Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 010 - Alicization Running
Bab 2: Project Alicization
Bagian 1
Bulan purnama yang
bersinar putih keperakan, terbagi menjadi 4 bagian oleh bingkai jendela,
terlihat menjulang tinggi di langit.
Di sudut barat daya dari ALFheim, di wilayah kaum Sylph, jalanan di ibu kota Sylvain telah diselimuti kegelapan yang pekat
Terlihat
sebagian besar pintu-pintu besi kokoh dari deretan toko-toko telah
tertutup, dan ada sejumlah pemain tampak berjalan di jalanan utama kota.
Hal ini dikarenakan sekarang masih jam 4 subuh, saat di mana paling
sedikit orang-orang terhubung ke server.
Asuna mengalihkan
pandangannya dari jendela ke arah meja di hadapannya, lalu mengambil
cangkir yang masih beruap. Ia mendekatkan cangkir, yang berisi teh
berwarna pekat, ke bibirnya, dan ia dapat merasakan rasa panas semu
seakan-akan menyerang lidahnya. Walaupun ia tak mengantuk, ia merasa
kalau pikirannya sedikit kabur, itu karena dirinya sudah tidak tidur
selama 3 hari ini.
Asuna menaruh kembali cangkir itu ke meja
lalu ia menutup matanya dan menggunakan jari-jarinya untuk menepuk-nepuk
pelipisnya perlahan. Seorang gadis Sylph yang melihat hal ini dengan
rasa khawatir bertanya,
"Kamu gak apa-apa khan Asuna-san? Aku tahu kalau kamu belum sempat tidur."
"Iyaaa .. Aku gak apa-apa kok, Lyfa. Kamu sendiri juga pasti capek khan setelah berjalan hilir mudik ke sana kemari?"
"Tubuh asli-ku sih beristirahat dengan baik di atas ranjang ... jadi yah aku baik-baik aja."
Meskipun
keduanya sama-sama bilang kalau mereka baik-baik saja, mereka
sebenarnya menyadari kalau gak ada satu-pun di antara mereka berdua yang
sepertinya bersemangat, dan memunculkan senyuman masam.
Tempat
ini adalah rumah dari Lyfa, avatar kepunyaan Kirigaya Suguha di ALfheim
Online. Tembok yang mengelilingi ruangan bundar ini sangatlah mengkilap,
dipenuhi warna-warni yang berganti-ganti secara teratur, membuat
suasana di ruangan itu seakan-akan bukan di alam nyata. Meja mutiara
putih dan beberapa kursi yang sesuai dengan meja itu, terletak di
tengah-tengah ruangan, 3 di antara kursi-kursi itu sekarang sedang
dipakai.
Mendengar percakapan kedua gadis tadi, seorang gadis
lain, yang memiliki rambut berwarna biru terang dengan kuping berbentuk
segitiga, menepukkan jari-jarinya di atas meja dan membuka mulutnya,
"Kalau
kalian terlalu memaksakan diri, pikiran kalian gak akan bisa kerja
dengan baik di saat-saat genting. Walaupun kalian gak bisa tidur, akan
sangat beda hasilnya walaupun kalian cuman menutup mata kalian."
Pemilik
suara yang kalem itu adalah Asada Shino, ia menggunakan avatar Cait
Sith yang telah ia gunakan selama setengah tahun. Nama karakter-nya sama
persis dengan username- Sinon dari Gun Gale Online. Asuna memandangnya
dan mengangguk.
"Oke... Setelah pertemuan ini berakhir, tolong
izinkan aku untuk menggunakan tempat tidur disini. Huff... andaikan aja
sihir tidur bisa mempengaruhi pemain juga ..."
"Aku pikir kau cuman bisa tidur nyenyak kalau onii-chan tidur di atas kursi itu..."
Asuna dan Sinon tersenyum kepada gerutuan Lyfa, tapi hanya senyuman capek yang muncul di bibir keduanya.
Lyfa
menaruh cangkir, yang ia pegang dengan kedua tangannya, di atas meja,
dan menghela nafas yang dalam, kemudian mengubah ekspresinya.
"Oke
kalo gitu ... kita mulai dengan informasi yang telah kita dapatkan hari
ini, eh bukan, kemarin. Kesimpulannya kita gak bisa menemukan bukti
yang kuat kalau onii-chan telah dibawa ke «Tokorozawa National Defense
Medical College Hospital».
Data telah membuktikan kalau dia telah di pindahkan ke departemen bedah
syaraf di lantai 23, tapi mereka menolak semua akses ke dalam ruangan
perawatan, bahkan seluruh lantai tak bisa diakses sama sekali. Juga tak
ada petunjuk yang menandakan adanya ambulan darurat tiba di sana pada
jam yang semestinya. Kami tahu ini dengan pasti karena Yui telah
meng-hack dan masuk ke dalam kamera pengawas serta mengecek rekaman yang
tertangkap oleh kamera tersebut."
"Dengan kata lain... Kemungkinan besar Kirito tak ada di Defense Medical Hospital.... bener gak seperti itu?"
Lyfa mengangguk, setuju dengan pernyataan yang Sinon sampaikan.
"Ini
memang sulit dipercaya... Tapi aku terkejut karena bahkan anggota
keluarganya gak boleh menjenguknya. Ini sangat aneh bagaimana-pun kita
memikirkannya ..."
Perkataan yang lain tak diucapkan hanya
digantikan oleh gelengan kepala yang serempak dari ketiganya. Pada saat
itu, suasana ruangan menjadi sangat sunyi.
Kakak lelaki Lyfa,
Kirito - Kirigaya Kazuto, diserang oleh buronan dari insiden Death Gun,
'Johnny Black' — Kanemoto Atsushi 2 hari yang lalu, pada tanggal 29
juni.
Pada saat itu, Kazuto disuntik dengan obat yang tingkat
bahayanya sangat tinggi, succinylcholine, oleh Kanemoto, di dekat rumah
Asuna, di jalanan Setagaya, wilayah Miyasaki 1-chome, di Tokyo. Di bawah
pengaruh obat yang membuatnya lumpuh dan tidak berdaya, ia segera
mengalami kondisi jantung berhenti. Bahkan setelah dilakukan CPR dan
perawatan yang dilakukan di ambulan, hilangnya oksigen menyebabkan
jantungnya berhenti segera setelah itu. Ia dimasukkan ke dalam kasus
Death on Arrival (DOA) sesaat setelah ia sampai di Rumah Sakit Umum
Setagaya.
Entah karena keahlian para dokter di UGD atau kehendak
yang sangat kuat dari Kazuto untuk tetap hidup, atau keberuntungan
sangat besar menaungi kedua kemungkinan itu, sehingga jantung Kazuto
kembali berdetak dan bernafas secara normal setelah pengaruh obat mulai
menunjukkan reaksinya. Ia terhindar dari cengkeraman sang maut secara
ajaib. Saat Asuna mendengar berita ini dari dokter yang keluar dari UGD,
wajah tegang dan khawatirnya segera menjadi rileks tapi ketika
mendengar perkataan selanjutnya dari sang dokter, Asuna tak bisa
mengatakan apapun juga.
Dokter memberitahu Asuna bahwa jantung
Kazuto telah berhenti selama lebih dari 5 menit, dan ada kemungkinan
kalau otaknya menderita kerusakan dikarenakan terhentinya pasokan
oksigen ke otak. Dan kemungkinan itu adalah kerusakan dari proses
berpikirnya atau fungi motoriknya, atau keduanya, dan dalam situasi yang
paling buruk, Kazuto mungkin saja tidak akan pernah sadar lagi - dan,
Dokter
menyimpulkan bahwa investigasi secara rinci menggunakan MRI sangat
diperlukan untuk mengetahui apa benar itu kasusnya, dan mungkin mereka
akan memindahkannya ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang jauh
lebih baik. Asuna bergumul melawan rasa cemas yang menyerangnya kembali
dan segera menghubungi adik perempuan dari Kazuto, Suguha untuk
menjelaskan situasinya. Pada akhirnya Asuna mulai menangis sesaat
setelah ia melihat Suguha mendatanginya.
Malam itu, ibu Kazuto,
Kirigaya Midori datang terburu-buru dari tempat kerjanya di Iidabashi
dan menginap di kursi di depan ruangan UGD.
Hari berikutnya,
pada tanggal 30 Juni, Asuna dan Suguha diyakinkan oleh seorang pengawas
kalau kondisi Kazuto sudah 'lepas dari bahaya'. Keduanya merasa lega dan
segera kembali ke rumah Asuna yang lebih dekat, sementara Midori
kembali ke rumahnya di Kawagoe untuk sementara waktu, mengurus asuransi
kesehatan Kazuto.
Setelah mereka berdua mandi, mereka
menghubungi sekolah mereka masing-masing dan memberitahu kalau mereka
akan absen, setelah berbincang-bincang selama beberapa jam, mereka tidur
sejenak. Sekitar satu jam kemudian, Asuna terbangun oleh bunyi telepon,
panggilan dari Midori
Asuna segera bergegas menuju ke terminal
portable nya dan Midori memberitahunya bahwa sangat disayangkan, Kazuto
maih belum kunjung sadar, tapi dia telah dipindahkan ke Defense Medical
College Hospital yang lebih dekat dengan rumahnya di Kawagoe untuk
pengamatan yang lebih seksama dan mendapatkan fasilitas yang lebih
bagus. Setelah itu, ambulan datang untuk memindahkan Kazuto. Midori
berkata kalau dirinya akan memanggil taxi setelah ia selesai dengan
prosedurnya, dan Asuna berkata padanya bahwa mereka juga akan segera
menuju ke rumah sakit yang baru.
Kazuto yang tak sadarkan diri
telah dipindahkan dari Rumah Sakit Setagaya melalui pintu keluar darurat
menuju ambulan pada jam 1.45 siang pada tanggal 30. Yui benar-benar
mengamatinya dengan jelas dari kamera pengawas rumah sakit. Rekaman
tersebut menunjukkan bahwa ambulan mencapai Defense Medicine College
Hospital di Tokorozawa di Saitama. Kazuto dengan segera dimasukkan ke
departemen bedah syaraf di lantai 23 untuk perawatan intensif, dan di
bawah pengawasan — Asuna dan Suguha tanpa ragu percaya akan hal tersebut
dan pergi mengunjungi nya dua hari yang lalu pada malam hari, tapi
mereka tak diizinkan untuk melihat Kazuto atau bahkan melihatnya dari
kejauhan.
Asuna memikirkan baik-baik perkataan Lyfa lalu menggangguk dan berkata,
"Memang
benar kalau Kirito-kun dibawa dari rumah sakit di Setagaya ke National
Defense Medical University Hospital menggunakan ambulan. Bahkan ada
laporan penerimaan yang bertuliskan 'Kirigaya Kazuto'... tapi gak ada
laporan tentang kondisi Kirito-kun, atau rekaman dari kamera pengawas.
Mungkin saja ambulan yang dinaiki Kirito-kun pergi ke tempat lain selain
rumah sakit... Seperti pertukaran pasien atau kejadian lain— tapi
kayaknya gak begitu ..."
"Ada niat untuk membohongi kita, berarti ini mungkin telah direncanakan oleh seseorang ... Mungkinkah ini .. Penculikan?
Sinon berkata dengan nada yang tenang, walapun kuping segitiganya menyentak sangat kuat.
"Tapi
di situasi seperti itu, ambulannya harus disamarkan khan? Selain
paramedis, kendaraan nya seharusnya palsu kan? Aku pikir rasanya gak
mungkin ada orang yang sudah meramalkan kalau onii-chan akan di serang
di Setagaya oleh orang yang namanya Kanemoto atau apa lah, dan dibawa ke
rumah sakit. Dan juga, ini baru aja 18 jam setelah onii-chan di
masuk-kan ke rumah sakit."
"Secara fisik mustahil untuk mengatur ambulan palsu setelah mereka tau kalau Kirito-kun jatuh pingsan"
Asuna mulai ragu lagi dengan pertanyaan yang Sinon katakan.
"Tapi
jika demikian, kalau ada penculikan pasien yang menggunakan ambulan
palsu, bagaimana jika orang yang merencanakan hal ini dari awal
mengincar Kirito itu hanyalah sebuah kebetulan..."
"Kayaknya gak begitu deh."
Lyfa mengibaskan rambut ekor kudanya ke samping dan mulai menjelaskan dengan nada yang semakin mendesak.
"Fuu,
saat rumah sakit memindahkan seorang pasien, mereka harus melakukan
panggilan untuk mendatangkan ambulan dari area komando kendali darurat,
tapi berdasarkan penyelidikan dari Yui, gak ada yang membuat panggilan
pada hari itu, dan ambulan misterius tiba-tiba muncul pada saat itu.
Berarti, hal yang sama juga terjadi pada paramedis yang ada di dalam
ambulan, dan situasi di Tokorozawa Defense College Hospital seharusnya
juga sama. Bukan cuma itu, mereka bahkan tau nama onii-chan. Pengawas
yang saat itu bertanggung jawab berkata bahwa mereka tidak melakukan
kesalahan apapun."
"...Berarti, mereka mengincar Kirito dari awal dengan maksud menculik-nya."
"Iya,
si pelaku mendapat kabar tepat setelah Kirito-kun masuk ke rumah sakit
dan mengirim ambulan asli untuk kepentingan pribadi mereka."
Mereka berdua mengangguk dengan ragu sebagai tanda reaksi akan hal yang dikatakan Asuna.
Alasan
mereka berdua ragu-ragu karena hal itu sangat menyeramkan untuk
menghubungkan semuanya itu. Asuna sendiri merasakan hal yang sama. Jika
semuanya benar, musuh yang menculik Kazuto ialah orang yang punya
kedudukan untuk menggerak-kan ambulan.
Sejujurnya, pemikiran tersebut bisa jadi hanya pemikiran yang berlebihan.
Bisa
jadi Kazuto sedang dirawat di Defense Medical University Hospital,
gambaran ruangan rumah sakit tak bisa dilihat karena terdapat suatu alat
yang sangat canggih, dan pada saat dia tiba disitu, mungkin tidak ada
rekaman dari kamera pengawas karena hal itu tidak diperbolekan... Gak,
bisa dibilang pemikiran ini gak normal. Kenyataan nya, Ibu dari Kazuto
dan Suguha, Midori gak ragu akan penjelasan dari rumah sakit. Penculikan
dan informasi palsu hanya imajinasi dari tiga orang gadis yang sedang
khawatir. Eksistensi pelaku gak nyata, dan perawatan Kazuto akan
berhasil dan mereka akan diberitahu kabarnya saat Kazuto telah kembali
sadar...
Tapi, satu sisi dari akal sehat Asuna meragukan feeling
tersebut. Hal itu juga pasti terjadi kepada adik perempuan Kazuto,
Lyfa, dan Sinon yang hampir mengunjungi kematian bersama Kazuto.
Mereka
bukannya menduga kalau 'Death Gun' ketiga, Kanemoto menyerang Kazuto
dengan succinylcholine itu adalah bagian dari rencana. Tapi, seseorang
mungkin memanfaatkan insiden itu untuk menculik Kazuto.
"Apakah itu sebuah organisasi atau seseorang, mereka bisa dibilang 'musuh' di situasi seperti ini"
Asuna
mengatakannya dengan suara yang tegar. Sinon mengedipkan matanya dan
menunjukan sedikit senyum. "Sebelum aku sampai disini... hari ini, aku
fikir kalian berdua akan sangat sedih dan putus asa sehingga aku menjadi
khawatir. Bagi Lyfa, itu karena dia adalah kakak yang sangat penting,
Bagi Asuna, itu karena yah.... dia kekasihnya... dan orang itu
menghilang saat tak sadarkan diri pada situasi seperti ini"
Aku
gak terlalu terkejut seperti yang aku pikirkan seteah aku mendengar
kata-kata yang tak terduga seperti ini. Aku menangis begitu keras saat
aku melihat Kirito-kun tak sadarkan diri pada malam itu... Asuna
merasakan perasaan yang sulit dipercaya saat dia memikirkan hal ini, dan
Lyfa, yang kedua tangan-nya tergenggam erat di depan dada-nya berkata,
"Yah...
Sudah pasti aku khawatir. Tapi, saat aku menyadari kalau onii-chan
mungkin gak ada di rumah skit, aku merasakan sesuatu yang aneh dan
feeling kalau hal itu terjadi seperti ini. Onii-chan pasti terlibat
insiden aneh lagi... Aku bener-bener gak bisa ngebayangin sekacau apa
tempat itu berhubung aku gak ada di sana. Hal itu sama seperti di
insiden SAO, dan sama seperti inisiden Death Gun itu... Makanya kali
ini, Aku pasti..."
"Iya... Aku mengerti."
Jadi aku gak
bisa dibandingkan dengan adik perempuan yang udah tinggal bersama nya
dalam waktu yang sangat lama Asuna berbicara dalam hati dan mengangguk
keras.
"Kirito-kun pasti sedang bertarung seperti biasanya di
suatu tempat, jadi kita harus melakukan pertarungan yang kita bisa
lakukan."
Tentu saja Sinon melirik kesamping sesaat dan kembali melihat ke arah mereka berdua.
"Sinonon gak keliatan khawatir juga"
"Eh... Itu karena... bagiku, aku percaya kalau hanya aku yang bisa mengalahkan-nya..."
Setelah bertukar pandangan yang ragu dengan Sinon yang gagap untuk sementara, Asuna kembali ke topik awal.
"Namun demikian... Setelah ngeliat ambulans saja, aku pikir pengaruh dari musuh cukup besar."
"Gimana
kalau kita laporkan ini ke polisi? Kalau kita bersama polisi, rumah
sakit minimal akan membolehkan kita untuk memberitau suatu informasi
kan?"
Saran dari Sinon sangat masuk akal, tapi Asuna menggelengkan kepalanya dan gak setuju.
"Di
server rumah sakit itu, waktu Kirito-kun tiba dan waktu pas departemen
bedah syaraf membawa nya semuanya terekam. Rekaman itu menunjukkan kalau
Kirito-kun benar benar ada di rumah sakit itu. Dasar dari asumsi kita
kalau dia diculik itu 'Gak ada imej dari Kirito-kun sampai' ke tempat
itu, dan polisi gak akan bergerak karna alasan yang seperti itu, ku
pikir begitu.... dan juga, orang yang mengecek rekaman visual tersebut
itu..."
"Yui-chan yang ngehack kedalam nya."
Sinon meringis sedikit sambil bergumam, dan terlihat berfikir hal yang lain sambil melanjutkannya,
"Ah..
tapi kalau seperti itu, bisa gak kita ngehack ke jaringan kamera
didalam rumah sakit dari kamera pengawas di luar rumah sakit? Kalau kita
bisa mengecek gambar dari ruangan yang ditempati Kirito-kun..."
"Tapi
sistem pengaman didalam rumah sakit berbeda dari yang diluar. sistem
nya mungkin dilindungi oleh firewall yang sangat kuat yang bahkan
Yui-chan gak bisa menrobos firewall tersebut."
Lyfa menggelengkan kepala dengan lemah.
Kemarin,
Lyfa pergi untuk melakukan macam-macam investigasi di Rumah Sakit
Setagaya dan di National Defense Medical College Hospital yang sangat
berjauhan lokasinya. Walaupun dia diberi bantuan oleh AI Yui yang ada di
terminal portable, untuk melakukan kemajuan aja sangat susah.
Dan
tentu saja Asuna sendiri juga ikut pergi dan sepertinya kondisi Kirito
sudah stabil, tapi Asuna sudah bolos sekolah selama 2 hari
berturut-turut tanpa izin. Terminal pembayaran uang elektronik yang
seharusnya menjadi backup power dititipkan kepada Lyfa saat mereka
berada di taxi, dan wajar saja kalau Asuna sama sekali gak bisa
konsentrasi di kelas.
Di sekolah, alasan kenapa Kazuto absen
diberitahukan kalau dia terkena penyakit yang parah, hal itu juga
diberitahukan ke teman-teman sekelasnya. Diantara teman-temannya,
Lisbeth/Shinozaki Rika dan Silica/Ayano Keiko sama sekali gak tau
tentang penyerangan terhadap Kazuto. Perasaan bersalah atas
menyembunyikan kebenaran terhadap mereka berdua yang cemas akan Kazuto
mengoyak hati Asuna.
Namun, hal ini sudah didiskusikan dengan
Lyfa kemarin pagi. Sebelum mereka tau situasi sebenarnya— apakah itu
Kazuto benar-benar ada di National Defense Medical College Hospital,
mereka bertiga, termasuk Sinon akan menjaga rahasia ini.
Alasan
mengapa mereka hanya menghubungi Sinon karena dia bertemu Kazuto di
'Dicey Cafe' sebelum penyerangan dan karena dia terlibat di insiden
Death Gun. Namun, berkat hal ini ketenangan dan kecerdasan Sinon
meningkatkan kepercayaan diri semuanya. Asuna memandang ke arah wajah
sang sniper Sinon, wajah yang gak pernah berubah di ALO, dan berkata,
"Aku
merasa senjata terkuat yang kita punya yakni kita mengerti Kirito-kun
lebih dari siapapun. Jadi, mari mengambil langkah mundur dan berdiskusi.
Kirito-kun ditarget oleh musuh, tapi apa alasan-nya?"
"Jika alasan-nya karena uang, yang diculik harusnya Asuna, dan juga si pelaku gak pernah menghubungi kita kan?"
"Telepon,
e-mail, atau surat, gak ada satupun. Selain itu, penculikan ini terlalu
sembrono. Mereka bahkan menyiapkan ambulans palsu untuk menculik
onii-chan dari rumah sakit, yang bahkan bukan orang penting."
"Kalau
begitu... Aku gak mau memperhitungkan ini, tapi bagaimana kalau karena
dendam...? Apa kalian tau orang yang membenci Kirito...?"
Kali ini, Asuna menggelengkan kepala-nya sedikit.
"Walaupun
ada orang yg selamat dari SAO yang membenci Kirito karena telah
mengirim mereka ke penjara dan karena telah menamatkan game,
satu-satunya musuh yang punya kekuatan finansial dan kekuatan organisasi
ialah..."
Asuna mengingat wajah dari Sugou Nobuyuki, orang yang
ambisius yang pernah menjebak pemain SAO untuk dijadikan tes subjek
untuk penelitiannya dan diserahkan kepolisi oleh Kirito. Namun, orang
itu terkunci diantara tembok penahanan, dan percobaannya untuk kabur ke
luar negeri menyebabkan permohonan pembebasannya dengan menyogok
ditolak.
"...Iya, kita masih belum memikirkan siapa yang bisa melakukan hal itu."
"Ini bukan karena uang atau dendam hah...? hmm..."
Sinon
menundukkan kepalanya untuk sementara waktu, menggunakan jarinya untuk
mengetuk ujung telinga-nya, dan mengatakan sesuatu.
"...Yah, aku
pikir itu hanya dugaan tanpa basis... Motif nya bukan karena uang
ataupun dendam, tapi dia tetap masih diculik. Itu berarti bagi si musuh,
Kirito adalah eksistensi yang masih harus tetap hidup. Lebih jelasnya
lagi, yang mereka mau itu Kirito itu sendiri, atau hal yang Kirito
punya... Dari segi game, 'elemen' nya kan? Apa yang bisa kita pikirkan?"
"Ilmu pedang."
Asuna segera menjawab nya tanpa ragu.
Kapanpun dia menutup matanya dan membayangkan siluet Kirito, hal pertama
yang akan muncul ialah jubah hitam Kirito yang menggunakan dua pedang
dan menebas musuh seperti angin topan. Sepertinya Lyfa mempunyai
tanggapan yang sama tentang dia setelah bertualang berasamanya di ALO
dan lanjut menjawab pertanyaan Sinon
"Kecepatan reaksi."
"Kemampuan untuk bereaksi dengan sistem."
"Pemahaman terhadap situasi."
"Kemampuan bertahan hidup... Sepertinya."
Asuna
dan Lyfa melanjutkan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Kirito
lalu sepertinya mereka menyadari sesuatu dan kemudian terdiam. Sinon
juga sepertinya menyadari sesuatu lalu mengangguk-kan kepalanya.
"Hey, itu semua kelebihan-nya dari VRMMO... dunia virtual kan?"
Kata Sinon, lalu Asuna tersenyum masam,
"Kirito-kun juga punya banyak sisi baik di dunia nyata kok."
"Tentu
saja, seperti saat dia mentraktir kita makanan, tapi itu dari sudut
pandang kita, Kirito di dunia nyata, kalau boleh aku bilang, dia hanya
murid SMA biasa kan? Dengan kata lain, motif dibalik penculikan itu
karena kelebihan Kirito di dunia virtual kan?"
"Bagaimana
bisa...? kalau begitu, mereka mau dia menamatkan suatu game VR... Tapi
onii-chan sedang tak sadarkan diri sekarang. Dia bahkan belum melakukan
check up, hanya perawatan saja"
Lyfa menggenggam tangannya
dengan erat dan lagi-lagi merasa khawatir akan kondisi Kirito yang
sekarang. Mata biru Sinon mengarah ke arah permukaan meja besi dan
berfikir sejenak lalu menyempitkan matanya dengan tajam sebelum
menjawab,
"Motif yang gak jelas... Walaupun kalian berkata
seperti itu, itu cuma apa yang kita bisa lihat dari luar. Bagaimana
kalau bukan mesin yang menyambung ke otak, tapi melalui mesin yang bisa
menyambung langsung ke jiwa..."
"Ah..."
Oiya, kenapa kita gak mikir itu dari tadi? Asuna shock lalu mengela nafas yang dalam
"Yah,
andaikan seperti itu, seharusnya ada petunjuk untuk organisasi 'musuh'.
Cuma ada satu organisasi di dunia ini yang punya mesin yang bisa
terhubung dengan jiwa, dan Kirito menjadi pengetes mesin itu beberapa
hari yang lalu."
Asuna setuju dengan perkataan Sinon lalu menganggukkan kepala dan berkata,
"...Organisasi
yang menculik Kirito-kun adalah organisasi bernama RATH yang sedang
mengembangkan Soul Translator...? Memang benar mereka bisa saja
menggerakkan ambulans jika mereka mempunyai kemampuan untuk membuat
mesin seperti itu..."
"RATH...? Itu perusahaan tempat onii-chan bekerja untuk beberapa hari yang lalu kan?"
Mendengar perkataan Lyfa, Asuna tak bisa mencegah untuk menegangkan tubuhnya,
"Lyfa-chan, apa kau tau sesuatu tentang RATH?"
"Ah, enggak... Tapi kudengar perusahaan itu berada di Roppongi."
"Kupikir
aku pernah mendengar tentangnya. Tapi walaupun kau bilang itu berada di
Roppongi, itu wilayah yang terlalu besar... pusat penelitian milik RATH
berada di suatu tempat disana, dan Kirito mungkin ada disana. Polisi
gak akan bergerak sendiri kan?"
Asuna memperhatikan Sinon menggigit bibirnya dan Lyfa merendahkan matanya secara gelisah, dan berkata dengan nada yang ragu,
"...Yah,
aku mau bilang ini nanti, jadi aku gak bilang tadi. Bahkan, masih ada
hubungan kecil yang masih mengontak Kirito-kun, tapi ada kemungkinan
kalau mereka sudah memutuskan hubungan itu suatu hari..."
"... Apa itu Asuna?"
"Kamu tadi udah bilang kan, Sinonon. implan Kirito-kun."
Asuna menggunakan jari tangan kanannya untuk menunjuk ke tengah dadanya.
"Ah,
aku mengerti... sensor daya hidup kan? Memang benar sih kalau
informasinya dikirim melalui net dalam realtime ke terminal milik mu,
Asuna..."
"Walaupun sinyal-nya udah terputus, kalau kita bisa
melacak lokasi ambulans palsu saat mereka mengantar Kirito-kun, kita
mungkin bisa menemukan dimana dia sekarang. Itu yang aku pikirkan, jadi
aku minta tolong supaya hal itu di selidiki."
"...Siapa?"
Asuna menatap ke arah langit lalu mengutarakan sebuah nama,
"Yui-chan, bagaimana?"
Tiba-tiba,
sebuah partikel cahaya muncul beberapa milimeter diatas permukaan meja
dan berubah wujud menjadi siluat sosok manusia kecil dan setelah
bercahaya dengan terang, cahaya itu menghilang.
Yang muncul dari
cahaya itu adalah seorang gadis yang tinggi-nya kurang dari 10
sentimeter. Rambutnya hitam panjang dan memakai baju tipe one-peace
berwarna putih, dan 4 sayap pelangi di punggungnya bergerak sedikit.
Gadis itu— sebuah pixie membuka lebar matanya yang berada dibawah bulu
mata-nya yang panjang, dan menggerak-kan mata-nya yang anggun lalu
melihat kearah Asuna, lalu melihat kearah Lyfa dan kemudian Sinon. Tentu
saja, saat dia akan menjawab Sinon, pertama-tama dia mengapung di udara
dan menunduk"
"Lama tak berjumpa, Sinon-san."
Dia memanggil Sinon dengan suara yang halus lalu Sinon tersenyum sedikit dan menggangguk balik,
"Selamat sore, Yui-chan.... eh, aku harusnya bilang 'selamat pagi' disini"
"Sekarang jam 4:32am. Matahari terbit jam 4:32am hari ini, jadi sekarang bisa dibilang pagi. Selamat pagi, Lyfa-san, mama."
Yui, asisten pemain, AI yang berasal dari SAO, berbalik 60 derajat sambil menyapa, lalu Yui kembali melayang di depan Asuna.
"Pencarian sinyal dari denyut papa yang terkirim ke terminal mama sekarang sudah berjalan 98%."
"Oh begitu. Jika sinyal itu muncul dari dekat Roppongi, basis dari tebakan kita akan menguat... Jadi begitu toh..."
Asuna mengangguk dengan keras ke arah Sinon. Termasuk Lyfa, ketiga gadis menatap kearah Yui dengan pandangan yang penuh harap
"Kalau
begitu, sekarang aku akan menyampaikan analisis ku kepada semuanya.
Sangat susah untuk mencari sinyal lewat terminal, apalagi lawan-nya
adalah National Defense Medicine College hospital, sayang sekali, aku
cuma bisa mendapatkan 3 sinyal.
Setelah berkata seperti itu, Yui
dengan cepat melambaikan tangan kanan-nya, dan di atas permukaan meja
yang berada di bawah kaki-nya, muncul hologram yang berwarna seperti
air, menampilkan map yang detail dari pusat Tokyo. Sayap milik Yui
berhenti mengepak lalu mendarat, mengambil beberapa langkah kedepan dan
menunjuk suatu bagian dari peta. *pon*. Titik cahaya berwarna merah pun
muncul.
"Ini adalah Rumah Sakit Setagaya yang dimana pertama-tama papa dibawa kesana. Disini tempat sinyal pertama ditangkap."
Yui berpindah beberapa langkah ke titik cahaya yang baru.
"Meguro Aobadai, Sanchome, waktunya sekitar 29 Juni 2026 jam 20.50pm. Kita bisa memperkirakan jalur yang mereka tempuh."
Kedua
titik kemudian disambungkan dengan garis cahaya berwarna putih. Yui
lalu berpindah beberapa langkah ke baratdaya lagi, dan titik ke 3 muncul
menunjukkan suatu lokasi. Jejak dari garis putih terus memanjang.
"Shirokanedai
Minato-ku Ichome, waktunya sekitar 21.10pm pada hari itu. Lokasi ini
adalah tempat dimana sinyal kedua ditangkap."
Bukannya ini
terlalu selatan dari Setagaya menuju Roppongi? fikir Asuna dengan
gelisah, tapi dia hanya bisa menuntup mulutnya dan menunggu Yui
menyelesaikan laporannya.
"Lalu... sinyal ketiga ditangkap disini."
Dugaan
ketiga gadis benar-benar terhambat— Yui menunjuk ke arah tempat
pembangunan yang sangat jauh ke arah timur dari Roppongi.
"Shinkiba, Koutou, Yonchome, waktunya 21.50 pada hari itu. Sekitar 30 jam yang lalu, sebelum sinyal dari papa terputus."
"Shinkiba...!?"
Asuna
tak bisa menahan kata-katanya, lalu setelah berfikir tentang hal itu,
disana terdapat banyak bangunan intelijen baru yang sedang di
kembangkan. Mungkin disana ada markas kedua dari RATH.
"Yui-chan... Fasilitas seperti apa yang ada disana?"
Dia bertanya dengan jantung yang berdebar-debar, namun jawaban yang didapat tak sesuai harapannya.
"Fasilitas yang ada disana adalah 'Tokyo Heliport'."
"Eh...? Itu, tempat peluncuran untuk helikopter kan?"
Sinon bergumam dengan ekspresi yang shock, dan Lyfa tiba-tiba mengubah ekspresinya.
"Helikopter!? ...Itu berarti... onii-chan dibawa ke suatu tempat yang sangat jauh... Kan?"
"Tapi... Tunggu."
Asuna mencoba untuk menghapuskan kebingunannya lalu berkata,
"Yui-chan, sinyal nya benar-benar terputus setelah dia dibawa dari Shinkiba, kan?"
"Iya..."
Pada saat ini, untuk pertama kalinya, wajah manis Yui, sang pixie menunjukkan ekspresi yang sedih.
"Gak ada tanda-tanda keberadaan monitor device papa yang terhubung ke terminal station manapun di seluruh Jepang."
"Kalau
begitu... Setelah dia dibawa dari Shinkiba menggunakan helikopter, dia
mendarat di suatu gunung yang gak bisa dicapai oleh sinyal listrik dari
terminal... Atau gurun, hutan lebat dan hal semacamnya kan?"
Sinon menggelengkan kepalanya untuk membantah perkataan Lyfa.
"Walaupun
mereka mendarat disuatu tempat, disana pasti ada suatu fasilitas.
Mereka bisa saja memasuki suatu area dengan teknologi elektronik paling
maju lalu bertukar tempat pada saat itu..."
"Bagaimana kalau bukan di Jepang... tapi diluar..."
Gak ada yang langsung bisa memberikan jawaban kepada suara gemetar Asuna.
Satu-satunya hal yang menghapuskan suasana sunyi itu adalah suara Yui yang murni dan tenang.
"Hanya
satu helikopter militer yang bisa terbang dari Tokyo ke luar negeri.
Aku gak bisa yakin karena data yang kurang, tapi aku rasa papa masih
berada di suatu tempat di Jepang."
"Iya. RATH meneliti suatu
yang bisa melampaui teknologi virtual yang sekarang, kan? Mereka itu
perusahaan kelas tinggi, sangat sulit untuk membayangkan kalau tempat
penelitian nya berada di luar negeri."
Mendengar perkataan
Sinon, Asuna mengangguk setuju. Perusahaan elektronik gabungan yang
dipimpin ayah nya mengalami krisis karena mata-mata perusahaan berpindah
pihak. Tempat penelitian yang penting dilindungi dengan sangat ketat
seperti Bukit Tama. Katanya keamanan di tempat penelitian harus ketat.
Kalau ada banyak markas diluar negeri, kemungkinan bocor-nya informasi
akan jadi lebih besar dibanding dengan mempunyai markas hanya di dalam
negeri saja.
Lyfa menunjukkan wajah yang kelihatan sedang berfikir keras, menundukkan kepalanya kemudian berkata.
"Kalau
begitu.. Pasti ada di suatu tempat di Jepang yang jauh dari
orang-orang, kan...? Tapi apa bisa mereka membuat tempat penelitian yang
sangat rahasia seperti itu di kondisi Jepang yang sekarang?"
"Masalahnya
bukan hanya tentang mereka bisa melakukan nya secara sangat rahasia...
Yui-chan, apakah ada hal yang kamu ketahui tentang RATH?"
Saat Asuna bertanya, Yui kembali mengambang di udara, berhenti di ketinggian pandangan ketiga gadis, dan berkata,
"Aku
menggunakan 12 search engine umum dan 3 search engine pribadi untuk
menyelidiki, tapi aku gak bisa menemukan data yang cocok yang
berhubungan dengan nama perusahaan, nama fasilitas, atau bahkan barang
yang berhubungan dengan teknisi VR. Dan juga, aku gak bisa menemukan
informasi apa-apa yang berhubungan dengan teknologi 'Soul Translator',
termasuk penyelesaian permintaan hak paten nya."
"Mereka bahkan
gak membuat hak paten untuk penemuan yang luar biasa seperti itu...
penemuan yang bisa membaca jiwa manusia dan merekam nya... Benar-benar
rahasia yang dilindungi dengan sangat ketat..."
Sepertinya kita
gak akan bisa menemukan bocoran dari luar RATH. Asuna menghela nafas,
dan Sinon menggelengkan kepalanya secara tak menunjukkan perasaan.
"Untuk
suatu alasan.. Kita seperti menduga-duga apakah perusahaan itu memang
benar-benar ada. Jika aku tau hal ini akan terjadi, aku harusnya
bertanya lebih banyak kepada Kirito tentang perusahaan itu... Apakah
pada terakhir kita bertemu, dia menyinggung suatu hal yang mungkin bisa
membantu kita...?"
"Umm..."
Dia mengerutkan dahi-nya dan
berusaha keras untuk menggali ingatan-nya. Serangan Kanemoto dan
kecurigaan terhadap penculikan membuat dia sangat shock, dan percakapan
tenang yang dia alami di Dicey Cafe menjadi samar-samar seperti
terhalang kabut, seperti sudah sangat lama terjadi.
"Waktu itu,
memang benar kalau... kami bicara tentang Soul Translator, dan tanpa
sadar sudah lewat sore. Setelah itu... Aku pikir dia menyinggung sedikit
tentang dari mana asal nama RATH..."
"Ahh... Ada monster entah
yang mana adalah babi atau kura-kura di 'Alice in Wonderland'. Emang
sedikit aneh untuk menyebutnya seperti itu, berhubung babi sama sekali
gak mirip dengan kura-kura."
"Lewis Carroll, orang yang membuat
nama itu sepertinya gak menyebutkan apa itu, dan kemudian analisa
terhadap Alice tampak menjelaskannya seperti itu..."
Asuna merasakan sesuatu di pikiran-nya, lalu dia berbicara, dan tiba-tiba berhinta
"Alice...? Apakah Kirito-kun mengatakan sesuatu tentang Alice waktu dia keluar dari toko?"
"Eh?"
Sinon dan lyfa, yang sedang terdiam, melebarkan mata mereka.
"Apakah onii-chan mempunyai suatu hal yang harus dilakukan yang berhubungan dengan Alice in Wonderland?"
"Bukan,
bukan seperti itu... Di tempat penelitian RATH, bukannya Alice itu
suatu wujud singkatan atau apalah... Yah, itu sangat umum, kan? coba
Ambil masing-masing huruf dari Alice dan coba cari makna tiap huruf nya
lalu hubungkan menjadi suatu makna"
"Oh, itu yang disebut
'Acronym' kan? Departemen yang berhubungan dengan pemerintah America
sering menggunakannya supaya gampang dibaca."
Sinon menimpali mendengar informasi itu, dan Lyfa mengibaskan ponytail nya lalu berkata,
"Dengan kata lain... Kalau kita menggabungkan 5 huruf, kita punya A, L, I, C, E... gitu?"
"Iya, seperti itu. Kirito-kun menyinggung hal itu..."
Dia
menguatkan konsentrasinya dengan sepenuh tenaga, dan jauh dilubuk
telinganya, terdengar suara familiar milik Kirito. Dengan hati-hati dia
menjelaskannya,
“...Aateifisharu...Reibiru...Interijen... Aku
gak bisa ingat kepanjangan dari C dan E, tapi kupikir yang barusan aku
sebutkan itu kepanjangan dari A, L dan I."
Asuna akhirnya
mengerti lalu kepala-nya terasa sedikit sakit, mungkin karena dia juga
mengolah ingatan-nya dengan keras. Namun, kedua gadis lain-nya lanjut
berfikir walau pandangannya terlihat sepertinya mereka tidak menyadari
sesuatu.
"Aatefisharu... Itu jadi 'artificial'. Interijen... Itu
jadi 'intelligence'... Terus, sebutan inggris dari kata Reibiru jadi
apaan?"
Sinon mengajukan pertanyaan, dan Yui, yang berada di udara, langsung menjawab.
"Dari pengucapan-nya, kupikir sebutan yang paling cocok ialah 'labile', sangat adaptif."
Setelah jeda singkat.
"'Artificial Labile Intelligence'. Kalau kita terjemahkan, itu berarti 'Artificial Intelligence yang sangat adaptif."
"Artifical...Intelligence."
Asuna kemudian berkedip tanpa reaksi saat hal itu disebutkan.
"Ahh
aku ngerti... Artificial Intelligence bararti 'AI', sesuatu hal yang
berhubungan dengan eksistensimu, Yui. Tapi apa yang dilakukan suatu
perusahaan yang mengembangkan Brain-Machine Interface merek baru dengan
AI?"
"Bukannya itu berhubungan dengan karakter yang bisa bergerak di ruang virtual? Seperti NPC disana itu?"
Sinon
mengangkat tangan kanan-nya dan menunjuk kearah jendela sambil berkata
hal itu. Asuna kembali berbicara, sambil befikir kalau mereka belom
menemukan poin utamanya.
"Tapi... Kalau perusahaan RATH ini
berasal dari nama 'Alice In Wonderland', lalu istilah 'Alice' yang
digunakan RATH adalah codeword untuk suatu hal yang berhubungan dengan
Artificial Intelligence... Buaknnya itu aneh? Itu berarti tujuan
perusahaan itu bukannya ingin mengembangkan generasi selanjutnya dari
VR, tapi untuk membuat AI dari penelitian mereka?"
"Hmm— Benar
kah...? Tapi NPC di dalam game gak terlalu berharga... Piringan disk
yang berisi program AI sudah dijual dimana-mana. Apakah hal itu
benar-benar sesuatu yang spesial, yang bahkan perlu disembunyikan
perusahaan dan bahkan sampai menculik orang?"
Saat Sinon
bertanya seperti itu, Asuna gak bisa menjawab langsung. Tiap langkah
maju yang dia tempuh, dia merasakan suatu feeling yang membuat gelisah.
Apakah tebakan kami salah besar?
"Hey, Yui-chan. Sebenarnya, yang namanya 'Artificial Intelligence' itu apaan pula?
Yui kemudian menunjukkan senyum pahit yang langka di wajahnya dan mendarat di meja.
"Apa mama yakin bertanya seperti itu kepadaku? Bagi mama, itu sama saja seperti bertanya 'Apa itu manusia'.."
"Emang bener sih."
Tegasnya,
definisi seperti 'Ini adalah Artificial Intelligence' itu mustahil. Di
dunia ini, Artificial Intelligence yang sebenarnya belum pernah ada,
apakah itu di masa lalu ataupun sekarang."
Yui mencondongkan tubuhnya sedikit diujung teko, dan kata-katanya membuat ketiga gadis mengedipkan matanya dengan kaget.
"Eh, ta-tapi... Kamu itu sebuah AI, kan, Yui-chan? Itu berarti kamu itu Artifical Intelligence, kan?"
Lyfa
mengatakannya dengan terbata-bata, dan Yui memiringkan kepalanya, tetap
terdiam seperti seorang guru yang sedang berfikir bagaimana cara
menjelaskan sesuatu kepada muridnya, dan mengangguk sedikit, lalu mulai
menjelaskan.
"Mari kita mulai dari apa yang kita sebut AI selama
ini— Di abad sebelumnya, orang-orang yang mengembangkan AI mempunyai
tujuan yang sama melalui dua jalur, Salah satunya ialah 'top-down-type
AI', dan yang lainnya ialah 'bottom-up-type AI'.
Asuna
menajamkan telinganya, mencoba yang terbaik untuk mengerti akan hal yang
akan diucapkan suara yang murni dan polos dari Yui.
"Pertama-tama,
top-down AI adalah sesuatu yang sepenuhnya bergantung kepada arsitektur
komputer untuk mendapatkan pengalaman dari pertanyaan dan jawaban yang
simpel, pada akhirnya menjadi intelektual nyata lewat melalui
pembelajaran. Termasuk aku, sebagian besar AI adalah top-down-type,
artinya... 'kecerdasan' yang aku punya mungkin hampir sama dengan yang
mama punya, tapi sebenarnya itu benar-benar berbeda. Singkatnya,
eksistensi seperti diriku ini hanya kumpulan dari sebuah sistem yang
hanya bisa 'mendapat pertanyaan A dan menjawab dengan B'."
Yui berkata seperti itu lalu pipi putihnya menunjukkan tanda-tanda kesepian. Apakah mata-ku ini menipu-ku? Fikir Asuna.
"Jika,
bagaimana mama bertanya 'Apa itu AI?, dan bagaimana aku menjawab dengan
menunjukkan 'senyum pahit' atau variasi yang lain-nya, itu karena papa
sering menunjukkan ekspresi seperti itu, dan aku mendapat pengalaman dan
mempelajarinya saat aku bertanya tentang diriku sendiri. Basis-nya
sendiri gak terlalu berbeda dari aplikasi input 'predictive text' di
terminal portabel milik mama —Karena hal ini, top-down-type AI yang
sekarang itu jauh dari level AI yang sebenarnya. Ini adalah 'apa yang
disebut AI' yang aku baru saja jelaskan kepada Lyfa-san, jadi tolong
pahami seperti itu."
Setelah berkata seperti itu, Yui memalingkan matanya ke arah bulan yang jauh diluar jendela.
"...Sekarang,
Aku akan menjelaskan tentang yang lain-nya, yaitu 'bottom-up AI'. Ini
sangat mirip dengan otakmu, mama... Semua orang punya miliar-an sel otak
yang semuanya terhubung dengan organ biologis, dan tujuan untuk
menciptakan hal ini menggunakan perangkat elektronik buatan ialah untuk
menciptakan kesadaran."
Itu terlalu ambisius... konsepnya sangat konyol dan mustahil. Asuna pun tak bisa menahan dirinya untuk bergumam.
"Bu...Bukannya itu terlalu gak masuk akal...?"
"Benar."
Yui menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
"Sejauh
yang aku tau, penelitian bottom-up-type berhenti diteruskan bahkan
sebelum mereka merencanakan eksperimen. Kalau itu benar-benar
diwujudkan, kesadaran yang bersemayam didalamnya akan berbeda dengan
yang aku punya, eksistensi nya akan berada di level yang sama dengan
manusia seperti-mu, mama, dan semua orang..."
Yui mengalihkan pandangan-nya dari kejauhan, menghela nafas yang dalam, dan membuat kesimpulan.
"Seperti
yang sudah aku bilang, sekarang ini, ada dua dasar pemikiran untuk
istilah Artificial Intelligence — AI. Salah satunya adalah yang seperti
diriku, sebuah NPC yang adalah bagian dari program analitis dan bagian
dari karakter. Sebuah AI palsu. Yang satunya lagi adalah sesuatu yang
bisa mengembangkan konsep, sesuatu yang mempunya kemampuan untuk
menciptakan dan beradaptasi sambil mempelajari sesuatu, yaitu sebuah
Artificial Intelligence yang sebenarnya."
"Kemampuan beradaptasi..."
Asuna bergumam lalu mengucapkan kata-kata.
"'Artificial Intelligence dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi'."
Dia
kembali menatap kedua gadis dan juga Yui, satu per satu, sedikit demi
sedikit membentuk sebuah kesimpulan di fikirannya, lalu pelan-pelan
menjadikannya sebuah kata-kata.
"Ba...Bagaimana kalau RATH
mengembangkan STL (Soul Translator) bukan sebagai tujuan, tapi sebagai
sarana...? Yah, memang benar kalau Kirito-kun sebelumnya sedikit ragu.
RATH ingin melakukan sesuatu dengan STL, jadi... Jika terhubung langsung
dengan jiwa manusia, kalau begitu.... bottom-up AI pertama didunia ini
akan... Kalau itu terjadi..."
"Kalau begitu, codename dari AI itu adalah 'Alice'... bukannya begitu?"
Mendengar kata-kata Asuna, Lyfa bergumam. Sinon mempunyai ekspresi kosong yang sama lalu melanjutkan,
"Dengan
kata lain, RATH bukanlah perusahaan yang mengembangkan generasi lanjut
dari VR... Tapi sebenarnya, perusahaan yang bertujuan untuk
mengembangkan AI... Begitu kan?"
Seiring mereka melanjutkan
untuk berdiskusi tentang situasi dengan 'musuh', lama-lama kondisi yang
parah kian menjadi semakin jelas. Perkembangan situasi tersebut membuat
ketiga gadis terdiam. Sepertinya Yui sendiri gak bisa mengatasi semua
informasi itu, secara ia mengerutkan keningnya.
Asuna menggapai
mug dengan tangannya, dipanaskan ulang dengan pop-up menu, lalu
meminum-nya, "houu", ia menghela nafas, lalu berbicara, mengutarakan
opininya tentang kekuatan 'musuh'
"Kalau RATH adalah 'musuh',
yang kita lawan bukanlah sebuah perusahaan biasa. Mempertimbangkan cara
yang mereka gunakan untuk melakukan penculikan -mengirim ambulans palsu
lalu helikopter, dan juga ada mesin yang seperti monster yang bernama
STL di tempat penelitian-nya -kita bahkan gak tau dimana lokasi-nya,
dengan tujuan menciptakan AI yang setara dengan manusia. Kalau begitu...
Orang yang menawarkan Kirito-kun untuk berkerja di RATH adalah
Chrysheight... Kikouka-san dari Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi
Komunikasi. Orang itu punya banyak koneksi dengan dunia yang berhubungan
dengan VR, dan omong-omong, RATH mungkin memiliki beberapa hubungan
nasional ... "
"Kikuoka Seijirou. Sudah kuduga, dia bukan hanya
orang berkacamata yang pura-pura bodoh seperti yang aku lihat... Apakah
kita masih bisa menghubungi-nya?"
Sinon, yang cemberut, dengan lemah menggelengkan kepalanya.
"Dua
hari yang lalu, kami gak bisa menghubunginya dengan telepon, dan dia
gak juga mengirim pesan untuk sebuah balasan. Berhubung kondisinya
darurat, aku ingin segera ke divisi virtual dari Kementrian Dalam Negeri
dan Teknologi Komunikasi, tapi sepertinya hal itu akan sia-sia."
"Yah...
Meskipun Kirito pernah mencoba melacak pria itu, dengan mudah orang itu
membuat Kirito pergi, atau setidaknya itulah yang dikatakan Kirito..."
4
tahun setelah insiden SAO, «SAO Incident Victims Rescue Countermeasure
Team» ditempatkan di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi,
dan setelah insiden itu diselesaikan, Tim itu ditinggalkan dan menjadi
divisi yang menangani masalah yang berhubungan dengan virtual. Salah
satu dari mereka adalah PNS dengan kacamata berframe hitam, Kikuoka
Seijirou, yang sepertinya membuat hubungan dengan Kazuto setelah Kazuto
kembali ke dunia nyata. Untuk suatu alasan, dia membayar mahal untuk
mendapakan servis dari seorang siswa SMA biasa di dunia nyata, Kazuto,
dan meminta tolong-nya untuk menyelidiki insiden Death Gun.
Asuna
bertemu dengan-nya beberapa kali di dunia nyata, dan juga membuat party
dengan avatar miliknya di dunia ALO, Undine Chrysheight. Namun, dia
merasakan bahwa dibalik sikapnya yang santai dan ramah, ada sesuatu yang
disembunyikan, sebuah kesan yang gak bisa Asuna acuhkan bagaimanapun
juga, bahkan sampai sekarang. Dia menyebut dirinya PNS tapi gak punya
tempat kerja permanen dan diperlakukan dingin, jadi mungkin dia berasal
dari departemen yang lebih eksklusif —Kazuto mempunyai keraguan akan hal
ini juga.
Kikuoka mengenalkan Kazuto kepada organisasi
misterius yang disebu RATH untuk kerja paruh waktu. Asuna mencoba
menghubunginya berkali-kali setelah Kazuto menghilang, tapi terminal
portabel miliknya disetting menjadi auto-reply dan Kazuto gak bisa
dikontak.
Dengan marah dia menelpon Kementrian Dalam Negeri dan
Teknologi Komunikasi, hanya untuk diberitahu kalau Kikuoka sedang
bekerja keluar negeri. Memang wajar kalau Kikuoka gak bisa dihubungi
karena alasan itu— Tapi kalau dipikir-pikir, apakah hilangnya Kazuto ada
hubungannya dengan pria itu? Asuna mau tak mau menjadi heran.
"Tapi..."
Pada saat ini, Asuna dan Sinon menatap wajah cemberut satu sama lain, lalu Lyfa pelan-pelan berkata,
"Jika
Kikuoka itu menjadi penghubung RATH dan negara, mengapa dia masih
bekerja diam-diam apapun yang terjadi? Memang ada keharusan untuk
melindungi suatu rahasia untuk kepentingan perusahaan, tapi jika itu
adalah rencana yang berusaha dicapai oleh negara, bukannya akan lebih
baik kalau mempromosikannya besar-besar secara normal?"
"Kalau dipikir-pikir... Itu memang benar..."
Sinon mengangguk dan menjawab.
Dalam
setahun terakhir, hal ini, bersamaan dengan mengembangan teknologi
ruang virtual, adalah dua merek baru yang saling berbatasan. Sementara
masing-masing negara dengan cepatnya berkembang -Amerika, lalu kemudian
Jepang mengumumkan pembuatan pesawat ruang angkasa yang gak memakai
external boosters, sebuah markas buatan di bulan, dan pembangunan space
station elevator. Perkembangan Artificial Intelligence yang sesungguhnya
belom pernah terjadi sebelumnya, dan masing-masing pemerintah punya
alasan-nya masing-masing untuk melindungi rahasia mereka -yang tak
terpikirkan oleh Asuna
Kalau itu benar, jika penculikan Kirito
adalah sesuatu yang bisa digolongkan ke level nasional, kalau begitu
mustahil untuk berfikir kalau mereka akan berbuat macam-macam kepada
murid SMA normal... Selain itu, area itu gak bisa dimasuki kalau gak ada
campur tangan polisi. Asuna terpukul oleh kelemahan-nya dan merundukkan
bahunya, dan pandangannya bertemu dengan Yui yang sedang melihat
kearahnya dari atas meja.
"Yui-chan...?"
"Kuatkan dirimu, mama. Papa gak pernah menyerah saat mencari mama di ALFheim."
"Ta...Tapi...A..Aku..."
"Sekarang giliran mama untuk mencari papa!"
Pada
saat itu, Yui, yang menyatakan kalau respon-nya adalah bagian dari
program pembelajaran yang simpel, menunjukkan senyuman yang hangat yang
gak bisa dibayangkan oleh kata-katanya.
"Pasti ada cara untuk
menghubungi papa. Walaupun musuhnya adalah pemerintahan Jepang, aku
yakin hal itu pasti gak akan menghancurkan ikatan antara mama dan papa."
"...Makasih, Yui-chan. Aku gak akan menyerah. Walaupun musuhnya
adalah negara... Aku akan menerobos ke parliamen lalu mencekik leher
para mentri dan pejabat!"
"Itu baru namanya semangat!"
Asuna
dan anak-nya menatap satu sama lain dan tersenyum. Sinon tersenyum saat
melihat mereka, dan tiba-tiba mengerutkan dahi dengan keras.
"...? Ada apa, Sinonon?"
"Enggak,
anu... Sekarang, masalahnya itu walaupun RATH itu organisasi penelitian
nasional, kupikir pemerintah ataupun parliamen masih gak tau spesifik
dari penelitian mereka."
"Ya... lalu?"
"Kalau hal ini adalah rencana rahasia dari departemen gelap, aku gak merasa kalau menyembunyikan departemen itu mudah, kan?"
"Apa...?"
"Budget!
Mau itu tempat penelitian ataupun STL, pasti butuh banyak budget. Aku
gak yakin itu butuh berapa juta atau berapa miliar atau lebih, tapi aku
yakin mustahil untuk mengeluarkan budget sebesar itu secara diam-diam...
Dengan kata lain, mereka butuh rekening yang adalah bagian dari budget
negara yang diatasnamakan suatu nama, kan?"
"Iya, tapi...
menurut hasil yang Yui-chan cari, hasil yang berhubungan dengan
teknologi VR yang membutuhkan budget besar itu gak a... Ah, aku ngerti
sekarang... Istilahnya salah...? Itu bukan teknologi VR, tapi Artificial
Intelligence...?"
Yui melihat kearah Asuna dan mengangguk
dengan ekspresi serius, berkata padanya untuk menunggu sebentar sebelum
melebarkan lengan-nya lebar-lebar. Jari tangannya menyala ungu, dan dia
menyambung ke network dari ALO.
Ketiga gadis menghabiskan
beberapa detik dengan penuh harapan dan gelisah. Yui membuka mata-nya
yang lebar dan berbicara dengan nada yang tanpa emosi seperti suara
elektronik yang benar-benar berbeda dari beberapa detik yang lalu.
"Terhubung
ke data informasi budget dari masing-masing kementrian dan instansi.
Artificial Intelligence, AI, 38 network yang mirip sedang di proses
sekarang... 18 universitas, 7 departemen pihak ketiga, di konfirmasi.
Budget yang digunakan untuk masing-masing projek, semuanya kecil....
Projek lahan intrastruktur dan pembangunan eksplorasi maritim... projek
pembangunan Automobile... menyimpulkan hal diatas tidak ada
hubungannya..."
Setelah itu, Yui mengajukan beberapa hal yang
sulit dimengerti, tapi hal itu juga sepertinya gak ada hubungannya, lalu
lanjut kembali untuk mengajukan beberapa contoh lain sebelum akhirnya
menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"...Aku gak bisa menemukan
apapun yang cocok dan budget besar yang menyimpang menggunakan pencarian
normal dan pencarian spesial. Mungkin budget itu dipisah-pisah menjadi
budget-budget kecil dan disamarkan, yang membuatnya menjad sulit
dicari."
"Oh begitu... Seperti yang sudah diperkirakan, kita mendapati bahwa udah gak ada jalan yang dibiarkan terbuka oleh mereka..."
Sinon
melipat lengannya sambil mengerang. Asuna terdengar seperti dia
mencengkeram sedotan saat dia mengangkat suaranya berteriak, "Tapi."
"—Mungkin
ada budget yang disembunyikan oleh RATH diantara hal-hal yang Yui-chan
temukan. Kenapa kita gak bisa menemukan-nya? Yah, kupikir sumber daya
laut gak ada hubungan-nya dengan ini... Jadi kenapa mereka harus
melakukan penelitian semacam itu?"
"Erm..."
Yui melebarkan matanya lagi, menghubungkan dirinya ke database yang relevan, dan dengan segera mengangkat kepalanya.
"...Kupikir
itu sebuah bentuk dari penelitian seperti mencari minyak dibawah laut
atau endapan logam mulia di permukaan dasar laut dan membiarkan kapal
selam kecil bekerja dengan sendirinya. Ada kemungkinan butuh budget yang
agak besar untuk kapal selam yang menggunakan prioritas AI."
"Heh... Hal seperti itu harus dijadikan robot yah... Dimana mereka mengembangkan hal itu?"
"Projek
nya terletak di... «Ocean Turtle». Projek nya selesai tahun ini, sebuah
raksasa yang mengapun yang bertujuan untuk meneliti lautan."
"A-Aku melihat-nya di berita."
Sela Lyfa.
"Wujudnya sedikit mirip seperti kapal dengan piramid yang mengambang diatas laut."
Asuna terdiam dan mengerutkan dahi. Dia menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangkatnya kembali,
"Omong-omong, aku pernah mendengar tentang ini sebelumnya. Ocean... Turtle..."
"Hey, Yui-chan... Apa kamu punya gambar dari tempat penelitian itu?"
"Iya, tunggu sebentar yah."
Yui
melambaikan tangan kanan-nya, dan muncul sebuah layar tampilan di atas
meja seperti peta yang sebelumnya, sebelum berubah menjadi gambar 3D
dari laut. Yang muncul adalah gambar rangka yang rumit yang tergambar di
tengah-tengah layar dengan tekstur halus.
Yang muncul di lautan kecil itu adalah hal yang orang bisa langsung menyebutnya piramid hitam.
Tapi,
dilihat dari atas, bentuknya gak kotak, tapi persegi panjang yang
perbandingan sisi-sisinya 2 banding 3. Tinggi piramid diperkirakan sama
panjang dengan sisi pendek-nya.Jika menghilangkan jendela yang panjang
dan sempit, eksterior akan terlihat seperti mengeluarkan cahaya
mengkilap berwarna abu-abu gelap. Kalau seseorang melihat nya, orang itu
akan mendapat gambaran dari segi enam sama sisi yang punya panel solar
yang ditempatkan dengan erat.
Ada proyeksi dari empat penjuru,
dan pada salah satu sisi pendek, bisa terlihat jembatan komando kecil
yang menempel disana. Logo H di atap itu pasti helipad, tapi itu
terlihat sedikit kecil. Dari perhitungan berdasarkan skala panjang-nya,
sangat mengejutkan bahwa panjangnya 400m.
"Oh begitu... 4 kaki, 4
sisi kepala, tampak luar yang seperti piramid, ini terlihat seperti
kura-kura. Tapi bukannya ini terlalu besar..."
Ucap Sinon dengan
sedikit kagum. Asuna terhuyung ke sekitar untuk melihat, dan menunjuk
kearah jembatan dari Ocean Turtle dengan jari telunjuk dari tangan
kanan-nya.
"Tapi, lihat, kepala yang ini terlihat seperti tonjolan dari bagian depan wajah. Bisa gak kalian tau binatang apa ini?"
"Ah— Benar. Itu terlihat seperti babi. Seekor kura-kura-babi yang bisa berenang."
Ucap Lyfa dengan suara yang polos.
Lalu,
terlihat seperti terkejut oleh perkataan-nya sendiri, dia melebarkan
matanya, menggerakkan bibirnya terus menerus sebelum mengeluarkan
suaranya yang serak.
"Kalau itu kura-kura.... dan juga babi..."
Asuna, Sinon dan Lyfa bertukar pandangan satu sama lain, lalu berteriak,
“—RATH!”
Bagian 2
Helikopter Type-EC135 terbang melewati kabut tebal diatas permukaan laut, dan dari jendela dapat terlihat bentangan besar berwarna biru dibawah.
Tak
seperti pemandangan dari pesawat penumpang dari ketinggian -dari sini,
puncak ombak dapat terlihat jelas dan cahaya matahari terpantul silau
oleh permukaan laut dan Koujiro Rinko berfikir,Sudah berapa tahun
lamanya sejak terakhir kali aku bermain di laut..
Hanya butuh
sekitar satu jam bagi Rinko untuk pindah dari tempat kerjanya yang
sekarang, California Technical Institute ke area San Fransisco Bay, tapi
meskipun dia bisa dengan enjoy berjemur kapanpun dia mau, dia gak
pernah melangkah ke pantai selama dua tahun dia bekerja di universitas.
Sudah
pasti itu bukan karena dia gak suka laut atau cahaya matahari,
dan sepertinya butuh banyak waktu sebelum dia bisa pergi berlibur dimanaangin
dia bisa menikmatinya. Rinko menyadari sepertinya akan butuh 10 atau 20
tahun lagi di luar negeri yang dia tak atu untuk melupakan masa lalu
nya.
Jadi, Rinko -yang berfikir tak akan kembali ke Jepang,
kampung halamannya lagi, sekarang terbang menuju tempat yang berhubungan
dengan masa lalu yang sudah ditinggalkannya sembari melihat ke luar
jendela dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Empat
hari yang lalu, dia menerima e-mail yang agak panjang yang dikirim oleh
orang yang tak terduga. Dia bisa saja segera menghapus e-mail itu dan
melupakannya, namun untuk suatu alasan, Rinko gak melakukannya. Setelah
menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mempertimbangkannya, dia
membalas e-mail itu dan mereservasi penerbangan. Saat ia memikirkan 2
tahun terakhir, ia menyadari kalau setiap hari pikirannya menjadi dingin
dan walau dia tau usaha nya sia sia, ia memutuskan untuk tetap pergi.
Ia
melakukan penerbangan dari San Fransisco kembali menuju Tokyo, bermalam
di hotel di Narita, dan dengan hati-hati naik helikopter ini, Rinko
menghela nafas saat ia berbicara pada dirinya sendiri dalam hati Setelah
aku melihat apa yang harus kulihat dan mendengar apa yang harus
kudengar, jawaban yang kubutuhkan akan datang sendiri kepadaku.
Ya,
terakhir kali dia pergi berenang itu 10 tahun yang lalu, waktu tahun
pertama di perguruan tinggi saat ia belum tau apa-apa. Dia mengajak
senior nya yang berada di tahun kedua, Kayaba Akihiko dan meminjam uang
untuk membeli automobile ringan untuk pergi ke Enoshima. Gadis lugu 18
tahun itu gak sadar akan nasib yang kelak akan dia temui...
Pikiran
rinko berkelana dari merenungi masa lalunya lalu penumpang disebelah
nya berteriak kepada nya dengan suara yang gak kalah dengan suara rotor.
"AKU MELIHATNYA!"
Mata yang berada dibawah rambut
pirang panjang dan tersisir rapih, dan kacamata yang miring, dan benar,
di sisi lain dari jendela kaca yang melengkung dari kendaraan ini,
terlihat tubuh hitam kecil di pojokan permukaan laut yang sangat luas.
"Itukah... Ocean Turtle...?"
Rinko
bergumam sembari melihat cahaya pelangi yang menyilaukan karena
pantulan dari solar panel berwarna hitam. Co-pilot yang memakai seragam
berwarna hitam yang berada di bangku kemudian menjawab dengan pelan.
"Benar. Tinggal 10 menit lagi sebelum kita sampai."
Helikopter
telah menempuh jarak kira-kira 250km perjalanan dari Shinkiba menuju
Tokyo -dan disekeliling tempat penelitian ombak yang sangat besar «Ocean
Turtle» mereka pergi menuju tempat mendarat.
Rinko
terkagum-kagum oleh pemandangan yang sangat megah. Istilah 'kapal' sudah
tak dapat mendeskripsikan tempat ini. Piramid besar yang berdiri tegak
di tengah lautan dengan ukuran 1.5 kali lebih besar dari kapal terbesar
yang ada di dunia, Nimitz. Tingginya setara dengan gedung tingkat 25 —ia
udah menyelidiki data ini sebelumnya, namun perbedaan dari kenyataan
dan imajinasinya seperti jarak antara Bumi dan bulan.
Piramid
empat sisi yang panjangnya 400m dan lebar nya 250m mempunya panel hitam
yang bercahaya yang menutupi nya seperti cangkang. Seluruh panel itu
sama besarnya dengan helikopter yang sekarang ia naiki. Berapa banyak
dana yang mereka gunakan untuk membuat tempat ini? Rinko bertanya-tanya
dalam hatinya. Dalam setahun terakhir, ada rumor bahwa mereka
menginvestasi penuh untuk logam mulia di dasar laut di Sagami Bay Coast,
dan setelah melihat tubuh besar yang diluar akal sehat, siapapun bisa
tau kalau itu bukan hanya rumor.
Konstruksi raksasa mekanik yang
mengapung di lautan terlihat seperti dikembangkan untuk generasi lanjut
dari tempat ekstraksi minyak laut —seharusnya begitu, tapi
kenyataannya, yang ada didalamnya adalah tempat penelitian untuk
generasi lanjut dari mesin Full Dive yang disebut «Soul Translator» yang
dapat membaca jiwa manusia -itu yang diberitahukan kepadanya lewat
e-mail satu minggu yang lalu. Rinko sendiri meragukan hal ini, tapi
setelah datang ketempat itu, ia gak punya pilihan selain percaya dengan
isi e-mail tersebut.
Kenapa, Kenapa tempat penelitian untuk
teknologi Full Dive terbaru, Brain Machine Interface harus ada di laut
yang berada jauh dari kepulauan Izu? Ia gak tau alasan dibalik hal
tersebut, tapi didalam piramid hitam ini, terdapat mesin hasil gabungan
dari Nerve Gear yang Kayaba Akihiko ciptakan dan Medi-cuboid yang Rinko
kembangkan untuk perawatan medis, dan saat ia memikirkan hal ini,
tiba-tiba ia sadar...
Dua tahun hidupnya ke luar negeri hanya
membuat luka nya mati rasa; luka itu gak pernah sembuh sepenuhnya. Yah,
pada akhirnya, ia menduga kalau apapun yang dia lihat di kapal ini akan
menyembuhkan luka nya -atau merobek nya dan membiarkan darah menyembur
keluar.
Rinko pelan pelan menghela nafas dalam didalam
helikopter yang perlahan turun dan melihat ke arah penumpang lain, yang
mengangguk pelan dengan kacamatanya, dan menyiapkan diri untuk turun.
Mungkin
pilotnya adalah veteran yang handal, mesin helikopter gak banyak
bergoyang saat mendarat di helipad yang berada di atap jembatan Ocean
Turtle. Pertama-tama, pria yang memakai seragam hitam, yang menjadi
guide, turun dari helikopter dengan sigap dan memberi hormat, lalu pria
dengan seragam yang sama datang dengan berlari.
Rinko lalu
berjalan keluar dan mengangguk kepada orang yang datang dengan berlari,
ia berfikir kalau memakai celana jeans adalah pilihan yang baik saat ia
melompat dari ketinggian 40cm. Sol dari sepatu olahraga mendarat di
daratan buatan dan sangat sulit untuk membayangkan kapal yang punya
stabilitas dan keamanan yang tinggi.
Selanjutnya, penumpang lain
yang mempunyai rambut pirang berkilauan melangkah keluar dengan
kacamatanya dan melengkungkan punggungnya. Rinko juga membentangkan
lengan-nya lebar-lebar untuk menikmati angin laut yang mempunyai aroma
ombak.
Pria yang menunggu di kapal menunjukkan ekspresi serius di wajah coklat nya dan dengan segera memberi hormat kepada Rinko.
"Profesor Koujiro. Selamat datang di Ocean Turtle. Dan dia?..."
Pria itu melihat ke arah penumpang lain, lalu Rinko menunduk lalu memperkenalkan.
"Dia adalah asisten-ku, Mayumi Reynolds."
“Nice to meet you.”
Co-passenger
berbicara dengan bahasa inggris yang fasih lalu mengulurkan tangannya
dan menggenggam nya dengan agak kikuk. Pria itu lalu memperkenalkan
dirinya.
"Saya Letnan satu Nakanishi, ditugaskan untuk membawa
kalian berdua. Petugas lain akan membawa barang-barang kalian nanti.
Mari, ikuti saya—”
Pria itu melambaikan tangan kanannya ke anak tangga yang bisa dilihat dari heliport dan melanjutkan.
"Letnan Kolonel Kikuoka sudah menunggu."
Udara
di lama jembatan terasa seperti musim panas dan bau garam dari Samudra
Pasifik, tapi setelah melewati elevator, jalanan panjang dan melewati
Ocean Turtle itu sendiri —pintu besi yang tebal di dalam piramid hitam,
udara yang dingin meniup ke arah wajah Rinko.
"Apakah kapal ini membutuhkan AC seperti itu?"
Ia
bertanya kepada Letnan satu Nakanishi yang sedang berjalan di depan
nya. Petugas Pertahanan-Diri yang masih muda itu berbalik ke arah
belakang, mengangguk dan berkata,
"Ya. Banyak mesin yang rumit
disini, jadi kami harus mengatur temperatur udara nya di sekitar 23
derajat dan kelembapan dibawah 50%."
"Apa tenaga yang digunakan berasal dari listrik bertenaga matahari?"
"Gak
juga. Panel solar bahkan gak bisa memenuhi 10% dari energi yang
dibutuhkan. Mesin utama menggunakan reaktor nuklir air yang bertekanan
tinggi untuk listrik."
"...Oh begitu."
Banyak hal yang menjadi makin rumit. Rinko menggelengkan kepalanya.
jalanan
yang punya panel berwarna abu-abu bening, bentuk manusia menjadi lebih
dan lebih menyimpang. Informasi yang ia baca sangat terbatas, dan
berfikir kalau mungkin ada ratusan peneliti yang pindah kesini,
sepertinya ada lebih dari cukup ruang berhubung dengan ukuran tempat
ini.
Mereka mengambil belokan ke kanan, ke kiri lalu maju untuk
sekitar 200m, dan tepat di depan pintu yang tiba-tiba muncul didepan
mereka, muncul pria yang berpakaian seragam biru tua. Orang bisa saja
mengira kalau itu seragam milik security, tapi dengan segera dia memberi
hormat setelah melihat Letnan satu, perilaku seperti itu sudah pasti
bukan apa yang rakyat biasa akan lakukan.
Si Letnan satu membalas hormat nya dan berkata dengan nada yang lantang,
"Permohonan izin untuk peneliti Profesor Koujiro dan asisten nya Reynolds untuk memasuki area S3."
"Menjalankan konfirmasi."
Petugas
keamanan mengaktifkan terminal logam di tangan-nya, lalu menggunakan
tatapan tajam nya dan monitor menscan bolak-balik ke wajah Rinko. Ia
mengangguk lalu melihat ke arah asisten dibelakang Rinko, menggunakan
tangan-nya untuk menggaruk janggut nya yang rapi sebelum memindahkan nya
ke samping mulutnya.
"Maaf, bisakah anda melepas kacamata itu?"
"Oh begitu."
Sang
asisten melepas kacamata nya yang agak besar, dan rambut pirang terang
serta kulit putih mulus dapat terlihat. Petugas keamanan harus
memiringkan matanya menatap wajah nya yang mempesona itu, dan mengangguk
kembali.
"Telah dikonfirmasi. Silahkan."
Hou. Rinko menunjukkan senyum pahit dan berkata kepada Letnan satu,
"Keamanan yang cukup ketat meskipun kalian berada di tengah-tengah lautan yah."
"Kami sudah mengurangi 'body check' dan prosedur yang lain-nya. Kami hanya mengecek metal dan bahan peledak sekitar 3 kali."
Jawab
pria itu. Pria dengan jas mengeluarkan sebuah CD dari kantung di dada
nya dan meletakkan nya di piringan di samping pintu, lalu menggunakan
tangan kanan nya untuk mendorong nya ke panel sensor. Sesaat kemudian,
pintu itu terbuka dengan suara motor, dan pintu menuju pusat dari Ocean
Turtle terbuka.
Setelah melewati pintu tebal itu, tertiup udara
yang lebih dingin, cahaya berwarna oranye bersinar, dan sedikit suara
dari mesin bergema. Kan, kan, suara langkah kaki bergema di ruangan
didalam kapal yang gak ada satu orang pun yang bisa membayangkan
besarnya, dan si pemandu -Letnan satu Nakanishi menyadari hal ini lalu
berhenti di depan suatu pintu.
Melihat keatas, papan simpel bertulisan 'Primary Control Room' dapat terlihat disana.
Akhirnya,
kita sekarang berada di tempat terakhir yang ditinggalkan Kayaba
Akihiko. Rinko menghela nafasnya dan menatap punggung Petugas
Pertahanan-Diri yang sedang memeriksa keamanan terakhir.
Apakah ini permulaan dari awal yang baru—
sisi
lain dari pintu yang terbuka dengan berat, kegelapan pekat mengelilingi
nya seperti kain kafan, menyebabkan Rinko gak bisa bergerak untuk
beberapa saat. Tidak peduli seberapa kuat ia menolak kegelapan itu,
bagaimana pun ia muak akan apa yang ia rasakan, ia dipaksa untuk
menerimanya.
"...Sensei."
Suara sang asisten dari belakang nya membuat kesadarannya kembali.
Letnan
satu Nakanishi berjalan kearah ruangan gelap, mengambil beberapa
langkah, lalu berbalik arah untuk melihat ke arah Rinko. Setelah
pemeriksaan yang lebih dalam, bagian dalam dari 'Primary Control Room'
gak sepenuhnya gelap, dan ada cahaya oranye yang berkedip di lantai.
Rinko
mengambil nafas yang dalam dan menggerakkan kaki kanan-nya melangkah
maju dengan sikap yang yakin. Sang asisten melangkah maju, dan pintu
dibelakang mereka tertutup.
Mereka mengikuti penanda di lantai
sembari bergerak diantara network besar dari mesin server, dan setelah
berjalan melewati lembah penuh mesin, Rinko kaget dan melebarkan
matanya.
"......Eh......!?"
Secara tak sadar ia
melenguh. Disana terdapat jendela besar di tembok di depan nya yang
melalui nya ia bisa melihat pemandangan yang tak bisa dipercaya.
Jalanan...
Bukan, itu mungkin kota. Tapi, itu tak seperti kota di Jepang. Semua
bangunan-nya terbuat dari batu putih, dan ada atap berbentuk kubah yang
aneh. Walaupun sepertinya terlihat sekitar setinggi 2 lantai, bangunan
itu tampak sangat kecil, ini semua karena bangunan itu dikelilingi oleh
pepohonan raksasa dan dedaunan yang tumbuh di seluruh tempat.
Batu
putih yang sama digunakan sebagai bahan untuk membuat jalanan dan
beberapa anak tangga dan juga jembatan yang melengkung melewati hutan;
dan orang-orang berjalan kemana-mana —sudah jelas mereka bukan
orang-orang dari zaman modern.
Gak ada satupun pria yang
menggunakan jas atau wanita yang menggunakan rok pendek. Semua orang
berpakaian seperti layak nya jaman pertengahan, seperti jubah one-piece
atau mantel panjang. Disana ada juga beraneka ragam warna rambut
-pirang, coklat dan hitam. Sangat sulit untuk menggolongkan apakah
mereka orang barat atau orang timur.
Dimana tempat ini? kapan
kami pindah dari kapal penelitian menuju dunia bawah tanah atau dunia
lain nya? Terkaget, Rinko melihat-lihat, dan di ujung jalanan yang
membentang menuju kejauhan, disana terdapat menara raksasa berwarna
putih. Menara utama di kelilingi oleh 4 menara tepi, dan membentang ke
langit biru yang jauh yang bahkan tak dapat terlihat dari jendela.
Rinko
mengambil beberapa langkah kedepan untuk melihat seberapa tinggi menara
yang menggapai langit itu, dan akhirnya menyadari pemandangan yang
berada di depan mata nya itu bukan berasal dari jendela, tapi sebuah
gambaran yang ditampilkan panel monitor yang besar. Segera, cahaya dari
langit-langit mulai menerang, menghapus kan kegelapan di dalam ruangan.
"Selamat datang di ocean Turtle."
Suara yang tak terduga datang dari arah kanan, dan Rinko segera memindahkan tatapan nya.
Muncul
siluet dari dua pria di depan layar teater mini dengan panel monitor,
di sebuah konsol dengan keyboard, sub-monitor dan banyak hal lainnya.
Salah
satu dari mereka duduk di kursi dengan punggung nya menghadap semua
orang, mengetik sebuah keyboard dengan relax. Namun, orang yang lainnya
yang berada di ujung konsol dengan segera menyempitkan matanya lewat
kacamata nya saat matanya bertukar pandang dengan Rinko.
Itu
adalah senyuman yang ia lihat berkali-kali sebelumnya, sebuah senyuman
yang mudah detemui tapi sulit untuk dibaca. Dia adalah Petugas
Pertahanan-Diri yang dikirim ke Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi
Komunikasi, Letnan Kolonel Kikuoka Seijirou, tapi—
"...Pakaian apa itu."
menggantikan
salam untuk dua orang yang tak bertemu selama 2 tahun adalah wajah
cemberut dari Rinko sembari bertanya. Letnan satu Nakanishi yang memakai
seragam dengan segera bertukar hormat dengan Kikuoka Seijirou. Ia
memakai yukata berwarna biru dengan pola nasi Kurume, sebuah kaku obi
terikat disekeliling nya, dan sandal bakiak kayu dibawah kaki nya.
"Kalau begitu, saya izin pergi."
Letnan
satu Nakanishi memberi hormat pada Rinko dan pergi -sekali lagi
terdengar suara pintu yang tertutup. Kikuoka, yang masih berdiri,
bersender dengan santai di sebuah konsol, dan menjelaskan sesuatu dengan
suara serak dan tenang,
"Tapi aku masih harus tinggal di lautan ini untuk sebulan kedepan. Aku gak tahan terus memakai seragam seperti itu."
Ia membentangkan lengannya dengan lebar dan tersenyum.
“—Professor
Koujiro, Nyonya Reynolds, sebuah perjalanan yang panjang. Aku sangat
lega kalian mau datang ke RATH, dan undangan kami telah membuktikan
nilai nya."
"Yah, mumpung kita ada disini, kami akan
memperkenalkan kepada kalian, meskipun kami gak bisa menjamin kalau hal
ini bisa berguna."
Rinko mengangguk, dan asisten disebelah nya
menyapa Kikuoka dengan sikap yang sama. Alis Kikuoka melingkar sembari
pandangan nya tetap mengarah ke rambut pirang yang anggun milik asisten,
dan kemudian tersenyum.
"Bagaimanapun juga, kamu sangat
sempurna untuk rencana ini, orang terakhir diantara trio kurasa akan
menjadi bagian dari rencana ini. Akhirnya, kalian bertiga dapat
berkumpul di pusar kura-kura ini."
"Oh, aku mengerti... salah satu dari mereka pasti adalah kau, Higa-kun."
Ucap
Rinko, dan tangan orang kedua yang sampai sekarang punggung nya
menghadap mereka berhenti bergerak dan kursinya berbalik arah.
Ia
hampir sama tinggi nya dengan Kikuoka, tapi terlihat sedikit lebih
pendek. Rambut yang sedikit beruban terlihat berdiri seperti ujung
pedang, dan ia memakai kacamata bulat yang tak terlihat elegan. Pakaian
T-shirt nya terlihat luntur, tiga perempat panjang jeans dan sepatu kets
yang sol nya sedikit rusak membuat nya terlihat tak berbeda dengan saat
ia masih di universitas
Higa Takeru, seseorang yang ia tak
bertemu selama 5, 6 tahun, menunjukkan senyum malu di wajah yang
kekanak-kanakan nya yang cocok dengan ukuran tubuhnya, dan berkata,
"Itu adalah aku. Sebagai murid terakhir dari lab Shigemura, jika aku gak mewarisi tekad guru ku, siapa lagi?"
"Benar-benar... kau tetap sama seperti sebelumnya."
Shigemura
di Touto University Electrical and Electronic Engineering mempunyai dua
sosok yang hebat, Kayaba Akihiko dan Sugou Nobuyuki, dan Higa adalah
orang yang bersembunyi dibalik bayang-bayang eksistensi mereka berdua.
Kapan dia terlibat dalam rencana besar-besaran seperti ini? Fikir rinko
sembari menjulurkan tangan-nya untuk menggenggam tangan mantan anak
didik nya.
"...Lalu? Siapa orang ketiga?"
Rinko bertanya
tentang orang ketiga, namun sang Petugas Pertahanan-Diri menunjukkan
senyum misterius yang gak pernah berubah dan menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekalu, aku gak bisa memperkenalkan dia untuk saat ini. Jangan khawatir, dalam beberapa hari..."
"Kalau begitu, aku akan membantu-mu untuk menyebutkan nama itu keras-keras, Kikuoka-san."
—Orang yang berbicara bukanlah Rinko, tapi 'asisten' yang berdiri dibelakang nya dengan tenang, seperti bayangan,
"Apa...!?"
Akhirnya
kau telah jatuh ke dalam jebakan. Rinko memberikan sebuah ekspresi saat
ia melihat Kikuoka melebarkan matanya dengan kaget, dan mengambil
langkah kebelakang menjauhi asisten.
Sang asisten melangkah maju
dengan anggun, dan menggunakan tangan kanan-nya untuk melepas wig
rambut pirang nya dan tangan kiri untuk melepas kacamata nya yang besar.
Mata berwarna merah kecoklatan menatap tepat ke arah Kikuoka dan
berkata,
"Dimana kalian menyembunyikan Kirito-kun?"
Terlintas
Ekspresi kaget dan panik yang gak familiar dengan wajah Letnan Kolonel
dan bingung melalui berbagai emosi dan terus menerus membuka dan menutup
mulutnya, sebelum akhirnya berbisik,
"...Kupikir identitas milik peneliti sudah di cek melalui database di Institut Teknik California."
"Ehh, sensei dan aku sudah lama mengecek nya."
«Flash»
Asuna, Yuuki Asuna, menggunakan identitas dari asisten Rinko, Mayumi
Reynolds untuk menyamarkan dirinya dan menyusup ke Ocean Turtle, dan
menatap tepat ke arah mata Kikuoka lalu menegakkan dirinya dan menjawab,
"Kami cuma menukar foto dari database dengan foto ku seminggu
yang lalu. Kami punya seseorang yang sangat handal dalam urusan
menerobos keamanan."
"Sedikit info saja, Mayumi yang asli sedang berjemur dengan nikmat di San Diego."
Tambah Rinko lalu ia tersenyum.
"Sekarang, aku yakin kau sudah mengerti kenapa aku menerima undangan mu kan, Kikuoka-san?"
"Ahh... Aku sudah mengerti sekarang."
Kikuoka
dengan lemah menggelengkan kepalanya lalu menggaruk sisi samping
kepalanya dengan ujung jarinya. Kuku, Higa, yang dari tadi menatap
mereka dengan tenang, tiba-tiba mulai tertawa.
"Lihat, Kiku-san. Inilah sebabnya aku berkata kalau bocah itu adalah lubang terbesar dari keamanan rencana ini."
Empat
hari yang lalu, pada tanggal 1 Juli, Rinko telah menerima e-mail dari
pengirim yang bernama 'Yuuki Asuna'. E-mail itu berisi tentang sesuatu
yang bisa menggerakkan Rinko, yang sampai sekarang terus berkeliling
diantara rumah nya dan kampus seperti gelandangan.
Asuna menulis
tentang teknologi «Medicuboid» yang Rinko sediakan untuk Kementrian
Kesehatan dan Kesejahteraan di Jepang, dan tentang bagaimana desain
dasarnya digunakan untuk mengembangkan mesin mutakhir bernama Soul
Translator, yang dioperasikan oleh organisasi misterius bernama RATH.
Tujuan
utama mengembangkan mesin itu adalah untuk menghubungkannya dengan jiwa
manusia yang kemungkinan besar untuk membuat bottom-up Artificial
Intelligence yang pertama di dunia. Seorang anak yang membantu mereka
dalam experimen, Kirigaya Kazuto yang sedang tak sadarkan diri, diculik
dari rumah sakit, dan kemungkinan tujuannya adalah kapal penelitian
raksasa yang mengapung bernama Ocean Turtle. Dalang dibalik semua ini
adalah PNS yang mempunya hubungan yang cukup dalam dengan Kazuto setelah
insiden SAO, Kikuoka Seijirou —kata-kata yang gak bisa dipercaya ini
tertulis di e-mail yang dikirim ke pada Rinko.
"Aku menemukan
alamat pribadi milik Profesor Koujiro dari alamat email PC milik
Kirito-kun. Hanya kau yang bisa memberikan ku kesempatan untuk membawa
Kirito-kun kembali. Tolong pinjam kan kekuatan mu—”
E-mail nya berakhir seperti itu.
Rinko
sangat tersentuh dengan perkataan Yuuki Asuna yang sepertinya bukanlah
suatu kebohongan. Untuk alasannya, sekitar 1 tahun yang lalu, Kikuoka
Seijirou menggunakan posisinya sebagai Letnan Kolonel untuk berkali kali
mengundang nya ke projek pengembangan untuk generasi lanjut dari Brain
Machine Interface.
Rinko mengangkat kepalanya dari monitor,
melihat ke pemandangan malam dari kota Pasadena melalui jendela
kondominium milik nya, dan mengingat wajah dari anak bernama Kirigaya
dari sebelum ia meninggalkan Jepang.
Anak itu menjelaskan
tentang eksperiman terhadap manusia yang illegal yang dilakukan oleh
Sugou Nobuyuki, yang akhirnya membuat ia menambahkan perasaan ragunya
tentang apa yang ia bincangkan dengan Kayaka Akihiko di dunia nyata, dan
permohonan rahasia untuk inti «Cardinal System» dengan maksud yang gak
diketahui.
Setelah memikirkan hal itu, ia menyadari kalau
intensitas dan output tinggi dari scanner otak yang digunakan Kayaba
Akihiko untuk mengakhiri nyawanya adalah desain original untuk
Medicuboid dan Soul Translator. Jadi semuanya berhubungan. Gak ada yang
berubah. Apa sebaiknya aku menerima permohonan dari Yuuki Asuna—?
Malam berikutnya, Rinko membuat keputusan dan mengirim balasan setuju kepada permohonan Asuna.
Hal
ini memang pertaruhan yang membahayakan, tapi sepertinya gak rugi
melakukan perjalanan kesini dari Pasifik, dapat melihat wajah kaget
Kikuoka Seijirou adalah hal yang sepadan. Rinko tersenyum. Ia mungkin
lebih unggul dari Kikuoka yang bekerja secara diam-diam setelah insiden
SAO dan selalu terlihat kalau ia mengontrol segalanya, tapi masih
terlalu cepat untuk merasa lega.
"Kalau begitu, berhubung kita
ada disini, kupikir kau sudah mengerti segalanya sekarang...
Kikuoka-san? Kenapa kau, seorang Petugas Pertahanan-Diri, menyamar
menjadi posisi rendah di Kementrian Dalam Negeri dan Teknologi
Komunikasi untuk memasuki dunia VR? Apa yang kau rencanakan di dalam
kura-kura raksasa ini? Dan... kenapa kau menculik Kirigaya-kun?"
Rinko
melantarkan pertanyaan satu demi satu, dan Kikuoka hanya bisa
menggelengkan kepalanya dan mengehla nafas lalu menunjukkan senyuman
yang mustahil untuk dibaca.
"Pertama-tama, izinkan aku untuk
menjelaskan kesalahpahaman yang dari awal gak pernah terjadi... Aku
memang menyeret Kirito-kun kedalam RATH melalui cara yang entah
bagaimana sedikit memaksa, dan aku minta maaf atas hal itu. Tapi itu
karena kami ingin menolongnya."
"...Apa maksudmu?"
Kalau
di pinggang Asuna terdapat sebuah pedang, ia pasti sudah menaruh
tangannya di gagang pedang. Wajah kuatnya sudah terlihat jelas saat ia
bertanya.
"Kirito-kun diserang oleh pelaku dari insiden "Death
Gun" dan jatuh koma. Aku tau pada hari itu juga. Otak nya menerima
banyak kerusakan karena kekurangan oksigen, dan aku sangat yakin kalau
luka pada level itu gak bisa diobati walaupun dengan obat modern."
Wajah Asuna tiba-tiba berubah kaku.
"Gak bisa.... diobati..."
Sejumlah
sel saraf yang membuat jaringan saraf didalam otaknya hancur. Walaupun
ia dimasukkan kedalam rumah sakit, gak ada dokter yang bisa tau kapan ia
akan bangun. Mungkin saja ia gak akan pernah bangun lagi... oke, kamu
gak perlu menunjukkan ekspresi seperti itu, Asuna-kun. Bukannya aku
bilang begitu jika menggunakan obat modern?"
Kikuoka memberikan 200% ekspresi yang sangat serius lalu melanjutkan,
"Namun,
di dunia ini, hanya RATH yang punya teknologi untuk menyembuhkan
Kirito-kun. Itu adalah STL yang sudah kau ketahui, Soul Translator. Sel
otak yang sudah mati gak bisa disembuhkan, tapi masih mungkin untuk
meningkatkan tingkat regenerasi dari jaringan saraf di otak dengan
membangkitkan Flucklight menggunakan STL. Hanya tinggal menunggu waktu."
Lengan kanan Kikuoka yang mengulur keluar dari lengan yukata menunjuk kearah langit-langit.
"Saat
ini, Kirito-kun sedang terhubung ke saluran utama dari kekuatan
maksimum STL. Kami gak bisa melakukan operasi yang rumit di cabang
Roppongi, jadi kami harus kembali kesini. Setelah perawatannya berakhir
dan ia sadarkan diri, kami akan menjelaskan semuanya kepada keluarganya
dan Asuna-kun dan mengirimnya kembali ke Tokyo secara pantas."
Setelah mendengar hal itu, tubuh Asuna menjadi lemah, dan Rinko segera menggenggam tangannya untuk mendukungnya.
Seorang
gadis yang memiliki wawasan yang luar biasa dan keyakinan untuk
menerobos ke sisi orang yang ia cintai tiba-tiba kehilangan seluruh
ketegangannya, kemudian sebuah air mata yang jatuh menuju pipinya, ia
mengelapnya, dan bangkit sekali lagi.
"Kalau begitu, apakah Kirito-kun gak apa-apa? Apa ia bisa bangun lagi?"
"Ahh,
aku bisa menjaminnya. Perawatan disini gak lebih rendah dari rumah
sakit besar manapun. Kami bahkan menugaskan penjaga berpengalaman
untuknya."
Pandangan kuat Asuna mencoba untuk menduga maksud asli dari Kikuoka dan relaks untuk beberapa saat, dan ia mengangguk pelan.
"...Aku mengerti. Aku akan mempercayai kalian untuk hari ini."
Kikuoka
menghela nafas sebagai pertanda lega dan bahunya menjadi relaks saat ia
mendengar perkataan itu. Rinko mengambil langkah kedepan dan bertanya,
"Tapi
kenapa Kirigaya-kun itu penting dalam pengembangan STL? Kenapa kalian
harus menculik murid SMA normal sepertinya untuk rencana rahasia yang
dilakukan ditengah lautan seperti ini?"
Kikuoka bertukar lirik dengan Higa, dan mengangkat bahu nya, Yare Yare...
"Aku harus membicarakan banyak hal untuk menjelaskan hal itu."
"Gak apa-apa. Masih banyak waktu."
"...Berhubung aku harus menjelaskan semuanya, kau juga harus membantu perkembangan STL juga, Profesor Koujiro."
"Aku akan memutuskannya setelah aku mendengar penjelasan mu."
Petugas
Pertahanan-Diri terlihat sedikit kesal lalu menghela nafas lagi. Ia
mengeluarkan sebuah tabung kecil dari lengan yukata nya, mereka
menduga-duga apa isi dari tabung yang ternyata berisi manisan rasa lemon
yang murah. Ia memasukkan 2, 3 manisan kedalam mulutnya dan
menawarkannya kepada Rinko dan Asuna.
"Mau?"
"tidak, terima kasih."
"Yah... kalau begitu, kupikir aku bisa menganggap kalian berdua tau basic dari STL kan?"
Asuna mengangguk.
"Itu
adalah mesin yang bisa membaca jiwa manusia... «Fluctlight» dan membuat
dunia virtual yang benar benar mirip dengan dunia nyata."
"Hm. Kalau begitu, apa tujuan dari rencana ini?"
"Pengembangan dari bottom-up... «Highly adaptive Artificial Intelligence». AI yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi.”
Higa
bersiul dan sepasang mata dibalik kacamata bundar menunjukkan pandangan
kagum, menggelengkan kepalanya menunjukkan ketidakpercayaan.
"Luar
biasa, Kirito-kun gak mungkin memahami hal ini sampai sejauh itu.
Bagaimana kalian bisa menginvestigasi sampai sejauh itu?"
Asuna melihat kearah Higa dan berkata dengan nada yang kaku,
"...Aku mendengar istilah «Artificial Labile Intelligence» dari Kirito-kun..."
"Haha, Aku mengerti sekarang. Sepertinya akan lebih baik bagimu untuk mengecek keamanan rahasia di Roppongi, Kiku-san."
Ucap Higa dengan wajah nyengir nya, dan wajah cemberut Kikuoka berpaling.
"Aku
sudah siap kalau ada beberapa informasi yang bocor ke Kirito-kun. Aku
sudah memikirkan resiko-nya, tapi bantuan darinya juga sangat
dibutuhkan. Kau harusnya mengerti kalau.... ngg, sampai dimana kita
tadi? Oh, AI yang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi, kan?"
Kikuoka
sekali lagi mengeluarkan manisan lemon dan melemparnya keudara kemudian
menangkap nya dengan mulutnya. Letnan Kolonel kemudian melanjutkan
dengan nada ceramah,
"Bottom-up-type AI adalah sebuah replika
dari konstruksi kesadaran manusia, dan hal itu diduga dari dulu kalau
itu hanyalah impian kosong. Tapi walaupun kami menyebutnya konstruksi
kesadaran manusia, kami sama sekali gak tau bagaimana struktur nya dan
bagaimana hal itu dibentuk —kami hanya menggunakan data yang disediakan
Koujiro-sensei dan mesin yang sangat interpretif dan imajinatif, «Soul
Translator» yang diciptakan Higa-kun, dan akhirnya berhasil menangkap
jiwa manusia -sebuah medan quantum yang kami sebut «Fluctlight», dengan
sukses. Berhubung kami dapat sampai ke tahap ini, kami merasa bahwa kami
juga bisa berhasil dalam pengembangan bottom-up AI... Kalian tau
memgapa?"
"Kalau kalian bisa membaca jiwa manusia, kalian hanya perlu mengkloningnya... benarkah?"
Rinko merasakan sedikit perasaan dingin saat mengucapkannya.
"Tentu saja, walaupun ada pertanyaan tentang medium yang dibutuhkan untuk menampung copy dari sebuah jiwa..."
"Un,
itu masalahnya. Elemen yang dulu digunakan untuk sistem komputer
quantum gak cukup. Jadi, ini adalah «Quantum Particle Gate
Crystallization» yang membutuhkan banyak dana untuk membuatnya, dan
mudahnya disebut «Lightcube». Konstruksi 5cm ini yang dibuat dari
Praseodymium dapat menampung ratusan juta qubits. Dengan kata lain...
kami sudah berhasil mengkloning jiwa manusia."
Rinko terpaksa
memasukkan tangannya kedalam celana jeans yang ia pakai untuk
menyembunyikan perasaan dingin di jari-jarinya. Asuna, yang berdiri
disampingnya, mulai pucat.
"...Kalau begitu, penelitiannya sudah berhasil kan? Kenapa kalian masih memanggil kami kesini."
Tanpa
rasa takut ia mengerahkan kekuatan kedalam perutnya saat ia bertanya.
Kikuoka bertukar lirik dengan Higa lagi, menunjukkan senyum lemah di
sisi kiri dari wajahnya, dan pelan-pelan mengangguk.
"...Yah,
kami memang berhasil mengkloning jiwa, tapi kami gak sadar akan
kebodohan kami sendiri. Ada suatu kesenjangan besar yang tak bisa
dimengerti diantara kloning manusia dan Artificial Intelligence yang
sebenarnya... Higa-kun, perlihatkan benda itu."
"Ehh—jangan doong. Bakal jadi kacau banget."
Higa menggelengkan kepalanya karna segan, tapi setelah itu menghela nafas dan mulai menjalankan konsol itu dengan segan.
Kemudian, layar yang menampilkan kota misterius itu menjadi gelap.
"Kalau begitu, memuat modul copy HG001."
Tan.
Higa memasukkan kunci masuk -dan muncul cahaya fraktal yang bersinar
ditengah layar. Cahaya ditengah itu hampir berwarna putih, dan
perbatasan luar yang tajam dari cahaya merah berkedip kedip tak teratur.
“...Pengambilan sampel nya sudah selesai belum?”
Suara
yang tak terduga dapat terdengar dari speaker diatas, membuat Rinko dan
Asuna kaget. Mereka mendengar suara Higa, tapi terdapat perasaan
melankolis dibalik suara itu, mungkin karena efek logam tebal.
Higa,
yang sedang duduk di kursi, mengambil mikrofon yang ada dikonsol dan
menjawab dengan suara yang mirip dengan suara sebelumnya,
"Ahh, pengambilan sampel Fluctlight buatan sudah selesai tanpa hambatan."
“Oh
begitu. Baguslah kalau begitu. Tapi...apa yang terjadi? Benar-benar
gelap disini. Aku gak bisa menggerakkan tubuhku. Apakah STL nya rusak?
Maaf, tolong keluarkan aku dari mesin.”
"...sayang sekali, aku gak bisa melakukan hal itu."
“Oi oi, apa lagi sekarang? Apa yang kau katakan? Siapa kamu? Aku gak pernah denger suara kamu sebelumnya.”
Higa mengeluarkan keringat dingin dan terdiam selama beberapa saat, lalu menjawab dengan pelan,
"Aku Higa. Higa Takeru."
“...”
Cahaya
merah menyala-nyala, dan tiba-tiba meringis kembali. Setelah beberapa
saat terdiam, ekstremitas tajam melebar seperti sedang menolak sesuatu.
“Brengsek, apa yang kau katakan!? Aku, Higa ada disini! Keluarkan aku dari STL!”
"Tenang, jangan marah. Kayak bukan kamu saja."
Pada saat ini, Rinko akhirnya mengerti maksud dari adegan didepan matanya.
Higa sedang berbicara dengan klon dari jiwa nya sendiri.
"Kalau
begitu, pikirkan dengan tentang, coba dan ingat kembali. Memori mu
harus dihalangi saat kau masuk kedalam STL untuk mengekstrak klon dari
Fluctlight buatan."
“...Terus kenapa? Ya emang begitu kan. Aku tak sadarkan diri saat di scan.”
"Kau
ingat apa yang kau katakan sebelum kau masuk kedalam STL, kan? Kalau
kamu gak merasakan tubuhmu saat kau bangun, dan kalau ada kegelapan
disekelilingmu, itu berarti kau adalah klon dari Higa Takeru."
Cahaya
itu kemudian mengecil seperti semacam mahluk laut. Suasana diam terus
berlanjut untuk sementara waktu, lalu muncul 2, 3 lonjakan keluar.
“...Mustahil.
Gak mungkin seperti itu. AKu bukan klon, Aku adalah Higa Takeru yang
asli. Aku...Aku punya memori ku sendiri. Aku ingat semuanya dari taman
kanak-kanak, universitas sampai saat aku berada di Ocean Turtle...”
"Itu
benar, tapi itu sudah diperkirakan. Kami mengkloning seluruh memori
dari Fluctlight buatan... Sebagai klon, kau adalah Higa Takeru yang
sebenarnya. Kalau begitu, kau seharusnya mempunyai kecerdasan yang
tinggi. Tenangkan dirimu dan analisa situasi ini lagi dan lagi. Ayo
bekerja keras untuk mencapai tujuan kita."
“...Tujuan kita...kau bilang kita?...”
di
suara metalic dari klon itu, terdapat perasaan yang sangat emosional,
dan pada saat itu, tangan Rinko bergetar kencang. Ia gak pernah melihat
'experimen' yang kejam dan mengerikan sebelumnya.
“...Gak...gak,
Aku gak percaya. Aku adalah Higa yang asli. Eksperiemn macam apa ini?
Aku baik-baik saja sekarang. Cepat keluarkan aku dari sini. Kiku-san...
Apakah kau disana? Jangan main-main dan keluarkan aku dari sini.”
Mendengar hal ini, Kikuoka menunjukkan ekspresi sedih, membungkuk, dan mendekatkan mulutnya ke mikrofon.
"...Ini
aku, Higa-kun. Bukan... Aku seharusnya memanggilmu dengan nama HG 001.
Sayang sekali, kenyataannya kau memang benar-benar sebuah klon. Kau
mendapat banyak intruksi sebelum discan, berbicara dengan ku dan teknisi
lain, dan kau seharusnya sudah siap secara mental untuk muncul sebagai
klon. Kau memasuki STL karna sudah tau tentang kemungkinan ini."
“Tapi... tapi... gak... GAK ADA YANG MEMBERITAHU KU KALAU AKAN JADI SEPERTI INI!!!”
Suara yang lantang dari klon berbunyi di ruang kontrol.
“A..AKU
ADALAH AKU! JIKA AKU ADALAH KLON, KAU HARUSNYA BISA MEMBERIKAN KU
SEBUAH KENYATAAN SEBAGAI KLON... HAL SEPERTI ITU... HAL SEPERTI ITU
TERLALU...GAK... KELUARKAN AKU DARI SINI!!”
"Tenang. Tetaplah
tenang. Pengoreksian kesalahan fungsi dari Light Cube gak sehebat
seperti yang ada di otak. Seharusnya kau tau bahaya dari kehilangan
ketenangan mu saat berfikir."
“AKU SEMPURNA!! AKU HIGA TAKERU!
KALAU ITU MASALAHNYA, BAGIAMANA KALAU SEKARANG KITA LAKUKAN LOMBA
MENGINGAT PI DENGAN HIGA PALSU ITU!? OI, AYO MULAI!
3.1415926535897932.........”
Cahaya merah itu membesar, hancur
berantakan dari layar dan kemudian hilang. Sedikit suara yang
beresonansi dari mikrofon hilang.
Higa Takeru menghela nafas panjang, dengan lemah menekan tombol di konsol, dan menyatakan sesuatu,
"Fuh, sudah hilang. 4 menit 27 detik."
Setelah mendengar gumaman itu, Rinko pelan-pelan melepaskan kepalan-nya yang keras, tangannya basah oleh keringat dingin.
Asuna
mendekatkan tangan kanannya ke mulutnya saat ia melihat kloning itu
hilang. Kikuoka, yang melihat hal itu, menendang pelan kursi dengan roda
dibawahnya dari bawah konsol menuju ke arah mereka. Asuna yang pucat
segera mengambil dan duduk diatas kursi itu.
"Kamu gak apa-apa?"
Mendengar hal itu, Asuna mengangkat kepalanya dan mengangguk.
"Ehh...maaf, Aku gak apa-apa."
"Jangan memaksakan dirimu. Lebih baik tutup matamu untuk sementara."
Rinko
meletakkan tangan nya diatas bahu Asuna, mengecek apakah Asuna sudah
tenang, menatap kearah wajah Kikuoka lagi, dan berkata,
"Selera vulgar mu harus ada batas nya, Kikuoka-san."
"Maaf, tapi kupikir kau bisa mengerti kalau aku gak bisa menjelaskan hal ini kecuali dengan membiarkan kau melihatnya sendiri."
Petugas Pertahanan-Diri menggelengkan kepalanya, menghela nafas lalu melanjutkan,
"Higa-kun
ini adalah genius yang IQ nya nyaris 140. Kami membuat klon darinya dan
klon itu gak bisa menerima kalau dia adalah sebuah klon. Kami membuat
lebih dari 10 Fluctlights buatan, termasuk milikku, tapi semua hasilnya
sama saja. Dalam waktu sekitar 3 menit, logika mereka mulai bergerak tak
kendali tanpa pengecualian."
"Normalnya aku gak akan
memanggilnya seperti itu. Aku takkan menggunakan kata 'ore'. Tapi aku
yakin kau bisa mengerti, Rinko-sempai."
Higa Takeru menunjukkan ekspresi enggan dan kuat lalu melanjutkan,
"Hal
itu bukan lagi masalah pemahaman kemampuan dan kondisi mental dari
sebuah klon, tapi kesalahan struktur dari menggunakan Light Cube untuk
mengklon Fluctlight buatan secara penuh, atau yah... itulah yang
kurasakan... —Koujirou-sempai, apa kau tau istilah «Resonansi Otak»?"
"Eh? Resonansi otak... Aku ingat hal itu berhubungan dengan tehnik mengkloning, tapi detailnya..."
"Yah,
itu adalah teori yang aneh dan fantastis. Kalau kita bisa menciptakan
klon yang benar-benar mirip dengan aslinya, medan magnet yang
dikeluarkan oleh otak kedua orang itu akan membuat resonansi, atau gema
yang kuat seperti dua mikrofon yang didekatkan, dan kedua nya akan
menjadi tidak stabil. Gak gampang bagiku untuk mempercayainya —tapi jika
kesadaran manusia gak bisa menahan kenyataan bahwa kita bukanlah
eksistensi yang unik, mungkin ada kemungkinan seperti... yah, jangan
memperlihatkan ekspresi gelisah seperti itu. Kalau gak mungkin,
bagaimana kalau kau mencobanya, Rinko-sempai?"
"Gak akan."
Rinko
merasa diintimidasi dan menolak dengan segera. Asuna, yang duduk di
kursi dengan mata tertutup, berbisik ditengah kesunyian ketiga orang
itu.
"...Sepertinya Kikuoka-san bertemu dengan nya berkali-kali
di ALO. Top-down-type AI yang Yui-chan katakan sebelumnya... Bahkan dia,
yang mempunyai konstruksi yang benar-benar berbeda dengan manusia,
merasa takut menjadi sebuah kloning. Jika suatu insiden menyebabkan
backup copy miliknya menjadi aktif dan bergerak, mereka mungkin akan
bertarung satu sama lain untuk saling menghancurkan..."
"Heh, menarik. Sangat menarik."
Higa seketika membenarkan kacamata nya dan membungkuk kedepan.
"Kiku-san
satu-satu nya orang yang melihatnya? Itu terlalu licik. Tolong izinkan
aku untuk bertemu dengan nya lain kali. Ya, aku mengerti... sesuai
dugaan, memang mustahil bagi sebuah klon untuk mengembangkan intelek...
atau mungkin, satu-satu nya kemungkinannya jika intelek nya belum
dikembangkan..."
"Tapi itu..."
Rinko merenung untuk sementara, membuka lengannya lebar, dan menghadap ke arah Kikuoka, dan berkata,
"Mengkloning
sangat lah luar biasa, tapi kalian gagal untuk mempertahankan tujuan
dari penelitian kalian, kan? Aku gak tau berapa dana yang kalian
gunakan, tapi menggunakan uang milik negara hanya untuk menciptakan hal
seperti ini..."
"Gak gak gak."
Kikuoka tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya,
"Kalau
itu hasilnya, kepalaku sudah digoreng sekarang. Dan bukan hanya
aku...beberapa orang penting di departemen pengawasan juga akan mati."
Dia
bermain main dengan tabung berisi manisan lemon lagi, dan setelah sadar
isinya kosong, ia mengeluarkan kotak berisi manisan susu putih dari
lengan baju yang lainnya dan mengunyah satu dari manisan tersebut.
"Kenyataannya,
kamu bisa bilang kalau ini hanyalah awal dari projek. Mustahil untuk
mengkloning jiwa yang berkembang, benar kan... dan jika itu gagal, apa
yang menurutmu harus kami lakukan, profesor?"
"...Boleh minta permen-nya satu?"
Ia
mengambil permen rasa susu yang Kikuoka berikan dengan senang hati,
membuka bungkusnya dan memasukkannya kedalam mulutnya. Rasa manis yang
seperti yogurt itu menyebar di mulutnya. Rasa bumbu amerika bukanlah
seleranya, tapi gula di permen itu menghilangkan pemikiran seperti itu.
"...Bagaimana
kalau kalian batasi memori mereka? Contohnya... hilangkan informasi
pribadi seperti nama dan alamat. Jika kamu gak tau siapa dirimu, kamu
gak akan membuat tingkah histeria seperti yang terjadi barusan..."
"Sempai memang hebat, bisa langsung berfikir seperti itu."
Higa menggunakan nada universitas nya yang lama lalu melanjutkan,
"Kami
menghabiskan waktu sekitar satu minggu berdiskusi sebelum akhirnya
mendapat pemikiran hal itu. Kami kemudian mencoba hal itu, tapi...
Fluctlight buatan gak mudah untuk dimanipulasi seperti file di OS
kalkulator. Mudahnya, ingatan dan kemampuan mereka terikat satu sama
lain. Jika kita berfikir tentang itu, sudah pasti kemampuan kita gak
kita dapatkan dari awal, tapi dari pembelajaran."
Lalu, Higa mengambil memo dari meja dan menggunakan dua jari dari tangan kanannya untuk memegangnya.
"Pembelajaran
juga bagian dari memori. Sekali kau melupakan memori dari menggunakan
gunting untuk memotong kertas untuk pertama kalinya, kau akan lupa
bagaimana cara menggunakan gunting... Dengan kata lain, menghapus memori
yang merupakan bagian dari tumbuh dewasa akan menghapus kemampuan yang
berhubungan. Kondisi tragis dari klon seperti itu gak ada bandingannya
dengan klon yang sudah berkembang seperti yang tadi. Oiya, mau lihat?"
"Enggak...gak usah."
Rinko dengan segera menggelengkan kepalanya untuk menolak.
"Terus...
kalau memori dan kemampuan akan terhapus bagaimanapun juga, bagaimana
kalau melakukan pembelajaran dari awal? Gak... itu gak realistis. Akan
makan waktu yang sangat lama."
"Ehh, itu masalahnya. Selain itu,
belajar kemampuan dasar seperti bahasa dan hitung hitungan akan lebih
susah untuk kita, orang dewasa yang mempunyai ruang yang lebih sedikit
untuk mengembangkan otak kita untuk belajar. Aku pernah mencoba belajar
bahasa Korea, dan aku sudah belajar sistem bahasa mereka untuk entah
berapa tahun lamanya... Toh, proses pembelajaran adalah pengembangan
dari jaringan saraf seperti yang ada di komputer quantum... dengan kata
lain, efisiensi akan berkurang semakin jauh seseorang berevolusi dari
keadaan 'lahir'."
"Kalau begitu, memori... bukan hanya terbatas
oleh data, tapi juga oleh pikiran dan logika? Apa STL bisa melakukan hal
seperti itu...?"
"Jika itu ingin dilakukan, aku gak mikir gak
ada yang gak bisa dilakukan. Hanya saja kita harus menghitung jumlah
waktu yang kita butuhkan untuk menganalisa Fluctlight buatan di qubit
yang jumlah nya miliaran, menetapkan fungsi dari masing-masing qubit.
Beberapa tahun...dekade, kita gak tau berapa lama. Tapi... ada cara yang
lebih langsung dan simpel yang paman ini pikirkan. Kupikir itu adalah
suatu ide yang gak bisa kita, para peneliti pikirkan..."
Rinko
berkedip dan menatap kearah Kikuoka, yang punggung nya bersender di
konsol. Poker face yang terlihat tenang, dan masih gak mungkin untuk
membaca pemikiran orang ini.
"...Cara yang simpel...?"
Meski
sudah berfikir keras, Rinko gak bisa memikirkan sesuatu, dan kelihatan
sudah menyerah dengan bertanya kepada Kikuoka, *GATAN*, Asuna, yang
berada di kursi yang agak jauh, berdiri seperti sehabis melompat.
"Ja...jangan bilang kalau, kalian, melakukan hal yang mengerikan seperti itu..."
Wajahnya
masih agak pucat, tapi mata nya kembali memberikan pandangan
bersikeras. Kecantikan yang jauh diatas gadis normal di Jepang
menunjukkan kemarahan yang kuat sembari Asuna menatap ke arah Petugas
Pertahanan-Diri.
"...Kau...kau mengklon jiwa dari bayi yang baru lahir? untuk mendapatkan Fluctlight sempurna yang belum tau apa-apa?"
"Kamu
memang memiliki persepsi yang luar biasa. Kamu dan Kirito-kun berdua
telah menamatkan SAO... Pahlawan yang mengalahkan Kayaba Akihiko.
Kupikir tidak sopan bagi ku untuk berkata seperti ini, bukankah begitu?"
Kikuoka lanjut untuk tersenyum dan menunjukkan ekspresi kagum.
Hati Rinko tiba-tiba sakit saat tak menduga akan mendengar nama Kayaba.
Setelah
mengenal Asuna selama beberapa hari, Rinko memiliki kesan yang baik
kepadanya. Tegasnya, Asuna mempunyai hak untuk menceramahi, mengutuk dan
menghakimi Rinko, dan bahkan setelah menyembunyikan banyak hal, Rinko
masih menolong Kayaba Akihiko dalam rencana mengerikan nya, menyebabkan
Asuna terperangkap didalam game kematian yang kejam itu selama 2 tahun.
Namun,
tak satupun dari Asuna atau Kirigaya Kazuto, yang dulu bertemu
dengannya, pernah menyalahkan Rinko. Itu seperti mereka berkata kalau
kejadian itu pasti terjadi bagaimanapun juga.
Kalau begitu,
apakah Asuna berikir kalau «Insiden RATH» ini adalah sesuatu yang pasti
terjadi? —Rinko terus menatap kedepan sambil tak sengaja memikirkan hal
itu, dan Asuna mengambil langkah menuju Kikuoka lagi.
"Apa kau
pikir... Pasukan Pertahanan-Diri, negara bisa melakukan apapun yang
kalian mau? menempatkan tujuan mereka sebagai prioritas?"
"Bagaimana bisa begitu?"
Kikuoka terlihat sangat terluka lalu menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Memang
terlalu berlebihan untuk kami menculik Kirito-kun, tapi pada waktu itu,
aku gak bisa bilang semua rahasia kami kepada Asuna-kun dan keluarga
Kirito-kun. Kami menggunakan koneksi kami dengan National Defense
Medical College Hospital untuk membawa Kirito-kun ke Ocean Turtle, dan
bahkan kami harus bertarung setiap saat dan kami harus menggunakan cara
yang ekstrim untuk membawa nya ke sini untuk dirawat dengan STL
secepatnya. Aku benar-benar sangat menyukai nya."
Letnan Kolonel
berhenti sejenak, menunjukkan yang mungkin disebut senyuman polos,
membetulkan kacamata hitam nya dan melanjutkan.
"...Pada sisi
lain, Aku melakukan yang terbaik untuk menuruti hukum dan perintah,
dibanding dengan perusahaan perusahaan di luar negeri di seluruh dunia.
Itu sama saja entah kau setuju atau tidak. Tentu saja, kami mendapat
izin dari orang tua dari bayi yang baru lahir itu untuk menggunakan STL
untuk menscan Fluctlight mereka, dan memberi mereka uang terima kasih.
Kantor cabang di Roppongi dipersiapkan untuk hal itu... Sama saja dengan
rumah sakit kebidanan."
"Tapi kalian gak menjelaskan semuanya ke orang tua mereka, kan? Tentang seperti apa mesin yang bernama STL itu."
"Ahh...
memang benar kalau kami hanya menyampaikan kalau kami melakukannya
untuk mendapat sampel gelombang otak... tapi itu gak bohong. Fluctlight
adalah gelombang elektrik didalam otak."
"Kalian hanya
mencari-cari alasan. Itu sama saja dengan mengekstrak DNA dari anak
kecil yang gak tau apa-apa dan mengklon mereka."
Pada saat ini, Higa, yang dari tadi diam, tanpa diduga mengangkat tangannya sebaga tanda timeout untuk Kikuoka.
"Itu
benar-benar agak berlebihan, Kiku-san. Kurasa ada pertanyaan tentang
moralitas dari mengkloning Fluctlight bayi yang baru lahir secara
rahasia. Tapi...Yuuki-san? Pemahaman-mu sedikit melenceng. Fluctlight
gak punya kelaian fisik pada mereka seperti pada gen, khususnya saat
mereka lahir."
Ia menyentuh ujung kacamata ber-frame silver
layaknya seorang supervisor, sepertinya sedang memilih kata-kata yang
akan digunakan.
"Hmm... Bagaimana kalau aku jelaskan hal ini.
Contohnya, sebuah perusahaan memproduksi komputer dengan model yang
sama, dan pada saat di produksi, spesifikasi dan tampak luar nya sama
semua. Namun, saat mereka berada di tangan pengguna, bisa dibilang
mereka akan berubah menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda dalam
setengah tahun, atau satu tahun. Itu sama saja dengan Fluctlight
manusia. Pada akhirnya, kami berhasil mengkloning Fluctlight buatan
milik 12 anak, tapi setelah membandingkannya satu sama lain, kami
menemukan bahwa kapasitas otak nya gak ada bedanya. Sekitar 99.98% dari
mereka benar-benar identikal dari konstruksinya, dan perbedaan 0.02% nya
bisa dibilang dari memori yang diperoleh nya setelah mereka lahir.
Dengan kata lain, kemampuan berfikir manusia dan kepribadian semuanya
ditentukan setelah mereka lahir. Teori kalau kemampuan dan kepribadian
itu diturunkan oleh genetik benar-benar ditolak. Aku benar-benar ingin
menusuk dan melubangi kesalahan fatal yang dipercayai oleh orang yang
percaya pada eugenik."
"Kau bisa membuat lubang itu setelah rencana ini selesai."
Ucap Kikuoka dengan ekspresi yang sepertinya sudah lelah.
"Toh,
Higa-kun sudah menjelaskan hal ini. Kesimpulannya, klon dari Fluctlight
dari bayi yang baru lahir gak punya kepribadian khusus dari kloning.
Jadi, jika kami bisa dengan hati-hati menghilangkan perbedaan yang 0.02%
itu dari 12 sampel, kami bisa mendapatkan apa yang kami sebut,"
Lengannya tampak seperti mereka menanggung sesuatu yang sangat penting—
“«Spiritual Prototype»... «Soul Archetype».”
"...Kau baru saja memikirkan istilah yang berlebihan seperti itu..
Dengan kata lain, itu adalah 'diri' dari psikologi Jung, kan?"
Kikuoka hanya bisa memberikan senyum masam untuk merespon pertanyaan Rinko, dan mengangkat bahu.
"Bukan
bukan, Aku gak terlalu ingin menjelaskannya secara detail. Tapi hanya
penjelasan dari pengerjaannya. Ya... Spiritual Prototype yang semua
manusia punyai bisa dibilang seperti inti CPU, ku pikir hal itu bisa
menjelaskannya. Saat manusia berkembang, inti nya akan menjalani banyak
proses dan menginstal memori sampai struktur inti nya berubah... itu tak
cukup bagi kita untuk memasukkan tipe «completed item» dari klon dasar
itu kedalam Light Cube dari awal... Menuju dunia virtual dan
membiarkannya tumbuh, pikirkan apa yang akan terjadi."
"Tapi..."
Asuna gak terlihat mengerti. Rinko meletakkan tangannya dibahu Asuna untuk menyuruhnya duduk kembali, dan menyela,
"Membiarkannya
tumbuh. Walaupun kalian berkata begitu, itu berbeda dari tanaman dan
peliharaan, kan? Itu sama dengan anak manusia, Spiritual Prototype itu.
Kalau begitu, kupikir gak perlu untuk dunia virtual dibuat benar-benar
luas, sebuah imitasi yang selevel dengan masyarakat sekarang... apa
kalian benar-benar bisa melakukan hal seperti itu?"
"Mustahil."
Menghela nafas, Kikuoka mengakui.
"Itu
adalah dunia virtual yang diciptakan oleh STL. Itu berbeda dengan dunia
VR yang kita punya karna STL gak butuh objek 3D, tapi masih sangat
sulit untuk memakai masyarakat modern yang kompleks dan eksotis untuk
membuatnya —apa kau ingat suatu karakter di sebuah movie sebelum kau
lahir, Asuna-kun? Disana diberikan situasi dimana kehidupan seorang pria
difilm kan menjadi sebuah movie dan ditayangkan dari kelahirannya.
Setting yang rapi yang didirikan di kota berkubah yang sangat besar yang
dihuni oleh 100 aktor sementara, hanya si protagonis yang gak tau kalau
dia salah satu dari mereka... di dalam situasi yang diciptakan untuk
hal ini. Namun, pria itu tumbuh besar, belajar di dunia itu, menemukan
berbagai keanehan dari dunia itu dan akhirnya menyadari kenyataan..."
"Aku menontonnya. Aku sedikit menyukai movie itu."
Ucap Rinko, dan Asuna menunjukkan rasa setuju nya. Kikuoka mengangguk dan melanjutkan,
"Dengan
kata lain... jika kita ingin selesai memproses dunia, harus ada
informasi penting yang harus kita masukkan... Dunia adalah suatu tubuh
yang besar dan melingkar, dan disana mungkin ada banyak negara
didalamnya atau kira kira seperti itu lah. Kami berusaha untuk tidak
membuat kesalahpahaman kepada manusia yang sedang tumbuh besar di
simulasi yang mungkin menyebabkan mereka merasa canggung dan menjadi
masalah. Bahkan STL pun gak bisa benar-benar membuat replika dunia
virtual."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kalian menurunkan level
masyarakat di simulasi itu kembali ke masa lampau? Masa dimana manusia
menemukan sains dan filosofi, saat mereka ada di zaman itu dari lahir
sampai mati... Jika hal itu terjadi, bukannya tujuan kalian untuk
membiarkan Spiritual prototype itu berkembang?"
"Un, itu mungkin
cara yang berputar putar, dan akan memakan banyak waktu... di STL,
pertama-tama, seperti yang Profesor Koujiro duga, kami berusaha mencoba
untuk memelihara generasi pertama dari sebuah AI didalam suatu kondisi.
Spesifiknya, berada di desa Jepang yang kecil pada abad ke-16, tapi..."
Pada saat ini, Kikuoka berhenti dan mengangkat bahunya, Higa kemudian berbicara,
"Hal
ini tidak lah semudah yang kau bayangkan. Kami hanyalah seorang amatir
dalam urusan budaya dan norma sosial pada era itu. Kami tau kalau data
dalam jumlah besar sangat diperlukan untuk membuat rumah, dan kami harus
menghimpit himpit otak kami untuk berfikir sebelum akhirnya
melakukannya. Itu adalah suatu hal yang simpel, gak perlu untuk membuat
ulang zaman pertengahan. Kami mengerti kalau daerah dan cukai yang
terbatas akan membuat setting yang berbeda dimana kami bisa seenaknya
mengaturnya, dan semua isu yang menyusahkan bisa diselesaikan dengan
istilah 'sihir'. Dunia seperti itu sendiri sudah seperti sebuah
lapangan, di jaringan dunia yang Asuna-kun dan Kirigaya-kun sudah
familiar dengannya."
"...Dunia VRMMO.:
Higa menatap ke arah Asuna, kemudian berbisik dengan suara yang serak, dan menghentakkan jarinya.
"Aku
sebenarnya mencoba memainkan nya, walaupun bisa dibilang aku selalu
menabrak tembok. Namun, meskipun aku gak tau siapa yang membuatnya, Aku
mendengar kalau mereka bahkan punya paket gratis untuk membuat game baru
seperti itu?"
“...!”
Higa berbicara tentang «The
Seed»... yang dibuat Kayaba Akihiko, versi inti dari Sistem Cardinal
yang disadari oleh Kirigaya Kazuto. Rinko menghela nafas dari udara
dingin kemudian mengerti tentang hal ini, tapi sepertinya Higa dan
Kikuoka gak menyadari darimana program ini berasal.
Segera,
Rinko menyadari bahwa masih ada sesuatu yang tersembunyi dari insiden
itu, dan pura-pura gak tau apapun sembaru meyentuh bahu Asuna dengan
jarinya. Sepertinya Asuna menerima apa yang ingin Rinko katakan lalu ia
diam dan menggelengkan kepalanya.
Higa gak sadar kalau ada yang gak beres dengan dua orang itu lalu melanjutkan dengan nada yang open-minded
"Kalau
kita membuat dunia virtual didalam mainframe STL, kita gak butuh data
3D apapun. Tapi dalam kasus ini, akan sangat gak menarik untuk
menciptakan model data dari kamera pengawas. Karena itulah kami
buru-buru dan segera mendownload The Seed dan menggunakan editor yang
ada didalam-nya dan dengan panik membuat sebuah desa dan bentang alam
yang ada di sekelilingnya sebelum menggunakan visual mnemonic dari STL
untuk mentransfernya."
"Begitukah... Dengan kata lain, dunia nya
dibentuk dua kali, kan? server ber prioritas rendah beroperasi melalui
dunia VR dengan pertukaran data umum, sedangkan mainframe STL yang
berprioritas tinggi beroperasi melalui dunia VR dengan design yang
spesial. Kalau begitu apa yang akan terjadi jika kita menukar
keduanya... bagiamana?"
Ya, Higa mengangguk, dan pertanyaan lain muncul sebelum ia sempat berfikir.
"...Kalau
begitu, bagaimana kalau kita gak menggunakan STL untuk server
berprioritas rendah tapi melakukan dive in dengan AmuSphere, mungkinkah
hal itu?"
"Erm... yah, secara teori, itu mungkin, tapi frekuensi
nya harus diturunkan dua kali lipat... visual mnemonic dan data polygon
gak bisa meliputinya..."
Higa mulai gagap, dan Kikuoka menggesek tangannya lalu menyela,
"Toh, setelah banyak kemunduran, kami akhirnya dapat menyelesaikan langkah pertama kami."
Petugas Pertahanan-Diri terlihat seperti sedang mengenang masa lalunya saat pandangannya goyah di udara.
"Desa
pertama yang kami buat mengandung 16 Spiritual Prototype di dua
keluarga peternak... dengan kata lain, kami membiarkan AI yang masih
anak-anak tumbuh sampai berumur 18."
"Wa, wa, grow up... siapa orang tua yang mengasuh mereka? Jangan bilang kalau itu adalah AI yang sudah ada?"
"Kami
mendiskusikannya sebelumnya, dan sehandal apapun AI yang ada di The
Seed, itu mustahil untuk mengasuh anak menggunakan nya. Orang tua
generasi pertama adalah manusia, empat teknisi laki-laki dan perempuan
berperan sebagai orang tua dan hidup selama 18 tahun didalam STL.
Walaupun memori mereka dihapus sebelumnya -terpaksa kami lakukan untuk
eksperimen, kami hanya bisa melakukan hal itu. Hadiah uang saja gak
cukup."
"Enggak, tak terduga tapi sepertinya mereka menikmatinya."
Rinko
menatap kosong ke wajah Kikuoka dan Higa yang sedang asik ngobrol, dan
akhirnya mengeluarkan sebuah kata-kata dari mulutnya.
"18 tahun...? Kudengar Soul Translator mempunyai fungsi akselerasi waktu... berapa lama 18 tahun itu di dunia nyata?"
"Sekitar 1 minggu."
Jawaban
yang langsung itu membuatnya kaget. 18 tahun kira-kira ada 940 minggu,
berarti kecepatan akselerasi di dalam STL sekitar 1000 kali lipat.
"Bukannya.... akan ada masalah jika otak manusia berakselerasi 1000 kali lipat dari pemrosesan tingkat normal?"
"STL
gak terhubung ke otak manusia, tapi ke partikel quantum yang membuat
kesadaran. Kami membiarkan sinyal elektrik memicu neuron di
neurotransmitter menciptakan berbagai fenomena biologis dan
membiarkannya untuk berakselerasi. Dengan kata lain, secara teori, kamu
bisa menganggap waktu yang dibutuhkan untuk berfikir dipercepat, dan gak
akan ada luka sedikitpun terhadap otak."
"Dengan kata lain, gak ada batasannya...?"
Rinko
yang sudah tau sedikit tentang fitur akselerasi yang dimiliki Soul
Translator, tapi ia gak tau angka yang pasti, dan hanya bisa mencoba
semampunya untuk mengerti, tak bisa berkata apa-apa.
Sampai
sekarang, ia selalu berfikir kalau fitur tercanggih dari STL ialah untuk
mengcopy jiwa manusia, tapi kekagetan nya setelah mendengar fitur
akselerasi waktu gak kalah dengan sebelumnya. Itu karena kemungkinan
secara teori dari menambah efisiensi kerja di ruang virtual sudah cukup
untuk membuatnya kaget.
"Namun... masih ada masalah yang belum dikonfirmasi, jadi batas maximum nya sekitar 1500 kali lipat."
Pikiran Rinko menjadi agak pusing karena kaget, tapi menjadi tenang kembali setelah melihat ekspresi depresi dari Higa Takeru.
"Masalah?"
"Ada
yang mengajukan bahwa jiwa juga mempunyai umur nya sendiri dibanding
dengan otak yang merupakan bagian dari organ tubuh..."
Rinko gak
bisa langsung mengerti lalu memiringkan kepalanya untuk berfikir. Higa
menatap kearah Kikuoka, memberikan tatapan yang berkata 'boleh kah aku
melanjutkannya?' Petugas Pertahanan-Diri itu kemudian melihat
seolah-olah permen manis rasa susu di mulutnya itu tiba-tiba menjadi
pahit, dan langsung berkata,
"Yah, kami masih belom
menyelesaikan fase hipotesis. Sederhananya, komputer quantum yang kami
sebut «Artificial FluctLights» atau Fluctlight buatan mempunya kapasitas
yang terbatas, dan jika kami melewati batas nya, konstruksinya akan
mengalami degradasi... Kami belum mengetes hal itu, jadi kami gak bisa
menjelaskannya dengan rinci, tapi kami mengeset FLA maximum limit untuk
tujuan keamanan."
"...Dengan kata lain, tubuh sudah bertambah
tua selama bertahun-tahun sementara dari luar hanya seminggu telah
berlalu? Bukannya kalau begitu fitur akselerasi waktu akan sia-sia? Apa
gak ada cara untuk menghindari fenomena seperti itu?"
Rasa
penasaran sebagai seorang peneliti membuat Rinko mau gak mau bertanya,
dan saat ini, Higa menunjukkan ekspresi yang terlihat depresi.
"Erm,
yah, secara teori... bukannya kami gak pernah mempunya fantasi yah.
Kami pernah berfikir untuk membuat alat STL portabel, dan menggunakan
alat itu untuk menyimpan memori selama akselerasi ke alat eksternal jadi
kapasitas dari Fluctlight gak akan pernah habis. Namun, mustahil untuk
mengecilkan STL seperti itu. Meskipun kami bisa menemukan suatu cara
untuk melakukan hal itu, masih ada masalah yang menakutkan dari
kehilangan memori saat melakukan akselerasi setelah kita melepas alat
portabel nya."
"...Pada dasarnya itu hanya mimpi yang melampaui
fantasi. Mempercepat kinerja otak tanpa menggunakan memori eksternal...
Aku juga mau hal itu terjadi walaupun aku menjadi tes subjek nya."
Rinko menggelengkan kepalanya sembari bergumam, dan mengarahkan ulang pemikirannya yang melenceng dari topik,
"Toh,
tentang hal itu, untuk saat ini gak ada cara untuk menghindari masalah
dari penekanan kapasitas... kalau begitu... tu, tunggu dulu. Kikuoka-kun
tadi kau bilang para teknisi tinggal di STL selama 18 tahun untuk
mengasuh para Spiritual Prototype kan? Apa yang terjadi dengan
Fluctlight mereka? Apakah kemampuan otak mereka menurun selama 18
tahun?"
"Enggak, gak seperti itu... mungkin."
Mungkin? Rinko menatap kearah Kikuoka, namun ia dengan santai mengacuhkan tatapan Rinko dan lanjut menjelaskan,
"Mengenai
kapasitas dari Fluctlight, kami memperkirakan pada laju dimana ia
habis, «Umur Jiwa» milik kita sekitar 150 tahun lamanya. Dengan kata
lain, jika kita benar-benar sehat, dan dengan beruntung otak kita
menghindari segala suatu penyakit, bisa dibilang kecerdasan kita bisa
bertahan paling lama kira-kira sampai 150 tahun. Tentu saja, hal itu
mustahil karena mustahil kita hidup selama itu. Jika kita mengambil
batas aman nya, kita bisa mengira-ngira kalau akan aman bagi kita untuk
tinggal selama 30 tahun di dalam STL."
"Dan satu abad dari sekarang, takkan ada teknologi inovatif yang dapat memperpanjang umur kita..."
Rinko menyela dengan sarkasme, tapi bukan masalah bagi Kikuoka dan kemudian ia menjawab,
"Meskipun
kita mengembangkan teknologi seperti itu, Aku menduga kalau kita gak
akan mendapatkan kenikmatan yang berbeda dengan masyarakat lain. Yah,
kami sudah mengkonfirmasi batas umur dari sebuah jiwa, jadi kita bisa
melanjutkan topik kita. Berkat kerja sukarelawan yang empat orang
teknisi kerjakan, kebanggaan yang kami miliki dalam membuat 16 anak muda
yang tumbuh dengan cepat... Sederhana saja, kami memanggil mereka
«Artificial Fluctlights», sudah agak memuaskan. Mereka semua mendapatkan
kemampuan berbahasa —tentu saja, kita bicara tentang Jepang disini —dan
perhitungan dasar untuk menjaga proses pikiran mereka yang lain, dan
hidup dengan bahagia di dunia virtual yang kami ciptakan. Mereka adalah
anak yang baik... sangat menurut kepada orang tua mereka, bangun
pagi-pagi untuk mengambil air, menebang pohon, berkebun... sebagian dari
mereka jujur, sebagiannya suka memamerkan kepribadiannya, dan pada
dasarnya baik dan ramah."
Kikuoka, yang tersenyum setelah
mengucapkan hal itu, menunjukkan ekspresi yang agak bermasalah di
bibirnya, atau mungkin itu hanya imajinasi Rinko?
"Mereka tumbuh
besar... kedua keluarga mempunyai empat laki-laki dan perempuan,
masing-masing saudara laki-laki dan perempuan, dan mereka jatuh cinta.
Kemudian, saat kami memutuskan kalau mereka sudah cukup dewasa untuk
membesarkan anak mereka, fase pertama dari eksperimen telah berakhir,
dan 16 anak muda menjadi 8 pasangan dan mempunyai keluarga mereka
sendiri dan berpencar untuk hidup mandiri. Empat teknisi yang merupakan
orang tua mereka semuanya 'mati' karena suatu wabah satu per satu dan
dikeluarkan dari STL. Memori 18 tahun hidup mereka dihadang ttal, dan
memori mereka kembali ke memori yang mereka punya satu minggu yang lalu
sebelum memasuki STL. Mereka mulai menangis saat melihat anak mereka
menangis di upacara kematian mereka lewat monitor external."
"Benar-benar pemandangan yang menakjubkan..."
Kikuoka dan Higa mengangguk dengan tenang satu sama lain, dan Rinko pura-pura batuk untuk memicu pembicaraan kembali.
"...Dan
lalu, setelah teknisi manusia itu log out, gak ada yang perlu
dikhawatirkan lagi dengan laju FLA (FluctLight Acceleration), jadi kami
menaikkannya menjadi 5000 kali lipat dari waktu dunia nyata. Delapan
pasangan itu mempunyai masing-masing 10 anak, Spiritual prototype, dan
mereka semua dibesarkan. Anak-anak ini dengan cepat tumbuh dewasa dan
membuat keluarga, dan secara bertahap mulai menggantikan NPC yang
berperan sebagai warga desa, dan akhirnya membuat desa yang hanya dihuni
oleh Fluctlight buatan. Seiring berubahnya era, keturunan mereka
semakin berlipat ganda... dalam 3 minggu di dunia nyata, di dalam dunia
STL sudah berjalan selama 300 tahun simulasi, dan akhirnya bisa
membangun masyarakat besar dengan 80.000 orang didalam nya."
"80.000...!?"
Rinko
gak bisa menahan keinginannya untuk mengucapkannya dengan keras.
Setelah menggerak-gerakkan bibirnya entah berapa kali, ia akhirnya dapat
memilih kata-kata yang cocok dari bibirnya.
"...Kalau begitu... itu udah lebih condong ke simulasi peradaban dibandingkan permulaan AI."
"Benar,
tapi dalam beberapa pengertian, sudah dapat diduga kalau hal ini akan
terjadi. Manusia adalah makhluk yang menyesuaikan diri dengan
masyarakat... dan mereka hanya bisa tumbuh dengan menjalin hubungan
dengan orang lain. Selama 300 tahun ini, Fluctlight buatan menyebar luas
dari desa kecil ke lahan luas yang sudah kami atur. Mereka mampu
membuat struktur pemerintahan pusat yang terkemuka tanpa sedikitpun
perang berdarah, dan disana bahkan ada agama... Kupikir hal itu adalah
alasan mengapa mereka terbiasa menjelaskan segala aspek dari sistem
kepada anaknya, mereka gak menggunakan sains, tapi tuhan. Higa-kun,
tunjukkan peta sepenuhnya di monitor."
Higa mengangguk setuju,
dan segera mengerjakannya di konsol. Monitor besar yang tadinya
menampilkan eksperimen mengerikan sekarang menunjukkan map yang detal
dari fotografi udara.
Tentu saja, Jepang dan seluruh dunia berbeda dengan negara itu.
Gak
ada lautan sama sekali, dan dataran yang berbentuk bulat semuanya di
kelilingi oleh pegunungan yang tinggi. Banyak hutan yang membentang dan
padang rumput, banyak juga sungai dan danau. Sangat terlihat seperti
tanah yang subur. Melihat skala dari peta, dataran yang dikelilingi
pegunungan itu sepertinya berdiameter 1500km, dan ukurannya sekitar 8
kali dari Honshu, Jepang.
"Hanya 80.000 orang di tempat seluas itu? Benar-benar populasi yang sangat sedikit."
"Atau mungkin, Jepang sendiri yang abnormal."
Higa
tertawa kecil terhadap Rinko dan menggerakkan tangan nya yang ada
diatas mouse, menunjuk ke tengah-tengah peta dan berputar
disekelilingnya.
"Area disekitar sini adalah ibu kota nya,
populasinya berjumlah 20.000. Mungkin kita gak terlalu merasakan
apa-apa, tapi itu adalah kota yang mutakhir. Instansi pemerintah yang
para Fluctlight buatan sebut «Integrity Church» ada disini, dan
diperintah oleh «Pendeta». Pengaruh nya benar-benar menakjubkan, dan gak
ada perang yang terjadi— pada saat ini, kami merasa kalau eksperimen
kami sudah berhasil. Di dunia virtual, Fluctlight buatan berkembang
dengan tingkat kecerdasan yang sama dengan manusia. Kami sudah cukup
senang untuk memasuki fase berikutnya yang akan mencapai tujuan kami,
yaitu berkembangnya «Highly Adaptive Artificial Intelligence», tapi..."
"Kami menemukan masalah yang serius."
Kikuoka menatap ke arah monitor, lalu berkata,
"...Gak ada masalah yang kamu dengar sampai sekarang, kan?"
"Mungkin
bisa dibilang... sesuatu hal yang salah di tempat ini adalah gak ada
hal yang salah. Dunia ini terlalu damai. Mungkin hal ini terjadi karena
terlalu tertib dan bekerja dengan sempurna. Kami harus nya sudah
menyadari kalau hal ini sangat aneh melihat seluruh 16 anak sangat patuh
terhadap orang tuanya... gak aneh bagi manusia untuk berkelahi satu
sama lain, atau sebetulnya, itu bagian dari kodratnya. Tapi, gak ada
perang disini, gak sekalipun, ambil contoh pembunuhan. Perkembangan
populasi di dunia itu terlalu cepat, kemungkinan adanya penyakit dan
wabah alami terjadi pada dasarnya gak ada, dan semua manusia gak akan
mati selain karena bertambah tua..."
"Itu seperti masyarakat ideal."
Higa mendengus terhadap perkataan Rinko dan berkata,
"Apa benar kalau «Mitos Utopia» itu benar-benar Utopia?"
"...Yah,
kalau itu bukan, ya gak bisa dibilang legenda... Apa kamu gak melihat
ada sesuatu yang menakjubkan di masyarakat virtual ini?"
"Tentu saja kami gak melihat, kami hanya mencoba melihat kenyataan kami sendiri."
Suara
sandal bakiak mendarat di lantai menggema, dan Kikuoka, yang melompat
ke konsol, menyalakan monitor besar dan mulai menjelaskan lagi,
"Fluclight
buatan seharusnya memiliki keinginan yang sama dengan kita, namun
kenapa gak ada perang yang terjadi... kami menginvestigasi sepenuhnya ke
gaya hidup mereka. Kami lalu menemukan bahwa didunia ini, mereka
membuat peraturan yang sangat ketat. Itu adalah «Taboo Index» yang
dibuat para pendeta. Disitu, terdapat larangan tak boleh membunuh. Tentu
saja hukum yang sama terdapat di dunia kita juga, tapi entah kita
menurutinya atau tidak dapat dilihat di berita harian. Fluctlight itu
sendiri ternyata mematuhinya... dengan sikap yang terlalu patuh. Dengan
kata lain... mereka gak bisa melanggar hukum atau aturan. Itulah kodrat
mereka."
"...Bukannya itu hal yang bagus?"
Rinko memberikan pandangan yang bingung saat ia melihat sisi samping dari wajah suram Kikuoka.
"Mendengarkan sampai sini, bukannya mereka lebih istimewa dari pada kita?"
"Yah... kamu bisa bilang seperti itu. Higa-kun, bisa kau perlihatkan gambar dari «Centoria»?”
"Oke."
Higa
mengetuk keyboard yang ada di konsol, dan monitor besar lagi-lagi
menampilkan gambar dari kota dunia lain yang ditampilkan saat Rinko dan
Asuna masuk. Bangunan yang terbuat dari batu putih dikelilingi oleh
pepohonan yang besar, dan orang-orang yang memakai pakaian yang simpel
dan bersih berjalan santai di dunia yang lain ini.
"Ah... lalu, apa ini?"
Rinko terpikat saat melihat gambaran itu dan bertanya. Higa mengangguk dengan rasa puas.
"Ee,
ini adalah ibu kota dari dunia para Fluctlight buatan, «Centoria».
Sebenarnya, bentuknya sama persis dengan apa yang kita lihat sekarang.
Centoria menggunakan tampilan visual polygon dari server bawah, dan
kejernihan nya sangatlah kurang. Laju yang ditampilkan hanya 1/1000 dari
waktu disana."
"Centoria...hal itu bahkan mempunyai sebuah nama yang layak. Tentang dunia dimana mereka lahir, apakah juga ada nama nya?"
"Punya...
sepertinya. Bukan Fluctlight buatan yang namain sih, tapi dari codename
yang kami gunakan pada fase awal dari rencana kami yang kami tinggalkan
disana. Dunia itu dinamakan «Underworld».”
"Under...world."
Sepertinya
nama nya berasal dari «Alice in Wonderland». Rinko sendiri sudah
mendengarnya dari Asuna, tapi ia gak menyangka mereka akan menggunakan
nama itu untuk dunia itu. Sepertinya Higa dan yang lainnya gak menamai
dunia itu menggunakan konsep original «Underground World», tapi menamai
nya dengan arti «The World of Reality at the Bottom». Keindahan dari
kota yang seperti fantasi yang terlihat di layar monitor itu mungkin
adalah sebuah visualisasi dari surga.
Kikuoka terlihat membaca pikiran Rinko dan ia berkata,
"Memang
benar kalau kota ini sangat bagus. Perkembangan teknologi disana cukup
baik sejak kami mulai memberikan mereka rumah dari kayu yang simpel
sebagai rumah bertani. Namun... kalau aku harus bilang, jalanan disitu
terlalu indah, terlalu rapi. Sama sekali gak ada sampah, gak ada
pencuri, dan tentu saja, gak ada kasus pembunuhan. Itu semua karena
peraturan yang ketat dari «Integrity Church» yang bisa terlihat dari
kejauhan, adalah alasan mengapa gak ada satu orang pun yang melanggar
nya."
"Lalu, apa yang salah dengan hal itu?"
Ia
mengertukan dahi dan ingin bertanya lagi, namun Kikuoka terdiam oleh
suatu alasan, sepertinya sedang mencari jawaban. Higa menoleh kesamping
secara gak natural dan sepertinya gak punya niat untuk berbicara.
Yang
memecahkan keheningan di ruang kontrol yang besar itu adalah Asuna yang
dari tadi diam. Murid SMA yang paling muda disini menurunkan suara nya
dan berkata dengan tenang, menahan dirinya,
"Kalau begitu,
Kikuoka-san dan yang lainnya akan mendapat masalah, Profesor Rinko. Itu
karena tujuan terakhir dari rencana ini bukan hanya untuk menciptakan
bottom-up=type AI yang mempunya kemampuan beradaptasi tinggi... tapi
untuk membuat AI yang bisa membunuh prajurit musuh dalam perang."
"A..Apa..."
Ketiga orang itu terengah keheranan, Asuna melirik ke arah Rinko, Kikuoka dan Higa tanpa berbicara apapun, dan melanjutkan,
"Bagiku,
sebelum aku sampai disini, Aku bingung kenapa Kikuoka-san... dari
Pasukan Pertahanan-Diri ingin membuat AI dengan level setinggi itu.
Beberapa waktu yang lalu, Aku dan Kirito-kun menyimpulkan bahwa
Kikuoka-san tertarik dengan VRMMO karena dia ingin menggunakan teknologi
itu untuk latihan polisi atau Pasukan Pertahanan-Diri. Karena itulah,
penciptaan sebuah AI merupakan bagian dari hal itu, awalnya kami menduga
AI itu akan digunakan sebagai sarana latihan untuk melawan pasukan
musuh. Tapi... jika kami berfikir tentang hal itu, latihan didalam dunia
VR gak akan ada bahaya yang seperti di dunia nyata, dan mereka bisa
saja membagi para prajurit ke dalam beberapa grup dan berlatih. Itu
karena kami sering melakukan simulasi seperti itu juga."
Ia berhenti sejenak dan melihat kearah mesin-mesin di sekeliling nya dan monitor didepan matanya.
“—Dan,
rencana itu sendiri terlalu besar untuk hal yang hanya untuk
mengembangkan program latihan. Kikuoka-san, aku sama sekali gak tau
kapan kau memikirkan tentang 'langkah berikutnya', membesarkan AI di
dunia virtual dan menggunakan nya untuk perang yang sesungguhnya.
Setelah
momen-momen yang mengejutkan, wajah yang sedang menatap kearah mata
jernih milik sang gadis berubah menjadi ekspresi tanpa emosi yang gak
bisa dimengerti, lalu tersenyum dengan tenang.
"Sejak awal."
Terdapat ketangguhan yang seperti besi dibalik suara yang lembut itu,
"Penelitian
untuk memadukan teknologi VR kedalam latihan militer sudah lazim
sebelum teknologi Full-Dive tercipta, saat kita masih menggunakan alat
yang dipasang dikepala, yang menampilkan sensor tampilan dan gerak.
Barang antik yang dikembangkan oleh pasukan Amerika itu masih berada di
pusat penelitian di Ichigaya. Lima tahun yang lalu, saat Nerve Gear
dikembangkan, Pasukan Pertahanan-Diri dan pasukan Amerika, keduanya
menggunakan hal itu untuk mengembangkan program latihan, tapi setelah
mencoba close beta dari SAO yang terjadi setelahnya, aku mengubah
pikiranku. Dunia ini, teknologi mempunyai kemungkinan yang lebih besar.
Konsep dari perang sudah berubah sejak awal... dan lalu, saat akhir
tahun, saat insiden SAO terjadi, aku pindah ke Kementrian Dalam Negeri
dan Teknologi Komunikasi atas kehendakku sendiri dan menjadi bagian dari
satgas mereka. Aku telah membuat diriku berkaitan dengan perkembangan
dalam insiden ini... semua demi rencana ini. Setelah menghabiskan waktu 5
tahun, akhirnya aku sampai disini."
“...”
Pembicaraannya
telah berkembang ke arah yang gak ada satupun bisa membayangkannya,
sembari Rinko gak bisa berkata apa-apa untuk sementara waktu. Ia sedikit
bisa menjernihkan pikirannya yang sedang bingung dan mengeluarkan
kata-kata dari tenggorokannya yang kering.
"...Aku masih di
sekolah dasar saat perang Iraq, dan Aku masih mengingatnya dengan jelas.
Ada banyak berita tentang bagaimana tentara Amerika menggunakan pesawat
jet dan mini-tank tanpa pilot untuk menyerang musuh. Apakah itu yang
kau maksud? Itu berarti senjata yang ada AI didalam nya menyerang
sendiri. Kau berfikir tentang hal itu..."
"Bukan hanya aku.
Seluruh negara telah meneliti tentang teknologi ini, terutama Amerika
yang selalu mengejar hal ini selama bertahun-tahun. Walaupun hal ini
bisa jadi kenangan yang menyakitkan untukmu, Asuna-kun..."
Kikuoka terdiam sebentar, menatap ke arah Asuna, mengecek apakah ia masih tenang, dan melanjutkan,
"...Sugou
Nobuyuki, yang memenjarakan mu di dunia virtual dan menggunakan banyak
pemain SAO sebagai bahan eksperimen, ingin menjual hasil penelitiannya
kepada perusahaan di Amerika, apa kau ingat? Grojean Micro Electronics
yang ada hubungan kontak dengannya adalah perusahaan yang paling maju
dalam dunia VR, tapi terkenal karena sering melakukan hal ilegal karena
menggunakan teknologi VR untuk kepentingan militer. Industri amunisi di
Amerika adalah yang paling terkenal dalam mengembangkan pesawat tanpa
awak yang baru saja kau sebutkan. Salah satunya adalah pesawat terbang
—Unmanned Aerial Vehicle, atau singkatnya «UAV»."
Barangkali
Higa terlalu siap sembari ia tanpa berkata apa-apa memindahkan mouse
untuk mengganti gambar di layar monitor, dan yang muncul adalah pesawat
kecil tanpa awak dengan badan yang kurus dan panjang, dan juga terpasang
beberapa sayap. Sayap mekanik mempunyai misil incar yang terpasang
dibawahnya, dan gak ada jendela sama sekali di pesawat itu.
"Ini
adalah pesawat penyerang dan pengintai tanpa awak milik pasukan
America. Ukurannya kecil karena gak diperlukan kokpit, dan bisa dibuat
dengan bentuk untuk penerbangan sembunyi-sembunyi jadi pesawat itu gak
akan terdeteksi oleh radar. Semua mesin dari generasi sebelumnya
menggunakan remote kontrol dari jarak jauh dengan operator yang
menggunakan pedal dan joystick agar pesawat bisa terbang, tapi hal yang
ingin kami lakukan berbeda."
Saat ia berkata seperti itu, ia
kemudian mengganti gambar yang ada di monitor, dan kali ini, gambarnya
adalah seorang prajurit yang menjadi operator. Seorang prajurit yang
berbaring di kursi baring dan mengistirahatkan badannya. Lalu, Rinko
melihat helm berkabel yang familiar terpasang dikepalanya —itu adalah
Nerve Gear. Kalau diperhatikan, cat yang ada di bagian luarnya dan
beberapa suku cadang nya terlihat berbeda, tapi sudah jelas benda itu
adalah model yang sama.
Rinko melirik kesamping untuk melihat
ekspresi beku Asuna dengan mata yang terbuka lebar. Ia lalu berbalik,
dan Kikuoka kembali melakukan penjelasan,
"Disini, operator
berada di kokpit virtual. Hal ini menunjukkan kalau sepertinya dia
benar-benar mengendalikan mesin itu, dan dia bisa memantau pasukan musuh
dan menembakkan misil incar kearah mereka. Namun, masalahnya itu kita
menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengontrol mereka, dan
mereka masih tergolong lemah jika melawan ECN... Electronic Counter
Measures. 10 tahun yang lalu, UAV pengintai yang digunakan pasukan
Amerika untuk menyusup masuk ke negara di timur tengah terkena gangguan,
dan terpaksa mendarat, dan akhirnya tertangkap dan menyebabkan situasi
yang genting yang hampir memulai perang."
"Kalau begitu, AI...kan? Agar pesawat bisa terbang dengan sendirinya..."
Kikuoka memalingkan matanya menjauh dari monitor, dan melihat kearah Rinko, dan mengangguk.
"Tujuan
terakhirnya adalah untuk menembak jatuh seluruh pesawat tempur yang
dikendalikan manusia dalam pertempuran udara. Kupikir akan ada
kemungkinan yang besar bagi Fluctlight buatan yang sekarang untuk
berkembang begitu kami beri mereka program yang cocok untuk tumbuh
bersama nya. Namun, ada malasah yang besar, dan hal itu adalah,
bagaimana cara mereka, prajurit tanpa tubuh, bisa mengerti konsep dari
«war»... membunuh sendiri adalah perbuatan yang jahat, tapi hal itu
harus dilakukan untuk mengalahkan prajurit dalam parang; saat ini,
Fluctlight buatan gak bisa menerima pemikiran yang melawan asas
berhubung gak ada satupun hal yang dilanggar dalam peraturan mereka."
Petugas Pertahanan-Diri itu membenarkan kacamata nya, dan mengerutkan dahi,
“—Kami
sudah mengatur «Overload Experiment» untuk mengetes akan menjadi
seberapa patuh kah para penduduk di Underworld itu. Detail nya, kami
memilih desa yang terisolasi, menyebabkan hasel panen dan ternak di
peternakan menjadi mati dan membuat para penduduk gak akan bisa bertahan
di musim dingin, membuat situasi dimana jika desa itu bisa bertahan,
mereka akan meninggalkan kelompok masyarakat mereka, membunuh dan
mengambil stok makanan milik orang lain, dan memaksa mereka untuk
melanggar Taboo Index dimana pembunuhan itu dilarang. Namun, yang
terjadi adalah... mereka memilih untuk membagi gabungan dari hasil panen
mereka sama rata kepada semua orang di desa, dari tua ke muda, dan
hasilnya semua orang mati karena kelaparan saat musim semi datang.
Mereka adalah eksistensi yang gak bisa melanggar hukum dan aturan karena
alasan tertentu, dan hasilnya sangat tragis. Dengan kata lain... jika
mereka adalah pilot yang membawa senjata, mereka harus mengerti dasar
pemikiran yang pertama, 'membunuh itu gak apa-apa'. Tapi keadaan seperti
apa yang bisa membuat mereka berkembang seperti itu, kami gak bisa
membayangkannya..."
Petugas Pertahanan-Diri itu menyilangkan lengannya dan menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Rinko
gak bisa membayangkan pemandangan dimana, saat pesawat tempur dan
senjata perang tanpa awak yang berbentuk aneh menggunakan misil dan
machine gun nya untuk membunuh tanpa pandang bulu, gak peduli mereka
prajurit atau penduduk. Tangan nya menggigil sedikit sembari
menggesekkan kedua tangannya satu sama lain.
"...Kalian gak
bercanda tentang hal ini, kan? Kenapa kalian harus mempunyai AI di
senjata yang sangat berbahaya seperti itu? Walaupun terbatas, bukannya
kalian bisa mengendalikannya dengan remote dari kejauhan? Uun, sedikit
tambahan saja... Aku gak mau menerima eksistensi dari senjata tanpa awak
itu sendiri."
"Yah, bukannya aku gak mengerti perasaan seperti
itu. Saat aku melihat kaliber besar dari senjata milik Amerika yang
terpasang di kendaraan tanpa awak, Aku sangat bersyukur bahwa aku
bukanlah salah seorang dari mereka yang tinggal disana. Namun... senjata
tanpa awak sudah menjadi hal yang harus pada zaman ini, dan para negara
maju gak bisa menahan tuntutan waktu."
Kikuoka mengangkat jarinya seperti guru sejarah dan melanjutkan,
"Oke,
kita ambil pasukan militer terbesar di dunia, Amerika sebagai contoh.
Korban jiwa pasukan Amerika pada perang dunia ke-2 berjumlah sekitar
400.000 orang. Walaupun korban nya sebanyak itu, Presiden Roosevelt saat
itu menerima banyak dukungan dari orang-orang di negeranya, dan
menghabiskan 13 tahun, 4 masa jabatan yang memiliki kewenangan tertinggi
sampai ia meninggal karena stroke. Meski aku gak suka sikap seperti itu
saat itu terjadi 80 tahun yang lalu, mengorbankan prajurit dalam jumlah
besar untuk menentukan kemenangan adalah bagian dari semangat."
Jari kedua teracung dari tangan Kikuoka.
"Lalu,
semasa perang Vietnam, ada gerakan anti-perang yang dimulai oleh para
murid sekolah, dan Presiden Johnson dicegah untuk menjalankan masa
jabatan kedua. Pada saat itu, 60.000 orang meninggal dalam medan perang.
Semenjak bendera Anti-Komunisme didirikan, para prajurit di kirim ke
medan perang dan mati satu persatu —Namun, di perdamaian sementara yang
sekarang disebut Cold War, perasaan orang-orang sedikit berubah... dan
lalu, era ini berakhir dengan jatuh nya Uni Soviet. America, yang
kehilangan lawan bernama Komunisme, melangkah ke tahap yang disebut
perang melawan terorisme agar dapat mempertahankan industri munisi
militer yang sudah mendarah daging ke negara tersebut.
Kikuoka mengangkat jari ketiga dan melanjutkan dengan lancar,
Tapi
di medan perang itu, gak ada tanda-tanda penduduk menerima kematian
para prajurit. Semasa Perang Iraq pada awal abad, tentara Amerika yang
dikirim kesana dan sekitar 4000 orang meninggal dan jumlah itu sendiri
sudah menggoyahkan dukungan kepada Administrasi Bush. Tentu saja, gak
hanya karena ini tapi juga karena faktor-faktor lain, popularitas
kepresidenan-nya hilang. Bisa dibilang hal itu sudah bisa diperkirakan
saat ia mendukung kandidat republik McCain yang kalah oleh Demokrat
Obama yang berjanji untuk menarik mundur tentara dari Iraq —dengan kata
lain..."
Ia menurunkan tangannya, mengambil nafas pendek, dan menjeda kesimpulannya yang panjang untuk sejenak.
"Dalam
negeri itu, sudah bukan era nya lagi bagi manusia untuk bertarung dalam
perang. Namun, mereka gak bisa menghentikan alokasi dana kepada sesuatu
yang disebut anggaran pertahanan. Masa depan dari perang kemudian telah
berubah wujud menjadi senjata tanpa awak vs manusia atau senjata tanpa
awak melawan senjata tanpa awak."
"...Aku bisa mengerti situasi di Amerika, tapi itu hal lain yang entah apakah kita bisa menerima hal itu."
Rinko
mengangguk pelan sembari merasa kesal oleh pemikiran luar biasa dari
menggunakan senjata tanpa awak untuk melakukan perang tanpa luka. Ia
kemudian menatap ke arah Kikuoka dan bertanya,
"Tapi kenapa kau
sebagai Petugas Pertahanan-Diri, mengikuti jejak bangsa perang yang
bodoh itu? Atau penelitian «RATH» ini dimulai oleh militer?"
"BAGAIMANA MUNGKIN!?"
Kikuoka
menolak hal itu dengan suara amat keras yang lanka, tapi kemudian
kembali ke senyum nya yang biasa dan melepaskan tangannya yang daritadi
menyilang dengan keras.
lebih tepatnya, merupakan pilihan yang
tepat bagi kami untuk mengapung di tengah lautan ini untuk sembunyi dari
tentara Amerika. Pangkalan yang berada di daratan dapat terlihat dengan
jelas —dan karena itu lah kami harus mengembangkan senjata tanpa awak
dengan gila-gilaan... sangat mudah untuk menjelaskan hal itu. Bolehkah
aku bertanya kepada Kayaba-sensei mengapa dia ingin menciptakan SAO?"
"Tentu saja."
Jawab Rinko dengan ekspresi datar, dan Kikuoka menunjukkan senyum lebar yang terlihat dipaksakan sembari menaikkan bahu nya,
"Maaf
kan kelancangan ku karena telah mengucapkan hal yang seharusnya tak
boleh kuucapkan. Ya... alasan terbesarnya karena, sekarang di Jepang,
sederhananya, teknologi pertahanan kita terlalu lemah"
"Teknologi... Pertahanan?"
"Kupikir
kamu bisa mengatakan nya seperti ini; persenjataan dikembangkan dan
diproduksi dari nol, tapi hal itu sudah diperkirakan berhubung gak ada
negara yang mengekspor persenjataan ke Jepang. Itu sama saja untuk
produsen, berhubung menggunakan anggaran Pasukan Pertahanan-Diri untuk
melakukan penawaran akan menjadi sia-sia. Pada akhirnya, kami harus
membeli peralatan terbaru dari Amerika dan akhirnya bisa melaksanakan
pengembangan bersama-sama. Tapi, sederhananya... istilah bersama-sama
disini hanya sebutan, hal yang berat sebelah."
Petugas
Pertahanan-Diri itu membenarkan kerah dari yukata nya, menyilangkan
tangan nya, dan lanjut menjelaskan dengan nada yang agak pahit,
"Contohnya,
jet tempur support yang kami pakai saat ini sedang dikembangkan
bersama-sama dengan Amerika, tapi kenyataannya, mereka menyembunyikan
teknologi terbaru mereka dan mendapatkan teknologi maju yang diciptakan
Jepang. Tentang persenjataan yang kita beli, bisa apa persenjataan itu?
Jet tempur utama yang baru kami beli tampak seolah-olah software nya
-otak nya, telah dihilangkan. Jadi tentara Amerika memberikan kami
teknologi yang sudah ketinggalan zaman dan menyimpan barang-barang yang
bagus...hm, Aku tampak seperti seorang idiot, mengatakan hal seperti
ini..."
Kikuoka meringis lagi sembari melipat kaki nya diatas meja konsol, membuat bakiak di kakinya bergetar.
"Sehubung
dengan situasi ini, sebuah kelompok dari Petugas Pertahanan-Diri kami
dan sebuah kelompok dari teknisi muda dari pabrik kecil dan sedang yang
berhubungan dengan urusan pertahanan sudah merasakan hal yang
membahayakan. Bolehkah kami tetap bergantung kepada Amerika sebagai
pokok dari teknologi pertahanan kami? Perasaan itu adalah kekuatan
pendorong dibalik penciptaan RATH, dimana kami ingin membuat teknologi
milik Jepang sendiri. Itulah yang kami harapkan."
Meskipun
kata-kata Kikuoka terdengar sangat mengagumkan, sampai sejauh mana
kata-kata itu harus harus diterima? Pikir Rinko sambil menatap ke mata
hitam dibalik kacamata berbingkai hitam nya itu. Namun, mata sang
Petugas Pertahanan-Diri itu gak menunjukkan apapun, seolah-olah ia
adalah kacamata hitam itu sendiri.
Rinko berpaling dan melihat ke arah Higa Takeru yang duduk disamping Kikuoka.
"...Apakah
motifmu sebagai bagian dari rencana ini juga sama sepertinya, Higa-kun?
Aku gak tau kalau kamu punya kepedulian terhadap Pertahanan Nasional."
"Enggak."
Higa Takeru menggaruk kepalanya dengan malu-malu untuk merespon perkataan Rinko,
"Untuk
motif ku sendiri - yah, itu urusan personal. Aku mempunya seorang teman
saat aku masih menjadi murid di Universitas Korea, dan dia dikirim ke
Iraq untuk urusan militer, hanya untuk terbunuh dalam pemboman bunuh
diri. Yah... meskipun dunia ini harus berperang, Kuharap manusia gak
akan mati untuk alasan yang bodoh seperti itu, sepertinya begitu."
"...Tapi
Petugas Pertahanan-Diri itu ingin membiarkan persenjataan tanpa awak
itu untuk menjadi teknologi yang hanya dimiliki oleh Pasukan Pertahanan
Diri kan?"
"Ya, Kiku-san bilang seperti itu sebelumnya, bahwa
meskipun memiliki kepemilikan tunggal dari teknologi ini itu mustahil,
dia mengerti teknologi itu gak akan hanya digunakan untuk tujuan ini
jadi kami bisa memikirkan bagaimana untuk mengambil inisiatif... seperti
itulah."
Petugas Pertahanan-Diri itu meringis kepada perkataan
Higa yang sangat langsung. Pada saat ini, Asuna, yang dari tadi diam
mendengarkan pembicaraan ketiga orang itu, berkata dengan suara yang
indah namun juga dingin dan jelas,
"Kalian gak pernah bilang idealisme kalian ke Kirito-kun, kan?"
"...Kenapa kamu berfikir seperti itu?"
Kikuoka memiringkan kepalanya, dan Asuna menatap lurus ke arah nya dengan tatapan yang teguh.
"Jika kau bilang hal itu kepada Kirito-kun, dia pasti gak mau membantu kalian. Ada kelemahan yang penting dari kata-katamu."
"...Dan itu?"
"Hak Asasi milik AI."
Mendengar perkataan itu, Kikuoka menyentakkan bulu matanya dan mengerutkan dahi.
"...Enggak,
emang benar kami gak pernah bilang tentang hal yang baru saja kami
katakan kepada Kirito-kun, tapi itu hanya karena kami gak punya
kesempatan untuk mengatakannya. Dia orang yang sangat realis juga, kan?
Kalo enggak, mustahil baginya untuk menamatkan SAO."
"Kamu belum
mengerti. Kalau itu Kirito-kun, sekalinya ia tau kenyataan dari
Underworld, ia pasti akan murka terhadap para operator. Baginya,
dimanapun tempatnya, adalah kenyataan baginya. Dia gak berfikir dunia
virtual itu kehidupan virtual... makanya dia bisa menamatkan SAO."
"Aku gak mengerti. Fluctlight buatan gak punya darah daging. Kenapa kamu bilang hal itu bukanlah nyawa yang gagal?"
Mata
Asuna penuh kesedihan... bukan, kilauan kecil itu menunjukkan kalau ia
merasa bahwa para orang dewasa didepannya sangat kasihan lalu
pelan-pelan melanjutkan,
"...Meskipun aku bilang begitu, kalian
gak akan bisa mengerti... di sebuah kota di lantai 56 di Aincrad, Aku
mengatakan hal yang sama persis dengan yang kalian katakan. Disana ada
boss monster yang bagaimanapun caranya harus kami kalahkan, dan untuk
mengalahkannya, kami berencana untuk menggunakan NPC... penduduk yang
dikendalikan oleh AI untuk bertarung. tapi Kirito-kun menyatakan kalau
hal itu gak boleh dilakukan, NPC itu hidup dan pasti ada cara lain.
Orang-orang yang merupakan anggota guild-ku tertawa... tapi pada
akhirnya, dia benar. Meskipun mereka adalah Fluctlight buatan, sebuah
copy dari media yang diproduksi massal, Kirito-kun gak akan membantu
kalau mereka akan digunakan sebagai alat perang untuk membunuh satu sama
lain, pasti."
“—Bukannya aku gak mengerti apa yang kau coba
katakan. Memang benar kalau Fluctlight buatan memiliki kemampuan
berfikir yang sama dengan kita, manusia. Dalam hal itu, memang benar
kalau mereka itu hidup. Namun, ini merupakan pertanyaan prioritas.
Bagiku, nyawa dari ratusan atau ribuan Fluctlight buatan gak sebanding
dengan nyawa satu orang Petugas."
Debat ini gak akan ada
akhirnya... pikir Rinko. Tentang apakah AI sendiri juga punya hak asasi
—itu adalah pertanyaan yang gak akan bisa disimpulkan, meskipun
bottom-up AI yang asli muncul dan dimana perdebatan akan berakhir.
Tentang
apa yang ia pikirkan, Rinko sendiri masih belum yakin. Sebagai ilmuan,
realisme dalam diriku mengatakan kalau jiwa yang di klon bukanlah mahluk
hidup. Tapi pada saat yang sama, apa yang akan orang itu pikirkan?
Bagaimana jika orang itulah yang mengharapkan «suatu tempat yang gak
ada», menciptakannya dan gak pernah kembali—?
Rinko memecahkan keheningan dalam situasi ini untuk menyeret jejak pemikirannya kembali.
"Omong-omong,
kenapa Kirigaya-kun harus ada dalam rencana ini? Ada resiko kalau
informasi paling rahasia milik kalian bocor, kalau begitu kenapa harus
dia...?"
"—Ahh, Kita melakukan percakapan ini untuk
menjelaskannya. Tapi aku jadi melenceng dan hampir lupa tentang apa yang
harusnya kita bicarakan."
Kikuoka terlihat seperti ingin lepas
dari tatapan Asuna yang seperti magnet lalu tersenyum, batuk, dan
melanjutkan kata-katanya,
"Kenapa penduduk Underworld gak bisa
melanggar Taboo Index... hal itu ada hubungannya dengan konstruksi dari
Light Cube yang menampung Fluctlight, atau apakah kesalahan dalam
mendidik mereka? Mari kita ulang diskusi kita. Jika masalahnya yang
pertama, kami harus mempertimbangkan tentang mendesain ulang medium nya,
dan kalau masalahnya yang kedua, kami mungkin bisa saja membetulkannya.
Jadi, kami mencoba ekesperimennya. Satu dari teknisi kami, seorang
manusia, memorinya dihadang sepenuhnya dan menjadi anak muda lagi. Kami
membiarkannya tumbuh di Underworld untuk melihat apakah tindakannya akan
sama atau tidak dengan Fluctlight buatan yang lain."
"Me...melakukan
hal seperti itu, apakah otak test subjek nya gak akan ada masalah?
Kalau kehidupan mereka diulang... bukannya akan kekurangan memori?"
"Gak
sama sekali... Fluctlight bisa menyimpan memori selama sekitar 150
tahun, aku sudah mengatakan hal itu sebelumnya, kan? Tentang mengapa
muncul batas yang sebesar itu, kami gak tau apa-apa... menurut kitab
suci, orang-orang pada zaman Nabi Nuh dapat hidup ratusan taun, jadi
kupikir kita tau apa yang mereka bicarakan. Pertama-tama, meskipun kami
bicara tentang tumbuh dewasa, kami hanya membiarkan nya tumbuh sampai
sekitar 10 tahun, yang harusnya sudah cukup bagi kami untuk tau apakah
dia bisa melanggar Taboo Index. Tentu saja, memori yang didapat di
Underworld akan dihadang juga, jadi saat dia kembali ke dunia nyata, dia
akan tetap dalam kondisi seperti sebelum menggunakan STL."
"...Lalu, hasilnya...?"
"Kami
merekrut delapan petugas untuk menjadi tes subjek, membiarkan mereka
masuk ke dalam Underworld dan membiarkan mereka tumbuh pada lingkungan
yang berbeda. Pada akhirnya... hal yang mengejutkan ialah gak ada
satupun orang yang melanggar Taboo Index sebelum mereka berumur sepuluh.
Malahan, hasilnya merupakan kebalikan dari yang kami duga... mereka
lebih gak bersemangat dibanding Fluctlight yang lain dan gak suka main
keluar. Mereka gak menunjukkan rasa ingin mengetahui sekelilingnya. Kami
menyimpulkan bahwa itu karena ada perasaan gak nyaman."
"Perasaan gak nyaman?"
"Meskipun
kami menghadang seluruh memori dari lahir, hal itu gak bisa menghapus
seluruhnya. Kalau hal itu terjadi, mereka mungkin gak akan bisa kembali
ke dunia nyata. Omong-omong, ini bukan masalah «Pengetahuan», tapi
«Insting» yang menunjukkan bagaimana tubuh kita bergerak, mencegah para
peneliti untuk merasa nyaman di Underworld. Se-nyata apapun hal itu, gak
ada bedanya dengan dunia virtual yang diciptakan The Seed. Sekali
mereka masuk, mereka dapat mengerti kalau disana sedikit berbada dengan
bergerak di kenyataan. Hal itu sama dengan rasa gak nyaman seperti saat
aku pertama kali menggunakan Nerve Gear untuk mencoba closed beta dari
SAO."
"Itu karena perasaan gravitasi."
Sahut Asuna,
"Gravitasi...?"
"Gak
seperti pengelihatan atau pendengaran, bagian dari penelitian terhadap
gravitasi dan keseimbangan sedikit terlambat. Itu karena sebagian besar
dari sinyal bergantung kepada gravitasi untuk mengatur otak kita, jadi
bagi mereka yang gak terbiasa dengan hal itu gak bisa bergerak semau
mereka."
"Ya, itulah hal yang kami sudah terbiasa."
Pa-tch, Kikuoka menjentikkan jarinya dan setuju,
"Jika
kami ingin mengulang segala sesuatu di eksperimen nya, kebutuhan untuk
dapat terbiasa bergerak didalam dunia virtual adalah sebuah keharusan,
dan kami menyadari hal itu. Itu bukan lah eksperimen yang butuh waktu
beberapa hari atau bulan atau tahun. Kupikir kamu mengerti sekarang.
Untuk alasan itulah aku butuh pertolongan seseorang yang paling terbiasa
dengan dunia virtual.
"—Tunggu sebentar."
Asuna lagi-lagi mencela Kikuoka dengan suara yang tegas.
"Apa
kalian berbicara tentang «Diving dalam tiga hari berturut-turut» yang
Kirito-kun bicarakan? ...Tapi Kirito-kun bilang ke kami kalau fitur FLA
maksimum hanya 3 kali lipat, jadi dia menghabiskan waktu 10 hari disana.
Apa kalian berbohong padanya? Apa itu sebenarnya 10 tahun...?"
Kikuoka dan Higa berasa diserang pandangan yang menyengat lalu menundukkan kepala mereka dengan ekspresi khawatir.
"Maaf,
tentang hal itu, itu adalah kesalahan dari cabang di Roppongi. Itu
karena aku memberi intruksi untuk merahasiakan informasi dari kecepata
akselerasinya..."
"Itu lebih parah lagi! 10 tahun umur jiwa
Kirito-kun digunakan untuk hal itu. Kalau perawatan ini gagal karena hal
ini, Aku gak akan memaafkan kalian."
"Itu gak bisa dijadiin
suatu alasan, tapi Higa-kun dan Aku berkontribusi dalam eksperimen lebih
dari 20 tahun —jadi, 10 tahun Fluctlight yang Kirito-kun kontribusikan
disana jauh lebih sedikit dari Fluctlight para petugas disini."
"Dengan kata lain, dia melakukan sesuatu yang melanggar Taboo Index saat tumbuh besar di Underworld?"
Sela Rinko, dan Kikuoka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,
"Tegasnya,
bukan seperti itu, namun, Aku bisa bilang kalau hasilnya lebih dari
yang diperkirakan. Dari usia muda, Kirito-kun menunjukkan antusiasme
yang belum pernah terlihat dalam rasa ingin tau dan aktifitasnya, hal
itu membuatnya berkali-kali hampir melanggar Taboo Index —tentu saja,
jika Fluctlight miliknya berakhir melanggar Taboo Index, itu menunjukkan
kalau Fluctlight buatan itu struktur nya cacat, dan aku gak akan senang
mendengar hal itu. Namun, kami terus mengamati tingkah lakunya dan
setelah ia menghabiskan waktu 7 tahun atau lebih disana... Higa-kun ini
menyadari sesuatu yang sangat menarik."
Higa menyela Kikuoka dan melanjutkan kata-katanya,
"Ya,
awalanya aku gak setuju Kirigaya-kun mengambil bagian dalam ekspremen,
dengan alasan moral dan keamanan, dan saat aku mengetahui kenyataannya,
Aku harus bilang kalau aku terkesan oleh pandangan bijaksana Kiku-san.
Kami mendigitalisasi beberapa pasal penting didalam Taboo Index dan
mengecek kemungkinan yang dipunyai setiap warga untuk melanggarnya.
Fluctlight buatan yang dimiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan yang berinteraksi dengan Kirigaya-kun... -atau Kirito-kun,
kemungkinan mereka untuk melanggar Taboo Index itu meningkat."
"Eh...? berarti..."
"Dengan
kata lain, Kirito-kun dengan memori dan kepribadian dunia nyata nya di
segel, dapat mempengaruhi tindakan dari Fluctlight buatan yang ada di
sekelilingnya. Mudahnya, rasa antusias miliknya menyebar ke yang lain,
atau kira-kira seperti itulah."
Rinko melihat bibir Asuna yang
menunjukkan sedikit senyuman setelah mendengar perkataan Higa. Mungkin
perkataan itu mudah dimengerti oleh Asuna.
"...Saat ini, alasan
mengapa Fluctlight buatan gak melanggar aturan, kami belum bisa
mengetahuinya. Itu mungkin karena elemen yang digunakan untuk membuat
Light Cube, tapi kami merasa sudah gak perlu lagi untuk menganalisa hal
itu sebagai sebuah prioritas. Bagi kami, kami gak ingin menyelesaikan
masalah sepenuhnya, kami hanya ingin satu pengecualian, sebuah AI dengan
kemampuan beradaptasi yang tinggi yang mempunya konsep «Peraturan
sebagai prioritas», dan jika kami mengklon nya, kami harusnya bisa
mendapatkan beberapa alasan."
"Aku gak terlalu suka pemikiran seperti itu... tapi dulu, pemecahan masalah selalu dilakukan dengan cara itu, kupikir"
Menghembuskan nafas sedikit, Rinko bertanya kepada Higa,
"Lalu, apa kalian sudah mendapat pengecualian itu?"
"Ada
satu yang sudah jatuh ketangan kami. Seorang gadis yang paling dekat
dengan eksistensi Kirito-kun akhirnya melanggar Taboo Index sebelum
eksperimen berakhir, dan itu adalah tindak kriminal yang berat yaitu
«Memasuki Wilayah Terarang». Setelah memeriksa rekamannya, kami
menemukan kalau ada Fluctlight buatan lain yang mati di daerah terlarang
yang gadis itu lihat. Kemungkinan besar, gadis itu ingin
menyelamatkannya, dan jika aku harus bilang, gadis itu mementingkan
nyawa orang lain melebihi Taboo Index. Itu adalah adaptasi yang kami
cari-cari. Yah, itu sangat berbeda dengan mewujudkan senjata; «melawan
etika dan membunuh seseorang» adalah suatu hal yang ironis."
"...Kau bilang hal itu sebelumnya, kan?"
"Ah —ya. Sayang sekali... kami gak bisa memegang erat-erat sebuah permata yang jatuh ke tangan kami..."
Higa menurunkan bahunya dan kemudian menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan,
"...Seperti
yang sudah aku bilang, waktu didalam Underworld berjalan 1000 kali
lipat dari waktu di dunia nyata. Mustahil untuk mengamati mereka dari
luar dalam waktu yang sebenarnya, jadi kami memotong apa yang kami rekam
kedalam beberapa segmen dan pelan-pelan menayangkan ulang rekaman
dengan banyak petugas kami untuk menonton-nya. Meskipun, pasti ada
banyak jeda dibandingkan dengan waktu didalam sana. Kami menghentikan
server nya pada saat kami menemukan gadis itu melanggar Taboo Index dan
ingin mencabut Light Cube untuk menyimpan Fluctlight milik gadis itu...
pada saat itu, sekitar dua hari sudah berjalan disana. Dan yang
mengejutkan, Integrity Church telah membawa gadis itu ke ibu kota dan
dalam waktu dua hari melakukan suatu bentuk koreksi terhadap Fluctlight
milik gadis itu."
"Ko...koreksi? Kau memberi kewenangan sebanyak itu terhadap hal yang sedang kau amati?"
"Bukan
itu masalahnya... atau mungkin bukan. Penduduk Underworld mempunyai
kewenangan untuk menjaga hukum dan perintah, dan mereka yang mampu
mencapai batas dari sistem yang para warga kelas tinggi sebut «Sacred
Arts» adalah para pendeta yang ada di Integrity Church, orang-orang yang
mempunyai kewenangan tertinggi. Mungkin bukan hanya batas umur yang
bisa mereka manipulasi, tapi mereka menemukan backdoor ke sistem tanpa
kita ketahui...yah, aku akan membaca data untuk lebih detail lagi nanti;
Taboo Breaking Index «Alice» yang sekarang dan yang sudah lalu."
"Alice...?"
Asuna
tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menggumam. Rinko mulai mengerti arti
dari istilah itu. Itu seharusnya merupakan sebuah nama yang menjadi
singkatan dari «Highly Adaptive Artificial Intelligence» yang Kikuoka
dan Higa incar.
Kikuoka sepertinya menyadari kecurigaan mereka lalu mengangguk setuju dan berkata,
"Benar.
Itu adalah nama gadis yang hidup bersama Kirito-kun dan satu anak
laki-laki yang lain. Nama dari seluruh penduduk Underworld semuanya
benar-benar ditentukan dengan acak, jadi kami benar-benar kaget dengan
kebetulan yang luar biasa ini saat kami tau nama gadis itu adalah Alice.
Karena nama itu merupakan konsep dari seluruh rencana yang RATH punya."
"Konsep?"
"Eksistensi sebuah AI dengan kemampuan
beradaptasi yang tinggi, Artificial Labile Intelligence Cybernetic
Existence. Kalau kita ambil huruf pertama dari masing-masing kata «A, L,
I, C, E»... tujuan dari penelitian kami adalah untuk membiarkan awan
foton yang tersegel didalam LightCube menjadi «Alice». Para petugas
menyebutnya «Alice-ing».”
Letnan Kolonel Kikuoka Seijirou masih
menunjukkan senyuman yang tak bisa dibaca meskipun rahasianya sudah
terbongkar, dan berkata,
"Selamat datang, di «Project Alicization».”
Bagian 3
—Kalian membuat benda yang tak masuk akal sebanyak ini..
Meskipun mesin itu terbuat dari data yang ia miliki, Koujiro Rinko hanya bisa terkagum-kagum melihatnya.
Ruangan
yang bersebelahan yang terisolasi oleh kaca yang tebal mempunyai dua
objek persegi panjang rakasasa yang hampir setinggi langit-langit.
Bagian luarnya adalah aluminium yang gak diwarnai, dan warna perak gelap
bersinar dari mesin itu. Benda itu berkali-kali lipat lebih besar dari
mesin high-tech Medi-Cuboid yang digunakan untuk perawatan medis,
apalagi kalau dibandingkan dengan Nerve Gear.
Tentu saja, logo
dari perusahaan ada disana, hanya tulisan berbahasa inggris yang simpel;
«Soul Translator» pada sisi samping dan sebuah angka yang ukurannya
cukup besar di atasnya. Mesin yang ada di bagian kiri bernomorkan 4 dan
mesin di bagian kanan bernomorkan 5. Akhirnya aku bisa melihat «Soul
Translator» Rinko menatap mesin itu selama lebih dari 10 detik,
mengerutkan dahi lalu bergumam,
"4...ini mesin ke 4... kalau begitu, mesin ke 5 itu...?"
Angka-angka
itu hanya dapat menjelaskan hal itu, tapi ruangan bersih di sisi lain
dari dinding kaca gak punya mesin seperti disini. Ia sedikit memiringkan
kepalanya dan mendengar penjelasan singkat dari sisi kanan.
"Model
eksperimen 1 ada di ruang utama di Roppongi dan terhubungkan dengan
satelit. Model 2 dan 3 ada di Ocean Turtle, tapi seperti yang bisa kamu
lihat disini, mereka disimpan poros bawah. Dengan kata lain... model
terbaru nomor 4 dan 5 gak bisa disimpan disana karena keterbatasn ruang
dan akhirnya diletakkan di poros atas, disini."
Yang berbicara
adalah orang yang membawa Rinko dan Asuna kesini. Dia bukan Kikuoka,
Higa atau Letnan Nakanishi, dan bukan juga seorang pria. Seragam putih
bersih yang menutupi tubuhnya tinggi dan langsing, ia memakai sandal
ber-hak rendah, dan dikepalanya terdapat topi suster—seorang wali
perempuan.
Untuk suatu alasan, Rinko heran mengapa ada seorang
wali disini, ditempat seperti ini, tapi setelah mengingat kalau tempat
ini adalah kapal yang sangat besar, pasti ada kru medis, dan pasti ada
petugas seperti itu disini.
Suster itu mempunyai rambut yang
dikepang tiga lapis dan memakai kacamata tanpa bingkai. Tablet terminal
ditangannya dengan cepat ditekan dan menampilkannya kepada Rinko.
Terlihat tampilan yang sepertinya adalah peta tata ruang dari Ocean
Turtle. Ia menggunakan ujung jarinya yang mempunyai kuku yang rapi untuk
menarik bagian kapal besar.
"Wilayah pusat dari piramid
mempunyai pipa penyeimbang yang berdiameter 20m dan tinggi 100m yang
disebut «Pilar Utama». Pilar itulah yang menyokong semua lantai di kapal
ini dan lapisan yang melindungi fasilitas-fasilitas yang penting.
Didalamnya adalah Control System dari kapal itu sendiri, tulang belakang
dari rencana Alicization...tempat dimana terdapat 4 mesin STL dan
mainframe dari «Light Cube Cluster»."
"Fuun...itu mencangkup area atas, kan? bagaimana dengan area bawah?"
"Itu
adalah sebuah konstruksi yang terbagi menjadi bagian atas dan bawah
pada wilayah pusat. Bagian tengah adalah kompartemen titanium yang
seperti dinding. Yang ada diatas adalah poros atas, dan dibawah ada
poros bawah. Saat ini, kita ada di «Ruang Kontrol ke-2» di poros atas.
Para petugas menyebutnya «Sub-Con».”
"Oh begitu. Jadi tempat pertama kali kami dibawa, Ruang Kontrol Pertama yang ada di poros bawah adalah «Main-Con», kan?"
"Sebuah jawaban yang luar biasa, Profesor Koujiro."
Rinko memberikan senyum masam kepada suster yang tersenyum sembaru berkata seperti itu, lalu berbalik ke arah kiri.
Gadis
yang berdiri disana dengan tenang—Yuuki Asuna menyenderkan tangan nya
di tembok kaca, memperhatikan mesin nomor 4 di sisi lainnya dengan
seksama. Lebih tepatnya, ia memperhatikan seorang anak laki-laki yang
terbaring di sebuah kasur dan terhubung ke mesin nomor 4 itu.
Banyak
elektroda yang menempel dibalik baju putih pasien, dan sebuah
micro-injector menempel pada tangan kiri. Bagian diatas bahu semuanya
tertutupi oleh STL dan gak bisa dilihat, tapi Asuna tau kalau orang itu
adalah Kirigaya Kazuto yang sedang ia cari-cari.
Asuna
terus menatap kearah Kirito tanpa menyadari tatapan Rinko, dan bulu
mata panjangnya akhirnya sedikit tertutup sambil membisikkan sesuatu
pelan-pelan. Air mata keluar dari matanya, dan terhuyung kesamping
sebelum jatuh.
Rinko sangat ingin menghibur Asuna yang sedang dalam kondisi seperti itu, dan sebelum ia melakukannya—
"Jangan khawatir, Asuna-san. Kirigaya-kun pasti akan kembali."
Suster
yang memakai kacamata itu berkata demikian dengan nada yang agak
mengejutkan. Ia berjalan kesamping Asuna, menggantikan Rinko yang
mengambil langkah kebelakang, dan menggerakkan tangan nya ke bahu gadis
itu. Namun, Asuna tiba-tiba membalikkan badannya seolah olah
menghindarinya dan menggunakan ujung jarinya untuk mengelap air mata
nya, menjawab dengan nada yang mengejek entah mengapa.
"Tentu saja. Tapi... kenapa kau ada disini, Aki-san?"
"Eh...? Kalian berdua sudah saling kenal?"
Rinko bertanya dengan bingung, dan Asuna mengangguk,
"Un.
Aki-san ini adalah seorang suster yang bekerja di RS Chiyoda. Kenapa
orang ini ada di perairan Kepulauan Izu, aku gak tau."
"Tentu saja, Aku disini untuk merawat Kirigaya-kun."
"Lalu, apa pekerjaan mu? Atau seperti Kikuoka-san? Apa kamu juga menyamar menjadi seorang suster?"
Suster
yang dipanggil Aki itu gak menunjukkan sedikitpun rasa takut saat ia
menerima tatapan tajam Asuna, dan menunjukkan sedikit senyum sembari
menurunkan bahu nya.
"Bagaimana mungkin? Aku gak seperti
oji-sama itu, Aku suster asli. Aku punya ijazah nasional. Akan tetapi,
aku lulus dari «Tokyo Self-Defense Senior Nurse Academy».”
"...Aku bisa percaya itu sedikit."
Asuna mengangguk, dan Rinko melanjutkan tanpa rasa peduli.
"Yah, Aku sama sekali gak mengerti... pada akhirnya siapa sebenarnya Aki-san ini?"
"Suster beneran, kupikir, tapi bukan cuma itu saja."
Asuna berbalik menghadap Rinko lagi lalu berkata dengan lancar.
"Kalau
dia adalah suster yang lulus dari Akademi Perawat yang berhubungan
dengan Pasukan Pertahanan Diri, secara teknis seharusnya ia bekerja di
RS Pasukan Pertahanan-Diri. Namun, Aki-san adalah suster di RS Chiyoda
pada saat insiden SAO, itu berarti hal ini juga merupakan kerjaannya
Kikuoka-san... apakah aku benar?"
"Jawaban yang luar biasa, Asuna-san."
Suster
Aki mengulang apa yang ia katakan kepada Rinko sebelumnya lalu
tersenyum. Asuna terus menatap ke arah suster yang tinggi dan langsing
itu sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata,
"Dan juga, ada satu
hal lagi. Aku membaca sebuah data kalau mereka yang menjadi anggota di
Akademi Perawat di Pasukan Pertahanan-Diri diperlakukan sama seperti
orang baru yang masuk militer dibawah pedoman promosi akademi. Kalau
begitu, Aki-san adalah suster dan juga..."
Jangan bilang
siapa-siapa. Ucap suster aki sembari menggunakan tangan kanannya untuk
menutup mulut Asuna. Ia mengangkat tangannya setinggi kepalanya, dan
menunjukkan posisi memberi hormat—
"PETTY OFFICER SECOND CLASS AKI NATSUMI! SAYA PRIBADI AKAN MELINDUNGI NYAWA KIRIGAYA-KUN!... yah."
Suster
yang juga seorang Petugas Pertahanan-Diri itu memberikan kedipan
tegasnya, dan Asuna menatap wajahnya dengan setengah ragu sebelum
menghela nafas dan menundukkan kepala nya dan berkata,
"Mohon kerjasama nya."
Ia
kemudian kembali berbalik untuk melihat kearah mesin STL nomor 4 yang
terpisah darinya oleh sebuah dinding kaca, memperlihatkan tatapan yang
rindu kearah seorang anak yang berbaring di tempat tidur gel yang
panjangnya 3m,
"...Kamu harus kembali, Kirito-kun."
Gumam
Asuna dengan air mata yang menetes, dan Suster Aki mengangguk dengan
tegas, kali ini menaruh tangan kirinya diatas bahu Asuna.
"Tentu
saja. Meskipun kondisinya seperti ini, Fluctlight milik Kirito-kun
sedang bekerja aktif di proses perawatan. Jaringan saraf nya sudah
berhasil tumbuh kembali, dan takkan lama ia akan bangun. Dan juga...
anak itu adalah «pahlawan» yang menamatkan SAO, kan?
Kata-kata
itu meninggalkan rasa sakit yang tajam pada dada Rinko. Ia kemudian
menghela nafas dalam, menyimpannya, berdiri disamping Asuna dan menatap
kearah mesin besar dibalik tembok kaca itu.
8pm.
Rinko
mengangkat kepalanya dari jam yang ada di tangan kirinya dan mengangkat
tangan kanan nya dengan yakin lalu menekan tombol logam yang
bertuliskan 'call'. Beberapa detik kemudian, speaker yang terpasang
disamping pintu memberikan balasan yang simpel,
“...Ya.”
"Ini aku, Koujiro. Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?"
"Tentu saja, Kubuka pintunya sekarang."
Saat
suara itu berbunyi, indikator panel telepon itu berganti warna dari
merah menjadi hijau, dan dengan suara mesin, sebuah pintu terbuka.
Rinko
memasuki ruangan, dan Asuna, yang berdiri disamping tempat tidur,
mengangguk sembari mengontrol rimot kendali utama di tangan kanan nya.
Pintu dibelakangnya tertutup, dan suara mengunci bisa terdengar.
Kabin
itu desain nya sangat mirip dengan kamar Rinko. Ruang 6 tatami yang
terbuat dari resin berwarna putih, dan hanya ada satu tempat tidur,
meja, sofa dan terminal kecil yang bisa digunakan untuk mengakses
jaringan kapal. Letnan naganishi, yang memandu mereka kesini, berkata
'ini adalah kabin kelas pertama'. Rinko tak bisa menahan untuk
membayangkan kabin penumpang yang mewah seperti yang ada di kapal
pesiar, tapi sepertinya ruangan personal yang dilengkapi kamar mandi ini
sudah tergolong kelas pertama.
Namun, ruangan yang ditempati
Asuna berbeda dengan ruangan Rinko. Ruangan itu memiliki jendela yang
panjang dan sempit disamping tempat tidur. Dengan kata lain, ruangan ini
ada di area tepi dari Ocean Turtle, area yang terhubung ke generator
panel-tingkat. Ia dengan sengaja pergi ke elevator naik untuk menikmati
matahari terbenam di lautan yang sangat indah dari jendela, tapi saat
ini, hanya kegelapan pekat yang ada di sekeliling, dan sayang sekali,
langit mendung menandakan kalau bintang-bintang gak akan bisa terlihat.
"Silahkan lakukan apa yang kamu mau. Aku gak keberatan."
Ucap
Asuna. Rinko menaruh botol plastik Teh Oolong yang ia beli di vending
machine yang ada di pojokan elevator diatas meja sebelum ia duduk di
sofa yang keras itu. 'Tunggu dulu' tiba-tiba ia bergumam tanpa sadar
sebelum menutup mulutnya. Ia sendiri masih muda, tapi setelah melihat
kecantikan Asuna yang memakai T-shirt dan celana pendek, ia akhirnya
sadar kalau suaranya sudah mendekati 30 tahun.
"Minumlah kalau kamu mau."
Asuna mengambil botol itu sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya,
"Makasih banyak. Kebetulan aku sedang haus."
"Kamu udah nyoba air dispenser nya?"
Asuna memberikan senyuman menggoda saat mendengar nya.
"Saluran air di Tokyo mungkin terasa lebih enak."
"Yah,
itu sepertinya air laut yang dimurnikan. Kupikir gak akan ada
trihalometana yang tercampur. Secara tak terduga, mungkin nutrisi nya
lebih banyak dibanding air yang dijual oleh para perusahaan."
Ia
melepas tutup botol Teh Oolong itu dan meneguk cairan dingin itu. Ia
benar-benar ingin minum bir, tapi menyerah saat ia berfikir harus pergi
ke kantin di poros bawah untuk membelinya.
Menghembuskan nafas, Rinko menatap kearah Asuna lagi.
"...Sayang sekali kamu gak bisa melihat Kirigaya-kun."
"Tapi entah kenapa aku merasa sangat termotivasi, sangat senang rasanya seperti mimpi."
Asuna tersenyum, dan Rinko bisa merasakan kalau kegelisahan Asuna sudah hilang.
"Benar-benar
pacar yang merepotkan; tiba-tiba menghilang ke tengah lautan seperti
ini. Kamu sebaiknya mengikat leher nya dengan tali."
Asuna tersenyum dan menundukkan kepalanya.
"Aku
benar-benar, benar-benar ingin berterimakasih, Koujiro-sensei, untuk
menerima permohonan yang gak masuk akal dariku... Aku gak tau gimana
caranya untuk berterimakasih."
"Gak perlu begitu. Panggil saja
aku Rinko...dan juga, hal ini sama sekali gak menghilangkan rasa
bersalah ku kepada mu dan Kirigaya-kun."
Rinko menggelengkan kepalanya, membulatkan tekadnya, dan menatap kearah Asuna,
"...Ada hal yang ingin kukatakan kepadamu. Un, bukan hanya kepadamu...tapi juga kepada seluruh pemain dari SAO..."
“...”
Rinko
mencoba semampunya untuk menerima hal ini lalu terus menatap mata
Asuna. Ia kemudian mengambil nafas panjang dan menghembuskannya,
melepaskan dua kancing dari kemeja katun nya. Ia membuka kerah bajunya,
melepas kalung perak nya, menunjukkan bekas luka yang ada berada di
samping kiri tulang dada nya.
"Apa kau tau sesuatu...tentang bekas luka ini...?"
Asuna terus menatap bagian kanan atas dari jantung Rinko, dan akhirnya mengangguk.
"Ya.
Itu adalah tempat micro-bom yang dikendalikan dari jarak jauh ditanam.
Jadi sensei... Rinko-san diancam oleh Guild Leader...Kayaba Akihiko
selama dua tahun."
"Itu benar...Aku dipaksa ikut bagian dalam
rencana mengerikan itu dan merawat tubuh orang itu selama ia dive in
dalam waktu yang lama...—itulah yang seluruh dunia anggap. Itu sebab nya
aku gak dituntut, nama ku gak disebutkan, dan aku kabur ke Amerika
seorang diri..."
Rinko memakai baju dan kalung nya itu kembali lalu meneruskan semampunya dan berkata,
"Tapi
fakta nya bukan seperti itu. Memang benar bom itu dikeluarkan di RS
polisi, dan ada kemungkinan bom itu meledak, tapi aku tau kalau bom itu
gak akan meledak—itu hanya sebuah kedok. Setelah insiden berakhir, Aku
gak pernah mempermasalahkan hal itu lebih jauh karena senjata palsu yang
orang itu tanam adalah satu-satunya hadiah yang ia berikan kepadaku."
Meskipun
setelah mendengar hal itu, ekspresi Asuna sama sekali gak berubah. Mata
yang jernih dan murni itu terlihat seolah olah dapat melihat kedalam
hatinya terus memandang Rinko dengan penuh perhatian.
“—Kayaba-kun
dan Aku mulai berkencan saat aku masuk universitas, dan jika menghitung
waktu yang kami habiskan untuk studi lebih lanjut, kami menjadi
sepasang kekasih selama 6 tahun...tapi hanya aku yang berfikir seperti
itu. Aku sudah jelas lebih tua darimu, tapi Aku jauh lebih bodoh darimu
karena aku sama sekali gak bisa tau isi hati Kayaba-kun. Hanya satu hal
yang ia mau, dan Aku sama sekali gak tau hal itu
Sembari ia
melihat ke lautan yang sangat luas di malam hari, Rinko mulai berbicara
tentang kata-kata yang ingin ia sampaikan selama 4 tahun. Tak terduga ia
mengucapkan sebuah nama yang biasanya menyebabkan rasa sakit di
kepalanya pada saat ia berfikir tentang hal itu.
Pada waktu ia
terdaftar di universitas industrial yang terkenal di Jepang, Kayaba
Akihiko sudah menjadi kepala dari cabang pengembangan ke-3 dari Argus
Corporation. Kayaba menandatangani lisensi persetujuan di SMA sebagai
game programmer, dan Argus bangkit dari perusahaan kelas 3 menjadi
perusahaan pembuat game yang top di seluruh dunia, jadi dapat dimengerti
kalau dia diberikan posisi manajemen setelah dia masuk universitas.
Bisa
dibilang kalau Kayaba punya gaji tahunan lebih dari 100 juta yen saat
dia masih berumur 18, dan termasuk biaya lisensi, ia seharusnya sudah
berada di level yang mengejutkan. Wajar, banyak gadis-gadis di kampus
yang mendekatinya dengan berbagai maksud, tapi banyak yang mundur
setelah menerima tatapan nya yang lebih dingin dari pada es yyang
menandakan kalau ia sama sekali gak tertarik.
Oleh sebab itu,
Rinko gak bisa mengerti kenapa Kayaba gak pernah menolaknya, gadis yang
satu tahun dibawahnya dan biasa-biasa aja. Mungkin karena gadis itu gak
pernah mendengar tentang Kayaba sebelumnya? Atau mungkin karena gadis
itu mempunyai otak yang handal yang diperbolehkan keluar masuk lab
Shigemura? Satu hal yang pasti adalah kalau Kayaba tertarik padanya
bukan karena penampilannya.
Kesan pertama Rinko tentang Kayaba
setelah ia memeluknya adalah bahwa ia adalah sebuah toge yang kekurangan
gizi. Wajah nya yang pucat, pakaian putih kusut nya, perangkat inspeksi
yang selalu ada dengannya seperti sebuah kebutuhan; ia mengingat
kejadian itu dengan jelas seolah-olah baru saja terjadi kemarin, dan
tentang bagaimana ia memaksa nya pergi ke Shounan untuk menyewa mobil.
"Kalau kamu gak sesekali pergi keluar untuk berjemur, niatan untuk pergi keluar gak akan muncul!"
Rinko
berkata seperti itu dengan sikap yang tak terduga, dan Kayaba, yang ada
di kursi penumpang, terlihat terkejut dan menatap nya balik. Pada
akhirnya setelah beberapa lama, kamu gak akan ingin kulitmu menerima
cahaya matahari yang berlebihan. ia akhirnya berbicara, menyebabkan
Rinko terkaget.
Beberapa saat setelahnya, ia menyadari sisi lain
ketenaran yang menyertai Kayaba muda; bisa dibilang kalau gak ada cara
efektif untuk mengubahnya secara sosial. Dia selalu menjadi toge yang
kekurangan gizi, kapanpun Rinko masuk ke kamar Kayaba, ia akan
menegurnya dan membuatnya memakan masakan yang Rinko masak.
Orang
itu gak pernah menolak ku. Mungkin dia mencoba untuk meminta
pertolonganku, tapi aku gak menyadarinya, mungkin? Rinko bertanya pada
dirinya sendiri berkali-kali, tapi ia gak pernah mendapatkan sebuah
jawaban. Orang yang gak pernah bergantung kepada orang lain selain
kepada dirinya sendiri sampai saat terakhir. Dia hanya ingin satu hal.
«sebuah dunia yang gak ada disini», ia ingin melangkah menuju pintu yang
terlarang untuk manusia yang bukan tuhan.
Berkali-kali, Kayaba
berbicara tentang kastil raksasa yang mengapung diudara yang muncul di
mimpi nya. Kastil itu terdiri dari banyak lantai, dan tiap lantainya
terdapa jalanan, hutan dan rerumputan yang membentang ditempat itu.
Orang-orang harus menggunakan tangga yang panjang di sisi samping nya,
dan di langitnya tampak istana indah yang seperti mimpi.
"Apakah ada seseorang disana?"
Pada saat Rinko bertanya, Kayaba tersenyum dan menjawab, Aku gak tau.
—Saat
aku masih sangat muda, Aku selalu bermimpi untuk pergi ke istana itu
tiap malam. Tiap malam, aku mendaki anak tangga satu demi satu dan
menuju ke arah langit. Tapi pada suatu hari, Aku gak bisa menggapai
istana itu lagi di mimpiku. Aku hampir melupakan mimpi tak berguna itu.
Namun,
pada hari dimana Rinko menyelesaikan tesis sarjana nya, Kayaba
melakukan perjalanan ke istana yang ada di angkasa itu dan gak pernah
kembali lagi. Ia hanya menggunakan tangannya untuk menjadikan istana
mengapung itu menjadi kenyataan, mengambil 10.000 pemain, dan
meninggalkan Rinko sendirian di bawah—
"Aku tau tentang
insiden SAO dari berita dan melihat nama dan foto Kayaba-kun. Aku gak
bisa percaya hal itu, tapi setelah aku mengendarai mobil ke tempat
tinggal nya, aku menyadari kalau itu benar-benar terjadi saat aku
melihat banyak mobil patroli yang parkir disana."
Rinko
merasakan sedikit rasa nyeri di suaranya yang gak muncul dalam waktu
yang lama, dan melanjutkan dengan perasaan yang terganggu,
"Orang
itu gak pernah bilang apapun kepada ku sampai akhir. Itu sama seperti
saat ia memulai perjalanannya. Ia gak pernah mengirim satupun e-mail
kepadaku. Un...Aku benar-benar seorang idiot. Aku membantu nya membuat
desain Nerve Gear juga, dan aku tau kalau dia membuat game di Argus.
Tapi, aku gak pernah tau apa yang ia pikirkan... saat Kayaba-kun
menghilang tanpa jejak, aku pergi keliling Jepang untuk mencarinya. Aku
berhasil memikikan hal itu. Suatu hal yang aneh yang aku pikirkan; dulu,
ada tanda di sebuah gunung di Nagano di navigation log mobilnya.
Insingku berkata kalau disitulah tempatnya. Kalau aku memberitahu polisi
tentang tempat itu, insiden SAO mungkin akan menuju ke arah yang
berbeda..."
Mungkin kalau polisi masuk kedalam villa di gunung
itu, Kayaba mungkin sudah membunuh semua pemain seperti yang ia
nyatakan. Namun, dia sendiri bilang kalau hal itu gak akan ia biarkan.
fikir Rinko.
"—Aku menghindari penjagaan polisi dan pergi ke
Nagano seorang diri. Aku menghabiskan waktu 3 hari untuk mencari villa
itu berdasarkan ingatanku, dan tanpa sadar, aku benar-benar sudah penuh
lumpur...namun, Aku berkerja keras bukan untuk membantunya. Aku...ingin
membunuh Kayaba-kun."
Dan seperti saat pertama kali mereka
bertemu, Kayaba gak pernah menunjukkan keraguan di wajahnya saat ia
menyambut Rinko. Ia gak bisa melupakan perasaan dingin dan berat dari
sebuah pisau yang ia genggam dibelakangnya.
"Tapi...maaf, Asuna-san. Aku gak bisa membunuhnya."
Rinko gak bisa menahan suaranya yang gemetaran itu, namun, ia melanjutkannya saat ia mencoba menahan air matanya.
"Aku
gak bisa bohong tentang insiden itu lagi. Kayaba-kun tau kalau aku
punya pisau dan hanya berkata 'orang yang merepotkan' seperti biasanya,
lalu memakai Nerve Gear lagi dan kembali ke Aincrad. Sewaktu dive in
pada waktu yang lama itu, ia gak pernah peduli terhadap jenggot panjang
yang tumbuh, dan banyak alat-alat yang menempel di lengan nya, Aku...Aku
hanya..."
Rinko gak bisa berkata apapun lagi dan berusaha untuk mengatur nafasnya.
Akhirnya ia kembali tenang. Lalu asuna berkata,
"Kirito-kun dan Aku gak pernah menyalahkanmu, Rinko-san."
Gadis yang 10 tahun lebih muda itu mengangkat kepalanya, menunjukkan senyuman yang samar-samar lalu menatap kearah Rinko.
"...Tentang
hal itu...Aku mungkin gak sama dengan Kirito-kun, tapi aku benar-benar
sangat membenci ketua...Kayaba Akihiko, dan aku belum menyelesaikan
masalah ku dengan nya."
Rinko mengingat kalau Asuna adalah anggota dari guild yang Kayaba ciptakan didunia itu.
"Memang
benar kalau insiden itu menyebabkan kematian 4000 orang. Kalau aku
membayangkan...seberapa besar perasaan takut dan putus asa yang mereka
rasakan saat mereka mati, Aku benar-benar gak bisa memaafkan tindak
kriminal ketua. Namun... memang egois bagiku mengatakan hal ini, tapi
pada waktu yang pendek itu aku hidup di dunia itu bersama Kirito-kun,
itu mungkin adalah momen paling indah yang kurasakan dalam hidupku."
Asuna memindahkan tangan kirinya dan membuat gerakan, terlihat seperti akan memegang sesuatu yang dekat dengan pinggang nya.
"Dan
seperti perasaan bersalah ketua, Aku merasa bersalah, Kirito-kun merasa
bersalah, dan kau juga merasa bersalah, Rinko-san... Namun, aku merasa
gak ada yang bisa mengkompensasi nya dengan hukuman. Kemungkinan besar,
kita mungkin gak akan melihat hari penebusan itu, tetapi meskipun
demikian, kita harus terus melawan rasa bersalah kita."
Malam itu, Rinko bermimpi tentang saat yang ia lama lupakan—waktu ia menjadi seorang murid, waktu ia gak tau apapun.
Orang
yang gampang bangun, Kayaba selalu bangun lebih pagi dari pada Rinko,
minum kopi dan membaca koran. Rinko selalu bangun saat matahari terbit
sepenuhnya, dan Kayaba tersenyum seperti ia sedang menghadapi anak kecil
yang mengantuk, dan akan berkata, selamat pagi.
"Kau benar-benar orang yang merepotkan, datang ke tempat seperti ini."
Suara yang berat itu menyebabkan Rinko melebarkan matanya. Ia menyadari kalau ada sosok yang tinggi di tengah kegelapan.
"Masih malam..."
Rinko
kemudian menutup matanya lagi sambil tersenyum dan bergumam. Udara
berhembus sedikit, dan sebuah langkah kaki beranjak pergi. Kemudian, ia
mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup.
Ia hendak kembali ke tidur nyenyak nya lagi, tapi tepat sebelum itu terjadi—
“—!!”
Rinko
menghela nafas dalam saat ia bangun. Perasaan nyaman tiba-tiba lenyap,
dan hatinya menangis keras seperti suara alarm. Ia gak bisa tau lagi
mana dunia mimpi dan kenyataan pada saat itu. Ia mencari sebuah rimot
dan menyalakan lampu di ruangan nya.
Gak ada seorang pun di kabin yang tak berjendela. Namun, Rinko merasakan ada aroma samar-samar seseorang yang tersisa di udara.
Ia
bangkit dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu dengan kaki
telanjang. Ia menekan panel dengan gelisah, membuka pintu dan berjalan
menuju lorong melewati sela-sela pintu yang terbuka.
Gak ada seorang pun di lorong yang diterangi cahaya oranye, di kiri, dikanan atau dimanapun yang dapat ia lihat.
Sebuah mimpi...?
Ia
berfikir begitu, tapi ada suara yang berbunyi dari software itu jauh
didalam telinga nya. Rinko tanpa sadar memegang liontin yang selalu ada
bersamanya.
Yang ada didalam nya, yang dilas dan tidak bisa
dibuka lagi, adalah miniatur bom yang disegel diatas dada Rinko. Liontin
itu sepertinya mengeluarkan panas nya sendiri seolah olah membakar
telapak tangan-nya.
Bab 3: Turnamen Seni Pedang Zakkaria (Bulan Ke-8 Kalender Dunia Manusia 378)
Bagian 1
—Benar-benar bocah yang gak bisa dipahami.
Melihat kebawah kearah wajah tidur yang polos dari atas balok yang tinggi, ia tanpa sadar berfikir seperti itu.
Dua
bocah itu menggunakan jerami kering dan keras yang ditumpuk di gudang
yang sangat tua sebagai tempat tedur, tertidur nyenyak. Secara
penampilan, mereka gak terlihat terlalu aneh. Bocah yang tertidur secara
horizontal itu memiliki rambut berwarna kuning muda, dan mata yang
sedang tertutup itu berwarna hijau tua. Keduanya adalah warna yang bisa
ditemukan dimana saja di area NNM... «Norlangarth Northern Middle».
Tinggi badan dan fisik mereka semuanya sesuai rata-rata yang dimiliki
bocah seumuran mereka.
Sebaliknya, bocah yang tertidur di kiri
yang kakinya terbuka lebar mempunyai rambut dan mata yang berwarna hitam
pekat, benar-benar langka. Kesempatan melihat warna gelap lebih umum di
area Timur dan Selatan, dan peluang untuk melahirkan anak dengan mata
dan rambut hitam di wilayah Utara sangatlah langka, bahkan ada yang
bilang kalau peluang itu gak ada sama sekali. Berhubung populasi dari
Kerajaan Manusia telah berkembang sampai sedemikian luas, mungkin hal
itu bisa terjadi. Bentuk tubuh nya sangat mirip dengan bocah yang
disebelah nya, seolah-olah mereka adalah saudara kembar.
163
hari yang lalu, ia diperintahkan oleh «Master» untuk secara langsung
mengamati dua bocah itu. ia datang jauh-jauh kesini dari Central
Centoria, dan entah kenapa merasa kecewa. Entah itu karena penampilan
atau veralism, mereka gak terlihat terlalu berbeda dari orang-orang yang
seumuran dengan mereka, tapi ia merasa kalau perencanaan dan kemampuan
mereka untuk menghindari bahaya dalam kondisi yang berbahaya itu dibawah
rata-rata.
Sudah setengah tahun lamanya ia mengikuti dua bocah itu, berhati-hati agar gak ketauan.
Musim hujan sudah lewat, dan saat musim panas hampir lewat, ia pelan-pelan mengerti kenapa «Master» menyukai kedua bocah itu.
Kurangnya
perencanaan dan mematuhi peraturan hanyalah wujud dari rasa ingin tau
mereka. Dan juga, imajinasi dan gerakan bocah berambut hitam itu
mengagetkan bahkan baginya, yang sudah hidup di dunia ini selama lebih
dari 200 tahun. Sejak ia mulai memperhatikan mereka, sering kali ia
merasa khawatir kalau bocah itu akan melanggar Taboo Index.
Memikirkan
hal itu dengan seksama— itu bukanlah masalah. Bocah itu gak akan bisa
melakukan hal seperti itu. Dia melakukan hal yang mirip dengan [dia]
yang «Master» anggap sebagai musuh bebuyutan nya, menghancurkan
perbatasan permanen yang berserakan di seluruh dunia dalam beberapa
hari...
Pada saat ini, bocah berambut hitam yang tertidur mulai
menggerakkan kaki nya seolah-olah melihat sesuatu. Baju yang berperan
sebagai piyama nya itu terbuka sedikit, dan ia hanya bisa menghela
nafas, dan bocah itu mulai bergerak-gerak lagi tanpa peduli kalau pusar
nya kelihatan.
Musim panas sudah berakhir, dan angin malam
terasa agak dingin di wilayah yang bisa disebut wilayah Norlandgarth
utara. Banyak celah di gudang ini, dan kalau bocah itu terus tidur di
atas jerami dengan pusar terbuka, kemungkinan «Life» miliknya mendapat
sedikit penyakit akan sangat besar. Hari berikutnya— Kalender Dunia
Manusia 387, Agustus 28th bisa dibilang adalah rintangan terbesar selama
perjalanan untuk mereka.
Mereka hanya bisa menghasilkan uang
dengan bekerja di peternakan ini selama musim panas, dan meskipun ia
berkali kali ingin memberitau agar mereka setidaknya tidur di penginapan
di kota, ia gak bisa berinteraksi dengan mereka secara langsung.
Sembari ia memperhatikan mereka dengan cemas, kedua bocah itu
melanjutkan tidur mereka di gudang yang simpel itu—
Dan pada akhirnya, berakhir seperti ini.
...Mau gimana lagi. Kalau aku ikut campur dengan cara sepert ini, «Master» akan memaafkan ku, pasti.
Ia
berdiri diatas balok tinggi dan melambaikan tangan kanan nya.
Mengucapkan sebuah mantra, ujung jari nya mengeluarkan cahaya berwarna
hijau, membentuk cahaya dari «Elemen Angin».
Ia secara hati-hati
membiarkan «Elemen Angin» itu jatuh disamping bocah berambut hitam, 30
cen menuju jerami kering, dan pelan-pelan «melepaskan» nya.
Sedikit
angin sepoi-sepoi tercipta dari cahaya itu, menggulung tumpukan jerami
yang pelan-pelan menyelimuti pusar bocah yang terbuka itu. Benda itu
bukan selimut yang bagus, tapi sepertinya cukup untuk menghalangi angin
dingin yang berhembus dari celah gudang.
Ia menurunkan tangan
nya dan meneruskan untuk menatap kearah dua bocah yang gak sadar apa
yang terjadi sebelum mulai memikirkan apa yang akan dilakukan
setelahnya.
Life itu beku permanen, dan penyihir itu sudah
menjalankan tugas yang mirip dari «Master» itu selama hampir 200 tahun.
Namun, ia gak pernah punya ingatan apapun tentang dirinya merasa
tertarik dengan pihak yang diamati. Tapi, ia harus menjadi sebuah fungsi
yang tak memiliki «emosi». Tubuh ini bukan tubuh yang dimiliki
manusia... Atau lebih tebatnya, bukan sebuah Unit Manusia di
«UnderWorld» ini.
Meskipun ia bisa memprediksi kalau bocah itu
akan terkena flu tepat sebelum ujian penting nya, masalahnya adalah
kenapa ia gak mengacuhkan hal ini, tapi malah menggunakan sihir untuk
ikut campur. Atau bahkan, jika bocah itu ambruk, jika sihir itu gagal,
misi panjang nya untuk mengamati mereka akan berakhir, dan ia bisa
kembali ke pojokan dari perpustakaan besar yang ia rindukan...
Dengan kata lain... bukannya pulang, perjalan nya dengan dua bocah itu akan berakhir seperti ini saja?
Mustahil. Hal ini terlalu gak logis. Ini seperti aku terpengaruh oleh gerak-gerik tak wajar dari mereka berdua.
Aku
gak boleh terus memikirkannya. Ini bukan bagian dari misi. Yang harus
aku lakukan hanyalah mengikuti dan memperhatikan mereka berdua. Aku
harus memperhatikan kedua orang ini— bocah berambut kuning muda Eugeo
dan bocah berambut hitam Kirito, pergi ke tempat tujuan mereka.
Ia
melengkungkan tubuhnya mundur 5 mil dan melompat dari balok. Ia gak
boleh membuat Life nya capek dengan tubuh yang kecil ini, dan ia gak
perlu menggunakan sihir. ia mendarat seperti jerami yang mendendap, dan
pelan-pelan memindahkan kaki kurus nya ke posisi yang biasanya— ke dalam
rambut hitam yang agak panjang dari bocah yang bernama Kirito.
Ia
mengencangkan badannya di berbagai helai rambut yang mempunyai warna
yang sama dengan nya, dan untuk suatu alasan, menegur dirinya sendiri
untuk tubuh kecil nya.
Kedamaian, kenyamanan, keyakinan; di
tengah-tengah semua ini, ada semacam emosi yang kuat dari semua hal
itu... Dan ia gak bisa berfikir kenapa ia merasa demikian.
—Benar benar bocah yang gak bisa dipahami.
Ia lagi-lagi mempunya pemikiran seperti ini, menutup matanya, dan kemudian tertidur.
Bagian 2
Besok adalah hari terakhir dari bulan Agustus, dan merupakan pagi hari yang sangat jelas.
Kirito
meregangkan pungung nya dan membuka mata nya. Ia terlihat agak terkejut
saat ia meraih tumpukan jerami yang menyelimuti tubuh nya, dan bangun
dengan segera. Ia menggelengkan kepalanya untuk membangunkan dirinya,
dan si pengamat yang bersembunyi di rambut nya mengeluarkan lengan dan
kaki nya keluar.
Ia pindah ke ujung dari beberapa helai rambut
hitam itu dan pindah ke sisi samping nya. Itu adalah tempat yang ia
tetapkan untuk mengobservasi. Berhubung Kirito kadang-kadang suka
menggaruk kepalanya, ia harus selalu waspada. Life yang dibekukan hanya
berarti agar gak berkurang secara natural karena umur, dan Life tetap
berkurang saat tubuh mengalami luka. Namun, nilai maksimum dari Life
milik nya jauh lebih besar dari pada manusia, dan setelah tubuhnya
menyusut, hampir seluruh ketangguhannya masih tersimpan, jadi pukulan
mendadak atau apapun itu masih bisa ditahan.
Kirito gak
menyadari si pengamat sebesar butiran beras yang bersembunyi di rambut
nya dan menyingkirkan tumpukan jerami itu. Ia menggapai tangannya ke
pundak partner nya yang sedang tertidur.
"Oi Eugeo. Bangun. Udah pagi."
Goncangan
yang kasar dari Kirito menyebabkan bulu mata bocah yang warna nya sama
dengan rambut nya menyentak sedikit saat ia membuka matanya. Mata hijau
itu terlihat pusing, tapi setelah mengedip keras beberapa kali ia
sepertinya meringis dan menyempitkan nya.
"...Pagi, Kirito. Kau masih sama seperti biasanya, bangun pagi-pagi banget setiap hari."
"Kamu
nya saja yang kesiangan mulu, bangun, bangun! Kita harus menyelesaikan
apa yang harus kita lakukan pagi hari; ayo latihan beberapa «style»
sebelum sarapan. Aku masih gak terlalu ngerti «Style» ke-7.”
"Itulah
kenapa aku bilang padamu untuk latihan «styles» mu daripada latih
tanding melulu... Sulit dipercaya yah kamu itu, jadi 'all-nighter' pada pagi hari turnamen...Eh, agak aneh bilang gitu di pagi hari. Yah..."
"Lupakan tentang 'all-morning' atau 'all-nighter' atau apapun itu, kita hanya punya satu kesempatan ini."
Ucap
Kirito lalu memaksa Eugeo untuk bangun, mengumpulkan jerami yang ia
gunakan sebagai tempat tidur, dan menyimpan nya di tong kayu di dekat
tembok. Ia mengangkat tong kayu yang berisi jerami itu dan pergi menuju
pintu keluar.
Pada saat ia berjalan keluar gudang, cahaya yang
bersinar dari matahari menyambut matanya. Si pengamat menjauhkan diri
dari sinar itu dan bersembunyi di dalam rambut hitam Kirito. Mungkin ia
masih terbiasa di pojok perpustakaan besar yang gelap, ia sepertinya
terlalu sensitif terhadap cahaya matahari. Namun, Kirito dengan riang
mengambil nafas dari udara pagi dan mengatakan hal ini entah kepada
siapa.
"Udara pagi memang sangat sejuk. Beruntung aku gak kena flu pada hari yang penting ini."
"Bisa-bisa
nya kau berkata seperti itu. Aku gak akan menolong lagi kalau kau tidur
dengan pusar terbuka seperti kemarin." Ucap si pengamat dalam hati, dan
Eugeo, yang bergerak kebelakang Kirito, berkata,
"Cepat atau
lambat kita pasti bakal muak tidur di gudang itu dengan tumpukan jerami.
Bagaimana kalau kita gunakan uang kita untuk tidur di penginapan mulai
besok?"
"Gak, gak perlu."
Kirito nyengir —tentu saja,
mustahil untuk melihat wajahnya dari belakang kulit kepala nya, tapi
Eugeo bisa tau kalau ia sedang nyengir nakal— dan berkata,
"Karena, mulai besok, kita akan tinggal di Asrama Zakkaria."
"...Tolong beritau aku darimana kamu mendapat kepercayaan diri seperti iu. Ampun deh..."
Yare
yare. Eugeo menggelengkan kepalanya sembari mengangkat tong kayu berisi
jerami, seperti yang dilakukan Kirito. Mereka berdua terlihat
bersantai, tapi berat dari tong kayu kokoh yang berdiameter 1-mil ini
sangat mengejutkan walaupun hanya terisi kumpulan jerami. Seorang anak
muda biasa yang seumuran mereka mungkin hanya mampu berjalan 20 langkah
sambil mengangkat tong itu.
Alasan mengapa dua bocah kurus ini bahkan gak berkeringat, itu karena «Object Control Authority»
milik mereka sangat tinggi. Mereka berdua mampu menggunakan pedang
panjang yang bersender di dinding gudang— sebuah objek Kelas 45 «Divine
Instrument», semau mereka.
Lalu, bagiamana bisa mereka berdua
yang terlihat seperti anak muda yang normal, yang tinggal di pedesaan,
memiliki «Object Control Authority» yang sangat besar? Sudah setengah
tahun aku mengamati mereka, tapi aku masih gak mengerti kenapa. Tapi,
setidak nya bisa dibilang kalau latihan biasa atau latih tanding sampai
sekarang gak akan bisa menghasilkan nilai sebesar itu. Mungkin mereka
bertarung melawan monster liar level tinggi, tapi monster-monster yang
berkeliaran disekeliling desa seharusnya sudah diburu sampai hampir
punah. Lebih penting nya lagi, mereka berdua gak punya «Hunter» sebagai
Sacred Task kedua mereka, dan jika mereka memburu monster liar lebih
dari yang diizinkan, mereka harusnya sudah melanggar dua pasal dari
Taboo Index. Jika anak yang sangat aktif dan energetik seperti Kirito
gak bisa melakukan itu, berarti anak yang loyal dan jujur seperti Eugeo
juga gak mungkin—
Ada satu kemungkinan lagi yang tersisa; mereka
mengalahkan musuh yang memberikan peningkatan besar pada «Object
Control Authority» mereka yang bahkan gak bisa didapatkan dengan
mengalhkan monster liar saja... suatu «Penyusup dari Dark Territory».
Tapi pada sisi lain, hal ini gak mungkin dilakukan. Mereka berdua bukan
penjaga, dan mustahil bagi mereka untuk melawan Dark Army. Dan juga,
Dark Knight yang suka berdatangan, dan goblin pemantau seharusnya sudah
dibereskan oleh Integrity Knights yang dikirim dari ibu kota Centoria ke
«Mountain Range at the Edge».
Jika di dekat desa Kirito terjadi
«invasi» mendadak... itu merupakan masalah yang lebih besar dibanding
pertumbuhan mereka yang abnormal. Mungkin itu adalah sebuah pertanda.
Hal itu dapat menjadi «Waktu yang Dijanjikan» yang akan tiba suatu hari
nanti, yang tadinya disangka akan terjadi lebih jauh lagi di masa
depan...
Menyembunyikan dirinya di dalam rambut hitam dan
merenungkan tentan hal ini, kedua anak muda telah memindahkan tong yang
berisi jerami itu ke kandang disamping gudang. Mereka mengisi penuh
ember berisi makanan untuk sepuluh kuda dan mengambil sikat untuk
menyikat tubuh kuda saat mereka mulai makan. Pekerjaan ini adalah hal
pertama yang harus Kirito dan Eugeo lakukan di pagi hari berhubung
mereka tinggal sementara di «Peternakan Wilde» yang berada di pinggiran
Zakkaria.
Setelah bekerja selama lebih dari 5 bulan, teknik yang
mereka berdua lakukan dalam menyisir kuda bisa membuat orang mengira
kalau mereka memiliki Sacred Task «Merawat Kuda». Mereka berdua selesai
menyisir kuda terakhir, dan semua kuda telah menghabiskan makanan nya.
Kemudian, suara lonceng jam 7 tepat berbunyi dari gereja Zakkaria yang
jauhnya 3 kilolu dari sini. «Bell of Time-Telling» yang dibangun Gereja
Axiom di seluruh desa dan kota dapat terdengar dengan jelas dalam radius
10 kilolu yang suaranya gak akan melemah sama sekali, tapi akan sulit
mendengar nya diluar radius itu. Ini mungkin adalah pemikiran psikologis
untuk memastikan agar Unit Manusia gak berfikir untuk pergi terlalu
jauh, tapi sepertinya hal itu sama sekali gak berpengaruh ke pihak
Kirito.
Mereka berdua menggunakan ember yang berisi air untuk
membersihkan tangan mereka dan menggantung sikat kuda ke gantungan di
pillar. Mereka menggunakan tangan kanan mereka untuk mengangkat tong
kosong, dan meninggalkan kandang. Pada momen ini, sambutan yang penuh
semangat dapat terdengar, sepertinya sedang menunggu mereka berdua.
““Selamat pagi, Kirito, Eugeo!””
Ke
dua suara itu bertumpang tindih satu sama lain. Pemilik suara itu
adalah anak gadis kembar berumur 9 tahun dari pemilik peternakan— Telin
dan Telulu. Rambut dan mata mereka berwarna coklat kemerahan, dan baju
dan rok yang mereka pakai benar-benar sama persis. Satu-satu nya cara
untuk membedakan mereka yaitu dengan melihat warna dari pita yang mereka
pakai di ponytail mereka. Saat mereka memperkenalkan diri mereka, gadis
dengan pita merah adalah Telin, dan gadis dengan pita biru adalah
Telulu. Namun, dua gadis yang sangat mirip ini sering kali menukar pita
mereka untuk membuat Kirito dan Eugeo salah mengidentifikasi mereka.
"Selamat pagi, Teli..."
Eugeo hampir membalas sambutan mereka seperti biasa, tapi Kirito menghentikan nya dari belakang.
"Tunggu dulu! ada yang sedikit aneh disini..."
Kedua gadis yang mendengar ini menatap satu sama lain, lalu tertawa,
"Ada yang aneh?" "Itu cuma imajinasi mu?"
Suara
mereka, wajah mereka, jumlah bintik-bintik di wajah mereka benar-benar
sama persis. Kirito dan Eugeo berfikir dan bergumam, menoleh kedepan dan
belakang.
Alasan mengapa ada Unit Manusia yang kembar... atau
lebih langka nya kembar tiga, bahkan «Master» sendiri gak mengerti
sepenuh nya. Setelah berturut-turut ada beberapa kasus kematian Unit
Manusia yang terjadi di area sekitar, jumlah anak kembar yang lahir
semakin meningkat. Ini mungkin merupakan bagian dari sistem pengaturan
populasi manusia, dan kalau itu benar penyebab nya, harusnya gak perlu
membuat semuanya sama. Namun, gak ada kelemahan atau kekuatan yang bisa
digunakan untuk memastikan hal itu.
—Meski begitu, si «Pengamat»
hanya perlu melihat Status Window dari Unit itu secara normal...dalam
istilah mereka, disebut «Stacia Window», jadi mudah saja untuk
membedakan kedua anak kembar yang menukar pita mereka itu. Dengan kata
lain, insting Kirito benar.
Percayalah dengan insting mu
sendiri. Si pengamat yang berbaring diatas akar rambut hitam kirito itu
bergumam. Kirito gak mendengar suara itu, tapi ia mengangkat tangan
kirinya dan menunjuk gadis dengan pita merah.
"Selamat pagi, Telulu!"
Kemudian, ia menunjuk gadis dengan pita biru.
"Selamat pagi, Telin!"
Pada
saat ia selesai, gadis kembar itu menatap satu sama lain dan berseru,
"Kau benar!" mereka menggerakkan tangan mereka yang bersembunyi dibalik
badan mereka ke depan, masing-masing memegang keranjang rotan persegi
panjang.
"Ini hadiah mu karena sudah menebak dengan benar. Sarapan pie Mulberry!"
"Kami
sangat antusias dalam memetik mulberries! Kami menghabiskan waktu
seharian untuk memetik nya jadi kalian berdua bisa memenangkan turnamen
hari ini!"
"Oh. Aku sangat senang. Terima kasih, Telulu, Telin."
Kirito
meletakkan tong kayu kesamping kaki nya dan menjulurkan kedua tangan
nya untuk membelai kepala kedua gadis itu. Gadis kembar itu tersenyum
dan menatap Eugeo dengan ekspresi agak khawatir.
"...Apa kamu gak senang, Eugeo?"
"Jangan bilang kalau kamu benci mulberry?"
Segera, anak dengan rambut kuning muda nya itu melambaikan tangan nya dengan buru-buru.
"Enggak, bukan seperti itu. Aku juga suka! ...Aku hanya memikirkan masa lalu. Terima kasih."
Mendengar
hal itu, gadis kembar itu menunjukkan senyum lega dan berlari ke meja
bundar yang terletak diantara kandang dan lahan pengembalaan. Kirito
memalingkan wajah dari kedua gadis yang sedang menyiapkan sarapan dengan
gerakan yang segar kemudian berjalan menuju Eugeo dan menepuk pundak
nya dari belakang.
"Kita harus memenangkan turnamen hari ini dan
segera menjadi ranking top dari prajurit jadi kita bisa pergi menuju
Centoria tahun depan... Menuju Alice. Ya kan, Eugeo?"
Eugeo mengangguk keras lalu berkata dengan suara yang lembut namun juga kuat.
"Ya, itu benar. Aku menghabiskan waktu lima bulan mempelajari «Aincrad-Style» darimu untuk tujuan itu, Kirito."
Memang hanya percakapan singkat, tapi terkandung banyak pesan penting didalam nya.
Diantara
pesan-pesan tersebut, ada istilah yang si pengamat, yang sudah hidup
selamat lebih dari 200 tahun sebagai penyihir, gak tau— yaitu nama dari
sword style yang gak bisa dibayangkan itu"
Dan juga, ada satu tujuan akhir dari mereka berdua— Unit yang dipanggil «Alice».
Jika
Alice yang disinggung disini adalah Unit yang sama dengan Alice yang
ada di ingatan nya... keinginan mereka berdua akan sangat jauh dan
samar.
Itu karena dia ada di tempat yang sangat, sangat tinggi di «Centoria Cathedral» yang ada di Centoria pusat...
"Kirito! Eugeo! Apa yang kalian berdua lakukan!"
"Cepat kesini! Atau Telin dan Aku akan menghabiskan sarapan nya!"
Gadis kembar yang telah menyelesaikan persiapan nya berseru, dan Kirito segera mendorong pundak Eugeo dan berlari.
Sentakan
ini menginterupsi pikiran si pengamat dan menyebabkan nya kembali ke
kenyataan. Selama lebih dari 5 bulan, ia telah berkali-kali mengingatkan
dirinya sendiri bahwa berfikir bukanlah pekerjaan yang pengamat
lakukan. Tapi pada akhirnya ia selalu juga berfikir... Bukan, ia
khawatir akan masa depan kedua bocah itu.
Ia berpegangan erat pada sehelai rambut hitam dan menghela nafas untuk kesekian kalinya hari ini.
Setelah sarapan yang berisik, gadis kembar itu meninggalkan sebuah kata-kata, "Kami akan mendukung kalian!" dan pergi.
Mereka
menyiapkan sepuluh kuda ke ladang peternakan dan membersihkan kandang.
Biasanya, mereka akan menggunakan pedang kayu untuk berlatih, namun hari
ini berbeda. Mereka berdua membersihkan tubuh dan rambut mereka
disamping sumur —pada saat ini, si pengamat meninggalkan kepala Kirito
dan sembunyi di atas pohon yang dekat— dan mereka mengganti pakaian
kerja nya dengan pakaian mereka sendiri. Mereka kemudian menghadap ke
rumah petani yang gak terlalu jauh.
Istri dari pemilik
peternakan, Toriza Wilde mempunyai kepribadian yang polos sebagai
pemilik dari peternakan. Itu mungkin alasannya kenapa ia dengan tulus
hati menerima mereka berdua yang terlihat agak aneh. Hal itu sama dengan
hari ini saat ia menyemangati Kirito dan Eugeo, yang datang untuk
menyapa nya, dengan suara lembut dan menyiapkan bekal mereka. Saat ia
menyuruh mereka pergi, ia kemudian berkata "Kalau kalian gagal, lupakan
tentang menjadi prajurit di kota ini. Jadilah suami Telin dan Telulu!",
dan perkataan ini membuat kedua anak muda itu menunjukkan senyum yang
agak ruwet.
Mereka meninggalkan rumah itu dan berjalan 3 kilolu
di jalanan yang mengarah ke kota. Mereka berdua pada dasarnya gak pernah
bicara satu sama lain, dan situasi itu sendiri gak pernah terjadi
sebelum nya. Kemungkinan besar, itu karena perasaan gugup. Tiap tahun,
pada tanggal 28 Agustus, kota Zakkaria akan mengadakan «Kompetisi ahli
pedang area Norlangarth Utara», dan banyak orang dari lebih dari 50 kota
atau desa sekeliling yang ikut serta. Pada dasarnya, seluruh peserta
adalah orang yang memiliki Sacred Task «Penjaga», dan Kirito dan Eugeo
adalah satu-satunya yang ikut tanpa peran seperti itu.
Hanya dua
orang bisa bergabung ke pasukan prajurit Zakkaria, yaitu satu
perwakilan dari blok timur dan satu dari blok barat, dan mereka berdua
gak boleh gagal kalau mereka ingin mewujudkan mimpi mereka, yang
merupakan rintangan terberat bagi mereka. Namun, masalah nya adalah apa
yang akan terjadi jika mereka berdua berada di blok yang sama, dan kedua
anak muda ini mungkin sama sekali gak memikirkan hal itu—
Seiring mereka membiarkan pikiran mereka kemana-mana, suara retakan dari sesuati, *BON*, dapat terdengar.
Ia
menjulurkan kepalanya keluar dari kulit kepala Kirito, dan melihat ke
jalanan yang ada di sisi lain dari bukit pendek, terbuat dari batu pasir
yang berwarna coklat kemerahan. Itu pasti kota terbesar di area NNM,
Zakkaria. Pada saat ini, populasi nya berjumlah 1950, dan angka itu gak
sampai 10% dari populasi Central Centoria, tapi harusnya hari ini akan
tetap ramai di turnamen terbesar yang diadakan tiap tahun ini.
Seiring mereka berjalan ke gerbang Barart, Eugeo berbisik,
"...Sebenarnya, kalau Aku gak melihat nya langsung, Aku mungkin mengira-mengira apakah kota Zakkaria itu benar-benar ada."
"Kenapa?"
Anak berambut kuning muda itu tersenyum mendengar pertanyaan Kirito,
"Itu
karena... Pada dasarnya gak ada satupun orang dewasa di Desa Rulid yang
pernah melihat Zakkaria. Mantan kepala-penjaga Doyke punya hak untuk
ikut serta dalam turnamen, tapi gak pernah melakukan nya sampai kemudian
ia pensiun. Aku bahkan gak pernah mendapat kesempatan untuk pergi ke
Zakkaria atau semacam nya sebagai «Penebang Gigas Cedar». Kalau itu
adalah tempat yang gak ada satupun dari orang-orang di desa pernah
kesana sebelumnya, dan tempat yang aku gak bisa lihat..."
"Jadi kamu membuktikan nya dengan mata kepalamu sendiri."
Kirito menggumam menggantikan Eugeo, kemudian tersenyum dan menambahkan.
"Baguslah Zakkaria itu benar-benar ada. Jika kota ini ada, itu menjadi bukti kalau Centoria bukanlah sekedar kebohongan."
"Ya.
Itu... benar-benar sulit dipahami. Kita melakukan perjalanan dari Rulid
selama lebih dari 5 bulan, dan meskipun kita tau kalau dunia ini bukan
hanya desa itu saja, itu masih berasa luar biasa sekarang... Benar-benar
luar biasa."
Meski ia dapat mengerti kata-kata yang diucapkan
Eugeo, ia merasa kalau kekaguman Eugeo benar-benar aneh. Penyihir yang
mengabdi pada «Master» yang sudah hidup bertahun-tahun lamanya sudah
melihat Centoria dan seluruh dunia manusia yang besarnya 1.500 kilolu.
Kapasitas informasi nya jauh melebihi seluruh Unit Manusia kecuali para
«Integrity Knights». Namun, ada area yang gak diketahui juga. Itu adalah
sisi lain dari «Mountain Range at the Edge» yang mengitari dunia
manusia... Dark Territory. Hanya ada beberapa rumor seperti bagaimana
disana ada beberapa kota dan desa dan bagaimana disana bahkan ada kota
hitam pekat yang sangat besar disana... Suatu hari, ia pasti akan
mendapatkan kesempatan untuk membuktikan eksistensi itu dengan mata
kepala nya sendiri.
Mustahil... Semua itu hanya khayalan tanpa dasar, tapi jika kami terus mengamati kedua bocah ini, mungkin suatu hari—
Sepertinya, ia berfikir tentang hal seperti itu.
Goncangan
yang tak diduga hampir membuat ia meloncat keluar dari kepala Kirito.
Ia dengan panik berpegangan erat ke rambut hitam dan melihat kedepan
tanpa berfikir apa-apa.
Yang terlihat oleh mata nya adalah
seekor kuda yang mengangkat kaki depan nya. "Hihihihihi", kuda itu
mengeluarkan suara yang seolah-olah sedang menangis dan kelihatan sedang
mengusir penjaga Zakkaria yang sedang naik diatas nya. Goncangan yang
tadi mungkin adalah Kirito yang membungkukkan badan nya, mencoba untuk
menghindari amukan kuda.
Di gerbang Barat 10 Mel dari kota,
penjaga yang mengendarai kuda ada di atas jembatan batu di depan parit,
dan kuda itu mulai mengamuk tanpa kendali saat Kirito sedang menyebrang
jembatan itu.
"Be...Berhenti, BERHENTI!"
Penjaga yang
duduk diatas pelana itu mati-matian mencoba untuk menarik tali kekang,
mencoba untuk menenangkan kuda itu, tapi sepertinya gak berpengaruh
apa-apa. Binatang hidup seperti kuda butuh Control Auhority yang besar,
tapi Unit yang memiliki «Penjaga» sebagai Sacred Task nya seharusnya
dapat memenuhi kondisi ini.
Kalau begitu, ada beberapa alasan
mengapa kuda itu gak mau mendengar pengendara nya dan mengamuk.
Contohnya, kurangnya makanan atau air yang menyebabkan Life nya
berkurang, atau kuda itu merasakan adanya monster buas yang berbahaya
sedang mendekat— Namun, sepertinya dua kondisi ini gak ada hubungan nya.
Saat ia lanjut untuk mencari kesimpulan, kuda yang mengamuk itu
mulai mengangkat kaki depan nya. Kirito, yang ada tepat dibawah nya
yang menunduk untuk menghindari nya, gak bisa sepenuh nya menghindar.
Orang-orang yang lewat, yang melihat situasi aneh yang sedang terjadi
ini, berteriak. Bahkan Life pria dewasa bisa berkurang setengah jika
diinjak oleh kuda dengan momentum seperti itu...
"BA-BAHAYA...!"
Seseorang
berteriak, dan dalam sekejap, Kirito bergerak, bukan kebelakang — namun
kedepan. Ia menghindari nya dengan mengelak ke samping kaki kuda itu,
menggunakan tangan nya untuk menahan kepala kuda dengan kencang, lalu
berkata dengan nada yang tajam,
"Eugeo, belakang!"
Saat
ia berkata seperti itu, si partner sudah bergerak terlebih dahulu.
Sementara Kirito menahan kuda itu, Eugeo pergi kebelakang dan dengan
cepat menarik ujung ekor nya yang dari terus bergerak-gerak dengan kedua
tangan nya. Tangan nya yang secepat kilat mengambil sesuatu dari ekor
coklat kuda itu, kemudian, kuda yang mengamuk itu tiba-tiba menjadi
tenang.
Kirito dengan lembut membelai hidung kuda yang terengah-engah itu.
"Oke, oke, udah gak apa-apa sekarang— Tuan penjaga, tolong lepaskan tali itu."
Penjaga
yang masih muda yang ada diatas pelana itu menganggukkan kepala nya
yang pucat dan mengendorkan tali kekang yang terikat dengan ketat. Pada
saat yang sama, Kirito menggerakkan tangan nya menjauhi kepala kuda itu
dan melangkah kebelakang. Kuda itu kemudian berbalik kebelakang dan
dipacu kembali ke lokasi yang ditentukan di samping kanan dari jembatan
batu. Penonton yang ramai itu mengeluarkan suara lega.
Si
pengamat yang masih berada di rambut Kirito menghembuskan nafas dengan
lega bersamaan dengan penonton. Tanpa sadar menjulurkan tangan nya untuk
melindungi dirinya sendiri dari depan. Ia hampir saja menggunakan sihir
pelindung nya untuk melindungi Kirito dari tendangan kuda itu. Gak,
jika saat itu Kirito gak mengambil tindakan, ia mungkin sudah
menggunakan sihir itu. Sebagai pengamat, hal itu adalah sesuatu yang gak
boleh dilakukan.
Bocah yang gak tau tentang keberadaan
penumpang kecil diatas kepalanya menghela nafas nya sembari menaruh
tangan nya didekat dada nya, berjalan ke samping partner nya, dan
berbisik,
"...Seekor «Lalat Rawa»?"
"Tepat."
Eugeo
membalas nya dengan pelan dan meliha kesekitar. Setelah ia mengecek
para pejalan kaki yang tadinya berhenti dan kembali berjalan dan penjaga
yang sedang fokus ke kuda kesayangan nya, ia memberikan sesuatu yang
ada di tangan kanan-nya kepada Kirito.
Yang ada di tangan nya
adalah serangga bersayap yang panjang nya 4 cen dengan belang merah dan
hitam di daerah perutnya. Itu terlihat seperti lebah, tapi gak ada
sengatan beracun di badan nya. Namun, ada satu tonjolan tajam di mulut
nya.
Diantara «serangga berbahaya» yang ada untuk membatasi
gerakan Unit Manusia, serangga ini gak berbahaya karena gak akan
memberikan gangguan langsung kepada manusia. Meskipun bisa saja
memberikan sedikit serangan ke Life setelah menghisap darah, serangga
itu hanya menyerang kuda, hewan ternak, dan kambing. Alasan mengapa kuda
kesayangan penjaga itu mengamuk karena kuda itu telah digigit oleh
Lalat Rawa dibagian bokong.
"Rasanya aneh..."
Kirito bergumam sembari meraup serangga yang terbunuh saat tertangkap oleh tangan Eugeo.
"Seharusnya gak ada rawa-rawa disekitar sini, kan?"
"Ya.
Aku diberitau pada hari pertama kita bekerja di peternakan Wilde. Rawa
terdekat ada di dekat hutan di barat, dan kita seharusnya gak boleh
membawa kuda kesitu."
"Hutan di timur itu sekitar... 7 kilolu
dari Zakkaria. Harusnya gak mungkin bagi Lalat Rawa yang tinggal di rawa
itu terbang jauh ke sini."
Merespon pertanyaan Kirito, Eugeo memiringkan kepalanya sedikit, dan kemudian berkata dengan nada yang samar,
"Meskipun begitu... Masih mungkin bagi mereka untuk menyelinap ke barang bawaan suatu pedagang yang datang kesini, kan?"
"...Yah, mungkin saja."
Seiring
mereka berbincang, serangga yang ada di antara jari-jari Kirito
kehilangan warna merah nya dengan cepat. Life dari serangga itu sangat
rendah, dan «Serangga Mati» bahkan mempunyai Life yang lebih rendah,
jadi mayat mereka hanya akan bertahan sekitar satu menit.
Segera,
Lalat Rawa yang berwarna abu-abu terang mengeluarkan suara pelan lalu
hancur seperti pasir, membebaskan dirinya dari tubuh yang kecil yang
kemudian lenyap.
"Fuu", Kirito meniup jari-jari nya, dengan acuh melihat kesekeliling, dan kemudian sedikit mendengus.
"Yah,
mau itu kau atau aku, kita benar-benar beruntung gak terluka tepat
sebelum turnamen yang penting ini. Syukurlah kita tinggal dengan kuda di
peternakan setiap hari."
"Ah, iya. Kalau kita menjadi prajurit, bagaimana kalau kita mencoba jadi pasukan berkuda?"
"Kita
datang jauh-jauh kesini, jangan bilang kata-kata 'kalau', Eugeo. Kita
pasti menjadi prajurit tak peduli apapun rintangan yang menghadang."
Eugeo menatap balik wajah nyengir Kirito dengan ekspresi yang terkaget.
"Rintangan... Kita harus memenangkan turnamen, jadi pasti akan ada banyak lawan."
"Ah...
Ya, itu benar. Yang ingin aku katakan adalah, jangan sampai lengah
sebelum turnamen. Mungkin saja akan ada banyak kejadian tak terduga
seperti yang terjadi barusan."
"Eh, sangat tak terduga kalau ternyata kamu itu orang yang sangat hati-hati, Kirito."
"Tentu saja. Aku gak bisa akrab dengan orang-orang ceroboh yang gak berfikir dulu sebelum bertindak."
Setelah berkata seperti itu, Kirito menepuk punggung Eugeo,
"Oke, ayo isi perut kita dulu sebelum turnamen."
Bagian 3
Zakkaria adalah sebuah kota yang dikelilingi oleh tembok persegi panjang dari timur ke barat.
Ukuran
kota ini sepanjang 900 Mel dari Utara ke Selatan dan 1300 Mel dari
Timur ke Barat. Luas nya sekitar 5 kali lipat dari desa Rulid di utara
tempat mereka berdua berasal. Berhubung desa itu berada ditengah-tengah
padang rumput, gak ada sungai atau danau yang dekat dengan desa itu, dan
sumber air yang digunakan adalah air dari sumur. Demikian, desa itu
terlihat seperti tempat yang kering, tapi disana ada lebih banyak
tanaman dibanding Kerjaan Utara yang dipenuhi oleh kota-kota.
Jalanan
dan bangunan pada dasarnya terbuat dari batu kapur berwarna coklat
kemerahan, dan penduduk yang datang dan pergi memakai pakaian
berdasarkan warna merah juga. Jadi, pakaian dengan warna dasar biru yang
dipakai dua anak muda itu, yang datang dari Utara, terlihat mencolok.
Eugeo menundukkan kepalanya, terlihat khawatir akan pandangan
orang-orang lain, tapi Kirito kelihatan acuh sembari melihat-lihat ke
toko-toko yang ada dipinggir jalan.
"Oh, roti daging yang dijual di toko ini keliatan enak... tapi toko kebab itu menjualnya lebih murah 2 Shears. Ah...Eugeo, kamu mau makan yang mana?"
Ucap
Kirito dengan santai lalu membalikkan kepalanya. Ia kemudian menyadari
sikap yang partner nya itu tunjukkan. Mata hitam nya berkedip dengan
bingung.
"...Oi, Eugeo. Ini udah ketiga kali nya kita di Zakkaria. Gak perlu tegang begitu."
"Ah benar juga, ini udah ketiga kalinya... Tapi ini pertama kali aku melihat begitu banyak orang setelah meninggalkan desa."
"Kalau
kamu bilang kayak gitu setelah melihat orang-orang di Zakkaria, apa
yang bakal kamu bilang saat kita pergi ke Centoria? Dan juga, akan ada
seratusan orang yang akan ikut turnamen pedang nanti. Dan juga, Paman
dan Bibi bilang mereka akan membawa Telin dan Telulu siang ini untuk
mendukung kita. Jangan sampai mereka melihat mu yang dalam kondisi
seperti itu."
Egueo, yang pundak nya ditepuk oleh Kirito, dengan ekspresi iri.
"...A-Aku mengerti. Aku hanya iri dengan sifat santai mu itu, Kirito..."
"Kau
masih bisa berkata seperti itu dengan wajah pucat begitu, Eugeo-kun.
Bersikap santai adalah salah satu trik dari teknik pedang
Aincrad-style."
"Eh, be-beneran?"
"Beneran, beneran?"
Seiring
mereka mengobrol, mereka sudah berjalan menuruni jalan utama Timur yang
jarak nya sekitar 500 Mel. Bangunan panjang terlihat tepat didepan
mereka. Itu adalah «Meeting Venue», fasilitas terbesar di Zakkaria.
Alun-alun berbentuk persegi panjang yang terlihat lebih kecil secara
proporsional karena dipenuhi oleh para penonton yang beridiri. Alun-alun
itu adalah tempat serbaguna yang sering digunakan untuk pidato, konser
dan pertunjukan, dan tentu saja, digunakan untuk turnamen ilmu pedang
hari ini.
Berhubung gratis, banyak penduduk yang berkumpul
disini bahkan 2 jam sebelum pembukaan turnamen dimulai. Bagi Unit
Manusia yang dengan ketat dikekang oleh «Sacred Task», «Taboo Index» dan
hukum-hukum lain nya, turnamen yang diselenggarakan setahun sekali
adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk mendapatkan hiburan.
Namun,
atmosfir yang intensif yang datang dari arena sepertinya menambah
tekanan yang Eugeo rasakan, wajah nya sudah jadi lebih putih daripada
Kirito dan pucat.
"...Apa, apakah kita benar-benar harus bertarung ditempat ini...?"
Kirito
menggenggam lengan partner nya yang berkata seperti itu dengan suara
yang serak, mengacuhkan emosi dan komplein darinya dan menyeret nya
kesana, ke tempat pendaftaran yang ada di pintu masuk Meeting Venue.
Mungkin
saja sebagian besar dari peserta, yang tinggal di kota ini atau sudah
menjadi penduduk Zakkaria, sudah selesai mendaftarkan diri. Penjaga yang
agak tua yang berjenggot duduk di dekat meja kios sementara itu. Kirito
tanpa rasa takut berjalan ke meja itu dan berkata dengan lantang.
"Dua orang. Kami ingin mendaftar."
Mendengar
hal itu, si penjaga menaikkan alis abu-abu nya, dan melihat Kirito dan
Eugeo dengan ekspresi yang ragu sebelum sedikit batuk, dan berkata,
"Orang
yang bisa ikut serta dalam turnamen ini hanya orang yang punya Sacred
Task sebagai penjaga dari kota dan desa di utara, atau mangang penjaga
di Zakkaria, atau secara alternatif..."
"Kami «alternatif». Sepertinya."
Kirito
menyikut Eugeo dari samping, yang dengan buru-buru menggerakkan tangan
nya ke kantung baju nya, mengeluarkan amplop kertas, dan mengeluarkan
sebuah surat.
"Coba sini kulihat...fm, jadi ini surat tertulis
dari kepala desa di Rulid. 'Dua anak muda yang dipercayakan membawa
surat ini telah menyelesaikan Sacred Task mereka yang diberikan oleh God
Stacia. Mereka ingin mencari jalur yang baru, dan ini adalah buktinya'
Aku mengerti."
Pada saat ini, penjaga paruh baya itu menggaruk jenggot nya.
"Dengan
kata lain, dua bocah dari Rulid, desa paling utara, yang bukanlah
seorang penjaga, ingin mencari Sacred Task baru dan ingin menjadi salah
satu dari penjaga di Zakkaria."
"Itu benar."
Kirito membalas nya dengan senyum yang tanpa takut, dan kemudian berkata,
"Tapi kami gak akan lama menjadi penjaga disini. Berikutnya, kami akan pergi ke Cen—”
Eugeo menjitak nya di samping kepala. Ia kemudian meneruskan perkataan partner nya yang terdiam dengan nada yang cepat,
"Ya-Ya begitulah. Tolong izinkan kami untuk mendaftar untuk turnamen pedang selanjutnya."
"Fm. Oke."
Penjaga itu mengangguk, membuka taplak meja dan memberikan pulpen yang terbuat dari tembaga merah.
"Tulis nama, tempat lahir dan sekolah pedang kalian."
"...Se-Sekolah, kau bilang?"
Tangan
Eugeo yang ingin mengambil pulpen itu berhenti, dan Kirito mengambil
pulpen itu dari samping. Kertas itu bukan kertas yang awet, tapi
merupakan kertas naskah yang terbuat dari rumput sutra putih. Ada
berbagai nama dengan gaya tulisan yang berbeda, memenuhi kertas.
Anak
berambut hitam menuliskan nama Kirito dengan bahasa umum di Dunia
Manusia ini dan tempat lahirnya di desa Rulid. Ia meletakkan pulpen nya
sebentar, dan kemudian meneruskan untuk menulis nama sekolah. «Aincrad
Style».
Sudah lebih dari lima bulan lamanya semenjak si pengamat
memperhatikan kedua anak itu, dan dari berbagai keraguan yang ia
rasakan, yang paling besar adalah nama ini. Kira-kira ada 30 sword style
di dunia ini, tapi ini pertama kali nya ia mendengar nama
Aincrad-style.
Mungkin itu adalah style yang diciptakan Kirito
yang nakal itu setelah mendapat beberapa sword skill. Itulah yang
pertama aku pikirkan, tapi sepertinya gak gitu. Sekolah Aincrad yang
misterius ini berbeda dengan sekolah lain nya; bukan hanya memiliki satu
«Secret Style»,sekolah itu mungkin memiliki minimal 10...
sembari
ia merenung, Eugeo telah mengisi pendaftaran nya setelah Kirito —dan
tentu saja, sekolah yang diisi sama— dan mengembalikan pulpen itu
kembali kepada penjaga. Penjaga itu menaruh kembali pulpen itu,
mengambil kertas pendaftaran nya kembali, dan menaikkan alis nya lagi.
"Fm.
Dulu aku menggunakan pedang untuk waktu yang sangat lama, tapi aku gak
pernah mendengar tentang sekolah ini sebelum nya. Apakah di dekat Rulid
ada sekolah seperti itu?"
Pertanyaan si penjaga sudah bisa
diperkirakan. Meskipun ada lebih dari 50 nama peserta yang tertulis di
kertas pendaftaran, setengah dari mereka menggunakan «Zakkalight Style»,
dan sekitar setengah nya lagi berasal dari «Norgal Style» yang tersebar
luas ke penjuru Kerajaan Norlandgarth. Gak ada nama sekolah kecil yang
aneh seperti ini.
Namun, Kirito menunjukkan ekspresi yang tenang.
"Sekolah itu baru akhir-akhir ini dibuat."
Ia
menjawab, dan wajah Eugeo yang agak pucat mengangguk juga. Tentu saja,
si penjaga gak akan menolak pendaftaran hanya karena nama sekolah, dan
setelah mengangguk 'Aku mengerti', ia memberikan mereka dua piringan
perunggu, masing-masing diukir dengan nomor. Kirito mendapat '55' dan
Eugeo mendapat '56'
"Tolong pergi ke tempat istirahat peserta
sebelum 11.30. Kami akan membagi peserta ke blok timur dan barat melalui
undian. Pada jam 12, kami akan mengadakan babak penyisihan, yang
menggunakan pertunjukan ilmu pedang untuk mengurangi 8 peserta dari tiap
blok. Kalian harus menampilkan 1 sampai 10 gerakan secara berurut.
mengerti?"
Setelah mendengar pertanyaan penjaga, Eugeo dengan
segera mengangguk, dan Kirito menunjukkan ekspresi yang agak ragu lalu
mengangguk.
"Sip. Berikut nya adalah pertunjukan utama. Kami
akan mengadakan pertandingan untuk mengurangi jumlah peserta dari 8
menjadi 4, menjadi 2 dan akhirnya menjadi 1... pemenang dari tiap blok
akan dianugrahkan Sacred Task menjadi penjaga Zakkaria."
Pada
saat ini, mereka berdua mengangguk bersamaan. Pengamat yang bersembunyi
di rambut Kirito menggeleng dan mulai berfikir hal yang sama dengan yang
ia pikirkan sekitar satu jam yang lalu.
Tujuan mereka berdua
adalah menjadi penjaga. Demikian, mereka berdua harus ada di
masing-masing blok Timur dan Barat, lolos babak penyisihan dan
memenangkan turnamen. Tapi, kalau mereka berdua ada di blok yang sama,
rencana mereka akan gagal. Tentang masalah ini, kedua bocah ceroboh ini
seharus nya punya suatu rencana...
-Ia mendapatkan jawaban nya
saat mereka berdua menyelesaikan pendaftaran mereka, pergi ke alun-alun
terdekat, dan membagi roti daging dan kebab.
"...Oiya, Eugeo... Apa yang akan kita lakukan kalau kita ada di grup yang sama?"
Kirito, yang dengan cepat menghabiskan roti daging yang dibagi dua itu, bertanya.
"...Apa yang kau katakan, Kirito?"
Eugeo, yang menyelesaikan kebab nya, menjawab.
Dengan
kata lain, mereka berdua gak memikirkan nya. Hal itu memang sudah
diduga, tapi kepala si pengamat terasa seperti mau copot.MIKIR! ia
berusaha untuk mencegah keinginan nya untuk berteriak dan menarik rambut
pelan-pelan untuk menghilangkan frustasi nya. Kirito mengangkat tangan
kanan nya, dan si pengamat buru-buru pindah tempat sementara Kirito
menggaruk rambut nya. Pada keadaan seperti ini pun, anak ini hanya
mengatakan sesuatu yang optimis.
"Yah, jangan khawatir. Kita
pasti ada di blok yang berbeda. Aku sudah berdoa kepada Stacia-sama dan
Solus-sama dan Te...Teriri..."
"Terraria-sama!"
"Yup, Aku memohon kepada Terraria-sama itu."
"Haa",
pengamat yang ada di kepala Kirito menghela nafas sedikit yang
bersamaan dengan Eugeo. Ia kembali ke posisi awal nya dan bergumam dalam
hati.
...Gak ada yang bisa kalian lakukan. Tapi apa itu gak apa-apa, anak muda?
30 menit kemudian, tepat saat bel mau berbunyi pada jam 11.30. mereka berdua memasuki ruangan istrirahat peserta.
Ruangan
lebar yang panjang nya kira-kira 20 Mel mempunyai 4 bangku panjang yang
kelihatan kokoh di sisi barat ruangan; dan para peserta menghadap ke
timur. Ada 4 kursi yang kelihatan mewah terletak disana. Kursi itu
kosong untuk sementara, namun ada penjaga di resepsionis.
Saat Kirito dan Eugeo melangkah masuk ke ruangan ini, mereka ditatap oleh 54 peserta lain nya.
Para
orang dewasa semuanya kelihatan nya memiliki kemampuan yang hebat.
Diantara mereka, 10 dari mereka mengenakan seragam magang penjaga
Zakkaria. Kebanyakan dari mereka masih muda, tapi orang-orang dari kota
tetangga yang terpilih sebaga penjaga sepertinya sedang dalam kondisi
prima mereka. Ada juga orang dengan jenggot panjang dan orang yang
memiliki bekas luka yang menyeramkan.
Eugeo menguatkan punggung
nya karena kaget ditatap oleh orang-orang kuat dan menyeramkan itu, tapi
Kirito terlihat tenang dan melihat-lihat kesekliling dan dengan halus
berkata,
"...Bagus..."
"A-Apanya yang bagus?"
Kirito menengok ke arah Eugeo, yang mengatakan hal itu dengan suara yang tegang, dan dengan halus menjawab,
"Gak ada peserta perempuan."
"...Oalah, Kirito..."
"Kamu juga sama. Akan sulit bagimu kalau lawan nya perempuan."
"Me-Memang benar... atau begitulah kira-kira. Aku gak pernah memikirkan kemungkinan seperti itu sebelum nya."
"Kalau
mungkin. Aku benar-benar berharap situasi seperti itu gak akan terjadi
sampai kita mencapai Turnamen Persatuan Empat Kerajaan itu atau yang
semacam nya."
"Jangan bilang begitu. Kudengar sebelumnya kalau Kerajaan Barat mempunyai pasukan ksatria yang semua anggota nya perempuan."
“.........Ah!?”
Dan
begitulah, mereka memulai pembicaraan normal mereka tanpa rasa tegang
dan 54 peserta menakutkan itu kehilangan rasa tertarik mereka terhadap
kedua anak muda tersebut, memalingkan wajah mereka yang sepertinya
berkata 'dua anak muda ini seperti nya akan terelminiasi di babak
penyisihan' dan mulai mengecek pedang yang dipinjamkan panitia dan
mengatur sarung tangan kulit mereka.
Kirito melihat-lihat
kesekeliling lagi, terlihat seperti memikirkan sesuatu, berjalan
menjauhi Eugeo, dan menuju ke bangku panjang yang diduduki para peserta.
Kirito pindah ke tengah-tengah kursi panjang dan menghela nafas berat
dengan cepat dan gak ada yang bisa bilang kenapa dia melakukan hal itu.
Setelah
melihat-lihat selama sekitar 5 menit, Kirito selesai menginspeksi smua
peserta, dan kemudian kembali kedekat Eugeo. Ia mendekatkan mulut nya ke
telinga partner nya yang bingung, dan bergumam,
"Jangan gerakkan kepalamu. Bangku kedua, pria yang paling jauh, kau bisa melihat nya?"
Eugeo menyempitkan matanya dan mengikuti apa yang Kirito bilang, dan mengangguk.
"Ya, pria yang memakai seragam magang penjaga?"
"Hati-hati kalau kau melawan pria itu. Dia mungkin akan melakukan sesuatu."
Mendengar
hal itu, si pengamat, yang sama kaget nya dengan Eugeo, menjulurkan
kepala nya dari rambut Kirito. Ada seorang pria dengan rambut berwarna
pasir yang melengkung kan badan nya sedikit, dan ia memakai seragam
berwarna coklat kemerahan. Dilihat dari data dari «Stacia Window», dia
berumur 18 tahun dan Life dan juga Object Control Authority nya dibawah
rata-rata, jadi seharusnya gak ada untung nya memperhatikan nya.
"Eh...Apa dia seseorang yang kau tau?"
Eugeu menggumam dan Kirito menggelengkan kepalanya.
"Enggak,
tapi... Tapi kamu mungkin mengerti kalau aku menjelaskan nya seperti
ini. Orang itu memiliki sifat yang mirip dengan Jink."
Unit yang
bernama Jink adalah kapten penjaga di Rulid dimana mereka berdua lahir.
Bagi mereka, orang itu sangat picik dan gak ramah.
Unit Manusia
harus menuruti banyak peraturan dan ketentuan, tapi itu bukan berarti
mereka semua ramah. Contoh nya, kalau ada orang yang dengan tulus kepada
orang lain dengan baik seperti di peternakan Wilde, ada juga orang yang
memandang rendah kepada orang lain, mengganggu orang lain atau
memanfaatkan orang lain dengan cara yang gak ada di pasal. Jink dari
Rulid adalah orang yang seperti itu, dan kalau perkataan Kirito itu
benar, magang penjaga yang kelihatan tak berbahaya itu akan—
"...Seseorang
yang seperti Jink. Ia mungkin akan melakukan sesuatu seperti menaruh
jus rumput Shikami di pedang ku atau yang lainnya."
Eugeo mengerutkan dahi sembari mengatakan hal itu, dan Kirito memiringkan kepala nya.
"Yah... Bukannya hal itu gak melanggar peraturan?"
"Hal
itu gak akan mengurangi Life dari pedang, tapi itu bisa digunakan untuk
memoles pedang. Sangat susah mencium nya sekali dipoles dengannya. Aku
dikerjai Jink berkali-kali saat aku masih kecil, dan gak bisa
konsentrasi dalam latihan, jadi aku harus memberikan pedang ku kepada
nya."
"...Aku mengerti. Kalau begitu, jangan kehilangan pedang
yang kamu pinjam ini. Jangan lengah saat pertandingan. Gak apa-apa
dimasukkan dalam grup yang sama dengan pria itu, tapi..."
"Kalau hal itu terjadi, jangan lakukan hal yang berlebihan meskipun dia melakukan sesuatu, Kirito."
"...Akan kucoba."
Kirito
tertawa kecil dengan tenang sembari mengangguk dan berbalik arah. Ia
pergi ke tempat pendaftaran, mendaftar menggunakan papan perunggu nya.
Ini adalah pertandingan, namun bukan pedang kayu, tapi pedang logam,
yang digunakan. Meskipun prioritas nya rendah, kekuatan nya sudah cukup
untuk mengurangi Life manusia. Tentu saja, ada peraturan kalau mereka
hanya bertarung sampai mereka hampir terkena serangan langsung, dan
pasti— gak mungkin mengalami pendarahan
Mereka berdua memegang
pedang nya erat-erat, dan 4 pria berjalan dari pintu yang masuk yang
gelap dan duduk di kursi depan. Mereka adalah penjaga yang memakai
seragam merah terang, dan penjaga berjenggot yang ada di tempat
pendaftaran sebelum nya ada di antara mereka.
Pria tua berumur
40 taun dengan emas pemimpin di bahunya memberikan sambutan singkat, dan
prajurit muda memindahkan box yang sangat besar ke ruang istirahat.
Pemimpin itu menepuk box itu dan berkata,
"Di box ini, terdapat
bola-bola kecil berwarna biru dan merah, masing-masing bernomor 1 sampai
28, seluruhnya ada 56. Masing-masing dari kalian harus memasukka tangan
kalian ke lubang yang ada diatas box ini dan mengambil bola tersebut.
Warna merah berarti blok timur, dan warna biru berarti blok barat.
Penampilan dari tiap penyisihan diurutkan berdasarkan nomor. Kalau gak
ada pertanyaan, silahkan ambil masing-masing satu bola, dimulai dari
yang paling depan..."
Sebelum pemimpin itu menyelesaikan
kata-kata nya, Kirito dengan segera berdiri dan berjalan keara box.
Eugeo buru-buru mengikutinya, dan segera, peserta lain nya mulai pada
berdiri. *Gatagata*
Ia pindah dari rambut Kirito ke ujung rambut
dan melihat, dan it dapat melihat lubang yang kira-kira berdiameter 10
cen di box kayu itu. Namun, sangat gelap didalam, dan mata pengamat
hanya bisa mengidentifikasi bentuk dari bola itu. Pada saat yang
bersamaan, Kirito mengilik lidah nya, dan si pengamat mengerti maksud
nya untuk mengambil duluan. Kalau banyak bola yang tersisa di dalam box,
masih mungkin untuk melihat warna dari bola yang berada di paling atas
melalui lubang. Ia mungkin menunggu momen-momen itu.
Benar-benar,
bagaimana dia masih bisa santai? Ia pasti bocah yang handal, tapi
sayang sekali, ia kurang pengetahuan. Di dunia ini, ada aturan kalau
'cara mengintip biasa gak akan berhasil kalau mencoba nya pada box
pengundian yang gak bisa dilihat dari dalam'. Ia harus punys sesuatu
yang bisa menyingkirkan sifat box itu- seperti sihir yang menciptakan
sinar cahaya didalam box atau sihir untuk meningkatkan pengelihatan
"Ada masalah, anak muda? Ambil satu."
Ucap
si pemimpin, dan Kirito pelan-pelan menjulurkan tangan kanan nya
kedalam box itu. Ia hanya bisa bergantung kepada keberuntungan agar
Eugeo dan dia gak masuk kedalam blok yang sama berhubung mereka gak bisa
melihat warna dari bola itu, tapi-
...Kali ini aku akan menolongmu.
Si
pengamat menggumamkan pikiran nya sembari ia tiba-tiba melompat dari
rambut Kirito pada saat Kirito menjulurkan tangan kanan-nya kedalam box.
Ia memanfaatkan bayangan dari lengan Kirito untuk sembunyi dan
mengendap kedalam lubang dan masuk ke dalam box.
Tangan yang
masuk kedalam box itu meraih bola pertama yang ia sentuh, dan
mengeluarkan nya. Si pengamat mampu melihat warna dari bola itu dari
dalam box. Kirito mengambil bola berwarna biru - blok barat.
Setelah
ia mengetahui hal itu, ia mengatur ukuran tubuhnya dari 5 mil ke 10
cen. 20 kali lipat dari ukuran sebelum nya; meskipun masih sangat kecil
dibanding ukuran nya yang sebenar nya, ukuran ini sudah cukup. Lengan
nya meraih bola kayu dan mengangkat nya sedikit. Tentu saja, bola yang
berwarna merah.
Beberapa detik kemudian, lengan putih menggapai
box, dan meskipun tanpa «window», ia bisa tau kalau itu milik Eugeo. Si
pengamat mendorong bola merah kearah tangan yang bergerak-gerak dengan
liar, berbeda dengan Kirito yang yakin. Tangan itu tersentak dengan agak
kaget, tapi dengan cepat mencengkram sebuah bola dan mengeluarkan nya
dengan cepat. Dan pada saat yang bersamaan, ia mengeluarkan suara
"Ehh!", yang terdengar sangat penuh kegembiraan.
Mungkin perlu
beberapa detik bagi nya untuk membuka tangan nya, dan setelah itu,
terdengar teriakan, "Yeah, Kirito! Warna merah!" Setelah itu, mereka
berdua berlarian dan terlihat digerutui oleh peserta ke 3.
...Benar-benar, selalu menyusahkan orang lain.
Ia menggerutu, menyusutkan badan nya, dan saat hampir keluar dari box pengundian, ia tiba-tiba memikirkan sesuatu.
Kenapa
Kirito sangat khawatir akan magang penjaga muda dengan rambut pasir nya
itu? Si pengamat itu sangat ingin tau alasan nya. Yah, kalau begitu.
Dari pada melawan Eugeo, aku akan membiarkan pria itu melawan Kirito.
Aku
akan keluar sekarang dan kembali lagi nanti, atau mungkin aku sebaiknya
tetap didalam untuk sementara. Siapapun yang membuka box ini dan
melihat kedalam pasti akan kaget. Ukuranku hanya sebesar 10 Cen, tapi
disini gak ada organisme Unit Manusia yang sekecil ini.
Ia
menyembunyikan keberadaan nya untuk beberapa menit. Setelah beberapa
saat, lengan yang agak kurus masuk kedalam, dan dilihat dari «window»,
ia bisa tau kalau lengan itu adalah lengan milik si magang penjaga. Ia
memberikan nya bola biru yang sudah ia siapkan kearah tangan yang sedang
mencari-cari dengan sikap yang agak gila. Pria itu gak mencurigai
apapun dan menarik tangan nya keluar untuk mengecek, dan si pengamat
menghela nafas lega. Kali ini, ia menyusutkan badan nya sekecil-kecil
nya dan keluar dengan menaiki lengan yang masuk selanjut nya.
Ia
berpegangan erat ke lengan orang itu sampai ia mencapai kursi panjang,
dan mengambil resiko dengan berlari di lantai kearah kaki milik anak
yang duduk di bagian paling jauh. Ia kemudian mendaki sepatu kulit nya
yang ada beberapa retakan, melewati bagian belakang dari baju berwarna
cyan, dan bersembunyi didalam rambut hitam. Ia kembali ke bagian depan
rambut dan menghela nafas berkali-kali.
Apapun yang terjadi,
ikut campur dalam pengundian menentang tugas sebagai pengamat. Kalau
«Master» mengetahui hal ini, Aku bisa dimarahi.
Enggak. Aku
mungkin bisa mengamati mereka lebih efisien dengan memisahkan Kirito dan
Eugeo ke blok yang berbeda, dan Aku memasukkan Kirito dan magang
penjaga itu kedalam blok yang sama untuk mendapatkan informasi yang
lebih lanjut. Aku benar-benar gak berfikir selain hal itu. Meskipun
kalau- magang penjaga itu mempunya niat buruk, Aku gak akan ikut campur
dengan menggunakan sihir dalam pertandingan nya melawan Kirito. Aku
pasti gak akan melakukan hal seperti itu.
Bagian 4
«Bell of Time-Telling» di Gereja Zakkaria berbunyi dengan lantang di tengah hari.
Ditengah-tengah
suara tepuk tangan, 56 peserta turnamen berbaris dalam dua barisan,
berjalan keluar dari ruang istirahat menuju ke arena. Barisan Eugeo
berbelok ke kanan menuju panggung untuk blok Timur, dan barisan Kirito
belok kanan menuju blok Barat. Ke 56 peserta berbaris didekat panggung
dan membungkuk ke pemimpin Zakkaria yang duduk di blok Selatan, bangku
VIP.
Pemimpin saat ini, Kelgam Zakkalight menyelesaikan pidato
singkat nya, para penonton memberikan tepuk tangan singkat, dan akhirnya
turnamen dimulai. Meskipun begitu, ini hanyalah babak penyisihan yang
akan mengurangi jumlah peserta tiap blok dari 28 menjadi 8. Kontestan
berjalan menuju panggung Timur dan Barat satu persatu, dan menampilkan
«Style» mereka.
Istilah 'style' disini mengacu pada ilmu pedang,
dan tentu saja, mengacu pada rangkaian gerakan teknik pedang. Yang
dinilai adalah ketepatan gerakan, keganasan dan keanggunan dari style
mereka. Bagi si pengamat yang telah memperhatikan latihan kedua anak itu
selama 5 bulan, lupakan Eugeo, merasa aneh pada Kirito. Ia memiliki
«Aincrad-style» misterius yang ia ciptakan, tapi turnamen ini menyatakan
kalau style yang ditunjukkan harus berasal dari Zakkalight style, dan
yang memberi penilaian adalah penjaga Zakkaria dan beberapa penduduk
kota. Mereka memperhatikan peserta yang aneh dengan tatapan galak, dan
kelihatan nya mereka gak akan ragu-ragu.
Sembari ia menonton
dengan khawatir turnamen yang sedang berjalan, nomor Eugeo di blok Timur
disebutkan. Wajah nya masih pucat seperti sebelum nya, tapi ia tetap
memanggil keberanian nya pada momen-momen penting, menunduk di panggung
dan gak memperlihatkan sedikitpun kekakuan lalu menghunus pedang nya.
Eugeo
menghabiskan sekitar 10 detik tiap style, 100 detik total nya untuk
menunjukkan style nya tanpa melakukan kesalahan, menunjukkan sesuatu
yang anggun bagaikan tarian. Sepertinya ini adalah hasil dari latihan
keras siang dan malam nya, dan juga karena mempunyai Object Control
Authority yang sangat besar. Baginya, pedang yang ia gunakan di turnamen
ini mungkin sangatlah ringan bagaikan sebuah ranting.
Para
penonton bersorak dan bertepuk tangan melihat penampilan Eugeo dan suara
nya jauh lebih keras dibanding para peserta sebelum nya, berhubung ia
bukan seorang penjaga atau magang penjaga. Para juri sepertinya
memberikan peserta misterius ini nilai yang besar dari hatinya, tapi gak
bisa bertindak atas dorongan hati mereka karena ada nya suatu
pembatasan dalam pasal yang 'Mereka hanya bisa mendapatkan nilai
berdasarkan performa'. Akan beda ceritanya jika mereka gak dikekang oleh
peraturan para «Bangsawan Kerajaan» tingkat bawah.
Eugeo, yang
telah menyelesaikan penampilan nya, turun dari panggung, mengelap
keringat di dahi nya, dan nyengir kehadapan partner nya yang sedang
menunggu giliran nya di sisi panggung Barat. Kirito mengacungkan jempol
sebagai balasan dari cengiran Eugeo, Tapi benar-benar deh, kamu itu
membuat orang khawatir saja
Setelah 2 menit, nomor Kirito
akhirnya dipanggil. Ia berjalan kearah tangga lebar panggung Barat, gak
menunjukkan sedikitpun rasa tegang, tapi hal ini membuat cemas si
pengamat. Jangan menunjukkan aksi yang mencolok untuk sekarang. Lakukan
dengan normal. Si pengamat menyembunyikan dirinya dibagian depan
rambutnya, berharap untuk memberi komando pada Kirito seperti ini, tapi
berhasil menahan nya.
Kirito berdiri di panggung yang tanpa
celah, gak terbuat dari batu pasir, tapi dari marmer merah. Ia
membungkuk kepada pemimpin yang ada di tempat duduk VIP, dan langsung
menghunus pedang nya. Aksi yang gak sabaran seperti itu membuat juri
yang duduk tepat dibawah kanopi itu mengerutkan dahi. Namun, Kirito sama
sekali gak memikirkan hal itu dan mengangkat pedang yang ada di tangan
kanan nya. Pertama-tama, style pertama—
*Zun*, sabetan yang kuat
mengguncangkan seluruh arena. *Buush*, angin yang meluncur dari ayunan
pedang meraih penonton yang berdiri 20 Mel jauh nya. Teriakan kaget dan
sedikit teriakan takut menyebabkan para bangsawan meninggalkan tempat
duduk nya sementara. Hal itu bisa dimaklumi karena style yang Kirito
harusnya butuh waktu 10 detik untuk menyelesaikan nya, dilakukan dalam
waktu 2 detik dengan sangat memaksa.
Apa yang kau pikirkan!? Si
pengamat ingin merobek rambut nya, dan menyadari suatu hal penting pada
saat ini. Di peraturan nya, saat menampilkan style, gak ada indikasi
berapa detik yang dibutukan untuk menyelesaikan nya. Dengan kata lain,
menyelsaikan nya dengan secepat mungkin itu gak melanggar peraturan...
Tapi tetap saja.
Ia mengatur postur tubuh nya yang sedang
mengayun pedang, menghadap ke penonton yang ada di utara dan menampilkan
style kedua. Angin dari amukan pedang itu tertiup lagi menyebabkan
rambut para penonton di bangku depan menari-nari, dan kali ini, meskipun
teriakan rasa takut bercampur, suara sorakan terdengar jauh lebih
keras. Lalu, seiring Kirito melanjutkan ke style nomor 3, 4 dengan
sangat cepat, suara dukungan menjadi lebih keras, dan terus dihujani
suara tepuk tangan. Kalau dipikir-pikir, akan sangat membosankan bagi
penonton untuk melihat aksi yang sama terus menerus. Itu mungkin alasan
kenapa turnamen ini dibagi menjadi dua blok.
Kirito sama sekali
gak melambatkan gerakan nya dan kemudian menyelesaikan sepuluh style. Ia
menyarungkan pedang nya dan membungkukkan badan, dan disambut oleh
tepuk tangan yang amat ramai dan dukungan yang menghujani nya dari
seluruh arena. Ia melihat-lihat ke arah para penonton yang antusias, dan
melihat gadis kembar Wilde di bangku penonton blok Barat, Telin dan
Telulu. Seperti yang telah dijanjikan, mereka dibawa kesini oleh orang
tua mereka untuk mendukung Eugeo dan kirito.
Tentu saja, yang
berlarik kecil kearah Kirito, yang melambai ke penonton blok barat dan
berjalan begitu saja adalah Eugeo. Ia terlihat menahan hasrat nya untuk
menarik baju Kirito, tapi ia dengan bijak hanya memekik dengan suara
yang sangat halus,
"A-Apa yang kamu lakukan?"
"Yah, Aku
hanya merasa kalau akan sangat lama untuk melihat performa orang lain...
Jadi, kupikir lebih baik menyelesaikan hal ini secepat nya."
"Itu mungkin gak melanggar peraturan, tapi kamu gak bisa yah melakukan nya dengan normal?"
"Kalau aku melakukan nya dengan cepat, meskipun ada sedikit kesalahan, para juri gak akan bisa melihat nya, kan..."
“...”
Eugeo menunjukkan ekspresi yang 70% kaget dan 30% kagum, menurunkan bahu nya, dan menghela nafas berat.
"...Berdoa saja kalau para juri akan menilai kita berdasarkan tepuk tangan..."
Mendengar perkataan lemas Eugeo, si pengamat hanya bisa berfikir Otak yang bagus berfikir sama.
Babak
penyisihan berlangsung selama satu jam kemudian, dan selesai saat bel
berbunyi pada jam 2pm. Para peserta berdiri di atas panggung, dan
perwakilan dari juri memanggil nomor dan nama peserta yang lolos dan
dapat ikut serta di final.
Si pengamat merasa lega setelah
mendengar nama Eugeo lolos penyisihan, disusul oleh Kirito beberapa
detik kemudian. Ia gak pernah punya perasaan ini dalam beberapa tahun
ini, dan merenung.
—Benar-benar, kapan terakhir kali aku sangat emosional saat mengamati seseorang? Enggak, Aku bisa bilang ini pertama kalinya.
40 Peserta lain menurunkan bahunya dengan sedih sembaru meninggalkan
area, dan hanya 16 pendekar pedang yang menunggu di ruang tunggu arena.
Mereka semua diberi Air Siral dari sumur yang dalam dan makanan ringan,
dan pada saat ini, para penonton sedang beristirahat sejenak. Setelah
istirahat 30 menit telah berlalu, final akan dimulai. Pada turnamen
eliminasi ini, 3 ronde pertandingan akan diadakan, dan pemenang akan
ditentukan dari kedua blok Timur dan Barat.
Menurut perkataan
pemilik peternakan Wilde, Banou menjelaskan kepada Kirito dan Eugeo,
kalau beberapa dekade sebelum nya, ada pertandingan final yang diadakan
antara pemenang dari blok Timur dan Barat. Alasan mengapa acara itu
dibatalkan karena ada insiden yang terjadi pada suatu tahun karena
pertarungan yang sengit dari final itu, menumpahkan darah yang
seharusnya gak boleh terjadi.
Di seluruh wilayah Norlandgarth,
di Turnamen Zakkaria— Enggak, di seluruh turnamen ahli pedang yang
diadakan di seluruh Dunia Manusia, peraturan ini diberlakukan dengan
ketat.
Peraturan ini berdasarkan Taboo Index yang absolut
«Didalam situasi yang gak berhubungan dengan pasal lain, dilarang
membahayakan nyawa orang lain secara sengaja». Itulah mengapa kemampuan
yang bersifat paradoksikal dibutuhkan di turnamen ini— Jadi mereka bisa
menjaga keselamatan orang lain sambil membuat mereka menyerah.
Alasan
mengapa tiap sekolah fokus dengan «styles» mereka adalah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dengan memastikan pernafasan petarung dan lawan
ada di tingkat yang sama. Style vs Style; ini merujuk pada mengulang
serangan dan pertahanan yang sama, dan yang pertama capek dan kehilangan
konsentrasinya bisa dibilang akan kalah. Satu-satu nya momen dimana
darah dibolehkan untuk tumpah adalah saat turnamen tingkat tinggi di
Centoria dimana peraturan «First Strike» atau saat organisasi bergengsi
seperti Integrity Knight atau Master Arts Academy ikut serta.
Namun,
Unit Manusia mempunyai suatu hal yang objek hidup lain gak punya,
sesuatu yang bernama «perasaan». Karena hal inilah mereka mempunyai
kekuatan yang luar biasa, tapi bisa juga kehilangan ketenangan nya dan
melakukan hal-hal yang tak terduga.
Insiden yang Banou Wilde
bicarakan adalah hasil dari perasaan 'ingin menang' dari kedua pendekar,
menyebabkan kedua pedang yang seharusnya beradu malah menghunus tubuh
satu-sama lain. Tentu saja, gak ada luka fatal —kalau masalah nya
seserius itu, Gereja Axiom sudah akan campur tangan— Namun, hanya
beberapa tetes darah menyebabkan penduduk kota menjadi ketakutan. Tentu
saja, bisa dimengerti kenapa pertarungan final antara blok Timur dan
Barat dihilangkan.
Tentu saja, dua pendekar muda itu gak tau
tentang hal ini. Tujuan mereka adalah menjadi pemenang di turnamen ini,
berada di peringkat atas para penjaga, mendapatkan hak untuk mengikuti
ujian masuk ke Master Arts Academy di Centoria, melewati rintangan satu
demi satu, dan suatu hari, mereka berharap untuk bertemu «Alice» di
Centoria Cathedral milik Gereja Axiom.
Hal itu sangat
mengejutkan, tapi mereka berdua sedang menuju kearah yang benar. Hal ini
sangat merepotkan dan sangat jauh, tapi sebuah jalan pasti akan
membimbing mereka menuju ke Cathedral. Namun...jika Kirito dan Eugeo
berhasil mendapatkan hak untuk memasuki menara puti, mereka berdua
akan...
Pikiran tersebut terputus oleh bel yang berbunyi pada
jam 2.30pm Setelah itu, orkestra yang berbaris di pojok bangku penonton
memainkan March yang megah, menunjukkan bahwa final akan dimulai.
Kedua
anak muda, yang telah menyelesaikan makanan simpel nya, berdiri dengan
sigap dari kursi lipat yang ada di ruang tunggu. Mata hitam dan hijau
bertukar pandang satu sama lain, dan mengadu tinju mereka, berbalik arah
seolah-olah gak ada kata-kata yang perlu disampaikan kemudian pergi
menuju panggung blok Timur dan Barat. Bangku penonton yang ada beberapa
yang kosong saat babak penyisihan, terisi penuh sekarang, dan hujan
sorakan turun seperti angin yang menderu.
Para penjaga yang
ditugaskan untuk tugas yang bermacam-macam memindahkan papan besar dan
kertas biasa menuju para juri di atrium. Huruf-huruf yang tertulis
dengan tinta hitam menunjukkan tabel final turnamen yang bersistem
eliminasi. Pada blok Timur, pertandingan pertama Eugeo adalah
pertandingan ketiga. Pertandingan Kirito juga ada di pertandingan
ketiga— tapi pandangan si pengamat sepertinya tertarik dengan magang
penjaga muda yang bernama Egome, orang yang entah kenapa dicemaskan oleh
Kirito.
Aku telah membiarkan pria itu ada di blok yang sama
dengan Kirito. Tubuh 5 mil itu merasakan feeling yang misterius yang ia
gak rasakan saat pengundian. Ia berfikir tanpa dasar. Ia gak mungkin
mempunyai fungsi yang sama dengan manusia.
Perhatian Kirito
sangat berbeda dengan si pengamat yang gak bereaksi bahkan setelah
melihat nama Egome. Setelah pidato dari pemimpin berakhir, ia kemudian
berjalan menuruni panggung dan duduk di kursi di ruang tunggu blok
Barat. Eugeo datang kesini saat mereka sedang memakan makanan mereka,
tapi pada saat ini, ia hanya bisa tinggal diam di area blok Timur, jadi
gak ada kesempatan untuk berbicara padanya.
Ia menonton pertandingan pertama dan kedua dari kepala Kirito, dan melihat pertandingan nya dimenankan dengan lancar.
Peserta
yang menyerang terus dengan teknik dasar setelah gerakan ketiga dan
keempat, dan peserta yang bertahan terus menerima serangan tanpa
memperlihatkan celah, membuat suara gemerincing. Kemudian, peran mereka
bertukar saat suara keras dari pedang yang beradi dapat didengar. Orang
mungkin bisa salah kira ini latihan, tapi mereka menggunakan pedang
logam sungguhan. Siapapun yang bertahan atau menyerang, Life mereka akan
berkurang karena kelelahan. Saat Life mereka berkurang pada titik
tertentu, gerakan mereka akan membuka celah, dan pertahanan mereka akan
menjadi aneh. Peserta yang gagal mempertahankan dirinya akan membuat
ujung pedang lawan menyentuh bagian kanan dari tubuh nya— 'Sudah cukup!'
atau seperti itu lah kira-kira.
Hal ini terasa sangat berbeda
dengan kecepatan turnamen tingkat-Central yang para petarung nya akan
berlari dan mundur. Namun, turnamen yang diselenggarakan di Utara
seharusnya juga seperti itu. Pria bernama Egome seharusnya gak punya
kemampuan yang mencolok, dan kalau begitu, pertandingan ketiga dari
turnamen ini akan dimenangkan Kirito dengan mudah berhubung ia mempunyai
Object Control Authority yang lebih besar. Si pengamat menghilangkan
pemikiran cemas nya kemudian ia memasuki panggung marmer merah itu
bersama Kirito, yang namanya telah dipanggil.
Beberapa saat
kemudian, nama Eugeo dipanggil di blok Timur. Namun, setelah
dilihat-lihat, ia bisa tau kalau lawan Eugeo terlalu antusias dan sudah
keringatan, jadi sudah gak perlu khawatir lagi. Pada sisi lain, Kirito
dan Egome saling berhadapan di panggung barat, dan mata dibawah rambut
berwarna pasir itu menatap Kirito dengan ganas. Ia mengecek Stacia
window lagi, tapi status nya lebih rendah dari rata-rata peserta
turnamen. Jadi kenapa Kirito sangat waspada terhadap nya—?
Mereka
berdua mulai berjalan, menarik pedang mereka pelan-pelan. Kemudian juri
mengangkat tangan kanan nya dan mengayunkan nya kabawah, berteriak,
“—MULAI!”
Pada
saat yang sama, Egome mulai bertindak. Normal nya, kedua sisi
pertama-tama akan menatap satu sama lain dan memulai pertandingan
setelah mengecek pola nafas lawan, jadi ada sedikit kegaduhan dari
penonton. Namun, hal ini gak melanggar aturan. Meskipun menyerang
tiba-tiba untuk menang gak dianjurkan, hal itu adalah strategi
bertarung.
“OHHH!”
Egome mengayunkan pedang dari
sisi kanan atas dengan sangat kuat, dan Kirito berlari kearah nya untuk
menerima serangan itu. *KLANG!* Terdengan suara metalik misterius yang
gak pernah didengar di turnamen hingga saat ini, dan cahaya kuning yang
meledak menyala pada wajah mereka.
Pedang yang seharus nya
terpental itu terus beradu satu sama lain, bergemetar sedikit. Kirito
membalas nya dengan kecepatan yang luar biasa, benar-benar mengacuhkan
fakta kalau dirinya akan lebih lambat kalau mengayunkan pedang nya
keatas, menyebabkan tekanan pada lawan. Kedua pedang mengeluarkan suara
gerinda yang menggema kepenjuru blok barat yang sunyi.
Pada saat
ini, Kirito bergerak maju, mendekatkan wajah nya pelan-pelan ke batang
hidung wajah Egome yang mengertukan dahi—dan bergumam,
"Ada bau Nedge Lezta ditubuh mu."
"...Terus kenapa?"
Egome mengeluarkan suara yang seperti suara logam menggiling. Kirito kemudian berkata dengan suara yang lebi dalam,
"Hanya
ada satu kegunaan Nedge Lezta. Ketika dikeringkan dan dibakar, asap
yang dihasilkan nya akan mengundang serangga beracun. Contohnya...
«Lalat Rawa».”
“...”
Mata Egome yang sempit kemudian melebar, dan pada saat yang bersamaan, si pengamat yang bersembunyi di kepala Kirito mengedip.
Itu
berarti Kirito berjalan-jalan di tengah-tengah para peserta di ruang
istirahat itu untuk mencari seseorang yang memiliki bau Nedge Lezta.
Kalau begitu, alasan nya untuk—
"...Pagi ini, di Gerbang barat Zakkaria. Kau yang menaruh Lalat Rawa itu... serangga yang menyebabkan kuda itu mengamuk kan?"
Merespon pertanyaan tajam ini, Egome hanya mencemooh dengan licik.
"Aku
gak perlu menjawab gelandangan sepertimu. Tapi meskipun begitu... yang
aku lakukan hanya melepaskan serangga yang gak akan membahayakan
siapapun. Aku gak melanggar peraturan atau Taboo Index."
Yang
magang penjaga katakan itu adalah benar. Kalau Lalat Rawa itu bisa
membahayakan manusia secara langsung... kalau organisme itu bisa
mengurangi Life, membawanya ke dalam area dimana manusia tinggal akan
dinyatakan ilegal. Namun, melepaskan serangga yang hanya menggigit kuda
gak akan melanggar peraturan apapun sama sekali.
Namun, hal itu
tidak lah simpel. Gak peduli semuda apapun orang nya, mereka seharusnya
mengerti kalau Lalat Rawa yang terbang disekitar kuda akan menggigit
kuda itu... untuk mengurangi Life kuda. Bisa dibayangkan kalau kuda itu
akan mengamuk dan bisa melukai orang-orang dijalanan.
Kebanyakan
Unit Manusia yang menyadari kemungkinan ini mungkin akan mengurungkan
ide untuk membiarkan Lalat Rawa pergi. Hal ini dikarenakan peraturan
Taboo Index yang «Tidak boleh mengurangi Life orang lain» diingat oleh
tubuh mereka. Namun, meskipun tau kalau hal ini akan melukai Kirito atau
Eugeo... Gak, itu karena menginginkan Kirito dan Eugeo terluka, pria
yang bernama Egome itu melepaskan Lalat Rawa itu. Bagi mereka, itu
adalah pemikiran «Aku hanya membebaskan serangga yang gak akan
membahayakan manusia. Aku gak tau apa yang akan terjadi selanjut nya»,
pemikiran yang melampaui peraturan Taboo Index.
...Darah bangsawan.
Pria
ini menyebabkan rumor-rumor sisi gelap dari bangsawan. Ia benar-benar
berbeda dengan orang-orang di peternakan Wilde, orang yang mempercayai
bahwa «Apapun yang gak melanggar peraturan itu diperbolehkan».
“...Kenapa?”
Egome terlihat meludah dan menjawab pertanyaan singkat Kirito,
"Aku
gak menyukaimu. Gelandangan sepertimu, yang gak punya Sacred Task,
ingin menantangku? Egome Zakkalight-sama ini? Kau ingin bergabung dengan
pasukan penjaga kami? Aku gak akan emmbiarkan mu. Aku ingin
menghancurkan mu saat Aku melihat mu datang untuk mengambil kertas
peraturan turnamen bulan lalu."
"...Aku mengerti, salah seorang
bangsawan. Tapi meskipun kamu punya latar belakang yang penting, kau
hanya orang rendahan yang melakukan hal ini. Maaf, bisakah kita segera
menyelesaikan hal ini sekarang?"
Meskipun setelah mendengar
kalau Egome sedarah dengan pemimpin Zakkaria, Kirito gak merasa takut
sedikitpun saat mengatakan hal itu. Ia mengerahkan tenaga kedalam pedang
nya yang masih saling berbenturan satu sama lain, kelihatan nya mencoba
untuk membuat jatuh lawan nya. Tapi pada saat itu,
Egome
lagi-lagi nyengir, dan setelah itu, ada suara retakan yang terdengar.
Kirito menunjukkan sedikit rasa kaku. Kalau dilihat-lihat, saat kedua
pedang itu berbenturan, hanya pedang Kirito lah yang mengeluarkan bunyi
retakan kecil.
Kenapa hanya satu pedang yang terkena efek nya,
padahal kedua pedang itu sama-sama dipinjamkan dari turnamen? ia
buru-buru membuka «Window» kedua pedang, dan ada sesuatu yang tak
terduga disana.
Pedang Kirito adalah objek level 10, sementara
pedang Egome berlevel 15. Kalau dilihat lebih dalam, sepertinya ada
perbedaan kecil dari cahaya dari pedang mereka.
“Ku...!”
Kirito
mengerang sambil menarik kembali pedang nya. Kali ini, Egome yang
menyerang maju. *Pnk*, *pnk*. Suara retakan itu terus terdengar sembari
hanya pedang Kirito yang Life nya terus berkurang.
"Omong-omong, hal ini gak melanggar peraturan juga."
Egome bergumam sambil menunjukkan wajah nya yang penuh kemenangan.
"Menurut
ketentuan turnamen, semua peserta harus bertarung menggunakan pedang
logam yang dipinjamkan oleh juri. Kalau begitu... gak melanggar
peraturan kalau ada pedang tajam yang tercampur dengan pedang-pedang
yang lain dan Aku lah yang mendapatkan nya."
"...Jadi kau menyogok penjaga untuk meminjamkan pedang yang bagus."
"Aku
gak tau apa-apa. Tapi apa gak apa-apa melanjutkan pertandingan ini, heh
pengembara? Bagaimanapun kau mencoba, kau hanya akan mengurangi Life
dari pedangmu itu."
Egome berkata hal itu sambil terus mengayun
pedang nya dengan sekuat tenaga, sementara Kirito melakukan sesuatu yang
tak terduga.
Kirito gak melawan musuh secara frontal namun
sengaja jatuh dan menyelinap melewati lengan lawan. Pedang Egome
mengeluarkan suara keras *GLANK* karena berbenturan dengan marmer yang
besar. Recoil nya membuat tubuh Egome tercengang, sementara Kirito
menggunakan kesempatan ini untuk melompat kebelakang dan menjaga jarak
nya.
Pada momen ini, para penonton menonton nya dengan cemas
ramai bersorak. Mereka gak pernah melihat aksi seperti menyelinap kebawa
lengan lawan ditengah-tengah pedang yang beradu, dan mereka, yang gak
tau apa yang mereka berdua bicarakan, menghujani mereka dengan tepuk
tangan yang sangat meriah.
Egome akhirnya pulih dari kesemutan dan menghadap Kirito dengan wajah yang marah.
Ini
berbahaya. Insting pengamat menyadari hal ini. Tentu saja, sebagai
bangsawan, dia tetap gak bisa melanggar Taboo Index, jadi ia gak akan
menggunakan pedang untuk melukai Kirito secara langsung— Namun, pada
sisi lain, kalau Kirito terluka karena kecelakaan kecil, masih dianggap
gak apa-apa. Hebat sekali dia bisa berfikir sesuatu seperti ini. Fikir
si pengamat.
Namun hipotesis seperti itu dibalikkan oleh gerakan Egome selanjut nya.
Ia
mengangkat pedang level 15 yang ia pakai dengan tangan kanan nya, dan
berhenti pada ketinggian sebahu— Terlihat seperti ia menaruh nya di bahu
nya. Lalu, ia sepertinya menunggu sesuatu sembari menghabiskan beberapa
detik untuk mengatur posisi nya. Akhirnya, pedang itu di kelilingi oleh
cahaya terang berwarna biru.
"...Serangan Penghabisan Zakkalight Secret Art, «Azure Wind Slash»”
Para
penonton lagi-lagi bertepuk tangan dengan keras— termasuk tepuk tangan
dari blok Timur. Wasit yang ada di panggung terlihat kesulitan dan
melihat kearah bangku juri, tapi seperti nya kondisi mereka juga sama
seperti wasit. Seperti namanya, «Secret Arts Styles» disini mengacu pada
serangan penghabisan dari tiap sekolah, gerakan yang normal nya gak
bisa digunakan, tapi gak ada ketentuan seperti itu di peraturan yang
harus dipatuhi, jadi para peserta boleh memilih untuk menggunakan nya
atau tidak. Saat Egome memutuskan untuk menggunakan nya, gak ada
siapapun yang bisa menghentikan nya.
Namun, masalah nya adalah
kekuatan dari «Secret Arts» yang lebih besar dibanding style normal yang
lain, dan sekali diaktifkan, gak bisa dihentikan ditengah jalan. Tubuh
pengguna nya akan bergerak dengan sendirinya, bukan oleh kemauan nya,
tapi oleh kekuatan supernatural yang mirip dengan Sacred Arts. Dengan
kata lain, jika pertahanan Kirito gagal, itu bukan hanya akan memojokkan
nya, tapi akan menghancurkan tubuh nya. Egome mengerti hal ini dengan
jelas, dan meskipun begitu, ia ingin menggunakan Secret Art itu—
Kemungkinan besar, ia berfikir kalau meskipun ada darah yang tumpah, itu
adalah kesalahan peserta yang bertahan karena gak bisa menahan nya
dengan baik.
Namun, masih ada cara untuk menghentikan gerakan Egome.
Yaitu
membiarkan Kirito menaruh pedang nya dan pasrah dihadapan serangan
musuh. Pada saat ini, keteguhan Egome akan hancur, dan menggunakan
Secret Art disini akan dianggap melanggar Taboo Index. Gak peduli darah
bangsawan apapun yang ia punya, ia gak akan bisa mengabaikan kewenangan
Taboo Index, kekuatan dari Gereja Axiom. Hal itu adalah pembatas absolut
yang tertanam pada diri Unit Manusia.
Letakkan pedang mu. Si
pengamat menahan sekuat mungkin niat nya untuk memberi saran pada
Kirito. Meskipun aku gak bilang begitu, dia pasti menyadari hal ini.
Cepat, letakkan pedang itu...
"...Jadi kau akan menggunakan teknik rahasia."
Tiba-tiba, Kirito bergumam dengan suara yang bahkan si pengamat dikepala nya itu gak bisa dengar.
ia
memindahkan tangan kirinya dari gagang pedang, seperti yang Egome
lakukan, dan mengatur posisi nya dengan posisi seperti menaruh pedang di
sisi kiri dari pinggang nya. Saat tubuh nya berhenti bergerak, cahaya
ungu bersinar dari pedang nya.
Melihat hal ini, para penonton
dan juri menahan nafas mereka. Eugeo, yang ada di panggung sebelah,
menggelengkan kepalanya yare yare. Ia ingat kalau kapanpun pemandangan
ini terjadi, semuanya akan berakhir.
Wajah Egome gemetar dan bengkok sembari menguatkan gigi nya.
“KYYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAA—!!”
Dengan
teriakan seperti Objek burung yang besar, teknik itu diaktifkan. Ia
mengambil langkah yang berat kedepan dengan kaki kiri nya, mengangkat
pedang logam yang ada di bahu nya, dan mengayun pedang nya secara
diagonal yang diarahkan ke Kirito.
Aku harus menghentikan
pertandingan ini. Pada saat ini, si pengamat dengan serius memikirkan
tentang hal ini. Namun, sudah terlambat untuk menggunakan Sacred Art
sekarang. Aku harus lompat dari kepala Kirito dan memperlihatkan wujud
ku yang sebenarnya. Hal itu akan benar-benar melanggar peraturan— Tapi
meskipun aku harus menerima hukuman apapun dari Master, itu masih jauh
lebih baik daripada membiarkan orang yang kuamati...
Tapi pada saat ini.
*—Shuu!!*
Kirito menunjukkan momentum yang tajam dan ia pun bergerak.
Tanpa
rasa takut ia melesat kearah cahaya biru yang dikeluarkan Egome. Tangan
kanan nya bergerak dan mengeluarkan garis terang berwarna ungu di
cahaya dari kiri ke kanan, dan juga serangan yang lain nya— dari kanan
ke kiri.
*KIIN!!* Suara logam yang tajam terdengar, melewati
tembok arena, dan sepertinya dapat terdengar sampai jalanan dan pojokan
Zakkaria.
Sepotong cahaya menari-nari di udara, memantulkan
cahaya dari Solus dilangit dan kemudian pelan-pelan mendarat. Pedang
yang terpotong ujung nya menusuk panggung dari marmer merah itu.
Sword
skill Kirito sangat cepat bahkan si pengamat itu sama sekali gak
menyadarinya. Namun, ia melihat momen yang sangat penting.
Pedang
yang berayun dari kiri ke kanan dan tiba-tiba berayun dari kanan ke
kiri. Karena kecepatan nya itu sangat cepat, kelihatan nya seperti
Kirito menyerang dengan dua pedang dari sisi kiri dan kanan. Tapi
faktanya, hanya ada satu suara metalik. Dua serangan ini menyerupai
gigitan hewan buas yang dengan sangat akurat nya menggigit titik yang
sama— dan menghancurkan pedang Egome. Dengan pedang turnamen yang Life
nya sudah berkurang setengah, pedang tajam yang lebih tinggi 5 level
itu...
Mata Egome melebar sambil terdiam. Ia, yang mengayun
pedang nya kebawah dari kiri secara vertikal, tak bisa menahan gemetaran
nya. Kirito, yang juga mempertahankan posisi ayunan pedang nya,
berbisik ke telinga kanan Egome dari posisi yang dekat,
“Aincrad style Skill Tebasan-kembar-beruntun... «Snake Bite»”
Mendengar kata-kata itu—
Si pengamat merasa seluruh rambut nya berdiri.
Manusia
bernama Kirito ini... benar-benar memiliki hal yang unik yang jauh
melampaui perkiraan nya. Meskipun dalam sejarah 378 tahun UnderWorld,
melihat orang seperti dia sangtlah langka... Bahkan mungkin ia berdiri
sejajar dengan Master, «Orang itu».
Ia terus merasakan perasaan
yang gak bisa dijelaskan itu, enggak, perasaan ini yang bahkan ia gak
sadar, ia hanya memikirkan satu hal.
Aku ingin menyaksikan akhir dari perjalanan mereka berdua, Kirito dan Eugeo.
Disana, disana pasti akan—
Di Kalender Dunia Manusia 378, pemenang blok Barat dan Timur dari
turnamen pendekar pedang Zakkaria adalah anak muda yang gak mempunyai
Sacred Task, yang datang dari sebuah desa di utara. Sesuai tradisi,
mereka mendapatkan hak untuk bergabung dengan pasukan penjaga.
Pada akhirnya, hanya pertandingan pertama yang agak merepotkan Kirito,
dan ia gak pernah menggunakan «Dua-serangan Beruntun» setelah nya. Musim
semi berikut nya, Kirito dan Eugeo mendapat surat rekomendasi untuk
masuk Royal Swordsmanship Academy, alasan nya sudah jelas dan gak perlu
dipertanyakan lagi.
Bab 4: Master Sword Academy (Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 1
—Sebisa mungkin, Aku gak ingin bertarung melawan wanita sampai Turnamen Kesatuan Empat Kerajaan.
Aku bilang begitu kepada Eugeo sebelum Turnamen Pendekar Pedang Zakkaria. Sejak saat itu, satu setengah tahun pun berlalu.
Sudah
sekitar dua tahun sejak kami memotong «Pohon Iblis» Gigas Cedar di
Rulid dan meninggalkan desa. Setengah tahun kemudian, kami bergabung
dengan pasukan penjaga di Zakkaria, dan setengah tahun kemudian lagi,
kami sampai di Pusat. Dan sudah setahun sejak kami mengetuk pintu
akademi ini.
Memang sepertinya sangat lama, tapi saat aku
mengingat hal ini, benar-benar luar biasa. 2 tahun berarti sama lama nya
dengan saat Aku terjebak di kastil udara Aincrad.
Beruntung—
Aku harusnya berkata seperti ini, dunia virtual «UnderWorld» yang
kumasuki dengan cara yang tak kuketahui ini beroperasi dengan
super-teknologi yang jauh melebihi imajinasiku.
«Fluctlight
Acceleration Function»— secara ajaib mengubah rasa terhadap waktu dan
mengakselerasi nya kepada orang yang sedang dalam dive mode. Secara
teori, fitur itu bisa berakselerasi sampai 1000 kali lipat waktu di
dunia nyata. Dengan kata lain, tubuh fisik dari Kirigaya Kazuto yang
berbaring di dunia nyata hanya dive in selama 18 jam sampai saat ini.
Kalau
aku memikirkan saat aku bangun di hutan dekat Rulid, menghabiskan waktu
2 tahun untuk mencapai Akademi di Kerajaan Norlangarth, dan belum
sampai satu hari berlalu di dunia nyata, Aku merasa sedikit pusing, dan
juga lega.
Aku gak ingin membuat khawatir orang tua ku, Suguha,
teman-teman ku, dan tentu saja Yui dan Asuna. Tentu saja, mengetahui
Asuna dan yang lain, mereka gak akan hanya duduk dan khawatir; mereka
pasti akan melakukan sesuatu. Hal ini lah yang paling membuatku cemas.
Yang
manapun itu, situasi sekarang telah membuat Asuna dan yang lain nya
terpukul, dan diriku di dunia ini mencoba untuk mengingat agar gak
berinteraksi dengan wanita. Aku membuat keputusan ini saat aku
menginjakkan kaki keluar Rulid —baguslah Eugeo itu seorang laki-laki—
Aku sepenuhnya bersumpah untuk menjalani sumpah ku dan mengatakan
berbagai hal di Zakkaria, namun...
Yang gak aku pernah prediksi
adalah kalau aku akan latih tanding secara rutin dengan pendekar pedang
wanita selama setahun terakhir ini di Centoria.
"Aku disini untuk merevisi mu, Kirito."
Orang
yang memberi perintah dengan suara yang jelas adalah senior yang
memakai seragam warna ungu dengan rambut coklat tua yang diponytail
dengan rapi, «Senior» ku.
"Mengerti, Rina-senpai."
Aku
menjawab, dan menarik pedang kayu latihan dari sarung pedang kulit di
sisi kiri pinggang ku. Itu adalah pedang kayu, tapi itu dibuat dari
platinum oak berkualitas tertinggi, dan orang bisa saja salah mengira
nya logam yang mengkilap. Pedang itu gak punya bilah pedang dan gak
punya kemampuan untung memotong, jadi meskipun menggesek sebuah baju,
Life baju itu gak akan berkurang. Tapi dalam masalah prioritas, jauh
lebih besar dari pada pedang logam kasar yang aku pinjam di turnamen
Zakkaria.
Pendekar wanita itu melihat ku yang mengambil
kuda-kuda dengan pedang yang telah dihunus, dan pendekar wanita itu
kemudian menarik pedang nya juga dengan tenang. Postur yang ia buat agak
berbeda, posisi miring dimana bagian kanan dari tubuh nya menghalangi
tangan kiri nya. Ini adalah style dasar dari «Celurute Fluid Combat
Skills» yang diwariskan turun temurun dari keluarga nya.
"...Ini adalah yang terakhir. Gak apa-apa kok kamu gunakan tangan kirimu itu."
Aku
mengatakan nya dengan sedikit tertawa, dan ia menjawab nya dengan
tatapan yang tegas, "Begitukah..." Ia kemudian memposisikan tangan
kirinya dibelakang pinggang nya, tepat dibawah selempang.
Pendekar
wanita itu berdiri 10 Mel jauh nya, bukan, 10 meter jauh nya saat ia
membuat postur itu, dan cara nya menunjukkan tekad nya terlihat sangat
indah.
Dari segi tinggi badan, dia lebih tinggi 3cm dari tinggi
ku yang 1.7m. Rambut yang mengalir diikat dengan pita berwarna rotan
yang sangat cocok dengan rambut coklat tua nya. Keganasan dari seorang
pendekar dan keanggunan dari seorang bangsawan menyatu di wajah yang
menawan nya. Warna biru-laut dari mata nya seperti langit yang memudar
menjadi senja.
Jaket dari seragam nya yang rapi dan rok panjang
yang berayun dengan halus berwarna ungu-glacial. Itu bukanlah warna yang
menarik, tapi warna itu terlihat lebih mempesona lebi dari apapun yang
ia kenakan. Namun, tubuh yang terbungkus didalam baju itu seperti besi
yang diolah, dan Aku mengetahui hal ini karena peran ku.
"...Ini akan menjadi yang terakhir."
Dia—
Solterina Celurute, anak dari bangsawan Norlangarth dan peringkat dua
di Master Sword Academy— mempertahankan posisi yang tanpa celah sembari
mengatakan hal itu.
Aku— Siswa Pemula di Master Sword Academy,
Kirito, adalah «Valet» nya. Aku mengangguk tanpa mengucapkan kata-kata
dan menurunkan bagian bawah tubuh ku.
Setiap hari, pelajaran dan
latihan akan berlangsung dari 9am pagi hari sampai 3pm siang, dan
setelah itu, Aku harus menjadi valet nya selama satu jam. Fisik dan
mental ku terkuras, tapi semua jenis rasa capek itu telah lama hilang
berhubung Aku bisa bertanding melawan Solterina-sempai. Waktu sudah
menunjukkan jam 5pm, dan hanya kami berdua yang tersisa di lapangan
latihan yang dibangun di asrama Elit, yang berlokasi di lapangan atas
dari kampus.
Eugeo mungkin sedang menghela nafas di asrama siswa
latihan karena Aku melanggar jam malam pada saat ini, tapi berhubung
dia juga seorang valet pendekar lain, ia seharusnya bisa mengerti.
Fikir
ku, dan kemudian memfokuskan kesadaran ku ke pedang di tangan kanan ku
ini. Mata Rina-senpai tiba-tiba menjadi kusam dan udara terlihat seperti
menunjukkan kilatan listrak, membuat ku tegang. Lampu menerangi
lapangan latihan yang luas bergoyang sedikit, terlihat seperti gak bisa
menahan rasa tegang ini.
Meski tanpa wasit disini, kami berdua mulai bergerak saat pernafasan kami ada di tempo yang sama.
Strategi
remeh gak akan mempan terhadap Solterina-senpai, yang disebut «Mobile
Tactics Overload», jadi Aku mengambil langkah kedepan, menutup jarak
yang 10m, dan melakukan tebasan vertikal yang tak terduga.
Para
guru pasti sudah akan menghentikan ku kalau aku menggunakan skill ini
pada sparing yang sebenar nya, tapi Aku pasti akan langsung dijatuhkan
kalau aku menggunakan Norlangarth style yang lambat itu di pertandingan
ini. Celulute-style yang digunakan Solterina-senpai adalah sword style
paling praktis dari semua sword style yang aku tau di UnderWorld.
Serangan
tercepat yang aku keluarkan ditangkis dengan pedang kayu di tangan
kanan Solterina-senpai. Namun, gak ada pengaruh sama sekali. Ia
menggunakan kelembutan lengan nya, bahu dan pinggang nya saat ia
menerima serangan ku dengan memiringkan sisi dari pedang nya. Ini
mungkin adalah Secret Art dari Celulute-style, «Active Water». Ia telah
mengajarkan ku gerakan ini selama setahun terakhir, tapi Aku gak bisa
melakukan nya secara penuh bahkan setelah mengetahui nya.
Sedikit
info, bahasa yang digunakan untuk menulis dan berbicara di dunia ini
adalah sepenuh nya Jepang (dan beberapa bahasa asing), tapi hanya ada
sedikit kanji. Mungkin, sekitar sama dengan 30% dari JIS Level 1, dan
hanya menggunakan 1000 huruf kanji. Meskipun dengan pembatasan seperti
itu, mereka mampu menciptakan banyak sekali nama yang unik dari sword
skill mereka.
Imajinasi orang-orang di UnderWorld sangat luar
biasa. Saat ini, hanya ada buku cerita untuk dibaca anak kecil. Dalam
100 tahun, gak aneh untuk melihat seseorang menulis novel. Kalau itu
dijual di Jepang di dunia nyata dan mendapatkan hits yang sangat besar,
pasti luar biasa...
Aku melompat keserong kanan depan,
sepertinya mencoba untuk menghilangkan fikiran macam-macem di otak ku.
Itu karena Aku mempelajari pelajaran ku setelah senpai merusak
keseimbangan ku dengan «Active Water» dan menyerang balik.
Aku
berputar di udara dan mendarat dekat tembok lapangan latihan. Kaki kanan
ku menginjak tembok hitam yang berkilau, dan menyerbu kedepan— Saat aku
melakukan hal ini, tangan kiri Rina-sempai melakukan sesuatu.
Tangan
kiri nya bergerak dari belakang pinggang nya kedepan tubuh nya,
memperlihatkan lengkungan yang anggun sembari cahaya putih meluncur dari
ujung jari nya. Tentu saja, ini bukan karena ia menggunakan Sacred Art
yang disebut «Light Element». Wujud sebenarnya adalah cambuk yang
terbuat dari kulit putih yang halus, senjata yang dikuasai penuh oleh
nya selain menggunakan pedang.
Cambuk latihan dibuat dari kulit
kambing yang halus dan gak akan mengurangi Life bahkan jika terkena
serangan telak, tapi akan merasa sakit yang cukup untuk mengeluarkan air
mata. Aku secara insting ingin pindah ke posisi bertahan, tapi pedang
ku akan dililit oleh cambuk kulit itu dan dihentikan. Namun, kalau aku
gak melakukan itu dan mundur, serangan kedua, dan ketiga akan datang
kearah ku.
Aku sekuat tenaga memalingkan badan ku ke kiri,
mencoba untuk menghindar ke samping untuk menghindari nya. Ujung dari
cambuk kulit itu menyerempet pipi kanan ku dan lewat kebelakang, dan
memanfaatkan kesempatan ini, aku menyerbu kedepan.
Namun, cambuk
kulit ini yang mengeluarkan suara yang lantang, melengking di udara dan
melingkar seperti ular dan ditark kembali. Aku harus menyerang nya
sebelum serangan selanjut nya dilakukan nya. Aku memutuskan kalau sangat
mustahil bagiku untuk menggapai nya dengan hanya berlari, menempatkan
pedang kayu ku paralel dengan kaki kanan ku, dan menarik nya kembali.
Posisi badan ku tetap turun dan membentang kedepan, dan pada saat ini,
cahaya biru keluar dari pedang.
Rina-senpai tiba-tiba
menyempitkan mata nya dan membuka tangan kiri nya. Ia buru-buru
melepaskan cambuk kulit yang ada di tangan kirinya dan menempatkan nya
di gagang pedang yang tangan kanan nya itu genggam.
Segera
setelah nya, tubuhku berakselerasi seolah-olah digerakkan oleh sebuah
tangan yang tak terlihat. Hal ini disebut Aincrad-style, tapi itu
sebenarnya adalah «sword skill» yang berasal dari SAO— skill yang
menusuk lawan dari bawah dengan satu tangan, «Rage Spike». Aku terus
mengurangi jarak yang 7m itu sembari merasakan kalau Aku sedang bersatu
dengan angin.
Sebalik nya, Rina-sempai memiringkan pedang yang
ia pegang dengan kedua tangan ke bagian kanan. *Don*, ia melangkah
kedepan dengan kaki kiri, dan pedang kayu itu mengeluarkan cahaya
emerald. Itu adalah Secret Skill milik Celulute, «Linker».
Pedang
kayu ku mengayun keatas dari sisi bawah kanan, dan bertabrakan keras
dengan pedang milik senpai saat mengayun secara horizontal. Pedang kayu
kami mengeluarkan suara seperti logam yang bertabrakan, dan kilatan
hijau dan biru yang keluar langsung menerangi lapangan latihan secara
samar-samar.
Aku menegakkan tubuhku saat pedang kami masih
menempel satu sama lain, dan wajah Rina-senpai berada 10cm jarak nya
dari wajah ku. Ia terlihat keren dan tenang seperti biasanya, dahi putih
salju nya gak mengeluarkan sedikitpun keringat. Meskipun begitu, ia
bisa membuat banyak tekanan kepada pedang ku. Kalau aku gak hati-hati,
Aku akan dikalahkan nya.
Di dunia ini, kemampuan dari manusia, «Character Status», agak rumit.
Meskipun
aku membuka sesuatu yang mereka sebut «Stacia Window», kebanyakan yang
hal itu tunjukkan adalah jumlah saat ini/jumlah maksimum dari Hit Point
dan dua indikator level «Object Control OCAuthority», dan «System
Control SCAuthority».
Diantara hal itu, OC Authority mengontrol
penggunaan dari senjata dan armor, sementara SC Authority mengontrol
penggunaan Sacred Arts. Dengan kata lain, yang pertama seperti STR,
sementara yang kedua sepertinya adalah intelligence INT. Hal ini adalah
kesimpulan simpel yang aku buat pada awal nya. Namun, STR sendirian
sepertinya gak menentukan OC Authority. Sepertinya ada faktor-faktor
lain seperti usia, fisik, kesehatan, pengalaman dan latihan dan
parameter lain nya.
Aku telah memikirkan hal ini. Jika OC
Authority seorang anak kecil meningkat ke maksimum karena suatu alasan,
dan jika STR ditetapkan lewat nilai itu sendiri, akan ada anak kecil
dengan kekuatan seperti monster. Jika aku memulai dengan tujuan untuk
bertahan hidup di dunia ini, Aku gak akan suka fenomena aneh seperti
itu.
Aku gak bisa mengecek milikku sendiri, tapi jika kami
membandingkan OC Authority, punya ku seharusnya jauh lebih besar dari
Rina-senpai. Mungkin begitu, tapi senpai mampu menahan diri saat
bertarung melawan ku, jadi itu kemungkinan karena jumlah latihan yang ia
lakukan setiap hari. Selama dua tahun terakhir ini, Eugeo dan Aku
selalu berlatih, mau itu pagi atau malam, tapi itu sepertinya gak
sebanding dengan level latihan yang senpai lakukan yang bisa membuat
semua orang gemetar. Latihan seperti itu meningkatkan STR nya dan juga
'kekuatan' yang gak bisa diindikasikan dengan nilai.
Namun, yang
lebih menakutkan nya lagi, meskipun ada orang yang sepertinya, ia hanya
menempati ranking ke-dua dianara 12 pendekar elit— Dengan kata lain,
ada satu orang lain yang ranking nya diatas Rina-senpai.
Eugeo
dan Aku akan ikut serta dalam ujian naik pangkat menjadi pendekar elit
bulan depan. Sepertinya 12 orang dengan nilai tertinggi akan diberikan
posisi «Swordsmanship Specialist» sebagai pendekar elit. Menjadi
pendekar pedang adalah sebuah keharusan untuk kami, dan kami harus
menjadi ranking satu dan dua. Jika tidak, kami gak akan bisa ikut serta
dalam kompetisi kekaisaran, secara resmi nya dinamakan «Norlangarth
Imperial Swordsmanship Tournament», setelah kami lulus.
Di
kuliah dua tahun Akademi Pedang ini, tiap tahun ada 120 murid. Dengan
kata lain, Eugeo dan Aku harus mengalahkan 118 murid lain nya— Sejujur
nya, memikirkan Rina-senpai bukanlah «Nomor 1» meskipun dia sehebat ini,
Aku merasa sedikit, enggak, aku merasa sangat cemas...
“—Kamu sudah berkembang, Kirito."
Tiba-tiba,
ia bergumam kepadaku dari jarak yang sangat dekat, terlihat seperti
telah membaca pikiran ku. Aku menggelengkan kepalaku, mempertahankan
tekanan yang kukerahkan yang gak bisa lepaskan.
"Enggak... Aku masih harus berusaha lebih keras lagi."
"Jangan merendahkan diri begitu. Kamu kurang lebih sudah mempelajari cara mengatasi cambuk ku."
"Itu karena kamu gak pernah menahan diri."
Mendengar jawaban itu, bibir yang mempesona menunjukkan sedikit senyum.
"Aku
gak perlu menahan diri saat melawan mu, Kirito. Itu karena ini adalah
yang terakhir... «Aincrad Style» milikmu mempunyai beberapa gerakan yang
belum kulihat."
Uuu. Mau gak mau aku terdiam. Pedang ku
tertarik kebelakang 5cm, mungkin karena aku bimbang, dan Rina-senpai
menekan ku dari atas.
Mata biru-laut nya menatap kepadaku, dan kemudian mengeluarkan kata-kata,
"Setahun
yang lalu, saat Aku menunjuk mu sebagai valet ku, Aku merasakan sesuatu
seperti sword style. Benar-benar berbeda dengan Norlangarth style yang
dituntut akademi... sword style ini bukan untuk ditunjukkan, tapi untuk
menang. Celulute style yang kugunakan itu mencoba untuk berkembang
mencapai tujuan dengan praktis, tapi itu terlalu kaku dibandingkan
dengan style milikmu, Kirito. Aku mengerti hal itu selama setahun ini."
Aku hanya bisa melebarkan mataku kearah lawan yang membuat pengakuan ini.
Penggunaan
sword skill nya berbeda, kalau Aku harus bilang, itu benar. Aku bukan
berasal dari Underworld. Sword skill ku dinamakan Aincrad-style karena
semua sword skill itu aku pelajari di kastil melayang itu, di dunia game
kematian dimana kami harus mempertaruhkan nyawa kami di seluruh
pertarungan.
Sebalik nya, di Underworld pada dasar nya gak ada
pertarungan yang sebenar nya. Semua pertarungan yang dilakukan adalah
«kompetisi». Pada kompetisi lokal, lawan akan dinyatakan kalah saat
terpojok, dan di level yang lebih tinggi di Central, peserta yang
melukai duluan akan menang. Tanpa resiko kehilangan nyawa, sangat logis
bagi sword skill untuk dikembangkan untuk estetika yang ideal.
Namun,
hal ini gak berarti sword skill milik pendekar pedang di UnderWorld itu
rendahan. Hal ini juga adalah sesuatu yang kupelajari selama 2 tahun
kebelakang. Selama mereka terus melatih «style» yang sama berulang
ulang, kekuatan dari tiap serangan yang telah ia habiskan waktu untuk
melatih nya akan menutupi kelemahan dari gak punya pengalaman bertarung
yang sebenarnya.
Ini semua karena kekuatan dari «Imajinasi».
UnderWorld
adalah dunia virtual, tapi konstruksi nya sangat berbeda dengan
Aincrad. Di dunia ini, kekuatan imajinasi yang diciptakan oleh jiwa—
oleh Fluctlights, kadang-kadang akan mempengaruhi hasil.
Seberapa
kuat orang itu akan ditentukan oleh imajinasi orang itu yang telah ia
gunakan untuk melatih skill yang sama berulang-ulang selama 10, 20 tahun
sejak muda... Pada sisi lain, Aku, yang mempunyai kelebihan di OC
Authority, dipukul mundur oleh Rina-senpai seperti di situasi yang
sekarang, yang menunjukkan kalau hal itu benar. Kekuatan imajinasi gak
ditunjukkan dengan angka, tapi kekuatan sebenar nya yang tersembunyi
didalam dunia ini. Hal itu adalah sesuatu yang baik aku, yang bangun di
dunia ini baru dua tahun, atau Eugeo, yang memulai latihan pedang nya di
waktu yang sama, bisa memahami nya dengan mudah.
Murid di
akademi ini kebanyakan lahir di keluarga «Bangsawan», elit yang memulai
latihan seni bermain pedang sejak 3, 4 tahun. Meskipun begitu, hanya
beberapa golongan yang menghabiskan waktu dan usaha mereka untuk
benar-benar berlatih. Namun di situasi seperti ini, Eugeo dan Aku harus
mengalahkan orang-orang kuat itu dan menjadi ranking top pada tahun ini.
Karena hal ini, satu-satu nya senjata yang bisa kuandalkan adalah Aincrad-style— sword skill.
Kenapa sword skill ada di Underworld, aku sendiri gak tau, bahkan sampai sekarang.
Namun,
sepertinya pendekar pedang di dunia ini hanya mengetahui skill dasar
single-strike, atau lebih tepatnya, mereka hanya menggunakan skill
seperti itu.
Setahun yang lalu, saat Turnamen Zakkaria, magang
penjaga bernama Egome menggunakan Zakkaligt style «Azure Wind Slash». Di
istilah swords skill SAO, itu adalah serangan diagonal satutangan
«Slash». Gerakan Celulute-style yang Rina-senpai gunakan tadi, «Linker»,
adalah tebasan pedang berputas dua-tangan, «Cyclone». Gerakan lain yang
kulihat adalah Norlangarth-style «Lightning Slash», yang adalah sword
skill satu-tangan «Vertical», sementara skill level tinggi Norlangarth,
«Heavens and Mountains Break» adalah tebasan vertikal dua-tangan
«Avalanche».
Itu semua adalah semua secret move dari tiap
sekolah, dan sepertinya gak ada gerakan super yang seperti ultimate
move. Kemudian, dua, tiga serangan beruntun yang kukuasai mungkin adalah
senjata yang bisa menyaingi pedang kuat milik para elit disini. Hal itu
hanyalah perkiraan sekarang, tapi Aku harus bilang kalau itu adalah
tindakan yang agak tercela. Namun, kami gak disini untuk mendapat
kebanggaan menjadi yang terkuat di dunia manusia. Kami hanya ingin
melewati gerbang Centoria Cathedral milik Gereja Axiom yang terletak di
bukit beberapa kilometer jauh nya dari Master Sword Academy, menara
raksasa yang benar-benar diluar batas bagi kami.
Demi untuk membantu Eugeo bertemu dengan Alice yang dibawa saat kecil.
Dan aku ingin bertemu dengan «Pemimpin» dunia ini.
Jika
kami bisa mencapai tujuan kami, gak masalah meski orang-orang menjuluki
kami sebagai orang hina saat turnamen. Aku harus ikut serta di semua
turnamen pendekar pedang level tinggi yang aku tau, dan terus menang,
sampai aku menjadi yang terbaik di Turnamen Persatuan Empat Kerajaan dan
mendapatkan hak untuk menjadi «Integrity Knight».
Inilah alasan
mengapa aku menyegel gerakan yang lebih dari dua serangan beruntun
selama setahun ini sejak Aku menjadi murid di Akademi ini. Yang aku
gunakan hanyalah skill menerobos, «Rage Spike».
Namun, sepertinya senior yang cantik ini dapat melihat secret move yang kusembunyikan,
Rina-senpai
kemudian mendekatkan wajah nya beberapa sentimeter, dan membisikkan
sesuatu dengan suara yang halus seolah-olah sebuah rahasia.
"Leluhur
keluarga Celulute membuat sang Kaisar gak senang pada masa lalu, dan
sejak saat itu, mereka dilarang mewariskan sword skill tradisional «High
level Norlangarth style». Kemudian, kami mulai menggunakan senjata yang
gak lazim seperti cambuk dan pisau, dan menghabiskan banyak waktu
bergantung hanya pada sword skill yang halus. Ini adalah
Celulute-style... Jangan salah, aku benar-benar bukannya gak senang. Aku
bangga menjadi satu-satu nya pewaris dari style ini, dan selalu
berlatih sampai sekarang..."
Tangan putih mulus itu gemetar
sedikit, gak seperti yang baru saja ia katakan. Pedang kayu yang sedang
berbentrokan mengluarkan suara gemerincing. Meskipun ini mungkin
kesempatan ku untuk menarik pedang ku kembali, Aku gak melakukan hal itu
dan kembali mempertahankan posisi ini untuk menunggu kata-kata nya yang
berikut nya.
"Dan ayahku mengharapkan ku untuk lulus sebagai
murid ranking top dari Akademi ini dan memenangkan turnamen Kekaisaran
untuk membangkitkan kembali kehormatan keluarga Celulute. Namun, bukan
nya ini sedikit ironis? Kalau aku menjawab ekspektasi ayah ku dan
membuat sang Kaisar untuk menarik kembali larangan untuk mewariskan
Norlangarth-style tingkat tinggi... keluarga kami akan menyerah dalam
Celulute style, kan? Kalau begitu... bagaimana dengan kebanggaan yang
kusimpan dalam hati sejak Aku masih kecil?"
Aku gak bisa membuat jawaban cepat untuk pertanyaan ini.
Akhir-akhir
ini, kesadaran ku kadang entah menjadi lemah, tapi Aku merasa kalau
Rina-senpai didepan ku, partner penting ku Eugeo, semua murid dan
instruktur di Akademi ini... dan semua orang yang hidup di UnderWorld
adalah manusia yang berbeda dari ku dalam arti tertentu. Mereka hanya
diberikan istilah «Unit Manusia» di dunia virtual bernama UnderWorld
ini.
Meskipun begitu, mereka berbeda dari para NPC yang ada di
VRMMO. Mereka adalah «Fluctlight Buatan», dikopi dari Fluctlight dari
jiwa manusia dan ditempatkan di suatu medium yang spesial. Mereka
adalah— kemungkinan besar, mereka adalah AI tipe baru yang dibuat oleh
suatu organisasi di dunia nyata, mungkin oleh perusahaan misterius
«RATH»—
Namun, emosi yang mereka tunjukkan kadang-kadang lebih
besar dibanding orang-orang di dunia nyata. Mereka bisa merasakan
sesuatu, merasa repot, menerima takdir yang dunia ini berikan kepada
mereka. Saat aku melihat mereka seperti ini, Aku merasa akan mustahil
untuk merasa gak gelisah. Eksistensi mereka... Enggak, eksistensi dari
Solterina-senpai yang beradu pedang dengan ku dalam jarak dekat ini pada
dasar nya seperti keajaiban.
“...Senpai.”
Mendengar hal itu, Rina-senpai menunjukkan sedikit senyuman yang mengejek diri nya sendiri.
"Aku
selalu mempunyai keraguan di dalam hatiku sebelum Aku masuk Akademi
ini. Selama dua tahun ini, Aku gak pernah bisa mengalahkan pria itu, dan
itu mungkin karena aku sudah merasa hilang."
«Pria itu» mengacu
pada pendekar pedang elit top yang ranking nya gak berubah tahun ini,
seorang pria bernama Uolo Levanteinn. Ia berasal dari keluarga bangsawan
kelas dua yang diwariskan tradisi keluarga nya untuk dilatih oleh
Ksatria Kerajaan Norlangarth, seorang pengguna Mighty Sword yang
mengintimidasi. Imajinasi dan kekuatan yang berasal dari pria ini ada di
kedudukan yang sangat tinggi. Aku melihat nya menggunakan pedang kayu
untuk membelah kayu bundar manjadi dua.
Pendekar elit, terbaik
di Akademi ini diberi ranking dari pertama sampai 12. Ranking ini akan
berubah selama tes yang dilakukan 4 kali dalam setahun.
Tentu
saja, Aku menonton nya dari bangku penonton terdepan selama 3 turnamen
terakhir, Mereka menggunakan sistem turnamen eliminasi yang sama dengan
turnamen Zakkaria dan mengurangi jumlah orang dari 12 menjadi 3 dalam
dua ronde. Orang yang berada di ranking top sebelumnya akan menjadi
unggulan. Selama tiga final penentuan, Rina-senpai bertarung melawan
Uolo, dan tiga kali kalah melawan nya.
Sejauh yang aku lihat,
kemampuan bermain pedang mereka sangat berbeda. Rina-senpai menggunakan
style tajam dan halus dibandingkan dengan style Uolo yang keras.
Rina-senpai membatalkan serangan yang sangat kuat seperti aliran air,
dan kadang-kadang akan melancarkan serangan balasan yang tajam. Skill
milik senpai pada dasar nya sempurna. Mereka berdua gak pernah bisa
melancarkan serangan yang sukses, tapi ketika waktu sudah mulai habis,
Uolo menggunakan skill tingkat tinggi Norlangarth, serangan memotong
dari atas kepala, dan selama tiga pertandingan, Rina-senpai gak pernah
bisa mengatasi serangan itu. pedang kayu nya terlempar dua kali dan
tersentak sekali.
Keputusan juri dibutuhkan untuk menentukan
ketiga pertandingan, dan sudah jelas mereka akan memilih Uolo sebagai
pemenang. Kemudian pada tahun ini, Uolo menjadi ketua, dan senpai tetap
menjadi wakil-ketua, posisi mereka gak pernah berubah.
Sekedar
tambahan, ranking tiga juga gak pernah berubah. Ia adalah pria besar,
Gorgolosso Valto, yang selalu dikalahka Rina-senpai di semifinal. Dan
juga, yang menjadi valet Gorgolosso-senpai adalah teman baik ku, Eugeo.
'Ini
adalah yang terakhir' yang Rina-senpai katakan sebelum latihan ini
dimulai mengacu pada «Kontes Kelulusan» ke-4 yang akan diselenggarakan
dua hari kemudian. Hal itu akan menjadi penentuan ranking yang terakhir.
Dua hari kemudian, para murid tingkat tinggi termasuk 12 pendekar elit
akan lulus.
Dengan kata lain, turnamen dua hari kemudian akan
menjadi kesempatan terakhir bagi Rina-senpai untuk mengalahkan
Uolo-senpai. Lebih akurat nya, dua orang ranking teratas akan
mendapatkan hak untuk ikut serta dalam «Imperial Swordsmanship
Tournament». Ia bisa saja bertemu Uolo disana, tapi kurasa senpai, yang
selalu dikalahkan nya di sekolah, gak akan bisa mengalahkan nya.
"...Aku akan jujur disini."
Rina-senpai terus membiarkan pedang nya beradu dengan ku dan ia menurunkan suaranya dan berkata padaku,
"Kapanpun
Aku melihat «Splitting Wave of Heavens and Mountains» milik pria itu...
Aku pasti merasa takut. Gak peduli berapa kali Aku berlatih, Aku gak
punya keyakinan untuk bisa menerima serangan dari nya. Sejak saat kami
menjadi murid pemula... Enggak, sejak saat pertama kali aku melihat
pedang nya saat ujian masuk dua tahun yang lalu, aku selalu merasa
seperti itu..."
Ini pertama kali nya aku melihat senpai seperti ini, sembari merasa kaget, Aku dengan tulus setuju.
Sesuai
dugaan, gak ada perbedaan dari kemampuan senpai dan Uolo. Itu hanyalah
kekuatan dari imajinasi... Seberapa kuat kepercayaan-diri nya, ini
adalah faktor penting yang menjadi kelemahan senpai.
Seperti
yang sudah aku simpulkan, jika UnderWorld adalah dunia virtual yang
dibentuk oleh «Mnemonic Visual Data», kekuatan imajinasi akan menjadi
faktor yang penting dalam menentukan suatu hasil. Itu karena Rina-sanpai
dan Aku lihat dan apa yang kami sentuh bukanlah poligon, tapi «memory
imagination» yang didapatkan dari Fluctlight.
Tiap orang
harusnya mempunyai keunikan mereka, data imajinasi yang sedikit berbeda,
kan...? Mungkin data yang dibebaskan oleh Fluctlight yang banyak bisa
ditempatkan di sebuah «Main memory holder» dan disamakan. Kemudian, jika
Fluctlight seperti itu muncul, kekuatan imajinasi yang dibebaskan akan
cukup untuk mempengaruhi data, dan gak akan sulit untuk membayangkan
kalau suatu kejadian akan dirubah oleh kemauan pribadi.
Ambil
contoh Uolo Levanteinn, alasan kenapa pengguna Mighty Sword ini begitu
kuat adalah karena hal ini. Ia memiliki keyakinan yang kuat kepada sword
skill dan style nya. Imajinasi nya disokong oleh keyakinan yang kuat
ini, dan karena imajinasi yang seperti itu lah ia bisa menampilkan
kekuatan serangan yang luar biasa seperti itu.
Sebaliknya,
Rina-senpai selalu merasa hilang pada sword skill nya. Alasan nya karena
Celulute-style yang ia sebutkan sebelum nya. Norlangarth style tingkat
tinggi terlarang untuk diwariskan, jadi mereka hanya bisa membuat style
nya sendiri sebagai pengganti. Hal ini menyebabkan tercipta nya suatu
bentuk «Inferioritas» di hatinya. Karena hal ini, mau gak mau ia
dikalahkan oleh Uolo-senpai, yang mempunyai keyakinan yang kuat terhadap
sword skill milik nya... Mungkin seperti itu.
Namun, Aku ingin
Rina-senpai menang kali ini. Ini bukan karena bagaimana komposisi dan
imajinasi dunia ini akan ditulis ulang, tapi Aku ingin ia berdiri dengan
bangga dan lulus dari Akademi ini. Senpai mempunyai hak dan kehormatan
untuk hal ini. Pada tahun ini, diantara 12 pendekar elit, senpai—
"...Senpai,
kamu menghabiskan waktu yang lebih banyak dari pada siapapun untuk
berlatih keras, termasuk Uolo-senpai. Apakah hal itu belum cukup untuk
membuat mu lebih percaya diri...?"
Mendengar hal itu, Rina-senpai terdiam sejenak, dan dengan lembut menggelengkan kepalanya,
"Ya...
Sepertinya masih belum cukup. Semakin banyak Aku melatih Celulute
style, semakin banyak pula aku memikirkan nya. Apa yang akan terjadi
kalau itu bukan sparing menggunakan pedang kayu, tapi menggunakan pedang
besi; apa yang akan terjadi kalau cambuk dan pisau bisa digunakan.
Kalau hal itu bisa digunakan, gak perlu khawatir akan ceroboh melawan
Norlangarth style. Tapi itu semua hanya alasan. Di Dunia Manusia ini,
sparing sebenarnya... pertarungan sebenarnya gak akan terjadi. Sampai
Aku berhenti membuat alasan untuk kegagalan ku ini, Aku gak akan pernah
bisa untuk melawan serangan dari pedang Uolo..."
Sebelum Aku sempat memberi respon, senpai tersenyum sedikit dan melanjutkan,
"Tapi
kamu berbeda, Kirito. Aku gak bisa merasakan sedikitpun perasaan
inferioritas meskipun kamu juga pengguna style yang unik. Aku selalu
memperhatikan mu selama setahun ini, dan akhirnya mengerti alasan nya.
Aku mengatakan ini sebelum nya... Itu bukan seluruh nya dari «Aincrad
Style», kan? Seharus nya ada lebih banyak lagi skill luar biasa yang
kamu punya, makanya hatimu gak pernah goncang. Itu seperti hal yang kamu
sebutkan sebelum nya, pohon besar yang terletak di hutan dekat kampung
halaman mu... Gigas Cedar itu."
Tanpa sadar, lengan kami menjadi
rileks dan juga pedang kayu yang berbentrokan satu sama lain itu.
Meskipun begitu, senpai gak menggerakkan tubuh nya; atau malahan, ia
memiringkan tubuh nya kedepan, mencoba menggunakan kekuatan tubuh nya
untuk mendorong ku kebawah. Ia kemudian mengatakan suatu hal degan suara
yang agak berat untuk seorang wanita.
"Pohon itu sudah tertanam
didalam hatimu, kurasa. Gak peduli seberapa kuat angin nya, pohon itu
gak akan bengkok, dan terus melihat keatas ke Solus di langit... Kirito,
Aku ingin melihat kekuatan yang kamu sembunyikan."
“...”
"Ini
gak ada hubungan nya dengan pertandingan melawan Uolo. Tapi hanya, Aku
ingin melihatnya... Bukan, Aku ingin tau. Aku ingin tau semua nya
tentang dirimu sebagai pendekar pedang sebelum Aku lulus dari Akademi
ini."
Jauh didalam mata biru nya, sebuah bintang kecil terlihat bersinar tepat didepan mata ku.
Wajah
cantik yang terlihat dapat mengambil jiwa siapapun itu tanpa kusadari
jarak nya hanya 5mm dari ku. Pada saat ini, sedikit nyeri terjadi tepat
didepan rambut ku, menyebabkan ku untuk pulih segera. Aku mengedip dan
mulai berfikir lagi.
Aku
gak pernah menunjukkan Aincrad style yang «luar biasa», sword skill
tingkat tinggi kepada Rina-senpai, bukan karena suatu alasan yang licik
seperti menyimpan nya sebaga senjata rahasia.
Itu karena Aku gak
bisa menggunakan nya dengan pedang kayu level 15 yang digunakan untuk
latihan dan kompetisi. Yang terbaik yang bisa kugunakan adalah skill dua
serangan beruntun «Snake Bite» dan «Vertical Arc». Sekeras apapun Aku
mencoba, Aku gak bisa mengeluarkan tiga serangan beruntun. Aku mencoba
nya dengan pedang besi yang level nya sama, tapi hasil nya nihil. Aku
hanya bisa mengeluarkan sword skill empat serangan beruntun saat aku
menggunakan Divine Tool level 45, «Blue Rose Sword» yang menebang jatuh
Gigas Cedar. Aku masih gak tau kenapa, tapi gak ada batasan seperti itu
di SAO dulu.
Bagaimanapun juga, berhubung senpai ingin melihatku
mengeluarkan «seluruh nya», Aku gak bisa menipu nya hanya dengan
menggunakan dua serangan beruntun. Hanya ada satu cara yang tersisa. Aku
harus meminjam Blue Rose Sword dari Eugeo, pada saat itu, Aku bisa
mengeluarkan skill 4 serangan beruntun terkuat dengan pedang itu.
Kalau
aku meminta Eugeo, ia pasti akan membolehkan nya, tapi sejujur nya, Aku
masih merasa agak ragu. Blue Rose Sword adalah milik Eugeo, dan sebuah
pedang mempunyai jiwa seorang pendekar. Kepercayaan ini sudah tertanam
didalam pikiran ku. Untuk suatu alasan, Aku gak bisa membayangkan diriku
mengeluarkan skill terbaik-ku karena batas kesadaran kalau aku
menggunakan benda yang kupinjam. Namun, Aku gak bisa meminjam pedang
dengan prioritas tertinggi dari toko senjata Akademi, dan itu bukanlah
pedang milik ku.
Memang gak ada cara lain. Sepertinya aku harus meminjam Blue Rose Sword. Aku membuat keputusan itu dan berkata,
"—Aku
mengerti. Tapi maaf, tolong berikan aku waktu satu hari. Besok, pada
saat yang sama, Aku pasti akan menunjukkan nya padamu... sword skill
terbaik yang kupunya."
Setelah Aku selesai, bibir Rina-senpai
menunjukkan sedikit senyuman di wajah nya, tapi sepertinya segera
menyadari sesuatu dan mengerutkan dahi,
"Tapi besok adalah hari istirahat. Dilarang untuk berlatih. Kamu gak bisa menggunakan lapangan latihan ini."
"...Ini bukan latihan."
Jawabku. Untuk suatu alasan, senpai menunjukkan ekspresi yang agak tertarik sembari memiringkan kepalanya,
"Terus, apaan dong?"
"Eh, itu..."
Aku menyusun kata-kata ku sebentar dan mengatakan apa yang kupikirkan,
"Itu
hadiah. Kamu mengajarkan ku berbagai hal selama setahun ini, senpai.
Kudengar ada tradisi di Akademi ini, kalau valet harus memberikan hadiah
kepada senior nya pada hari sebelum kelulusan. Aku akan memberikan mu
sword skill, senpai. Kalau itu hadiah, gak apa-apa meskipun besok adalah
hari istirahat."
Kata-kata ku ini menyebabkan senpai menunjukkan sedikit senyum masam.
"Kamu
gak berubah sama sekali. Aku gak pernah dengar menggunakan sword skill
sebagai hadiah kelulusan sebelum nya... Tapi pada saat ini, Aku
sebaiknya mengatakan hal ini kepadamu..."
"Eh... Apaan tuh?"
"Sebenarnya,
aku menunjuk mu sebagai valet itu sudah melanggar tradisi. Sebuah
tradisi bodoh disini... kalau «Anak bangsawan harus memilih bangsawan
lain yang kelas nya lebih rendah pada saat memilih valet». Saat aku
menunjuk mu, banyak perwakilan bangsawan datang ke asrama untuk protes."
"Fufufu." Rina-senpai mengeluarkan ketawa yang agak aneh, tapi
mau gak mau jadi kaku karena ini pertama kali nya Aku mendengar hal
seperti ini...
Bangasawan yang senpai maksud mengacu pada kelas
spesial dari Kerajaan Norlangarth, mereka semua diranking dari
«Bangsawan Kelas-1» sampai «Bangsawan Kelas-6», dan ranking diatas
mereka adalah keluarga kerajaan. Keluarga Uolo Levanteinn adalah
Bangsawan Kelas-2, sementara keluarga Celulute adalah Kelas-3. Dengan
kata lain, posisi mereka lebih tinggi daripada keluarga pemimpin
Zakkaria yang merupakan Kelas-5.
Sebalik nya, diriku di dunia
ini (dan di dunia nyata) hanyalah penduduk normal, dan tak diragukan
lagi, Aku berada di populasi kelas paling rendah. Kalau kita bicara
tentang seseorang yang bukan bangsawan, tapi sangat terkenal di dunia
sosial dan mempunya banyak tanah— Aku akan menyebut nama kepala desa
dari Rulid, Gasupht Schuberg, dan Bano Wilde, yang Eugeo dan Aku menetap
disana. Mereka mempunyai nama keluarga setelah nama mereka itu sendiri,
tapi orang terendah dari yang terendah gak dibolehkan untuk melakukan
hal itu.
Hanya setelah Eugeo dan Aku berhasil masuk di Imperial
Master Sword Academy yang sebagian besar murid nya kebanyakan adalah
bangsawan dan anak dari saudagar kaya; mereka yang kelahiran biasa hanya
20% dari seluruh nya. Itu adalah standard saat penerimaan siswa. Eugeo
dan Aku menghabiskan waktu setengah tahun untuk mendapatkan surat
rekomendasi dari kapten di Zakkaria untuk ikut tes masuk, tapi setelah
Aku melihat kalau bangsawan bisa ikut serta tanpa kondisi apapun, Aku
merasa ingin mengirim surat komplein ke Liberal Arts Department.
Toh,
setelah Aku masuk, dengan peraturan sekolah, bangsawan gak diperlakukan
berbeda dengan yang kelahiran biasa... Tapi ada perbedaan yang tak
terlihat. Aku (dan Eugeo kemungkinan besar juga sama), menjalani satu
tahun mengacukan rumor yang orang lain sebarkan, tapi Aku gak pernah
sekalipun berfikir ini karena Rina-senpai memilihku sebagai valet nya.
"Meskipun...
Meskipun ada tradisi seperti itu, mengapa kamu masih memilih ku...?
Kalau berdasarkan ranking, ada 6 orang lain yang berada diatas ku.
Mereka semua bangsawan, jadi kalau kamu memilih salah satu dari mereka,
mungkin gak akan ada yang protes..."
"Tapi 6 orang itu hanya
mendapat poin dari performa, kan? Aku sama sekali gak tertarik dengan ke
indahan suatu style. Bagi ku, performa-mu lah yang paling menarik
dibandingkan dengan yang para instruktur pilih. Enggak, dari pada
dibilang menarik, Aku harus bilang kalau..."
Rina-senpai gak meneruskan kata-kata nya lalu menutup mulutnya, menunjukkan sedikit senyum, dan melanjutkan kata-katanya,
"...Untuk
sekarang, Aku gak akan bilang kenapa Aku memilih mu. Itu karena
sebentar lagi Aku akan lulus. Yang lebih penting, tentang besok. Kalau
hadiah yang akan kau berikan padaku adalah penampilan dari teknik
rahasia Aincrad-style, dengan senang hati akan kuterima, Kirito."
"Ah, i-iya. Aku senang kamu menyukai nya."
"...Namun,
Aku sedikit kepikiran. Dari penjelasan yang kamu berikan tadi,
sepertinya kamu memutuskan hal ini disini karena kamu lupa kalau kamu
harus memberikan ku hadiah— Kupikir Aku bisa menganggap nya seperti
itu..."
"Enggak, tentu saja enggak, aku sama sekali gak lupa! Aku udah memikirkan nya sejak awal. Beneran!"
Buru-buru
aku menolak nya. "Kalau begitu sudah cukup untuk hari ini." Rina-senpai
menunjukkan ekspresi yang cool, kemudian berubah,
"Kita simpan hal itu untuk nanti. Ini waktunya untuk menentukan pemenang dari pertandingan kita."
“Eh? —Ah.”
Pada
saat ini, Aku baru ingat kalai kami masih ditengah-tengah pertandingan
sparing. Namun, sebelum aku sempat merespon, pedang kayu yang
bersentuhan satu sama lain itu memberikan dorongan yang kuat. Itu bukan
sword skill, tapi lebih tepat nya, salah satu dari sedikit teknik
menangkis dari Celulute style «Still Water» yang digunakan untuk
mementalkan musuh ketika kedua pedang saling bersentuhan.
Aku
melompat kebelakang dengan sekuat tenaga, gak menerima serangan itu
langsung. Gak seperti «Active Water» sebelumnya, «Still Water»
memberikan beban yang berat ke kaki, dan setelah menggunakan nya, akan
ada sedikit jeda. Dan juga, senpai gak punya cambuk di tangan kiri nya.
Mari akhiri ini dengan lompatan kedepan. Aku mendarat, dan mengangkat tinggi pedang ku.
Pada momen ini, Aku merasakan hawa dingin di tulang belakang ku.
Rina-senpai
benar-benar menggenggam pedang kayu itu dengan kedua tangan— Tapi
cambuk yang seharus nya ada dibelakang nya menghilang. Kemana cambuk itu
menghilang? Aku melebarkan mataku, namun Aku gak bisa menghentikan
sword skill ku. Serangan menerobos satu-tangan «Sonic Leap» telah
teraktifkan, dan pedang ku mengeluarkan cahaya biru...
Pada saat yang bersamaan dengan aktif nya sword skill ku.
Tangan
kiri Rina-senpai pindah dari pedang kayu menuju keatas. Ia terlihat
sedang menggenggam sesuatu dan kemudian melemparkan nya. Sebuah benda
putih yang seperti ular terbang dari genggaman nya, menuju kearah ku,
melilit tubuh ku yang sudah siap untuk menyerbu.
Cambuk yang
kukira terbang jauh ternyata ada di atap diatas lapangan. Cambuk itu
sudah menggantung disana sementara pedang kami beradu.
Menyadari hal ini, Aku terjatuh kearah belakang dan bagian belakang kepalaku membentur lantai.
Aku
dengan tatapan hampa melihat kearah bintang yang muncul di pandangan
ku, dan tampak merasakan menarik nafas panjang 'haa' datang dari
kepalaku.
Bagian 2
Kerajaan Norlangarth, kota terbesar di
Dunia Manusia «Centoria» adalah yang dibentengi oleh tembok yang
melingkar mengelilingi nya dan berdiameter 10km... atau dengan satuan di
dunia ini, 10 KiloMel.
Lantai pertama dari kastil melayang
Aincrad juga berbentuk bundar dengan diameter 10km. Dengan kata lain,
dua area besar ini serupa dari segi bentuk dan luas, Kota ini mempunyai
ukuran yang gak bisa dijelaskan untuk sebuah kota di dunia virtual, dan
populasi nya mencapai 20.000.
Juga, kota ini mempunyai struktur
yang unik. Tembok kuat dari kota ini bertemu pada sebuah titik,
membentuk perpotongan X dan membagi kota menjadi empat area. Penjelasan
lain nya, 4 tembok ini memotong dengan sudut 90 derajat membuat bentuk
kipas saat mereka bertemu. Yang paling mengagetkan adalah empat kota ini
bernama «Centoria Utara», «Centoria Timur», «Centoria Barat» dan
«Centoria Selatan», ibu kota dari 4 Kerajaan yang menguasai seluruh
Dunia Manusia.
Dengan kata lain— ibu kota 4 Kerajaan Besar semuanya ada di tengah-tengah Dunia Manusia, hanya dipisahkan oleh sebuah dinding.
Aku
sangat kaget saat mendengar hal ini. Raja dan pasukan utama, Markas
besar para Ksatria, pasti ada disuatu tempat di ibu kota. Bukan nya akan
langsung menjadi 'final battle' kalau terjadi perang? — Aku hampir
mengatakan hal itu kepada Eugeo, tapi masih sempat menghentikan diriku
sendiri. Di dunia ini, dimana pencurian, dan pembunuhan gak akan terjadi
sama sekali, akan sangat mustahil terjadi nya perang antar Kerajaan.
Meskipun
butuh identifikasi untuk melewati tembok marmer besar ini —yang
sepertinya disebut «Immortal Wall»— melihat lebih dalam Centoria Utara
dimana kita berada, terdapat lumayan banyak orang-orang berambut hitam
dari Kerajaan Timur, orang berkulit coklat dari Selatan dan orang kurus
dari Barat yang merupakan pedagang atau turis. Mereka semua orang asing,
tapi mungkin menggunakan bahasa yang sama (meskipun ada beberapa
logat), gak ada perselisihan antara mereka.
Aku bahkan gak bisa
merasakan perasaan permusuhan antar kerajaan, apalagi perang. Alasan nya
sudah pasti adalah menara putih murni yang berdiri kokoh di
tengah-tengah ibu kota, pusat dari Dunia Manusia.
Centoria Cathedral milik Gereja Axiom.
Atap
nya selalu terselimuti, seperti bersatu dengan langit, jadi Aku gak
bisa melihat pasti berapa ratus meter tinggi nya menara itu. Mungkin
akan terlihat sangat megah jika dilihat dari bawah, tapi tanah Gereja
yang melingkar juga dikelilingi oleh tembok yang tinggi, jadi gak
mungkin untuk mengintip kedalam. «Immortal Wall» yang ada di
tengah-tengah Centoria tersambung dengan erat ke empat penjuru dari
tembok Cathedral... atau lebih tepatnya, akan lebih baik mengatakan
kalau tembok itu menjulur keluar dari Cathedral.
Sedikit
tambahan, Immortal Wall ini gak hanya menyelimuti jalanan Centoria. Itu
juga mencapai pilar kota, yang membentang keluar melewati padang rumput,
hutan, padang pasir, dan sampai ujung dari «Mountain Range at the
Edge», 750km jauh nya.
Secara natural, dunia ini gak punya mesin konstruksi atau semacam nya,
jadi benar-benar menakutkan membayangkan berapa lama dan berapa jumlah
pekerja untuk membangun tembok seperti ini.
Itu berarti kewenangan Gereja Axiom adalah absolut.
Menara
yang mencengangkan ini, kastil ini, dimana orang bisa melihat 4
Kerajaan tempat para Raja tinggal dari atas, berdiri dipusat Dunia
Manusia. Mungkin, di UnderWorld ini, pembedaa antara orang-orang dari
negara yang berbeda hampir sama seperti «penduduk Tokyo» dan «penduduk
Saitama» bagiku— itu adalah feeling yang kurasakan.
Kalau
begitu, apa guna nya membagi Dunia Manusia yang bahkan populasi nya gak
sampai 100.000 menjadi 4 Negara? Fikiran ku mempunyai pertanyaan seperti
ini, dan sampai sekarang, Aku masih belum menemukan jawaban nya. Pada
saat yang sama, Aku sama sekali gak bisa tau alasan kenapa ada Gereja
Axiom yang eksis diatas negara.
Di Gereja Axiom, ada petugas
sipil seperti «pendeta» dan «patriark», dan juga petugas militer yang
bernama «Integrity Knight», tapi jumlah mereka gak banyak. Sepertinya
jumlah mereka gak lebih dari 100. Rina-senpai memberitaukan hal ini
sebelum nya. Sebaliknya, jumlah total dari ksatria dan prajurit di 4
Kerajaan berjumlah sekitar 2000 orang. Namun, gak ada sejarah raja
menentang Gereja sebelum nya... Apakah ini karena bahkan seorang raja
gak bisa melawan Gereja dan Taboo Index? Atau karena beberapa Integrity
Knights masih lebih kuat dari pada pasukan 2000 orang? Atau karena kedua
nya—?
Keagungan dari Centoria Cathedral yang memanjang
keangkasa bisa dilihat darimanapun dari kampus Master Swords Academy.
Setelah Aku menyelesaikan yang bisa-disebut-latihan dengan Rina-senpai,
Aku dengan capat berjalan keluar asrama pendekar elit, melewati udara
dingin sore dari musim semi, dan melihat keatas kearah menara putih
besar yang terlihat oranye dan biru dari kejauhan.
Pada saat
ini, si pengamat, yang berdiri di atap menara itu dan melihat kebawah ke
Dunia Manusia ini, seseorang dari dunia nyata seperti ku? Atau apakah
ia seseorang dari UnderWorld, sebuah Fluctlight buatan? Meskipun rencana
kami sukses, akan butuh waktu satu setengah tahun lagi untuk menemukan
jawaban pertanyaan ini. Tentu saja, kalau akselerasi berjalan 1000 kali
tanpa gangguan, hanya 10 jam berlalu di dunia nyata, tapi itu masih
sangat lama dari pandangan ku.
Sudah dua tahun lamanya sejak aku
bangun di hutan dekat Rulid. Selama dua tahun ini, Aku telah diburu
oleh malam tanpa tidur yang membuat ku gemetar, oleh kegelisahan akan
tak mengertinya situasi ku dan keinginan untuk bertemu Asuna, Suguha,
orang tua dan teman-teman ku.
Tapi pada saat yang sama— Aku
sedikit merasa takut untuk menemukan «pintu keluar» di puncak Cathedral.
Sekali aku log out dari dunia ini, itu berarti Aku akan mengucapkan
selamat tinggal kepada banyak orang di dunia ini. Selka dan anak-anak
lain yang sudah lama tidak kutemui, beberapa teman ku di sekolah,
Solterina-senpai yang selalu melatih ku sebagai valet nya selama setahun
ini, dan tentu saja, satu-satu nya «partner» ku, Eugeo.
Sejak
lama sekali, Aku gak bisa memperlakukan mereka seperti AI. Selain
perbedaan kecil yaitu berada di medium jiwa yang berbeda, mereka adalah
manusia seperti ku juga. Kami membutukan waktu dua tahun pindah dari
Rulid ke Zakkaria, dan akhirnya ke Centoria, dan aku punya perasaan yang
kuat tentang hal ini sekarang.
Enggak, itu bukan hanya
persahabatan dan kasih sayang yang simpel dengan Eugeo dan yang lain
nya. Ke dunia yang indah dan sangat luas ini, Aku...
Aku memotong pikiran ku, mengambil nafas panjang, dan mengubur nya dalam-dalam.
Aku
melihat kearah tempat yang kutuju, bangunan yang terlihat tua yang ada
di depan pandangan ku. Bangunan batu yang tinggi nya 2 lantai, dan atap
nya diletakkan dengan ubin batu hijau. Ini adalah asrama dimana 120
murid di Centoria Master Swords Academy tinggal.
Kalau bisa, Aku
benar-benar ingin melompat ke atap dari lantai kedua dan kembali ke
ruangan ku untuk lebih simpel, tapi menurut aturan asrama, Aku gak bisa
melakukan nya. Gak seperti asrama pendekar elit yang santai, asrama
murid pemula dan menengah yang berlokasi agak berdekatan mempunyai
aturan yang ketat seperti Knight of Blood di SAO.
Aku meyakinkan
pikiran ku dan berjalan menaiki tangga batu di pintu masuk,
berhati-hati dan mendorong pintu asrama. Aku untuk sementara melangkah
ke lobi, mengambil 1, 2 langkah maju— dan tiba-tiba ada suara batuk dari
sisi kanan. Dengan deg-degan, Aku berbalik arah untuk melihat sumber
suara itu, dan saling memandang dengan wanita yang duduk dibelakang
counter. Rambut berwarna teh nya diikat dengan rapi, dan penampilan nya
adalah perwujudan dari istilah 'galak'. Wanita itu berumur 25 tahun.
Aku
meletakkan tangan kiri ku dekat dengan pinggang, meletakkan kepalan
tangan kanan di sisi kiri dadaku, memberikan 'Salam Ksatria', dan dengan
keras berseru,
"MURID PEMULA KIRITO TELAH KEMBALI KE ASRAMA!"
"...Tapi sepertinya kau terlambat dari waktu yang ditentukan selama 38 menit."
Gak
ada jam didunia ini, jadi manusia hanya bisa mengecek jam dengan «Bells
of Time-Telling» yang ada di seluruh penjuru kota, termasuk di Akademi,
yang berbunyi tiap 30 menit. Normalnya, butuh sihir spesial tingkat
tinggi untuk menentukan waktu dengan akurat, tapi untuk suatu alasan,
wanita itu— Nyonya Azurika, supervisor asrama, sepertinya menggunakan
kemampuan sistem luar atau apapun itu untuk mengetahui kalau sekarang
jam 5.38pm.
Aku mempertahankan posisi salam ku, menurunkan suara ku sedikit, dan menjawab,
"Itu karena Saya mendapat pelajaran tambahan dan tips praktis dari mentor ku, pendekar elit Celulute."
Mendengar perkataan itu, Suster
Azurika menatap ku dengan mata hijau kebiruan nya. Entah karena aura
galak yang mengelilingi nya atau karena nama yang familiar, Aku teringat
akan seseorang. Aku pernah berfikir ingin bertanya sebelum Aku pergi
"Apa kamu punya saudara di Utara bernama Suster Azariya?" , tapi sayang
sekali, Aku gak pernah punya kesempatan untuk melakukan nya. Kapan pun
Aku berbicara dengan nya, Aku selalu mendapatkan peringatan, seperti
sekarang.
"...Memang gak bisa diapa-apain berhubung tugas valet
adalah untuk menerima bimbingan dari pendekar elit. Tapi Murid Pemula
Kirito, mungkin kamu gak pernah menggunakan nya sebagai tugas, tapi
sebagai alasan untuk telat pulang... Kamu gak pernah menghapuskan
kecurigaan ku selama ini."
Mendengar hal ini, Aku melepaskan
Salam Ksatria ku, meletakkan tangan kanan ku kebelakang kepala,
melemaskan otot-ku dan tersenyum dengan paksa,
"A-Anda
benar-benar suka bercanda yah, Nyonya Azurika. Tujuan ku hanya
mengembangkan sword skill, Telat pulang hanyalah efek samping nya. Saya
gak pernah pulang telat dengan sengaja, gak akan pernah!"
"Aku
mengerti. Jadi kamu menghabiskan setahun bekerja keras sampai melanggar
jam lama. Sepertinya kau mungkin sudah melatih dirimu sendiri sampai
tingkat yang terolah. Kalau kamu benar-benar ingin melihat hasil latihan
mu, Aku akan benar-benar senang untuk menjadi lawan tanding mu, kau
mau?"
"Hukk." Aku membeku lagi saat mendengar hal ini.
Sacred
Task Nyonya Azurika adalah menjadi 'Supervisor Asrama Murid Pemula,
Master Swords Academy Centoria Utara', dan bukan sebagai instruktur.
Namun, semua orang dewasa di akademi ini pada dasarnya lulusan Akademi
ini, jagi dengan kata lain, kemampuan sword skill mereka bukan main.
Setiap murid disini tau kalau murid yang gak melanggar peraturan, tapi
melakukan sesuatu yang menentang nya, akan diberikan remedial spesial
yang mengerikan dari nya, seorang pengguna Nolgea-style.
Kalau
begitu, apa yang akan terjadi jika ada murid yang melanggar peraturan—
Untunglah, hal seperti itu gak akan terjadi. Orang-orang yang tinggal di
dunia ini, Fluctlight buatan mempunyai sifat unik yang 'gak bisa
melanggar peraturan'. Hanya ada satu pengecualian, Aku, seseorang dari
medium Fluctlight yang berbeda.
Memikirkan hal itu, benar-benar
ajaib bahwa Aku gak pernah sekalipun melanggar peraturan sekolah ini
selama setahun kebelakang. Aku menelan pikiran ini dan menggelengkan
kepalaku dengan keras.
"Enggak, kenapa Saya berani-berani nya merepotkan mu, Azurika-sensei? Saya baru saja menyelesaikan tahun pertama latihan saya."
"Beneran? Kalau begitu, tunjukkan hasil latihan mu padaku setelah kamu menyelesaikan tahun kedua mu."
"...Ya, pasti."
Aku
harus menundukkan kepala ku dan berdoa sungguh-sungguh agar ia
melupakan tentang hal ini tahun depan. Nyonya Azarika akhirnya
memalingkan mata nya menuju dokumen di tangan nya dan berkata,
"Waktu makan malam 17 menit lagi. Jangan telat."
"Y-Ya! Permisi!"
Aku
kemudian menunduk, dengan cepat berbalik arah, dan berlari keatas
melalui tangga besar didepan dengan kecepatan maksimum yang
diperbolehkan. Eugeo dan Aku tinggal di ruangan 206 di lantai dua. Ada
10 orang yang tinggal di ruangan, tapi 8 orang lain nya semuanya
baik-baik. Mereka dari ruangan 106, tempat perempuan tinggal, dan
ruangan 206 ini semuanya adalah murid dengan latar belakang rakyat
jelata. 100 orang lain nya semuanya anak bangsawan dan anak saudagar
kaya. Ini dilakukan untuk mencegah interaksi yang canggung di ruangan...
dan beberapa alasan lain. Aku dengan mulus menghindari murid yang
sedang berbincang dan tertawa di koridor sambil menuju ke kantin,
membuka pintu di ujung bagian barat, dan pada saat aku memasuki ruangan—
"Kau sangat lambat, Kirito!"
Sebuah suara menyambut ku.
Tentu
saja, yang berbicara adalah partner yang duduk di tempat tidur kedua
dari belakang di sisi kanan...bukan, partner yang sudah berdiri, Eugeo.
Tubuh
yang berdiri dengan kedua tangan di pinggang nya lebih tinggi 3cm
dibanding 2 tahun yang lalu, dan fisik nya terlihat lebih kuat. Sudah
dapat diperkirakan, berhehubung ia berumur 19 tahun ini— Namun, wajah
ramah dan kilauan di mata hijau nya sama sekali gak berubah sejak
pertama kali Aku bertemu dengan nya. Selama dua tahun ini, ada beberapa
kejadian yang gak menyenangkan, mau itu pada tahun pertama saat
masa-masa menjadi pasukan penjaga Zakkaria, atau pada tahun kedua saat
kami belajar di Akademi ini, tapi jiwa yang teguh itu gak pernah
menunjukkan sedikit pun kegoyahan.
Sebaliknya, kalau berbicara
tentang diriku, secara personal Aku gak pernah berubah, tapi yang
menakutkan adalah fisik ku sudah berubah seperti partner ku. Aku tambah
tinggi, dan otot ku tambah kuat. Aku berumur 17 saat masuk kedalam dunia
ini. Dengan kata lain, ada perbedaan waktu 2 tahun antara diriku yang
ada di UnderWorld dengan diriku yang ada di dunia nyata.
Setelah
menghabiskan waktu 2 tahun di SAO sebelum bebas, Aku bisa mengatasi
ketidaknyamanan itu, tapi ketika aku melihat kondisi yang sekarang,
sepertinya aku mungkin harus menghabiskan 3-4 tahun sebelum berasil
keluar... sambil berfikir tentang hal seperti itu di pikiran ku, Aku
berjalan kearah partner ku, membuat isyarat 'maaf' dengan tangan kanan
ku, lalu berbicara,
"Maaf membuatmu menunggu. Latihan ku dengan Rina-sanpai kali ini extra panjang..."
"...Yah, hari ini adalah yang terakhir, jadi bukan nya aku gak ngerti."
Ucap Eugeo sambil menatap ku. Setelah itu, ia tiba-tiba menunjukkan sedikit senyum.
"Tapi sebenarnya, Aku juga telat 12 menit. Aku keasyikan ngorol dengan Gorgolosso-senpai di ruangan nya."
"Apa,
jadi kamu baru sampai juga... Tapi benar-benar gak terduga. Kupikir
Golosso-senpai itu orang yang akan menggunakan pedang nya untuk
memberikan pelajaran terakhir nya."
Aku berjalan melewat Eugeo,
menuju ke tempat tidur paling jauh yang dekat dengan tembok dan menyatu
dengan meja, dan menaruh sarung tangan, pelindung siku dan pelindung
lutut diatas laci. Kalau ini di dunia nyata, alat pelindung untuk kendo
pasti akan mengeluarkan bau yang menjijikkan kalau aku tinggalkan
seperti ini, tapi gak perlu khawatir tentang hal seperti itu saat
bakteri gak eksis di dunia ini. Seragam yang tadinya basah karena
keringat saat latihan sekarang sudah mengering dengan ajaib — meskipun
Rina-senpai gak pernah berkeringat sama sekali dari awal sampai akhir.
Setelah melepaskan beban dari tubuh ku, Aku mengangkat kepala ku, dan Eugeo memberikan senyum masam dan menjawab.
"Kamu
harusnya gak melihat Gosso-senpai seperti itu, ia sebenarnya banyak
fokus ke masalah teori juga... Bukan, kurang tepat kalau aku mengatakan
nya begitu. Ia bilang kalau aspek mental dan estetika sangat penting
juga..."
"Ahh, Aku bisa mengerti itu. Valto style yang pria itu gunakan terasa lebih fokus ke one-hit-ko dibanding dengan Nolgea style."
"Itu
benar. Dasar dari Aincrad style kita untuk merespon pada saat genting.
Namun, senpai sering bilang padaku, 'Sesekali, pendekar pedang harus
mempertaruhkan segala nya pada momentum kuat yang gak bisa digoyahkan
untuk melancarkan serangan yang kuat!'"
"Aku mengerti. Hal itu
mungkin benar. Sekarang kau mengatakan nya, Kurasa gerakan pedangmu
menjadi lebih berat akhir-akhir ini... Tapi kalau aku bilang begitu,
bagaimana kalau Aku menggabungkan Aincrad-style dimana Aku harus
merespon pada situasi genting dengan Celulute-style yang terus berubah?"
—Kami berdua berjalan keluar kamar sambil bertukar pikiran seputar topik ini.
Sepertinya
8 orang lain nya sudah keluar ke kantin berhubung kami gak bisa melihat
mereka di koridor. Asrama ini, satu-satu nya peraturan tentang makan
malam ialah kami harus menyelesaikan makanan kami sebelum jam 7pm, jadi
kami harus sampai disana jam 5 lewat sedikit, tapi kami akan mendapat
masalah kalau kami ketinggalan waktu berdoa sebelum makan malam. Bagi
murid-murid lain yang seorang bangsawan, kami hanyalah 'cowok arogan
yang hanya rakyat jelata, tapi terpili menjadi salah satu dari 12
valet'.
Kami berjalan secepat nya dan menuju ke kantin besar di
sisi paling Timur. Bukan suatu kebetulan bahwa kamar rakyat jelata
berada paling jauh dari kantin. Kudengar asrama pendekar elit juga
sama-sama terletak paling jauh bagi rakyat jelata, tapi pada bulan
April, kami gak perlu melewati jalan panjang ini— Kupikir. Itu karena
kami akan menjadi salah satu dari 12 murid top saat ujian kenaikan pada
akhir bulan, dan dipastikan menjadi pendekar pedang elit.
Pada saat ini, seperti nya Eugeo memikirkan hal yang sama dan dengan pelan berkata,
"...Sudah gak banyak lagi sisa hari dimana kita harus 'berjalan melewati koridor dengan cepat'"
"Ahh,
dibandingkan disini, asrama pendekar elit benar-benar kebebasan... Tapi
Eugeo, ada sesuatu yang Aku belum terbiasa tentang kehidupan pendekar
elit..."
"Gak perlu kamu bilang juga Aku udah tau. Ini tentang memiliki valet, kan?"
"Jawaban
yang bagus. Aku senang Aku bisa membantu Rina-senpai melakukan sesuatu
dan menerima bimbingan nya... Tapi kalau Aku ada di posisi senpai..."
"Ya... Aku gak tau apa yang akan terjadi kalau anak bangsawan menjadi valet kita..."
Kami berdua menghela nafas yang panjang.
Pada
saat ini, kami akhirnya melewati koridor yang panjang. Kami mendorong
pintu didepan kami, dan atmosfir yang berdegung keluar dari dalam,
mengelilingi kami. Kantin ini menduduki lantai pertama dan kedua, dan
satu-satu nya fasilitas umum yang laki-laki dan perempuan gunakan
bersama-sama. Kebanyakan dari laki-laki, yang merupakan mayoritas dari
120 murid, duduk berkelompok di meja mereka, sama juga seperti
perempuan, tapi di tengah, ada beberapa orang berkemampuan tinggi dari
jenis kelamin yang berbeda asyik ngobrol dan tertawa. Hal itu gak
terlalu berbeda dengan dunia nyata.
Eugeo dan Aku buru-buru
menuruni tangga, mengambil nampan yang makan malam nya sudah disiapkan
dari counter, dan pergi ke meja kosong di pojokan. Kemudian bel jam 6
berbunyi. Sepertinya kami gak telat. Aku sedikit menghela dengan lega.
Murid
laki-laki (tentu saja, bangsawan kelas atas) yang merupakan ketua
asrama berdiri dan menjunjungkan doa kepada Gereja Axiom. Semua murid
mengucapkan sebuah kata-kata bersama-sama «Awai Ardmina». Aku sama
sekali gak tau apa arti kata-kata ini. Akhirnya, waktunya untuk makan.
Menu
makan malam hari ini adalah whitefish goreng yang diberi saus vanilla,
salad, sup sayuran dan dua roti. Ini gak terlalu berbeda dengan makanan
yang disiapkan Gereja di Rulid dan peternakan Zakkaria, jadi benar-benar
mengejutkan untuk melihat sekolah berisi banyak bangsawan menyediakan
makanan pribumi, tapi mereka gak menunjukkan rasa gak puas dan dengan
normal memakan nya.
Itu karena, meskipun mereka bangsawan, gaya
hidup mereka tak terduga ternyata simpel— atau enggak. Sepertinya
«Sumber Daya» yang unik dari UnderWorld adalah alasan nya.Untuk
menjelaskan hal ini, ada sebuah sistem, 'batasan dari berapa banyak
objek yang bisa diproduksi di area tertentu'. Itu berarti mereka hanya
bisa mendapatkan beberapa jumlah hasil panen, ternak, hewan liar dan
ikan pada waktu tertentu, dan batasan itu gak bisa dirusak.
Kalau
ada bangsawan yang memonopoli makanan dalam jumlah besar, berarti akan
ada beberapa dari rakyat jelata yang akan mati kelaparan. Life mereka
akan berkurang. Ini adala sesuatu yang melanggar Taboo Index 'tidak
boleh mengurangi Life orang lain tanpa alasan yang valid', dan bahkan
bangsawan atau raja pun gak bisa melanggar nya. Demikian, dengan cara
ini, desakan untuk memiliki berbagai jenis makanan itu berhubungan
dengan mempertahankan Life, dan memonopoli makanan itu sudah terlarang
dari awal... atau seperti itulah masalah nya kira-kira."
Tapi meskipun mereka gak menuntut makanan mewah, bukan berarti kalau semua bangsawan itu orang baik.
"...Itu benar-benar bikin iri, Tuan Raios!"
Pada saat kami tak sengaja mendengar kata-kata itu dari belakang kami, Eugeo dan Aku menunjukkan wajah yang jengkel.
"Kita
bekerja keras dan berkeringat membersihkan kantin, tapi beberapa orang
hanya perlu datang dengan santai dan tinggal makan. Bukan nya itu bikin
ngiri?"
Suara yang lain mengucapkan kata-kata itu yang sangat jelas ingin orang lain mendengar,
"Yah, jangan bilang begitu, Wanbell. Valet juga bekerja keras di tempat yang gak bisa kita lihat."
"Kuku, bener juga. Kudengar kalau valet harus menuruti semua kata-kata mentor nya."
"Kalau,
kita bertemu mentor yang latar belakang nya rakyat jelata atau latar
belakang terlarang, kita gak akan tau akan dipaksa melakukan apa saja."
Kami
akan terjebak pancingan mereka kalau kami bereaksi. Karena itulah Aku
hanya membelakangi mereka dan berkonsentrasi menggerakkan garpu ku. Tapi
meskipun Aku bisa menahan tindakan ku, Aku gak bisa menahan kemarahan
didalam hatiku. Bukan masalah kalau hanya Eugeo dan aku, tapi yang
mereka singgung 'rakyat jelata' disini adalah mentor Eugeo,
Gorgolosso-senpai, dan 'terlarang' merujuk pada mentor ku,
Solterina-senpai.
Pola mereka mengejek kami bukan hanya terbatas
pada mengejek mentor kami. Mereka sudah berusaha memancing kami dari
awal saat mereka berkata 'beberapa orang hanya perlu datang dengan
santai'. Meskipun ada banyak valet lain disini selain Eugeo dan aku,
hanya kami berdua yang masuk saat hampir makan malam dimulai. Dengan
kata-lain, ejekan itu memang sudah ditargetkan pada kami.
Kami
bertemu beberapa orang yang mengesalkan di Zakkaria sebelum nya. Saat
turnamen, orang itu, Egome Zakkalight yang menjadi lawan ku adalah orang
yang agak standard dari segi kearoganan nya, tapi cara sinting mereka
menentang kami di Akademi benar-benar membuatku terkesan. Ini adalah
salah satu alasan kenapa 'semua penduduk didunia ini adalah Fluctlight
buatan, AI' dihapus seluruh ingatan nya, dan itu mungkin karena kaya
akan kosakata yang mereka punya.
"...Cukup bertahan selama beberapa hari."
Yang berbicara dengan pelan adalah Eugeo, yang duduk disamping ku sambil merobek roti.
Kata-kata
itu mempunyai arti dari 'kita akan menjadi pendekar elit, kita akan
pergi ke asrama yang berbeda dengan orang-orang itu'. Bagi Eugeo,
mungkin ini kata-kata yang kompetitif, tapi bukan berarti pemikiran
tanpa dasar.
Dari 120 Murid, hanya 12 yang akan menjadi «Valet»,
dan mereka semua dipilih oleh 12 «Pendekar Elit» murid tahun kedua dari
murid kelas satu yang top.
Kalau menjadi valet, mereka gak
perlu membersikan asrama atau memperbaiki peralatan mereka. Namun,
setelah sekolah, valet harus pergi ke kamar pendekar elit, mentor
mereka, membersihkan kamar mereka, melayani mereka, dan menjadi lawan
sparing mereka.
Gak ada dari mereka berdua yang mengucapkan
kata-kata sarkasme yang menjadi valet, itu berarti nilai mereka lebih
rendah dari pada Eugeo dan Aku pada saat penerimaan. Selama satu taun
ini, mereka selalu mondar-mandir diantara peringkat 20 sampai 30, jadi
Eugeo bukan hanya asal memprediksi kalau mereka gak akan menjadi
pendekar elit.
...Tapi sebenarnya, apa yang terjadi...?
Aku bergumam dalam hati sambil memegang pisau makan, menatap sosok
dibelakang ku yang terpantul di pisau silver yang berkilau ini.
Dua
orang yang duduk di meja yang agak jauh terus melanjutkan pembicaraan
sarkastik mereka sambil melihat kesini. Orang yang duduk dikiri dengan
rambut abu-abu yang disisir kebelakang, menutupi bagian belakang kepala,
bernama Wanbell Jezeku, dan dia adalah anak bangsawan kelas-4. Di
kanan, murid dengan rambut pirang keriting yang diikat kebelakang adalah
anak tertua dari suatu bangsawan kelas-3 bernama Raios Antinos. Di
akademi ini, gak ada bangsawan kelas-1 (sepertinya mereka sudah
memanggil guru privat sendiri dan menjadi murid mereka), dan mereka yang
bangsawan kelas-2 ialah Uolo Levanteinn dan beberapa orang lain nya.
Kemudian, bangsawan kelas-3 disini adalah golongan yang dihormati
disini.
Namun, gak semua bangsawan kelas atas seperti mereka.
Aku sebenar nya gak banyak berinteraksi dengan mereka, tapi Uolo-senpai
adalah tipe prajurit yang selalu diam, dan Rina-senpai, yang merupakan
bangsawan kelas-3 seperti Raios, adalah orang yang sangat jujur dan
beradab.
Dengan kata lain, Raios dan Wanbell benar-benar tipe
'tuan muda yang cuman bisa ngomong dan gak bisa apa-apa'... Tapi apa
cuma begitu saja? Aku bertanya-tanya. Aku gak pernah bertanding melawan
mereka sebelum nya, tapi ada kemungkinan kalau mereka hanya main-main
saat melakukan ujian tiap 3 bulan... Atau bahkan saat tes masuk.
Tentu
saja, alasan kenapa mereka melakukan hal itu karena 12 murid top
semuanya akan dipilih menjadi valet pendekar elit. Dan di Akademi, hal
ini biasanya adalah suatu kebanggaan, tapi bagi Raios dan yang lainnya
yang punya harga diri paling besar di sekolah, mereka mungkin
merendahkan ranking mereka dengan sengaja agar enggak menjadi valet dan
disuruh ini dan itu oleh mentor mereka.
Tentu saja, ini hanya
tebakan asal, tapi di latihan yang sebenarnya, Aku merasakan sedikit
tekanan saat melihat «styles» mereka. Aku merasakan rasa tinggi-diri
absolut yang dimiliki hanya oleh bangsawan kelas atas, dan kekuatan
imajinasi yang keluar dari hal itu.
"...Oi Kirito, piring nya udah kosong tuh."
Eugeo
menyenggol ku dengan siku, dan Aku akhirnya sadar. Aku telah
menggunakan garpu di tangan kiriku untuk mencoel salad yang ternyata
sudah habis. Aku buru-buru menurunkan pisau di tangan kanan ku dan
berniat untuk memotong ikan goreng, tapi ternyata ikan goreng itu sudah
menghilang tanpa sadar. Aku seperti nya terlalu fokus kepada grup Raios
dan gak punya waktu untuk menikmati momen makan malam-ku, yang merupakan
momen kedua dimana aku paling bahagia. Kayak nya Aku udah terpancing
oleh mereka.
Dan juga, hal yang membuat ku paling senang, yaitu latihan ku dengan Rina-senpai sudah berakhir hari ini—...
Belum,
belum berakhir. Tugas ku sebagai valet resmi nya berakhir hari ini,
tapi besok, pada hari istirahat, ada janji yang penting. Janji untuk
menunjukkan sword skill milik ku.
Aku akhirnya mengingat sesuatu yang penting, menaruh garpu dan pisau ku, dan mendekatkan wajah ku ke Eugeo,
"Dengarkan aku, Eugeo. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu nanti. Setelah makan malam, datang ke halaman bersama ku."
"Aku mengerti, oke. Aku penasaran gimana kabar 'kebun bunga' mu, Kirito."
"Fufu, lancar. Pasti cukup waktu nya untuk upacara kelulusan."
"Heh, Aku menantikan hal itu."
Setelah
kami menyelesaikan bisik-bisik kami, kami mengangkat nampan kami dan
berdiri. Kami melewati grup Raios yang masih mengoceh, meninggalkan
mereka dan buru-buru pergi karena hidung kami hampir mati-rasa karena
mencium aroma tajam mereka yang seperti binatang itu.
Setelah kami mengembalikan alat makan kami ke counter, kami berjalan keluar kantin dan menghela nafas berat secara bersamaan.
Bel
yang berbunyi beberapa menit yang lalu berbunyi lagi, jadi sekarang,
waktu nya sudah lewat 6.30pm. Jam bebas dari sekarang sampai 10pm, tapi
kami gak boleh keluar asrama, dan pada jam 8pm, kami harus kembali ke
kamar kami. Demikian, kami hanya bisa berlatih atau belajar pada saat
ini— Tapi ada satu PR yang harus aku kerjakan setelah makan malam setiap
hari.
Disisi barat asrama (lawan arah dari kantin), ada pintu
kecil, dan ada kebun kecil diluar. Kebun itu dikelilingi pagar besi yang
tinggi, dan meskipun gak ada atap, disini masih dihitung area asrama.
Kebun
yang kotak terbagi menjadi 4 blok petak bunga. Tiap petak mempunyai
tanaman yang berbeda, yang tumbuh, ataupun yang mekar. Beberapa murid
ditugaskan untuk menjaga bunga ini, tapi bunga ini bukan cuman berfungsi
untuk dipandang. 4 jenis bunga ini adalah material katalis yang
digunakan untuk pelajaran Sacred Arts. Bunga-bunga ditanam tiap 3 bulan,
jadi buah nya bisa dibudidayakan sepanjang tahun. Kalau buah yang
kering dihancurkan dengan jari, Sacred power akan keluar dari nya, dan
murid-murid menggunakannya sebagai sumber daya latihan Sihir.
Tentu
saja, Bumi dan Matahari terus menerus memberikan sumber daya, tapi
kekuatan Bumi di kota sangat lemah, dan Matahari suka terpengaruh oleh
cuaca. Harus ada energi dengan bentuk selain kedua hal itu jadi 120
murid setiap tahun dapat menggunakan sihir mereka dengan handal.
Seperti
hal nya musim semi ini, bunga yang mekar musim ini adalah Anemone biru
yang ada di sisi Timur Laut. Sepertinya adalah prioritas tinggi seperti
Marigold di Musim Panas, Dahlia di Musim Gugur dan Cattleya di Musim
Dingin... Dengan kata lain, bunga-bunga inilah yang memberikan sumber
daya terbesar.
Selama kira-kira 380 tahun UnderWorld ada, segala
bentuk kehidupan mempunyai perubahan unik mereka tersendiri, tapi
mereka tetap sama jenis nya dengan seperti di dunia nyata. Aku bisa
mengerti penting nya tanaman ini, tapi Aku gak begitu yakin kalau mereka
sama seperti yang di dunia nyata.
Setelah bunga layu, mereka
akan menghasilkan buah yang berbentuk seperti bola. Jika seseorang
menggunakan jari nya untuk menghancurkan nya, cahaya hijau (Sacred
Power) akan mengapung... Jadi hal ini sama sekali gak ada hubungan nya
dengan yang dunia nyata.
Selama pelajaran Sacred Arts, guru
pernah menyebutkan sebelum nya kalau selain «4 Bunga Suci», ada tanaman
ajaib bernama «Mawar» yang memberikan sumber daya yang besar dan
menghasilkan bunga berkali-kali setiap tahun. Para penduduk, dan bahkan
bangsawan dan raja gak dibolehkan menanam nya. Kalau ingin melihat nya,
mereka harus pergi ke tempat langka dimana mawar itu tumbuh di sebuah
gunung. Begitu mendengar nya, Aku menyadari kalau Aku gak pernah melihat
mawar asli sejak Aku datang ke dunia ini. Kalau begitu, berarti mawar
itu mungkin digunakan sebagai tanda Sacred Tool.
Aku terus
menikmati dan menatap Anemones yang indah itu saat Aku segera melewati
jalanan berbentuk X dan pergi ke arah barat. Ada gudang yang besar di
ujung, dan sekop, selang dan alat-alat bercocok tanam lain nya ditaruh
disana dengan rapi.
Di tempat tertutup di gudang, ada pot bunga keciil. Eugeo dan Aku jongkok di depan nya.
"Benar, tumbuh dengan baik. Bukannya akan menghasilkan buah disini?"
Aku mengangguk mendengar perkataan partner ku,
"Udah gagal 3 kali. Baguslah kalau bisa mekar kali ini..."
Yang
kami besarkan di pot bunga ini adalah tanaman dengan daun yang tajam
yang hampir seluruhnya biru. Tanaman yang bernama Zephyria, dan
sepertinya merupakan tanaman langka di UnderWorld. Memang gak
menghasilkan banyak sumber daya, tapi memiliki keindahan yang sangat
luar biasa... setidak nya menurut kami seperti itu. Alasan kenapa kami
gak tau? Itu karena Eugeo dan Aku dan semua orang di Kerajaan
Norlangarth gak pernah melihat Zephyria asli sebelum nya.
Bunga
Zephyria ini adalah tanaman yang tumbuh di sisi lain dari «Immortal
Wall», tanaman dari «Kerajaan Wesdarath». Gak ada yang menanam ini di
Kerajaan Utara.
Ada transaksi antar kerajaan meskipun bunga
bukan hal utama, jadi gak mengagetkan untuk melihat bunga-bunga dan
apapun yang berhubungan dengan bercocok tanam. Namun, bukan begitu yang
terjadi. Alasan kenapa gak ada Sacred Task seperti «Tukang Bunga» adalah
karena 'bunga yang gak bisa dimakan seharus nya ditanam untuk
kepentingan pribadi. Mubazir Sacred Power kalau dijual'. Ada yang
namanya 'penjual herbal', dan mereka menanam tanaman di perkebunan, tapi
hanya 4 tanaman suci. Dunia ini memanfaatkan ideologi ini dengan
efektif.
Kalau begitu, darimana Aku mendapatkan bunga Zephyria ini—?
"Aku yakin ini pasti dari sekumpulan biji yang kamu dapatkan, kan, Kirito?"
Aku mengangguk mendengar pertanyaan Eugeo.
"Ahh,
ini yang terakhir... kesempatan terakhir. Paman dari toko rempah itu
bilang suplai selanjutnya akan datang musim gugur berikut nya."
—Ya,
meskipun gak ada yang menjual bunga, tapi ada orang yang menjual biji.
Saat biji Zephyria ditumbuk menjadi bubuk, mereka mengeluarkan aroma
harum vanilla. Demikian, beberapa biji akan di impor dari kerajaan Barat
sebagai bumbu dari suatu makanan... ini adalah sesuatu yang kudapat
musim gugur terakhir.
Pada waktu itu, Aku pada dasarnya gak
pernah menggunakan uangku, gaji yang kudapatkan sebagai penjaga
Zakkaria, jadi Aku membeli sebanyak mungkin dari pedagang rempah —namun,
ia hanya memiliki kantung kecil penuh biji— dan aku mencoba untuk
membesarkan nya.
Ada dua alasan kenapa Aku tiba-tiba tertarik bercocok tanam.
Pertama, ini adalah eksperimen terhadap sesuatu yang tersembunyi didalam dunia ini, yang kunamakan «Imagine System».
Paman
dari Toko Rempah bilang padaku kalau bunga Zephyria gak akan bisa
tumbuh di tanah Norlangarth. Aku berfikir untuk menggunakan tanah dari
Kerajaan Barat untuk membesarkan nya, dan bahkan berlari sepanjang
jalanan di pinggir Central dan menggali sedikit tanah. Namun, biji
pertama yang kutaruh gak pernah tumbuh, dan kemudian, Life nya berkurang
menjadi 0 kemudian menghilang di pot bunga. Namun, hal ini gak
ditentukan oleh orang-orang di dunia nyata yang mendesain dan
mengoperasikan UnderWorld ini. Bunga ini berbeda dengan Anemone dan
Cattleya dan yang lainnya; bunga ini gak ada di dunia nyata.
Kalau begitu, kenapa bunga Zephyria bisa tumbuh di Kerajaan Barat, tapi enggak di Kerajaan Utara?
Itu
pasti karena— orang-orang di dunia ini percaya dengan kuat akan hal
itu. Imajinasi yang para penduduk sebut ilmu pengetahuan menyebabkan
parameter dari «Zephyria» di memori pokok menjadi seperti itu. Terus,
kalau, kalau Aku punya imajinasi yang 10 kali lebih kuat dari pada «akal
sehat para penduduk» dan mengumpulkan nya di biji ini, apakah Aku bisa
menulis ulang paramter itu, meskipun hanya untuk sementara...?
Menggunakan
kekuatan imajinasi satu orang untuk melampaui ribuan orang mungkin
terdengar mengada-ngada, tapi, apa yang akan terjadi?
Yang ingin
kutantang adalah pengetahuan umum yang kuno yang telah menyebar dari
kata-kata sejak beratus ratus tahun yang lalu. Di UnderWorld yang
sekarang, gak banyak orang yang berfikir Zephyria hanya bisa tumbuh di
Kerajaan Barat! ...atau mungkin gak ada satupun. Dengan kata lain,
parameter Zephyria di memori utama gak punya belenggu yang kuat.
Kalau
begitu, kalau aku meneruskan hal ini setiap hari, kalau aku
mengumpulkan imajinasi ku pada biji ini... Enggak, kalau Aku berdoa agar
biji ini mekar setiap hari, mungkin kah bagiku untuk melampaui
pengetahuan umum yang kuno ini?
Mempertimbangkan hal ini, Aku mulai menyiram bunga ini dari musim gugur terakhir dengan air dan imajinasi.
Pertama-tama
gagal, dan kemudian gagal kedua kalinya. Tapi untuk yang ketiga, biji
itu tumbuh sekitar 5mm. Memang hampir layu, tapi ini sudah menjadi hasil
dari melakukan hal yang 'mustahil'. Aku mengacuhkan sisa biji yang lain
di eksperimen ke empat ini, dan akan datang kesini setiap hari, sebelum
Aku masuk kelas pagi hari, dan setelah makan malam, dan menggumam
kepada nya sambil mengumpulkan lebih banyak konsentrasi dari yang
sebelumnya, mengucapkan "Kamu pasti akan tumbuh, berkembang dan menjadi
bunga yang indah."
Akhir-akhir ini, kalau aku menggumamkan hal
itu kepadanya, Aku kadang-kadang melihat kilauan yang samar-samar dari
kecambah lunak nya. Apapun itu, hal ini pasti kesalahan mataku...atau
kesadaran ku, tapi aku percaya kalau 23 kecambah yang kulihat di bunga
ini pasti akan tumbuh menjadi bunga yang indah.
"Nih, Kirito. Aku bawa air."
"...Ah, maaf ngerepotin."
Sepertinya
Eugeo telah mengisi penyiram untuk ku saat Aku sedang jongkok didepan
pot bunga ini. Aku berterima kasih pada nya, menerima penyiram itu, dan
partner ku tersenyum sambil berkata,
"Tapi omong-omong, Kirito,
kita udah bersama-sama selama dua tahun, tapi Aku gak tau kalau kamu
tertarik akan hal yang beginian."
"Yah anu, sebenarnya, Aku sebenarnya juga gak tau kenapa..."
Itu
hanya jawaban asal, dan gak ada makna tertentu dibalik nya. Namun,
ekspresi Eugeo berubah saat ia mendekatiku, sebelum berkata,
"Gak,
ini adalah tanda kalau ingatan mu mulai pulih. Kamu mungkin merawat
bunga di rumah sebelum muncul di Rulid, Kirito... Atau mungkin Sacred
Task aslimu adalah sesuatu seperti ini atau semacam nya."
Mendengar hal itu, Aku menunjukkan tatapan kosong ke wajah partner ku. Kemudian buru-buru berdehem dan berkata,
"Oh-Oh
begitu...kenapa yah? Aku gak tau apapun tentang tanaman. Yang kulakukan
hanya belajar dari tukang kebun Miller dan yang lain nya."
Aku
sebenarnya hampir lupa akan hal ini, tapi Aku adalah «Lost Child of
Vector»... Manusia yang ingatan nya diambil oleh Dewa Kegelapan Vector
dan dilempar ke tempat yang jauh dari desa. Di Akademi, tempat lahir ku
adalah Rulid, jadi hanya Eugeo lah yang tau asal usul ku. Dan juga,
akhir-akhir ini dia gak pernah membicarakan apapun tentang ingatan ku,
jadi kupikir dia udah gak memikirkan nya— tapi kayaknya gak gitu.
Mendengar jawaban ku, Eugeo mengangguk, tapi gak meneruskan nya dan memalingkan pandangan nya ke pot bunga,
"Sip, ayo cepat siram bunga nya. Mereka menyuruh kita untuk bergegas."
"Oh, jadi sekarang kamu bisa mendengar mereka, Eugeo-kun?"
"Tentu saja, Aku sudah mengurus mereka bersama Kirito-kun."
Itu semua hanya candaan lalu Aku bersiap-siap didepan pot bungi dan mulai bergumam dalam hati.
...Pot
ini memang kecil, tapi itu adalah negara mu. Gak ada yang bisa
mengancam mu. Kamu harus besenang-senang dibawah matahari, serap air ini
dan tumbuhlah menjadi bunga.
Aku membiarkan imajinasi ku ini
masuk kedalam air di penyiram, dan menyiram nya dengan tangan kanan ku.
Tetesan air mendarat di batang biru yang agak tipis dan daun dari
Zephyria, melembabkan nya, mengalir kebawa dan menghilang di tanah
hitam.
Pada saat ini, Aku sepertinya melihat kilauan hangat yang menyelimuti ke 23 kecambah.
Apakah
ini imajinasi sepert sebelumnya? Ataukah— selagi aku berfikir seperti
ini, Aku berbalik untuk melihat Eugeo yang ada disamping ku, tapi ia
sepertinya menutup mata nya dan gak menyadari hal ini. Saat aku
memalingkan pandangan ku kembali ke pot bunga, cahaya putih telah hilang
tanpa jejak.
Aku merasa segan ke Eugeo, yang melakukan hal ini
bersama ku demi kesenangan pribadi ku (alasan untuk sebuah experimen),
tapi Aku gak pernah bilang kepadanya kalau ini adalah bunga Zephyria. Ia
pikir ini hanyalah biji yang gak diketahui yang kudapatkan dari toko.
Alasan
kenapa Aku gak mengatakan kebenaran kepadanya adalah karena kalau Aku
bilang kepada nya, akal sehat Eugeo akan terkikis oleh imajinasi ku.
Tujuan dari eksperimen ku bukan untuk bertarung di pertarungan kehendak
melawan partner ku, dan ini sudah pasti bukan lah keinginan pribadi ku.
Jujur saja, Aku selalu takut kalau saat kami menjalani ujian sparing
antara pendekar elit, Aku akan melawan Eugeo...
“...Hey, Kirito.”
Tiba-tiba,
Aku dipanggil oleh Eugeo, yang melebarkan matanya. Secara naluri Aku
menengok untuk melihat, tapi, meskipun ini bukan suara dari hatiku, yang
Eugeo katakan benar-benar tak kuduga,
"Kirito, kalau ingatanmu kembali, apa yang akan kau lakukan setelah nya...?"
"Eh...? Apa yang akan kulakukan? Apa maksudmu?"
"Kau
tau, Kirito, kamu bekerja keras, belajar untuk menjadi pendekar elit di
Akademi ini... untuk akhirnya menjadi Integrity Knight. Kamu hanya
perlu menemani ku untuk mencapai tujuan ku, benar kan? Tujuan ku adalah
untuk menemui Alice, yang dibawa pergi oleh Gereja Axiom 8 tahun yang
lalu, tapi... Kalau ingatan mu pulih dan memikirkan kampung halaman
mu..."
...Kamu pasti ingin kembali, kan?
Eugeo gak mengatakan hal itu tapi bertanya dengan mata nya.
Apa
Aku ingin kembali ke kampung halaman ku? —Tentu saja, jawaban ku adalah
'ya'. Tapi, kampung halaman ku gak ada dimanapun di UnderWorld. Tempat
dimana rumahku berada, dimana orang-orang menunggu ku, adalah negara
yang bernama Jepang di dunia nyata, diluar dunia ini.
Kalau Aku
ingin log out dari sini, Aku harus menemukan Sistem Admin atau Sistem
Konsol atau semacam nya. Dan kalau Aku harus menebak dimana letak benda
seperti itu, jawaban nya adalah area Pusat dari Centoria Cathedral,
Gereja Axiom. Demikian, Aku mempunyai alasan yang berbeda untuk menjadi
Integrity Knight dibandingkan dengan alasan Eugeo.
Aku menahan
keinginan ku untuk memberitau partner ku, bukan, teman baikku;
memindahkan botol kosong ke tangan kiri nya dan menepuk pundak nya
dengan tangan kanan ku. Aku menaruh tangan kanan ku di pundak nya dan
berkata dengan pelan,
"...Enggak, meskipun jika ingatanku
benar-benar pulih, Aku gak akan kembali. Aku benar-benar merasa kalau
aku adalah «Pendekar Pedang» dari tempat Aku berasal... Meskipun aku
punya ketertarikan akan menanam bunga, bukannya tujuan akhir ku adalah
mencapai Turnamen Persatuan Empat Kerajaan di Centoria?"
“...”
Mendengar kata-kata ku, bahu Eugeo sedikit gemetaran.
Ia
tetap berada dalam posisi jongkok nya sambil menundukkan kepala dengan
rambut berwarna kuning muda nya dan berkata dengan suara yang nyaris tak
terdengar.
"...Aku, benar-benar orang yang lemah. Kalau aku gak
bertemu dengan mu dibawah Gigas Cedar, Aku mungkin masih akan
mengayunkan kapak ku setiap hari. Aku hanya akan menggunakan Sacred Task
ku sebagai alasan dan gak pernah serius berfikir akan meninggalkan
desa... dan akhirnya, melupakan tentang Alice..."
Eugeo menatap kearah batu bata disamping nya, dan ia mengutarakan apa yang ia pikirkan selama ini dengan suara yang amat kecil.
"...Itu
juga sama dengan saat Aku bergabung dengan pasukan penjaga di Zakkaria,
dan sama dengan saat Aku bisa pergi ke Centoria dan masuk ke Akademi
ini. Itu semua karena kamu ada didepan ku jadi Aku bisa melakukan semua
itu, Kirito. Jadi setidaknya... Aku harus menjadi sekuat dirimu sebelum
Aku lulus, Kirito, itu yang kupikirkan. Tapi, saat kamu bilang gak akan
kembali ke kampung halaman mu meskipun ingatan mu pulih... Aku merasa
lega..."
Tangan ku merasakan sedikit gerakan karena terkejut.
Aku
menyalurka tenaga ke tangan kanan ku, dan mulai menggumam dalam hati
seperti yang kulakukan terhadap bunga. Kamu sangat kuat, kamu lah yang
memutuskan untuk meninggalkan desa untuk mencapai tujuanmu di dunia yang
penuh dengan berbagai hukum, aturan, dan segala batasan ini. Aku
bergumam.
"...Dengarkan aku, Aku gak mungkin bisa mencapai Central sendirian."
Sembari Aku bergumam dalam hati, Aku mengatakan hal ini kepadanya.
"Aku
gak tau jalan nya, Aku gak mungkin bisa mengingat hukum-hukum
Kerajaan... Dan yang paling penting, Aku bahkan gak punya sepeserpun
Shears. Alasan kenapa kita bisa sampai ke Akademi ini karena kita berdua
menjalani nya bersama-sama. Hal itu akan sama dengan hari ini dan
seterus nya. Kalau kita enggak bekerja sama, kita gak mungkin bisa
mengalahkan para bangsawan muda dan para elit Imperial Knight yang sudah
belajar saat mereka baru belajar berjalan. Sangat terlambat untuk
berusaha keras sendirian dan menjadi Integrity Knight."
“...”
Bahkan setelah mendengar kata-kata ku, Eugeo tetap terdiam. Tapi setelah beberapa saat, ia balas berbisik,
"Ahh... Ahh, benar. Kita sudah sampai sejauh ini. Jadi kita harus sampai di menara putih itu."
"Ya.
Untuk itu, kita harus menjadi top 12 pada tes bulan ini... Selain skill
praktis, Aku benar-benar gak terlalu ngerti tentang Sacred Arts...
Ajarin aku dengan cara yang mudah setelah kita kembali ke kamar."
"...Haha, oke. Kita mulai dari «Compressed Power» lagi."
"O-Oke."
Aku menepuk pundak Eugeo dan berdiri.
Eugeo,
yang berdiri agak belakangan, meninggalkan senyuman tenang yang
biasanya. Pada saat ini, partner ku memiringkan kepalanya, dan
sepertinya mengingat sesuatu lalu berkata,
"Omong-omong, apa yang mau kamu bicarakan dengan ku di kantin?"
"Eh...? Aah, ahh, iya, Aku hampir lupa tentang hal itu.:
Aku membalikkan badan ku dan menghadap nya, lalu berbicara dengan nada ku yang biasanya.
"Eugeo, boleh kupinjam «Blue Rose Sword» mu untuk kugunakan besok?"
“Hmm, okay.”
Eugeo sepertinya setuju dengan sepenuh hati sambil mengangguk, dan kemudian memiringkan kepalanya.
"Tapi kenapa? Bukannya kamu bilang akan lebih baik berlatih dengan pedang kayu karena kau bilang feel nya bakal ilang?"
"Itu
yang Aku bilang tapi... Masalah nya seperti ini. Aku kemarin berjanji
pada Rina-senpai kalau Aku akan menunjukkan sword skill ku yang sebenar
nya untuk yang terakhir kali. Aku mungkin hanya bisa mengeluarkan skill
dua serangan beruntun dengan pedang kayu."
"Oh, jadi begitu.
Kalau begitu, kamu harus sepenuhnya menunjukkan Aincrad-style yang
sebenarnya. Kamu bisa memakai Blue Rose Sword, tapi..."
Pada saat ini, Eugeo berhenti sejenak, dan kemudian berkata dengan ekspresi yang agak bingung,
"Haduh, Kirito, apa kau lupa? Hari istirahat besok adalah 'hari itu'."
"Eh? 'Hari itu' apaan..."
"Oi oi, tanggal 6 Maret. Kamu sangat menanti hari itu kan."
"...Ah,
ahh, benarkah? Hari benda itu selesai? ...Yah, bukannya Aku lupa...tapi
Aku gak mengira kalau akan makan waktu setahun...."
"Bukannya kamu udah lupa?"
Ahaha, Eugeo tertawa, dan bertanya lagi,
"Jadi, bagaimana? Blue Rose Sword, atau..."
"Enggak,
Aku ingin menggunakan pedang ku sendiri. Sepertinya Stacia-sama
benar-benar telah membimbing ku. Kamu bilang kamu bersedia meminjamkan
pedang mu, maaf."
"Gak apa-apa. Kalau begitu, ayo kembali ke kamar, oke? Aku akan mengajarimu dengan benar sampai lampu mati."
"...Mo-Mohon bimbingan nya."
Aku meletakkan alat penyiram kembali ke gudang dan berlari mengejar Eugeo, yang berjalan keluar.
Aku
menengok kebelakang melihat pot bunga untuk terakhir kali, dan melihat
puncak dari pohon muda itu, terdapat tetesan air di kuncup bunga yang
menunjuk kearah langit malam.
Alasan kedua kenapa Aku memutuskan
untuk menanam Zephyria untuk eksperimen ini— Jujur saja, Aku merasa
ragu setiap Aku memikirkan tentang hal itu.
Karena alasan nya itu sedikit, enggak, sangat memalukan.
Bagian 3
Di
UnderWorld, terdapat berbagai macam Sacred Task, tapi diantara nya,
mustahil untuk menemukan sesuatu yang masuk kedalam kategori
'penjelajah'.
'Pedagang' yang melewati batas negara untuk
berjualan terlihat mirip dengan 'penjelajah', tapi sedikit rumit untik
mendeskripsikan pergerakan mereka sama seperti 'penjelajah'. Itu karena
mereka hanya memindahkan barang-barang mereka dari satu penjuru dari
Central yang bulat ini ke tempat lain, seperti dari Centoria Utara ke
Centoria Timur, atau sebalik nya. Jarak nya juga paling jauh hanya 5km.
Desa
di perbatasan terlihat efisien, dan obat-obatan atau barang-barang
logam yang diproses yang mereka gak bisa produksi semuanya dikirim dari
kota terdekat menggunakan kereta kuda (contoh nya, seperti Zakkaria bagi
Rulid). Sacred Task seperti «Penghibur Keliling» dan «Penyanyi Jalanan»
gak ada, jadi mereka yang ingin pergi berlibur saat waktu bebas nya
akan ada waktunya saat hari istirahat tiap minggu.
Satu-satu nya
pengecualian ialah «Integrity Knights» yang bisa terbang menggunakan
wyvern dari Centoria ke Mountain Range at the Edge 750km, tapi Sacred
Task itu terlalu unik.
Demikian, penduduk di UnderWorld pada
dasar nya gak akan berpindah terlalu jauh. Namun, hal ini bukan berarti
kalau bepergian itu dilarang. Mereka bisa dibolehkan pergi jauh selama
mereka mengikuti aturan Sacred Task mereka seperti agen furnitur
Centoria yang pergi ke Zakkaria di Utara yang jauh. Di samping itu, Aku
sendiri mengikuti peraturan dunia ini dan bahkan telah melewati sebuah
negara.
Dengan kata lain, tergantung kepribadian mereka ingin
pergi melakukan perjalanan atau tidak. Dan untuk kepribadian, 99% dari
penduduk UnderWorld semuanya konservatif.
Namun, bukan berarti kalau gak ada satupun orang yang punya selera yang tinggi akan petualangan.
Salah satunya adalah seorang pengrajin, Satore, yang membuka toko nya di distrik ke-7 Centoria Utara
"Lihatlah benda ini!"
Selagi
suara yang kasar itu berbunyi, beberapa beberapa lempengan batu
berbentuk persegi panjang dilempar tepat didepan ku dan Eugeo,
mengeluarkan suara gemeretak. Tablet batu hitam yang mempunyai tekstur
yang halus terlihat seperti batu asah dari Kerajaan Timur. Namun, saat
ini, tebal semua batu itu telah menjadi kurang dari 2cm, dan
bagaimanapun juga, sepertinya gak bisa digunakan lagi.
"Batu asah Corengan hitam ini bisa digunakan untuk 3 tahun, tapi benda milikmu itu sudah menghancurkan 6 milikku!"
"Be-benarkah begitu...Sa-Saya minta maaf..."
Aku terus meminta maaf pada pemilik toko yang menggelegak merah.
Di
toko «Satore Metalcraft» ini, peralatan dari besi, ornamen dan bahkan
senjata semuanya berjejer. Diantara nya, yang paling menarik perhatian
sudah pasti pedang-pedang yang tergantung di tembok didalam toko ini.
Kenapa sebuah pengrajin tangan mempunyai pedang? Pertama kali Eugeo dan
Aku datang kesini, kami dgn takut menanyakan ini kepada pemilik toko
yang kelihatan galak. Ia sendiri memberikan jawaban yang simpel, "Orang
tua ini ingin menjadi padai besi, jadi orang tua ini membuat pedang."
Aku
menanyakan nya tentang apa perbedaan antara pandai besi dan pengrajin
di dunia ini, dan tak terduga, hanya peralatan lah yang membedakan
mereka. Pandai besi bekerja menggunakan tungku pembakaran, landasan dan
palu untuk membuat produk. Sebalik nya, pengrajin menggunakan pahatan,
palu dan alat ukir. Dengan kata lain, itu hanya perbedaan menempa dan
mengukir.
Di dunia nyata, Aku menggunakan dua jenis peralatan,
«aluminum tempa» dan «aluminum pahat» di sepeda gunung ku, jadi kupikir
disini agak sama... dan jadi saat Aku asal mengatakan 'kalau mereka
berdua memproduksi pedang, gak apa-apa buat nyuruh pengrajin'. Namun,
saat aku mengatakan hal itu, si pemilik toko Satore memelototi ku dengan
pandangan yang tajam dan berkata, "Meskipun jenis besi yang digunakan
sama, hasil jadi nya gak akan sama".
Dari caranya mengucapkan
hal ini, seperti nya meskipun besi yang sama persis digunakan, pedang
yang ditempa diengan temperatur tinggi akan mempunyai prioritas yang
lebih besar (Level Objek atau semacam nya) dibanding memahat pedang.
Karena hal inilah, Satore dipandang sebagai seorang 'penempa palsu' saat
ia mulai membuat pedang.
Pada saat itu, jiwa muda dan petualang
Satore membawa dengan amarah dan motivasi. Ia bekerja keras untuk
menyiapkan produk yang setahun nilai nya, menitipkan tokonya kepada
istri dan murid nya, dan melakukan perjalanan panjang untuk menemukan
material yang bisa membuat pedang yang lebih bagus dipahat daripada
ditempa.
Tapi meskipun itu adalah perjalanan, seorang pengrajin
gak akan mendapatkan izin untuk meninggalkan negara, jadi ia hanya bisa
pindah ke Centoria Utara. Untuk beberapa bulan, ia pindah dari kota ke
kota, desa ke desa, menemukan beberapa material prospektif tapi mereka
gak bisa memenuhi harapan nya. Akhirnya ia mencapai pohon besar yang
tumbuh melewati awan di hutan dekat perbatasan Utara.
Itu adalah
sebuah pohon cedar besar berwarna hitam pucat yang tak terkalahkan yang
gak akan terbakar oleh api, dan gak akan hancur oleh ayunan pedang atau
kapak... tentu saja, itu adalah «Pohon Iblis» Gigas Cedar.
Pada
saat itu, ia bertemu «Penebang» si tua Garitta (yang seharusnya masih
muda pada saat itu) dan menjadi teman. Ia berniat untuk memotong cabang
dari Gigas Cedar untuk mendapatkan material untuk sebuah pedang, jadi ia
memanjat pohon itu melalui pertolongan Garitta, menggunakan parutan
untuk mencoba menggilas cabang yang ia sukai, tapi bahkan gak bisa
membuat sedikitpun potongan selama 3 hari 3 malam.
Satore mulai
menangis saat ia menyerah akan niat nya itu, dan bilang pada si tua
Garitta untuk mengabari nya kalau suatu hari pohon ini berhasil
ditebang. Pada saat itu, ia pasti akan kembali ke hutan ini untuk
mengambil cabang nya.
Si tua Garitta memenuhi permohonan Satore dengan cara yang agak berbeda.
Bulan
Maret terakhir, saat kami akhirnya mencapai tujuan dari perjalanan
panjang kami, Centoria Utara, kami mengikuti perkataan si tua Garitta
dan mengunjungi toko besi Satore. Satore terdiam tak bisa berkata-kata
selama 3 menit saat ia melihat sebuah cabang disajikan kepadanya. Ia
menghabiskan waktu 5 menit untuk memeriksa nya, lalu berkata,
-Beri aku waktu setahun. Setahun kemudian, cabang ini akan menjadi pedang yang tak bisa dipercaya.
—Saking tak bisa dipercaya nya sampai-sampai divine tool milik Integrity Knights gak akan bisa dibandingkan dengan nya.
Dan
kemudian, setelah satu tahun— pada suatu hari, Kalender Dunia Manusia
Tahun 380, Hari ke-7 dari bulan Maret, hari ini, si pemilik menyambut
Eugeo dan aku, yang mengunjungi toko nya ini, dengan ekspresi yang
menggelora.
"Te-Terus... A-Apa pedang nya udah selesai?"
Aku dengan takut menyela komplein tak berakhir dari Satori.
Tutup
mulutmu. Si pemilik toko yang menatap langsung kearah ku dengan jenggot
abu-abu nya mengeluarkan dengusan dan membungkuk kebawah. Satore
mengeluarkan bungkusan paket yang panjang dan sempit dari bawah kasir
dengan kedua tangan nya, mengerahkan tenaga dari tubuh keras nya untuk
mengangkat paket itu.
*GONK!* Paket itu mengeluarkan suara tumpul ketika mendarat di kasir. Si pemilik toko enggak membukanya langsung.
Ia
membiarkan paket nya begitu saja ditangan kanan nya, menggunakan tangan
kiri nya untuk menggaruk jenggot nya, lalu berbicara,
"Anak muda, Aku masih belum bicara tentang pembayaran."
“Ugh.”
Aku
tak bisa berkata apa-apa. Master Swords Academy dikelola oleh negeri,
jadi bayaran sekolah nya gratis. Tapi selama ini, Aku telah menggunakan
uang ku untuk makanan atau hal lain saat hari istirahat, jadi Aku
menghabiskan cukup banyak uang yang kutabung dari pasukan penjaga
Zakkaria. Saat ini, pembayaran untuk pedang (belum lagi biaya usaha 1
tahun dan 6 batu asah tingkat tinggi) sepertinya gak murah disini.
"...Jangan khawatir, Kirito. Aku membawa smua uang ku kesini untuk jaga-jaga."
Aku
benar-benar sangat lega mendengar perkataan Eugeo yang ada dibelakang
ku, tapi untuk suatu alasan, Aku mempunya perasaan yang sangat buruk
tentang hal ini.
Jika, hanya jika, total uang kami masih belum
cukup untuk membayar ini... apakah kami akan melanggar Taboo Index?
Apakah polisi, bukan, para Integrity Knights akan segera datang terbang
kesini untuk menangkap dan mengirim kami ke penjara...?
"—Bukannya aku gak bisa memberikan nya secara gratis."
Setelah
beberapa saat, Satore akhirnya mengatakan kata-kata ini, jadi Eugeo dan
Aku punya keinginan untuk menghela nafas panjang yang lega. Namun,
tepat sebelum itu, ia meneruskan "Tapi",
"...Tapi, anak muda,
kalian harus bisa memakai monster ini. Benda ini dan material nya
sendiri sangat lah berat, dan sepertinya kalian punya cukup kemampuan
untuk menenteng material ini jauh dari Utara sampai ke Centoria... benda
ini mungkin akan menjadi lebih berat ketika menjadi pedang. Penempa dan
pengrajin semuanya dilindungi oleh God Terraria, jadi gak peduli
seberapa kuat pedang nya, seharusnya gak akan ada masalah memindahkan
nya... tapi bahkan orang tua ini hanya bisa mengangkat nya setinggi 1
Mel meskipun sudah sekuat tenaga."
"...Monster, huh?"
Aku menggumamkan kata-kata ini selagi menurunkan kepalaku untuk melihat paket itu.
Meskipun
dibungkus dengan karung yang sangat tebal, Aku bisa merasakan
eksistensi yang mendistorsi ruangan keluar darinya. Untuk suatu alasan,
Aku gak bisa bergerak menuju benda yang sangat menggiurkan bagiku...
atau mungkin tubuhku ini termagnetasi oleh nya selagi Aku ragu.
2 tahun yang lalu, Eugeo dan Aku melakukan perjalanan ke Selatan.
Eugeo
mempunyai Blue Rose Sword, yang disimpan di bawah tempat tidur asrama
murid pemula, diikat di pinggang nya, dan Aku mempunyai cabang pohon
hitam pekat yang kupotong dari Gigas Cedar. Si tua Garitta meminta
tolong padaku langsung untuk meminta pengrajin Satore untuk mengolah
nya, tapi pada momen itu, Aku dikendalikan niatan apakah Aku harus
menguburnya dalam-dalam di hutan atau tidak.
Meskipun sampai
sekarang, Aku masih gak ngerti kenapa. Logis nya, akan lebih nyaman bagi
dua pendekar pedang untuk masing-masing memiliki pedang nya sendiri
dibanding harus berbagi, dan lebih natural. Demikian, Aku harusnya
senang kalau ada cara untuk membuat pedang yang setara dengan Blue Rose
Sword.
Aku menepis sedikit firasat ini dengan akal sehat logika
ku dan Aku membawa cabang Gigas Cedar ini ke Centoria dan memberikan nya
ke Satore.
Dan kemudian, pada hari ini, setahun kemudian,
cabang ini akhirnya berubah menjadi sebuah pedang, menungguku untuk
membuat kontak pertama dengan nya dibalik karung goni.
Aku
mengambil nafas panjang, menghembuskan nya, dan menjulurkan tangan kiri
ku. Aku menggenggam paket itu dan mengangkat nya dari kasir. Perasaan
tebal dan berat bertekanan tinggi terasa, dan berat nya seperti nya
mirip dengan Blue Rose Sword.
Karung goni itu hanya menyelimuti
paket itu sedikit, jadi bagian atas nya akan jatuh kalau dinaikkan
keatas, menampakkan gagang nya.
Pelana nya berbentuk gelendong
yang simpel, dan ada lapisan dari kulit tipis yang diukir membungkus nya
dengan kuat. Knuckle-guard nya terlihat agak kecil, mungkin karena itu
adalah cabang. Gagang pedang nya berwarna hitam transparan dari Gigas
Cedar, dan kulit yang membungkus nya hitam berkilau.
Sarung yang
membungkus pedang juga dibuat dari kulit berwarna hitam. Aku
menjulurkan tangan kanan ku, membiarkan jari-jariku membungkus disekitar
pegangan, dan mengerahkan tenaga dalam satu terjangan.
Sampai
saat ini, Aku telah memakai banyak pedang, tapi sebagian besar darinya
adalah equipment di dunia VRMMO. Pengecualian nya hanyalah pedang bambu
tua di rumah. Tapi meski begitu— atau lebih tepat nya, karena hal ini,
Aku merasakan suatu jenis feeling kapanpun Aku menggenggam gagang
pedang. Perasaan seperti es menjulur ke telapak tangan kanan ku,
melewati pergelangan tangan, lengan, bahu, dan punggung.
Pada lantai pertama Aincrad, saat Aku memakai «Anneal Blade» yang kudapatkan dari misi pertama.
Pada lantai sembilan, saat Aku memakai «Queen's Knightsword» yang diberikan dark elf queen.
Pada lantai 50, saat Aku memakai longsword hitam «Elucidator» yang didrop oleh boss.
Saat Aku memakai longsword putih «Dark Repulser» yang blacksmith Lizbeth tempa untukku.
Dan di dunia peri ALFheim, saat Aku memakai senjata legendaris «Excaliber» setelah usaha keras dan menyakitkan—
Perasaan
dingin yang sama, atau mungkin kuat, menjulur ke seluruh tubuh ku,
membuatku gak bisa bergerak untuk sementara waktu, Kemudian getaran itu
menghilang dan Aku mengerahkan tenaga ku kedalam daerah perutku, menarik
pedang dari sarung pedang hitam itu.
*Jiiinnn—!!* Suara pedang
yang lebih berat dari Blue Rose Sword menggema keseluruh ruangan. Pedang
ini berat, tapi gak ada rasa kalau ini adalah besi yang keras. Tentu
saja, ini berbeda dengan pedang kayu. Ini adalah suara yang menunjukkan
tingkat kekerasan yang tak terdefinisikan, dan juga menunjukkan
kekokohan yang jauh lebih besar. Aku membalikkan pergelangan tangan ku
dan mengarahkan pedang itu ke langit, *riiiin*, dan bilah pedang nya
mengeluarkan sedikit seruan.
“Mu...”
Pengrajin Satore bergumam,
“Wa...!”
Eugeo mengeluarkan sedikit suara.
Dan Aku menahan nafas ku, terpikat oleh pedang di tangan kanan ku.
Panjang
bilah pedang nya bisa dikatakan sama persis dengan pedang lama
kesayangan ku «Elucidator», tapi Aku lah yang memotong cabang ini dari
Gigas Cedar, dan Aku lah yang mengira-ngira panjang nya, jadi hal itu
sudah bisa diduga.
Bilah pedang nya juga ditutupi warna hitam
pekat seperti gagang nya. Namun, ada sedikit rasa transparan ketika
cahaya matahari menyinari nya melewati jendela dari sebuah sudut,
mengeluarkan cahaya emas. Bentuk nya seperti pedang lurus satu-tangan
yang biasa, tapi sedikit lebih lebar dibanding Blue Rose Sword.
Ujung
pedang nya terlihat menakutkan, dan sepertinya kulit ku akan terpotong
kalau Aku menyentuhnya bahkan di bagian terlembut nya dengan tangan ku.
"...Bisakah kau mengayun nya?" Ucap Satore dengan suara yang berat.
Aku
gak menjawab, tapi melihat kesekeliling untuk melihat gak ada pelanggan
lain. Murid yang masih muda gak terlihat akan pergi meninggalkan toko.
Aku
menggerakkan tubuh ku dan berpose paralel dengan counter yang panjang.
Ada ruang lebih dari 5m panjang nya kedepan, dan itu akan cukup untuk
mengetes pedang ini. Aku menggenggam sarung pedang dengan tangan kiri
ku, melebarkan kaki-ku dan condong ke bawah. Aku membuat postur untuk
tebasan vertikal satu-tangan berhubung Aku gak ada niat untuk
menggunakan sword skill.
Tepat didepan ku ada perisai bundar
yang terbuat dari besi. Aku menggunakan benda itu yang kira-kira
berjarak 5m dari ku sebagai target imajiner dan mengayunkan pedang ku.
Selama
setahun ini, Aku selalu berlatih hanya dengan pedang kayu dengan tangan
kanan, dan pedang hitam ini terasa sangat berat. Namun, itu bukanlah
hal yang buruk. Pedang ini seperti memotivasi ku atau memohon padaku
untuk menggunakan nya dengan baik, perasaan berat yang nyaman.
Selagi
pedang ini mengarah ke atas, Aku mengambil langkah kedepan. Menggunakan
momentum yang dihasilkan dari pergeseran bukannya dari kekuatan
pergelangan tangan ku dan mengumpulkan imajinasi ku. Dengan seluruh
energi yang terkumpul di ujung pedang— Aku mengambil langkah tajam
kedepan dan melepaskan momentum ku.
“Sh...!”
Cahaya
hitam melesat di garis lurus. Setelah setelah sesaat, *swoosh*, suara
robekan bisa terdengar di udara. Ujung pedang berhenti tepat sebelum
menyentuh lantai, tapi kekuatan ayunan nya melesat keluar dan membuat
lantai nya bergetar.
Aku pelan-pelan bangun. Eugeo mulai bertepuk tangan, dan Satore berkata dengan kasar.
"Oh... jadi, murid dari Akademi bisa mengayun benda itu, huh?"
"Ini adalah pedang yang bagus."
Aku
merasa kalau gak perlu mengatakan hal yang lain sembari menjawab.
Mendegar hal ini, si pengrajin akhirnya menunjukkan senyum dan menggaruk
jenggot nya sambil berkata,
"Benar-benar kata-kata yang
berlebihan. Benda itu menghabiskan 6 batu asah Corengan... Tapi, janji
adalah janji. Aku gak akan meminta bayaran. Tapi setelah kau menjadi
terkenal, cukup sebarkan kata-kata kalau pedangmu itu dibuat oleh
pengrajin Satore. Benda itu menjadi milikmu sekarang."
"...Saya benar-benar bersyukur."
Aku menundukkan kepalaku, dan Eugeo melakukan hal yang sama. Mengangkat kepalaku dan menyarungkan pedang ini.
Satore menatap pedang hitam ini selama dua detik, dan kemudian tertawa kecil.
"Kau bisa menentukan nama pedang itu. Pedang itu akan menjadi tanda toko ku. Jangan berikan nama yang aneh-aneh."
“Uu...”
Aku
sedikit terdiam mendengar kata-kata ini. Kemungkinan besar, itu karena
semua equipment ku sebelumnya sudah mempunyai nama, jadi Aku gak terlalu
handal memberi nama.
"...Sa-Saya akan memikirkan nya dengan
hati-hati. Terus, kalau Life pedang ini turun, Saya akan datang kesini
untuk meminta memperbaiki nya..."
"Um. Pertama-tama aku akan mengatakan ini. Jangan harap untuk mendapatkan nya gratis selanjutnya."
"Te-Tentu saja."
Kami bertukar kata-kata, dan Aku menunduk lagi untuk terakhir kalinya sebelum melangkah kearah pintu keluar dengan Eugeo.
Pada
saat ini, *GLANK!* Suara keras logam bisa terdengar dari belakang,
membuat ku sedikit melompat karena kaget. Aku membalikkan kepalaku dan
melihat mata Satore yang melebar melihat kearah tembok barat.
Aku
mengikuti pandangan nya, dan yang Aku lihat adalah perisai yang untuk
dijual terbelah dua dan bagian kanan nya jatuh ke lantai.
1. Dengan sengaja menghancurkan barang jualan di toko itu melanggar Taboo Index.
2. Tak membayar barang yang hancur secara tak sengaja itu melanggar Taboo Index
3. Kalau si pemilik toko memaafkan orang yang bersangkutan di 2, hal itu gak akan melanggar Taboo Index.
Aku
mengingat hal ini saat Aku ingin buru-buru kembali ke Akademi.
Disebelah ku, Eugeo membisikkan tentang apa yang terjadi sekarang ini
dengan ekspresi pucat.
"...Itu hanya mengetes pedang. Gak perlu
ngeluarin teknik rahasia! Siapapun bisa menduga kalau suatu barang akan
hancur saat kau menggunakan gerakan seperti itu tadi!"
"I-Iya— ...tapi Aku gak pernah berniat untuk menggunakan sword... enggak, teknik rahasia atau semacam nya..."
"Jangan
boong. Aku melihatnya, Kirito. Saat kau mengayun pedang itu kebawah,
pedang itu mengeluarkan sedikit cahaya. Apakah itu teknik rahasia selain
teknik Aincrad-style yang hanya diketahui oleh ku?"
"I-Iya... tapi kesan ku kayaknya Aincrad-style gak punya gerakan seperti itu..."
Kami melanjutkan pembicaraan kami, dan tiba-tiba, aroma harum secara tak sadar masuk kedalam hidungku, menyerang kepalaku.
Jalanan
di Centoria Utara terbagi dalam beberapa area. Area paling utara, area 1
(yang paling dekat dengan Gereja Axiom) adalah kota imperial, area 2
adalah Area Pemerintah Kerajaan, 3 dan 4 adalah jalanan untuk rumah
bangsawan. Bangsawan kelas atas yang membangun mansion di area 3 sangat
mewah yang bahkan mansion milik Asuna gak ada bandingan nya, yang lebih
mengagetkan lagi adalah bangsawan kelas 1 sampai kelas 3 mempunyai tanah
luas yang mereka sebut «Tanah Pribadi» diluar jalanan Centoria.
Tanah
pribadi itu mempunyai desa kecil didalam nya, dan penduduk disana
diperlakukan seperti pelayan bangsawan. Terkadang, anak yang tumbuh di
suasana seperti itu akan menjadi tuan muda yang tak beradab seperti
Raios dan Wanbell.
Dan kemudian, di area 5, ada fasilitas dengan
nama «Imperial», seperti markas ksatria dan arena. Tentu saja, Imperial
Master Sword Academy terletak disana juga.
Area 6 dan 7 adalah distrik bisnis, dan di area utara 8, 9, 10, adalah jalanan dimana penduduk Centoria tinggal.
Berdasarkan
apa yang kupelajari saat pelajaran geografi, struktur nya sama persis
dengan ibu kota Kerajaan yang lain, Centoria Timur, Barat, dan Selatan.
Bagaimanapun Aku memikirkan nya, hal ini pasti bukanlah kebetulan, tapi
merupakan hal yang mustahil untuk membayangkan 4 raja berkumpul bersama
dan ngobrol dengan ramah. Kupikir ini adalah hal yang dirancang oleh
atasan dari Geraja.
Lalu—
Kalau Aku ingin kembali dari
toko besi Satore di area 7 ke Master Sword Academy di area 5, Aku harus
melewati area 6, dan area 6 adalah distrik bisnis dipenuhi dengan toko
makanan dan restoran, tempat yang penuh godaan. Aku harus bilang kalau
seluruh koin perunggu dan perak yang ada di dompetku semuanya kugunakan
disini kapanpun Aku pergi selama tahun ini.
Yang paling
membahayakan adalah saat jam 2pm pada hari istirahat siang ini. Ada
restoran di Jalan Timur 3 bernama «Jumping Deer Inn», dan saat mereka
memanggang pai madu ciri khas mereka, aroma harum nya akan menyebar
kesepanjang jalanan, menggoyahkan dan mengetes niat ku untuk berhemat.
Aku gak pernah bisa melewati tes ini dengan sukses sebelum nya.
"...Hey, Eugeo. Untunglah kita gak disuruh mengganti rugi perisai yang rusak itu."
Aku melambat saat Aku mengatakan nya, dan partner ku mengangguk dan menjawab,
"...Iya.
Aku baru tau setelah kita masuk Akademi kalau Satore-san adalah orang
terkenal yang mempunyai bukti sebagai pengrajin kelas-satu. Kalau kita
membayar perisai itu, mungkin total uang kita masih gak akan cukup untuk
membayar nya."
"Heh... —Kalau begitu, ini memang agak telat...
tapi apa yang akan terjadi kalau gak cukup? Apakah kita akan ditangkap
ditempat?"
"Mereka gak akan melakukan sejauh itu. Pada saat itu,
dia akan mencatat nya, dan kamu harus datang membayarnya dengan bunga
tiap bulan."
"O-Oh begitu..."
Gak seperti Aincrad, yang menggunakan sistem «Cardinal» untuk mengontrol sistem pertukaran col,
dunia ini sepertinya kurang lebih mempunyai aktifitas ekonomi nya
dengan penduduk. Kemudian, sebagai murid yang miskin, haruskah Aku
bekerja keras untuk mendapatkan kemakmuran ini?
Aku menyimpan motif bangsawan ini dan meminta sesuatu ke Eugeo,
"...Berhubung kita udah menyelesaikan masalah uang, bagaimana kalau 3?"
Partnerku menghela nafas dengan perasaan Aku tau ini akan terjadi,
"Paling banyak dua."
Ia
menjawab. Aku nyengir dan mengangguk, dan merubah posisi kaki ku ke
sisi kiri atas sebelum berlari ke onee-san penjaga toko yang menyajikan
pai madu yang baru dipanggang itu di corner take-out.
Tanpa
sadar, tubuhku sudah benar-benar terbiasa dengan pedang hitam ini, yang
ada di punggung ku dengan tali pengikat, dan sepertinya gak merasakan
berat itu lagi. Aku merasa seperti pedang itu sudah berada disana selama
beberapa tahun.
Bagian 4
Harmoni dari madu dan gula yang
cair menari-nari, menghasilkan sebuah simfoni. Saat kami sampai di
Akademi, Aku berpisah dengan Eugeo, yang ingin pergi ke kamar
Gorgolosso-senpai, dan pergi ke Kantor di asrama pemula. Hal ini
kulakukan untuk mendapat izin dari manajer asrama, Nyonya Azurika untuk
menyimpan pedang ini sebagai barang pribadi ku.
Di dunia nyata,
kalau Aku membawa barang tajam yang panjang nya lebih dari 1m, Aku pasti
akan di marahi oleh guru, atau bahkan memanggil polisi untuk menangkap
ku. Namun, Akademi ini, di dunia lain ini, adalah organisasi yang penuh
dengan pendekar pedang. Asalkan Aku hanya punya satu pedang asli, Aku
akan diperbolehkan untuk membawa nya.
Alasan kenapa Aku hanya
boleh membawa satu, itu karena di dunia ini, semua senjata, termasuk
pedang, akan menyerap Sacred Power sedikit demi sedikit— menyerap sumber
daya. Lebih spesifik nya, senjata yang Life nya berkurang sedikit dalam
pertarungan akan memulihkan Life nya pelan-pelan jika disarungkan
dengan benar... Jadi pedang pada dasar nya menyerap Sacred Power di
sekeliling. Tentu saja, kalau pedang nya menjadi tumpul dan gak bisa
pulih dengan sendirinya, Aku harus mencari pengasah, dan tukang besi
kalau hancur atau semacam nya.
Kalau gak ada pembatasan dari
memperbolehkan murid untuk membawa pedang mereka sendiri, murid yang
seorang maniak senjata mungkin akan membawa seratusa pedang, dan setelah
itu, kamar nya akan menyerap jumlah Sacred Power yang abnormal.
Sepertinya ini lah alasan kenapa satu orang hanya boleh memasukkan satu
pedang kedalam.
Karena sekarang hari istirahat, Nyonya Azurika
gak ada di counter resepsi, tapi duduk di ruangan kantor dengan pintu
yang terbuka, sedang menyorting dokumen. Setelah mendengar ketukan ku,
ia mengangkat kepala nya dan mengedipkan mata biru ke abu-abuan nya.
"Ada apa, Murid Pemula Kirito?"
"Permisi... Saya kesini hari ini untuk meminta izin untuk memiliki pedang sebagai barang pribadi."
Aku
menunduk, berjalan masuk dari pintu, dan melihat-lihat dengan singkat.
Banyak folder kulit yang tertutup di rak buku disamping tembok, tapi
hanya ada sebuah meja dan kursi. Dengan kata lain, wanita ini sendirian
mengurus kinerja asrama yang diisi 120 murid ini.
Setelah
mendengar kata-kata ku, Nyonya Azurika memiringkan kepala nya sedikit,
tapi segera bangun, dan mengambil folder dari dokumen yang ada di rak
buku tanpa ragu. Ia kemudian mengambil salah satu dari dokumen dan
menaruh nya tepat didepan ku.
"Tulis keterangan yang perlu disitu."
"Ya, mengerti."
Aku
untuk sementara menurunkan kepalaku dan melihat-lihat. Di formulir ini,
ada hal-hal yang simpel seperti nama, nomor murid dan prioritas pedang.
Selagi Aku memikirkan tentang bahwa Aku gak perlu tanda tangan wali
saat ini, Aku mengisi nama dengan katakana 'Kirito', nomor murid '7'
—dan tiba-tiba, Aku berhenti menggerakkan pulpen. Aku mengingat-ingat,
dan meskipun Aku mencoba mengayunkan pedang ini sebelumnya, Aku gak
pernah membuka «window» untuk mengecek.
Dengan Nyonya Azurika
menatapku, Aku buru-buru melepas karung goni di punggung ku dan melepas
tali kulit yang terikat. Aku membuka sedikit sisi, berniat untuk membuka
window dengan menunjukkan gagang nya, dan pada saat itu,
“...!”
Aku
mengangkat kepalaku saat mendengar engahan tajam itu. Yang terlihat
dimata ku adalah Nyonya Azurika yang melebarkan matanya yang jarang
kulihat karena biasanya ia selalu menunjukkan ekspresi yang tenang.
"A-Ada apa?"
Nyonya
Azurika berkedip beberapa kali setelah mendengar suara ku, dan kemudian
menggelengkan kepalanya, "Enggak, gak ada apa-apa." . Sepertinya gak
ada hal lain yang ingin ia sampaikan tentang hal ini, jadi Aku
memalingkan pandangan ku kembali ke pedang, dan menggunakan dua jari
tangan kanan ku untuk memasuki layar command. Aku menyentuh gagang
pedang itu dengan pelan, dan window properti nya muncul dengan efek
suara yang berbunyi.
Prioritas yang terlihat adalah—«Level 46».
Prioritas
nya lebih tinggi 1 level daripada Divine Tool Blue Rose Sword. Pantas
saja pedang ini sangat berat. Setelah Aku mengisi angka di kolom ketiga,
Aku mengembalikan pedang ini ke kondisi sebelum nya, dan menyerahkan
formulir yang sudah kuisi.
...Apakah ada masalah. Jangan bilang kalau ada batasan di prioritas? Pikirku dengan tak sabar.
"Murid Pemula Kirito."
"Y-Ya."
"Kau punya... memori tentang pedang itu..."
Ia
berbicara sampai sini, tapi tiba-tiba berhenti. Nyonya Azurika menutup
mata nya, dan saat ia menaikkan alis nya kembali, mata nya kembali ke
mata galak supervisor asrama yang biasa nya.
"...Gak, lupakan.
Aku telah menerima aplikasimu. Kupikir gak perlu bagiku untuk menegaskan
hal ini, tapi ingat, pedang sungguhan hanya boleh digunakan untuk
latihan sendiri. Gak bisa digunakan di ujian dan latihan berkelompok,
mengerti?"
"Mengerti!"
Aku dengan semangat menjawab nya
dan menaruh pedang hitam yang disarungkan itu dipunggung ku, dan
bertanya-tanya apakah Aku harus menanyakan tentang hal yang tadi ingin
dikatakan Nyonya Azurika. Tapi sepertinya, Aku gak akan mendapatkan
jawaban darinya. Demikian, Aku hanya melakukan salam ksatria dan
meninggalkan kantor.
Aku berjalan melewati koridor depan, dan berfikir dengan bingung,
Memori... pedang?
Benar-benar
kata-kata yang gak bisa dijelaskan. Memang benar kalau di dunia ini,
semua barang, termasuk pedang disimpan dengan bantuan Mnemonic Visual.
Tapi itu adalah teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan «RATH» di
dunia nyata, jadi penduduk UnderWorld seharusnya gak akan bisa menyadari
hal ini.
Dengan kata lain, 'ingatan pedang' yang Nyonya Azurika
sebutkan tadi mengartikan hal yang lain. Pedang hitam ini mempunyai
suatu bentuk memori. Tapi memori seperti apa itu? Apa yang ia lihat di
pedang hitam ini...?
Aku mencari-cari jawaban dari keraguan ini
selagi Aku berjalan keluar asrama, dan mendengar melodi bel jam 3pm yang
berbunyi dari menara bel yang memanjang dari atap. Suara nya lebih
dalam dari bel yang kudengar di Gereja Rulid, tapi melodi nya sendiri
sama persis.
Waktu yang dijanjikan Rina-senpai adalah jam 5pm.
Aku
gak bisa merasakan sedikitpun perasaan aneh saat Aku mengetes nya di
toko Satore... Aku bisa bilang terasa agak lega, seolah-olah pedang
tercintaku bangkit lagi dari waktu Aku ada di SAO. Namun, akan lebih
baik bagiku untuk mengetes apakah Aku bisa menggunakan nya dengan teknik
rahasia Aincrad, atau sword skill.
Hari istirahat ini
berlangsung tiap minggu, dan hampir semua murid yang lahir di Centoria
pulang kerumah, beberapa murid yang lahir di tempat lain biasanya pergi
keluar untuk berjalan-jalan, dan lapangan Akademi yang luas ini terasa
kosong. Dan juga, ada hutan dan sungai di lapangan kampus, jadi ada
beberapa tempat untukku untuk melatih gerakan ku— meskipun Aku bilang
begitu, Aku masih ingin menghapuskan kemungkinan orang lain melihat ku.
Itu karena Aku ingin berlatih «Skill Serangan Beruntun» yang gak
dimiliki style yang ada di dunia ini.
Kenapa ada sword skill di UnderWorld?
Kenapa gak ada skill serangan beruntun?
Aku
telah berada di dunia ini selama hampir dua tahun, tapi bahkan samapi
sekarang, Aku masih belum menemukan jawaban nya. Satu-satunya hal yang
bisa kubayangkan adalah saat teknisi RATH yang mengkonstruksi
UnderWorld, dia mungkin menggunakan paket «The Seed» dengan suatu
cara... Tapi meskipun itu adalah faktanya, hal itu masih belum
menjelaskan seluruhnya.
Untuk kenapa, itu karena «The Seed» yang
beredar dengan bebas— versi simpel dari sistem «Cardinal» gak punya
sword skill didalam nya. Saat ini, ditahun 2026, diantara sekian banyak
VRMMO, hanya ALO, duplikat copy dari server lama SAO, mempunyai sword
skill. Sangat gak mungkin kalau perusahaan «Ymir», operator ALO,
membantu RATH disini.
Setelah itu, Aku hanya bisa memikirkan
berbagai tebakan yang sama sekali gak berdasar. Kalau Aku ingin
mengetahui kebenaran, Aku harus bertemu dengan pemimpin di puncak
Centoria Cathedral, dan gak ada jalan lain.
Lalu— teknik rahasia
dari para pendekar pedang di UnderWorld ini semuanya adalah skill
satu-tebasan; seperti «Vertical» dan «Avalanche».
Untuk alasan
dibalik masalah ini, Aku sudah mempunyai sebuah bentuk deduksi.
Sepertinya hal ini adalah alasan kenapa UnderWorld gak punya pertarungan
yang sebenarnya. Dengan hukum absolut dari Taboo Index, dengan prajurit
tak terkalahkan dari Integrity Knight melindungi UnderWorld, seluruh
pertarungan pastinya akan menjadi sebuah «pertandingan». Yang
menunjukkan kemenangan yang indah dan elegan. Apakah ini hal yang para
pendekar di dunia ini cari selama ratusan tahun? Untuk melakukan pose
yang perkasa dari kejauhan sebelum menggunakan skill satu-serangan untuk
menang?
Dan juga, alasan yang lain mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Pertandingan
di turnamen lokal berlangsung sampai satu pihak terpojok, dan bahkan di
tingkat Central dan turnamen level tinggi, kemenangan hanya ditentukan
dengan sistem first-strike.
Di situasi seperti ini, kekuatan
lengan dan fisik akan mendapatkan keunggulan, berhubung mereka akan
mendapatkan kepercayaan diri yang absolut pada kekuatan dari satu
serangan mereka... Jadi sudah bisa ditebak kalau orang-orang seperti
kepala pendekar elit, Uolo Levanteinn yang merupakan pengguna mighty
sword bisa menjadi kuat.
Ini juga adalah alasan yang sama kenapa Solterina-senpai terus terusan kalah oleh Uolo-senpai selama dua tahun ini.
Meskipun
Aku menunjukkan skill serangan beruntun kepada Rina-senpai, mustahil
baginya untuk mempelajarinya. Bahkan Eugeo, yang gak punya pengalaman
apa-apa dengan style yang ada, butuh beberapa bulan untuk belajar skill
dua-serangan-beruntun «Vertical Arc».
Namun, kalau Aku bisa
menunjukkan kalau sword skill itu bukan hanya tentang tebasan hebat dari
atas, kalau aku bisa menggoyahkan kebimbangan di hati senpai tentang
bagaimana Aincrad-style dan Celulute-style itu berbeda dengan
Norlangarth-style tingkat tinggi, ia seharusnya bisa mempunyai peluang
untuk menang di duel kelulusan.
Aku terus memikirkan tentang hal ini selagi berjalan ke timur, dan tanpa sadar, Aku telah sampai di sisi timur dari kampus.
Kampus
sekolah yang dikelilingi oleh tembok berbentuk kipas mempunyai kampus
pusat, arena latihan yang besar, perpustakaan, asrama murid dan
instruktur, asrama pendekar elit dan banyak bangunan lain nya, dan masih
banyak ruang yang kosong. Tembok di sisi utara dan selatan mempunyai
gerbang besar, ada bukit yang agak tinggi di sisi barat, dan hutan yang
agak besar di sisi timur. Dimanapun itu, Aku gak melihat satupun murid
disekeliling.
Meskipun begitu, Aku memilih hutan dengan banyak
nya halangan untuk jaga-jaga. Aku menemukan ruang kosong di hutan dan
berhenti. Rumput yang tipis dan pendek tumbuh berapatan seperti rumput
di lapangan football, jadi seharusnya gak ada tempat yang bisa membuatku
tersandung. Aku melihat kesekeliling, mengecek dan hanya ada 2-3
kupu-kupu disekitarku, dan menjulurkan tangan ku kebelakang punggung.
Aku
mencari, melepaskan kain karung, dan memegang gagang pedang yang
tampak. Setelah merasakan pegangan yang terasa seperti menempel ke
tangan ku, Aku segera menarik pedangku keluar.
Longsword hitam
pekat yang disinari oleh cahaya matahari melewati ranting dan dedaunan
aslinya terbuat dari cabang Gigas Cedar, jadi secara teknis, pedang ini
adalah «Pedang Kayu». Tapi bilah pedang nya memantulkan sinar yang gak
bisa dibayangkan siapapun. Pengrajin terkenal Satore menghabiskan waktu
setahun untuk membuat pedang ini, pada pandangan pertama, orang bisa
merasakan jumlah prioritas yang menakutkan... Tapi Aku gak bisa melihat
apapun yang seperti «memori» dari benda yang gak bisa berbicara ini.
Aku
mengesampingkan keraguan ku dan memperagakan postur dasar. Kali ini,
pikiranku berimajinasi dengan kuat, gak seperti saat Aku mengetes pedang
ini di toko. Aku mengimajinasikan sword skill satu-serangan diagonal
yang telah kugunakan berkali-kali sampai tak terhitung— «Slant».
Setelah
mengumpulkan dengan sekejap, bilah pedang ku mengeluarkan cahaya terang
berwarna air. Aku menggunakan belakang kaki ku dan tangan kanan untuk
mengakselerasi sword skill dan tubuhku bergerak seperti didorong tangan
yang tak terlihat.
*Shoobash!* Suara tajam dapat terdengar, dan
lintasan dari tebasan keluar di udara. Garis yang miring itu menghilang
seperti api matahari selagi angin dari tebasan melintas lurus, meniup
rerumputan di tanah.
Aku menahan tubuhku di posisi menebas
kebawah dan menatap kearah ranting pohon yang berada 5m didepan ku.
Namun, gak ada tanda-tanda ranting pohon itu hancur bahkan setelah efek
dari skill itu menghilang.
Hal ini sudah bisa ditebak. Jarak skill dasar «Slant» hanya 2.5m. Kekuatan nya gak bisa meraih jarak yang dua kali lebih jauh.
Tapi,
meskipun kalau begitu... perisai bundar yang jaraknya sama-sama 5m di
toko pengrajin seharusnya gak terbelah. Mustahil kalau pada saat itu,
Life perisai itu secara kebetulan sudah hampir habis, dan Aku
benar-benar gak mengeluarkan sword skill apapun. Eugeo mengatakan kalau
'pedang nya bersinar'... Tapi Aku sama sekali gak tau apa yang
sebenarnya terjadi. Aku benar-benar gak tau apa-apa. Aku masih belum tau
banyak hal tentang dunia ini.
Aku menghela nafas dan berdiri tegak. Aku mengatur nafasku dan masuk ke posisi untuk skill selanjut nya.
Aku
menebas kebawah dari atas kanan, dan tepat saat pedang hampir menyentuh
tanah, Aku menarik ujung pedang keatas kembali seolah-olah terpantul
keatas dan mengayunnya keatas lagi. Skill dua-serangan-beruntun
«Vertical Arc». Angin dari tebasan nya lebih ganas dari sebelum nya
terbang dan menggoyangkan tanah berumput dengan kasar.
Sampai
sekarang, Aku telah melatih sword skill yang bisa kugunakan dengan
pedang kayu. Aku mengubah postur kaki ku, menaruh pedang di pinggang ku,
dan memutar tubuhku ke kanan.
“...!'”
Aku mengumpulkan
tenaga dan mengeluarkan tebasan horizontal ke kiri. Tebasan nya terlihat
seperti menabrak suatu benda yang tak terlihat didepanku selagi gerakan
horizontal tiba-tiba berhenti dan berbelok ke kanan atas. Aku melangkah
kedepan dan mengeluarkan tebasan jarak-pendek yang kuat kearah depan.
Ini adalah skill tiga-serangan-beruntun «Savage Fulcrum».
Aku tanpa suara menatap jejak berwarna merah tua yang berbentuk seperti angka 4 Arab
menghilang di udara. Aku mengangguk dan lanjut untuk menyiapkan sword
skill berikut nya. Aku mengangkat pedang ku tepat keatas ku dan
melakukan ayunan dari belakang kepala.
Aku melakukan tebasan
level-tinggi, tebasan level-rendah, dan tebasan kedepan yang
dihubungkan, dan kemudian mengangkat pedang kebelakang punggung ku
sebelum melepaskan tebasan yang ganas. Cahaya biru yang melesat di udara
terus berputar sambil maju kedepan. Jarak nya sangat jauh, dan hanya
ada sedikit celah. Ini adalah sword skill yang kusukai di SAO, «Vertical
Square».
Aku berhasil melakukan 4 jenis sword skill dengan sukses tanpa pengecualian.
Kalau
begitu, ini berarti pedang hitam ini mempunyai level prioritas yang
sama dengan Divine Tool «Blue Rose Sword» milik Eugeo. Namun, Aku sudah
menebaknya saat Aku membuka «window» di kantor asrama dan melihat angka
level 46.
Sepertinya Aku bisa menepati janji ku untuk
menunjukkan sword skill tingkat tinggi ku kepada Rina-senpai. Sebelum
Aku menghela nafas lega, ada feeling lain yang bergemuruh di pikiran ku.
Kapanpun Aku menggunakan Blue Rose Sword, Aku hanya bisa
menggunakan sword skill sampai empat-serangan-beruntun. Tak peduli
berapa kali kucoba, Aku gak bisa mengeluarkan skill 5-serangan-beruntun
atau lebih. Kalau begitu, bagaimana dengan pedang hitam ini? Berhubung
Aku harus melakukan nya cepat atau lambat, dan berhubung gak ada orang
disekitar, bukannya sekarang kesempatan yang bagus?
Aku memegang
pedang ku dengan erat, mengambil langkah besar kedepan dengan kaki
kanan, dan mengumpulkan imajinasi yang terisi dengan kekuatan kearah
pedang yang ada di bahu kiri ku, siap diluncurkan.
Tanpa sadar,
Aku merasakan sedikit rasa nyeri dari poni ku, seperti memberi
peringatan padaku, tapi Aku menghilangkan pikiran yang tak perlu itu dan
fokus untuk membuat sword skill ku.
*Chka*, *chka*, Aku melihat bilah pedang ku mengeluarkan kilatan oranye.
Itu
adalah cahaya samar-samar yang berbeda dengan efek cahaya yang kulihat
selama ini. Aku berusaha semampu ku untuk membayangkan sword skill dan
mempertahankan sikap siap, tapi kilatan itu terus terbang dan gak ada
tanda-tanda akan tenang.
Aku terus bersikeras sampai postur yang udah gak stabil ini gak bisa menahan nya lebih lama, dan segera memulai gerakan ku.
“Uooh...!”
Aku
tanpa sadar mengeluarkan geraman yang dalam, dan kaki kanan yang
melangkah menggetarkan tanah. Pedang yang mengayun dari sisi atas kiri
ke kanan bawah mengeluarkan tebasan tajam dengan sudut yang tajam dengan
bantuan sistem— seharusnya begitu. Namun, pedang nya gak berhenti dan
menabrak landasan.
Recoil yang sangat kuat terasa di tangan
kanan ku. Kalau Aku memaksa untuk menarik pedang ku kembali, Aku pasti
akan terluka saat ini, ini adalah keputusan yang dengan sekejap kubuat.
Aku menggertakkan gigi ku dan menarik pedang yang menancap di tanah
sedalam 20cm, kelihatan nya menancap saat Aku terjatuh kebelakang.
*ZPANG!*
Suara dampak yang tumpul berbunyi dibelakang ku. Aku berbalik
kebelakang dan punggung ku mendarat di tanah penuh rumput.
—Jadi Aku gagal? Apa yang kurang? Level ku? Prioritas pedang? Ataukah keduanya...?
Yang terlihat oleh mata dari tubuhku yang berbaring di tanah—
Banyak tanah dan rumput yang terbang oleh tebasan itu.
Dan sosok pria yang berdiri di pojokan sunyi dari ruang kosong ini di sisi lain.
Yang
menutupi tubuh tinggi dan kurus itu adalah seragam sekolah, tapi
warnanya bukan berdasarkan warna abu-abu. Terlihat garis biru kobalt
terang di seragam yang sepertinya berwarna dasar putih mutiara. Itu
adalah hak istimewa bagi pendekar elit untuk bisa memodifikasi warna
seragam mereka semau nya.
Rina-senpai berwarna ungu.
Gorgolosso-senpai berwarna hijau tua. Dan untuk putih mutiara dengan
biru... itu seharusnya warna milik kepala pendekar Uolo Levanteinn—
Rambut
pirang terang nya dibuat pendek, dan tak salah lagi, orang yang menatap
ku dengan mata biru tanpa emosi itu adalah pria terkuat di Akademi ini.
Sembari berbaring di tanah, Aku menatap ke noda tanah hitam di bagian seragam putih itu, yang diterbangkan pedang ku.
Jujur saja, bukan nya aku gak pernah punya pikiran untuk melarikan diri.
Kalau
ini Aincrad, dan lawan nya adalah atasan dari Guild Divine Dragon
Alliance, Aku mungkin sudah kabur tanpa ragu. Tapi di dunia ini, kabur
adalah pilihan terburuk kalau Aku membuat suatu masalah. Akan ada
hukuman atas kejahatan ku, dan pada akhirnya, akan «melanggar Taboo
Index» yang menakutkan.
Demikian, Aku hanya bisa terdiam selama
beberapa saat, dan segera berlutut sambil menaruh pedang ku di tangan
kananku ke tanah —untuk menunjukkan respek paling tinggi— menundukkan
kepala ku dan berseru,
"SAYA BENAR-BENAR MINTA MAAF, TUAN PENDEKAR ELIT LEVANTEINN!! MOHON MAAFKAN SIKAP TAK TERHORMAT INI!"
Satu-satu
nya saat lain Aku meminta pengampunan dengan mati-matian sepertinya
saat di lantai 61 Aincrad saat Asuna menghajarku di ruangan nya. Aku
terus memikirkan tentang hal yang tak berguna itu selagi berlutut.
"Kalau tidak salah, seperti nya kau adalah valet dari pendekar elit Celulute."
Aku mendengar suara yang dalam.
Aku untuk sementara mengangkat kepala ku, dan melihat mata biru baja nya segera sebelum menganggukkan kepala.
"Ya, Saya Murid Pemula Kirito."
"Begitukah."
Pendekar elit itu menatap pedang hitam di tanah berumput, dan kemudian melanjutkan dengan suara pria bernada tinggi,
"Menurut aturan Akademi 'mengotori baju senior' akan mendapatkan hukuman karena merupakan perbuatan kurang ajar..."
Mendengar hal ini, Aku gak bisa menahan untuk mengerang dalam hati.
«Hak
menghukum» ini adalah hak yang dimiliki pendekar elit. Mereka boleh
menghukum murid yang melanggar peraturan ringan akademi dengan cara gak
sengaja tergantung kebijaksanaan nya. Aku telah berkali-kali diberikan
latihan mengayun karena Aku telat datang ke kamar Rina-senpai.
Lalu,
apa yang akan mereka lakukan kepada orang yang melanggar keras
peraturan akademi— Di dunia ini, hal seperti itu gak akan terjadi. Tentu
saja, melanggar keras peraturan secara natural bukanlah sesuatu yang
bisa terjadi karena gak sengaja, dan Fluctlight buatan itu sendiri gak
bisa melanggar peraturan ini dengan sendiri nya. Satu-satu nya orang
yang bisa disini hanyalah Aku, sebuah Fluctlight natural, tapi
untunglah, Aku gak melakukan apapun yang menarik perhatian dan berhasil
bertahan selama setahun dengan aman. —Namun.
Untuk mengotori seragam Uolo-senpai dengan kotoran tanah... hal itu bisa jadi kejahatan yang parah disini...
"—Namun,
Aku gak membencimu karena sembunyi-sembunyi dari yang lain dan berlatih
pada hari istirahat, meskipun kau gak peduli kalau «berlatih pada hari
istirahat» itu sendiri melanggar peraturan."
Gehhh—Lagi-lagi Aku mengeluarkan tangisan dalam hati.
Saat
ini— mungkin itu masalah nya. Namun, kalau Aku setuju tentang hal ini
sekarang, mungkin akan berakhir dengan menambah kemungkinan hukuman yang
akan diberikan. Tapi aku gak tau apakah hal ini percuma atau tidak,
tapi Aku harus berjuang.
"I-Ini bukan seperti yang anda
pikirkan, Tuan Uolo. Ini bukan latihan... EH, erm, yah, Saya hanya
mengetes pedang baru ku. Perbaikan dari pedang ini yang kuminta pada
sebuah toko di area 7 sudah selesai, dan Saya gak bisa nunggu sampai
besok..."
Pada saat ini, Aku akhirnya menyadari suatu hal penting.
Pria berambut pirang pendek ini... Kapan ia pertama kali melihatku? Bukan, sebelum itu, kenapa dia ada disini?
Aku
sengaja datang jauh-jauh ke hutan ini untuk berlatih «skills serangan
beruntun» yang tak dimiliki sword skill di UnderWorld. Alasan Aku
melakukan hal ini adalah untuk menunjukkan nya kepada Rina-senpai.
Namun, pria ini melihat nya sebelum Aku sempat menunjukkan nya kepada
senpai. Bukannya ini benar-benar kebalikan dari apa yang ingin
kulakukan?
—Kelihatan nya pria terkuat di Akademi ini menyadari pikiran ku dan memberikan senyum masam.
"...Kau
bilang kau ada disini untuk mengetes pedang mu, tapi teriakan mu
terlihat terlalu kuat. Omong-omong, Aku hanya melihatmu menggunakan
pedang itu untuk menebas ke tanah dan terlempar kebelakang. Aku hanya
akan menyikapi nya sebagai... gak bisa berdiri dengan tegak saat
menggunakan pedang yang belum terbiasa kau gunakan, itu saja. Aku akan
menganggap kalau kau gak melanggar peraturan berlatih di hari istirahat,
berhubung Aku datang kesini untuk alasan yang sama."
Selagi Aku merasa lega mendengar hal ini, Aku memiringkan kepalaku dengan bingung,
"Alasan... yang sama?"
"Anggap saja bukan hanya kau yang mencoba mengayunkan pedang pada hari istirahat untuk alasan ini."
Bibir nya menunjukkan senyuman penuh percaya diri lalu Uolo memalingkan pandangan nya ke tanah kosong tempat Aku berlatih.
"Tapi
Aku menemukan tempat ini duluan. Dan setuju untuk meninggalkan tempat
ini untuk valet ku setelah Aku lulus. Jadi kau harus mencari tempat
lain."
—Oh begitu. Pantas saja. Pikir ku. Pria yang berdiri
didepan ku telah menemukan alasan kalau ini bukanlah latihan, tapi hal
yang lain, dan datang kesini untuk berlatih pada hari istirahat... Ruang
kosong ini biasa digunakan untuk berlatih, dan Aku hanya kebetulan tiba
ditempat ini pada waktu yang sama, itu saja. Alasan kenapa tanah
berumput ini sangat rapi karena Life nya ter-reset setiap minggu saat
Uolo menginjak nya.
Kalau begitu Aku akan mencari tempat dengan
lebih banyak rumput. Aku membuat keputusan seperti itu didalam hati dan
menundukkan kepalaku lagi.
"...Saya mengerti, Saya akan melakukan nya. Terima kasih atas kemurahan hati anda..."
"Terlalu cepat untuk mengucapkan terima kasih padaku, murid pemula Kirito."
"A-Apa?"
"Aku
memang bilang kalau Aku gak akan mempermaslahkan tentang berlatih pada
hari istirahat, tapi Aku gak pernah bilang kalau Aku akan memaafkan mu
tentang hal ini."
Aku pelan-pelan mengangkat kepala ku, dan
melihat sang pendekar elit itu menaikkan tangan kanan nya dengan
ekspresi serius di wajah nya sambil menunjuk ke dada di seragam nya. Ia
menunjuk kearah noda hitam di baju putih mutiara nya.
"Ta-Tapi, senpai, bukannya tadi senpai bilang 'gak membenci' saya karena hal itu..."
"Ahh,
Aku bilang seperti itu. Karena itulah Aku gak akan memberikan mu
hukuman seperti membersihkan seluruh asrama atau menulis 1000 baris
kalimat sihir."
Phew. Aku merasa mendengar hal itu.
Pendekar
terkuat berambut pendek itu menggunakan jarinya untuk membersihkan noda
di seragam nya dan mengatakan sesuatu yang tak bisa dipercaya.
"Murid
pemula Kirito, hukuman mu adalah sparing melawan ku satu kali. Bukan
menggunakan pedang kayu, tapi menggunakan pedang yang kau gunakan itu.
Aku akan menggunakan pedang ku juga."
Pada momen ini, Aku
akhirnya menyadari kalau pedang yang ada di pinggang kiri dari pendekar
elit itu mempunyai gagang berwarna emas murni dan sarung pedang berwarna
biru tua. Siapapun bisa tau kalau itu adalah pedang sungguhan dengan
prioritas yang sangat tinggi.
"...Spa-Sparing...? Di-Dimana?"
"Istilah
sparing hanya berarti 'berlatih dengan format bertarung', gak ada yang
lain. Namun, tempat ini mempunyai ruang yang terlalu sedikit. Arena
latihan yang besar seharusnya kosong pada hari istirahat, jadi ayo
pindah kesana."
Setelah mengatakan nya dengan sangat lancar, kepala pendekar itu hanya berbalik kebelakang.
Selama
dua detik, Aku menatap kosong ke punggung putih yang terlihat melancar
dibawah pepohonan. Setelah pikiranku akhirnya memahami situasi ini, Aku
dengan serius memikirkan apakah Aku harus kabur, tapi «gak melakukan
hukuman ku» akan menjadi pelanggaran serius kali ini. Aku gak bisa
membiarkan diriku diusir dari Akademi ini kalau Aku ingin menadi
pendekar elit saat ujian promosi pada akhir bulan ini seperti Uolo.
Aku
mengangkat pedang hitam yang berbaring didepan ku dan menyarungkan nya
dibelakang ku sebelum berdiri. Gak ada kemauan untuk menyerah, Aku
menatap dua kali ke tembok batu dari Akademi yang terlihat melewat
pepohonan, membuat keputusan dengan segan, dan mengejar pria berambut
pirang pendek itu.
Ada segala macam gulma dan rumput menjuntai
disekitar kaki dari tanah kosong satu langkah jauh nya, tapi Uolo gak
pernah menunjukkan sedikitpun tanda terkejut.
...Bukannya sangat mudah bagi pria ini untuk menghindari atau memukul jatuh tumpukan kotoran itu?
Pada momen ini, Aku menyadari hal itu, tapi semuanya sudah terlambat.
Bagian 5
Aku berjalan keluar hutan, mengejar Uolo di jalanan batu, dan bel jam 4pm berbunyi.
Tanpa
sadar, langit sudah diwarnai dengan warna langit malam, dan kampus
mulai menunjukkan tanda-tanda para murid kembali dari jalanan. Mereka
semua melebarkan mata mereka ketika mereka melihat sosok dengan seragam
putih dan biru berjalan didepan ku.
Hal ini sudah diperkirakan.
Sejak saat Uolo Levanteinn menjadi pendekar pedang elit, ia bisa
dibilang gak pernah muncul selain di asrama. Ia adalah karakter yang
jarang sekali muncul bahkan selain valet nya, murid lain hanya akan
melihat nya pada saat tes yang diadakan 4 kali dalam setahun. Bahkan
Aku, valet Rina-senpai, hanya melihatnya beberapa kali di koridor bahkan
setelah keluar masuk asrama nya setiap hari. Kalau harus bilang, ini
adalah pertama kalinya Aku benar-benar bertemu dengan nya.
Dan
tepat dibelakang eksistensi legendaris ini adalah murid pemula yang
adalah rakyat jelata... dan lokasi nya adalah arena besar untuk latihan,
jadi pasti akan menarik perhatian. Namun, yang paling menakutkan pada
saat ini adalah beberapa murid yang mengetahui hal ini segera berlari
dari kampus ke asrama nya. Pada saat ini, seluruh akademi seperti 'Ada
sesuatu yang menarik di arena latihan!', dan berita ini pasti sudah
tersebar kemana-mana.
Jam malam pada hari istirahat adalah jam
7pm, yang masih agak lama, jadi lebih dari setengah murid-murid masih
berada di luar pada saat ini. Tapi meskipun begitu, ada sekelompok besar
murid-murid yang berdatangan kemari untuk mengamati, bukan, menonton
hal ini. Dalam kasus ini, Aku hanya perlu buru-buru, menyelesaikan hal
ini, dan sembunyi di kamar Rina-senpai sampai keributan berakhir.
"Eh, tunggu. Bagaimana cara nya menenangkan keributan ini..."
Seperti
yang Uolo katakan, «sparring» di akademi ini pada dasarnya adalah duel
yang tak tuntas yang lebih dari latihan. Peraturan nya adalah kami
bertarung sampai satu sisi terpojok, tapi kalau kedua pihak setuju,
peraturan «first strike wins» seperti di era SAO akan dilakukan. Dengan
kata lain, saat satu sisi mendapat pukulan dari lawan, pertarungan akan
berakhir.
Dalam situasi ini, yang kalah pasti akan menerima
beberapa luka. Hal ini adalah salah satu pengecualian untuk peraturan
«Dengan sengaja mengurangi Life orang lain» di Taboo Index yang
terlarang. Duel 'first strike win' yang bahkan gak dibolehkan di penjaga
Zakkaria diperbolehkan di Akademi ini, dan alasan untuk itu adalah
medical office sudah mengumpulkan berbagai macam obat mahal dan para
guru dapat mengeluarkan Sacred Arts level tinggi. Dengan kata lain,
meskipun mendapatkan luka berat pada sparing, akan baik-baik saja kalau
bisa dirawat.
Meskipun Aku bilang begitu, Uolo bilang ia akan
menggunakan pedang sungguhan pada sparing ini, jadi peraturan nya
harusnya kami bertarung sampai satu sisi terpojok. Kalau Aku ingin
menang, Aku hanya perlu menghindar atau menangkis serangan dari atas
kepala nya yang kuat itu, dan memastikan pedang ku berhenti sebelum Aku
mengenai nya saat membalas.
"Tentu saja, Aku bisa bilang kalau hal itu sangat sulit. Enggak, sebelum itu, apakah Aku benar-benar harus menang?"
Uolo
adalah tujuan terbesar Rina-senpai yang ingin ia kalahkan. Apakah boleh
bagiku, seorang valet yang menjalani latihan dari senpai, untuk
mengalahkan lawan nya? Apakah Rina-senpai benar-benar akan senang kalau
Aku menang...
Selagi Aku mulai menundukkan kepalaku dan
memikirkan hal ini, dua pasang langkah kaki yang terburu-buru tanpa
sadar memasuki telinga ku.
Aku tiba-tiba tersadar, mengangkat
kepala ku dan melihat ke arah kiri. Yang terlihat dimataku adalah
pemandangan Pendekar Elit Solterina Celulute dengan rok panjang nya yang
berkibar selagi ia berlari kesini dan partner ku Eugeo yang berlari
dibelakang nya. Mereka berdua gak berlari melewati jalanan, tapi pergi
langsung melewati bukit yang tertutup rerumputan.
Kesampingkan
Eugeo, Aku gak pernah melihat Rina-senpai terengah-engah ketika berlari
sampai saat ini. Uolo, yang berjalan didepanku, tiba-tiba berhenti dan
menengok ke kiri.
Rina-senpai hanya memerlukan beberapa detik
untuk sampai ke jalanan, memberikan ku ekspresi khawatir, dan menghadap
Uolo. Ia merapikan rok ungu ke abu-abuan nya, menegakkan punggung nya,
dan berkata,
"...Levanteinn-dono, apa maksudnya ini?"
Di
Akademi ini, Rina-senpai adalah satu-satu nya murid yang gak
menggunakan kata-kata formal kepada Uolo. Murid-murid disekeliling dari
kejauhan menjadi ribut.
Pendekar top itu menatap tajam mata biru
tua itu tanpa bergeming. Kepala berambut pirang pendek itu memiringkan
kepalanya sedikit dan dengan tenang menjawab,
"Seperti yang kau
lihat, Celulute-dono, valet mu ini melakukan sesuatu yang tidak sopan.
Aku mempertimbangkan kalau akan agak tidak pantas untuk menghukum nya
pada hari istirahat... Jadi Aku berniat untuk latih tanding melawan
nya."
Keributan disekeliling kami bertambah keras.
Rina-senpai
akhirnya menyadari noda hitam di badan seragan Uolo. Seperti nya ia
bisa mendeduksi apa yang telah terjadi saat ia dengan lembut mengigit
bibir nya.
Sementara pendekar elit peringkat satu dan dua
berhadapan satu sama lain, Aku menyelinap kearah partner ku yang menatap
kosong dekat kedua tembok manusia itu. Wajah nya menunjukkan ekspresi
yang sangat familiar— campuran dari ekspresi 'Apa yang kau lakukan kali
ini' dan 'Jangan bilang kalau... Kau melakukan nya lagi...?'
"...Cepat sekali kau sampai kesini."
Aku berbisik. Eugeo mengangguk beberapa kali.
"Aku
ada di kantin di asrama, dan valet Zobun-senpai datang berlari dan
mengatakan kalau Uolo-senpai akan bertarung melawanmu. Aku kemudian
berfikir 'Bagaimana mungkin?', tapi berlari kesini bersama
Celulute-senpai... Tapi, seperti nya gak mustahil sama sekali."
"Ahh, yah... begitulah."
Aku
mengangguk. Eugeo sepertinya ingin mengatakan sesuatu ketika mengambil
nafas yang dalam, tapi setelah jeda beberapa detik, ia hanya menghela
nafas.
"...Enggak, udah keajaiban bagi kamu udah gak membuat
masalah apapun sampai sekarang, Kirito. Jadi, tunjukan semua masalah
yang telah kamu kumpulkan selama setahun untuk yang satu ini."
"Seperti yang diharapkan darimu yang sudah sangat lama bersamaku, partner."
Aku secara tak sadar tertawa. Eugeo menepuk pundak ku, membuatku untuk melihat kearah lain.
Rina-senpai
masih menatap Uolo-senpai dengan ekspresi yang galak, tapi bahkan Aku,
yang sulit mengingat peraturan, tau kalau keluar dari jalan buntu ini
mustahil.
Aku meninggalkan Eugeo dan pergi ke sisi Senpai, mengangguk dengan lembut ke mentor tercinta ku.
"Aku
sangat minta maaf telah membuatmu khawatir, senpai. Tapi Aku baik-baik
saja... Atau lebih tepatnya, Aku merasa beruntung bisa berhadapan
melawan Uolo-senapi."
Aku berbisik selagi Aku menatap mata biru
tua senpai, mencoba untuk membaca perasaannya. Aku ingin tau apa yang ia
rasakan tentang valet nya yang akan berhadapan dengan lawan
terbesarnya.
Namun— Aku tiba-tiba merasakan penyesalan akan tindakan ku. Aku hanya bisa melihat kekhawatiran jauh di mata senpai.
"Kirito... Bagaimana caramu untuk memenangkan sparing ini?"
Pertanyaan ini terlalu tiba-tiba, jadi Aku mengedip dan menjawab,
"Eh...? Kami menggunakan pedang sungguhan, jadi kupikir kami akan bertanding sampai terpojok..."
"Oh iya, Aku lupa menjelaskan."
Uolo menyela lalu menjelaskan dengan ekspresi tenang nya,
"Aku
gak akan melakukan sparing dimana kita bertarung sampai satu sisi
terpojok karena itu hanya akan menumpulkan serangan pedang ku. Ujian
yang Akademi tentukan adalah sesuatu yang diluar kehendakku, tapi secara
pribadi, Aku selalu menggunakan peraturan 'first strike' di pertarungan
ku."
"Eh...? Kalau begitu, dengan kata lain..."
Kepala
pendekar itu menunjukkan sedikit perubahan ekspresi yang mengejutkan ku.
Ia terlihat seperti memamerkan... atau lebih tepatnya, memperlihatkan
taring nya seperti karnivora.
"Tapi omong-omong, kita hanya bisa
melakukan pertandingan first strike atas persetujuan dua pihak. Hal ini
ditentukan oleh Taboo Index, jadi prioritas nya melebihi aturan hukuman
dari pendekar elit... Aku membiarkan mu untuk memilih, Kirito."
Keributan yang diam-diam berdengung tiba-tiba mereda.
Tentu
saja kamu harus memilih bertarung sampai satu sisi terpojok! Sepertinya
Aku mendengar suara Eugeo, dan Aku gak perlu mendengar Rina-senpai
berbicara untuk memberitau kalau sangat ceroboh untuk melaksanakan
pertandingan first strike dengan pedang sungguhan, dan lawan nya adalah
pria terkuat di Akademi.
Itulah yang Aku rasakan, tapi—
"Aku akan membiarkanmu memilih, Levanteinn-dono. Aku lah orang yang dihukum."
Namun, kata-kata itu seperti keluar dari mulutku secara otomatis.
Helaan
nafas Eugeo yang murung bisa terdengar dari belakang, Rina-senpai
menguatkan tinju nya keras-keras dan menahan helaan nafas nya. Dan juga,
seseorang terasa menghela nafas di rambut ku, 'yare yare' — itulah yang
kurasakan.
Nama 'Master Swords Academy Large Practice
Field' mungkin terdengar menakjubkan, tapi kenyataan nya, itu hanyalah
lapangan olahraga yang besar. Lantai putih di poles cerah, dan ada empat
arena sparing berwarna hitam. Tempat duduk penonton dibangun
disekeliling, kapasitas nya sampai 260— cukup untuk menampung seluruh
murid dan guru pada saat acara terbesar di akademi, ujian ilmu pedang.
Aku
berdiri di arena timur yang dipilih Uolo, dan melihat sudah ada 50
murid disekeliling. Berhubung sekarang hanya tepat sebelum jam malam
untuk hari istirahat hari ini, sepertinya seluruh murid yang tinggal di
Akademi semuanya kembali kesini. Ada sekitar tiga instruktur, dan yang
mengejutkan adalah bahkan supervisor asrama murid pemuli Nyonya Azurika
ada disana.
Dan juga, yang paling mengagetkan diantara para
murid-murid yang menonton, adalah keberadaan dua bangsawan kelas atas
yang menjengkelkan... Raios dan Wanbell. Mungkin mereka datang kembali
dari mansion mereka lebih cepat dari biasanya. Mereka duduk di tempat
duduk terdepan, menunjukkan nyengir yang keji saat melihat kesini.
Kelihatannya wajah mereka mengatakan kalau mereka ingin melihatku
dicincang oleh Uolo.
Saat Uolo membiarkan ku memilih, Aku
mengatakan dengan terang-terangan kepadanya kalau 'Dia bisa menentukan
peraturan nya', dan Aku gak menyesali nya... Atau lebih tepatnya, di
situasi sekarang, Aku gak punya pilihan lain.
Tapi pada sisi lain, ada keraguan lain yang bersemayam di pikiran ku.
Haruskah Aku sparing melawan Uolo?
Aku
ingin menantang pendekar pedang yang dibilang paling kuat di akademi
ini. Aku gak bisa menggoyahkan pikiranku itu. Pada dasarnya, objektif
ketiga saat Aku datang jauh-jauh dari Rulid yang berada di ujung utara
ke Central Centoria ini adalah untuk tujuan kuno dalam bermain, yaitu
keinginan untuk 'bertarung melawan lawan yang kuat'.
Tapi pada saat ini, di hati ku, ada permintaan yang jauh lebih kuat dibanding bertarung melawan Uolo.
Aku
ingin membiarkan Rina-senpai menang melawan pria ini di pertarungan
terakhir. Untuk membiarkan nya mengalahkan pria ini dan membebaskan nya
dari keadaan terikat nya. Selama setahun Aku melayani nya, Aku gak
pernah melihat senyuman tulus dari nya sebelum nya.
Selagi
hatiku diganggu oleh pemikiran ini, Aku terus menatap Uolo, yang berdiri
di sisi lain arena, memeriksa bilah yang tajam dari pedang tercinta
nya—
“Kirito.”
Suara Rina-senpai datang dari belakang ku, membuatku berpaling kebelakang seperti terlempar.
Pendekar
peringkat dua itu menatap tepat kearah ku dengan mata biru-laut nya,
dan berbisik kepada ku dengan suara yang nyaris tak terdengar,
"Aku
percaya akan kekuatan mu, Kirito. Aku mempercayai mu, jadi Aku akan
mengatakan hal ini kepadamu. Keluarga Levanteinn yang mengajarkan
ksatria Kerajaan mempunyai ajaran keluarga rahasia yang disebut 'Pedang
meminum darah dari yang kuat. Kekuatan akan menjadi milikku'."
"...Darah, huh?"
Senpai mengangguk balik kepada ku yang berbisik.
"Ya.
Uolo mungkin telah melakukan pertandingan first strike yang cukup
banyak di tanah pribadi nya sebelum dia masuk Akademi. Pengalaman itu
mungkin menciptakan pedangnya yang kuat dan menakutkan itu. Dan saat
ini, dia... ingin mengubah kekuatan dari pedang mu itu menjadi darah
segar dan menyerapnya seperti makanan."
Kata-kata itu sulit
dimengerti dengan langsung, tapi Aku mengubah nya ke pemahaman yang Aku
sudah familiar di otak ku, dan segera menjawab "Oh begitu" dan
mengangguk.
Itu semua karena «Imagine Power». Seperti hal nya
bagaimana pendekar pedang dari keluarga Celulute dikekang oleh pemikiran
kalau 'Celulute-style adalah style rendahan karena mereka terlarang
untuk mewariskan sword style tradisional', generasi keluarga Levanteinn
mempunyai imajinasi dari 'Semakin pedang diwarnai oleh darah dari lawan
yang kuat, semakin kuatlah mereka', dan hal ini memberikan Uolo kekuatan
kepada pedang nya.
Kemungkinan besar, pria itu melihat tebasan
dari serangan beruntun milikku di ruang kosong di hutam itu dan pedang
hitam dengan prioritas tinggi dan menganggap ku sebagai lawan yang
berharga untuk pedang nya diwarnai oleh darahku. Itu terdengar
terhormat, tapi faktanya, itu gak jauh beda dari 'mangsa berkualitas
tinggi'.
Dengan kata lain, kalau Aku mendapat serangan di
sparing ini dan berdarah, imajinasi Uolo akan bertambah kuat, dan jujur
saja, kemungkinan hal itu akan terjadi sangat tinggi.
Aku gak
boleh membiarkan diriku menolong musuh sebelum pertarungan terakhir
Rina-senpai. Pada saat ini, Aku harus menarik kembali kata-kata ku dan
mengganti aturan menjadi pertandingan sampai terpojok... saat Aku
berfikir tentang ini.
Senpai menepuk pundakku yang merunduk tanpa sadar dan berkata,
"Tapi
Aku akan mengatakan ini lagi. Aku mempercayaimu. Aku percaya kalau kamu
bukanlah pendekar yang akan menerima gerakan pria itu dengan mudah...
Kamu enggak lupa tentang hal yang kamu janjikan hari ini, kan?"
"Yang Aku janjikan...?"
Aku mengulangnya, dan mengangguk dengan keras,
"Ya. Aku berjanji padamu kalau Aku akan memperlihatkan mu segalanya, senpai."
"Oke.
Kondisinya memang agak berbeda sekarang, tapi tunjukan saja disini,
Kirito. Keluarkan seluruh kekuatan dan skill yang kamu punya dan
kalahkan Uolo Levanteinn."
Saat Aku mendengar kata-kata itu, Aku merasakan seluruh keraguan dalam diriku lenyap.
Keraguan
ku akan mengabaikan senpai dan melawan Uolo, dan ketakutanku akan
membuat musuh menjadi lebih kuat setelah kekalahan ku, itu semua
hanyalah alasan terburuk yang hanya dipikirkan oleh pecundang. Aku
hampir memberikan kekacauan itu kepada senpai yang kuhormati sebagai
hadiah. Sekali Aku menggenggam pedang, Aku hanya perlu memfokuskan
seluruh jiwaku kedalam nya dan mengayunnya dengan semua yang kupunya.
Aku mungkin datang sampai kesini dengan menggunakan hal itu sebagai
filosofi nomor 1 ku.
Aku tersenyum kepada senpai, mengangguk,
dan menengokkan kepalaku ke kanan. Aku bertukar tatapan dengan Eugeo,
yang sepertinya menyenderkan tubuhnya di pegangan tangga bangku
penonton. Aku menyengir kearah nya, dan ia memberikan ku ekspresi
khawatir yang biasanya sambil menaikkan kepalan tinju nya kearah ku.
Aku menjawab dengan tindakan yang sama, dan berpaling ke Rina-senpai lagi.
"Aku akan memenuhi janjiku."
Aku
hanya mengatakan kata-kata ini, dan senpai mengangguk tanpa berkata
apa-apa sebelum melangkah pergi. Suara yang mantap kemudian datang dari
sisi lain arena, sepertinya menunggu untuk momen ini.
"Sepertinya kau sudah selesai, Murid Pemula Kirito."
Aku
pelan-pelan berbalik arah, berjalan kearah ujung dari arena hitam, dan
menjawab "Ya". Uolo dan Aku kemudian memberikan salam ksatria yang
simpel dengan menaruh kepalan tangan kanan ke dada kiri. Berhubung ini
bukan kontes sparing resmi, gak ada instruktur yang menjadi wasit.
Namun, Aku gak merasa ragu sama sekali tentang kondisi kemenangan. Yang
pertama terpukul pedang lawan dan berdarah akan kalah.
Aku
mengambil langkah kedepan dan melangkah keatas arena. 2 langkah, 3
langkah, setelah Aku mengambil 4 langkah, Aku berdiri di garis mulai
yang ditandakan dengan warna putih.
Kami menarik pedang kami,
lawan ku menarik dari pinggang kiri nya, dan Aku dari punggung. Aku
melihat pedang Uolo yang gagang nya berwarna emas dan bilah berwarna
besi yang telah ditempa, dan murid-murid disekeliling mengeluarkan
teriakan kagum "Ohh". Setelah melihat pedang ku, kata-kata itu menjadi
gumaman ragu. Gak ada yang pernah melihat pedang sungguhan dengan gagang
dan bilah berwarna hitam.
"Oh astaga, astaga. Berfikir bahwa orang desa akan mempunyai pedang khusus yang diwarnai dengan tinta hitam, Raios-dono!"
Wanbell,
yang duduk di bangku penonton, berpura-pura berbisik selagi ia
mengucapkan nya dengan suara yang lantang yang cukup untuk bisa didengar
semua orang.
"Jangan bilang begitu, Wanbell. Valet-dono ini gak punya waktu untuk memoles pedang nya."
Rainos
namun berkata dengan kata-kata sarkasme nya yang biasanya, menyebabkan
para murid bangsawan disekeliling menjadi terhibur.
Namun,
sekejap saat Uolo mulai mengayun pedang nya, atmosfir disekeliling
menjadi diam. Mungkin itu karena respek yang mereka punya terhadap
kepala pendekar, tapi Aku menebak kalau mereka merasakan tekanan yang
kuat dari postur nya itu.
—Sebesar itu kah perbedaan antara pedang kayu dan pedang sungguhan?
Aku bergumam dalam hati.
Sebagai
valet Rina-senpai, Aku telah menyaksikan gerakan yang Uolo Levanteinn
gunakan pada tiga ujian yang dilaksanakan di arena— Northlangarth style
«Avalanche», beberapa kali. Namun, tekanan yang kurasakan benar-benar
berbeda saat lawan menggunakan pedang sungguhan daripada pedang kayu,
dan lawan nya saat ini adalah Uolo.
Uolo yang berambut pirang
dan pendek, yang sedikit lebih kurus daripada ku, mempunyai kesan
pilgrim. Namun, Aku akhir mengerti pada saat ini kalau itu adalah
kesalahan yang serius. Saat ini, mata biru-baja nya itu memiliki suatu
bentuk cahaya tersembunyi didalam nya, cahaya dari seorang pendekar
pedang pengamuk yang hanya ingin menggunakan pedang besi nya untuk
merobek tubuh lawan.
Di dunia game ini, pedang Uolo bisa
diklasifikasikan sebagai «Bastard Sword». Uolo menggunakan kedua tangan
untuk mengangkat gagang dan bilah pedang yang agak panjang. Bilah nya
terasa seperti dikelilingi oleh api membara dari matahari, dan itu
bukanlah ilusi. Itu adalah prioritas dari pedang dan 'kekuatan' yang
dihasilkan dari kekuatan imajinasi pemilik nya yang menyebabkan ruangan
ini bergetar.
*Zun*. Suara gemuruh yang berat terbebaskan, dan kepala pendekar itu telah menyelesaikan postur diatas kepalanya.
Sekali
ia menarik pedang nya jauh kebelakang, «Heavens and Mountains Break»...
yang bisa juga disebut serangan menusuk dua-tangan «Avalanche», akan
teraktifkan.
Ini seperti waktu dulu sekali, tapi terasa seperti
baru kemarin saat Aku menghabiskan waktu ku di kastil melayang Aincrad.
Aku melakukan banyak pertarungan, termasuk pertandingan satu lawan satu.
Salah satu dari pengguna pedang dua-tangan yang memberi kesan terbesar
pada diriku adalah seseorang dari guild «Knights of Blood», pengawal
dari wakil ketua Asuna, pria bernama Kuradeel.
Aku, yang
ditantang duel oleh nya, membaca serangan pertama nya «Avalanche» dan
menggunakan serangan tusukan yang mirip, «Sonic Leap» untuk mengincar
sisi senjata dan berhasil mencapai tujuan ku untuk menghancurkan senjata
nya dengan skill Arms Blast.
Memori ini muncul lagi, membuat ku
tiba-tiba mempertimbangkan apakah Aku harus menggunakan taktik yang
sama seperti yang dulu atau tidak. Namun, Aku dengan cepat membuang ide
ini. Jangan kan menghancurkan pedang Uolo, Aku mungkin akan berakhir
menghancurkan pedangku sendiri— pedang ku pasti akan dimentalkan, dan
Aku akan ditebas oleh nya di pundak.
Bentuk original dari
«Heavens and Mountains Break» adalah «Avalanche», tapi gerakan yang Uolo
lakukan benar-benar berbeda dengan Kuradeel dari sisi kecepatan dan
kekuatan. Ia mempunya kepercayaan yang tinggi kepada kekuatan serangan
nya, membuat pedang nya bertambah kuat karena nya. Kalau Aku gak bisa
menemukan imajinasi yang cukup kuat untuk menahan nya... Sebuah
imajinasi menghancurkan organ dan tubuh sampai ujung pedang nya menembus
ke sisi lain, Aku gak akan bisa berdiri sejajar dengan nya.
Sekarang bukan waktunya untuk menganggap hal ini sparing biasa. Aku harus menggunakan serangan-beruntun.
Jadi
Aku memikirkan gerakan yang mempunyai skill level paling tinggi yang
dapat kulakukan sampai sekarang— 4-serangan-beruntun «Vertical Square».
Skill ini memang membutuhkan kontrol tingkat tinggi, tapi Aku harus nya
bisa menggunakan serangan pertama, kedua, dan ketiga untuk meniadakan
Avalanche lawan dan balas menyerang dengan yang keempat untuk menang.
Aku
mengangkat pedang di tangan kanan ku, menghadap wajah Uolo, dan
menunjukkan postur yang kokoh. Saat menggunakan sword skill untuk
melawan sword skill yang lain, timing sangatlah penting. Aku harus
menggunakan sword skill ku sementara menepatkan timing aktivasi sword
skill lawan. Dengan kata lain, Aku harus 'aktivasi belakangan, serang
duluan'.
Ujung pedang hitam yang bergerak melengkung pelan-pelan
ke puncak dari lingkarang yang tergambar dan mulai sedikit memiring.
Pada saat itu,
“...HAA!!”
Uolo mulai melakukan tindakan sambil mengeluarkan raungan yang menggetarkan tulang.
Bilah
dari broadsword dikelilingi oleh cahaya emas kemerahan. Tebasan
dua-tangan dari atas kepala yang menghancurkan «Cyclone» milik
Rina-senpai tiga kali itu terlihat seperti nyala api yang semakin
mendekat.
Pada saat ini, tubuhku mulai bergerak. Aku melangkah
dengan kuat untuk mengaktifkan «Vertical Square» dengan waktu persiapan
minimum, dan tebasan pertamaku berakselerasi mengeluarkan tusukan yang
terbang selagi bergerak maju.
*KIINN!!* Selagi suara keras logam
berbunyi, tubrukan kuat terasa di tangan kanan ku. Serangan pertama ku
dalam sekejap dijatuhkan dengan muda. Murid-murid dan instruktur di
sekeliling mungkin berfikir kalau gerakan ku barusan adalah teknik
rahasia Norlangarth «Lighting Strike», skill satu tebasan «Vertical».
Kalau memang begitu, pemenang nya sudah ditentukan sekarang. Namun,
pertunjukan sebenarnya dimulai sekarang.
Meskipun Aku
bertubrukan dengan gerakan musuh, kalau postur ku enggak goyah, sword
skill yang aktif akan dilanjutkan. Serangan kedua dari Vertical Square
adalah menebas ke kanan atas dari bawah. Sword skill ku belum berakhir.
“ZAA!!”
Aku
membelokkan seluruh tubuh ku ke kiri, dan mengayun pedang ku keatas
dengan tajam. Suara tubrukan terdengar kembali. Cahaya biru yang
menyelimuti pedang ku bercampur dengan cahaya oranye milik pedang Uolo,
membentuk cahaya putih yang menyilaukan yang menerangi arena latihan
yang agak gelap.
Kali ini, pedang ku terpantulkan lagi. Namun,
Avalanche lawan juga melambat. Aku menggertakkan gigi ku dan segera
mengeluarkan serangan ketiga, tebasan vertikal kebawah.
*GAGIINN!!* Suara yang jauh lebih keras dari sebelum nya berbunyi saat kedua pedang beradu.
Ternyata benar, serangan ketiga ku gak cukup untuk mementalkan pedang Uolo, tapi gerakan Uolo terhenti.
Kalau Aku bisa menekan nya sekarang, Avalanche akan terhenti, tapi Aku masih punya serangan terakhir dari 4 serangan ku.
“U...ohhh!!!”
“Nu...nn!!”
Uolo dan Aku mengerang bersamaan, mati-matian untuk menangkis masing-masing pedang lawan.
Pada
saat ini, kekuatan serangan dari sword skill ku dan bantuan sistem atau
apapun itu tak berarti. Ini sudah menjadi imajinasi vs imajinasi,
pertarungan tekad. Kedua pedang yang bertabrakan mengeluarkan cahaya
putih terang dari perpotongan nya, mengeluarkan kilatan kecil yang
terang. Lantai dari arena ini mengeluarkan suara berderik, menahan
tekanan yang sangat besar dari duel kami.
Kalau ada seseorang
mengamati main memory installasi dari seluruh UnderWorld pada saat ini,
ia akan melihat kalau ada cahaya putih yang terang di medium quantum.
Fluctlight kami mengeluarkan sinyal, mati-matian mencoba menghancurkan
satu sama lain untuk menang. Lawan ku sudah kehilangan ketenangan nya
dan di wajah nya, dahi nya sudah mengerut dan bibir nya sudah
melengkung. Wajah ku mungkin juga mengeluarkan ekspresi yang sama.
This situation remained for 2, 3, 4 seconds— at that moment. Pada saat itu Situasi ini bertahan selama 2, 3, 4 detik—
Aku melihat sesuatu yang tak terduga.
Disamping
dan dibelakang pendekar elit Uolo Levanteinn, Aku melihat samar-samar
lebih dari 5 sosok yang mirip, tapi jelas berbeda dengan nya.
Yang
bisa kulihat adalah tubuh transparan yang memegang pedang dengan postir
yang sama dengan Uolo, tapi instingku mengatakan kalau pendekar itu
pasti adalah pemimpin keluarga Levanteinn dari generasi sebelum nya yang
mewariskan julukan instruktur Imperial Knight turun temurun keluarga
nya.
Dengan kata lain, ini adalah Uolo yang hanya seorang murid
tanggung menjadi pemimpin keluarga... Atau lebih tepatnya, yang ia
dipaksa untuk menanggung nya. Sumber sebenarnya dari kekuatan yang
tersembunyi dalam tebasan Uolo.
—Aku... gak boleh kalah disini!!
Aku
sepertinya mendengar raungan ini. Pada saat selanjut nya, kekuatan yang
jauh lebih berat dan tekanan yang lebih mendesak dari sebelum nya
menyerang bahu ku.
Broadsword yang diselimuti cahaya oranye
seperti api mendorong pedang hitam ditangan ku ini, terlihat seperti
mencoba menghancurkan nya. Aku mati-matian mencoba untuk bertahan, tapi
kaki-ku pelan-pelan terdorong kebelakang.
Kalau Aku terdorong
sampai 10... enggak, 5cm, sword skill ku akan terhentikan dengan paksa.
Pada saat itu, pedang ku akan dipentalkan, dan tubuh ku akan tertebas
dengan keras.
380 tahun.
Kata-kata itu tiba-tiba muncul di benak ku.
Sejumlah
waktu ini telah lewat sejak UnderWorld tercipta. Meskipun dilindungi
oleh hukum absolut, meskipun dunia ini menjadi dunia yang gak ada
pertarungan sebenarnya, pendekar pedang yang lahir disini terus menerus
menurunkan sword skill yang mereka tempa untuk generasi selanjutnya
selama sejarah ratausan tahun ini. Hasil nya sudah jauh melampaui konsep
«skill serangan game VRMMO».
*Zuu*. Kaki kanan ku terdorong kebelakang lagi, dan cahaya yang menyelimuti pedang hitam ku mulai bergetar dan berkelap kelip.
—Namun.
Aku pastinya bukan bertarung hanya untuk menambah exp atau semacam nya.
Demi
teman baik ku yang pertama kali kutemui, yang melampaikan tangan hangat
nya kepada ku, Eugeo. Demi Rina-senpai, yang dengan lembut dan juga
galak membimbing ku dan mengajari ku berbagai hal, dan demi orang-orang
di dunia nyata yang menunggu ku untuk kembali, Asuna, Suguha, Klein,
Liz, Sinon, Agil, Silca dan banyak lain nya.
"Aku juga... GAK BOLEH KALAH DISINI...!!!"
Yang membalas raungan respon ku bukanlah sebuah suara—
*DOKUN!* Pedang di tangan kanan ku bergemetar.
Cahaya
emas muncul di tengah-tengah cahaya biru yang hampir menghilang. Cahaya
itu terus berlipat ganda, akhirnya memenuhi seluruh pedang. Sementara
fenomena ini terjadi, sekeliling tiba-tiba menjadi lebih gelap secara
drastis, tapi Aku sepertinya gak menyadari hal ini.
Itu karena sesuatu yang lebih aneh sedang terjadi pada pedang ku sendiri.
*KIN*,
*KIN*. Pedang ku pelan-pelan berkembang. Diselimuti oleh efek cahaya
yang kuat, hanya Uolo dan Aku yang bisa melihat kalau pedang ku hanya
berkembang beberapa centimeter. Namun, hal itu sudah jelas dan pasti
bukanlah sebuah ilusi.
Bilah pedang, dan bahkan gagang nya
sedikit bertambah panjang. Aku menjulurkan tangan kiri ku, seperti
dibimbing, dan menggunakan kedua tangan untuk menggenggam gagang pedang
berwarna hitam.
Kalau ini adalah Aincrad, ini akan menjadi
equipment yang irregular, dan sword skill akan berakhir dengan paksa.
Tapi pada saat ini, cahaya biru dari Vertical Square yang hampir musnah
sekali lagi memperoleh cahaya nya saat tangan kiriku menggenggam nya,
menyatu dengan cahaya emas didalam pedang, dan sepertinya berputar
seperti pusaran air.
Aku melihat kekuatan liar yang keluar dari
pedang hitam di tangan ku, dan untuk suatu alasan, mengingat bentuk asli
nya... Aku mengingat «Gigas Cedar». Gigas Cedar yang menjulang tinggi
ditengah-tengah hutan utara dari Rulid, Aku mengingat bagaimana pohon
itu menyerap sejumlah besar dari sumberdaya dari bumi dan matahari,
pohon raksasa hitam pekat yang gak pernah tumbang selama lebih dari 300
tahun.
...Memori... pedang.
Kata-kata itu bangkit lagi di telingaku, dan segera ditutupi dengan raungan ku.
“O...OOOOOOOHHHH!!!”
Aku mengeluarkan seluruh kekuatan dan tekad ku yang tersisa, dan mengangkat kaki kanan ku—maju.
*ZUN*.
Pada saat kaki kanan ku mendarat di lantai, intensitas dari energi yang
disebabkan oleh bentrokan antara dua pedang melewati batas dan meledak.
Hal itu disebabkan oleh sihir Sacred Art level tinggi yang
mudah terbakar, melempar Uolo dan aku sementara kami gak bisa menahan
nya. Namun, kami berdua menolak untuk mundur dan lanjut untuk menatap
kedepan dan menguatkan kaki kami. Sol yang sudah keras bergesekan dengan
lantai arena, dan bau dari asap tercium. Kami menyeret dua garis tanda
terbakar dan Uolo dan Aku berhenti tepat di tepi arena.
Kedua sisi pedang nya terpentalkan dengan keras. «Avalanche» milik Uolo berakhir dan cahaya oranye nya pelan-pelan menghilang.
Namun— «Vertical Square» ku masih terus aktif dengan kedua tangan ku menggenggam pedang.
“SEIAAAAHHH!!”
Aku
mengeluarkan momentum ku, melangkah kebelakang dan mengeluarkan
serangan terakhir dengan melepaskan tebasan dari atas kepala. Pedang ku
melancarkan garis biru terang... tepat kearah dada Uolo yang tak
terlindungi.
*Chuu*. Pelan-pelan merayap, dan berhenti tepat
didepan ubin lantai yang rusak. Vertucal Square bukanlah serangan
menyergap. Aku berusaha semampuku untuk melebarkan jarak serangan nya,
tapi itu belum cukup untuk mencapai seluruh arena.
Uolo dan Aku menatap satu sama lain dari jarak dekat... Pada saat itu, suara yang tajam berbunyi.
"SUDAH CUKUP!!"
Aku
secara insting melompat kebelakang, melebarkan jarak ku dan menurunkan
pedang ku. Uolo melakukan hal yang sama di sisi lain dan merelakskan
mode bertarung nya.
Menyadari
hal ini, Aku melihat kearah sumber dari suara itu dengan ragu-ragu,
bertanya-tanya siapa yang berani-berani nya mengganggu sparing kepala
pendekar yang gak punya wasit ini. Lalu, Aku kaget tak bisa berkata
apa-apa saat Aku melihat Nyonya Azurika, si supervisor asrama murid
pemula.
Kenapa dia, seorang supervisor asrama dan bukan seorang
instruktur, membuat keputusan yang seperti wasit itu? Dan kenapa Uolo
mendengarkan nya dengan patuh?
Aku menatap kosong sementara dua
keraguan ini mengelilingi ku. Pada saat ini, kepala pendekar yang
menurunkan pedang nya berisik pada ku dari kiri,
"Keputusan nyonya itu harus ditaati."
"...Eh, anu... Kenapa begitu?"
"Karena
wanita itu adalah perwakilan pendekar pertama dari Kerajaan Norlangarth
pada saat turnamen Persatuan Empat Kerajaan 7 tahun yang lalu."
EHH—!?
Uolo
Levanteinn kembali menghadap ku, dengan mata ku yang nyaris keluar, dan
mengagguk dengan ekspresi pilgrim, bukannya dengan ekspresi pendekar
pengamuk yang seperti sebelum nya.
"Hukuman untuk mu telah
berakhir, murid pemula Kirito. Harap berhati-hati untuk tidak menodai
baju orang lain dengan kotoran lagi."
Setelah mengatakan itu, Uolo menyarungkan pedang nya kembali ke pinggang kiri dan berbalik.
Seragam putih dan biru itu dengan santai melewati seluruh arena, dan pada saat ia menghilang keluar dari pintu keluar—
"UWAAHHH!!"
Tepuk tangan yang amat meriah menghujani seluruh lapangan latihan yang
besar ini. Terkejut, Aku melihat ke sekeliling, dan melihat hampir 100
murid dan bahkan guru-guru di bangku penonton bertepuk tangan. Di
barisan terdepan, berdiri tepat disamping supervisor asrama Azurika,
yang bertepuk tangan dengan ekspresi serius yang biasanya, adalah
partner ku yang mengeluarkan air mata— Eugeo, bertepuk tangan. Aku
mengangkat kepalan tinju kiri ku kepadanya dengan lembut. Disebelah nya
adalah tubuh besar mentor nya, Gorgolosso-senpai yang muncul tanpa
kusadari.
Akhirnya, Aku menatap pedang yang ada di tangan kanan
ku, mengecek apakah pedangku kembali ke ukuran yang semula, dan
menyarung kan nya dengan bunyi chiin— sesaat.
*BOSSN!*
Bahu
ku dipukul dengan keras, membuatku melompat sedikit. Tangan putih mulus
secara sembrono membalikkan badan ku, dan Aku melihat Solterina-senpai
memberikan tangisan yang lebih parah daripada Eugeo.
"...Kupikir tadi kau akan ditebas."
Aku mendengar nya dengan suara yang mungkin hanya Aku yang bisa dengar, dan mengangguk.
"Iya... Kupikir juga begitu."
"...Kamu tau itu dan tetap gak menyerah...... Kamu, dasar bodoh."
Senpai
menutup matanya, dan bulu matanya mengejang sedikit. Namun, kelihatan
nya ia akhirnya bisa menghentikan tangisan nya dan kemudian ia mengambil
nafas yang dalam dan membuka lebar matanya. Mata biru-laut nya memiliki
cahaya lembut yang gak pernah kulihat sebelumnya.
"Tadi itu
benar-benar indah... Benar-benar pertandingan yang seru, Kirito. Izinkan
Aku untuk berterimakasih. Sayang sekali Aku gak bisa melakukan nya...
Tapi, kamu telah menunjukkan pertarungan dengan seluruh kekuatan mu
seperti yang telah kamu janjikan... Terima kasih."
"Eh... Tapi, hasil nya seri..."
"Apa kau masih gak senang hasilnya seri, meskipun lawan nya adalah Levanteinn itu?"
"Bu-Bukan, bukannya begitu."
Melihat
kepala ku yang menggeleng seperti gelombang, senpai mengeluarkan
tertawa genit yang sangat jarang terlihat, mendekatkan bibir nya ke
telinga ku dan berbisik.
"Ini bukan masalah menang atau kalah.
Performa mu di pertandingan tadi menunjukkan sesuatu yang penting...
Sesuatu yang sangat penting. Aku merasa sangat bangga menjadi pewaris
Celulute-style... dan senang... karena bisa menjadi mentor mu juga."
*Pon*. Rina-senpai menepuk bahu ku, menegakkan tubuh nya, dan berkata dengan beberapa bekas senyuman di bibir nya,
"Masih
ada waktu sampai jam malam tiba. Bagaimana kalau kamu datang ke kamar
ku untuk merayakan nya? Kamu bisa mengajak Eugeo-kun juga... Untuk
mentor nya, yah, Aku akan mengizinkan nya juga."
Mendengar
perkataan senpai, Aku nyengir dan mengangguk. Aku berbalik, mengangkat
tangan ku kearah Eugeo, dan menunjuk kearah pintu keluar. Aku melihat
nya dan Gorgolosso-senpai berjalan kesana, dan Aku berjalan bersebelahan
dengan Rina-senpai keluar dari arena yang masih penuh semangat ini.
Kali
ini, yang 70% ada dipikiran ku bukanlah red wine milik senpai yang ia
sembunyikan, bukan tentang penjelasan penuh hasrat tentang sejarah sword
skill dari Gorgolosso-senpai—
...Aku bisa saja menyerah saat sparing hukuman itu berlangsung!!!
Tapi hal itu.
Dari
tepi mata ku, Aku bisa melihat Raios dan Wanbell memberikan pandangan
yang aneh kearah sini, tapi Aku gak ambil repot dan mengacuhkan mereka.
Bagian 6
Di kastil melayang Aincrad yang pernah tercipta, ada minuman beralkohol yang seperti red wine dan bir.
Tapi
berbicara secara logika, meskipun Aku meneguk satu tong besar penuh
alkohol kuat, mustahil bagiku untuk mabuk. Itu karena tubuh fisik yang
berbaring di dunia nyata gak meneguk setetespun alkohol.
Disini,
yang paling mengagetkan adalah di dunia ini, alkohol adalah benda asli—
Dengan kata lain, Aku akan mabuk kalau Aku meminum nya. Teori dibalik
ini kemungkinan besar karena Fluctlight memiliki sinyal «Kondisi mabuk»
dan membisikkan nya. Namun, seperti nya pendesain yang mendesain dunia
tak kenal ampun itu memiliki sedikit kesadaran meskipun mabuk, itu
adalah 'kondisi aktif dimana orang gak kehilangan pikiran nya'.
Berhubung gak akan ada pemabuk yang akan membuat kerusuhan dan mulai
berteriak, gak akan ada orang yang melanggar hukum karena sedang mabuk.
—Meskipun
begitu, gak ada yang bisa menjamin apakah fitur protektif ini akan
efektif terhadap ku, jadi Aku berhenti setelah meminum dua gelas anggur
di 'perayaan' yang berlangsung di kamar Rina-senpai. Namun, senpai
membuka rahasia yang sudah tersimpan selama lebih dari 100 tahun,
membuat ku, seorang amatir kalau masalah anggur, menyerukan kalau ini
adalah anggur yang bagus, jadi membutuhkan tekad yang banyak dariku agar
bisa menahan diri menjaga rahasia ini.
Senpai, Eugeo,
Golgosso-senpai dan Aku berkumpul dan mengobrol tentang kenangan selama
setahun ini, prediksi kami untuk duel promosi/kelulusan, dan ajaran
penuh hasrat tentang sword skill dan style. Waktu berjalan, dan sekarang
sudah 15 menit sebelum jam malam asrama murid pemula.
Aku
ogah-ogahan pergi dari asrama pendekar elit dan kembali ke asrama kami
bersama Eugeo. Aku meninggalkan partner ku yang mabuk berat di kamar dan
pergi ke pot bunga di sisi barat. Meskipun ini hari istirahat, Aku
harus menyiram bunga Zephyria. Aku berjalan turun tangga dari lantai
kedua dan membuka gerbang di asrama.
Saat Aku membaringkan Eugeo
di kamar dan menaruh pedang hitam ku didekat lemari, jejak terakhir
dari cahaya menghilang dari langit, dan diluar diselimuti oleh kegelapan
malam.
Aku menutup mataku dengan lembut dan perlahan merasakan
angin sepoi malam hari yang dingin dan harum Anemone— Sementara Aku
melakukan nya, secara tak sadar Aku mengerutkan dahi. Ada bentuk aroma
lain yang berbeda dari bunga-bunga yang kutanam, bau lengket seperti
binatang tercampur sedikit. Dan juga, Aku mempunyai impresi terhadap bau
ini. Itu adalah bau yang kucium saat makan malam terakhir... Tapi, ini
adalah bau yang seharusnya gak ada.
Aku tiba-tiba membuka lebar
mataku, memfokuskan pandangan ku ke jalanan yang membagi petak bunga
menjadi dua sisi, dan dua sosok muncul di sisi lain dari kegelapan.
Mereka mengenakan seragam abu-abu, seperti ku, seragam murid pemula.
Namun, mereka gak mengenakan lebih dari 3 kancing didepan dada nya,
sepertinya memamerkan kaos yang warnanya aneh yang ia kenakan didalam.
Yang memakai kaos merah berkilau adalah Raios Antinos, dan yang memakai
kaos berwarna kuning neon terang adalah Wanbell Jezeku.
Kenapa
mereka, yang gak ditugaskan untuk menanam dan gak terlihat kalau
mempunyai ketertarikan untuk menanam, ada di kebun... Ketika pikiran ini
muncul di otak ku, sebuah firasat buruk mencapai ku. Aku, yang
mengambil langkah kebelakang dari pintu tembok barat di asrama, gak bisa
bergerak. Tepat didepan ku, Rainos dan Wanbell datang tepat kearah ku,
dan kemudian berhenti 1m jauh nya dariku.
"Oh astaga, astaga. Benar-benar kebetulan sekali, Kirito."
Rainos menggunakan suara yang kasar... dan licik yang penuh niat buruk.
"Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Hal ini akan menghemat pekerjaan."
Wanbell,
yang berdiri dibelakang, mengeluarkan kotekan yang penuh semangat,
seperti memberikan melodi ke kata-kata itu. Aku menengok kembali ke
Raios, dan dengan dingin berkata,
"...Apa yang kalian inginkan?"
Mendengar
kata-kata dingin itu, wajah Wanbell menggeliat, tapi Raios mengayun
tangan kanan nya untuk menghentikan nya dan menjawab pertanyaan ku.
"Tentu
saja, Aku ingin memuji mu untuk pertandingan yang bagus tadi. Siapa
yang menduga kalau seorang valet yang diberi kekangan bisa bertanding
seimbang melawan Levanteinn-dono itu?"
"Oh astaga, astaga, itu benar. Sword skill yang seperti mainan itu benar-benar membuat chairman-dono kesulitan."
"Ku ku ku." Mereka berdua mengkotek bersamaan setelah mereka selesai. Aku merendahkan suaraku, dan berkata,
"Apa kalian memuji ku? Atau kalian ingin membuat ku menjual pertarungan untuk kalian?"
"Hahaha.
Bagaimana mungkin? Bangsawan kelas atas gak akan pernah meminta orang
desa untuk menjual apapun! Tentu saja, asrama tetap akan menjadi
asrama!"
Setelah tertawa dengan riang untuk beberapa saat,
tangan kiri Raios menggapai kantung seragam nya, dan mengeluarkan
sesuatu yang tipis dan panjang.
"Untuk memuji aksi mu...
permisi, untuk duel yang sangat berani mu tadi, izinkan Aku untuk
memberikan ini. Kamu harus menerima nya."
Raios mengambil langkah kedepan dan menaruh sesuatu kedalam kantung dada di seragam ku.
"...Kalau begitu, kami pergi duluan. Mimpi indah, Kirito-dono."
Raios
bergumam sedikit kepadaku dari jarak dekat sambil menyeringai. Ia
menggelengkan rambut pirang nya dan melewati ku. Wanbell kemudian
mengikuti nya dan memperlihatkan wajah nya kesini.
"Jangan terlalu belagak, anak desa tanpa nama keluarga."
Ia meninggalkan kata-kata itu dan mengikuti Raios.
*BAM!*
Bahkan setelah mereka berdua berjalan ke pintu dan menutup nya dengan
membanting, Aku gak bisa bergerak untuk sementara. Itu karena—
Yang
Raios taruh di kantung ku adalah tunas bunga yang mempunyai daun yang
hampir berwarna biru dan hampir mengeluarkan nya. Aku menggunakan tangan
kanan ku yang dingin seperti es untuk mengeluarkan nya dari kantung ku
dan menatap nya dengan hati-hati.
Batangnya yang lembut dengan
kejam terputus, dan itu bukan salah satu dari «4 Sacred Flowers» yang
tumbuh di petak bunga. Itu adalah bunga dari Kerajaan Barat, bunga
Zephyria yang terus kurawat dengan susah payah gak peduli seberapa
banyak Aku gagal selama setengah tahun ini.
Saat Aku menyadari
hal ini, Aku menggertakkan gigiku dengan kekuatan yang cukup untuk
menghancurkan tunas itu. Kalau Aku memegang pedang sekarang, mungkin Aku
sudah berlari ke asrama dan mencincang Raios dan Wanbell menjadi
serpihan. Aku menggenggam kencang tunas bunga berwarna air di tangan
kanan ku dan berlari kearah kebun. Aku berlari melewati persimpangan X
dan ke gudang dekat tembok. Porselein putih yang tertanam diletakkan di
sudut gudang memasuki mata ku.
“...Ah, ahhh....”
Tenggorokan ku mengeluarkan suara yang serak.
23
bibit Zephyria yang tumbuh dari benih yang kubeli dari pedagang rempa,
benih yang biasanya tumbuh di negeri asing, dan hampir saja tumbuh—
semuanya dengan kejam tersentak terbelah dua.
Kuncup bunga
bundar hancur dan jatuh disekitar penanam, dan mereka kehilangan warna
biru kehijauan yang unik itu. Batang yang tersisa di tanah merosot, dan
sudah jelas, Life mereka berkurang drastis.
Ditengah-tengah
bunga yang mati ini, senjata yang melakukan kekejaman ini menancap
seperti batu nisan. Itu adalah sabit yang panjang dan miring yang
digunakan untuk tanaman dengan buah yang bundar. Seseorang... Bukan,
Raios dan Wanbell mengayunkan sabit ini dan dengan kejam menghancurkan
bunga ini.
Kaki ku kehilangan seluruh kekuatan nya, dan Aku berlutut didepan pot itu dengan gedebuk.
Aku menatap kosong kearah bunga yang yang tersebar-sebar, berfikir dengan pikiran yang udah setengah mati.
Kenapa?
Sementara Aku mengetahui motif dan cara nya dengan jelas, tapi kenapa
mereka bisa melakukan sesuatu seperti ini? Dengan sengaja menghancurkan
benda milik orang lain itu melanggar Taboo Index. Bahkan bangsawan kelas
atas seharusnya gak bisa melanggar hukum absolut ini.
Di
UnderWorld, hak kepemilikan dari seluruh barang ditentukan tanpa error.
Aku tau hal itu setelah melakukan perjalanan. Saat membuka «window» ku
yang unik, benda yang hak kepemilikan nya adalah milikku akan mempunyai
tanda P kecil di pojok. Pada sisi lain, benda yang gak punya tanda P
berarti bukan milikku, jadi mustahil bagi mereka untuk mencuri atau
menghancurkan nya.
Memang benar kalau tanaman yang tumbuh ini
bukan milik siapa-siapa, tapi kepemilikan pupuk, dan tanah adalah milik
semuanya. Tanaman yang ditanam di tanah siapapun akan menjadi milik
orang itu. Anemone yang tumbuh di petak bunga adalah milik Akademi. Dan
juga, Kupikir bunga Zephyria yang ada di pot ini adalah barang personal
milikku karena Aku membeli nya dari toko di distrik 6 dan menanam nya di
pot didepan ku. Itu yang kupikirkan.
Pikiranku, yang bercampur
aduk dengan amarah dan keputusasaan, berfikir sampai sini. Aku
memikirkan sesuatu yang membuat ku melebarkan mataku.
Tanah.
Tanah hitam yang ada di pot... gak digali dari tanah di Akademi ataupun
dibeli dari toko. Itu dibawa dari tanah diluar Central, dari alam liar
yang bukan milik siapa-siapa. Aku pernah mengatakan ini ke Miller dari
komite tanaman dan yang lain. Raios dan kelompok nya tau hal ini dan
memutuskan,
"Berhubung tanah ini dari alam liar yang bukan milik siapa-siapa, bunga ini berarti bukan milik siapa-siapa juga, kan?"
Kalau
masalah nya seperti ini, kalau begitu, ini adalah kesalahan yang
kubuat. Berhubung Aku meninggalkan nya di kebun bunga yang bisa diakses
siapapun, Aku harusnya berhati-hati dan memikirkan tentang masalah
kepemilikan.
Orang-orang di UnderWorld gak akan melanggar hukum.
Tapi bukan berarti semua penduduk dunia ini ramah-ramah. Beberapa dari
mereka adalah orang yang bahkan berfikir kalau 'apapun yang gak dilarang
hukum berarti boleh dilakukan'.
Aku seharusnya menyadari hal ini semenjak turnamen di Zakkaria.
"...Maaf..."
Aku
mengambil tunas bunga yang terpisah-pisah di lantai dengan tangan kanan
ku dan mengumpulkan nya di tangan kiri. Namun, yang tadinya berwarna
biru kehijauan sekarang berubah warna menjadi lebih abu-abu di tangan
ku.
Saat Aku mengambil seluruh 23 batang dan tunas bunga, Life
mereka berkurang menjadi 0. Tunas bunga membentuk partikel cahaya biru
kehijauan yang seperti mimpi dan menghilang di udara.
Tanpa sadar air mata telah mengalir dari mata ku.
Aku
memaksakan bibir ku untuk tersenyum, kelihatan seperti mencoba untuk
mentertawakan diri sendiri karena telah membiarkan anak yang jahat
merusak bunga ku. Namun, pipiku mati rasa. Air mata yang kuhasilkan
akhirnya jatuh, dan genangan kecil mendarat di batu bata disamping ku.
Aku akhirnya mengerti apa yang kuharapkan saat menanam bunga Zephyria ini.
Alasan pertama membesarkan bunga ini adalah untuk mengetes kekuatan imajinasi di UnderWorld.
Alasan
kedua... untuk mengabulkan permohonan Rina-senpai, yang pernah bilang
kepadaku 'Aku ingin melihat bunga Zephyria yang asli sekali saja'.
Namun,
ada alasan ketiga yang gak pernah Aku temukan sampai saat ini. Aku
benar-benar mencoba untuk menggunakan bunga ini sebagai peninggalan ku
dengan mati-matian mencoba untuk menumbuhkan bunga ini di negeri asing.
Aku ingin membagi beban ku dengan bunga ini, kesepian dan beban... dari
meninggalkan orang-orang yang kucintai di dunia nyata, tanpa tau kapan
Aku akan kembali...
Air mata terus berjatuhan dan meluncur di pipi ku, menetes ke lantai.
Aku
mati-matian menahan tangisan ku dan meringkuk, mencoba untuk
menggunakan tangan ku untuk menghibur diriku sendiri di lantai.
Aku lagi-lagi mengingat suara itu.
—Terus dan Percaya.
—Terus
dan Percaya akan kekuatan dari bunga yang akan tumbuh di negeri asing.
Dan juga, percaya akan kekuatan mu sendiri karena telah menumbuhkan
bunga itu sampai sekarang.
Aku mendengar suara yang tak dapat
dijelaskan ini berkali-kali saat melakukan perjalanan panjang ku.
Sepertinya suara perempuan, tapi itu bukan suara yang familiar dengan
ku. Dan juga, itu bukanlah suara dari gadis muda yang kudengar di gua
yang melewati Mountain Range of the Edge 2 tahun yang lalu. Suara ini
tenang, bijaksana, lembut dan hangat...
"...Tapi, semuanya... sudah tiada."
Aku bergumam. Suara itu dengan tenang menjawab.
—Tidak masalah.
—Batang
yang tumbuh di dunia ini masih mencoba sekuat tenaga untuk bertahan
hidup. Dan...kamu merasakan nya. Seluruh Sacred Flower di petak bunga
ini mencoba untuk menolong teman kecil mereka. Mereka ingin memberikan
kekuatan Life nya. Kamu bisa mengabulkan permohonan ini ke batang
Zephyria.
"...Aku gak bisa melakukan nya. Aku gak bisa menggunakan Sacred Arts level tinggi itu."
—Sihir
hanyalah sebuah cara untuk menyusun pikiran dan membimbing «emosi»...
Kekuatan imajinasi yang digunakan lewat mulut. Saat ini, sihir dan
medium tidak diperlukan.
—Ayo, hapus air matamu dan berdiri. Pergi rasakan, rasakan doa dari bunga-bunga itu.
—Rasakan, hukum dari dunia ini...
Suara itu berakhir disini, seperti menghilang disuatu tempat di tengah-tengah langit malam.
Aku
mengambil nafas yang dalam ke dadaku yang masih gemetar, mengeluarkan
nya, menggunakan lengan seragam ku untuk mengelap air mata, menguatkan
diri dan berdiri.
Aku pelan-pelan berbalik, dan pemandangan yang
tak bisa dipercaya muncul tepat didepan ku. 4 Sacred Flower yang tumbuh
di 4 bagian petak bunga... Anemone yang mekar, Marigold yang bahkan
belum bertunas, Dahlia yang tumbuh batang kecil dan bahkan Cattleya yang
bersembunyi dibawah tanah semuanya memberikan cahaya hijau di malam
yang gelap.
Sacred Power. Sumber daya. Kata-kata itu semuanya gak berarti dihadapan cahaya yang hangat, stabil tapi sangat kuat.
Aku menjulurkan lengan ku ke 4 Sacred Flower itu,
"...Tolong, berikan Aku kekuatan... Life, berikan sebagian untuk ku."
Aku
menggumam sedikit dan membayangkan. Aku membayangkan Sacred Flower
memberikan Life, menggunakan diriku sebagai katalis dan mengalir ke sisa
bunga Zephyria di pot ini.
Sangat banyak garis hijau yang
berkelip muncul di petak bunga. Mereka kemudian saling mendekat dengan
satu sama lain, menenun dengan satu sama lain, dan akhirnya menjadi
ikatan tebal yang tak terhitung jumlah nya. Aku melambaika jariku, dan
mereka menari di udara sebelum akhirnya bergerak ke satu titik.
Pada
saat ini, Aku hanya perlu melihat mereka. Ikatan cahaya menyelimuti pot
yang hanya disisakan batang yang layu, tampaknya menyelimutinya
berkali-kali... dan tampaknya membentuk bunga besar saat mereka diserap
oleh tanah dan menghilang.
Dan kemudian,
Ke 23 batang pelan-pelan tumbuh dalam kecepatan yang bisa dilahat mata telanjang.
Tunas
bunga pelan-pelan berkembang, tampak nya menyebarkan daun-daun nya yang
tajam seperti pedang, dan tampak dilindungi oleh nya.
Aku melihat pemandangan ini, dan untuk kedua kali nya mengeluarkan air mata.
Ini
benar-benar... dunia yang tak dapat dijelaskan. Semuanya seharusnya
hanyalah benda virtual, tapi itu mempunyai keindahan yang bahkan dunia
nyata gak bisa menyaingi... kekuatan dari Life... dan dari tekad yang
kuat.
"...Terima kasih."
Aku berterimakasih kepada 4
Sacred Flowers di petak bunga dan pemilik dari suara misterius itu. Aku
merenung sementara, dan mengeluarkan emblem sekolah dari baju seragam ku
yang menempel dengan pin. Aku menjulurkan tangan ku, menaruh nya di
pojokan pot, dan tampaknya berseru: Ini adalah teritori-ku.
Saat
Aku kembali ke kamar, Aku akan meminta maaf pada pedang hitam yang
bersender di lemari... kepada cabang Gigas Cedar. Dan kemudian, Aku akan
berterimakasih kepadanya karena telah menolongku saat duel melawan
Uolo.
Selagi memikirkan hal ini, Aku terus menatap bunga
Zephyria yang memulihkan Life nya. Bel 7.30pm berbunyi, dan Aku akhirnya
berdiri dari petak bunga dan berjalan menuju asrama.
Aku tanpa
sengaja menengokkan kepalaku tepat didepan pintu, dan segalanya, pagar
batu yang mengelilingi petak bunga, bagian belakang dari atap arena
latihan dan Centoria Cathedral milik Gereja Axiom yang kelihatan seperti
memotong langit malam penuh bintang ini memasuki mataku. Cahaya oranye
keluar dari banyak jendela seperti pencakar langit di dunia nyata, tapi
itu jauh lebih tinggi dan lebih indah dibanding pencakar langit itu.
—Tiba-tiba, sebuah cahaya meninggalkan menara dari menara yang tinggi.
Bagaimana
bisa? Aku menatap cahaya itu, tapi itu bukan kesalahan mataku atau
ilusi. Buktinya titik cahaya itu terus bertambah terang nya dan mendekat
di jalanan Centoria Utara. Cahaya itu kemudian mempertahankan
ketinggian nya lalu pelan-pelan meluncur, identitas aslinya adalah...
"...Naga yang terbang!"
Aku
gak mungkin salah sekarang. Itu adalah cahaya dari lampu besar di armor
naga yang terbang di udara. Itu bukanlah sebuah cahaya sinyal atau
peringatan, tapi lampu untuk membiarkan orang-orang di tanah menunjukkan
ketakutan dan kekaguman nya. Yang mengendarai punggung naga itu adalah
salah satu dari penegak hukum terkuat di dunia ini— seorang «Integrity
Knight».
Naga besar itu membuka sayap nya, tampak nya meluncur
melewati langit malam dan terbang ke timur laut. Kemungkinan besar
sedang menjalankan tugas nya untuk melindungi dunia manusia dan terbang
ke Mountain Range of the Edge. Eugeo dan Aku menghabiskan waktu setahun
untuk melewati 750km itu, namun naga itu hanya memerlukan waktu sehari.
Cahaya
dari lampu itu menghilang, Aku berbalik untuk menyaksikan kemegahan
Cathedral. Integrity Knight itu mungkin terbang dari ¾ ketinggian nya.
Mungkin ada tempat semacam bandara disana. Aku terus melihat keatas, dan
lantai tertinggi nya bercampur dengan langit malam, jadi Aku gak bisa
melihatnya. Seharusnya ada pintu yang terhubung dengan dunia nyata, yang
kucari-cari.
Namun— Ada feeling yang lemah akan ingin pulang
kerumah, bertambah besar hari demi hari. Apakah itu hanya imajinasi ku?
Aku juga merasakan feeling ingin mengetahui lebih banyak tentang dunia
ini, berbeda dengan yang Aku inginkan. Apakah Aku terlalu banyak
berfikir...?
Aku menghirup aroma bunga-bunga ini dan pelan-pelan
menghembuskan nya. Aku berpaling dari Cathedral dan dengan halus
mendorong gerbang besar tua untuk keluar.
Pada akhir bulan maret—
Pendekar
elit peringkat dua Solterina Celulute mengalahkan pendekar elit
peringkat satu Uolo Levanteinn saat pertandingan seleksi kelulusan yang
terakhir, dan lulus sebagai murid top dari Norlangarth Master Swords
Academy.
Saat ia pergi, Aku memberiakn nya pot yang berisi penuh
dengan bunga Zephyria. Rina-senpai menunjukkan seyuman yang
berseri-seri untuk pertama kalinya, ditemani dengan air mata.
Dua minggu setelah ia lulus, ia ikut serta dalam «Empire Swordsmanship
Tournament» yang diselenggarakan di arena kerajaan, tapi dicocokkan
melawan anggota dari Ksatria Norlangarth. Sayang sekali, setelah
pertandingan yang sengit, ia kalah.
Selingan 2
Suara sepatu boot bergema di seluruh ruangan luas .
"Swordsman Elit dalam pelatihan Eugeo-dono, Saya melapor! Tugas menyapu hari ini selesai!"
Sumber suara itu adalah seorang gadis muda berpakaian seragam abu-abu pemula swordman dalam pelatihan.
Belum sebulan ini sejak dia masuk sekolah di musim semi dan menjadi valet, sikapnya penuh akan kegugupan.
Eugeo
telah mencoba memperlakukan dia sebaik mungkin, tapi apapun yang dia
katakan, dia tak pernah bisa santai... Tapi Eugeo mengerti situasi ini
karena dia seperti itu tahun lalu. Dalam beberapa hal, fakta bahwa hanya
ada 12 swordman elit yang lebih menakutkan dari para instruktur sendiri
untuk murid pemula.
Butuh waktu sekitar 2 bulan untuk melakukan
percakapan biasa, dan sama juga untuk Eugeo. Akan tetapi,bagaimanapun
dia bukan rekan yang tipikal, dan ini hanya akan menjadi satu-satunya
pengecualian.
Setelah menutup buku teks tua seni suci, Eugeo berdiri dari kursi bersandaran tinggi dan mengangguk sambil berkata.
"Terima kasih untuk semuanya, Teiza. Sekaran kamu bisa kembali ke asramamu... Eh, erm..."
Pandangannya
berpaling pada gadis berambut warna teh berdiri di sebelah Teiza yang
berambut merah tua, yang juga menegakkan punggungnya.
"...Maaf, Ronie. Aku menyuruh orang itu kembali setelah ruangannya disapu ..."
Eugeo
meminta maaf untuk rekannya yang menghilang setelah latihan, pemula
dalam pelatihan bernama Ronie melebarkan matanya dan menggelengkan
kepala,
"Ti-tidak apa, tugasnya hanya selesai setelah laporan!"
"Begini,
meskipun ini memalukan, tunggulah sebentar lagi. Aku tak tahu bagaimana
mengatakannya, beginii... Aku meminta maaf atas kelakuan teman
sekamarku.."
Akademi Master Pedang Kekaisaran Norlangarth adalah
institusi yang mengumpulkan putra dan putri bangsawan di Norlangarth
dan mendidik mereka untuk menjadi swordsman terbaik. Tapi sekali mereka
melewati gerbang sekolah, mereka yang berdarah bengsawan harus memulai
dari dari garis yang sama dengan pemula dalam pelatihan lainnya.
Untuk
kelas satu, hampir tak ada kesempatan unutk menyentuh pedang sungguhan,
jadi hal yang mereka hanya bisa lakukan berlatih terus menerus dengan
pedang kayu, mempelajari Seni Pertarungan dan Seni Suci. Juga, Para
pemula dalam latihan harus menyelesaikan tugas bermacam-macam lainnya
sambil belajar.
Tugas yang diserahkan pada mereka ditentukan
dari nilaimu dalam ujian skill pedang. 90% dari siswa ditugaskan untuk
membersihkan sekolah dan merawat peralatan ,atau menanam Bunga-bunga
suci. 12 siswa teratas ditugaskan menjadi valet untuk para swordsman
elit, dan sering menjadi sasaran kecemburuan ,keirian dari
rekan-rekannya dan 2 bulan kegelisahan.
Tapi, meskipun mereka
disebut valet, tugas-tugas yang mereka yang dapat tak berbeda jauh
dibandingkan dari murid-murid lain. Mereka membersihkan ruangan para
swordsman elit seperti kawan-kawannya membersihkan ruang kelas dan area
latihan. Jika siswa yang valet ikuti adalah orang buruk yang membuang
sampah dengan sengaja, membuat masalah atau cenderung pergi keluar dan
menghilang, valet itu akan kesusahan setiap hari.
"...Jika kamu
mau, Ronie, Aku bisa berbicara pada guru dan mengganti guru pribadimu...
Jika kamu tetap mengikuti orang itu, ini akan menjadi tahun yang susah
buatmu."
"I-ini tidak susah sama sekali!"
Setelah
mendengar ide Eugeo, Ronie sekali lagi menggelengkan kepala, dan saat
itu juga, ada suara yang akrab datang bukan dari pintu, tapi dari
jendela terbuka yang dipenuhi cahaya kuning matahati terbenam.
"Fufu, apa yang kamu bicarakan di belakangku?"
Orang
yang baru tiba di ruangan melalui jendela lantai 3 itu yang berpakaian
seragam swordsman elit, Kirito. Penampilannya sama, tapi seragamnya
berwarna hitam pekat, tak seperti milik Eugeo yang biru dan abu-abu.
Warna dari seragam bisa dipilih karena merupakan salah satu dari banyak
hak istimewa bagi swordsman elit dalam pelatihan.
Setelah
melihat Kirito membawa kantong yang berbau sangat sedap, Ronie
menunjukkan wajah lega,tapi segera menunjukkan ekspresi tegang lagi, dan
suara sepatu boot bergema dalam ruangan.
"Swordsman elit Kirito-sama, Saya melapor! Tugas menyapu hari ini selesai tanpa tertunda!"
"Oke, terima kasih untuk semuanya."
Kirito
dengan malu menggaruk kepalanya saat menjawabnya, tak terbiasa dengan
mempunyai valet biasanya. Melihat ke arahnya, Eugeo tersenyum masam dan
mulai menanyai rekannya apa yang terjadi.
"Uh, Kirito, Aku
takkan bilang untuk tidak keluar dari kampus, tapi gadis-gadis ini lebih
sibuk dari kamu, jadi kembalilah sebelum tugas menyapu selesai. Lagian,
kenapa kamu harus datang melalui jendela?"
"Datang melaui
jendela merupakan jarak terdekat jika kamu datang dari Jalan Selatan
ke3. Ingat itu juga, Ronie dan Teiza. Mungkin akan berguna di masa
depan."
"Jangan ajari mereka hal-hal aneh! ...Bicara tentang Jalan Selatan ke3, benda dalam kantong kertas itu pie madu kan?"
Bau manis yang tercium dari tangan Kirito dengan hebat merangsang perut pra-makan malam Eugoe
"...Benar itu enak, tapi kau tak perlu membeli banyak-banyak."
"Fufu, kamu hanya perlu mengatakannya langsung jika kamu mau, Eugeo-kun."
Kirito
menyeringai sambil mengambil 2 pie madu segar keemasan. Dia meletakkan
satu di mulutnya, satu di sebelah Eugeo, dan dengan lembut meletakkan
kantong kertas yang tersisa di tangan Ronie.
"Saat kamu kembali ke asrama, makanlah ini dengan teman sekamarmu."
"WAAA!"
Segera, Ronie dan Teiza memekik senang seperti gadis umur 15-16 tahun
seharusnya lakukan, tapi segera dengan cepat berdiri kembali.
"Ter-Terima kasih banyak, Swordsman elit dalam pelatihan-sama!" ujar Ronie.
"Ayo cepat kembali ke asrama agar "Nyawa" makanan tidak berkurang terlalu banyak! Sampai jumpa besok!" kata Teiza dengan keras.
Setelah
melakukan hormat simpel cepat, keduanya berjalan melalui ruangan dengan
sepatu boot mereka berbunyi, membuka pintu, dan keluar dari koridor.
Mereka
mengangguk sedikit sambil menutup pintu, pekikan senang bisa didengar
dengan langkah kaki yang cepat menghilang ketika mereka semakin menjauh.
"..."
Sambil menggigit potongan besar pie panggang segar, Eugeo menatap Kirito.
"...Apa?"
"Tidak,
tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir, oh swordsman elit dalam
pelatihan Kirito-sama, bahwa kamu mungkin telah melupakan alasan
sebenarnya mengapa kita disini."
"Ha, siapa yang bisa melupakan itu?"
Kirito
dengan cepat manghabiskan pienya, dan setelah menjilati ibu jarinya,
matanya yang hitam segera melihat ke jendela- jauh di atas asrama
swordsman pemula adalah menara besar Gereja Axiom yang berdiri di tengah
tengah Centoria.
"3 kali lagi... Kita akhirnya sampai disini.
Pertama, kita harus mengalahkan 10 swordsman elit lainnya saat tes
kelulusan, dan mendapatkan peran sebagai perwakilan sekolah ini.
Kemudian, kita harus mengalahkan om-om, para kesatria dan penjaga saat
Turnamen Kepiawaian Berpedang Kekaisaran. Setelah itu, kita harus
menjadi 2 terakhir yang tersisa dalam Turnamen Persatuan Empat
Kekaisaran. Akhirnya, kamu bisa menjadi seorang Kesatria Integritas dan
bebas masuk menara itu."
"Mn... 1 tahun lagi... kemudian, kita akhirnya dapat..."
—Dapat
bertemu dengannya, gadis berambut pirang, temanku yang dibawa oleh
Kesatria Integritas di depan mataku sendiri delapan tahun yang lalu.
Eugeo
mengalihkan matanya dari Katedral Pusat jauh, dan memfokuskannya pada
pedang hitam dan putih tergeletak pada dinding ruangan.
...Selama pedang-pedang takdir yang menuntun kita masih disini, kita pasti takkan pernah gagal...
Eugeo sangat percaya tanpa keraguan sedikitpun.
(Alicization Running Selesai)
Catatan Pengarang
Saya adalah Kawahara Reki. Ini adalah «Sword Art Online 10 Proyek Alicization Running» untuk semuanya.
Tulisan
«Running» maknanya sama seperti yang tertulis, bagaimana proyek itu
berjalan, proses berjalannya. Saya tidak mengharapkan volume ini untuk
memberi kesan “berjalan” tetapi… setengah awal ceritanya benar-benar
dipenuhi dengan penjelasan mengenai situasinya (hal-hal seperti ini
biasa terjadi saat saya menulis buku). Kapan tepatnya pedang menjadi
seni? Saya rasa ada beberapa pembaca yang memikirkannya. Saya akan
mengatakan kata-kata yang biasa melalui tulisan ini. Saya benar-benar
minta maaf karena punya banyak sekali penjelasan.
Sebagai
catatan sampingan, saya ingin mengaku kepada semuanya. Bagian yang
dipertanyakan di mana Kikuoka-shi, yang seharusnya berperan protagonis,
mulai berbicara tentang semua hal-hal itu bukanlah gambaran dari
pemikiran penulis. Motifnya dibangun dari kedudukannya. Tentu saja, ada
banyak karakter pemain dengan motif berlawanan (kenyataannya, Asuna
menolak pemikiran Kikuoka…). Saya tidak ingin melakukan ini «menjauhkan
karakter pemain dengan penulis» pada awalnya dan menjelaskan kedudukan
saya di cerita utama kepada pembaca, tetapi bagian tulisan saya ini
tidak terlalu positif… Saya melanjutkan bekerja keras dalam meningkatkan
kemampuan menulis saya, dan saya harap semuanya dapat memahami.
Juga, ada hal lain yang saya harus minta maaf. Buku ini dikeluarkan
pada tanggal 10 Juli 2012, memecahkan format menjual tradisional
«beberapa bulan tertentu setelah dikeluarkan» sejak dikeluarkan. Saya
ingin menyamakan waktu dikeluarkannya dengan diputarnya anime TV SAO,
tetapi memang benar saya mengambil risiko pewaktuannya. Saya benar-benar
minta maaf kepada semua pembaca yang berharap untuk waktu pengeluaran
yang biasanya! Selain itu, saya memprediksi (atau mungkin, saya harap)
kalau «Accel World 12» setelah volume ini akan dikeluarkan Agustus
seperti yang direncanakan. Setelah itu saya akan kembali mengeluarkannya
setiap bulan berselang-seling. Saya pikir saya benar-benar harus
bekerja keras dalam hal-hal yang saya harus lebih bekerja keras. Kalau
ada hari di mana jadwalnya tidak sesuai, saya akan meminta maaf
sepenuhnya kemudian…meskipun saya berkata demikian, saya akan sangat
minta maaf jika ‘hari itu’ akan terjadi pada tahun ini…
Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, premier anime TV seharusnya
dimulai saat volume ini dikeluarkan. SAO, yang dimulai dari sudut
tertentu di sebuah website novel 10 tahun yang lalu, diserialkan oleh
Dengeki Bunko, diubah menjadi manga, menjadi CD drama, dan animasi.
Tentu saja, saya sangat senang, tetapi saya masih merasa sedikit rasa
tidak percaya. Ini bukan naskah game, tetapi ada banyak poin pelanggaran
di sini. Kalau atasannya bukan Miki-shi, ilustratornya bukan abec-san,
kalau saya tidak memenangkan grand prize dari kontes novel ringan oleh
Dengeki Bunko ke-15, kalau serial websitenya dihentikan, kalau saya
tidak punya ide ‘menulis game mematikan VRMMO’ sepuluh tahun yang lalu,
kemungkinan situasi ini tidak terjadi. Saya pada dasarnya seseorang yang
akan melakukan sesuatu jika saya ingin dan pasti tidak saya lakukan
ketika tidak ingin, tetapi tulisan ini yang disebut Sao memberi kekuatan
begitu besar yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tentu saja,
sebagian besar dari ini adalah kekuatan para pembaca yang hebat yang
mendukung tulisan ini dan penulis. Cerita ini akan berlanjut, dan jika
saya dapat melanjutkan untuk menemani Kirito di perjalanannya, saya akan
sangat berterima kasih.
Tanpa sadar, sekarang halaman
ke-3. Saya ingin menulis tentang beberapa situasi baru-baru ini…tetapi
saya tidak bisa memikirkan sesuatu yang baik untuk dituliskan…! Sepeda
yang saya suka memiliki jarak bepergian tetap, persis sama dengan
treadmill yang saya miliki di rumah. Saya bertanya-tanya apakah
outputnya akan menurun dengan inputnya atau tidak, sehingga saya mencoba
yang terbaik untuk berpikir tentang apa yang ingin saya lakukan,
berjalan ke mana-mana untuk bepergian dan hal sejenisnya, tetapi karena
keterbatasan waktu, ketertarikan saya terbatas. Sejujurnya, saya
benar-benar ingin melakukan hal-hal ini sekarang! Itulah yang saya
rasakan ketika menulis naskah asli (tertawa). Bahkan jika saya
melakukannya, kecepatan menulis saya tidak akan meningkat, yang
benar-benar membuat marah hatiku.
Hanyalah 3 tahun setelah
keluaran yang saya mengungkapkan pikiran seperti itu, tetapi saya sangat
beruntung untuk menulis apa yang ingin saya tulis. Kelihatannya mudah,
tetapi sebenarnya, sangat, sangatlah susah. Dan bahkan jika saya bekerja
keras, yang bisa saya lakukan semakin sedikit dan sedikit…untuk
kesehatan saya, saya harus terus bersepeda. Tujuan saya adalah untuk
bersepeda 150km setiap minggu.
Masih ada 14 baris, tetapi
batas waktu untuk menyerahkan naskah adalah 10 menit lagi, sehingga saya
harus berhenti di sini. Kalau ini adalah saya yang dulu, saya akan
menulis 5 baris tulisan terima kasih, tetapi saya hanya dapat menulis
beberapa hal di sini, sehingga saya akan menggunakan perkembangan ke
depannya…
Di volume ke-3 «seri Alicization», Kirito dan Eugeo
akhirnya bergerak ke pusat Underworld. Bagaimana dunia itu tersusun, dan
siapa yang memimpinnya akan terungkap…iini seharusnya untuk
perkembangan ke depannya, jadi tolong terus dukung seri selanjutnya.
Saya
harap dukungannya untuk anime dan SAO edisi game yang dikembangkan oleh
pembuatnya. Saya rasa itu tidak akan menjadi game mematikan di mana
kamu tidak bisa log out!
Suatu hari tertentu pada Mei 2012, Kawahara Reki