Selama 6 tahun yang telah berlalu ini,ia telah terluka parah oleh masalah yang menghantuinya.
Aku harus pergi ke Capital.Aku sekali menguatkan pemikiran ini dalam diriku.Bukan hanya untuk diriku sendiri,seiring dengan hal itu aku ingin membiarkan Eugeo pergi meninggalkan desa untuk bertemu dengan Alice dan membiarkan mereka bersatu kembali.Ide ini terus menerus membekas di dalam benak ku tanpa mampu kucerai beraikan.Kalau begitu masalahnya,aku harus menebang Gigas Cedar...
"...Hey,apa yang kau pikirkan?"
Kata-kata Selka menarikku kembali dari alam berpikirku.Aku mengangkat wajahku dan berkata padanya,
"Bukan apa-apa kok...Cuma berpikir soal sesuatu.Seperti yang kau bilang,Eugeo benar-benar peduli pada Alice."
Tepat ketika aku mengatakan kata-kata yang ada dalam hatiku itu,wajah Selka sedikit gemetar.Alis mata indah dan mata besar itu menampakkan sebentuk ekspresi kesepian.
"Aku...tahu.Persis seperti yang kuduga."
Sambil menjatuhkan bahunya dan membisikkan kata-kata semacam itu,bahkan seorang kepala balok sepertiku menyadarinya.
"Selka..apa kau menyukai Eugeo?"
"A..Apa yang kau katakan?"
Alis matanya melengkung ke atas memperlihatkan tatapan protes,namun wajahnya telah merona merah sampai ke lehernya.Kupikir ia akan menundukkan kepalanya,namun ia malah berkata dengan terlihat sedikit tegang.
"...Hanya saja,aku tak bisa menerimanya..tak peduli itu ayah atau ibu,bahkan mereka tak pernah berkat begitu,mereka akan menghela nafas ketika mereka membanding-bandingkan aku dengan nee-sama ketika ia tak ada,dan orang dewasa yang lain pun sama.Itulah kenapa aku minggat dari rumah dan pindah ke gereja.Bahkan ketika aku datang kemari...hal itu sama halnya dengan Sister Azariya.Aku merasakannya ketika beliau mengajariku Sacred Art yang beliau akan bilang kalau nee-sama cuma membutuhkan satu kali penjelasan sebelum mampu memperlajarinya—namun Eugeo tak seperti itu...ia terus menerus menghindar dariku.Mungin ia akan memikirkan nee-sama saat ia melihatku.Semua ini...bukan salahku!Aku bahkan tak ingat wajah nee-sama...!"
Sosok mungil dibalik gaun malam tipis itu menegang,dan sejujurnya,hatiku sangat tersentuh.Ini mungkin sebab sampai saat ini,di sudut pikiranku,aku selalu berpikir bahwa dunia ini sedang melalui beberapa simulasi,dan meski Selka dan yang lain mungkin bukanlah program,mereka semua adalah eksistensi sementara.Aku memandang gadis dua belas tahunan yang terus menangis ini,dan tak tahu apa yang harus kulakukan seiring tubuhku yang menjadi kaku.Selka menggunakan tangan kanannya untuk menyeka air matanya.
"...Maaf.Aku jadi terlalu terbawa suasana."
"Nggak.nggak papa kok.Yah,jika kau merasa ingin menangis,kurasa yang terbaik adalah menangis saja."
Ngapain juga aku mengatakan hal ini?Meski aku merasa begini,kalimat yang nampaknya berasal dari idola drama yang populer di Jepang pada abad 21 ini membuat Selka tersenyum sembari mengangguk dengan polos.
"...Un,yeah.Aku merasa sedikit senang.Sudah lama sejak aku menangis di depan orang lain."
"Heh.Kau lebih hebat,Selka.Aku menangis di depan orang lain ketika seumuran dirimu,tahu. "
Benakku mengingat-ingat waktu aku menangis di depan Asuna dan Suguha sambil berkata begini.Selka membelalakkan matanya dan memandangku,
"Nah...Kirito,kau sudah mendapatkan kembali ingatanmu ya?"
"Ah..nggak,nggak kok,tentu saja nggak...aku hanya punya feeling semacam ini...t,toh,aku ya aku,bukan orang lain...itulah kenapa aku cuma berpikir kalau kau perlu melakukan apa yang kau mau kau lakukan,Selka."
Ini dia kalimat klise yang lainnya.Selka merenung sesaat,kemudian menganggukkan kepalanya.
"...Yeah.Aku...mungkin tak mampu menghadapi fakta bahwa aku memiliki nee-sama yang selalu ada di depanku..."
Sembari melihatnya mengatakan kata semacam itu dengan sikap teguh,aku benar-benar merasa bersalah karena akulah yang akan membawa pergi Eugeo jauh darinya.
Tepat ketika aku sedang berpikir keras,menara lonceng di atas kami menyanyikan melodinya.
"Ah...sekarang sudah jam 9.Aku harus kembali ke kamarku.Oh ya...apa itu semua yang ingin kau dengar,Kirito?" Selka memiringkan kepalanya seiring bertanya,dan aku menjawabnya dengan ‘Nggak,ini sudah cukup.’
"Begitu.Aku akan kembali ke kamarku kalau begitu."
Selka bangkit dari kasur dan menuju pintu,namun setelah beberapa langkah,ia berhenti dan menoleh,
"Boleh kubilang...Kirito.Apa kau juga tahu kenapa nee-sama dibawa pergi oleh Integrity Knight?"
"Eh..ahh.Kenapa?"
"Aku tak tahu sama sekali.Ayah takkan mengatakan apapun...aku pernah bertanya pada Eugeo dulu,tapi ia tak mengatakannya padaku.Kalau begitu,apa alasannya?"
Aku meragu untuk sejenak,namun ketika aku mengingat alasan itu,mau tak mau aku mengatakannya.
"Yah...Kupikir itu begini,mereka pergi ke gua tertentu di ujung paling atas sungai dan melewati Mountain Range at the Edge,dan tangannya menyentuh Tanah Kegelapan,itu sih yang kudengar..."
"...Aku tahu...ia melewati batas Mountain Range at the Edge..."
Selka nampak merenung akan sesuatu,namun segera ia mengangguk dan meneruskan,
"Besok adalah hari libur,tapi waktu sembahyang-nya sama dengan biasanya.Jangan lupa bangun.Aku tak sudi membangunkanmu."
"A,Akan kucoba."
Sekejab,Selka tersenyum,lalu membuka pintu sebelum pergi.
Kudengar langkah kakinya menjauh sebelum merebahkan tubuhku ke kasur.Aku benar-benar ingin mendapat beberapa informasi tentang gadis misterius yang dipanggil Alice,namun Selka,yang kala itu baru berusia 5 atau 6 tahun,benar-benar tak memiliki ingatan sedikitpun,seperti dugaanku.Apa yang ku tahu adalah perasaan Eugeo untuk Alice sangatlah besar.
Aku menutup mataku dan mencoba mengingat-ingat sosok gadis yang dipanggil Alice itu.
Namun pikiranku pastinya takkan bisa menggambarkan wajahnya,seiring dengan adanya secercah cahaya keemasan terlintas di mataku.
Esoknya,aku dengan dengan penuh rasa sakit sadar seberapa kecil bagian diriku sebenarnya yang memikirkan tentang hal itu.
Bagian 4
*Klang*.Lonceng pukul 5:30 berdentang,dan aku membuka mataku saat itu,memikirkan kalau aku harus melakukan apa yang aku bisa kulakukan saat ini sembari bangun dari tempat tidurku yang rapi.
Aku membuka jendela yang mengarah ke utara,meregangkan punggungku,dan menghirup dalam-dalam udara penuh kesejukkan yang tercampur oleh warna fajar.Aku menghirup udara beberapa kali laggi,dan rasa kantuk yang tersisa di dalam bagian belakang kepalaku lenyap seutuhnya. Aku memasang telingaku untuk mendengar,dan anak-anak di kamar seberang koridor telah terbangun juga.Aku bergegas mengganti pakaianku agar aku masih punya kesempatan untuk memcuci sendiri pakaianku di sumur sebelum giliran mereka.
«Initial Equipment» ku , sebuah tunik dan celana katun,tak memperlihatkan tanda-tanda dari noda yang jelas,tetapi Eugeo bilang kalau Life mereka akan dengan cepat menurun jika aku tak mencuci mereka.Oleh karena itu,ini sudah saatnya aku mempertimbangkan untuk mengganti bajuku.Aku akan mediskusikan ini dengan Eugeo —aku berpikir sambil berjalan keluar dari pintu belakang dan tiba di sumur.
Aku menciduk beberapa gayung air dari ember dan menuangkannya pada alas cuci Dan saat aku membungkuk untuk membasuh wajahku,seseorang dengan cepat mendekatiku dari belakang.Itu kemungkinan besar adalah Selka,aku berpikir begitu sembari mengangkat tubuhku ke atas,menyeka air ditanganku seraya berbalik.
"Ahh….pagi,Sister."
Berdiri disitu adalah Sister Azariya,yang sedang dalam sikap,yang sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda keburukan.Aku buru-buru menundukkan kepalaku,dan ia menggangguk serta menjawab "pagi".Jantungku benar-benar terkejut melihat bibir kencangnya lebih terlipat daripada biasanya.
"Jadi…Sister,apa ada sesuatu…?"
Aku coba-coba bertanya.Sister berkedip ragu dan dengan gampang berkata,
" —Selka hilang."
"Eh…"
"Kirito-san apa kau tahu sesuatu? Selka tampaknya sangat dekat denganmu…"
Apa dia mencurigai aku berbuat sesuatu pada Selka?Aku merasa mallu untuk sejenak,tapi aku segera merasa ini bukanlah masalahnya.Di dunia yang memiliki hukum absolut ini,Taboo Index yang tak seorang pun mampu melanggarnya,Sister mungkin tak sampai berpikir ini adalah sebuah perbuatan kriminal besar seperti menculik seorang gadis.Dengan kata lain,dia merasa bahwa Selka menghilang dengan kemauannya sendiri,dam secara mudahnya ia bertanya padaku jika aku tahu kemana ia pergi.
"Well…tidak,aku belum pernah dengar apa-apa….ini hari libur,kan?Apa dia pulang ke rumah?"
Aku menganiaya otak yang masih ngantuk-ku sambil mengatakan ini,tapi Sister langsung menggelengkan kepalanya.
"Selka tidak pernah pulang ke rumahnya bahkan sejak dia datang ke gereja ini dua tahun lalu.Bahkan jika dia melakukannya,dia pasti akan mengatakannya padaku tanpa menyembunyikan sesuatu.Dia pergi bahkan tanpa mengikuti sembahyang pagi ini.Meskipun begitu—tidak ada aturan yang melarang ia berbuat begitu sih..."
"Kalau begitu…apa dia pergi membeli sesuatu?Apakah bahan makanan untuk sarapan sudah tersedia?"
"Kami membeli bahan makanan untuk dua hari penuh kemarin dan menyimpan mereka semua tadi malam karena toko-toko di desa semuanya libur."
"Ah…Aku tahu."
Saat ini,imajinasiku terbatasku mencapai batasannya.
"….Dia pasti pergi karena mempunyai urusan mendadak.Dia pasti akan kembali."
"…Akan baik-baik saja kalau begitu kasusnya…"
Sister Azariya terus mengernyitkan dahinya dengan sikap cemas,tapi tetap ia menghela nafas ringan akhirnya.
"Kalau begitu,kami akan menunggu sampa tengah hari.Jika sampai saat itu ia belum kembali juga,Aku akan mencari para pemuka desa untuk mendiskusikannya.Maaf sudah mengganggumu.Aku masih harus bersiap untuk sembahyang,jadi aku pergi dulu."
"Yah…Aku akan berkeliling mencarinya di dekat-dekat sini."
Setelah melihat Sister mengangguk,membungkuk,dan pergi,aku menuangkan air ke dalam alas cuci ,sejenak mendapatkan firasat buruk tentang hal ini.Aku ingat aku sedikit khawatir ketika aku bicara dengan Selka kemarin,tapi aku tak ingat tentang apa itu.Apa hal yang kukatakan adalah penyebab hilangnya Selka?
Aku menyelesaikan sembahyang dengan kegelisahan di dalam hatiku,dihibur anak-anak yang terus menerus bertanya kemana Selka nee-chan pergi,menghabiskan sarapanku,dan gadis itu belum juga kembali.Aku buru-buru merapikan peralatan makan untuk sarapan dan berjalan keluar dari pintu depan gereja.
Aku belum membuat janji dengan Eugeo untuk ketemuan disini,tapi saat lonceng berdentang pukul 8,aku masih bisa melihat rambut berwarna kecoklatan berjalan menuju plaza dari jalanan utara.Semangatku bergelora,dan aku berlari kearahnya.
"Ya,Kirito.Selamat pagi."
"Pagi.Eugeo"
Aku menatap Eugeo,yang masih tersenyum padaku seperti kemarin,dan dengan biasa menyapanya sebelum melanjutkan, "Apa kau libur seharian juga,Eugeo?"
"Itu benar,yeah.Itulah kenapa aku ingin mengajakmu berkeliling desa,Kirito."
"Itu bagus,tapi sebelumnya,Aku butuh bantuanmu.Selka menghilang sejak pagi tadi…aku mau berkeliling mencarinya…"
"Ehh?"
Eugeo membelalakkan mata hijaunya,dan mengernyitkan dahi cemas.
"Dia pergi dari gereja tanpa memberitahu apa-apa pada Sister Azariya?"
"Nampaknya begitu.Sister bahkan bilang ini adalah kali pertama hal seperti ini terjadi.Eugeo,apa kau tahu kemana Selka kemungkinan akan pergi?"
"Kemana dia mungkin pergi,huh?Bahkan jika kau menanyakkannya padaku…"
"Aku mengatakan sesuatu tentang Alice pada Selka tadi malam,jadi aku ingin lihat jika ada tempat-tempat baginya yang mungkin memiliki kenangan dengan Alice…."
Saat itu juga,aku akhirnya sadar,momennya begitu terlambat sehingga membuatku heran,kebenaran dibalik kegelisahan di dalam hatiku. "Ahh…"
"Apa ada yang salah,Kirito?"
"Jangan-jangan… —Hey,Eugeo.Kau tak mengatakan pada Selka alasan Alice dibawa pergi oleh Integrity Knight saat ia bertanya padamu,kan?Kenapa?" Eugeo berkedip beberapa kali,dan akhirnya mengangguk pelan.
"Ahh…itu telah terjadi sebelumnya.Kenapa…dan kenapa aku tak mengatakannya…Aku tak yakin apa alasannya…tapi aku mungkin khawatir kalau Selka akan mencoba mengikuti langkah Alice…"
"Itu dia"
Aku menggeram ringan.
"Aku mengatakan pada Selka tadi malam tentang Alice yang menyentuh tanah kegelapan…Selka pasti pergi ke Mountain range at the Edge " "EEHH!!"
Wajah Eugeo langsung memucat.
"Itu sangat buruk.Kita harus membawanya pulang sebelum penduduk desa tahu dan menangkapnya…Kapan Selka pergi?" "Aku tak tahu.Ia telah hilang ketika aku bangun pukul 5:30…."
"Di musim ini,fajar terbit sekitar pukul 5.Tak mungkin baginya untuk berjalan di hutan jika ia pergi lebih awal.Jika begitu,3 jam…" Eugeo menengadah ke langit dan melanjutkan kata-katanya,
"Ketika Alice dan aku pergi ke gua,kami menghabiskan kurang dari 5 jam berjalan saat kami masih anak-anak.Selka kemungkinan besar telah separuh perjalanan kesana.Aku tak tahu kita bisa menyusulnya apa tidak jika kita mengejarnya sekarang…"
"Kita harus cepat-cepat.Ayo berangkat!"
Aku berkata dengan gelisah,dan Eugeo mengangguk kuat-kuat,
"Tak ada waktu untuk persiapan.Untungnya,kita akan berjalan menyusuri tepian sungai,jadi tak perlu khawatir masalah air.Baiklah…lewat sini." Eugeo dan aku berjalan menuju ke utara dengan kecepatan yang tak akan membuat orang lain merasa aneh karenanya.
Pertokoan menjadi terlihat jarang-jarang,dan segera setelah kami melihat tak ada lagi pejalan kaki lainnya,kami berlari menuruni tangga batu dengan kecepatan dimana kami hampir terjatuh karenanya.Setelah menghabiskan waktu sekitar 5 menit berjalan melintasi jembatan di atas sungai,kami meloloskan diri dari pengawasan penjaga di pos penjagaan sebelum berlari keluar dari desa.
Tak seperti ladang gandum yang menghampar luas di selatan,di daerah utara desa terdapat sebuah hutan lebat.Sungai yang mengelilingi lembah membentuk Desa Rulid dan mengalir menembus hutan,memanjang ke arah utara maupun selatan desa.Terdapat sebuah jalan setapak kecil dengan rumput-rumput tipis yang tumbuh di tepian sungai.
Eugeo memusatkan pandangan matanya pada jalan setapak yang bealih ke pinggiran sungai,berjalan 10 langkah lagi dan berhenti.Ia menggunakan tangannya untuk menghentikanku dan berlutut untuk menyentuh beberapa rumput yang sedikit tinggi.
"Disini…ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa tempat ini baru saja dilangkahi."
Dia bergumam dan dengan cepat menggambar tanda untuk memanggil «Window» dari rumput tadi.
"Life-nya menurun sedikit.Jika yang melangkahinya adalah orang dewasa,harusnya akan berkurang lebih banyak.Seorang anak kecil pastinya yang datang kemari sebelumnya.Ayo cepat."
"Ah…ahh."
Aku mengangguk dan mengikuti Eugeo,yang berjalan lebih cepat.
Tak peduli seberapa jauh kami melangkah,pemandangan sungai di sebelah kanan dan hutan di sebelah kiri tak pernah berubah.Menyusuri jalan ini,kami menjumpai sebuah danau dan sebuah lereng.Ini membuatku merasa kalau aku sedang memasuki jebakan «loop landscape» yang dimiliki RPG kebanyakan.Aku tak lagi dapat mendengar suara lonceng diatas menara,dan hanya bisa memperkirakan waktu berdasarkan posisi matahari yang mulai meninggi sedikit demi sedikit.
Eugeo dan Aku terus berlari-lari kecil menyusuri sungai,dan jika aku ini adalah aku di dunia nyata,Aku akan benar-benar terengah-engah dalam waktu kurang dari 30 menit.Untungnya,pria di dunia ini nampaknya memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi dari rata-rata,dan kurasa itu lebih menyenangkan daripada lelah karena menggerakkan tubuh.Aku pernah sekali menyarankan Eugeo untuk berlari sedikit lebih cepat,tapi Eugeo bilang jka kita berlari terlalu cepat,Life kita akan menurun dengan cepat,dan kita tidak akan bisa bergerak jika kita tidak berhenti dan beristirahat untuk waktu yang lama.
Seperti itulah,kami tetap berlari selama 2 jam dengan kecepatan yang cocok,tapi masih saja belum ada tanda-tanda keberadaan gadis di depan kami.Ngomong-omong,berdasarkan waktu sekarang,Selka mungkin telah mencapai gua.Keresahan dan kegelisahan menyebar menerobos keluar dari mulutku dengan sedikit bau metalik.
"Aku mau bicara…Eugeo…"
Aku berkata sambil berusaha agar tidak mengacaukan nafasku.Eugeo yang berlari di depanku,menoleh ke belakang untuk melihat.
"Ada apa?"
"Ini hanya untuk pencegahan…tapi jika Selka memasuki tanah kegelapan,apakah dia akan segera dibawa pergi oleh Integrity Knight?"
"Tidak…kurasa Integrity Knight kemungkinan besar akan terbang ke desa besok pagi.Sama seperti enam tahun yang lalu."
"Aku tahu…Kalau begitu,bahkan jika yang terjadi adalah scenario terburuk,masih ada kesempatan untuk menyelamatkan Selka."
"…Apa yang sedang kau pikirkan,Kirito?"
"Sederhana saja.Hari ini,jika kita membawa pergi Selka dari desa,kita mungkin bisa bersembunyi dari kejaran Integrity Knight." "…"
Eugeo kembali memalingkan wajahnya ke depan,tetap diam,dan berbisik, "Apa itu… mungkin.Bagaimana dengan Sacred Task…"
"Aku tak pernah bilang kau harus ikut serta,Eugeo."
Aku berkata santai dengan nada menyindir.
"Aku akan membawa Selka pergi.Ini adalah kesalahanku karena terlalu banyak bicara,jadi aku bertanggung jawab dalam hal ini." "…Kirito…"
Melihat sisi wajah Eugeo yang memperlihatkan ekspresi terluka,aku merasakan rasa sakit yang menusuk jauh di dalam diriku.Akan tetapi,ini semua untuk mengguncang «Hasrat Kepatuhan» nya yang kokoh.Meskipun aku mencerca diriku jauh dalam lubuk hatiku karena menggunakan keadaan genting Selka sebagai alasan,Aku benar-benar harus memastikan sekarang apakah Taboo Index hanya sebuah hukum filsafat atau sebuah peraturan absolut yang dipercayai orang-orang yang hidup di dunia ini.
Setelah itu,Eugeo menggelengkan kepalanya,dan beberapa detik kemudian.
"Tidak…ini tak mungkin,Kirito.Selka juga memiliki Sacred Task.Bahkan jika aku tahu bahwa Integrity Knight akan datang untuk menangkapnya,Aku takkan membiarkanmu pergi bersamanya.Dan aku tak berpikir hal ini akan berkembang sampai sejauh itu.Selka mungkin takkan sanggup melakukan tindakan kriminal yang berujung hukuman mati."
"Tapi Alice melakukannya."
Aku dengan enteng memberikan contohnya.Mendengar itu,Eugeo menggigit bibir dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk menyangkalnya lagi. "Alice…Alice memang spesial.Dia berbeda dari semua orang lainnya di desa.Bahkan aku…tentu saja ia berbeda dengan Selka juga." Setelah mengatakan itu,ia meningkatkan kecepatannya seakan ia tak mau lagi lanjut berbicara.Aku mengikutinya dari belakang,berbisik kepada gadis yang hanya namanya yang kutahu di dalam hatiku.,
— Alice…siapa sebenarnya dirimu?
Bagi para penghuni dunia ini,termasuk Eugeo dan Selka,Taboo Index buknalah sesuatu yang dapat mereka langgar bahkan jika mereka menginginkannya.Itu seperti manusia di kehidupan nyata yang tak mampu untuk mematahkan hukum fisika yang mnetapkan bahwa mereka takkan mampu terbang.Ini adalah hal yang menegaskan pengamatanku bahwa «mereka masih berbeda dengan diriku sebagai manusia meskipun mereka memiliki Fluctlight sejati». Akan tetapi,melanggar sebuah Taboo yang bersifat adikuasa…Eksistensi macam apa gadis bernamal Alice yang mampu mematahkan Taboo yang begitu adikuasa itu?Apakah dia seorang tester player sepertiku yang menggunakan STL?Ataukah—
Kakiku bergerak dengan sendirinya seolah-olah mencoba untuk menyatukan semua pemikiran dalam benak-ku.Pada momen ini,Eugeo memecah kesunyian. "Aku melihatnya,Kirito."
Aku mengangkat wajahku,dan seperti yang ia katakan,di ujung dari hutan ini,aku bisa melihat batu berwarna putih keabu-abuan saling berjajar. Kami berdua berlari menyusuri beberapa ratus meter yang tersisa dan berhenti di jalan berumput yang berubah menjadi jalanan penuh batu kerikil.Aku terengah-engah dengan sikap sedikit tertekan,melihat ke atas pada pemandangan yang ada di depanku sambil terpukau.
Ini bukanlah dunia virtual—pergantian dari area satu ke area lainnya benar-benar terlalu rapi,membuatku berpikir untuk mengatakan hal itu.Hanya ada buffer zone yang sangat sangat sempit dan kecil membagi keduanya,dan mendadak pemandangan menjadi sebuah pegunungan batu yang hampir tegak lurus.Hal yang menakjubkan adalah ketika aku mengangkat tanganku,tempat yang dapat aku sentuh terselimuti oleh salju tipis.Aku tak tahu seberapa tingginya pegunungan ini,tapi ada cahaya putih murni yang bersinar di dekatnya.
Pegunungan bersalju ini membentang kedua sisi kanan dan kiri tempat aku berdiri,sampai aku tak bisa melihatnya lagi.Pegunungan ini rasanya seperti hendak membagi «sisi ini» dan «sisi seberang» dunia ini dengan sempurna.Jika dunia ini memang benar-benar memiliki perancang,aku benar-benar ingin mengkomplen bahwa rancangan pembatasnya terlalu sederhana.
"Inikah… Mountain range at the Edge ? Dan sisi di baliknya adalah Tanah Kegelapan…?"
Aku berbisik dengan tak percaya.Eugeo menggangguk.
"Aku juga terkejut waktu pertama kali datang kemari. Mountain range at the Edge ini…."
"….dekat sekali dengan kita sekarang."
Aku menghela nafas sambil melanjutkan perkataannya dan secara setengah tak sadar memiringkan kepalaku.Terdapat sebuah jalan tanpa rintangan,bukan jalan yang terbagi dan jaraknya bisa kami tempuh hanya dalam 2.5 jam dengna berjalan lebih cepat.Jalan itu seperti—seperti sedang membujuk kami,manusia membujuk penghuni Underworld menuju area Taboo.Atau seebaliknya bisa dibilang,mengundang orang-orang dari tanah kegelapan untuk menyerang…
Eugeo berbalik ke arahku,yang sedang menenangkan diri,dan berkata dengan gelisah.
"Kalau begitu,ayo bergegas.Kemungkinan besar jarak kita dengan Selka masih 30 menit jauhnya.Segera setelah kita menemukan dan mengajaknya kembali, mungkin kita masih bisa pulang ke desa ketika Solus masih bersinar."
"Ah,ahh…kau benar."
Aku melihat ke arah yang ditunjuknya dan aku bisa melihat bahwa sungai yang kami susuri ini tersedot masuk—atau,lebih tepatnya,mengalir ke luar—sebuah lubang yang menyembul keluar dari dalam dinding.
"Itukah…"
Kami berlari kecil dan masuk.Tinggi dan lebar dinding ini tidaklah sempit.dan di sisi kirinya terdapat jejak air yang mengalir,ada juga sebuah jalan bebatuan dengan lebar cukup untuk 2 orang berjalan saling berdampingan.Lubang itu tertutup seluruhnya oleh kegelapan,dan terkadang ada angin dingin yang berhembus dari dalamnya.
"Oi,Eugeo…bagaimana kita menerangi ruangan ini."
Aku sepenuhnya lupa item penting yang dibutuhkan untuk menyusuri gua dan merasa panik saat aku mengatakannya. Eugeo mengangguk dengan ekspresi yang menunjukkan agar menyerahkan hal itu padanya,dan mengangkat sebatang rumput yang bahkan akupun tak tahu kapan ia mencabutnya.Apa yang akan kau lakukan dengan sebatang rumput bristle Tepat ketika aku melihat kedepan dengan tatapan bodoh,Eugeo berkata dengan ekspresi serius.
"System (システム・) Call! (コール!) Lit (リット・) Small (スモール・) Rod! (ロッド!)"
«System Call»?Tepat ketika aku terkejut karenanya—
Ujung dari rumput yang dipegang Eugeo mengeluarkan sebuah cahaya putih kebiru-biruan dengan bunyi *swoosh*, dan munculah sebuah cahaya terang yang cukup untuk menerangi beberapa meter kegelapan.Eugeo mengangkatnya dan melangkah masuk ke dalam gua.
Keterkejutanku tidak memudar seutuhnya sementara aku buru-buru mengikutinya dan berjalan disampingnya,bertanya,
"Eu-Eugeo…barusan,apa itu?"
Eugeo mengernyitkan dahinya dengan kaku,namun dengan jelas menunjukkan sebentuk ekspresi gembira seraya ia menjawab,
"Ini adalah sacred art,tapi ini hanya yang paling sederhana.Aku melatihnya dengan berlatihkeras untuk mendapatkan «Blue Rose Sword» tahun lalu."
"Sacred art…kau tahu…System itu juga terdapat kata yang berarti Lit…atau sesuatu seperti itulah?"
"Arti…tidak sama sekali.itu tadi kata-kata formula.Kalimat yang digunakan untuk memanggil dewa serta doa untuk mendatangkan keajaiban.Kata-kata formula Sacred Art level tinggi kelihatannya lebih panjang daripada yang barusan tadi."
Aku paham,jadi dia hanya menganggap itu sebagai sebuah mantra tanpa memikirkan itu sebagai sebuah bentuk bahasa.Aku mengangguk-angguk jauh di dalam lubuk hatiku.Akan tetapi,mantra ini benar-benar menuntut sebuah efek yang instans.Perancang dunia ini pastinya seorang yang realistis.
"Ngomong-omong…apa aku bisa menggunakannya?"
Ini bukanlah situasi yang terbaik,namun aku tetap saja menanyakan sebuah pemikiran untuk mencobanya.Eugeo mulai berpikir tak menentu.
"Aku mempelajari mantra ini kapanpun aku memiliki waktu senggang saat ku bekerja,dan itu menghabiskan waktu sebulan untuk menguasai mantra ini.Alice pernah bilang sebelumnya bahwa orang yang memiliki bakat dalam hal ini bisa menguasainya dalam sehari,dan orang yang tak memilikinya tak akan pernah bisa menguasainya seumur hidup mereka.Aku tidak tahu bakatmu,Kirito,tapi tak mungkin bagimu untuk bisa langsung menguasainya…"
Dengan kata lain,jika aku ingin menggunakan sihir…sacred arts,aku harus mempraktekkannya berkali-kali sampai tak terhitung jumlahnya untuk meningkatkan level skill-ku.Ini bukanlah sesuatu yang dapat kuasai secara instan.Aku hanya bisa menyerah sekarang dan menatap kegelapan di depanku.
Jalanan basah berbatu abu-abu berkelok-kelok di depan.Angin sedingin es yang seolah bisa menyayat kulit bertiup ke arahku dari depan.Aku mempunyai seorang kawan bersamaku,tapi bahkan tak memiliki sebuah tongkat kayu,apalagi pedang,yang mana membuatku menjadi khawatir.
"Hemm…..Beneran nih Selka datang ke tempat seperti ini?"
Aku tak bisa menghentikan diriku untuk tak bergumam.Eugeo dengan diam menggunakan rmput bristle yang berpendar untuk menerangi jalan. "Ah…"
Bola cahaya putih kebiru-biruan itu memperlihatkan sebuah kolam dangkal yang membeku.Bagian tengah dari kolam itu telah terinjak ,menciptakan retakan-retakan di sekelilingnya.
Aku mencoba untuk melangkah di atasnya,dan es ini mengeluarkan suara retak dan retakan-retakannya menjadi betambah besar.Dengan kata lain ada seseorang yang lebih ringan daripada aku yang sudah melangkah di atas es belum lama ini.
"Aku tahu…Perkiraan kita benar kalau begitu.Yang benar saja…aku tak tahu dia itu sebenarnya gegabah atau memang tak kenal takut…"
Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali bergumam.Mendengar itu,Eugeo memiringkan kepalanya dalam sikap bingung.
"Sebenarnya,tak ada apapun yang perlu ditakutkan sih.Tidak ada naga putih di dalam gua ini,bahkan tikus atau kelelawar pun tidak ada."
"Ja-jadi begitu…"
Aku sekali lagi diingatkan bahwa meskipun disini ada musuh,mereka bukanlah monster penyerang.Paling tidak aku dapat mengasumsikan bahwa Mountain Range At The Edge ada di dalam sebuah field area sebuah VRMMO.
Punggungku yang terasa tegang karena suatu alasan bisa mengendur pada poin ini—dan pada saat itu juga.
Ada suara aneh datang bersama dengan angin dari kegelapan di depan kami.Eugeo dan aku saling melirik satu sama lain. *Gii*, *gii*,suara itu kedengarannya berasal dari teriakan sejenis burung atau hewan liar.
"Oi… Apa itu barusan?"
"…Nah…Ini pertama kalinya bagiku mendengar suara ini…Ah."
"Se-sekarang apa?"
"Apa kau…mencium bau sesuatu,Kirito…?"
Mendengarnya berkata begitu,Aku berusaha keras mencium bau angin yang baru lewat.
"Ahh…Sesuatu,memberikan bau terbakar…dan…"
Bau damar terbakar yang mengandung sedikit miasma hewan buas tersembunyi di dalamnya.Raut mukaku berubah ketika aku menciumnya.Ini bukanlah bau yang bisa membuatku menjadi rileks.
"Apa ini…"
Tepat ketika aku melontarkan kata-kata ini,suara yang lain datang,dan aku tersentak.
"KYAAAAAHHH…!!!",itu adalah suara kencang yang tak diragukan lagi jeritan seorang gadis.
"INI BURUK!"
"SELKA…!"
Eugeo dan aku berteriak hampir bersamaan sembari kami berlari menelusuri jalanan berbatu licin yang bagian atasnya beku. Aku masuk ke dalam perasaan bahaya terbesarku—sangat besar hingga aku tak bisa mengingat-ingat situasi lain dimana aku pernah memiliki perasaan yang lebih kuat—membentur tubuhku seperti es,membuat anggota tubuhku mati rasa.
Seperti dugaanku, «Underworld» tak sepenuhnya adalah surga.Sebuah kebencian hitam pekat terbungkus di bawah lapisan tipis kedamaian.Sebaliknya ini akan menjadi tidak masuk akal.Dunia ini kemungkinan besar seperti sebuah jepitan raksasa yang menjepit semua penghuninya di antaranya.Orang-orang tertentu menghabiskan ratusan tahun untuk melonggarkan jepitannya perlahan-lahan,menyaksikan apakah para penghuninya akan bersatu untuk melawan ataukah melemah dan dihancurkan.
Desa Rulid kemungkinan besar adalah satu diantara tempat terdekat ke jepitan itu.Sementara «momen terakhir» terus menerus mendekat,jiwa-jiwa para penghuni yang binasa dan lenyap terus menerus meningkat.
Tapi aku jelas-jelas tidak akan membiarkan Selka menjadi yang pertama.Itu karena akulah orang yang membuat ia masuk ke gua ini.Aku harus memastikan bahwa ia bisa kembali dengan aman dalam rangka untuk bertanggung jawab karena telah membuat nasibnya terlibat…
Eugeo dan Aku terus berlari dengan kecepatan penuh,mengandalkan cahaya lemah rumput.Nafas kami menjadi tidak teratur,dan kapanpun kami menghirup udara,dada kami akan terasa sakit.Kami hampir terpeleset beberapa kali,dan lutut serta pergelangan tangan yang terus menerus membentur dinding es akan terus terluka.Tak sulit untuk membayangkan bahwa Life kami berdua menurun.Namun,bahkan jika begitu jadinya,kamu tak bisa memperlambat lari kami.
Sementara kami terus bergerak maju,bau kayu terbakar dan bau busuk/amis hewan liar menjadi lebih pekat. *Gii gii*,suara yang bisa terdengar disertai suara metalik *gacha* *gacha*.Aku tak tahu orang-orang seperti apa yang sedang menunggu di depanku,tapi aku dengan mudah bisa membayangkan bahwa mereka bukanlah sekelompok orang yang ramah.
Karena aku tak punya sesuatu bahkan sebilah pisau sekalipun di pinggangku.Aku harus menyusun beberapa strategi sebelum melaju ke depan dengan hati-hati.
Aku berbisik kepada diriku sendiri layaknya seorang game player,tapi perasaan yang berkata ini bukan saatnya meliputiku.Wajah Eugeo menjadi suram bahkan lebih suram daripada wajahku seraya ia berlari di depan dengan kecepatan yang sangat hebat.Tak peduli apapun,aku kemungkinan tak akan bisa menghentikannya.
Tiba-tiba ada sebuah cahaya jingga bergoyang-goyang pada dinding di depan kami.Dari pantulannya,nampaknya ada kubah yang agak luas di dalamnya.Kulitku merasakan sebuah sensasi menusuk yang jelas oleh adanya kehadiran dari musuh,mereka ada banyak—sepasukan.Aku berdoa agar Selka baik-baik saja sembari melangkah masuk ke dalam ruangan kubah itu bersama Eugeo.
Aku harus melihat keadaan sekeliling dan memilih opsi yang paling sesuai—secepat mungkin.
Aku mengikuti keputusan yang kubuat di dalam benak-ku dan membelalakkan mataku untuk mengakses situasi layaknya sebuah camera wide-view yang sedang memotret.
Pada dasarnya,diameter kubah bundar ini adalah 50 meter.Tanahnya diselimuti sebuah lapisan es tebal,tapi disana ada sebuah retakan besar yang terbuka di bagian tengahnya,memperlihatkan permukaan air hitam kebiru-biruan.
Cahaya jingga tadi berasal dari dua buah api unggun.Di dalam tungku berbentuk sangkar logam hitam *pacha* *pacha*, kayu bakar sedang membara. Juga,tepat mengitari dua buah unggun tadi,terdapat sekelompok makhluk yang terlihat humanoid tapi jelas-jelas itu bukan manusia mupun hewan liar,dan jumlah mereka ada lebih dari 30.
Tiap-tiap dari mereka,atau harus kubilang mereka semua tidak tinggi.Kepala dari makhluk itu jika berdiri hanya setinggi aku,tubuh mereka sedikit bungkuk namun lebih berotot,khususnya bagian lengannya yang terlihat aneh dan tangan yang memiliki cakar tajam di ujungnya yang nampaknya sanggup untuk merobek-robek apapun.Mereka mengenakan armor kulit ringan,dan pinggang mereka terdapat sesuatu seperti bulu-bulu,tulang belulang,dan kantung kecil yang mengeluarkan bunyi-bunyian.Juga—walaupun mereka nampak biasa-biasa saja,aku bisa merasakan kekuatan dari machete buatan mereka.
Kulit mereka hijau keabu-abuan,dan mereka mempunyai bulu-bulu tipis yang tumbuh di tubuh mereka.Mereka semua botak plontos,tanpa terkecuali,dan mereka hanya menumbuhkan rambut di samping telinga tajam dan berujung runcing mereka,seperti kabel.Mereka tidak memiliki alis dan dibawah jidat mereka yang menonjol terdapat mata besar yang tak cocok dengan tubuh mereka,semuanya berwarna kuning korosif. Mereka sangat sangat abnormal— dan juga sesuatu yang telah biasa kulihat.
Mereka adalah monster level rendah «Goblins» yng pasti muncul pada RPG-RPG yang aku familiar dengannya.Menyadari hal itu,aku menghela nafas.Goblin pada dasarnya adalah monster yang digunakan oleh para pemula untuk berlatih dan memperoleh EXP,dan stats numerik mereka normalnya sangat rendah.
Akan tetapi perasaan rileks itu hanya bisa kurasakan sampai salah satu dari mereka yang berdiri di dekat Eugeo dan aku menyadari keberadaan kami dan berbalik.
Tulangku membeku seketika di saat aku merasakan ekspresi yang keluar dari mata kuning makhluk itu.Matanya yang semula menunjukkan keraguan dan keterkejutan,kemudian berganti menjadi sebuah kebengisan dan rasa lapar tanpa akhir.Itu sudah cukup untuk membuatku gemetar layaknya seekor serangga kecil yang terjebak di jarring laba-laba besar.
Orang-orang ini pun bukanlah program.
Aku menyadari ini dengan jelas di tengah-tengah ketakutanku yang luar biasa.
Para Goblin ini pun memiliki jiwa asli,memiliki sifat dasar yang mirip dengan Eugeo dan aku sampai pada batasan tertentu,kecerdasan yang lahir dari Fluctlight.
Tapi mengapa—?Mengapa disini ada makhluk seperti ini?
Selama kurang lebih 2 hari aku terlempar ke dunia ini,aku memiliki sebuah kesimpulan kasar mengenai eksistensi macam apa Eugeo,Selka,dan para penghuni Underworld ini.Mereka kemungkinan besar adalah «Artificial Fluctlights» yang tersimpan dalam medium buatan dan tak tersimpan dalam otak orang yang hidup. Aku tak bisa membayangkan medium apa yang bisa memngawetkan jiwa manusia,tapi paling tidak tak sulit untuk membayangkannya karena mesin STL bisa membaca jiwa seseorang,oleh karena itu STL juga seharusnya bisa menduplikasi jiwa-jiwa tersebut.
Itu benar-benar sebuah pemikiran yang mengerikan,tapi sumber dari duplikasi itu kemungkinan besar adalah Fluclight yang baru lahir.Mereka mampu menduplikasi sesuatu yang disebut sebagi «Bentuk Orisinil Jiwa» tanpa henti dan membiarkan mereka berttumbuh kembang dari bayi-bayi di dunia ini.Selain itu,tak ada hipotesa lain yang sanggup menjelaskan mengapa penghuni Underworld memiliki 'Kecerdasan Asli' dan 'Jumlah STL yang melebihi jumlah sekarang'.Apa yang aku takutkan di malam pertama disini adalah alasan kenapa RATH menantang Tuhan—menciptakan AI Sejati,Sebuah Kecerdasan Buatan,dan menggunakan jiwa manusia sebagai cetakannya.
Tujuan ini telah 90% selesai.Kejelian Eugeo telah jauh melampauiku,dan emosinya yang kompleks telah memiliki arti yang mendalam.Dengan kata lain,tak akan aneh bagi RATH untuk mengakhiri ekspresimen besar dan juga arogan ini.
Tapi kenapa eksperimen ini masih terus dilanjutkan,hal ini menunjukkan bahwa RATH masih belum puas tentang hasil yang mereka dapat sekarang.Apanya yang kurang? Aku terus memikirkan hal ini,dan mungkin itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan «Taboo Index»,peraturan yang Eugeo dan yang lain tak bisa melanggarnya.
Toh,asumsi ini tak bisa menjelaskan eksistensi Eugeo dan yang lainnya.Mereka berbeda denganku dari dimensi fisik,tapi jiwa mereka semua yang adalah «manusia»,benar-benar sama.
Tapi—jika itu yang terjadi,goblin-goblin ini apa?Kebencian kuat ini yang terlihat seperti akan mengalir keluar dari bola mata kuning mereka apa….?
Aku tak berpikir,dan tak enggan berpikir bahwa sosok asli jiwa mereka adalah manusia.Mngkin RATH menangkap goblin asli di dunia nyata dan membiarkan mereka mengenakan STL—pecahan-pecahan pemikiran ini terlintas dalam benakku.
Si goblin dan aku saling menatap satu sama lain kurang dari sedetik,tapi sudah cukup untuk menakutiku.Sementara aku tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa berdiri mematung,goblin di hadapanku mengeluarkan sebentuk suara, *Giii*— yang mungkin sebuah tawa,dan berdiri. Kemudian,dia berkata.
"Oi,lihat!apa yang terjadi hari ini?Dua anak nakal lum putih lain datang kemari!"
Bersamaan dengan itu,suara ribut *gigi*, *gigi*, datang dari segala penjuru kubah.Dipimpin yang paling dekat,para goblin semua mengangkat machete mereka dan berdiri,mengeluarkan sebuah tatapan lapar.
"APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?APA KITA BAWA MEREKA JUGA!?"
Pada awalnya seorang goblin berteriak.Pada saat itu juga,sebuah teriakan terdengar dari belakang,dan semua goblin berhenti tertawa.Diantara para monster-monster ini,ada goblin yang tingginya dua kali goblin lainnya,ia terlihat dari kelas perwira.
Goblin ini memakai scale mail,di dahinya ada sebuah hiasan bulu berwarna primer.Mata yang memiliki semburat merah dibawah bulu itu mengeluarkan intelegensi jahat dan tatapan sedingin es yang luar biasa dan mampu membuat seseorang pingsan.Si pemimpin goblin menyeringai dan menunjukkan gigi kuning berantakannya sebelum berkata dengan nada serak,
"Kita tak akan memperoleh banyak keuntungan bahkan jika kita bawa dua lum laki-laki itu.Terlalu banyak keributan nanti.Kita bunuh saja mereka berdua dan jadikan santapan."
Bunuh.
Sampai sejauh mana aku harus menerima keadaan ini?Aku tak habis pikir.
Aku harus bisa menyingkirkan kemungkinan aku akan mati beneran disini,keadaan dimana tubuh fisikku yang sebenarnya akan menerima pukulan fatal.Meski Goblin-goblin ini tak mungkin bisa melukai tubuh fisikku yang terbaring di STL di dunia nyata.
Namun meskipun begitu,aku tak bisa mengasumsikan bahwa hal ini akan menjadi seperti VRMMO biasa dan berpikir bahwa ini hanya sebuah status yang buruk.Itu karena,disini tak ada sihir pembangkit atau item yang digunakan untuk tujuan seperti itu—begitu juga di area Gereja Central.Jika aku terbunuh oleh mereka disini, «Kirito»yang ini kemungkinan besar akan menemui ajalnya.
Kalau begitu,jika aku mati,apa yang akan terjadi padaku,kesadaran tubuh asliku?
Apakah aku akan terbangun di markas RATH di Roppongi,dan si operator Higa Takeru menyodoriku mimuman sambil berkata 'kau sudah bekerja keras'? Atau akankah aku terbangun di hutan itu sendirian?Atau akankah aku menjadi jiwa tanpa tubuh yang hanya bisa melihat dunia ini dihancurkan?
Juga,dalam situasi ini—Akan jadi seperti apa nasib Eugeo dan Selka jika mereka terbunuh disini?
Tak sepertiku,yang memiliki «personal medium» yaitu otakku,Fluctlight yang tersimpan dalam sejenis instalasi memori besar,akan hilang ketika mereka mati… hal seperti itu mungkin,kan?
Oh ya…Selka,dimana dia?
Aku menyela pemikiranku dan fokus pada adegan di depanku.
Menuruti instruksi dari pemimpin goblin,empat anak buahnya mengeluarkan machete mereka sembari berjalan mendekati kami,perlahan,dengan santai,menunjukkan gigi mereka dan terkekeh-kekeh,kelihatan seperti mereka benar-benar berniat untuk membunuh kami.
Goblin lainnya,yang totalnya lebih dari 20,menunjukkan ekspresi gembira,semuannya terkekeh-kekeh dengan senang *gigi*.Dibelakang mereka,aku akhirnya menemukan seseorang yang aku cari.Aku tak bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan,tapi Selka,dengan pakaian sisternya,terbaring di sebuah gerobak jelek.Tubuhnya terikat dengan tali jerami,matanya terpejam erat,tapi ekspresinya tampak bahwa ia hanya pingsan. Jika kuingat-kuingat,pemimpin goblin barusan berkata «lum» laki-laki itu—Kemungkinan istilah itu ditujukan pada manusia—yang takkan laku dijual bahkan jika mereka menangkapnya,jadi mereka akan dibunuh.
Di sisi lain,gadis akan laku dijual.Mereka berniay untuk menculik Selka,membawanya kembali ke tanah kegelapan dan menjualnya seperti barang dagangan.Jika hal ini berlanjut tanpa kami berbuat apa-apa,Eugeo dan aku pastinya akan dibunuh,namun nasib yang menunggu Selka akan lebih kejam.Aku tak bisa hanya menyerah dan membiarkan ini menjadi bagian dari simulasi,sama sekali tidak.Dia,sepertiku,seorang manusia—dan juga hanya seorang gadis 12 tahun.
Kalau begitu,yang harus kulakukan—
"Hanya ada satu pilihan."
Aku bergumam.Disebelahku,tubuh membeku Eugeo tergerak.
Kami harus menyelamatkan Selka tak peduli apapun jadinya,bahkan jika aku harus mengorbankan hidupku yang sementara ini.
Tentu saja tak segampang itu.Perbedaan dalam kekuatan tempur sangatlah besar.Sementara ketiga puluh goblin itu semua bersenjatan machete dan memakai armor,kami bahkan tak punya tongkat sekalipun di tangan.Tapi meskipun begitu,kami harus maju.Apa yang menggiring terjadinya situasi ini awalnya adalah kata-kataku yang ceroboh.
"Eugeo"
Aku menatap ke depan dan dengan cepat berbisik.
"Dengar.Kita akan menyelamatkan.Jangan bergerak."
"Siap."Aku langsung mendengar jawabannya.Seperti dugaanku,hati di dalam dirinya memang kuat.
"Akan kuhitung sampai tiga,lalu kita akan hajar empat dari mereka yang ada di depan untuk bisa menerobos mereka.Tinggi kita berbeda,dan kita pasti akan sukses jika kita tak takut.Aku akan tangani bagian kiri,kau tangani yang kanan,lalu kita lemparkan api ke dalam danau itu.Jangan buang rumput menyalanya.Segera setelah api berkobar,ambil pedang yang tergeletak di tanag dan lindungi punggungku.Jangan berpikir untuk coba-coba mengalahkan mereka.Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk menangani yang paling besar."
"…Aku belum pernah mengayunkan pedang sebelumnya"
"Itu sama halnya seperti mengayunkan kapak.Ayo..satu,dua,tiga!"
Kami ada di atas es,tetapi Eugeo dan aku tak terpeleset saat kami berlari dengan kecepatan tertinggi yang dapat kami lakukan.Kami terus berdoa agar keberuntungan ini tetap berlanjut sampai akhir,dan aku meraung sekencang-kencangnya.
"UWOOOOHHHH!!!"
Eugeo agak lambat saat ia berteriak "WAAAAAHHHH!!!' Suaranya terdengar seperti sebuah jeritan,tapi nampaknya itu efektif karena keempat goblin itu membelalakkan mata hijau kekuningan mereka.Akan tetapi,mungkin mereka tak tercengang oleh teriakan tadi,tapi karena fakta bahwa «anak-anak nakal Ium» berani menyerbu mereka.
Aku berlari 10 langkah,tetap membungkuk dan mengarahkan tubuhku pada goblin paling kiri dan satu disebelahnya.Bahu kananku menyerbu tepat ke arahnya.Mungkin itu adalah sebuah tindakan yang tak terduga dan efek koreksi dari perbedaan tinggi kedua goblin itu membuatnya berputar dua kali dan terpeleset die s setelahnya.Aku melihat ke samping dan pukulan Eugeo sukses dan dengan indah mengenai goblin-goblin itu sehingga mereka berguling-guling ke samping seperti tempurung kura-kura yang menggelinding.
Aku terus merangsek ke depan dan berakselerasi di tengah kepungan para goblin.Kemungkian besar,goblin-goblin ini tak mempunyai kemampuan merespon yang tinggi karena mereka hanya bisa melihat dengan tatapan kosong tanpa bisa melawan,termasuk pemimpinnya.
Ya.Tetaplah seperti itu dan jangan bergerak! Aku berdoa seolah-olah aku mencaci-maki mereka sementara aku berlari melewati celah diantara mereka dan berlari menuju jarak beberapa meter yang tersisa.
Saat itu juga,si pemimpin goblin,yang nampaknya memiliki kecerdasan yang sedikit lebih tinggi daripada yang lainnya,berteriak penuh amarah,
"JANGAN BIARKAN MEREKA MENDEKATI API—"
Tapi dia sedikit terambat.Euge dan aku bergegas menuju ke arah api dan menendangnya ke air.Sejumlah besar abu bertebaran saat kedua api unggun besar itu tenggelam ke dalam air hitam,meninggalkan suara *syuuu* sembari mereka lenyap disertai sebuah kepulan asap putih. Kubah ini langsung menjadi gelap gulita untuk sesaat—dan kemudian,sebuah sinar redup berwarna putih kebiru-biruan membuyarkan kegelapan.Itu adalah sinar dari rumput bristle yang dipegang Eugeo di tangan kirinya. Saat itu juga,kami mendapatkan keberuntungan kedua kami.
Para goblin disekeliling kami semuanya berteriak,beberapa dari mereka menutupi wajahnya dan yang lain memalingkan punggung mereka.Aku memandang ke sekelilingku dan melihat bahkan si pemimpin goblin di sisi lain danau juga membungkukkan tubuh atasnya dan menggunakan tangan kirinya untuk menutupi matanya.
"Kirito…ini…."
Eugeo berbisik dalam keterkejutannya,Aku dengan enteng menjawabnya.
"Kemungkinan besar…orang-orang ini takut terhadap cahaya ini.Sekaranglah kesempatan kita!"
Dari senjata yang berserakan di tanah sekitar danau,aku mengambil sebilah pedang lurus kasar yang terlihat seperti sebuah lempengan baja besar dan sebilah pisau melengkung yang volumenya sedikit lebih lebar di bagian ujung depannya.Aku menyerahkan pisau itu ke tangan Eugeo.
"Pisau ini gunakan layaknya sebuah kapak.Dengar,gunakan cahaya dari rumput bristle untuk menahan dan menghalau musuh yang mendekat."
"Ki…Kirito?"
"Aku akan menghajar yang satu itu."
Aku dengan enteng menjawabnya dan melihat ke arah si pemimpin goblin yang melotot marah dari balik sela-sela jari yang menutupi wajahnya.Aku menggenggam pedang lurus itu dengan kedua tanganku dan dengan cepat mengayunkannya ke kiri dan ke kanan.Tak seperti penampilannya,yang rasanya seperti agak tumpul,namun pedang ini jauh lebih baik daripada Blue Rose Sword yang beratnya minta ampun.
"GURAAH! KALIAN ANAK-ANAK LUM NAKAL …KALIAN BERANI-BERANINYA MERENDAHKAN «LIZARD KILLER» UGACHI-SAMA INI!? "
Si pemimpin memelototiku dengan satu matanya dan mendekat ke arahku sambil berteriak,menghunuskan machete besar dari pinggangnya dengan tangan kanannya.Pedang hitam legam bernodakan darah yang nampaknya menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tak terawat,memberikan sebuah tekanan yang abnormal.
Bisakah aku mengalahkannya—!?
Menghadapi musuh yang tak begitu tinggi,namun lebih berat dan kekar daripada aku,membuatku langsung panic.Akan tetapi,aku segera menggeretakkan gigiku dan bergerak maju.Jika aku tak mengalahkan orang ini dan menyelamatkan Selka,ini akan menjadi situasi dimana aku telah membawakan takdir terburuk baginya dengan datang ke dunia ini.Ukuran sih tak menjadi masalah.Di Aincrad lama,aku telah bertarung sampai tak terhitung jumlahnya dengan musuh-musuh yang tingginya 3-4 kali daripadaku dibawah kondisi dimana aku akan benar-benar mati apabila aku kalah.
"TIDAK!AKU TAK ADA NIAT MENGHADAPIMU—AKU AKAN MENAKLUKKANMU!"
Aku berteriak,sebagian kutujukan pada si pemimpin dan sebagiannya lagi kutujukan pada diriku sendiri sembari aku berlari melewati jarak yang tersisa.
Kaki kiriku mengambil sebuah langkah besar ke depan,menggunakan pedang ini untuk menebas bahu kanan musuh secara diagonal.
Aku tak meremahkan musuh,tapi reaksi dari si pemimpin goblin benar-benar jauh dari apa yang kubayangkan.Ia mengabaikan pola seranganku dan mengayunkan machetenya secara horizontal.Aku tetap menunduk dan berusaha untuk menghindari serangannya itu.Aku rasa beberapa helai rambut terkena serangan itu karena aku merasa sepertinya mereka ada yang rontok.Pedangku mengenai sasarannya,namun hanya bisa menggores armor bahu logamnya.
Aku akan tertelan oleh kekutan serangannya jika aku berhenti.Berpikir seperti itu,aku tetap menunduk dan bergerak bergerak ke samping musuh,mengincar bagian sisi perutnya yang terbuka sebelum mengayunkan serangan horizontal.Kali ini pun sama saja.Meskipun aku mempunyai feeling begitu,aku tak mampu menembus scale male sederhana itu,dan hanya sanggup membuat terbang mungkin 5-6 cuilan logam. TAJAMKAN PEDANGMU SENDIRI DENGAN BAIK! aku memaki-maki si pemilik pedang ini di dalam hatiku,menghindari serangan balik yang turun dari atas ke bawah.Bilah tebal machete itu menembus lapisan es di tanah,dan aku bergidik ngeri melihat kekuatan lengan si goblin.
Aku jelas-jelas tak bisa menangani hal ini jika aku hanya menggunakan serangan tunggal.Aku membuat keputusan ini,dan sementara si goblin sedang memulihkan diri dari keadaan kakunya,Aku mengambil sebuah langkah besar ke depan dan meluncurkan serangan balik ku.Tubuhku mulai bergerak dengan sendirinya dengan sikap setengah otomatis seolah-olah sedang bergerak dalam sebuah gerakan yang sudah pernah dilakukan secara berulang-ulang,atau dengan kata lain,teknik mematikan yang disebut «Sword Skills».
Saat itu juga,sebuah fenomena yang belum pernah kualami sebelumnya terjadi.
Pedangku mengeluarkan sebuah cahaya sangat lemah.Bersamaan dengan itu,tubuhku melesat dalam kecepatan yang jauh melebihi kecepatan fisik di dunia ini.Hal ini layaknya ada seseorang sedang mendorongku dengan tangan tak terlihatnya dari belakang.
Serangan pertamaku yang datang dengan sebuah ayunan ke atas dari posisi kanan bawah,menyerempet kaki kiri musuh dan menghentikan pergerakannya.
Serangan keduaku yangn berayun dari kiri ke kanan secara horizontal memotong pelindung dada armor itu dan membuat sebuah luka ringan pada daging didalamnya.
Serangan ketigaku yang dengan cepat berayun ke bawah dari kanan atas membabat habis lengan kiri musuh yang terangkat untuk mempertahankan dirinya dari bagian sedikit dibawah siku.
Darah segar yang keluar dari permukaan lengan yang terpotong itu terlihat berwarna hiram pekat dibawah sinar putih kebiruan ini.Lengan kiri si goblin yang terbang *kurukuru* jatuh ke dalam danau di samping kirinya,mengeluarkan efek suara benda berat tercebur.
—Aku menang!
Seraya dengan yakin mempercayai hal ini,aku benar-benar terkejut.
Serangan barusan … sword skill serangan-tiga kali-beruntun untuk pedang satu tangan «Sharp Nail» ,yang bukan cuma penampilan luarnya saja,namun faktanya sword skill itu benar-benar terjadi.Ditengah-tengah tebasan tadi,bilah pedang mengeluarkan lintasan pedang berwarna merah di udara,dan tubuhku berakselerasi oleh kekuatan tak kasat mata.Dengan kata lain,ini adalah «System Assist» disertai sebuah «Light Effect».
Berarti jelas,di dunia ini,Underworld,sword skill benar-benar ada.Sword skill ini tersinstall ke dalam system boosted world. 'Kreasi Ulang sebuah Imajinasi' takkan mampu menggambarkan fenomena ini.Aku hampir tak menyadari skill yang barusan kukeluarkan adalah salah satunya.System mendeteksi awal pergerakanku dan mengeluarkan sword skill dengan bantuan system assist yang membenahi gerakannya.Jika tidak,fenomena seperti ini tak akan bisa terjadi.
Tapi jika begitu,muncul sebuah pertanyaan baru.
Kemarin,Aku menggunakan sword skill «Horizontal» dengan«Blue Rose Sword» dalam rangka untuk menebang the Pohon Iblis«Gigas Cedar».Itu adalah skill dasar yang jauh lebih mudah daripada «Sharp Nail»— hanya sebuah tebasan biasa.Akan tetapi,sytem tak pernah membantuku.Pedangnya tidak berkilau,dan tubuhku tidak berakselerasi.Bilah pedang itu meleset dari targetnya,dan aku terjatuh dalam sikap yang aneh.
Akan tetapi,mengapa aku bisa menggunakan sword skill saat ini?Apakah karena ini adalah pertarungan yang sebenarnya?Tapi bagaimana bisa system menentukan apakah player sedang serius bertarung atau tidak…?
Sambil membuat pemikiran ini,aku berkedip.Di SAO lama,tak terlalu banyak celah yang terjadi.Aku akan terkena efek stun setelah melakukan skill beruntun,dan musuh,yang terluka parah,tak akan mampu bergerak selama ini. Namun—di dunia ini,bahkan dengan adanya sword skill,ini bukanlah game VRMMO.Aku dengan bodohnya melupakan hal itu.
Si pemimpin goblin yang tangan kirinya terpotong tadi berbeda dengan monster-monster yang berasal dari polygon,karena ia tak berhenti bahkan sedetik pun.Kilatan mata kuningnya tak menunjukkan tanda-tanda takut maupun perasaan hampa,hanya kebencian luar biasa dari dalam dirinya.Darah hitam pekat mengalir keluar dari lukanya bersamaan dengan sebuah teriakan seperti kepanasan.
"GAUUAAAA!!!"
Dan dengan cepat ia mengayunkan machete di tangan kanannya.
Aku takkan mampu menghindari bilah pedang berat yang datang secara horizontal itu dengan tepat waktu.Area di dekat ujung machetenya menyerempet bahu kiriku,dan tekanan kekuatannya saja mampu membuatku terpental lebih dari 2 meter sementara punggungku mendarat keras di permukaan licin es.
Saat itu juga,si pemimpin goblin akhirnya membungkukkan badannya dan meletakkan machete itu dimulutnya sembari menggunakan tangan kanannya untuk memegangi tangan kirinya yang terbabat tadi. *Misa misa* - Sebuah suara mengerikan dapat terdengar.Si pemimpin goblin dengan paksa melumatkan dagingnya untuk menghentikan pendarahan.Tindakan ini jelas-jelas bukanlah tindakan standar yang dilakukan AI.Ya… Aku telah menyadari hal ini di saat makhluk itu menyatakan bahwa namanya adalah «Ugachi». Ini bukanlah pertarungan antara player melawan monster,tapi dua orang yang menggenggam senjata dan mencoba untuk saling bunuh.
"Kirito!Apa kau kena!?"
Sedikit jauh dariku,Eugeo menggunakan tangan kanannya untuk menggengam pisau melengkung sementara tangan kirinya mengenggam rumput berpijar tadi untuk menghalau para anak buah si pemimpin goblin.
Aku mau bilang 'Ini hanya luka gores',tapi lidahku kelu tak mampu bergerak seperti yang kupikirkan seraya aku mengangguk disertai sebuah suara yang gemetaran.Semabari menggunakan satu tangan untuk menopang tubuhku di atas permukaan licin es aku berdiri— Sebuah perasaan terbakar menyeruak dari bahu kiriku,rasa-rasanya hal itu sepertinya akan membakar seluruh syarafku. *Saka saka*—Percikan-percikan muncul di bidang pandangku.Aku tak dapat berbuat apa-apa selain berteriak seraya tenggorokanku mengeluarkan sebuah geraman.
Perih— Perihnya luar biasa!
Perihnya melebihi ambang batas rasa sakit yang mampu kutahan.Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali meringkukkan tubuhku dan bernafas terengah-engah.Meskipun begitu,aku tetap mencoba untuk melihat ke belakang untuk melihat bagian bahuku yang terluka.Ujung tunic ku sobek seluruhnya dan memperlihatkan sebuah luka lebar dan parah di kulitku.Itu lebih mirip seperti luka cabikan cakar raksasa daripada luka tebasan pedang.Kulitku dan daging di baliknya benar-benar tersayat-sayat sementara darah merah menyala terus menerus menyembur darinya.Yang tersisa dari tangan kiriku adalah perasaan mati rasa yang panas sementara ujung-ujung jariku tak bisa digerakkan,seolah-olah mereka bukan milikku.
Mana mungkin ini terjadi di dunia virtual ? Aku beteriak di dalam benak ku.
Maksud dari suatu yang disebut dunia virtual adalah untuk menghilangkan semua rasa sakit dan kesusahan yang nyata,keburukan serta sesuatu yang tercemar,dan mencapai sebuah lingkungan yang bersiha nan nyaman,bukan?Apa maksudnya membuat tingkatan rasa sakit dan penderitaan yang seperti kenyataan ini?Tidak— rasa sakit ini jauh melampaui apa yang bisa disebut kenyataan.Jika aku benar-benar mengalami luka parah seperti ini di kehidupan nyata,aku mensekresikan bahan kimia otak atau berakhir dalam keadaan koma sebagai bentuk mekanisme pertahanan,bukan?Tak mungkin seseorang sanggup menahan rasa sakit setingkat ini…
—Mungkin bukan begitu maksudnya.
Aku berusaha keras untuk memalingkan diriku dari lukaku mentertawakan diriku sendiri sebelum mengganti pemikiranku. Aku,orang yang dipanggil Kirigaya Kazuto ini,sepenuhnya tak terbiasa menghadapi rasa sakit yang nyata.Di kehidupan nyata,aku belum pernah menderita luka parah bahkan sejak aku masih kecil.Ketika aku dipaksa kakek ku untuk belajar kendo,aku dengan cepat menyerah. Memang sulit ketika aku menjalani masa-masa pemulihan diri setelah insiden SAO,tapi berkat mesin pelatihan berteknologi paling mutakhir dan pengobatan tambahan,aku tak perlu mencemaskan rasa sakitnya.
Tentu saja,ini sudah tak bisa lagi disebut sebagai dunia virtual.Nerve Gear dan Amusphere memiliki fungsi penyerapan rasa sakit yang mampu menghilangkan hampir seluruh rasa sakit ,dan penyerapan yang levelnya setinggi itu,membuatku bertanya-tanya kalau hal itu menjadi terlalu overprotective.Karenanya,besarnya damage dalam pertarungan sederhananya ditentukan dari meningkat atau menurunnya Hit Point.Oh ya,jika rasa sakit seperti yang kurasakan sekarang ini ada di Aincrad,aku pasti takkan mampu meninggalkan Kota Permulaan. Underworld adalah sbuah surga buatan,dan juga sebuah dunia nyata yang lain.
Aku tak yakin berapa hari ini sudah berlalu,tapi akhirnya aku bisa memahami arti kata-kata yang kukatakan pada Agil di tokonya.Sesuatu yang disebut kenyataan berkaitan dengan rasa sakit,kerja keras,dan penderitaan.Hanya seseorang yang mampu bertahan dari hal-hal yang mendera mereka itulah,dan bahkan sanggup mengatasinya,dapat menjadi lebih kuat di dunia itu.Si pemimpin goblin,bukan,Ugachi telah memahaminya,dan aku tak pernah memikirkan hal ini sekalipun sebelumnya.
Di ujung depan bidang penglihatanku,yang buram oleh air mata,Ugachi menghentikan pendarahan ditangan kirinya yang terpotong dan dalam diam ia melihatku.Matanya melayangkan sebuah tatapan penuh rasa dendam sementara udara di sekitarnya nampak seperti bergemuruh.Ia mengembalikan machete yang dia gigit ke dalam genggaman tangan kanannya dan mengayunkannya. *Vun*.
"…Sungguh sebuah penghinaan,kau tak akan pernah cukup membayar semua ini bahkan jika aku memotongmu kecil-kecil dan melahapmu hidup-hidup,ayo kita lakukan!"
Ugacahi memutar-mutar machete di atas kepalanya *Vun, vun* dan perlahan-lahan mendekat.Aku melihatnya dari kejauhan,melihat Selka,yang terbaring setelah diikat dengan kencang.Pikiranku berpikir bahwa aku harus berdiri,berdiri untuk betarung,tapi tubuhku tak sanggup bergerak.Aku merasakan sepertinya kesan-kesan negatif yang berkembang di dalam diriku telah menjadi pengekang dalam kenyataan yang mengikatku…
Langkah-langkah kaki yang berat tiba-tiba berhenti di depanku.Udara bergemuruh,dan aku merasakan bilah pedang besar itu sedang diangkat.Sudah terlambat bagiku untuk menghindar maupun membalasnya.Aku menggertakkan gigiku dan menunggu momen-momen aku terbebas dari dunia ini.
Akan tetapi,setelah sekian lama,bilah pisau guillotine itu tak pernah turun, *Za zaa-*apa yang menggantikannya adalah suara permukaan es yang terinjak-injak dan kemudian,sebuah suara yang familiar berteriak
"KIRITO—!!"
Aku membelalakkan mataku dalam keterkejutan saat aku melihat Eugeo melompat ke depanku untuk menebas Ugachi.Dia terus menerus mengayunkan tangan kanan yang memegang pisau melengkungnya membabi buta dan memaksa musuh untuk mundur dua,tiga langkah.
Si goblin terkejut pada awalnya,namun ia segera mendapatkan kembali penguasaan dirinya ,memegang machetedengan terampil hanya dengan satu tangan dan menangkis semua serangan Eugeo dari kiri dan kanan.Seketika,aku melupakan rasa sakitku dan berteriak,
"HENTIKAN,EUGEO!CEPAT LARI!"
Akan tetapi ia tetap berteriak,kehilangan kendali dirinya dan terus menerus mengayunkan pisaunya.Seperti yang diharapkan dari seorang yang telah mengayunkan kapak berat itu untuk waktu yang lama,kecepatan tiap-tiap tebasannya membuat mata terbelalak,tapi sayangnya,pergerakannya terlalu sederhana.Ugachi awalnya nampak seperti menikmati perlawanan dari mangsanya sembari terus bertahan dengan antusias,dan kemudian, "GUASS!" ia mengaum dan menggunakan kakinya untuk menendang kaki yang menyokong tubuh Eugeo.Eugeo pun kehilangan keseimbangannya dan terjegal, dengan entengnya Ugachi mengangkat machetenya—
"HENTIKAAAAAAAAN——!!!"
Sebelum teriakanku mencapai mereka,machete itu berayun secara horizontal.
Eugeo terkena tebasan di perutnya dan terpental karenanya,mendarat tepat disampingku dengan suara tumpul,aku secara insting berbalik dan sebuah perasaan sakit yang tajam terjadi di bahu kiriku terasa bagaikan sebuah sambaran kilat,tapi kali ini aku mengabaikan hal itu dan beringsut ke arahnya.
Luka Eugeo jauh lebih serius daripada aku.Tubuh atasnya mendapat tebasan horizontal yang menganga,dan dari luka bergelombangnya menyembur banyak darah segar dengan kecepatan yang mengerikan.Dibawah sinar rumput yang masih ia genggam di tangan kirinya,organ-organ yang bekerja tidak beres dapat terlihat oleh mata telanjangku.
*Cough*.Dengan sebuah suara berat,mulut Eugeo memuntahkan darah yang bercampur buih didalamnya.Mata hijaunya kehilangan sinarnya saat mereka menatapku dengan tatapan hampa.
Akan tetapi,Eugeo tak pernah berhenti mencoba untuk berdiri.Mulutnya menghembuskan nafas yang bercampur dengan kabut merah di dalamnya,gemetaran sembari menggunakan tangannya untuk menopang dirinya bangkit dari tanah. "Eugeo….itu sudah Cukup…itu…"
Aku tak bisa berbuat apa-apa selain berkata begitu.Rasa sakit di tubuh Eugeo bukanlah hal yang sebanding dengan luka ditubuhku.Itu jelas-jelas luka yang sebuah kesadaran normal takkan mampu menahannya. Di momen itu—mata yang kehilangan fokusnya itu melihat lurus kearahku,dan ia melontarkan kata-kata dari mulutnya yang bersimbah darah.
"Ke-Ketika masih kecil dulu… kita berjanji…aku,Kirito… dan Alice, kita akan bersama mulai dari hari kita lahir,sampai kita meninggal nantinya..kali ini,Aku pastinya harus… melindungi…Aku harus…"
Pada momen ini tangan Eugeo kehilangan kekuatannya.Aku segera mengulurkan tanganku untuk menangkap tubuhnya.Tepat ketika berat tubuh kurus namun kekar Eugeo tersalurkan padaku…
Bidang pandangku terliputi oleh kilatan putih yang datang menyela,dan jauh di dalam tabir itu,sebuah bayangan samar-samar muncul. Dibawah naungan rona merah cahaya matahari terbenam,aku sedang berjalan menyusuri jalan setapak diantara ladang-ladang gandum.Seseorang yang menggandeng tangan kananku adalah anak kecil berambut kecoklatan dan tangan kiriku digandeng oleh seorang gadis kecil berambut pirang.
Itu benar… Aku percaya dunia itu takkan pernah berubah.Aku percaya bahwa kami bertiga akan selalu hidup bersama.Akan tetapi, kami tak sanggup melindunginya.Kami tak bisa melakukan apa-apa.Mana bisa aku melupakan keputusasaan itu,ketidak berdayaan itu?Kali ini… kali ini…Aku pastinya akan…
Aku tak bisa lagi merasakan rasa sakit di bahuku.Aku dengan lembut menurunkan Eugeo yang tak sadarkan diri ke permukaan es,menjulurkan tanganku untuk menggenggam pangkal pedang lurus yang terjatuh di lantai.
Aku lalu melihat ke atas dan mengayunkan pedang itu secara horizontal pada Ugachi,yang mengayunkan turun machetenya tepat pada waktunya. "GURA…!"
Sang musuh mengaum kencang dalam keterkejutan seraya tubuhnya sedikit goyah.Aku menggunakan momentum itu sembari berdiri untuk menubruk perutnya.Si goblin kembali goyah dan mundur dua,tiga langkah.
Aku mengacungkan pedang di tangan kanannku ke titik pusat musuh,menghirup nafas pnjang,dan menghembuskannya.
Itu benar bahwa aku benar-benar pemula jika dihadapkan pada rasa sakit karena luka fisik.Akan tetapi,aku pernah mengalami sebuah rasa sakit mutlak yang jauh melampaui itu.Luka seperti ini tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rasa sakit kehilangan seseorang yang penting.Rasa sakit dari kehilangan adalah satu-satunya hal yang takkan pernah lenyap tak peduli bagaimanapun seseorang mencoba untuk memanipulasinya melalui mesin.
Ugachi mengeluarkan raungan tanpa toleransi,dan para anak buah di sekiilingnya yang semula terkekeh-kekeh,*kiki*, semuanya terdiam.
"Lum putih…jangan sombong kau!!"
Aku mengumpulkan kesadaranku ke ujung pedangku di saat Ugachi Ugachi terus menerus menyerang membabi buta. *Kiiiin*. Bersamaan dengan suara ini,segala sesuatu yang ada dalam bidang penglihatanku menghilang layaknya kilatan.Ini adalah perasaan berakselerasi yang telah lama kulupakan,dimana semua syarafku mulai terasa panas.Tidak—di dunia ini,hal itu pastinya bisa dibilang jiwaku sedang membara.
Sembari aku mengahadpi machete yang berayun turun,aku mengambil satu langkah ke depan untuk menghidar dan menebasnya dari bagian kiri bawah,untuk membabat lengan kanan musuh dibagian dekat bahunya.Golong yang berayun bersama dengan tangan raksasa itu putar-berputar di udara *vuun vuun*,dan mendarat di tengah-tengah kerumunan goblin,menyebabkan banyak teriakan muncul.
Ugachi yang telah kehilangan kedua tangannya,memperlihatkan kemarahan dan lebih banyak kekagetan dari mata kuningnya seraya ia mundur.Cairan hitam yang terus merembes keluar dari lukanya menetes ke permukaan es dan menciptakan uap.
"Bagaimana bisa aku yang hebat ini kalah dengan seorang lum… seorang bocah nakal lum…"
Tanpa menunggu suara terengah-engah itu selesai,aku merangsek ke depan dengan semua hal yang ku punya.
"Bukan.Namaku bukan «Ium»!"
Aku setengah tak sadar mengatakan ini.Di waktu yang sama,ibu jari kaki kiri,ujung jari kanan,dan ujung pedang yang mencapai ujung jariku menjadi setajam cambuk.Bilah pedang bersinar kembali,dan kali ini muncul sebentuk cahaya hijau muda.Sebuah tangan tak kasat mata mendorongku dengan kuat dari belakang sembari aku mengeluarkan sword skill tusukan pedang satu tangan, «Sonic Leap».
"AKU ADALAH… PENDEKAR PEDANG KIRITO."
*Pyun*.Disertai suara membelah udara yang sampai ke telingaku,kepala raksasa Ugachi telah melayang tinggi di udara.
Kepala yang kelihatannya akan melambung lurus keatas itu berbalik dan dan jatuh.Aku menjulurkan tangan kiriku untuk memegangnya,menggenggam bulu hiasan yang membuatnya terlihat bagaikan sebuah bandul,mengangkat kepala si pemimpin yang masih berdarah-darah dan berteriak. "AKU TELAH MEMENGGAL KEPALA PEMIMPIN KALIAN!SIAPA SAJA YANG MASIH INGIN BERTARUNG,MAJULAH KEDEPAN!DAN SIAPA SAJA YANG TAK LAGI INGIN BERTARUNG,SEGERA KEMBALILAH KE TANAH KEGELAPAN!"
Eugeo,bertahanlah sebentar lagi.Aku menggumamkannya jauh di dalam lubuk hatiku sambil menatap tajam kearah gerombolan goblin dengan hasrat ingin membunuh paling kuat dari mataku.Para goblin itu mulai panik di saat mereka melihat pemimpin mereka tewas,tiap-tiap dari mereka menatap satu sama lain dan mengeluarkan suara-suara panik *gii gii*.
Sesaat kemudian,salah satu dari mereka,yang berdiri di barisan depan,menggenggam tongkat dibalik bahunya,melangkah maju.
"Gehe,jika begitu,setelah aku membunuhmu,Aku,Abuli-sama akan menjadi pemimpin selanju—…"
Sekarang,aku tak punya waktu untuk dengan sabar mendengar ia menyelesaikan ocehannya.Sambil menenteng kepala si pemimpin di tangan kiriku aku melesat maju,menggunakan skill yang sama dengan sebelumnya dan menebas orang itu dari bagian rusuk kanan sampai bahu kirinya.Dengan suara tumpul,darah yang memucrat setelahnya,tubuh bagian atas yang terbabat itu meluncur turun sebelum mendarat di tanah. Dengan begitu,para goblin yang tersisa akhirnya membuat keputusan mereka.Mereka semua menjerit dan berlari menuju sudut kubuh.Beberapa goblin saling dorong satu sama alin dan berebutan keluar melewati jalan keluar yang bukan tempat kami masuk tadi,dan segera lenyap tanpa jejak.Gema suara langkah kaki dan jeritan itu berangsur-angsur memudar dan lenyap.Kubah es ini memasuki momen-momen kesunyian yang dingin,seolah-olah keributan barusan hanyalah sebuah kebohongan. "EUGEO!! BERTAHANLAH !!"
Aku berteriak,namun wajah pucatnya tak bergreak sedikit pun.Aku dapat merasakan hembusan nafas kecil dari mulutnya yang sedikit terbuka,tapi kelihatannya nafas itu bisa berhenti kapan saja.Luka parah di perutnya masih saja mengeluarkan darah.Aku tahu aku harus menghentikannya,tapi aku tak tahu caranya.
Aku menggunakan tangan kananku yang kaku untuk dengan cepat menggambar symbol dan menyentuh bahu Eugeo.melihat Window yang muncul dengan sikap berdoa.
Life—Poin Durabilitas,menunjukkan angka[244/3425].Juga,angka dibagian depanmenurun dengan kecepatan mengerikan,satu poin tiap dua detik.Dengan kata lain,Life Eugeo akan habis dalam 480 detik lagi—hanya ada kurang lebih 8 menit lagi tersisa.
"…Bertahanlah.Aku akan segera menyelamatkanmu.JANGAN MATI!!"
Aku berteriak kembali dan segera bangkit,berlari ke arah gerobak yang ditinggalkan para goblin.
Di gerobak itu ada Selka,yang terikat diantara tong-tong kayu dan kotak yang aku tak tahu apa isinya serta sejumlah besar senjata.Aku mengambil sebilah pisau dari kotak terdekat dan dengan cepat memotong talinya.
Aku membopong tubuh mungilnya,menggeletakkannya di lantai yang luas,dan segera mengecek keadaannya,tapi di tubuhnya jelas-jelas tak ada luka-luka luar.Nafasnya jauh lebih teratur daripada Eugeo.Aku memegang bahu yang terbalut pakaian sisternya dan mengguncang-guncangnya dengan tenaga seminimun mungkin.
"SELKA…SELKA! BANGUN!!"
Alis mata panjang Selka langsung bergerak-gerak,dan mata coklat muda itu terbuka dengan sekali kedipan.Nampaknya ia tak mampu mengenaliku hanya dengan cahaya yang keluar dari rumput bristle disamping Eugeo sementara tenggorokannya mengeluarkan sebuah teriakan kecil.
"Jangan…jangaan…"
Selka menggoyang-goyangkan tangannya dan mencoba mendorongku ke samping,dan aku memeganginya sebelum berteriak,
"SELKA,INI AKU! KIRITO! JANGAN KHAWATIR,PARA GOBLIN TADI TELAH KABUR!"
Mendengar suaraku,Selka segera berhenti berteriak.Dia menjulurkan jari-jarinya dan dengan lembut menyentuh wajahku.
"Kirito…ini benar-benar dirimu kan,Kirito…?"
"Ahh.aku datang untuk menyelamatkanmu.Apa kau baik-baik saja?Apa ada yang terluka?"
"Tidak…Tidak ada.Aku baik-baik saja…"
Mulut Selka berkerut ke samping,dan ia langsung melompat untuk memeluk leherku.
"Kirito…Aku…Aku…!"
Suara hembusan nafas pelan dapat kudengar di samping telingaku,mengeluarkan isak tangis kekanak-kanakan—namun sebelum hal itu bisa terjadi,aku membopong Selka dengan kedua tanganku dan mulai berlari.
"Maaf, menangisnya nanti saja! Eugeo terluka parah!!"
"Eh…"
Tubuh meringkuknya langsung terdiam membeku.Aku menghentakkan kakiku ke lantai yang dipenuhi pecahan-pecahan es dan menyampar bagian tubuh goblin yang tersisa seraya berlari ke arah Eugeo dan menurunkan Selka.
"Sudah terlambat untuk melakukan perawatan biasa… gunakan Sacred Art-mu untuk menyelamatkannya,Selka,Kumohon!"
Selka mendengarkan perkataanku sembari ia menahan nafasnya dan berlutut sebelum dengan sangat hati-hati menjulurkan tangan kanannya.Ia menyentuh bagian luka Eugeo yang dalam,dan tiba-tiba menarik tangannya kembali.
Sesaat kemudian,ia menggelengkan kepalanya yang diikat kepang tiga kuat-kuat.
"…Aku tidak bisa…ini…luka semacam ini…,sacred art ku…tidak bisa…"
Sembari menggunakan jari-jarinya untuk menyentuh Eugeo,wajahnya memucat.
"Eugeo… kau bohong,kan… karena aku…Eugeo…"
Air mata mengalir turun dari wajah Selka,menetes dan mendarat di genangan darah di atas es.Ia menarik tangannya kembali untuk menutupi wajahnya,mengeluarkan sebuah isakan tangis.Aku rasa terlalu kejam mengatakan hal ini pada seorang gadis kecil, tapi aku berteriak.
"MENANGISLAH SETELAH KAMU SEMBUHKAN EUGEO! TAK PEDULI BAGAIMANA PUN CARANYA,COBA SAJA!BUKANKAH KAU INGIN MENJADI SISTER SELANJUTNYA! KAMU ADALAH PENERUS ALICE,YA KAN!?"
Bahu Selka sedikit tersentak ke atas untuk sesaat,namun segera turun kembali dengan lemah.
"…Aku…takkan bisa seperti nee-sama…aku bahkan tak bisa menghafal mantra yang bisa dikuasai nee-sama dalam tiga hari bahkan setelah sebulan mencobanya.Sekarang ini,apa yang mampu kusembuhkan hanyalah…luka yang sangat ringan saja…"
"Eugeo,dia…"
Aku terbawa oleh emosi yang memuncak di dalam diriku sambil berkata dengan putus asa,
"Eugeo datang untuk menyelamatkanmu,Selka! Dia mempertaruhkan nyawanya bukan untuk Alice,tapi untukmu!"
Bahu Selka kembali tersentak,kali ini lebih kencang daripada sebelumnya.
Selama waktu berlalu ini,Life Eugeo terus menerus menurun menuju angka nol.Hanya tinggal 2 menit waktu yang tersisa,bahkan mungkin tinggal satu menit saja.Momen-momen kesunyian ini seketika menjadi terasa begitu lama tak tertahankan.
Tiba-tiba,Selka mengangkat wajahnya.Ekpresi takut dan ragu yang ia tunjukkan sebelumnya musnah tanpa bekas.
"—Ini sudah terlalu telat untuk perawatan biasa.Kita hanya bisa mencoba sacred art dengan tingkat bahaya tinggi.Kirito, aku perlu bantuanmu."
"Kemarikan tangan kirimu."
Aku segera menjulurkan tangan kiriku,dan Selka menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam tangan kiriku erat-erat.Lalu, ia menggunakan kirinya untuk menggengam tangan kanan Eugeo,yang terbaring di permukaan es,erat-erat.
"Jika sacred art ini gagal,kau dan aku,kita berdua akan mati.Bersiaplah."
"Kalau begitu biar aku saja yang mati—aku siap kapanpun kau siap!"
Selka menatap lurus ke arahku dengan tatapan matanya yang teguh,menggangguk dan memejamkan matanya sebelum menghirup nafas dalam sekali.
"System (システム)・call! (コール!)"
Suara kencangnya menggema di seantero kubah es.
"—Transfer (トランスファー・) human unit (ヒューマンユニット・) durability (デュラビリティ、) right (ライト・) to (トゥ・) left!! (レフト)!!"
Suaranya bergema. *Kiin*- Suara tajam itu terdengar semakain kencang—dan kemudian,sebuah pilar cahaya biru muda muncul ,dengan Selka berada di tengahnya.
Sinarnya jauh lebih terang daripada sinar rumput bristle,berpijar,sementara ia menerangi semua sudut kubah besar ini dengan warna biru muda.Aku tak bisa apa-apa selain menyipitkan mataku,tapi itu terjadi hanya sejenak setelah tangan kiriku yang digenggam oleh Selka tiba-tiba mendapat sebuah perasaan aneh mengelilinginya,yang membuatku membuka mataku lebar-lebar.
Aku merasa seperti seluruh tubuhku lenyap ke dalam cahaya yang seolah-olah itu mengalir dari tangan kiriku.
Melihat dengan jelas,tubuhku sesungguhnya sedang menciptakan banyak sekali bulatan-bulatan cahaya kecil,yang berpindah dari tangan kiriku ke tangan kanan Selka.Aku melihat ke arah dimana cahaya itu bergerak maju,dan cahaya yangn mengalir melalui tubuh Selka itu,meningkatkan kemilaunya sebelum terserap ke dalam tangan kanan Eugeo.
Pentransferan Durabilitas.Dengan kata lain,ini adalah Sacred Art yang mentransferkan Life dari satu orang ke orang lainnya.Jika aku membuka window-ku sekarang,aku pasti akan tahu bahwa jumlah Life-ku sedang menurun.
Tak apa-apa.Ambil saja semuanya.Aku berpikir diam-diam dalam hatiku seraya aku meningktakan kekuatan di tangan kiriku.Selka,yang bertindak sebagai penyalur dan penguat energy,terlihat seakan-akan ia sedang merasa kesakitan juga.Aku menyadari kejamnya dunia ini sekali lagi,dan berapa mahalnya harga sebuah kehidupan itu.
Rasa sakit,penderitaan,dan kesedihan.Alasan mengapa seseorang dengan sengaja bermaksud untuk menekankan hal-hal yang tak seharusnya ada di dunia ini jelas-jelas karena ada sesuatu yang berhubungan erat dengan eksistensi Underworld ini.Jika para teknisi RATH sedang mencoba untuk meraih suatu bentuk terobosan dengan menyiksa Fluctlight penghuninya,kelihatannya seorang penyusup yang tak terduga,yaitu aku,sedang melakukan sebentuk campur tangan dengan menolong Eugeo disini.
Seraya berlanjutnya pentransferan Life,tubuhku terliputi dengan sebuah hawa dingin yang kuat.Aku menggunakan tatapan mataku yang berangsur-ansur memudar untuk mengamati Eugeo.Lukanya terlihat sudah sangat mengecil daripada saat pelafalan mantra tadi dimulai,tapi luka itu belum sembuh sepenuhnya,darah yang mengucur keluar belum berhenti.
"Ki-Kirito…a-apa kau masih baik-baik saja..?"
Selka terengah-terengah kesakitan seraya ia berkata dengan kata yang putus-putus.
"Jangan khawatir… tinggal sedikit lagi,berikan Eugeo sedikit lebih banyak lagi."
Aku segera menjawab,tapi faktanya,mataku hampir kehilangan semua daya penglihatannya sementara tangan kanan dan kakiku mulai mati rasa.Tangan kiri yang digenggam Selka adalah satu-satunya bagian tubuhku yang mengejang dalam kehangatan.
Bahkan jika aku kehilangan nyawaku di dunia ini,itu sepenuhnya tak apa-apa.Jika aku bisa mengembalikan hidup Eugeo,aku sanggup menahan rasa sakit yang terasa lebih sakit daripada sebelumnya ini.Akan tetapi,satu-satunya penyesalan yang akan ku alami adalah aku takkan bisa melihat kelangsungan dari dunia ini sampai pada akhirnya.Jika para goblin tadi hanyalah awalnya,jika serangan dari tanah kegelapan berlanjut dan makin hebat,aku khawatir Desa Rulid akan menjadi yang pertama yang terkena dampaknya.Aku akan kehilangan semua ingatanku ketika aku logout,jadi mungkin aku takkan bisa login lagi.
Tidak,bahkan jika aku menghilang—
Eugeo,yang menyaksikan adanya para goblin dan menghunus pedang untuk bertarung dengan mereka pasti akan melakukan sesuatu.Dia akan memperingatkan kepala desa,memperkuat penjagaan,dan memperingatkan kota-kota tetanggan.Dia pasti akan melakukan hal itu. Karenanya,aku tak bisa membiarkan Eugeo mati disini.
Ahh,tapi—hidupku sudah hampir tamat.Untuk beberapa alasan,aku mengetahui hal ini.Eugeo masih belum membuka matanya.Bahkan setelah aku menghabiskan seluruh Life-ku,itu masih belum cukup untuk membawanya kembali dari jurang kematian?
"…Aku…tak sanggup…jika aku melanjutkannya,Kirito, Life-mu akan…!"
Tangisan Selka nampak terdengar dari kejauhan.
Jangan berhenti,terus lanjutkan.Bahkan meskipun aku aku ingin mengatakan ini,mulutku tak mampu bergerak,bahkan mempertahankan daya pikirku sendiri berangsur-angsur menjadi makin sulit.
Apakah ini kematian?Simulasi meninggalnya jiwa di Underworld..atau,akankah kematian jiwa seseorang akan membunuh tubuh fisiknya di dunia nyata?Apa yang membuatku berpikir begini adalah karena adanya rasa dingin yang tak bisa kutahan dan rasa kesepian yang begitu mengerikan… Tiba-tiba,aku merasakan ada tangan seseorang di bahuku.
Aku—kenal pada tangan ini.Tangan lembut seperti bulu burung,yang tetap terus mencengkeram masa depan dengan kekuatan yang lebih kuat dari siapapun.
...Siapa, kau...?
Aku bertanya tanpa mengeluarkan suara,dan telinga kiriku merasakan sebuah hembusan nafas lembut.Setelah itu,aku mendengar sebuah suara yang membuatku begitu terkenang seakan membuatku ingin menumpahkan air mata.
『Kirito, Eugeo... Aku telah menunggu kalian berdua.Aku akan terus menunggu...di puncak Central Cathedral…』
Rambut pirangnya mengeluarkan cahaya layaknya bintang-bintang dan memenuhi diriku.Energi luar biasa berdenyut mengalir ke semua bagian tubuhku,dan merembes keluar dari tangan kiriku seakan-akan ia mencari jalan keluarnya.
Bagian 5
Suara nyaring perkusif bergema di langit musim semi yang tinggi.
Eugeo menyelesaikan ayunan kapak kelima puluh kalinya,menyeka keringat di keningnya dan berbalik.Aku menurunkan bekal beserta air Siral dan bertanya.
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?"
"Un,aku berusaha memuihkan diri sepenuhnya dengan seharian beristirahat.Tapi masih ada sedikit bekas goresan tersisa.Juga…Aku tak tahu jika ini hanya imajinasiku,namun nampaknya Dragon Bone Axe menjadi benar-benar ringan."
"Nampaknya begitu.42 dari 50 ayunan kapaknya mengenai tepat di bagian intinya."
Mendengar hal itu,Eugeo langsung mengangkat alisnya,dan kemudian tersenyum.
"Sungguh?Kalau begitu aku yang akan memenangkan taruhan hari ini."
"Tak mungkin."
Aku tersenyum balik,kemudian mengambil Dragon Bone Axe dan menggunakan tangan kananku untuk mengayunkannya dengan ringan.Kapak ini benar-benar terasa lebih mantap daripada yang pernah aku ingat dalam memoriku.
Dua malam telah berlalu sejak pengalaman mengerikan yang seperti mimpi buruk di dalam gua «mountain range at the edge ».
Eugeo berusaha mempertahankan Life-nya dengan bantuan sacred art Selka.Matahari baru saja tenggelam saat aku memapah Eugeo di sisi kananku dan menenteng kepala pemimpin goblin di tangan kiriku sekembalinya kami ke Desa Rulid. Semua orang telah berkumpul di plaza,mendiskusikan apakah mereka akan mulai melakukan pencarian dengan grup pencari.Segera setelah melihat kehadiran kami,mereka semua mendesah penuh kelegaan,tepat sebelum kepala desa Gasuph dan Sister Azariya yang akhirnya langsung mulai menghujani kami dengan omelan-omelan keras. Barangkali para orang dewasa lebih merasakan keganjilan karena kejadian yang menurut dugaan mereka tidaklah mungkin yaitu tiga anak muda yang melanggar «Aturan Desa» terjadi.
Namun,ketika Aku menyorongkan kepala si pemimpin goblin di tangan kiriku tepat ke depan para orang dewasa,reaksi semua orang berubah.Mata hijau kekuningan Ugachi yang dua kali ukuran manusia,dengan gigi-gigi tajamnya yang acak-acakan dan wajah bengisnya,menatap lurus mereka,beberapa saat kemudiab para orang dewasa,mengeluarkan teriakan dan kekhawatiran yang lebih nyaring daripada sebelumnya.
Setelah itu,Eugeo dan Selka adalah orang yang sebagian besar menjelaskan perihal perkemahan gerombolan goblin di gua utara dan bagaimana mereka mengatakan bahwa mereka adalah regu pengintai dari tanah kegelapan.Sang kepala desa dan yang lain melihat mereka seperti ingin menganggap ini semua sebagai salah satu omong kosong yang aneh dan hal yang kekanak-kanakan belaka,tapi mereka tak bisa lagi tertawa saat mereka melihat kepala dari monster yang kuletakkan di jalanan berbatu.Diskusi segera beralih menuju hal hal tentang mempertahankan desa, dan kami bebas dengan aman dari ini semua sebelum akhirnya menyeret kaki-kaki lelah kami pulang ke rumah.
Aku membiarkan Selka merawat luka di bahu kiriku di ruang gereja,dan kemudian ambruk seperti gundukan lumpur di atas tempat tidur,mulai untuk tidur.Hari berikutnya,Eugeo dan Aku diizinkan untuk tidak bekerja dan,menikmati mewah serta rasa malasnya tidur terus menerus.Malam yang lain berlalu,dan pagi ini pun tiba.Rasa sakit di bahu dan rasa lelah di dalam tubuhku telah lenyap sepenuhnya.
Setelah sarapan,Aku berjalan dengan Eugeo menuju hutan dengan ekspresi penuh semangat yang sama.Dia telah menyelesaikan 50 ayunan —dan sekarang.
Aku menatap kapak di tangan kananku dan berkata pada Eugeo,yang sedang duduk-duduk agak jauh dariku.
"Kubilang,Eugeo,apa kau ingat...? Di dalam gua itu,ketika kau ditebas oleh goblin…kau mengatakan sesuatu yang aneh,kan? Begini seperti kau,Eugeo,Aku dan Alice adalah teman dulu-dulu sekali... "
Eugeo tak segera menjawab.Dia tetap diam untuk sesaat keika angin sepoi-sepoi,meniup kencang pepohonan.Sebuah suara lembut datang bersama dengan angin itu memasuki telingaku .
"...Aku ingat.Itu harusnya tak mungkin... tapi untuk beberapa alasan,aku mengingatnya dengan jelas.Aku ,Kirito dan Alice lahir dan tumbuh di desa ini bersama-sama... Alice sedang berdiri disini di hari dimana dia dibawa pergi."
"...Aku tahu."
Aku mengangguk dan tenggelam ke dalam pikiranku.
Mungkin semua ingatannya tercampur-aduk di situasi yang ekstrim itu.Aku mungkin bisa menjelaskannya dengan hal seperti itu.Itu dikarenakan sesuatu yang membentuk kesadaran dan kepribadian Eugeo adalah «Fluctlight»yang persis sepertiku,jadi akan jelas baginya untuk membuat beberapa kekeliruan di dalam ingatannya saat di tepi kematiannya.
Akan tetapi,masalahnya adalah—dalam situasi itu.Aku juga mendapatkan ingatan yang membingungkan.Aku menyaksikan Eugeo,yang berangsur-angsur mati disitu,dan benar-benar merasakan sebuah ingatan baru yang menjelaskan bahwa aku sebenarnya tumbuh bersamanya di Desa Rulid.Juga,aku bahkan mengingat tentang gadis berambut pirang,Alice,yang belum pernah kutemui sebelumnya.
Ini tak mungkin.Aku ini,Kirigaya Kazuto,seorang yang mempunyai ingatan mendetail tentang kehidupan bersama dengan saudara perempuanku,Suguha di Kawagoe ,Prefektur Saitama sampai hari ini (atau lebih tepatnya,sampai aku terbangun di dunia ini).Aku tak merasakannya, aku juga tidak ingin memikirkannya,bahwa ini semua hanya karangan belaka.
Apakah fenomena ini hanyalah sebuah ilusi yang Eugeo dan aku lihat di waktu yang sama?
Jika begitu perkaranya,hanya tinggal satu hal yang tak bisa aku jelaskan.Ketika Selka menggunakan sacred art untuk mentransfer Life-ku pada Eugeo dan mencoba untuk mengembalikan kesadarannya lagi,Aku merasakan kehadiran orang keempat di dalam kesadaranku yang berangsur-angsur memudar.Orang itu bahkan berkata :Eugeo,Kirito,Aku akan menunggu kalian berdua di puncak Central Cathedral.
Aku tak bisa menganggap bahwa suara itu hanyalah halusinasi yang terbentuk di tengah-tengah proses memudarnya kesadaranku juga.Itu karena aku belum pernah mendengar sesuatu seperti «Central Cathedral» sampai detik ini.Tentu saja,alaminya itu bukanlah sesuatu yang ada di dunia nyata,dan meskipun aku telah menjelajahi semua jenis dunia virtual,aku pun bahkan belum pernah mendengar ada tempat atau bangunan seperti itu sebelumnya,begitu juga disini.
Dengan kata lain,suara itu bukan berasal dariku maupun Eugeo,dan bahkan kemungkinan besar itu juga bukan suara Selka;seseorang benar-benar telah bicara apdaku.Apa mungkin itu…terlalu banyak celah untuk menyimpulkan bahwa suara itu berasal dari Alice,gadis yang diculik dari desa 6 tahun yang lalu.Jika itu benar-benar dia,apakah hal yang mustahil seperti masa laluku di desa Rulid bersama dengan Alice dan Eugeo benar-benar ada....?
Aku menyela pikiran itu untuk kesekian kalinya sejak aku terbangun,dan berkata,
"Eugeo.Di gua itu,ketika Selka menggunakan sacred art kepadamu,apa kau mendengar suara orang lain?"
Eugeo segera membalas kali ini.
"Tidak ada.Aku benar-benar kehilangan kesadaran saat itu.Apa kau mendengar sesuatu Kirito?"
"Tidak…imajinasiku saja.Lupakan tentang itu…kalau begitu,ayo kerja.Tujuan adalah mendapatkan hit 45 kali."
Aku buru-buru mengesampingkan pemikiran itu dalam benakku,berbalik menghadap Gigas Cedar lagi,menggenggam erat kapak dengan kedua tanganku sementara mengkonsentrasikan seluruh bagian tubuhku.
Kapak yang kuayunkan mengikuti lintasan yang kubayangkan dan membuat bekas,yang nampak seperti ia tertarik kedalamnya saat ia mengenai bagian tengah berbentuk bulan separuh di batang pohon.
***
Hari ini,akhirnya kami menyelesaikan 1000 ayunan kapak bergantian 30 menit lebih awal dari sebelumnya.Itu semua karena kami berdua tak terlalu merasa lelah dan tak perlu kebanyakan beristirahat.Jumlah critical hit kami meningkat dari minggu sebelumnya,dan mungkin ini hanya imajinasiku,tapi sepertinya mata telanjang kami bisa menentukan seberapa banyak kemajuan yang kami buat dengan melihat tandanya pada pohon raksasa itu.
Eugeo meregangkan tubuhnya dengan malas dalam sikap puas,mengatakan bahwa kami harus makan siang meskipun waktunya masih terlalu awal.Dia duduk di akar pohon biasanya,dan aku duduk disampingnya.Eugeo mengeluarkan dua roti bulat dari dalam bungkusan kain di sebelahnya dan menyerahkan satu padaku.
Aku mengambilnya dengan satu tangan dan berkata disertai senyum masam sambil aku menatap roti yang kerasnya masih sekeras batu.
"Akan lebih hebat rasanya jika roti ini bisa menjadi lebih empuk seperti kapak itu yang rasanya jadi lebih ringan."
"Ahaha"
Eugeo tertawa sepenuh hati,mengambil sebuah gigitan besar dan mengangkat bahunya.
"…Sayangnya ini masih tetaplah sama.Ngomong-omong…kenapa rasanya kapak ini jadi lebih ringan…?"
"Mana kutahu"
Aku berkata begitu,namun kau telah memprediksikakn fenomena ini di saat aku membuka «window» milikku malam sebelumnya.Object Control Authority dan System Control Authority dan batas maksimum Life-ku yang meragukan itu telah meningkat drastis.
Aku juga telah membayangkan apa alasannya.Kami membuat gerombolan goblin di gua itu menyerah secara paksa—dengan kata lain,kami menyelesaikan sebuah misi yang sulit,dan membuat sebuah fenomena «Level up» yang biasanya digunakan dalam VRMMO-VRMMO normal.Aku tak ingin mengalaminya lagi,tapi melakoni sebuah pertarungan sulit akan mendapatkan imbalannya juga.
Pagi ini,aku pura-pura tak tahu apa-apa dan bertanya pada Selka apakah dia juga sama seperti sebelumnya.Sacred Art yang memiliki tingkat kegagalan tinggi minggu kemarin sepertinya dapat ia gunakan secara baik sekarang.Selka,yang sebetulnya tidak ambil bagian dalam pertarungan,juga mengalami efek «Level up».Kemungkinan besar,kami bertiga dianggap sebagi sebuah anggota party.dan semuanya mendapatkan EXP.Cara aku menafsirkan ini semua, seharusnya ini adalah sebuah alasan yang bisa diterima.
Object Control Authority Eugeo harusnya meningkat sampai sekitar angka 48 sepertiku.Oleh karena itu,tidak ada alasan untuk tidak mencoba itu lagi.
Aku menyelesaikan roti bulat keduaku dalam beberapa gigit dan berdiri tegak.Eugeo masih makan dengan pelan sambil melihat-lihat.Aku berjalan menuju ke sebuah area terbuka besar di depan batang Gigas Cedar dan menjulurkan tanganku ke bungkusan Blue Rose Sword yang telah diletakkan disini beberapa hari yang lalu.
Aku menggenggam kain pembukusnya dengan setengah percaya dan setengah berdoa,dan menggunakan seluruh kekuatan dalam tubuhku untuk mengangkatnya.
"Ohh…"
Segera,aku hampir terjatuh dan mengambil 2 langkah mundur.Berat yang ku ingat rasanya seperti sebuah barbel dengan beban maksimum ditambahkan padanya,telah benar-benar berkurang tingkatannya dan bila dirasakan sekarang bebannya mendekati sepotong logam tebal. Pedang ini terus menekan pergelangan tanganku ke bawah dengan kuat.Namun,berat ini rasanya jauh lebih menyenangkan,dan perasaan ini mengingatkanku pada pedang kesayanganku di Aincrad lama.
Aku menggunakan tangan kiriku untuk memegang kain pembungkusnya,membuka simpul talinya,dan menggunakan tangan kananku untuk menggenggam pangkal pedang yang berhiaskan dekorasi indah ini.Eugeo menggigit rotinya sambil membelalakkan matanya,dan aku tersenyum membalasnya. *Sharin!!* Aku mengeluarkan pedang dengan bunyi yang dapat membuat tulang belakang menggigil.
Tak seperti beberapa hari yang lalu,Blue Rode Sword paling tidak sedikit lebih ringan saat ia tergeletak dalam diam di tanganku,bagai seorang putri yang pemalu nan cantik. Makin sering aku melihatnya,makin indah pula pedang ini kelihatannya.Apakah itu gagang pedang dari kulit berwarna putih yang rasanya seperti menarik tangan untuk memegangnya,bilah trasnparannya yang nampaknya menyimpan sinar yang kompleks,atau kerumitan pola yang seperti mawar dan tangkainya,semua bagian itu bukanlah sesuatu yang dapat dibuat ulang oleh senjata-senjata yang diciptakan dari poligon-poligon yang aku familiar dengannya.Tak heran Bercouli dalam cerita itu ingin mencurinya dari sang naga.
"Oi…Oi Kirito,kau bisa mengangkat pedang itu?"
Eugeo nampak terkejut. *Hyun hyun* Aku mengayunkan pedang itu dua kali untuk mendemonstrasikannya padanya.
"Roti itu tidak menjadi lebih empuk,tapi pedang ini nampaknya telah menjadi lebih ringan,Yah lihat ini."
Aku menatap Gigas Cedar lagi dan membungkukkan pinggangku.Kaki kananku mengambil beberapa langkah ke belakang sambil aku menatap targetku dengan posisi menyamping,menggunakan gerakan memutar untuk mensejajarkan pedang di tangan kananku.Sementara aku berdiam diri untuk sesaat,bilah pedang itu terselimuti oleh cahaya biru muda.
"—SEII!!"
Aku berteriak singkat sambil menjejakkan kakiku dengan kuat ke tanah.System Assist mengenali kecocokan sword skill dan membuat tubuhku berakselerasi,memberikan sebuah tebasan dengan kecepatan dan akurasi hebat.Ini adalah sword skill pedang satu tangan «Horizontal». Blue Rose Sword nampak menyala bagaikan sambaran kilat horizontal yang dengan keakuratan hit-nya,mengenai batang pohon dengan presisi tinggi,mengakibatkan terjadinya suara tubrukan yang menggelegar.Batang besar Gigas Cedar bergetar sedikit,dan burung-burung yang bertengger di dahannya semua beterbangan.
Aku terpikat dengan sensasi pencapaian dari «Manusia yang menjadi satu dengan pedangnya»yang tak pernah kualami untuk waktu yang lama,dan aku menatap lengan kananku yang terjulur ke depan.Bilah pedang biru muda dan keperakan itu separuhnya tertanam dalam urat kayu yang mengkilap dengan cahaya hitam metalik.
Kali ini,mata Eugeo dan bahkan mulutnya melebar sementara ia menjatuhkan roti yang telah ia makan separuhnya itu ke tanah.Akan tetapi ,anak laki-lak yang melakukan pekerjaan penebang kayu sebagai Sacred Task-nya kelihatannya tidak memperhatikannya,sambil ia berbicara dengan suara yang bergetar,
"….Kirito…,apakah itu….yang dinamakan «sword skill» ?"
Kukira juga begitu.Dari apa yang aku dengar,kelihatannya konsep sword skill juga ada di dunia ini.Aku hanya tidak tahu apakah yang disebut sword skill ini diatur oleh system atau tidak.Aku menyarungkan pedang ini ke dalam sarungnya di tangan kiriku dan dengan hati-hati menjawab,
"Ahh…Kurasa juga begitu,yah."
"Jika begitu…Sacred Task mu sebelum kau dibawa pergi oleh Dewa Kegelapan kemungkinan menjadi seorang yeoman…tidak,mungkin kau adalah prajurit penjaga di sebuah kota besar.Hanya angkatan bersenjata saja yang akan diajari sword skill asli."
Eugeo mulai berkata-kata dengan cepat,seperti sebuah pemandangan yang langka dilihatnya membuat mata hijaunya berkilauan.Sambil melihatnya,aku segera memahaminya.Ia diberi tugas sebagai penebang kayu sebagai Sacred Task-nya,dan selama 6 tahun ini,terus-menerus mengayunkan kapak ini tanpa mengeluh—tapi tak diragukan lagi ia memiliki jiwa seorang pendekar pedang.Kekagumannya pada sesuatu yang disebut pedang dan keinginan untuk menguasai sword skill telah tertanam kuat jauh di dalam dirinya.
Eugeo mengambil satu langkah ke depan,dan seterusnya sebelum tiba di depanku,menatap lurus ke mataku dan bertanya dengan suara bergetar. "Kirito… sword skill milikmu,dari perguruan mana itu berasal?Apa kau ingat nama perguruanmu…?"
Aku memikirkannya secara instan,dan kemudian menggelengkan kepalaku,
"Tidak.Aku ingat.Sword Skill-ku adalah «Aincrad's Style»."
Tentu saja nama ini kubuat baru saja ditempat ini,tetapi setelah aku mengatakannya,kurasa tak ada nama lain yang cocok.Itu karena semua skill ku kupelajari dan kuasah di kastil mengambang itu.
"Ain—crad, style."
Eugeo mengulang nama itu sambil mengangguk.
"Nama yang aneh.Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya,tapi mungkin itu adalah nama dari guru atau nama kota tempat kau tinggal…
—Kirito,yah…aku…"
Eugeo tiba-tiba menundukkan wajahnya dan bicara tergagap-gagap.Tapi beberapa detik berikutnya,dia mengangkat wajahnya lagi bersamaan dengan sinar penuh ketetapan hati yang keluar dari matanya.
"—Bisakah kau mengajariku «Aincrad-style Sword Skills» mu? Aku bukan seorang prajurit,bahkan juga bukan seorang penjaga desa….jadi mungkin ini akan bertentangan dengan beberapa aturan…"
"Apa didalam Taboo Index atau Hukum…Kerajaan ada pasal yang berbunyi «siapapun yang bukan prajurit tidak boleh mempelajari sword skills»? "
Aku bertanya dengan tenang.Eugeo menggigit bibirnya pelan,dan setelah beberapa saat,berbisik.
"…Tidak ada pasal seperti itu….tapi adalah hal yang terlarang untuk memiliki «Banyak Sacred Tasks».Normalnya,seseorang yang diberi tugas Sacred Task sebagi penjaga atau prajuritlah yang bisa mempelajari sword skill…Aku mungkin akan dipandang menyerah pada Sacred Duty-ku sendiri…"
Bahu Eugeo perlahan-lahan turun.Akan tetapi ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga otot-ototnya yang menegang bergetar sedikit.
Aku nampaknya bisa melihat belenggu di sekitar hatinya.Orang-orang yang hidup di «Underworld» ini—«Artificial Fluctlights»yang dipergunakan oleh RATH sebagai sebuah alat produksi massal— mempunyai poin unik yang mana orang-orang seperti kami di dunia nyata tak memilikinya.
Hampir bisa dipastikan,mereka tidak akan pernah melawan aturan para-petinggi yang telah melekat ke dalam kesadaran mereka.Peraturan Tertinggi Gereja Axiom «Taboo Index» bersama dengan Peraturan Kerajaan Norlangard «Fundamental Law» disampingnya , mereka bahkan tidak akan pernah melawan «village rules» yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh Desa Rulid kepada mereka.Mereka takkan mampu melakukannya.
Karenanya,Eugeo hanya bisa menekan keinginannya untuk mencari teman masa kecilnya,Alice yang dibawa pergi ke Capital.Menahan keinginan hatinya dengan terus menerus mengayunkan kapaknya,menghadapi pohon raksasa yang pastinya tidak dapat ditumbangkannya seumur hidupnya.
Tetapi tepat pada momen ini,dia ingin merubah takdirnya dengan kehendaknya sendiri.Oleh karena itu,dia berkata dia mau aku untuk mengajarinya sword skill karena ia kagum pada hal itu,tapi yang lebih penting,itu adalah harapan terbesar yang terpendam jauh-jauh di dalam lubuk hatinya sampai saat ini…untuk menyelamatkan Alicce yang tertangkap dan ia ingin mendapatkan kekuatan untuk bertarung.Bukankah kata-kata ini juga mengungkapkan keinginannya sendiri?
Eugeo menundukkan kepalanya sementara tubuhnya bergetar.Aku menyaksikannya dalam diam dan tetap berkata padanya dalam hatiku.
—Lakukan yang terbaik bagimu,Eugeo.Jangan menyerah.Jangan kalah pada sesuatu yang menahanmu.Majulah…Ambilah satu langkah maju.Karena kau adalah pendekar pedang.
Pada momen ini—
Si anak laki-laki berambut kecoklatan kelihatannya mendengar kata-kataku sementara ia mengangkat wajahnya.Mata hijau indah yang memiliki sinar yang intensitasnya yang belum pernah kulihat sebelumnya seperti sinar mereka menusuk ke dalam mataku.Sebuah suara terpotong-potong dan bergetar terus keluar dari sela-sela giginya yang saling bergeretakan.
"…Tapi,tapi,Aku…ingin,menjadi lebih kuat.Aku takkan membiarkan,kesalahan yang sama,terjadi lagi.Harus mendapatkan kembali…Apa yang aku hilangkan.Kirito…ajari aku,sword skills."
Aku benar-benar tersentuh jauh di dalam lubuk hatiku,tapi masih saja aku menekan perasaan ini sambil tersenyum dan mengangguk. "Aku paham.Aku akan mengajarimu skill-skill yang kutahu— tapi ini akan menjadi latihan yang keras."
Aku mengubah ekspresiku menjadi ekspresi jahil sambil mengulurkan tangan kananku,dan bibir Eugeo akhirnya mengendur seraya ia menggenggam tanganku erat-erat.
"Tak apa bagiku.Ahh,sungguh,ini adalah sesuatu…Aku,Aku telah lama nanti-nantikan ."
Eugeo kembali menundukkan kepalanya bersamaan dengan meluncurnya dua,tiga butir air turun dari wajahnya.Disertai cahaya matahari menyinari yang melewati sela-sela dedaunan.Eugeo melangkah maju sebelum aku dapat terkejut,dan membenamkan wajahnya ke bahu kananku,mengeluarkan sebuah isakan pelan ,menyebar ke dua tubuh yang bersandar satu sama lain.
"Sekarang… Aku tahu.Aku telah lama menantimu,Kirito.Selama 6 tahun,di hutan ini.Aku telah lama menanti kedatanganmu…"
"—Ahh."
Aku menjawab dengan sebuah suara sembarangan dan menggunakan tangan kananku yang menggenggam Blue Rose Sword untuk mengusap punggung Eugeo pelan.
"…Aku pasti terbangun di hutan ini untuk bertemu denganmu juga,Eugeo."
Aku dengan kuat merasakan bahwa kata-kat yang kukatakan setengah sadar tadi adalah sebuah kebenaran.
***
«The Demonic Cedar Tree»,sang tiran dari hutan,Gigas-Cedar yang seperti baja telah berakhir—atau lebih mudahnya kukatakan,tumbang.Itu terjadi 5 hari setelah Eugeo dan Aku menggunakan Blue Rose Sword untuk mempraktekkan «Aincrad-style Sword Skills».
Alasannya sederhana.Pohon raksasa itu adalah sebuah sarana berlatih yang sempurna.Tiap kali aku mendemonstrasikan «Horizontal»,Eugeo akan melatihnya lagi dan lagi,dan potongan pada batangnya semakin dalam dan dalam.Setelah terpotong sekitar 80% dari diameternya,hal itu terjadi.
"—SEIAA!!"
Pohon raksasa itu terkena tebasan horizontal dari pergerakan sempurna Eugeo dan mengeluarkan bunyi berderit tak menyenangkan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kami berdua menatap satu sama lain dengan wajah bodoh,dan kemudian pada batang Gigas Cedar yang menjulang ke langit,kamu membeku karena terkejut saat kami melihat pohon pohon raksasa itu perlahan-lahan tumbang ke arah kami.
Namun,saat itu juga,aku tak merasakan bahwa pohon besar itu akan jatuh menimpa kami,tapi tanah tempat kami berpijak menjorok ke depan.Pohon berdiameter lebih dari 4 meter itu kalah dengan kekuatan gravitasi seraya menundukkan kepalanya ke arah kami,dan pemandangan yang terjadi ini sangat surreal.
Hanya 80 cm—yang jika ku deskripsikan menggunakan satuan di dunia ini,akan menjadi «80cen» — akar-akar yang mengelilinginya tak sanggup lagi nenahan berat pohon itu sendiri dan meledak bagaikan sisa-sisa batu bara.Raungan terakhir pohon raksasa itu terdengar lebih hebat bahkan melebihi 10 buah Guntur yang turun dari surga sementara suara kehancurannya bahkan bisa melampaui plaza pusat desa,dan terus menuju pos penjagaan paling utara.
Eugeo dan aku berteriak di waktu yang sama sambil memisahkan diri secara berturut-turut ke kiri dan kanan.Gigas Cedar yang berwarna hitam legam membelah langit yang berangsur-angsur menjadi jingga dan perlahan,perlahan-lahan tumbang.Tubuh besarnya akhirnya runtuh dan tergeletak di tanah.Kami terkena dampaknya yang lucunya sangat besar dan mengirim kami terbang ke udara.Setelahnya kami mendarat kembali ke tanah menggunakan bokong kami lebih dulu,membuat Life kami berkurang sekitar 50 poin.
***
"Itu benar-benar mengagetkanku…ada banyak sekali orang di desa ini."
Aku menerima sebuah cangkir berisikan sari buah apel dari Eugeo sambil menggumam.
Saat ini,terdapat beberapa kerumunan pada api unggun di plaza pusat Desa Rulid,yang menyinari wajah-wajah penduduk desa yang berkumpul disini.Para pemain band yang berada disamping air mancur memainkan instrumen-instrumen musik yan terlihat mirip dengan bagpipes dan seruling yang sangat panjang.Juga,ada penari yang berdandan mengenakan kulit binatang menari dengan iringan irama musik waltz.Para penduduk desa semua bertepuk tangan dan menepuk-nepukkan kaki mereka mengikuti irama seraya mereka menari di bawah langit malam.
Aku duduk disamping sebuah meja yang agak jauh,dan kakiku juga ikut kuketukkan mengikuti irama.Tiba-tiba aku merasakan dorongan untuk melompat dan ikut bersama penduduk desa yang menari melingkar,sesuatu yang benar-benar membuatku tak percaya.
"Kupikir ini adalah kali pertama aku melihat begitu banyak penduduk yang berkumpul bersama.Bahkan ada lebih banyak orang berkumpul daripada saat festival do’a pada Saint's Day di akhir tahun,pasti."
Eugeo berkata sambil tersenyum,dan aku menjulurkan mug di tangan kananku.Aku tak ingat sudah berapa banyak kami bersulang.Bir berbusa yang hampir sama dengan sari buah apel,tapi ketika aku meminumnya,wajahku akan sedikit merasa panas.
Setelah mereka mengetahui bahwa Gigas Cedar telah tertebang,kepala desa mengadakan sebuah rapat desa yang mempertemukan para pemuka desa.Selama itu,kelihatannya mereka mengalami sebuah perdebatan panas diantara mereka tentang harus mereka apakan «Si Penebang Pohon Raksasa» Eugeo —dan aku.
Sebuah hal menakutkan dalam pikiran segelintir orang karena hal ini terjadi lebih awal daripada yang diprediksikan.Dasarnya,ini memang 900 tahun lebih awal,dan menyelesaikan misi seperti ini adalah kesalahan dan kami patut mendapat hukuman.Namun,kepala desa Gasupth mengakhiri semua itu dan memutuskan bahwa tak peduli bagaimanapun,seluruh desa akan memngadakan sebuah pesta perayaan dan menentukan nasib Eugeo berdasarkan pada hukum.
Hukum apakah yang dimaksud itu,aku juga tak punya bayangan apa-apa,dan aku bertanya padanya.Dia cuma tersenyum dan berkata bahwa aku akan segera mengetahuinya.
Namun,setelah menilik dari ekspresinya,Aku paling tidak tahu bahwa ia tak akan diadukan.Aku habiskan bir didalam cangkirku,mengambil satu stik daging panggang yang saus dagingnya menetes dari piring di sampingku dan membua sebuah gigitan besar.
Memikirkan hal ini secara hati-hati,setelah aku datang ke dunia ini,semua yang kumakan rasanya hambar,seperti roti bulat dan hidangan dari gereja yang hamprr semuanya adalah sayuran,jadi ini akan menjadi kali pertama aku memakan sesuatu yang terdapat kata daging di dalamnya.Selain daging empuk yang dilapisi dengan saus yang tebal — ada juga aroma dari sesuatu yang baunya seperti daging, membuatku sulit percaya bahwa ini semua adalah dunia virtual.Sebuah aroma yang terasa sangat nikmat setelah melalui pertarungan sengit melawan Gigas Cedar.
Akan tetapi,hal ini pastinya takkan berakhir hanya dengan begini saja.Aku rasa begitu saat kami menatap pada barisan penduduk yang berkumpul.Aku memindahkan arah tatapan mataku kepada Eugeo dengan Blue Rose Sword-nya yang tergantung bangga di situ.
Selama 5 hari yang lalu ia telah cukup berlatih dengan sword skill dasar pedang satu tangan — Tebasan mendatar tunggal «Horizontal» yang diarahkan pada Gigas Cedar.
Seperti nama sembarangan yang melekat padanya Aincrad-style,ini adalah sword skill yang pernah ada di Game VRMMO lama «Sword Art Online». Aku masih sedikit dapat memahami mengapa gerakan ini dapat ditiru.Ketika aku pergi ke game VR yang berdasarkan pada baku-tembak,dunia «Gun Gale Online»,Aku menggunakan beberapa sword skill untuk melewati pertarungan-pertarungan sulit,tapi pada akhirnya, hal itu hanya membiarkan avatar untuk mengikuti pergerakan sword skill,tanpa adanya efek cahaya maupun system assist yang membuat pedang berakselerasi terhadapa skill.Seperti yang telah kuduga hal-hal seperti itu tak tertulis dalam game system.
Akan tetapi,di dunia yang lain ini,Sword Skill semuanya bisa muncul efeknya.Jika aku melakukan gerakan isyarat dan membayangkan pergerakan skillnya,pedang akan berkilau dan berakselerasi. Aku khawatir bahwa aku mungkin satu-satunya orang yang dapat melakukan ini di hari pertama latihan,tapi di hari kedua,Eugeo berhasil meluncurkan «Horizontal» untuk pertama kalinya,yang membuktikan bahwa semua penghuni dunia ini bisa menggunakan sword skill selama kondisinya terpenuhi.
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa fenomena seperti ini terjadi.Seharusnya tidak ada hubungan antara teknisi RATH yang mengembangkan STL dengan sisa-sisa teknisi Argus yang mengembangkan SAO.Jika begitu… orang yang mengenalkan padaku pada perusahaan asing bernama RATH dan juga bagian dari kementrian Pertahanan Negara yang menangani insiden SAO…
"Jangan-jangan…"
Aku bergumam sambil mulai melahap daging tusuk keduaku.Jika pemikiranku ini benar,laki-laki itu tak mungkin hanya seorang yang melakukan pengenalan,tapi ia juga seseorang yang berhubungan langsung dengan inti dari insiden ini—tapi aku tak punya cara untuk membuktikannya.Jika aku ingin mendapatkan lebih banyak informasi,yang kulakukan pertama-tama adalah meninggalkan Desa Rulid dan menuju Capital yang ada jauh di selatan.
Halangan terbesar pada rencana ini,Gigas Cedar telah ditumbangkan.Jadi,hanya tinggal satu hal yang perlu dilakukan. Setelah menghabiskan daging dan sayuran yang ditusuk dengan tusukan logam,aku berbalik ke meja dan melihat patner-ku,yang menatap lingkaran penduduk desa,sebelum berkata,
"Aku mau ngomong,Eugeo…"
"Un,…apa itu?"
"Mulai dari sekarang,kau…"
Tapi sebelum aku bisa melanjutkan,sebuah suara melengking datang dari atas kepala kami.
"Disini kalian rupanya!Apa yang kalian berdua lakukan, tokoh utama dalam perayaan ini?"
Aku menghabiskan sedikit waktu untuk menyadari bahwa gadis ini,yang berdiri di depan kami dengan tangan tangan terlipat dan meluruskan punggungnya,adalah Selka.Dia telah melepaskan 3 kuncir rambut di kepalanya dan mengenakan sebuah bando sekarang.Ia tak mengenakan pakaian sister hitam,tapi sebuah rompi merah dan rok berwarna rumput.
"Ah,tidak mau…Aku tidak ahli soal menari…"
Eugeo terus menerus makan sementara ia mencoba mencari-cari sebuah alasan,dan aku mengibaskan tangan kananku.
"Yah,aku juga.Aku kehilangan ingatanku…"
"Ayolah cuma menari saja,kok!Kalian akan mempelajarinya setelah kalian ikutan menari! "
Dia mencengkeram tanganku dan Eugeo di waktu yang sama dan menyeret kami dari kursi.Selka menyeret kami ke tengah plaza meskipun kami memprotes dan mencoba keluar.Kerumunan penduduk langsung bersorak,dan kammi tertelan oleh lingkaran tarian. Untungnya,tarian mereka cukup sederhana,hampir sama seperti yang diajarkan saat festival olahraga.Setelah berganti pasangan tari 3 kali,Aku akhirnya mulai meniru gerakan mereka dan mulai menari.Perlahan,dengan melodi yang sederhana,gerakan ku menjadi lebih riang-gembira,dan kakiku juga menjadi lebih ringan.
Gadis-gadis yang tak tampak seperti orang Barat maupun orang Timur mendapatkan sebuah rona merah di wajahnya seraya mereka tertawa gembira.Aku menggenggam tangan mereka sambil menari bersama,dan mendapatkan sebuah feeling, penuh tanda tanya apakah aku benar-benar seorang pengelana yang tak memiliki ingatan.Itu benar-benar aneh.
—Ngomong-omong,aku pernah sekali berdansa di dunia virtual juga.Pasangan berdansaku adalah identitas lain dari adik perempuanku Suguha di Alfheim,pendekar pedang wanita Slyph,Lyfa.Senyumannya tersirat di wajah gadis di depanku sekarang,membuat hidungku sedikit sakit.
Sementara aku terpikat di dalam sebuah perasaan rindu,musik menjadi lebih keras dan lebih cepat sebelum akhirnya berhenti secara tiba-tiba.Aku melihat ke arah para pemain alat music,dan melihat seorang pria tinggi tegak yang memiliki jenggot rapi melangkah ke atas sebuah podium dengan semua jenis instrumen musik mengelilingnya.Ia adalah kepala desa Rulid,ayah Selka,Gasupht.
Sang kepala desa bertepuk tangan dua kali untuk mengundang perhatian.
"Semuanya,perayaan ini telah mencapai puncaknya,tapi dengarkanlah apa yang akan kukatakan sejenak."
Para penduduk desa mengangkat cangkir berisi bir dan sari buah yang mereka gunakan untuk mendinginkan tubuh mereka yang kepanasan setelah menari dan bersorak untuk membalas kata-kata kepala desa.Semua orang kemudian diam dam kepal desa melihat ke sekelilingnya sebelum bicara kembali,
"—Keinginan terbesar para nenek moyang kita di Desa Rulid akhirnya terpenuhi.Pohon iblis yang mengambil semua anugerah Terraria dan Solus dari tanah subur di selatan telah tumbang!Kita akan mepunyai tempat baru untuk menumbuhkan gandum,kacang-kacangan dan memperluas peternakan kita!"
Suara brilian Gasupth sekali lagi tertutupi sorakan penduduk.Sang kepal desa mengangkat tangannya untuk menenangkan semua orang sebelum ia melanjutkan,
"Pemuda yang menuntaskan tugas ini —putra Orick,Eugeo,kemarilah!"
Kepala desa melambai ke arah pojok plaza,dan disana,Eugeo terlihat tegang saat ia berdiri.Pria agak pendek yang meneriakinya di sampingnya pastinya adalah ayahnya,Orick-san.Ia sama sekali tak mirip dengan Eugeo kecuali warna rambutnya saja,dan tak ada kebanggaan yang terpancar dari wajahnya malahan ia terlihat sedikit bingung.
Eugeo tak mendapat dorongan dari ayahnya,tapi malah dari para penduduk disekitarnya.Dia melangkah ke atas podium dan berdiri di samping kepala desa,dan saat ia menatap ke plaza,semua orang meneriakkan sorakan ketiga dan ternyaring mereka.Aku bertepuk tangan keras dengan antusiasme yang tak kalah dari mereka.
"Berdasarkan pada peraturan—"
Suara sang kepala desa terdengar lagi,dan para penduduk semuanya diam dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"Eugeo yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik,memiliki hak untuk memilih Sacred Task-nya selanjutnya.Dia boleh terus menjadi penebang kayu di hutan,mengikuti ayahnya bertani,menggembala ternak,mengolah wine atau menjadi seorang pedagang,ia bebas memilih jalan apapun yang ia inginkan!"
—Apa!?
Aku merasa keinginan menariku tiba-tiba sirna.
Ini bukan saatnya untuk menggenggam tangan seorang gadis dan ……… Aku harusnya memberikan dorongan terakhir pada Eugeo sedikit lebih awal.Akan gawat jika ia mengatakan sesuatu seperti aku ingin menanam gandum atau yang lainnya.
Aku menahan nafasku sambil menatap Eugeo di atas podium.Dia menundukkan kepalanya dengan sikap kesusahan,memegang rambutnya dengan tangan kanannya,serta mengepal dan melepaskan genggaman tangan kirinya.Aku mungkin akan segera berlari ke podium ,memegang bahunya dan berteriak bahwa kami kan pergi ke capital —sementara aku memikirkan hal itu,sebuah suara kecil terdengar di sampingku.
"Eugeo…bermaksud untuk pergi meninggalkan desa,Kurasa…"
Itu adalah suara Selka,yang telah berdiri disampingku tanpa sepengetahuanku.Mulutnya melengkung ke dalam bentuk sebuah senyuman yang didalamnya bercampur sebuah rasa kesepian dan bahagia
"Be-Begitukah?"
"Un,itu benar.Apa lagi yang harus diragukan?"
Eugeo nampaknya mendengar suaranya dan ia menggunakan tangan kirinya untuk menggenggam erat Blue Rose Sword di pinggangnya.Dia mengangkat wajahnya,terlebih dahulu menatap kepala desa lalu pada para penduduk desa sebelum berkata dengan suara yang jelas.
"Aku ingin—menjadi seorang pendekar pedang.Aku ingin menjadi anggota pasukan penjaga kota Zakkaria dan mengasah keterampilanku.Suatu hari,aku akan menuju ke Capital."
Setelah momen-momen dalam kesunyian,terdengar kebisingan diantara para penduduk desa,namun kali ini kebisingan itu terlihat tidak bersahabat.Para orang dewasa mengernyitkan dahi,berkumpul dan nampak tengah membicarakan sesuatu.Ayah dan dua pemuda disampingnya—yang kemungkinan besar adalah kakak Eugeo—tak terlihat senang juga mendengarnya.
Kali ini,kepala desa lah yang mengendalikan massa,mengangkat tangannya untuk membuat para penduduk tenang dan memberikan tatapan tajam yang sama dan berkata,
"Eugeo,apa kau—"
Mengatakan sampai pada poin itu,dia membelai jenggotnya,dan melanjutkan.
"…Tidak,aku takkan menanyaimu apa alasannya.Gereja telah membuat ketetapan yang mengatakan bahwa kau memiliki hak untuk memilih apa Sacred Task-mu selanjutnya.Baiklah,sebagai tetua Zakkaria,aku serahkan pada putra Orick,Eugeo,Sacred Task baru menjadi seorang pendekar pedang.Jika kau merelakannya,kau bisa pergi meninggalkan desa untuk melatih sword skillmu."
Hoo…hh.Aku mendesah setelah sekian lama.
Jadi kalau begitu,aku akhirnya bisa melihat inti dunia ini dengan mata kepalaku sendiri.Jika Eugeo menjadi petani,aku pastinya akan menuju capital sendirian,tapi karena aku tak punya pengetahuan sama sekali atau uang sekali pun,Aku mungkin hanya akan berakhir dengan menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berjalan tanpa tujuan.Memikirkan kerja keras beberapa hariku yang akhirnya terbayar,bahuku langsung lebih terasa rileks.
Para penduduk desa nampaknya menerima apa keputusan kepala desa,meski mereka agak ragu awalnya,dan mereka mulai bertepuk tangan.Tapi sebelum tepukan tangan mereka terdengar lebih meriah,sebuah teriakan yang mampu membelah langit malam muncul.
"TUNGGU SEBENTAR!"
Seorang pemuda tinggi besar membelah kerumunan penduduk dan melompat kedepan podium.Aku familiar pada rambut pendek warna daun layu dan tatapan mata tajam serta pedang panjang sederhana yang tergantung di pinggangnya.Orang ini salah satu penjaga desa ini yang bermarkas pos penjagaan selatan.
Si pemuda nampak menatap sengit Eugeo di atas podium sementara ia berteriak dengan kasar,
"HARUSNYA ITU ADALAH HAK KU UNTUK MENCAPAI TUJUAN MEJADI SEORANG PASUKAN PENJAGA DI ZAKKARIA!SECARA LOGIS,EUGEO BARU BISA PERGI MENINGGALKAN DESA SETELAH AKU,YA KAN?"
"YA,ITU BENAR!"
Serang yang berjalan keluar dari kerumunan sambil berteriak adalah pria paruh baya yang memiliki warna rambut dan bentuk wajah yang sama,namun dengan perut yang tambun.
"…Siapa itu?"
Aku memalingkan wajahku pada Selka dan bertanya.Selka berpikir sejenak dan menjawab.
"Dia mantan kapten pasukan penjaga Doyke-san dan putranya,kapten pasukan penjaga yang sekarang.Mereka adalah keluarga paling terampil di desa,namun juga keluarga paling menyebalkan disini."
"Ho begitu…"
Tepat saat aku akan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya,Kepala desa Gasupth mendengarkan opini Jink dan ayahnya sebelum mengangkat tangannya seolah-olah ia mencoba menaehati mereka.
"Tapi Jink,kau baru enma tahun menjadi seorang pasukan penjaga.Menurut atuan,kau baru bisa mengikuti turnamen pedang Zakkaria empat tahun lagi."
"KALAU BEGITU EUGEO SEHARUSNYA MENUNGGU 4 TAHUN LAGI! MANA BISA KAU TAK MEMPERBOLEHKANKU PERGI SEMENTARA MEMPERBOLEHKAN EUGEO PADAHAL DIA TAK SEHEBAT AKU!"
"Fm,kenapa kalian tak membuktikannya saja?Mau tidak kau membuktikan bahwa dirimu lebih kuat daripada Eugeo?" "Apa…"
Jink dan ayahnya langsung merah membara.Kali ini,ayahnyalah yang marah dan mendekati Gasupht.
"SEKALIPUN KAU ADALAH KEPALA DESA RULID,AKU TAK BISA PURA-PURA TAK MENDENGAR KATA-KATA MENYAKITKAN ITU! KARENA KAU BERKATA KETERAMPILAN BERPEDANG PUTRAKU KALAH DENGAN SEORANG PEMULA,MARI KITA ADAKAN DUEL SEKARANG!"
Mendengar itu,para penduduk desa langsung berteriak tanpa tanggung jawab.Mereka semua berharap sepenuh hati bisa melihat side event tak terduga dari perayaan ini seraya mereka mengangkat cangkir mereka dan menghentakkan kaki ke lantai,meneriakkan "DUEL,DUEL!"
Tepat ketika aku akan menyela,Jink menantang Eugeo,dan Eugeo menerimanya.Akhirnya mereka berdua berhadapan satu sama lain di tengah tempat yang sudah disediakan para penonton di depan podium.Apa kau bercanda,Aku berpikir begitu dan berbisik pada Selka.
"Aku mau pergi dulu."
"Ap,Apa yang akan kau lakukan?"
Aku tak menjawab seraya aku membelah kerumunan penonton di depan air mancur sebelum menuju ke arah Eugeo.Sama seklai berbeda dengan musuh yang siap menyerang seperti kuda yang mengamuk,Ekpresi yang ditunjukkan Eugeo memperlihatkan bahwa ia tak tahu harus berbuat apa,dan ia menghela nafas lega ketika ia melihatku sebelum berbisik,
"A-Apa yang harus kulakukan,Kirito?Masalahnya sepertinya makin runyam."
"Tak ada gunanya meminta maaf sekarang.Lupakan saja.Apakah kalian akan saling menebas satu sama lain dalam duel ini?"
"Ya ndak lah?Kami memang akan memakai pedang,tapi itu hanya sampai serangan nya hampir mengenai satu sama lain."
"Fiuh…tapi jika pedang ini tidak berhenti ketika ia menyerang musuhnya, kemungkinan lawanmu akan mati.Dengar,jangan arahkan ini pada Jink,tapi arahkan saja pada pedangnya.Serang saja sisi pedangnya di bagian perut dan gunakan «Horizontal» untuk mengakhirinya."
"Be-Benarkah?"
"Tentu saja,aku janji."
Aku menepuk punggung Eugeo dan mengangguk pada Jink dan ayahnya yang menatapku dengan tatapan curiga sebelum mundur kembali ke arah kerumunan penonton.
Di atas podium,kepala desa Gasupth menepuukkan tangannya dan berteriak.DIAM!
"Kalau begitu—walaupun ini diluar rencana,kami akan menggelar duel antara kapten pasukan penjaga Jink melawan si penebang…bukan,pendekar pedang Eugeo sekarang juga!Kedua belah pihak akan bertarung sampai pedang miliknya hampir mengenai tubuh lawan,akan tetapi memberikan damage pada masing-masing Life tidak diperbolehkan,kalian paham!?"
Bahkan sebelum ia selesai berkata, *Shiing*,Jink mengeluarkan pedang yang ada di pinggangnya,dan Eugeo sedikit agak terlambat mengeluarkan pedangnya juga.Para penduduk desa melihat Blue Rose Sword yang mengeluarkan cahaya indah yang bersinar dibawah cahaya api unggun.Nampaknya Jink tertekan oleh tekanan dari pedang lawan.Kepalnya ia miringkan ke belakang sejenak sebelum ia kembalikan ke posisinya semula dengan cepat.Wajah dari pasukan penjaga muda itu memperlihatkan kemarahan yang lebih besar,dan ia menunjuk Eugeo dengan tangan kirinya sebelum mengucapkan kata tak terduga,
"APA PEDANG ITU BENAR-BENAR MILIKMU,EUGEO?JIKA ITU BARANG PINJAMAN,AKU PUNYA HAK UNTUK MENGHENTIKANMU MENGGUNA…"
Eugeo tak menunggu ia menyelesaikan teriakannya dan menjawab dengan sikap teguh.
"Pedang ini—Aku mendapatkannya dari gua di utara.Sekarang,ia adalah milikku!"
Para penduduk desa seketika langsung mulai bergumam,dan Jink tak mampu berkata apa-apa.Kupikir ia akan meminta Eugeo untuk membuktikan hak kepemilikannya,tapi sepertinya Jink tak punya maksud seperti itu.Kemungkinan besar,di dunia ini yang mana pencurian tidaklah ada,seseorang yang mengakui hak kepemilikan barangnya jelas-jelas menunjukkan bahwa barang itu "adalah miliknya" dan meragukan serta mempertanyakan hal itu mungkin akan melanggar haknya.
—Aku tak tahu apakah tebakanku ini benar atau tidak,Tapi Jink tak melanjutkan perkataannya sementara ia meludahi kedua tangannya sebelum mengangkat tinggi-tinggi pedangnya.
Di sisi lain,Eugeo menghunus pedangnya hanya dengan tangan kanannya saja dan mengarahkan ujungnya ke arah mata lawannya.Ia menggerakkan tangan dan kaki kirinya ke belakang,menjaga kerendahan pusat gravitasinya.
Sementara ratusan penduduk desa menahan nafas mereka ketika mereka menontonnya,Gasupth mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi,berteriak MULAI! Dan mengayunkannya ke bawah.
"UOOOHHH!!"
Seperti yang kuduga,Jink langsung berlari maju sambal berteriak kasar,mengayunkan pedangnya turun ke depan, membuat orang akan ragu ia akan benar-benar mengayunkan pedangnya sampai tepat satu inci jaraknya dari lawan dengan momentum itu—
"...!!"
Saat itu juga,aku menghela nafas pelan.Pedang Jink mengganti arah serangannya dengan hebat di udara.Kelihatannya ia seperti akan mengayunkan pedangnya dari atas,tapi sebenarnya ia mengayunkan pedangnya secara horizontal dari kanan.Ini cuma gerak tipu dasar,namun jika Eugeo mengikuti saranku dan siap mengayunkan «Horizontal» dengan membidik pada pedang Jink,akan sulit baginya untuk menangani sebuah ayunan mendatar dengan ayunan mendatar juga,dan itu akan menyebabkan serangannya meleset sebelum akhirnya ia terkena hit oleh pukulan lawannya…
"I...yahh!!!"
Teriakan yang agak kurang semangat jika dibandingkan dengan teriakan Jink memecahkan pemikiranku tadi dengan cepat.
Skill yang digunakan Eugeo bukanlah «Horizontal».
Ia mengangkat pedang ke bahu kanannya dan nampak ia telah siap.Bilah pedangnya mengeluarkan sedikit cahaya biru tebal.Terlihat ia seperti akan mengguncangkan bumi sementara ia melangkah maju sebelum melakukan sebuah tebasan tajam dengan busur diagonal 45 derajat di udara.Ini….sebuah skill yang belum pernah kuajarkan padanya,tebasan diagonal «Slant».
Eugeo yang sedikit terlambat mengaktifkan skill-nya,membiarkan pedangnya bergerak dalam kecepatan kilat dan menghentikan gerakan pedang Jink yang sedang berayun mendatar dari atas.Aku menyaksikan bilah pedang besinya hancur dengan mudah dan aku bertanya pada diriku sendiri. Eugeo pasti menggunakan pedang kayu untuk melatih sword skillnya berkali-kali sampai tak terhitung jumlahnya setelah ia sampai di rumah.Ia menemukan dengan baik adanya sword skill «Slant» selama latihannya,jadi tak ada hal asing baginya sampai menit terakhir ia menggunakan skill barusan.Kesatuan gerak dari Eugeo dan Blue Rose Sword yang menari-nari bahkan menciptakan sebuah perasaan elegan darinya.
Jika ia terus menerus berlatih dan mempelajari lebih banyak sword skill dan bahkan menempuh ujian berat di medan pertempuran,akan menjadi pendekar pedang sehebat apa dia?Jika…jika aku benar-benar bertarung dengannya suatu hari,bisakah aku paling tidak tetap berdiri dihadapannya…? Para penduduk desa menyaksikan kemenangan meyakinkan yang tak ada satupun menduganya ini dan bersorak nyaring. Aku bertepuk tangan penuh antusiasme diantara merekamdan merasakan keringat dingin mengalir turun di punggungnya.
Pasangan ayah dan anaknya Jink terlihat tercengang sementara mereka melangkah pergi,dan suara musik segera terdengar.Atmosfer dari perayaan ini terlihat lebih bersemangat daripada sebelumnya,dan itu baru bisa berakhir ketika lonceng di menara gereja berbunyi yang menandakan telah jam 10 malam.
Aku meminum 3 cangkir sari buah apel lagi sebelum akhirnya melupakan rasa khawatir yang datang tanpa sebab,ikut menari lagi dengan perasaan riang-gembira karena mabuk,dan diseret pulang ke gereja oleh Selka saat itu semua berakhir.Di depan pintu masuk,Eugeo yang tersenyum masam,setuju untuk ketemuan dulu denganku besok pagi sebelum berangkat,dan aku akhirnya dengan susah payah mencapai kamarku dan ambruk ke tempat tidur dengan punggungku.
"Yang benar saja,bahkan jika ini adalah sebuah perayaan,kau minum terlalu banyak,Kirito.Nih,Air putih."
Aku segera meneguk air sumur sedingin es yang disodorkan Selka,dan pikiranku akhirnya menjadi jernih seraya aku menghela nafas panjang.Tak peduli berapa banyak bir yang kuminum di Aincrad maupun Alfheim,aku tak akan mabuk,tapi nampaknya bir di Underworld ini adalah bir sungguhan.Kurasa aku harus mencatat hal ini dan aku pandang gadis yang berdiri di sebelahku,melihatku dengan khawatir.
"….A,Ada apa?"
Aku tak tahu ekspresi apa yang Selka lihat di wajahku karena sepertinya ia takut.Aku buru-buru menundukkan kepalaku. "Yah… maaf.Apa kamu tak mau bicara lebih banyak pada Eugeo?"
Masih dalam pakaian terbaiknya,wajah Selka langsung tersipu dalam warna merah ceri.
"Kenapa kau tiba-tiba ngomong begitu?"
"Karena,besok pagi,kamu akan…tidak,aku akan meminta maaf dulu.Maaf hal ini berkembang sampai ke tingkat dimana sepertinya akulah yang membawa Eugeo keluar dari desa.Jika laki-laki itu tetap terus menebang kayu di desa ini,mungkin saja dia,yah…membentuk sebuah keluarga denganmu atau begitulah,Selka… "
Selka menghela nafas kuat dan duduk disampingku.
"Yang benar saja,kamu,ngomongin apaan sih…"
Dia benar-benar terlihat terkejut sementara menggelengkan kepalanya beberapa kali,dan melanjutkan, "…Yah,lupakan—toh,segera setelah Eugeo pergi meninggalkan desa,pastinya aku akan merasa kesepian…namun,aku juga merasa bahagia.Sejak Alice nee-sama menghilang,Eugeo tetap menjalani kesehariannya seolah-olah ia telah menyerah pada segalanya namun sekarang ia bisa tersenyum begitu bahagia dan memutuskan untuk mencari nee-sama.Kupikir ayah mestinya merasa lebih senang melihat dirinya yang seperti ini,sebab Eugeo takkan pernah melupakan nee-sama."
Aku memikirkan arti perkataan Selka,dan menggelengkan kepalaku pelan.
"Tidak,kamu juga hebat.Gadis biasa pastinya akan segera kembali saat mereka sampai ke jembatan di luar desa atau jalan menuju hutan atau pintu masuk gua.Tapi kamu tetap berjalan menyusuri kedalaman gua yang gelap dan bertemu dengan sepasukan goblin pengintai.Kamu telah melakukan sesuatu yang hanya kamulah satu-satunya yang bisa melakukannya."
"Hanya Aku…yang bisa melakukannya…?"
Selka melebarkan matanya dan memiringkan kepalanya.Aku mengangguk kepadanya.
"Kamu bukanlah pengganti Alice,Selka.Kamu jelas-jelas memiliki sesuatu yang hanya kamu seoranglah yang memilikinya.Kamu hanya perlu memelihara bakat ini."
Faktanya,Aku percaya mulai dari sekarang,bpenguasaan Sacred Art Selka akan meningkat dengan pesat.Itu karena ia bisa memukul mundur pasukan goblin bersama denganku dan Eugeo, jadi System Control Authority harusnya telah meningkat.
Akan tetapi,ini bukanlah masalah bakat.Dia menantang sebuah pertanyaan " orang seperti apa dia ini " dan mendapatkan jawabannya.Hal inilah yang akan membuatnya memiliki kekuatan yang lebih kuat daripada orang lain.Kepercayaan pada diri sendirilah yang akan menjadi kekuatan terbesar yang dapat diciptakan oleh jiwa manusia.
Hanya masalah waktu bagiku untuk mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan yang tertunda oleh adanya kemauan tertentu. Kesadaranku—Aku,sesorang yang dipanggil Kirito atau Kirigaya Kazuto,siapa sebenarnya aku ini?Apakah aku adalah Fluctlight yang bersemayam dalam otak yang hidup,yaitu «aku yang sebenarnya»?Atau Aku adalah «clone» yang diambil dari diriku yang sebenarnya oleh STL dan disimpan pada medium tertentu?
Hanya ada satu cara untuk memastikannya.
Eugeo,Selka,dan orang-orang lain yang berada di Underworld,Fluctlight mereka tak akan pernah melanggar «Taboo Index» dan «Empire Fundamental Law».Tapi bahkan jika aku bisa melanggar taboo di dunia ini,bukan berarti aku bukanlah sebuah Fluctlight buatan.Aku tak tahu menahu mengenai pasal-pasal di dalam Taboo Index… dengan kata lain peraturan-peraturan ini tak tertulis dalam jiwaku.
Di sisi lain,aku harus memastikan kalau aku dapat menggunakan kemauanku untuk melanggar suatu aturan…moral yang selalu aku percayai seumur hidupku sampai saat ini.Aku telah menelaah semua pemikiran ini selama beberapa hari ini,tapi masih saja agak sulit bagiku.Menggunakan pedang untuk melukai penduduk desa atau mencuri jelas-jelas telah keluar dari batasan,namun jika itu digunakan sebagai alasan seseorang untuk memastikan sesuatu,hal itu akan menjadi sesuatu yang lebih tidak bisa dipercayai.Sekarang,Aku hanya bisa mengandalkan hal ini. Aku berbalik dan menatap wajah Selka yang duduk tepat di sampingku.
"…Ada apa?"
Aku menjulurkan tanganku pada wajah Selka yang terlihat bingung dan meminta maaf kepada Asuna dan Yui jauh dalam lubuk hatiku.Aku lalu meminta maaf pada Selka,mendekatkan wajahku dan menempelkan bibirku pada kening putih bersih dibawah bandonya.
Tubuh Selka tiba-tiba tersentak,dan ia tak bergerak.Setelah 3 detik,wajahku akhirnya meninggalkan Selka,dan pipinya memerah,begitu merahnya bahkan sampai mencapai telinganya ,sementara ia menatap lurus ke arahku.
"A…Apa,yang barusan kau lakukan…?"
"Kurasa… Ini kemungkinan besar adalah apa yang disebut sebagai «Sumpah seorang Pendekar Pedang»."
Aku mencari-cari alasan yang cocok seraya menggertakkan gigiku setelah aku menyadari sesuatu di dalam hatiku.
Sepertinya aku telah melakukan sesuatu yang diriku sebenarnya pastinya tak akan melakukannya,Aku yang ini adalah aku yang sebenarnya.Jika aku adalah clone dari Fluctlight,aku akan berhenti secara otomatis di jarak beberapa millimeter dari kening Selka . Sementara aku memikirkan hal ini,Selka terus menerus melihat wajahku dan menggunakan tangan kanannya untuk menyentuh keningnya sebelum menghela nafas.
"Sebuah sumpah… mungkin itu adalah tradisi negaramu,tapi jika saja bukan di kening namun di…Mungkin akan ada Integrity Knight yang terbang kemari sekarang.Itu adalah sesuatu yang melanggar Taboo Index."
Ada bagian di tengahnya yang tidak aku dengar,namun aku tak enak hati untuk menanyakannya.Selka menggelengkan kepalanya lagi,menunjukkan sebuah senyuman tipis di wajahnya,dan bertanya padaku.
"Lalu...apa sumpahmu?"
"Bukanlah sudah jelas… Eugeo dan Aku akan pergi menyelamatkan Alice bersama-sama dan membawa saudara perempuanmu itu kembali ke desa ini.Percayakan hal itu padaku…"
Aku berhenti sejenak,lalu mengatakan kata-kata berikutnya,
"Karena Aku adalah Pendekar Pedang Kirito."
Bagian 6
Cuaca benar-benar cerah pagi esoknya.
Sambil merasakan berat dari kotak makan siang yang dibuatkan oleh Selka di tangan kanan kami,Eugeo dan Aku berjalan menuju selatan,menyusuri jalanan yang takkan kami susuri untuk waktu yang lama.
Ketika kami tiba di persimpangan yang mengarah ke jalan kecil menuju hutan dimana Gigas Cedar pernah berdiri disana,Aku melihat seorang pak tua berdiri disana.Wjah penuh keriput yang tertututtpi dengan kumis putih,tubuhnya masih tegap,kilatan di matanya seolah-olah bisa menembus masuk ke dalam diriku.
Segera setelah ia melihat pak tua itu,Eugeo tersenyum riang dan lekas berlari.
"Garitta-jii! Aku senang kau ada disini.Aku tak bisa menemuimu kemarin."
Aku ingat aku pernah mendengar nama itu.Dia pasti pengemban «tugas menebang Gigas Cedar» sebelumnya.
"Eugeo,kau telah berhasil menebang Gigas Cedar,yang mana aku tak bisa memotongnya sedalam jari sekalipun…Bisakah kau ceritakan padaku bagaimana kau melakukannya?"
"Menggunakan pedang ini dan…"
Eugeo mengeluarkan Blue Rose Sword dari sarung pedang yang tergantung di pinggang kirinya sedikit,kemudian dia berbalik dan melihat kearahku.
"Lebih dari itu semua,dia…itu berkat temanku.Namanya adalah Kirito.Dia benar-benar orang yang konyol."
Aku buru-buru menundukkan kepalaku sambil berpikir "Pengenalan macam apa itu.".Pak Tua Garitta berjalan ke arahku,memberikan sebuah tatapan menusuk dari mata tajamnya——dan memberikan sebuah senyuman lebar segera setelahnya.
"Jadi kau adalah «Anak hilang Vector»yang dirumorkan itu,huh.Aku tahu....seorang kawan yang variatif."
Ini adalah kali pertama aku mendengar sesuatu seperti itu,sambil aku memiringkakn kepalaku menerka-nerka apa maksud perkataannya,pak tua itu mengacungkan tangan kirinya ke arah hutan dan lanjut berbicara,
"Nah,Maafkan aku telah mengganggu perjalanan panjang yang telah menunggu kalian,namun maukah kalian berdua pergi denganku sebentar.Aku ingin kalian berdua melakukan sesuatu. "
"E-Err,Kirito.Tak apa-apa,kan?"
Aku mengangguk seolah aku tak punya alasan yang tepat untuk menolak permintaan itu.Pak tua itu tersenyum lagi,sebelum memberi isyarat pada kami sementara ia melangkah ke jalan kecil menuju hutan.
Meskipun aku baru pulang-pergi melewati jalan ini dalam seminggu,Aku merasakan sebuah perasaan mendalam yang rasanya mirip dengan perasaan nostalgia,setelah kami berjalan sekitar dua puluh menit,kami tiba di sebuah tempat terbuka yang luas. Penguasa hutan,yang berdiri tegak menjulang seolah-olah ia bisa mencapai surga selama berabad-abad,sekarang tubuh besarnya tergeletak tanpa suara.Tumbuhan rambat tipis mulai menjalari batang hitam legamnya,dan jauh dimasa depan,kupikir ia akan membusuk dan kembali ke tanah/bumi. "…Ada apa dengan Gigas Cedar,Garitta-jii?"
Si Pak tua tak menjawab pertanyaan Eugeo tapi ia berjalan menuju puncak dari batang pohon yang tumbang itu.Kami buru-buru menyusulnya,tapi kami disambut oleh rintangan yang tercipta oleh dahan-dahan Gigas Cedar dan pohon-pohn lain yang saling membelit satu sama lain.Jika aku lihat dengan teliti,dahan-dahan hitam Gigas Cedar,tak peduli seberapa kurusnya ia,tak ada satupun darinya yang rusak,walaupun beberapa dari mereka ada yang menembus ke dalam tanah maupun menusuk bebatuan.Kekerasan mereka benar-benar mengherankan.
Kami mendapat beberapa luka gores di lengan kami yang tak tertutupi saat kami berjibaku melewati dahan-dahan ini,dan tak begitu lama kemudian kami sampai di samping pak tua Garitta yang nampak segar-segar saja sementara ia berdiri dengan tegak.Sambil menggunakan telapak tangannya untuk menyela keringat di dahinya,Eugeo berkata menggerutu,
"Apa sih sebenarnya yang ada disini?"
"Ini."
Apa yang dtunjuk pak tua itu adalah ujung tertinggi dari Gigas Cedar yang telah tumbang,pucuk tertinggi pohonnya yang memanjang lurus.Itu adalah sebuah dahan kecil yang belum tumbuh besar,panjangnya cukup panjang,ujungnya meruncing tajam bagaikan sebuah rapier. "Ada apa dengan dahan ini?"
Pada pertanyaanku,si pak tua menjulurkan tangan kanan …… dan mengusap bagian puncak pohon yang tebalnya sekitar lima sentimeter itu.
"Dari semua dahan yang dImiliki oleh Gigas Cedar,yang ini telah menyerap hampir semua berkah dari Solus.Sekarang gunakan pedang itu untuk memotongnya dari bagian ini.Potong dengan satu ayunan pedang,terlalu banyak ayunan akan merusaknya."
Pak tua Garitta menggunakan tangannya menggunakan tangannya untuk memperagakan panjang bagian yang harus dipotong dari ujungnya,sebelum mundur beberapa langkah.
Eugeo dan aku saling bertukar pandangan dan menggangguk.Setelah membawakan kotak bekal makan siangnya,aku juga melangkah mundur.
Ketika Blue Rose Sword telah keluar dari sarungnya,ia mengeluarkan sebuah kilau biru muda gemerlapan yang bersinar cerah di bawah sinar matahari,si pak tua di membisikan sebuah desahan pelan. " Mungkin segalanya akan berubah jika saj aku memiliki pedang itu saat aku masih muda"
——Kupikir rasa sesal inilah yang kemungkinan terus terngiang-ngiang dalam benaknya,tapi melirik wajah tenangnya,aku benar-benar tak bisa membaca pikirannya.
Meskipun Eugeo telah menghunus pedangnya,dia benar-benar tak bergerak.Ujung pedangnya sedikit bergetar kemungkinan karena keraguan di dalam pikirannya.Dahan yang setebal pergelangan tangan ini , mungkin ia tak punya kepercayaan diri bahwa ia bisa memisahkannya dalam satu tebasan?
"Eugeo,biar aku saja yang melakukannya."
Aku mengulurkan tanganku ke depan,Eugeo mengangguk dengan patuh dan menyerahkan pangkal pedangnya.Setelah menerima kedua kotak bekal makan siang tadi,ia melangkah untuk berdiri di samping si pak tua.
Aku menatap dahan hitam tanpa memikirkan apa-apa,lalu mengayunkan pedang ini ke atas dan segera menebaskannya ke bawah.Kishi—dengan sebuah suara jelas dan sedikit respon,bilah pedang ini menembus tempat yang aku bidik.Dahan panjang berwarna hitam itu jatuh tepat setelah tertebas pedang.Saat ia berputar di udara sambil jatuh,kali ini aku menangkapnya dengan tangan kiriku.Dahan ini dinginnya bagaikan es dan aku sedikit terhuyung karena terbebani oleh beban berat di pergelangan tanganku.
Setelah aku mengembalikan Blue Rose Sword kepada Eugeo,Aku mengunakan kedua tanganku untuk menyerahkan dahan hitam tadi pada pak tua Garitta.
"Tunggu sebentar."
Sambil berkata demikian,si pak tua mengeluarkan sebuah kain tebal dari dadanya,sebelum dengan hati-hati membungkus dahan yang ada di tanganku.Selain itu,ia mengikatnya juga dengan tali kulit.
"Sekarang sudah bagus.Ketika kalian berdua sampai di Capital Centoria,bawalah dahan ini ke utara distrik tujuh,dan berikan ini pada tukang kayu bernama Sadre,yang membangun tokonya di situ.Dia pasti mampu membuat sebuah pedang kuat darinya.Pastinya itu takkan kalah bila dibandingkan dengan Pedang perak kebiruan yang cantik itu."
"Be-benarkah,Garita-jii!?Pasti itu akan hebat sekali,aku tadinya khawatir pada masa depan kami karena kami hanya memiliki satu pedang walaupun kami berdua.Benarkan,Kirito?"
Eugeo berkata dengan nada gembira,aku membalasnya dengan "Itu benar" sambil menggaguk seraya tersenyum.Tapi aku bisa merasakan dahan hitam legam di tanganku ini menjadi sedikit lebih berat saat aku gembira mendengarnya.
Pada kami berdua,yang menundukkan kepala kami berulang kali,si pak tua memberikan sebentuk senyuman.
"Ini hanya hadiah perpisahan dariku.Hati-hati di jalan.Karena sekarang,tak hanya ada Dewa Baik yang memerintah dunia ini…Aku akan tetap disini untuk melihat pohon ini sejenak.Selamat jalan Eugeo dan si pengelana muda."
Setelah mengikuti jalan kecil tadi dan keluar kembali ke jalanan utama,cuaca cerah sampai saat ini mulai berkurang sementara beberapa awan mendung kecil muncul dari langit timur.
"Anginnya mulai sedikit lembab sekarang.Kita sebaiknya segera pergi sebelum kita terlambat."
"…Itu benar.Ayo cepat."
Aku menggangguk membalas Eugeo,tali kulit dari kain pembungkus dahan Gigas Cedar terikat kuat di punggungku.Gelegar bunyi petir yang terdengar dari kejauhan beresonsnsi dengan berat dari dahan ini,dan pikiranku sedikit berguncang.
Sepasang manusia,dua pedang
Apakah itu adalah isyarat,sebuah pertanda dari sesuatu di masa depan?
Haruskah aku mengubur bingkisan ini jauh di kedalaman hutan?Momen terlintasnya pikiran itu membuat ku berhenti melangkah.Tapi, Apa alasan yang kutakutkan ini akan benar-benar akan kubutuhkan?Aku benar-benar tak memahaminya.
"Hey,Ayo Kirito!"
Sembari aku mengangkat wajahku,senyuman cerah Eugeo,yang telah mengetahui terlebih dulu dunia yang tak kuketahui,memasuki mataku.
"Baiklah…ayo pergi."
Baru seminggu yang lalu kami berjumpa,tapi untuk beberapa alasan Aku merasa kalau dia adalah sahabat terbaikku untuk waktu yang telah lama,Aku berjalan beriringan dengan anak laki-laki itu di jalan yang memanjang ke selatan —— menuju jantung dari Underworld, tempat dimana semua jawaban dari kebingungan kami telah menunggu,seraya kami mulai meningkatkan kecepatan langkah kami.
(Alicization Beginning Selesai)
Afterworld
Ini dia Kawahara Reki.Aku sekarang sudah menerbitkan volume pertama di tahun 2012『Sword Art Online 9 Alicization Beginning』. Sejak terbitnya volume 8 tahun lalu,sudah hampir setengah tahun kosong,ya.Selaam waktu itu berbagai macam keadaan telah terjadi,jadi pertama-tama,aku harus meminta maaf telah membuat kalian semua menunggu.Aku minta maaf!Aku akan berusaha melakukan yang terbaik lain waktu!
….Kalau begitu,Rasa-rasanya sepertinya aku harus membicarakan isi dari buku ini,sekarang…apa yang harus kutulis yah….Sambil aku ingin menghindari membocorkan sesuatu pada para pembaca yang membaca kata penutup ini dulu,tak peduli apa yang akan kutuliskan,masih saja ini menjadi badai spoiler! Jadi aku memutuskan untuk memberikan sebuah garis peringatan.Mohon dicatat bahwa dibalik garis itu akan ada Dark Territory! Ha….sekarang mari kita mulai dengan spoiler…
——————Spoiler Line——————
Volume 7 yang memiliki Asuna sebagai karakter utamanya,dan Volume 8 adalah kompilasi dari side story,keduanya mengambil tempat Kirito-sensei sebelum perjalanan barunya di volume 9.Walaupun ia telah melintasi dunia game virtual mulai dari SAO,ALO,juga GGO,dunia kali ini paling tidak,adalah halangan yang disebut «Game Baru yang sulit»,karena ia harus menantangnya mulai dari level 1…Walaupun begitulah seharusnya….tapi ia mampu menggunakan bermacam-macam sword skill tepat pada waktunya,jadi mohon anggap itu sebagai rasa kasih sayang dan penghormatan
Aku sebagai penulisnya sendiri,mencoba memberikan banyak hal yang baru di dunia yang memulai debutnya di volume ini, «Underworld». Sebagai contoh kongkretnya,Kirito tak bertemu seorang gadis….err bukan,itu bukan masalahnya;sampai seberapa jauh bola/dunia fantasi yang menggunakan konteks net game bisa tetap berjalan,tentang NPC,atau dengan kata lain,AI,yang mana belum terjamah sampai sekarang,bagaimana bisa aku focus terhadap hal itu.aku ingin memperluas cakupan cerita ini sampai ke batas «hal-hal dalam VRMMO» menggunakan hal itu.Ketika memikirkan soal bagaimana cerita ini akan berkembang selanjutnya,itu membuatku merasa sepertinya aku harus berkerja lebih keras untuk volume selanjutnya!
Lalu selanjutnya,yah meskipun mungkin ini terlambat,aku ingin berbicara soal adaptasi anime dari 『Sword Art Online』.Aku mulai menulis di akhir tahun 2001,dan diam-diam membuat serial 『SAO』di tahun-tahun berikutnya di sela-sela dunia web novel,Aku berpikir suatu hari ini akan menjadi sebuah anime….Aku ingat saat aku pernah berkata “Ayo kita buat GIF anime” tanpa adanya satupun kepercayaan.Keajaiban ini hanya mungkin bisa terjadi karena kerja keras dari sang illustrator abec-san; Miki-san yang bertanggung jawab dan berkata “Mari kita terbitkan ini juga!” 3 tahun yang lalu; Tsuchiya-san,sang asisten,yang HP bar dalam jadwal ketatnya berada pada area merah tua;dan semua pembaca yang terus-menerus men-support karya dari penulis ini,Aku berterima kasih padamu sekali lagi.Tentu saja, original novel ini masih jauh dari kata selesai!
Suatu hari di bulan Desember 2011, Kawahara Reki
Catatan Pengarang
Saya adalah Kawahara Reki. Saya sekarang sudah mengeluarkan volume pertama di tahun 2012 『Sword Art Online 9 Alicization Beginning』.
Setelah dikeluarkannya volume 8 tahun lalu, sudah setengah tahun saya berhenti. Selama waktu itu, banyak kejadian dengan keadaan bermacam-macam terjadi, jadi pertama-tama, saya harus meminta maaf untuk penundaannya. Maaf! Saya akan melakukan yang terbaik lain kali!
......Kemudian, saya merasa saya harus bercerita tentang isi buku ini, sekarang... apa yang seharusnya kutulis... Meskipun aku sebenarnya ingin menghindari memberitahu ceritanya untuk yang sudah menanti-nantikannya dan membaca penutupnya dulu, tidak peduli bagaimanapun saya menulisnya, tetap saja ada spoilernya! Sehingga aku memutuskan untuk memberi garis peringatan. Tolong perhatikan kalau di bawah garis itu adalah Wilayah Gelap1 Ha...... sekarang ayo kita mulai dengan spoilernya.......
——————Garis Spoiler——————
Volume 7 di mana Asuna adalah pemain utamanya, dan volume 8 yang adalah kumpulan cerita-cerita pelengkap, keduanya terjadi sebelum perjalanan baru Kirito-sensei di volume 9. Meskipun ia melalui dunia game virtual SAO, ALO, sampai GGO, dunia yang kali ini adalah terakhir, «game baru yang sulit», karena ia harus memulai dari level 1. .......Meskipun seharusnya seperti itu....... tetapi ia mampu dengan cepat menggunakan skill pedang yang beraneka ragam, tolong dianggap sebagai cinta dan rasa hormat......
Sebagai penulis sendiri, saya mencoba banyak hal baru di dunia yang membuat sebuah tampilan di volume ini, «Underworld». Untuk memberi contoh nyata, Kirito tidak bertemu dengan seorang gadis....... err bukan, itu bukan masalahnya; seberapa jauh bola fantasi yang melaju lurus menggunakan net game dapat melaju, tentang NPC, atau dengan kata lain, AI, yang tidak pernah diekspos dengan detail sampai sekarang, bagaimana saya memfokuskannya, saya ingin memperluas kain pembungkus yang membatasi «isi VRMMO» menggunakan hal-hal itu. Ketika memikirkan bagaimana caranya untuk mengungkap ceritanya nanti, hal itu membuat saya merasa seperti bekerja keras di volume selanjutnya!
Kemudian selanjutnya, walaupun kelihatannya terlambat, saya ingin berbicara mengenai adaptasi animasi dari 『Sword Art Online』. Saat saya mulai menulis di akhir 2001, dan diam-diam membuat serial 『SAO』 tahun selanjutnya di dunia website novel, saya berpikir tentang hari di mana SAO akan menjadi sebuah anime....... Saya ingat waktu saya mengatakan "Ayo membuat sebuah anime GIF" tanpa kepercayaan diri sama sekali. Keajaiban ini hanya terjadi karena kerja keras dari abec-san sang ilustrator; Miki-san yang mengatakan tiga tahun lalu "Ayo kita publikasikan ini juga!"; Tsuchiya-san, bantuannya, yang HP bar dari jadwal ketatnya terus bertahan di warna merah; dan semua pembaca yang terus mendukung kerja dari penulis ini, saya berterima kasih sekali lagi. Tentu saja, novel asli ini masih jauh dari selesai!
Suatu hari tertentu di Desember 2011, Kawahara Reki