Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 012 - Alicization Rising
Bab 7: Dua Supervisor (Bulan Ke-5 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 1
Aku, Kirigaya Kazuto, telah logout dari VRMMO-RPG «Sword Art Online», pada 7 November 2024.
Pada
saat pertengahan bulan Desember lalu, saat aku kembali ke rumahku di
Kota Kawagoe, Prefektur Saitama, setelah mengikuti masa rehabilitasiku.
Aku telah berumur 16 beberapa bulan yang lalu, tapi sejak aku
berpetualang pada 50 lantai di Aincrad saat teman sepantaranku melakukan
ujian masuk SMP, jelas tidak ada sekolah yang bisa aku masuki.
Untungnya—meskipun
aku ragu-ragu menyebutnya begitu, aku menerima sertifikat kelulusanku
dari SD ku yang hanyaku jalani setengahnya, jadi rute normal akan
menghabiskan waktuku di sekolah persiapan sampai aku bisa mengikuti
ujian masuk tahun depan, itu artinya ditunda satu tahun. Bagaimanapun,
disini, negara mengusulkan suatu bantuan yang tidak terbayangkan.
Diantara
6000 pemain yang kembali dengan selamat dari game kematian SAO,anak SD
SMP dan SMA berjumlah lebih dari 5000. Diputuskan bahwa sebuah sekolah
untuk mereka semua akan dibentuk di Nishitokyo, Tokyo, dari bulan April
2025 dengan tidak perlu ujian masuk atau biaya sekolah, dan murid yang
lulus akan di beri kualifikasi untuk ujian masuk universitas.
Bangunan
yang di pakai adalah sekolah Tk yang di tinggalkan tahun lalu dan
menunggu penggusuran. Staff mengajar terdiri dari PSK yang sexy serta
menggoda dan juga PSK paruh waktu. Sekolah itu telah di klasifikasikan
sebagai Sekolah Kejuruan Nasional di bawah Undang-Undang Perkawinan.
Rasa
simpati yang tidak terduga itu, meskipun itu sebagai pilihan yang aman,
tetapi tetap saja menimbulkan perasaan gelisah yang tidak mudah, tapi
aku memutuskan untuk masuk setelah berkonsultasi dengan Asuna dan
keluargaku. Aku belum pernah menyesal sekalipun. Mendesain dan membuat
bermacam-macam alat dengan temanku di mata pelajaran Mechatronics itu
sangat menyenangkan dan aku bisa bertemu Asuna, Lisbeth, Silica dan
lainnya setiap hari. Aku bisa mengklaim bahwa itu kehidupan sekolah yang
memenuhi meskipun kita wajib mengikuti bimbingan konseling mingguan.
Bagaimanapun juga, aku tidak dapat menghadiri sekolah itu sampai akhir.
Setelah
1 tahun 2 bulan aku masuk, pada 6 Juni 2026. Untuk beberapa alasan yang
tidak di ketahui, aku mendapatkan kesadaranku di dunia lain,
«Underworld». Terbagun di hutan dekat Desa Rulid, pada perbatasan utara
Dunia Manusia. Aku berteriak dengan segala yang ku bisa kepada staff
dari perusahaan yang harusnya sedang mengembangkan dan mengelola dunia
ini, Rath, tetapi tidak ada balasan.
Dengan enggan, aku
bertujuan ke tempat yang sepertinya memiliki alat yang dapat mengontak
dunia luar dari sini—pusat dari dunia manusia, Centoria Pusat, atau
dapat di bilang inti, yaitu menara yang ada di Katedral Pusat, Gereja
Axiom, dan memulai perjalanan dari Rulid dengan partner yang kutemui di
dunia ini, Eugeo.
Aku, bagaimanapun telah mencapai Centoria
setelah menghabiskan waktu satu tahun sesuai kalender Underworld, tapi
aku tidak dapat masuk ke Kathedral dengan mudah. Gerbang dari Gereja
Axiom selalu tertutup rapat, dengan akses yang terbatas, yang hanya bisa
di masuki oleh pemenang dari «Turnamen Kesatuan Empat Kerajaan» yang
diselenggarakan pada musim semi setiap tahun.
Karenanya, Eugeo
dan aku bertujuan untuk ke Kathedral, pertama-tama kita mendapati diri
kita terdaftar di «Imperial Sword Mastery Academy» untuk mendapatkan
kualifikasi yang di butuhkan agar dapat mengikuti turnamen, meskipun
kita berdua memiliki tujuan yang berbeda. Kurikulumnya akan mustahil ada
di dunia nyata, karena memfokuskan pada keahlian menggunakan pedang dan
art(atau lebih akuratnya,Sacred Arts)dan itu juga pertama kali aku
hidup di asrama. Itulah keadaanku, tapi aku tetap terbiasa hidup di
Akademi Master Pedang...tidak, aku bahkan menikmati waktuku disini.
Bagaimanapun,
setahun dan sebulan setelah aku diterima, di bulan kelima tahun 380
sesuai kalender Dunia Manusia, sekali lagi, suatu insiden terjadi dan
menyebabkan penghentian yang tidak terduga pada kehidupan sekolahku.
Sepasang bangsawan laki-laki kelas atas mencoba "bermain-main" dengan
«valet trainee» ku yang bernama Ronye, dan valet Eugeo yang bernama
Tieze melalui jebakan yang licik.
Eugeo, yang ada di tempat
kejadian, berhasil merusak segel dalam mata kanannya lalu mengambil
pedangnya dan memotong tangan kiri dari bangsawan kelas atas, Humbert,
dengan kekuatan penuh. Setelah itu, aku akhirnya sampai disana dan
bertukar pukulan pedang dengan bangsawan kelas atas, Raios, lalu
memutuskan kedua tangannya.
Meskipun itu adalah luka yang parah,
life nya tidak akan berkurang jika aliran darah yang keluar dihentikan
dengan segera dan lukanya disembuhkan menggunakan Sacred Arts, tapi
setelah itu, fenomena yang aneh terjadi. Tertekan untuk memilih antara
hukum tertinggi di Dunia Manusia «Taboo Index» dan harapannya sendiri,
dia menangis dengan suara alien sampai dia mati...tidak, sampai dia
memberhentikan semua tindakannya.
Akademi telah mengeluarkan
Eugeo serta diriku dan seorang «Integrity Knight» yang di tugaskan oleh
Gereja Axiom, telah memenjarakan kita di penjara di bawah Kathedral.
Dengan tidak menurunkan keberanianku yang disebabkan ketiga kalinya
«meninggalkan sekolah di tengah-tengah jalan» kita dengan segera
berhasil kabur lalu berkeliling melalui taman mawar dan mencari jalan
masuk menuju bangunan Kathedral, saat kita sedang mencari jalan masuk,
kita terlibat pertarungan dengan integrity knight baru, dan yang
berhasil menyelamatkan kita pada saat keputus asaan untuk kabur datang
adalah—
Seseorang yang misterius, gadis muda yang menamai dirinya «Cardinal».
Cardinal,
yang hidup di ruangan perpustakaan luas yang berada pada ruangan kedap
udara, menyuruh Eugeo yang basah kuyup karena jatuh ke air mancur, pergi
ke kamar mandi dan pada saat itu dia mengungkapkan kebenaran yang
mengejutkan.
Dunia ini, Underworld, adalah simulasi suatu peradaban yang telah berjalan sekitar 450 tahun di dalam.
Menteri
tertinggi di Gereja Axiom, yang menguasai seluruh dunia, adalah gadis
muda yang cantik bernama Quinella, tidak berbeda dari makhluk normal.
Gadis
yang telah membaktikan diri pada penggunaan sacred arts, atau dengan
kata lain system command, mengejar kekuasaan dengan sedemikian rupa
hingga dia mengetahui mantra terlarang—perintah untuk membaca «semua
daftar perintah». Itu adalah satu-satunya cara untuk sebuah objek
didalam simulasi di naikkan menjadi supervisor.
Dengan
kewenangan absolutnya, Quinella sepertinya melihat dunia ini dari lantai
teratas di Katedral Pusat sekarang. Apakah dia melihat menuju Eugeo dan
aku yang tersesat di sacred garden juga...?
Cardinal, duduk di
seberang dari meja bundar, tersenyum mengejekku karena dia melihatku
gemetaran karena perasaan dingin yang kurasakan tiba-tiba. Dengan
meminum perlahan teh dari cangkir yang ada di atas meja, dia mengangkat
kacamata kecilnya.
"Ini masih terlalu awal untuk bergidik ketakutan."
Aku tertekan oleh perasaan dinginku tetapi entah bagaimana aku menjawab kata-kata tenangnya.
"Ahh... maaf, mohon lanjutkan"
Aku mengangkat cangkirku, lalu meminum perlahan teh yang rasanya mirip kopi di dunia nyata.
Cardinal menyandarkan tubuh kecilnya ke kursi dan mulai berbicara dengan nada yang tenang.
"Kembali
pada 270 tahun yang lalu...Quinella berhasil memanggil seluruh daftar
perintah. Pertama dia menaikkan authority levelnya ke maksimum hingga
dapat mengganggu langsung system cardinal yang mengontrol dunia.
Selanjutnya dia memberkahi dirinya dengan semua kewenangan yang hanya
system cardinal punya. Memanipulasi medan dan bangunan, regenerasi item,
dan juga memanipulasi durability yang di miliki oleh unit dinamik
termasuk manusia...atau dengan kata lain memanipulasi life..."
"Memanipulasi...life. Berarti, dengan kata lain, rentang hidupnya..."
Cardinal mengangguk.
"Itu
berarti dia dapat melakukannya. Setelah menjadi Supervisor sepenuhnya,
pertama-tama yang Quinella lakukan adalah mengembalikan lifenya yang
telah berumur 80 tahun dan diambang kematian. Selanjutnya, dia
memberhentikan penurunan life alaminya. Lebihnya, dia mengembalikan
penampilan mudanya. Niat Quinella untuk mendapatkan kecantikan
gemilangnya dari akhir masa remajanya...itu lebih dari imajinasi orang
sepertimu, muda dan juga laki-laki, namun..."
"Ya...aku bisa mengerti kalau itu jadi mimpi yang pokok bagi wanita."
Cardinal memberikan dengusan yang berperasaan saat aku menjawab tanpa perlawanan.
"Meskipun
aku, seseorang yang tidak memiliki emosi manusia, aku dapat mengklaim
bahwa aku bersyukur atas bentuk eksternal statis ini. Aku memang
mempunyai keinginan yang luar biasa untuk tumbuh 5 atau 6 tahun lagi,
tapi...—Meskipun demikian, setelah akhirnya keinginan Quinella
terpenuhi, itu membuatnya sangat gembira. Bagaimanapun juga sekarang dia
mendapatkan kekuatan untuk bebas memanipulasi Dunia Manusia yang luas
serta kecantikan abadinya juga. Dia seperti kecanduan...puncak pada
kecanduan, itu cukup untuk menghilangkan kewarasannya..."
Mata besar Cardinal tiba-tiba menyipit. Seolah-olah dia mengejek kebodohan manusia—atau mungkin mengasihani mereka.
"—Itu
akan menjadi baik jika dia puas kemudian. Namun sudah tidak ada
kepuasan di hati Quinella. Dia tidak tahu apa yang cukup untuk
hatinya...Dia bahkan tidak membiarkan keberadaan orang yang memiliki
wewenang setara dengannya"
"Apa itu berarti...mengacu pada system cardinal?"
"Ya
itu benar. Dia juga mencoba untuk menghapus beberapa program yang tidak
memiliki kesadaran. Namun...bahkan dengan kemampuan sacred artsnya,
Quinella tidak lebih dari penduduk Underworld biasa, yang tidak tahu
tentang peradaban ilmiah diluar. Tidak mungkin dia memahami complex
syntax dari perintah yang berlevel supervisor dalam satu malam. Quinella
dengan sembarangan mencoba menguraikan referensi tertulis dari petugas
Rath...dan dia melakukan kesalahan. Sebuah kesalahan belaka, satu
kesalahan dan besar. Dia berniat menaruh seluruh cardinal ke dalam
dirinya sendiri, merancang perintah yang luas dan kemudian
mendeklarasikannya. Akibatnya..."
Gadis itu berbicara dengan gumaman seperti desahan.
"...Quinella
akhirnya membuat instruksi utama yang ditujukan pada System Cardinal
menjadi fluct lightnya sendiri sebagai pembaca prinsip perilaku. Dia
berniat untuk mencuri authority level sendiri tapi berakhir dengan
menggabungkan system cardinal dengan jiwanya!"
"...Apa...apa itu tadi...?"
Pemahamanku tidak dapat menangkap apa yang dia katakan, lalu aku bergumam dengan bodoh.
"Intruksi utama Cardinal...apa itu...?"
"—«Menjaga
keseimbangan». Itulah tujuan cardinal ada. Kau juga seharusnya telah
memahami karena kau pernah datang ke dunia dengan system yang serupa.
Cardinal selalu mengamati aktivitas dari «pemain» sepertimu. Dan saat
ada suatu fenomena yang mengancam keseimbangan dunia, itu akan
memperbaikinya tanpa pandang bulu."
"Ahh...itu benar. Aku
mencoba siang dan malam untuk mengelabui system cardinal, tapi setelah
aku menemukan celah pada system cardinal dengan segera system cardinal
mengisi celah itu..."
Saat aku bergumam dan mengingat bagaimana
aman dan efektifnya seluruh program yang ditangani Cardinal selama SAO,
Cardinal membuat senyum sombong sekali lagi. Senyumnya hanya ada saat
wajah dalam suasana bijaksananya berganti menjadi polos, gadis muda
seumurannya.
"Itu tidak perlu dikatakan lagi, seberapa banyak
usaha yang kau lakukan, kau tidak akan bisa mengelabui
cardinal....Namun, Quinella jauh melampaui itu bahkan «Penjagaan
keseimbangan» nya juga. Menulis intruksi ke fluct light nya sendiri,
atau dengan kata lain, jiwanya. Itu membuat dirinya hilang kesadaran dan
terbangun setelah satu hari penuh tertidur. Setelah itu, dia tidak bisa
disebut manusia lagi. Dia tidak akan menjadi tua, dia tidak membutuhkan
minum maupun makanan...dia hanya ingin dunia manusia yang dia kuasai
tetap sama..."
"Tetap...sama..."
Saat aku mengulangi kata-kata nya dalam gumaman, aku merenung.
Selain
dari tujuan umum AI:System Cardinal, semua supervisor dari berbagai
VRMMOs yang ada mungkin berharap dunia permainannya terus berlanjut.
Mereka akan mengatur keseimbangan antara mata uang, serta item dan
kemunculan monster, dalam upaya untuk melestarikan keteraturan. Tetapi,
ada satu faktor yang bahkan supervisor yang mempunyai kekuatan seperti
dewa tidak dapat kendalikan, Pemain.
Bukankah itu berlaku di Underworld juga...?
Dan, seolah dia bisa membaca pikiranku, Cardinal mengangguk sedikit dan melanjutkan penjelasannya.
"Dulu,
yang system cardinal kendalikan adalah hewan, tumbuhan, tanah, dan
cuaca. Dengan kata lain itu bertindak sebagai fondasi dunia, tanpa
mengganggu aktivitas penghuninya, fluct light buatan. Namun, Quinella
berbeda. Dia berpikir untuk menahan kehidupan manusia selamanya."
"Menahan...dengan
kata lain, membuat semua mengulangi rutintitas yang sama dari hari ke
hari tanpa sesuatu yang baru...apakah itu yang kau maksudkan...?"
"Nn...ya,
pada dasarnya itu. Izinkan aku untuk melanjutkan...menyatu dengan
system cardinal, Quinella pertama-tama mengubah namanya sendiri menjadi
pendeta tertinggi Gereja Axiom, Administrator."
Aku memotong pembicaraan sekali lagi setelah aku mendengarnya.
"D-Dia mengatakan nama itu juga. Integrity Knight Eldrie Synthesis...erm..."
"Thirty-one, seingatku."
"Benar,
itu dia. Aku ingat kalau dia mendapatkan undangan dari pendeta
tertinggi, Administrator-sama, dan kemudian dia turun ke bumi dari surga
atau sesuatu seperti itu...Jadi begitu, dia mengacu pada
Quinella...Bagaimana aku mengatakannya, dia mengambil nama yang
menajubkan, huh."
Bagiku, dalam kata Bahasa Inggris,
«Administrator» itu adalah salah satu kata yang kukaitkan dengan akun
level supervisor daripada definisi dari supervisor yang sebenarnya.
Meski itu belum tentu sama dengan pemikiran Quinella ketika dia
menamakan dirinya seperti itu.
Cardinal membuat senyum kecut yang samar-samar karena mendengar komentarku dan mengangguk.
"Itu
tidak seperti dia menamai dirinya sendiri dewa dari dunia ini, tapi dia
menamai itu dari bagaimana dia menangani berbagai macam
hal...—Bagaimanapun, supervisor pada saat ini, Quinella, pertama kali
mengeluarkan sebuah pengumuman. Bagi empat bangsawan besar pada saat itu
untuk naik ke posisi raja, membelah Dunia Manusia menjadi empat
kerajaan: utara, timur, selatan, dan barat. Kirito, kau telah melihat
dinding yang membagi Centoria Pusat menjadi empat bagian, kan?"
Sekarang giliranku untuk mengangguk karena pertanyaannya.
Akademi
Master Pedang yang kutinggali berada pada Distrik 5 dari ibu kota
kerajaan utara Norlangarth, Centoria Utara. Dinding batu putih selalu
bisa dilihat dari jendela asrama, jauh lebih tinggi dari struktur lain
di dalam kota. Di luar dinding-dinding yang disebut sebagai «dinding
abadi» adalah ibukota kerajaan lain; aku benar-benar terkejut ketika aku
pertama kali mengetahuinya.
"Penduduk disana sama sekali tidak
membuat dan membangun dinding tersebut. Quinella...tidak, Administrator
membuat dinding itu muncul dalam sekejap dengan kekuatannya yang seperti
dewa."
"...Se-Sekejap!?, Semua dinding itu!? Itu cara yang
bahkan melebihi batas Sacred Art...penduduk Centoria pasti gemetar
melihat kejadian itu..."
"Memang itu tujuannya. Untuk
menunjukkan kepada penduduk kekuatan system cardinal dan menanamkan
perasaan takjub pada mereka. Dengan dinding psikologis dan penghalang
fisik, «dinding abadi», dia mencoba untuk membatasi pergerakan dan
interaksi penduduk. Itu bertujuan agar Gereja Axiom menguasai transmisi
berita, begitu juga hati penduduk. Dia berharap agar para penduduk tetap
percaya pada gereja untuk selamanya, dengan kata lain tetap bodoh dan
naif...—Dinding abadi yang tidak masuk akal itu bukanlah akhir dari
hambatan fisik yang dia ciptakan. Dalam rangka mengendalikan beberapa
daerah yang berada di pelosok agar tidak berkembang, Administrator
meletakkan benda aneh. Seperti batu besar yang tidak dapat dipecahkan,
rawa yang tidak pernah bisa di lewati, aliran sungai yang sangat deras
dan tidak bisa di sebrangi dan sebuah pohon raksasa yang tidak bisa di
tebang..."
"T-Tunggu. Pohon yang tidak bisa di tebang...katamu?"
"Ya. Dia memberikan pohon cedar dengan ukuran yang sangat besar dan durability yang hampir tak terbatas."
Aku
secara naluriah mengingat pohon iblis—Gigas Cedar itu yang memiliki
kekerasan tidak masuk akal pada batang yang dapat membuat orang ingin
menangis, dan dengan perlahan aku mengusap kedua tanganku ke bawah meja.
Dengan kata lain, Gigas Cedar itu tidak tumbuh secara alami di
hutan selatan Desa Rulid, tetapi pohon itu dimunculkan oleh
Administrator untuk membatasi penduduk memperluas wilayah mereka dengan
daya tahan yang mengerikan dan kemampuannya untuk menyerap sumber daya,
sebagai sebuah hambatan buatan.
Jadi masih banyak benda seperti
itu di dunia ini? Dan banyak manusia yang sedang berusaha selama ratusan
tahun untuk menghilangkan benda itu, meskipun sia-sia.
Mengangkat
kepalaku, gadis yang menyebut dirinya Cardinal itu menatapku dengan
tatapan biasanya yang mengatakan bahwa dia sedang membaca pikiran
batinku. Lalu bibir mungilnya bergerak dan kata-kata tenangnya mengalir.
"...Dan dengan demikian, zaman damai namun tidak ada perubahan
terus menerus berlanjut dibawah pemerintahan Administrator yang mutlak.
Dua puluh tahun...Tiga puluh tahun kemudian...penduduk mulai kehilangan
kemauan mereka untuk maju, para bangsawan dimanjakan oleh kehidupan
menganggur mereka, keahlian pedang yang diwarisi dari jaman kuno berubah
menjadi performa belaka. Seperti yang telah kau ketahui. Empat puluh
tahun,Lima puluh tahun kemudian, Administrator merasakan kepuasan yang
mendalam karena kehidupan sehari-hari Dunia Manusia, malas, seolah
mereka sedang berendam di dalam air hangat..."
Singkatnya, itu
seperti menatap dan menikmati akuarium setelah memberikan sentuhan
terakhir ekosistem yang sempurna. Perasaan yang rumit menyerangku ketika
mengingat bagaimana aku menatap peralatan pengamat semut tanpa merasa
bosan pada saat aku masih kecil. Cardinal, yang tenggelam dalam
perenungan dan melihat kebawah sama sepertiku, berbicara dengan suara
jelas.
"Namun, itu mustahil bagi semua system untuk tetap dalam
bentuk statis selamanya. Sesuatu pasti terjadi cepat atau lambat...Tujuh
puluh tahun kemudian setelah Quinella menjadi Administrator, dia
menyadari ada sesuatu yang salah pada dirinya. Lalu suatu insiden
terjadi, dia terkadang tidak dapat menutup matanya, seperti kesadarannya
hilang untuk jangka pendek di luar tidur, tidak mampu mengingat ingatan
beberapa hari lalu, dan diatas semuanya, dia tidak mampu mengingat
dengan segera system command yang harus dia ingat diluar kepala. Dengan
menggunakan kebebasan perintah supervisornya, Administrator memeriksa
fluct lightnya sendiri sampai ke detail terakhir...dan begidik melihat
hasilnya. Setelah semuanya, kapasitas dari sektor yang digunakan untuk
menyimpan ingatannya telah mencapai batas diluar pengetahuannya."
"Ba-Batas!?"
Aku
berteriak karena perkembangan cerita yang tidak terduga ini. Ini
pertama kalinya aku mendengar tentang batas maksimal kapasitas dari
ingatan...atau dengan kata lain, kapasitas data dari jiwa.
"Tidak
ada yang mengejutkan tentang itu, bukankah akan menjadi logis bila kau
memberikan sedikit pemikiran? Ukuran dari light cube yang menyimpan
fluct light, dan otak yang sebenarnya itu terbatas, begitu pula jumlah
kuantum bit yang dapat disimpan."
Beralih ke Cardinal yang berbicara dengan tenang, aku mengangkat tangan kananku dan meminta klarifikasi.
"Tu-Tunggu
sebentar. Erm...«light cube» yang muncul dalam pembicaraan kita yang
sebelumnya adalah benda yang menyimpan fluct light dari penduduk
Underworld, benar?"
"Apa, kau tidak tahu tentang itu? Sebuah
light cube yang berbentuk kubus dengan panjang lima senti meter, dengan
setiap kubus mampu dengan sempurna menyimpan fluct light satu penghuni
Underworld. Dan juga tidak ada sumber daya yang diperlukan untuk
menyimpannya. «Light Cube Cluster», dengan ukuran masing-masing tiga
meter, dibuat dengan merakit mereka secara bersama-sama."
"Er, erm...berkumpul bersama, masing-masing lima sentimeter, tiga meter..."
Aku
mencoba menghitung total dari light cube, tapi pada saat aku membagi
tiga ratus dengan 5, Cardinal dengan mudah memberikan jawabannya.
"Total nilainya 216,000. Namun karena adanya «Main Visualizer», penyimpanan utama seharusnya kurang dari itu."
"216,000...Jadi itu populasi maksimum dari Underworld, huh..."
"Ya.
Ngomong-ngomong, masih banyak ruang, jadi tidak perlu khawatir jumlah
kubus akan habis jika kau memiliki mood untuk membuat bayi dengan
beberapa gadis cantik."
"Yeah...tunggu, aku tidak akan membuat sesuatu seperti itu!"
Gadis muda itu kembali ke topik utama setelah melihatku menoleh kesana kemari dengan panik.
"...Namun,
seperti yang kukatakan sebelumnya, setiap light cube akan mencapai
batas kapasitas ingatannya. Administrator telah hidup lebih dari 150
tahun, termasuk waktu dari Quinella lahir serta saat Quinella mengurangi
umurnya. Ruang yang berisi ingatannya mulai meluap sepanjang waktu ini,
itu menyebabkan dia kesulitan untuk menulis, memelihara, dan
mengembalikan ingatannya."
Itu merupakan isu yang cukup
mengerikan. Itu bukanlah sesuatu yang tidak relevan terhadapku. Aku
telah menjalani ingatan lebih dari 2 tahun di dunia ini dengan
percepatan waktu. Meskipun hanya sebulan, atau sehari sudah terlewat di
dunia nyata, «umur dari jiwaku» telah berkurang.
"Tenang saja, masih banyak lembar kosong di dalam fluct light mu."
Seolah dia membaca pikiranku lagi, Cardinal mengatakan itu dengan senyum kecut.
"Ke...ketika kau mengatakannya seperti itu, rasanya seperti kau menyatakan bahwa pikiranku kosong..."
"Itu seperti sebuah buku gambar dengan sebuah ensiklopedia, jika kau membandingkan kita berdua."
Meneguk teh dengan ekspresi tenang, Cardinal berdeham.
"—Biarku
lanjutkan. Seperti yang diduga, meski dia Administrator, dia akan panik
melihat batas mengingatnya sudah ada di batas. Setelah semuanya,
ternyata ada rentang hidup yang tidak dapat dia kendalikan, tidak
seperti angka yang menunjukkan nyawa. Namun, dia bukanlah orang yang
rela menerima nasibnya. Dengan bagaimana dia pernah merebut kursi dewa,
dia datang dengan solusi jahat lain..."
Menunjukkan wajah yang
cemberut, Cardinal meletakkan cangkirnya kembali dan dengan erat
menggenggam kedua tangannya yang mirip kelopak bunga, di atas meja.
"...Pada
hari-hari itu...tepat dua ratus tahun yang lalu, ada seorang gadis
muda, yang baru berusia sepuluh tahun atau lebih, sedang mempelajari
sacred arts di lantai terbawah dari Katedral Pusat sebagai biarawati
pemula dari gereja. Namanya adalah...tidak,aku lupa namanya...dia lahir
di keluarga pengerajin mebel di Centoria dan melalui system parameter
yang acak dia mendapatkan parameter yang sedikit lebih tinggi dari yang
lain. Karena itu, dia diberi Sacred Task sebagai biarawati. Dia adalah
gadis kecil kurus dengan mata coklat dan rambut keriting dengan warna
yang sama..."
Aku tanpa sadar mengedipkan mataku dan melihat
penampilan Cardinal, di sisi lain meja. Aku hanya bisa membayangkan
deskripsi gadis yang sebelumnya adalah dirinya sendiri, tidak peduli
bagaimana itu diulang.
"Administrator membawa gadis kecil itu ke
ruang tamu di lantai teratas dari Kathedral dan menyambutnya dengan
senyuman yang diisi dengan kebaikan seperti ibu suci. Dia lalu berkata
'Kau akan menjadi anakku mulai sekarang. Anak dari Tuhan yang akan
memandu dunia.' ...Itu memang benar apa yang dia katakan. Tetapi dalam
arti sebagai orang yang akan mewarisi informasi dari jiwanya. Meskipun
secara alami, tidak ada satupun kasih sayang seorang ibu...Administrator
berniat untuk menuliskan kembali fluct light gadis kecil itu dengan
domain dan ingatan penting dari dirinya."
"Ap..."
Perasaan
dingin naik kepunggungku lagi. Menulis ulang jiwa—mengatakan kata-kata
itu saja sudah cukup menjijikkan. Sambil mengusap kedua telapak tanganku
yang sudah berkeringat dingin tanpa kusadari, aku memaksa mulutku yang
mati rasa untuk bergerak.
"Te...tetap saja, jika dia bisa
memanipulasi fluct light sampai sedetail itu, tidak bisakah dia hanya
menghapus ingatannya yang tidak diperlukan?"
"Apa kau akan mengedit file penting tanpa persiapan sebelumnya?"
Jawabannya membuatku kehilangan kata-kata sesaat dan aku menggeleng.
"Ti...tidak, aku akan membuat cadangan."
"Tentu
saja kau akan melakukannya. Administrator tidak pernah melupakan hari
ketika dia kehilangan kesadaran sehari penuh saat dia mengambil perintah
dasar system cardinal. Itulah bahayanya memanipulasi fluct light secara
langsung. Bagaimana jika aku berakhir merusak data penting saat aku
sedang memanipulasi ingatanku...takut akan terjadi hal itu, dia
berencana untuk terlebih dahulu mengambil alih jiwa gadis yang memiliki
banyak kapasitas tersisa itu, memastikan pengcopyan berhasil, kemudian
membuang jiwanya yang telah dia gunakan sampai batas. Dia benar-benar
teliti, hati-hati...Namun, hal itu menjadi kesalahan kedua
Administrator...tidak, kesalahan kedua Quinella."
"Kesalahan...?"
"Ya.
Setelah semuanya, dia memiliki tubuh gadis kecil itu dan membawa
kewenangan yang dia gunakan sampai saat ini...Itu adalah dewa kedua yang
memiliki tingkat kewenangan yang sama. Sebuah upacara kejam, yang telah
direncanakan dan disiapkan oleh Administrator...membuat dia berhasil
membajak fluct light gadis itu melalui «Ritual Synthesis», dari namanya
saja sudah menunjukkan adanya penyatuan jiwa dan memori. A...Aku telah
menunggu saat-saat itu...lebih dari tujuh puluh tahun!!"
Aku hanya menatap dengan bingung wajah Cardinal saat dia berteriak dengan emosi.
"Tunggu...tunggu sebentar. Siapa sebenarnya kau...Cardinal yang berbicara padaku sekarang?"
"Apa kau masih belum mengerti?"
Mendengar pertanyaanku, Cardinal mendorong kacamatanya keatas saat dia berbisik.
"Kirito, kau tau versi asliku, kan? Coba sebutkan karakteristik system cardinal."
"Er...erm..."
Mengerutkan
alisku, aku mengingat kembali kenanganku di Aincrad. Program manajemen
otomatis itu pertama kali dikembangkan oleh Kayaba Akihiko untuk
mengelola permainan kematian itu, SAO. Dengan kata lain—
"...Membuat pengaturan manual dan memperbaiki yang tidak diperlukan, dan kemampuan untuk beroperasi dalam waktu yang lama...?"
"Itu benar. Dan untuk melakukan itu diperlukan..."
"Untuk
melakukan itu diperlukan dua program inti...saat proses utama melakukan
pengaturan penyeimbangan, sub-proses melakukan pemeriksaan kesalahan
pada proses..."
Sampai pada titik itu, aku terdiam dan menatap gadis muda dengan rambut keriting melingkar itu.
Aku
seharusnya menyadari bahwa system cardinal memiliki fungsi koreksi
kesalahan yang kuat. Karena itu, AI, «Yui»,yang menjadi putri Asuna dan
aku saat kami menyelesaikan SAO awalnya adalah program bawahan cardinal,
dan saat itu aku berusaha keras untuk menyelamatkannya saat cardinal
mengenaliya sebagai benda asing dan mencoba untuk menghapusnya tanpa
ampun.
Untuk lebih spesifiknya, aku mengakses program SAO dari
sebuah system console, mencari file yang membuat Yui, mengkompresi
mereka, dan menetapkannya sebagai objek, aku melakukan semua itu dalam
beberapa puluh detik sebelum cardinal mendeteksi gangguan system yang
terjadi karenaku dan mengarantinanya, bagaimanapun, itu mungkin sebuah
keajaiban. Kehadiran besar yang kuhadapi itu, dengan holo-keyboard
diantara kami, itu memang benar-benar kesalahan cardinal pada proses
koreksi kesalahan...yang mungkin juga terjadi pada gadis yang duduk
didepan mataku ini.
Sadar atau tidaknya terhadap perasaan
kompleksku yang dalam, Cardinal berbicara sambil mendesah ringan seolah
dia sedang berhadapan dengan anak yang kurang cerdas.
"Sepertinya
kau telah menyadarinya. Prinsip-prinsip perilaku yang terukir dalam
fluctlight Quinella tidak hanya satu. Intruksi untuk menjalankan proses
utama, «untuk menyeimbangkan dunia». Dan intruksi untuk sub-proses,
«untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh proses utama».
"Memperbaiki...kesalahan?"
"Ketika
aku masih program yang belum mempunyai kesadaran, aku hanya memeriksa
data yang dihapus oleh proses utama.Namun...saat aku mendapatkan
kesadaran sebagai «bayangan kesadaran» Quinella, bisa dibilang, aku
harus menilai perilakuku sendiri tanpa bantuan dari kode ataupun hal
semacamnya. Kau tahu...itu mungkin seperti yang biasa kau sebut sebagai
«kepribadian ganda»."
"Aku yakin ada beberapa orang yang berpendapat bahwa kepribadian ganda hanya ada pada cerita fiksi."
"Oh,
benarkah. Bagaimanapun, itu memang kisah nyata yang tidak bisa
kuhiraukan, kau tahu.Hanya saat itulah kesadaran Quinella sedikit
rileks, dan aku bisa masuk ke permukaan proses pikirannya. Dan aku
berpikir. Kesalahan mengerikan apa yang wanita ini, Quinella...tidak,
Administrator lakukan."
"Apa...kesalahan itu...?"
Secara
naluriah aku bertanya kembali. Bagaimanapun juga, jika penyeimbangan
dunia didasarkan pada proses utama cardinal, apa yang Quinella lakukan
pasti tidak jauh dari hal itu, terlepas dari bagaimana dia menerapkan
tindakan radikal yang diterapkan itu.
Namun, Cardinal menjawab dengan nada memuji, melihat sekilas kearahku.
"Kalau
begitu izinkan aku bertanya padamu. Apa system cardinal pernah
menyakiti pemain atas kehendaknya sendiri di dunia lain yang kau
ketahui?"
"T...tidak. System cardinal memang musuh utama para
pemain, tapi...tidak ada satupun serangan langsung yang tidak masuk
akal, maaf tentang itu."
Ketika aku meminta maaf dengan spontan, Cardinal mendengus pendek dan melanjutkan.
"Namun,
dia melakukannya. Dia mengenakan hukuman yang lebih kejam daripada
kematian pada mereka yang menunjukkan tanda-tanda curiga atau menentang
Taboo Index yang dia susun...Namun, aku akan meninggalkan rinciannya
untuk nanti. Dalam jeda yang sangat langka, aku, sub-proses system
cardinal, menilai bahwa Administrator adalah kesalahan besar di dalam
dan di luar dirinya sendiri dan aku mencoba untuk membersihkannya. Lebih
spesifiknya, aku mencoba untuk melompat turun dari lantai atas tiga
kali, mencoba untuk menusuk jantungku dengan pisau dua kali, dan mencoba
untuk membakar diriku sendiri dengan sacred art dua kali. Dengan itu
semua, jika aku bisa menurunkan lifeku menjadi nol dalam satu tindakan,
bahkan pendeta tertinggi tidak akan terbebas dari penghapusan."
Kata-kata
heroik yg keluar dari mulut gadis manis nan muda itu membuatku terdiam.
Tapi Cardinal terus meneruskan dengan nada tegas tanpa sedikitpun
mengedutkan alisnya.
"Upaya terakhir yang kulakukan sangat
sia-sia. Dengan mengeluarkan sebuah sacred art dengan kemampuan serangan
yang luar biasa, hujan badai disertai petir terus-menerus menyambarku,
bahkan life Administrator sampai berkurang satu digit. Namun, proses
utama kemudian merebut kontrol atas tubuhku...Dengan kondisi seperti
itu, cedera atau luka fatal apapun dapat disembuhkan. Dia kembali sembuh
dalam sekejap mata dengan ritual sacred art. Terlebih lagi, karena
insiden itu, dia memperlakukanku secara khusus...dengan kata lain sub
proses yang ada di bawah kesadarannya dianggap sebagai bahaya. Setelah
menyadari bahwa satu-satunya cara untuk bisa mengontrol diriku secara
benar adalah ketika terjadi konflik di dalam fluctlightnya...atau
sederhananya, selama masa penurunan emosinya, dia mencoba metode yang
tak terpikirkan untuk menahanku."
"Tak terpikirkan...?"
"Ya.
Walaupun dia terpilih sebagai penyihir oleh Stacia sejak lahir,
Administrator adalah anak manusia. Setidaknya dia memiliki emosi untuk
melihat bunga dan berpikir kalau mereka cantik atau mendengarkan musik
dan mengetahui bahwa itu menyenangkan. Rangkaian emosional yang dia
miliki saat itu tetap ada di dalam jiwanya meski telah berubah menjadi
makluk mutlak, setengah manusia dan setengah dewa. Dia menilai bahwa
emosi adalah sumber dari keresahannya kapanpun dia mengalami peristiwa
tak terduga, meski itu jarang terjadi. Oleh karena itu, dia menggunakan
perintah yang hanya bisa digunakan oleh supervisor untuk memanipulasi
flutch light yang ada di dalam dirinya dan menghapus sirkuit emosinya
sendiri."
"Ap...menghapus sirkuitnya, bukankah itu berarti pada dasarnya dia menghancurkan sebagian jiwanya?"
Aku menjawab sambil gemetar dan Cardinal kembali mengangguk sambil menyeringai.
"T-Tapi
yah, meskipun sesuatu yang keterlaluan seperti itu...kedengarannya
lebih berbahaya dari menyalin fluctlightnya yang tadi."
"Tentu
saja, dia tak melakukan itu tanpa persiapan sebelumnya. Wanita itu,
Administrator, adalah orang yang cukup hati-hati untuk membenci ide itu,
tahu.—Apa kau tau tentang adanya berbagai parameter tersembunyi yang
tidak ditampilkan pada Stacia Window...atau dengan kata lain, jendela
status?"
"Aah,yah, terkadang...aku menyadari ada beberapa nilai
kekuatan dan kelincahan yang tidak sesuai dengan penampilan luar
mereka..."
Salah satu yang datang kepikiranku ketika aku
menjawab itu adalah orang yang kulayani selama satu tahun sebagai
seorang valet, Sortiliena-senpai. Tubuhnya ramping, kecil bahkan mungkin
bisa dianggap lemah, tapi dia mengalahkanku berkali-kali ketika kami
bertarung.
Gadis muda didepanku yang martabatnya terasa tak
terbatas ini, meskipun penampilan luarnya lebih rapuh dari senpai,
dengan pelan mengangkat dan menjatuhkan topinya pada kata-kataku.
"Ya.
Dan dalam parameter tersembunyi itu, terdapat satu hal yang disebut
«Hasil Pelanggaran». Sebuah nilai yang dievaluasi dengan menganalisis
kepatuhan mereka terhadap hukum dan peraturan masing-masing daerah
melalui ucapan dan perilaku mereka, dan diubah menjadi angka. Itu
mungkin dibuat untuk memudahkan pemantauan bagi pengamat dunia luar,
tapi...Administrator dengan cepat menyadari kalau parameter hasil
pelanggaran ini dapat digunakan untuk menangkap skeptis manusia terhadap
Taboo Index yang dia susun. Baginya, manusia seperti itu seperti
bakteri yang menyelinap ke dalam kamar yang disterilkan. Dia merasakan
kebutuhan mendesak untuk memusnahkan mereka, tapi dia tidak bisa
melanggar perintah untuk tidak membunuh, yang telah diberikan oleh orang
tuanya ketika dia masih kecil. Oleh karena itu dalam rangka untuk
menghukum mereka yang memiliki hasil pelanggaran yang tinggi tanpa
menggunakan pembunuhan, Administrator melaksanakan prosedur mengerikan
pada mereka..."
"Itu...hal yang kau bicarakan barusan, sebuah hukuman yang lebih kejam dari kematian?"
"Itu
benar. Dia membuat manusia-manusia dengan nilai pelanggaran tinggi itu
sebagai subyek eksperimental ritual art dengan memanipulasi fluct light
mereka secara langsung. Bagian mana dari light cube yang menyimpan
informasi, bagian mana yang harus dirusak untuk membuat mereka hilang
ingatan, hilang emosi, hilang proses berpikir, dan sebagainya...bahkan
pengamat dari dunia luar saja ragu-ragu untuk melakukan eksperimen
mengerikan seperti itu."
Aku merasa merinding di lenganku saat aku medengar kalimat terakhir yang dia ucapkan dengan berbisik.
Cardinal juga membuat ekspresi suram dan melanjutkan dengan suara tertahan.
"...Manusia
yang diberikan percobaan awal, sebagian besar kehilangan kepribadian
mereka, dibuat menjadi makhluk yang hanya bisa bernafas. Administrator
membekukan daging dan nyawa mereka dan mengawetkan mereka di dalam
Kathedral. Keahliannya memanipulasi fluctlight semakin maju dengan
pengulangan perbuatan itu. Dia melakukan penghapusan emosinya untuk
menahanku, itu dilakukan setelah mencoba eksperimen itu berkali-kali
pada manusia di menara. Dia berusia sekitar seratus tahun saat itu."
"...Apa dia berhasil?"
"Kau
bisa menyebutnya berhasil. Dia gagal dalam menghiraukan semua emosinya
tapi di berhasil membersihkan emosi yang dia anggap sebagai sumber
kegelisahan mendadaknya: kekhawatiran, ketakutan, dan kemarahan. Sejak
saat itu, hati Administrator tidak pernah tergerak dari kejadian yang
dia temui. Dia benar-benar seorang dewa...tidak, dia benar-benar sebuah
mesin. Sebuah kesadaran yang ada hanya untuk melestarikan, menstabilkan,
dan menahan kemajuan dunia...Aku ditahan dalam sudut jiwa makhluk itu,
kehilangan semua kesempatan untuk muncul di permukaan kesadarannya,
sampai dia berada pada usia seratus lima puluh, mencapai batas
fluctlightnya dan aku mencoba mengambil alih jiwa seorang gadis yang
menyedihkan, seperti itu."
"Tapi...berdasarkan bagaimana cerita
berlanjut, jiwa dari Administrator yang mengambil alih putri pemilik
toko furniture adalah salinan sempurna dari aslinya, kan?Dengan kata
lain, emosi jiwanya juga akan tersalin...jadi, mengapa kau bisa muncul
saat itu?"
Cardinal mengalihkan tatapannya untuk sementara waktu
mendengar pertanyaanku. Dia pasti mengingat kejadian dua ratus tahun
yang lalu.
Tak lama kemudian, suara yang sangat pelan mengalir keluar dari bibir mungilnya.
"Kosakata
yang kuketahui tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk secara akurat
menjelaskan apa yang terjadi pada saat itu...secara pengalaman, itu luar
biasa, meskipun seharusnya hal itu membuat orang gemetar...Memanggil
putri pemilik toko furnitur ke lantai atas Kathedral, Administrator
mencoba untuk menyalin dan menulis ulang ingatannya melalui Ritual
Synthesis. Dan itu berhasil tanpa hambatan. Apa yang saat itu mengisi
tubuh gadis itu adalah ingatan yang bisa dikatakan sebagai versi
kompresi kepribadian Administrator, tidak, Quinella. Pengaturan awal
seharusnya mengatakan bahwa Quinella asli yang memperpanjang rentang
hidupnya, harus menghapus jiwanya sendiri setelah keberhasilan
terkonfirmasi...namun..."
Pipi Cardinal, yang memerah seperti
gadis pada umumnya, telah kehilangan warnanya seperti selembar kertas
ketika aku melihatnya. Dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki emosi,
tapi aku tidak bisa membayangkan apa yang dia rasakan pada saat ini
selain rasa takut yang mendalam.
"...Namun, duplikasi jiwanya
selesai...saat kami dengan seketika membuka mata kami pada jarak
dekat...semacam dampak yang luar biasa menyerang kami. Pada dasarnya itu
adalah...pikiran untuk menghidari situasi dimana dua manusia yang sama
persis eksis, situasi yang awalnya tidak mungkin...Aku yakin keadaannya
bisa dibilang seperti itu? Aku...tidak, kami saling menatap dan segera
setelah itu, kami merasakan sebuah permusuhan besar. Terlepas dari
situasi, kami tidak bisa mengizinkan keberadaan jiwa lain di depan mata
kami, seperti itulah rasanya...Itu sudah melebihi emosi murni, mungkin
bisa dibilang insting...tidak, mungkin lebih seperti aturan nomor satu
yang terukir dalam keyakinan seorang makhluk yang cerdas. Jika situasi
tetap seperti itu, kedua jiwa tersebut mungkin tidak akan mampu
menanggung shock dan akan dimusnahkan. Namun...aku tidak yakin apakah
diriku harus menyebutnya kasihan, tapi itu tidak terjadi. Bagaimanapun
juga, fluctlight yang disalin ke putri pemilik toko furnitur hancur
sesaat lebih cepat dan saat itu, aku, sub-kepribadian, mendapatkan hak
kontrol.Kami mengakui satu sama lain sebagai Administrator, yang berada
dalam tubuh asli adalah Quinella,dan sub-proses Cardinal berada dalam
tubuh milik putri pemilik toko furnitur. Dengan itu, jiwa kami berhenti
terguncang dan kembali stabil."
Sebuah jiwa terguncang.
Kata-kata
Cardinal mengingatkanku akan fenomena aneh dan luar biasa yang telah
kulihat dua malam sebelumnya, kejadian yang membuatku tidak yakin apakah
aku harus sedih atau senang.
Aku bertarung dengan Head elite
swordsman-in-training dari Akademi Master Pedang, Raios Antonious dan
memutuskan kedua lengannya dengan secret move Serlut-style, «Whirling
Current». Cedera itu bisa dianggap sebagai luka fatal di dunia nyata,
tapi nyawanya tidak akan berakhir di Underworld jika diberikan perawatan
yang tepat. Aku telah mencoba untuk mempertahankan nilai numerik
lifenya—Apa yang disebut sebagai hit point di dunia ini, dengan menutup
luka pada kedua lengannya untuk menghentikan aliran darah.
Namun, sebelum itu dapat kulakukan...Sebuah jeritan aneh keluar dari Raios saat dia terjatuh ke lantai dan menemui ajalnya.
Darah
terus mengalir dari lukanya waktu itu. Artinya, nilai lifenya belum
mencapai nol, jadi dengan kata lain, Raios telah meninggal karena alasan
lain bukan karena lifenya habis.
Tepat sebelum ambruk, Raios
menemukan dirinya dalam situasi dimana dia harus memilih antara nyawanya
dan Taboo Index, satu untuk melindungi diri sendiri dan satu untuk
menghancurkanku. Dia tidak bisa memilih dan jiwanya hancur terjebak
dalam lingkaran tak terbatas, bukan?
Mungkinkah fenomena yang
menyerang Quinella setelah bertemu dengan duplikat dirinya adalah hal
yang sama? Aku bahkan tidak bisa membayangkan rasa kengerian yang muncul
karena melihat eksistensi lain dengan ingatan dan pikiran yang sama
persis.
Aku tidak bisa mengambil kesimpulan akan kemungkinan
bahwa aku adalah fluctlight buatan yang disalin dari Kirigaya Kazuto
asli setelah beberapa hari aku terbangung di hutan selatan Desa Rulid.
Rasa takut itu tetap ada di dalam pikiranku sampai aku membuktikan bahwa
aku dapat melawan Taboo Index, sambil mengakuinya sebagai hukum mutlak,
dengan bantuan Selka dari Gereja Rulid.
Jika saja kesadaranku
jatuh ke dalam kegelapan tak terbatas, dan suara familiarku berkata,
'Kau adalah duplikatku. Kau hanyalah salinanku untuk eksperimen yang
bisa dihapus dengan sekali menekan tombol.' Seberapa parahkah shock ,
bingung, dan ketakutan yang akan kurasakan pada saat itu?
"—Bagaimana, sejauh ini apa kau telah mengerti semuanya?"
Kata-kata
itu ditujukan kepadaku, yang sedang merenungkan segala sesuatu dengan
keras, dari seberang meja. Aku mengangkat kepalaku dan aku berkedip
berkali-kali sebelum mengangguk dengan samar.
"Ah...uh, sedikit..."
"Kisahku akan mencapai titik utama, jadi akan menjadi masalah bila kau terus merengek sampai saat ini."
"Titik utama...Jadi begitu, itu benar. Aku masih belum mendengar apa yang kau inginkan dariku."
"Itu
benar. Aku terus menunggu sejak hari itu selama dua ratus tahun untuk
mengatakan padamu semua ini...Sekarang, aku yakin tadi sampai ke bagian
dimana aku memisahkan diri dari Administrator?"
Cardinal berbicara sambil memainkan cangkir tehnya yang sekarang kosong dengan memutarnya dengan kedua tangan.
"—Pada
hari itu, aku akhirnya memperoleh tubuh fisikku sendiri. Meski
spesifiknya, itu milik biarawati pemula menyedihkan tersebut,
tapi...kepribadiannya benar-benar musnah saat lightcubenya ditulis ulang
dengan data. Lahir dari upacara kejam dan hasil dari insiden tak
terduga itu, aku menatap Administrator selama 0,3 detik sebelum akhirnya
aku mengambil tindakan logis. Dengan kata lain, aku mencoba untuk
menghapusnya dengan Sacred Art tingkat tertinggi. Aku adalah salinan
sempurna milik Administrator, yang berarti aku memiliki authority akses
system yang sama. Aku memprediksi kalau serangan itu bisa mengurangi
lifenya sebelum sumber daya di ruang sekitar habis jika aku mengambil
inisiatif terlebih dahulu, walau itu adalah pertukaran Art dari kelas
yang sama. Serangan pertamaku berhasil dengan sempurna dan apa yang
terjadi setelahnya berjalan sesuai harapanku. Petir yang sangat besar
dan angin puyuh saling menyambar, semburan api dan belati es menyerang
lantai atas Katedral Pusat tempat kami berada, dan life kami dengan
cepat jatuh. Kecepatan menurunnya persis...dengan kata lain, aku, orang
yang melepaskan serangan pertama, seharusnya adalah orang yang menang."
Tubuhku
tiba-tiba menggigil saat membayangkan pertempuran antara dewa.
Pengetahuanku tentang sacred art offensive terbatas pada Art yang sangat
sederhana yaitu mengubah bentuk elemen, seperti yang kugunakan dalam
pertempuran melawan Knight Eldrie. Kemampuan sacred art itu memiliki
kekuatan offensive jauh lebih kecil dari satu serangan pedang dan itu
hanya dapat berfungsi sebagai hambatan atau gangguan, dan tidak dapat
mengambil nyawa siapapun di sekelilingnya...
"Huh?, tunggu
sebentar. Kau bilang bahwa Administrator sekalipun tidak dapat membunuh
seseorang kan? Lalu bukankah pembatasan itu berlaku padamu juga, sebagai
salinannya? Mengapa kalian bisa menyerang satu sama lain?"
Cardinal sedikit cemberut karena kisahnya terhenti di bagian yang bagus, lalu dia mengangguk dan menjawab.
"Mgh...pertanyaan
yang bagus. Benar, seperti yang kau katakan, Administrator sekalipun,
terikat dengan Taboo Index dan tidak bisa melawan larangan untuk
membunuh yang diberikan oleh orang tuanya padanya ketika dia masih muda.
Aku masih belum menjelaskan alasan di balik fenomena mengapa kami
fluctlight buatan tidak dapat melanggar semua perintah tanpa terkecuali
bahkan setelah bertahun-tahun dunia ini berjalan...Namun fenomena ini
tidak semutlak yang kau pikirkan."
"...Maksudnya...?"
"Contohnya..."
Cardinal
menggerakkan tangan kanannya yang memegang cangkir teh di atas meja.
Untuk beberapa alasan, dia tidak meletakkan cangkir ke atas piring tapi
ke kanan, ke ruang kosong-lengannya berhenti tepat sebelum bagian
bawahnya menyentuh taplak meja.
"Aku tidak dapat menurunkan cangkir ini lebih jauh."
"Hah?"
Cardinal menjelaskan sambil mengerut pada respon tercengangku.
"Alasannya
adalah ketika aku masih kecil, ibuku—tentu saja, itu ibu
Quinella—membesarkanku dengan aturan sepele bahwa «cangkir teh harus
diletakkan diatas piring kecil» dan efeknya tetap berlaku sampai
sekarang. Satu-satunya hal taboo yang signifikan adalah pembunuhan, tapi
tujuh belas larangan bodoh seperti ini tetap ada. Aku dapat menurunkan
lenganku lebih jauh apapun yang terjadi dan jika aku memaksakannya, rasa
sakit yang menjengkelkan akan muncul di mata kananku."
"...Rasa sakit di...mata kananmu..."
"Meski
begitu, ini adalah perbedaan besar jika dibandingkan dengan penduduk
biasa. Mereka bahkan tidak akan mampu berpikir untuk menempatkan cangkir
di atas meja. Dengan kata lain, mereka bahkan tidak sadar kalau mereka
terikat oleh banyak aturan yang tidak bisa dilanggar. Itu mungkin
terbaik bagi mereka, namun..."
Mungkin dia sadar kalau dia
adalah makhluk buatan, senyum mengejek muncul di wajah muda Cardinal,
dan dia dengan cepat meluruskan lengannya kembali.
"Nah...Kirito. Apa kau melihat ini sebagai cangkir teh?"
"Heh?"
Mengeluarkan suara bodoh, aku dengan keras menatap cangkir kosong yang tergenggam di tangan kanan Cardinal.
Itu
terbuat dari keramik putih, melengkung sederhana di sisi-sisinya, dan
memiliki pegangan polos. Tidak ada desain atau logo yang bisa dilihat
selain garis biru tua di sepanjang tepinya.
"Yah...aku melihatnya sebagai cangkir teh, bagaimanapun juga ada teh di dalamnya..."
"Fm. Lalu, bagaimana sekarang?"
Cardinal mengulurkan jari telunjuk tangan kirinya, kemudian dengan pelan mengetuk tepi cangkir.
Cairan
segera mengalir dari dasar cangkir seperti sebelumnya dan aliran uap
muncul. Namun, aromanya berbeda kali ini. Hidungku secara naluriah
mengejang. Bau ini, sangat khas, itu bukanlah teh hitam tapi krim sup
jagung.
Cardinal memiringkan cangkir teh seolah menunjukkannya
padaku saat aku mengulurkan leherku. Itu adalah cairan kuning pucat
kental seperti yang kuduga, dan mengisi cangkir sampai penuh. Bahkan ada
potongan roti kering berwarna coklat yang mengambang di sana.
"Su-Sup jagung! Terima kasih, aku baru saja mulai merasa lapar dan..."
"Kau bodoh, aku tidak bertanya tentang isinya. Apa ini?"
"Eeh...yah...itu?"
Tidak
satu perubahan pun yang terjadi pada cangkir itu seperti sebelumnya.
Tapi jika dia menyebutkannya sekarang, mungkin itu sedikit terlalu
sederhana, terlalu besar, dan terlalu tebal untuk sekedar disebut
sebagai cangkir teh.
"Aah...cangkir sup?"
Ketika aku takut-takut menjawab, Cardinal tersenyum lebar sambil mengangguk.
"Ya. Sekarang ini adalah cangkir sup. Bagaimanapun juga, ada sup di dalamnya sekarang."
Dan, seolah sedang pamer, dia meletakkan cangkir itu ke taplak meja tanpa ragu-ragu, suara gedebuk terdengar.
"Ap...!?"
"Lihat.
Inilah ambigunya taboo yang diberikan pada kami fluctlight buatan.
Mereka dapat dilanggar dengan mudahnya hanya dengan mengubah persepsi
subyektif kita."
"......"
Meski aku sedang diam terkejut, kejadian tertentu dari dua hari yang lalu berputar dalam pikiranku sekali lagi.
Saat
itu, Raios hendak mengayunkan pedangnya pada Eugeo, yang sedang
meringkuk, tepat saat aku menerobos masuk ke kamar tidur. Pedang Raios
mungkin akan memutus leher Eugeo dalam satu tebasan jika aku tidak
menahannya dengan pedangku.
Membunuh jelas taboo terbesar. Tapi
saat itu, Eugeo bukanlah seorang manusia dalam sudut pandang Raios, tapi
seorang penjahat yang telah melanggar Taboo Index. Dengan mengakui itu,
dia dengan mudah terlepas akan taboo yang terukir dalam jiwanya.
Saat
aku terus merenung dalam diam, suara pelan terdengar dari kursi
seberang. Mengangkat kepala, aku melihat Cardinal sedang mengangkat
cangkir teh—bukan, cangkir sup sekali lagi dan mengarahkannya ke
bibirnya. Roti dan sandwich daging yang kumakan sepeluh menit yang lalu
sudah dikonversi ke dalam lifeku, dan perutku bisa merasakan sensasi
bergetar.
"...Bisakah aku mendapatkan itu juga?"
"Kau benar-benar orang yang rakus. Kemarikan cangkirmu."
Selagi
menggelengkan kepalanya seolah terkejut, Cardinal tetap mengulurkan
tangan kirinya dan mengetuk ujung cangkir yang kusodorkan dengan suara
ping. Cangkir kosong segera terisi dengan cairan kuning kental yang
harum.
Menarik kembali cangkir dengan gembira dan menghirup
setelah meniup uapnya, mataku tanpa sengaja tertutup karena perasaan
nostalgia, rasa yang kaya menyebar di dalam mulutku. Ada juga sup yang
agak familiar di Underworld, tapi sudah benar-benar dua tahun berlalu
sejak aku terakhir kali meminum sup krim jagung sesempurna ini.
Aku mendesah puas setelah meminum dua, tiga suap, lalu cerita Cardinal berlanjut seolah dia telah menunggu untuk itu.
"Pahami
ini: taboo yang mengikat kita adalah hal-hal yang dapat dikesampingkan
hanya dengan mengubah persepsi kita, seperti yang aku contohkan
sebelumnya. Kami...Administrator dan aku tidak berpikir bahwa satu sama
lain adalah manusia saat kami saling bertarung. Di mataku, dia adalah
system rusak yang akan membahayakan dunia, dan di matanya, aku adalah
virus pengganggu yang tidak bisa dia hapus...Tidak ada sedikit pun
keraguan saat kami saling menjatuhkan life masing-masing. Kami mengadu
Sacred Art kelas tinggi dan aku tinggal menyerang dua atau tiga serangan
untuk menghapus Administrator, atau setidaknya, membuatnya imbang."
Mungkin karena mengingat kesalahan dari waktu itu, Cardinal dengan kuat mengunyah bibir kecilnya.
"Namun...Namun, kau tahu. Pada saat terakhir, wanita bejat itu menyadari adanya perbedaan besar diantara dirinya dan diriku."
"Perbedaan
besar...? Tapi satu-satunya perbedaan antara Administrator dan kau
adalah penampilan luar...Kau berdua memiliki authority akses system yang
sama dan kemampuan sacred artmu juga tinggi, kan?"
"Tentu.
Orang yang berhasil dengan serangan pembuka, aku, jelas akan menjadi
pemenang. Karena itu...dia tidak menggunakan sacred art. Mengkonversi
salah satu benda yang memiliki prioritas tinggi di dalam ruangan menjadi
senjata, dia juga membuat seluruh ruangan tempat kami bertarung menjadi
tempat dimana system command dilarang."
"Jika...Jika dia melakukan sesuatu seperti itu, bukankah dia terkena larangannya juga?"
"Ya.
Selama dia tetap ada di dalam ruangan. Aku menyadari tujuannya saat dia
mengeluarkan perintah untuk membuat senjata. Namun, tidak ada yang bisa
kulakukan saat itu. Bagaimanapun juga aku tidak bisa mengeluarkan
perintah setelah perintah dilarang...aku dengan enggan membuat senjata
juga dan berusaha mengalahkannya melalui luka fisik."
Cardinal
berhenti berbicara dan mengangkat tongkatnya ke atas meja. Dia
memberikannya padaku dalam diam, jadi aku mengulurkan tangan kananku
meski aku kebingungan. Sebuah berat yang tak terbayangkan terasa di
lengan kananku saat aku memegangnya meski berbentuk ramping, dan aku
dengan panik menggunakan tangan kiriku juga, untuk terus mengangkatnya
ke atas meja. Tongkat, yang kemudian kutaruh dengan suara berat, jelas
memiliki prioritas yang lebih tinggi dari pedang hitamku dan Blue Rose
Sword Eugeo.
"Jadi begitu...tidak hanya penggunaan sacred artmu
yang memiliki kekuatan dewa, tetapi authority level pemakaian senjatamu
juga, huh?"
Ketika aku mengatakan itu sambil mengusap pergelangan tangan kananku, Cardinal mengangkat bahunya seolah itu hal yang wajar.
"Administrator
tidak hanya menyalin ingatan dan proses berpikir saja tapi semua
authority dan tingkat life juga, tahu. Pedang yang dia buat dan tongkat
yang kubuat memiliki tingkat kemampuan yang sama. Bahkan ketika kami
melakukan pertarungan fisik, aku berpikir kalau aku akan tetap menang
pada akhirnya. Namun, setelah membuat sudut dengan tongkatku, aku
akhirnya sadar tujuan sejati Administrator, ya, perbedaan besar antara
dia dan aku..."
"Itu sebabnya aku bertanya, apa sebenarnya perbedaan itu?"
"Itu sederhana. Lihatlah tubuh ini."
Cardinal
membuka bagian depan jubah tebalnya dengan tangan kanannya dan
menunjukkan tubuhnya yang dibalut blus putih, celana hitam, dan kaus
kaki setinggi lutut. Itu adalah sosok seorang gadis muda, ramping dan
mungil: cocok sekali dengan sikapnya berbicara, seperti dia adalah
seorang wanita bijak yang tua.
Merasa seolah aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya, aku bertanya dengan mataku secara naluriah menghadap ke bawah.
"Sebenarnya...ada apa dengan tubuh itu...?"
Jubahnya berkibar saat dia mengembalikannya seperti semula, Cardinal mendesah seolah merasa jengkel.
"Astaga,
kau itu benar-benar lambat, ya? Coba bayangkan dirimu dimasukkan ke
dalam tubuh ini. Perspektif dan panjang lenganmu akan benar-benar
berbeda. Apa kau dapat menggunakan pedang dan bertarung dengan pedang
itu, seperti yang selalu kau lakukan?"
"...Ah..."
"Sampai
saat itu, aku selalu ada di dalam Administrator...benar, tubuh Quinella
yang agak tinggi bagi seorang wanita. Aku tidak terlalu memikirkan hal
itu selama kamu saling mengadu sacred art, tapi...pada titik ketika aku
memegang tongkat ini dan bersiap untuk serangan musuh, aku akhirnya
paham kalau aku berada dalam kondisi kritis."
Aku benar-benar
setuju sekarang. Bahkan di banyak VRMMO di dunia nyata, membiasakan diri
untuk menilai jarak dalam pertempuran fisik jarak dekat jika dia
memiliki avatar dengan ukuran yang terlalu jauh dari tubuh nyatanya,
akan memerlukan waktu yang cukup banyak.
"...Ngomong-ngomong, berapa perbedaan tinggi Administrator dan dirimu saat ini...?"
"Seharusnya
sekitar lebih dari lima puluh sentimeter. Senyum lebar yang muncul di
wajahnya saat dia melihatku ke bawah dari tinggi badannya masih
tersimpan dalam ingatanku. Pertempuran segera dimulai kembali, tapi
semenjak mengayunkan senjata dua atau tiga kali, aku tidak mempunyai
pilihan tapi mengakui kekalahanku..."
"La-Lalu...apa yang terjadi?"
Dia jelas menghidari itu entah bagaimana, mengingat dia sedang berbicara denganku, tapi tanpa sadar aku tetap menahan nafas.
"Keuntungan
Administrator sangatlah besar, tapi dia juga melakukan sebuah
kesalahan. Kau tahu, jika dia mengunci pintu keluar sebelum melarang
penggunaan system command, aku akan terbunuh tanpa bisa melarikan diri.
Tanpa memiliki emosi manusia, aku—"
Ekspresi Cardinal benar-benar terlihat jengkel, tapi aku tidak akan memotong pembicaraannya karena itu.
"—Menilai
bahwa aku harus mundur secepatnya dan berlari menuju pintu secepat
kilat. Sementara pedang Administrator terus mengayun dari belakang,
pedang itu mengurangi lifeku saat itu menyerempet punggungku..."
"I-Itu...menakutkan, huh..."
"Meski
aku juga berharap suatu hari nanti kau berakhir dalam situasi
sepertiku. Karena kau telah mengerling dan menggoda perempuan
dimana-mana selama dua tahun dan dua bulan ini."
"A...Aku belum pernah mengerling, menggoda, atau melakukan hal semacam itu."
Aku dengan kuat mengusap mulutku setelah mendapatkan serangan tak terduga itu, lalu aku tiba-tiba mengerutkan keningku.
"T-Tidak, tunggu dulu. Dua tahun dan dua bulan...jangan bilang kau selalu mengawasiku...?"
"Tentu saja. Itu mungkin dua tahun dan dua bulan di antara dua ratus tahun hidupku, tapi itu tetap saja terasa lama."
"Ap......"
Aku
hanya bisa terasa takjub. Jadi gadis muda ini telah mengamati setiap
tindakanku sampai ke detail terakhir? Bukan berarti aku melakukan
perbuatan yang tidak bisa kubiarkan orang lain melihatnya, tapi aku juga
tak yakin kalau aku tidak melakukan sesuatu yang aneh. Namun, tidak ada
waktu untuk memeriksanya sekarang...jadi aku berkata pada diriku
sendiri, untuk memaksa menarik kembali pikiranku.
"Y-Yah, aku tidak akan membahasnya untuk saat ini...Jadi, bagaimana kau bisa lolos dari Administrator?"
"Fn.
—Keluar dari ruang tamu di lantai atas Kathedral, entah bagaimana aku
mendapatkan kembali authority untuk menggunakan sacred art, tapi situasi
tidak berubah. Lagi pula, jika aku mencoba untuk melakukan serangan
balik dengan sacred art, dia tinggal membuat lorong sebagai ruang
terlarang saat itu. Aku tidak dapat melakukan apa-apa selain mengubah
caraku melarikan diri dari berjalan ke terbang. Kupikir aku harus pergi
ke daerah dimana serangannya tidak bisa mencapaiku karena untuk
persiapan ulangku."
"Walaupun kau berkata begitu...Administrator
adalah supervisor di dunia ini seperti namanya, kan? Apa ada tempat di
mana dia tidak bisa masuk?"
"Tentu saja, dia adalah dewa yang
memakai nama supervisor, tapi dia tidak memiliki kemahakuasaan mutlak.
Hanya ada dua tempat di dunia ini di mana dia tidak bisa melakukan
apapun yang dia suka."
"Dua tempat...?"
"Satu tempat
berada di Puncak Barisan Pegunungan...Dark Territory yang penduduk Dunia
Manusia namakan sebagai tanah kegelapan. Satu lagi adalah Ruangan
Perpustakaan Besar di mana kita berada sekarang. Pada awalnya, ruang
perpustakaan ini adalah ruang yang diciptakan oleh Administrator setelah
mencari tahu tentang batas memorinya sendiri, untuk digunakan sebagai
perangkat penyimpanan memori eksternal, seperti itu. Ini menyimpan
banyak data yang memiliki kaitan dengan semua system command serta
Underworld. —Karena itu, dia pikir kalau dia harus melakukan semua yang
dia bisa untuk mencegah manusia selain dirinya datang ke sini. Oleh
karena itu, dia membuatnya di dalam Kathedral meski tidak berhubungan
secara langsung. Hanya ada satu pintu untuk masuk dan ditambah lagi
perintah untuk membukanya hanya diketahui olehnya...tidak, hanya dia dan
aku."
"H-Haa..."
Aku melihat sekeliling Ruangan
Perpustakaan Besar yang berisi dengan lorong, tangga dan rak buku yang
diatur menjadi beberapa lantai sekali lagi. Dinding silindernya seperti
dibuat dari bata biasa, tapi—
"Lalu, di belakang dinding itu adalah..."
"Tidak
ada. Dindingnya sendiri tak bisa dihancurkan, tapi kemungkinan hanya
hamparan kehampaan yang akan menunggumu di sisi lainnya jika dinding itu
pecah."
Aku mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika
seseorang jatuh disana, tapi aku dengan ringan menggelengkan kepala dan
menghapus pikiran tadi.
"—Erm, satu pintu yang kau sebutkan tadi apa pintu yang kami masuki dari kebun mawar tadi?"
"Nay,
pintu itu adalah pintu yang kubuat setelahnya. Pintu ganda besar dibuat
di tengah-tengah lantai terendah dua ratus tahun yang lalu. Saat aku
berlari dari kejaran Administrator sambil mempertaruhkan hidupku, aku
membaca Art untuk memanggil pintu itu. Aku masih terhalang sekitar dua
kali kecepatanku. Entah bagaimana menyelesaikan perintah, aku melompat
melalui pintu yang muncul di luar lorong, dan segera menutup dan
mengunci pintu itu."
"Dikunci...katamu, tingkat authority pendeta tertinggi sama sepertimu, jadi bukankah itu bisa dibuka dari sisi lain?"
"Seharusnya.
Namun, untungnya, sambil mengunci pintu dari dalam ruang perpustakaan
dengan memutar kunci sembilan puluh derajat kekanan, membuka pintu dari
luar memerlukan ritual Art yang panjang. Dipisahkan oleh satu set pintu,
aku membacakan ritual Art baru sambil mendengar suara Administrator,
yang terusu dengan niat dingin untuk membunuh, membacakan perintah untuk
membuka pintu. Momen saat kunci berbelok ke kiri di depan mataku, aku
menyelesaikan ritualku..."
Mungkin karena mengingat kenangan
waktu itu, Cardinal dengan pelan memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua
lengannya. Itu adalah cerita dari dua ratus tahun lalu, tapi rasa dingin
menjalar di punggungku walau aku hanya membayangkan adegan itu.
Menghabiskan sup jagungku yang tinggal sedikit, lalu aku menghirup udara
dan bertanya.
"Ritual yang kau bacakan adalah ritual untuk menghancurkan pintu...apa itu benar?"
"Ya.
Aku memutuskan satu-satunya jalan yang menghubungkan Kathedral ini
dengan Ruangan Perpustakaan Besar, pintu besar itu menjadi
potongan-potongan kecil. Pada saat itu, tempat ini benar-benar
terisolasi dari dunia luar dan aku berhasil lolos dari pengejaran
Administrator...dan itulah yang terjadi."
"...Dan apa alasan pendeta tertinggi tidak membuat pintu itu lagi...?"
"Aku
sudah memberitahumu sebelumnya kan? Administrator yang pertama kali
menciptakan Ruangan Perpustakaan Besar dengan pintu, setelah itu dia
memisahkannya dari Kathedral. Nilai koordinat ruang ini, dalam system
terus berubah secara acak di daerah yang tak terpakai. Kecuali dia dapat
secara akurat memprediksinya, gangguan dari luar tidak akan mungkin ada
lagi."
"Jadi begitu...Tapi koordinat Katedral Pusat adalah
sama, jadi itu mungkin untuk menghubungkan ruangan ini dari sini ke
tempat lain, huh?"
"Itu benar. Dengan itu, pembuatan pintu akan
segera terdeteksi oleh familiar Administrator setelah mereka dibuka
sekali, sehingga mereka tidak dapat digunakan untuk kedua kalinya.
Seperti pintu di taman mawar yang Eugeo dan kau masuki."
"A-Aku benar-benar menyesal tentang hal itu..."
Aku
menundukkan kepalaku dengan dalam dan gadis muda itu tertawa kecil
sebelum mengalihkan pandangannya ke langit-langit perpustakaan yang
berkubah. Kedua mata dibelakang kacamatanya menyempit dan dia bergumam
seakan merenungkan sesuatu.
"...Aku melawan kesalahan yang
seharusnyaku koreksi, Administrator, dan lalu kalah. Kabur
terbirit-birit, aku berlindung ke tempat ini...mengabdikan diriku hanya
untuk observasi dan merenung selama dua ratus tahun..."
"...Dua ratus tahun..."
—Aku
bergumam, tapi tidak mungkin aku, yang mengalami tujuh belas tahun enam
bulan di dunia nyata dan dua tahun di Underworld dengan total kurang
dari dua puluh tahun, bisa memahami rasa hidup untuk waktu yang panjang.
Aku hanya bisa menggambarkannya sebagai aliran waktu yang sangat
panjang.
Gadis di depan mataku ini telah hidup selama periode
waktu yang bisa dibilang setara dengan keabadian. Sendirian di dalam
ruangan perpustakaan yang luas ini tanpa satu tikuspun, hanya
dikelilingi oleh gunungan buku yang diam. Bahkan kata-kata seperti
kesendirian tak dapat lagi mengungkapkannya, itu adalah isolasi total
dari dunia. Aku tidak akan pernah bisa bertahan selama dua ratus tahun
walau aku berada dalam situasi yang sama. Aku pasti akan membuka pintu
walau aku tahu itu akan menyebabkan kehancuranku sendiri.
Tidak, tunggu. Sebelum itu?
"Cardinal...kau
mengatakan umur fluct light sekitar seratus lima puluh tahun,
kan?Karena hampir mencapai batas, itulah yang membuat Administrator
mencoba dan menyalin fluctlightnya sendiri...Bagaimana bisa kau hidup
selama dua ratus tahun setelah memisahkan diri?"
"Aku kira alami bagimu untuk menanyakan hal itu."
Cardinal menaruh kembali cangkir kosong ke atas meja, lalu mengangguk.
"Walau
fluctlightku adalah salinan yang dipilih oleh Administrator, tidak ada
ruang apapun yang bisa digunakan untuk memperpanjang ingatan. Oleh
karena itu, menata ulang ingatanku sendiri merupakan hal pertama yang
harus kulakukan untuk mengamankan diriku setelah melarikan diri ke
Ruangan Perpustakaan Besar."
"Me-Menata ulang...?"
"Ya.
Topik yang keluar waktu awal tadi sebagai contohnya, secara langsung
mengedit file tanpa membackup. Kesadaranku mungkin akan menjadi cahaya
dalam lightcube jika satu saja kesalahan terjadi selama operasi."
"Er-Erm...Jadi,
itu artinya kau masih memegang authority untuk memanipulasi LightCube
Cluster di suatu tempat di dunia nyata bahkan setelah kau terkurung du
dalam ruang perpustakaan ini, kan? Kalau begitu, daripada mengakses
dirimu sendiri, bukannya mungkin untuk melakukannya pada fluctlight
Administrator dan melakukan beberapa jenis serangan seperti menghapus
jiwanya...?"
"Bagaimanapun juga, itu bekerja secara sebaliknya.
Tapi sayangnya-atau mungkin untungnya, jenis sacred art yang mengubah
posisi target umumnya memerlukan hubungan secara langsung antara subyek
dengan unit atau objek target, atau paling tidak, melihat target secara
langsung. Bahkan memerlukan konsep «kisaran» jarak, tahu. Karena itulah
Administrator harus repot-repot membawa putri pemilik toko furniture
sepanjang jalan sampai lantai atas Kathedral, dan seperti bagaimana dia
harus membawamu dan Eugeo ke gereja."
Aku tanpa sadar menggigil
setelah mendengar itu. Jika kami tidak berhasil selamat dari pelarian
sembrono kami, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di tempat
interogasi dan hal apa yang akan terjadi.
"—Dengan kata lain,
setelah mengisolasi diri di ruang perpustakaan, aku tidak dapat
menyerang fluctlight Administrator meskipun banyak kekuatan yang
kumiliki dan kemampuanku untuk menangkal serangan darinya pada waktu
yang sama."
Mengetahui kecemasanku atau tidak, Cardinal menurunkan bulu mata panjang di balik kacamatanya dan melanjutkan kata-katanya.
"Menata
ulang jiwaku sendiri...benar-benar operasi yang menakutkan.
Bagaimanapun juga, ingatan kita akan menghilang tanpa meninggalkan jejak
apapun hanya dengan satu perintah. Namun, aku tidak punya pilihan lain
selain melakukannya. Aku bisa dengan mudah membayangkan hal itu akan
memakan waktu yang sangat lama bagi Administrator untuk melakukannya.
—Pada akhirnya, aku menghapus semua ingatan yang kumiliki ketika aku
masih menjadi Quinella, serta setelah menjadi Administrator;hampir
sembilan puluh tujuh persennya..."
"Ap...i-itu hampir semuanya, kan!?"
"Itu
benar. Cerita Quinella yang kuceritakan kepadamu bukan berasal dari
pengalaman pribadi tapi hanya cerita yang kutulis sebelum aku
menghapusnya. Aku bahkan tidak ingat wajah orang tua yang membesarkanku.
Begitu juga kehangatan tempat tidur yang kupakai setiap malam, maupun
rasa roti bakar manis yang dulu kusukai...aku sudah mengatakannya kan,
bahwa aku tidak memiliki sedikitpun emosi manusia. Aku adalah program
yang hampir semua ingatan dan emosinya hilang, mengambil tindakan murni
karena perintah yang terukir ke dalam jiwaku, «untuk menghentikan proses
utama yang menjadi kacau». Seperti itulah keberadaanku."
"......"
Wajah
Cardinal tertunduk ke bawah saat senyum muncul di wajahnya, tapi itu
tampak terisi dengan kesepian yang begitu dalam hingga tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata dari sudut pandangku. Kau bukanlah program,
kau pasti memiliki emosi sepertiku dan seluruh manusia, aku ingin
mengatakan itu, tapi kata-kata itu tidak mau keluar.
Mengangkat
wajahnya, Cardinal melirikku yang tenggelam dalam diam dan tersenyum
lagi sebelum dia mulai menggerakkan mulutnya lagi.
"...Sebagai
hasil dari penghapusan ingatan, aku mendapatkan kapasitas yang cukup
besar dalam fluct lightku untuk saat ini. Setelah mendapatkan banyak
waktu, aku pulih dari pelarian menyengsarakan ini dan membuat rencana
untuk menghadapi pertarungan dengan Administrator. —Aku mempertimbangkan
untuk menggunakan ketidaktahuannya dan melakukan pertarungan
satu-lawan-satu sekali lagi. Tidak mungkin untuk membuka ruang
perpustakaan ini dari luar, tapi seperti yang kau katakan sebelumnya,
bagaimanapun juga hal sebaliknya dapat terjadi. perintah untuk membuat
pintu juga memiliki «jarak», dimana dari kebun Katedral Pusat ke lantai
tengah adalah jaraknya. Dia pasti turun ke lantai bawah menara, meskipun
jarang, jadi membuka pintu di saat itu bisa membuka kemungkinan untuk
serangan kejutan. Dan aku juga sudah terbiasa mengendalikan tubuh ini."
"...Jadi
begitu. Memang terdengar berguna jika kau dapat menjamin serangan
pembuka, tapi...tetap saja, itu cukup berjudi, kan? Tidak akan aneh jika
Administrator menyiapkan sesuatu di belakangnya..."
Serangan
mendadak jarang berhasil jika pihak lain sadar akan kemungkinan itu. Aku
beberapa kali mengatur dan melakukan penyergapan di masa SAO, tapi
sebagian besar tidak berhasil karena target menjaga kewaspadaannya,
berpikir "serangan mendadak sepertinya akan terjadi di sana". Cardinal
mengangguk, sepertinya kesal ketika aku mengatakan itu.
"Bahkan
sebelum Quinella menjadi pendeta tertinggi, dia diberikan karunia untuk
mencari tahu kelemahan orang lain. Seperti bagaimana dia melihat
kelemahanku yaitu bentuk tubuhku, di tengah-tengah pertempuran setelah
kami berpisah, dia menyimpulkan keuntungan yang dia miliki dan segera
menggunakannya."
"Keuntungan...tapi kau dan Administrator pada
dasarnya memiliki tingkat kemampuan yang sama persis dalam menyerang dan
bertahan, kan? Dan juga, bagaimana aku mengatakan ini, juga
kecerdasanmu."
"Aku merasa cemas dengan caramu menyimpulkannya."
Dia mendengus, lalu melanjutkan.
"Hampir
tidak ada perbedaan pertempuran yang potensial antara dia dan aku.
Tentu saja, itu hanya berlaku ketika berada dalam pertarungan
satu-lawan-satu."
"Satu-lawan-satu...? Aah, jadi begitu."
"Memang
seperti itu. Aku adalah seorang pertapa tanpa pengikut, sementara dia,
dia adalah penguasa sebuah organisasi besar, Gereja
Axiom...Administrator sangat sadar akan bahaya menyalin fluctlightnya
sendiri karena akan melahirkan halangan, yaitu aku, dan mendorongnya
kejurang kematian. Dikatakan kegagalan jalur sinaptiknya karena
ingatannya yang overload tidak berubah. Dia harus menyimpannya pada
sesuatu, tapi tidak sepertiku, dia tidak akan berani mengambil resiko
tinggi untuk secara langsung mengedit ingatannya. Di sana, dia enggan
menyelesaikannya dengan kompromi. Dia mempertahankan kapasitas minimum
terkecil yang diperlukan dengan menghapus kenangan yang tidak penting
yang dia dapatkan baru-baru ini, itu operasi dengan resiko rendah, dan
mengurangi jumlah pencatatan informasi baru sebisanya."
"Mengurangi...meski
kau mengatakan itu, bukankah ingatan terkumpul karena kegiatan setiap
hari, tak peduli apakah kau menginginkannya atau tidak?"
"Itu
bergantung pada caramu menghabiskannya, kan? Semakin banyak kau melihat
semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak tempat yang kau
kunjungi semakin banyak pikiranmu, tapi bagaimana jika kau bahkan tidak
mengambil satu langkah pun pergi dari kanopi tempat tidur di kamarmu dan
menghabiskan sepanjang waktu dengan mata tertutup?"
"Eh...tidak mungkin aku bisa melakukan itu. Aku bahkan lebih suka mengayunkan pedang sepanjang hari."
"Aku cukup sadar akan kurangnya ketenanganmu meski kau tidak menunjukkannya sekarang."
Aku
tidak bisa mengatakan apapun tentang hal itu. Aku tidak tahu tujuannya
melakukan hal itu, tapi jika Cardinal selalu mengamati tindakanku, dia
pasti telah sadar akan kegiatan yang kulakukan tanpa memberitahu Eugeo
setiap kali aku memiliki waktu luang.
Segera menutup mulutnya yang perlahan membentuk senyum, gadis itu melanjutkan pembicaraannya.
"...Namun,
Administrator tidak memiliki emosi 'aku bosan' atau 'Aku tidak memiliki
apapun untuk dilakukan', tidak sepertimu. Orang itu akan berbaring di
tempat tidur selama berhari-hari dan berminggu-minggu bila perlu.
Terbenam dalam kenangan manisnya, dari waktu sebelum dia menjadi
penguasa dunia, dalam kondisi setengah tidur, seperti itu..."
"Tapi
dia orang yang berada di posisi atas Gereja Axiom, kan? Bukankah dia
memiliki tugas untuk dilakukan, pidato untuk disampaikan, atau apapun
yang harus dia lakukan karena posisinya?"
"Tentu saja, tanggung
jawab seperti itu ada. Dia harus hadir bersama empat raja saat festival
keagamaan di awal tahun dan dia harus turun ke lantai tengah dan bawah
Kathedral untuk memeriksa system manajemen dunia pada waktu yang
dijadwalkan. Dan juga menjaga kewaspadaannya dalam melawan setiap
serangan kejutan yang mungkin muncul dariku. Untuk itu, Administrator
mengambil langkah-langkah baru. Dia mendelegasikan sebagian besar
tugasnya dan pada saat yang sama, mengumpulkan pengikut yang setia dan
kuat untuk melayani sebagai pengawalnya..."
"Dan karena itu ada
keuntungan yang kau, seorang diri, tidak miliki dan dia, sebagai
penguasa sebuah organisasi besar miliki, huh? ...Meski sebaliknya,
bukankah itu meningkatkan tingkat ketidakpastian? Jika dia mengumpulkan
pengawal yang mampu melawanmu, yang memiliki tingkat potensi bertarung
sama seperti dirinya, dan para pengawal itu memutuskan untuk memberontak
melawannya, Administrator tidak akan bisa menang juga, kan?"
Cardinal dengan pelan mengangkat bahunya dan mengulang kata yang sama sebagai jawaban atas pertanyaanku.
"Bukankah sudah kubilang kalau mereka benar-benar setia?"
"Tentu,
penduduk dunia ini tidak akan melanggar perintah dari atasan mereka,
tapi kau mengatakan kalau itu tidaklah absolut. Jika para pengawal itu
berpikir bahwa pendeta tertinggi adalah pion dari tanah kegelapan dengan
beberapa pengaruh..."
"Tentu saja, wanita itu juga memahami
bahwa kemungkinannya tidaklah nol. Bagaimanapun juga, dia mengubah
banyak manusia dengan nilai pelanggaran tinggi menjadi subjek
penelitian. Ketaatan buta tidak selalu loyal...tidak, perempuan itu
tidak akan mempercayai pengawal walau mereka bersumpah setia dari hati
mereka. Bagaimanapun juga, wanita itu bahkan mengkhianati salinan
dirinya sendiri."
Mengatakan itu, Cardinal tersenyum lebar.
"Dia
membutuhkan jaminan kalau para pengawal itu tidak akan mengkhianatinya
dalam keadaan apapun baru dia akan memberikan mereka authority dan
peralatan yang layak untuk melawanku. Jadi apa yang bisa dia lakukan?
Jawabannya sederhana, yaitu dia hanya harus mengubah mereka menjadi
seperti itu, melalui fluctlight mereka."
"...A-Apa yang kau katakan?"
"Complex command untuk itu telah diselesaikan. Itu dinamakan «Ritual Synthesis»."
"Erm...penyatuan antara jiwa dan memori, kan?"
"Ya.
Selain itu, dia memiliki pasokan bahan baku berkualitas tinggi yang
memiliki jiwa yang kuat. Manusia dengan nilai pelanggaran tinggi yang
dia tangkap dan dia gunakan dalam percobaan dan dibekukan untuk
pengawetan setelahnya, mereka semua diberkahi dengan kemampuan tinggi,
tanpa satupun pengecualian...Atau lebih tepatnya, mungkin aku harus
mengatakan bahwa mereka memendam kecurigaan terhadap Taboo Index dan
Gereja Axiom karena kebijaksanaan dan fisik mereka yang sangat
bagus...Ada seorang pahlawan yang dikenal sebagai pendekar pedang yang
tak terkalahkan, yang melarikan diri ke daerah-daerah terpencil dengan
rekan-rekannya dan merintis desanya sendiri karena kebenciannya terhadap
aturan gereja, merekalah yang pertama kali ditangkap. Pendekar pedang
itu mencoba menyebrangi «Puncak Barisan Pegunungan» yang memisahkan
Dunia Manusia dan Dark Teritory, yang menyebabkannya diculik oleh
gereja, tetapi Administrator memilihnya untuk menjadi pengawal setia
pertamanya."
Kedengarannya seperti cerita yang pernah kudengar di suatu tempat, Cardinal meneruskan ceritanya selagi aku memikirkan itu.
"Sebagian
besar ingatan pendekar pedang itu rusak oleh percobaan, tapi,
sebaliknya, itu malah lebih menguntungkan bagi Administrator.
Bagaimanapun juga, ingatan sebelum ditangkap adalah gangguan. Orang itu
menggunakan sebuah benda yang memaksa loyalitas tanpa batas padanya,
«Piety Module», dan...yah, tampak seperti prisma ungu di sekitar ukuran
ini..."
Cardinal memisahkan tangan kecilnya sekitar sepuluh sentimeter saar berbicara.
Rambut
di seluruh tubuhku tersentak begitu aku membayangkan objek itu dalam
pikiranku. Aku telah melihat hal itu sebelumnya. Dan itu hanya beberapa
jam yang lalu.
"...Dalam Ritual Synthesis, prisma itu tertanam
sendiri di kepala target melalui tengah dahi. Melalui itu, jiwa yang
memiliki ingatan bersatu dengan ingatan buatan yang juga berfungsi
sebagai prinsip perilaku, dan menghasilkan kepribadian baru. Seorang
prajurit tertinggi yang bersumpah setia pada gereja dan Administrator,
dan bertindak murni hanya untuk menjaga Dunia Manusia...Ritual berhasil
dan Administrator menyebut orang baru itu sebagai Integrator, karena
dialah yang menghukum semua pembangkang, menjaga integritas, dan
menyatukan kita semua di bawah kekuasaan gereja, di seluruh dunia. Jika
kau mendaki Kathedral, kemungkinan orang itu, integrity knight tertua,
berdiri di depanmu dan Eugeo tidaklah nol. Akan lebih baik untuk
mengingat namanya."
Cardinal menatap wajahku dan dengan khidmat melanjutkan.
"Bercouli Synthesis One...itulah nama knight itu."
"...T-Tidak, mustahil, itu tidak mungkin benar."
Aku menggeleng sekuat tenaga sebelum Cardinal bisa menutup bibirnya.
Bercouli.
Bukankah
itu nama pahlawan legendaris yang pernah Eugeo ceritakan, dengan
ekspresi penuh kekaguman? Dia adalah penduduk di Desa Rulid, dia
menjelajahi Puncak Barisan Pegunungan dan mencoba mencuri «Blue Rose
Sword» dari naga putih yang melindungi Dunia Manusia.
Aku yakin
kalau Eugeo bahkan tidak tahu tentang akhir hidup Bercouli. Eugeo
mungkin membayangkan dia terus hidup di Rulid dan menjadi tua—pikiran
bahwa Bercouli telah diculik oleh Administrator dan dirubah menjadi
Integrity Knight tidak akan pernah terpikir olehnya.
"Hei...hei,
Cardinal, kau juga tahu bagaimana Eugeo dan aku bekerja sama, dan tetap
kesulitan melawan Eldrie Synthesis Thirty-one...yang merupakan
Integrity Knight ketiga puluh satu, kan? Bagaimana bisa kau mengharapkan
kami untuk melawan nomor satu dengan tiba-tiba dan menang?"
Gadis itu, bagaimanapun, hanya mengangkat bahunya dan mengesampingkan keberatanku.
"Kau
tidak akan bisa meluangkan waktu untuk membuat Bercouli menggigil.
Seperti yang telah kau katakan, jumlah total Integrity Knight telah
mencapai tiga puluh satu sekarang."
Ada tiga puluh master yang lebih kuat dari Eldrie. Ingin menghindarkan mataku dari kenyataan pahit, aku berbicara.
"Meski
ada segitu banyaknya, aku belum banyak melihat mereka. Aku hanya
melihat seorang Integrity Knight di atas naga terbang di langit malam
sejak aku datang ke ibukota pusat."
"Tentu saja. Bagaimanapun
juga, tugas utama dari Integrity Knight adalah mempertahankan Puncak
Barisan Pegunungan.Mereka hanya ada di kota ketika seorang penjahat
besar yang menantang Taboo Index muncul dan itu belum pernah terjadi
dalam sepuluh tahun ini. Biasanya, bahkan para bangsawan dan keluarga
kerajaan tidak memiliki kesempatan untuk melihat Integrity Knight,
apalagi rakyat biasa...orang-orang bisa mengatakan ada jarak yang
terbentuk diantara mereka, namun..."
"Hmm..., tapi apa itu berarti bahwa mayoritas dari ketiga puluh knight itu berada di Puncak Barisan Pegunungan?"
Aku bertanya dengan sedikit antisipasi, namun Cardinal dengan mudah menggeleng.
"Aku
tidak akan mengatakan mayoritasnya. Jumlah knight yang berjaga di dalam
Kathedral sekarang, setidaknya dua belas atau tiga belas. Jika kau dan
Eugeo berniat untuk menyelesaikan tujuan kalian masing-masing, maka kau
tidak akan punya pilihan lain selain menerobos mereka untuk mencapai
lantai atas Kathedral."
"Walau kau mengatakan bahwa...kami tidak punya pilihan..."
Merosot di kursi saat aku tenggelam dalam depresi, aku menghela napas dalam-dalam.
Untuk
memasukkannya dalam istilah RPG, aku merasa seperti aku baru saja
terjun ke dungeon terakhir tanpa adanya peralatan dan level yang
diperlukan. Benar, aku melakukan perjalanan yang jauh, jauh ke ibukota
pusat sehingga aku bisa sampai ke lantai atas Kathedral dan mengontak
seseorang di dunia nyata, tapi aku merasa seperti aku bahkan bisa dengan
jujur mengatakan bahwa perbedaan kemampuan tempur antara Integrity
Knight dan kami berada di luar harapan.
Aku mengalihkan
pandanganku ke dadaku dalam keheningan. Berkat roti ajaib yang kudapat
dari Cardinal, luka yang kudapat dari serangan «armament full control
art» Integrity Knight Eldrie telah benar-benar sembuh, namun bekasnya
masih tetap ada, dan rasa sakit yang menyengat dapat terasa.
Hampir
tidak akan ada kesempatan untuk menang jika melakukan serangan frontal
pada knight yang dari sekarang dan seterusnya akan lebih kuat dari
Eldrie...berpikir tentang itu, aku teringat akan kejadian aneh setelah
pertempuran taman mawar itu berakhir.
Integrity Knight itu
tiba-tiba kesakitan setelah dia diberitahu tentang sejarahnya sendiri
dan nama ibunya oleh Eugeo, dan jatuh berlutut ke tanah. Prisma
transparan muncul dengan cahaya ungu dari dahinya saat dia sedang dalam
kondisi setengah sadar—Itu pasti «Piety Module» yang Cardinal bicarakan
sebelumnya. Itu adalah item utama yang digunakan untuk mengubah ego dan
ingatan Integrity Knight, dan mengubahnya menjadi budak yang benar-benar
setia kepada pendeta tertinggi.
Tapi apa efeknya benar-benar
mutlak seperti yang Cardinal katakan? Sepertinya Eldrie dapat terbebas
dari kekuatan pemaksaan modul hanya dengan mendengar nama
ibunya...setidaknya dari sudut pandangku. Jika fenomena yang sama dapat
terjadi pada knight yang lain, itu berarti ada metode lain selain
bertarung secara langsung dengan mereka dan keinginan Eugeo,
«mengembalikan Integrity Knight Alice menjadi Alice yang asli», dapat
terkabul.
Suara tenang Cardinal mencapai telingaku saat aku tenggelam dalam pikiranku.
"Masih ada sedikit lagi sampai ceritaku berakhir, bisakah kulanjutkan?"
"...Ah, ahh, silahkan."
"Baiklah.
—Nah, saat Administrator telah membuat beberapa Integrity Knight,
dimulai dari Bercouli, kemungkinan serangan kejutan dariku mau tidak mau
sudah pasti gagal. Meski mereka setingkat Administrator, para knight
itu pasti memiliki kemampuan ofensif dan defensif yang tinggi, mustahil
bagiku untuk dengan seketika menghapus mereka. Aku tidak punya pilihan
lain selain menunda pertempuran kami untuk selama-lamanya..."
Sepertinya
cerita Cardinal yang sangat panjang akhirnya telah mencapai akhir. Aku
meluruskan postur tubuhku di atas kursi dan memperhatikan nada berwibawa
gadis itu.
"Dengan perubahan baru tersebut, jelas aku butuh
teman bekerja sama. —Namun, menemukan orang yang bersedia melawan
penguasa dunia denganku bukan tugas yang mudah. Kau tahu, orang itu
pertama-tama harus memiliki nilai pelanggaran yang cukup tinggi untuk
melanggar Taboo Index, serta kekuatan tempur dan authority penggunaan
sacred art yang setara dengan Integrity Knight. Aku mengambil resiko dan
membuka pintu sejauh yang kubisa menggunakan sebuah Art yang berbeda,
«berbagi kesadaran», pada burung dan serangga yang hidup di dekatnya dan
mengirim mereka ke seluruh dunia..."
"Ha-haa...Jadi mereka itu mata dan telingamu, huh. Apa itu caramu mengamatiku juga...?"
"Itu benar."
Cardinal
tersenyum lebar dan mengulurkan tangan kanannya. Membuka telapak
tangannya, dia melambaikan ujung jarinya seakan memanggil seseorang.
Lalu—
"Uwahh!?"
Beberapa jenis benda kecil tiba-tiba
melompat keluar dari sekelilingku, mendarat di telapak tangan Cardinal
tanpa suara. Ketika aku melihatnya, itu adalah laba-laba gelap yang
lebih kecil dari ujung jari kelingkingku. Dengan gesit berputar, itu
menatapku dengan empat mata merah di depan kepalanya dan mengangkat kaki
kanan depannya, menyalamiku...atau tampak seperti itu.
"Namanya
Charlotte. Dia selalu mengamati ucapan dan perilaku kalian berdua dari
ubun-ubunmu, bagian dalam sakumu, atau bahkan sudut ruangan, sejak kau
meninggalkan Desa Rulid dengan Eugeo...Tampaknya dia melakukan lebih
dari sekedar mengamati dari sekarang dan seterusnya."
Laba-laba itu mencabut kedelapan kakinya dan mengangkat bahu kecilnya pada kata-kata Cardinal, atau seperti itu kira-kira.
Aku
akhirnya sadar setelah melihat gerakan lucu itu. Orang yang menarik
ubun-ubunku dan menunjukkanku jalan yang benar saat kami melarikan diri
dari Integrity Knight yang naik naga terbang mungkin saja dia. Tidak,
bukan hanya waktu itu saja. Aku mengingat sensasi sama yang kurasakan
berkali-kali di waktu yang penting sejak aku berangkat dari Rulid,
memasuki turnamen pedang di Zakkaria dan menjadi penjaga, bahkan setelah
aku terdaftar di Akademi Master Pedang di pusat.
"...Jadi,
perasaan ditarik-tarik itu bukan inspirasi Tuhan yang datang padaku,
tapi karena rambutku memang benar-benar ditarik, huh..."
Aku
teringat semua adegan-adegan itu saat aku bergumam bingung, sebelum
akhirnya ingatan yang sangat penting itu datang kembali ke pikiranku.
Tidak dapat menahan, aku membungkuk dan berbisik pada laba-laba hitam
yang bahkan tidak berukuran lima milimeter, yang tetap terdiam di
telapak tangan Cardinal.
"I-Itu benar, jangan-jangan yang waktu
itu juga kau...apa kau orang yang menyemangatiku ketika semua bunga
Zephyrias yang kutanam dipotong...? Orang yang berkata untuk percaya
pada keinginan bunga-bunga di sekitarnya..."
Suara yang
terngiang dalam ingatanku adalah seorang wanita yang agak dewasa. Jika
benar, laba-laba hitam di depan mataku yang memiliki kepribadian
perempuan dengan nama Charlotte ini, adalah orangnya, tapi bisakah
laba-laba yang bahkan bukan manusia memiliki jiwa—fluctlight dari awal?
Saat
aku memikirkan berbagai keraguan, Charlotte tidak menjawab satupun
pertanyaanku dan terus menatapku dengan mata merah gelapnya, tapi
kemudian dia tiba-tiba turun dari telapak tangan Cardinal, dengan gesit
berlari ke meja, dan menghilang setelah melompat ke dalam rak buku di
dekatnya.
Setelah familiar kecil itu pergi, Cardinal bergumam dengan nada lembut.
"Charlotte
adalah unit observasional tertua yang aku kirim ke berbagai negeri di
Dunia Manusia melalui ritual Art. Tugasnya yang sangat panjang akhirnya
berakhir sampai di sini. Degenerasi alami lifenya telah membeku, jadi
aku kira dia telah bekerja selama lebih dari dua ratus tahun..."
"...Unit observasional..."
Menggumamkan
itu, aku melihat rak buku tempat Charlotte bersembunyi sekali lagi.
Seharusnya tugasnya hanyalah mengamati Eugeo dan aku. Namun, dalam dua
tahun sejak aku meninggalkan Rulid, Charlotte telah menarik ubun-ubunku
dan membisikkan berbagai saran padaku, menyelamatkanku berkali-kali.
Berpikir dari perspektif yang berbeda, dia adalah rekan perjalanan yang
lebih dekat denganku daripada Eugeo, walau aku tidak melihat
keberadaannya.
—Terima kasih.
Mengekspresikan rasa terima kasih dari dalam hatiku, aku menghadap rak buku itu dan menundukkan kepala.
Mengalihkan pandanganku kembali ke Cardinal, aku bertanya setelah berpikir beberapa saat.
"Jadi,
dengan kata lain, kau sudah...mengunci dirimu dalam ruangan
perpustakaan ini selama lebih dari dua ratus tahun sambil mencari
manusia yang layak untuk diajak bekerja sama melalui mata dan telinga
familiar...?"
"Ya. Aku tidak dapat memeriksa nilai pelanggaran
manusia secara langsung dari sini, tahu. Setiap kali gosip insiden aneh
sampai ke telingaku, aku memindahkan unit observasi ke sana dan
mengamati manusia yang menyebabkannya...Aku mengabdikan diri untuk
mencarinya dengan cara seperti itu. Banyak manusia yang menarik
perhatianku dibawa pergi oleh Integrity Knight di depan mataku. Aku
mungkin tidak memiliki emosi, tapi pengetahuan tentang makna kata-kata,
'kekecewaan' dan 'ketekunan', ada dalam diriku...Jujur saja, ide untuk
segera berkenalan dengan makna kalimat 'menyerah', telah muncul dalam
sepuluh tahun ini."
Senyum dengan berat dua ratus tahun di baliknya muncul di bibir kecil Cardinal.
"Kau
tahu, selagi aku duduk dan melihat dunia, Administrator membuat system
yang lebih proaktif untuk memastikan prajurit perkasa akan menjadi
Integrity Knight. Dan itulah kebenaran di balik apa yang kau dan Eugeo
tuju, «Turnamen Persatuan Empat Kerajaan»."
"...Jadi itu berarti
pendekar pedang yang memperoleh kemenangan dalam turnamen tidak
mendapatkan kehormatan diangkat sebagai Integrity Knight, tapi..."
"Mereka
dibuat menjadi Integrity Knight, terlepas dari keinginan mereka. Boneka
terkuat, dengan ingatan mereka yang sebelumnya disegel dan memiliki
ketaatan buta kepada pendeta tertinggi. Keluarga dari Integrity Knight
tersebut diberi hadiah uang, yang cukup mewah untuk menyilaukan mata
mereka, dan diberikan status bangsawan kelas atas, menyebabkan orang tua
dari para bangsawan dan pedagang kaya menyuruh anak-anak mereka untuk
belajar berpedang. Dan para knight itu sendiri ditugaskan ke daerah di
mana kontak dengan keluarga asli mereka mustahil untuk dilakukan,
memutuskan hubungan mereka dengan masa lalu."
"...Jadi yang kau maksud dengan 'jarak terbentuk diantara mereka' adalah..."
"Ya.
temuan itu. —Diantara ketiga puluh Integrity Knight, separuhnya adalah
mereka yang ditangkap karena melakukan taboo, sementara separuh lainnya
adalah juara turnamen. Eldrie Synthesis Thirty-one yang melawanmu adalah
salah satu di antara mereka juga."
"Aku mengerti...jadi itu cara kerjanya, huh..."
Menghela napas suram, aku bergumam.
Jadi
itu bukanlah sebuah keberuntungan, bahwa Sortiliena-senpai, yang
kulayani sebagai valet, dan Gorgolosso-senpai, yang Eugeo layani, telah
gagal meraih kemenangan di turnamen tahun ini. Jika Sortiliena-senpai
menang melawan Eldrie dan menjadi juara turnamen, maka dialah orang yang
akan menunggu kami di plaza taman mawar, sebagai Integrity Knight
dengan ingatan yang hilang.
Itu belum semuanya. Jika kasus
dengan Raios dan Humbert tidak terjadi dan semuanya berjalan sesuai
dengan rencana awal Eugeo dan aku, untuk terpilih sebagai wakil akademi
dan memenangkan turnamen tahun depan...Atau mungkin, jika kami gagal
melarikan diri dari penjara bawah tanah dan diseret ke tempat
interogasi. Itu tidak masalah bagi fluctlight alami sepertiku, tapi
Eugeo memiliki kesempatan tinggi untuk berakhir menjadi Integrity Knight
ketiga puluh dua. Ini mungkin arti dari kata, 'pergi mencari wol dan
pulang dicukur'.
Cardinal berbicara dengan suara lembut saat tubuhku menggigil.
"—Karena
itu, dalam dua ratus tahun lebih ini, Administrator terus menguatkan
pertahanannya dan harapanku terhenti. Bahkan aku telah
mempertimbangkannya. Tentang mengapa aku harus repot-repot berurusan
dengan sesuatu seperti ini..."
Mata coklat itu menatap
langit-langit ruang perpustakaan raksasa ini. Kedua matanya berkedip
berkali-kali seolah dia melihat fatamorgana dari sinar matahari yang
hangat melalui kubah batu itu.
"...Dunia yang kulihat melalui
mata pengamat itu indah dan bermandikan cahaya. Ada anak-anak yang
berlari-larian di dataran berumput, gadis yang tersipu merah karena
cinta, dan ibu yang dengan kasih tersenyum pada bayi dipelukan lengan
mereka. Jika tidak ada yang terjadi pada pemilik asli tubuh ini, putri
pemilik toko furnitur itu, saat dia tumbuh dewasa, dia akan menerima
semua itu. Seharusnya dia mampu menjalani kehidupan biasa, mengabaikan
penciptaan dunia, dan mengenang hidupnya yang diberkati sambil menunggu
kematian saat keluarganya merawatnya di usianya yang keenam puluh, tujuh
puluh tahun..."
Apa itu hanya bagian dari imajinasiku bahwa
Cardinal, yang menurunkan bulu matanya saat dia mengeluarkan
kata-katanya dengan bisikan, sedang menggigil perlahan?
"...Aku
benci prinsip perilaku «megoreksi kesalahan proses utama» yang
ditanamkan ke dalam inti jiwaku. Dan aku memutuskan bahwa aku adalah
seorang wanita tua yang akan segera mati. Sebatang pohon tua layu yang
sudah kehilangan semua pancaran hidupnya dan hanya menanti saat Lifenya
habis. Anehnya, cara berbicaraku juga menjadi seperti itu tanpa
kusadari. Pada hari-hari ketika aku melihat pekerjaan manusia melalui
telinga familiar yang aku kirim ke dunia, aku terus berpikir. Mengapa
para dewa dari dunia luar yang menciptakan dunia ini membiarkan
kekuasaan Administrator sendirian...? Dewa Penciptaan Stacia, Dewa
Matahari Solus, dan Dewa Tanah Terraria adalah dewa yang dibuat oleh
Gereja Axiom untuk aturan mereka sendiri, padahal nama dewa yang benar,
«Rath», dapat dilihat di mana-mana pada katalog yang berisi semua daftar
system command. Rath adalah nama gabungan para dewa...dan Cardinal
adalah dewa palsu yang diciptakan oleh mereka, tanpa jiwa, keberadaannya
terbuat oleh dua prinsip perilaku yang ditanamkan ke dalam
Administrator dan aku. Pertanyaan tentang dunia semakin bertambah banyak
seiring aku mengetahui rahasianya, tapi mereka semua tak pernah bisa
terjawab."
"Tunggu...tunggu sebentar."
Tidak dapat mengikuti perkembangan cerita, aku memotong percakapan.
"Lalu...hal
tentang dunia ini menjadi simulasi yang dibuat oleh Rath dan hal
tentang Cardinal asli yang merupakan program dengan dua proses, satu
utama dan satu sub, apa yang kau ketahui itu juga hanya dugaan?"
"Tidak
perlu terkejut. Siapapun bisa mencapai kesimpulan itu dengan hidup
selama dua ratus tahun dan memiliki database system Cardinal."
"Database...Jadi begitu, jadi karena itu kosakatamu berbeda dari penduduk Underworld, huh?"
"Sesuai
dengan rasa sup jagung yang kau minum sebelumnya. Dikatakan, mungkin
banyak penyimpangan antara pemahamanku denganmu...Namun, dugaan ini,
setidaknya pasti akurat. Alasan mengapa Underworld sangat tidak sempurna
meski penciptaanya luar biasa dan mengapa pemerintahan Administrator
tetap diabaikan...hanya ada satu alasan yang mungkin tersisa. Dewa asli,
Rath, tidak ingin manusia yang hidup di dunia ini menjalani kehidupan
bahagia. Malah, kebalikannya...dunia ini hanya untuk pengamatan mereka
apa yang akan penduduk persiapkan ketika kehidupan mereka secara
perlahan-lahan terus ditekan. —Kau mungkin tidak tahu, tapi telah ada
peningkatan kematian di antara manusia yang tidak mampu mempertahankan
lifenya karena berbagai sebab seperti penyakit endemik, serangan
binatang berbahaya, dan hasil panen yang buruk di daerah terpencil dalam
beberapa tahun terakhir ini. Ini adalah fenomena yang ditimbulkan oleh
peningkatan «parameter beban» yang bahkan Administrator tidak mampu
untuk merubahnya."
"Parameter...beban? Sekarang kau
menyebutkannya, kau juga mengatakan sesuatu seperti itu sebelumnya, kan.
Beberapa jenis percobaan beban atau sesuatu yang lain."
"Ya.
Tegasnya, beban tetap terus berlanjut hari demi hari sampai saat ini,
tapi...seperti yang tercatat dalam database, kejadian yang akan muncul
di tahap akhir percobaan beban tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu
yang kecil seperti penyakit."
"Apa sebenarnya...yang akan terjadi...?"
"Telur
ini, yang dikenal sebagai Dunia Manusia, pada akhirnya cangkang
diluarnya akan rusak. Kau tahu itu juga kan, apa yang ada di luar Dunia
Manusia?"
"Dark Territory?"
"Tepat. Dunia kegelapan
adalah perangkat yang dibangun untuk memberikan kesedihan utama pada
rakyat. Aku bilang seperti itu sebelumnya, tapi mereka dicap sebagai
monster dari kegelapan. Goblin, orc, dan ras lainnya adalah makhluk
dengan fluctlight yang sama seperti manusia, namun dengan prinsip
perilaku untuk membantai dan menjarah. Mereka diorganisasi dengan cara
yang mudah, yaitu dengan pernyataan di mana kekuatan menentukan
keunggulan, membangun tentara primitif namun kuat. Populasi mereka
mungkin setengah dari Dunia Manusia, tapi kemampuan bertarung mereka
mungkin jauh melampaui manusia. Kelompok mengerikan itu dengan sabar
menunggu hari tersebut, yang bahkan kata mengerikan tak dapat
menjelaskannya, ketika mereka menyerbu wilayah Dunia Manusia yang mereka
sebut sebagai «ium» dalam bahasa mereka. Kemungkinan hal itu terjadi
tidak terlalu jauh di masa depan."
"Sebuah pasukan..."
Topik
itu tidak hanya membuat orang menggigil. Tidak akan berlebihan jika aku
mengatakan bahwa pemimpin goblin yang bertarung denganku di gua Puncak
Barisan Pegunungan, dua tahun lalu, adalah seorang petarung ganas.
Berpikir simple tentang bagaimana pasukan dengan jumlah beberapa ribu
atau puluhan ribu orang seperti dia akan datang merampok yang membuat
darahku membeku. Aku menggelengkan kepalaku saat berbicara dengan suara
parau.
"...Dunia Manusia memiliki banyak penjaga dan
knight...tapi aku tidak akan berbasa-basi, mereka tidak memiliki
kesempatan untuk menang. Mereka benar-benar tidak memiliki kesempatan
untuk menang dengan ilmu pedang semacam itu di dunia ini yang hanya
berfokus pada nilai seni..."
Dengan itu, Cardinal langsung menjawab dengan anggukan.
"Jelas...Rencana
Rath mungkin ingin membuat Dunia Manusia membentuk sebuah tentara kuat
yang mampu melawan Dark Territory saat ini. Authority penggunaan
peralatan dan sacred art mereka akan meningkat melalui pertempuran terus
menerus terhadap serangan kecil namun gencar dari goblin, sambil
meningkatkan keahlian pedang dan taktik berkelompok untuk pertarungan
yang sebenarnya. Namun, seperti yang kau ketahui juga, situasinya jauh
dari kondisi tersebut. Pendekar pedang tidak pernah mengalami
pertarungan yang sebenarnya, hanya mengejar daya tarik gaya pedang
mereka, dan komandan pasukan, para bangsawan kelas atas, berkubang dalam
kemewahan. Seluruh keadaan ini telah dibentuk oleh Administrator dan
Integrity Knight yang dia ciptakan."
"...Apa maksudmu?"
"Tidak
ada keraguan lagi bahwa Integrity Knight, dengan authority tingkat
tertinggi dan sacred instrument-class equipment yang diberikan pada
mereka sangatlah kuat.Cukup kuat untuk mengalahkan kelompok goblin dari
Puncak Barisan Pegunungan tanpa kesulitan, hanya dengan delapan dari
mereka. —Namun, karena itu rakyat jelata yang seharusnya melawan para
goblin akhirnya hidup selama ratusan tahun tanpa mengalami satupun
pertempuran. Para penduduk tidak tahu apa-apa tentang ancaman yang
mendekat dan hidup tenggelam dalam stagnasi tak berujung yang dikenal
sebagai perdamaian..."
"...Apa Administrator tahu tahap akhir percobaan beban akan segera dimulai?"
"Seharusnya
dia tahu. Namun, dia meremehkan tentara kegelapan, percaya bahwa ketiga
puluh Integrity Knight dan dirinya sendiri mampu untuk mengusir mereka
tanpa hambatan. Keyakinannya begitu mendalam hingga dia bahkan membuat
para naga penjaga di utara, selatan, timur, dan barat yang seharusnya
memberikan dorongan berharga dalam perang, dibantai habis-habisan dengan
alasan bahwa dia tidak bisa mendominasi tindakan mereka. Ini mungkin
akan membuat sedih partnermu jika dia mendegar ini; bahwa orang yang
membunuh naga putih, binatang yang menarik dalam legenda, adalah
Bercouli sendiri setelah direnovasi menjadi Integrity Knight."
"...Akan lebih baik jika dia tidak mendengar cerita itu."
Gumamku
sambil mendesah. Mengingat gunungan tulang yang kulihat di bawah tanah
di Puncak Barisan Pegunungan, aku menutup mata sejenak sebelum
mengangkat wajahku dan bertanya.
"Berbicara realistis, bagaimana
sekarang? Ketika tentara kegelapan datang menyerang, akankah
Administrator dan Integrity Knight bisa melawan mereka sendirian?"
"Itu tidak mungkin."
Cardinal segera membantah.
"Benar,
Integrity Knight memang telah berpengalaman bertahun-tahun dalam
pertarungan sebenarnya, tetapi jumlah mereka terlalu sedikit dan mereka
akan kewalahan. Juga sacred art Administrator memiliki kekuatan bencana
alam, tapi seperti yang aku sebutkan, dia harus mengekspos dirinya dalam
jangkauan musuh juga untuk menggunakan Art itu. Walau tentara kegelapan
tidak sebanding dengan Administrator, sacred art mereka...tidak,
mungkin aku harus menyebutnya dark art, bagaimanapun, mereka memiliki
banyak pengguna system command sebanyak bintang di langit. Walau dia
membakar seratus pengguna Art dengan banjir petir, dia mungkin akan
diserang pada kesempatan berikutnya dengan seribu api. Aku tidak tahu
apakah dia akan mati dengan life besar miliknya, tapi setidaknya bisa
dipastikan dia akan lari kembali ke menara ini."
"Tunggu...tunggu
sebentar. Itu berarti...nasib dunia ini tidak akan berubah terlepas
dari apakah kita akan mengalahkan Administrator atau tidak, kan? Kau
tidak akan mampu mengusir tentara kegelapan meski telah mengembalikan
semua authority dari system cardinal, kan?"
Cardinal menegaskan kata-kata yang kugumamkan dalam keadaan linglung, dengan anggukan dalam.
"Persis
seperti yang kau katakan. Aku tidak memiliki metode lain untuk
menghentikan invasi Dark Territory jika situasinya sudah seperti ini."
"...Dengan
kata lain...asalkan kau menyelesaikan tujuanmu untuk menghilangkan
Administrator, proses utama yang rusak...Kau tidak akan sedikit pun
peduli tentang apa yang akan terjadi pada dunia ini...apa itu
maksudmu...?"
"...Itu mungkin benar."
Suara yang akhirnya keluar itu cukup samar untuk membaur dengan derak api dari lampu sekitarnya.
"Ya...apa
yang kuinginkan mungkin sama saja dengan membiarkan hal itu terjadi
jika kau melihatnya dari sisi banyaknya jiwa yang akan
melayang...Namun... jika kau atau aku hanya duduk di sini dan tidak
melakukan apa-apa, maka segera...aku tidak tahu apakah itu satu atau dua
tahun ke depan, jika pasukan kegelapan akan menyerang Dunia Manusia;
maka desa-desa akan terbakar, ladang akan diinjak-injak, dan banyak
orang akan dibunuh. Kata-kata yang kuketahui gagal untuk
mengungkapkannya...betapa parahnya bencana itu, betapa kejamnya jika hal
itu benar-benar terjadi. —Namun, kau tahu...walau aku memulihkan semua
authorityku dan mengeluarkan perintah yang akan membakar semua monster
kegelapan dengan satu serangan, aku tidak akan menggunakannya. Jika kau
menanyakan alasannya, itu karena mereka tidak memiliki keinginan untuk
menjadi monster. Aku yakin mengatakan ini; bahwa aku tidak bisa
mendapatkan jawaban bahkan setelah seratus tahun aku merenung.
Dengar...walau penguasa seperti Administrator tidak muncul dan dunia
terus berjalan sesuai rencana awal, hal sebaliknya akan terjadi; manusia
akan membangun tentara yang perkasa, menyerbu Dark Territory, dan
menundukkan penduduk negara itu untuk membantai mereka sampai akhir!"
Suara lembut Cardinal perlahan-lahan semakin menajam dan menyerang telingaku dengan sekejap.
"Terlepas
dari sisi mana yang akan jatuh, akhir dunia akan direndam dalam lautan
darah. Bagaimanapun juga, akhir itulah yang dewa, Rath, inginkan.
Aku...aku tidak bisa menerima dewa seperti itu. Aku benar-benar tidak
bisa menerima akhir seperti itu. Karena itu...menyadari bahwa aku tidak
mampu menghentikan pendekatan tahap percobaan beban, aku tiba pada satu
kesimpulan. Tidak peduli apa yang diperlukan, aku akan menghapus
Administrator sebelum saat itu tiba, mengembalikan authorityku sebagai
system cardinal...dan membuat segala sesuatu di Underworld menjadi nol,
baik Dunia Manusia maupun Dark Territory."
"Membuat...nol...?"
Secara mekanik mengulang kata-kata itu, mataku terbuka, terasa seolah itu adalah pertama kalinya mereka seperti itu.
"Sebenarnya apa maksudmu...?"
"Seperti
yang baru saja kukatakan. Aku akan menghapus semua fluctlight yang
disimpan dalam jiwa, LightCube Cluster.Penduduk Dunia Manusia, dan
penduduk kegelapan juga, tanpa terkecuali."
Sebuah tekad dan
resolusi yang kuat terisi pada wajah muda Cardinal, membuatku terdiam
untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, entah bagaimana aku bisa
mengonsep gambar akhir yang ditujukan oleh gadis itu.
"Itu...pada
dasarnya, jika akhir di mana banyak orang akan mati dengan cara yang
kejam dan menyakitkan tak dapat dihindari, bukankah lebih baik jika di
lakukan euthanasia pada semua orang...?"
"Euthanasia...? —Tidak, itu akan menjadi istilah yang salah untuk digunakan."
Mungkin mencari melalui database yang dibangun ke dalam system, Cardinal berkedip sekali sebelum menggeleng.
"Hal
ini mungkin tak terbayangkan bagi manusia di dunia nyata sepertimu,
yang memiliki media kesadaran yang berbeda dari light cube, tapi jiwa
para penduduk yang hidup di dunia ini dapat dihapus dengan momen
manipulasi. Mereka bisa menghilang tanpa sedikitpun perlawanan, tanpa
sedikitpun mereka menyadari hal itu...Itu tidak jauh berbeda dengan
membunuh seseorang, tapi..."
Itu mungkin kesimpulan yang dia
pertimbangkan secara matang dalam waktu lama. Aku hanya bisa merasakan
getaran yang terisi dengan kepasrahan dan kesia-siaan yang mendalam
dalam suara Cardinal saat dia berbicara.
"Tentu saja, idealnya,
cara terbaik bagi dunia ini lepas dari cengkraman Rath selamanya, adalah
dengan menulis sendiri sejarah aslinya. Tidaklah mustahil bagi dunia
ini intuk memiliki rekonsiliasi tanpa darah antara Dunia Manusia dan
Dark Territory meski kehidupan telah berjalan selama beberapa ratus
tahun. Namun...seharusnya kaulah orang yang paling menyadari betapa
kosongnya mimpi itu, untuk menjadi independen dari dewa, Rath, kan?"
Aku tiba-tiba menggigit bibirku dan merenungkan pertanyaan tiba-tiba itu.
Aku
tidak tahu bagian Jepang mana yang merupakan bentuk sejati Underworld
di dunia nyata, dimana Light Cube Cluster besar itu dibangun. Namun,
pastinya, Cluster dan mesin yang menggerakkannya membutuhkan banyak
listrik, jadi niat untuk independen total jelas mustahil terwujud.
Ditambah
lagi, Rath mengelola Underworld sebagai perusahaan non-profit. Kikuoka
Seijirou sebenarnya adalah anggota Self Defense Force dan jika
kecurigaanku akan koneksi mendalamnya terhadap pendiri Rath terbukti
benar, eksperimen ini pasti memiliki tujuan yang melibatkan keamanan
nasional. Walaupun Cardinal berhasil memulihkan semua authoritynya dan
membuka saluran komunikasi ke luar, memohon kemerdekaan bagi Underworld,
mustahil bagi Rath untuk menerima itu.
Ya—berpikir kembali
tentang hal itu, walau aku berhasil mencapai lantai atas Katedral Pusat
dan menghubungi Kikuoka, tidak ada jaminan dia akan mendegarkan
permohonanku untuk melestarikan Underworld seperti sedia kala dengan
berinteraksi dengan Eugeo. Semua fluctlight buatan adalah subyek
percobaan biasa bagi Rath dan dari pertama, Underworld sendiri tidak
lebih dari satu contoh dari beberapa percobaan yang sedang berjalan.
Dengan
kata lain, mungkin hanya ada satu metode tersisa jika fluctlight buatan
ingin mencapai kebebasan dan kemerdekaan sejati—menantang manusia dari
dunia nyata.
Khawatir akan apa yang menunggu jika itu terjadi,
aku memaksa pikiranku untuk berhenti. Mengangkat wajahku, aku menatap
Cardinal, dan memaksa leher kakuku mengangguk.
"...Ya, itu mustahil. Dunia ini terlalu bergantung pada manusia dan energi dari dunia luar."
"Ya...contohnya,
akan seperti kawanan ikan yang dilemparkan ke dalam ember dan tidak
melakukan apa-apa selain menunggu untuk digoreng dalam panci...Yang
paling bisa mereka lakukan adalah melemparkan diri mereka keluar dan
mati."
Aku tidak bisa sekedar mengangguk akan pernyataan yang Cardinal gumamkan dengan suara yang penuh kepasrahan itu.
"Tapi...aku
tidak bisa seluruhnya setuju dengan hal itu, meski aku tidak
benar-benar menentangnya...Solusi yang kau usulkan, menghilang dalam
sekejap tanpa merasakan apa-apa daripada menderita dan mati, mungkin
pilihan yang paling tepat untuk diambil. Tapi aku telah terlibat terlalu
dalam dengan manusia di dunia ini untuk menyetujui itu."
Wajah
tersenyum dari orang-orang yang telah kutemui di Rulid dan Centoria
muncul satu demi satu dalam pikiranku. Tentu saja, aku tidak ingin
melihat mereka dibantai oleh pasukan Dark Territory, tetapi meskipun
demikian, apa bekerja sama dengan Cardinal melalui cara ini dan membuat
jiwa semua orang lenyap adalah metode yang terbaik dan terakhir?
Tidak dapat menghadapi realitas itu, aku menggigit bibirku dan mendengarkan suara tenang Cardinal.
"Kirito,
jika semua authorityku kembali dengan bantuanmu, aku akan mengabulkan
keinginanmu, meski untuk waktu yang terbatas, sebelum aku mengakhiri
Underworld. Jika kau menentukan nama-nama orang yang ingin kau bantu,
aku tidak akan menghapus fluctlight mereka, dan mengarsipkan mereka.
Setelah itu, kau hanya harus mengamankan light cube yang mengandung jiwa
mereka ketika kau melarikan diri ke dunia luar. Aku masih bisa
melakukan sesuatu jika hanya sepuluh. Walau ini bukan pilihan terbaik
bagimu, itu masih syarat sebagai pilihan terbaik kedua."
"......!"
Aku menarik napas tajam pada kata-kata yang tak terduga dan tiba-tiba itu.
Apa sesuatu seperti itu benar-benar mungkin?
Benar,
jika lightcube tidak memerlukan listrik untuk menyimpan informasi dan
aku berhasil membawa mereka keluar dari cluster, dengan aman menjaga
mereka, fluct light didalamnya seharusnya tidak akan rusak. Itu akan
memakan waktu, tapi seharusnya tidak mustahil untuk «mengekstrak» dan
bertemu dengan mereka kembali ketika teknologi STL telah umum suatu hari
nanti.
Namun, masalahnya terletak pada hal itu, cara untuk
mencuri beberapa cube dari Light Cube Cluster, yang kemungkinan berada
di jantung fasilitas penelitian Rath. Aku tidak bisa menyembunyikan
semuanya di dalam sakuku jika light cube adalah sebuah kubus dengan sisi
lima sentimeter, seperti yang Cardinal jelaskan. Walau aku menggunakan
kantong yang bisa menyimpan semuanya, pasti akan banyak memakan waktu
untuk membawanya.
Dengan kata lain, jika aku setuju dengan proposal ini, aku harus memilih jiwa yang harus diselamatkan.
Itu
berbeda dengan memilah data yang akan disimpan pada konsol game biasa.
Fluctlight buatan pada dasarnya adalah manusia, persis seperti diriku.
Aku hanya dapat memilih untuk menyelamatkan sepuluh orang dari kematian
yang tak dapat dihindari. Dan itu hanya karena keakraban mereka
denganku. Apa aku benar-benar memiliki kualifikasi dan hak untuk
melakukan perbuatan seperti itu?
"Itu...itu..."
Mustahil
bagiku, itu kata-kata yang ingin kuucapkan, tapi mereka tertahan di
mulutku dan aku hanya menatap mata Cardinal yang terasa seolah mereka
bisa melihat melalui apa saja dan segalanya. Apa yang keluar sebagai
gantinya, adalah ratapan yang sangat menyedihkan.
"—Dari awal,
mengapa kau memilihku sebagai orang pilihanmu dalam melawan
Administrator? Aku akan memberitahumu terlebih dahulu, tapi aku
benar-benar tidak memiliki keuntungan apapun di dunia ini. Sacred art,
skill pedang, ada banyak orang yang lebih baik dariku di dunia ini. Itu
benar...misalnya, Eugeo akan melakukannya lebih baik. Aku mungkin tidak
akan menang jika dia melawanku dengan serius sekarang."
Setelah dengan sabar mendengar protes pesimisku, Cardinal hanya menggelengkan kepalanya dengan putus asa.
Dia
mengisi cangkir di atas meja, kali ini dengan teh kohiru—atau
kelihatannya seperti itu, tapi itu mungkin kopi—lalu meneguknya.
"...Aku
menyadari kalau tahap percobaan beban, atau invasi Dark Territory tidak
lagi bisa dihindari, dua puluh tahun lalu.Sejak saat itu, aku telah
mencari seseorang yang akan menjadi pedangku jauh lebih putus asa
daripada sebelumnya..."
Seperti mencapai bab terakhir, cerita
yang sangat panjang itu berlanjut, dan aku menelan keluh kesahku dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"...Namun, tidak peduli
seberapa banyak skill pedang atau sacred art yang kuperoleh sebagai
sekutu, orang itu hanya tinggal menghapus hambatan itu untuk
mempertahankan posisinya, membawa para pengawalnya, Integrity Knight."
"...A-Apa masih ada sesuatu yang lain...?"
"Ya.
Selagi aku melakukan pencarian, aku menemukan puluhan cara untuk
mengatasi masalah lain itu, tapi masing-masing dari mereka tidak dapat
diandalkan...Waktu terus bergulir seiring aku bergegas, dan kelompok
barisan terdepan dari Dark Territory terus-menerus menyerang Puncak
Barisan Pegunungan sebagai tahap pertama dari percobaan beban saat aku
menyadarinya. Jumlah mereka cukup untuk membuat kedelapan Integrity
Knight yang dikerahkan gagal dalam menghilangkan mereka semua. —Saat itu
aku mulai berpikir bahwa aku harus menyerah untuk mengembalikan
authorityku melalui pertarungan dan mempertimbangkan untuk membujuk
Administrator, walau itu berarti menawarkan leherku, dan keadaan itu
terus berlanjut...familiar yang kulepaskan mendapat cerita angin yang
beredar di sekitar, kisah yang bisa dianggap sebagai kisah yang
mustahil, di wilayah terpencil bagian utara."
"Kisah mustahil...?"
"Sebuah
rumor tentang sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sekalipun sejak
Quinella menjadi Administrator, setidaknya. Itu tentang salah satu
obyek penghalang yang wanita itu buat di seluruh dunia untuk menghalangi
perluasan tempat tinggal manusia...bagaimana salah satu dari mereka
bisa menebang sebuah pohon raksasa yang menyerap sumber daya dari udara
dengan area yang luas, dan memiliki daya tahan dan prioritas yang sangat
luar biasa, hanya oleh dua orang pemuda."
"...Sepertinya aku telah mendengar cerita itu di suatu tempat..."
"Aku
dengan tergesa-gesa memindahkan familiar yang aku tempatkan di wilayah
utara Norlangarth yaitu Charlotte, untuk mencari kedua pemuda itu. Tepat
ketika mereka hampir berangkat dari desa, aku akhirnya menemukan
mereka. Aku menempatkan Charlotte ke kepala salah seorang dari mereka,
seorang pemuda yang agak ceroboh, dan menyelidiki mengapa mereka mampu
menghilangkan sebuah benda yang hampir mustahil untuk dihancurkan..."
Aku
berpikir untuk mengatakan sesuatu karena dianggap sebagai seorang
pemuda yang agak ceroboh, tapi aku benar-benar tidak menyadari Charlotte
naik di kepalaku selama lebih dari dua tahun, jadi aku sama sekali tak
bisa mendebatnya. Aku mendesak Cardinal untuk meneruskan sambil
cemberut.
"Aku langsung menemukan alasannya. Pedang yang
dimiliki oleh pemuda berambut kuning muda berasal dari kelas yang hanya
ada beberapa buah di dunia, sacred instrument...Namun, keraguan baru
muncul untuk memahami itu. Mengapa para pemuda ini memiliki object
control authority yang tinggi seperti itu? Merasakan kegembiraan yang
tidak aku rasakan dalam waktu lama, aku menajamkan pendengaranku pada
percakapan kedua pemuda itu, siang dan malam. Sebagian besar adalah
pembicaraan bodoh yang benar-benar tidak ada gunanya, namun..."
"M-Maaf tentang itu."
"Ugh,
diam dan dengarkan. —Belum lama, aku akhirnya mengerti alasannya di
kota tempat mereka beristirahat. Cukup mengherankan, kata itu mungkin
tepat untuk diungkapkan karena mereka berdua mengusir unit pengintai
berukuran besar dari Dark Territory seorang diri, kan? Jika itu terbukti
benar, sejumlah besar kenaikan authority point yang biasanya dibagi
antara sepuluh orang akan dimonopoli oleh mereka berdua. Aku mengerti
itulah alasan di balik tingginya authority mereka hingga dapat memakai
sacred instrument, tapi...pada saat yang sama, pertanyaan lain
menyiksaku. Yaitu bagaimana bisa kedua pemuda yang lahir di desa
terpencil itu yang bahkan bukan bagian dari corps penjaga, mengusir
prajurit goblin dari Dark Territory yang memiliki kemampuan bertarung
yang luar biasa? Itu merangkum semuanya."
"Hanya memberitahu, tapi sembilan puluh persen dari itu adalah sandiwara."
Cardinal
tampaknya ingin memarahiku karena menginterupsi lagi, namun dia merubah
pikirannya, menutup mulutnya, dan perlahan-lahan mengangguk.
"Ya...memang,
mungkin bagian itulah yang menyebabkan hasil tersebut. Keraguan itu
akhirnya hilang, tapi itu benar-benar membutuhkan waktu yang lama. Kau
tahu, pemuda berambut hitam...yaitu, kau Kirito, selalu berhati-hati dan
memperhatikan setiap ucapan dan perilakumu terhadap partnermu, Eugeo.
Namun, pada akhirnya pemahaman itu memukulku seperti petir, karena kau
ternyata suka berperilaku seperti binatang yang tidak dipelihara oleh
siapapun, atau dengan kata lain, seperti seekor anjing liar. Kau tidak
terikat dengan Taboo Index sama sekali..."
"...Apa aku benar-benar melakukan sesuatu seperti itu...?"
"Berkali-kali.
Akan kacau jika orang lain melihatnya. —Sejak saat itu, aku menganalisa
makna di balik ucapan dan tindakanmu melalui mata Charlotte.
Terus-menerus, bahkan setelah kalian berdua mencapai ibukota pusat dan
masuk ke dalam North Centoria Akademi Master Pedang. Sudah lebih dari
setaun sejak aku mulai mengamatimu...aku akhirnya menemukan sebuah
jawaban. Singkatnya, kau bukanlah jiwa yang lahir di dunia ini dan
terkurung di dalam sebuah light cube, namun manusia dari dunia
luar...dunia di mana dewa pencipta yang asli, Rath, tinggal..."
"—Kalau
begitu aku pasti telah mengecewakanmu. Bagaimanapun juga, aku tidak
memiliki hak supervisor yang biasanya aku miliki, belum lagi aku bahkan
tidak memiliki metode untuk berkomunikasi dengan Rath...kenapa, aku
bahkan tidak tahu apa yang terjadi di luar sekarang..."
Aku
berbicara dengan nada meminta maaf karena aku hanya bisa memberikan
sedikit bantuan, Cardinal mengguncang jari telunjuk kanannya sambil
tertawa ringan.
"Aku tahu itu dari awal. Bagaimanapun juga, jika
kau memiliki system authority di atas Administrator, kau tidak perlu
mengalahkan goblin dengan pedang, dan menderita luka selama proses. Aku
juga tidak dapat menemukan alasan mengapa kau muncul di Underworld dalam
keadaan seperti ini. Aku kira itu mungkin karena kecelakaan...atau
mungkin untuk mengumpulkan data melalui ingatan, pengetahuan, dan
authority terbatasmu. Aku akan kagum jika kau tidak diberikan kompensasi
yang besar jika itu karena alasan yang terakhir."
"...Ya, kau benar. Aku tidak tahu apa yang harus kupikirkan tentang diriku sendiri jika karena alasan yang terakhir."
Mengingat rasa sakit dari luka bahu kiriku, aku bergumam tadi.
"Apapun
itu, kau tetaplah harapan terbesarku. Bagaimanapun juga, keberadaanmu
telah menghancurkan penghalang penting lain dalam pertempuran melawan
Administrator yang aku bicarakan sebelumnya."
"Sebenarnya apa hambatan itu?"
"—Melaksanakan
Synthesis Ritual membutuhkan perintah panjang dan parameter penyesuaian
yang luas. Termasuk tahap persiapan, itu menghabiskan waktu sekitar
tiga hari."
Cerita tiba-tiba melompat ke depan dan sekali lagi
aku terbingung. Tapi bibir Cardinal terus bergerak, menunjukkan kalau
dia tidak tahu hal itu ada di wajahku.
"Singkatnya, hampir tidak
perlu menggunakan sacred art yang bisa mengakses light cube secara
langsung kedalam akun saat pertarungan normal. Dengan kata lain, jiwamu
tidak akan diambil alih dan dicuci otak untuk menjadi Integrity Knight
di tengah-tengah pertempuran. Namun, bagaimana jika Administrator
menyerah dalam menangkap prajurit yang kupilih dan mencoba untuk
menghapusnya saja...? perintah yang diperlukan cukup singkat dan
parameter penyesuaiannya pun rendah. Itu bahkan mungkin lebih cepat
daripada membuat penjaganya bertarung. Aku bisa mengimbangi serangan
yang mengurangi life dengan peralatan dan sacred art. Namun, tidak ada
pertahanan yang bisa melawan serangan yang menyerang fluctlight. Aku
memeras pikiranku dalam waktu yang lama ketika aku menyadari kemungkinan
itu."
"...Serangan kepada jiwa...itu cukup mengerikan..."
"Ya.
Master dalam hal apapun akan kehilangan kekuatan dan ingatannya akan
hancur...Karena itu, Kirito, kaulah satu-satunya orang yang mampu
menghadapi serangan itu. Seperti yang kuduga, bahkan Administrator
sekalipun tidak dapat meletakkan tangannya pada sacred instrument dari
dunia luar, «STL», yang kau gunakan untuk memindahkan jiwamu ke
Underworld. Karena perintah untuk itu tidak ada. Apa kau paham alasan
mengapa aku begitu menunggu kedatanganmu saat ini? Alasan mengapa aku
memaksimumkan jumlah pintu dan terus menunggu kedatanganmu dengan tak
sabar, dalam rangka untuk membawamu ke dalam Ruangan Perpustakaan Besar
ketika kau memenangkan Turnamen Kesatuan...atau mungkin, sebelum kau
diseret ke area interogasi setelah melangkah ke Gereja Axiom sebagai
penjahat yang melanggar Taboo Index...?"
Akhirnya, kisah
biografi yang sangat panjang ini telah sampai ke titik terakhir, dan
Cardinal mengambil napas dalam-dalam saat rona merah samar muncul di
pipinya.
"...Jadi begitu, jadi itu alasannya..."
Aku
masih tidak tahu alasan mengapa aku masuk ke dalam Underworld.
Sebaliknya, aku malah mengatakan bahwa alasan itu adalah untuk menemukan
metode berkomunikasi dengan Rath yang kupikir hanya akan ada di inti
dunia, Gereja Axiom, sebagai tujuanku.
Namun, aku hanya bisa
berpikir kalau perjuanganku ke tempat ini memang benar-benar telah
ditakdirkan, ketika gadis ini, yang telah hidup dalam waktu yang lama,
dengan jelas menyatakan hal itu. Apa ini memang nasibku untuk mencoba
mengerahkan semua usahaku untuk membantu Cardinal dan menyelamatkan
beberapa orang ke dunia nyata, meski itu hanya sepuluh, dengan
keberhasilan yang tidak terjamin dalam pertarungan melawan
Administrator—?
Tidak, sebelum membicarakan nasib atau
semacamnya, aku tidak bisa menemukan alasan untuk menolak gadis di depan
mataku, yang dengan sungguh-sungguh menunggu saat ini selama dua ratus
tahun. Dia mengatakan bahwa dia adalah program tanpa emosi berkali-kali,
tapi aku tidak mempercayai hal itu karena mendengar ceritanya yang
sangat panjang. Cardinal, pastilah manusia yang memiliki emosi
sepertiku. Aku yakin itu, walau terikat oleh perintah, meski harapannya
hanya satu—mengoreksi dunia.
"Bagaimana, Kirito. Aku tidak bisa
memaksamu...jika kau tidak dapat menyetujui rencanaku untuk
mengembalikan dunia menjadi nol, aku akan memberikan Eugeo dan dirimu
posisi apapun yang sesuai dengan keinginanmu. Dalam situasi ini, kalian
berdua harus mengatasi semua kesulitan untuk mengalahkan Administrator,
dan kemungkinan besar kalian juga akan bertarung denganku setelah kalian
mencapai tujuan kalian masing-masing, tapi...aku bisa katakan bahwa itu
juga, adalah takdir..."
Memgumamkan itu, Cardinal kemudian
menunjukkan senyum yang berbeda, senyum yang paling tepat untuk usianya
sejak dia mengundang kami ke ruang perpustakaan ini.
Setelah cukup lama terdiam, aku menjawab pertanyaan gadis itu dengan keinginanku sendiri.
"Cardinal...Jiwamu adalah salinan Quinella, itu yang kau katakan, kan...?"
"Ya, itu benar."
"Kalau
begitu...Kau pasti juga memiliki darah bangsawan murni. Gen untuk
mengejar kepentingan dan keinginanmu sendiri...Mengapa kau tidak
membuang semuanya dan mencoba untuk melarikan diri? Seharusnya mungkin
bagimu untuk melarikan diri ke beberapa desa kecil, begitu jauh hingga
Administrator tak dapat melacakmu, dan jatuh cinta, menikah, dan
membesarkan anak-anak seperti seorang gadis biasa...bahkan mungkin
meninggal karena usia tua dalam kebahagiaan. Bukankah itu keinginanmu?
Darahmu pasti memerintahkanmu untuk mengikuti
keinginanmu...terus-menerus selama dua ratus tahun. Mengapa kau menolak
perintah itu dan terus menunggu selama lebih dari dua ratus tahun di
tempat seperti ini sendirian...?"
"Kau memang orang yang sangat-sangat bodoh."
Cardinal tersenyum.
"Aku
sudah bilang, bahwa semua kepentingan dan keinginanku hanyalah satu
karena tujuan keberadaan sub-proses Cardinal tertanam di dalam jiwaku,
yaitu untuk menghilangkan Administrator dan menormalkan dunia. Dalam
pikiranku, sebuah dunia normal tidak lagi bisa dicapai tanpa
mengembalikannya ke ketiadaan total. Karena itu—Karena itu, aku—"
Ada
jeda mendadak dalam kata-katanya, jadi aku menatap kacamata Cardinal.
Mata coklat yang terbakar terbuka lebar itu tampak bergetar dengan kuat,
mungkin karena menahan semacam emosi. Dengan segera, bibir itu bergerak
dan suara yang begitu pelan hingga aku hampir tidak bisa mendengarnya
keluar.
"...Tidak...Aku kira itu salah...Aku juga...aku juga
memiliki keinginan, satu keinginan...Sesuatu yang ingin aku pahami
dengan biaya apapun...dalam dua ratus tahun ini..."
Kelopak
matanya menutup dan membuka sekali lagi, Cardinal menatapku tajam. Dia
menggigit bibirnya dengan ragu-ragu dan sesaat mengenggam tangannya
bersama-sama, tapi kemudian dia tiba-tiba turun dari kursi dan berdiri
dengan bunyi gedebuk.
"Hei, Kirito, Kau juga berdiri lah."
"Hah...?"
Aku
berdiri dari tempatku. Cardinal mendongak sedikit untuk melihat diriku,
berdiri tegak dengan kepala terlihat ragu-ragu. Badanku tidak terlalu
tinggi, tapi tetap saja, perbedaan tinggiku cukup banyak dibandingkan
degan gadis yang penampilan luarnya berumur sekitar sepuluh tahun ini.
Cardinal
mengerutkan keningnya saat dia memeriksa sekeliling kami, menempatkan
kaki kanannya ke kursi yang dia duduki, dan naik dengan beberapa usaha.
Berpaling padaku, dia mengangguk seolah memeriksa apakah tinggi mata
kami sejajar.
"Mari kita mulai. Hei Kirito, kemari."
"...?"
Dengan tetap bingung tentang situasi ini, aku mengambil beberapa langkah dan berdiri di depan Cardinal.
"Lebih kedepan."
"Ehh?"
"Berhentilah mengeluh."
Ada
apa, aku bertanya-tanya ketika aku maju sedikit demi sedikit. "Itu
sudah cukup" pada saat aku diperintahkan berhenti, ubun-ubun kami telah
menyentuh satu sama lain. Cardinal menatap mataku sekilas, saat aku
berkeringat dingin, dan segera memalingkan muka, dan menerima perintah
lain.
"Lebarkan tanganmu."
"...Seperti ini?"
"Belokkan mereka di depan dan buatlah cincin."
"......"
Tentunya,
dia tidak akan memukulku dengan tongkat, atau sesuatu seperti itu, saat
aku mengikuti intruksinya-ragu-ragu, aku perlahan-lahan menggerakkan
lenganku, melewati tubuh Cardinal, dan memegang jari kiri dan kananku
bersama-sama di tempat yang cukup jauh dari punggungnya.
Setelah
menghabiskan beberapa detik yang diisi dengan keheningan yang canggung,
Cardinal membuat suara klik yang sedikit manis dengan lidahnya.
"Ugh, tidakkah kau malu?"
Apa kau menujukannya padaku. Aku tidak bisa mengarahkan pikiranku ke mana-mana sebelum aku menghentikannya di tengah-tengah.
Jubahnya
terbuka, dua lengan Cardinal dengan takut-takut melewati punggungku dan
aku bisa merasakan dia mengerahkan kekuatan yang sangat pelan melalui
kain bajuku. Topi besar yang bertabrakan dengan dahiku membuat suara
jatuh ke meja dan rambut keriting berwarna kastanye menyentuh pipi
kiriku. Sedikit berat dan panas samar bisa kurasakan di bahu dan dadaku.
"......"
Setelah menahan sebisaku dalam keheningan yang
semakin memberat ini, aku mencoba untuk menanyakan alasan di balik
situasi ini. Namun sebelum aku bisa, suara Cardinal yang hampir tak
terdengar keluar menuju atmosfer Ruangan Perpustakaan Besar ini.
"Jadi begitu...jadi ini adalah..."
Mengikuti perintahnya, aku mendesah—
"...Jadi ini artinya menjadi manusia?"
Napasku langsung tertahan.
Jika
ada sesuatu yang Cardinal ingin tahu, setelah menghabiskan dua ratus
tahun merenung tentang segala sesuatu, jelas tidak akan ada jawaban lain
selain kontak dengan manusia lain, kan?
Dasar dari kata manusia
adalah berhubungan dengan orang lain. Menjadi manusia berarti bertukar
kata dengan orang lain, menggenggam tangan satu sama lain, merasakan
kontak diantara jiwa.
Meski begitu, gadis ini telah hidup selama dua ratus tahun sendirian, dikelilingi oleh buku yang sama sekali tak bisa bicara.
Aku
akhirnya dengan jelas bisa memahami hidup yang telah dilalui Cardinal,
dengan tingkat realitas tertentu. Pada saat yang sama, aku menggerakkan
lengan kiri dan kananku, dengan kuat menarik punggung gadis itu ke
arahku.
"...Hangat..."
Ada sesuatu yang berbeda dengan suara Cardinal dibandingkan dengan sebelumnya, mendesah seperti bergumam.
Aku juga bisa merasakan tetes kecil air mata pada saat itu, membawa rasa hangat saat mereka dengan lembut menyentuh pipiku.
"...Berharga...setidaknya...dua ratus tahun hidupku...tidak sia-sia..."
Air matanya terus mengalir satu demi satu, sebelum menghilang di suatu tempat.
"Aku puas...hanya mengetahui kehangatan ini...ini sudah cukup, untuk hadiah..."
Aku tidak tahu berapa lama kami tetap seperti itu, tapi perutku sudah terasa kosong ketika perasaan lembut itu berakhir.
Turun
dari kursi, Cardinal mengangkat topinya yang jatuh dan menepuk-nepuknya
sebelum menempatkannya di kepala. Mendorong kacamata bulatnya saat dia
kembali menatapku, mimik wajahnya sudah kembali seperti sebelumnya.
"Berapa lama lagi kau mau berdiri kebingungan seperti itu?"
"...Itu terlalu berlebihan..."
Protes
terhadap kata-katanya yang membuatku berpikir kalau air mata sebelumnya
adalah khayalan, aku mengambil tempat duduk di tepi meja. Cardinal
dengan diam menungguku menyilangkan tanganku dan menarik napas panjang
sebelum menanyakan pertanyaan terakhir.
"—Jadi, apa kau sudah memutuskan? Maukah kau menerima proposalku, atau menolaknya?"
"......"
Aku, sayangnya tidak cukup memiliki ketegasan untuk segera menjawabnya.
Secara
logika, memilih sepuluh orang yang harus kuselamatkan dan meminjam
bantuan Cardinal untuk melarikan diri ke dunia nyata akan menjadi hasil
terbesar yang bisa kuharapkan—untuk saat ini, kupikir. Bagaimanapun
juga, aku tidak bisa merumuskan pilihan alternatif lain yang lebih baik
dalam kondisiku saat ini.
Tapi itu bukan berarti aku tidak bisa
memikirkan apapun. Aku ingin mempercayai itu. Oleh karena itu, setelah
mengangkat wajahku, aku menatap lurus Cardinal dan berbicara.
"...Aku mengerti. Aku akan berpartisipasi dalam strategimu. Tapi..."
Seolah memeras keluar setiap kata, satu persatu, aku melanjutkan.
"Tapi
aku tidak akan berhenti berpikir. Bahkan ketika kita mulai berperang
melawan Integrity Knight dan Administrator, aku akan terus mencari
metode lain. Sebuah solusi yang entah bagaimana akan menghidari fase
tragedi percobaan beban dan membuat perdamaian dunia dapat terus
bertahan."
"Astaga, optimismemu terlalu bodoh, tahu. Meski aku sudah mengetahui itu."
"Nah,
kau tahu...Aku juga tidak ingin kau menghilang. Jika kau mengatakan
padaku untuk memilih sepuluh orang, kau akan termasuk disana, jangan
buat kesalahan tentang itu."
Cardinal segera menyelimuti matanya
yang terbuka lebar dalam sekejap, dengan naungan cemoohan dan
menggeleng dengan gerakan berlebihan.
"...Dan diatas semua itu, kau benar-benar bodoh. Jika aku melarikan diri, siapa yang akan menghapus dunia ini?"
"Seperti
yang aku katakan...Aku paham keadaannya, tapi aku tidak bisa
menyia-nyiakan perjuanganmu, itu saja yang bisa kukatakan."
Menggelengkan
kepalanya dengan putus asa pada alasanku, gadis itu berbalik
menghadapkan punggungnya padaku. Suara yang tersapu angin pelan itu
menyebabkan jubahnya berkibar dengan tenang, menyembunyikan dua ratus
tahun isolasi yang sama sekali mustahil untuk dihapuskan hanya dengan
kontak sesaat.
"Hari akan datang ketika kau juga...merasakan
pahitnya kepasrahan...Bukan saat ketika kau memberikan semua yang kau
punya dan gagal...tapi saat dimana kau memang harus menerima premis
kegagalan...—Sekarang, mari kita kembali. Sepertinya partnermu akan
segera selesai membaca buku-buku sejarah. Mari kita bahas rincian
konkret untuk rencana kita dari sekarang dengan Eugeo."
Memukul tongkatnya ke lantai batu, Cardinal berpaling ke arah kamu masuk dan mulai berjalan, tanpa sedikitpun menatapku.
Bagian 2
Seperti
yang Cardinal perkirakan, Eugeo baru saja menutup buku besar di atas
pangkuannya sambil duduk di tengah-tengah tangga ketika kami kembali ke
rak buku-buku sejarah.
Matanya berkedap-kedip bingung seolah dia
belum terbangun dari ratusan tahun laporan sejarah saat aku
memanggilnya sambil berjalan mendekat.
"Itu butuh waktu beberapa saat. Maaf telah membuatmu menunggu sendirian."
"Maaf telah meninggalkanmu sendirian."
Mendengar itu, bahu Eugeo tiba-tiba bergetar dan dia mengedipkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menatapku.
"Ah...aah, Kirito. Sudah berapa lama...?"
"Eh? Erm..."
Aku menatap bingung ke sekeliling, tapi tidak ada satu jendelapun disini,apalagi jam. Cardinal perlahan berdeham dan menjawab.
"Sudah sekitar dua jam, matahari benar-benar di tengah langit sekarang. —Bagaimana, sejarah panjang Dunia Manusia?"
"Hmm...bagaimana aku harus mengatakan ini...?"
Ketika ditanya, Eugeo menggigit bibirnya berkali-kali seakan mencari kata-kata, kemudian bergumam dengan nada tegas.
"...Apa
segala sesuatu yang tertulis di dalam buku ini benar-benar terjadi? Ini
seperti...sedang membaca serangkaian dongeng yang ditulis...kau tahu,
sebagian besar episode berjalan seperti, beberapa jenis masalah terjadi
pada suatu waktu dan suatu tempat, Integrity Knight tiba dan memecahkan
masalah, dan sejak saat itu, peraturan baru seperti ini dan itu
ditambahkan ke Taboo Index...itu penuh dengan cerita seperti itu."
"Mau
bagaimana lagi, itu adalah fakta sejarah. Mereka seperti jaring dengan
air yang dituangkan dan tumpah melalui celah-celahnya, menutup
kekosongan, saling sambung-menyambung, seperti itulah organisasi Gereja
Axiom."
Cardinal dengan enteng mengeluarkan kata-kata itu,
membuat Eugeo melebarkan matanya. Wajar saja, sebab itu yang mungkin
pertama kalinya dia bertemu seseorang yang mengkritik gereja, belum lagi
dia adalah seorang gadis muda—meskipun, itu hanya penampilan luarnya.
"Aah,
dia disebut Cardinal. Err...dia dibuang oleh pendeta tertinggi saat
ini, Administrator, dan pernah menjadi pendeta tertinggi juga."
Setelah
aku memberikan pengenalan ringkas itu, Eugeo menjauh sambil membuat
suara aneh dari belakang tenggorokannya saat dia menelan ludah.
"Tidak, tak perlu takut. Sepertinya dia bersedia untuk membantu kita meski kita akan bertarung melawan para Integrity Knight."
"Mem...membantu kita...?"
"Ya.
Orang ini memiliki tujuan untuk mengalahkan Administrator dan
mengembalikan posisinya sebagai pendeta tertinggi. Jadi...yah, kami
memutuskan untuk membentuk aliansi."
Tak ada sedikitpun
kebohongan dalam penjelasan yang kusederhanakan tadi, tapi penjelasan
tentang semua penghuni Underworld yang akan dihapus setelah Cardinal
mendapatkan authoritynya adalah sesuatu yang tidak bisa kujelaskan. Aku
mungkin harus membicarakannya dengan Eugeo suatu hari nanti, tapi tetap
saja, aku sama sekali tidak memiliki ide bagaimana aku nanti bisa
memulai pembicaraan tentang ini.
Seakan dibalut dalam ketaatan,
partnerku menatap Cardinal tanpa adanya sedikitpun rasa ketidakpercayaan
di matanya dan tersenyum gugup.
"Benarkah...itu akan sangat
membantu, sungguh. Jika dia pernah menjadi pendeta tertinggi, maka
apakah dia tahu kalau Alice...sang Integrity Knight, Alice Synthesis
Thirty, adalah orang yang sama dengan Alice Schuberg dari Rulid...? Jika
iya...bagaimana metode untuk membuat Alice kembali seperti semula...?"
Cardinal menurunkan bulu matanya sedikit mendengar pertanyaan Eugeo, yang bertanya dengan tergagap.
"Aku
minta maaf, tapi...informasi yang bisa kudapatkan dari tempat ini
sangat terbatas. Pada dasarnya, aku juga tidak tahu apa-apa, selain dari
jumlah familiar pengamatku yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Aku
mungkin masih tahu jika itu adalah insiden di dalam Kathedral atau di
pusat Centoria, tapi jika di daerah terpencil hanya akan...Aku tahu
kelahiran seorang Integrity Knight bernama Alice, tapi aku benar-benar
tidak tahu tentang asal-usulnya untuk saat ini..."
Bahu Eugeo
sedikit merosot setelah mendengar kata-kata itu, tapi dia dengan tajam
menarik napas setelah mendengar kata-kata selanjutnya.
"—Namun,
aku bisa mengajarkan metode untuk mencabut sacred art yang melahirkan,
tidak, yang menghasilkan Integrity Knight, «Synthesis Ritual»."
Cardinal menatap Eugeo dan aku secara berurutan, kemudian berbicara dengan nada tegas.
"Kau tinggal menghapus «Piety Module» yang dimasukkan ke dalam jiwa mereka."
"Pahy...moju...?"
Aku
menambahkan beberapa informasi untuk Eugeo, yang mengulangi kata-kata
asing dari bahasa Inggris, tidak, pengucapan suci dengan kesulitan.
"Modul,
er, memiliki arti 'bagian' dalam pengucapan suci. Ingat, kau melihatnya
ketika kita bertarung melawan Integrity Knight Eldrie di taman mawar,
kan? Ketika pria itu menjadi aneh di tengah pertarungan..."
"Aah...sesuatu yang tampak seperti batang kristal ungu yang keluar dari dahinya..."
"Ya, itulah artinya."
Mengangkat
tongkat di tangan kananya, Cardinal menggambar garis horizontal di
udara dengan ujungnya, lalu menggerakkannya seakan memotong garis di
sekitar bagian tengahnya.
"Piety Module dimasukkan untuk
menghambat ingatan. Melalui itu, sejarah dari orang yang akan menjadi
seorang Integrity Knight akan disegel, sekaligus memaksa kesetiaan
mutlak terhadap Gereja Axiom dan pendeta tertinggi. —Namun, stabilitas
paksaan dan kompleks art seperti itu tidaklah tinggi. Jika ingatan
penting di sekitar modul menerima rangsangan eksternal dan menjadi
aktif, Art itu akan mulai terhapus seperti yang kalian berdua lihat."
"Dengan
kata lain...untuk menghilangkan Art itu ,kami hanya tinggal
mengembalikan ingatan masa lalu Intergrity Knight, begitu kah?"
Tanyaku dengan semangat, namun Cardinal tidak mengangguk.
"Tidak...itu tidak cukup. Ada satu hal lagi, satu hal lain yang kau butuhkan."
"A-Apa itu?"
Eugeo yang bertanya kali ini.
"Apa
yang awalnya ada sebelum modul itu telah dimasukkan. Dengan kata lain,
fragmen memori yang paling dihargai oleh Integrity Knight. Biasanya,
ingatan tentang orang yang paling mereka cintai. Apa kalian ingat apa
kata-kata yang paling banyak dikatakan oleh Integrity Knight yang kalian
lawan?"
Eugeo menjawab sebelum aku bisa mengingatnya.
"Ya. Itu adalah nama ibunya. Kristal itu tampak seperti akan jatuh sedikit lagi ketika dia mendengar nama ibunya."
"Lalu
ada kemungkinan seperti itu. Ingatan yang diekstrak dari Eldrie
berhubungan dengan ibunya, itulah di mana modul itu tertanam. Kau tahu,
meski ingatan masa lalu Integrity Knight sama sekali tidak penting bagi
Administrator, memori dan kemampuan itu berhubungan. Jika semua ingatan
mereka dihapus, kekuatan mereka sebagai knight akan...bahkan keahlian
berpedang dan teknik sacred art mereka akan hilang. Oleh karena itu, dia
menahan diri untuk menghapus semua ingatan mereka. Aku menghapus
sebagian besar ingatanku untuk memperpanjang hidupku, tapi aku
kehilangan banyak pengetahuan dan kemampuan yang kucapai dalam kurun
waktu itu juga..."
Menambil napas pendek, Cardinal menambahkan.
"...Aku
akan mengatakan ini lagi, semua fragmen memori yang paling penting bagi
Integrity Knight telah dicuri oleh Administrator. Kecuali kau
mengembalikan itu, aliran ingatan mereka tidak akan kembali seperti
semula, walau kau menghapus piety module. Dalam skenario terburuk,
ingatan mereka sendiri yang akan mengalami kerusakan parah."
"Fragmen memori...La-Lalu...bagaimana jika Administrator merusak hal itu ketika menariknya menjadi knight...?"
Aku dengan gugup bertanya, dan Cardinal perlahan menggeleng dengan ekspresi yang rumit.
"Tidak...aku
meragukan hal itu. Administrator adalah seorang wanita yang sangat
cermat, tidak mungkin baginya untuk merusak sesuatu walau hal itu hampir
tidak berguna. Harus tidak ada kesalahan apapun agar dia tetap aman di
kamarnya sendiri...lantai atas Katedral Pusat..."
Lantai atas
Kathedral—bagian dari ingatanku serasa ditusuk saat aku mendengar
kata-kata itu, tapi itu menghilang sebelum aku bisa menahannya. Selagi
merasakan iritasi aneh, aku bergumam.
"Jadi itu berarti...kita
membutuhkan fragmen memori yang dicuri itu untuk mengembalikan ingatan
Integrity Knight seperti semula, tapi kita harus menerobos penjagaan
knight dan mencapai lantai atas di mana Administrator berada, untuk
mendapatkan hal itu, huh..."
"Jangan sampai berpikir naif untuk memperoleh kemenangan atas Integrity Knight tanpa membunuh."
Cardinal berbicara sambil menatapku sekilas.
"Apa
yang dapat kulakukan untuk kalian berdua hanyalah untuk menyediakan
peralatan yang setara dengan Intergrity Knight. Sisanya tergantung pada
semua usaha kalian berdua dalam pertempuran."
"Eh...kau tidak pergi bersama kami?"
Berharap
kalau punggung kami akan memiliki dukungan yang meyakinkan karena dia
mampu menggunakan Art penyembuhan, aku bertanya kembali tanpa berpikir.
Tapi Cardinal dengan singkat menggeleng.
"Jika aku meninggalkan
Ruangan Perpustakaan Besar, Administrator akan merasakan hal itu segera
dan itu mungkin akan berkembang menjadi perang habis-habisan melawan
semua Integrity Knight di dalam Kathedral dan juga perempuan itu
sendiri. Jika kalian berdua yakin dalam bertarung dan mengalahkan
sepuluh Integrity Knight sekaligus, baru aku tidak keberatan, jadi?"
Jika dia bertanya sekejam itu, Eugeo dan aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan.
"—Namun,
Administrator belum membuang rencananya menangkap kalian berdua dan
membuat kalian menjadi Integrity Knight. Jika kalian berdua pergi
sendiri, dia harus mengirimkan sejumlah kecil knight dan mencoba untuk
menangkap kalian berdua hidup-hidup. Tidak ada cara lain selain
menerobos para knight satu demi satu dan berlari menuju Kathedral."
"Mgh..."
Benar,
kami harus membagi musuh walau itu berarti kami harus menggunakan diri
kami sebagai umpan, jika kami melawan dengan jumlah yang unggul. Tapi
walau itu berhasil, lawan kami adalah Integrity Knight, yang terkuat di
dunia. Kami bertarung habis-habisan melawan Eldrie, jadi aku hanya bisa
menyerah jika ada dua knight yang datang.
Eugeo berbicara menggantikanku, selagi aku tenggelam dalam keheningan, dengan cahaya yang agak suram di matanya.
"—Aku
mengerti. Aku akan bertarung jika diperlukan dan jika tidak ada pilihan
lain selain membunuh...aku tidak akan menghindari itu. Aku keluar dari
penjara dengan resolusi itu dari awal...Namun, jika Alice yang
muncul...—Aku tidak akan bertarung dengannya, bagaimanapun juga, aku
datang kesini untuk membawanya kembali."
"Fm...itu benar. Eugeo,
aku juga bersimpati dengan tujuanmu. —Baiklah, jika Integrity Knight
Alice berdiri didepanmu, kau akan melakukannya dengan baik jika
menggunakan ini."
Cardinal berkata, dan apa yang dia ambil dari jubah hitamnya adalah dua belati yang sangat kecil.
Mereka
memiliki bentuk yang sederhana, seolah seseorang hanya mempertajam sisi
yang paling panjang. Detil hiasannya hanyalah rantai tipis yang
melewati lubang di gagang. Cardinal memberikan Eugeo dan aku
masing-masing satu belati yang berwarna cokelat tua berkilau itu. Aku
menerimanya, menggenggam pegangannya yang sangat tipis di antara ujung
jariku, dan hampir menjatuhkannya karena beratnya tak terduga.
Panjangnya bahkan tidak mencapai dua puluh sentimeter, tapi berat yang
aku rasakan tidak jauh berbeda dari pedang latihan di Akademi Master
Pedang.
"Apa ini...? Senjata rahasia yang dapat membunuh dalam satu serangan atau sesuatu seperti itu?"
Memasukkan
jariku kedalam rantai, aku menatap belati yang menggantung di depan
wajahku saat aku bertanya, dan Cardinal menggeleng dengan keras.
"Belati
itu sendiri hampir tidak memiliki kemampuan ofensif, meski
penampilannya seperti itu. Namun, akan ada jalur yang terhubung antara
aku, di Ruangan Perpustakaan Besar, dengan orang yang tertikam oleh itu.
Dengan kata lain, berbagai sacred art yang dapat kugunakan akan
mempengaruhi target. Bagaimanapun, belati itu awalnya adalah bagian dari
diriku. —Eugeo, hindari serangan Integrity Knight Alice dan tusuk itu
ketubuhnya di suatu tempat, posisi bukanlah masalah. Ini hampir tidak
akan mengurangi life sedikitpun. Pada saat itu, aku akan membuat Alice
tertidur nyenyak dengan art ku...sampai kalian berdua mengembalikan
ingatan gadis itu dan bersiap-siap untuk menghapus synthesisnya."
"Tertidur...nyenyak..."
Sepertinya
Eugeo berada dalam keadaan setengah percaya dan setengah tidak percaya,
saat dia menatapi belati cokelat tajam di telapak tangannya. Dia pasti
dengan enggan menyakiti Alice, walau dengan senjata yang bahkan lebih
tipis dari pisau kertas.
Aku dengan pelan menepuk punggung partnerku dan berbicara.
"Eugeo,
mari kita percayai orang ini. Jika kau berpikir tentang hal ini, kita
harus membuat Alice pingsan atau sesuatu seperti itu jika kita harus
bertarung dengannya dan kita pasti akan terluka cukup serius, sama juga
dengannya. Dalam perbandingan, ditusuk belati seperti ini hanya akan
seperti disengat oleh lalat kuda rawa besar."
"...Meski serangga itu tidak menyengat manusia."
Mungkin
suasana hatinya telah pulih, tapi Eugeo mengoreksi kata-kata asalku
seperti ketika kami berada di akademi. Kemudian dia berbalik kembali ke
Cardinal.
"Aku mengerti. Jika aku tidak dapat membujuk Alice, izinkan aku untuk memanfaatkan ini kalau begitu."
Menggenggam
belati dalam telapak tangannya dengan erat, dia membungkuk dengan dalam
seakan meyakinkan dirinya sendiri. Aku menghela napas lega juga,
melihat belati berbentuk salib yang menggantung di tangan kananku.
"...Cardinal, kau mengatakan bahwa belati ini adalah bagian darimu sebelumnya, kan? Apa yang kau maksud dengan itu?"
Cardinal mengangkat pelan bahunya pada pertanyaanku.
"Walau Administrator dan aku mampu menghasilkan setiap benda, itu tidak seperti kami bisa menghasilkan mereka dari kehampaan."
"Hah...?"
"Sumber
daya yang ada di dunia ini terbatas. Kau pasti memahami itu dari
bagaimana lahan pertanian tidak bisa ditanami di sekitar Gigas Cedar
yang kalian berdua tebang, kan? Dalam cara yang sama, jika aku harus
membuat sebuah objek dengan prioritas tertentu, aku harus mengorbankan
eksistensi yang sama dengan itu. Ketika aku sebelumnya memiliki
kesempatan bertarung melawan Administrator, dia menciptakan pedang, dan
aku, tongkat—tapi dalam sekejap, semua harta berharga di dalam ruangan
itu seluruhnya lenyap, hehe."
Cardinal memukul tongkat di tangan kanannya ke lantai batu dan gagal untuk menahan tawanya yang agak senang.
"—Namun
seperi yang kau lihat, Ruangan Perpustakaan Besar adalah ruangan
tertutup. Walau aku mencoba untuk membuat senjata dengan prioritas
tinggi, tidak ada objek yang dapat melakukan pertukaran setara. Jumlah
buku sebanyak ini memang bisa, yah, karena mereka juga bisa dikatakan
berharga, tapi itu hanya berlaku untuk konten mereka, jadi...aku
berpikir untuk menggunakan tongkat ini juga, tapi ini dibutuhkan dalam
pertarungan melawan Administrator, hingga akhirnya hanya satu benda yang
tersisa, yaitu tubuhku sendiri. Tubuh ini tentu berharga, sebab itu
adalah benda yang memiliki authority tertinggi di dunia setelah semua."
"Tu..."
"Tubuh...?"
Eugeo
dan aku secara naluriah memeriksa tubuh ramping Cardinal dari kepala ke
bawah. Aku segera menyadari kasarnya hal itu dan mengalihkan
pandanganku, tapi aku yakin kalau gadis ini memiliki keempat anggota
badan saat ini. Setelah menelan kata-kataku berkali-kali, aku
takut-takut membuka mulut.
"...I-Itu...untuk mengatakannya, kau
memotong bagian tubuh itu, mengkonversinya menjadi sebuah objek, lalu
meregenerasi bagian itu...?"
"Idiot, tidak akan ada yang dikorbankan kalu begitu. Ini dia."
Setelah
memutar kepalanya menghadap kesamping, Cardinal memutar-mutar dan
mengibaskan ikatan rambut keriting bewarna chestnutnya yang sangat
pendek yang diikat di kedua sisi tengkuk rampingnya.
"Ah, aah...jadi begitu, jadi rambutmu..."
"Kompensasi
untuk satu belati itu adalah satu dari ini, yang tumbuh selama dua
ratus tahun. Aku bisa menunjukkannya waktu sebelum dipotong jika kalian
datang lebih awal."
Dia bilang begitu dengan bercanda, tapi
bayangan sekilas akan kesedihan muncul di matanya membuktikan bahwa
Cardinal tetaplah seorang gadis dengan bagian dari dirinya yang
digunakan sebagai bahan dasar.
Tapi fragmen sentimentalitas itu langsung menghilang ke kedalaman sikap bijaknya.
"—Dengan
alasan tersebut, masing-masing belati itu mungkin terlihat kecil
diluar, namun memiliki ketajaman dan daya tahan yang mampu menembus baju
besi Integrity Knight. Selain itu, mereka dapat menghubungkan jalan
melalui ruang kehampaan di sekitar Ruangan Perpustakaan Besar karena
mereka masih menjadi bagian dari tubuhku dalam arti tertentu...Aku
awalnya membuat mereka untuk berurusan dengan Administrator. Kirito, aku
memintamu untuk menusuk tubuhnya setelah menghindari serangan-serangan
perkasa miliknya. Aku membuatnya dua karena bermaksud membuat satunya
sebagai cadangan, tapi oh yah, kau hanya harus berhasil pada percobaan
pertama."
"Ugh...itu adalah beban besar, huh..."
Aku
akhirnya menyadari setelah melihat belati yang bergoyang dibawah tangan
kananku sekali lagi. Bahwa kilau cokelat tua itu identik dengan warna
rambut keriting yang keluar dari tepi topi Cardinal.
Eugeo
tampaknya telah memahami nilai belati yang diberikan padanya, meski
bingung pada penjelasan campur aduk dengan pengucapan suci, dia dengan
gugup membuka mulutnya.
"Er-Erm...apa benar-benar tidak apa? Membiarkanku menggunakan salah satu belati ini untuk Alice, meski hanya ada dua...?"
"Aku tidak keberatan. Dan lagipula..."
Cardinal menahan kata-katanya dan menatapku, matanya seolah bisa melihat pikiran batinku dengan sempurna.
Ya,
lagipula, bantuan Cardinal dalam menghilangkan cuci otak Alice
diperlukan agar fluctlight dari sepuluh orang, termasuk Eugeo dan Alice,
dapat melarikan diri ke dunia nyata. Mungkin lebih baik untuk
memulihkan Alice sebelum menjelaskan situasi itu kepada Eugeo. Jika dia
bersama dengan orang yang berharga baginya, bahkan Eugeo mungkin setuju
untuk melarikan diri dari dunia ini. Tidak, aku harus membuatnya
menerimanya, tidak peduli cara apa yang harus kuambil.
Merasa
malu karena tanpa sadar aku telah menyetujui rencana pemusnahan dunia
sebagai syarat yang diberikan, aku dengan erat mengenggam rantai.
Ya...mungkin tidak ada jalan lain untuk Underworld selain menghilang.
Tapi meski begitu, aku ingin memasukkan Cardinal ke dalam sepuluh orang
tersebut. Walau aku harus menipu dirinya dalam proses itu.
Melarikan
diri dari tatapan mata Cardinal yang terasa seperti bisa melihat segala
hal, aku berpaling, melonggarkan bajuku, dan menggantungkan belati di
sana setelah aku memasukkan rantainya ke kepalaku. Setelah Eugeo
melakukan hal yang sama, aku bertanya tentang sesuatu yang sedikit
menarik perhatianku selama penjelasan Cardinal tadi.
"Sekarang
jika aku berpikir tentang itu...jika ada sesuatu yang diperlukan sebagai
kompensasi untuk membuat objek, bagaimana dengan mereka? Tumpukan
makanan dan minuman yang kau buat ketika kami datang kesini."
Cardinal dengan pelan mengangkat bahunya naik dan turun, dan menjawab dengan tersenyum.
"Meh, tak perlu resah mengenai hal itu. Aku hanya membuat dua atau tiga buku hukum yang tak berguna menghilang."
Dengan
tetap mencengkram rantai yang ada di lehernya dengan kedua tangan,
suara aneh 'mgh' keluar dari dalam tenggorokan Eugeo, dia memang penyuka
sejarah.
"Nn? Ada apa, kau mau lagi? Kau memang anak laki-laki yang sedang tumbuh, huh."
Eugeo
menggelengkan kepala dan tangannya pada saat yang sama untuk
menghentikan Cardinal yang akan mengangkat dan mengayunkan tongkatnya.
"T-Tidak, aku sudah kenyang! Lebih baik, silahkan lanjutkan ceritanya!"
"Kau tak perlu menahan diri."
Ketika
Cardinal berkata seperti itu, dia tersenyum begitu lebar hingga aku
berpikir bahwa dia sudah sepenuhnya tahu, dia menurunkan tongkat, batuk
sekali, dan mengubah nada suaranya.
"—Kembali ke topik, tapi
kedua belati itu adalah kartu truf kita yang sebenarnya seperti yang
telah kujelaskan sebelumnya. Eugeo untuk Alice dan Kirito untuk
Administrator, prioritaskan untuk menusuk belati kalian ke target
masing-masing. Lakukan apapun jika kau yakin itu akan meningkatkan
kemungkinan keberhasilan, baik itu serangan kejutan atau berpura-pura
mati. Bagaimanapun, satu-satunya kemampuan kalian yang kuyakini melebihi
Integrity Knight adalah kelicikan kalian...tidak, bagaimana kalian
terbiasa dengan manuver pertempuran yang sebenarnya."
Sebelum Eugeo yang tampak agak marah bisa menjawab, aku menimpali dengan kata 'aku sangat setuju'.
"Aku
berharap kita bisa berjuang sampai akhir hanya dengan tipu daya,
tapi...sayangnya sisi mereka memiliki keuntungan sebagai tuan rumah.
Kita harus bersiap untuk serangan frontal. Itu membawa pointku,
Cardinal. Aku mendengar perkataanmu tadi, yaitu 'menyediakan peralatan
yang setara dengan Integrity Knight', pada dasarnya itu berarti kau akan
mengeluarkan senjata atau armor dari sacred instrument class?"
Ini
mungkin situasi yang tegang, tapi jiwa yang terukir padaku, sebagai
anggota dalam clearing group, benar-benar merespon akan kata «senjata
terkuat dari event». Ketika jantungku berdetak cepat saat aku
mengantisipasi kata-kata Cardinal, gadis itu membuat wajah jengkel untuk
pertanyaan itu dan menyuarakan perkataan tumpul.
"Bodoh, hal apa yang telah memasuki telingamu itu? Lihat di sini, pembuatan dari objek peringkat tinggi membutuhkan..."
"—Jadi begitu...kompensasi dari suatu objek dengan kelas yang setara dibutuhkan...kan..."
"Jangan
menunjukkanku wajah itu, wajah seperti seorang anak yang menjatuhkan
camilannya! Kau membuatku mulai meragukan keputusanku memilih kalian
berdua. Dari awal, kau seharusnya tahu bahwa senjata bukanlah sesuatu
yang dapat dikontrol secara bebas. Tidak peduli seberapa kuat senjata
yang kuberikan, kau tidak bisa berharap untuk menang melawan orang-orang
dari Integrity Knight, dengan peralatan kesayangan mereka yang
diperlakukan sebagai daging dan darah mereka, dan semangat mereka yang
telah ada selama puluhan tahun."
Aku teringat cambuk Eldrie,
yang dengan bebas bisa meluncur di udara, seperti ular perak, dan aku
hanya bisa mengangguk. Itu benar, bahkan di SAO, itu adalah hal yang
tabu untuk segera menggunakan senjata langka ke pertarungan yang
sebenarnya hanya karena kau telah menemukannya.
Ketika aku
depresi, tidak seperti anak yang menjatuhkan kue camilannya tapi bahkan
seperti anak yang menjatuhkan seluruh kue natal, Cardinal melanjutkan
dengan perpaduan mimik jijik dan kasihan di wajahnya.
"Dari awal, kau dan Eugeo sudah memiliki pedang kalian sendiri yang cukup kuat sehingga aku tak perlu membuatnya lagi, kan?"
"Eeh!"
Eugeo bereaksi kali ini.
"Apa kau akan merebutnya untuk kami!? Blue Rose Swordku dan...pedang hitam Kirito!?"
"Mau
bagaimana lagi. Kedua pedang itu benar-benar sacred instruments yang
tak tergantikan. Pedang yang pertama, senjata yang hanya ada empat di
dunia, itu hanya digunakan oleh ksatria naga. Pedang kedua, esensi dari
pohon iblis yang terus menyerap sumber daya dari daerah yang luas selama
beberapa ratus tahun...untuk membuat senjata pada kelas yang sama
seperti itu akan menjadi tugas sulit bahkan bagiku dan Administrator.
Lagipula, kalian berdua sudah cukup terbiasa menggunakan kedua pedang
itu."
"Oh, ayolah...jika kau bisa melakukan itu, katakanlah sebelumnya."
Aku
menarik napas lega sambil menyandarkan punggungku ke rak buku di
sisiku. Aku setengah- meninggalkan keinginanku untuk mengembalikan kedua
pedang berharga yang disita dari kami sebelum kami dimasukkan ke dalam
penjara bawah tanah, tapi aku sama sekali tak akan mengeluh jika mereka
dikembalikan kepada kami.
"Tapi...walau kau berbicara tentang mengembalikan mereka, mustahil untuk menteleport mereka secara langsung kesini, kan?"
"Itu benar, tampaknya kau akhirnya mengerti."
Setuju dengan kata-kataku, Cardinal menyilangkan lengannya dengan ekspresi yang rumit.
"Aku
berani mengatakan kalau kedua pedang itu disimpan di kubah peralatan di
lantai tiga Kathedral. Itu hanya tiga puluh mel...tiga puluh meter atau
lebih jauh dari pintu belakang terdekat, tapi seperti yang kau lihat
sebelumnya, pintu yang terhubung ke dalam tower tidak dapat dibuka untuk
kedua kalinya. Serangga yang dibuat oleh Administrator untuk mencariku
akan segera berkerumun disana...karena itu, aku tidak punya pilihan
selain mengeluarkan kalian berdua dari pintu itu dan ambillah pedang itu
dari kubah peralatan, kemudian kalian naik ke menara. Untungnya, ada
tangga besar di depan kubah peralatan."
"Hmm...mulai dari lantai tiga, huh...Ngomong-ngomong, lantai berapa ruang Administrator berada?"
"Katedral Pusat tumbuh lebih tinggi tahun demi tahun...seharusnya hampir seratus lantai pada saat ini..."
"Hyaa..."
Tenggorokanku
tidak sengaja tercekik. Menara batu putih raksasa yang dibangun di
tengah-tengah Centoria tentu cukup tinggi untuk dilihat puncaknya dari
kota manapun—tapi aku tidak berpikir itu benar-benar memiliki tinggi
seperti gedung pencakar langit di dunia nyata. Kami tidak akan bertarung
di setiap lantai, kan; aku tanpa sadar mengatakan itu selagi merasa
agak sedih mendengarnya.
"Ermm, tidak bisakah kita mulai dari lantai lima puluh atau lebih tinggi...?"
"Itu tergantung pada sudut pandangmu, Kirito."
Orang yang menyela dengan senyum pahit adalah Eugeo, yang sepuluh kali lebih optimis daripada diriku.
"Musuh yang akan datang pada kita mungkin akan berpencar sesuai dengan panjang jarak."
"Ah, uh, yah, itu mungkin benar, tapi..."
Menggerakkan punggungku ragu-ragu, aku duduk di lorong sebelum dengan datar berdeham.
"...Well, aku pernah naik tangga terbuka di Tokyo Tower lama..."
"Hah?"
"Tidak,
tidak apa-apa. —Aku rasa rencana operasi kita telah diputuskan untuk
saat ini. Pertama, kita akan mengambil pedang dari kubah peralatan. Dan
dengan kedua pedang itu, kita akan mengalahkan Integrity Knight yang
muncul saat kita menaiki menara.Jika kita bertemu Alice, kita akan
membuatnya tertidur dengan belati dan mengirimnya ke Ruangan
Perpustakaan Besar. Jika kita mencapai lantai keseratus, kita menusuk
Administrator dengan belati itu juga dan mengambil fragmen memori
Alice."
Aku akhirnya bersiap untuk yang terburuk dan kata-kata tenang Cardinal menghujaniku.
"Sayangnya, ada satu hal lagi yang perlu dilakukan."
"Eh...ap-apa?"
"Pedang
kalian tentu kuat, tapi kalian tidak akan mengalahkan Integrity Knight
hanya dengan itu. Itu karena mereka memiliki teknik mengerikan untuk
memperkuat kemampuan senjata mereka beberapa kali."
"Ah...apa itu «armament full control art»...?"
Cardinal dengan singkat mengangguk pada suara serak Eugeo.
"Senjata
dari kelas sacred instrument mewarisi properti dari objek yang
digunakan sebagai kompensasi. «Frost Scale Whip» Eldrie yang kalian
berdua lawan adalah penguasa danau terbesar di kerajaan timur, yaitu
ular putih berkepala dua yang Administrator tangkap hidup-hidup dan
mengubahnya menjadi senjata. Namun, senjata itu memiliki
parameter,kelincahan ular, ketajaman sisiknya, dan ketepatan bidikannya,
bahkan setelah ular itu menjadi cambuk bisu. Full control art
mengeluarkan semua hal yang disebut «memori senjata», mewujudkan
kekuatan ofensif yang lebih kuat yang pada awalnya mustahil dilakukan."
"Uhn, jadi cambuknya yang menjadi ular bukan karena art ilusi atau sesuatu seperti itu, huh..."
Aku
menrintih saat aku mengusap dadaku yang terkena cambuk Eldrie dengan
ujung jariku. Sambil berdoa agar ular putih itu tidak memiliki racun
yang tertunda. Aku menajamkan pendengaranku pada penjelasan Cardinal
yang terus berlanjut.
"Setiap Integrity Knight menguasai full
control art untuk senjata yang diberikan kepada mereka oleh
Administrator. Itu termasuk latihan pelafalan cepat agar mereka tidak
terjebak saat pembacaan ritual art yang panjang. Aku rasa kita
benar-benar tidak memiliki waktu untuk melakukan latihan itu, tapi
kemenangan tidak akan benar-benar didapatkan jika kalian berdua tidak
belajar full control art untuk pedang kalian masing-masing."
"Tidak...pedang hitamku bukanlah binatang, tapi hanya pohon besar...Apa itu memiliki memori untuk dilepaskan?"
"Tentu.
Belati yang kuberikan sebelumnya juga sama, mereka mampu membuka
saluran padaku saat sebuah serangan dikeluarkan, melalui proses yang
identik dengan full control art, itu karena mereka memiliki memori, atau
properti, dalam kata lain menjadi rambutku. Tak perlu dikatakan lagi
bahwa wujud pedangmu sebelumnya, Gigas Cedar, juga termasuk dan asal
Blue Rose Sword Eugeo, sebuah balok es abadi, juga sama."
"Itu...itu hanya es?"
Eugeo
juga membuka mulutnya dalam keadaan linglung. Itu wajar, sebab walau
aku harus menyebutkan sifat es, aku tidak bisa memikirkan sifat lain
selain «sangat dingin». Aku memiringkan kepalaku dalam kebingungan, tapi
tetap saja, salah satu dari dua dewa di dunia ini mengatakan itu, jadi
aku hanya bisa menerimanya.
"Well...jika kau mengajarkan kami
ritual art itu, itu mungkin akan dapat digunakan. Walau itu full control
art untuk pedang kami. Aku akan benar-benar bersyukur untuk mendapatkan
gerakan spesial, jadi seperti apa tekniknya?"
Tapi jawabannya di luar dugaanku sekali lagi.
"Jangan
berperilaku seperti anak manja! Aku akan menjelaskan ritual artnya,
tapi kau sendirilah yang memutuskan akan seperti apa tekniknya!"
"Eh...eeh! Kenapa!?"
"Tidak
cukup hanya dengan simpel melafalkan ritual art untuk «melepaskan
memori», esensi dari armament full control art. Pemilik harus dengan
kuat mengimajinasikan bentuk pelepasan dari senjata kesayangannya...kau
harus mengingat. Daripada menyempurnakan control art itu sendiri, proses
mengingat bisa dikatakan menjadi kekuatan yang lebih berpengaruh.
Dengan itu, kekuatan imajinasi...yaitu «incarnation», adalah prinsip
dasar dibalik dunia ini..."
Aku bahkan tidak bisa mengerti lebih
dari separuh perkataan Cardinal. Terutama kata,'incarnation', yang aku
tidak tahu apakah itu berasal dari pengucapan suci atau pengucapan umum
dan mencoba untuk menanyakan maknanya, tapi aku merasakan nyeri pada
ingatanku sebelum aku bisa menanyakannya.
Itu saat...ya, sekitar
dua bulan lalu. Ketika aku tenggelam dalam depresi saat kuncup bunga
zephyria hancur dan bertebaran di taman bunga asrama siswa pemula di
Akademi Master Pedang, seseorang...tidak, itu bukan seseorang. Familiar
Cardinal, Charlotte si laba-laba hitam kecil, memanggilku. 'Setiap
ritual art tidak lebih dari incarnation, alat untuk memandu dan mengatur
mental imajinasimu', katanya.
Aku mengimajinasikan sebuah
gambar berdasarkan kata-katanya. Membayangkan energi kehidupan
dilepaskan dari keempat bunga suci di dalam taman bunga sekitar dan
mengalir ke bibit yang tersisa di tanah. Meski aku tidak mengucapkan
satupun kata ritual art, cahaya hijau memenuhi udara dan menyelimuti
bibit...dan dengan itu, zephyrias hidup kembali.
Ya, itu pasti
«proses mengingat» yang Cardinal bicarakan. Aku akan setuju jika itu
yang terjadi, aku ragu bahwa itu bisa terjadi untuk mengekspresikan
seluruh fenomena semacam itu dalam ritual art.
Mungkin setelah
membaca pikiran batinku, Cardinal mengangguk sekali dengan ekspresi
serius, kemudian menoleh kepada Eugeo, yang masih bingung, dan
berbicara.
"Ikuti aku. Istirahat sebentar, dan kita akan melakukan ritual art itu bersama-sama nanti."
Setelah
meninggalkan koridor buku sejarah dan turun beberapa tingkat, kami
kembali ke ruang bundar di lantai pertama Ruangan Perpustakaan Besar di
mana pertama kali aku dibawa.
Di tengah meja ada banyak manjuu
dan sandwich yang masih tersisa di atas piring dan juga uap yang masih
ada di atasnya meski sudah lebih dari dua jam ditinggal. Ternyata itu
tidak hanya sebuah art yang digunakan untuk memulihkan life orang-orang
yang memakannya, tapi juga art untuk mencegah mereka menjadi dingin.
Wajar
jika nafsu makanku bangkit kembali setelah melihat itu, tapi aku merasa
sulit untuk memakannya sekarang karena aku tahu kalau makanan itu
berasal dari buku di rak buku sebelumnya. Menatap Eugeo dan aku, yang
masih berdiri dengan pikiran yang saling bertentangan dalam diri kami,
Cardinal dengan dingin berbicara.
"Sepertinya makanan itu akan menjadi penghalang, aku akan menghilangkannya jika kalian tidak mau memakannya."
"T-Tunggu,
tolong taruh mereka di tempat yang tidak bisa kami lihat untuk saat
ini. Kami akan menyimpannya untuk nanti ketika kami keluar dari sini."
Gadis
itu dengan ringan menggeleng dan membawa tongkat di tangan kanannya
pada kata-kata keras kepalaku. Dengan satu ketukan pada tepi meja,
piring besar tenggelam ke dalam meja bersama dengan berbagai manjuu.
Di
tempat itu, tiga kursi dengan sandaran kembali muncul dari lantai dan
Cardinal melambaikan tangannya untuk meminta kami duduk. Terduduk di
kursi itu, aku menatap meja yang rapi-dan-bersih-sekarang tanpa ada
apa-apa diatasnya.
Itu tidak seperti aku ingin memunculkan
kembali manjuu; Aku sedang mencoba untuk memvisualisasikan bentuk pedang
kesayanganku yang saat ini tidak ada—nama sementaranya, «pedang hitam».
Namun, karena fakta aku hampir tidak memiliki banyak kesempatan untuk
memegangnya, aku tidak mampu untuk menirunya dengan sempurna, sampai ke
detailnya.
Mencoba hal yang sama sepertiku dan tampaknya
merasakan penderitaan yang sama, Eugeo yang duduk di sampingku berbicara
dengan ekspresi resah.
"...Cardinal-san, apa ini benar-benar mungkin? Memvisualisasikan bentuk pedang yang benar-benar tidak ada di sini..."
Namun Cardinal memberikan jawaban yang tak terduga saat dia duduk di sisi yang berlawanan.
"Lebih
baik kalau tidak ada di sini. Jika benar-benar ada di depan matamu,
mental imajinasimu akan membeku di sana. Tangan atau bola matamu tidak
perlu untuk merasa, mendekati, dan melepaskan memori pedangmu. Jika kau
bisa melihatnya di mata pikiranmu, itu sudah cukup."
"Mata...pikiran, huh..."
Bergumam,
aku mengingat saat bibit zephyria dihidupkan kembali sekali lagi. Jika
aku benar, aku tidak menyentuh dan menatap satupun dari keempat bunga
suci yang membagi kehidupan mereka, maupun zephyria yang diambang
kematian saat itu. Aku hanya percaya dan memvisualisasikannya. Untuk
kekuatan hidup meluap, mengumpul, dan mengalir masuk.
Sepertinya
Eugeo mencapai pemahamannya sendiri juga, karena dia memberi beberapa
anggukkan kecil. Gadis berjubah itu menatap kami, samar-samar tersenyum,
dan kemudian berbicara.
"Bagus. Sekarang, pertama
visualisasikan dengan kuat pedang kesayangan kalian berada di atas meja.
Jangan berhenti sampai aku memberi isyarat."
"...Aku mengerti."
"Aku akan melakukan apa yang kubisa."
Eugeo dan aku menjawab pelan, lalu menegakkan diri di atas kursi dan menjatuhkan pandangan kami ke meja.
Aku
menyerah sekitar lima detik sebelumnya, tapi aku terus menatap kali
ini. Tidak perlu terburu-buru. Aku akan mulai dengan membersihkan
pikiranku.
«pedang hitam». Sekarang aku berpikir tentang hal
itu, itu agak menyedihkan karena dia dipanggil oleh julukan
setengah-setengah seperti itu, tidak, nama sementara sampai sekarang.
Itu
pada hari ketujuh dan bulan ketiga saat bahan dasarnya, cabang dari
atas pohon besar, Gigas Cedar, dipoles menjadi bentuk pedang setelah
satu tahun penuh, melalui hasil karya pengerajin di ibu kota, Sadore.
Hari ini adalah hari kedua puluh empat dan bulan kelima, jadi itu bahkan
belum tiga bulan sejak dia menemaniku. Selain pemeliharaan dan latihan,
aku melepaskannya dari sarungnya sekali untuk melawan kepala
swordsman-in-training tahun sebelumnya, Uolo Levanteinn, dalam
pertandingan dan sekali untuk melawan kepala swordsman-in-training tahun
ini, Raios Antinous, di pertempuran sesungguhnya. Itu saja.
Namun,
saat kedua waktu itu, pedang hitam membantuku menang dengan menunjukkan
kekuatan yang hanya bisa dikeluarkan oleh kehendak pedang. Terlepas
dari fakta bahwa akulah orang yang menebang bentuk asalnya, Gigas Cedar.
Pengenalan kami mungkin benar-benar sebentar, tapi rasa persatuan dan
ketetapan hati ketika aku memegang gagangnya dan melepaskan skill
pedang, tidak akan kalah dengan pedang kesayanganku di masa lalu.
Meski
demikian, alasan mengapa aku ragu untuk memberikan pedang hitam itu
nama, karena aku merasa perbedaan dengan senjata yang Eugeo miliki,
«Blue Rose Sword», mungkin barangkali terlalu hebat saat ditaruh
bersebelahan...
Putih dan hitam. Bunga dan pohon. Dua pedang dengan bagian yang sama dan bagian yang berlawanan.
Tidak
ada dasar untuk itu, tapi aku selalu terikat oleh satu firasat sejak
aku berangkat dari Desa Rulid, dua tahun yang lalu. Bahwa Blue Rose
Sword dan pedang hitamku mungkin saja akan ditakdirkan saling beradu
suatu hari nanti.
Pikiranku mengatakan hal itu seharusnya tidak
terjadi. Karena pemilik pedang, Eugeo dan aku, tidak memiliki satu
alasan pun untuk saling bertarung. Namun di sisi lain, hatiku memberi
tahu bahwa hal itu tidak berlaku untuk pedang itu sendiri. Bagaimanapun
juga, batang Gigas Cedar ditebang oleh Blue Rose Sword dan jatuh ke
tanah karena itu...
Aku terus memvisualisasikan bentuk pedang
hitam ke atas meja meski kenangan dan kecemasan, daripada kekosongan,
mengisi pikiranku. Ujung pedang sederhana yang berbentuk kerucut
terpotong...Pegangan yang berbalut kulit hitam. Badan dengan kurva yang
kuat. Sulit dipercaya bahwa mata pisau yang agak tebal dan transparan,
seperti kristal hitam itu, awalnya adalah pohon. Cahaya yang bersinar
didalamnya, membuat tepi dan sudut yang setajam pisau berkilau indah...
Bentuk
setiap bagian dari pedang ilusi bergetar kabur pada awalnya, tapi mulai
stabil saat pikiranku memudar. Dengan segera, itu memiliki ketangguhan,
berat, dan bahkan kehangatan, dan mulai melepaskan aura padat di atas
meja.
Ketika aku hanya terus menatap pedang mengkilap itu, aku mendengar suara dari suatu tempat.
"Lebih dalam. Bayangkan lebih dalam. Sampai kau merasakan memori pedang yang tersembunyi, esensi dari keberadaannya."
Kegelapan
pedang menyebar tanpa suara. Menyelimuti meja dan lantai, rak buku dan
lampu di sekitarnya, itu menelan dunia dalam kegelapan. Sebelum aku
mengetahuinya, hanya pedang dan diriku yang tetap ada di ruang redup dan
tak terbatas ini. Pedang hitam diam-diam naik, berhenti bergerak dengan
badannya di bawah dan ujungnya di atas. Tubuhku bergetar dan terjatuh,
kesadaranku tertarik ke dalam pedang.
Ketika kesadaranku kembali, aku berubah menjadi pohon cedar, berakar ke bumi dengan dingin.
Sebuah
hutan lebat mengelilingiku. Tapi untuk beberapa alasan, tidak ada
satupun pohon yang tumbuh di sekitarku. Aku berdiri sedih di tengah
lingkaran kosong dan lebar ini. Aku mencoba memanggil lumut dan pakis
yang menutupi tanah di kakiku, tapi tidak ada jawaban.
......Sunyi.
Kesedihan,
perasaan kesepian, mengisi diriku. Ingin menyentuh cabang pohon lain
dengan cabang milikku, aku dengan semangat menggerakkan mereka setiap
kali angin bertiup, tapi sayangnya, mereka tidak dapat mencapainya.
Mereka
dapat mencapainya jika aku meregangkannya lebih jauh. Dengan itu dalam
pikiran, aku menyerap energi bumi dari akarku dan energi matahari dari
daunku dengan semua yang kumiliki. Seketika, batangku mengembang tebal
dan cabangku tumbuh panjang. Daunku, yang seperti jarum runcing,
mendekati daun hijau bercahaya milik pohon oak konara yang tumbuh paling
dekat.
Namun, aah, sayangnya. Daun-daun oak konara layu tepat
sebelum aku menyentuhnya, semua jatuh ke tanah dalam pusaran. Bahkan
cabang dan batangnya kehilangan kelembapan dan membusuk, mengering, dan
tak lama runtuh dari akarnya. Bukan hanya konara. Pohon-pohon lain yang
berdiri di sekitar tanah kosong layu dan mati satu demi satu. Lumut pun
segera menghilang.
Aku berduka sesaat di tengah-tengah tanah
kosong yang semakin meluas, dan menyerap energi dari tanah dan matahari
sekali lagi. Batangku menderit seperti membengkak keluar, cabangku
berderit saat mereka memanjang ke segala arah. Aku beralih ke Machilus
terdekat berikutnya, dengan putus asa mencoba menyentuhnya dengan
daunku.
Tapi sekali lagi, daun pohon itu layu dan batangnya
membusuk setelah kehilangan hidupnya, dan jatuh sebelum aku melakukan
kontak. Dengan pohon di sampingnya. Dan setelahnya, pohon-pohon ambruk
satu demi satu dan tanah kosong meluas lagi.
Pohon-pohon di
dekatnya akhirnya layu karena aku menyerap energi dari bumi dan matahari
dalam upayaku memperpanjang cabangku. Bahkan setelah memahami itu, aku
tidak menyerah untuk membuat kontak dengan pohon yang lain. Sudah berapa
kali hal ini diulang? Sebelum aku mengetahuinya, aku menjadi beberapa
puluh kali lebih besar dari pohon-pohon di hutan dan lahan meluas
beberapa puluh kali dari ukuran aslinya. Dan hal yang sama berlaku untuk
kedalaman rasa kesendirianku.
Tidak peduli seberapa jauh
cabangku memanjang, hari ketika ujung daunku mencapai daun pohon lainnya
tidak akan pernah datang. Pada saat aku menyadari itu, aku tidak bisa
kembali lagi. Daun dan cabangku yang menjulang tinggi di atas hutan,
terus memonopoli banyak sinar matahari di luar kehendakku, dan akarku di
dalam tanah, terus menyerap banyak energi dari bumi.Lahan kosong dan
dingin terus meluas hari demi hari dan pohon-pohon terus mati, satu demi
satu...
"Bagus, itu sudah cukup."
Tiba-tiba aku mendengar suara itu dan keluar dari pohon cedar.
Hanya
dalam sekejap, pemandangan sekitar kembali ke Ruangan Perpustakaan
Besar di mana aku berada. Rak buku tak berujung disinari oleh lampu
cahaya oranye. Lantai batu dipoles. Sebuah meja bundar—dan di atasnya
ada dua pedang. Mereka «pedang hitam»ku dan «Blue Rose Sword» Eugeo.
Mereka tampak persis seperti yang asli, tapi itu tidak mungkin. Kedua
pedang kesayangan kami telah disita ketika kami dibawa ke Kathedral.
Ketika
aku menatap pedang putih dan hitam dengan bingung, sebuah tangan kecil
terulur dari seberang meja dan memegang pegangan pedang hitam terlebih
dahulu. Pedang tiba-tiba bergetar dan menghilang tanpa suara.
Selanjutnya,
tangan itu menyentuh Blue Rose Sword disampingnya. Itu juga menghilang
dalam sekejap, seolah tertarik ke dalam telapak tangannya.
"......Ya. Aku dapat mengkonfirmasikan bahwa aku telah menerima «memori senjata» yang telah kalian alami."
Mengangkat
kepalaku pada suara yang tampak puas itu, mataku bertemu dengan mata
dari gadis berjubah hitam yang duduk diseberang—gadis bijaksana,
Cardinal. Lalu, aku akhirnya menyadari bahwa aku tampaknya melihat
sesuatu. Saat aku melihat ke samping, mata hijau Eugeo yang tanpa arah
berkeliaran, tapi tiba-tiba tubuhnya bergetar dan dia berkedip beberapa
kali.
"...Huh...Aku berada di puncak gunung tertinggi di Puncak Barisan Pegunungan..."
Secara naluriah aku memanggil partnerku, yang masih bergumam beberapa kata samar, sambil tersenyum kecut.
"Jadi kau pergi ke suatu tempat seperti itu?"
"Ya. Itu adalah tempat yang sangat dingin dan benar-benar sepi..."
"Ayolah, ini bukan waktunya untuk bersantai."
Dimarahi
karena aku hendak mengobrol, aku menegakkan postur tubuhku. Ketika aku
diam-diam mengintip sisi lain meja, kelopak mata gadis muda itu tertutup
di belakang kaca matanya. Alisnya sedikit diturunkan, menunjukkan bahwa
dia sedang memikirkan sesuatu, tapi akhirnya, dia mengangguk ringan dan
berbicara.
"Fm...Daripada menggunakan teknik, tampaknya lebih
baik untuk memprioritaskan kesederhanaan ritual art. Sekarang, Kirito,
mari kita mulai dengan pedangmu terlebih dulu."
Dia dengan
ringan mengetuk meja dengan ujung jari tangan kirinya dan selempar
kertas kulit diam-diam muncul diatasnya. Dia menyentuh kertas kulit
kosong dengan telapak tangan kanannya kali ini, dengan lembut menyapu
dari atas ke bawah.
Hanya dengan itu, sebuah ritual art, dengan
panjang lebih dari sepuluh baris, muncul diatasnya. Memutar kertas kulit
ke sekitar, dia menaruhnya di depanku. Mengulangi tindakan tersebut
sekali lagi, dia memberikan lembar kedua di depan Eugeo.
Aku dan partnerku saling bertukar pandang, kemudian menatap lembaran kertas kulit di depan kami pada waktu yang sama.
Karakternya,
yang tertulis dalam tinta biru-hitam dan sebuah script rapi, seluruhnya
berpengucapan suci, yang berarti hurufnya sama sekali bukan pengucapan
umum atau Jepang. Itu mengikuti format orthodox untuk ritual sacred art,
dengan baris nomor di kiri dan text di kanan. Aku membalik-balik teks,
yang dimulai dengan [system call] di baris pertama dan berakhir dengan
[enchan armament] di baris kesepuluh, saat aku menghitung jumlah kata,
semuanya berjumlah lebih dari dua puluh lima kata.
Benar, ini
mungkin lebih pendek daripada full control art untuk «Frost Scale Whip»
yang Integrity Knight Eldrie gunakan, tapi menghafal semua ini sungguh
sangatlah sulit.
"Er-ermm...apa aku membawa ini denganku..."
"Tidak
perlu dikatakan lagi bahwa kau tidak bisa membawanya. Kau harusnya tahu
bahwa gadis di akademi, para siswa, tidak diizinkan untuk melihat buku
mereka selama praktek yang sebenarnya."
Setelah menolakku dengan wajah jengkel, Cardinal melanjutkan.
"Pertama,
jika kau mengambil sebuah benda yang berhubungan dengan ruang
perpustakaan ini keluar dan jatuh ke tangan musuh, ada kemungkinan ruang
isolasi ini akan hancur."
"L-Lalu belati yang kami dapatkan sebelumnya..."
"Keduanya
berhubungan denganku, jadi tidak akan menimbulkan masalah. Ayolah,
berhenti mengeluh dan hafalkan. Eugeo sudah memulainya."
Aku
melihat ke samping dengan shock dan seperti yang sudah kuduga darinya,
Eugeo sedang memamerkan kekuatan siswa terhormatnya, menatap tajam pada
kertas kulit seolah dia mengkonsumsinya dan menggerakkan bibirnya dengan
gerakan kecil. Dengan pasrah aku mengalihkan mataku ke teksku sendiri,
Cardinal tanpa ampun menambahkan petunjuk selanjutnya.
"Batas waktunya tiga puluh menit, pastikan sudah menghafalnya sebelum itu."
"T-Tidak mungkin, ini tidak seperti ujian akademi...bagaimana kalau lebih sedikit..."
Saat aku mulai mengkritik dan hampir menyerah, Cardinal berteriak lagi.
"Bodoh!
Perhatikan, kalian berdua dimasukkan ke penjara bawah tanah dan pedang
kalian disita kemarin, sekitar pukul sebelas pagi. Dan hak kepemilikan
ulang akan gagal jika dua puluh empat jam berlalu sejak saat itu, jadi
kau akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan full control art."
"Ah...i-itu benar. Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang...?"
"Jam
tujuh sudah lama lewat. Hampir tidak akan ada waktu yang tersisa jika
kita memprediksi kalau kalian membutuhkan waktu dua jam untuk mengambil
pedang kalian."
"......M-Mengerti."
Kali ini, aku menguatkan tekadku dan mulai memelototi garis perintah dengan serius.
Untungnya,
sacred art Underworld ditulis dalam bahasa Inggris yang familiar, tidak
seperti Alfheim Online. Kalimatnya juga dekat dengan bahasa
pemrograman, jadi mungkin bagiku untuk menghafalnya dengan pemahaman.
Ritual
art yang ditulis oleh Cardinal ?declares a reference to the embedded
data within the object (dengan kata lain memori senjata) saved within
the main memory; ?selects only the required parts and modifies them;
?assigns them to the sword, as it currently is, to amplify its offensive
ability; Itu tampaknya telah disusun dalam tiga proses. Sebagai teknik,
itu dekat dengan «image buffer overwriting experiment» yang kulakukan
pada bunga zephyria saat aku masih siswa pemula, tapi ritual art ini
penuh dengan kosakata yang tidak ada dalam buku pelajaran akademi, jadi
mustahil menulisnya tanpa mengetahui semua perintah seperti Cardinal.
Aku
membuat sebagian kepalaku berpikir tentang topik yang berkaitan bahkan
saat aku menghafal sepuluh baris ritual art dalam pikiranku.
Para
peneliti Rath yang menciptakan Underworld menyebut system data yang
mendokumentasikan semua benda di dunia ini sebagai «mnemonic visual».
Itu istilah yang telah kuketahui dua tahun yang lalu, tapi aku
menjelaskan strukturnya secara dasar pada Asuna dan Sinon di toko Agil
di Okachimachi, Taitoku-ku. Pemahamanku terus bertambah sejak aku masuk
ke dunia ini melalui observasi dan eksperimen.
Setiap eksistensi
di Underworld bukanlah model poligon seperti yang ada di VRMMO saat
ini. Memori batu dan pohon, anjing dan kucing, peralatan dan bangunan,
dan semacamnya dibaca, disamakan kedudukannya, dan disimpan ke dalam
penyimpanan utama, «Main Visualizer», dari kesadaran orang-orang yang
terhubung—tidak, yang tinggal di dunia ini. Dan ketika kebutuhan muncul,
memori itu ditarik keluar dan diberikan kepada orang yang masuk. Dengan
itu, membuat zephyria yang seharusnya tidak mekar di kerajaan utara,
mekar hanya melalui penulisan ulang data dari «tidak dapat mekar» ke
imajinasi «dapat dibuat untuk mekar».
Setiap benda di dunia ini akan disimpan sebagai memori.
Jika
itu benar, akan mungkin untuk melakukan yang sebaliknya dan
memodifikasi memori menjadi objek juga, kan? Itu akan membuat kejadian
yang pertama kali kulihat dan tidak dapat dimengerti, setidaknya.
Dua
tahun dan dua bulan yang lalu, setelah terbangun di hutan selatan dari
Rulid, aku tiba di tepi sungai Ruhr yang mengalir melalui hutan. Disana,
aku melihat bayangan yang terasa terlalu jelas. Pemandangan akan
seorang anak laki-laki dengan rambut kuning muda, seorang gadis dengan
rambut pirang panjang, dan seorang anak laki-laki dengan rambut pendek
hitam berjalan di bawah sinar matahari yang terbenam.
Bayangan
itu lenyap hanya dalam hitungan detik, tapi itu jelas bukanlah ilusi.
Aku masih bisa dengan jelas mengingatnya sampai sekarang, ketika aku
menutup mataku. Matahari terbenam yang berwarna merah, cahaya yang
bergoyang pada rambut gadis itu, suara langkah kaki di atas rumput
pendek. Waktu itu, aku pasti memanggil tiga anak itu dari memoriku
sendiri. Anak laki-laki berambut kuning muda itu pasti Eugeo. Gadis
berambut pirang itu Alice. Dan anak lali-laki berambut hitam itu—...
"Sudah tiga puluh menit. Bagaimana?"
Aku menghentikan pikiran yang berjalan di sudut kesadaranku karena suara Cardinal.
Membalik
kertas kulit di atas meja, aku mencoba mengulangi bacaan ritual art
dari awal. Aku dengan mudah mengingat semuanya sampai akhir meski tidak
berkonsentrasi penuh, dan dengan lega menjawab.
"Ini mungkin berjalan mulus."
"Itu jawaban yang hampir bertentangan. Bagaimana denganmu, Eugeo?"
"Er...erm, itu mungkin semp...baik."
"Baiklah."
Setelah mengangguk dengan wajah seperti menahan senyuman pahit, Cardinal menambahkan.
"Aku
akan mengatakan ini terlebih dahulu, kalian tidak boleh menggunakan
full control art sembarangan, terlepas dari seberapa kuatnya itu. Pedang
akan kehilangan sedikit life mereka bahkan hanya dengan sekali
penggunaan. Tentu saja, kalah karena kamu terlalu menahan dalam
menggunakannya lebih terlarang. Gunakan ketika kalian menilai bahwa itu
adalah waktu yang tepat untuk menggunakannya. Pastikan untuk
memasukkannya dengan benar ke dalam sarungnya agar lifenya dapat pulih."
"Ini...kedengarannya sulit..."
Gumamku sambil menghela
napas, kemudian membuka kembali kertas kulit di meja. Aku membaca ritual
art itu lagi untuk memeriksa dan menyadari sesuatu.
"...Huh? Ritual art ini diakhiri dengan kalimat, «enhance armament», kan?"
"Kenapa dengan itu, kau punya sesuatu untuk dikatakan?"
"T-Tidak,
bukan itu yang kumaksud. Jika aku tidak salah, full control art yang
Integrity Knight Eldrie gunakan ketika kami bertarung dengannya memiliki
ritual art yang mengikutinya...Erm, re, re-re..."
Eugeo menjawab dari samping saat aku ragu dan bingung.
"Release recollection...kan? Ketika dia meneriakkan itu, cambuk menjadi ular. Itu benar-benar mengejutkan, bukan?"
"Ya, benar. Cardinal, full control art kami tidak perlu itu?"
"Fm..."
Gadis
bijak berpakaian hitam itu menjawab keraguanku sambil membuat wajah
yang tampak seperti akan mengatakan sesuatu yang mengganggu lagi.
"Begini,armament
full control art memiliki dua tahap. Mereka adalah «penguatan» dan
«pelepasan». Penguatan mengacu pada kebangkitan sebagian memori senjata
dan mewujudkan kemampuan serangan baru. Dan pelepasan mengacu
pada...seperti istilahnya, hal itu membangkitkan semua memori senjata,
melepaskan kekuatan tak terkendali."
"Kekuatan tak terkendali,
huh...jadi begitu. Jadi «Frost Scale Whip» Eldrie dapat memperluas
jangkauan dan membelah saat diperkuat, dan itu berubah menjadi ular
ketika dilepaskan, menyerang musuh secara otomatis, huh..."
Mengkonfirmasi kata-kataku dengan sekali berkedip, Cardinal secara terus terang berkata.
"Itu
memang yang terjadi. Namun, aku akan mengatakan ini terlebih dahulu.
Kalian berdua masih jauh dari kemampuan untuk menggunakan release art."
"Mengapa...mengapa begitu?"
Gadis itu beralih ke Eugeo, yang mengedipkan matanya karena terkejut, dan melanjutkan dengan nada tegas.
"Aku
bilang itu kekuatan tak terkendali, kan? Kemampuan ofensif yang keluar
dengan melepaskan memorinya tentu tidak dapat dikendalikan oleh pendekar
pedang yang baru saja belajar ritual art. Apalagi jika itu adalah
sacred instrument dengan prioritas tinggi...itu akan menyeret bukan
hanya musuh, tapi diri kalian juga, dan jika kalian menggunakannya
sembarangan, itu bahkan mungkin akan membahayakan nyawa kalian."
"M-Mengerti."
Eugeo
akhirnya patuh mengangguk, menunjukkan bakat siswa terhormatnya dari
zaman akademi kami, jadi aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ke atas
dan ke bawah. Tapi sepertinya Cardinal merasakan ketidakpuasanku karena
dia menambahkan sambil mendesah.
"Hari disaat kalian berdua
dapat menggunakan release art pasti akan datang...mungkin, atau mungkin
tidak akan. Pedang akan mengajarkan segala sesuatu. Yah, hanya jika
kalian berhasil mengambil kembali pedang itu."
"Heeh..."
Cardinal terlihat kesal mendengar jawabanku dan dengan keras memukul tongkat di tangan kanannya ke lantai.
Dua
lembar kertas kulit di depan Eugeo dan aku tergulung dan menyusut—pada
saat pikiran itu datang padaku, mereka sudah menjadi kue panggang yang
panjang.
"Kalian pasti lapar setelah menggunakan kepala kalian, makanlah."
"Eh...? Kami tidak akan melupakan ritual art yang kami hafalkan kan jika kami memakannya atau sesuatu seperti itu...?"
"Bagaimana mungkin sesuatu seperti itu bisa terjadi?"
"O-Oh, oke."
Setelah
bertukar pandangan dengan Eugeo, kami mengambil kue-kue panggang itu.
Kupikir itu adalah salah satu kue sederhana yang kubeli dan makan di
pasar Centoria Pusat, yang dipanggang dari tepung terigu dengan gula
yang ditaburkan, tapi itu dipanggang dari adonan pie dan dilapisi dengan
coklat putih, kue yang benar-benar memiliki rasa-dunia-nyata. Ketika
aku menggigitnya, tekstur yang renyah dan manis membanjiri mulutku, air
mataku hampir mengalir karena nostalgia yang berlebihan.
Seolah
bersaing satu sama lain, Eugeo dan aku menghabiskannya tanpa sadar dan
mengambil napas dalam-dalam sebelum mengangkat kepala kami dan bertemu
mata Cardinal, yang mengawasi kami dengan tatapan lembut.
Gadis muda bijak itu perlahan mengangguk dan berbicara.
"Sekarang...sudah saatnya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal."
Ada beban berat dalam kata-kata singkatnya, aku langsung menggeleng.
"Ketika kami mencapai tujuan kami, kau bisa keluar dari sini, kan? Menyebutnya perpisahan terlalu berlebihan..."
"Fmm, aku kira itu benar. Jika semuanya berjalan seperti yang direncanakan..."
"......"
Benar,
jika kami dikalahkan oleh Integrity Knight di tengah-tengah pertempuran
saat menuju lantai atas Kathedral, Cardinal akan sekali lagi diuji
kesabarannya dalam Ruangan Perpustakaan Besar ini. Tahap percobaan beban
mungkin akan tiba sebelum dia menemukan rekan kerjasama yang lain dan
Dunia Manusia akan tenggelam dalam lautan darah dan api.
Tapi
bagi orang yang mengetahui akhir tragis seperti itu, senyum Cardinal
benar-benar tenang dan aku diserang oleh sensasi yang mencengkeram
dadaku. Gadis itu memberiku anggukan yang hampir tak terlihat dan dengan
lembut berpaling saat aku dengan kuat mengunyah bibirku.
"Ayo,
tidak ada waktu lagi. Ikuti aku...Aku akan mengirimkan kalian dari pintu
terdekat ke kubahperalatan di lantai tiga Kathedral."
Bagian
dari ruang tengah lantai pertama Ruangan Perpustakaan Besar hingga pintu
masuk ruangan, terhubung ke banyak pintu, itu sangat pendek.
Aku
tidak melakukan apapun selain menatap punggung kecil Cardinal, saat dia
berjalan di depan, dengan Eugeo yang mengucapkan ritual art untuk full
control art di sisiku.
Aku ingin berbicara dengannya lagi. Dan
aku ingin tahu lebih banyak tentang apa yang dia rasakan dan pikirkan
dalam periode waktu dua ratus tahun lebih yang telah dia habiskan. Aku
sangat ingin melakukannya, emosi itu bahkan memenuhi tenggorokanku, tapi
Cardinal melangkah tegas, tidak memaafkan sedikitpun keraguan, dan aku
tidak bisa melakukan apa-apa selain berjalan dalam diam.
Setelah
menuntun kami ke ruangan besar familiar dengan banyak lorong berbaris
di tiga dindingnya, Cardinal menuju satu lorong, yang membentang dari
dinding kana, dengan cara yang sama. Dia berjalan sejauh sepuluh meter
atau lebih dan saat dia hendak mencapai satu pintu di akhir, pintu yang
sederhana dan dibangun ke dalam dinding, dia tetap berdiri dan berbalik
ke arah kami.
Senyum di bibir bewarna bungan sakuranya selalu
terlihat lembut. Mulutnya, yang sepertinya mengandung semacam kepuasan,
bergerak dan suara yang jelas mengalir keluar.
"Eugeo...dan kau,
Kirito. Nasib dunia ini dipercayakan kepada kalian berdua sekarang.
Apakah itu akan tertutup dalam api neraka...atau tenggelam dalam
ketiadaan mutlak, atau mungkin..."
Menatap lurus ke mataku, dia melanjutkan.
"—Kalian
menemukan jalan ketiga. Aku sudah menyampaikan semua yang kubisa,
mengingat semua yang kubisa. Kalian hanya harus menyusuri jalan yang
kalian yakini."
"...Terima kasih banyak, Cardinal-san. Kami pasti akan mencapai puncak Kathedral...dan mengembalikan Alice seperti semula."
Eugeo dengan tegas berbicara dengan suara penuh tekad.
Kupikir
aku seharusnya mengatakan sesuatu juga, tapi aku tidak bisa menemukan
kata-kata. Sebaliknya aku malah membungkuk dengan dalam.
Setelah Cardinal mengangguk, dia menghapus senyumnya dan memegang gagang pintu dengan tangan kirinya.
"Nah sekarang...pergi!"
Gagang
pintu berputar dan pintu terbuka lebar pada kesempatan berikutnya.
Melawan angin dingin kering yang segera bertiup denga kuat, Eugeo dan
aku melompat keluar bersamaan.
Setelah berjalan selama lima,
enam langkah seperti itu, suara kecil yang lain datang dari belakang.
Ketika aku menoleh, hanya ada dinding marmer mengkilap dingin yang
menghalangi jalan. Pintu yang terhubung ke Ruangan Perpustakaan Besar
telah lenyap tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Bab 8: Katedral Pusat (Bulan Ke-5 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 1
Sungguh jarak yang sangat jauh yang aku telah berpetualang—
Langit-langit yang tinggi, sejajar dengan tiang marmer, dan lantai batu mosaik indah yang menggunakan berbagai jenis batu.
Bahkan
saat dia mendapati nafasnya telah keluar saat melihat kemegahan dari
bagian dalam Katedral Pusat Gereja Axiom untuk pertama kalinya, Eugeo
tidak dapat melakukan apapun selain memikirkan itu.
Sampai
sedikit lebih dari dua tahun lalu, dia mempercayai bahwa hidupnya adalah
untuk melanjutkan memotong pada pohon yang tidak dapat ditebang dengan
kapak dalam kesia-siaan. Untuk melewati harinya menenggelamkan ingatan
teman masa kecilnya yang berambut pirang, yang telah lama hilang, tanpa
menikah atau memiliki anak, sebelum memberikan sacred tasknya kepada
penebang kayu berikutnya setelah bertahun-tahun berlalu, hidup jauh di
dalam hutan seperti itu, dan mendapati Lifenya habis tanpa ada
seorangpun yang menyadarinya suatu hari nanti.
Tetapi, anak muda
berambut hitam yang tiba-tiba muncul di suatu hari menerobos secara
paksa pada dunia kecil yang mengurung Eugeo. Dia berhasil untuk menebang
jatuh bahkan pada penghalang mutlak yang menyegel jalan menuju pusat,
Gigas Cedar, dengan metode yang bahkan semua generasi dari penebang kayu
tidak dapat membayangkannya, saat titik penting telah mendekati Eugeo.
Untuk melanjutkan tinggal di desa kecil ini sementara memegan ingatan
dari Alice. Atau untuk memulai petualangan untuk mengembalikan Alice—
Itu
akan bohong untuk mengatakan bahwa dia tidak bimbang. Eugeo pertama
kali berpikir tentang keluarganya pada saat kepala desa, Gasupht,
mengatakan bahwa dia dapat memilih sacred task berikutnya pada malam
festival desa.
Sampai saat itu, Eugeo selalu menyerahkan semua
dari upah yang dia dapatkan dari memotong Gigas Cedar kepada
keluarganya. Pekerjaan mereka adalah menanam gandum selama beberapa
generasi, tapi ladang mereka telah terbatas, terutama dalam beberapa
tahun terakhir ini dimana pendapatan berkurang desebabkan oleh panen
buruk yang terus-menerus. Keluarga dan kakak tetuanya mungkin tidak
mengatakan itu secara langsung, tapi mereka sepertinya cenderung
mengandalkan pendapatan tetap yang Eugeo dapatkan setiap bulan.
Pendapatan
sebagai penebang kayu normalnya akan menghilang dengan Gigas Cedar
tertebang. Tetapi, dia mungkin dapat menerima perlakuan istimewa dengan
mendapat area yang terkena sinar matahari yang baik yang baru saja
diselesaikan, bercocok tanam di tanah selatan jika dia memilih untuk
menanam gandum sebagai sacred tasknya seperti ayah dan lainnya. Saat
melihat wajah keluarganya, tercampur dengan antisipasi dan kecemasan,
pada ujung dari penduduk desa yang senang membuat kegembiraan di
panggung, Eugeo terbingung.
Dia memang begitu, tapi itu hanya
untuk sesaat juga. Eugeo secara paksa menyeimbangkan skala dari reuni
dengan gadis dari teman masa kecilnya dan hidup dengan keluarganya, dan
dia membuat pengakuan. Bahwa dia akan meninggalkan desa dan menjadi
swordsman.
Bahkan jika dia sudah memilih menjadi swordsman
sebagai sacred task, dia masih dapat menerima upah dari desa jika dia
tinggal di Rulid dan menjadi salah satu dari penjaganya. Tetapi,
meninggalkan desa itu, pada akhirnya adalah, untuk berdiri dengan kedua
kakinya sendiri, jauh dari sisi keluarganya Uang yang Eugeo bawa kepada
keluarganya dan tanah baru yang mereka dapatkan semuanya telah
ditiadakan. Alasan kenapa dia pergi dengan terburu-buru, pada hari
setelah festival, adalah karena dia tidak dapat menahan untuk melihat
wajah keluarga dan kakak tertuanya, menekan kekecewaan dan ketidakpuasan
mereka.
Ada suatu kesempatan dimana dia dapat memilih untuk
memulai hidup baru dengan keluarganya bahkan setelah berangkat dengan
Kirito. Setelah berpartisipasi di turnamen ilmu pedang yang diadakan di
kota Zakkaria, Eugeo menang pada akhirnya, dan juga Kirito, yang
membuatnya mendapat hak untuk memasuki kelompok penjaga, dan dia
melakukannya. Menahan latihan keras selama setengah tahun, mereka
menerima surat rekomendasi untuk mengambil ujian masuk ke Akademi Master
Pedang Kerajaan Centoria Utara dari komandan dari kelompok penjaga,
tapi ada sebuah undangan dari komandan bersamaan dengan itu. Bahwa
rangking mereka akan naik tahun depan jika mereka tetap berada di
kelompok penjaga, dengan level skill yang mereka berdua punya, dan
bahkan menjadi komandan di masa depan bukanlah mimpi. Bagaimana
nyamannya hidup yang keluarganya akan dapatkan jika dia mendapat
pendapatan tetap di Zakkaria dan mengirim sebagian kembali ke rumahnya
dengan mempercayakan itu pada gerobak kayuh?
Tapi meski begitu,
Eugeo dengan sopan menolak undangan dari komandan dan membuat dia untuk
menulis surat rekomendasi seperti yang direncanakan.
Sementara
di perjalanan menuju pusat, tujuannya, atau setelah mendaftar pada
Akademi Master pedang juga, Eugeo terus membuat alasan di ujung
pikirannya sepanjang waktu. Sebagai contoh, jika dia mendapati terpilih
sebagai swordsman perwakilan akademi, mendapat kemenangan di Turnamen
Persatuan Empat Kerajaan, dan diangkat sebagai Integrity Knight yang
terhormat, dia mungkin dapat membuat keluarga dan teman-temannya untuk
hidup di dalam kemewahan yang tak terbayangkan. Atau jika dia membuat
kepulanganyang menggembirakan ke desa, memakai armor perak dan menaiki
naga terbang bersama dengan Alice, orang tuanya seharusnya memiliki
kebanggaan padanya dibandingkan dengan siapapun.
Tetapi, dengan
mencabut pedangnya kepada elite swordsmen-in-training, Raios Antinous
dan Humbert Zizek, dua malam lalu, Eugeo mengkhianati keluarganya untuk
ketiga kalinya. Setidaknya, dia mencabut kemungkinan masa depan yang
mungkin dapat dipertimbangkan untuk diangkat sebagai bangsawan kelas
satu jika keadaan memungkinkan itu...tidak, itu hanyalah pernyataan yang
sedikit, dia bahkan mencabut statusnya sebagai orang biasa dan memilih
jalan sebagai kriminal yang melanggar taboo.
Pada saat itu,
Eugeo menyadari keadaan di suatu tempat di pikirannya, bahkan ketika dia
menggerakan tubuhnya yang tercampur dengan kemarahan yang luar biasa.
Jika dia hendak menebas Raios dan Humbert tepat di sini sekarang, dia
akan kehilangan segalanya dan semuanya. Eugeo mencabut pedangnya bahkan
sementara meyadari hal itu. Dia melakukan itu untuk menolong Tizei dan
Ronie yang kelihatannya hendak diperkosa di depan matanya, dia melakukun
itu karena jeadilan yang dia percaya, tapi itu bukanlah semua dari itu.
Dia ingin untuk melepaskan rasa haus darah yang merusak di dalam
hatinya, dia ingin untuk menghapus Raios dan Humbert tanpa meninggalkan
satu jejakpun di belakang, dia benar-benar memiliki keinginan buruk itu
juga.
Betul-betul sekarang, sungguh jarak yang sangat jauh yang aku telah berpetualang—
Dia
benar-benar membuat perubahan dari salah satu dari sedikit dua belas
elite swordsmen-in-training di akademi, ke melangkahkan kaki pada lantai
di tempat paling suci di dunia sebagai pemberontak yang membuat Gereja
Axiom benar-benar menjadi musuh.
Kabur dari pengejaran Integrity
Knight pengguna panah, Eugeo telah mengkonfirmasi keberadaan dari buku
yang mencatat semua sejarah Dunia Manusia dari gadis muda yang
seharusnya adalah pemimpin tertinggi sebelumnya dari Gereja Axiom di
Ruangan Perpustakaan Besar misterius yang dia masuki, dan membacanya
seolah-olah dia terserap ke dalam itu. Karena dia ingin untuk
mengetahui, tidak peduli bagaimana. Apakah ada manusia yang pernah
mengacungkan pedang kepada gereja, bertarung dengan Integrity Knight,
dan melarikan diri di suatu tempat yang jauh setelah menyelesaikan
keinginan mereka, dalam sejarah yang panjang.
Sayangnya, dia
tidak dapat menemukan satu peristiwa dari orang seperti itu. Pengaruh
dari gereja menyebar jauh dan luas, menutupi dunia, dan tidak peduli
bagaimana seriusnya perselisihan itu terjadi—itu akan dengan mudah
diselesaikan, bahkan jika itu adalah masalah pada perbatasan kerajaan di
antara beberapa kerajaan. Tidak ada satupun catatan dari seseorang yang
menarik pedang untuk menyerang pada gereja dan bertarung melawan
Integrity Knight di berbagai buku sejarah, tidak peduli sekeras apapun
dia mencarinya.
...Dengan kata lain, aku adalah pendosa terburuk
selama tiga ratus delapan puluh tahun semenjak Dunia Manusia telah
diciptakan oleh dewi pencipta, Stacia.
Pada saat Eugeo
memikirkan itu sambil menutup sampul belakang dari buku itu, hawa dingin
yang menyerupai es menyerbunya. Jika Kirito tidak datang kembali dengan
waktu yang tepat dan memanggilnya, dia mungkin akan terus membuat
dirinya sendiri rendah saat dia meringkuk di sana.
Eugeo telah
meyakinkan dirinya berkali-kali, bahkan saat dia mendengar cerita dari
pemimpin tertinggi misterius sebelumnya dengan patnernya. Dia tidak
dapat kembali ke kehidupan sebelumnya setelah memilih untuk meninggalkan
keluarganya, menebas orang lain, dan bertarung melawan gereja. Dia
tidak memiliki jalan lain selain terus maju, tidak peduli berapa banyak
darah mengotori tangannya, tidak peduli berapa banyak dosa yang menodai
jiwanya. Untuk demi satu tujuan tersisa yang dia punya.
Untuk
mengembalikan «bagian ingatan» yang dicuri oleh pemimpin tertinggi yang
sekarang, mengubah Integrity Knight Alice Synthesis Thirty kembali
menjadi Alice Schuberg, dan mengirim di kembali ke Desa Rulid yang
dirindukannya.
Tetapi, keinginannya untuk terus hidup bersama
gadis itu tidak dapat terkabul. Salah satu dan satu-satunya tempat yang
dia pikir dia bisa dapat pergi sekarang, dengan banyak kejahatan yang
dia lakukan, adalah jauh di Puncak Barisan Pegunungan, tanah kegelapan
yang mengerikan. Tapi itu akan baik-baik saja. Tidak ada apapun yang
dapat diharapkan, jika Alice dapat hidup bahagia tinggal di tempat dia
lahir.
Saat Eugeo memikirkan pada tekadnya, dia menatap ke arah punggung Kirito, yang bergerak maju di depannya.
...Jika aku mengatakan bahwa aku akan pergi ke tanah kegelapan, akankah dia ikut bersamaku...?
Saat
menanyakan pertanyaan itu tanpa mengatakan itu keluar, Eugeo memaksakan
dirinya untuk berhenti membayangkan jawaban patnernya. Memikirkan
bagaimana jalannya mungkin akan berjalan, dalam waktu dekat, berpisah
dari teman berambut hitam yang terus bersamanya, satu-satunya orang lain
yang di dunia berdiri dengan posisi yang sama sekarang, benar-benar
menakutkan.
Seperti yang Cardinal katakan, koridor yang
memanjang langsung dari pintu itu, tanpa diduga pendek. Dia dengan cepat
berjalan, sementara tenggelam dalam pikirannya hanya untuk sekejap
saja, itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ruangan
persegi, yang luas.
Bagian tengah dari dinding bagian kanan
memiliki tangga, secara mengejutkan sangat luas, berlanjut ke atas dan
ke bawah. Tinggi dari langit-langit memanjang lebih dari delapan mel,
jadi bagaimanapun juga, itu kelihatannya ada lebih dari dua puluh
langkah sampai mendekati setengah perjalanan melalui tangga.
Dan di dinding bagian kiri adalah dua pintu yang besar, di kelilingi oleh patung dari mahluk bersayap.
Kirito
berjalan di depan dengan cepat membalik telapak tangan kanannya dengan
cara itu dan menempelkannya ke dinding, jadi Eugeo mengikutinya dan
menyandarkan punggungnya pada pilar batu di dalam jangkauannya. Menahan
nafasnya, dia memerikasa melalui ruangan gelap, yang gelap itu.
Jika
kata-kata pemimpin tertinggi sebelumnya terbukti benar, pintu besar di
kiri seharusnya adalah ruangan penyimpanan peralatan yang mereka telah
cari. Meskipun menjadi suatu tempat yang penting, ruangan yang luas itu
telah sunyi seperti kuburan, tanpa ada kehadiran dari siapapun. Bahkan
cahaya Solus yang bersinar dari tangga besar di kanan kelihatannya
bewarna abu-abu gelap.
"...Tidak ada seorangpun di sekitar sini, huh..."
Saat dengan perlahan berbisik pada Kirito yang dibelakangnya, patnernya mengangguk , dengan sedikit kekecewaan juga.
"Ini
adalah ruangan penyimpanan perlatan, jadi aku merasa akan ada satu atau
dua penjaga, tapi...Aku rasa itu mungkin karena Gereja Axiom merasa
tidak akan ada seorangpun yang memasukinya untuk mencuri sejak awal..."
"Tapi mereka telah mengetahui tentang penyusupan kita, bukan? Mereka sedikit tenang meskipun begitu."
"Mereka
pasti memiliki alasan untuk seperti itu. Mereka tidak perlu untuk
menghabiskan waktu mereka untuk mencari di sekitar terhadap orang
seperti kita. Dengan kata lain, waktu berikutnya kita bertemu dengan
Integrity Knight, akan ada entah berjumlah yang sangat banyak dari
mereka atau salah satu yang cukup kuat. Ayolah, gunakan tambahan waktu
ini sebanyak yang kita bisa.
Mengakhiri kata-katanya dengan
hmph, mendengus, Kirito dengan cepat berlari keluar dari dinding yang
menutupinya. Eugeo mengikutinya setelah itu, melewati ruangan luas, yang
sepi.
Pintu menuju ruangan penyimpanan peralatan memiliki
ukiran yang terhias dari dua dewi, Solus dan Terraria, dan tidak
memiliki kunci, tapi itu memiliki suatu kekuatan yang membuat dia
berpikir bahwa teman yang tidak dapat dimengerti itu mungkin tidak dapat
untuk membukanya, tidak peduli seberapa keras yang mereka tarik atau
dorong. Tetapi, ketika Kirito menaruh telinganya pada pintu itu untuk
sebentar dan menaruh tangannya pada gagang, menaruh sedikit kekuatan
pada itu, pintu itu terbuka dengan mudah bahwa itu dapat dikatakan
mengecewakan. Engesel itu tidak mengeluarkan suara derit.
Udara
dingin, yang tebal, seperti berates-ratus tahun yang sesuai dengan
keheningan itu, menyebar keluar dari celah hitam sekitar lima puluh cen
yang terbuka dan membuat Eugeo menggigil, tapi patnernya segera
memasukkan dirinya tanpa keraguan, jadi dia dengan cepat mengikutinya di
belakang. Ketika pintu besar itu tertutup di belakang, sekeliling telah
ditelan oleh kegelapan.
"System call..."
Ritual art
yang secara insting terucap keluar dari mulutnya benar-benar sama dengan
suara Kirito, jadi dia berakhir tersenyum meskipun dalam situasi itu.
Sementara melanjutkan dengan generate luminous element, Eugeo mengingat
kembali waktu dia pergi dengan Kirito ke gua utara untuk mencari Selka.
Itu sangat susah untuk menggunakan dasar di antara dasar dari sacred
arts pada saat itu dan dia tidak dapat melakukan apapun selain membuat
tongkat di tangannya dengan cahaya lemah pada ujungnya—Cahaya putih
murni dari luminous element yang muncul di atas tangannya menyingkirkan
kegelapan tebal, tanpa disadari membawa pergi suasana hati Eugeo untuk
nostalgia.
"Uo..."
Saat Kirito mengeluarkan suara keheranan dari sisinya, tegukan secara bersamaan keluar dari tenggorokan Eugeo.
Sungguh
luas, Itu disebut sebagai ruang penyimpanan, jadi dia membayangkan
suatu tempat seperti ruangan penyimpanan senjata di Akademi Master
Pedang, tapi ini benar-benar tidak masuk akal. Itu hampir lebih luas
dibanding dengan area dari arena pelatihan yang besar dimana Kirito dan
Uolo Levanteinn mengadakan pertandingan mereka.
Sinar dari
setiap dan semua warna memenuhi ruangan itu, dikelilingi oleh dinding
batu yang halus dari empat sisi, terpantul oleh cahaya dari luminous
element yang melayang keluar dari tangan Eugeo.
Secara
sistematis terbaris pada permukaan lantai adalah armor, ditaruh pada rak
dengan bantuan patung berbentuk manusia. Sebagai tambahan untuk
memiliki armor hitam legam, armor putih murni, dan itu memiliki warna
yang indah dari perunggu kemerahan, perak kebiruan, dan emas kekuningan,
itu juga termasuk dari setiap dan semua jenis armor, dari armor ringan
yang dibuat dari rantai tipis dan kulit hingga armor berat, banyak
lembaran metal yang tersusun bersama tanpa ada satupun celah. Jumlahnya
tidak kurang dari lima ratus.
Dan di dinding yang tinggi itu
tergantung, sekali lagi, sebenarnya dapat disebut setiap jenis senjata
yang berada, dengan dekat digantung bersama.
Bahkan diantara
pedang itu sendiri, ada yang panjang, yang pendek, bersama dengan
berbagai macam dari tebal, tipis, lurus dan melengkung juga. Sebagai
tambahan, berbagai jenis dari peralatan pertempuran dari kapak bermata
satu, dan bermata dua, lance di antara tombak panjang, palu perang,
cambuk dan gada, hingga panah yang tersusun dari lantai hingga mendekati
langit-langit, jumlahnya hampir tidak dapat dihitung, dan Eugeo tidak
dapat melakukan apapun selain membuat mulutnya terbuka lebar.
"...Solterina-senpai mungkin akan kebingungan dan pingsan jika dia datang ke sini, huh."
Kirito akhirnya memecah keheningan dengan bisikan beberapa detik kemudian.
"Yeah...Hal
yang sama juga berlaku untuk Gorgolosso-senpai, dia akan melempar
dirinya pada pedang besar itu dan tidak pernah meninggalkan itu jika dia
melihat itu."
Bergumam kembali dengan menghela nafas, Eugeo
dengan keras membiarkan nafasnya keluar yang menolak untuk pergi.
Memeriksa di dalam ruang penyimpanan peralatan yang besar sekali lagi,
dia menggelengkan kepalanya dua atau tiga kali.
"Bagaimana aku
mengatakan hal ini...Apakah gereja pada akhirnya berpikir tentang untuk
memulai membangun tentaranya sendiri atau seperti itu? Integrity Knight
itu sendiri sudah lebih dari cukup, bagaimanapun juga..."
"Hmm...Untuk bertarung dengan tentara kegelapan...? Tidak, bukan karena itu... "
Ekspresi Kirito tiba-tiba menegang dan melanjutkan dengan melihat ke arah Eugeo.
"Ini
untuk sebaliknya. Ini bukanlah untuk membangun tentara...tapi membuat
itu mustahil untuk membuat tentara, karena itu gereja telah mengumpulkan
peralatan di sini. Peralatan di sini mungkin semua adalah yang terkuat,
pada sacred instrument class atau suatu hal di sekitar itu. Pemimpin
tertinggi, Administrator, hendak mencegah suatu organisasi selain Gereja
Axiom untuk mencegah mereka mendapat peralatan kuat dan mendapat
potensi bertarung yang tidak diperlukan."
"Eh...? Apa maksudnya
dari hal itu? Tidak mungkin ada kemungkinan suatu organisasi yang akan
melawan Gereja Axiom, tidak peduli apapun jenis dari peralatan kuat yang
mereka pegang, dapat ada?"
"Dengan kata lain, salah seorang
dengan paling sedikit keyakinannya di kekuasaan gereja mungkin hanya
pemimpin tertinggi yang terhormat itu sendiri."
Eugeo tidak
dapat dengan segera memahami arti dari kata-kata tajam dari Kirito.
Tetapi, patnernya menepuknya di punggungnya sebelum dia dapat
merenungkannya.
"Ayolah, waktunya akan segera habis. Ayo cepat dan mendapat pedang kita kembali."
"Ah... y-yeah. Tapi itu akan menjadi tugas yang berat untuk mencarinya dari semua ini..."
Blue
Rose Sword dan pedang hitam yang tersarung masing-masing pada sarung
kulit putih dan kulit hitam secara hati-hati, tapi banyak pedang yang
sama dapat terlihat pada dinding.
"...Bahkan jika menggunakan
umbra element searching art lagi, sacred power di area ini seharusnya
telah digunakan oleh luminous elements sebelumnya.."
Ketika pada
saat itu, ketika Eugeo menghela nafas sementara berpikir 'jika memang
begitu, kita seharusnya hanya menggunakan satu cahaya kecil saja', lalu
Kirito tanpa ragu berkata.
"Oh, aku menemukannya."
Mengangkat tangan kanannya, dia segera menunjuk sisi kiri dari pintu yang mereka telah masuki.
"Woah...untuk memikirkan itu berada di tempat seperti ini."
Pedang
putih dan hitam pada arah yang Kirito tunjuk sudah pasti adalah dua
pedang kesayangan mereka, melampaui suatu keraguan apapun, Eugeo melihat
ke arah ekspresi dari patnernya dengan terdiam kagum.
"Kirito, bagaimana kau melakukan itu bahkan tanpa menggunakan sacred arts apapun...?"
"Aku hanya memperkirakan bahwa pedang terbaru yang dibawa ke tempat ini mungkin ditaruh di tempat terdekat dari pintu."
Memkirkan
bagaimana Kirito, yang mengungkapkan alasannya, anak-anak normalnya
akan menunjukkan senyum bangga pada saat seperti itu, dia sekarang untuk
suatu alasan menatap serius ke arah pedang hitamnya sendiri. Tapi dia
lalu dengan segera menghela nafas, mendekati dinding, dan menggenggam
pedang bersarung hitam itu setelah mencapai itu dengan tangan kanannya.
Dia
terdiam untuk sesaat, seolah-olah dia ragu-ragu, tapi dia mengangkat
itu dari penahan besi tak lama kemudian. Mengikuti itu, dia mengambil
Blue Rose Sword di sampingnya dengan tangan kirinya dan melemparnya.
Eugeo menangkap itu dengan panik dan berat yang dikenalnya membuat itu
diketahui pada pergelangan tangannya.
Meskipun hanya
menghabiskan beberapa hari jauh dari pedang kesayangannya, rasa kuat
dari nostalgia dan kelegaan yang bahkan mengejutkan Eugeo itu sendiri
yang mengalir di dalam dirinya dan dia dengan erat menggenggam sarungnya
dengan kedua tangannya.
Blue Rose Sword yang selalu dekat
dengannya dan telah membantunya berkali-kali bahkan semenjak Gigas Cedar
telah tertebang di dekat rumahnya. Itu adalah ketika dia telah memasuki
turnamen ilmu pedang di kota Zakkaria, itu adalah ketika dia menantang
ujian pendaftaran Akademi Master Pedang, itu adalah ketika dia telah
melanggar Taboo Index dan menebas tangan Humbert.
Jika Gereja
Axiom selalu mengumpulkan semua jenis dari peralatan kuat lebih dari
ratusan tahun, mereka tidak memperhatikan Blue Rose Sword ini,
diletakkan terbengkalai di gua utara, benar-benar nasib baik—atau
mungkin takdir. Bukti untuk mengikuti jalan untuk mengembalikan Alice
kembali pastinya bukanlah kesalahan...
"Berhenti untuk mendapati semua kegembiraan, cepatlah dan segera pakai."
Tiba-tiba
mengembalikan kesadarannya pada suara Kirito, tercampur dengan tawa,
dia melihat patnernya yang sudah memasukkan sarung pedang kesayangannya
pada pegangan dari sabuk pedangnya. Eugeo mengikutinya sementara
menunjukkan senyum malu, mengakhiri dengan tepukan pada gagangnya dan
melihat ke arah sekitar saat dia memikirkan langkah mereka selanjutnya.
Armor yang terlihat elite berjajar pada tanah yang memiliki papan nama
tergantung yang terukir pada itu, dengan nama seperti [Senrai Armor]
atau [Shinzan Kacchu], mendorong sedikit perhatian dari dirinya.
"...Apa
yang akan kita lakukan Kirito? Kita mungkin akan dapat menemukan salah
satu yang ukurannya cocok dengan kita dengan sebanyak ini di sekitar,
apa kau ingin untuk meminjam suatu armor juga?"
"Naah, kita
belum pernah memakai armor sebelumnya, bukan? Itu akan lebih baik untuk
tidak melakukan hal yang tidak biasa kau lakukan. Mungkin lebih baik
untuk mengambil pakaian di sebelah sana."
Melihat ke arah tempat
yang patnernya tunjuk dan memang benar, dia melihat pakaian dengan
berbagai warna tersusun di bagian dalam barisan dari armor. Melihat ke
arah tubuhnya sendiri, dia menemukan bekas robekan dan terbakar pada
seragam akademi yang dia telah pakai dari dua hari yang lalu disebabkan
oleh pertarungan dan selanjutnya melarikan diri dari Knight Eldrie.
"Benar, itu kelihatannya akan menjadi tidak dapat dibedakan dari pakaian usang cepat atau lambat jika kita terus bergerak."
Dua
luminous elements melayang di atas kepala secara perlahan kehilangan
cahayanya juga. Mengusir jauh rasa penyesalannya yang masih tertinggal
pada armor, dia berlari ke bagian pakaian dan secara sembarangan mencari
pada kain yang kelihatannya berkualitas tinggi, mencari pada mantel dan
celana panjang yang cocok dengan tubuhnya. Membalikkan punggung mereka
satu sama lain, mereka dengan cepat berganti.
Menaruh tangannya
melalui lengan dari baju berwarna biru yang benar-benar mirip dengan
seragam akademinya, Eugeo terkejut oleh tekstur dari kelembutannya.
Ketika dia membalikkan tubuhnya setelah berganti, dia melihat Kirito
memiliki pemikiran yang sama, mengelus kain hitam dengan kedua
tangannya.
"...Pakaian ini pasti memiliki sedikit cerita darinya
yang dapat untuk dicertiakan. Itu akan baik jika itu dapat menghentikan
serangan dari Integrity Knight meskipun sedikit, bagaimanapun juga."
"Sekarang itu berharap terlalu banyak."
Setelah tertawa sedikit pada kata-kata aneh dari patenrnya, ekspresi Eugeo menjadi tegang.
"Jadi sekarang...Bolehkan kita segera pergi?"
"Yeah...Aku rasa begitu."
Menukar komentar singkat, mereka kembali menuju pintu masuk.
Hal
ini berjalan sangat bagus hingga sejauh ini yang dapat dikatakan
mengecewakan, tapi itu tidak akan bertahan seperti itu. Mari melanjtukan
dengan meningkatkan kewaspadaan kita—mereka dengan dalam, mengangguk
diam bersamaan termasuk menyadari fakta itu, Eugeo memegang ganggang
kanan dari pintu dan Kirito, ganggang kiri.
Dengan pelan membuka pintu bersamaan, celah itu melebar dengan hati-hati—
Do-ka-ka-ka! Suara itu terdengar hampir bersamaan dengan panah
besi yang tak terhitung jumlahnya yang menembus permukaan dari pintu
tebal itu.
"Uwah!"
"Owah!?"
Seorang
knight yang dikenalnya dengan armor berwarna merah berdiri di tangga
masuk yang besar, jauh pada sisi yang berlawanan dari ruangan persegi
memanjang dari pintu masuk, dimulai dari anak panah tajam yang baru
dipasang pada busur panjang dengan tinggi yang hampir sama. Lebih jauh
lagi, itu berjumlah empat pada waktu yang bersamaan. Tidak ada kesalahan
bahwa itu adalah Integrity Knight yang sama dengan knight yang
mengendarai naga terbang di taman mawar.
Jarak di antara kita
kira-kira tiga puluh mel, huh? Pedang pastinya tidak akan sampai, tapi
itu sepertinya akan menjadi jarak sempurna untuk pemanah ahli. Dan kita
mungkin tidak akan memiliki waktu untuk mencabut pedang dari pinggang
kita dari postur jatuh yang buruk ini, lupakan untuk berdiri dan
berlindung pada dinding.
Karena itulah aku mengatakan bahwa kita seharusnya mengenakan armor! Itu akan jauh lebih baik jika kita memiliki perisai!
Eugeo
meneriakkan itu di dalam hatinya saat knight itu mulai menarik tali
dari busur panjang itu pada waktu yang hampir bersamaan.
Dengan
keadaan seperti mereka sekarang, aku tidak memiliki pilihan selain
menyerah untuk menghindar tanpa mendapat luka dan menggunakan semua yang
aku punya untuk menghindari luka fatal—tidak, luka parah yang membuatku
tidak bisa bergerak setidaknya.
Eugeo membuka lebar matanya dan
menatap pada empat anak panah yang tajam. Anak panah kusam berwarna
perak itu tidak dibidik pada jantung mereka, tapi kaki mereka. Itu
seperti yang Cardinal katakan, perintah yang diberikan pada knight itu
kelihatannya bukan untuk membunuh kita, tapi untuk menangkap kita. Tapi
pada keadaan sekarang, jika tertangkap pada dasarnya sama dengan
terbunuh.
Integrity Knight itu menarik keras tali busurnya hingga batasnya.
Pada saat keadaan menjadi tenang, dimana semua gerakan kelihatannya akan berhenti—
Suara tegang Kirito menembus melalui keheningan itu.
"Burst element!"
Eugeo
tidak dapat dengan segera menangkap apa yang patnernya katakan saat itu
terlalu cepat. Dia mengerti artinya hanya setelah fenomena itu terjadi.
Cahaya terang berwarna putih tiba-tiba bersinar di pandangannya.
Sebuah
cahaya yang kuat, seolah-olah Solus telah turun. Itu hanya art
sederhana yang hanya melepaskan luminous element, salah satu dari
«elements» yang menjadi salah satu dari elemental sacred arts, tapi
Kirito tidak mengatakan upacara art untuk menciptakan elements. Kapan
dia melakukannya—...
Tidak, ada satu element. Ada luminous
elements, melayang di tengah udara, dipanggil oleh mereka berdua untuk
menerangi ruangan penyimpanan sepuluh menit yang lalu, bukan? Element
itu dibiarkan untuk bersiap pada upacara art berikutnya. Kirito
memberikan perintah pada element yang melayang di atas kepalanya untuk
bebas dan menghasilkan cahaya yang terang sekali.
—Ada juga
ketika dia melempar pecahan gelas yang dia ambil pada pertarungan dengan
Eldrie juga, aku sama sekali bukan tandingannya dalam bertarung dengan
menggunakan item yang tersebar di sekitar seperti biasanya...
Sementara
memikirkan tentang hal seperti itu, Eugeo mengumpulkan kekuatan pada
kakinya di dalam cahaya putih dan melompat ke kanan dengan semua
kekuatannya.
Dia segera mendengar suara keras dari panah besi
yang menembus pada lantai batu, datang dari dimana dia berada beberapa
detik lalu. Itu akan lebih baik untuk berlindung pada dinding untuk
pertama-tama, setelah menghindari tembakan langsung—atau seperti itu
yang dia pikirkan, ketika teriakan rendah Kirito mencapai telinganya.
"Maju!"
Mengerti
tujuan patnernya dalam sekejap, Eugeo menghentakkan kakinya di tanah
sekali lagi. Tidak miring ke kanan, melainkan lurus ke depan.
Ledakan
luminous element dari atas kepala, di belakang mereka berdua, yang
berarti Kirito dan Eugeo tidak menghadap sumber cahaya secara langsung,
tapi mata Integrity Knight itu seharusnya melihat cahaya itu secara
langsung. Tidak ada keraguan bahwa pandangannya seharusnya akan
menghilang untuk beberapa detik.
Kemampuan serangan langsung
dari luminous element sangatlah rendah dibandingkan dengan thermal dan
cryogenic elements, dan kebanyakan justru digunakan untuk healing arts,
tapi jika seseorang hendak membuat senjata dari cahaya tersebut, itu
memiliki kemampuan meyakinkan untuk menyilaukan mata dan sangat
mengagumkan. Karena itu, itu sangat baik untuk mempersiapkan element
dengan tipe berlawanan, umbra element, untuk demi menetralkan upacara
art tersebut ketika musuh menciptakan luminous element saat pertarungan,
ini bahkan diajar dalam pelajaran akademi.
Tidak ada
kemungkinan seorang Integrity Knight, berdiri di puncak dari semua
swordsman dan pengguna art, tidak pernah mendengar pengetahuan umum
seperti itu, yang berarti memanggil keluar luminous element lagi dan
menyilaukan dia tidak akan bekerja untuk kedua kalinya. Ini adalah
kesempatan pertama dan terakhir untuk mempersempit jarak dari pemanah
musuh.
Kecepatan analisis dari situasi dan pemilihan aksi juga
salah satu dari poin utama dari Aincrad-style, atau seperti itu yang
Kirito katakan pada Eugeo berkali-kali. Cara berpikir dari itu sama
sekali berbeda dengan High Norkia-style yang menekankan pada kehalusan
dan kekuaatan di gerakannya. Dan jimat untuk menenangkan pikiran
seseorang dan menaruh itu dalam praktek, bahkan di tengah-tengah
pertarungan adalah «stay cool».
Selangkah di belakang patnernya
dari mengikuti penggunaan dari luminous element, Eugeo dengan
tergesa-gesa mengejar langkah kaki di depannya. Dia menarik Blue Rose
Sword dari pinggang kirinya saat dia berlari.
Setelah
menyelesaikan tujuannya, luminous element itu segera menghilang setelah
itu, dan dunia mendapatkan warna dan bentuknya. Keduanya telah berlari
di ruangan luas dari ruangan penyimpanan peralatan. Memastikan dengan
kedua mata terbuka lebar, Integrity Knight itu dapat terlihat berdiri
dua puluh langkah dari tangga di depan.
Seperti yang
diprediksikan, itu kelihatannya penglihatan knight itu terganggu.
Tubuhnya terhuyung dengan tangan kanannya melindungi wajahnya di dalam
helm berwarna perunggu.
Itu benar-benar keberuntungan bahwa
tidak seperti Eldrie, Integrity Knight di depan mereka tidak memiliki
pedang di pinggangnya. Dia memiliki rasa percaya diri yang besar, tidak
membawa apapun selain satu busur panjang ketika mengambil pertarungan di
dalam ruangan. Dia pasti telah yakin bahwa dia telah menembak pada kaki
mereka berdua sebelum mereka dapat mendekat.
Pikiran Eugeo
sangat tenang, tapi meski begitu, dia tidak dapat menahan api
kemarahannya, dengan lemah berpengaruh di kesadarannya.
—Integrity
Knight, kau juga sama dengan Raios dan Humbert. Kau angkuh, sombong dan
mempercayai dirimu sendiri bahwa kau selalu benar. Kau yakin bahwa kau
adalah, penjelmaan dari keadilan, bahwa benar-benar tidak memiliki
kemungkinan kalah.
—Tapi itu hanya kesombonganmu. Tunggu saja, aku akan...membuktikannya kepada kau dalam sekejap!!
Didorong
oleh emsoi yang tidak dikenalnya, Eugeo menyerbu menuju tangga besar.
Itu setelah melewati dua langkah pertama, saat kaki kanannya mencapai
yang ketiga.
Knight itu, berdiri di ujung tangga sedikit lebih
banyak sepuluh langkah lebih jauh, melepaskan tangan kanannya dari wajah
yang dilindunginya, membalik itu menuju punggungnya, dan menarik keluar
panah besi dari tempat anak panah. Setiap dari yang tersisa, semuanya
pada waktu yang sama.
Sejumlah banyak anak panah dengan cepat
ada di tangan kanannya yang diambil dari punggungnya yang berjumlah
setidaknya tiga puluh tidak peduli bagaimana seseorang melihat itu.
Bahkan tanpa memberikan waktu yang cukup untuk mempertanyakan apa yang
dia telah rencanakan, knight itu menembak seluruh anak panahnya dari
tali busur yang dipegang secara horizontal dengan tangan kirinya.
"Apa..."
Berhenti
dengan kakinya pada langkah ketiga di tangga besar itu, Eugeo menahan
nafasnya. Seharusnya tidak ada cara satu tali busur yang tipi situ dapat
untuk menembak tiga puluh anak panah secara bersamaan.
Suara
deritan, logam mencapai telinganya. Sesuatu yang dingin mengalir di
punggungnya saat menyadari bahwa itu adalah anak panah besi yang
bersuara saat itu menahan genggaman kuat.
Itu kelihatannya
Kirito, yang berhenti di kanan, telah mengetahui maksud dari knight itu
juga. Itu dapat dikatakan sebagai kesalahan yang dibuat karena putus
asa, atau—
Suara keras yang semakin meningkat semakin terdengar, tali busur itu telah ditarik secara keras.
"—Lompat kembali menuju kiri!"
Kirito berteriak.
Binn! Udara bergetar, dan segera diikuti oleh dengan suara deritan saat tali busur itu rusak di bawah tekanan.
Tapi
setiap salah satu dari tiga puluh anak panah telah tertembak dengan
pola lingkaran, tertembak ke bawah pada mereka sebagai serangan
mematikan, badai berwarna perak.
Eugeo menghentakkan kakinya di
tangga dengan suatu kekuatan yang membuat dia berpikir bahwa kaki
kanannya retak, melemparkan tubuhya ke arah kirir. Dia menempatkan Blue
Rose Sword persis di tengah-tengah tubuhnya, melindungi tubuhnya.
Mereka
berdua pastinya akan mendapati tubuh mereka penuh dengan lubang jika
knight itu tidak memiliki masalah dengan penglihatannya. Satu anak panah
mengenai Blue Rose Sword dan telah dipantulkan dengan suara keras. Satu
tertambak melewati bagian kanan dari celana Eugeo, satu membuat luka
kecil pada paha kirinya, dan satu menggores pipi kirinya, menggores
beberapa helai rambut.
Dengan keras jatuh di tanag, dengan bahu
pertama, rasa takut membuat Eugeo menggeretakkan giginya saat dia
melihat ke bawah tubuhnya. Setelah mengkonfirmasi beberapa luka yang
tidak parah, dia membalikkan wajahnya menuju Kirito yang melompat ke
arah kanan.
"Kirito! Apa kau baik-baik saja?!"
Patner berambut hitamnya dengan pelan mengangguk dengan ekspresi yang menjadi kaku seperti yang diduga pada teriakan seraknya.
"En...Entah bagaimana. Kelihatannya itu menembus melalui di antara celah jari kakiku."
Dia
melihat anak panah yang tertusuk pada ujung dari sepatu kiri Kirito,
menusuk pada ujung sepatunya, ketika dia melihatnya. Sementara berterima
kasih pada kecepatan reaksi patnernya dan keberuntungan yang baik,
Eugeo mengambil nafas yang dalam.
"...Itu sangat berbahaya..."
Dia berguman saat dia mendorong tubuh kakunya untuk berdiri.
Ketika
dia melihat ke atas pada puncak tangga itu, Integrity Knight
benar-benar berhenti bergerak kali ini juga. Tempat anak panah di
punggungnya telah kosong, dan tali busur besarnya juga, telah rusak dan
tergantung keluar. Inilah yang benar –benar apa yang dimaksud dengan
kehabisan pilihan, dengan busurnya rusak dan anak panahnya habis. Tapi
lawannya adalah Integrity Knight, jadi itu tidak dapat diterima untuk
menurunkan pertahanan, tidak perlu dibilang ini bukanlah situasi untuk
kasihan.
"...Ayo maju."
Patnernya memperlihatkan panggilan tenang dan Eugeo menapakkan kakinya pada lantai sekali lagi.
Tapi Kirito menginstruksikan Eugeo, dengan tangan kirinya yang masih memegang anak panah yang hendak dicabut dari sepatunya.
"Tunggu..Knight itu mengucapkan sebuah..."
Eugeo
menajamkan pendengaran telinganya dengan kebingungan. Selama mereka
tidak berada dalam jarak dimana mereka dapat menebas musuh dengan satu
serangan, itu sangat penting untuk menciptakan element yang berlawanan
ketika dia mulai mengucapkan upacara sacred art. Dia berfokus pada
suara, yang diucapkan dengan cara yang keras, diucapkan dari dalam helm
Integrity Knight. Dia mengucapkannya agak cepat, tapi dia dapat
menangkap itu entah bagaimana, mungkin karena dia telah belajar di
ruangan perpustakaan itu.
Tetapi, setiap dan semua kata di
upacara itu terdengar baru di telinganya. Dia tidak dapat langkah
perlawanan tanpa kata yang memasukkan «generate», yang menentukan tipe
dari element.
"Sial, itu..."
Pada saat itu, suara Kirito keluar dengan nafas tertahan.
"Ini bukanlah serangan elemental. Ini adalah «armament full control art»."
Sebelum kata-kata tegang itu dapat berakhir, Integrity Knight meneriakkan kalimat terakhir dengan jelas.
"—Enhance armament!"
Dengan
suara 'po', api orange telah muncul di tali busur yang putus menjadi
dua dan tergantung di ujung. Api yang memusnahkan tali busur dalam
sekejap mata dan lalu sesuatu terjadi pada saat itu mencapai kedua ujung
dari busur besar.
Api gelap yang terbakar muncul dari seluruh busur tembaga.
Sebuah
api yang kelihatannya cukup untuk membakar kulit seseorang menyebar
menuju bawah tangga dan Eugeo secara insting melindungi wajahnya.
Integrity Knight yang berdiri di puncak tangga terbungkus api yang
keluar dari busur di sekitar seluruh tubuhnya, seolah-olah dia telah
terbakar.
Eugeo terbingung pada apa yang harus diperbuat, dengan
perkembangan yang benar-benar tak terduga. Haruskah aku menyimpulkan
knight itu sudah tidak memiliki kemampuan menyerang lagi bahkan setelah
menggunakan full control art, karena anak panah itu telah habis, dan
menyerbu? Atau mungkin knight itu menghabiskan anak panah pada serangan
beberapa saat yang lalu karena itu tidak lagi dibutuhkan dalam full
control state?
Memikirkan bagaimana patnernya melihat itu, dia
mengambil pandangan sekilas di sisinya dan melihat Kirito menatap itu
dengan takjup, bahkan dengan senyuman samar-samar di mulutnya seperti
anak kecil, tidak segera mundur maupun menyerbu.
"Sekarang ini benar-benar mengagumkan...Aku ingin tahu darimana asal dari busur itu."
"Ini bukanlah waktu untuk mengaguminya."
Dia
merasa seperti ingin menepuk bahu Kirito diluar kebiasaannya, tapi dia
menahan itu dan melihat ke arah knight itu sekali lagi. Mereka dapat
menggunakan full control art yang mereka baru saja pelajari juga, untuk
menghadapi dengan upacara art musuh, tapi tidak ada keraguan bahwa di
sisi lain tidak akan mengizinkannya. Itu sudah pasti mereka akan
diserang sebelum mereka dapat menyelesaikannya mengucapkan upacara art
yang panjang. Jika mereka hendak memaksa untuk menggunakannya, mereka
tidak mungkin untuk dapat menyelesaikannya tepat waktu kecuali mereka
mulai mengucapkannya bersamaan dengan musuh.
Dengan hal yang
berkembang sejauh ini, tidak ada yang dapat dilakukan selain untuk
beradaptasi dengan pergerakan musuh, Eugeo telah meyakinkan dirinya
untuk yang terburuk, tapi kelihatannya Integrity Knight bermaskud untuk
berhenti sejenak juga, menaikkan penutup helm tersebut dengan tangan
kanannya sementara busur yang terbakar itu masih tersisa di tangan
kirinya.
Wajahnya tidak terlihat, tenggelam didalam bayangan
yang dibuat oleh api, tapi Eugeo memahami sinar kuat di matanya yang
benar-benar mengingatkannya pada anak panah besi. Suara yang
dikeluarkannya, juga, membawa gema seperti mesin yang membuat itu tidak
telihat seperti manusia.
"—Ini benar-benar sudah dua tahun
semenjak aku terbungkus api dari «Conflagrant Flame Bow» dalam kondisi
seperti ini. Aku mengerti, itu kelihatannya bahwa kalian memiliki
kemampuan untuk bertukar serangan dengan Knight Eldrie Synthesis
Thirty-one, kriminal. Tetapi, itu membuatmu lebih tidak dapat dimaafkan.
Untuk tidak melakukan pertarungan adil dan baik di antara knight, tapi
untuk menipu Thirty-one melalui darkness arts yang mengerikan itu!"
"Dar... darkness arts, kau bilang?"
Kirito
berbicara dari sisinya, seolah-olah dia telah terkejut. Eugeo
kehilangan nafasnya untuk sesaat, juga, lalu dengan cepat menggelengkan
kepalanya saat dia berteriak.
"Ti...Tidak seperti itu, kita
tidak pernah menggunakan darkness arts atau sesuatu seperti itu! Kita
hanya berbicara tentang Eldrie-san sebelum dia menjadi Integrity Knight
dan..."
"Apa, sebelum dia menjadi Integrity Knight!? Kita
Integrity Knight tidak memiliki masa lalu dari diri kita! Kita selalu
menjadi Integrity Knight yang terhormat dari semenjak kita telah
dipanggil dari Celestial World!!"
Kata-kata kemarahan, seperti baja membuat tangga besar itu bergetar dan menghilangkan nafas Eugeo.
Menurut
gadis itu, Cardinal, semua Integrity Knight memiliki ingatan mereka
telah disegel sebelum menjadi salah satunya. Dengan kata lain, knight
merah dihadapan matanya, juga, hanya mempercayai secara menyeluruh bahwa
«dia telah dipanggil dari Celestial World».
Itu kelihatannya
mungkin untuk membuat Integrity Knight menjadi gelisah jika ingatan asli
mereka, yang dihalangi oleh objek yang disebut «piety module», hendak
didorong, tapi itu mustahil ketika dia bahkan tidak megetahui dari nama
musuhnya. Singkatnya, dia tidak dapat dihentikan dengan metode sama yang
digunakan pada kasus Eldrie.
Knight itu mengeluarkan suara
bergemuruh dengan ketinggian yang memuncak di tengah-tengah percikan api
tanpa batas menyebar dari busur besar.
"Aku tidak akan mengubah
kalian menjadi abu karena aku telah diperintah untuk menangkap kalian
hidup-hidup, tapi persiapkan diri kalian untuk mendapati tangan kalian
terbakar dengan Conflagrant Flame Bow yang telah dilepas seperti yang
kau lihat! Cobalah semua yang kau bisa, untuk melihat apakah pedang
jelek itu mampu untuk menyelinap melalui api penghukuman ini dan
mencapaiku!!"
Knight itu menaruh tangan kanannya kurang lebih
dimana busur itu, diangakt tinggi, yang awalnya memiliki talinya. Bahkan
sebelum memberikan waktu untuk memikirkan apa sikap dari ujung jarinya
yang dilakukan, seperti menggenggam pada sesuatu, yang berarti—
Api
kuat melonjak keluar di depan busur dan berubah menjadi satu anak panah
dalam sekejap. Punggung Eugeo menjadi kaku saat merasakan dengan jelas
jumlah kekuatan yang absurd di dalam anak panah yang bersinar terang.
"Kurasa bukan lagi masalah untuk memutuskan tali busurnya dan menghabiskan anak panahnya."
Suara
Kirito dengan erangan pelan di sisinya, jadi dia mengumpulkan kekuatan
pada mulutnya yang kelihatannya itu seperti hendak bergetar dan dengan
cepat menjawab.
"Ada rencana?"
"Dia tidak dapat menembak
berkali-kali secara berturut-turut, itu adalah perkiraanku. Aku akan
menghentikan serangan pertamanya entah bagaimana, jadi kau dapat pergi
untuk menebasnya."
"Perkiraan, hei..."
—Dengan kata
lain, itu berarti semuanya akan berakhir jika panah api itu dapat
ditembak secara beruntun. Tetapi, bahkan jika itu adalah satu tembakan,
itu sudah cukup untuk membukti bahwa itu memiliki kemampuan yang cukup
untuk membunuh dalam satu serangan, bukan? Keraguan bagaimana Kirito
akan bertahan pada serangan seperti itu meningkat, tapi Eugeo mengangkat
bahunya dan mengangguk.
"—Aku mengerti."
Kirito mungkin
akan menghentikannya jika dia mengatakan dia bisa. Ini jauh lebih
realistik ketika dibandingkan dengan keabsurdan dari dia menebang Gigas
Cedar ketika dia mengatakan dia akan melakukannya.
Mungkin
karena mereka berdua telah memikirkannya, kembali ke posisi dengan
pedang mereka masing-masing yang telah siap, saat mempersiapkan diri
mereka untuk yang terburuk, Integrity Knight itu mulai menarik tali tak
terlihat dengan udara yang tenang.
Panas yang mengusap pipi
Eugeo menguat lebih jauh lagi. Api yang dikeluarkan dari busur besar,
yang kelihatannya bernama Conflagrant Flame Bow, telah mencapai
langit-langit puncak tangga dan telah membakar marmer hitam.
Kirito bergerak tanpa peringatan.
Dengan
tanpa teriakan bertarung, atau hentakkan kaki pada tanah, dia menerjang
maju seperti daun dari pohon yang disapu oleh arus air yang cepat.
Beberapa detik kemudian, Eugeo mengikuti di belakang dengan tidak
tenang.
Hanya samar-samar, cahaya biru bersinar melalui tangan
patnernya yang digenggam longgar saat dia berlari ke atas anak tangga,
tapi Eugeo masih menyadarinya. Dia mungkin telah menciptakan itu secara
rahasia sementara knight itu mengatakan pidatonya, dan dia tidak
memiliki keraguan bahwa sinar itu dikeluarkan oleh cryogenic elements.
Knight
itu akhirnya menarik busur besar itu hingga batasnya ketika mereka
mendekat setengah perjalanan dari dua puluh langkah menuju tangga.
Upacara art dengan cepat keluar dari mulut Kirito pada saat yang sama.
"Form element, shield shape! Discharge!"
Jumlah
dari element yang berbaris dan tertembak maju dari tangan kirinya, yang
dengan tajam keluar, adalah batas maksimum secara bersamaan untuk satu
tangan adalah, lima. Titik biru dari cahaya sukses berubah menjadi,
perisai lingkaran, besar dimulai dengan bagian yang utama, dan
menciptakan pengahalang tebal diantara Kirito dan Integrity Knight.
Suara keras keluar dari mulut knight itu untuk ketiga kalinya ketika dia melihat itu.
"Jangan membuatku tertawa!—Tembuslah ke dalam itu!!"
Api
besar yang terkumpul itu, anak panah api itu—tidak, itu akan jauh lebih
tepat untuk menyebut itu tombak api untuk sekarang, ditembak dengan
hentakan, raungannya membawa pikiran kepada nafas api naga.
Tombak api yang hendak menyentuh dengan perisai es yang Kirito telah ciptakan setelah sesaat terbang.
Perisai pertama tersebar pada saat sementara seperti itu, pecahannya dengan segera berubah menjadi uap air juga.
Perisai kedua dan ketiga, juga, telah ditembus sebelum suara pecah mencapai telinganya.
Perisai
keempat memiliki intinya, dimana anak panah itu mengenainya, membengkok
ke dalam, tapi seperti yang diduga, itu tidaklah cukup dan tersebar.
Melihat ke arah perisai terakhir, tombak api yang mendekat menuju mata
dan hidungnya mewarnai pandangannya dengan merah terang.
Tapi
meski begitu, Eugeo tidak memperlambat kecepatannya dan terus berlari ke
atas tangga. Dia tidak dapat membiarkan patnernya, tepan di depan
matanya, menyerang maju secara sendirian.
Eugeo menggeretakkan
giginya dan menangkap pandangan dari tombak api yang bertabrakan dengan
perisai kelima di depan, akhirnya kehilangan sejumlah dorongannya, tanpa
memperhatikan bagaimana sedikit pengurangannya. Percikan api dengan
keras tersebar ketika tidak dapat untuk untuk menjebol penghalang yang
awalnya dari atribut elemental yang berlawanan.
"——!?"
Mata
Eugeo dengan cepat terbuka lebar pada saat itu. Itu kelihatannya tombak
yang terbakar jauh di dinding es semi transparan mengganti bentuknya
dalam sekejap. Bentuk, dengan paruh terbuka lebar dan sayap yang
terentang, yang sebetulnya hampir sama dengan burung pemangsa...
Tapi
bahkan tanpa memberikan kesempatan untuk Eugeo mengedipkan mata, tak
terhitung retakan dari permukaan perisai terakhir dan itu hancur
berkeping-keping.
Udara panas yang menolak dia bahkan dari
bernafas lalu segera turun. Tombak api, tidak, burung api yang telah
menembus setiap penghalang membuat serangan keras seolah-olah hendak
membakar Kirito di dalam apinya juga.
"Uooooh!!"
Itu
adalah ketika teriakan bersemangat akhirnya keluar dari mulut Kirito.
Dia dengan tajam menusuk pedang hitamnya yang dipegang di tangan
kanannya ke depan.
Dia tidak akan mencoba untuk menebas burung besar itu, bukan, Eugeo bertanya-tanya. Tetapi.
Pedang
Kirito memanjang lurus ke depan meniru busur yang tak terbayangkan. Itu
berputar seperti kincir angin, bergerak secepat kilat dengan lima jari
yang bersinar itu berperan sebagai titik tumpuan.
Tapi
kecepatannya benar-benar luar biasa. Itu tidak diketahui bagaimana
sebenarnya jari itu bergerak, pedang itu berputar dengan kecepatan yang
lebih dari mata yang dapat ikuti, seolah-olah perisai hitam semi
transparan telah membuat kemunculannya.
Burung api itu telah menyentuh dengan perisai keenam.
Dowaa!! Suara bergemuruh itu mungkin adalah teriakan kemarahan dari burung besar itu—
Api
berbahaya yang telah menghancurkan pada lima dinding es telah terpotong
menjadi ribuan bagian oleh putaran pedang itu, menyebarkan itu menjauh
dengan cara memutar. Tapi beberapa diantara itu menyelimuti tubuh
Kirito, menyebabkan satu ledakan kecil setelah ledakan lainnya.
Melihat tubuh patnernya hendak terlempar ke udara seolah-olah itu hendak dipukul mundur, Eugeo berteriak.
"Kirito—!!"
Bahkan sementara dia ditelan oleh percikan api tanpa akhir, Kirito berteriak kembali dari udara.
"Jangan berhenti, Eugeo!!"
Menghilangkan
keraguannya sesaat, Eugeo menatap maju. Kirito tidak akan berhenti dan
membiarkan kesempatan sekali dalam seumur hidup kabur di situasi ini.
Dia telah menyelesaikan apa yang dia katakan dia bisa. Jadi dia pastinya
harus memenuhi sisinya untuk menebas.
Melewati patnernya, saat dia terjatuh ke arah kanan, Eugeo melompat pada langkah yang tersisa.
Menebas
pada sisa dari api yang melayang di udara dalam satu serangan, puncak
tangga dimana knight itu berdiri dapat dikatakan hampir mendekati tepat
dihadapannya.
Itu
pasti telah melebihi dugaan dari Integrity Knight itu juga, untuk
sebuah serangan, yang mengambil semua kekuatannya dari armament full
control art, untuk ditahan tanpa menimbulkan luka apapun. Wajah
sebenarnya masih tidak dapat terlihat dari jarak ini, tapi dia merasa
tanda keterkejutan dari dalam helmnya. Tidak ada waktu yang cukup untuk
menarik busur dan menembak tembakan lainnya. Selama dia tidak dilengkapi
dengan pedang, dengan membiarkan dia mendekatkan jaraknya—
-Ini kekalahanmu!
Eugeo mengangkat tinggi Blue Rose Sword sementara memproyeksikan teriakan diam itu.
"Jangan meremehkan aku, kriminal!!"
Knight itu berteriak seolah-olah dia mendengar pikiran Eugeo.
Jejak
dari keterkejutannya menghilang dalam sekejap dan sebuah semangat
bertarung yang kuat menyelimuti armor berat perunggu itu. Tangan kanan
yang memegang busur besar yang terbakar itu telah diangkat tinggi, di
atas kepala dan api mengerikan itu terkumpul di tangannya sekali lagi.
"Doaah!!"
Bersamaan dengan teriakan yang berdesir di udara yang panas, tangan kiri knight itu diacungkan dalam garis lurus.
—Sekarang apa!?
Dia telah melancarkan itu untuk serangan, tapi pikiran itu terlintas jauh di dalam pikirannya untuk sekejap.
Normalnya
memikirkan tentang itu, baik jarak dan kekuatan akan jauh lebih tinggi
di sisi ini, ketika membandingkan pedang dan pukulan. Tapi di sisi lain
telah berdiri di posisi yang menguntungkan. Akankah Blue Rose Sword yang
relatif tipis dapat untuk mendorong kembali tinju yang dilepaskan dari
Integrity Knight yang tidak hanya tinggi, tapi memiliki keuntungan dari
tiga langkah lebih tinggi juga? Akankah dia menghindar dan menyerang
lagi setelah menaiki tangga hingga puncak tangga?
Tidak—
Kirito, knight dari Aincrad-style yang merupakan guru Eugeo dan juga teman terdekatnya, pernah sekali mengatakan ini.
—Di dunia ini, apa yang penting adalah untuk menaruh sesuatu pada pedangmu.
—Kau adalah seseorang yang mencari apa yang hendak kau taruh pada pedangmu.
Itu
sama dengan seseorang yang mengajar Eugeo, Gorgolosso-senpai, seseorang
yang mengajar Kirito, Solterina-senpai, dan bahkan bangsawan yang
sombong dan juga tidak terhormat, Raios dan Humbert, mereka memiliki
sesuatu yang memberikan kekuatan pada pedang. Tapi Eugeo secara pribadi
merasa dia masih mencari untuk itu. Latihan sehari-harinya melebihi
dibandingkan dengan siapapun dan dia mengerti berbagai secret moves,
tapi dia masih harus menemukan sesuatu untuk diberikan pada pedangnya.
Itu mungkin bahkan sesuatu yang dia bahkan tidak akan dapat temukan
untuk selama-lamanya, sebagai seseorang yang tidak terlahir sebagai
swordsman.
Meski begitu. Setidaknya, dia tidak dapat menyerah
pada kekuatan Integrity Knight ini dan menarik pedangnya kembali untuk
waktu yang penting ini. Setelah semua, waktunya untuk meningkatkan
dengan berlatih pedang terus menerus telah berakhir. Eugeo memiliki
tujuan tetap sekarang. Untuk mengembalikan Alice, yang diubah menjadi
Integrity Knight dengan ingatannya yang telah diambil.
——Alice.
Ya,
itu semua yang terpenting. Dia tidak dapat melakukan apapun selain
melihat saat teman masa kecilnya diambil oleh Integrity Knight pada
musim panas delapan tahun lalu, kali ini, dia pasti akan
menyelamatkannya. Keahliaannya di ilmu pedang, pengetahuan di sacred
arts, mempoles semua itu hanya untuk tujuan itu.
—Tolong,
pinjamkan aku kekuatanmu. Aku masih tidak berpengalaman dan mungkin
tidak bisa menjadi pemilik yang pantas untuk pedang terkenal seperti
kau...Tapi aku tidak dapat melakukan apapun selain untuk maju!
Sementara
mengatakan itu di dalam hatinya, dengan kuat membungkukkan seluruh
tubuhnya setelah mengambil posisi dengan Blue Rose Sword yang digenggam
di atas kepala.
Cahaya biru terang menyelimuti pedang yang transparan. Aincrad-style secret move, «Vertical».
"O... oohh!"
Dibimbing
oleh niat yang kuat, pedang itu menyerang lurus. Sebuah suara yang
keras, keunikan dari secret moves, bergema dari pedang saat itu bersinar
melalui udara dan terhantam pada tangan kiri Integrity Knight yang
terbakar itu.
Gelombang kejut dari cahaya biru dan merah
bergabung menjadi satu dan menyebar keluar di dalam lingkaran, mengoyak
karpet merah yang terbentang di atas tangga dan kain yang tergantung di
dinding. Tinju dan pedang itu masih tidak bergerak di udara, masih
menempel bersama-sama.
Creak, creak, sarung tangan armor dan
pedang saling menghantam satu sama lain. Eugeo mengeluarkan semua yang
dia punya untuk berusaha menyelesaikan secret move, tapi tangan knight
itu tidak membuat gerakan sedikitpun, seolah-olah itu adalah batu.
Tetapi, musuh tidak kelihatan memiliki ketenangan yang lebih juga.
Rintihan lemah keluar dari dalam helm saat dia memindahkan seluruh beban
tubuhnya pada tangannya.
Itu adalah jalan buntu, tapi saat itu
berlangsung dalamn beberapa detik. Api yang dilepaskan dari Conflagrant
Flame Bow yang masih dipegang di tangan knight itu mulai membakar pada
Blue Rose Sword juga. Cahaya dari secret move yang menutupi pedang itu
bergetar seolah-olah itu akan dihentikan disini, itu sudah pasti pedang
itu akan dipukul mundur dalam sekejap dan dia akan menderita dari
serangan panas yang membakar secara langsung.
"Gu... uh, oo....!"
Eugeo
mengumpulkan semua kekuatan fisik dan mental untuk berusaha mengayun
pedang ke bawah. Tetapi, api itu terus menjadi lebih kuat dan pedang itu
mulai berubah menjadi warna merah api.
Dia tidak pernah
memperhatikan itu hingga sekarang, tapi Blue Rose Sword memiliki atribut
element es menurut pada «ingatan pedang» yang dia lihat di Ruangan
Perpustakaan Besar. Dengan demikian, itu akan lemah terhadap api yang
membakar, element yang berlawanan, dan membiarkan situasi ini untuk
waktu yang lama sudah cukup mampu untuk mengurangi Life hingga derajat
yang berbahaya.
Tapi pada waktu yang sama, itu seharusnya mungkin untuk menghilangkan api musuh dengan element pedang itu.
—Kau telah ditempa oleh badai salju terdingin di Puncak Barisan Pegunungan semenjak penciptaan dari dunia ini.
—Jangan coba untuk kalah pada api yang seperti ini!
Mungkin merespon pada teriakan Eugeo—
Tiba-tiba
udara dingin muncul keluar, menusuk tidak hanya tangan kanannya, yang
menggengam gagang, tapi tangan kiri yang membantu gagangnya juga. Itu
pastinya bukanlah halusinasi. Sebagai bukti, miniature mawar yang diukir
pada penahannya telah ditutupi dengan es putih murni. Es itu berubah
menjadi sulur tipis,dengan cepat merambat pada pedang, dan memadamkan
api yang terbakar itu.
Fenomena itu tidak berakhir di situ.
Sulur es putih murni itu bahkan menjulur pada tinju knight yang ada di
dekatnya, menyebarkan es untuk memadamkan api yang membukus di sekitar
armor berwarna perunggu...
"Nuhh..."
Mungkin disebabkan
oleh sensasi membeku yang mustahil, rintihan keluar dari knight itu.
Tidak melewatkan dengan sekejap postur musuhnya yang goyah, tanpa
memperhatikan bagaimana kecilnya itu, Eugeo melepaskan kekuatan yang
telah dia simpan.
Gyaan! Suara yang memekakkan telinga leluar, pedang itu terayun ke bawah dan memukul mundur tangan kiri knight itu.
Tetapi,
ujung pedang itu tidak menyentuh tubuh musuh itu, sayangnya. Knight itu
mengarah pada Eugeo, dengan sia-sia menebas pedangnya lurus ke bawah,
dan melepaskan tinju kanannya tanpa menunda waktu. Itu tidaklah
terbakar, tapi cukup menyakitkan seperti hantaman batu itu dari tinju
yang kuat akan mendorong jauh Eugeo hingga dasar tangga tanpa kesulitan
sedikitpun.
Tapi.
"I... eeaaah!"
Bersamaan dengan teriakan yang bersemangat, pedang Eugeo terayun dari sudut yang tajam.
Menebas
kembali dengan Blue Rose Sword, lebih berat dibandingkan dengan
sebongkah besi dengan ukuran yang sama, melalui hanya dengan kekuatan
fisik, itu mustahil tidak peduli bagaimana kuatnya seseorang itu. Hanya
ada satu alasan kenapa itu mungkin, karena itu adalah secret move dari
style ilmu pedang Aincrad-style skill dua tebasan, «Vertical Arc».
Pedang
yang dengan cepat membuat jejak yang menyerupai huruf suci, 'V',
menebas pada pelindung dada dari Integrity Knight secara diagonal.
Beberapa tetesan berwarna merah gelap keluar dari bekas luka tebasan di
armor berwarna perunggu. Ujung pedang itu mengenai badan knight itu—tapi
itu hanya dangkal.
Saat knight itu memegang bagian atas
tubuhnya, dia menguatkan kakinya dan melompat mundur. Dia akan
mendapatkan ruangan untuk menembak panah api itu sekali lagi jika
jaraknya melebar lagi. Tetapi, meskipun hal itu singkat, periode jeda
yang pasti ada setelah penggunaan secret move apapun.
Kirito
pernah memberitahunya untuk terus berpikir tentang bagaimana
menghilangkan jeda besar itu dari penggunaan secret move. Tentu saja,
itu bukanlah masalah jika serangan tebasan, tapi ada bahaya dari
mendapat serangan balasan yang berbahaya pada kasus dimana itu
ditangkis, dihindari, atau gagal untuk menghentikan gerakan musuh
seperti waktu sekarang.
Jeda yang disebabkan oleh secret moves
tidak dapat dicegah dan tidak ada yang bisa dilakukan tentang itu bahkan
jika seseorang mengetahui itu. Dia dapat melakukan dengan metode untuk
menghilangkan jeda itu, seperti bertukar dengan patnernya atau
melepaskan element angin yang baru dibuat untuk menciptakan jarak
melalui tekanan angin. Tapi Kirito telah terlempar ke ruangan dan tidak
ada cukup waktu untuk mengucapkan upacara art juga. Itu membawa metode
yang tersisa untuk dilakukan.
Eugeo mengumpulkan semua kekuatan
fisik dan mentalnya untuk mengontrol pergerakan dari Blue Rose Sword
sementara itu pada lintasan dari serangan kedua Vertical Arc. Dia
memegang pedang, yang awalnya seharusnya telah menebas ujung kiri atas,
seolah-olah itu dibantu oleh bahu kirinya. Cahaya biru yang menutupi
pedang itu tiba-tiba menghilang disebabkan oleh kekuatan berlebihan yang
dimasukkan, tapi itu tidak masalah saat serangan itu sendiri telah
berakhir.
Blue Rose Sword dihentikan di atas bahunya pada saat
knight itu dengan keras menghentakkan kakinya ke tanah. Puncak tangga
dari tangga besar itu sangat lebar, dan dia mungkin memiliki rencana
untuk menembak tombak api itu lagi sementara Eugeo terdiam jika dia
sukses melarikan diri ke ujung dinding. Tidak ada cara untuk Eugeo
bertahan dari itu jika dia mengizinkan itu.
Metode terakhir untuk menerobos jeda yang harus dihadapi.
Itu
adalah menyambungkan secret move baru dari secret move. Dengan
melakukan posisi pengaktifan skill berikutnya pada posisi akhir dari
skill sebelumnya, periode jeda itu dapat dihapus. Itu adalah secret move
diantara secret move yang bahkan gurunya, Kirito, dapat
menyelesaikannya hanya setengah waktu darinya, «menyambung skills»—
"......!!"
Mengeluarkan
nafas dalam di udara, Eugeo berharap untuk pengaktifkan skill dengan
seluruh jiwanya. Dengan segera setelah itu, pedang itu jelas bersinar
sekali lagi. Tubuhnya melompat seolah-olah dia bergetar di sana. Pedang
itu menebas ke bawah dari ujung kir bergema saat itu mendekat pada
Integrity Knight. Secret move satu tebasan, «Slant».
Pada akhirnya, kedua mata knight itu terbuka lebar di dalam helm itu.
Tidak
ada rasa sakit yang menyerang mata kanannya, ataupun huruf-huruf suci
yang berwarna merah terang membuat kemunculannya saat mereka bertarung
seperti ketika dia mencoba menebas Raios dan Humbert. Bahkan tidak ada
kebimbangan atau keraguan. Satu pikiran untuk menebas musuh yang pantas
mendapat itu membuat gerakan pada seluruh tubuh Eugeo.
Blue Rose
Sword dengan keras mengayun lurus ke bawah pada bahu kanan knight itu.
Mengikuti suara metal dari armor yang terbelah, hantaman keras dan kuat
mengirim dirinya pada tangan kanan Eugeo.
Diberikan dengan luka yang dalam dari bahu hingga mencapai dadanya, Integrity Knight itu terlempar ke belakang, menuju tanah.
"Goahh!"
Suara
yang kecil terbisik keluar dari dalam helm dan dengan segera setelah
itu, darah berjumlah besar menyembur keluar dari bawah helm itu,
terlihat lebih merah dibandingkan dengan armor berwarna perunggu itu.
Ini
membuat kedua kalinya dia menebas manusia, tapi Eugeo masih merasa
nafasnya berhenti untuk sesaat. Suatu jenis sensasi menekan menyerang
bagian bawah perutnya saat menyadari pengaruh balik yang masih tersisa
di tangan kanannya, tapi dia dengan susah payah menekan itu.
Seolah-olah
setuju dengan perasaan Eugeo, Blue Rose Sword memancarkan lagi
gelombang kuat dari udara dingin lainnya, mengubah semua darah yang
melekat di pedangnya menjadi es dan setelah mengguncangkannya, itu
kembali ke kondisi biasanya. Bahu kanan knight itu telah membeku saat
dia melihatnya, darah yang menetes berubah menjadi tetes air yang
membeku.
"Guh..."
Knight itu mengeluarkan rintihan lemah
saat dia mengangkat tangan kirinya yang masih memegang busur itu,
mencoba menggerakkan itu menuju luka. Eugeo mengumpulkan kekuatan
kembali ke tangan kanannya yang memegang pedangnya saat melihat itu. Dia
akan menebas knight yang terjatuh itu sekali lagi jika musuh mulai
mengucapkan sacred arts. Sebagai pengguna yang berangking tinggi
seharusnya akan mampu menggunakan semua sacred energy di sekeliling
udara untuk memulihkan Lifenya, dia mungkin akan memberikan beberapa
luka di mulutnya, menebas tangannya, atau mungkin, tidak ada metode lain
untuk membuat dia tidak berdaya selain mengambil hidupnya.
Tetapi,
itu kelihatannya knight itu menyerah untuk menyembuhkan dirinya saat
menyadari tangan kirinya benar-benar membeku dan tidak dapat melepaskan
busur yang telah kehilangan apinya. Gerakan halus dengan ujung jari
dibutuhkan untuk upacara art elemental. Mengeluarkan nafas panjang yang
kelihatannya menjadi senyuman lesu, tangannya terjatuh ke tanah dengan
retakan.
Eugeo sementara bingung pada apa yang harus dilakukan
sekarang. Hawa dingin yang dibuat oleh Blue Rose Sword telah memadamkan
api musuh, tapi itu membawa juga efek dari menghentikan darah yang
mengalir juga, dengan membekukan luka itu. Knight itu tidak akan dapat
untuk bertarung lagi, tapi dia juga tidak akan mati. Es di tangan kiri
itu akan mencair pada akhirnya, dan dia mungkin akan mengejar setelah
sepenuhnya pulih melalui sacred arts.
Orang yang pertama kali bicara adalah Integirty Knight, saat Eugeo berdiri sementara menggeretakkan giginya.
"...Anak muda..."
Eugeo
membetulkan posturnya pada suara itu, serak namun mempertahankan
kehormatannya, tapi kata-kata yang mengikutinya itu sedikit tidak
terduga.
"Apa nama dari secret move yang pertama kali kau gunakan itu...?"
"......"
Dia terbingung untuk sesaat, tapi Eugeo menggerakkan mulut keringnya dan menjawab.
"...Itu dari ilmu pedang Aincrad style, skill dua tebasan, «Vertical Arc»."
"Skill...dua tebasan."
Mengulangi kata-katanya, knight itu terdiam untuk sesaat, namun dengan segera melanjutkan pertanyaannya.
Helm
knight itu membuat sedikit gerakan, jadi Eugeo mengalihkan pandangannya
menuju belakang dalam sekejap. Ketika dia melakukan itu, dia melihat
Kirito, terbakar di berbagai tempat, perlahan menaiki tangga sementara
menekan tangan kirinya dan menyeret kaki kanannya sepanjang jalan.
"Kirito...bagaimana dengan lukamu!?"
"Tenang
saja, aku telah mencegah sebagian besar luka bakar yang parah....Tuan
Knight, apa yang aku gunakan adalah Aincrad-style skill pertahanan,
«Spinning Shield»."
"......"
Saat mendengar itu, knight itu melihat ke arah langit-langit saat helmnya retak, lalu kembali tenggelam dalam keheningan.
Suara
yang keluar beberapa detik kemudian di dalam keheningan, seolah-olah
dia membicarakan dirinya sendiri dibanding dengan Eugeo dan Kirito.
"...Aku
selalu berencana untuk mencari di dalam Dunia Manusia dari ujung ke
ujung...dan apapun yang berada diluar itu...tapi itu kelihatannya pedang
dan skill yang masih tidak diketahui olehku masih ada di dalam dunia
ini... —Skill kalian diliputi dengan kemunkinan dari jumlah latihan yang
sungguh-sungguh. Itu adalah kesalahanku...untuk menuduh kalian berdua
membuat Knight Eldrie menjadi buruk melalui art yang berbahaya..."
Integrity Knight itu menggerakkan kepalanya sekali lagi, mengalihkan pandangannya kepada Eugeo dari dalam penahan wajahnya.
"...Akankah kalian...memberitahuku nama kalian?"
Setelah bertukar pandangan dengan Kirito, Eugeo dengan singkat mengatakan namanya.
"...Swordsman Eugeo. Tidak memiliki nama keluarga."
"Aku Swordsman Kirito."
Setelah
mengangguk seolah-olah dia telah mengingat pada nama mereka, Integrity
Knight itu mengeluarkan kata-kata yang kelihatannya bahkan jauh lebih
tidak terduga.
"...Beberapa Integrity Knights menunggu kalian
berdua di lantai lima puluh di katedral ini, di «Grand Cloister of
Spiritual Light». Tidak untuk menangkap kalian hidup-hidup, tapi
melenyapkan Life kalian berdua dan mengambil hidup kalian...Nafas
berikutnya yang kalian ambil mungkin akan menjadi terakhir, dalam
sekejap jika kau memilih untuk serangan mendadak dengan serbuan secara
langsung seperti yang kalian lakukan sebelumnya."
"Hei... hei, tuan, kau yakin akan baik-baik saja untukmu untuk mengatakan sesuatu seperti itu?"
Kirito menyela dengan sedikit bingung. Tapi knight itu memperlihatkan apa yang menyerupai senyuman dan berguman.
"Karena
aku telah gagal untuk menyelesaikan perintah
Administrator-sama...lambangku sebagai knight, armor ini dan sacred
instrument, akan segera disita dan aku akan dihukum dengan dibekukan
untuk periode waktu yang tidak diketahui... —Tolong kurangi Lifeku
sebelum aku menderita karena hal memalukan itu...dengan kedua tangan
kalian."
"......"
Knight itu menambahkan kata-kata, melihat ke arah Eugeo dan Kirito yang tidak dapat berkata-kata.
"Tidak perlu untuk merasa ragu...setelah semua...skill pedang kalian yang indah telah membuat kekalahanku..."
Mereka berikutnya mendengar namanya—itu cukup mengejutkan hingga Eugeo berhenti dari bernafas.
"Diriku...Seorang Integrity Knight, Deusolbert Synthesis Seven."
Ini bukanlah suatu tingkatan dimana hanya mengingatnya sedikit di suatu tempat.
Nama
itu adalah nama yang dengan dalam terukir pada jiwa Eugeo, tidak akan
pernah menghilang bahkan untuk sekejap, selama delapan tahun. Itu
meliputi penyesalan yang dalam dan keputusasaan, bersamaan dengan
kemarahan yang mengikuti itu.
"Deusol... bert? Pada waktu itu...kau telah...?"
Eugeo mendengar suara yang tertahan di tenggorokannya, suara serak yang kelihatannya milik seseorang yang lain.
Warna
dari armornya berbeda dan suara dari semua Integrity Knight memiliki
suara gema metal dari helm mereka, jadi dia tidak pernah menyadarinya
sampai sekarang, tapi meski begitu, jika memang begitu, knight yang
terbaring di hadapan matanya sekarang adalah seseorang yang pernah
sekali berdiri di hadapan mata Eugeo dan—
Suatu jenis pengaruh mendorong Eugeo dari belakang dan dia mengambil beberapa langkah maju yang goyah.
"Eugeo...?"
Suara
bertanya Kirito baru saja mencapai telinganya. Tubuh bagian atasnya
berhenti, dia menatap pada wajah yang ada di dalam helm itu secara
dekat.
Mungkin karena suatu jenis upacara art telah digunakan
pada helm itu, saat wajah dari knight itu sebenarnya dikelilingi oleh
kegelapan bahkan setelah jarak itu diperpendek hingga sepuluh cen.
Tetapi, dia dapat dengan jelas melihat kedua mata itu yang
memperlihatkan kekuatannya bahkan setelah Life yang berjumlah besar
telah berkurang. Itu kelihatannya baik muda dan tua, dengan ujung yang
tajam.
Menggerakkan mulut keringnya, Eugeo berbisik dengan nada yang serak.
"Kau bilang untuk mengurangi...Lifemu...? Ini adalah duel yang hebat, kau bilang...?"
Tangan
kanannya bergetar hingga tidak dapat dikontrol sementara Blue Rose
Sword yang masih di tangannya memancarkan udara dingin yang kuat. Es
putih segera muncul mengelilingi armor Integrity Knight itu, tepat
sebelum pedang itu terhunus.
Eugeo mengeluarkan sejumlah panas
yang tiba-tiba keluar dari dalam perutnya, yang mengancam untuk bahkan
merobek tenggorokannya menjadi dua, dalam satu nafas.
"Mengikat!
Mengikat gadis yang baru berusia sebelas tahun dengan rantai...dan
menggantung dia di naga terbang saat kau membawanya pergi...seseorang
seperti kau benar-benar tidak memiliki hak untuk mengunakan kata seperti
ituuu——!!"
Eugeo mengangkat tinggi Blue Rose Sword dengang ganggang yang terbalik.
Dia
ingin untuk menusuk pada mulut milik dari knight itu yang mengatakan
kata-kata yang benar-benar tidak dapat dimaafkan itu dengan segala cara
hingga ke tanah, menghilangkan apa yang tersisa di Lifenya pada waktu
yang sama.
Tetapi, rasa sakit yang parah dan bergetar yang
mengahalangi tangan kanannya untuk bergerak. Ini bukanlah mata kanannya
yang sakit, tapi di suatu tempat di dalam dadanya. Itu adalah suatu
jenis rasa sakit yang terasa seolah-olah seseorang dengan panik mencoba
menarik Eugeo kembali. Dengan pedang yang masih terangkat tinggi, Eugeo,
yang tubuhnya bergetar dengan sangat kuat, mendapati tangan kanannnya—
Dengan pelan ditahan oleh tangan Kirito, yang mencapainya dari sampingnya.
"......Kenapa, kau menghentikanku, Kirito..."
Sesuatu
yang cepat bergetar di dalam emosinya, berada diambang kehilangan
seluruh alasannya, Eugeo bertanya pada patnernya, seseorang yang dia
percayai dari siapapun dan semua orang di dunia ini.
Kirito
menatap tajam ke arah Eugeo dengan mata yang bercampur dengan rasa sakit
yang dia secara pribadi menahannya, dia perlahan menggelengkan
kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Orang itu telah kehilangan semangatnya untuk bertarung. Kau tidak boleh mengayunkan pedangmu pada musuh seperti itu..."
"Tapi...orang ini...orang ini adalah seseorang yang membawa pergi Alice...orang ini..."
Memberikan bantahan seperti anak-anak, bagian dari pikiran Eugeo telah mengerti pada apa yang Kirito coba untuk katakan.
Integrity
Knight, juga, tidak lebih dari suatu keberadaan yang digerakkan oleh
peritah dari Gereja Axiom—perintah dari pemimpin tertinggi. Seseorang
yang menculik Alice adalah gereja itu sendiri, hasil dari hukum dan
aturan yang menyimpang ini.
Tapi di sisi lain, dorongan untuk
meninggakan pendirian yang sebenarnya dan menebas knight yang terbaring
menjadi suatu bagian tidak akan menghilang. Perasaan dari kemarahan,
ketidakberdayaan, dan bersalah yang telah terkumpul semenjak hari di
musim panas itu bukanlah pada suatu tingkatan yang mampu menghilang
dengan mudah dengan menemukan tentang perancang dibalik dunia ini
setelah semua waktu yang telah berlalu.
Keranjang rotan yang terjatuh ke kakinya. Roti dan keju yang dikotorkan oleh pasir. Es yang dicairkan oleh sinar matahari.
Rantai
dengan sinar gelap yang mengekang sepotong baju apron biru Alice. Dan
kedua kakinya, tidak dapat bergerak seolah-olah akar tumbuh dari itu.
...Kirito—Kirito.
Kau
mungkin akan mencoba menebas pada Integrity Knight dan menolong Alice
pada saat itu. Kau mungkin akan melakukan itu bahkan mengetahui bahwa
kau akan ditahan dan dikirim ke pengadilan.
Tapi aku tidak dapat
melakukannya. Meskipun bagaimana Alice adalah satu-satunya temanku,
seorang gadis yang jauh lebih penting dari siapapun, aku tidak dapat
melakukan apapun selain melihat. Melihat saat knight yang, sekarang
terbaring tepat dihadapan mataku, mengikat Alice dan membawanya pergi.
Luapan
dari emosi, dipenuhi dengan suatu pemikiran seperti itu, memasuki ke
dalam seluruh pikirannya. Tangan kanan yang ditahan oleh Kirito
bergetar, pedang itu telah diangkat lebih tinggi.
Tetapi,
kata-kata yang diucapkan Kirito sementara mengfokuskan kekuatannya pada
tangan kirinya cukup mengejutkan Eugeo untuk membuat dia terdiam
sejenak.
"...Aku yakin orang ini tidak mengingat itu. Waktu
ketika dia mengambil pergi Alice dari Desa Rulid...Bukan karena dia
telah melupakan itu, tapi karena ingatannya telah dihapus."
"Eh...?"
Eugeo melihat ke arah bawah pada helm dari knight yang terbaring dengan keheranan.
Integrity
Knight yang tidak pernah bergerak sedikitpun, bahkan dengan Blue Rose
Sword yang dihunus padanya, sekarang bergerak untuk pertama kalinya saat
menerima tatapan dari mereka berdua. Secara paksa membuka tangan
kirinya, dimana es itu akhirnya mencair, dia melepaskan busur panjang
sementara memisahkan bagian dari es, dan melepaskan kancing di sisi
helmnya dengan ujung jarinya.
Helm itu, dibaut untuk kelihatan
menakutkan, terbuka seolah-olah menjadi terbelah dua, di depan dan di
belakang, dan sekarang terlepas dari kepala knight, terjatuh dengan
suara. Apa yang terlihat adalah wajah dari seorang laki-laki yang
benar-benar menggambarkan keteguhan, sekitar umur empat puluh tahun.
Rambutnya,
dipotong pendek, dan alis tebal itu berwarna merah pucat yang serupad
dengan besi berkarat. Hidung tingginya menghubungkannya dan mulut yang
berkerut itu lurus seperti potongan dari pisau sementara ketajaman dari
matanya membawa pikiran pada besi dari kepala anak panah.
Tetapi,
mata abu-abu gelapnya sendiri memperlihatkan kegelisahan di dalam
hatinya, sedikit bergetar. Mulut tipis itu bergerak dan suara yang
keluar benar-benar berbeda dengan suara yang dikeluarkannya hingga
sekarang, nada rendah yang dalam.
"...Itu...seperti yang anak
muda berambut hitam itu katakan. Kau bilang aku menangkap gadis muda dan
membawanya pergi dengan naga terbang? Aku tidak memiliki ingatan dari
membuat perbuatan seperti itu."
"Tidak... tidak memiliki ingatan...? Itu hanya terjadi delapan tahun lalu..."
Berguman
dengan kebingungan, kekuatan keluar dari tangan kanan Eugeo tanpa dia
sadari. Menyentuh dagunya seolah-olah tenggelam di pikirannya dengan
tangan kirinya yang telah lepas dari Eugeo, Kirito berkata sekali lagi.
"Seperti
yang aku bilang, itu telah dihapus...ingatanmu dari seluruh
perbuatanmu, dari awal hingga akhir. Tuan... tidak, Knight Deusolbert,
kau adalah Integrity Knight yang melindungi wilayah utara yang
terpencil, Norlangarth Utara, apakah aku benar?"
"...Benar.
Wilayah Terpencil Ketujuh Norlangarth Utara adalah...wilayah yang aku
lindungi. Ya...itu hanya, sampai delapan tahun lalu..."
Alis
dari knight itu terangkat kuat secara bersama-sama, seolah-olah dia
hendak mencari untuk mengatakan sesuatu dari suatu tempat jauh di dalam
pikirannya.
"Dan aku...diberikan armor ini bersama dengan tugas
untuk menjaga Katedral Pusat...disebabkan oleh suatu kesuksesan yang
besar..."
"Apa kau dapat mengingat apa kesuksesan itu?"
Knight
itu tidak dapat memberikan jawaban langsung pada pertanyaan Kirito.
Mulutnya ditekan dengan rapat secara bersamaan, pandangannya melihat
sekitarnya. Apa yang memecah keheningan pendek itu adalah kata-kata dari
Kirito sekali lagi.
"Aku akan menjawabnya untukmu. Kesuksesanmu
adalah memancing keluar Integrity Knight Alice Synthesis Thirty. Di
desa kecil di ujung wilayah utara, di suatu tempat dimana tak seorangpun
yang tahu di ibu kota pusat. Bahkan oleh pemimpin tertinggi,
Administrator, memberikan penghargaan dari kesuksesan membawa Alice ke
menara ini padanya, dia juga menghapus semua ingatan mengenai insiden
ini darimu...Alasan untuk itu telah dikatakan oleh dirimu sendiri
sebelumnya."
Tanpa ada seorangpun yang menyadarinya, Kirito
terus berbicara, dalam nada cepat yang jauh lebih cepat baik dari Eugeo
dan Integrity Knight, seolah-olah dia berbicara pada dirinya sendiri.
"Integrity
Knights tidak memiliki masa lalu, mereka telah dipanggil dari Celestial
World, setelah semua, itulah yang kau katakan. Itu pasti adalah apa
yang pemimpin tertinggi katakan pada kau segera setelah kau bangun
sebagai knight. Itulah kenapa kau tidak memiliki ingatan dari sebelum
kau menjadi Integrity Knight, itulah bagaimana dia meyakinkan kau. Tapi
untuk bertahan dengan cerita itu, itu akan menjadi masalah jika tidak
hanya ingatan Integrity Knight memiliki ingatan dari kehidupan manusia
mereka yang masih tersisa, tapi juga jika mereka memiliki ingatan
mengenai kelahiran dari knight baru disamping diri mereka. Itu akan
menjadi kacau jika kriminal yang kau bawa oleh dirimu sendiri tiba-tiba
muncul sebagai knight teman kalian pada hari berikutnya, setelah
semua...ada kelemahan pada kebohongan dari pemimpin tertinggi..."
Memikirkan
pada berbagai aspek dengan kecepatan yang kuat, Kirito muali bergerak
ke kiri dan ke kanan sementara melihat ke bawah.
Dengan semua
keinginannya yang menghilang dari dia sementara dia melihat keadaan
patnernya, Eugeo mengambil nafas panjang sementara mengambil pandangan
lain pada laki-laki yang terbaring di dekat kakinya. Ketika dia
melakukannya, Integrity Knight Deusolbert, juga, kelihatannya tenggelam
pada pikirannya dengan ekspresi kosong.
Itu bukanlah seperti
kemarahan dan kebenciannya telah menghilang, tapi jika ingatannya
mengenai Alice benar-benar telah dihapus tanpa jejak, maka dia tidak
memiliki pilihan lain selain untuk menerima itu—mungkin.
Bahwa
semua knight itu tidak lebih dari suatu pion yang dimanipulasi oleh
seseorang yang bertugas sebagai pemimpin tertinggi dari Gereja Axiom,
Administrator. Musuh yang dibencinya yang mengambil Alice darinya,
mengambil ingatannya dari dia, dan membuatnya menjadi Integrity Knight
hanyalah satu orang, Administrator.
Mungkin menyadari tatapan
Eugeo yang melihat ke bawah pada dirinya, mata Deusolbert berhenti
melihat sekitarnya. Emosi yang kelihatannya berputar-putar di dalam
hatinya tidak dapat terbaca, tapi suara yang keluar dari mulutnya yang
benar-benar terputus-putus, suara yang membuat ingin bertanya apakah dia
benar-benar adalah orang yang sama sebagai lawan kuat yang berdiri
dihadapan mereka berdua, beberapa menit yang lalu.
"Itu
seharusnya...tidak mungkin...Bagaimana mungkin kita Integrity Knight
adalah penduduk Dunia Manusia seperti mereka semua sebelum kita diangkat
sebagai knights......?"
"......"
Menggantikan Eugeo yang kehilangan kata-katanya, Kirito menjawab lagi.
"Darah
yang mengalir keluar dari lukamu berwarna merah, seperti kita, bukan?
Dan Knight Eldrie menjadi aneh pada waktu itu bukanlah karena suatu art
mengerikan yang diberikan padanya. Itu karena kita mencoba membuat dia
mengingat kembali ingatan yang diambil darinya....Kau seharusnya sama
seperti Eldrie juga. Aku tidak tahu apakah mendapat kemenangan di
Turnamen Persatuan Empat Kerajaan atau melanggar terhadap Taboo Index,
tapi kau memiliki ingatan penting yang diambil oleh Administrator dengan
kesetiaan terhadap gereja ditanam di tempat itu dan mengubahmu menjadi
Integrity Knight. Kau mengatakan bahwa kau akan dihukum dengan akan
dibekukan, tapi Administrator-sama mungkin akan mengubag ingatanmu pada
saat itu dan menghapus ingatanmu dari percakapan ini juga. Aku bahkan
akan bertaruh pada itu."
Cara Kirito mengekspresikannya sangatlah langsung, tapi suaranya bercampur dengan kesedihan.
Mungkin
knight itu merasakan itu juga, saat dia menutup kelopak matanya dan
terus terdiam untuk sesaat, tapi dia perlahan menggelengkan kepalanya
sekali lagi.
"Aku tidak dapat untuk mempercayainya. Bagaimana
mungkin Pemimpin Suci, pemimpin tertinggi...memberikan art seperti itu
pada......"
"Tapi itu adalah kenyataan. Seharusnya masih ada
sesuatu yang tertinggal di dalammu juga. Ingatan penting dari sebelum
kau menjadi knight, suatu hal yang tidak dapat dihapus oleh upacara art
apapun..."
Saat Kirito mendekat dari sudut itu, Deusolbert
tiba-tiab mengangkat tangan kirinya ke atas dan menatap pada jari
kuatnya saat dia perlahan berguman dengan menghela nafas.
"Bahkan
semenjak aku turun ke Dunia Manusia...Aku selalu melihat mimpi yang
sama ini, dari waktu ke waktu... Sebuah tangan kecil menggoyangkan aku
untuk bangun...Dan cincin perak yang terpakai di salah satu dari jari
itu...Tapi ketika aku terbangun...tidak ada seorangpun yang di sana..."
Alis
Deusolbert tergabung bersama-sama dan dia menekan kuat tangan kirinya
pada dahinya. Kirito menatap kuat pada kejadiaan itu, tapi kemudian
bergumam dengan pelan.
"Kau mungkin tidak dapat mengingat lebih
dari itu. Ingatanmu dari seseorang yang memiliki tangan dan cincin itu
telah diambil oleh Administrator..."
Terdiam untuk sesaat, dia
mengembalikan pedang hitam yang direndahkan di tangan kanannya ke
sarungnya yang terpasang di pinggang kirinya dengan suara gemerincing.
"...Kau
memilih apa yang akan kau lakukan sekarang. Apakah kembali ke sisi
Administrator untuk menerima hukumanmu, atau untuk menyembuhkan lukamu
dan mengejar kami...atau mungkin..."
Memotong pada bagian sana,
Kirito mengambil beberapa langkah menuju tangga yang membentang menuju
atas dari sisi kanan dari puncak tangga. Hingga berhenti di sana, dia
memutar bahunya dan melihat ke arah mata Eugeo.
—Apakah itu cukup?
Mata
hitamnya berkata seperti itu. Eugeo mengalihkan pandangannya pada
Integrity Knight, yang terbaring di tanah dengan matanya tertutup,
sekali lagi. Dia perlahan mengangkat Blue Rose Sword di tangan
kanannya—dan meluruskan ujungnya ke sarung di pinggang kirinya, dan
dengan lembut menyarungkan itu.
"...Ayo pergi."
Mengambil tempat di samping Kirito, dia dengan singkat mengatakan itu dan mereka mulai berjalan menaiki tangga bersama-sama.
Itu
tidak diketahui pilihan apa yang Integrity Knight Deusolbert Synthesis
Seven akan ambil, tapi setidaknya, itu kelihatannya itu bukan pilihan
untuk mengejar pada mereka berdua.
Bagian 2
Suara dari sepatu mereka berdua menaiki tangga marbel bergema untuk periode waktu yang singkat.
Tanpa
itu, sekeliling mereka akan menjadi diliputi oleh kesunyian, cukup
tajam untuk melukai telinga seseorang. Seharusnya ada sejumlah besar
dari pendeta dan murid mereka yang tinggal di menara besar dari Gereja
Axiom, menurut dari pengetahuan Eugeo yang banyak, tapi dia tidak dapat
merasakan apapun yang mendekati keberadaan manusia, tidak peduli sekeras
apapun dia menajamkan pendengarannya atau memfokuskan pandangannya.
Sebagai
tambahan, pemandangan yang menyambut dia di setiap lantai baru yang dia
naiki—aula persegi dengan koridor terbentang ke kiri dan ke kanan,
pintu yang berbaris dengan jarak yang sama bersamanya—hampir tidak dapat
dibedakan, memberikan dia kesan bahwa art ilusi telah ditaruh pada
mereka tanpa terlihat, membuat mereka menaiki dan menuruni tangga yang
sama berulang kali.
Dia ingin mencoba memasuki salah satu
koridor dan membuka pintu di dekatnya untuk memastikan bahwa itu
bukanlah masalahnya, tapi Kirito dengan diam menjaga kecepatannya menuju
ke depan, jadi dia memberitahu dirinya untuk tidak teralihkan. Jika
kata-kata Deusolbert terbukti benar, bahkan musuh yang lebih kuat akan
menunggu mereka di lantai lima puluh dari katedral, di suatu tempat
lebih tinggi dari tangga ini.
Dengan lembut menyentuh gagang
dari pedang kesayangannya yang berayun di pinggang kirinya, pada saat
Eugeo mencoba untuk menyingkirkan pikiran yang mengganggunya, langkah
Kirito tiba-tiba menjadi segera berhenti sebelum mencapai puncak tangga.
Berbalik dengan ekspresi serius, dia berbicara dengan nada tegang, berkata.
"Hei, Eugeo. ......Lantai berapa kita berada sekarang...?"
"Hei... hei sekarang."
Setelah
secara tidak sengaja, sedikit tersandung, Eugeo menghela nafas,
menggelengkan kepalanya, dan menurunkan bahunya, pada waktu yang
bersamaan.
"Lantai berikutnya adalah lantai kedua puluh
sembilan. Aku berpikir ini mungkin akan terjadi, tapi untuk memikirkan
kau benar-benar tidak menghitungnya."
"Apakah kau berpikir itu akan tepat untuk memiliki indikator lantai di tangga, normalnya?"
"Itu mungkin benar, tapi kau seharusnya telah menyadarinya setelah semua waktu yang berlalu!"
Tidak
memperhatikan sikap Eugeo seolah-olah itu bukanlah urusannya, Kirito
menyandarkan punggungnya pada dinding puncak tangga dengan suara keras.
"Meskipun demikian, kita masih sejauh itu, huh...Aku pikir kita telah pergi cukup tinggi juga...Aku lapar..."
"...Sebenarnya, kau tidaklah sendirian pada hal itu."
Mendekati
lima jam telah berlalu semenjak mereka telah diberikan sarapan mewah di
Ruangan Perpustakaan Besar Cardinal. Solus telah mendekati bagian
tengah dari langit dari apa yang dapat terlihat melalui jendela yang
panjang dan tipis, dan dengan bagaimana mereka telah menaiki dua puluh
lima lantai, yang akan berarti ribuan langkah, sebagai tambahan untuk
telah melalui sebuah, pertatungan kuat, itu sudah pasti tidak dapat
dihindari bahwa tubuh mereka menuntut untuk istirahat.
Mengangguk pada kata-kata Kirito, Eugeo mengikutinya dengan mengeluarkan tangan kanannya tanpa menunda-nunda.
"Jadi, serahkan salah satu dari sesuatu yang ada di saku celanamu."
"Eh...tidak, ini adalah, sebenarnya, untuk keperluan darurat, jadi... —Matamu tanpa diduga tajam, huh."
"Tidak ada cara untuk aku tidak akan menyadarinya dengan bagaimana penuhnya itu terisi, bukan?"
Kirito
memasukkan tangannya pada saku kanannya dengan apa yang kelihatannya
seperti pasrah pada wajahnya, sebelum mengambil keluar dua manjuu dengan
uap yang mengepul dan melempar salah satu dari itu. Saat menangkap itu,
ada sebuah aroma lezat yang memancing perutnya meskipun waktu yan cukup
lama telah berlalu semenjak mereka meninggalakn ruangan perpustakaan.
"Itu sedikit terbakar dengan serangan api dari orang tua itu."
"Ha-Hah...Jadi karena itu seperti itu. Terima kasih atas makanannya."
Manjuu
itu diciptakan oleh Cardinal melalui sacred art berangking tinggi, jadi
itu berarti itu awalnya adalah beberapa halaman dari buku tua,
sebelumnya, tapi Eugeo menutup mata pada fakta itu dan menggigit pada
itu. Dia untuk sebentar menikmati bekas panggangan yang renyah pada
kulitnya dan daging cincang yang lembut mengisi di dalamnya.
Makan
siang yang sederhana itu telah selesai dalam beberapa detik kemudian,
Eugeo menjilat jarinya dan menghela nafas pendek. Sebenarnya masih ada
tonjolan yang mencurigakan di saku kiri Kirito, tapi dia memilih untuk
meninggalkan itu sementara memanggil patnernya yang sudah selesai makan.
"Itu sangat enak. —Jadi, apa rencana untuk sekarang? Kita akan
mencapai lantai kelima puluh yang dipertanyakan jika kita memanjat untuk
tiga puluh menit lainnya, tapi...Apakah kita akan menyerbu dari depan?"
"Nn..."
Kirito mengusap rambutnya saat dia menggerutu.
"Itu
benar... —Kita menemukan bagaimana menakutkannya Integrity Knight dari
pertarungan sebelumnya, tapi menilai dari yang aku lihat dipertarungan
diantara kau dan orang tua itu, dibandingkan dengan orang-orang itu
tidak terbiasa menghadapi skill tebasan beruntun, mereka benar-benar
tidak memiliki pengalaman dengan itu, aku rasa. Aku ingin mempercayai
bahwa kita memiliki kesempatan menang jika kita membawa itu menjadi
pertarungan satu lawan satu dalam jarak dekat. Tapi dengan beberapa dari
mereka ada disana, tidak perlu dibilang bahwa mereka penuh persiapan
dan menunggu kita, itu akan sangat sulit untuk mempersiapkam diri."
"Jadi...Apakah kita akan menyerah untuk menyerbu dari depan dan mencari rute lainnya?"
"Aku
ragu tentang hal itu. Bahkan Cardinal mengatakan bahwa tangga besar ini
adalah satu-satunya rute dan bahkan jika kita menemukan jalan masuk
rahasia, masih ada bahaya dari tertangkap dengan serangan menjepit tak
lama kemudian...Aku berharap untuk mengalahkan knight di lantai lima
puluh tanpa berlari di suatu tempat entah bagaimana. Jadi itu akan
membawa kita untuk menggunakan kartu truf kita, tapi kita memiliki waktu
untuk mempersiapakan upacara panjang art, yang terbawa itu, terima
kasih atas peringatan yang orang tua itu berikan pada kita."
"Aku mengerti...«armament full control art»..."
Ketika Eugeo berguman itu, Kirito mengangguk dengan ekspresi rumit.
"Aku
khawatir tentang menggunakan itu di pertarungan sebenarnya tanpa
latihan, tapi menyia-nyiakan Life pedang kita pada suatu tempat seperti
ini hanya akan percuma...Kita akan menggunakan full control art
bersama-sama, sebelum kita menyerbu menuju lantai lima puluh dan mencoba
untuk membuat banyak knight tidak berdaya sebanyak mungkin..."
"Aah, ada sesuatu yang harus aku katakan tentang itu, Kirito."
Dengan sedikit canggung, Eugeo memotong perkataan Kirito.
"Itu
seperti...Itu tidak kelihatan seperti full control artku akan akan
menjadi serangan hantaman langsung seperti skill Integrity Knight
sebelumnya."
"Eh... b-benarkah?"
"Kau tahu, seseorang
yang menulis upacara art untukku adalah Cardinal...Aku adalah seseorang
yang memikirkan jenis dari skill itu, tapi meski begitu..."
Kirito memiringkan kepalanya saat dia berbicara pada Eugeo, perkataannya penuh dengan alasan.
"Baiklah, cobalah untuk mengucapkan upacara art untuk sekarang. Tanpa kalimat pembuka."
"B-Baiklah."
Dia
dengan cepat mengucapkan upacara art seperti yang dia telah minta,
dengan «system call» dihilangkan. Kirito, yang mendengarnya dengan
matanya tertutup, merasa telah melebihi harapan dan menyeringai setelah
Eugeo mengatakan kalimat terakhir, "Enhance armament".
"Jadi
seperti itu. Benar, itu tidak dapat dikatakan sebagai serangan langsung,
tapi itu masih cukup berguna, tergantung bagaimana cara menggunakannya.
Dan itu kelihatannya tidak terlalu buruk dengan full control artku."
"Oh? Apa skillmu, Kirito?"
"Itu adalah sesuatu yang akan kau lihat sebentar nanti."
Eugeo
dengan pelan mengerutkan dahinya pada Kirito, yang mengeluarkan
kata-katanya dengan mudah. Tetapi, patnernya menyisir rambutnya ke atas
dahi dengan wajah tenang, menyandarkan punggungnya pada dinding sekali
lagi.
"Sebenarnya, aku tidak dapat mengatakan ini adalah
strategi sebenarnya, tapi mari kita coba dengan itu. Pertama, kita
mengucapkan armament full control art tepat sebelum kita menyerbu di
lantai lima puluh, membiarkan itu standby
sebelum pengaktifan. Lalu pada saat menyerbu dan mengkonfirmasi posisi
mereka, kau menyerang mereka dengan skillmu, lalu aku akan menyerang
dengan skillku. Jika semuanya berjalan baik dan musuh berkumpul di
tempat yang sama, kita bahkan mungkin akan membuat mereka semua tidak
berdaya."
"Mungkin, huh."
Dia menyetujuinya dengan
keraguan, tapi sejujurnya, Eugeo tidak memiliki rencananya sendiri. Dia
tidak dapat melakukan apapun selain mengakui patnernya memiliki bakat
yang lebih baik untuk membuat rencana dengan mempehitungkan semua faktor
dan dia sangat berterima kasih untuk dapat mengucapkan upacara art
sebelum bertarung, dengan keyakinannya yang rendah dalam mengucapkan itu
dengan cepat.
"...Jadi, mari kita lakukan dengan itu. Pertama, aku akan..."
Saat
dia berbicara, Eugeo dengan cepat mengalihkan pandangannya menuju kiri,
pada tangga yang menghubungkan menuju lantai dua puluh sembilan dari
katedral ini.
Dan dia membuka lebar matanya dengan keheranan.
Dua
kepala kecil telah mengintip dari bayangan yang mengelilingi pegangan
tangga, empat mata mereka terus menatap ke arah mereka.
Pada
saat kedua mata mereka bertemu dengan Eugeo, dua kepala itu menghilang
dengan sekejap. Tapi saat dia melanjutkan untuk menatap, dengan diam,
kepala itu muncul sekali lagi, sepasang mata yang terlihat tak berdosa
berkedip secara terus menerus.
Menyadari sesuatu telah terjadi,
Kirito mengikuti pandangan Eugeo dan juga setelah membuat mulutnya
terbuka lebar, Kirito dengan ragu-ragu bertanya.
"Siapa...mereka berdua?"
Dengan
itu, dua kepala itu bertemu satu sama lain, mengangguk secara
bersamaan, dan dengan gugp memperlihatkan diri mereka secara
keseluruhan.
"An...Anak-anak...?"
Eugeo berguman itu, tanpa memikirkannya.
Seseorang yang berdiri di lantai atas adalah dua anak perempuan yang memakai baju berwarna hitam yang benar-benar sama.
Umur
mereka kelihatannya baru sepuluh tahun. Dia merasa sedikit nostalgia,
dari pakaian hitam polos yang benar-benar sama dengan pakaian keagamaan
milik Selka. Saudara perempuan Alice, yang belajar di Gereja Rulid.
Tetapi,
tidak seperti Selka, gadis itu memiliki pedang pendek dengan panjang
secara keseluruhan adalah tiga puluh cen di sabuk hijau mereka.
Saat
itu kewaspadaan menjadi meningkat, tapi dia segera menyadari tidak
hanya pedang mereka, tapi juga ganggang pedang mereka juga, dibuat dari
kayu kemerahan. Warna itu tidak biasa, tapi itu kelihatannya sama dengan
pedang kayu yang diberikan kepada anak-anak yang bertujuan menjadi
swordsman.
Anak perempuan di kanan memilki warna rambut coklat
muda dengan dua kepang. Alisnya yang terlihat lemah bersamaan dengan
ujunga matanya memberikan kesan lemah lembut. Berbalik dengan itu, gadis
di kiri memiliki warna rambut kekuning-kuningan yang dipotong pendek,
kedua matanya terlihat ke atas menunjukkan ketetapan hati.
Saat
Kirito dan Eugeo menatap dengan terdiam, seseorang yang mengambil
langkah maju gadis bersemangat, berpikiran kuat di sebelah kiri seperti
yang diduga. Mengambil nafas yang dalam di udara, dia tiba-tiba mulai
memperkenalkan dirinya.
"Erm... Aku-Saya Fizel, murid sister dari Gereja Axiom. Dan gadis ini juga adalah murid sister..."
"Li... Linel."
Suara
kekanak-kanakan dari mereka berakhir dengan nada gemetar, mungkin
disebabkan oleh kegelisahan mereka. Eugeo menunjukkan senyuman dengan
maksud untuk menyakinkan mereka dan segera menyadari bahwa dia mungkin
dilihat sebagai musuh, memikirkan bahwa mereka adalah sister di gereja
ini, bahkan jika mereka masih murid.
Tetapi, kata-kata yang
diucapkan oleh anak perempuan yang memanggil dirinya Fizel jauh lebih
cepat ke permasalahan daripada yang Eugeo duga.
"Jadi...Apakah penyusup dari Dark Territory seharusnya adalah kalian berdua?"
"Hah...?"
Wajah
Kirito dan wajahnya tanpa sadar bertemu. Patnernya juga tidak dapat
untuk memilih keputusan untuk bagaimana menangani situasi ini. Mulutnya
bergetar tanpa henti dengan alisnya telah menyatu, dan dia dengan cepat
bergerak dan menyelinap ke belakang punggung Eugeo.
"Aku buruk dengan anak-anak. Aku akan meninggalkan ini untukmu."
Diberitahu
itu dari belakang, dia berharap untuk berbisik "Itu tidak adil!"
kembali, tapi bersembunyi di belakang Kirito kelihatannya tidak mungkin
untuk sekarang. Melihat ke arah dua anak perempuan di lantai atas, dia
memberikan jawaban yang ditahannya.
"Er... erm,
sebenarnya...Kita awalnya adalah manusia yang berasal dari Dunia
Manusia, tapi...bagian dari kami menjadi penyusup, sebenarnya, tidak
terlalu salah, aku rasa..."
Kali ini, anak-anak berkermumun
menuju dahi mereka secara bersamaan saat mendengar itu dan mulai saling
bertukar perkataan dengan suara pelan. Itu sangat pelan, tapi masih
dapat terdengar disebabkan bagaimana sekeliling mereka sangatlah tenang.
"Ada apa dengan itu, mereka benar-benar seperti manusia dari luar, Nel. Mereka tidak memiliki tanduk atau ekor."
Seseorang
yang mengatakan itu dengan tidak puas, adalah Fizel, gadis yang
kelihatannya berpikiran kuat. Gadis yang bernama Linel berkata lagi
dengan terbata-bata.
"A-Aku hanya mengatakannya sesuai dengan
yang ada di buku. Kau adalah seseorang yang salah karena berpikir mereka
benar-benar memilikinya,Zel."
"Hmm, meski begitu mereka mungkin hanya menyembunyikannya. Mungkin kita dapat mengatakan itu jika kita mendekat?"
"Eeh, tapi mereka benar-benar kelihatan seperti manusia normal. Tapi...Itu mungkin bahwa mereka memiliki taring..."
Percakakapan
yang menyenangkan itu mengingatkan Eugeo terhadap saudara perempuan
kembar di peternakan Wolde dimana dia sekali bekerja sambilan, dan
mulutnya benar-benar menjadi lemah untuk kali ini juga.
Jika
Kirito dan dirinya adalah anak-anak berumur seperti itu dan mengetahui
bahwa penyusup dari tanah kegelapan di dekatnya, kemungkinannya akan
tinggi bahwa mereka akan pergi dan menyelinap untuk melihat seperti ini.
Sebagai hasilnya, mereka mungkin akan mendapat teguran keras dari ayah
mereka dan kepala desa.
Eugeo dengan cepat menjadi khawatir,
memiliki pemikiran bahwa. Akankah kedua anak perempuan ini akan dihukum
nanti untuk bertemu dengan pemberontak terhadap gereja? Dia merasa bahwa
dia bukanlah berada pada situasi untuk menahan kekhawatiran itu, tapi
itu terasa dia harus mengatakannya.
"Hei...Bukankah mereka akan marah pada kalian berdua jika berbicara dengan kami?"
Saat
mendengar itu, Fizel dan Linel dengan cepat menutup mulut mereka dan
lalu kemudian, memperlihatkan senyum puas. Fizel menjawab, terlihat
hanya sedikit gembira. Kesopanan dalam cara berbicara telah menghilang
tanpa disadari.
"Semua pendeta dan sister dan murid mereka telah
disuruh untuk mengunci pintu kamar mereka dan tidak pernah pergi
semenjak pagi ini. Jadi itu berarti bahkan jika kita pergi untuk melihat
penyusup, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk seseorang akan
mengetahuinya."
"Ha-Hah..."
Entah bagaimana, itu
benar-benar seperti alasan yang Kirito akan gunakan. Dia mungkin bahkan
benar-benar dapat membayangkan itu di pikirannya, bagaimana mereka akan
ditemukan pada akhirnya dan ditegur.
Kedua anak perempuan itu telah berada di uatu diskusi sekali lagi, tapi Linel adalah seseorang yang berbicara kali ini.
"Ermm...Apakah kalian berdua benar-benar bukan monster dari Dark Territory?"
"Y-Yeah."
"Jadi,
aku meminta maaf, tapi bolehkah kalian memperbolehkan kami untuk
mendekati kalian berdua...? Di, erm, dahi dan gigi kalian."
"Eeh?"
Kehilangan
ketenangannya pada permintaan yang tak terduga, Eugeo melihat ke
belakang, tapi tidak hanya Kirito tidak memberikan bantuan dengan suatu
cara, dia bahkan berpura-pura tidak tahu dengan kepalanya melihat ke
arah suatu tempat. Eugeo dengan berat hati mengangguk pada anak
perempuan itu.
"...Baiklah, jika hanya itu semua, aku tidak memiliki masalah dengan itu..."
Untuk
tidak bisa menolak di situasi ini disebabkan oleh sebagian dari
sifatnya, tapi ada juga keinginannya untuk membuktikan bahwa dia adalah
manusia biasa meskipun menjadi pemberontak terhadap gereja, tergantung
pada situasinya, itu bahkan mungkin untuk mendapat informasi tentang
bagian dalam katedral dari mereka berdua.
Wajah
Fizel dan Linel menjadi berbinar dan mereka menuruni tangga, cara
berjalan mereka tergabung dengan rasa keingintahuaan dan kehati-hatian.
Langkah mereka berhenti di ujung tangga, mata biru dan abu-abu mereka
dengan tajam melihat ke arahnya.
Eugeo membungkuk, menyisir
rambutnya ke atas dahi dengan tangan kirinya saat dia memperlihatkan
giginya agar mereka dapat melihatnya. Anak perempuan itu menatap pada
Eugeo selama sepuluh detik tanpa mengedipkan mata sekalipun, sebelum
akhirnya mereka mengangguk, kelihatannya sudah puas.
"Dia manusia."
"Dia manusia, bukan?"
Suatu
ucapan ketidakpuasan terlihat di wajah mereka bedua yang membuat dia
tidak dapat melakukan apapun selain untuk memperlihatkan senyum masam.
Melihat ke arah Eugeo yang melakukan itu, Linel memiringkan kepalanya
menuju ke samping.
"Tapi jika kalian berdua bukanlah monster
dari Dark Territory, kenapa Katedral Pusat akan mempercayai bahwa kalian
adalah penyusup?"
"E-Erm..."
Bahkan sementara
memikirkannya itu akan berubah menjadi yang buruk untuk satu hal dan
lainnya, dia merasa tidak perlu lagi untuk menyembunyikannya setelah
semua yang telah terjadi dan menjawab secara jujur.
"...Pada
waktu yang lalu, teman perempuanku telah diambil pergi oleh Integrity
Knight. Jadi aku datang ke sini untuk mengambil kembali dia."
Ini,
khususnya, pasti akan sulit untuk murid sister, yang normalnya akan
mempercayai dengan kuat pada rasa keadilan Gereja Axiom, untuk
menerimanya. Dia mengira ekspresi dari kaget dan kebenciaan akan
terlihat pada wajah anak perempuan muda itu, tapi sebaliknya dari itu,
gadis itu hanya menganggul saja. Gadis dengan rambut berwarna
kekuning-kuningan, Fizel, berbicara dengan wajah yang terlihat sedikit
tidak puas.
"Jadi seperti itu. Itu alasan yang cukup normal."
"N-Normal?"
"Ada
beberapa kasus dimana beberapa orang mengadakan protes terhadap gereja
ketika keluarga atau kekasih mereka diambil pergi, tercatat di masa
lalu. Kalian berdua mungkin adalah orang pertama untuk benar-benar
berhasil untuk masuk ke sini, meskipun begitu."
Mengikuti itu, Linel mengikuti arus pembicaraan dari sampingnya.
"Tidak
perlu dibilang bagaimana mereka mengatakan kalian memotong rantai
spirit-iron dan melarikan diri ketika kalian dipenjara, dan bagian
tentang berhasil untuk mengalahkan dua Integrity Knight juga, yang
membuat kita menunggu di sini, berpikir itu pasti adalah monster
kegelapan...bahkan mungkin Darkness Knight yang sebenarnya melancarkan
serangan. Tapi untuk memikirkan bahwa kalian hanya manusia normal..."
Anak-anak
itu bertukar pandangan dan berkata, "Apa ini cukup?" dan "Ini sudah
cukup, bukan?", saat mereka mengangguk satu sama lain.
Linel, yang melihat ke arah Eugeo sekali lagi, memiringkan kepalanya saat kepangnya terurai.
"Lalu, yang terakhir dari semua, dapatkah kalian memberitahu nama kalian?"
Masih banyak hal yang ingin aku tanyakan, terlebih dahulu, pikir Eugeo saat dia menjawab.
"Aku Eugeo. Orang yang dibelakangku adalah Kirito."
"Hmph...Kau tidak memiliki nama keluarga?"
"Ah, yeah. Aku adalah anak dari petani, kalian tahu....Apakah itu juga sama untuk kalian berdua juga?"
"Tidak, kita memiliki nama keluarga."
Memotong
disana, Linel tersenyum lebar. Dengan terang, seperti permata—seyuman
seperti pipinbya telah dipenuhi dengan makanan yang manis.
"Namaku adalah Linel Synthesis Twenty-eight."
Eugeo tidak dapat segera menarik kesimpulan arti dari nama yang dimiliki mereka.
Pada saat itu juga, hawa dingin dapat dirasakan di perutnya dan Eugeo mengalihkan pandangannya menuju ke bawah.
Eugeo
masih belum yakin ketika itu telah ditarik dari sabuk, tapi pedang
pendek yang digenggam di tangan kanan Linel ujungnya telah masuk sekitar
lima cen pada tubuhnya.
Itu kelihatannya hanya pedang kayu
ketika itu terpasang di sabuknya, tapi itu kelihatannya apa yang dia
pikir adalah pedang, sebenarnya adalah sarung pedang kayu. Pedang
sebenarnya yang ditarik keluar dari itu bukanlah kayu. Itu berwarna
hijau gelap, metal yang tidak diketahuinya.
Permukaannya yang terkena sinar matahari yang bersinar dari jendela dan berkilauan seolah-olah itu basah.
"Eu...!"
Apakah
suara itu adalah suara Kirito? Membalikkan leher kakunya ke
belakangnya, dia melihat patnernya terdiam, dengan kaki kanannya
melangkah maju, Fizel, yang di samping Linel hanya pada saat sebelumnya,
yang sekarang berdiri diagonal di belakang Kirito, dengan pedang hijau
yang sama menusuk pada jaket hitam. Bentuk mulutnya yang membuat
senyuman itu adalah senyuman bersemangat yang sebelumnya, seperti
kegembiraan.
"—Dan, aku Fizel Synthesis Twenty-nine."
Pedang
pendek itu telah ditarik keluar dari tubuh Kirito dan Eugeo pada waktu
yang sama. Fizel dan Linel menarik pedang itu dengan gerakan yang jauh
lebih cepat dibandingkan dengan yang dapat diikuti oleh mata dan
mengibaskan darah merah secara rapi, lalu dengan rapi menyarungkan itu
pada sarung pedang mereka masing-masing.
Hawa dingin menyebar
dari luka di perutnya telah menyebar di seluruh tubuhnya dalam sekejap.
Bagian tubuh yang diserang oleh hawa dingin yang membeku menjadi lumpuh
satu demi satu.
"Kalian...Berdua... Integri... ty..."
Tepat setelah dia memaksakan kata itu keluar, lidahnya menjadi kaku dan dia benar-benar tidak bisa bergerak.
Lututnya
menjadi lemas tapa peringatan dan Eugeo terjatuh ke tanah seperti
karung. Dada dan pipi kirinya terhantam keras pada lantai marbel, tapi
rasa sakit, dan juga seluruh indera perasanya, telah menghilang.
Dengan segera, Kirito terjatuh dengan suara keras.
Racun—
Eugeo menyadarinya, meskipun itu sudah sangat telat, dan mencoba untuk memikirkan cara menanganinya.
Dia
telah secara umum mempelajari tentang bentuk-bentuk racun di alam dan
antidotenya dari pelajaran Akademi Master Pedang. Tetapi, semua itu
hanyalah untuk langkah-langkah pada kasus ketika seseorang terkena oleh
racun tanaman, ular, atau serangga, tidak untuk persiapan terkena
serangan dari racun di tengah pertarungan seperti ini.
Itu
sangatlah normal. Petarungan adalah kompetisi dari keberanian dan
kehormatan dimana akademi, tidak, Dunia Manusia akan mempedulikannya,
jadi perbuatan seperti menambah racun pada senjata seharusnya akan
sangat keras dilarang. Dia bahkan mendengar bangsawan muda, yang
melepaskan racun serangga dan mencoba untuk menghalangi Eugeo dan Kirito
untuk mengambil bagian di Turnamen Ilmu Pedang Zakkaria, tidak berbuat
sejauh itu untuk melapisi pedangnya dengan racun di pertandingan melawan
Kirito.
Dengan demikian, Pengetahuan yang Eugeo miliki hanya
berada pada level dari mengetahui apa jenis obat yang dipakai ketika
disengat oleh suatu racun serangga secara spesifik. Bahkan jika dia
telah mengetahui apa jenis dari racun yang anak perempuan itu pakai,
tidak ada tanaman di sekitar mereka, lupakan tanaman obat. Metode
terakhir adalah untuk mencoba menyembuhkan dirinya melalui sacred arts,
tapi penggunaan upacara art sudah mustahil dengan tangan dan mulutnya
yang tidak bisa bergerak.
Dengan kata lain, jika racun ini tidak
hanya mengambil kebebasan tubuhnya, tapi juga mengurangi Lifenya secara
terus-menerus, hidup mereka berdua akan segera menghilang sebelum
mereka berhasil sampai separuh jalan di Katedral Pusat.
"Kau tidak perlu untuk sangat ketakutan, Eugeo-san."
Suara
Integrity Knight Linel Synthesis Twenty-eight tiba-tiba terdengar dari
atas kepala. Mungkin disebabkan oleh pengaruh racun, dia mendengar suara
manis yang entah mengapa terdistorsi, seolah-olah dia berada di dalam
air.
"Itu hanya racun pelumpuh. Sejak awal, perbedaannya hanyalah apakah kau akan mati di sini atau di lantai lima puluh."
Suara
pelan dari langkah kakinya terdengar, dan sepatu kecil, berwarna coklat
muda melompat hingga terlihat pada penglihatan Eugeo saat dia masih
tidak dapat bergerak dengan pipi kirinya yang menempel di lantai. Linel
mengangkat kaki kanannya, dan lalu tanpa berbicara menaruh itu di atas
kepala Eugeo, menggerakkan itu ke sana dan ke sini seolah-olah dia
mencari sesuatu.
"...Hmm, jadi benar-benar tidak ada satupun tanduk."
Menggerakkan kakinya pada punggungnya, dia tanpa henti menginjak-injak pada kedua sisinya.
"Tidak ada sayap juga, huh. Zel, bagaimana dengan sisimu?"
"Yang ini hanya manusia juga!"
Kelihatannya telah memeriksa Kirito dengan cara yang sama di luar pandangannya, Fizel merespon dengan tidak senang.
"Ah-ah, dan aku telah berharap untuk akhirnya melihat monster dari Dark Territory juga."
"Ya,
tidak apa-apa. Jika kita menarik mereka berdua menuju lantai kelima
puluh dan memotong leher mereka di depan orang-orang lemah yang menunggu
di sana, kita seharusnya akan mendapat sacred instruments dan naga
terbang juga. Lalu kita dapat terbang menuju Dark Territory dan melihat
yang sebenarnya sebanyak yang kita inginkan."
"Yep. Benar, Nel, mari kita lihat siapa yang pertama akan mendapat kepala Darkness Knight!"
Bahkan
setelah semua dari itu, suara Fizel dan Linel benar-benar kelihatan
seperti tidak berdosa dan Eugeo memikirkan bagian yang paling
membingungkan dari semua itu. Bagaimana mungkin anak-anak seperti anak
perempuan ini menjadi Integrity Knight—tidak, sebelum itu, kenapa
anak-anak itu ada di katedral?
Eugeo tidak dapat melihat ketika
Linel, yang berada di depannya, menarik pedangnya. Kecepatan Fizel,
dengan sangat mudah mengalahkan Kirito yang berada pada jarak yang agak
jauh, bahkan jauh lebih menakutkan.
Tetapi, kemampuan bertarung
bukanlah sesuatu yang akan meningkat tanpa latihan bertahun-tahun dan
pengalaman pertarungan hidup dan mati yang sebenarnya. Alasan kenapa
Eugeo dapat dengan bebas mengayun Blue Rose Sword, sacred instrument,
seharusnya disebabkan oleh pengalaman mengayun kapak dengan sabar pada
Gigas Cedar, tapi Kirito mengatakan mengusir kelompok goblin di gua
utara juga sebagai alasan yang utama.
Tapi tidak peduli
bagaimana dia melihat pada mereka, Fizel dan Linel hanya berumur sepuluh
tahun dan mereka kelihatannya tidak pernah mengalami pertarungan dengan
monster Dark Territory juga, menurut kata-kata mereka.
Jika
memang begitu, dengan cara apa mereka menguasai gerakan fisik dan cara
memegang pedang, yang jauh lebih ceapt daripada yang dapat diikuti oleh
mata?
Tetapi, Eugeo tidak mengeluarkan satupun suara tentang keraguan yang ada di dalam hatinya.
Itu
kelihatannya racun itu telah mengalir di dalam seluruh tubuhnya, dengan
sensasi dari dinginnya lantai atau keberadaan dari tubuhnya sendiri
menghilang sebelum dia mengetahuinya. Tangan kecil Linel memegang
pergelangan kaki kanan Eugeo dan dia menyadari bahwa dia telah diseret
saat penglihatannya berputar-putar.
Dengan susah payah
menggerakkan matanya yang sangat susah untuk bergerak menuju ke arah
kiri, dia melihat Kirito telah diseret seperti barang juga. Racun
pelumpuh itu kelihatannya mencapai wajahnya seperti Eugeo, saat ekspresi
patnernya kosong.
Dua Integrity Knight muda itu menyeret Eugeo
dan Kirito, Blue Rose Sword dan pedang hitam itu masih ada di sabuk
mereka, dan mulai menaiki tangga tanpa mempedulikan apapun. Kepala
mereka dengan keras terangkat dan tertunduk pada salah satu dan setiap
tangga yang dinaiki, tapi seperti yang diduga, tidak ada rasa sakit.
Dia
harus menemukan rencana untuk bebas dari krisis ini, tapi mungkin
karena racun pelumpuh yang bahkan menyerang semangatnya, Eugeo tidak
dapat merasakan apapun selain suatu kekosongan yang menyelimuti dirinya.
Dia telah memutuskan dirinya untuk bertarung dengan Gereja
Axiom, tapi dia bahkan tidak pernah memikirkan mereka akan melakukan
manipulasi mengerikan ini pada anak-anak yang berumur sangat muda,
mengubah mereka menjadi Integrity Knight. Dan manusia yang hidup di
Dunia Manusia mempercayai bahwa itu adalah simbol dari kebaikan dan
keharmonisan yang nyata. Dan untuk selama ratusan tahun.
"Kalian pikir ini aneh, bukan?"
Suara Linel tiba-tiba mencapai telinganya, tawa samar-samar mengiringi itu.
"Kenapa anak-anak seperti ini menjadi Integrity Knights? bukan? Kalian akan segera terbunuh, jadi aku akan memberitahu kalian."
"Nel, bukankah tidak ada gunanya mengatakan itu jika kita akan membunuh mereka? Kau aneh seperti biasanya."
"Bukankah
kau pikir berjalan hingga sampai ke lantai kelima puluh itu
membosankan?—Eugeo-san, kita telah lahir dan dibesarkan di sini, di
katedral ini. Kita dibuat oleh pendeta dan sister di menara ini di bawah
perintah dari Administrator-sama, kau tahu. Untuk eksperimen sacred art
«pembangkit» yang dapat memulihkan Life yang benar-benar telah
menghilang."
Kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar
menakutkan, tapi suara Linel yang tersisa terdengar gembira sampai
bagian akhirnya.
"Itu kelihatannya anak-anak diluar menerima
sacred task mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun, tapi kita telah
diberikan itu saat berumur lima tahun. Tugas kita adalah untuk untuk
membunuh satu sama lain. Kita telah diberikan pedang seperti mainan,
yang bahkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pedang beracun ini, dan
dibuat untuk dua orang dan untuk menusuk satu sama lain."
"Kau buruk saat menusuk, bukan, Nel. Aku tidak dapat menahan bagaimana sakitnya itu setiap waktu."
Linel merespon, tidak puas, pada suara Fizel yang kelihatannya telah bergabung di pembicaraan.
"Itu
karena gerakanmu sangat aneh, Zel. —Aku pikir kalian berdua sudah tahu
setelah mengalahkan dua Integrity Knight, tapi manusia tidak mati
semudah itu, bukan, Eugeo-san, Kirito-san? Itu bahkan sama untuk
anak-anak yang hanya berumur lima tahun. Bahkan saat kita panik dengan
tugas untuk saling membunuh satu sama lain dengan cepat, kita tanpa
mengetahui apapun menebas dan menusuk sampai akhir mengurang Life satu
sama lain menjadi nol, tapi Administrator-sama hanya akan membangkitkan
kita dengan sacred arts..."
"Dan pembangkitan itu awalnya tidak
bekerja dengan baik juga, bukan? Anak-anak yang normalnya mati masih
cukup beruntung, ada seseorang yang meledak menjadi suatu bagian atau
seseorang yang berubah menjadi gumpalan daging yang aneh atau seseorang
yang menjadi orang yang lain ketika dibangkitkan, bukan?"
"Bahkan
jika itu seharusnya menjadi sacred task kita, kita tidak ingin menjadi
terluka sia-sia dan dibangkitkan juga. Kita mencoba berbagai cara dan
menyadari terbunuh dengan satu serangan sangat jelas bahwa rasa sakitnya
akan kurang dan memiliki kesempatan tinggi untuk dibangkitkan. Tapi
satu serangan itu memiliki bagian yang susah, kau tahu. Itu benar-benar
harus cepat dan halus, entah itu menusuknya pada jantung atau memenggal
kepala."
"Dan kita berhasil pada umur sekitar tujuh tahun, aku
pikir begitu? Kita berlatih setiap waktu sementara anak-anak lainnya
telah tidur, setelah semua."
Benar-benar tidak ada tanda indera
perasanya kembali, tapi perasaan menggigil masih menyerang Eugeo,
seperti bulu kuduk berdiri di seluruh tubuhnya.
Alasan kenapa Fizel dan Linel mendapat kemampuan fisik yang menakutkan.
Itu
berasal dari membunuh satu sama lain tanpa henti selama bertahun-tahun,
atau seperti yang anak perempuan ini katakan. Hari demi hari, mereka
mengayun pedang mereka memikirkan bagaimana cara terbaik untuk
menghilangkan hidup teman mereka.
Pastinya, dengan akumulasi
dari pengalaman seperti itu, itu akan menjadi mungkin untuk menguasai
kemampuan yang dibutuhkan untuk dianugerahkan posisi Integrity Knight
bahkan sebagai anak-anak. Tapi di sisi lain, mereka bedua pastinya telah
kehilangan sesuatu yang penting.
Linel melanjutkan dengan suara kegembiraan yang sama bahkan saat dia tanpa berhenti menaiki tangga besar.
"Itu
adalah waktu sekitar kita berumur delapan tahun ketika
Administrator-sama menyerah pada eksperimen art pembangkit. Itu
kelihatannya pembangkit yang sempurna sudah mustahil pada akhirnya. Apa
kau tahu? Ketika Lifemu menjadi nol, banyak panah putih dari hujan
cahaya akan turun dan, bagaimana aku mengatakan ini, di dalam kepalamu
akan ditebas sedikit demi sedikit. Anak-anak yang mendapati ingatan
penting mereka telah menghilang tidak menjadi orang yang sama bahkan
jika Life mereka disembuhkan. Ada waktu berkali-kali ketika aku
kehilangan ingatan beberapa hari yang lalu setelah dibangkitkan.—Sebagai
hasilnya, tiga puluh dari kami pada awalnya menjadi hanya Zel dan aku
pada akhir dari eksperimen."
"Pemimpin berkepala besar itu
memberitahu kami yang telah selamat untuk memilih sacred task kita yang
berikutnya, jadi kita mengatakan ingin menjadi Integrity Knight. Dia
sanagat marah ketika kita mengatakan itu, mengatakan bahwa Integrity
Knight itu adalah penjaga hukum yang dipanggil dari Celestial World oleh
Administrator-sama, bahwa itu bukanlah sesuatu untuk anak-anak seperti
kami dapat lakukan. Dan itu berakhir menjadi pertandingan terhadap
Integrity Knight yang baru pada saat itu....Siapa nama orang-orang itu?"
"Erm...Sesuatu-sesuatu Synthesis Twenty-eight dan Twenty-nine."
"Dengar,
Nel, aku bertanya pada bagian sesuatu-sesuatu itu. Oh baiklah, wajah
dari pemimpin itu ketika kita memenggal kepala knight itu dengan satu
tebasan sangatlah aneh, huh?"
"...Dan, saat mengetahu hasilnya,
Administrator-sama membuat kita menjadi Integrity Knight sebagai kasus
yang spesial. Mengganti dua orang yang telah mati. Tapi dia mengatakan
bahwa kita kekurangan pengetahuan untuk mengambil tugas pertahanan
seperti knight lainnya, jadi kita belajar tentang hukum dan sacred arts
untuk selama dua tahun sebagai murid sister...sejujurnya, itu hanya
menjengkelkan."
"Ketika kita sedang berdiskusi bagaimana cara
kita mendapat naga terbang dan sacred instruments lebih cepat,
peringatan anak buah dari Dark Territory telah menyusup di katedral
datang, kau tahu. Baik Nel dan aku berkata, 'Ini dia!'. Kita berpikir
jika kita menangkap penyusup dan mengeksekusinya lebih cepat
dibandingkan dengan knight lainnya, Administrator-sama mungkin membuat
kita menjadi knight resmi, jadi kita menunggu di tangga."
"Aku
meminta maaf tentang menggunakan racun. Tapi kita benar-benar ingin
membawa Eugeo-san dan Kirito-san menuju lantai kelima puluh jika
mungkin... Ah, jangan khwatir. Kita sangat bagus dalam membunuh, jadi
itu tidak akan sakit."
Itu kelihatannya dua anak perempuan itu
tidak dapat menunggu ketika mereka memotong leher Kirito dan Eugeo di
depan garis pertahanan dari Integrity Knight di lantai kelima puluh
lebih lama lagi. Langkah kaki mereka menjadi lebih ringan, menaiki
tangga dengan sangat cepat meskipun menyeret mereka.
Meskipun
dia telah memikirkan rencana melarikan diri entah bagaimana, Eugeo tidak
dapat melakukan apapun selain mendengar pada apa yang mereka berdua
katakan dengan keadaan tidak berdaya. Bahkan jika mulutnya tidak lumpuh,
dia percaya bahwa itu sama sekali mustahil untuk membuat anak-anak ini
berubah pikiran melalui kata-kata. Mereka berdua bahkan mungkin tidak
memiliki konsep baik dan buruk. Mereka semua mematuhi perintah dari
seseorang yang «membuat» mereka, pemimpin tertinggi, Administrator—
Setelah
mereka berbalik untuk kesekian kalinya, langit-langit yang terlihat di
mata Eugeo yang terbuka berubah dari sisi bawah dari tangga lantai
berikutnya menjadi permukaan lantai. Tangga itu kelihatannya tidak akan
berlanjut karena mereka akhirnya telah mencapai lantai kelima puluh yang
membagi katedral menjadi dua.
Langkah Fizel dan Linel menjadi
terhenti dan mereka saling menukar kalimat singkat, "Ayo pergi" dan
"Yeah", dengan satu sama lain. Hanya ada beberapa menit sebelum pedang
hijau itu menebas lehernya—tidak, mungkin hanya ada beberapa detik.
Tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda indera perasanya kembali sama
sekali dan ujung jarinya tidak bergerak sedikitpun meskipun bagaimanapun
kerasnya dia mengharapkan itu.
Langit-langit disini jauh lebih
tinggi dibandingkan yang telah dilalui sejauh ini. Itu mungkin
setidaknya tingginya dua puluh mel. Kanopi marbel di atas, sangatlah
berwarna menggambarkan bentuk dari Dewi pencipta dunia dan pemuja
mereka, melengkung di atas kepala. Tiang yang menahan kanopi, juga,
telah dihiasi dengan ukiran yang tak terhitung, Cahaya Solus dengan
terang menyinari ke bawah pada mereka melalui jendela yang dipasang di
kiri dan kanan. Itu adalah pemandangan yang indah, satu-satunya nama
yang sesuai dengan itu adalah, «Grand Cloister of Spiritual Light».
Dua
anak perempuan itu membawa Kirito dan Eugeo hingga lima mel lagi dan
langkah mereka berhenti di sana. Tubuhnya berputar setengah lingkaran
dengan kekuatan yang melempar kaki kanannya dan Eugeo akhirnya dapat
melihat seluruh aula besar itu.
Itu betul-betul sangat luas. Itu
kelihatannya menggunakan seluruh lantai katedral ini, lantainya terbuat
dari batu yang berbeda warna di ujung dari cahaya putih itu. Karpet
berwarna merah gelap terbentang lurus menuju dinding terjauh dari jalan
masuk, pintu besar yang kelihatannya dibangun seperti raksasa menjulang
di ujung. Tidak ada kesalahan bahwa tangga yang menuju lantai berikutnya
berada dibalik pintu itu.
Dan—jauh di depan pintu itu, di
tengah-tengah aula, beberapa knight yang tidak bergerak memakai armor
lengkap, memancarkan udara yang mengintimidasi yang seperti tidak akan
membiarkan seorangpun yang lewat selama mereka berdiri, dapat terlihat.
Keempatnya berbaris dengan jarak yang sama. Dan ada satu yang sedikit di
depan.
Semua orang dari keempat orang yang berdiri di belakang
memakai peralatan armor, yang bersinar perak, memakai helm terukir
dengan salib. Ukuran yang sama dengan Eldrie. Senjata mereka, juga,
pedang lurus dengan ukuran yang sama menusuk ke lantai, dengan kedua
tangan yang dengan kuat ditaruh di ganggangnya.
Seseorang yang
di depan memiliki armor dengan desain yang benar-benar berbeda dari
empat orang di belakang. Itu benar-benar ditutupi dengan pancaran cahaya
seperti warna bunga anggrek dan terasa lebih rumit juga, sementara
pedang tipis yang kelihatannya khusus untuk skill menusuk tergantung di
pinggangnya. Apa yang knight itu kenakan dapat dianggap sebagai armor
ringan, tapi empat knight itu tidak dibandingkan pada beban dari
ketetapan hati yang berasal dari knight itu. Eugeo tidak dapat melihat
apa yang ada di dalam helm yang dimodel seperti sayap burung pemangsa,
tapi dia percaya bahwa tidak ada kemungkinan bahwa knight itu lebih
rendah dibanding dengan Deusolbert.
Kelima Integrity Knight ini telah membentuk penghalang yang sulit diatasi untuk tujuan mereka menuju lantai tertinggi.
Tapi
seseorang yang menjadi ancaman terbesar pada hidup dari Eugeo dan
Kirito untuk waktu yang sekarang adalah dua anak-anak yang berdiri tepat
dihadapan mereka.
Dengan penuh kemenangan membungkukkan
punggung mereka, ditutupi dengan pakaian sister mereka yang polos, Linel
dan Fizel berhadapan dengan lima knight itu.
"—Oh, aku tidak berpikir Wakil Komandan Integrity Knight Fanatio Synthesis Two-dono ada di sini."
Linel yang pertama kali mengatakan itu dengan suara gembira.
"Itu
kelihatannya pemimpin sangat khawatir juga, untuk susah payah mengirim
«Heaven Piercing Sword» Fanatio-dono ke sini. Atau mungkin kau adalah
seseorang yang panik di sini Fanatio-sama? Aku rasa kau tidak dapat
menahan untuk mengetahui «Fragrant Olive»-dono akan meninggalkanmu
dengan posisi Wakil Komandan Integrity Knight dengan kemampuannya,
bukan?"
Beberapa detik ketegangan dari keheningan telah terpecah
oleh suara tajam dari knight ungu itu yang diiringi oleh gema metal
itu.
Eugeo merasa kepercayaan diri yang dia rasakan
menyembunyikan kejengkelan dibalik suara gema yang samar-samar itu, yang
juga unuk dari Integrity Knight, yang kelihatannya tidak berasal dari
manusia.
"...Kenapa kalian para murid yang masih muda ada di medan pertempuran antara knight yang terhormat?"
"Aha, itu sangat tidak memuaskan!"
Fizel dengan cepat berteriak kembali dengan nada yang tidak ramah.
"Itu
karena kalian membawa sesuatu seperti kehormatan dan harga diri dalam
pertarungan, dua dari dua dari kalian yang sangat kuat, yang mampu untuk
dengan ribuan Integrity Knight telah kalah, heh. Tapi tenang saja, jadi
kalian knight yang terhormat tidak akan menderita karena hal memalukan
yang lebih jauh lagi, kita telah menangkap penyusup itu untuk kalian!"
"Kita
akan memenggal kepala penyusup itu sekarang, jadi tolong lihat
baik-baik dan laporkan ini kepada pemimpin tertinggi. Aku rasa Integrity
Knight yang terhormat bahkan tidak akan membayangkan mencuri kesuksesan
kita, apa aku benar?"
Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain
tercegang pada keberanian gadis itu meskipun situasi berbahaya yang di
alami sekarang, saat Linel dan Fizel berbicara bahkan dengan tanpa
menahan diri sementara lima Integrity Knight, memiliki kekuatan melebihi
manusia, dihadapan mereka.
Tidak—itu mungkin sedikit berlebihan.
Apakah emosi yang terlihat melayang di belakang punggung kecil anak-anak itu adalah kebencian...?
Terbaring
di lantai, Eugeo mengeluarkan kekuatannya pada bagian yang dapat
bergerak, kedua matanya, dan menatap ke arah Linel dan Fizel. Tapi meski
begitu, pada siapa kebenciaan mereka diarahkan? Meskipun muncul
dihadapan kriminal yang melawan terhadap Gereja Axiom dan pemimpin
tertinggi, Administrator, anak perempuan itu tidak menunjukkan apapun
selain keinginan mereka semata.
Linel dan Fizel, dengan terbuka
mengekspresikan baik kebenciaan dan kemarahan, menatap ke arah Integrity
Knight, dan Integrity Knight itu menatap kembali ke arah dua anak
perempuan itu dengan kejengkelan, saat Eugeo melihat ke arah anak-anak
itu, menyembunyikan keraguan di pikirannya, jadi—
Hanya sampai
bayangan memakai baju hitam dengan sekejap muncul di belakang anak-anak
itu tanpa suara, kelihatannya tidak ada seorangpun yang telah mendeteksi
gerakannya.
Kirito, yang seharusnya terpengaruh oleh racun
pelumpuh seperti Eugeo, mendekat dari belakang kedua anak perempuan itu
dengan dengan kehalusan dari macan tutul yang mengincar mangsa, dan
mengambil pedang beracun yang tergantung di pinggang mereka pada
ganggangnya, Fizel di kanannya, Linel di kirinya. Dengan itu, dia
menarik pedang itu ke atas dan menyambung itu dengan tebasan dangkal di
setiap tangan kiri yang terlihat dari anak-anak itu.
Anak-anak
itu hanya dapat untuk berbalik ke belakang dengan ekspresi kosong
setelah Kirito mendarat dari lompatan panjang ke belakang, dengan pedang
pendek yang masih ada di tangannya.
Ekspresi kosong dari keterkejutan terlihat pada wajah tak berdosa dari Linel dan Fizel.
"Kenapa..."
"Bergerak..."
Efek dari racun itu segera berpengaruh dan anak-anak itu terjatuh ke lantai dengan pelan setelah mengatakan sebanyak itu.
Kirito
berdiri seolah-olah dia adalah pengganti mereka. Dia memegang kedua
pedang beracun itu bersama di tangan kirinya dan mencari di dalam
pakaian sisternya dengan tangan kanannya setelah berjalan ke arahnya.
Objek yang dia dengan cepat ambil adalah botol kecil dengan ukuran ujung
jarinya, menutupi cairan berwarna orange.
Membuka penutupnya
dan menaruh itu pada hidungnya, dia mengangguk seolah-olah telah yakin,
lalu berjalan. Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain mempercayai
cairan, yang dengan pelan mengalir dari botol yang mendekat pada
mulutnya, adalah antidote dan meminum itu. Itu kelihatannya sangat bagus
dia tidak memiliki indera perasa.
Kirito, memperlihatkan suatu
kemarahan yang jarang terlihat di wajahnya, membisikkan dengan suara
yang benar-benar pelan sementara masih berlutut.
"Racun itu akan
segera sembuh dalam beberapa menit. Ketika mulutmu dapat bergerak,
pastikan untuk mengucapkan armament full control art tanpa knight itu
sadari. Biarkan itu standby setelah kau selesai mempersiapkannya dan
tunggulah sinyalku."
Berdiri setelah mengatakan apa yang dia
butuhkan, Kirito bergerak ke sisi anak perempuan itu sekali lagi. Dia
berteriak kepada lima Integrity Knight yang masih berdiri di jarak yang
jauh dalam keadaan tegang, dengan suara keras.
"Knight Kirito,
dan juga Knight Eugeo, akan mengucapkan permintaan maaf untuk tidak
sopan melihat kalian sementara terbaring di sisi ini! Sebagai tambahan
dari ketidaksopanan itu, aku meminta kalian untuk memberikan waktu
kepada kami untuk memperbaiki kesalahan kami! Aku mengajukan kita saling
beradu pedang setelah itu selesai!"
Knight ungu itu, yang mungkin berangking tinggi, segera menjawab dengan nada yang menghargai.
"Aku
adalah Integrity Knight nomor kedua, Fanatio Synthesis Two! Kriminal,
sacred instrumentku, «Heaven Piercing Sword», tidak memiliki satu titik
belas kasihan, jadi katakana kata-kata terakhirmu jika memilikinya,
sementara pedang ini masih tersarung!"
Saat mendengar itu,
Kirito dengan sekejap melihat ke arah dua anak perempuan yang terbaring
disampingnya dan mengkritik dengan kata-katanya, bahkan cukup keras
untuk knight itu dengar.
"—Aku yakin kalian berpikir ini aneh, bukan? Tentang kenapa aku bisa bergerak."
Mata Linel diwarnai dengan kekecewaan saat kata-kata yang dia secara pribadi katakan sebelumnya telah diambil.
"Kalian
berdua salah memilih perkataan kalian lebih awal. Kau mengatakan semua
pendeta dan sister telah diperintahkan untuk tidak meninggalkan kamar
mereka. Seharusnya tidak ada seorangpun yang dapat melanggar perintah
dari katedral. Karenanya, itu membuktikan bahwa kalian bukanlah murid
sister semenjak kau tidak mematuhi perintah."
Rasa sakit yang
menusuk menyebar di sekitar anggota tubuhnya, mungkin karena indera
perasanya mulai kembali berkat obat itu, tapi Eugeo hampir tidak
menyadari itu. Dia akhirnya mengerti apa emosi yang disembunyikan
dibalik ekspresi patnernya.
Meskipun masih menggunakan sikap biasanya, Kirito—sedang marah.
Tapi
kelihatannya kemarahan itu tidak ditunjukkan kepada anak-anak itu.
Setelah semua, rasa simpati yang besar dapat terlihat di matanya saat
itu melihat ke bawah pada Linel dan Fizel.
"Disamping itu,
sarung yang ada di pinggang kalian. Itu terbuat dari the «ruby evergreen
oak» di selatan, bukan? Ini adalah satu-satunya material yang tidak
akan membusuk ketika bersentuhan dengan pedang ini yang dibuat dari
«poison steel from Ruberyl». Tidak mungkin seorang murid sister biasa
dapat memiliki sesuatu seperti ini. Karena itu, aku mengucapkan art
untuk menetralkan racun sebelum kalian berdua mendekat. Itu membutuhkan
waktu yang sedikit lama untuk selesai, bagaimanapun juga. ...Kekuatan
tidak secara murni ditentukan dengan bagaimana cepatnya kalian mengayun
pedang kalian. Untuk menyimpulkannya, kalian berdua sangat bodoh, cukup
bodoh untuk pantas sekarat di sini dalam sekejap."
Kirito dengan dingin berkata kepada dua anak perempuan itu dan mengangkat tinggi pedang beracun yang ada di tangan kirinya.
Dua
pedang dengan jejak cahaya hijau saat itu terbang dari tangannya,
melempar itu ke bawah tanpa keraguan sedikitpun. Itu terjatuh dengan
suara keras, menuju lantai batu pada ujung hidung Linel dan Fizel.
"Tapi aku tidak akan membunuhmu. Sebagai gantinya, lihat baik-baik bagaimana kuatnya Integrity Knight yang kalian tertawakan."
Dia berbalik setelah beberapa kata-kata itu dan melanjutkan dengan beberapa langkah maju.
Kirito perlahan menarik pedang hitam dengan cepat dari sarungnya dengan suara tajam dan mengacungkannya di depan dirinya.
"—Aku meminta maaf karena membuatmu menunggu, Knight Fanatio! Knight Kirito berdiri dihadapanmu!!"
Dia melakukannya terlalu berlebihan...tidak peduli apapun keadaan yang akan terjadi.
Dia
berpikir untuk meneriakkan itu keluar di belakang patnernya, tapi mulut
Eugeo hanya sedikit bergetar. Indera perasanya sudah kembali, tapi
suaranya masih tidak dapat keluar.
Kirito selalu meminjam
catatan senjata yang dia sukai dari perpustakaan akademi, jadi itu
kelihatannya dia mendapat pengetahuan tentang «ruby evergreen oak» dan
«poison steel» dari situ. Dengan pengetahuan yang menjadi sifatnya
ditambahkan, Kirito telah berhasil lolos dari jebakan yang dipasang oleh
Fizel dan Linel, tapi itu sudah jelas bahwa mereka telah didorong ke
keadaan yang jauh lebih berbahaya disebabkan oleh anak-anak itu. Setelah
semua, mereka harus melawan lawan yang kuat secara langsung, lima
Integrity Knight, dengan salah satu dari mereka ada di posisi Wakil
Komandan Integrity Knight. Rencana mendiskusikan tindakan mereka dan
mengucapkan full control art terlebih dahulu, sebelum menyerbu menuju
aula besar, secara alami telah batal.
Kirito yang biasanya akan
menyeret Eugeo saat dia melarikan diri tanpa keraguan sedikitpun,
menyusun kembali rencana untuk membuat itu sedikit lebih menguntungkan.
Seperti yang diduga, alasan kenapa dia tidak melakukan itu karena dia
bukan berada dalam kondisi biasanya. Jika dia menatap secara keras, dia
dapat secara jelas melihat kemarahan yang dalam pada Kirito, api putih
kebiru-biruan pada jubah hitam di punggungnya.
Bahkan instruktur
dari Akademi Master Pedang akan segera dikalahkan jika mereka
menghadapi Kirito, saat dia yang sekarang, secara langsung.
Tetapi,
seperti yang diharapkan dari seseorang yang menjadi Integrity Knight
nomor dua di kelompok itu, knight ungu bernama Fanatio memegang gagang
pedang tipis di pinggang kirinya dengan gerakan yang pelan itu. Ketika
itu ditarik dari sarungnya dengan suara jelas, sinar yang menyilaukan
mata, seolah-olah pedang itu sendiri yang memancarkan cahaya,
menyilaukan mata Eugeo.
Mengikuti Fanatio, empat Integrity
Knight yang dibelakang menarik pedang besar mereka yang tertusuk ke
lantai dan mengacungkan itu dengan gerakan yang dikordinasi secara rapi.
Ketetapan hati yang dapat dirasakan keluar dari pedang mereka yang
menggetarkan udara di aula saat itu seolah-olah mendorong Kirito.
Fanatio
yang tidak menunjukkan sedikitpun kegembiraan meskipun situasinya
menjadi tegang, mengeluarkan suara yang terdengar muram dari balik helm
itu.
"Kriminal Kirito, itu kelihatannya tujuanmu adalah
pertarungan individual denganku...tapi sayangnya, kita telah
diperintahkan secara keras untuk menggunakan segala cara untuk menghapus
kalian berdua jika kalian telah mencapai aula ini. Karena itu, aku akan
menyuruh mereka untuk menjadi lawan pertamamu.—«Four Oscillation
Blades» yang secara pribadi diajar di bawah instruksiku, seperti itu!"
Fanatio
dengan keras menyatakan itu, lalu memulai dengan mengucapkan sacred art
rumit dengan cepat yang dimulai dengan system call. Itu kelihatannya,
tidak, tanpa ada kesalahan armament full control art. Salah satu cara
untuk melawannya adalah menggunakan art yang sama, atau menebas jatuh
knight itu sebelum itu selesai.
Kirito memilih yang kedua. Saat
dia menyerbu menuju Fanatio dengan kekuatan yang cukup untuk membuat
jahitan dari sepatunya terbuka, dia mengayun pedang hitamnya dari atas
kepala.
Tetapi, knight yang berdiri di sebelah kiri, diantara
empat orang yang menunggu di belakang Fanatio, memulai serangan pada
waktu yang sama.
Pedang besar yang dipegang dengan kedua tangan menebas horizontal dari kiri dengan teriakan keras, berlari menuju Kirito.
Kirito
mengganti posisi pedangnya, menerima serangan knight itu dengan ayunan
ke bawah dari atas kepala. Hantaman yang menusuk telinga terdengar.
Mereka berdua terdorong ke belakang, melebarkan jarak.
Kirito
pulih lebih cepat jika dibandingkan dengan knight itu, dengan ecpat
mencoba menarik pedang hitam itu kembali. Dia telah memasuki posisi
untuk meneruskan saat mendarat, dan dengan hanya satu serangan lagi
menuju dada musuhnya—
"......!?"
—Nafas Eugeo keluar
dengan segera setelah dia mempercayai itu. Dia sama sekali tidak tahu
ketika itu terjadi, tapi knight kedua telah menyerbu dan melepaskan
tebasan horizontal dengan sekuat tenaga dari kiri.
Kirito
menghentikan langkahnya dan kali ini, pedangnya menebas menuju kiri dan
memukul mundur pedang musuh, terdapat suara metal yang sama dan banyak
percikan api yang tersebar seoerti sebelumnya, dan mereka berdua
melebarkan jarak kira-kira empat mel.
Posisi knight kedua, juga,
benar-benar telah terjatuh. Itu sangat normal, menahan tubuh ke tanah
setelah terpukul mundur dari melakukan serangan habis-habisan dengan
pedang sebesar itu akan sangat sulit tidak peduli bagaimana banyaknya
kekuatan fisik yang seseorang itu punya.
Itu adalah hal yang
patut dipuji, tetapi, Kirito sangatlah hebat, untuk memukul mundur
pedang musuh dengan gerakan yang benar-benar minimal dan cepat dalam
menghisap hantamannya, berganti menuju posisi menyerang berikutnya
dengan segera.
Tetapi.
Bahkan tanpa memberikan waktu
untuk memikirkan kemampuannya, Eugeo melihat knight ketiga menyerang
pada Kirito sekali lagi, tepat setelah dia mendarat. Sebelum
pandangannya terambil oleh hantaman antara pedang dan pedang untuk
ketiga kalinya, Eugeo memaksakan matanya untuk terbuka lebar.
"——!!"
Dan
dia menggeretakkan giginya. Pada saat Kirito menyilangkan pedang dengan
knight ketiga, knight keempat telah memulai untuk menyerbu maju.
Bagaimana
mereka dapat memprediksi gerakan Kirito dengan sangat akurat? Reaksi
Kirito akhirnya menjadi tidak teratur dari akibat tebasan horizontal.
Meskipun dia sukses menahannya entah bagaimana, sosok berbaju hitamnya
menjadi goyah di udara, mungkin disebabkan oleh kekuatan yang dia coba
untuk dorong kembali.
——Aku mengerti.
Itu membutuhkan waktu yang lama, tapi Eugeo menyadari tujuan keempat knight itu.
Semua
serangan dari knight itu adalah tebasan horizontal dari kiri ke kanan.
Menangkis itu dengan pedangnya akan membatasi arah yang dia akan tahan,
hingga derajat tertentu. Dengan itu sebagai tujuan mereka, knight
berikutnya hanya akan mengulangi tebasan horizontal. Dengan jarak yang
lebih lebar ketika dibandingkan dengan tusukan atau tebasan vertical,
bersamaan dengan panjang pedang, dapat memberikan perkiraan secara kasar
bahwa itu cukup untuk mereka untuk membuat Kirito berada di dalam
jangkauan tebasan mereka, bahkan jika itu telah dilakukan sejak awal.
Itu
seharusnya adalah «skill tebasan beruntun melalui kelompok» dari
Integrity Knight yang seharusnya tidak memiliki secret moves skill
tebasan beruntun. Mereka benar-benar berbeda dengan swordsman di pusat
yang secara murni mengejar keindahan style, mereka benar-benar prajurit
sebenarnya yang terlatih melalui pertarungan sebenarnya di Dark
Territory.
Tetapi, kordinat taktik dari knight itu tidak sempurna juga.
—Sadari itu, Kirito, ada cara untuk melewati itu jika itu adalah kau!
Rintihan
serak keluar dari tenggorokan Eugeo saat dia mencoba untuk berteriak.
Lidah dan mulutnya akhirnya mulai bergerak. Saat dia menggerakkan
mulutnya mati-matian berusaha untuk mengendurkan otot-otot kaku itu,
untuk memulai upacara art bahkan satu detik lebih cepat, Eugeo dengan
penuh ketakutan berdoa saat dia melihat ke arah patnernya. Agar dia
menyadarinya.
Setelah menangkis pedang knight keempat, Kirito terpeleset pada saat dia mendarat di akhir, menahan satu tangannya pada lantai.
Pedang knight pertama itu berbunyi saat melancarkan serangan, menebas itu setelah pulih dari hantaman..
Kirito
dengan segera merendahkan bagian atas tubuhnya ke bawah, melewati bawah
pedang. Bagian ujung rambut hitamnya bersentuhan dengan pedang dan
terpotong hingga tersebar jauh.
Ya—Jika serangan yang datang
sudah pasti tebasan horizontal, dia hanya akan menghindarinya dengan ke
atas atau ke bawah daripada menahannya dengan pedangnya.
Tapi
hindaran itu juga harus dikombinasikan dengan serangan balik. Jika dia
jatuh disini, aka nada jeda sebentar, tidak, sesuatu yang lebih lama
daripada itu sebelum dia dapat bergerak lagi.
Itu kelihatannya
knight kedua yang mendekat dari kiri Kirito benar-benar tidak memiliki
keinginan untuk melewatkan jeda itu. Dengan cepat menggerakkan pedang
yang ujungnya menghadap ke sisi atas, knight itu melakukan tebasan
vertical dengan kekuatan penuh.
"B...!!"
Bahaya, Eugeo
mencoba meneriakkan itu, menghiraukan rasa sakit tajam yang mengalir
melalui tenggorokannya. Tetapi, ini bukanlah waktunya. Itu adalah ketika
dia secara insting mengalihkan pandangannya, mengira bahwa dia tidak
mampu untuk menghindar—
Knight barusan yang baru saja hendak menyelesaikan tebasan pedangnya pada bagian kanan Kirito tergoyah dengan hebat.
Kirito
tidak hanya terbaring di bawah. Kedua kakinya menjepit di sekitar
knight yang tidak menyadarinya, menarik knight itu ke bawah di atas
dirinya.
Knight kedua itu tidak dapat menghentikan gerakan
menebasnya dan pedang besar itu tertebas dengan dalam pada punggung
temannya. Knight yang menarik pedangnya kembali sementara menunjukkan
tanda-tanda terkejut lalu diserang oleh tebasan hitam yang mencapainya
dari bawah.
Kirito, serangannya secara akurat menusuk pada
tangan knight kedua itu saat dia berdiri, berbalik ke arah knight ketiga
yang kelihatannya akan menyerbu maju dengan tidak teratur dan mendorong
knight kedua dengan semua kekuatan yang dia punya. Seperti yang diduga,
knight ketiga tidak dapat melukainya bersama temannya dan menghentikan
tebasannya.
Pada akhirnya, serangan beruntun dari kelompok yang Fanatio sebut «Four Oscillation Blades» telah berakhir.
Kirito
berlari secara cepat melalui celah itu. Tanpa memperhatikan keempat
knight itu bahkan dengan tatapannya, dia melancarkan serangan pada
Fanatio, yang mengucapkan full control art.
Biarkan itu sampai—!
Eugeo dengan ketakutan berdoa.
"Enhance...!"
Fanatio berteriak.
"Uooooh!!"
Kirito
berteriak, pedangnya terangkat tinggi dari jauh. Itu tidak akan
mencapainya dari jarak itu normalnya, tapi pedang itu melepaskan cahaya
kuning kehijau-hijauan dengan segera. Aincrad-style secret move, «Sonic
Leap». Itu adalah skill satu tebasan vertical seperti «Vertical», tapi
memiliki kemampuan untuk menyerbu maju dari jarak dua kali lebih dari
itu dalam sekejap.
Fanatio menggerakkan ujung pedang tipisnya
pada Kirito yang menerjangnya secara cepat yang meninggalkan jejak
cahaya. Tetapi, itu mustahil untuk senjata setipis itu untuk menangkis
hantaman dari secret move tidak peduli apa yang akan dicobanya. Pedang
panjang yang ditempa dari Gigas Cedar yang memiliki berat lebih tinggi
dibandingkan dengan Blue Rose Sword, sacred instrument. Ditambah dengan
serangan tebasan dari Kirito yang kelihatannya cepat sekali telah
tercampur, itu akan cukup untuk menghancurkan sesuatu seperti pedang
tipis itu menjadi pecahan, bahkan jika ketiga pedang seperti itu
digabungkan bersama-sama.
Itu adalah saat ketika knight berjubah hitam itu mencapai puncak loncatannya dan mulai mengayun pedangnya ke depan—
Cahaya keluar dari pedang tipis di tangan knight itu.
Tidak,
untuk akuratnya, seluruh pedang itu berubah menjadi cahaya putih
kebiru-biruan saat itu menunjuk ke arah depan dengan kecepatan
mengerikan.
Sinar tipis dari cahaya menembus bagian kiri Kirito
tanpa suara, terus berlanjut menuju langit, dan membuat ledakan kecil
saat itu menabrak pada langit-langit aula besar itu. Dan itu berakhir
dengan sekejap.
Secret move Kirito yang lintasannya telah
terganggu dengan perutnya tertembus, dan hanya menggores dekorasi sayap
pada helm Fanatio, dengan secara paksa memotong itu hingga ke udara.
Banyak
darah yang dapat terlihat mengalir dari luka dan Eugeo tidak pernah
berpikir Lifenya berkurang sebanyak ini, tapi Kirito terjatuh saat
mendarat dengan bertumpu pada satu lutut. Ketika dia memfokuskan matanya
dengan cukup keras, dia melihat asap pucat muncul di lubang kecil yang
terbuka di bajunya.
Itu mungkin adalah serangan bertipe api?
Tetapi, cahaya yang dilepaskan dari pedang Fanatio berwarna putih
menyilaukan yang hampir biru. Eugeo tidak pernah melihat api dengan
warna seperti itu.
Berputar dengan gerakan sangat halus yang
sangat cepat, Fanatio menunjuk ujung pedang tipisnya tepat pada Kirito
yang meringkuk di lantai.
Dengan suara 'sha' yang samar-samar,
sinar cahaya memancar keluar lagi. Jika itu bukan Kirito yang segera
berguling menuju kiri sebelum itu, cahaya itu tampaknya akan menembus
kaki kanannya. Sinar cahaya yang berbahaya itu meleset dan menembus pada
lantai marbel dan sekali lagi membuat ledakan kecil. Ketika cahaya itu
menghilang, lubang berwarna merah terang yang tersisa melelehkan
permukaan lantai itu.
"Tidak...mungkin...!"
Eugeo tidak menyadari suara serak, dari keterkejutannya yang keluar dari mulutnya sendiri untuk sebentar.
Material
yang digunakan di bangunan katedral adalah marbel dengan kualitas
tertinggi, seperti «immortal walls» yang membagi Centoria Pusat seperti
silang, menilai dari corak putih murninya dan lapisan kacanya. Itu
bukanlah sesuatu yang dapat meleleh tidak peduli bagaimana panasnya api
yang kau gunakan. Bukankah bagaimana hanya karpet yang telah terbakar
ketika api yang sangat panas yang dibawa oleh «Conflagrant Flame Bow»
Deusolbert yang hanya membakar permukaan telah cukup untuk membuat itu
sebagai bukti untuk itu?
Dengan kata lain, itu akan membuat full
control art Fanatio jauh lebih kuat dibandingkan dengan skill
Deusolbert, jika itu adalah serangan bertipe api. Jadi bukankah Life
Kirito yang berkurang karena serangan langsung dari skill seperti itu
akan berada diambang dimana itu akan menghilang?
Kirito tidak
terdiam di satu tempat, terus-menerus melompat ke arah yang tidak
menentu saat Eugeo terlihat menggenggam erat pada tangannya dari
ketakutan yang sedingin es. Sinar cahaya memancar keluar satu demi satu,
menembus hingga ke lantai, saat pedang Fanatio mengejar sosoknya.
Detail
yang jauh lebih menakutkan dari skill itu adalah bagaimana itu
betul-betul tidak memerlukan gerakan sebelum melepaskan cahaya, seperti
sejumlah cahaya yang terkumpul atau serangan pedang itu. Setidaknya,
Eugeo tidak dapat menebak ketika dengan pelan menggerakkan pedang tipis
itu yang akan menembakkan sinar cahaya dari posisinya. Mendeskripsikan
itu memiliki jangkauan yang benar-benar panjang yang akan membuat itu
berada dilevel yang sama seperti «Frost Scale Whip» Eldrie, tapi itu
hanyalah mainan anak-anak ketika dibandingkan dengan ini.
Sama
sekali tidak menunjukkan tanda-tanda dari bersemangat, Fanatio terus
mengejar Kirito dengan gerakan tangkas seperti menari. Kirito bahkan
dapat menghindari empat, lima, enam tembakan dari itu hanya karena
kemampuan fisiknya yang ditempa secara susah payah dan intuisi hebatnya.
Tetapi, pada akhirnya, cahaya yang tertembak untuk ketujuh kalinya menyatakan akhir dari game tag kematian ini.
Shaa!
Bagian atas kakinya telah tertembus di udara oleh sinar cahaya yang
membuat udara panas saat itu tertembak, Kirito terhantam pada lantai,
dengan bahunya yang pertama, posturnya goyah. Tapi ujung pedang Fanatio
dengan tetap mengarah sedikit ke bawah pada seberkas rambut hitam yang
terurai pada saat itu juga.
"Ki......"
-rito, Eugeo
mencoba untuk berteriak sebelum dia menyadari mati rasa di tenggorokan
dan mulutnya akhirnya telah menghilang. Dia mungkin mampu untuk
mengucapkan dengan cukup jelas untuk menyelesaikan upacara art dengan
seperti ini.
Jadi daripada berteriak, Eugeo dengan mengalirkan
kekuatannya secara tetap ke perut dan mulai mengucapkan upacara art
dengan volume yang terlalu pelan untuk knight itu dengar, tapi cukup
keras untuk mencapai dewi pencipta.
"System call..."
Kirito
pasti akan mampu untuk melewati bahaya selevel ini dengan kemampuannya
sendiri. Karena itu, hanya ada satu hal yang Eugeo harus lakukan, yaitu
mengucapkan full control art seperti yang diberitahukan pada dia,
membuat itu siap untuk diaktifkan kapanpun itu dibutuhkan.
Dengan
pedang yang mengarah lurus yang menandakan kematian pada Kirito,
Fanatio terdiam untuk sebentar, seolah-olah memprovokasi dia, sebelum
berbicara dengan suara pelan.
"...Aku telah diberikan nasihat,
bahwa berbicara pada waktu seperti ini adalah kebiasaaan burukku, dari
Komandan Integrity Knight selama ratusan tahun, tapi...Meski begitu, itu
terasa sangat menyedihkan. Setiap orang yang membuat diri mereka tidak
berdaya dibawah kekuasaanku dari «Heaven Piercing Sword» tidak dapat
menunjukkan apapun selain ekspresi aneh itu, kau tahu. Aku rasa kau,
juga, memikirkan apa sebenarnya dari bentuk sebenarnya dari tehnik yang
mampu memojokkan dirimu dengan mudah."
Itu kelihatannya empat
knight dibawah Fanatio telah menyelesaikan mengobati luka mereka di
waktu ini juga, saat mereka sekarang mengelilingi Kirito dari belakang,
memegang pedang besar mereka dengan satu tangan. Ini membuatnya semakin
sulit untuk melarikan diri, tapi meningkatkan kemungkinan dari
memperpanjang perkataan Fanatio sesuai dengan perkiraan. Berkosentrasi
penuh untuk tidak membuat kesalahan di pengucapannya agar untuk mencegah
kegagalan, Eugeo melanjutkan merangkai upacara art itu secara bersamaan
dengan semua yang dia punya.
"Kalian mungkin adalah kriminal, tapi aku rasa kalian tahu cermin jika kalian pernah tinggal di pusat?"
Fanatio
tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang datang dari suatu tempat dan
ekspresi kebingungan terlihat pada Kirito bahkan saat dia menahan rasa
sakit.
Cermin.
Tentu saja, Eugeo telah melihat itu
sebelumnya. Itu tidak ada satupun yang ada di Rulid, tapi di ruangan
pribadinya di asrama akademi elite swordsman-in-training dilengkapi oleh
cermin yang kecil. Itu adalah alat misterius yang memantulkan jauh
lebih jelas dibandingkan dengan permukaan air dan lembaran metal, tapi
Eugeo tidak terlalu untuk menyukai penampilan lemahnya, jadi dia tidak
memiliki keinginan yang besar untuk memakai itu.
Dengan pedang
yang bersiap untuk segera menembak cahaya pada Kirito jika membuat
gerakan apapun, Fanatio melanjutkan dengan suara yang kelihatannya tidak
memiliki emosi.
"Karena itu adalah barang yang cukup mahal
karena dibuat dengan menuangkan perak yang dicairkan pada kaca, aku
meragukan bahwa akan ada banyak kesempatan untuk penduduk diluar ibu
kota untuk melihat itu dengan mata mereka, tapi...alat itu mampu
memantulkan cahaya Solus dengan hampir sempurna. Aku berpikir jika kau
dapat mengerti...bahwa itu, alasan kenapa area yang disinari oleh cahaya
yang terpantul menjadi dua kali lebih panas. —Tiga ratus tiga puluh
tahun yang lalu dari sekarang, Pemimpin Suci, pemimpin tertinggi,
mengambil koin perak dan benda yang terbuat dari perak, dan
memerintahkan pengrajin kaca untuk menciptakan ribuan cermin besar dari
kaca. Itu untuk art menyerang yang tidak perlu diucapkan...eksperimen
bernama «persenjataan» bagaimanapun juga, kau tahu. Ribuan cermin,
berbaris membentuk setengah lingkaran di halaman depan katedral,
memantulkan cahaya Solus di tengah musim panas dan memfokuskan pada satu
titik, membawa neraka putih yang murni. Itu melelehkan batu besar
berukuran manusia hanya beberapa menit."
Persenjataan...Neraka putih...?
Eugeo
tidak mengerti apapun pada perkataan Fanatio. Tetapi, dia mengetahui
berdasarkan intuisi, bahwa rencana dari pemimpin tertinggi sangat
menakutkan seperti membuat anak-anak saling membunuh satu sama lain agar
menstabilkan art pembangkit.
"—Pada akhirnya, pemimpin
tertinggi yang hebat itu menilai bahwa itu membutuhkan terlalu banyak
persiapan untuk membuat itu menjadi kondisi baik untuk pertarungan.
Tetapi, dia mengatakan bahwa itu akan sangat disayangkan bahwa semua itu
akan terbuang, dan dengan keajaiban sucinya, dia mengumpulkan setiap
ribuan cermin besar, menempa itu, dan menciptakan satu pedang. Itu
adalah sacred instrument ini, «Heaven Piercing Sword». Apa kau mengerti
kriminal? Apa yang menembus perut dan kakimu adalah kekuatan Dewi
Matahari Solus itu sendiri!"
Kata-kata dari Integrity Knight,
tercapur dengan kesombongan yang samar-samar, itu sangat mengejutkan
hingga Eugeo dengan susah payah menghindari membuat kesalahan ketika
upacara art itu hampir selesai.
Cahaya Solus yang dikumpulkan ribuan cermin—dengan kata lain adalah bentuk sebenarnya dari sinar cahaya putih itu?
Itu
mungkin untuk menetralkan serangan pada thermal elements dengan
cryogenic elements. Tapi bagaimana serangan dengan cahaya dapat ditahan?
Sejak awal, art dengan luminous elements sebagai sumber mereka
seharusnya hampir tidak memiliki kemampuan serangan langsung, sejauh
yang Eugeo tahu di pelajaran. Cahaya untuk menyilaukan mata dapat
dinetralkan dengan umbra elemental arts, tapi sinar cahaya pada level
seperti itu mungkin akan menembus sepuluh atau dua puluh umbra elements
hingga hancur dengan mudah.
Tidak peduli terhadap kegelisahan
yang tak tertahankan di hatinya, mulut Eugeo melanjutkan mengucapkan
upacara art, tanpa sadar sudah setengah, dan akhirnya mencapai kalimat
terakhir. Kekuatan yang disembunyikan di dalam Blue Rose Sword akan
dikeluarkan setelah mengucapkan kata terakhir, «enhance armament». Tapi
untuk itu harus menunggu sinyal Kirito.
Fanatio kelihatannya
telah selesai mengatakan tentang suatu hal dan perlahan mengarahkan
ujung pedangnya ke depan pada kepala Kirito.
"Kirito, apakah kau
telah mengerti kekuatan dari pedangku yang akan menghapus Lifemu? Jadi
aku akan membiarkanmu menyesali dosamu, mempercayakan keyakinanmu dengan
sepenuh hati pada tiga dewi, dan memohon ampunan mereka sebelum mati.
Jika kau melakukan itu, cahaya suci pemurniaan akan membersihkan dosa
pada jiwamu dan membimbingmu menuju Celestial World. Sekarang—Selamat
tinggal, kriminal bodoh dan belum berpengalaman."
Heaven
Piercing Sword bersinar hingga menyilaukan mata, memperlihatkan sinar
cahaya yang akan menandakan tanda kematiannya melalui hatinya.
"Discharge!"
Itu hanya sekejap ketika teriakan itu mencapai telinga Eugeo.
Tepat
dihadapan pedang Fanatio yang bersinar, Kirito menepuk kedua tangannya
bersamaan dengan 'pan!' dan lalu mengeluarkan itu keluar. Apa yang
muncul di telapak tangannya ada suatu lembaran berwarna perak.
Tidak,
bukan itu. Itu tidak hanya suatu lembaran metal. Dengan level yang
sempurna, lembaran persegi itu dengan jelas memantulkan helm Fanatio
sementara knight itu berdiri di depan Eugeo.
Mata Eugeo telah mengetahui warna dua element berbeda yang digenggam kedua tangan sebelum itu ditepuk secara bersamaan.
Cahaya
di tangan kanannya adalah metal elements. Itu digunakan untuk menembak
jarum atau membuat dan peralatan yang biasa, element bertipe metal. Dan
apa yang ada di tangan kirinya adalah crystal elements. Itu adalah
element bertipe kaca yang digunakan untuk menciptakan penghalang yang
tidak terlihat dan gelas kaca. Dengan dua dari itu membentuk bentuk
lembaran dan lapisan, objek yang diciptakan adalah—
Cermin.
Tombak
cahaya yang menyembunyikan panas yang luar biasa mengenai cermin yang
diciptakan oleh upacara art Kirito dan mengubah itu dari perak menjadi
orange dalam sekejap mata.
Life dari alat yang diciptakan dari
element setelah semua sangatlah rendah. Bahkan jika pisau terlihat sama
dari luar, dibandingkan dengan salah satu yang ditempa dari biji yang
dapat digunakan untuk selama sepuluh tahun, salah satu yang dibentuk
dari metal elements akan kehabisan Lifenya hanya dalam waktu satu jam
dan tersebar. Cermin itu seharusnya bukan pengecualian, itu sangat
meragukan bahwa itu memiliki ketahanan untuk memantulkan cahaya Heaven
Piercing Sword.
Saat Eugeo berlalu sesuai yang diprediksikan,
cermin itu hanya bertahan di udara hanya selama sepuluh detik. Kaca dan
metal itu meleleh menjadi cairan yang tersebar disekitar dan sinar
cahaya menembak lurus ke arah Kirito, yang memiliki delapan puluh persen
sinarnya.
Tetapi, pada saat sekejap yang berharga dari
menghindari kematian secara paksa yang dibuatnya tidak menjadi percuma
pada Kirito juga. Itu hampir bukan apa-apa, tapi dia sukses memiringkan
tubuhnya menuju ke arah kiri dan cahaya itu hanya menghanguskan salah
satu bagian rambut dan pipinya sebelum itu tertembak di belakangnya.
Dan dua puluh persen sisanya yang dipantulkan oleh cermin itu—
Telah dipantulkan dengan sudut yang tajam dan terbang menuju helm Fanatio.
Itu
seharusnya bukanlah gerakan yang dapat diprediksi, tapi seperti yang
diduga dari Integrity Knight nomor kedua, sinar cahaya itu dihindari
dengan memiringkan kepalanya dengan reflex yang sebanding dengan Kirito
atau bahkan lebih tinggi. Tetapi, knight itu tidak dapat melindungi
dekorasi sayap yang berada di kedua sisi dari helm itu. Dekorasi di
bagian kiri terkena oleh cahaya dan penjepitnya telah hancur dengan
itu—helm itu terbelah menjadi dua, di depan dan di belakang, dengan
segera setelah itu.
Pandangan Eugeo telah tertangkap oleh rambut panjang yang terurai di udara pada saat itu.
Itu
berwarna hitam gelap seperti rambut Kirito. Namun kelembutannya
benar-benar melebihi yang hebat. Rambut panjang bergelombang yang
terurai, yang pasti seharusnya telah dirawat dengan penuh perhatian,
berkilauan dengan indah pada cahaya matahari di tengah hari dari jendela
besar. Kenapa seseorang seperti knight itu adalah—
Saat Eugeo
tanpa sadar memikirkan itu, dia dapat melihat wajah Fanatio yang dengan
cepat ditutupi dengan tangan kirinya yang terangkat.
Dan Fanatio berteriak.
"Kalian melihatnya, bukan...kriminal!!"
Itu
benar-benar berbeda dengan suara yang tertutupi oleh metal yang keluar
dari dalam helm sebelumnya, itu adalah suara yang bernada tinggi, baik
kehalusan dan kelembutannya.
Dia perempuan—!?
Keterkejutan
yang sangat besar membuat Eugeo untuk hampir mengeluarkan suaranya,
yang akan menghilangkan status standby upacara art itu. Dia dengan rapat
menutup mulutnya untuk mencegah kata-kata yang tidak perlu akan keluar.
Tetapi, suatu bagian dari kesadarannya tetap melihat ke arah sosok
Knight Fanatio yang mundur.
Tingginya sama dengan Kirito atau
lebih tinggi, tapi ketika dia menilainya dengan pemikiran itu di
pikirannya, garis yang menurun dari punggungnya hingga pinggangnya
benar-benar langsing. Tetapi, dia benar-benar telah yakin bahwa dia
adalah laki-laki hanya sampai sekarang.
Mereka
telah menghadapi knight seperti Alice Synthesis Thirty, atau Fizel dan
Linel, meskipun mereka hanya anak-anak, jadi tidak ada alasan untuk
menolak bahwa ada sejumlah perempuan did alam Integrity Knight. Sejak
awal, mendekati setengah dari trainees yang belajar di akademi adalah
gadis seperti Tizei dan Ronie. Banyak Integrity Knight telah diciptakan
dari rangking mereka, jadi tidak ada hal yang aneh tentang knight nomor
dua adalah perempuan.
Ketika dia memikirkan kenapa dia begitu
terkejut meskipun begitu, Eugeo menyadari bahwa itu karena cara bicara
dan kelakuannya sampai sekarang benar-benar terlihat seperti laki-laki.
Jika
memang begitu, alasan kenapa kemarahan terlihat dari seluruh badan
Fanatio tepat sekarang adalah bukanlah karena wajahnya telah
terlihat—itu mungkin disebabkan oleh mereka mengetahui bahwa dia adalah
perempuan.
Itu kelihatannya Kirito, yang terjatuh dengan
bertumpu pada satu lutut, mendapati rasa sakit dari pipinya yang
terbakar menghilang juga, saat penampilan yang keheranan terlihat pada
wajahnya.
Menatap pada Kirito terbaring diantara celah di antara jari tangan kirinya, Fanatio berbicara sekali lagi.
"Jadi
kau...kau membuat wajah seperti itu juga, huh, kriminal. Jadi bahkan
kalian, bersalah atas kejahatan tingkat tinggi terhadap gereja, tidak
akan bertarung secara serius pada saat kalian mengetahu bahwa aku adalah
perempuan?"
Meskipun telah menyesal, karena sebenarnya telah
salah dari dirinya sendiri, suaranya sangat indah, membawa pikiran
terhadap alat nusik senar yang dimainkan oleh musisi.
"Aku
bukanlah manusia...Aku adalah Integrity Knight yang dipanggil ke tanah
ini dari Celestial World...dan meski begitu aku telah menderita karena
pandangan merendah dari semua laki-laki, dalam sekejap ketika kalian
mengetahui bahwa aku perempuan! Tidak hanya diantara
teman-temanku...tapi bahkan dari komandan penjelmaan kejahatan, Darkness
Knight!!"
—Sama sekali bukan, tidak ada satupun dari kami memandang rendah padamu.
Setelah menjawab seperti itu di pikirannya, sebuah pemikiran muncul pada Eugeo.
Dia
telah bertarung dengan banyak swordswoman saat bertugas sebagai penjaga
di Zakkaria dan sementara dia mulai belajar di akademi. Ada beberapa
diantara mereka yang memiliki kemampuan lebih banyak dari Eugeo dan
tentu saja, ada suatu waktu ketika dia kalah terhadap mereka.
Melalui
pengalaman dari semua pertarungan itu, Eugeo tidak bersikap lunak pada
lawannya hanya karena mereka perempuan dan dia sangat menghormati yang
berpengalaman di bidangnya tanpa mempedulikan jenis kelamin mereka.
Tetapi—bagaimana
jika itu bukanlah pertandingan dimana petarung itu menang dengan
menghentikan serangan sebelum mengenai tubuh atau setelah serangan
pertama, tapi pertarungan hidup dan mati yang sebenarnya? Dapatkah dia
menghapus Life lawannya tanpa keraguan...?
Itu terjadi ketika
Eugeo telah dipenuhi oleh pemikiran yang sekarang dia pikirkan untuk
pertama kalinya dan kehilangan nafasnya.
Kirito yang meringkuk di lantai tiba-tiba menjadi hembusan angin dan melompat menyerbu.
Itu
adalah tebasan ke bawah dari kanan tanpa trik apapun atau bahkan secret
moves. Tetapi, pedang itu bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan
yang kelihatannya tidak jelas bahkan di mata Eugeo. Itu justru seperti
keajaiban, bahwa Fanatio berhasil untuk menangkis itu tepat waktu dengan
hatinya terkejut di tengah kekacauan. Gaan! Suara hantaman yang menusuk
telinga terdengar di dalam aula, percikan api terlihat menyebar
menyinari wajah mereka berdua untuk sesaat.
Fanatio dengan cepat
menghentikan tebasan di dekat penahan pedang tipisnya, tapi dia tidak
dapat menahan beban dari serbuan itu dan telah dipaksa mundur beberapa
langkah. Kirito menahan pedang mereka secara bersamaan dan mendorong
tubuh langsing knight perempuan itu tanpa kehilangan tekanan. Lutut
Fanatio, terbungkus dengan armor ungu, mulai untuk sedikit tertekuk.
Kirito tiba-tiba berbicara dengan nada rendah.
"Aku
mengerti, itu menjelaskan pedang dan skill itu. Itu untuk
menyembunyikan bahwa kau adalah perempuan ketika bertarung...itu benar,
bukan, Fanatio ojou-sama?"
"Kau...sialan!!"
Teriakannya terdengar seperti jeritan, Fanatio menekan kembali pedangnya saat itu salng menahan satu sama lain.
Ketika
Eugeo mengalihkan pandangannya dari dua orang yang saling menahan di
tempat itu, dia dapat merasakan tanda tertekan dari empat knight di
sekitarnya. Ini mungkin hanya perkiraan, tapi mungkin beberapa diantara
mereka tidak mengetahui wajah Fanatio. Dua gadis yang terbaring lumpuh
di sisi kanan Eugeo tidak dapat menunjukkan tanda-tanda apapun, juga.
Menampakkan
diri mereka di hadapan mata knight itu, Kirito dan Fanatio melanjutkan
pertarungan dengan seluruh kekuatan mereka. Kirito sudah jelas menang
pada faktor berat tubuh dan berat pedang, dia menduganya. Tapi setelah
mendapati terdorong ke belakang lagi, Fanatio tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk mundur dengan kekuatan fisik yang tidak dapat
dibayangkan dari tangan kurusnya.
Kirito melemparkan kata-kata padanya lagi dari celah saat menggeretakkan giginya.
"...Aku
akan mengatakan ini untuk pertama kalinya, tapi apa yang aku terkejut
sekarang, adalah bagaimana kekuatan pedangmu berkurang dengan sangat
jauh ketika helmmu menjadi rusak. Menyembunyikan wajahmu, menyembunyikan
tebasan pedangmu...bukankah kau adalah orang yang paling sadar bahwa
kau adalah perempuan?"
"Diam...Diam! Aku akan membunuhmu...Setidaknya aku pasti akan membunuhmu...!"
"Itu
adalah apa yang akan kulakukan juga. Aku benar-benar tidak berencana
untuk bersikap lunak padamu hanya karena kau adalah perempuan, setelah
semua, aku telah kalah pada swordswoman sepanjang waktu!"
Itu
benar bahwa Kirito telah kalah tak terhitung jumlahnya oleh
Solterina-senpai, yang dia layani sebagai valet, sejauh yang Eugeo tahu.
Tapi Eugeo mempercayai bahwa dia tidak benar-benar berhubungan dengan
latihan atau pertandingan praktek. Seolah-olah dia hendak mengatakan
bahwa dia benar-benar kalah oleh swordswoman di suatu tempat, di
pertarungan nyata di masa lalu...
Pada saat itu, kaki kanan
Kirito tiba-tiba terlihat di depan dan menyandung kaki Fanatio. Tubuh
bagian atasnya terhuyung dan kedua pedang itu mengeluarkan percikan api
saat itu terpisah. Tanpa menunggu jeda, dia menusukkan pedang hitamnya
dengan satu tangan.
Tetapi, tangan kanan Integrity Knight itu
bergerak dengan sangat cepat dan pedang tipisnya menangkis pedang hitam
dari sisinya seperti mahluk hidup. Memperbaiki posturnya sementara
menghindari lintasan tusukan itu, dia mengambil langkah ke belakang
untuk memperlebar jarak.
Kirito pulih dengan cepat juga.
Menggunakan kecepatan dari tusukan, dia menyerbu menuju dada musuh yang
kelihatannya seperti hendak menghantam tubuhnya dan mempertahankan
pertarungan jarak dekat. Setelah semua, pertarungan jarak jauh tidak
mungkin terhadap Fanatio yang memiliki skill menembak sinar cahaya tanpa
persiapan terlebih dahulu.
Kecepatan yang sangat tinggi dari pedang yang saling berhantaman dimulai dari jarak yang mendekati nol.
Apa
yang menakuti Eugeo adalah bagaimana Fanatio berhadapan dengan serangan
beruntun yang tidak beraturan dari Kirito tanpa mundur bahkan untuk
satu langkah. Pedang itu melakukan serangan dari atas, bawah, kiri dan
kanan secara beruntun yang ditangkis oleh pedang tipis itu, dengan bebas
menebas di sekitar, membalas dengan tusukan dari dua atau tiga skill
tebasan beruntun setiap kali ada celah kecil. Tidak ada satupun dari
mereka menggunakan secret moves, tapi itu karena mereka bahkan tidak
dapat menemukan celah untuk melakukan posisi awal.
Setiap semua
style ilmu pedang tradisional di Dunia Manusia hanya memiliki kemampuan
skill pedang satu tebasan dan itu kelihatannya bahkan Integrity Knight
Deusolbert tidak mengetahui skill tebasan beruntun. Itu berarti Fanatio
melatih skill tebasan beruntun melalui usahanya sendiri. Alasan dibalik
itu pastinya tidak berhubungan dengan perkataan Kirito yang sebelumnya.
Cahaya
dari Heaven Piercing Sword, untuk mengalahkan musuh tanpa mendekat.
Atau skill tebasan beruntun, untuk mengalahkan musuh dengan seranagn
beruntun bahkan jika dia tidak dapat menggunakan full control art dan
kehilangan inisiatif.
Dengan kata lain, knight perempuan,
Fanatio, takut apabila musuh mendekat padanya dan menyadari apa yang
disembunyikan dibalik armornya. Tapi kenapa...? Kenapa dia mencoba
sangat keras untuk menyembunyikan jenis kelaminnya.
Sementara
memikirkan keraguan baru yang muncul, mata Eugeo telah terpaku pada
pertarungan diantara mereka berdua. Itu kelihatannya empat knight yang
dibawah perintah Fanatio juga sama, mereka melihat pada pertarungan
hebat itu tanpa bergerak sedikitpun dan dengan pedang besar mereka yang
telah diturunkan.
Betul-betul sekarang, ini adalah suatu—
Suatu pertarungan yang hebat.
Pada
jarak sedekat itu, mereka berdua sangat sulit untuk menggerakkan kaki
mereka dan terus bertahan terhadap serangan tebasan dan tusukan secara
terus menerus dan menghindarinya hanya dengan menggerakkan tubuh mereka
atau menangkisnya. Pemandangan di sekitar mereka berdua seolah-olah
banyak bintang yang bercahaya, terlihat, dan menghilang, satu demi satu.
Bahkan suara dari besi yang berhantaman dengan besi benar-benar sangat
hebat, mengingatkan seseorang pada duet instrument perkusi.
Senyuman
dingin terlihat pada wajah Kirito yang terlihat pucat saat dia
melakukan tehnik dengan kekuatan tersebut, itu kelihatan seperti Kirito
benar-benar bergabung dengan pedang hitam. Pertarungan jarak dekat
seharusnya mampu untuk menahan lawannya menggunakan cahaya Solus, tapi
kelihatannya dia sekarang hanya dipenuhi dengan kegembiraan yang keluar
darinya dengan skill pedang yang dilatihnya dengan seluruh isi hatinya.
Di
sisi lain, Fanatio seharusnya tidak memiliki alasan untuk mengikuti
keinginan musuhnya. Jika dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk
menyerang Kirito dari belakang, mengambil celah itu untuk memperlebar
jarak, dan menembak sinar cahaya lagi, seharusnya tidak akan ada
kesempatan Kirito untuk menahannya kali ini.
Meskipun begitu,
Integrity Knight dengan rambut hitam, panjang yang terurai kelihatannya
mencoba untuk mengakhiri pertarungan melalui serangan langsung dari
pedang tipisnya. Eugeo tidak dapat menyimpulkan alasan untuk itu. Karena
kemarahan disebabkan oleh provokasi Kirito? Harga dirinya sebagai
knight yang tidak dapat memaafkan untuk kabur dari pertarungan? Atau
mungkin, dia, juga menemukan sesuatu yang penting sebagai ganti dari
skill tebasan beruntun, pertarungan yang hebat ini?
Eugeo tidak
dapat melihat apapun selain punggung Fanatio dari posisinya, dia tidak
mengetahui apa jenis ekspresi yang terlihat pada wajahnya.
Membuat
dugaan dari kata-katanya, dia menduga Fanatio telah melayani gereja
sebagai Integrity Knight selama seratus tiga puluh tahun untuk
minimalnya, dengan kemungkinan masih lebih jauh lagi. Itu adalah panjang
waktu yang absurd bahkan Eugeo tidak dapat untuk membayangkannya,
dengan dirinya tidak yakin jika dia bahkan dapat mencapai umur sembilan
puluh tahun.
Dia benar-benar tidak tahu sudah berapa tahun
berlalu semenjak dia telah menyembunyikan wajah dan jenis kelaminnya,
tapi jika dia melatih semua skill tebasan beruntun itu melalui usahanya
sendiri, itu bukan hanya latihan selama sepuluh atau dua puluh tahun.
Kirito hanya dapat terus saling beradu pedang dengan Fanatio sekarang
karena dia, juga, adalah pengguna skill tebasan beruntun yang langka,
Aincrad style.
Jika ada swordsman yang lain, mereka mungkin
hanya akan menjadi tidak berdaya hingga jatuh ke tanah, bahkan tidak
dapat untuk bergerak satu langkah di dalam jangkauan pedangnya.
Karena
itu, Kirito mungkin adalah lawan pertama yang Fanatio hadapi yang
membuatnya dapat menggunakan semua kekuatannya melalui skill pedang yang
dipolesnya juga.
Mereka mungkin Integrity Knight, tapi
kehebatan dari keindahan dan kekuatan dari menggunakan satu tebasan
adalah bukti dari style bertarung dari Eldrie dan Deuolbert. Karenanya,
itu sangat meragukan bahwa Fanatio telah menunjukkan skill tebasan
beruntun di latihan dengan knight sebagai patnernya. Dia telah berlatih
sendiri untuk waktu yang, benar-benar lama, dengan tidak ada seorangpun
selain bayangan imajinasinya, lalu anak muda pengguna skill tebasan
beruntun telah muncul, mengambil bentuk yang sesungguhnya bernama
Kirito.
Bahkan semenjak Kirito mulai mengajar dia Aincrad style,
pertarungan hebat yang dia bayangkan di pikirannya sekarang telah
dibawah ke kenyataan tepat sekarang. Itu tidak membawa keindahan dari
style yang terus mencari pada keangkuhan, tapi keindahan yang hebat yang
murni di dapat dari hasil untuk berusaha menebas musuh.
Lima
tusukan beruntun Fanatio menahan lima tebasan beruntun Kirito secara
sukses dan masing-masing pedang mereka, dengan kuat saling menangkis,
mengayunkan itu ke bawah saat mereka berdua meneriakkan ketetapan hati
mereka.
"Ryaaaa!"
"Seaaaa!"
Bahkan Eugeo, yang
terbaring di lantai yang agak jauh, dapat merasakan panas di kulitnya
dari gelombang udara yang disebabkan oleh pedang yang saling
berhantaman. Rambut hitam Kirito dan Fanatio dengan keras terurai,
pedang mereka bertubrukan, dan mereka berdua berganti posisi.
Eugeo kehilangan nafasnya untuk sesaat ketika wajah Fanatio telihat di pandangannya.
Itu
sangat cantik, yang terlihat suci, yang membuat dia berpikir bagaimana
wanita suci dari dunia dongeng akan terlihat seperti itu jika mereka
benar-benar ada. Dia seharusnya berusia pertengahan dua puluh hingga
merasa bersalah pada orang yang lebih tua, dengan kulit halusnya seperti
bayangan the hitam dengan banyak susu yang ditambahkan. Baik alis yang
berbentuk busur dan bulu mata yang panjang, tapi matanya sebagian besar
berwarna emas kemerahan. Penampilannya menunjukkan bahwa dia mungkin
lahir di daerah timur dan ujung hidungnya cukup tinggi.
Rahangnya
memiliki bentuk melengkung juga, membawa pikiran pada keanggunan yang
sangat lembut. Dan mulut kecilnya sedikit kemerahan.
Kemarahan
mengerikan dari waktu sebelumnya sudah tidak ada di wajah knight
perempuan itu. Sesuatu seperti kepasrahan, yang memendam suatu jenis
kesedihan, dapat dirasakan darinya.
"—Aku mengerti sekarang."
Fanatio berguman dengan suara yang mempesona dengan pedang yang masih bersilangan.
"Kriminal,
itu kelihatannya kau sedikit berbeda dengan dari seseorang yang pernah
bertarung denganku. Tidak ada seorangpun laki-laki yang mampu untuk
mencoba untuk membunuhku seserius ini sekali mereka melihat wajah buruk
seperti ini sampai sekarang."
"Buruk—huh. Lalu demi siapa kau menyisir rambut itu dan mewarnai bibir merah itu?"
Pertanyaan
Kirito sangatlah memprovokasi seperti seperti biasa, tapi Fanatio hanya
menunjukkan sedikit tanda-tanda dari senyuman mengejek, dan menjawab
dengan pelan.
"Aku telah menunggu selama ratusan tahun untuk
laki-laki yang aku cintai untuk meminta lebih dariku, dibanding tehnik
pedang dan memenggal kepala...itu hanya normal dalam berada pada suasana
hati untuk menggunakan kosmetik setelah menemaninya sangat lama dibalik
topeng besi dan lalu berakhir bermain sebagai orang kedua pada knight
perempuan yang baru itu, dengan wajah jauh lebih cantik dibandingkan
dengan diriku dan dengan bebas memperlihatkan wajahnya."
Knight kuat yang jauh lebih cantik bahkan jika dibandingkan dengan Fanatio. Dan perempuan juga.
Itu
hanya setelah Eugeo gemetar saat memikirkan bagaimana kuatnya musuh
yang tersisa di atas dalam menara ini, dan dia menyadari bahwa dia
mengetahui Integrity Knight yang cocok dengan kriteria tersebut. Tidak
mengenakan helm, menjadi knight hanya beberapa tahun, seseorang yang
menjatuhkan Eugeo dengan satu serangan yang sangat cepat—Alice Synthesis
Thirty.
Kirito seharusnya merenungkan kata-kata Fanatio dalam
satu hal dan lainnya, tapi dia memperlihatkan ketidaktertarikan saat dia
bertanya lebih jauh.
"—Apa hal yang paling penting untukmu?
Jika Integrity Knight hanya ada untuk melayani perintah pemimpin
tertinggi, kau bahka seharusnya tidak memiliki hati yang mampu untuk
khawatir terhadap cinta atau cemburu. Aku tidak tahu siapa laki-laki
itu, tapi jika kau memiliki cinta yang tak berbalas padanya selama
ratusan tahun...itu berarti kau adalah manusia. Itu karena kau adalah
manusia sepertiku. Aku bertarung untuk mengalahkan gereja dan pemimpin
tertinggi, untuk membuat manusia sepertimu dapat mencintai dan hidup
normal!"
Bahkan Eugeo sangat terkejut oleh kata-kata itu. Dia
sama sekali tidak tahu Kirito, yang kelihatannya selalu menyendiri,
memikirkan tentang hal seperti itu di pikirannya. Tapi di saat yang
sama, Eugeo juga menyadari di suatu tempat di suara patnernya ada sebuah
gema, seolah-olah bermasalah pada suatu kontradiksi.
Wajah Fanatio berubah sekali lagi, meskipun itu hanya untuk sekejap saja.
Melihat
pada benda gelap yang diukir pada dahi halusnya, dia berpikir «piety
module» akan muncul seperti kasus Eldrie, tapi perubahan yang terlihat
pada knight nomor dua diantara mereka berakhir di situ.
"...Anak
muda, kau tidak mengerti. Jika kekuasaan gereja telah menghilang, siapa
yang tahu neraka macam apa yang dunia ini akan alami... Tentara dari
Dark Territory memperkuat kekuatan mereka hari demi hari, berkumpul di
balik Puncak Barisan Pegunungan yang menyegel mereka. Aah...Aku
mengakui, bahwa kau kuat. Dan tidak sebagai anak buah kegelapan maupun
penyusup yang hebat, seperti yang Kepala Pemimpin bilang, kelihatannya.
Tetapi, itu tidak mengganti fakta bahwa kalian benar-benar berbahaya.
Untuk mampu mempengaruhi gereja dan Integrity Knight tidak hanya dengan
pedangmu, tapi juga kata-katamu. Dihadapan tugas terbesar yang diberikan
kepada kami sebagai Integrity Knight, cintaku hanya...bahkan tidak
sebanding dengan memanen, seikat gandum yang ada."
Heaven
Piercing Sword dan pedang hitam yang saling bersilangan di antara mereka
berdua terus mengeluarkan suara keras yang kelihatannya telah mencapai
batasnya, bahkan sementara Fanatio berbicara dengan ekspresi muram,
seolah-olah mengatakan ketetapan hatinya. Itu sudah sangat jelas bahwa
salah satu dari mereka dapat terlempar jika mereka mengurangi kekuatan
mereka bahkan jika hanya sedikit.
Tidak, dua pedang itu
seharusnya masih akan kehilangan Lifenya jika dalam keadaan seperti itu.
Jika pedang itu masih terkunci, yang pertama akan kehabisan Lifenya
adalah Heaven Piercing Sword. Setelah semua, jika status mereka sebagai
sacred instruments berada di level yang sama, salah satu yang memiliki
Life lebih banyak adalah salah satu yang lebih tebal dan lebih berat.
Tidak
ada kemungkinan bahwa Fanatio tidak menyadari itu. Dan bagaimana dia
tanpa ampun akan ditebas oleh Kirito pada saat pedangnya terdorong ke
belakang dan menciptakan celah.
"Karena itu—Aku harus
mengalahkanmu. Bahkan jika aku harus menghancurkan harga diriku sebagai
knight. Mengejekku karena menang dengan skill yang mengejutkan. Kau
berhak untuk mengatakan itu."
Setelah dengan pelan menyatakan itu, Fanatio melanjutkan dan berteriak.
"Cahaya
yang disembunyikan di dalam Heaven Piercing Sword, ini adalah waktunya
untuk melepaskan dirimu dari pengekangmu!! —Release recollection!!"
Upacara art ini—adalah art untuk melepaskan ingatannya!!
Pedang perak itu bersinar lebih terang daripada yang pernah diperlihatkannya.
Setelah itu.
Shupaa! Beberapa sinar cahaya telah dilepaskan dengan pola melengkung dari ujung pedang dengan suara itu.
Eugeo
secara insting berpikir itu untuk menyilaukan mata. Untuk menghilangkan
pandangan Kirito untuk sebentar dan mematahkan postur tubuhnya sebelum
menebas dia.
Tetapi, perkiraan itu benar-benar menghilang ketika
salah satu dari cahaya yang dtembakkan oleh Heaven Piercing Sword ke
seluruh arah mengenai lantai di samping Eugeo, hingga ke dalam lantai
marbel itu.
Itu bukan untuk menghilangkan pandangan—tidak ada satupun dari cahaya itu.
Kirito!!
Eugeo tidak dapat menahan selain mengangkat bagian tubuh atasnya saat
dia berteriak di dalam hatinya. Ketika dia memfokuskan matanya, dia
melihat sinar cahaya yang ditembakkan dari jarak yang dekat pada saat
hendak menembus pada tangan kanan Kirito. Tidak hanya itu, di dapat
melihat bukti luka dari tanda luka yang tertembus dalam pada bahu kiri
dan paha kanannya.
Dan Kirito bukan hanya seseorang yang menahan cahaya sangat panas di tubuhnya.
Pemilik
dari Heaven Piercing Sword, juga, memiliki bekas lubang yang tertembak
melalui armor pada perut, bahu dan kedua kakinya. Kedalaman lukanya jauh
lebih buruk dibandingkan dengan Kirito. Tapi meski begitu, ekspresi
yang dipenuhi dengan ketetapan hati yang terlihat di wajah cantiknya
tidak berkurang sedikitpun.
Integrity Knight Fanatio Synthesis
Two berencana untuk menghabiskan Lifenya juga, dengan Kirito sebagai
orang yang akan menemaninya.
Kata-kata dari pemimpin tertinggi
sebelumnya, Cardinal, terulang di pikirannya. Kalimat upacara «release
recollection», membangkitkan semua ingatan senjata, melepaskan kekuatan
yang tak terkendali. Kekuatan yang mampu untuk menghilangkan Life
seseorang yang tidak hanya menyerang musuh, tapi dirimu juga.
Pelepasan
Heaven Piercing Sword memberikan luka yang hampir fatal pada mereka
berdua dari jarak dekat, dengan luka yang sangat besar pada empat knight
di sekelilingnya juga, dari serangan awal. Ornamen suci di aula besar
yang diluar jangkauannya juga dan itu telah secara cepat terbakar,
sementara kaca jendela yang mahal tersebar secara berturut-turut. Ada
beberapa sinar cahaya yang hampir tertembak menuju Eugeo dan dua anak
perempuan yang lumpuh itu, terbaring di dekatnya, tapi meski begitu,
mereka akan terkena serangan langsung cepat atau lambat.
Tidak
peduli berapa banyak cahaya yang dipancarkan, sacred instrument yang
ditempa dari ribuan cermin besar benar-benar tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk berhenti Ujung pedang itu bersinar dengan jeda sekitar
satu detik, menembak sinar cahaya tanpa mempedulikan untuk membidik.
Setengahnya
tertembak menuju langit kosong, hanya melelehkan dinding, tiang, dan
langit-langit, tapi beberapa jumlah diantara setengahnya mencapai sudut
yang rendah dan telah mencapai tubuh mereka berdua pada jarak yang
dekat, dan itu cukup normal.
Tidak dapat untuk menarik
pedangnya, Kirito hanya dapat menggerakkan kepalanya sebanyak yang dia
bisa untuk menghindari cahaya yang hampir menembus dahinya. Cahaya
berikutnya menuju wajah Fanatio, tapi Integrity Knight itu tidak membuat
gerakan sedikitpun. Sinar cahaya itu menggores pipinya, membakar
lekukan hingga berwarna merah tua pada celah, kulit halusnya dan
membakar sejumlah rambut hitam panjangnya dalam sekejap.
"Kau...benar-benar bodoh!!"
Kirito
berteriak dengan ekspresi menyedihkan. Tetesan dari darah segar
tersebar dari mulutnya bersamaan dengan itu. Eugeo dengan mudah dapat
membayangkan bagaimana banyak sinar cahaya pada tubuhnya akan membuat
Kirito berada diambang kehabisan Lifenya, tidak peduli berapa banyak
yang dia punya. Tapi swordsman berjubah hitam itu keras kepala menolak
untuk jatuh, bahkan menggeser pedangnya pada sumber dari sinar cahaya
itu, ujung dari Heaven Piercing Sword, menutupi itu dengan bagian sampan
pedang hitam itu.
Sebagai hasilnya, itu mungkin hanya penahan
sementara, tapi semua cahaya yang tertembak menuju Kirito dan Fanatio
berakhir dihalangi oleh pedang hitam.
Sekarang—sekarang atau tidak akan pernah!
Kirito tidak membuat sinyal, tapi Eugeo mengetahui bahwa waktunya pasti telah datang melalui baik rasional dan pemikirannya.
Fanatio
secara normal telah bertarung, sementara empat knight di bawah
perintahnya dengan susah payah bertahan dari cahaya juga, menggunakan
pedang besar mereka sebagai perisai, dengan tidak ada ketenangan untuk
mempedulikan kriminal yang tersisa. Tidak ada seorangpun yang mampu
untuk menghentikan full control art Eugeo yang akan membuat dia terbuka
lebar saat pengaktifannya jika dia menggunakannya saat ini.
Memancarkan
sesuatu dengan kekuatan yang kuat, Eugeo menarik keluar Blue Rose Sword
yang dia telah genggam selama seluruh waktu yang telah berlalu dengan
satu tarikan.
"Enhance......"
Memutar itu di tengah
udara, mengganti itu dengan ayunan rendah pada gagang, dia menahan
gagang dengan bantuan tangan kirinya juga dan menusuk itu pada lantai
marbel dengan semua kekuatan yang dapat dia kerahkan.
"—Armament!!"
Mendekati setengah dari pedang biru pucat itu tertancap pada lantai.
Bashiiii!! Diiringi dengan suara, ledakan keras, lantai marbel itu dengan sekejap tertutupi oleh es putih murni.
Kristal es menusuk ke arah atas, hawa dingin menyebar keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Kira-kira
lima detik setelah pengaktifan, hawa dingin dengan yang luasnya
mendekati sepuluh mel membungkus Kirito dan Fanatio, bersamaan dengan
empat knight, pada kaki mereka.
Itu kelihatannya empat knight
itu akhirnya menyadari fenomena aneh itu. Wajah yang ditutupi oleh helm
mereka terkejut dan berbalik ke arahnya.
Tapi itu sudah terlambat.
Sementara Eugeo menaruh semua kekuatan yang dia punya pada kedua tangannya, dia berteriak dengan keras.
"Mekarlah—Blue Rose Swoord!!"
Tak
tehitung sulur es berwarna biru pucat muncul ke atas dengan sekejap,
menuju empat knight, Fanatio dan Kirito dari kaki mereka.
Setiap
sulur hanya setipis seperti jari kelingking. Tapi semuanya tumbuh
dengan duri yang tajam, yang berkumpul pada itu, dengan kuat menjerat
kaki mereka.
"Nhn..."
"A-Apa!?"
Knight yang
berkumpul itu berteriak. Tak terhitung sulur es telah bergerak menuju
pinggang dan perut mereka bersamaan dengan kaki mereka. Ada beberapa
diantara mereka yang meskipun terlambat mencoba untuk memotong sulur itu
dengan pedang besar mereka, tapi sulur itu telah melilit di sekitar
pedang itu berkali-kali saat menyentuhnya, mengekang itu ke tanah.
Knight
itu diserang oleh sulur, dari dada mereka hingga kepala mereka, bahakn
turun hingga ujung jari mereka, telah membeku menjadi patung es yang
tidak dapat bergerak sedikitpun. Pada akhirnya, dari sulur yang mengikat
keras di sekitar tubuh mereka sementara mengeluarkan suara 'kin' yang
tajam dari mawar besar bermekaran dengan jumlah tak terbatas, berwarna
biru yang amat terang dan didahului oleh gema yang berbunyi dengan
sangat jelas.
Normalnya, semua itu adalah es yang dingin. Tidak
ada madu atau keharuman yang dibuat oleh kelopak keras dan transparan
itu, tapi sebagai gantinya, mawar itu mulai mengeluarkan hawa dingin
yang berwarna putih. Air di dalam seluruh aula itu telah dikelilingi
kabut tebal pada saat itu, berkilauan dan bercahaya. Sumber dari hawa
dingin itu—telah menahan Life knight itu.
Kecepatan segera
berkurang sedikit demi sedit, tapi mereka tidak dapat mengumpulkan
kekuatan yang dibutuhkan untuk menghancurkan ikatan mereka dari mawar es
yang menghisap Life dari seluruh tubuh mereka. Sejak awal, upacara art
ini bukanlah digunakan untuk membunuh musuh. Eugeo memutuskan kemampuan
art itu hanya untuk tujuan memperlambat gerakan Integrity Knight Alice.
Empat
knight itu benar-benar menjadi tak berdaya, tapi seperti yang diduga
dari seseorang yang memimpin mereka, itu kelihatannya Knight Fanatio
melihat pada kemampuan skill itu pada saat sulur itu berubah di dalam es
dan melompat ke udara dengan usaha untuk melarikan diri.
Tetapi,
Kirito yang mengetahui art Eugeo, bereaksi sedikit lebih cepat. Setelah
melompat tinggi untuk mengantisipasi Fanatio, Kirito menggunakan bahu
swordswoman sebagai batu pijakan dari semua hal dan melarikan diri lebih
jauh ke udara. Melompat ke arah belakang sementara mengalirkan darah
segar, dia melarikan diri dari sulur es.
"Kuh...!"
Mungkin
disebabkan oleh kehilangan kosentrasinya, sinar cahaya tertembak secara
sembarangan dari Heaven Piercing Sword berakhir setelah menembus
beberapa sulur, tenggelam pada keheningan. Sulur tipis yang dengan cepat
mengikat di sekitar armor rusak yang terlihat menyedihkan, membungkus
itu di dalam es tebal.
Mawar
biru terakhir terbuka dari kaki Fanatio telah mekar dengan keindahannya
denngan bekas luka yang ada di pipinya. Integrity Knight nomor dua itu
gerakannya benar-benar berhenti bersamaan dengan sacred instrument.
Dalam
keadaan luka berat pada seluruh tubuhnya, melompat ke belakang beberapa
kali dengan sukses dan melepaskan diri dari sulur es, lalu gagal saat
mendarat di saat terakhirnya dan terjatuh dengan suara keras di samping
Eugeo.
"Gufh..."
Suara yang serak keluar dari dalam
tenggorokannya dan sejumlah darah segar dengan segera tersembur keluar.
Melihat saat es itu berubah warna menjadi es merah tua pada saat itu
juga, Eugeo tanpa sadar berteriak.
"Kirito...tunggu sebentar, aku akan mengucapkan art penyembuhan...!"
"Tidak, Jangan hentikan skill itu!"
Bahkan
ketika dia sementara diambang kehilangan kesadaran dari kehilangan
banyak darah, Kirito masih merengut dengan matanya yang bersinar dan
menggelengkan kepalanya.
"Orang itu tidak akan kalah hanya dengan sebanyak ini..."
Sementara setetes darah mengalir dari mulutnya, dia membangkitkan tubuhnya yang penuh dengan luka dengan pedang hitam.
Kirito
mengusap mulutnya dengan tangan kirinya dan menutup kelopak matanya
untuk sebentar untuk mengatur nafasnya, sebelum kedua matanya terbuka
lebar dan mengangkat tinggi pedang hitamnya.
"System... call!!"
Upacara
art yang mengikuti kalimat pembuka yang mengeluarkan tekadnya telah
diucapkan dengan kecepatan yang luar biasa, memikirkan status fisiknya.
Suara
yang tercampur dengan darah yang membuat jeda diantara setiap kalimat
dan cairan berwarna merah keluar dari mulutnya pada saat itu, tapi meski
begitu, Kirito melanjutkan untuk mengucapkan upacara art yang melebihi
sepuluh kalimat tanpa tertahan satu kalipun.
Melihat dari dekat,
tak terhitung bekas luka yang terukir pada tubuh Kirito, sebuah
pemandangan menyedihkan yang membuat dia untuk bergemetar.
Cahaya
Heaven Piercing Sword telah menembus tubuhnya yang terlatih baik
beberapa kali, membakar lukanya menjadi hitam. Tidak terlalu banyak
darah, hanya ada lubang kecil, tapi berbagai luka dengan jelas telah
mencapai organ dalamnya. Life Kirito seharusnya berkurang lebih cepat
dibandingkan dengan knight yang masih ditahan oleh mawar es, nyawanya
dalam bahaya tanpa perawatan dalam waktu dekat.
Tetapi, Eugeo
tidak dapat untuk melepaskan tangannya dari gagang the Blue Rose Sword
agar untuk mempertahankan full control artnya. Itu akan membuat suatu
kelegaan jika Kirito akan menggunakan art penyembuh pada dirinya
sendiri, tapi itu kelihatannya patnernya yang terus mengucapkan
sementara terlihat menakutkan benar-benar tidak memiliki keinginan untuk
melakukan itu.
Tidak perlu untuk terburu-buru seperti itu, knight itu terkurung di kurungan es yang tidak akan hancur dengan mudah—
Itu adalah ketika Eugeo berpikir seperti itu dan pandangannya kembali pada knight di depannya sekali lagi.
Rentetan
cahaya putih yang muncul dari bagian tengah mawar es yang mekar
sepenuhnya dan menembus pada dinding. Eugeo hanya dapat mengeluarkan
nafas pendek dari keterkejutan yang meliputinya.
"Eeh..."
Sumber
dari cahaya itu adalah Knight Fanatio, yang seharusnya telah diselimuti
sepenuhnya oleh lapisan dari sukur es dan dengan gerakannya yang
benar-benar tersegel.
Armament full control art tidak membiarkan
penggunaannya menjadi benar-benar bebas setelah selesai mengucapkannya.
Memegang senjata dengan kemampuan memperkuat serangan membutuh
kosentrasi mental tingkat tinggi dari penggunanya. Eugeo, juga, harus
tetap menggenggam gagang dari pedang yang menusuk pada lantai dan
mempertahankan gambaran dari mawar es yang mekar secara berlimpahan jika
dia tidak ingin knight itu lepas dari pengekangnya.
Setelah
benar-benar mengontrol Heaven Piercing Sword, Knight Fanatio telah
menembak sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya, telah melewati
pertarungan pedang dengan kecepatan sangat tinggi dengan Kirito, dan
pada akhirnya melepaskan tehnik terbesarnya dari serangan sinar cahaya
yang tidak terkendali dan bertubi-tubi, memberikan luka fatal bahkan
pada dirinya sendiri. Kosentrasi mentalnya seharusnya telah melemah dan
melepaskan dari kondisi mengendalikan Heaven Piercing Sword—atau seperti
itu yang Eugeo pikirkan.
Tetapi.
Benar-benar terkurung
di dalam es, Fanatio mengangkat pedang tipis yang diangkat tinggi dengan
tangan kanannya, dan perlahan menggerakkan itu dengan suara retakan
yang datang dari es. Aura dari semangat knight itu terlihat dari tubuh
langsingnya, seperti gerakan dari uap panas, benar-benar terlihat jelas
pada mata Eugeo yang terbuka lebar.
"Kuh...!"
Menggigit
mulutnya, Eugeo memberikan kekuatan yang lebih pada kedua tangannya yang
menggenggam gagangnya. Dipandu oleh gambaran pikirannya, mendekati
sepuluh pucuk sulur es mendekati ke arah Fanatio dari sekitarnya.
Sulur
yang melambai pada tangan kanan Fanatio dan mengikat itu dengan gerakan
yang sama, tanpa meninggalkan jeda apapun, dan menghentikan gerakannya.
Tapi itu hanya untuk beberapa detik sebelumnya.
Dengan
benar-benar tidak peduli terhadap duri yang menusuknya, Integrity Knight
itu memaksakan tangan kanannya untuk keluar. Mendekati setengah dari
sulur biru itu menjadi retak, berkilauan saat bagiannya menyebar.
Hawa dingin yang lebih dingin dibandingkan dengan es yang menutupi Eugeo dari belakang.
—Apakah dia benar-benar manusia?
Tekad
Kirito, saat dia terus mengucapkan dengan kecepatan tinggi sementara
terbatuk darah, benar-benar absurd juga, tapi swordswoman itu juga
melebihi itu. Dia tidak akan kalah meskipun banyak lubang pada seluruh
tubuhnya dari serangan sinar cahaya yang tidak pandang bulu dan Life
yang dihisap tanpa ampun dari mawar es—sebaliknya, dia tanpa henti
berusaha memisahkan dirinya dari pengekang es yang membuat empat knight
anak buahnya benar-benar tidak dapat bergerak dengan kekuatan dari
tangan kanannya sendiri.
Eugeo menatap dengan ketakutan pada
Heaven Piercing Swordyang digenggam di tangan kanan knight itu yang
kelihatannya secara perlahan mengatur sudutnya menuju mereka berdua.
Sebenarnya apa yang memberikan Fanatio kekuatan sebanyak ini?
Kewajibannya
utnuk melindungi hukum sebagai Integrity Knight? Cintanya pada
seseorang yang ada padanya selama ratusan tahun? Atau mungkin, kata-kata
yang keluar dari mulut perempuan itu sebelumnya...?
Fanatio
mengatakan bahwa Dunia Manusia mungkin akan diserang oleh tentara Dark
Territory jika itu kehilangan kekuatan Gereja Axiom.
Jadi, itu
berarti bahkan jika dia terluka selama prosesnya, perempuan itu akan mau
untuk bertarung untuk melindungi penduduk Dunia Manusia—pada seseorang
yang memandang rendahnya, membencinya dan mengambil keuntungan dari
keberadaannya, apakah itu adalah bangsawan kelas atas atau penduduk
biasa.
Tetapi, itu mustahil. Integrity Knight adalah anak buah
di bawah pemimpin tertinggi, Administrator, yang memenjarakan Alice muda
dan mengubahnya menjadi seseorang yang lain dengan mengambil
ingatannya. Musuh yang dibencinya. Pikiran Eugeo telah menetapkannya
seperti itu, dan dia memanjat katedral, memutuskan untuk mengambil hidup
mereka jika memang diperlukan.
Meskipun begitu, bagaimana dia
dapat menganggap ini adalah yang sebenarnya—bagaimana dia dengan serius
memikirkan bahwa Integrity Knight ini adalah wakil keadilan?
"Kalian...Kalian semua tidak pantas untuk menegakkan keadilan!!"
Eugeo
mengeluarkan teriakan yang ditahannya dan mencurahkan semua rasa
permusuhan yang dia dapat kumpulkan dari dalam hatinya pada Blue Rose
Sword.
Sekali lagi, tak terhitung sulur es itu bergerak di
sekitar Fanatio, ujungnya berubah menjadi duri tajam dan menusuk pada
tangan kanan knight itu satu demi satu.
"Berhenti...Berhenti bergerak!!"
Meskipun
bagaimana besarnya kebencian yang seharusnya ada di dalam hatinya,
untuk suatu alasan, sesuatu keluar dari mata Eugeo. Tetapi, dia tidak
dapat untuk mengakui bahwa itu adalah air mata. Eugeo tidak dapat
membiarkan hatinya dapat tergerak oleh sosok Fanatio saat tangan
kanannya dengan susah payah menolak bahkan untuk berhenti sementara
tertusuk oleh duri es, penjelmaan dari kemarahan dan kebencian Eugeo.
Tangan
Integrity Knight itu telah tertusuk. Duri yang tajam telah menusuk itu
seperti bantalan peniti, darahnya dengan cepat menetes ke bawah dan
mengubah itu menjadi es merah yang teruntai.
Tapi pada akhirnya,
gerakan tangan itu tidaklah berhenti, dan itu membetulkan posisi Heaven
Piercing Sword yang digenggam dari vertical menjadi horizontal,
menunjukkan bagian tajamnya pada Eugeo dan Kirito.
Eugeo melihat
pedang perak yang dipenuhi dengan sinar, yang jauh lebih menyilaukan
daripada yang pernah terlihat sebelumnya, melalui air mata yang
mengaburkan pandangannya.
Itu bersinar sangat terang hingga dia
dapat mempercayai bahwa Fanatio menghabiskan sisa dari Lifenya yang
tersisa. Mata Eugeo yang basah menatap pada sinar berwarna putih murni
yang terasa seperti Dewi Matahari Solus telah turun menuju aula besar
ini.
—Aku tidak dapat menang. Aku tidak dapat menang terhadapnya dengan keadaanku yang sekarang.
Menatap
pada mawar es yang hanya secara sederhana hancur karena tidak
terlindungi dari cahaya putih, Eugeo dengan pelan mengambil nafas.
Tetapi,
dia, tidak memiliki rencana untuk menutup matanya saja dan menunggu
untuk cahaya itu mengambil hidupnya. Dia betul-betul tidak dapat
menerima untuk menyerah terhadap «keadilan» Fanatio dengan cara seperti
ini.
Setidaknya, dia berharap untuk memperlihatkan ketegarannya
dengan membuat satu mawar terakhir untuk mekar. Itu adalah ketika dia
mencoba untuk mengumpulkan sisa kebenciaan yang masih tersisa di dalam
hatinya, dengan susah payah, itu terjadi.
Kirito berguman di sampingnya, kelihatannya telah menyelesaikan mengucapkan upacara art.
"Kau tidak dapat mengalahkannya dengan kebencian, Eugeo."
"Eh..."
Saat membalikkan kepalanya, patnernya melanjutkan dengan senyuman yang terlihat dengan mulutnya memiliki bekas darah.
"Kau
tidak berhasil sejauh ini karena kau membenci Integrity Knight, bukan?
Kau ingin mengambil Alice kembali, kau ingin bertemu dengan dia
kembali...Kau ada di sini karena kau mencintai Alice, bukan? Perasaan
itu pasti tidak akan kalah terhadap keadilannya. Aku juga sama...Aku
ingin melindungi orang-orang di dunia ini, aku ingin melindungimu dan
Alice dan bahkan dia yang ada di sana. Jadi tidak ada cara kita dapat
kalah dari dia sekarang...Itu benar bukan, Eugeo?"
Suara Kirito
sangat tenang meskipun di situasi yang sangat menyedihkan. Swordsman
berjubah hitam dengan banyak kemisteriusan di sekelilingnya mengangguk
sekali lagi dengan senyuman dan melihat ke arah depan.
Itu
adalah pada saat yang persis ketika Heaven Piercing Sword yang
kelihatannya menembakkan sinar cahaya yang terbesar dan terakhirnya.
Itu
adalah tombak cahaya yang besar, cukup besar untuk menyamai semua sinar
cahaya yang ditembakkan sejauh ini di dalam itu dan lebih. Itu seperti
Holy Spiritual Light, yang secara pribadi dilempar oleh Dewi, Solus,
untuk mengusir Dewa Kegelapan Vector selama penciptaan dunia, telah
turun untuk membakar semua yang ada.
Mata hitam Kirito terbuka
lebar dan menatap dengan ketetapan hati yang kuat. Suaranya mengucapkan
kalimat terakhir yang dipenuhi dengan tekad yang tak tergoyahkan yang
cocok dengan keadaan berbahaya seperti ini.
"Enhance armament!!"
Menghadap ke arah depan, ujung dari pedang hitam itu bergetar.
Dengan segera setelah itu, berbagai untaian kegelapan keluar dari seluruh pedang itu.
Suatu
aliran yang berwarna hitam pekat yang kelihatannya menghisap semua
cahaya yang menghalanginya, berputar, dan melilit di sekitarnya. Itu
menjadi tombak, cukup tebal untuk membukus tangan seseorang di
sekitarnya, dengan sekejap dan makin terdorong maju.
Saat
memfokuskan matanya, itu kelihatannya hanya bagian ujung tajam yang
terwujud dengan keras, mengambil wujud seperti sinar batu obsidian.
Dia
dapat mengingat tekstur itu. Pohon besar yang Eugeo tebang dengan
kapak, hari demi hari. «Demonic tree» yang merupakan asal dari pedang
hitam itu—Gigas Cedar.
Pada saat dia mengetahui itu, Eugeo mengerti bentuk sebenarnya dibalik full control art yang diaktifkan Kirito.
Dia
telah membangunkan ingatan yang tertidur di dalam pedang hitam itu
melalui upacara art dan memproyeksikan di lokasi ini dengan wujud yang
benar-benar seperti dulu, pohon besar yang menolak untuk tertebang jatuh
selama beratus-ratus tahun. Tentu saja, bentuk dan ukurannya tidaklah
tetap sama seperti waktu itu, tapi keberadaannya benar-benar sama.
Keras, tajam, dan benar-benar besar.
Itu betul-betul keberadaan yang sebanding untuk menjadi senjata terkuat.
Hati Eugeo berdetak kencang. Dengan segera—
Tombak
besar, yang berwarna hitam pekat telah bertemu dengan tombak besar yang
terkumpul dari cahaya Solus. Ledakan gelombang kejut yang sangat keras
mengguncang seluruh aula besar itu...Mungkin seluruh Katedral Pusat itu
sendiri.
Mungkin bahkan pohon besar yang ditahan oleh panas dan
cahaya yang sangat terang yang melebihi imajinasi, kehilangan kecepatan
untuk menyerbu maju. Tapi kegelapan yang tak ada habisnya itu terus
mengalir keluar dari pedang hitam di tangan Kirito, mencoba untuk
mendorong tombak itu untuk maju, bahkan hingga sampai titik darah
penghabisan.
Itu
kelihatannya Heaven Piercing Sword, yang digenggam di tangan Fanatio,
tidak memiliki keinginan untuk berhenti juga. Aliran cahaya yang meluap
semakin diperkuat setiap detik, mawar es yang menutupi knight itu
benar-benar telah meleleh disebabkan oleh panas. Itu mungkin hanya suatu
keterangan, tapi sarung tangan yang menutupi tangan kanan knight itu
kelihatannya telah bersinar berwarna merah terang dengan asap putih yang
naik dari itu.
Pertarungan diantara cahaya dan kegelapan terus berlanjut untuk saat ini di tengah-tengah aula besar itu.
Tetapi,
itu sangat meragukan bahwa pertarungan diantara kekuatan dengan level
yang luar biasa ini akan berakhir dengan itu benar-benar saling
mengimbangi satu sama lain dan menghilang. Itu sudah pasti bahwa satu
sisi akan mendorong kembali sisi yang lain dan akan benar-benar
menghancurkan musuhnya.
Seseorang yang berada di posisi tidak menguntungkan di pertarungan ini, adalah Kirito?
Tentu,
Gigas Cedar sangat keras, tapi pada akhirnya, itu hanyalah pohon,
keberadaan yang nyata. Seperti yang asli telah tertebang jatuh setelah
menebang itu dari waktu ke waktu, ini juga, akan menghilang setelah
menerima kerusakan yang melewati batasnya.
Tetapi, Heaven
Piercing Sword's light adalah kumpulan dari panas murni. Bagaimana
sebenarnya serangan tidak nyata dapat dikalahkan?
Memikirkan
cara melawannya ada, entah itu menggunakan cermin untuk memantulkannya
seperti yang Kirito pernah lakukan sekali sebelumnya, atau menetralkan
itu sepenuhnya dengan es, yanga jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang
Blue Rose Sword telah keluarkan, kekuatan dengan ciri-ciri spesial yang
mampu untuk melawannya seharusnya dibutuhkan. Tetapi, melihat pada
sifat dari Gigas Cedar hanya akan ada dua, ketebalan yang absurd dan
bebannya—
Tidak, masih ada satu hal lagi.
Dengan cepat menyerap cahaya Solus dan mengubah itu menjadi energinya sendiri.
Tombak cahaya Fanatio tiba-tiba tersebar menjadi ribuan bagian.
Keseimbangan
itu telah hancur, salah satu yang menyerbu maju sekali lagi adalah
keberadaan pohon besar Kirito dengan warna kegelapan.
Ujungnya
berwarna merah menyala hingga ke titik dimana itu menyilaukan, tapi
meski begitu, itu bergetar dan menembus melalui cahaya tanpa berhenti
pada tekanannya, melanjutkan menuju sumbernya.
Cahaya itu,
menyebar dengan pola jari-jari, menembus di semua tempat di aula besar
itu, menyebabkan tak terhitung ledakan kecil saat itu melelehkan sulur
es. Empat knight yang tertahan di lantai itu terlempar ke udara satu
demi satu.
Bahkan saat Integrity Knight Fanatio melihat pada
tombak besar, yang berwarna hitam pekat itu semakin mendekat seperti
badai, dia tidak bergerak bahkan satu langkahpun. Itu kelihatannya semua
kemarahan dan kebencian telah menghilang dari wajah cantiknya. Kelopak
matanya perlahan tertutup dan mulutnya sedikit bergerak. Suatu jenis
emosi pasti bersumber dari itu, tapi Eugeo tidak dapat menebak apa itu.
Ujung
tajam dari pohon besar itu akhirnya telah mendakti menuju sumber cahaya
itu dan berhantaman dengan bagian tajam Heaven Piercing Sword. Pertama,
pedang tipis berwarna putih keperakan itu berubah saat itu terlempar,
bersinar saat itu berputar di udara.
Dengan segera mengikuti itu, knight itu sendiri telah terlempar ke udara oleh hantaman yang luar biasa.
Bagian
dari armor ungu itu telah tersebar saat dia langsung terayun menuju
langit-langit, menghantam lukisan dinding yang mengambil penciptaan
dunia sebagai temanya hingga menjadi bagian kecil.
Dia terjatuh
dengan pelan. Bersamaan dengan tak terhitung bagian marbel, tubuh
Fanatio terjatuh seolah-olah ada senar yang terpasang padanya, jatuh
tepat di depan pintu besar di bagian belakang dari aula besar itu dengan
hantaman keras. Dan Integrity Knight nomor dua itu tidak dapat berdiri
lagi.
Tombak berwarna hitam pekat itu dengan pelan kehilangan
bentuknya dan mulai terserap kembali ke pedang hitam yang Kirito pegang,
seperti aliran dari bayangan. Ketika Eugeo melihatnya, itu kelihatannya
pedang itu sendiri entah bagaimana menjadi memanjang pada waktu ketika
bertarung dengan Raios, tapi itu kembali ke ukuran yang semula setelah
semua kegelapan sekali lagi terhisap ke dalam pedang.
Eugeo berbalik menuju ke depan dan menatap tanpa kata-kata pada reruntuhan yang ditinggalkan dari pertarungan hebat itu.
Tak
terhitung lantai marbel dan dinding telah meleleh dan rusak di sana dan
di sini, hanya ada bayangan yang tersisa dari bentuk mereka sebelumnya.
Lantai di bagian tengah dari sisa pertarungan tombak besar kegelapan
dan cahaya secara khusunya, telah membuat parit yang luas dan dalam yang
berlanjut melalui itu, itu sangat aneh tentang bagaimana itu tidak
rusak hingga mencapai lantai di bawahnya.
Fakta bahwa hanya dua
orang saja telah membawa kerusakan sebanyak ini pada lantai kelima puluh
dari Katedral Pusat, «Grand Cloister of Spiritual Light», tidak perlu
dibilang bahwa mereka hanyalah swordsman yang belajar di Akademi Master
Pedang hanya sampai dua hari yang lalu, tidak akan ada seorangpun yang
akan mempercayainya selain orang yang hadir di sini.
—Tapi kita benar-benar melakukannya.
Eugeo
berguman di dalam pikirannya. Kita telah bertarung dengan lima
Integrity Knight, seseorang yang menegakkan peraturan tak bersyarat pada
Dunia Manusia semenjak penciptaannya, dan kita telah menang.
Menghitung
Eldrie dari sebelumnya, ini akan membuat sembilan Integrity Knight yang
kita telah kalahkan. Menurut perkataan Cardinal, bahwa ada dua belas
knight yang berjaga di dalam katedral, jadi hanya tiga knight yang
tersisa. Dengan kata lain, jika kita mengalahkan beberapa knight lagi...
Itu kira-kira pada waktu yang sama pada saat Eugeo menggeretakkan giginya.
Kirito terjatuh dengan bertumpu pada lututnya. Pedang hitam itu terjatuh dari tangan kanannya dengan suara pelan.
Melepaskan
tangannya secara panik dari Blue Rose Sword yang tertusuk pada lantai,
bagian tubuh Eugeo melesat maju dan dia menahan tubuh patnernya.
"Kirito!"
Tubuh
yang dia tahan benar-benar sangat ringan dan sejumlah darah dan Life
yang keluar benar-benar tidak berhenti. Kulit yang jauh lebih putih
dibandingkan dengan marbel dan tidak ada tanda-tanda dari kelopak mata
yang tertutup itu untuk terbuka. Melihat sekilas dengan matanya pada
seluruh tubuh itu, dia menaruh tangannya pada luka yang terlihat paling
dalam, salah satu di pahanya.
"System Call! Generate luminous element!"
Mengumpulkan
tiga luminous elements yang dibuatnya pada luka itu, kemudian dia
mengubah itu menjadi kekuatan penyembuh melalui upacara art.
Dia
melepaskan tangannya saat luka yang terbakar itu mulai menutup, sedikit
demi sedikit, dan menggunakan cara penyembuhan yang sama pada bahu
kirinya. Normalnya, katalis seperti «sacred flower orbs» dibutuhkan
untuk membuat luminous elements yang menkonsumsi banyak sacred power
dari area sekelilingnya, tapi itu tidak dibutuhkan sekarang. Sejumlah
besar Life yang dikeluarkan dari lima knight oleh Blue Rose Sword telah
berubah menjadi sacred power dan telah berkumpul di udara.
Penurunan
dari Life secara terus menerus seharusnya telah berhenti dengan luka
yang parah telah sembuh, tapi Eugeo tidak dapat menggunakan sacred arts
luminous apapun yang mampu mengembalikan Life dari seseorang yang
kehilangan sebanyak ini. Dia memegang tangan kanan Kirito dengan tangan
kirinya tanpa keraguan dan mengucapkan upacara art baru.
"System call! Transfer human unit durability, self to left!!"
Bulatan
dari cahaya biru yang samar-samar menutupi seluruh tubuh Eugeo untuk
kali ini juga dan itu segera berkumpul di tangan kirinya, lalu mengalir
pada tubuh Kirito. Art ini yang memperbolehkan untuk mentransfer Life
diantara manusia memiliki efek yang besar meskipun upacara art itu
sangat sederhana.
Memikirkan kembali tentang itu, Kirito adalah
seseorang yang menderita luka berat sementara Eugeo hanya sedikit
kehilangan Life, baik saat pertarungan melawan Deusolbert dan kali ini
juga. Dia tidak mungkin untuk membayar itu semua selain menyerahkan
Lifenya hingga diambang pingsan.
Atau seperti itu yang Eugeo
pikirkan, tapi ketika dia merasa kira-kira setengah dari Lifenya
akhirnya telah mengalir keluar, Kirito dengan perlahan membuka matanya
dan menggenggam tangan Eugeo dengan tangan kirinya, menarik itu darinya.
"...Terima kasih, Eugeo, aku baik-baik saja sekarang."
"Jangan
memaksakan dirimu, seharusnya pasti ada suatu luka yang tersembunyi
dari penglihatan langsung setelah kau melalui semua itu."
"Ini
masih jauh lebih baik dibandingkan dengan waktu ketika goblin itu
menyerang kita, aku jauh lebih khawatir terhadap orang itu..."
Melihat
Knight Fanatio, terbaring di sisi yang lain dari aula itu, pada ujung
dimana mata hitam itu menatapnya, Eugeo tanpa sadar menggigit mulutnya.
"...Kirito...Perempuan itu...Mencoba untuk membunuhmu..."
Pada
saat dia mengatakan itu, apa yang Kirito segera katakan sebelum dia
mengaktifkan full control artnya bergema di dalam telinganya. Melihat ke
arah bawah, dia melanjutkan bisikannya.
"Tidak dapat
mengalahkannya dengan kebencian...Itu apa yang kau katakana sebelumnya,
bukan? Ya, mungkin itu benar. Aku bertarung dengan Integrity Knight
bukan karena suatu dendam pribadi atau kebencian yang diarahkan padanya,
itu benar-benar bukan alasanku bertarung...Tapi... Tapi aku tidak
menemukan sesuatu di dalam diriku untuk memaafkan Integrity Knight. Itu
tidak hanya kekuatan hebat mereka, jika mereka memiliki ketetapan hati
itu...Jika mereka memiliki perasaan untuk melindungi semua orang yang
hidup di Dunia Manusia, lalu kenapa mereka tidak menggunakan kekuatan
itu dan..."
Eugeo menjadi bimbang, tidak dapat berkata lebih
jauh lagi. Tetapi, Kirito yang terhuyung dan mengambil pedang hitamnya
dari lantai, mengangguk seolah-olah dia mengerti.
"Aku sangat
yakin mereka tertahan dengan keraguan mereka sendiri. Jika kita bertemu
dengan Komandan Integrity Knight, kita mungkin akan mengetahui lebih
dalam tentang itu... Eugeo, full control artmu benar-benar hebat. Kau
adalah orang yang mengalahkan semua knight itu. Jadi tidak perlu untuk
mengarahkan kebencianmu pada manusia itu, Fanatio dan knights «Four
Oscillation Blades», lebih lama lagi..."
"Manusia...Yeah...Kau
benar. Aku mengerti sebanyak itu ketika aku bertarung dengan mereka. Dia
adalah manusia, karena itu dia sangat kuat." Ketika Eugeo berguman
seperti itu, Kirito mengeluarkan suara yang sedikit tertawa dan
menyetujuinya.
"Mereka mungkin mengatakan bahwa mereka adalah
orang baik, dan mereka mungkin adalah orang jahat di matamu, tapi mereka
adalah manusia seperti kita. Menentukan siapa yang benar-benar baik dan
jahat adalah mustahil untuk manusia, aku yakin itu."
Kata-kata
itu terdengar seperti dia mengatakan itu karena dia juga dapat
mempercayai itu, sebuah pikiran tiba-tiba muncul di pikiran Eugeo.
—Kirito. Bukan kau pikir itu juga berlaku pada seseorang yang kau
menjadi sangat marah juga pada, pemimpin tertinggi, Administrator...
Seseorang dengan memberikan peraturan ketat pada Gereja Axiom dan juga,
dunia?
Tapi sebelum dia dapat bertanya, Kirito telah mulai berjalan menuju Fanatio yang terbaring dihadapan pintu besar itu.
Dia mengambil lima, enam langkah sebelum berputar kembali dan mengambil botol kecil setelah memeriksa itu di sakunya.
"Oops,
hampir lupa tentang itu. Singkirkan racun dari anak-anak itu dengan
ini, kumohon. Pastikan untuk menghancurkan pedang beracun itu dan
periksa jika mereka memegang sesuatu yang aneh sebelum kau meminumkan
itu pada mereka."
Memikirkan tentang bagaimana dia telah melupakan mereka juga, Eugeo menangkap botol kecil yang Kirito lempar dan mengangguk.
Setelah
berdiri, menarik Blue Rose Sword dari lantai, dan berbalik arah kepada,
knight perempuan muda, Fizel dan Linel, telah berada pada kondisi yang
sama, terbaring di lantai, sementara lumpuh. Es yang menutupi sekitarnya
telah menghilang dan itu kelihatannya mereka tidak menderita luka
apapun dari sulur es dan sinar cahaya.
Pada saat mata mereka
bertemu dengan Eugeo yang mendekati mereka, anak perempuan itu yang
merengut dengan menggerakkan bola mata mereka yang hanya itu yang dapat
bergerak.
Kelihatannya kita tidak dapat dilihat secara langsung
dalam arti yang berbeda dari kasus Fanatio yang ada di sini. dia menahan
desahannya saat dia merunduk dan menarik keluar dua pedang beracun itu,
yang tertusuk di lantai pada ujungnya di depan hidung mereka, dengan
kedua tangan.
Melempar itu ke udara, dia mengayunkan Blue Rose Sword satu kali saat itu segera berputar ke bawah.
Pedang
pendek itu telah hancur tanpa kesulitan, mengubah itu menjadi percikan
cahaya dan menghilang saat itu kehilangan seluruh Lifenya sebelum itu
terjatuh ke lantai. Menyarungkan pedang kesayangannya, dia berjongkok di
samping mereka berdua dan mengecek pada pakaian sister mereka untuk
melihat jika mereka memiliki senjata yang lain sementara meminta maaf
dengan kata "maaf".
Terakhir, dia membuka botol kecil dan
menuangkan tujuh puluh persen sisa dari isi botol itu kepada mulut
mereka berdua, membagi itu menjadi setengah untuk mereka masing-masing.
Dengan ini, mereka berdua seharusnya dapat pulih dari kelumpuhan mereka
kurang lebih sepuluh menit seperti Eugeo.
Itu akan baik-baik
saja untuk meninggalkan mereka dalam keadaan seperti ini, tapi Eugeo
lalu berpikir, "Apa yang Kirito akan katakan pada situasi seperti ini?",
dan lalu, membuka mulutnya setelah berpikir untuk sebentar.
"...Fanatio
dan Kirito sekuat itu karena mereka memiliki sacred instruments and
armament full control arts mereka...Itu mungkin apa yang kalian berdua
pikirkan, menjadi seperti diri kalian, tapi itu salah. Mereka bedua
jauh, jauh lebih kuat...Mereka dapat bertarung bahkan setelah cukup
parah bukan melalui skill atau senjata mereka, tapi melalui hati dan
pikiran mereka, itu juga karena mereka dapat menggunakan upacara art
yang sanagt hebat. Benar, kalian berdua mungkin berpengalaman dengan
tehnik membunuh manusia. Tapi membunuh dan menang benar-benar hal yang
berbeda. Aku tidak menyadarinya sampai hari ini juga, meskipun
begitu..."
Eugeo sama sekali tidak tahu berapa banyak dari
kata-katanya yang akan mencapai mereka saat mereka tetap memalingkan
pandangan mata mereka seperti biasa. Sejak awal, dia tidak terlalu bagus
untuk berurusan dengan anak-anak.
Tapi meski begitu,
setidaknya, mereka berdua seharusnya merasakan sesuatu setelah melihat
pertarungan itu juga, dia sangat yakin hal itu. Ketika dia mengingat
pembicaraan polos itu dari Fizel dan Linel, dia merasa bahwa dia dapat
mempercayai bahwa mereka tidak jahat juga. Berbalik arah setelah
mengatakan kalimat singkat "Selamat tinggal", dia berlari menuju Kirito.
Dia dengan cepat menggerakkan penglihatannya ke kiri dan ke
kanan aula yang benar-benar hancur itu, memeriksa keadaan empat knight
yang melayani di bawah perintah Fanatio.
Itu kelihatannya mereka
telah menderita dari luka yang cukup dalam dari tombak cahaya yang
lepas kendali saat mereka semua telah terbaring.
Tapi seperti
yang diharapkan dari Integrity Knight, dia benar-benar tidak dapat
melihat luka yang dapat mengurangi Life. Pendarahan mereka sangat kecil,
jadi mereka kelihatannya akan dapat bergerak dengan segera.
Tetapi,
tidak seperti mereka yang hanya terseret pada ledakan kecil, Fanatio
telah menerima seluruh tombak besar, berwarna kegelapan yang
menyerangnya dan sudah jelas berada diambang kehilangan hidupnya, bahkan
tanpa melihat pada semua darah yang mengalir di area besar di sekitar
perempuan yang terbaring itu.
Berjalan hingga berhenti di dekat
Kirito yang berlutut dengan lututnya di samping knight itu, Eugeo
menghentikan nafasnya saat dia mengintip dari atas bahu patnernya.
Melihat
mereka dari dekat, luka pada seluruh tubuh Fanatio benar-benar sangat
menakutkan, dia ingin untuk mengalihkan pandangannya. Badan dan kakinya
memiliki lubang karena tertembus oleh sinar panas di empat tempat,
sementara tangan kanannya telah tertusuk oleh duri mawar es dan diatas
itu, terbakar karena disebabkan oleh serangan terakhir Heaven Piercing
Sword, hampir tidak meninggalkan tempat yang tidak terluka.
Tetapi,
seperti yang diduga, apa yang kelihatannya luka yang paling parah
adalah luka di atas perutnya yang mendapat serangan serangan langsung
dari Gigas Cedar. Ada lubang yang terbuka, yang sebesar dan sedalam
tangan orang dewasa, dengan darah segar mengalir tanpa henti.
Wajahnya
yang dengan kelopak matanya telah tertutup telah berubah menjadi biru
keunguan yang samar-samar, seperti warna armornya yang dipakainya di
sini. Dan bahkan tidak ada tanda-tanda dari organ vital dapat terlihat.
Kirito
sementara dalam proses mencoba sacred arts untuk menutup lukanya saat
dia menaruh tangannya pada luka Fanatio, Stacia Window kelihatannya
tidak terbuka karena melihat Lifenya akan membuat itu tidak ada gunanya
untuk saat ini. Menyadari Eugeo mendekat, dia masih menundukkan wajahnya
dengan desakan pada nadanya.
"Tolong bantu aku, darahnya tidak mau berhenti."
"Ah... yeah."
Mengangguk
dan segera berlutut di sisi yang lain, dia menaruh tangannya pada luka
yang sama. Setelah dia mengucapkan art penyembuh luminous sama yang dia
tadi gunakan pada Kirito sebelumnya, darah yang mengalir dari lukanya
kelihatannya telah berkurang entah bagaimana, tapi tujuan untuk
menutupnya, itu masih sangat jauh.
Itu adalah bukti bahwa sacred
power di sekelilingnya akan segera habis dan mereka berdua tidak akan
dapat untuk membuat luminous elements bahkan jika mereka memaksa untuk
mencoba menyembuhkan. Fanatio mungkin akan memulihkan beberapa Life
secara sementara jika mereka mentransfer Life mereka, tapi itu sama
sekali tidak berguna pada akhirnya jika pendarahan itu tidak dihentikan.
Karena itu, menyelamatkan hidup perempuan ini akan membutuhkan bantuan
dari pengguna sacred art yang mampu untuk menggunakan art penyembuh yang
jauh lebih kuat dari mereka berdua, atau elixir legenda.
Dengan
kuat menggigit mulutnya saat dia dengan terdiam melihat ke arah wajah
Kirito, Eugeo berbicara setelah keraguaan yang sesaat.
"Ini mustahil, Kirito. Dia kehilangan darah terlalu banyak."
Kirito terus menundukkan matanya ke bawah untuk sementara, tapi dengan segera menjawab dengan suara serak.
"Aku
tahu...Tapi jika aku tidak menyerah untuk terus berpikir,
seharusnya...seharusnya ada suatu jenis cara untuk melewati ini. Eugeo,
aku mohon padamu, tolong pikirkan tentang itu juga."
Ekspresi
itu dipenuhi dengan perasaan ketidakberdayaan, hampir sama seperti
ketika dia tidak dapat mencegah perbuatan jahat pada valet trainees
mereka, Ronie dan Tizei, dua hari yang lalu, Eugeo merasakan sensasi
menusuk di dalam hatinya.
Tetapi, tidak peduli sebanyak apapun
dia memikirkannya, itu sudah pasti tidak ada metode untuk menyembuhkan
Lifenya yang sekarang akan menghilang dihadapan matanya. Pemikiran dari
menyembuhkan empat knight yang terbaring di belakang dan membantu mereka
dengan perawatan terlintas di dalam pikirannya. Life Fanatio
kelihatannya akan hilang untuk selama-lamanya setelah entah Kirito atau
Eugeo menghentikan art penyembuh mereka. Dan bahkan jika mereka
melanjutkannya dengan mereka—akhir yang sama akan datang beberapa menit
kemudian.
Eugeo meyakinkan keputusannya dan menginformasikan patnernya dengan suara yang paling serius yang dapat dia keluarkan.
"Kirito.
—Kau memberitahuku tentang ini ketika kita melarikan diri dari penjara
bawah tanah, bukan? Bahwa aku harus mempersiapkan diri untuk menebas
musuh apapun jika aku ingin untuk pergi lebih jauh. Bukankah kau
bertarung dengan orang ini dengan dasar dari ketetapan hati yang
sebelumnya? Bukankah kau menggunakan skill itu untuk menentukan salah
satu dari kalian akan mati dengan yang lain akan hidup? Setidaknya,
orang ini...Fanatio-san sama sekali tidak ragu-ragu. Ekspresinya
menunjukkan bahwa dia menaruh seluruh hidupnya pada garis itu...itulah
apa yang aku percayai. Kau seharusnya telah mengerti itu juga,
Kirito...ini bukanlah pertempuran dimana kau dapat menang sementara
mengkhawatirkan tentang musuhmu atau bersikap lunak pada mereka."
Bahwa
apa yang diayunkan adalah pedang kayu, tapi pedang sebenarnya pada
musuh untuk mengakhiri hidupnya. Eugeo telah mempelajari itu melalui
tangannya yang bergemetar, rasa sakit tajam di mata kanannya, dan
ketakutan dingin di dalam hatinya ketika dia menebas tangan Humbert. Itu
dapat dikatakan, dia selalu mempercayai bahwa patner berambut hitamnya
telah mengerti itu lebih lama—dari sebelum mereka bertemu di hutan
selatan di Rulid.
Saat mendengar suara Eugeo, Kirito
menggeretakkang giginya secara bersamaan dan menggelengkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan tanpa henti.
"Aku mengerti...Aku telah
mengerti. Baik orang ini dan aku bertarung serius...Pertarungan yang
sungguh –sungguh, dan berakhir dimana salah satu dari kami akan menang.
Tapi...Orang ini akan menghilang jika dia mati! Dia telah hidup selama
ratusan tahun...dengan keraguan, cinta, rasa sakit, aku tidak dapat
membiarkan jiwa seperti itu menghilang...Maksudku...Bahkan jika aku
mati..."
Bahkan jika dia mati—apa yang dia coba untuk katakan?
Semua manusia akan mendapati jiwa mereka dibawa ke hadapan Dewi
kehidupan, Stacia, ketika mereka kehilangan Life mereka, dan menghilang
dari Dunia Manusia. Bahkan Kirito, meskipun dia memiliki banyak misteri,
adalah manusia, itu seharusnya berlaku pada dia juga.
Eugeo sesaat menjadi terbingung, tapi itu telah terhapus saat Kirito melihat ke arah atas dan berteriak tanpa peringatan.
"Dapatkah
kau mendengarku?! Komandan Integrity Knight! Wakilmu akan segera mati
disini! Atau Kepala Pemimpin itu juga boleh! Jika kau dapat mendengarku,
segera turun dan membantunya!!"
Teriakannya bergema perlahan ke
langit-langit tinggi yang jauh di atas dan menghilang secara sia-sia.
Tetapi, Kirito tidak menyerah dan terus berteriak.
"Siapapun
boleh...Masih ada beberapa Integrity Knight yang ada di sekitar sini,
bukan?! Datang dan bantulah temanmu! Aku tidak peduli apakah kau adalah
pendeta atau sister... cukup datang ke sini!!"
Tidak ada respon
dari atas, tapi keheningan dari yang sama seperti tiga dewi, benr-benar
telah melebihi yang diketahunya. Bahkan tidak ada angin lembut yang
turun pada mereka, lupakan keberadaan dari orang lain.
Ketika
mereka melihat ke arah bawah, warna rmabut dan kulit Fanatio tidak dapat
diragukan menjadi lebih pucat. Lifenya hanya tersisa seratus, atau
mungkin lima puluh—Eugeo, yang ingin untuk mengantar Wakil Komandan
Integrity Knight, Fanatio Synthesis Two, yang akan pergi menuju
Celestial World dengan setidaknya doa di dalam hatinya, mencoba untuk
meyakinkan Kirito untuk berhenti, tapi dia tidak dapat menghentikan
teriakannya.
"Aku mohon padamu...seseorang! Bantu kami jika kalian melihatnya! ...Itu benar, datanglah ke sini, Cardinal! Cardinal..."
Kirito tenggelam pada keheningan seolah-olah sesuatu telah menghalangi tenggorokannya secara tiba-tiba.
Eugeo
melihat ke atas dan melihat wajah patnernya dengan terkejut, saat itu
menunjukkan ekspresi terkejut, lalu pada saat ragu-ragu sebelum itu
berubah menjadi kebulatan tekad.
"H-Hey...Kenapa secara tiba-tiba?"
Tetapi, Kirito memasukkan tangan kanannya pada saku jubahnya tanpa menjawab.
Apa yang dia ambil—terayun di ujung rantai tipis itu, adalah pisau kecil dari besi.
"Kirito—! Itu-!!"
Eugeo secara insting berteriak.
Itu
adalah pisau sama yang tergantung di sekitar leher Eugeo. Dia tidak
mungkin dapat melupakan itu, itu adalah pisau yang Cardinal, pemimpin
tertinggi sebelum dia diusir, dan itu telah diberikan kepada mereka
sebelum mereka meninggalkan Ruangan Perpustakaan Besar. Itu benar-benar
tidak memiliki kemampuan menyerang, tapi itu menghubungkan seseorang
yang tertusuk dengan itu untuk sementara di tempat Cardinal. Dia telah
menyerahkan itu pada mereka, dengan pisau pada Eugeo untuk Alice dan
pisau pada Kirito untuk Administrator, itu berfungsi sebagai kartu truf
untuk mereka berdua.
"Kau tidak dapat menggunakannya, Kirito!
Cardinal mengatakan dia tidak memiliki pisau lebih yang disiapkan...Itu
seharusnya untuk pertarungan terhadap Administrator..."
"Aku tahu..."
Kirito merintih dengan suara terluka.
"Tapi
aku dapat membantunya jika aku menggunakan ini...tidak membantu
seseorang ketika aku memiliki cara untuk melakukan itu...Aku tidak dapat
memprioritaskan apapun lebih tinggi dibandingkan dengan hidup manusia."
Dia menatap tajam pada pisau itu dengan ekspresi, terluka, tapi dipenuhi dengan kebulatan tekad yang tegas—
Kirito
menusukkan apa yang ada di tangan kanannya pada tangan kiri Fanatio,
satu-satunya bagian dari tubuhnya yang tidak terluka, tanpa ada jejak
dari keraguan.
Dengan sekejap, seluruh pisau itu memancarkan cahaya yang menyilaukan bersama dengan rantainya.
Bahkan
tanpa memberikan waktu untuk menelan nafasnya, pisau itu terbagi
menjadi beberapa berkas cahaya ungu. Saat memikirkan itu, semua berkas
cahaya itu telah membentuk sacred letters sama seperti yang muncul di
Stacia Window. Huruf-huruf rumit yang terpisah dari satu sama lain saat
itu melayang di udara dan menyebar di semua tempat pada tubuh Fanatio.
Seluruh
tubuh Integrity Knight itu diselimuti oleh aura ungu bersamaan dengan
pisau itu benar-benar hancur. Eugeo terdiam saat memandangi pemandangan
menakjubkan, lalu menyadari luka dari bagian atas perutnya benar-benar
telah berhenti, walaupun itu hampir terlambat.
"Kirito—"
Eugeo
mencoba untuk memberitahu dia bahwa pendarahannya telah berhenti, tapi
itu telah dihentikan oleh suara yang bergema dengan segera dari suatu
tempat.
[Ya ampun, sungguh anak muda yang tidak berdaya kalian berdua.]
Kirito mengangkat wajahnya ke atas seolah-olah itu telah ditarik.
"Cardinal...Apa itu kau?!"
[Sudah tidak ada waktu, jangan bertanya hal yang sudah jelas.]
Tidak
ada keraguan bahwa suara indah dan cara bicara yang galak itu dimiliki
oleh pemimpin tertinggi sebelumnya yang mereka temui di Ruangan
Perpustakaan Besar.
"Cardinal...maaf, aku..."
Cardinal dengan terang-terangan memotong pada suara kesedihan Kirito saat dia mencoba untuk berbicara.
[Tidak
ada gunanya untuk meminta maaf sekarang....Aku telah menduga ini akan
berakhir dengan cara seperti ini semenjak aku melihat bagaimana kalian
bertarung. Aku mengerti keadaanmu, aku akan mengurus perawatan Fanatio
Synthesis Two. Tetapi, aku akan mengambil tubuhnya yang ada di sana saat
itu membutuhkan waktu untuk dia benar-benar pulih.]
Cahaya ungu
yang menyelimuti di sekitar sosok Fanatio bersinar terang saat suara
itu mengatakan itu. Eugeo tanpa sengaja menutup matanya dan ketika dia
membuka matanya lagi, Integrity Knight itu telah—itu benar-benar cukup
mengejutkan, ini termasuk genangan darah yang tersebar di lantai—tidak
dapat dilihat dimanapun.
Beberapa bagian dari sacred letters
masih dapat terlihat melayang di udara. Suara Cardinal telah diteruskan
pada mereka saat itu terputus-putus di saat yang sama, volumenya sedikit
demi sedikit menurun.
[Serangga itu telah menyadarinya, jadi
aku akan membuat penjelasan singkat ini. Menilai dari situasinya,
kemungkinan Administrator masih dalam kondisi tidak bangun sangatlah
tinggi untuk saat ini. Jika kalian mencapai lantai tertinggi sebelum
perempuan itu terbangun, kau dapat mengurus dia tanpa menggunakan pisau
itu. Cepatlah... sudah tidak banyak Integrity Knights yang tersisa...]
Eugeo
merasa koridor yang tidak terlihat yang menghubungkan menuju tempat
Ruangan Perpustakaan Besar dengan cepat tertutup. Suara Cardinal
akhirnya terdengar dari kejauhan dan tepat sebelum keberadaannya
menghilang, berkas cahaya di udara berkedip-kedip dan terjatuh ke lantai
saat itu mengambil bentuk nyata.
Apa yang jatuh di atas lantai marbel dengan catatan baru adalah dua botol kecil.
Kirito menatap pada botol dengan warna lapis lazuli seolah-olah
energinya telah menghilang, tapi kemudian mengulurkan tangannya untuk
mengambil kedua benda itu pada waktu yang sama. Melihat ke atas, dia
memegang salah satu dari itu diantara ujung jarinya dan memberikan itu.
Sementara menjatuhkan itu pada tangan Eugeo yang terulur, Kirito berguman dengan nada rendah.
"...Maaf untuk kekacauan itu, Eugeo."
"Nah...Kau tidak melakukan sesuatu yang salah sehingga harus meminta maaf. Itu hanya sedikit mengejutkanku."
Ketika
dia mengatakan itu dengan senyuman lemah, Kirito akhirnya menunjukkan
senyumannya juga. Berdiri sementara sedikit terhuyung-huyung, dia
menjentikan tutup dari botol kecil itu.
"Melihat dia untuk bersusah payah mengirim kita minuman, mari kita terima dengan rasa terima kasih."
Berdiri
di samping patnernya, Eugeo menarik tutup dari botol kecil itu dan
meminum habis cairan yang berada di dalamnya dengan satu tegukan.
Dia
tidak dapat mengatakan itu enak bahkan jika dia mencoba untuk sopan,
dia meringis pada keasamannya yang menyerupai air siral tanpa gula, tapi
itu terasa menyegarkan seperti air dingin yang ditumpahkan pada
kesadarannya, yang lelah dari pertarungan panjang. Itu kelihatannya
bahwa setengah Life mereka yang berkurang telah pulih dengan cepat juga,
dengan luka yang tersisa di anggota tubuh Kirito menutup dengan sekejap
mata.
"Hebat...Itu akan sangat bagus jika dia mengirim sejumlah
besar ini, daripada hanya dua dari ini sementara dia dapat
melakukannya."
Ketika Eugeo mengatakan itu tanpa berpikir, Kirito mengangkat bahunya dengan senyum masam.
"Jika
itu memiliki prioritas setinggi ini, itu mungkin akan membutuhkan waktu
lama untuk mengubah itu menjadi da...upacara ritual dan mengirim itu.
Daripada itu, kau seharusnya melihat bagaimana cepatnya dia...uwah!?"
Tiba-tiba, Kirito mengeluarkan suara gelisah dan melompat ke samping, jadi Eugeo melihat ke arah patnernya dengan kebingungan.
"Ad-Ada apa, kenapa tiba-tiba bersikap seperti itu?"
"Eu-Eugeo...Jangan bergerak, tidak, jangan melihat ke bawah."
"Hah?"
Itu
akan lebih sulit untuk tidak melihat ke bawah setelah diberitahu hal
seperti itu. Secara Insting melihat ke arah bawah, Eugeo menemukan
sesuatu yang ada di sana tanpa dia sadari dan segera berteriak.
"Eek!?"
Panjangnya
kira-kira sekitar lima puluh cen. Tak terhitung kaki yang menempel pada
badan panjang dan ratanya, terbagi menjadi bagian-bagian yang kecil,
dan setengah dari bagian depannya berada di atas sepatu Eugeo. Ujungnya
memiliki bentuk bola yang kelihatannya kepalanya memiliki satu deretan
kecil berjumlah sepuluh, mata merah dan dua tanduk yang benar-benar
panjang, seperti jarum timbul dari kedua sisinya, perlahan bergerak
secara bebas satu sama lain. Itu adalah suatu jenis serangga—atau
mungkin seperti itu, tapi penampilan anehnya hanya dapat dideskripsikan
sebagai menjijikan. Serangga sangat banyak di hutan selatan Rulid, tapi
dia tidak pernah melihat dengan penampilan seperti itu sebelumnya.
Eugeo
terdiam saat pikirannya dipenuhi pikiran, tapi saat serangga aneh itu
memeriksa sekitarnya dengan tanduknya untuk tiga detik lagi sebelum itu
memutuskan untuk mencoba dan perlahan merayap menuju celananya dari
sepatunya, jadi dia melompat ke atas dengan teriakan lainnya.
"Eek...!!"
Ketika
dia dengan keras menghentak-hentakkan kakinya, serangga itu terjatuh
pada punggungnya, namun dengan segera berputar dan dengan cepat berdiri
dengan kedua kakinya. Tidak dapat menahan untuk itu dapat berdiri. Eugeo
melompat ke atas dan ke bawah berulang kali, tapi suatu bencana telah
terjadi pada saat mendarat dari lompatan yang tak terhitung jumlahnya.
Diikuti
dengan suara keras 'kusha', sensasi dari objek kental dan lengket
terpancar tidak karuan dengan sendirinya pada sepatu Eugeo sementara
serangga itu dengan keras menjadi hancur lebur di bawah sepatu kanannya.
Cairan tubuh berwarna orange terang menyembur ke segala arah
dan dengan menyengat, bau yang menyengat melayang di udara. Eugeo hampir
kehilangan kesadarannya saat dia melihat kaki yang terlepas keluar itu
masih melompat, tapi dia dengan susah payah menahan ketakutannya,
menyadari ini bukanlah situasi untuk pingsan, dan melihat ke arah Kirito
untuk sedikit bantuan.
Ketika dia melakukan itu, partnernya
yang terhubung dari hati ke hati dengan dia kelihatannya sekarang tiga
mel darinya dan bahkan perlahan mundur lebih jauh lagi.
"Hei... heei! Jangan coba kau untuk lari!"
Terhadap
tuduhan yang keras itu, Kirito menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke
kanan yang sekarang berubah menjadi pucat dengan sedikit gerakan.
"Maaf, Aku benar-benar tidak dapat menangani hal seperti itu."
"Aku tidak dapat menangani hal seperti itu juga! Sama sekali!"
"Hei, bukankah serangga seperti itu menarik sepuluh atau seperti itu ketika salah satu dari itu mati?"
"Jangan bicara hal seperti itu!!"
Memutuskan
untuk membagi nasibnya dengan patnernya bahkan jika dia harus
memeluknya, Eugeo merunduk dalam persiapan untuk melemparkan dirinya
pada dia, tapi dia terdiam lagi saat cahaya ungu dengan tiba-tiba
bersinar dari bawah kakinya.
Sisa-sisa yang menjijikan itu hanya
menyebar menjadi berkas cahaya ketika dia dengan ragu-ragu melihat ke
arah bawah. Cairan lengket, kulit dan seperti itu menghilang tanpa jejak
bahkan sebelum satu detik berlalu dan Eugeo mengeluarkan nafas panjang
kelegaan dari dalam hatinya. Kelihatannya meyakinkan dirinya dari jauh
bahwa itu telah menghilang, Kirito akhirnya kembali setelah seluruh
urusan telah diselesaikan dan berbicara dengan nada serius.
"...Jadi
seperti itu. Apa yang barusan adalah familiar yang dilepaskan oleh
Administrator untuk mencari Cardinal. Jadi itu mengendus koridor menuju
ruangan perpustakaan..."
"......"
Eugeo merengut pada
Kirito dengan mata yang mengadah, menunjukkan sedikit kemarahan, lalu
dengan enggan dia menjawab saat dia mengerti itu.
"Jadi...itu
berarti masih ada banyak dari mahluk ini yang berkeliling di sekitar
menara ini? Tapi kita belum pernah melihat satupun sampai sekarang."
"Ingat,
ketika kita melarikan diri menuju ruangan perpustakaan dari taman
mawar, ada suara gemerisik dari balik pintu, bukan? Mereka normalnya
bersembunyi dengan baik, tapi jika dikatakan, tidak ada artinya untuk
berputar mencari itu semua. Di samping itu...Cardinal mengatakan sesuatu
yang aneh, bukan...Administrator masih tidak bangun, atau sesuatu
seperti itu..."
"Aah, sekarang kau mengatakan itu...Itu pada
dasarnya berarti dia tertidur? Dia telah pergi untuk tidur meskipun
matahari masih bersinar?" Kirito mengusap dagunya untuk sebentar pada
pertanyaan Eugeo dan lalu menjawab seolah-olah dia tidak mengerti itu
juga.
"Cardinal juga mengatakan bahwa Administrator dan
Integrity Knight memaksakan diri mereka dengan berbagai cara sebagai
ganti dari hidup ratusan tahun. Terutama Administrator yang kelihatannya
menghabiskan waktu setiap hari dengan tertidur, tapi...jika memang
begitu, apa sebenarnya yang terjadi padanya saat mengontrol Integrity
Knight dan serangga seperti yang baru saja ada...?"
Tenggelam
pada pemikirannya untuk beberapa detik dengan kepalanya yang tertunduk,
dia kemudian merespon pada dirinya sendiri sementara mengacak-acak
rambut di dahinya.
"Baiklah, kita tentu saja akan mengetahui itu
jika kita melanjutkan untuk memanjat.—Lupakan hal itu sebentar, Eugeo,
dapatkah kau melihat punggungku?"
"H-Hah?"
Kirito
memutar tubuhnya pada Eugeo yang terlihat terdiam kebingungan. Dia
menggerakkan matanya pada itu sementara kebingungan, tapi tidak ada yang
aneh tentang kain hitam di jubahnya di samping dari kerusakan dari itu,
yang sama dengan yang didapat dari pertarungan.
"Tidak...Tidak ada sesuatu yang spesial pada itu, bagiamanapun juga..."
"Bagaimana aku mengatakan ini...Apakah ada serangga kecil menggantung? Seperti laba-laba atau sesuatu seperti itu."
"Tidak, tidak sesuatu seperti itu, bagaimanapun juga."
"Aku mengerti, tidak apa-apa.—Kalau begitu, sekali lagi, mari kita lanjutkan bagian kedua dari setengah petualangan kita!"
Eugeo
mengejar Kirito yang mulai berjalan dengan cepat menuju bagian utara
dari aula itu dan berhenti setelah itu, dengan kebingungan.
"Hei, apa yang barusan itu?!"
"Itu benar-benar, bukan apa-apa."
"Kau membuatku merasa ganjil, lihat punggungku juga!"
"Seperti yang aku katakan, itu bukan apa-apa."
Saat
percakapan ringan mereka, kejadian yang terulang berkali-kali semenjak
mereka meninggalkan Desa Rulid, Eugeo perlahan berguman di dalam hatinya
apa yang betul-betul dia ingin tanyakan.
Kenapa kau, mampu
untuk mempertahankan ketenanganmu di situasi apapun, juga menjadi putus
asa sebelum kematian Fanatio, seorang musuh—dan apa yang mengikuti itu
adalah kata-kata, [bahkan jika aku mati]—
Kirito, siapa kau...sebenarnya...?
Swordsman
berjubah hitam itu yang masih berdiri dihadapan pintu besar, yang
mungkin beberapa kali lebih tinggi darinya, menggapai itu dengan kedua
tangannya dan mendorong itu hingga terbuka ke samping dengan kekuatan.
Dengan sekejap, angin dingin yang berhembus ke dalam dan Eugeo dengan
perlahan membalikkan wajahnya.
Bagian 3
Apa yang terbentang
di balik pintu itu adalah ruangan yang kira-kira seluas seperti ruangan
tangga di sisi selatan dari koridor besar yang menghubungkannya dimana
Eugeo dan Kirito telah menaikinya. Itu berbentuk persegi juga, dengan
langit biru muda yang terlihat melalui jendela panjang dan sempit yang
berjejer di sepanjang dinding yang berlawanan.
Tetapi, element
yang penting tidak dapat terlihat pada bidang lantai dengan gabungan
warna hitam dan putih pada ubinnya—tangga besar yang menghubungkan
menuju lantai kelima puluh satu.
Tidak peduli bagaimana mereka
memeriksa ruangan yang sangat luas itu, tidak ada tangga, atau bahkan
satu utas tali yang dapat ditemukan. Hanya ada satu hal yang aneh,
lubang yang melingkar ditengah-tengah lantai licin dan halus itu, dan
tidak ada satu jalan yang digunakan untuk melanjutkan menuju ke atas
yang terlihat pada pandangan Eugeo.
"Ti...Tidak ada tangga."
Berguman
dengan keterkejutan saat dia melangkah menuju ruangan gelap dari
belakang Kirito, Eugeo merasa aliran dari udara dingin di lehernya dan
menurunkan bahunya. Itu kelihatannya patnernya telah menyadarinya juga,
saat mereka berdua melihat ke arah atas secara bersamaan.
"...Apa.."
"Apa maksudnya ini..."
Dan mereka berdua menjadi terdiam secara bersamaan.
Tidak
ada langit-langit. Sebuah ruangan, tidak, lubang dengan bentuk yang
sama seperti ruangan yang memanjang melebihi apa yang penglihatan mereka
dapat lihat. Mereka bahkan tidak dapat memperkirakan bagaimana
tingginya itu terus berlanjut, tenggelam pada kegelapan dari langit
biru.
Setelah mereka mengembalikan pandangan mereka dari atas
atas yang jauh, mereka menyadari lubang ini mungkin bukan ruangan yang
benar-benar kosong. Pintu, yang jauh lebih kecil dibanding dengan pintu
di belakang mereka berdua, telah menempel di permukaan dinding pada
ketinggian yang sesuai dengan setiap tingkat dari lantai kelima puluh
satu dan selanjutnya, setiap dari itu dengan teralis panjang yang
memanjang hingga mendekati bagian tengah lubang itu.
Dengan kata
lain, mereka dapat melanjutkan menuju lantai atas jika mereka dapat
mencapai teralis itu—Itu sudah pasti memang begitu.
Eugeo mengulurkan tangan kanannya dan mencoba melompat begitu saja tanpa berpikir.
"...Tidak mungkin itu akan sampai..."
Dia
berguman dengan menghela nafas. Bahkan teralis terdekat, yang cukup
normal, terpasang lebih tinggi dibandingkan dengan langit-langit «Grand
Cloister of Spiritual Light» di belakang mereka dan demikian, bahkan
melebihi dua puluh mel melalui perkiraan yang bebas.
Kirito, yang melihat ke atas dengan cara yang sama di sisinya, bertanya dengan suara lemah.
"Dengar...Aku hanya mengkonfirmasi di sini, tapi apakah tidak ada satupun sacred arts untuk terbang, bukan?"
"Tidak ada."
Jawaban yang singkat, tampa ampun sedikitpun.
"Maksudku,
terbang di udara adalah kehormatan sepenuhnya yang diberikan untuk
Integrity Knight, bukan? Dan mereka bahkan tidak terbang melalui art,
mereka menaiki naga terbang mereka..."
"Jadi...Bagaimana sebenarnya manusia kembali dan pergi diantara lantai kelima puluh satu dan seterusnya?"
"Siapa yang tahu..."
Mereka
berdua memiringkan kepala mereka secara bersamaan. Itu akan lebih bagus
jika mereka dapat menghindari itu, tapi kelihatannya tidak ada cara
lain selain kembali ke aula besar dan menanyakan cara menuju ke atas
dari anak buah Fanatio yang terbaring—itu terjadi ketika mereka
memikirkan itu.
"Hei, sesuatu sedang mendekat."
Kirito berbisik dengan suara gelisah.
"Eh?"
Dia melihat ke arah lubang itu lagi seperti yang diinstruksikan.
Dia
memang melihat sesuatu mendekat. Seolah-olah melewati dengan menyentuh
ujung dari teralis yang menonjol keluar yang terlihat seperti garis,
bayangan hitam perlahan turun menuju mereka.
Saat dia melompat
mundur dengan Kirito dan memposisikan tangannya pada ganggang pedang,
Eugeo dengan kuat menatap pada bayangan yang mendekat.
Bentuknya
adalah lingkaran yang sempurna. Mungkin dengan diameter dua mel atau
lebih? Itu kelihatan seperti disk metal dengan bagaimana ujungnya dapat
terlihat berkilauan dengan indah setiap waktu itu tertangkap oleh cahaya
biru yang bersinar dari jendela sempit itu. Tetapi, kenapa benda
seperti itu dapat dengan lembut turun dari ruangan tanpa bantuan ataupun
apapun yang seperti itu?
Telinga Eugeo dengan tajam mendengar
suara, "whoosh", ketika piringan itu melewati dua lantai teralis diatas
dengan kecepatan yang tetap. Lehernya menyadari udara dingin setiap
waktu.
Eugeo tidak berlari, maupun menarik pedangnya, dia hanya
tetap berdiri, tercegang, dan menatap bagaimana disk itu menyentuh
teralis di atas kepala mereka dan turun dihadapan mereka berdua. Ketika
disk yang melayang mendekat hingga hanya satu mel jauhnya, lubang kecil
yang terbuka di bagian tengah di sisi bawah dan menyadari udara mengalir
keluar dari tempat itu yang menyebabkan suara dan angin yang misterius.
Tetapi, bagaimana mungkin disk logam dapat melayang hanya
dengan kekuatan angin—dia menanyakan itu saat suara whooshing semakin
besar dan tingkat kecepatan dari disk logam itu terus menurun, akhirnya
menjadi berhenti saat itu hampir menjepit pada lubang yang melingkar
itu, berhenti pada lantai batu itu, dengan hanya sedikit hantaman dan
getaran.
Permukaan atas dari disk itu dipoles halus seperti
cermin. Detail dari kerajinan pada pegangan perak yang terpasang pada
bagian pinggir yang melingkar. Ukuran pipa kaca itu kira-kira panjangnya
sekitar satu mel dan tebalnya lima puluh cen berdiri tegak di bagian
tengah—seorang gadis muda dengan tenang berdiri di sana dengan kedua
tangannya di atas pipa itu, melingkar dengan bentuk kubah.
"......!?"
Eugeo
mundur beberapa langkah lagi saat dia menaruh kekuatan pada tangan
kanannya yang memegang gagang pedangnya. Dia meningkatkan pertahanannya,
berpikir bahwa dia mungkin adalah Integrity Knight yang baru.
Tapi
dia segera menyadari bahwa gadis itu tidak dilengkapi bahkan dengan
satupun pisau di pinggang maupun punggungnya. Pakaiannya, polos, dengan
rok hitam panjang, terlihat tidak cocok untuk pertarungan juga.
Satu-satunya hal yang dapat dikatakan adalah sederhana, terlihat pada
hem yang terajut pada apron putih yang menutupi dari dada hingga ke
bawah lutunya, yang berarti dia tidak mengenakan aksesoris yang lain,
pada dirinya.
Rambutnya berwarna cokelat terang, yang sedikit
keabu-abuan, yang terpotong lurus pada atas alis dan bahunya, dengan
hampir tidak ada ciri khas yang dapat dibedakan dari kulit pucatnya. Itu
sangat teratur tapi bahkan tanpa emosi sedikitpun. Eugeo merasa umurnya
kira-kira jauh lebih muda, tapi dia tidak yakin jika memang seperti
itu.
Siapa sebenarnya gadis ini, Eugeo mencoba untuk melihat
mata gadis itu, tapi dia bahkan tidak dapat melihat warnanya saat itu
tersembunyi oleh bulu matanya yang menutupinya. Gadis itu, yang tidak
mencoba untuk melihat wajah mereka berdua bahkan setelah disk itu
berhenti, melepaskan tangannya dari pipa kaca yang aneh itu dan menaruh
itu bersama-sama di depan apronnya, lalu selanjutnya menundukkan
kepalanya dan mengeluarkan suaranya untuk pertama kalinya.
"Terima kasih atas kesabaran kalian. Lantai mana yang kalian ingin pergi, kalau boleh tahu?"
Suara
yang memiliki tingkat intonasi vokal yang sangat rendah dan sama sekali
tidak menunjukkan suatu jenis emosi. Eugeo bahkan tidak mendengar
bagian dari apapun yang menyerupai rasa permusuhan, jadi dia perlahan
melepaskan tangannya dari pedangnya. Kata-kata gadis itu sekali lagi
terulang di pikirannya.
"Lantai mana...Tunggu...Jadi, kau akan membawa kita menuju lantai atas?"
Ketika
dia bertanya dengan setengah percaya, dan setengah ragu-ragu, gadis
yang menundukkan kepalanya yang telah kembali ke posisi semula sekali
lagi.
"Tentu saja. Bolehkah aku tahu lantai yang kalian inginkan?"
"Sebenarnya...Bahkan jika kau mengatakan itu..."
Memiliki
pikiran bahwa semua orang yang muncul dihadapan mereka di katedral
adalah musuh, Eugeo menjadi bimbang, tidak mengetahui apa yang harus dia
katakan sekarang. Kirito, yang berdiri di sampingnya, lalu berbicara
dengan nada santai, Eugeo tidak mengetahu apa yang dipikirkan di
kepalanya juga.
"Erm, Kita adalah seseorang yang dicari karena menyusup ke katedral...apakah tidak akan masalah dengan kami untuk menaiki ele, tidak, disk?"
Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya, tapi dengan sekejap kembali ke posisinya semula dan menjawab.
"Satu-satunya
tugasku adalah mengoperasikan disk yang bergerak ini. Aku tidak
menerima perintah untuk menerima perintah apapun yang tidak berhubungan
dengan itu."
"Aku mengerti. Jadi izinkan saya untuk mengambil tawaran anda."
Kirito
mulai berjalan dengan cepat menuju ke arah disk itu sementara berbicara
dengan kata-kata yang terlihat santai, jadi Eugeo memanggil dengan
suara panik.
"H-Hei, kau yakin ini akan baik-baik saja?"
"Sebenarnya, itu tidak terlihat seperti ada cara lainnya menuju ke atas."
"Itu...Benar, tapi meski begitu..."
Eugeo
sangat kagum tentang bagaimana dia dapat menaiki objek aneh itu dengan
secara langsung tanpa rasa kewaspadaan setelah melewati semua dari itu
dengan dua Integrity Knight yang masih anak-anak, tapi itu sangat benar
bahwa tidak ada satupun dari mereka memiliki ide sedikitpun tentang
bagaimana menggerakkan disk itu. Menenangkan dirinya dengan berpikir
bagaimana mereka dapat melompat pada suatu teralis bahkan jika itu
adalah jebakan, dia mengikuti di belakang patnernya.
Setelah
mereka berdua memasuki disk melalui bagian kosong dari pegangan yang
terlihat megah itu, Kirito menatap pada pipa kaca itu dengan ekspresi
penasaran saat dia menginformasikan gadis itu.
"Erm, jadi tolong bawa kami menuju lantai tertinggi yang dapat kita pergi."
"Baiklah.
Jadi kita sekarang akan menuju lantai kedelapan puluh, «Cloudtop
Garden». Dimohon untuk tetap di dalam batas dari pegangan itu."
Respon
itu segera datang tanpa membtuhkan waktu yang lama dan dengan tundukan
kepala lainnya, gadis itu menaruh kedua tangannya diatas pipa. Dia
menghirup nafas di udara—
"System call. Generate aerial element."
Pengucapan
upacara art yang tiba-tiba membuat Eugeo terbingung, menganggap itu
adalah sekarang, tapi itu kelihatannya bukan seperti itu.
Setelah
semua, aerial elements yang terlihat, bersinar hijau, berada di dalam
pipa transparan itu. Tapi dia mendapat keterkejutan lainnya saat melihat
jumlahnya. Itu seluruhnya berjumlah sepuluh— Dia pasti adalah pengguna
art berangking tinggi untuk membuat element sebanyak ini hanya dengan
satu gerakan.
Gadis itu menunjuk keluar jari jempol, telunjuk,
dan jari tengahnya di antara sepuluh jari kecil itu yang dia punya di
atas pipa kaca itu dan perlahan berguman.
"Burst element."
Tiga
dari aerial elements tertembak keluar dengan cahaya hijau pada saat
itu, menyebabkan suara keras yang terdengar dari bawah. Disk logam yang
dinaiki oleh tiga manusia dengan segera mulai untuk naik seolah-olah itu
ditarik terus oleh tangan yang tak terlihat.
"Jadi seperti itu! Jadi itu bagaimana benda itu bekerja, huh."
Eugeo
akhirnya mengerti dasar dibalik bagaimana disk itu naik dan turun
dengan Suara Kirito kelihatannya sangat senang. Aerial elements telah
dilepaskan di dalam pipa kaca mengalir melalui disk, yang memungkinkan
berat tiga manusia dan disk itu sendiri untuk diangkat ke atas oleh
pelepasan dari ledakan yang dihasilkan oleh hembusan angin ke bawah.
Itu
adalah mekanisme sederhana yang sekarang baru dia tahu, tapi gerakan
disk itu sangat pelan hingga pada titik dimana itu hampir tidak dapat
merasakan apapun. Disamping dari tekanan yang entah bagaimana dia
rasakan saat mulai naik, yang melalui udara dengan hampir tidak terasa
berguncang.
Lantai kelima puluh dengan cepat menghilang ke
kejauhan di bawah dan Eugeo sekali lagi menyadari bahwa disk kecil ini
dapat naik menuju katedral lantai kedelapan puluh, itu adalah,
ketinggian yang cukup tinggi untuk menyentuh awan. Mengusap telapak
tangannya yang berkeringat pada celananya, dia menggenggam erat pada
pegangan itu.
Kirito yang ada di sampingnya, tetapi, hanya
memiliki ekspresi tenang seolah-olah dia pernah menaiki sesuatu yang
sama di masa lalu, menyebabkan dia berseru dan terkagum, meskipun
perhatiannya kemudian beralih dari disk menuju manusia yang
mengoperasikannya dan bertanya saat melihat ke arah gadis itu.
"Berapa lama kau telah melakukan pekerjaan ini?"
Gadis itu merespon dengan suara yang sedikit bingung, dengan wajahnya yang masih tersembunyi.
"Ini akan menjadi keseratus tujuh tahun semenjak sacred task ini telah diberikan padaku."
"Seratu..."
Bahkan
melupakan tentang kekosongan di bawah kakinya, Eugeo membuka lebar
matanya. Dia bertanya dengan terbata-bata sebagai ganti dari Kirito.
"S-Seratus tujuh tahun...kau telah mengoperasikan disk ini sepanjang waktu!?"
"Aku
tidak mengoperasikan itu...Sepanjang waktu. Aku menerima istirahat
makan di siang hari dan tentu saja, aku diperbolehkan untuk istirahat di
malam hari."
"E-Erm...Itu benar-benar bukan yang aku maksud..."
—Tidak.
Itu
bagaimana yang terjadi. Gadis itu pasti telah mendapati Lifenya telah
dibekukan seperti Integrity Knight, dan hidup di atas satu disk logam
untuk yang dapat dikatakan selama-lamanya.
Eugeo mempercayai
bahwa nasib itu jauh lebih kejam, lebih terabaikan, dan lebih suram
dibandingkan dengan Integrity Knight, yang memberikan seluruh waktu
mereka untuk bertarung.
Disk logam itu perlahan tapi terus
menerus naik. Gadis itu menyembunyikan semua emosinya di bawah bulu
matanya yang menutupinya, menciptakan aerial element lagi ketika itu
telah habis, dan melepaskan itu sekali lagi. Eugeo bertanya-tanya berapa
banyak dia telah mengulangi kata, "burst", menggumankan itu dengan
selama setiap putaran, tapi tentu saja, itu sangat mudah untuk melebihi
imajinasinya.
"Kau...Siapa namamu?"
Kirito tiba-tiba bertanya.
Gadis itu memiringkan kepalanya untuk waktu yang terlama hingga sejauh ini, sebelum menjawab dengan berguman.
"Namaku...Aku
tidak dapat mengingatnya. Semua nona dan tuan yang terhormat telah
menganggapku sebagai «Elevating Operator». Elevating Operator...Itu
adalah namaku."
Itu kelihatannya Kirito tidak memiliki respon
untuk hal ini. Eugeo, yang secara tidak sengaja menghitung teralis yang
telah lewat dan sekarang melebihi dua puluh, merasa keinginan yang
mengisi keheningan yang menekan di belakangnya dan membuka mulutnya.
"...Hei...hei,
kita di sini untuk mengalahkan orang terpenting dari Gereja Axiom.
Seseorang yang memberikan kau sacred task ini."
"Aku mengerti."
Itu semua adalah jawaban gadis itu. Tapi Eugeo melanjutkan dengan kata-katanya, mungkin tanpa tujuan yang jelas di pikirannya.
"Jika...Gereja tidak ada lagi dan kau terbebas dari sacred task ini, apa yang akan kau lakukan...?"
"...Terbebas...?"
Setelah
mengulangi kata itu dengan nada goyah, gadis yang bernama Elevating
Operator itu terus saat mereka telah melewati lima teralis lainnya.
Setelah
melihat ke arah atas, Eugeo menyadari langit-langit berwarna abu-abu
terlihat oleh tanpa mereka tanpa sadar. Itu pasti adalah bagian dari
katedral lantai kedelapan puluh. Mereka akhirnya hendak melangkahkan
kaki mereka menuju bagian inti sebenarnya dari Gereja Axiom.
"Aku...tidak mengetahui dunia apapun selain dari disk yang bergerak ini."
Gadis itu tiba-tiba berbicara dengan kata-kata yang bimbang.
"Karena
itu...Aku tidak dapat memutuskan untuk sacred task baru bahkan oleh
desakan kalian...Tetapi, jika maksudmu dalam arti sesuatu yang ingin
kulakukan..."
Wajahnya yang selalu tertunduk selama sepanjang
waktu terangkat dan gadis itu menatap pada jendela yang, panjang dan
sempit di dinding kanan—pada langit bagian utara yang cerah yang
terbentang di luar itu.
"...Aku ingin untuk terbang bebas dari disk yang bergerak ini...menuju langit itu..."
Dia
akhirnya dapat melihat mata gadis itu sekarang yang biru gelap, biru
tua yang gelap, seperti langit biru di puncak musim panas.
Begitu aerial element terakhir bersinar dan menghilang, disk itu mencapai teralis ketiga puluh dan perlahan menjadi berhenti.
Gadis
pengoperasi elevator itu melepaskan tangannya dari pipa kaca itu,
menaruh itu bersama-sama di depan apronnya, dan menundukkan kepalanya
dengan dalam.
"Terima kasih atas kesabaran kalian, kita telah sampai di lantai kedelapan puluh, «Cloudtop Garden»."
"...Terima kasih."
Baik Eugeo dan Kirito menundukkan kepala mereka dan berjalan menuju teralis dari disk.
Gadis
itu mengangkat kepalanya sekali lagi, dan setelah tundukan yang ringan
lainnya, dia menggerakkan disk itu untuk turun dengan aerial element
yang lemah. Suara yang terdengar, seperti angin dingin dari musim
dingin, dengan segera menghilang dari kejauhan dan tubuhnya menghilang
menuju kedalaman dari kegelapan biru itu, dunia kecil dari besi itu,
mengurungnya untuk selama-lamanya.
Eugeo mengambil nafas dalam tanpa menyadarinya.
"...Aku
pikir sacred task terakhirku adalah yang terburuk di dunia ini ketika
itu terlihat seperti tidak akan berakhir, tapi..."
Setelah dia berguman itu, Kirito mengangkat alisnya dan melihat ke arahnya.
"Jadi
itu cukup bagus bahwa aku dapat pension setelah menjadi tua dan menjadi
tidak dapat mengayun kapak itu, ketika aku membandingkan itu dengan
sacred task gadis itu, itu hanya..."
"Cardinal mengatakan
membekukan Life seseorang dari pengurangan secara alami melalui upacara
art tidak melindungi terhadap penuaan jiwa. Itu perlahan akan melewati
batas dari ingatan seseorang dan orang itu akhirnya akan hancur."
Kirito,
yang menjawab dengan nada depresi, menggerakkan tubuhnya dengan
kekuatan, seolah-olah mencoba untuk menghilangkan kalimat pemikiran itu,
dan membalikkan punggungnya pada lubang yang dalam itu.
"Apa
yang Gereja Axiom lakukan sebelumnya sangatlah salah. Karena itu kita
disini untuk mengalahkan Administrator. Tapi itu tidak mengakhiri
semuanya, Eugeo. Tantangan sebenarnya terbentang melebihi itu..."
"Eh...? Bukankah kita cukup untuk meninggalkan sisanya pada Cardinal-san dari sebelumnya jika kita mengalahkan Administrator?"
Kirito
menggerakkan mulutnya ketika Eugeo bertanya, seolah-olah dia hendak
mengatakan sesuatu, tapi ketidakpastiaan yang tidak seperti sikap
pastinya yang biasa terlihat di mata hitamnya dan dia berakhir
mengalihkan wajahnya.
"Kirito...?"
"...Tidak, mari kita
bicarakan hal itu setelah kita mendapat kembali Alice. Ini bukan
waktunya untuk memikirkan tentang sesuatu yang tidak perlu."
"Itu... benar, tapi meski begitu."
Kirito
mulai berjalan melewati koridor dengan langkah cepat, seolah-olah ingin
melarikan diri dari ekspresi yang berasal dari Eugeo saat dia
memiringkan kepalanya. Eugeo mengejarnya dengan ekspresi yang tidak
dapat dijelaskan, tapi perasaan tegang yang keluar dari dalam tubuhnya
menyapu keraguan lemahnya dengan sekejap mata setelah pintu besar yang
berdiri di bagian ujung dari koridor pendek itu terlihat oleh pandangan
mereka.
Melihat bagaimana lima Integrity Knight telah berkumpul
di lantai kelima puluh, orang yang mengkordinasikan tindakan perlawanan
terhadap penyusup—kelihatannya Kepala Pemimpin yang Fanatio pernah sebut
telah bermaksud untuk menghentikan mereka berdua dengan segala cara.
Fakta bahwa mereka sebenarnya telah menghentikan serangan hebat knight
itu dan mendapatkan kemenangan entah bagaimana itu pasti sangat
mendekati keajaiban.
Mereka menembus barisan pertahanan dan
memanjat hingga sedekat ini dengan lantai tertinggi sudah pasti bahwa
Kepala Pemimpin itu akhirmya mengirim seseorang dengan potensi bertarung
yang tinggi tanpa keraguan. «Komandan Integrity Knight» bersama dengan
semua Integrity Knight yang tersisa, dan juga pengguna sacred art
berangking tinggi, baik pendeta dan sister itu, mungki sedang menunggu
di balik pintu ini, sebagai contoh—hal seperti itu mungkin benar-benar
akan terjadi.
Tapi selama tidak ada jalan yang lain, kita tidak
dapat melakukan apapun selain menembus halangan apapun yang berdiri
dihadapan kita dari depan.
Kita dapat melakukannya. Dengan Kirito dan aku bersama-sama ada di sini.
Eugeo
dengan kuat bertukar pandangan dengan patnernya, yang berdiri di
sampingnya, dan mereka mengangguk bersamaan. Mengulurkan tangan mereka
secara bersamaan, mereka menaruh telapak tangan mereka pada pintu kiri
dan kanan secara berturut-turut dan dengan kuat mendorong itu.
Pintu batu itu perlahan mulai terbuka di kiri dan kanan dengan suara kelam.
"......!"
Kelima
inderanya telah terhisap oleh warna yang menyebar dihadapan matanya,
suara aliran air, dan aroma harum pada saat itu, menyebabkan sakit
kepala yang sebentar.
Tidak ada kesalahan bahwa mereka berada di
dalam menara. Lantai marbel putih seperti lantai di bawah dapat
terlihat dari kejauhan.
Tetapi, ruangan yang luas itu tidak
tertutupi oleh batu seperti bagaimana itu telah ada hingga sejauh ini.
Sebaliknya, rumput tebal, yang nyaman terbentang di sana. Sacred flowers
dari berbagai warna, kelihatannya adalah sumber dari aroma ini, telah
bermekaran di sini dan diatas halaman itu.
Apa yang mengejutkan
dia lebih jauh adalah aliran air murni, yang kecil mengalir dari jarak
yang cukup dekat, permukaan airnya berkilauan dengan cahaya. Sebuah
jalan dari batu bata yang kecil itu memanjang dari pintu dimana mereka
berdua berdiri, membelah pada halaman, dan terus berlanjut setelah
jembatan kayu yang terbentang di atas sungai kecil itu.
Bukit
kecil yang terlihat dibalik sungai itu. Jalan itu berliku-liku pada
tanah yang mendaki dengan bunga yang berlimpah bermekaran. Setelah
mengikuti jalan dengan pandangannya, Eugeo menyadari satu pohon yang
tumbuh di puncak bukit itu.
Itu bukanlah pohon yang besar. Dia
dapat melihat daun hijau tua dan bunga, kecil berwarna orange dengan
bentuk silang pada batang tipisnya. Cahaya Solus, menyinari dari jendela
di dinding dekat langit-langit di atas, dengan tepat menyinari pada
pohon dan bunga yang tak terhitung jumlahnya berkilauan seolah-olah itu
dibuat oleh emas.
Batang tipis, yang berkaca juga disinari sinar
matahari dan bersinar—dan bagian bawahnya, juga, benar-benar bersinar
indah dengan warna emas yang berkilauan—
"Ah......"
Eugeo tidak menyadari suara pelan yang keluar dari mulutnya sendiri.
Setiap
dan semua pemikiran yang dia punya menjadi berhenti dengan sekejap
ketika dia melihat gadis yang duduk pada botong pohon dengan kelopak
matanya yang tertutup.
Seolah-olah gadis itu adalah ilusi yang
dibawa oleh sinar matahari yang bersinar indah melalui pohon itu, semua
bagian tubuh gadis itu terkena sinar matahari. Armor yang hebat menutupi
bagian atas tubuh dan tangannya dengan hiasan emas, rok panjangnya
berwarna putih murni juga, dengan benang emas yang tersulam pada kain
itu, dan bahkan sepatu kulit, putih yang dipoles memantulkan cahaya
tanpa cela yang diterima dari sinar matahari yang menyinarinya.
Tetapi,
apa yang berkilauan paling terang adalah rambut panjang, yang banyak
terurai. Rambut lurus, yang seperti emas dicairkan, membuat lengkungan
yang sempurna saat itu terurai menuju pinggangnya dari kepala kecilnya,
menghasilkan aliran dari cahaya yang indah.
Sinar yang hampir
dia lihat setiap hari, di waktu yang dulu di masa lalu. Dia tidak tahu
apakah nilainya atau keindahannya, sehingga menarik rambut itu dengan
bercanda dan mengikat ranting pada itu.
Cahaya emas itu,
menggambarkan pertemanan, keinginan, dan cinta yang samar-samar, telah
berubah hanya denganwaktu satu hari, tidak mendapat arti apapun selain
dari kelemahan, keburukan, dan sikap pengecut Eugeo. Dan kilauan itu
yang dia seharusnya tidak akan pernah melihatnya lagi sekarang berada di
dalam jangkauannya sekali lagi.
"Ah... Ali... ce..."
Bahkan tanpa menyadari suara serak yang keluar dari mulutnya sendiri, Eugeo berjalan maju dengan terhuyung-huyung.
Dia
secara tidak teratur mengikuti jalan batu bata itu. Tidak ada aroma
menyegarkan dari sacred flowers maupun suara menyejukkan dari air yang
memasuki kesadaran Eugeo lebih jauh lagi. Hanya panas dari tangan
berkeringatnya yang dengan erat mencengkram pada jubah bagian dadanya
dan pisau yang kelihatannya bergetar di dalam jubahnya yang mengurung
Eugeo dari dunia ini.
Melewati jembatan yang terbentang di atas
sungai kecil itu, menghitung dari lereng terdekat. Sudah kurang dari dua
puluh mel untuk sampai ke puncak bukit itu.
Ketika melihat ke
atas, dia dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu yang sedikit
tertunduk ke bawah. Tidak ada emosi yang terlihat pada kulit, putihnya
yang bisa dibilang mulus. Dia hanya tetap terdiam dengan matanya
tertutup, pikirannya kelihatannya terhanyut diantara kehangatan sinar
matahari dan aroma bunga.
—Apakah dia tertidur?
Jika aku
mendekat seperti ini dan cukup menusuk sedikit dengan pisau pada jari
yang saling terpegang di atas pangkuannya...Bukankah itu akan mengakhiri
segalanya?
Itu adalah ketika pikiran itu terlintas pada pikiran Eugeo.
Tangan kanan Alice terangkat tanpa suara dan jantung Eugeo berdetak saat langkahnya berhenti.
Mulut indahnya bergerak dan suara yang dirindukannya mencapai telinganya.
"Berikan
aku sedikit waktu lagi. Itu sudah lama semenjak kita mendapat cuaca
bagus seperti ini, jadi aku ingin untuk membiarkan anak ini untuk
bejemur di bawah sinar matahari lebih lama lagi."
Kelopak matanya, tersambung oleh bulu mata emasnya, perlahan terbuka.
Kedua matanya berwarna biru, yang tidak dapat dibandingkan di dunia, menatap lurus pada Eugeo.
Eugeo melihat pandangan dari tatapan Alice yang melunak, senyuman terbentuk di mulutnya.
Tetapi,
warna terang di mata birunya tidak berwarna lembut dari langit seperti
waktu yang dulu. Itu adalah warna es yang tetap membeku selama sepuluh
tahun, tidak akan meleleh tidak peduli berapa banyak sinar matahari yang
menyinarinya. Tertusuk oleh pandangan dinging yang menganggap mereka
penyusup, Eugeo tidak dapat menggerakkan kakinya.
Seperti yang diduga, pertarungan tidak dapat dihindari.
Bahkan
jika dia kehilangan ingatannya, dia harus menarik pedangnya kepada
gadis itu, yang tanpa keraguan adalah Alice Schuberg dari Rulid. Untuk
mengembalikan dia kembali ke bagaimana dia seharusnya. Tidak peduli
bagaimana sulitnya dia mengetahui pertempuran ini bisa diterima.
Tubuhnya
merasa kekuatan sebenarnya Integrity Knight Alice Synthesis Thirty dua
hari yang lalu, ketika pipinya telah diserang oleh sarung pedangnya.
Eugeo mungkin munkin tidak sadar saat terkena satu serangan itu, tapi
dia bahkan tidak dapat untuk mengikutinya dengan matanya. Itu akan
membuktikan bahwa berikutnya akan mustahil untuk mengalahkan swordswoman
dengan kemampuan seperti itu tanpa menerima luka yang berat, bukan?
Dia bukanlah musuh yang dapat dihadapi dengan bersikap lunak.
—Meski begitu, dapatkah aku benar-benar menebas bahkan sehelai rambut pirang itu?
Melihat saat aku bahkan tidak dapat mengambil langkah maju lainnya, lupakan untuk menarik pedangku.
Kirito
berbicara dari belakang Eugeo, yang masih berdiri dari konflik yang
mendadak, kata-katanya sangat jelas meskipun itu entah bagaimana sedikit
serak.
"Kau tidak bertarung di sini, Eugeo. Cukup pikirkan
tentang menusuk dengan benar pisau Cardinal pada Alice. Aku akan
menghentikan serangannya untukmu bahkan dengan mempertaruhkan hidupku."
"Ta...Tapi."
"Tidak
ada cara yang lain, situasi akan menjadi lebih buruk jika semakin lama
kita terseret dalam pertarungan. Aku akan menahan serangan pertama Alice
daripada menghindarinya dan menahannya seperti itu, jadi gunakan pisau
itu dengan segera. Mengerti?"
"......"
Dia dengan kuat
menggigit mulutnya. Pada akhirnya, dia telah membuat Kirito yang
berdarah baik pada pertarungan melawan Deusolbert dan pertarungan
melawan Fanatio. Meskipun bagaimana rencana berbahaya dengan melawan
Gereja Axiom awalnya tidak lebih berasal dari keinginan pribadi Eugeo.
"...Maaf."
Ketika dia berguman itu dengan malu, Kirito menjawab dengan nada yang sedikit mirip dengan nada biasanya.
"Kau
tidak perlu untuk meminta maaf. Aku akan mendapati kau harus membayar
semua itu beberapa kali lebih banyak dengan segera....Namun,
kesampingkan masalah itu..."
"...? Apa ada masalah?"
"Tidak...Dari
apa yang aku dapat lihat, dia tidak terlihat seperti dia benar-benar
bersenjata. Di samping itu...Siapa yang dia bicarakan ketika dia
mengatakan, 'anak ini'...?"
Diberitahu seperti itu, dia
memfokuskan matanya pada Alice, yang masih duduk di atas bukit. Kelopak
matanya sekali lagi tertutup dan sedikit melihat ke bawah, dia melihat
ke arah pinggangnya, sarung pedang emas yang telah tergantung di sana
ketika mereka pertama kali bertemu dengannya di Akademi Master Pedang
benar-benar tidak ada di sana sekarang.
"Mungkin dia
meninggalkan pedangnya ketika dia istirahat atau sesuatu seperti
itu...Itu akan menjadi bantuan yang hebat, bagaimanapun juga."
Berguman
dengan nada yang menunjukkan keyakinannya yang kurang pada hal seperti
itu, Kirito menggosok ganggang pedang hitamnya dengan tangan kirinya.
"Itu
tidak baik kepada Alice, tapi itu tidak seperti kita dapat menurutinya
sampai dia selesai berjemur di bawah sinar matahari. Entah dia memiliki
pedang atau tidak, bertarung dengannya sekarang akan mencegah dia dari
mengucap full control art setidaknya. Sejujurnya, itu akan sangat baik
jika kita dapat berharap jika kita dapat menyelesaikan ini tanpa dia
menggunakan itu."
"Aku rasa kau benar...Full control artku tidak
menggunakan banyak Life dari pedangku, jadi aku percaya aku masih dapat
menggunakannya dua kali lagi untuk hari ini, bagaimanapun juga..."
"Itu
akan sangat membantu. Dapat dikatakan, satu kali lagi adalah batas dari
sisiku. Dan seharusnya masih ada Komandan Integrity Knight setelah
Alice. Baiklah...Ayo pergi."
Kirito mengambil langkah maju dengan mengangguk pelan.
Meyakinkan pikirannya, Eugeo mengikuti di belakang.
Meninggalkan
jalan batu bata yang memutar di sekitar bukit, mereka langsung menuju
puncaknya. Langkah kaki mereka bergema di halaman.
Alice
perlahan berdiri ketika mereka berdua telah memanjat hingga setengah
perjalan ke bukit. Mata dinginnya yang bahkan tidak menunjukkan satupun
emosinya menatap ke bawah pada mereka berdua dibalik kelopak matanya
yang lembut itu.
Seolah-olah pandangan melakukan suatu jenis
upacara art, kedua kakinya bertambah berat dengan sekejap. Tidak peduli
bagaimana itu sudah jelas bahwa tidak ada sarung pedang yang terlihat
pada Alice, Eugeo merasa kakinya menolak untuk mendekati gadis itu lebih
jauh lagi. Apakah rasa takut telah terukir pada badannya setelah
menerima satu hantaman di pipinya? Tapi bahkan jika memang begitu, cara
berjalan Kirito juga kelihatannya seperti kehilangan kekuatannya juga,
saat dia berjalan di depan, bukan?
"...Pada akhirnya, kalian telah berhasil berjalan hingga sejauh ini, bukankah begitu."
Suara Alice yang jelas menggetarkan udara sekali lagi.
"Aku
menilai dengan memiliki Eldrie sendiri untuk bersiap-siap di taman
mawar akan cukup untuk menanggulangi bahkan dengan kesempatan kalian
berdua dapat melarikan diri dari penjara bawah tanah. Tetapi, kau telah
mengalahkannya dan lebih jauh lagi, menebas Deusolbert-dono dan bahkan
Fanatio-dono yang memiliki sacred instruments, melangkah pada tanah di
«Cloudtop Garden» ini."
Alisnya melengkung membentuk ekspresi
merengut yang samar-samar. Suara pelan dari mulut cherry blossom itu
terdengar sangat sedih.
"Apa sebenarnya yang memberikan kekuatan
seperti itu pada kalian berdua? Kenapa kalian sampai ingin untuk
mempengaruhi kedamaian dari Dunia Manusia? Kenapa kalian tidak mengerti
bahwa setiap Integrity Knight yang terluka akan menjadi suatu kemunduran
besar pada persiapan terhadap kekuatan kegelapan?"
—Ini semuanya untukmu, semuanya untuk itu.
Eugeo
meneriakkan itu di dalam hatinya. Tapi dia tahu bahwa itu tidak akan
berarti apa-apa pada Integrity Knight Alice yang berdiri di hadapan
matanya bahkan jika dia mengatakan itu keluar. Dengan kuat
menggeretakkan giginya, Eugeo hanya menaruh semuanya untuk menggerakkan
kakinya untuk maju.
"Seperti yang aku pikirkan—itu kelihatannya
aku harus menanyakan itu dengan pedangku. Baiklah...Jika itu adalah apa
yang kalian berdua inginkan."
Kata-katanya seperti desahan, Alice menaruh tangan kanannya pada batang pohon di sampingnya sebagai penyanggannya.
Tapi dia tidak memegang pedang—
Eugeo memikirkan itu di waktu yang hampir sama saat Kirito berseru "tidak mungkin".
Cahaya itu terlihat pada saat berikutnya da pohon kecil yang tumbuh di atas puncak bukit itu menghilang.
"——!?"
Meskipun terlambat, aroma, yang penuh dengan aroma manis dan tenaga, sangat banyak melayang, lalu menghilang tanpa jejak.
Sebelum
mereka mengetahuinya, tangan kanan Alice telah memegang sesuatu yang
seperti pedang panjang dengan bentuk. Tidak hanya sarungnya, tapi
semuanya dari penahan hingga gagangnya dibuat dari emas yang
menyilaukan. Desain yang berbentuk bunga silang menghiasi penahan itu.
Eugeo tidak dapat segera mengerti pada apa yang terjadi.
Pohon
itu telah menghilang, dan pedang itu muncul. Dengan kata lain, pohon
itu telah berubah menjadi pedang? Tapi Alice tidak mengucapkan upacara
art apapun. Bahkan jika itu hanya art ilusi atau sacred art berangking
sangat tinggi untuk perubahan, itu sangat mustahil untuk membuatnya
tanpa mengucapkan kalimat upacara.
Tidak. Jika pohon itu mengganti penampilannya hanya berdasar pada bayangan pikiran Alice—pada dasaranya, itu akan berarti—
Setelah sampai pada kesimpulan beberapa saat lebih cepat, Kirito mengeluarkan desahan yang dalam.
"Sial, ini benar-benar tidak bagus... apakah pedang itu sudah menjadi full control state?"
Melihat ke arah mereka berdua yang masih berdiri di sana, Alice mengangkat pedangnya secara horizontal dengan kedua tangannya.
Jyaa!
Pedang itu, dicabut dari sarungnya dengan deritan, aura terang berwarna
emas kekuningannya bahkan jauh lebih terang dari sarungnya, bersinar
berkilauan saat itu memantulkan cahaya Solus.
Kirito melancarkan
serangan kuat beberapa saat kemudian. Itu masih tidak jelas kekuatan
jenis apa yang ada pada pedang yang dipegang Alice, tapi dia menilai
bahwa itu akan sangat baik untuk membawa pada pertarungan jarak dekat
sebelum control art itu diaktifkan. Dengan kuat merusak rumput hijau,
dia memanjat delapan puluh persen dari bukit itu hanya dengan sepuluh
langkah.
Sementara memegang pada rantai yang ada di dadanya,
Eugeo dengan susah payah mengejar menuju patnernya juga. Kirito
kelihatannya tidak memiliki keinginan untuk menarik pedangnya. Itu
kelihatannya dia mencoba untuk menghentikan serangan pertama Alice
dengan tubuhnya seperti yang dia katakan. Bahkan jika itu menyegel
gerakannya, itu tidak akan bertahan lama. Sehingga, Eugeo harus memenuhi
tugasnya untuk menusuk dia dengan pisau tanpa membiarkan kesempatan itu
terlepas.
Ekspresi Alice bahkan tidak berganti sedikitpun
sementara melihat ke arah swordsman berjubah hitam yang mendekat. Dengan
gerakan yang kelihatan santai, dia perlahan mengacungkan pedang di
tangan kanannya.
Kirito hampir untuk memasuki jangkauan
tebasannya. Itu kelihatannya akan menjadi art menyerang dengan jangkauan
jauh seperti Deusolbert atau Fanatio. Jika memang seperti itu, bahkan
jika serangan awal akan menghentikan gerakan Kirito, Eugeo seharusnya
masih dapat berada dalam jangkauan untuk menusuknya dengan menggunakan
jeda itu.
Meyakinkan pikirannya dalam sekejap, Eugeo mengganti
pendekatannya dari sudut yang berbeda dengan Kirito dan terus berlari.
Tangan kanan Alice perlahan mengayun ke depan.
Pedang emas itu—menghilang.
"!?"
Untuk
akuratnya, itu tidak menghilang. Itu akan jauh lebih akurat untu
mengatakan bahwa itu terpencar. Pedang itu terbagi menjadi ratusan atau
ribuan serpihan dan menyerang Kirito seperti badai emas.
"Guah!!"
Ditelan dengan kilauan yang tak terukur, Kirito telah terjatuh, membuatnya tidak dapat bergerak, dengan rintihan.
Memanfaatkan seluruh dari kesempatan yang dibuat oleh patnernya, Eugeo menggeretakkan giginya dan berlari ke depan.
Tetapi,
angin emas yang menyerang Kirito tidak berhenti di sana. Itu
menyebabkan suara seperti angin dingin dan merubah arahnya ke kiri di
udara, menyapu Eugeo dari sisinya.
Dia dapat dengan susah payah
tetap berdiri dengan kakinya setelah hantaman itu. Seolah-olah dia
terlempar oleh tangan raksasa, Eugeo terjatuh di sisi kiri saat itu
juga.
Setiap serpihan, yang jika diukur tidak lebih dari sepuluh
cen, memiliki berat yang absurd. Terlempar ke halaman, Eugeo mengalami
rasa sakit yang membakar seluruh tangan kirinya yang melindungi wajahnya
dengan sekejap saat angin emas itu menyerangnya dan menahan
keinginannya untuk berteriak dan menggeliat kesakitan.
Tak
terhitung serpihan emas, yang menghentikan serangan mereka berdua dengan
mudah, membuat lengkungan saat itu melayang dan kembali ke samping
Alice. Tetapi, itu tidak kembali ke bentuk pedang tapi tetap melayang di
sekitar knight itu.
Jika dilihat lebih dekat, semua serpihan
kecil itu telah membentuk silang bahkan oleh bentuk wajik yang lebih
kecil saat itu tergabung bersama-sama. Itu memiliki desain yang sama
dengan penahannya—yang berarti itu memiliki bentuk yang sama seperti
bunga dari pohon yang tumbuh di bukit itu.
"—Apa kalian mengejekku? Bagaimana mungkin kalian bahkan dapat berlari ke arahku tanpa menarik pedang kalian?"
Alice menyindir mereka dengan tenang bahkan tanpa mengekspresikan satupun emosi seperti biasanya.
"Serangan
sebelumnya dimaksudkan untuk disampaikan sebagai peringatan. Tetapi,
serangan berikutnya akan melenyapkan semua Life kalian. Tunjukkan padaku
semua yang kalian punya, untuk demi semua Integrity Knight yang kalian
berdua telah kalahkan hingga sejauh ini juga."
Dia bersikap—lunak?
Meskipun kekuatan absurd itu...?
Di
dalam penglihatan Eugeo saat dia meringis dari dalam hatinya, tak
terhitung bunga emas membuat suara keras "jyakii" secara bersamaan.
Ketika dia berusaha melihat lebih keras, dia melihat ujung dari empat
kelopak, yang seharusnya berbentuk lingkaran dan halus, sekarang menjadi
runcing hingga ke titik dimana itu jauh lebih tajam dibandingkan dengan
ujung pedang. Dia tidak akan lolos hanya dengan terjatuh seperti
sebelumnya jika dia dihantam dengan benda seperti itu. Kulitnya akan
terkoyak dan itu mungkin bahkan akan menebas ke dalam tulangnya.
Sebuah ketakutan yang sangat dalam mengubah bentuknya menjadi air dingin dan memaksakan itu pada Eugeo, melumpuhkan perutnya.
Bahkan
jika hanya ada satu dari bunga seperti itu, Lifenya akan berkurang
secara drastis jika itu memotong ke dalam organ dalamnya. Dan meski
begitu serpihan yang berkilauan di sekitar Alice sekarang, seperti hujan
bunga yang hebat, berjumlah melebihi dua atau tiga ratus. Itu akan
mustahil untuk menangkis semuanya dengan pedang dan bahkan dapat
dikatakan, itu akan sangat mustahil untuk menghindari badai bunga itu
yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan tak terkendali di
udara. Dengan kata lain, full control art Alice benar-benar luar biasa
dan kuat—
Ya, itu benar-benar luar biasa.
Armament full
control art dengan sacred instruments benar-benar kemampuan yang sangat
kuat, tapi meski begitu, ada batasnya. Sifat asli dari art ini adalah
mengubah «ingatan» yang dimiliki oleh asal dari senjata, seperti itu,
apakah itu panas, dingin, keras, panas, dan seperti itu, menjadi
kemampuan menyerang dan itu tidak dapat melakukan apapun selain
menghilangkan aspek lainnya, dengan lebih mengkhususkan pada satu area
yang khusus.
Seperti full control art Wakil Komandan Integrity
Knight Fanatio yang dipantulkan oleh cemin kecil yang dibuat oleh
Kirito, sebagai hasil dari mengkhususkan terlalu banyak dari menusuk di
satu titik dengan memusatkan sinar cahaya.
Itu tidak diketahui
keberadaan macam apa yang pohon kecil itu yang kelihatannya adalah asal
dari sacred instrument Alice, tapi jika kekuatan di dalamnya dibagi
menjadi sangat kecil, menjadi berjumlah sangat banyak—seperti itu, jika
itu hanya mengejar akurasi, setiap kelopak telah kehilangan banyak
kekuatannya. Tidak peduli bagaimana Eugeo memikirkan itu, terkena satu
serpihan yang panjangnya bahkan tidak mencapai satu cen memiliki
kekuatan seperti tangan raksasa, saat dia telah mengetahui dengan
tubuhnya, melalui teori itu.
Jika itu dapat membuat fenomena
seperti itu, pohon kecil itu yang bermekaran dengan bunga orange
seharusnya memiliki prioritas yang sangat tinggi, bahkan melebihi asal
dari pedang Kirito, «Pohon Iblis», Gigas Cedar...
Kirito yang
terjatuh di depan, di sisi kiri, kelihatannya juga memikirkan hal yang
sama seperti Eugeo dalam sekejap, saat dia mengangkat wajahnya dengan
eskpresi keterkejutan dan ketakutan.
Tetapi, dia yang tidak
mengerti arti dari menyerah, menatap ke arah Eugeo dengan mata yang
memiliki kilauan dan menggerakan mulutnya secara perlahan.
«Ucapkanlah». —Segera mulai itu.
Benar,
itu sudah tidak mungkin untuk menerobos badai kelopak itu dari depan.
Karena itu, tidak ada pilihan lain selain untuk menahan pemiliknya
dengan full control art Blue Rose Sword. Alice telah menyebarkan pedang
yang hanya tersisa gagangnya dengan gerakan yang sama dengan kelopak itu
sebelumnya. Dengan kata lain, itu akan berarti awan bunga itu tidak
dimanipulasi seluruhnya oleh pemiliknya.
Masih dalam keadaan
terjatuh, Eugeo perlahan mengusap tangan kirinya pada gagang Blue Rose
Sword dan mulai mengucapkan full control art dengan volume yang hampir
tidak dapat didengar. Tidak ada yang dapat dilakukan jika Alice
menyadarinya dan menyerang, tapi Kirito seharusnya akan melakukan
sesuatu tentang itu.
Seperti yang dia duga, Kirito bangun dengan
gerakan yang berlebihan, saat Eugeo mulai mengucapkannya, dan berteriak
dengan suara tegang.
"Aku ingin untuk meminta maaf untuk
melakukan hal yang tidak sopan pada Integrity Knight yang terhormat!
Aku, Swordsman-in-training Kirito, secara resmi ingin meminta, untuk
bertarung dengan menggunakan pedang biasa dengan Integrity Knight
Alice!"
Setelah memukul dadanya dengan tangan kanannya dan
membungkukkan badannya, dia memegang pedang pada bagian gagangnya di
bagian kiri pinggangnya. Pedang hitam legam tertarik dengan suara keras
dan melengking "jyari" dan telah diangkat tinggi seolah-olah itu mencoba
untuk membelah menjadi dua cahaya emas yang menutupi knight itu.
Alice
menatap dengan keras kepada swordsman berjubah hitam dengan mata biru
itu terasa seolah-olah itu dapat melihat ke dalam semuanya dan menjawab
setelah mengedipkan matanya satu kali.
"—Baiklah, aku akan mengetes bagaimana dalamnya hati buruk yang berada pada kalian melalui ilmu pedang."
Dia
perlahan mengayun gagang pedang di tangan kanannya. Dan dengan itu, tak
terhitung bunga emas yang melayang di sekitarnya berterbangan menuju
tangan Alice dengan suara dari aliran angin, meninggalkan sedikit celah
saat itu menyatu di depan gagang yang dipegangnya. Suara metal "jyakin"
terdengar dan kelopak itu menyatu, mengembalikan bentuknya menjadi
pedang emas panjang.
Menghadapi Alice, yang memposisikan
pedangnya di posisi tengah dengan gerakan anggun dan mulai begerak
seperti itu, Kirito, yang mempersiapkan pedangnya dengan posisi rendah,
dia lalu berteriak padanya sekali lagi.
"Salah satu dari kita
tak dapat dihindari akan kalah setelah saling menyilangkan pedang, jadi
aku memohon agar kau dapat memberitahuku satu hal sebelumnya. Aku yakin
bahwa pohon di atas bukit sebelumnya adalah bentuk sacred instrumentmu
di waktu yang lalu, tapi kenapa pohon kecil seperti itu memiliki
kekuatan seperti itu?"
Itu sudah pasti bahwa itu adalah
pertanyaan untuk mengulur waktu, tapi Kirito benar-benar ingin
mengetahui misteri dibalik full control art pedang emas itu, mungkin.
Tentu saja, Eugeo sangat tertarik pada itu juga. Dia menajamkan
pendengarannya sementara melanjutkan mengucapkan upacara art.
Alice
berhenti setelah mengambil tiga langkah ke depan. Dia tetap terdiam
untuk sebentar, dan lalu menggerakkan mulutnya dengan gerakan yang
pelan.
"Tidak ada tujuan untuk memberitahu kalian berdua dengan
kematian kalian yang sudah dekat, tapi...Aku rasa itu dapat menjadi
sebagai bantuan dalam perjalanan kalian menuju Celestial World. Sacred
instrumentku bernama, «Fragrant Olive Sword». Seperti yang dikatakan
namanya, itu adalah pohon zaitun harum dengan tidak ada satupun aspek
yang beraturan sama sekali."
Pohon zaitun harum adalah pohon
berukuran kecil yang membuat bunga kecil berwarna orange di musim gugur.
Itu sangat jarang untuk tumbuh di daerah sekitar Rulid, tapi sekarang
dia telah mengtakannya, dia telah melihat berkali-kali di pusat. Itu
tidak dapat dikatakan bahwa itu jenis yang langka, seperti Gigas Cedar
yang hanya ada satu-satunya di dunia.
"Ya, itu hanya pohon kecil
seperti yang kau katakan. Kecuali itu hanya satu-satunya yang bertahan
selama ini. —Tempat ini dimana Katedral Pusat dibangun sekarang adalah
«Starting Land» yang diberikan kepada manusia oleh Dewi Pencipta Stacia
di masa lalu yang sudah lama berlalu. Sumber air panas yang indah
mengalir keluar dari pusat desa kecil dan satu pohon zaitun harum itu
tumbuh pada pinggirnya...atau seperti itu yang bagian pertama dari
catatan penciptaan katakan. Pohon itu adalah bentuk asal dari pedangku.
Aku harap kalian mengerti ini, Fragrant Olive Sword ini adalah
keberadaan tertua diantara semua hal di alam Dunia Manusia."
"Ap...Apa yang kau katakan..."
Sebagai perbandingan dengan Kirito yang keheranan, Alice melanjutkan merangkai kata-katanya secara bersamaan tanpa emosi.
"Pedang
ini adalah bentuk renkarnasi dari pohon yang diberikan oleh Dewi
Pencipta. Atributnya adalah «keabadian yang terus ada». Bahkan salah
satu kelopak yang melayang itu dapat membelah batu saat tersentuh atau
menghancurkan tanah...Seperti yang telah kalian rasakan dengan tubuh
kalian sendiri sebelumnya. Apa kau mengerti apa sebenarnya yang kau
lawan dengan pedangmu?"
"...Yeah, aku benar-benar mengerti sekarang."
Kirito berbicara dengan cara bicara sopannya telah menghilang.
"Aku
mengerti, ini adalah immortal object pertama yang dipasang oleh Dewi
Pencipta...Jadi seperti itu, huh. Huh, hal yang datang pada kita menjadi
lebih dan lebih menggelikan... bahkan jika begitu, itu tidak seperti
aku dapat melanjutkan dengan terpaku."
Kirito perlahan mengayun
pedang hitam, yang mungkin jauh lebih rendah tingkatannya dibandingkan
dengan Fragrant Olive Sword bahkan jika itu memiliki tipe asal mula yang
sama, dengan posisi bagian atas tubuh dan berteriak.
"Jadi sekarang, Integrity Knight Alice...Mari kita mulai lagi pertarungan kita!"
Udara
itu bergetar saat swordsman berjubah hitam itu menghentakkan kakinya ke
tanah. Dia menyerbu ke depan menuju Alice, yang berdiri di puncak
bukit, dengan kecepatan yang membuat itu sulit dipercaya bahwa dia
bergerak ke atas bukit.
Tidak peduli bagaimana kuatnya pedang
Alice, Kirito pasti berpikir bahwa dia dapat mendapat keuntungan jika
dia membawa skill tebasan beruntun dalam pertarungan jarak dekat.
Fanatio dapat menahan dengan kecepatan tinggi dari skill tebasan
beruntun di pertarungan sebelumnya karena dia telah mempelajari itu
melalui keadaaan pribadinya, dia seharusnya adalah pengecualian diantara
Integrity Knight.
Saat Kirito dan Eugeo memprediksikannya,
Alice patuh mengangkat pedangnya di atas kepala terhadap tebasan bawah
Kirito. Dia tidak akan dapat untuk melindungi bagian tengahnya ketika
tebasan bawah itu tersambung menuju bagian tengah dengan kecepatannya.
Pedang
yang diayunkan oleh Kirito ke bawah berubah menjadi petir hitam dan
berhantaman dengan Fragrant Olive Sword, mengeluarkan percikan api putih
kebiruan.
Tetapi, itu tidak segera berlanjut menuju serangan kedua seperti teori tersebut.
Setelah
semua, dibandingkan dengan bagaimana pedang Alice yang hanya bergerak
sedikit, Kirito, seseorang yang menyerang, telah terdorong dengan berat
ke belakang seperti dia telah memukul batu besar dengan ranting,
menggoyahkan posisinya.
"Uoah..."
Berbalik menuju Kirito
yang telah kehilangan keseimbangannya pada permukaan tanah yang miring
dan terhuyung dua, tiga langkah, Alice mendekat dengan gerakan kaki yang
halus seperti aliran air.
Bahkan saat jari dari tangan kirinya
yang terulur sedang menunjuknya. Tubuhnya cukup lebar, pedang emasnya
terangkat lurus ke belakang. Itu adalah tradisional style yang tidak
dapat dikatakan cocok untuk pertarungan sebenarnya tidak seperti Aincrad
style, tapi penampilannya ketika berdampingan dengan rambut pirangnya
yang terurai dan roknya yang berkibar sangat indah seperti lukisan yang
berbingkai.
"Eeeh!"
Pedang itu membuat lintasan setengah
lingkaran saat itu melancarkan serangan bersamaan dengan teriakan keras
dan jelas itu. Kecepatannya benar-benar menakutkan. Tapi gerakan itu
benar-benar jauh dari terlalu berlebihan.
Setelah memperbaiki posisinya, Kirito memiliki waktu yang cukup untuk menaruh pedangnya pada sisi kirinya.
Gakaan! Dua pedang itu saling berhantaman dengan suara keras.
Seseorang
yang berputar seperti gasing sementara terlempar jauh kali ini sekali
lagi adalah Kirito. Menahan tangannya pada rumput, dia menghindari dari
hampir terjatuh ke bawah sementara meluncur ke bawah menuju dasar bukit
itu.
Hingga saat ini, Eugeo, juga, mengerti apa yang telah terjadi di hadapan matanya setidaknya.
Beban dibalik tebasan individual mereka benar-benar berada pada level yang berbeda.
Kirito
memiliki pedang hitam, memiliki prioritas yang bisa dibilang paling
tinggi diantara hampir semua sacred instrument, dan skill tebasan
beruntun dari Aincrad style, yang mengalahkan sejumlah Integrity
Knights, tapi Fragrant Olive Sword yang Alice bawa mungkin
menyembunyikan beban beberapa kali lebih berat dari pedang hitam di
dalam itu sendiri. Itu adalah tugas yang cukup sulit untuk menghentikan
serangannya, lupakan menangkisnya, ketika itu diayun dengan kecepatan
seperti itu.
Tidak, itu bukanlah menjadi akhirnya. Saat itu
menjadi jelas dari pertarungan sebelumnya, Kirito adalah seseorang yang
terpukul mundur bahkan ketika dia menyerang. Ini bukanlah suatu
pertarungan.
Kirito sepertinya telah menyadari fakta itu dan
dengan cepat berdiri, meskipun dia mengambil beberapa langkah menuju ke
belakang dengan ekspresi ketakutan. Alice mengejar dia ke belakang
seolah-olah dia meluncur.
Pertarungan ini dapat dikatakan
menjadi pertarungan pertama Kirito dalam dua tahun yang menjadi
pertarungan yang tidak seimbang.
Alice memberikan tebasan demi
tebasan dengan gerakan penari. Kirito mencoba yang dia bisa untuk
menahannya tapi mendapati sedikit terlempar setiap waktu. Dia pasti
memiliki kesempatan untuk menyerang balik jika dia dapat menghindar
hanya dengan menggeser tubuhnya, tapi pedang Alice benar-benar cepat
dengan arahan yang tepat meskipun ukurannya besar, membuat itu sulit
menghindarinya dengan baik.
Menyelesaikan dengan mengucapkan
upacara art bahkan sementara gemetar dengan ketakutan, Eugeo mengejar
pada mereka berdua yang terus bergerak di sekitar. Dengan suatu hal
telah berlanjut hingga sejauh ini, dia tidak memiliki pilihan selain
untuk mengaktifkan armament full control art sementara Kirito entah
bagaimana menahan serangannya.
Setelah hanya bergantian lima
kali menyerang dan bertahan yang tidak membutuhkan waktu lama, Kirito
telah terdorong hingga ke dinding barat. Di belakangnya adalah dinding
marbel keras dengan semua rute melarikan diri telah terpotong.
Menghunuskan pedangnya pada musuh, yang sekarang terjebak dalam keadaan sulit. Alice berbicara dengan ekspresi menyegarkan.
"Aku
mengerti. —Kau adalah orang kedua yang dapat menahan seranganku hingga
selama ini. Itu kelihatannya kau telah memanjat menara ini dengan
tingkat yang cukup dari ketetapan hati dan keyakinan. Tetapi...Itu semua
tidak cukup untuk menjatuhkan gereja. Seperti yang aku pikirkan, aku
tidak dapat membiarkan kalian berdua untuk menganggu hukum Dunia
Manusia."
Knight emas itu berdiri dengan postur halus yang tidak
menunjukkan celah. Dia mungkin dapat dengan sekejap menangani dengan
pengaktifan upacara art dari Eugeo, bahkan jika dia berada di
belakangnya.
Kirito—katakan sesuatu. Untuk sebentar saja tidak apa-apa, buat dia menurunkan pertahanannya.
Eugeo
berdoa dengan semua yang dia punya saat dia berlari, tapi patnernya
hanya menyandarkan punggungnya pada dinding marbel, kedua matanya
bersinar, dan bahkan tidak berusaha untuk mencoba berbicara satu
katapun.
"Jadi baiklah—persiapkan dirimu."
Fragrant Olive Sword telah membuat lintasan busur saat itu mengarah ke langit, terayun vertical.
Keheningan yang singkat.
Menebas melalui udara, cahaya emas itu menyerbu.
Kedua
matanya terbuka hingga pada batasnya, Kirito menggerakkan tangan
kanannya dengan sangat cepat hingga itu menjadi samar-samar.
Dia
tidak menahannya, tapi membiarkan serangan itu berlalu. Pedang itu
telah menyentuh tepat pada sudut terendah dan serangan keras Alice yang
mengerikan telah dihindari dengan sedikit kesempatan.
Apa yang
Fragrant Olive Sword telah tusuk ke dalam dengan hantaman keras
adalah—satu cen bagian kiri dari kepala Kirito, dinding marbel yang
halus. Beberapa helai rambut hitam yang terpotong tersebar ke udara dan
menghilang.
Kirito dengan segera melompat menuju Alice. Dia
menjepit tangan kanan knight itu dengan tangan kirinya dan memegang
tangan kirinya dengan tangan kanannya. Dia bahkan tidak pernah gemetar
meskipun sekali sampai sekarang, tapi pipi Alice masih merengut seperti
waktu sebelumnya.
Sekarang.
"Enhance armament!!"
Eugeo menusuk Blue Rose Sword pada halaman di bawah kakinya dengan teriakan itu.
Sekelilingnya
menjadi membeku dengan warna putih dengan sekejap. Gelombang es yang
menyebar keluar dengan kekuatan yang bergerak dengan cepat, menelan
Kirito dan Alice yang kira-kira sepuluh mel jauhnya.
Tak
terhitung sulur es dengan segera menjangkau kaki mereka secara
sekaligus. Semuanya menjadi jelas, pengekang biru saat itu melingkar dan
mengikat di sekitar mereka berdua yang menghubungkan mereka. Jubah
hitam Kirito dan armor putih Alice yang terlihat menjadi tertutup oleh
lapisan es yang tebal.
Kirito—Alice, maafkan aku!
Meneriakkan
itu di dalam hatinya, Eugeo melanjutkan membuat sulur es. Itu sangat
meragukan beberapa jumlah pengekang akan cukup dengan Integrity Knight
Alice sebagai targetnya.
Sulur yang melilit pada mereka satu demi satu dengan suara keras yang segera berganti menjadi es yang tebal.
Pilar
transparan dengan beberapa lapis, menyerupai biji kristal, berkilauan
dengan kedua swordsman dan swordswoman terperangkap di dalamnya.
Semua
yang tertahan diluar adalah tangan kanan Alice dan Fragrant Olive Sword
yang dipegangnya, tertusuk pada dinding. Ekspresi Alice, menunjukkan
sedikit keterkejutan, dan ekspresi Kirito, bersiap untuk mati, yang
masih tersisa di dalam es biru itu.
Semuanya akan berakhir dengan menusukkan pisau itu pada tangan itu.
Eugeo
melepaskan tangannya dari Blue Rose Sword dan berdiri. Membiarkan
pedangnya akan melepaskan full control art, tapi es yang tebal itu
seharusnya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mencair normalnya.
Dengan erat menggenggam pisau di sakunya dengan tangan kanannya, dia
mengambil satu, dua langkah ke depan—
Dia mengambil langkah ketiga saat cahaya emas itu meledak.
"Ah......"
Pedang Alice, yang tertusuk pada dinding, terpencar menjadi tak terhitung kelopak bunga pada pandangan Eugeo yang ketakutan.
Zaa... Suara yang keras itu bergema saat badai emas dari bunga itu menyelimuti es itu.
Eugeo
tidak dapat melakukan apapun selain melihat dengan terpaku saat pedang
kecil, berbentuk silang itu berputar seperti tornado, dengan cepat
memotong es itu. Life Eugeo kelihatannya akan menghilang jika dia lurus
menuju badai itu, bahkan sebelum mengambil satu langkah ke depan.
Memotong es itu, badai bunga itu melayang di udara setelah hanya lapisan tipis yang tersisa.
Es itu hancur dengan suara singkat pada saat itu juga.
Melempar
Kirito, yang masih tertahan, menuju Eugeo dengan tangan kirinya, Alice
berbicara dengan nada yang tetap tidak berbeda sementara mengibaskan
serpiha es yang menempel pada rambutnya.
"—Bukankah kalian
berdua meminta pertarungan dengan menggunakan pedang? Itu sedikit cocok
sebagai hiburan, tapi...Itu sudah jelas bahwa hanya es saja tidak
memiliki kesempatan untuk menahan bungaku. Giliranmu akan datang
berikutnya, jadi jangan berlaku semaumu dan cukup tunggu."
Ketika
dia dengan ringan mengulurkan tangan kanannya keluar, kelopak bunga
yang melayang di sekitar dengan sekejap berkumpul dan kembali menuju
pedang aslinya—
"Enhance armament!!"
Kirito adalah seseorang yang berteriak.
Tidak
ada yang tahu kapan dia menyelesaikan mengucapkan full control art,
tapi untaian kegelapan melesak keluar dari pedang hitam yang digenggam
oleh kedua tangannya.
Tujuannya bukanlah Alice itu sendiri—
Itu adalah Fragrant Olive Sword tepat sebelum itu dapat tergabung secara bersamaan.
"Eh...!"
Alice mengeluarkan suara terkejut untuk pertama kalinya.
Tombak kegelapan itu menyebarkan kelopak bunga yang tak terhitung dan membuat mereka dilluar kendali.
Guaaah!
Suara gemuruh yang memekakkan telinga saat badai, kegelapan yang hitam
pekat dan emas, dengan keras berhantaman. Itu terjalin, serta berputar
secara bersamaan, dan menghantam pada dinding marbel di belakang Alice.
"Eugeo——!!"
Teriak Kirito.
Benar, ini pasti, adalah, kesempatan terakhir.
Eugeo menarik pisau dari dadanya dan menghentakkan kakinya ke tanah.
Hanya delapan mel menuju Alice.
Tujuh mel.
Enam mel.
Lalu. Sesuatu yang melebihi perkiraan semua orang terjadi.
Kekuatan
abnormal yang dimiliki oleh tombak dengan menggabungkan full control
arts dari kedua sacred instruments mengenai dinding Katedral Pusat dan
tak terhitung retakan menyebar pada seluruh dindingnya.
Bersamaan
dengan suara keras yang kelihatannya bahkan mengguncang Celestial
World, dinding marbel besar itu—dinding putih itu, yang terpikir tidak
dapat hancur seperti «immortal walls», runtuh.
Batu-batuan itu terlempar keluar dan lubang besar yang tercipta dengan cepat dihadapan matanya.
Eugeo menatap pada langit biru dan kumpulan awan putih yang terlihat dari luar, dengan tertegun.
Tiba-tiba,
hembusan angin keras menjatuhkan Eugeo dari belakang dan dia terdorong
menuju rumput-rumputan. Udara di dalam menara itu dihisap melalui lubang
di dinding itu. Dua orang yang tepat di sekitar lubang itu tidak dapat
melakukan apapun selain untuk menahan tekanan udara itu.
Pemandangan
dari swordsman berjubah hitam dan knight emas yang terikat denang satu
sama lain terlempar keluar menara yang terbakar sendiri dihadapan mata
Eugeo.
"Uwaaaaah!!"
Sementara berteriak, Eugeo merangkak menuju lubang di dinding.
Apa
yang dapat aku lakukan—membuat tali dengan sacred arts—tidak, aku akan
menggunakan es dari Blue Rose Sword untuk menyelamatkan mereka berdua.
Dia tidak diberikan waktu untuk menaruh pemikiran itu menjadi perbuatan.
Batu
yang membuat dinding marbel itu yang seharusnya telah terjatuh keluar
berkumpul secara bersamaan seolah-olah waktu telah diputar kembali dan
mulai untuk bergabung secara bersamaan pada seluruh dinding itu.
Clung, clung, suara keras itu berbunyi setiap kali lubang itu menutup—
"Aaaaaah!!"
Dan
dengan rapi tertutup dihadapan mata Eugeo, teriakan keluar darinya
sementara dia berlari secepat yang dia, seolah-olah tidak ada apapun
yang telah terjadi.
Dia dengan cepat memukul dengan tangannya, dua, tiga kali.
Bahkan
setelah kulitnya rusak dan darah menyembur keluar, dinding yang baru
itu tetap tidak rusak, tidak menunjukkan satupun tanda-tanda rusak.
"Kirito——!! Alice———!!"
Dinding marbel putih dan terang itu dengan kejam menutupi teriakan Eugeo.
(Alicization Rising Selesai)
Catatan Pengarang
Terima
kasih banyak sudah membaca Sword Art Online 12, 'Alicization Rising'.
Arc Alicization sudah berjalan dengan 'Beginning', 'Running', dan
'Turning', dan sampai pada jilid keempat tanpa saya sadari dan akhirnya
sudah bisa dilihat, tapi... rasanya Kirito-san dan Eugeou-san
terus-menerus berjalan naik selama ini, ya kan... Yah, seperti yang
dilihat, Central Cathedral adalah sebuah gedung berlantai seratus
seperti Aincrad, jadi pasti terasa buruk untuk dinaiki, pasti. Mereka
seharusnya sudah mencapai lantai tertinggi di jilid selanjutnya, jadi
saya akan senang jika kamu bisa menemani mereka sembari mereka menaiki
tangganya untuk sedikit lagi!
Tentu saja, judul 'Rising' sudah
ditambahkan dengan konotasi dari 'menaiki', tetapi ketika berbicara
tentang tangga, rasanya kata yang tepat adalah 'naik' daripada
'bangkit'. Tolong jangan salah mengartikan jika keluar di bahasa
suci-mu, atau lebih tepatnya, ujian Bahasa Inggris. naiki tangga berarti
'naiki tangga'!
Jilid ke-1 diterbitkan pada April 2009, juga
tanggal rilis jilid ke-12 pada April 2013, yang berarti seri SAO sudah
berjalan selama empat tahun penuh. Di dalam ceritanya, jika kita memilih
awalnya adalah saat SAO dimulai di November 2022, lalu karena arc
Alicization di Juni 2026, setidaknya tiga tahun dan tujuh bulan sudah
berlalu, iya tidak.(Lagipula... Kirito sudah menghabiskan dua tahun lagi
di Underworld)
Pikiran saya adalah bahwa Kirito, serta juga
Asuna dan yang lainnya, sudah berjalan melewati berbagai pengalaman baik
di dunia nyata dan dunia virtual dalam jenjang waktu tersebut dan terus
berjalan, tapi di sisi lain, pikiran saya kosong total ketika saya
berpikir bagaimana saya, sang pengarang, sudah berubah. Apa baik diri
saya sendiri dan kondisi hidup saya akibat Administrator-sama!? Mereka
benar-benar terus bersama untuk waktu yang sangat lama hingga aku
sebaliknya sangat terkejut. Di samping itu, bahkan tidak PC notebook
yang aku gunakan untuk menulis telah berubah!! (Cat di keyboardnya telah
usang dari seringnya pemakaian, bagaimanapun juga)
Aku ingin
tahu jika ini pada dasarnya berarti aku telah menemukan suatu jenis
perubahan yang menakutkan dan menyusahkan. Dalam fakta sebenarnya,
keinginan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang berbeda melebihi
keinginanku untuk mengganti PC menjadi baru dan jalur yang aku gunakan
untuk mengendarai sepeda setiap minggu terus sama...Tapi aku merasa
bagian informasi dari ideku akan berkurang jika aku tidak berhubungan
dengan dunia baru dari sekarang, jadi aku berharap untuk membuatnya
tahun ini, sebuah tahun dari segala perubahan. Pertama aku akan mendapat
PC notebook dengan merk baru...Aku ingin melakukan itu, tapi
memindahkan film yang dilindungi itu sangat menyusahkan......
Kepada
editor yang bertugas untuk waktu yang lama, Miki dan Tsuchiya-san, dan
seseorang yang menggambarkan ilustrasi dengan semangat besar setiap
waktu bahkan meskipun dalam jadwal yang sangat padat, dan juga semua
pembaca yang selalu menemaniku dalam seri SAO hingga sejauh ini, aku
berharap dukungan kalian untuk tahun kelima ini juga!
Hari tertentu di bulan Februari 2013, Kawahara Reki.