Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 008 - Early and Late
Prolog
“—Asuna, pernakah kau mendengar tentang «Zekken»?”
Mendengar suara Lisbeth, Asuna menghentikan ketikannya dan melihat ke atas.
“Tanda nomor urut pemain? Kau ingin membuat perlombaan olahraga ya?”
“Bu-bukan.”
Lisbeth menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia menegak sedikit air
dari cangkir yang beruap di meja lalu melanjutkan perkataannya.
“Zekken
itu dari kanji, bukan katakana. Ditulis dengan kanji zetsu(?) dari
zettai (pasti) (??) ken(?) dari pedang, Pedang Absolut."
“Pedang... Absolut. Apakah itu sebuah equipment langka atau semacamnya?”
“Bukan,
bukan. Itu adalah nama seseorang. Nama julukan, atau bisa juga disebut
alias. Tidak ada yang tahu nama asli orang tersebut. Dan dia sangat
kuat. Kami tidak tahu siapa yang memulai memanggilnya dengan nama itu,
tetapi akhirnya orang ini dikenal dengan nama Pedang Absolut, pedang
absolut yang tak dapat hancur, pedang tanpa tanding. Sepertinya itu arti
julukannya.”
Sangat kuat. Hal itu begitu menarik perhatian Asuna ketika ia mendengarnya.
Asuna
sangat percaya diri dengan kemampuan berpedangnya. Sebagai pemain
ALfheim Online, dia memilih ras Undine yang berfokus pada sihir suportif
dan penyembuh, tetapi karakternya yang berdarah panas kadang-kadang
keluar dalam pertempuran dan dia tidak segan-segan menghunuskan
rapier-nya dan maju menyerang kumpulan musuh. Karena itulah dia
mendapatkan julukan yang tidak begitu elegan, “Berserk Healer”,
penyembuh gila.
Dirinya secara aktif mengikuti turnamen bulanan
dan telah terbiasa dengan pertarungan tiga dimensi di ALO. Kemampuannya
bahkan seimbang dengan pemain kuat lainnya seperti Jendral Salamander
Eugene, dan Lord of Sylph, Sakuya. Adalah sesuatu yang tidak mungkin
baginya untuk tidak memerdulikan kemunculan pemain baru yang kuat.
Setelah
selesai menyimpan file laporan biologinya yang telah selesai, Asuna
menutup keyboard virtualnya, mengambil cangkir di sampingnya dan
mengetuknya dengan jari untuk memenuhinya dengan teh panas. Ia tenggelam
dalam kursi kayu yang tumbuh begitu saja dari lantai papan dan
mengambil posisi yang membuatnya bisa mendengar dengan serius.
“Pedang Absolut ya. Hem... Bagaimana rupa orang tersebut?”
“Biarkan aku berpikir sebentar.....”
Bab 1
Lantai 22 dari Aincrad yang baru telah dipenuhi oleh salju.
Di
dunia luar telah memasuki awal Januari, meskipun musim dingin,
temperatur di Tokyo tidak pernah turun dibawah nol karena efek pemanasan
global selama tahun-tahun belakangan ini.
Namun, apakah untuk
menunjukkan etika kerja perusahaan atau bukan, Alfheim terus berada
dalam kondisi dingin yang berat. Temperatur di daerah utara dari World
Tree turun hingga 10, 20 derajat di bawah nol. Apabila kamu tidak
menyiapkan perlengkapan atau buff tahan-dingin, kamu pun tidak akan
ingin untuk terbang. Untuk saat ini, Aincrad melayang di atas wilayah
Gnome, pada utara jauh dunia ini. Temperatur di setiap lantainya begitu
dingin hingga kamu bisa melihat kristal es pada siang hari.
Meskipun
sangat dingin hingga selokan bisa membeku hingga ke dasarnya , dingin
itu tidak dapat menembus ke dalam rumah yang terlindungi oleh tembok
kayu tebal dan perapian yang bergemuruh.
8 bulan yang lalu – Pada bulan Mei 2025, ALfheim mengadakan update terbesar hingga saat ini -- ?Kastil Melayang Aincrad?.
Awalnya
ALO dioperasikan dari duplikasi sistem permainan kematian «Sword Art
Online». Karena itu, servernya memiliki salinan lengkap dari Aincrad,
stage dimana SAO di-set. Di masa lalu, ALO dijalankan oleh «RECTO
Progress». Namun, ketika perusahaan baru membeli baik software maupun
hardwarenya, mereka bukan hanya tak menghapus Aincrad dan data terdahulu
dari pemain SAO, mereka juga dengan berani mengajukan cara bagaimana
Aincrad dapat eksis bersama dengan ALO.
Tentu saja, mereka juga
berusaha mengatasi pengurangan jumlah pemain dikarenakan eksperimen
manusia oleh RECTO PROGRESS dengan melakukan upgrade yang berdampak.
Namun bukan hanya itu saja alasannya. Pendiri dari perusahaan baru
tersebut semuanya adalah pemain veteran MMO yang telah bermain sejak
masa 2D dan tidak sanggup menerima penghapusan kastil melayang yang
telah terdesain dengan begitu kompleksnya – Itu yang didengar Asuna dari
Agil yang memiliki koneksi dengan seseorang dari perusahaan tersebut.
Dengan
kebangkitan Aincrad, Asuna menetapkan tujuan kecil dalam hatinya dan
mulai bermain sebagai Undine penyembuh dan pengguna rapier. Tujuannya
sudah jelas, menyimpan Col yang cukup, bukan, Yurudo, mencapai lantai 22
sebelum yang lain, dan membeli rumah kayu kecil yang berada jauh di
dalam Hutan Pinusnya. Dahulu kala di kastil melayang yang lain, selama 2
minggu yang singkat di tempat yang sama, dia telah membangun sebuah
keluarga dan menghabiskan hari - hari yang manis, menyenangkan, dan
tenang.
Update terakhir pada bulan Mei membuka 10 lantai
pertama. Bulan September membuka lantai 11 hingga 20. Lalu, pada saat
Malam Natal – 24 Desember malam, pintu yang menuju lantai 21 telah
dibuka. Asuna, dengan Kirito, Klein, Agil, Lisbeth, Silica, dan Lyfa
membentuk grup/party dengan 7 anggota, dan bergegas menuju lantai
berikutnya segera setelah seruan merayakan pembukaannya berakhir.
Lantai
22 adalah lantai dengan populasi jarang yang hanya diisi dengan hutan,
dan ada beberapa penghuni di jalan utama desa, besar kemungkinan tidak
ada pesaing yang menginginkan rumah yang sama. Meskipun begitu, mereka
bergegas seperti badai menembus hutan belantara lantai 21 dan menantang
Boss di akhir dungeon bersama dengan grup-grup lain. Kemudian Klein
membuktikan, bahwa Asuna, meskipun dia menghabiskan setengah dari
ability point-nya untuk skill support, terlihat lebih menggagumkan
ketika dia bertempur di bagian depan dari grup 50 pria itu dibandingkan
saat ia sebagai wakil ketua dari «Knights of Blood».
Setelah
menyingkirkan Boss lantai 21 yang dia kalahkan sendiri, bergegas menuju
rumah kayu dan menekan tombol OK untuk mengkonfirmasi transaksi, Asuna
tidak dapat menahan diri dan menangis dengan penuh kebahagiaan. – Malam
itu setelah pesta selesai dan semua teman-temannya pulang, sambil minum
bersama dengan Kirito dan Yui, yang telah kembali ke wujud anak
perempuan, dia kembali menangis. Kejadian ini disimpan sebagai rahasia
dari teman-temannya.
Asuna sendiri tidak yakin betul kenapa
dirinya begitu membaktikan dirinya untuk tempat tersebut. Bersama dengan
anak laki-laki yang begitu dicintainya untuk pertama kali, meskipun di
dunia virtual, namun bersama mereka telah melampaui kesulitan, tempat
ini adalah dimana mereka menenangkan diri dan menghabiskan sejenak momen
kebahagiaan. Terdengar sederhana, namun Asuna merasa lebih dari itu.
Rumah
itu mungkin, untuk Asuna yang tidak dapat menemukan tempat untuk
kembali di dunia nyata, tempat dimana dia bisa merasakan layaknya sebuah
«rumah». Tempat kecil dan hangat dimana sepasang burung dapat
mengistirahatkan sayapnya, mendekat rapat-rapat dan tertidur. Tempat
untuk jiwanya pulang kembali.
Terlebih lagi, setelah segala
kerja keras, rumah kayu tersebut telah menjadi tempat dimana
rekan-rekannya dapat berkumpul bersama. Mereka jarang sekali tidak
kedatangan tamu. Asuna membaktikan diri sepenuhnya untuk mengatur design
interior dari rumah kecil tersebut, menarik semuanya untuk datang
berkunjung. Tidak hanya rekan-rekan dari SAO, teman-teman baru dari ALO
sering berkunjung untuk menyantap santapan buatan tangan Asuna – Sekali
waktu, karena timing yang salah, mereka mendapat saat makan yang
dipenuhi dengan ketegangan karena baik Lord Slyph Sakuya dan Jendral
Salamander Eugene hadir.
Hari ini – 6 Januari 2026, beberapa wajah yang tidak asing berkumpul di sekitar meja yang «tumbuh di dalam rumah»
Di
sebelah kanan Asuna duduk penjinak binatang Silica, yang memiliki
telinga segitiga unik untuk ras Cait Sith. Saat ini dia sedang menatap
pekerjaan rumah matematikanya pada monitor holographic sambil merintih.
Demikian pula di sebelah kirinya, pendekar sihir Slyph Lyfa sedang
mengerjakan essai Bahasa Inggrisnya sambil cemberut.
Di
seberangnya, penempa Leprechaun Lisbeth duduk dengan bersilang kaki dan
meminum raspberry liker sambil terbenam dalam novel yg dijual di game.
Di
dunia nyata masih pukul 4 sore, namun waktu di Alfheim Online berbeda.
Di luar, langit hampir gelap sepenuhnya menyisakan cahaya refleksi dari
salju yang jatuh. Jelas sekali sangat dingin membeku di luar sana
meskipun tidak terdengar suara angin, namun perapian di dalam berderak.
Ditambah lagi, wangi hangat yang keluar dari panci besar, berasal dari
stew beruap yang menggelegak.
Seperti teman-temannya, tangan
Asuna berada pada keyboard virtual dan site-site yang dilihatnya di
jendela browser melayang di sekitarnya, dengan sukses melengkapi
laporannya.
Meskipun ibunya tidak menyetujui dirinya mengerjakan
hal yang dapat dilakukannya di dunia nyata pada dunia VR,
mengerjakannya disini lebih efisien untuk waktu yang lama. Mata dan
tangannya tidak akan lelah dan sejumlah besar site informatif yang tidak
cukup untuk UXGA kamarnya tertampil melayang dalam posisi yang mudah
dilihat.
Asuna sekali waktu memberitahukan ibunya hal tersebut
dan membiarkan ibunya untuk menggunakan program FullDive yang
didekasikan untuk mengedit teks, namun ibunya melakukan log off hanya
dalam beberapa menit mengatakan bahwa dia pusing dan sejak saat itu
tidak pernah mencobanya lagi.
Tentu ada beberapa orang yang
mengalami pusing di dunia virtual, tetapi untuk Asuna yang telah
«tinggal» selama 2 tahun di dunia virtual tidak dapat membayangkan
seperti apa rasanya. Jari-jarinya bergerak lancar tanpa satu kesalahan
pun dan essai-nya secara perlahan mencapai akhir--.
Saat itu, tiba-tiba sesuatu bersandar pada pundak kanannya.
Asuna
melihat dan menyadari kepala dengan rambut pendek milik Silica
bersandar pada pundak kanannya, telinga segitinganya berkedut sambil ia
tertidur dengan ekspresi bahagia di wajahnya.
Asuna tidak dapat menahan tawa, dan dengan lembut menggaruk telinga Silica dengan tangan kirinya.
"Hei, Silica. Jadi masalah nanti kalau kamu tidak bisa tidur malam karena kamu tidur sekarang."
"Mm... Nya..."
"Hanya tinggal 3 hari sisa libur musim dingin. Kamu harus kerja keras mengerjakan tugasmu."
Akhirnya
perlahan Asuna menarik telinga Silica dan ia terbangun, terkejut. Dia
mengedipkan mata beberapa kali dengan linglung, menggelengkan kepalanya
dan memandang wajah Asuna.
"U... uu... Capek sekali."
Sambil
bergumam, Silica membuka mulutnya yang kecil bergigi putih dan menguap.
Semua pemain Cait Sith yang Asuna kenal pasti mengantuk ketika berada
di rumah ini, membuatnya berpikir apakah karena karakteristik dari
rasnya.
Asuna melihat monitor holographic di depan Silica dan berkata
“Bukannya halaman ini sudah hampir selesai? Kenapa tidak dilanjutkan dan diselesaikan?”
“Fu... Fuah...”
“Apa ruangan ini terlalu hangat? Haruskah kita turunkan sedikit temperaturnya?”
Mendengar itu, Lisbeth tersenyum dan merespon.
“Bukan, bukan karena itu, kupikir karena itu”
“Itu...?”
Asuna menengok ke belakang, melihat Lyfa menunjuk pada sesuatu di dinding timur dekat dengan perapian.
“Ah... Jadi karena itu...”
Melihat ke arah tersebut, Asuna menggangguk mengerti.
Di hadapan perapian yang bersinar, terdapat kursi goyang besar dari ukiran kayu.
Duduk
terhenyak pada kursi goyang, seorang «Spriggan» dengan kulit berwarna
hitam cerah dan rambut hitam pendek tertidur dengan nyenyak. Rambutnya
yang tak tertata dahulu sekarang dibiarkan ke bawah, namun parasnya yang
tajam dan agak jahat masih sama seperti sebelumnya. Tidak perlu
dikatakan lagi, dia adalah Kirito.
Pada perutnya, sesuatu yang
kecil, naga dengan bulu biru muda tidur dengan nyaman dengan tubuhnya
menggulung dan kepalanya terbenam di dalam ekornya yang berbulu halus.
Naga itu, «Pina», adalah partner Silica semenjak di SAO.
Peri
yang lebih kecil lagi dengan wajah tertidur yang polos menggunakan bulu
lembut Pina sebagai alas. Perempuan dengan rambut hitam panjang, lurus,
dan mengkilap serta mengenakan gaun merah muda cerah adalah «Navigation
Pixie» dari Kirito, selain itu juga ‘putri’ dari Asuna dan Kirito, AI
«Yui», yang tercipta di server SAO.
Tertumpuk seperti cake tiga
lapis, Kirito, Pina, dan Yui dengan bahagia tertidur di kursi goyang,
memancarkan efek hipnotis magis. Bahkan Asuna merasa mengantuk setelah
melihatnya dalam waktu beberapa detik saja.
Kirito tidur cukup
sering. Ia seperti menebus waktu yang dihabiskan di SAO ketika dia
mengorbankan waktu tidurnya untuk menyelesaikan dungeon. Di rumah itu,
sedikit saja Asuna mengalihkan perhatian darinya, ia akan terhenyak
dalam kursi goyang favoritnya dan segera tertidur pulas.
Terlebih lagi, Asuna tidak mengetahui hal lain yang lebih menghipnotis selain wajah Kirito yang tertidur di kursi.
Saat
di SAO, entah itu di rumah kayu atau lantai kedua dari toko Agil,
kapanpun Kirito mengayunkan sebuah kursi, Asuna selalu duduk dan
tertidur di kursi tersebut. Boleh dikatakan, Asuna secara personal telah
mengalami dan cukup mengerti kenapa Silica dan Lyfa tergoda untuk
tidur.
Secara misterius, Pina, yang setiap tindakannya
berdasarkan algoritma sederhana, akan terbang dari pundak Silica,
menggulung dirinya, dan tidur dengan Kirito kapanpun dia melihat Kirito
tertidur.
Hal ini menimbulkan kecurigaan apakah Kirito yang
tertidur memancarkan semacam «Drowsiness Parameter». Faktanya, Asuna,
yang telah menyelesaikan essai-nya dengan kecepatan penuh beberapa saat
yang lalu, tanpa ia ketahui mulai merasa lemas...
“Hei, Asuna-san, jangan tertidur! Ah, Liz-san juga!”
Digoyangkan tubuhnya oleh Silica, Asuna mengangkat kepalanya.
Saat
itu juga, Lisbeth yang duduk di sisi lain dari meja, terbangun dengan
gemetar, mengedip dan tersenyum dengan penuh malu. Dia menyapu rambut
pink metalik-nya, khas/unik untuk Lephrechaun, dan menjelaskan dengan
enggan.
“Kenapa aku selalu merasa mengantuk kalau melihat itu... Apakah itu termasuk dalam sihir ilusi keahlian dari Spriggan?”
“Haha,
mana mungkin seperti itu. Aku akan menyeduh teh untuk mengusir kantuk.
Meskipun aku bilang seperti itu, aku benar-benar sedang malas”
Asuna
berdiri dan mengambil 4 cangkir dari lemari kaca di belakangnya. Itu
adalah mug magis yang dapat «menghasilkan 99 jenis teh yang berbeda
dengan sekali sentuh» yang mereka dapatkan dari quest akhir-akhir ini.
Meletakkan
cangkir-cangkir dan pie buah di meja, keempat-empatnya, termasuk Silica
yang masih berjuang untuk mengusir rasa kantuknya, dengan segera
meminum cairan yang hangat dan wangi tersebut.
“Ngomong-ngomong”
Saat itu, Lisbeth teringat akan sesuatu dan berkata.
“—Asuna, apakah kamu pernah mendegar tentang «Zekken»?”
“Sudah beredar rumornya sejak awal tahun... Dari seminggu yang lalu...”
Berkata seperti itu, Lisbeth mengangguk kepada Asuna seperti memastikan sesuatu.
“Betul, jadi Asuna pasti tidak tahu. Kamu berada di Kyoto semenjak akhir tahun”
“Tolong, jangan membuatku berpikir hal yang kubenci”
Melihat Asuna merengut, Lisbeth tertawa terbahak-bahak.
“Aduh, tidak gampang ya berasal dari keluarga yang ‘berbeda’”
“Benar-benar
tidak gampang. Kamu harus duduk dan menyambut orang-orang sambil
mengenakan kimono seharian, dan meskipun kamu ingin melakukan?Full
Dive?di malam hari, tempat itu masih belum terkoneksi dengan Wireless
LAN hingga saat ini. Meskipun aku membawa AmuSphere, sia-sia saja
jadinya.”
Dia menghembuskan nafas panjang dan menghabiskan tehnya.
Semenjak
akhir tahun kemarin, Asuna setengah dipaksa untuk pergi bersama
keluarganya menuju Rumah Utama Keluarga Yuuki, dengan kata lain rumah
ayahnya dahulu. Dia juga harus menunjukkan terimakasihnya kepada
saudara-saudaranya yang mengkhawatirkan dirinya selama 2 tahun dirinya
‘berada di rumah sakit’, jadi dia tidak bisa mengatakan bahwa dia
membencinya.
Saat kecil, Asuna berpikir menghabiskan awal tahun
bersama dengan keluarga utama sebagai kebiasaan, dan senang karena dia
dapat bertemu sepupu-sepupu yang seumur dengannya.
Tetapi, semenjak dia mulai memasuki sekolah menengah, Asuna berangsur-berangsur mulai merasa terbatasi oleh adat tersebut.
Keluarga
Utama Yuuki, tanpa membesar-besarkan, telah menangani bank sebagai
bisnis keluarga di Kyoto semenjak 200 tahun yang lalu, dengan kokoh
bertahan menghadapi reformasi dan peperangan, dengan generasi saat ini
membuka cabang di Kansai. Ayahnya Yuuki Shouzou berhasil mengembangkan
«RECTO», sebuah perusahaan manufaktur General Electronic, dalam satu
generasi berkat dukungan finansial dari Keluarga Utama. Melihat silsilah
keluarga, didalamnya terdapat banyak presiden perusahaan dan birokrat.
Dengan
beranggapan sebuah hal yang biasa, sepupu dan saudara-saudara Asuna
merupakan «murid-murid top» pada «sekolah-sekolah yang bagus». Ketika
jamuan makan semua anak-anak didudukkan bersebelahan, lalu orang tua
mereka membicarakan topik tentang bagaimana anak-anak mereka mendapatkan
pujian pada kompetisi tertentu atau seberapa tinggi ranking mereka pada
ujian nasional. Terlihat menyenangkan di permukaan, realitanya hanya
percekcokan tiada akhir di antara mereka. Berangsur-angsur Asuna
merasakan kedengkian pada lingkungan yang melingkupi dirinya, dia
beranggapan tujuan untuk mengorganisir acara tersebut setiap tahun
hanyalah untuk menentukan tingkatan dari semua anak-anak mereka.
Pada
November 2022, saat musim dingin di tahun ketiga sekolah menengah
pertamanya, Asuna terperangkap di SAO, hingga Januari 2025, ketika ia
diselamatkan oleh Kirito. Karena itu, saat ini adalah pertemuan tahunan
pertamanya setelah empat tahun. Di Mansion bergaya Kyoto pada Rumah
Keluarga Utama, Asuna mengenakan kimono berlengan-panjang dan
berulang-ulang menyalami/menyambut banyak saudara-saudaranya dimulai
dari kakeknya. Pada akhirnya, dia merasa telah menjadi NPC penyambut
tamu.
Meskipun begitu, bertemu sepupu-sepupu yang lama tak
dijumpai seharusnya menjadi peristiwa yang bahagia, walaupun mereka
sangat bergembira mengenai kembalinya Asuna dan menggangap itu seperti
permasalahan mereka sendiri, Asuna melihat hal yang ia benci di mata
mereka.
Mereka mengasihani Asuna. Mereka bersimpati, merasa
sedih mengetahui Asuna tersingkir secara langsung dari kompetisi yang
telah terjadi semenjak mereka dilahirkan. Itu bukan sebagai anggapan
berlebih dari dirinya, Asuna dengan mudah mengetahui, ia yang semenjak
kecil telah belajar membaca ekspresi dari orang lain.
Tentu
saja, Asuna yang saat ini memiliki kepribadian yang sangat berbeda
dibandingkan saat itu. Di dunia tersebut, terdapat seorang anak
laki-laki yang merubah Asuna. Oleh karena itu rasa kasihan dari sepupu,
paman dan bibinya dengan ringan mempengaruhi hati Asuna. Terlebih itu,
dia adalah seorang «swordswoman», seseorang yang bertarung dengan
kekuatannya sendiri. Keyakinan itu yang selalu menopang hati Asuna, dan
tidak berubah meskipun setelah dunia tersebut menghilang.
Namun,
sepupu-sepupunya yang menganggap VRMMO adalah sesuatu yang beracun,
tidak dapat mengerti nilai tersebut. Tidak berbeda dengan ibunya yang
selalu kelihatan sedikit tak bahagia ketika dia bersama dengan Keluarga
Utama.
Obsesi untuk pergi ke universitas yang baik dan
mendapatkan pekerjaan yang baik tidak ada lagi dalam benaknya. Asuna
sangat menyukai sekolahnya saat ini dan tahun-tahun berikutnya, perlahan
ia dapat menemukan apa yang ia ingin lakukan. Tentu saja, membentuk
keluarga dengan anak laki-laki yang sedikit lebih muda darinya di dunia
nyata adalah tujuan akhirnya.
—Asuna sambil berpikiran seperti
itu di satu sisi, dan di sisi lain dengan tersenyum ia melanjutkan
menjawab berbagai pertanyaan dari saudara-saudaranya. Hal yang paling
tak tertahankan adalah ketika ia berada sendirian dengan sepupunya yang
dua tahun lebih tua darinya di sebuah ruangan pada malam terakhir di
Kyoto.
Sebagai seorang pria yang tugas utamanya membantu bank
Keluarga Utama, dia berbicara dengan penuh semangat tentang seberapa
profesionalnya dia, bagaimana dia telah menentukan posisi yang yang akan
dia ambil di bisnisnya dan bagaimana luar biasanya dia akan menjadi.
Awalnya Asuna hanya memberikan senyum kekaguman, namun dengan
mencurigakan yang lain pergi dan meninggalkan mereka berdua sendiri,
menyebabkan dirinya berpikir apakah para orang dewasa mempunyai maksud
yang lain...
“Hei Asuna, kamu dengerin gak?”
Mendapatkan tendangan Lisbeth dari bawah meja, Asuna kembali sadar.
“Ah, maaf. Aku baru ingat sesuatu yang kubenci.”
“Apa itu? Pertemuan untuk pernikahan di Kyoto?”
“...”
“... Kenapa kamu diam... Masa sih...”
“Gak, gak. Bukan apa-apa!”
Dengan
cepat Asuna menggelengkan kepala, menyentuh sisi mug-nya yang telah
kosong dan meneguk teh ungu yang aneh. Dia menengadah dan dengan segera
mengubah topik pembicaraan.
“Sangat kuat... Jadi apa orang itu seorang PKer?”
“Um,
Zekken seorang PVPer. Sedikit ke Utara dari jalan utama lantai 24,
bukankah ada pulau dengan pohon besar untuk menarik turis? Di bawah
pohon itu pukul 3 sore setiap hari, Zekken melawan pemain manapun yang
ingin menantangnya.”
“Oh~ Jadi Zekken adalah tipe yang pernah ikut kompetisi?”
“Tidak,
sepertinya dia benar-benar wajah baru. Namun skill level dari Zekken
sepertinya cukup tinggi, jadi mungkin saja Zekken melakukan transfer
dari game yang lain. Awalnya, sebuah pengumuman dipasang di «MMO
Tomorrow» untuk merekrut penantang. Sekitar 30 orang ikut serta
beranggapan itu hanya pemula yang terlalu percaya diri dan akan langsung
kalah, tapi...”
“Malahan mereka yang dikalahkan?”
“Semuanya,
dengan begitu indah. Zekken pastinya sungguh kuat, mereka bilang tidak
satu orang pun bisa mengurangi lebih dari 30% health milik Zekken”
“Agak tak dapat dipercaya.”
Silica, yang terus memakan pie buahnya, tiba-tiba menyela.
“Aku
butuh sekitar setengah tahun sebelum bisa bertarung dengan baik di
udara. Tapi meski orang tersebut baru saja melakukan transfer, dia sudah
bisa terbang dengan baik!”
Yang disebut «Transfer» adalah
sistem transfer karakter dari VRMMO yang menggunakan «The Seed» sebagai
program dasarnya seperti ALO. Secara umum sistem itu dapat menjaga
«kekuatan» dari pemain, tetapi semua uang dan item akan hilang dan
skill-skill tertentu akan didistribusikan lagi.
“Jadi Silica pernah melawan Zekken?”
Merespon pertanyaan Asuna, Silica langsung melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya.
“Mana
mungkin? Aku yakin itu sangat mustahil untukku hanya dengan menonton
Zekken berduel. Ah, tapi Liz-san dan Lyfa-san masih mencoba melawan
Zekken. Mereka cukup berani untuk maju menantangnya.”
“Eh- kenapa dikatakan.”
“Apapun itu bisa jadi pengalaman yang berharga, kamu tahu?”
Tersenyum sambil mendengarkan Lisbeth dan Lyfa cemberut, Asuna agak sedikit terkejut.
Lisbeth,
yang rasnya memang tidak diperuntukkan untuk bertarung melainkan
diprioritaskan untuk menempa memang tidak jadi pertanyaan, tapi tidak
banyak pemain yang dapat mengalahkan Lyfa, yang bisa dianggap sebagai
pemain top ras Sylph, pada pertarungan udara. Ditambah, Zekken baru
melakukan transfer, hal seperti itu tidak terbayangkan.
“Kedengarannya benar-benar terjadi. Hmmm, aku jadi agak tertarik.”
“Haha,
aku tahu Asuna akan berkata seperti itu. Meskipun ada Raja dan Jendral
dengan tingkat yang tinggi di kompetisi bulanan seperti Sakuya dan
Eugene, sangat sulit untuk orang-orang seperti mereka ikut serta dalam
pertarungan jalanan.”
“Tapi kalau orang-orang melihat Zekken
sangat kuat, bukannya akan tidak ada penantang? Berbeda dengan kompetisi
besar, bukannya ada penalti experience yang cukup besar kalau kalah
pada pertarungan jalanan?”
“Tidak sama sekali. Semua orang dengan antusias ikut serta di pertaruhan ini.”
Sekali lagi Silica menyela.
“Eh? Apa ada rare item sangat kuat yang dijadikan taruhan?”
“Bukan item. Zekken sebenarnya mempertaruhkan sebuah «Original Sword Skill». Sangat kuat, berada pada level finishing move.
Asuna tidak dapat menahan dan ingin meniru kebiasaan Kirito untuk mengangkat bahu dan bersiul, namun ia menahannya.
“Jadi itu sebuah OSS. Tipe apa? Berapa hit?”
“Coba kuingat, sepertinya dapat digunakan oleh one-handed sword secara umum. Dengan 11 combo yang mengejutkan.”
“Wow~!”
Saat ini secara reflek dia mengeluarkan teriakan.
Sistem kunci di SAO yang telah tidak eksis adalah ‘Sword Skill’.
Adalah
skill yang ter-set pada tidak terhitungnya banyaknya senjata-senjata,
banyak skill yang dimulai dari single hit dengan serangan kuat hingga
rentetan serangan beruntun. Perbedaan dari serangan normal adalah mulai
dari momen posisi awal, tubuhmu akan bergerak secara otomatis pada
kecepatan tertinggi dari sistem skill tersebut hingga selesai. Cahaya
indah dan efek suara yang mengiringi setiap hit membuat penggunanya
menikmati kebahagiaan menjadi pejuang super.
Di ALfheim, pada
update skala besar yang melingkupi implementasi Aincrad, perusahaan baru
tersebut mengambil keputusan berani untuk meng-implement kembali sword
skill seperti sedia kala.
Maka, di ALO yang baru, terjadi
revolusi besar-besaran bermula dari akar paling dasar dari sistem
pertarungan. Hal ini pasti menyebabkan kegemparan yang hebat dari
beberapa pemain, namun mereka yang menolak berubah menjadi budak sensasi
setelah sekali saja mereka menggunakan sword skill.
Sebelum
itu, di ALO, efek indah dimonopoli oleh sihir, yang mempunyai jangkauan
dan akurasi yang superior, jadi tidak banyak orang yang memilih untuk
terspesialisasi pada pertarungan jarak dekat. Karena itu dapat dikatakan
bahwa kehadiran sword skill menyeimbangkan keadaan. Meski upgrade telah
berjalan lebih dari setengah tahun, sistem pertarungan yang baru
«Aerial Mobility» + «Sword Skill» masih terus menjadi topik diskusi.
Sword skill yang dipinjam dari pendahulu mereka masih tidak dapat memuaskan organiser berani ini.
Maka mereka mengembangkan dan memasukkan elemen baru, yaitu sistem «Original Sword Skill».
Seperti
tersirat dari namanya, itu adalah ‘sword skill personal’. Bukan sword
skill yang telah ada yang setiap aksinya telah diset dari awal,
melainkan sword skill yang dapat disusun sendiri oleh pemain.
Ketika
fitur ini diumumkan, dalam rangka mendapatkan final move yang indah
milik masing-masing, banyak pemain bersebaran ke jalan-jalan atau hutan
belantara sambil menghunuskan bermacam-macam senjata. –dan pada akhirnya
mereka semua merasakan frustasi yang dalam.
Mendaftarkan sebuah OSS (Original Sword Skill) sangatlah mudah.
Pertama
kamu membuka menu, menuju panel OSS, memulai mode merekam sword skill
dan menekan tombol Start. Setelah itu kamu cukup menebaskan senjatamu
sesuai yang kamu inginkan dan tekan Finish. Hanya seperti itu.
Namun, ada syarat keji dari sistem untuk menyetujui «final move yang kamu pikirkan».
Sabetan
dan tusukan dengan hit tunggal hampir semuanya telah terekam pada sword
skill yang telah ada sebelumnya. Maka dari itu, bila kamu ingin
menyusun sebuah OSS, haruslah berupa kombo. Bagaimanapun juga, sebagai
sebuah rangkaian aksi, tidak mungkin tidak ada kekurangan dalam berbagai
aspek seperti pusat gravitasi dan lintasannya. Ditambah lagi,
kecepatannya harus secepat sword skill yang telah komplit.
Bisa
dikatakan, “Kamu harus mengeksekusi kombo yang mustahil tanpa sokongan
dari sistem, tanpa bantuan dari sistem”. Sebuah syarat keji yang bisa
dibilang bertolak belakang.
Hanya ada satu cara untuk melampaui
dinding tersebut, dan itu adalah berlatih berkali-kali tak terhitung
banyaknya. Hingga syaraf-syarafmu mengingat dengan sempurna rangkaian
aksi tersebut.
Hampir semua pemain tidak dapat bertahan dari
tugas membosankan tersebut dan dengan mudah mengakhiri mimpi mereka
untuk mempunyai ‘Final Move Personal’. Namun, beberapa pekerja keras
berhasil membuat dan mendaftarkan OSS mereka, mendapatkan kehormatan
yang setara dengan ketua dari style pedang pada Zaman Pertengahan.
Akhirnya, beberapa pemain mendirikan guild bernama [00ryuu] dan beberapa
membuka dojo di kota.
Yang membuat hal tersebut mungkin adalah
fitur ‘Sword Skill Inheritance’ pada sistem OSS. Pencipta original dari
OSS dapat meneruskan ‘Skill Manual’ pada pemain lain.
Tidak
hanya pada PvP, OSS juga memiliki efek signifikan pada PvE. Karena itu
semua orang ingin memilikinya. Berdasarkan trend-nya, pemberian skill
menghasilkan harga yang tinggi. Skill Manual untuk «Final Move» yang
melebihi 5 hit adalah barang termahal di ALO saat ini. Pengetahuan umum
untuk OSS terkuat untuk saat ini adalah 8-hit «Volcanic Blazer» yang
dihasilkan oleh Jendral Salamander Eugene, yang belum diturunkan ke
siapapun karena ia tidak kekurangan uang. Asuna sendiri berhasil
menciptakan 5-hit OSS setelah kerja keras berbulan-bulan, tetapi karena
begitu melelahkan, dia tidak berencana untuk memulai membuatnya lagi.
Dan yang muncul pada situasi tersebut adalah Zekken? Ahli pedang misterius dengan 11-hit kombonya yang luar biasa.
"Yah, kalau begitu dapat dimengerti akan banyak penantang. Apa ada yang melihat langsung sword skill tersebut?"
Ketiga-tiganya langsung menggelengkan kepala mereka merespon pertanyaan Asuna. Mewakili mereka Lisbeth menjawab.
“Hmm,
sepertinya ditampilkan di hari pertama pertarungan jalanan, tapi belum
pernah digunakan di pertempuran sesungguhnya... Lebih tepatnya, tidak
ada orang yang dapat memaksa Zekken menggunakan OSS itu.”
“Bahkan Lyfa tidak bisa?”
Menjawabnya, pundak Lyfa turun dan menggelengkan kepalanya.
“Meskipun kita hampir seimbang ketika HP kita berdua sekitar 60%... Pada akhirnya aku dikalahkan dengan skill normal.”
“Oh... –Ngomong-ngomong, hal penting yang belum kutanyakan. Ras dari Zekken, senjatanya? Apa itu?”
“Oh,
Zekken seorang Imp. Pedang yang digunakan one-handed sword, tapi hampir
setipis rapier Asuna-san – Secara keseluruhan, Zekken sangat cepat.
Serangan normalnya hampir secepat sword skill... Saking cepatnya mataku
tidak bisa mengikuti gerakan Zekken. Pertama kalinya aku menghadapi hal
seperti itu, aku sungguh shock.”
“Tipe kecepatan, eh? Kalau Lyfa tidak bisa mengikuti gerakan Zekken, mungkin aku juga tidak punya kesempatan... –Ah.”
Saat itu juga, Asuna teringat hal yang penting.
“Bicara
soal kecepatan, ada pemain lain yang seperti orang curang sedang tidur
di sebelah situ. Bagaimana dengan Kirito-kun? Kelihatannya dia akan
tertarik dengan hal seperti ini.”
Pada hal ini, Lisbeth, Silica dan Lyfa saling berpandangan dan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
“—A, ada apa sih?”
Melihat Asuna yang terkejut, Lyfa terkikih dan mengatakan hal yang mengejutkan.
“Hahaha. –Oniichan sudah melawan Zekken sebelumnya. Terlebih lagi, dia kalah dengan anggun.”
“Bagaimana mungkin...”
Kalah. Kirito yang itu.
Asuna menjadi kaku, ternganga selama beberapa detik.
Dalam
hati Asuna, Kirito sebagai seorang swordsman searti dengan «Kekuatan
Sempurna». Baik di SAO dan ALO, dari orang-orang yang Asuna kenal, yang
pernah mengalahkan Kirito pada duel hanya ketua dari Knights of Blood,
Heathcliff, dan itu dikarenakan sistem proteksi sebagai Game Master.
Meskipun
dia belum pernah menceritakan kepada Lisbeth dan yang lain, Asuna
sendiri pernah bertarung secara serius dengan Kirito ketika di SAO. Ini
terjadi sebelum mereka mengerti satu sama lain, ketika Asuna memerintah
garis depan sebagai wakil ketua KOB.
Ketika mereka mendiskusikan
metode untuk mengalahkan boss kuat di suatu lantai, terjadi
pertentangan antara guild yang dipimpin KOB yang mengutamakan kecepatan
dan beberapa pemain solo yang dipimpin oleh Kirito. Kedua pihak tidak
menemukan kata sepakat, pada akhirnya diambil keputusan dengan cara duel
yang diwakili oleh wakil tiap pihak.
Pada saat itu, Asuna sudah
memiliki ketertarikan pada Kirito, namun dia juga ingin menghapuskan
perasaan itu. Saat itu ia percaya membawa perasaan pribadi sebelum
menyelesaikan permainan tidak dapat ditolerir.
Asuna merasa duel
tersebut adalah kesempatan baik untuk menaklukkan kelemahan dalam
hatinya. Mengalahkan Kirito, secara efisien mengalahkan boss dan sekali
lagi kembali ke dirinya yang dingin.
Namun Asuna tidak mengetahui kekuatan yang tersimpan dalam wajah-tak dapat diharapkan dari Kirito.
Duel
tersebut begitu panas. Selama pedang mereka beradu, semua perasaan
tidak berguna di kepala Asuna tersingkir, hanya kenikmatan bertarung
dengan musuh kuat yang memenuhi dirinya. Dia merasa seperti bertarung
dengan impuls syarafnya, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan
sebelumnya. Berlangsung selama 10 menit, namun Asuna tidak menyadari
waktu yang dihabiskannya.
Lalu Asuna kalah. Kirito melakukan
tipuan yang sangat realistik –alasannya dipahami kemudian –gerakan
«menarik pedang dari belakang punggungnya dan menebasnya», secara reflek
Asuna menahannya dan dengan anggun terkena pada celah yang dihasilkan.
Pada
akhirnya, setelah merasakan pertarungan tersebut, perasaan Asuna malah
menjadi sesuatu yang tidak bisa ia lepaskan, dan pada saat yang sama,
kesan mendalam pedang Kirito tertinggal dalam hati Asuna.
—Swordsman terkuat. Sampai hari ini, meskipun «Black Swordsman» dari SAO telah tiada, kepercayaannya tidak pernah goyah.
Karena itu Asuna begitu gelisah ketika mendengar Kirito kalah oleh ‘Zekken’.
Asuna mengalihkan pandangannya dari Lyfa ke Lisbeth dan bertanya dengan cukup terguncang.
“Kirito-kun, dia... Kamu serius?”
“Yah~ Iya...”
Lisbeth mengerutkan dahi dan mengangkat bahu.
“Meskipun
kamu bertanya padaku, untuk tingkat pertarungan itu, seseorang
sepertiku tidak bisa memutuskan mereka serius atau tidak... Tapi Kirito
tidak menggunakan dua-pedangnya, jadi di aspek tersebut dia tidak
memberikan sepenuhnya. Terlebih lagi, itu...”
Lisbeth berhenti
sejenak, matanya merefleksikan cahaya dari perapian, dan melihat Kirito
yang tertidur. Mulutnya menunjukkan senyumnya yang pasti.
“Ini
hanya pendapatku. Mungkin, di game normal, Kirito tidak akan bertarung
secara serius. Di sisi lain, Kirito hanya bertarung dengan serius ketika
game ini tidak menjadi game lagi, ketika dunia virtual menjadi nyata.
Karena itu lebih baik jika situasi yang memaksanya untuk bertarung
serius tidak muncul. Dari awal, dia bukan tipe orang yang dengan mudah
ikut campur dalam hal yang merepotkan.”
“...”
Asuna juga melihat wajah tertidur swordsman berambut hitam itu sekilas, dan mengangguk kepada Lisbeth.
“Ah... Benar juga.”
Di kedua sisi, Lyfa dan Silica perlahan mengangguk dengan emosi yang beragam.
Yang memecahkan keheningan sementara itu adalah adik Kirito di dunia nyata, Lyfa.
“—Bagaimanapun,
ini hanya kesan yang kudapat... Tapi, kupikir oniichan bertarung dengan
serius. Paling tidak, dia tidak memberikan kelonggaran. Terlebih...”
“... Apa?”
“Meskipun
aku tidak begitu yakin, tetapi sebelum duel berakhir, ketika pedang
mereka terkunci satu sama lain, sepertinya oniichan mengatakan sesuatu
kepada Zekken... Segera setelah itu, jarak diantara mereka melebar dan
oniichan tidak mampu menghindari serangan dari Zekken dan kalah...”
“Hmm... Terus apa yang dia katakan?”
“Hal itu, meskipun aku menanyakannya dia tidak mau memberitahuku. Namun, rasanya seperti... ada sesuatu...”
“Sungguh? Kalau begitu mungkin tidak berpengaruh juga meskipun aku yang bertanya.”
Asuna memandang tangannya dan bergumam.
“...Yang tersisa adalah menanyakannya langsung pada Zekken.”
Mendengar ini, Lisbeth mengangkat kedua alisnya.
“Jadi kamu benar ingin melawannya?”
“Meskipun
aku merasa tidak akan menang. Aku punya perasaan orang yang dipanggil
Zekken datang ke ALO dengan tujuan tertentu. Aku bicara tentang hal lain
selain pertarungan jalanan.”
“Ah, kupikir juga begitu. Namun,
untuk mengetahui hal tersebut, level-mu pasti setara dengan Kirito.
Bagaimana dengan karaktermu? Mau menggunakan yang mana?”
Asuna
sedikit berpikir tentang pertanyaan Lisbeth. Selain «Asuna», Undine
pengguna rapier yang dia transfer dari SAO, dia juga membuat account
baru dan melatih karakter baru dari awal, «Erika» seorang Sylph. Alasan
dia membuat karakter baru sangatlah sederhana: Sesekali dia ingin
mengganti penampilannya.
Erika terspesialisasi pada jarak dekat
dan hampir semua ability pointnya dialokasikan untuk skill dagger, jadi
lebih cocok untuk duel dibandingkan Asuna yang setengah
healer/penyembuh. Namun, Asuna mengangkat bahu dan membalas dengan
segera.
“Aku akan menggunakan karakter ini, yang aku lebih
terbiasa. Karena musuhku tipe speed, kemenangan akan ditentukan dengan
instan daripada DPS (Damage per Second). Apa semuanya ikut?”
Melihat
sekelilingnya, Lisbeth, Silica, dan Lyfa mengangguk di saat bersamaan.
Silica menggoyangkan ekornya dengan bahagia dan berkata.
“Tentu saja! Tidak mungkin aku melewatkan pertandingan ini.”
“Aku
tidak tahu apa ini bisa dibilang pertandingan atau bukan... Jadi, sudah
diputuskan. Zekken muncul di pulau pada lantai 24 jam 3 sore, kan? Jadi
kita bertemu disini jam 2:30.”
Menepuk tangannya, Asuna membuka menu dan melihat waktu di dunia nyata.
“Gawat, sudah jam 6, aku hampir terlambat untuk makan malam.”
“Jadi kita berpisah disini untuk hari ini.”
Lyfa
menyimpan jendela di hadapannya dan segera berkemas. Setelah berpamitan
dengan mereka, swordswoman Sylph itu perlahan mendekati kursi goyang,
menggenggam bagian belakangnya dan tiba-tiba menggoyangnya dengan liar.
“Oniichan, bangun! Waktunya pulang!”
Tersenyum melihatnya, tiba-tiba Asuna teringat sesuatu dan melihat Lisbeth.
“Hey, Liz.”
“Ada apa?”
“Barusan, kamu bilang Zekken baru melalukan transfer... Karena Zekken sangat kuat, mungkinkah... dia dari SAO?”
Merespon bisikan tersebut, Lisbeth mengangguk dengan ekspresi serius pada wajahnya.
“Aku juga mengira seperti itu. Tapi ketika kutanyakan pada Kirito pendapatnya setelah pertarungannya dengan Zekken...”
“Apa yang Kirito-kun bilang..?”
“Dia bilang tidak mungkin Zekken pemain SAO. Alasannya...”
“...”
“Dia bilang kalau Zekken ada di dunia itu, maka «Dual Blades» akan diberikan kepadanya.”
Bab 2
-* Beep, beep *
Dengan suara elektronik singkat seperti itu AmuSphere mati.
Perlahan
Asuna membuka matanya. Bahkan sebelum matanya terfokus pada
langit-langit di kamarnya yang gelap, Asuna sudah merasa kedinginan,
udara lembab menempel di kulitnya.
Meskipun ia mengatur pengatur
suhu ruangan (air conditioner) pada mode penghangat ringan, sepertinya
dia lupa untuk mematikan timernya dan alhasil menjadi mati selama
FullDive. Temperatur di kamar seluas 10 tatami tersebut hampir sama
dengan suhu di luar. Mendengar suara pelan, dia berputar menuju jendela
besar dan menyadari begitu banyak embun air pada kacanya yang gelap.
Sambil
menggigil Asuna bangkit perlahan dari tempat tidur. Ia memanjangkan
jarinya menuju kontrol pada control panel yang tertanam dan menekan
sensor sentuhnya. Hanya dengan gerakan tersebut, disertai dengan suara
mesin yang pelan, gorden tertutup, udara panas bertiup dari pengatur
suhu ruangan dan lampu LED di langit-langit memancarkan cahaya oranye
muda.
Satu paket teknologi interior yang dikembangkan oleh RECTO
telah ter-install di kamar Asuna. Kamarnya telah direnovasi selama ia
berada di rumah sakit, namun dengan alasan tertentu Asuna tidak menyukai
sistem nyaman tersebut. Segala sesuatu di kamarnya dikontrol oleh
jendela menu dalam hal ini seperti di dunia virtual, namun untuk alasan
tertentu rasanya sedikit ‘dingin’ begitu hadir di dunia nyata. Ia merasa
seperti selalu di batas pandangan anorganik dari sensor yang
ter-install di sepanjang dinding dan lantai.
Boleh jadi alasan
dia merasa seperti itu karena dia sering mengunjungi Kirito, dalam hal
ini rumah Kirigaya Kazuto. Kehangatan rumah tradisional Jepang berbeda
dengan suasana ‘dingin’ yang ia miliki. Hal yang sama juga ia alami di
rumah kakek-nenek dari pihak ibunya. Ketika ia bermain di sana saat
musim panas, dia selalu duduk pada beranda yang bermandikan sinar
matahari dan mengayunkan kakinya sembari menikmati es serut buatan
neneknya. Namun, telah lama kakek dan nenek dari pihaknya ibunya
meninggal dan rumah tersebut telah dirubuhkan beberapa waktu yang
lalu--.
Menghela nafas perlahan, Asuna mengenakan selopnya dan
bangkit berdiri. Tiba-tiba ia merasa sedikit pusing, jadi dia melihat ke
arah bawah sebentar, sadar betul akan berat yang menahannya di dunia
nyata.
Tentu saja, perasaan berat tersebut terstimulasi di dalam
dunia fantasi. Namun di dunia itu, jiwa dan raga Asuna dapat membumbung
tinggi ke langit hanya dengan hentakan pelan di lantai. Berat di dunia
nyata tidak hanya secara fisik, berat itu juga mengandung begitu banyak
aspek yang tidak bisa disingkirkan sekeras apapun kamu mencoba. Meskipun
ingin berbaring di tempat tidur, waktu makan malam sudah dekat. Bila
dia terlambat semenit saja, ibunya akan memiliki hal lain yang akan
dikeluhkannya.
Sembari berjalan dengan susah payah menuju
lemari, pintunya terbuka tanpa menunggunya menggerakkan tangan.
Melepaskan sweaternya yang nyaman, dengan malas ia melemparnya ke atas
tempat tidurnya. Dia menggantinya dengan rok bersih berwarna hitam-ceri
dan duduk di dekat meja rias. Kaca tiga sisi terbuka dengan otomatis
diikuti dengan lampu yang menyala di atasnya.
Bahkan di
rumahnya, ibu Asuna tidak mengijinkannya tampil dengan dandanan selebor.
Asuna mengambil sisir dan dengan cepat merapikan rambutnya yang
berantakan selama FullDive.
Tiba-tiba Asuna teringat pemandangan
yang ia lihat ketika berada di rumah Kirigaya di Kawagoe. Lyfa/Suguha
mengatakan bahwa ia dan Kirito bertanggung jawab untuk menyiapkan makan
malam pada hari itu. Kazuto dengan mata mengantuk dipaksa turun ke
lantai bawah oleh Suguha. Berdua mereka berdiri bersebelahan, Suguha
memotong sayuran sementara Kirito memanggang ikan. Ibu mereka kembali
pada saat itu, dan menikmati bir sambil menonton TV. Dengan bersemangat
mereka berbincang-bincang sambil menyiapkan santapan dan ketika makan
malam telah siap, mereka bertiga mengatakan “Mari makan” bersamaan.
Menghela napas panjang sambil gemetar, Asuna menahan air matanya, meletakkan sisir dan bangkit berdiri.
Lampu di belakangnya mati tanpa menunggu ia menutup pintu sambil ia berjalan keluar kamarnya menuju koridor yang gelap.
Pelayan
Sada Akiyo baru membuka pintu depan ketika Asuna berjalan menuruni
tangga semi-sirkular dan mencapai lantai pertama. Dia telah menyiapkan
makan malam dan bersiap untuk pulang.
Asuna menghadap wanita pendek 40 tahun tersebut dan menyapanya.
“Anda
telah bekerja keras, Sada-san. Aku berterimakasih atas pekerjaan anda
setiap hari. Aku minta maaf aku menunggu sampai sekarang untuk
mengatakannya.
Pada hal ini, Akiyo menggelengkan kepalanya
dengan mata melebar sambil menganggap hal tersebut tidak ada dan dengan
segera manyapa kembali.
“Ti, Tidak apa-apa, nona. Inilah pekerjaan saya”
Selama
beberapa tahun, Asuna telah menyadari bahwa hal ini akan sia-sia namun
ia tetap mengatakannya. Dia mendatanginya dan dengan pelan bertanya.
“Apa ibu dan kakak sudah kembali?”
“Sepertinya Kouichirou-sama tidak akan pulang sampai nanti. Nyonya besar sudah ada di ruang makan.”
“... Jadi begitu, terimakasih. Aku minta maaf telah mengganggu anda.”
Asuna menggangguk padanya, dan Akiyo membungkuk sekali lagi sebelum ia membuka pintu dan bergegas pulang ke rumah.
Asuna
ingat bahwa Akiyo memiliki 2 anak di sekolah menengah pertama dan
sekolah dasar. Meskipun ia tinggal di Setagaya, dia akan sampai di rumah
pukul 7:30 setelah berbelanja bahan makanan. Masa-masa yang sulit untuk
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sekali waktu Asuna mengatakan
pada ibunya untuk mengijinkan Akiyo meninggalkan makan malam yang telah
selesai di sini, namun ibunya hanya mengabaikannya.
Mendengar suara metalik dari tiga pintu yang terkunci. Asuna berputar dan menyeberang aula masuk untuk menuju ruang makan.
Bersamaan ketika dia mendorong untuk membuka pintu tebal dari pohon ek, suara pelan namun tegas mencapai gendang telinga Asuna.
“Kamu terlambat.”
Melihat
jam di dinding, waktu tepat menunjukkan pukul 6:30. Baru saja Asuna
hendak mengatakan hal tersebut, suara ibunya kembali terdengar.
“Tolong datang di meja makan lima menit lebih cepat.”
“... Maaf”
Bergumam
perlahan, Asuna melangkah di atas karpet, mendekati meja dan duduk pada
kursi dengan sandaran yang tinggi dengan mata sedih.
Di
tengah-tengah ruang makan seluas 20 tatami terdapat meja panjang
dikelilingi delapan kursi. Kursi kedua dari pojok timurlaut adalah kursi
Asuna. Kakaknya Kouichirou duduk di sebelah kirinya dan ayahnya duduk
di ujung timur, namun saat ini kedua kursi tersebut kosong.
Ibu
Asuna- Yuuki Kyouko duduk berada diagonal dari sisi kirinya, membaca
buku ekonomi sembari menikmati sherry favoritnya di salah satu
tangannya.
Dia cukup tinggi untuk seorang wanita. Meskipun
kurus, tampilannya yang begitu tegap menghapus itu semua. Rambutnya
dicat dengan warna coklat pirang tertata di sisinya dengan potongan rapi
sepanjang rahangnya.
Meskipun wajahnya cukup cantik, hidung dan
garis rahang, begitu juga dengan kerutan dalam dekat mulutnya
menghasilkan kesan yang sangat dingin. Mungkin kesan tersebut yang ingin
ia ciptakan. Dengan kata-kata yang tajam dan sikap politik yang sengit,
dia mengalahkan pesaing-pesaingnya dan meraih gelar profesor di usianya
yang ke 49 tahun lalu.
Sembari Asuna duduk, Kyouko menutup buku
bersampul tebal, meletakkan serbet di lututnya dan mengambil pisau dan
garpu sebelum akhirnya melihat Asuna.
Asuna melihat ke bawah, bergumam “Selamat Makan”, dan mengambil sendok.
Untuk sementara, hanya suara alat-alat makan yang terdengar di ruang makan.
Menunya
adalah salad sayuran dengan blue cheese, scafata di fave, ikan goreng
dengan saus herb, roti gandum... hal seperti itu. Makanan sehari-hari
ditentukan oleh kalkulasi nutrisi dari Kyouko, namun tentu saja bukan
dia yang memasaknya.
Sambil menikmati makan, Asuna berpikir sejak kapan makan dengan hanya mereka berdua menjadi penuh ketegangan.
Tidak,
mungkin sudah seperti itu sejak lama. Ia ingat ketika betul-betul
dimarahi saat ia menumpahkan supnya atau tidak memakan sayurannya. Itu
terjadi di masa lalu, Asuna tidak pernah tahu bahwa makan dapat begitu
menyenangkan.
Sambil makan dengan kaku, pikirannya melayang
menuju rumahnya di dunia lain. Tiba-tiba suara Kyouko menariknya kembali
ke dunia nyata.
“... Apa kamu menggunakan mesin itu lagi?”
Asuna memandang sekilas ibunya, dan mengangguk.
“... Iya. Karena yang lain setuju untuk bertemu dan mengerjakan tugas bersama.”
“Hal-hal seperti tugas, kamu tidak akan belajar apapun kalau tidak mengerjakannya sendiri.”
Kyouko
tidak akan mengerti meskipun ia mengatakan bahwa ia mengerjakannya
sendiri. Asuna menundukkan kepalanya dan mengganti topik pembicaraan.
“Tempat tinggal mereka cukup jauh. Di sana, kami bisa bertemu kapan saja.”
“Menggunakan
mesin seperti itu tidak bisa disebut pertemuan. Dari awal, tugas adalah
sesuatu yang harusnya kamu kerjakan sendiri. Kamu cuma bermain kalau
mengerjakannya dengan teman-teman.”
Menyentuh gelas sherry-nya, Kyouko berbicara lebih cepat.
“Dengar
baik-baik, kamu tidak punya waktu untuk bermain. Karena kamu sudah dua
tahun tertinggal dari anak-anak yang lain, harusnya kamu berusaha lebih
keras untuk menebus dua tahun itu.”
“... Aku belajar dengan baik. Bukannya kartu laporan semester kedua sudah di-print dan kuletakkan di meja ibu?”
“Aku sudah melihatnya, tapi hasil evaluasi dari sekolah seperti itu tidak bisa dijadikan bahan pertimbangan.”
“Sekolah... seperti itu?”
“Dengar
baik-baik Asuna. Di semester ketiga, kamu akan diajari guru pribadi di
luar sekolah. Bukan yang populer akhir-akhir ini dengan internet, mereka
akan datang ke rumah ini.”
“Tunggu... Tunggu sebentar, kenapa tiba-tiba ibu...”
“Coba lihat ini.”
Protes
Asuna dihentikan Kyouko tanpa memberikan celah untuk alasan dan ia
mengambil PC Tablet dari atas meja. Asuna mengerutkan dahi ketika ia
melihat layar dari PC Tablet yang diberikan ibunya.
“... Apa ini... Contoh untuk... tes untuk murid pindahan?”
“Itu
tes untuk perpindahan murid tahun ketiga di sekolah yang dikelola salah
satu teman ibu, itu satu-satunya kesempatan yang ibu dapat setelah
membujuknya dengan berbagai cara. Itu tidak seperti sekolahmu yang
dikumpulkan bersama-sama, itu benar-benar sekolah. Disana menggunakan
sistem kredit, jadi kamu hanya butuh setengah tahun untuk memenuhi
syarat kelulusan. Dengan begitu, kamu bisa melanjutkan ke Universitas di
bulan September.”
Asuna menatap Kyouko dengan tercengang,
meletakkan PC Tablet di atas meja dan mengangkat tangan kirinya untuk
menghentikan ibunya yang semakin lama semakin bersemangat.
“Tunggu,
tunggu sebentar. Aku benar-benar merasa terganggu ibu memutuskan ini
sepihak. Aku benar-benar menyukai sekolahku sekarang. Banyak guru-guru
yang bagus di sana, aku bisa belajar dengan benar bila aku di sana.
Tidak perlu harus pindah.”
Mendengar kata-kata itu, Kyouko
menghela dengan tegas, menutup matanya, memiringkan gelasnya yang
berlingkar emas dan berdiri tegak. Tindakan ini adalah tindakan khas
Kyouko, dan merupakan teknik berbicara yang biasa dia gunakan untuk
membiarkan musuh-musuhnya mengetahui keunggulannya. Bahkan banyak pria
gemetar ketika dia melakukan tindakan ini di sofa ruang guru. Hingga
suaminya Shouzou berusaha menghindari pandangan Kyouko ketika di rumah.
“... Ibu sudah menyelidiki dengan seksama.”
Kyouko berbicara dengan nada dikdatis.
“Tempat
yang kamu datangi sekarang bahkan tidak bisa disebut sekolah.
Kurikulumnya berantakan dan standar pelajarannya sangat rendah.
Guru-gurunya dikumpulkan bersama, tidak mungkin mereka punya sejarah
mengajar yang layak. Daripada fasilitas akademik, tempat itu lebih tepat
disebut rumah sakit gila.”
“Itu... Pernyataan seperti itu...”
“Mereka
membuatnya terlihat bagus dan menyebutnya fasilitas untuk mendidik
murid-murid yang tertinggal karena peristiwa itu, tapi kenyataanya,
sekolah itu hanya tempat untuk mengawasi semua anak-anak yang mungkin
akan menimbulkan masalah di masa depan. Fasilitas seperti itu penting
untuk mereka yang telah membunuh satu sama lain di dunia gila itu, tapi
kamu tidak perlu ke sana.”
“...”
Asuna bahkan tidak mampu merespon perkataan yang sangat sepihak ini.
Sekolah
yang ia ikuti sejak musim semi terakhir berada di Nishitokyo, dan
sekolah tersebut dibangun dengan benar-benar tergesa-gesa dalam waktu
dua bulan semenjak pengumuman proyek tersebut. Tujuannya adalah untuk
membimbing anak-anak yang pendidikannya tertinggal selama 2 tahun akibat
terjebak dalam game kematian «Sword Art Online». Semua pemain SAO yang
berusia dibawah 18 tahun memiliki izin masuk bebas, dan bila lulus kamu
dapat mendaftar ujian masuk universitas. Perlakuan terlalu baik tersebut
menerima kecaman untuk sementara.
Akan tetapi, Asuna sendiri
mengerti ketika ia mengikuti sekolah tersebut bahwa hal tersebut
bukanlah keuntungan sederhana semata. Semua murid-murid diwajibkan
mengikuti konsultasi satu kali dalam seminggu, dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang secara jelas merupakan tes untuk perilaku
anti-sosial. Berdasarkan jawabanmu, kemungkinan kamu dapat dikirim
kembali ke rumah sakit untuk didiagnosa bahkan diminta untuk meminum
obat. Jadi pernyataan Kyouko bahwa tempat tersebut adalah «Rumah Sakit
Jiwa» tidaklah tanpa alasan.
Meskipun begitu, Asuna menyukai
sekolah itu. Tidak peduli apa yang pemerintah dan kementrian pikirkan,
guru-gurunya adalah mereka yang secara sukarela dan tanpa pamrih
menghadapi murid-muridnya. Tidak perlu untuk murid-murid dengan sengaja
menyembunyikan masa lalu mereka, dan lebih penting lagi dia dapat
berkumpul bersama teman-teman dekatnya. Dengan Lisbeth, Silica, beberapa
rekan-rekannya di baris depan, dan tentu saja –- Kirito.
Asuna
menggenggam erat garpunya dan menggigit bibirnya, dan berusaha melawan
gejolak dalam hatinya untuk menceritakan kepada ibunya segalanya dari
awal hingga akhir.
Dia melawan gejolak untuk memberitahu ibunya,
“Aku adalah salah satu dari orang-orang «yang telah membunuh satu sama
lain» seperti yang ibunya sebutkan. Aku telah hidup dengan membunuh
dengan pedangku setiap hari, dan aku tidak merasa sedikitpun penyesalan
dari hari-hari itu.”
Kyouko melanjutkan pembicaraannya, tidak menyadari perjuangan di hati Asuna.
“Apabila
kamu mengikuti tempat seperti itu, kamu tidak akan bisa melanjutkan ke
universitas dengan baik. Pikirkan baik-baik, kamu sudah berumur delapan
belas tahun. Tetapi, di mana kamu saat ini, kamu tidak tahu kapan kamu
akan bisa melanjutkan ke universitas. Kamu harus pergi ke pusat
pemeriksaan untuk pemeriksaan minggu depan. Apa kamu tidak khawatir sama
sekali?”
“Hal seperti melanjutkan ke universitas... Tidak ada
masalah kan kalau masuk beberapa tahun berikutnya. Lagi pula,
melanjutkan ke universitas bukan hanya satu-satunya jalan hidup...”
“Tidak.”
Kyouko menolak dengan dingin kata-kata Asuna.
“Kamu
punya kemampuan. Kamu tahu bagaimana sulitnya yang harus ibu lalui
untuk menarik keluar kemampuan itu. Tapi kamu sia-siakan dua tahun di
game aneh itu... Ibu tidak akan mengatakan ini kalau kamu hanya anak
biasa. Akan tetapi, kamu tidak seperti itu. Tidak menggunakan bakatmu
sepenuhnya dan membiarkannya membusuk adalah sebuah dosa. Kamu punya
kualifikasi dan kemampuan untuk pergi ke universitas sempurna dan
mendapatkan pendidikan kelas atas. Maka kamu harus melakukannya. Kamu
bisa tetap di universitas dan terus belajar atau menggunakan kemampuanmu
untuk pemerintahan atau swasta, ibumu ini tidak akan ikut campur sampai
situ. Akan tetapi, ibu tidak akan mengijinkanmu untuk menyerahkan
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi.”
“Aku tidak punya hal seperti bakat alami.”
Akhirnya Asuna dapat menyela selama pidato panjang Kyouko.
“Jalan
hidup seseorang harus ditentukan dirinya sendiri, iya kan? Di masa
lalu, aku juga berpikir melanjutkan ke universitas yang bagus dan
mendapatkan pekerjaan yang baik adalah segalanya dalam hidup. Tetapi,
aku sudah berubah. Meskipun aku tidak bisa menjawabnya sekarang, aku
yakin aku akan menemukan sesuatu yang ingin aku lakukan. Aku ingin tetap
di sekolah yang sekarang untuk tahun berikutnya dan mencari tahu apa
yang aku inginkan.”
“Itu hanya membatasi pilihanmu. Tidak peduli
berapa tahun kamu di tempat seperti itu, tidak akan ada jalan yang bisa
kamu pilih. Akan berbeda kalau kamu pindah sekolah. Universitas di
atasnya juga terkenal, jadi kalau kamu dapat hasil yang baik disana,
kamu bisa pindah ke universitas tempat ibu. Dengar baik-baik, Asuna. Ibu
tidak ingin kamu berjalan di jalan yang salah. Ibu ingin kamu punya
karir yang bisa kamu banggakan ke siapapun.”
“Karirku... Jadi,
bagaimana dengan orang yang dikenalkan kepadaku bulan Januari kemarin?
Meskipun aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan, orang itu bicara
seperti dia sudah jadi tunanganku. Bukannya ibu yang membatasi hidupku?”
Asuna tidak mampu lagi meredam getaran di suaranya. Meskipun
dia mengerahkan semua kekuatannya di tatapannya. Kyouko dengan tenang
meminum dari gelasnya.
“Pernikahan adalah bagian dari karirmu.
Apabila kamu tidak menikahi seseorang yang bebas secara materiil, kamu
akan menyesalinya di beberapa tahun kemudian. Hal-hal yang kamu katakan
ingin lakukan menjadi mustahil. Pada aspek tersebut, Yuuya sangatlah
sempurna. Akhir-akhir ini, bank lokal yang dijalankan oleh keluarga kita
lebih meyakinkan daripada bank besar dengan persaingan konstan antar
golongan. Ibu juga sangat menyukai Yuuya. Bukankah dia anak yang
terus-terang?”
“... Sepertinya ibu tidak belajar sama sekali.
Yang memulai insiden yang menyebabkanku dan banyak orang lain menderita
dan membuat RECTO berada pada krisis finansial, bukannya dia Sugou
Nobuyuki yang dipilih ibu?”
“Diam kamu.”
Roman muka Kyouko berubah, dan dia mengibaskan tangan kirinya seperti hendak mengusir serangga yang mengganggunya.
“Aku
tidak ingin dengar lagi tentang orang itu... Awalnya, yang sangat
menyayangi dan ingin mengadopsinya menjadi putranya adalah ayahmu. Dari
awal, dia memang tidak pernah ahli dalam menilai orang lain. Tidak jadi
masalah, meskipun Yuuya tidak begitu mengesankan, dengan begitu kita
bisa tenang menerimanya.”
Memang betul, ayah Asuna, Shozou tidak
pernah memperhatikan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dia
mengabdikan seluruh tenaganya untuk menjalankan perusahaan, bahkan
setelah dia menyerahkan jabatannya sebagai CEO, dia tetap mengabaikan
keluarganya demi mengatur kerjasama dengan penanam modal asing. Shozou
sendiri mengatakan ia sangat mengagumi cita-cita, kemampuan Sugou untuk
mengembangkan dan memanage, dan semuanya terjadi karena
ketidakmampuannya bahwa dia tidak menyadari kepribadian sebenarnya dari
Sugou.
Akan tetapi, Asuna mengerti salah satu alasan Sugou
Nobuyuki menjadi makin agresif sejak sekolah menengah pertamanya
dikarenakan desakan kuat dari orang-orang di sekitarnya. Terlebih,
sebagian kecil dari desakan itu pasti berasal dari kata-kata Kyouko.
Asuna menelan kembali keluhannya dan dengan kaku berkata.
“Bagaimanapun juga, aku sama sekali tidak mau berhubungan dengan orang itu. Aku akan memilih sendiri pasangan hidupku.”
“Tidak
apa-apa, selama dia cocok denganmu, siapapun yang terkenal tidak
masalah. Tetapi, aku katakan ini lebih dulu, anak seperti itu– murid
dari fasilitas seperti itu tidak termasuk.”
“...”
Dari kalimat itu, dia merasakan Kyouko dengan pasti menunjuk orang tersebut, sekali lagi Asuna tercengang.
“... Apa mungkin.. Ibu menyelidikinya? Tentang dia...”
Dia
bergumam dengan suara gemetar, namun Kyouko tidak menyangkal atau
mengangkuinya, malahan dia hanya mengganti topik pembicaraan.
“Kamu
harus mengerti, ibu dan ayahmu menginginkan kebahagiaan untukmu. Kami
sudah mengharapkan itu semenjak kamu di taman kanak-kanak. Meskipun kamu
mengalami sedikit kemunduran, kamu pasti bisa pulih. Selama kamu
bekerja keras dengan serius. Kamu bisa mengumpulkan karir yang
brillian.” Itu bukan masalahku, itu masalahmu, Asuna menggerutu pada
dirinya sendiri.
Asuna dan kakaknya Kouichirou adalah aspek dari
«karir brillian» Kyouko. Kouichirou masuk pada universitas kelas satu
dan mendapatkan hasil sukses di RECTO. Seharusnya Asuna mengikutinya,
namun ia terjebak dalam hal yang tidak dapat dielakkan seperti insiden
SAO, dilanjutkan dengan kejatuhan image perusahaan RECTO karena kasus
Sugou, menyebabkan Kyouko seperti memiliki cela dalam hidupnya.
Asuna
kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perdebatan, meletakkan peralatan
makannya pada piring yang masih setengah tersisa dan berdiri.
“... Tentang berpindah, akan aku pikirkan lagi.”
Dia hanya mengatakannya untuk saat ini, namun Kyouko dengan datar membalas,
“Batas waktunya minggu depan. Isi informasi yang dibutuhkan dan print tiga lembar kopi pada meja belajar sebelum waktu itu.”
Asuna
memandang ke bawah, berputar dan berjalan menuju pintu. Awalnya dia
hanya ingin kembali ke kamarnya, namun ada sesuatu yang mengganjal di
hatinya, dia berputar menghadap Kyouko dan berkata.
“Ibu.”
“...Ada apa?”
“Apa
ibu masih merasa malu tentang orang tua ibu yang telah meninggal,
menyesal karena ibu berasal dari keluarga petani dan bukan dari keluarga
terkenal yang mempunyai sejarah?”
Mata Kyouko melebar karena terkejut untuk sesaat, diikuti dengan kerutan dalam di dekat alis dan mulutnya.
“... Asuna! Kesini kamu!”
Meskipun
ia masih dapat mendengar suara tajam itu, Asuna menutup pintu dan
menghalangi kata-kata tersebut. Dengan segera ia menaiki tangga seperti
ingin melarikan diri dan membuka pintu menuju kamarnya.
Asuna
merasakan kegelisahan yang tak tertahankan, dia berjalan lurus menuju
kontrol panel kamarnya dan menonaktifkan AI gabungan. Hanya seperti itu,
dia melompat ke atas tempat tidurnya, dan membenamkan wajahnya di kasur
yang besar, tidak memperdulikan kerutan pada blus mahalnya.
Dia
tidak ingin menangis. Sebagai seorang swordswoman, dia telah memutuskan
untuk tidak meneteskan air mata kesengsaraan ataupun kesedihan. Akan
tetapi, kebulatan tekadnya tak mampu membendung ketidakbahagiaan yang
terus berkembang tanpa batas di dalam hatinya.
Swordswoman macam
apa kamu, ejekan sebagian dari hatinya. Kamu mampu sedikit menebaskan
pedang di dalam game, kekuatan apa yang kamu miliki di dunia nyata?
Asuna menggigit bibirnya dan bertanya pada dirinya sendiri.
Bertemu
dengan anak laki-laki itu di dunia tersebut, seharusnya dia sudah
berubah. Seharusnya dia sudah berhenti mengikuti secara buta nilai-nilai
yang diberikan orang lain dan bertempur untuk hal yang ia percayai.
Akan
tetapi, dilihat dari luar, apa bedanya dia dengan sebelum datang ke
dunia itu? Dia masih bersikap seperti boneka dan menunjukkan senyum
palsu di hadapan saudara-saudaranya, dia tidak mampu menolak jalan yang
dipaksakan orangtuanya. Bila ia mampu percaya pada dirinya sendiri di
dunia virtual, lalu kenapa dia harus kembali ke dunia nyata?
“Kirito... Kirito.”
Tanpa sadar, dia mulai memanggil nama itu berulang kali.
Kirito–
Kirigaya Kazuto, mampu tetap mempertahankan tekad kuat yang ia dapat di
SAO bahkan setelah kembali ke dunia nyata selama lebih dari setahun.
Seharusnya dia juga menghadapi tekanan yang begitu kuat, namun dia tidak
pernah menunjukkan hal itu di wajahnya.
Di masa lalu, ketika ia
menanyakan Kirito apa yang ia ingin capai di masa depan, dengan
malu-malu Kirito tersenyum dan menjawab dia ingin menjadi seorang
produser daripada hanya sebagai seorang pemain. Terlebih lagi, bukan
sesuatu seperti software untuk game, dia ingin mengganti teknologi
FullDive saat ini yang begitu constraint-ridden dan memproduksi tampilan
yang lebih akrab antara mesin dan manusia. Untuk mencapainya, ia telah
mengunjungi forum-forum luar negeri, belajar dengan aktif dan bertukar
pendapat.
Asuna merasa Kirito akan berusaha menggapai tujuan itu
tanpa keraguan. Bila memungkinkan, dia ingin berada di sisinya dan
bersama mengejar mimpi yang sama. Secara teliti dia mencari tahu apa
yang harus dia pelajari dan berharap mereka dapat melanjutkan di sekolah
yang sama pada tahun berikutnya. Akan tetapi, sepertinya jalan itu
telah terputus. Pada akhirnya dia tidak dapat menahannya, perasaan lemah
menyerang Asuna.
“Kirito-kun...”
Dia berharap dapat
langsung bertemu dengannya. Meski bukan di dunia nyata, dia ingin
sendiri bersamanya di rumah itu, menangis mengungkapkan seluruh isi
hatinya dan menceritakan segalanya. Namun, dia tidak bisa. Pemikiran
bahwa yang Kirito cintai bukanlah Yuuki Asuna yang lemah, melainkan
salah seorang pejuang terkuat Asuna «The Flash», menjadi belenggu berat
dan menghantui dirinya.
?Asuna... sangatlah kuat... Jauh lebih kuat dariku...?
Dia
teringat kata-kata yang Kirito bisikkan di dunia itu. Asuna mungkin
akan menarik dirinya dari hati Kirito bila dia menunjukkan kelemahan.
Hal
itu terlalu menyeramkan. Asuna berbaring, dan tanpa sadar tertidur
sebentar. Dia melihat dirinya dengan sarung pedang berhiaskan perak
tergantung di pinggangnya, bergandengan dengan Kirito, berjalan di suatu
tempat dengan sinar matahari menembus pepohonan. Akan tetapi, Asuna
yang lain terkunci di tempat yang gelap, hanya mampu memandang dengan
diam kebahagiaan mereka berdua.
Di dalam mimpi manis namun menyedihkan tersebut, Asuna sangat berharap dia kembali ke dunia tersebut.
Bab 3
Lantai
24 Aincrad adalah lantai limnetik yang hampir seluruhnya terisi oleh
air. Corak-nya sangat mirip dengan kota danau yang belum dirilis
«Salemburg» di lantai 61, tempat dimana Asuna pernah tinggal.
Blok
utamanya bernama «Panareze». Terdesain sebagai pulau buatan manusia di
tengah danau besar, terhubung dengan pulau-pulau kecil yang tak
terhitung banyaknya melalui jembatan melayang tersebar ke semua arah.
Asuna terkesima pada Panareze yang begitu meriah dari seberang danau, dan menyandarkan kepalanya di pundak Kirito.
Mereka
berdua saat ini sedang duduk di pesisir selatan pada pulau kecil di
sedikit arah utara dari blok utama. Pohon besar di belakang mereka
bertunas, ombak kecil menyapu kaki mereka. Angin hangat berhembus di
sekitar danau meskipun saat ini sedang musim dingin, dan rumput di
sekitar bergemerisik lembut.
“Hei, apa kamu masih ingat? Saat
pertama kali kamu datang ke rumahku.” Dia mengangkat wajahnya dan
bertanya, Kirito membalas dengan senyum lemah.
“Bukannya aku sombong, tapi aku cukup percaya diri kalau aku punya ingatan yang buruk—“
“Eh—“
“—Tapi, aku masih teringat jelas waktu itu.”
“... Sungguh?”
“Tentu
saja. Waktu itu, aku mendapatkan bahan makanan yang super langka, dan
Asuna membuatnya menjadi stew. Ah... Daging itu begitu lezat... Sampai
sekarang, aku masih sering membayangkannya.”
“Benar-benar deh! Hal yang kamu ingat cuman makan!”
Asuna mengeluh dan memukul dada Kirito, namun terdapat gambaran senyuman pada kata-katanya.
“...Yah, aku juga masih sering membayangkannya.”
“Apa- berarti kamu tidak boleh memprotes orang lain dong... Hei, stew itu, apa mungkin untuk dibuat ulang di dunia nyata?”
“Uh~huh...
Pada dasarnya itu mirip dengan daging ayam, mungkin kalau aku membuat
saus-nya... Tapi tetap saja, mungkin lebih baik kalau itu tersimpan
dalam kenangan kita. Masakan yang tidak akan pernah kamu rasakan lagi,
bukannya itu lebih baik?”
“Mmn, iya, itu benar.”
Memandang
Kirito menggangguk dengan menyesal, Asuna sekali lagi tersenyum, Kirito
pun tersenyum, dan berkata seakan dia teringat akan sesuatu.
“Ah, benar juga... Hei.”
“Ada apa?”
“Tanpa
sadar kita sudah menyimpan cukup banyak Yurudo, kalau update lantai 60
sudah diperkenalkan, kenapa kita tidak membeli rumah di Salemburg? Rumah
Asuna ada di sana di masa lalu.”
“Soal itu...”
Asuna memikirkan sejenak mengenai usulan Kirito, dan menggelengkan kepalanya.
“Tidak
deh. Aku tidak punya kenangan indah di tempat tersebut. Pakai uang itu
untuk membantu Agil untuk membuka toko di Algade.”
“Membantu membangun kembali toko keji itu? Bunganya sepuluh persen setiap sepuluh hari.”
“Wah, kamu terlalu jahat.”
Mereka
bisa berbicara tanpa henti tentang kenangan yang mereka rasakan di
Aincrad. Sembari mereka berbicara dan tersenyum, Asuna menyadari
peningkatan jumlah pemain yang terbang dari Panareze ke pulau ini. Yang
lain terbang melewati mereka berdua, menuju pohon besar di tengah pulau.
“Ah, sebentar lagi waktunya. Aku harus pergi.”
Sambil
mengatakan itu, Asuna masih enggan untuk berpisah dengan kehangatan yang
sedang bersamanya. Pada saat itu, Kirito berkata dengan ekspresi serius
di wajahnya-
“Asuna. Kalau kamu melawan Zekken...”
“...Eh?”
“Er... Well, tidak, orang itu... benar-benar kuat, sungguh.”
Mendengar sedikit gagap di nada bicara Kirito, Asuna memiringkan kepalanya.
“Aku
sudah mendengar cukup banyak soal kekuatan Zekken dari Lisbeth dan yang
lain. Terlebih lagi, Kirito berhasil dikalahkannya. Dari awal, aku
tidak pernah merasa akan menang. Aku hanya ingin melihat pedang itu...
Selain itu, aku benar-benar tidak percaya Kirito-kun bisa kalah.”
“Untuk saat ini sudah banyak orang yang lebih kuat dariku. Well, bahkan dari antara mereka, Zekken termasuk spesial.”
“Ngomong-ngomong, Lyfa bilang kalau kamu mengatakan sesuatu saat pertarungan. Apa itu?”
“Ah tentang itu, ada sesuatu yang membuatku sedikit penasaran...”
“Apa itu?”
“Ini dan itu..”
Asuna menyadari dengan teliti kecemasan di wajah Kirito. Asuna menjadi lebih dan lebih bingung, lalu berkedip.
Tidak
peduli betapa kuatnya pemain yang dipanggil Zekken, ini bukanlah SAO.
Meskipun kamu tidak menyerah dan kehilangan seluruh HP-mu, kamu bisa
hidup kembali saat itu juga selama ada seseorang yang menggunakan
‘ressurection spell / mantra menghidupkan’. Bahkan meski kamu kehilangan
seluruh experience dikarenakan death penalty / penalti kematian, kamu
hanya perlu melakukan hunt untuk beberapa jam untuk mendapatkannya
kembali.
Akan tetapi, dengan suara pelan Kirito mengatakan hal yang tidak Asuna perkirakan.
“Aku
bertanya pada orang itu – Kamu benar-benar penghuni dunia ini kan?
Jawabannya hanyalah senyum ringan dan skill charge yang sungguh cepat
dan brutal. Kecepatan itu... melampaui batas...”
“...Boleh dibilang, pemain yang sangat kecanduan?”
Asuna memiringkan kepalanya dan bertanya, menjawab pertanyaannya, dengan segera Kirito menggelengkan kepalanya.
“Bukan,
aku tidak menunjuk pada dunia VRMMO, aku berbicara tentang seluruh «The
Seed server», bukan itu juga salah. Boleh kubilang, itu adalah produk
dari lingkungan hasil ciptaan full diving... Itulah apa yang aku
rasakan.”
“Apa... maksudnya itu...?”
“—Lebih baik tidak
membuat kesan awal terlalu cepat. Aku ingin kamu merasakannya sendiri.
Aku pikir kamu akan mengerti kalau kamu melawannya.”
Sembari
Asuna mengedipkan matanya ketika Kirito mengelus kepalanya, suara
orang-orang yang mendarat terus terdengar dari pohon di belakang mereka.
Lalu, mereka mendengar suara keras.
“Sedikit saja aku mengalihkan pandanganku dan kalian sudah kabur ke tempat seperti ini.”
Mendengar suara langkah di atas rumput, Asuna berdiri.
Lisbeth mengenakan dress apron berjalan dari balik pohon, berdiri dengan tangan di pinggangnya, melihat Asuna dan berkata.
“Maaf ya kalau aku mengganggu saat kalian sedang sibuk, tapi sudah hampir waktunya.”
“A, Aku tahu.”
Mengangkat
dirinya dengan sayap di belakangnya, Asuna segera berdiri dan
memastikan equipment-nya. Sebuah jaket dengan benang biru keperakan dan
rok dengan jenis yang sama. Sepatu boot dan sarung tangan terbuat dari
kulit naga air. Tergantung di ikat pinggang pedang yang melingkari
pinggangnya adalah sebuah rapier dengan gagang kristal. Semuanya adalah
harta karun grade tertinggi yang saat ini bisa didapatkan. Dengan begitu
dia tidak dapat menyalahkan equipment-nya apabila dia kalah.
Menyelesaikan pemeriksaan barang-barangnya seperti tipe asesoris magis yang di-equip, dia melihat jam.
Masih
ada sedikit waktu sebelum pukul 3 sore di dunia nyata. Asuna memandang
sekilas Kirito yang berdiri di sisinya, berputar, melihat Lisbeth,
Silica dan Lyfa yang berada di belakangnya, begitu juga Yui yang berada
di atas kepalanya dan berkata.
“–Jadi, ayo kita berangkat.”
Mereka
terbang rendah dalam satu baris, menuju tengah pulau yang tak bernama.
Bukit tinggi membumbung di pandangan mereka sambil mereka bergerak
menembus pepohonan yang makin menjauh. Cabang-cabang pohon mencuat dari
pohon besar pada puncaknya, dan kumpulan besar pemain telah berkumpul
melingkar di dasarnya. Sorak sorai bergemuruh bagai tsunami.
Ketika
mereka menyadari terdapat ruang di antara penonton dan mendarat,
seorang pemain terjatuh jauh dari atas disertai dengan jeritan. Secara
brutal dia jatuh dengan kepala terlebih dahulu di dasar pohon,
menghasilkan awan debu tebal.
Swordsman yang nampaknya seorang
Salamander terlentang di lantai untuk sementara sebelum akhirnya
menggelengkan kepala dan menghentak. Dengan ekspresi yang masih
menunjukkan benturan akibat terjatuh, dia mengangkat kedua tangannya dan
berteriak.
“Aku kalah! Aku menyerah! Aku berhenti!”
Di saat yang sama, suara yang menandakan akhir dari duel berbunyi dan suara tepuk tangan dan sorak sorai menjadi lebih kencang.
Luar
biasa, ini sudah menjadi ke-67 kali kemenangan berturut-turut, tidak
adakah yang bisa menghentikan orang itu, teriakan seperti itu yang tak
terhitung banyaknya dipadu dengan pujian dan riuh. Mendengar itu, Asuna
menyipitkan matanya dan melihat seolah untuk memastikan pemenangnya.
Di dalam pancaran sinar matahari yang membekas di antara cabang-cabang pepohonan, sebuah siluet pemain berputar turun.
Zekken
lebih kecil dari yang dia bayangkan. Dari namanya, Asuna membayangkan
dia akan seperti pria besar dengan otot-otot yang membengkak, namun
Zekken bisa dibilang cukup kurus. Detailnya makin terlihat sembari
Zekken turun perlahan berselimutkan cahaya.
Warna kulitnya putih
susu dengan sedikit gambaran warna ungu, karakteristik unik dari Imp.
Rambut panjangnya yang hitam-keunguan terlihat begitu berkilauan dan
indah. Obsidian Armor yang melindungi dadanya sedikit menonjol, blus dan
dress dibawahnya berwarna ungu biru-botol. Pada pinggangnya tergantung
sarung hitam tipis.
Di hadapan pandangan tercengang Asuna,
swordswoman tak terkalahkan «Zekken» dengan cepat berputar dan mendarat
ringan dan anggun. Lalu dia mengangkat ujung roknya, meletakkan tangan
di depan dadanya dan membungkuk layaknya seorang aktris. Di saat yang
sama, lelaki di sekitarnya bersiul dan bersorak.
Zekken
mengangguk perlahan dan berdiri, wajahnya dipenuhi senyuman dan dengan
polos membuat tanda V. Dia jelas lebih pendek dari Asuna. Terdapang
lesung pipit wajahnya yang kecil, hidung yang agak ke atas serta matanya
yang besar dan bersinar seperti kilau Amethyst.
Asuna belum tersadar dari keheranannya, menyentuh abdomen Lisbeth dengan siku-nya.
“...Hei, Liz.”
“Ada apa?”
“Zekken – seorang gadis?”
“Uh-huh, apa aku tidak bilang sebelumnya?”
“Tidak, kamu tidak bilang! ...Ah, apa mungkin...”
Sekarang dia memandang sekilas wajah Kirito yang berdiri di sisinya yang lain.
“Alasan Kirito kalah...”
“Tidak, bukan itu.”
Kirito menggelengkan kepalanya dengan serius dan berkata
“Aku
tidak meremehkannya karena dia seorang gadis. Aku sudah bertarung
dengan serius. Sungguh... Paling tidak sampai pertengahan.”
“Siapa tahu?”
Asuna berputar menjauh darinya dengan kesal.
Saat
itu sang Salamander bangkit berdiri, tersenyum meskipun dia kalah dan
menjabat tangan Zekken sebelum berbalik arah dan kembali ke sudut
penonton. Gadis yang mengenakan bando merah pada rambutnya yang hitam
menggunakan sihir penyembuhan level terendah pada dirinya sendiri dan
memandang sekitar.
"Lalu, penantang berikutnya, apakah ada?"
Suaranya
pun adalah suara gadis muda yang tinggi dan memikat. Nada suaranya
terdengar cemerlang dan tidak berdosa, membuatnya sulit untuk
menghubungkannya sebagai seorang pejuang yang berpengalaman.
ALO
tidak mendukung pergantian jenis kelamin, maka pemain itu pastilah
perempuan, namun tubuh virtual yang terbentuk secara acak tidak
merefleksikan umur dan fisik seseorang. Meskipun begitu, sikap nyata
dari «Zekken» membuat orang lain percaya bahwa itulah umur dan
penampilan aslinya.
'Kenapa kamu tidak pergi', 'Tidak mungkin,
aku akan terbunuh dalam beberapa detik', percakapan seperti ini terus
berdatangan dari sekitar, namun tidak seorangpun yang berani. Saat ini
giliran Lisbeth yang menyikut perut Asuna.
"Hei, majulah"
"Tidak... Sebentar, aku harus menemukan temponya dulu..."
"Kamu bisa menemukannya dalam satu babak dengan anak itu. Sekarang, maju cepat!"
"Wah."
Gedebuk,
punggungnya didorong, dan Asuna terjatuh ke depan beberapa langkah.
Dengan segera ia mengembangkan sayapnya untuk mencegahnya terjatuh,
bangkit tegak berdiri dan menemukan dirinya bertatap muka dengan sang
gadis dengan nama sebutan Zekken.
"Nona, mau mencoba?"
Tersenyum dengan kejang, Asuna tidak bisa melakukan apapun kecuali,
"Soal itu... Well, aku siap."
Merespon
dengan pelan seperti itu. Sebelum pertempurannya dengan Zekken yang
dibayangkannya seperti pria yang besar dan buas, dia mengharapkan akan
menjadi adu mulut yang mengadu kehebatan satu dengan yang lain, namun
terlalu banyak hal yang sudah merusak temponya.
Namun, sorak
sorai sekitar tetap saja riuk pikuk. Banyak orang mengetahui bahwa Asuna
sering memenangkan turnamen bulana, dan suara yang memanggil namanya
bisa terdengar.
"OKE!"
Gadis itu menjetikkan jarinya dan memberikan isyarat pada Asuna.
Bernapas
dalam-dalam, Asuna memantapkan hatinya dan berjalan ke tengah-tengah
dinding manusia. Setelah suara sekitar mulai berhenti perlahan,
pertama-tama dia memastikan kondisi untuk pertarungannya.
"Tentang itu, bisakah kamu menjelaskan peraturannya?"
"Tentu saja. Kamu bisa menggunakan sihir dan item bila kamu mau. Namun, aku (boku) hanya akan menggunakan ini."
Gadis
yang sungguh cocok dengan penggunaan kata panggilan orang pertama
«boku» menepuk pangkal pedangnya dengan tangan kiri ketika merespon.
Kepercayaan dirinya yang begitu naif memprovokasi hasrat Asuna untuk
bertarung.
...Kalau begitu, aku juga tidak akan menggunakan
cara-cara untuk mengekangnya seperti serangan sihir jarak jauh.
Pertarungan terang-terangan diantara swordswomen adalah apa yang aku
harapkan, bisik Asuna dalam hatinya sambil meletakkan tangan kanannya di
ujung pangkal rapiernya, saat itu.
Zekken berbicara sesuatu dengan lantang yang lebih terkesan tidak terburu-buru.
"Ah, betul. Nona, pertarungan di darat atau udara, mana yang lebih kamu suka?"
Awalnya berpikiran pasti akan menjadi pertarungan udara, Asuna terkejut dan berhenti menghunus pedangnya.
"...Salah satunya boleh?"
Zekken
menyeringai dan mengangguk. Asuna menjadi memikirkan apakah ini adalah
sebuah taktik dari dirinya. Namun, tidak tersirat tanda-tanda kejahatan
dari gadis Imp ini. Boleh dikatakan, dia sungguh-sungguh yakin bahwa
dirinya dapat menang tidak peduli apapun jenis pertarungannya.
"Jadi, pertarungan di darat."
"Oke. Boleh melompat, tapi tidak boleh menggunakan sayap!"
Zekken
segera menyetujuinya, dan melipat kembali sayap khas yang seperti
bayangan pada punggungnya. Warna sayapnya yang berbentuk seperti sayap
kelelawar seketika berpudar dan menjadi hampir tidak kelihatan. Dalam
waktu bersamaan, Asuna juga menggunakan perintah untuk menghilangkan
sayapnya, kedua tulang belikatnya merapat sepenuhnya dan tetap disana
selama dua detik. Suara gemerincing terdengar dari belakangnya, dan dia
mengetahui bahwa sayapnya telah menghilang.
Asuna kurang lebih
sudah menguasai «Voluntary Flight» tanpa joystick di hari pertamanya di
ALO sebagai pemain normal, dan sekarang teknik udaranya tidak lebih
buruk dari veteran-veteran yang sudah bermain semenjak sebelum patch
Aincrad.
Meskipun begitu, seperti yang diharapkan, pergerakan
yang menyebar ke seluruh tubuhnya selama 2 tahun pertarungan di SAO
tidak melemah sedikitpun. Sebenarnya, pertarungan di darat cukup sulit.
Menggerakkan jari kakinya, dia merasakan kerasnya daratan yang berasal
dari bawah sepatu botnya.
Selanjutnya, Asuna memastikan «Multicolor Pointer» dari gadis yang dikenal sebagai Zekken.
Jendela
kecil ini secara otomatis muncul di dekat orang yang kamu fokuskan.
Selain menampilkan nama target, HP, MP, dan ikon kecil untuk buff dan
debuff, warna jendela juga menunjukkan hubunganmu dengan si target.
Kondisi seperti ras yang sama, ras netral, ras musuh, teman, guild,
party, dan yang lainnya akan merubah warnanya, karena itulah disebut
sebagai multicolor pointer / pointer multiwarna.
Namun, karena
inilah pertama kalinya Asuna dan gadis itu bertemu, namanya tidak akan
tertampil, dan tidak ada apapun diatas HP bar-nya. Secara komparatif, di
bagian kirinya terdapat ikon kecil. Yang dikenal sebagai «Guild
Emblem». Seperti tersirat dari namanya, berarti orang tersebut tergabung
dalam sebuah guild. Emblem dapat diedit dengan bebas, emblem gadis
tersebut terlihat begitu lucu dengan hati merah muda dan dua sayap
mengembang di sisinya. Asuna sendiri bukanlah bagian dari guild manapun,
maka tidak ada emblem di pointernya. Beberapa kali, dia dan
teman-temannya mengatakan untuk membentuk sebuah guild, tapi untuk
alasan tertentu tetap saja tertinggal seperti itu.
Gadis itu
mungkin juga sedang memandang pointer Asuna, setelah terfokus sedikit
jauh dari Asuna sekali lagi dia memandang langsung dirinya dengan mata
ungunya yang indah. Dia tersenyum, melambaikan tangan kanannya dan
dengan mahirnya mengatur jendela sistem yang muncul. Setelah itu,
permintaan untuk duel muncul di pandangan Asuna disertai dengan efek
suara yang menggerakkan hati. Baris atasnya tertulis—
'Yuuki menantangmu'.
Dibaca Yuuki, mungkin adalah nama karakter gadis itu. Imut namun mengesankan, nama yang sangat cocok untuk dirinya.
Seperti
di SAO terdapat 3 mode pilihan di bagian bawah jendela menu. Dimulai
dari yang paling atas, yaitu «First Strike Mode», «Half Loss Mode» dan
«Total Loss Mode». Di Aincrad sebelumnya, pada dasarnya semua duel
dilakukan dalam first strike mode (mode pukulan pertama). Tentu saja
tidak mungkin kehilangan seluruh HP, bahkan di dalam half loss mode
(mode kekalahan sebagian), sangat mungkin mengurangi HP seseorang
menjadi zona bahaya apabila serangan penentunya berupa serangan
kritikal.
Namun untuk saat ini, jelas sekali pilihannya adalah total loss mode (mode kekalahan total)
Merasakan
perubahan waktu di sudut pikirannya, Asuna meng-klik OK. Nama Yuuki
muncul di pointer multiwarna gadis tersebut. Di saat yang bersamaan,
pointer yang sedang dilihatnya juga akan menampilkan nama Asuna.
Jendela
menu duel menghilang secara otomatis, digantikan dengan timer selama 10
detik. Asuna dan sang gadis— «Zekken» Yuuki menghunus pedang mereka
bersamaan, *ka-chink*, dua suara jernih saling bertautan.
Senjata
Zekken adalah pedang lurus satu tangan dengan dua mata. Terlihat tembus
cahaya dengan corak obsidian hitam seperti armornya. Menilai dari sinar
dan detailnya, level senjata tersebut kurang lebih sama dengan rapier
Asuna. Boleh dikatakan, kemungkinan pedang tersebut tidak mempunyai efek
tambahan unik dan langka, senjata legenda.
Yuuki memposisikan
pedangnya di depan pinggangnya, dan secara alami merendahkan tubuhnya.
Sementara, Asuna meletakkan tangan kanannya di sisi tubuhnya, rapiernya
tergenggam hampir tegak lurus. Dalam saat yang bersamaan, sorak sorai di
sekitarnya menghilang seperti tersapu ombak.
Sementara dia menarik dan menghembuskan nafas dalam-dalam, hitungan di timer mencapai angka nol.
Dalam
sekejap kata 'DUEL' tersiar, Asuna mengentakkan kaki dari tanah dengan
seluruh tenaganya. Memperpendek jarak sekitar 7 meter dalam sekejap, dia
memutar tubuhnya ke kanan.
"Ha!"
Diiringi teriakan
tersebut, tangan kanan Asuna menusuk layaknya sebuah panah. Tusukan
tersebut dipenuhi putaran dan kelembaman menghasilkan dua kali serangan
sedikit ke kiri dari pusat tubuh Zekken, dan tusukan lain dengan mahir
ke sebelah kanannya beberapa saat kemudian. Itu hanyalah sebuah skill
reguler dan bukanlah sword skill, meskipun tidak cepat, namun bidikannya
lebih terarah. Apabila dia menghindari dua tusukan pertama, dia tidak
akan bisa menghindari yang berikutnya.
Seperti yang Asuna
perkirakan, tubuh Yuuki bergerak sedikit ke kanan untuk menghindari dua
serangan pertama. Ketika gerakannya terhenti, Asuna memasuki zona
serangan untuk serangan ketiga—
Namun, saat ujung rapier hendak
mengenai armor dadanya, tangan kanan Yuuki bergerak secara tidak jelas.
Dalam waktu yang sama, percikan muncul di sisi kanan rapier Asuna, dan
arah tusukannya sedikit bergeser.
Zekken secara akurat
menghindari rapiernya yang bergerak dengan kecepatan ultra-tinggi,
seketika otaknya menyadari hal tersebut, ujung rapiernya menggores armor
Zekken dan serangannya mengenai udara.
Mengharapkan adanya
serangan balasan, kulit di leher Asuna menjadi kaku. Namun, bila dia
menarik kembali rapiernya saat ini, maka kuda-kudanya akan menjadi kaku.
Mengikuti kelembaman skillnya, dia memantapkan hatinya dan berputar ke
sebelah kirinya.
Dalam waktu yang sama, cahaya hitam yang mengincar lehernya terlintas dalam pandangannya.
"——!!"
Gemetar
memenuhi tubuh Asuna ketika dia menghadapi kecepatan mengerikan seperti
kilat. Dia menggertakkan giginya dan memutar tubuhnya hingga batasnya,
kekuatan yang dihasilkan oleh kaki kanannya hampir saja mengkikis
permukaan tanah.
Perbedaan antara rumput yang tumbuh secara
rapat di bawah kakinya diatur sedikit pendek dibandingkan dengan
bebatuan atau tanah kosong. Nilai ini mengkhianati Asuna dan kaki
kanannya terpeleset. Dengan segera, tubuhnya miring secara tiba-tiba.
Namun,
untungnya, pedang milik Zekken hanya melintas melewati dada Asuna.
*Klang!* Tumbukan melewati dekat telinganya. Apabila rambut memiliki
hitboxes (daerah hit), rambut biru muda panjang Asuna mungkin hanya akan
tersisa setengah dari panjang aslinya. Dari sudut luar matanya, dia
melihat energi terlepas menyebar ke udara.
Asuna mengembalikan
keseimbangannya, menjejak tanah dengan sepatu bootnya dan melompat ke
kanan. Dia melompat sekali lagi dengan kaki kirinya dan berhenti pada
jarak yang aman.
Meskipun Asuna membungkuk rendah sebagai
persiapan untuk serangan pengejaran, Zekken tetap dalam senyum yang
sama, berhenti bergerak dan sekali lagi mengangkat pedangnya di
pinggangnya. Asuna menenangkan detak jantungnya dan membalas
senyumannya- tetapi didalam, dia dipenuhi keringat dingin.
Jalur
tusukan yang menuju arahnya hanyalah poin tunggal. Pada dasarnya, kamu
dapat menghindarinya menggunakan gerakan kaki, namun Zekken dengan
akurat menangkis rapier Asuna.
Dibandingkan kecepatan serangan
balasan, Asuna lebih terkejut pada kecepatan reaksinya yang luar biasa.
Meskipun dia terus mendegar tentang betapa kuatnya Zekken, wajah manis
tak terduga sang musuh membuatnya lengah. Awalnya dia mengira alasan
Kirito kalah adalah karena kelengahan atau keleluasaan ketika melawan
seorang perempuan, tetapi hal itu sepenuhnya tidak semestinya diberikan.
Bahkan Kirito pun tidak mampu dengan sukses menangkis tusukan sepenuh
tenaga Asuna sekalipun.
Sekali lagi Asuna menarik nafas
dalam-dalam dan menahannya. Ia memang benar-benar musuh yang mengerikan,
tapi menyerah hanya dalam satu ronde akanlah memalukan.
Tak diduga, suara bergaung di dalam telinganya.
—Pedang apa. Hal seperti itu, ini hanyalah sebuah permainan...
Asuna
menggertakkan giginya dan membuang jauh suara dalam pikirannya. Dunia
ini sudah menjadi dunia nyata, pertarungan di tempat ini adalah
pertarungan sebenarnya. Dia harus menganggapnya seperti itu.
Sembari memacu dirinya, Asuna menggoncang rapiernya, mengangkatnya ke pundak kanannya dan siap menghadapi lawannya.
Kalau
skill normal tidak bisa, maka dia harus bersiap menghadapi resiko
menggunakan sword skill mulai sekarang. Namun sword skill mempunyai
recovery time, apabila semua serangannya berhasil dihindari, dia pasti
akan menerima serangan balasan yang fatal. Dia harus memikirkan cara
untuk menghancurkan postur lawannya dan menghasilkan situasi dimana
serangannya pasti mengenainya. Asuna mengepalkan tangan kirinya.
Sekali
lagi dia mengentakkan kaki dari tanah dan melompat, kali ini pikirannya
begitu jernih. Sesuatu yang jarang dia rasakan selama pertarungan di
dunia ALO, perasaan ketika kegelisahannya terbakar dan pemikirannya
dipercepat meliputi dirinya.
Kali ini, Zekken juga melompat ke depan. Senyum di sudut bibirnya terhapus dan cahaya bersinar di mata amethistnya.
Pedang
obsidiannya datang meraung secara diagonal dari kanan atas, Asuna
mendorongnya menjauh ke kiri. Tumbukan melengkung datang dari tangan
kanannya beserta percikan dan suara metalik. Menggunakan pedangnya yang
tertangkis, Zekken dengan cepat kembali mengayunkanya seolah dia tidak
merasakan berat dari senjatanya, dia menyerang lagi dan lagi.
Kecepatannya begitu tinggi sehingga sangat mustahil untuk bereaksi
ketika kamu melihat serangannya. Memfokuskan seluruh pandangan pada
lawannya, Asuna memprediksi arah serangan selanjutnya dari gerakannya
dengan menangkis atau menghindarinya. Adakalanya pedang mereka bertemu
dan menggores tubuh satu dengan yang lain, menyebabkan kedua HP mereka
berkurang sedikit, namun tidak ada satupun serangan bersih.
Mengayunkan pedangnya dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba Asuna merasa khawatir.
Memang
betul, serangan dan kecepatan reaksi Yuuki sang Zekken sungguh
mengerikan. Menilai hanya dari kecepatannya saja, dia mungkin diatas
Kirito. Meskipun begitu alasan Asuna mampu bertahan hingga saat ini
bukan hanya karena banyaknya pengalaman bertarung yang dia alami di SAO,
tetapi juga karena serangan lawannya terlalu biasa. Mulai dari awal
hingga akhir, dia tidak menggunakan satupun tipuan, yang bisa merusak
irama pertarungan dalam seketika.
Asuna merasakan bahwa mungkin,
Yuuki tidak memiliki begitu banyak pengalaman melawan pemain lain.
Kalau seperti itu, meskipun hanya sekilas, dia memiliki kesempatan untuk
menang apabila dia mengejutkannya.
Memasuki celah diantara
kombo tiga hit yang berdatangan dari kanan atas, kiri atas, dan sisi
kirinya, tanpa ampun Asuna mendekati bagian dada Zekken. Keduanya hampir
menempel antara satu dengan yang lain. Dengan begitu, tidak ada satupun
dari mereka yang dapat menghindari serangan dengan pergerakan kaki.
Asuna membungkuk begitu dalam, rapier di tangannya terarah tepat ke pusat dari tubuh lawannya, dan tanpa ragu menusuk ke depan—
Zekken merespon, dan menangkis rapier itu dari bawah-
Saat
itu juga, tiba-tiba Asuna menarik kembali tangan kanannya, dan di saat
yang sama, mengepalkan tangan kirinya dan memukul sisi kanan Zekken. Ini
adalah skill «Boxing» yang dia pelajari ketika dia mengunjungi tempat
latihan dari ibukota Gnome yang berada sangat jauh. Meskipun serangan
tidak memiliki kekuatan lebih karena dia tidak mengenakan senjata tipe
knuckle, serangan itu menyebabkan sentakan yang tidak mungkin dihasilkan
bila tidak menggunakan skill. * Dong *, tumbukan datang dari tangan
kirinya, Zekken membelalakkan matanya dalam keterkejutan. Ini adalah
peluang pertama dan terakhirnya. Asuna tidak ragu dan mengaktifkan
empat-hit sword skill «Quadruple Pain».
Rapier Asuna bersinar merah terang dan disaat yang sama tangan kanannya terkontrol oleh sistem, memecah udara layaknya kilat.
Asuna yakin serangannya akan masuk. Kuda-kuda dari lawannya sudah goyah dan tidak mungkin untuk menghindarinya dalam hal jarak.
Namun,
membiarkan sistem mempercepat gerakan tangan kanannya, Asuna melihat
wajah Zekken, dan sekali lagi gemetar memenuhi seluruh tubuhnya.
Meskipun mata Zekken terbuka lebar, tidak ada sedikitpun kepanikan
terpancar di mata ungunya. Kedua matanya terfokus pada ujung dari
rapier.
Dia mampu melihat tusukan ini-?
Seketika juga pikiran ini terlintas di benak Asuna, pedang Zekken bersinar.
Seperti
pedang yang diletakkan di roda pengasah, suara kikisan keras terdengar
empat kali terus menerus. Empat-hit kombo Asuna secara akurat berhasil
ditangkisnya, bawah, kiri dan kanan, tidak satupun mengenainya. Asuna
hanya dapat melihat bayangan tipis yang seperti tinta tersisa di pedang
milik Zekken.
Hit-nya yang terakhir berhasil ditangkis, Asuna
membeku dalam posisi tangan kanannya teregang ke depan untuk
sepersepuluh detik- recovery time tanpa harapan ini mengambil alih tubuh
Asuna. Zekken tidak membuang-buang kesempatan ini.
Dengan suara * klang *, dia menarik kembali pedang obsidiannya, pedang itu memancarkan sinar ungu.
Sebuah counterattack-sword skill!
"Aaah!"
Untuk
pertama kalinya dalam pertarungan itu, Yuuki mengeluarkan teriakan
penuh semangat yang mengaggumkan. Lalu dia menusuk dengan kecepatan yang
akan sangat sulit untuk dihindari meskipun Asuna sedang tidak dalam
masa recovery time, langsung mengenai pundak kiri Asuna. Menebas
langsung ke arah kanan bawah, dia melakukan lima-hit kombo tanpa jeda.
Semuanya tereksekusi dengan indah dan dengan cepat HP Asuna menjadi
kuning. Dia tidak ingat skill pedang satu-tangan seperti itu, maka tidak
salah lagi itu adalah sebuah «Original Sword Skill». Jadi dia mampu
menghasilkan lima-hit kombo secepat itu.
Ketika
Asuna kebingungan dan memikirkan hal tersebut, cahaya dari pedang milik
Yuuki tidak menghilang dan dia mengangkatnya ke kiri-atas.
Ternyata
tidak berakhir dalam lima kombo. Serangannya masih berlanjut. Akhirnya
terbebas dari waktu recovery dari skillnya, Asuna memulihkan dirinya dan
sekali lagi bergetar ngeri.
Misalkan Yuuki menusuknya lima kali
lagi, tidak salah lagi HP-nya akan habis. Akan tetapi, itu sangatlah
tidak mungkin untuk dihindari.
Daripada mencoba melarikan diri
sia-sia dan terkena serangan dari belakang, lebih baik untuk bertaruh
pada sebuah kemungkinan kecil. Asuna meletakkan semua energinya pada
tangan kanannya dan sekali lagi mengaktifkan sword skill. Satu-satunya
OSS lima-hit yang berhasil ia buat, yang diberinya nama «Starry Tear».
Cahaya
biru dan merah saling bertautan. Mulai dari pundak kanan Asuna menuju
bagian kiri-bawah, ujung pedang Yuuki bertemu dengan hit sebelumnya dan
membuat sebuah salib.
Akan tetapi, rapier Asuna akhirnya
mengenai Zekken. Menghasilkan puncak dari bintang kecil, skill tusukan
lima hit menembus armor hitamnya.
Mereka selesai bertukar lima hit, dan keheningan terjadi. Tidak satupun dari mereka terjatuh.
HP
Zekken berkurang lebih dari setengah dan berubah menjadi kuning.
Sementara bar HP Asuna memasuki zona merah, dan hanya tersisa sedikit
lagi. Pada awalnya, Asuna yang karakter datanya diwariskan dari SAO,
memiliki HP yang lebih tinggi dibandingkan pemain ALO. Sepuluh-hit kombo
mengherankan itu berhasil menghabisi hampir semuanya, kekuatan dari
Zekken benar-benar mengerikan, akan tetapi...
Tidak. Pedang Yuuki masih menghasilkan sinar berwarna ungu, sword skillnya belum berakhir.
Sekali lagi menarik pedangnya, dia mengarahkannya ke pusat tubuh Asuna, di titik pertemuan dari efek berbentuk salib.
Boleh dibilang, inikah OSS menakjubkan yang dipertaruhkan Zekken dalam duel ini? Asuna menghela napas panjang.
Kekuatan
dan kecepatan yang melampaui akal sehat, terlebih keindahan yang
melampaui itu semua. Aku tidak menyesal bila kalah dari sword skill
semacam ini. Menyatakan ini di dalam hatinya, Asuna menunggu hit yang
terakhir.
Tanpa ampun hit ke-sebelas datang- tapi berhenti
tiba-tiba tepat sebelum menembus Asuna. Sistem support yang dipaksa
berhenti menghasilkan kilatan cerah dan hentakan itu dilepaskan ke udara
sekeliling, menyebabkan rumput sekitarnya jatuh perlahan.
"—?!"
Di
hadapan Asuna yang tercengang, Zekken meletakkan pedangnya dan untuk
beberapa alasan dengan segera berjalan ke arahnya. Dia menepuk bahu
Asuna dengan tangan kirinya, tersenyum cerah. Membuka bibirnya, dan
dengan penuh semangat berkata,
"Ya, sungguh luar biasa! Aku memilihmu!!"
"Ap...Eh...?"
Asuna sudah tidak mengerti sama sekali dan hanya bisa mengeluarkan suara yang linglung.
"Bagaimana, itu... Bagaimana hit terakhir duel ini...?"
"Aku sudah cukup dengan bertarung seperti ini. Apa kamu mau melanjutkannya sampai selesai?"
Mendengarkan
dia berkata demikian sambil tersenyum, Asuna hanya bisa menggelengkan
kepalanya. Apapun yang terjadi, apabila Zekken tidak menghentikan
serangannya yang terakhir, pastilah HP Asuna berkurang sampai habis.
"Aku
terus, terus menerus mencari orang yang kuat. Kali ini aku berhasil
menemukannya! Hei nona, ada yang kamu lakukan setelah ini?"
"Itu... uh. Tidak..."
"Maka, ikutlah denganku sebentar!"
Sang
Zekken, Yuuki menyarungkan kembali pedang miliknya di sarungnya yang
berada di pinggang dengan bunyi denting dan dengan penuh semangat
mengulurkan tangan kanannya. Asuna juga menyarungkan pedangnya sejenak
dan dengan gelisah menggenggam tangannya.
Di saat yang
bersamaan, Yuuki melebarkan punggungnya dan mengaktifkan perintah untuk
mengembangkan sayapnya. Sayap kelelawar yang tembus pandang kembali
muncul, mengangkat tubuhnya sedikit.
"Ah, iya."
Dengan
segera Asuna mengulurkan kedua tulang belikatnya, memunculkan sayap
miliknya dan menghentakkan dirinya dari dasar. Yuuki tersenyum sekali
lagi, menggenggam tangan Asuna, berbalik dan dengan cepat terbang ke
atas seperti roket.
"Hei, Asuna, kamu pergi kemana?!"
Menengok
ke arah sumber suara tajam tersebut, Asuna melihat Lisbeth dengan wajah
yang terlihat setengah-kaget dan setengah-bingung, berteriak dengan
tangan di mulutnya. Lyfa, Silica dan juga Yui yang duduk di kepala
Kirito semuanya tampak tercengang, namun Spriggan berpakaian hitam itu
hanya tersenyum tenang, seolah-olah dia sudah memperkirakan perkembangan
ini.
Disemangati oleh ekspresinya, Asuna tersenyum dan menarik napas dalam-dalam.
"Yah, soal ini... Aku akan menghubungi kamu nanti!"
Setelah
dia meneriakkan hal itu kepada Lisbeth, di depannya, sayap Yuuki
mengeluarkan cahaya ungu dan dia langsung memasuki ledakan kecepatan.
Dengan tangan kanannya yang sedang ditarik, dengan panik Asuna
mengepakkan sayap di punggungnya, mencoba mengikuti punggung dari
swordswoman muda misterius tersebut.
Zekken terbang langsung ke
arah selatan melewati danau lantai 24 itu, melalui sebuah lubang di
batas Aincrad dan menuju ke luar tanpa keraguan.
"Uwah!"
Di
saat yang bersamaan, awan tebal mengenai wajah Asuna. Mereka terus
bergerak maju di dalam ruang putih murni itu selama beberapa detik
sebelum tiba-tiba memotong lapisan awan, langit biru membentang tanpa
batas di hadapan mereka.
Di sudut kanan bawah matanya, dia bisa
melihat kerucut hijau terbentang saat mereka menembus lapisan awan. Itu
adalah puncak dari World Tree yang menjulang di tengah Alfheim. Melihat
di bawahnya, samar-samar dia dapat melihat permukaan biru. Dilihat dari
bentuk melingkar yang meraup keluar dari garis pantai, sepertinya
Aincrad terbang di atas «Crescent Gulf» di wilayah Undine.
Sembari
Asuna bertanya-tanya kemanakah mereka akan pergi, Zekken yang terbang
dihadapannya tiba-tiba berbalik 90 derajat dan mulai terbang ke atas.
Memutar tubuhnya, Aincrad terlihat di hadapannya, bentuknya yang besar
dan berlekuk menjulang tinggi seperti tebing yang curam. Melewati
seratus meter lantai satu per satu, Zekken terus terbang semakin tinggi.
-Meskipun kamu bisa mengatakan seperti itu, kenyataanya kamu
dapat bebas masuk dan keluar dari Aincrad untuk lantai yang sudah
diselesaikan. Batas luar dari lantai yang belum diakses adalah zona
tidak dapat diakses. Asuna sedikit khawatir dan ingin bertanya kepadanya
sekedar untuk mengkonfirmasi, namun tepat ketika dia menarik napas
dalam-dalam dan bersiap-siap untuk berteriak, sekali lagi sudut
penerbangan mereka berubah 90 derajat.
Sepertinya tujuan Zekken
adalah di lantai 27. Jika Asuna ingat dengan benar, itu adalah posisi
garis depan saat ini. Melalui celah di dinding berlumut, mereka terbang
ke dalam dengan keras. Seketika itu juga, keadaan di sekitar mereka
menjadi gelap.
Lantai ke-27 Aincrad adalah negara dengan
kegelapan abadi. Ada bukaan sedikit di bagian eksterior dan sinar
matahari tidak bersinar bahkan saat siang hari. Sejumlah besar stalaktit
bergantung tidak merata dari langit-langit di dalam, dan di atasnya
terdapat permata prismatik besar di sana-sini, menghasilkan cahaya biru
yang buram. Dalam hal kesan, keadaain ini mirip dengan bawah tanah dari
wilayah Gnome di utara Alfheim.
Gadis imp itu, yang penglihatan
pada malam harinya hampir sama baiknya dengan ras Spriggan, menarik
tangan Asuna dan terbang di antara stalaktit. Dari waktu ke waktu,
sekelompok «Gargoyles» datang ke hadapan mereka, tapi Yuuki tidak
tertarik untuk bertempur, dan dengan terampil terus menghindari jarak
pandang mereka dan terus terbang.
Setelah terbang ke jurang yang
muncul dan meluncur perlahan-lahan selama satu menit lebih, sebuah kota
kecil mulai terlihat di bagian bawah dengan lembah yang melingkar. Ini
adalah kota di lantai 27 bernama «Ronbaru».
Gang dan tangga
secara kompleks saling silang-menyilang di kota ini, tampak seolah-olah
diukir dari blok batu dengan cahaya oranye bersinar di atasnya. Seperti
api unggun yang terbakar di malam yang dingin, terlihat begitu
menenangkan.
Jejak cahaya biru muda dan ungu membentang dari
Yuuki dan Asuna dalam kegelapan saat mereka terbang dan secara perlahan
mendarat di plaza melingkar di pusat kota.
BGM tenang yang
menandakan bahwa mereka telah memasuki kota itu terdengar di telinganya,
dan sedikit aroma daging panggang yang tercium menggelitik hidungnya-
ketika Asuna berpikir tentang hal itu, dia mendarat di lantai batu
dengan perlahan.
Asuna mengatur nafasnya dan melihat sekeliling.
Ronbaru adalah kota night elf, menyesuaikan setting tersebut tidak ada
satupun bangunan besar. Sebuah workshop kecil, toko dan penginapan
terbuat dari batu cyan terhubung dengan rapat. Di bawah cahaya oranye,
pemandangan ini memiliki keindahan seperti-fantasi dan keramaian
festival malam.
Selama di SAO, bahkan ketika mereka sedang
menyelesaikan lantai, orang-orang berkumpul di kota ini hanya untuk
sementara waktu dikarenakan ada tidak ada fasilitas penting di sini.
Asuna juga ingat hanya tinggal di kota ini selama beberapa hari saja.
Tetapi sekarang, karena ini adalah garis depan, banyak pemain dengan
bangga berjalan di sekitar, suara gemericing berasal dari baju besi
mereka. Orang-orang tampaknya membawa emosi temperamen dan atmosfer yang
tajam dari seorang pejuang. Melihat itu, perasaan rindu bercampur
dengan kepahitan melayang ke dalam hati Asuna.
Untuk mendapatkan
rumah kayunya, Asuna berada di garis depan terus menerus sampai mereka
telah menyelesaikan lantai 22, tapi dia hampir tidak pernah
berpartisipasi dalam pertarungan boss setelah itu. Dia merasa bahwa
kegembiraan «memasuki kota baru» harus diberikan kepada para petualang
dari Aincrad yang baru untuk dinikmati. Selain itu, ingatannya di garis
depan tidak semuanya menyenangkan.
Setelah menutup matanya dan
dengan perlahan menggelengkan kepalanya untuk membuang semua
sentimennya, Asuna memandang ke arah Zekken yang berdiri di sampingnya.
"...Hei, kenapa kamu membawaku ke sini? Apa ada sesuatu di kota ini?"
Menanggapi pertanyaan itu, Zekken tersenyum dan sekali lagi menarik tangan Asuna.
"Sebelum itu, mari kukenalkan teman-temanku! Sebelah sini!"
"Ah, sebentar..."
Mengikuti
punggung Zekken yang tiba-tiba mulai berlari, Asuna memasuki salah satu
gang sempit yang diperpanjang secara radial dari plaza.
Mendaki
dan menuruni tangga kecil, melewati jembatan dan terowongan, mereka
tiba di depan apa yang tampaknya seperti sebuah hotel. Mengetuk di
samping tanda berbentuk seperti pot terbuat dari besi dengan «INN»
tertulis di atasnya, mereka masuk melalui pintu tersebut. Mereka
melewati seorang NPC berjenggot yang tertidur dan melangkah jauh ke
dalam pub dan restoran. Pada saat ini-
"Selamat datang, Yuuki! Apa kamu berhasil menemukannya?!"
Suara riuh seorang anak laki-laki menyambut mereka berdua.
Lima
orang duduk di meja bundar di tengah kedai. Tidak ada orang yang lain.
Zekken berjalan di depan mereka, dengan cepat berbalik dan menghadap
Asuna, dengan bahagia membuka tangan kanannya, menegakkan dada dan
berkata,
"-Mari kuperkenalkan, ini adalah guildku, sahabatku dari «Sleeping Knights»."
Dia berbalik sekali lagi, dan kali ini memberi isyarat pada Asuna.
"Dan ini-..."
Tiba-tiba kata-katanya terhenti di sana. Yuuki mengerut, memutar matanya dan dengan imut menjulurkan lidahnya.
"...Maaf, aku masih belum bertanya siapa namamu."
Kelima
pemain itu jatuh dari kursi mereka secara bersamaan dengan berisik.
Melihat hal ini, Asuna tidak bisa menahan tawa dan setelah menekuk
lutut, dia mengatakan namanya kepada mereka.
"Senang bertemu dengan kalian. Namaku Asuna."
Dan
kemudian, di sisi paling kiri Asuna, seorang Salamander pendek berdiri
dengan semangat yang besar. Menggoyangkan rambut oranyenya yang dikepang
di belakang kepalanya, berkata dengan suara bersemangat.
"Aku Jun! Halo Asuna-san!"
Di
sisinya ada seorang Gnome besar. Dengan mata berseri tersembunyi
dibalik rambut bergelombangnya yang berwarna coklat pasir membuatnya
tampak ramah. Dia menarik perutnya yang mencuat, membungkuk, dan
menyebutkan namanya dengan nada santai.
"Ah, tentang itu, nama saya Thatch. Semoga kita bisa berteman dengan baik."
Yang
selanjutnya berdiri adalah pemuda Leprechaun yang kurus. Rambut
berwarna kuningan dan bulat rapi, dengan kacamata berbingkai besi
memberinya kesan seperti seorang mahasiswa. Dia melebarkan mata
kecilnya, membungkuk dan tersipu malu sambil memperkenalkan dirinya
dengan tergugup.
"Aku, aku, itu, namaku Taruken. Mohon bantuannya... Aduh!"
Teriakan
di akhir kalimatnya dikarenakan pemain perempuan yang duduk di sebelah
kirinya menendang dengan keras tulang keringnya dengan sepatu botnya.
"Cukup, Taru, berhenti seperti itu. Kamu selalu seperti ini di hadapan gadis!"
Mengatakan
ini dengan nada yang gelisah dan berkesan, dia bangkit dari kursinya.
Dia melebarkan matanya dan tersenyum kepada Asuna, menggaruk rambutnya
yang hitam yang panjang keluar seperti matahari dan menyebutkan namanya.
"Aku Nori. Senang bertemu denganmu, Asuna-san."
Dilihat
dari kulitnya yang hitam dan sayapnya yang abu-abu, sepertinya dia
adalah seorang Spriggan, namun alis tebal, bibir dan fisik yang besar
tidak kelihatan seperti Spriggan sama sekali.
Dan kemudian, yang
terakhir adalah seorang pemain Undine wanita seperti Asuna. Rambutnya
panjang biru mudanya yang hampir berwarna putih murni tergantung dari
bahunya. Mata birunya yang dalam dan tenang bersinar di bawah bulu
matanya yang terkulai. Hidungnya yang panjang, bibir berkilau dan
tubuhnya yang begitu ramping benar-benar memberikan kesan sebagai
seorang healer Undine.
Wanita itu berdiri dengan anggun dan dengan tenang memperkenalkan dirinya.
"Senang bertemu denganmu, aku Shiune. Terima kasih telah datang ke sini."
"Dan yang terakhir—"
Akhirnya, Zekken melompat ke kanan, berdiri bersama lima orang yang lain dan dengan mata besarnya yang bersinar berkata,
"Aku, yang juga pemimpin guild, Yuuki! Asuna-san..."
Dia melangkah maju dan menjabat tangan Asuna,
"Mari kita berjuang bersama!"
"Berjuang... untuk apa?"
Asuna kembali tersenyum dan bertanya, Yuuki agak terkejut dan sekali lagi menjulurkan lidahnya.
"Eh,
aku belum bilang sama sekali!" * Gubrak! * Melihat kelimanya sekali
lagi terjatuh dari kursi mereka, Asuna tidak bisa menahan diri lagi. Dia
tertawa terbahak-bahak, dan dengan segera Yuuki dan yang lain juga
tertawa riang.
Ketika akhirnya dia berhenti tertawa, Asuna sekali lagi
memandang para anggota «Sleeping Knights»- Dan kemudian, dia merasa
sedikit merinding di belakang punggungnya.
Mereka semua sangat
kuat. Asuna bisa melihat ini dari setiap gerakan mereka. Keenam orang
ini sudah terbiasa sepenuhnya bergerak di dunia VR. Jika mereka semua
bertarung, mungkin mereka hampir sekuat Zekken.
Asuna, mungkin
juga Kirito, Liz dan yang lain, mereka tahu tentang keberadaan kelompok
yang kuat ini. Jika mereka juga ditransfer dari dunia yang berbeda
seperti Zekken, mereka pastilah kelompok yang terkenal di dunia VR di
mana mereka berasal.
Apa alasan mereka pindah ke ALO, membuang
karakter dan semua item mereka... Sementara Asuna bertanya-tanya tentang
hal ini, Zekken- Yuuki, yang akhirnya berhenti tertawa, menggaruk
kepalanya yang dihiasi oleh hairband merah dan dengan malu-malu berkata.
"Maaf, Asuna-san. Aku membawamu ke sini tanpa memberitahu
kenapa. Aku gembira akhirnya aku menemukan seseorang yang hampir sama
kuatnya sepertiku, dan hanya... Artinya, aku akan meminta tolong padamu
sekali lagi. Aku... Tolong bantu kami!"
"Membantu... kalian?"
Memiringkan kepala dan mengulangi hal ini, Asuna terpikir berbagai kemungkinan dalam seketika.
Mungkin
ini tidak hanya membantu mencari uang, item atau skill point. Guild ini
sudah berada pada level tinggi, menambahkan Asuna harusnya tidak
membuat banyak perbedaan.
Demikian pula, sulit untuk dipercaya
bahwa mereka bertujuan untuk mencari sesuatu seperti rare item atau
tempat tinggal. Ini berbeda dari SAO di mana informasi itu sendiri
diperdagangkan dengan harga tinggi, tumpukan informasi tentang ALO
secara bebas dipublikasikan di situs eksternal. Jika kamu mengacu kepada
itu dan mencari di sana, hampir barang seperti apapun dapat diperoleh
pada akhirnya.
Perlu dicatat bahwa «Kekuatan» yang sedang Zekken
cari bukanlah murni secara numerik, termasuk juga mengetahui bagaimana
caranya untuk bertempur. Yang dibutuhkan lebih untuk pertempuran melawan
pemain lain dan bukan monster. Selain itu, karena dia memperkenalkan
guildnya, maka kemungkinan ini adalah pertempuran dalam skala besar dan
bukanlah duel satu-lawan-satu seperti apa yang Zekken lakukan sampai
saat ini- Jadi secara sederhana, ini adalah pertempuran tanpa aturan
melawan guild lain.
Mengingat ini, Asuna menggigit bibir perlahan dan berkata dengan cemas.
"Tentang itu... Jika kamu memerlukan bantuan dalam konflik melawan guild lain, aku minta maaf..."
Dalam
pertempuran melawan pemain lain di mana aturan kompetisi dan sistem
duel dihapus, perasaan menyimpang selalu ada. Tentu saja, pemain yang
tidak akan membiarkan konflik berlalu setelah terjadi sangatlah sedikit,
tapi kemungkinan itu akan membawa masalah pada masa depan
teman-temannya dan bukan hanya itu- Asuna juga tidak dapat
dikesampingkan.
Jadi meskipun Asuna bertemu dengan orang yang
bertindak tidak masuk akal saat sedang berburu, dia tidak akan
menghunuskan pedangnya untuk melawan mereka.
Untuk menjelaskan
hal ini sesingkat mungkin, Asuna sekali lagi membuka mulutnya. Namun,
mata Zekken melebar sesaat sebelum dia menggeleng.
"Bukan,
bukan, kita tidak akan melakukan sesuatu seperti berperang melawan orang
lain. Tentang itu... itu, kami... mungkin kamu akan tertawa..."
Menurunkan kepalanya, Zekken malu-malu mengerutkan bibirnya, menatap Asuna dan mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
"...Tentang itu, kami ingin mengalahkan boss lantai ini."
"Oh, begitu... Hah?!"
Terceplos
suara tersebut, ini benar-benar di luar ekspektasinya. Dia awalnya
mengira bahwa dia mendengar tujuan yang lebih parah daripada konflik
antar guild, tapi ternyata mengalahkan boss lantai ini, tujuan yang
sangat normal dan lurus. Para pemain yang saat ini berada di garis depan
tidak diragukan lagi memiliki tujuan yang sama.
"Boss...? Boss yang berada di bagian paling dalam dungeon...? Bukan mob bernama yang akan respawn pada waktu tertentu?"
"Iya. Yang hanya bisa kita kalahkan sekali."
"Aku mengerti... Jadi begitu... boss, huh~"
Asuna diam-diam melirik wajah dari kelima anggota guild yang lain, mereka semua berkedip dan menunggu tanggapannya.
Dengan
kata lain, mereka ingin bergabung dengan guild yang dibentuk secara
khusus untuk mengalahkan boss tiap lantai, sebuah «Clearing Guild».
Mereka baru saja ditransfer dan tidak punya koneksi sama sekali, jadi
mereka meminta dirinya untuk membantu memperkenalkan mereka kepada
kelompok veteran- Apakah seperti itu?
"Tentang itu... Erm, Ze... bukan, Yuuki, karena kamu sangat kuat..."
Perkembangan
seperti ini sedikit di luar perkiraannya, Asuna memejamkan mata,
mengubah caranya berpikir dan mempertimbangkan kemungkinan sebenarnya.
Di antara para pemain yang saat ini berada di garis depan Aincrad,
sekitar 80% dari mereka asli berasal ALO dan 20% berasal dari SAO. Saat
ini kelompok dari ALO dan SAO telah membuat perdamaian, dan guild
clearing benar-benar telah bercampur. Namun, ketika saat pertama kali
upgrade, hubungan mereka sangatlah kaku. Karena di satu sisi ALO menjadi
game pertama yang menggunakan AmuSphere, sementara di sisi lainnya SAO
adalah VRMMO realistis yang pertama, baik «Fairies» dan «Swordsman»
sama-sama memiliki ego yang kuat. Begitu pun Asuna.
Dan
tiba-tiba, ada kelompok yang baru melakukan transfer dari game lain
tanpa diundang mengatakan 'Ijinkan kami bergabung', tentu saja tidak
dapat bergabung dengan grup raid semudah itu- Namun, kekuatan Yuuki sang
«Zekken» berada di atas rata-rata. Jika kelima anggota lainnya berada
pada tingkat yang sama dan mereka menunjukkannya, bisa saja ada
kemungkinan.
"Memang... untuk pemetaan lantai ini sudah dekat
dengan ruang boss, aku tidak tahu apakah kalian akan diijinkan bergabung
melawan boss jika kalian secara tiba-tiba meminta. Bahkan jika itu
tidak mungkin untuk saat ini, jika kamu bergabung mulai dari awal lantai
berikutnya, dengan kekuatan kalian, kalian mungkin dapat bergabung
dengan grup raid boss... jumlah maksimum orang dalam grup raid adalah 49
orang, jadi aku tidak tahu apakah kalian berenam dapat bergabung... "
Ketika Asuna berbicara sambil berpikir dan mencapai poin ini-
Sekali lagi Yuuki menyusut dengan malu-malu, dan mengatakan sesuatu diluar imajinasi Asuna.
"Tentang
itu. Ini sedikit berbeda dari apa yang Asuna katakan. Kami tidak ingin
bergabung dengan kelompok besar... Kami ingin menang dengan kami berenam
ditambah Asuna-san."
"...Eh, apa?!"
Suara terkeras yang dia buat semenjak dia dibawa ke penginapan ini keluar dari mulut Asuna.
Alasannya sangatlah sederhana.
Dibandingkan
dengan SAO yang awal, mob yang menjaga rute ke lantai berikutnya dalam
Aincrad yang baru ini telah dikotori dengan power-up. Tentu saja,
perubahan substansial dalam sistem ini tidak dapat begitu saja
dibandingkan, tetapi dengan kehati-hatian, para boss di masa lalu dapat
dikalahkan tanpa jatuhnya korban satupun, sementara boss yang baru
menyerang pemain seperti biji dandelion dengan menggunakan serangan dan
skill yang sangat kuat. Kekuatan mereka nyaris irasional.
Tentu
saja, strategi yang digunakan harus berubah. Mengumpulkan jumlah orang
maksimum dalam penyerangan dan mempersiapkan penyembuh dengan perkiraan
akan ada banyak kematian adalah strategi yang solid. Daripada satu orang
yang mengorbankan hidupnya untuk menerima 10 damage, lebih baik fokus
menempatkan 10 orang untuk terus menerima 11 damage. Penyerangan
terakhir yang Asuna ikuti adalah pada lantai ke-21, meskipun pada lantai
rendah dan mereka telah membentuk 7 kelompok dengan 7 orang, ada
saat-saat tak terhitung dimana mereka menghadapi bahaya yang dapat
menghancurkan mereka.
Tentu saja, kekuatan boss meningkat
seiring semakin tinggi lantainya. Akhir dari 20 lantai yang dibuka pada
Natal kemarin secara bertahap dapat dilihat, dia mendengar bahwa lantai
26 akhirnya diselesaikan dengan mengumpulkan beberapa guild elit besar.
Dengan
kata lain, tidak peduli seberapa kuat Yuuki dan yang lainnya, meskipun
Asuna bergabung, mengalahkan bos dengan 7 orang saja dapat dikatakan
mustahil.
Asuna memilih kata-katanya, dan secara singkat menjelaskan hal ini.
"...Jadi... dengan 7 orang, kupikir ini agak mustahil..."
Setelah
ia selesai mengatakan ini, Yuuki dan yang lain melirik satu sama lain
dan untuk beberapa alasan, mereka semua tertawa malu-malu. Yuuki
berbicara sebagai wakil mereka.
"Yah, itu benar-benar tidak mungkin. Sebenarnya, kami juga menantang boss lantai 25 dan 26."
"Eh?! Hanya... Hanya dengan 6 orang?!"
"Ya.
Kami berusaha cukup keras... tapi potion MP dan HP kami tidak bisa
mengembalikan MP dan HP kami. Saat kami sedang mengumpulkan uang, bos
dikalahkan oleh kelompok besar."
"Ah... ternyata begitu... Kamu benar-benar serius."
Asuna sekali lagi memandang dalam-dalam ke-6 wajah mereka.
Ini
jelas dapat dianggap sebagai tantangan yang bodoh, tapi dia menyukai
semangat mereka. Pemain yang terbiasa bermain dapat membedakan apa yang
mungkin dan apa yang mustahil, dan dengan segera menyerah pada hal yang
mustahil. Semangat menghadapi tantangan para anggota «Sleeping Knights»
mencerminkan sesuatu yang sangat segar dan sedikit nostalgia di mata
Asuna.
"Tapi... Kenapa? Kenapa kalian tidak mau pergi dengan guild lain dan harus mengalahkan boss sendirian?"
Tentu
saja, kamu dapat memperoleh jumlah uang yang abnormal, item dan
equipment langka apabila mengalahkan bos hanya dengan satu guild saja.
Tapi dia merasa bahwa tujuan semacam ini tidak sesuai dengan keenam
orang itu.
"Tentang... Tentang itu."
Yuuki melebarkan
mata amethisnya, dan menggerakkan mulutnya seakan ingin mengatakan
sesuatu. Namun, dia tidak mengatakan apapun. Seolah-olah ada sesuatu
yang menyesakkannya, ia membuka dan menutup mulutnya beberapa kali,
seolah dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat.
Pada saat ini, Undine tinggi di sebelah Yuuki bernama Shiune berbicara untuk membantunya.
"Tentang itu, biarkan aku yang menjelaskan. Sebelum itu, silakan duduk."
7
orang termasuk Asuna duduk mengelilingi meja, dan NPC membawakan
minuman yang mereka pesan. Shiune dengan lembut menyilangkan
jari-jarinya di atas meja, dan mulai berbicara dengan suara tenang.
"Mungkin
Asuna-san sudah menyadari, tapi kami tidak bertemu di dunia ini. Kami
bertemu di sebuah komunitas online di luar game.... dan dengan segera
akrab dan menjadi teman. Hal ini sudah berlangsung... selama dua tahun."
Bulu mata Shiune jatuh seakan mengenang, dan berhenti berbicara sejenak.
"Kami
benar-benar sahabat yang terbaik. Bersama-sama, kami pergi ke banyak
dunia berbeda, dan mengalami berbagai petualangan. Namun, masalahnya,
kami hanya dapat melakukan perjalanan bersama-sama sampai musim semi
ini. Setiap orang... sibuk karena berbagai alasan. Jadi kami memutuskan
sebelum kami berpisah, kami akan membuat kenangan yang tidak akan pernah
kami lupakan. Dalam dunia VRMMO yang tak terhitung banyaknya ini kami
akan menemukan dunia yang paling menyenangkan, paling indah, paling
menarik dan bekerjasama untuk menyelesaikan sesuatu di sana. Jadi kami
terus melakukan transfer ke berbagai tempat, dan dunia inilah yang kami
temukan."
Shiune memandang sekeliling wajah temannya. Jun,
Thatch, Taruken, Nori dan Yuuki, wajah kelimanya berkilauan, dan mereka
mengangguk. Shiune juga tersenyum lembut, dan terus berbicara.
"Dunia
ini- ALfheim, rumah dari elf, serta kastil melayang Aincrad, sungguh
fantastis. Kami semua tidak akan pernah melupakan saat-saat ketika kami
menghabiskan waktu terbang di kota-kota yang indah, hutan, dataran,
World Tree, dan juga di sekitar kota ini. Ada satu hal lagi yang ingin
kami lakukan... kami ingin meninggalkan jejak kaki kami di dunia ini."
Mata birunya yang sedikit tertutup memancarkan sinar keseriusan.
"Jika
kami mengalahkan bos, kami dapat mengukir nama kami pada «Swordsman's
Stele» di Black Iron Prison di dalam «Starting City» di lantai 1."
"Ah..."
Mata
Asuna melebar sejenak, dan mengangguk. Dia hampir lupa tentang hal ini,
tetapi nama-nama pemain yang telah mengalahkan bos akan disimpan di
dalam Black Iron Prison. Nama Asuna sendiri tertulis pada kolom lantai
21.
"Tentang itu... Meskipun hanya untuk kepuasan diri, apapun
yang terjadi kami ingin nama kami terukir di sana. Namun, ada satu
masalah. Jika hanya satu party yang mengalahkan bos, maka nama semua
anggota akan terukir, namun jika ada beberapa party, hanya nama para
pemimpin yang akan terukir."
"Ah... ternyata itu. Ya, hal itulah yang akan terjadi."
Asuna menanggapi sambil berpikir tentang interior dari Black Iron Prison.
«Swordsman's
Stele» adalah objek 3D di dalam dunia virtual, jadi tentu saja
ukurannya terbatas. Pada akhirnya mereka harus mencapai lantai 100 dan
tidak ada cukup ruang untuk mencatat nama semua anggota penyerang untuk
setiap lantai. Maksimal, hanya 7 nama pemain terukir untuk setiap
lantai. Jadi, seperti kata Shiune, nama semua anggota di sini dapat
terukir pada prasasti jika hanya satu party yang mengalahkan boss,
sementara pada kelompok penyerang hanya nama pemimpin grup yang akan
terukir.
Shiune berhenti sejenak seolah menunggu Asuna untuk memahami, kemudian dengan ringan mengangguk dan melanjutkan pembicaraan,
"Dengan
kata lain, jika kami ingin meninggalkan semua nama dari anggota
«Sleeping Knights», kami hanya dapat menantangnya dengan satu party.
Kami berusaha sangat keras di lantai 25 dan 26, namun apapun yang
terjadi, kami selalu gagal ketika hal itu sudah dalam genggaman...
Kemudian, setelah berdiskusi bersama-sama, kami memutuskan. Anggota
maksimal dalam satu party adalah 7 orang, masih ada satu ruang kosong.
Meskipun agak lancang, kami memutuskan untuk mencari seseorang yang
berada pada level yang sama atau lebih kuat dari Yuuki, yang paling kuat
di antara kami, dan meminta orang tersebut untuk bergabung dengan
kelompok kami."
"Jadi begitu... Karena itu semua hal ini terjadi."
Asuna mengambil nafas dalam-dalam, dan tatapannya tertuju pada taplak meja putih di hadapannya.
Meninggalkan nama mereka pada «Swordsmen's Stele». Keinginan ini bisa dimengerti.
Tidak
hanya VRMMO, tetapi hal seperti game online menyita banyak waktu
pemain, banyak orang yang berhenti di musim semi karena alasan seperti
melanjutkan pendidikan ataupun pekerjaan. Tak bisa dipungkiri, banyak
guild yang telah berjalan selama bertahun-tahun tidak dapat menghindari
pembubaran guild mereka. Berkeinginan untuk menggoreskan kenangan pada
monumen yang akan terus ada selama dunia ini ada adalah hal yang wajar.
Jangankan
orang lain, Asuna sendiri tidak tahu berapa lama dia bisa terus bermain
ALO. Jika ibunya melakukan pendekatan yang lebih kuat, dia mungkin akan
dilarang menggunakan AmuSphere. Ingin menghabiskan setiap menit dan
detik pada sesuatu yang bermakna karena waktu yang terbatas,
pemikirannya ini sama seperti mereka.
"... Bagaimana? Apa kamu
setuju? Kami baru-baru ini saja melakukan transfer, jadi kami mungkin
tidak mampu menyiapkan hadiah yang cukup sebagai ucapan terima kasih..."
Asuna mengulurkan tangannya dan menghentikan Shiune dari
pengoperasian trade window yang menunjukkan jumlah yang akan ditulisnya.
"Ah, tidak usah, hal-hal yang membutuhkan pendanaan kalian
cukup menumpuk seperti gunung, uang itu lebih baik kalian simpan. Aku
bisa mengambil apapun dari drop boss sebagai hadiah...."
"Jadi, kamu setuju?"
Wajah
Shiune dan kelimanya bersinar. Melihat ekspresi mereka bergiliran,
Asuna menyerah memikirkan bagaimana hal ini bisa berakhir seperti ini.
Awalnya, ia hanya sedikit tertarik pada rumor dari swordmaster misterius
sang «Zekken». Kemudian dia dibawa dari tempat kompetisi ke garis
depan, diperkenalkan kepada sahabat Yuuki dan bahkan diundang untuk
menantang bos lantai dengan dirinya. Semua ini terjadi dalam waktu
kurang dari satu jam. Orang yang menarik Asuna ke dalam perkembangan
secepat jet ini, «Zekken» Yuuki, melebarkan mata berwarna amethis yang
berkilau sebanyak yang dia inginkan dan menunggu respon dari Asuna. Kamu
boleh bilang dia orang yang tidak sabaran, dan kamu juga boleh bilang
bahwa dia orang yang pantang menyerah, tapi pertemuan aneh semacam ini
juga salah satu kesenangan yang bisa dijumpai di VRMMO. Yang paling
penting adalah jauh di dalam hatinya, salah satu firasat kabur tertentu
telah tumbuh. Dia pasti bisa menjadi teman baik dari pendekar pedang
misterius ini.
"Tentang itu... Tunggu sebentar."
Itu
karena ia tidak bisa berurusan dengan hal semacam ini dengan gegabah.
Asuna sekali lagi mengambil nafas dalam-dalam, menetapkan tatapannya
pada gelas di atas meja dan menenangkan pikirannya yang kacau. Dia
membuang jauh keraguan dan kekagetannya dan memfokuskan pikirannya pada
tujuan baik Yuuki dan anggota yang lain untuk sejenak.
Beberapa
waktu yang lalu, sebagai sub-leader dari guild yang sudah tidak ada
lagi, Asuna merencanakan serangan melawan banyak bos.
Dia tidak
ingat berapa jam yang dia habiskan untuk berdiskusi dengan guild lain
dan para pemain solo, berdebat satu sama lain, dan bahkan bersujud dan
memohon pertolongan ketika tidak cukup banyak orang. Dia bekerja sangat
keras karena di dunia itu, ada satu persyaratan yang harus dijaga. Tidak
boleh ada satupun yang mati.
Tapi sekarang, semuanya telah
berubah. Hanya ada satu kewajiban dan hak yang pemain miliki di rumah
elf ini, dan itu adalah untuk menikmatinya. Bisakah kamu menikmati
permainan ini jika kamu mengatakan pada dirimu sendiri bahwa kamu hanya
bisa mundur jika kamu tidak memiliki kesempatan untuk menang? Yuuki dan
yang lainnya telah menantang bos dari lantai 25 dan 26 hanya dengan 6
orang, dan sepertinya mereka melakukannya cukup baik.
Daripada
memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika kamu gagal, pergilah tanpa
memikirkan apapun terlebih dahulu. Sudah lama dia tidak bermain dengan
gegabah. Walaupun mereka dikalahkan, satu-satunya hal yang hilang dari
mereka adalah sedikit experience point.
"... Jika kita akan melakukannya, ayo kita lakukan. Kali ini, kesampingkan hal-hal seperti tingkat keberhasilan."
Asuna
mengangkat wajahnya, dan tersenyum nakal. Pada saat yang sama, senyum
terlukis di wajah menggemaskan Yuuki. Dalam sorak-sorai yang luar biasa
dari lima temannya, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan meraih
tangan kanan Asuna dari meja.
"Terima kasih, Asuna-san! Bahkan di awal, ketika kita saling bertarung dengan pedang, aku tahu kamu akan mengatakan ini!"
"Panggil aku Asuna."
Asuna tersenyum dan menjawab, Yuuki tersenyum dan berkata.
"Maka kamu juga harus memanggilku Yuuki!"
Setelah berjabat tangan dengan lima orang yang buru-buru mengulurkan
tangan mereka dan bersulang dengan bir buah yang baru mereka pesan,
Asuna menanyai Yuuki pertanyaan tiba-tiba yang datang ke pikirannya.
"Omong-omong, Yuuki-sa... Yuuki, kamu mencari orang yang kuat melalui duel, kan?"
"Ah, ya."
"Kalau
begitu, seharusnya ada banyak orang yang lebih kuat sebelumku.
Khususnya, seorang Spriggan berpakaian hitam yang menggunakan pedang
satu tangan, apa kamu masih mengingatnya? Aku merasa bahwa orang itu
mungkin akan lebih berguna daripada aku..."
"Ah..."
Yuuki
teringat Kirito hanya dengan hal itu. Dia terus mengangguk, dan
memegang lengannya dengan ekspresi yang rumit untuk beberapa alasan.
"Aku ingat. Orang itu juga benar-benar kuat!"
"Lalu ... Mengapa kamu tidak meminta bantuannya?"
"Yah..."
Yuuki terdiam secara tidak biasa, dan senyum misterius melintas di wajahnya.
"Seperti yang kupikirkan, orang itu tidak akan mau melakukannya."
"Kenapa... Kenapa begitu?"
"Dia mengetahui rahasia kami."
Yuuki
dan Shiune terlihat tidak ingin mengatakan apa-apa lagi tentang hal
ini, dan tidak ada cara untuk mengetahuinya lebih lanjut. Mungkin
«Rahasia» ini berhubungan dengan kekuatan luar biasa sang Zekken Yuuki,
Asuna memikirkan hal ini, tapi dia tidak bisa melihat sama sekali apa
yang Kirito sadari.
Saat dia memiringkan kepalanya dan berpikir, Leprechaun Taruken berbicara seolah-olah untuk mengubah topik.
"Lalu... rencana spesifik dari penyerangan ini, bagaimana... bagaimana kita akan mengaturnya?"
"Ah... Biarkan aku berpikir..."
Asuna mengguyur pertanyaan itu di dalam mulutnya dengan bir buah, dan mengangkat jari telunjuknya.
"Pertama-tama,
hal yang paling penting adalah memahami pola serangan bos. Hindari
ketika kamu harus menghindar, blok ketika kamu harus memblok dan serang
dengan semua kekuatanmu ketika kamu harus menyerang, dengan cara itu
kita mungkin memiliki kesempatan untuk menang. Masalahnya adalah,
bagaimana kita bisa mendapatkan informasi tentang hal ini... Mungkin
akan sia-sia meskipun kita bertanya pada guild besar yang mengkhususkan
diri dalam berburu bos. Kupikir kita harus mencoba menantangnya sekali
dengan pemikiran bahwa kita akan dikalahkan."
"Ya, tidak masalah
dengan itu! Hanya saja... Lantai sebelumnya, dan juga satu lantai
sebelumnya, boss itu langsung dikalahkan setelah kami kalah."
Yuuki menampakkan ekspresi sedih, dan pemuda Salamander Jun diseberang meja mengerutkan kening dan melanjutkan.
"Pertempuran
itu sudah berakhir ketika kami sampai di sana tiga jam kemudian.
Mungkin aku terlalu banyak berpikir.... tapi aku merasa mereka terus
menunggu kami gagal..."
"Benarkah...?"
Asuna menempatkan
tangannya di samping mulutnya dan berpikir. Baru-baru ini ia mendengar
desas-desus tentang perselisihan antar kelompok penyerang. Utamanya pada
guild besar yang suka memerintah, tetapi akankah kelompok seperti itu
memperhatikan sebuah guild dengan hanya 6 orang? Informasi ini tidak
dapat diabaikan begitu saja.
"Benar, untuk saat ini, kita harus
membuat persiapan untuk menantang bos segera setelah kita dikalahkan.
Kapan kalian memiliki waktu luang?"
"Ah, maaf. Taruken dan aku tidak bisa saat malam hari. Bagaimana kalau besok pukul satu siang?"
Spriggan tinggi Nora menggaruk rambutnya yang hitam dan meminta maaf.
"Ya, aku tidak masalah dengan hal itu. Kalau begitu, mari bertemu di penginapan ini besok jam satu!"
'OK,
aku mengerti', semua orang menanggapi dengan berbagai cara. Menghadapi
anggukkan «Sleeping Knights», Asuna sekali lagi tersenyum, dan dengan
keras mengatakan.
"Mari kita coba yang terbaik!"
Asuna
mengelus kepala Yuuki selagi Yuuki terus berbicara tentang betapa
bersyukurnya dia. Dia dengan enggan meninggalkan penginapan, dan kembali
ke tempat Lisbeth dan yang lainnya berada. Mereka mungkin akan terkejut
oleh hasil tak terduga ini, jantung Asuna berdebar saat ia berjalan
cepat menuju gerbang teleport di plaza Ronbaru.
Mengandalkan
memori yang tak dapat ia percayai saat ia melewati gang, plaza meriah
akhirnya muncul di depan matanya, pada saat ini. Bunyi * Beep *,
seolah-olah tombol power ditekan, dunia gelap. Semua indranya
menghilang, Asuna tertinggal ke dalam kegelapan total.
Bab 4
Seakan-akan
jatuh ke dalam sebuah lubang tanpa dasar, ia telah diserbu oleh sensasi
yang menyatakan bahwa ia sedang jatuh dengan sangat cepat.
Dunia
secara tiba-tiba berputar 90 derajat dan ia tiba-tiba merasakan sebuah
tekanan pada punggungnya. Segera setelah itu, kelima inderanya
tersambung kembali dengan sebuah tabrakan, menyebabkan seluruh badan
Asuna sulit bergerak.
Kelopak matananya menyentak dua kali
sambil dengan susah payah membuka matanya yang buram dengan air mata,
dan ia melihat langit-langit kamarnya.
Akhirnya, ia merasakan
perasaan empuk tempat tidurnya yang datang dari belakang punggungnya.
Secara berulang bernafas dengan rendah dua kali, kekacauan di dalam
sistem sarafnya secara perlahan-lahan menghilang.
Apa yang telah
terjadi? Apakah ada sebuah kegagalan daya sementara, atau apakah
AmuSphere nya rusak -- Ia memikirkan hal ini, dan akhirnya mengambil
nafas yang dalam, ia mengangkat dirinya dengan tangannya dan langsung
membuka mulutnya dengan tercengang.
Ibunya berdiri di pinggir
tempat tidurnya dengan ekspresi yang buruk, tangan kanannya sedang
memegang sebuah kabel berwarna abu-abu muda. Ini adalah kabel listrik
yang seharusnya tersambung pada colokan listrik dari AmuSphere yang
dipakai Asuna pada kepalanya. Alasan ia secara aneh terputus adalah
karena Kyouko mencabut sumber listrik mesinnya. Memahami hal ini, Asuna
tidak menahan suaranya yang kebingungan.
"Apa... Apa yang kamu lakukan, ibu!"
Namun,
Kyouko cemberut dengan dalam dan dengan diam melihat ke tembok utara.
Asuna mengikuti arah pandangnya dan sadar akan jarum-jarum yang
terpasang pada jam, saat itu sedang sekitar jam 6.30 lewat lima menit.
Asuna tidak bisa melakukan apa-apa selain menggigit bibirnya, dan Kyouko akhirnya membuka mulutnya.
"Ibu
sudah pernah mengatakan hal ini saat kamu telat untuk makan malam
sebulan yang lalu. Lain kali kamu memainkan game ini sampai kamu telat,
aku akan mencabut sumber listriknya."
Menghadapi nada yang
sangat dingin yang nampaknya memamerkan kemenangannya, Asuna hampir
secara refleks berteriak balik. Namun, ia menurunkan kepala dan dengan
mati-matian menelan impuls untuk melakukan hal itu, dan berkata dengan
suara yang kecil dan sedikit bergemetar.
"... Melupakan waktu
adalah kesalahanku. Namun, ibu tidak perlu sampai mencabut sumber
listriknya. Kalau ibu menggoncangkan badanku dan berteriak di telingaku,
aku akan menerima sebuah alarm di sana..."
"Saat ibu melakukan ini di waktu yang lalu, bukankah itu membutuhkan lima menit lagi sebelum kamu membuka matamu?"
"Itu... untuk berpindah tempat, mengatakan sampai jumpa, beberapa hal-hal seperti itu..."
"Sampai
jumpa apa? Kamu menaruh perpisahan di dalam game yang tidak dapat
dimengerti itu lebih daripada janji yang sungguhan? Apakah kamu tidak
merasa kasihan pada pelayan jika makanan yang dia persiapkan dengan
susah payah menjadi dingin?"
-- Orang lain itu asli meskipun
jika dia ada di dalam game, lebih lagi, bukankah ibu orang yang menelpon
sebelum pergi ke universitas dan benar-benar membuang makanan -- banyak
bantahan-bantahan yang mirip berkilas di dalam pikirannya. Namun, Asuna
sekali lagi menurunkan kepala dan dengan dalam mengeluarkan nafasnya
yang gemetaran. Yang telah keluar dari mulutnya hanya sebuah kalimat
pendek.
"... Maaf. Aku akan lebih menaruh perhatian lain kali."
"Tidak
akan ada lain kali lagi. Bukankah ibu pernah bilang ke kamu, lain kali
kamu lalai karena benda itu. Ibu akan menyitanya. Selain itu..."
Kyouko mengkerutkan bibirnya sedikit, dan melirik pada AmuSphere yang masih ada pada kepala Asuna.
"Ibu
benar-benar tidak mengerti kamu. Bukankah kamu telah menghabiskan dua
tahun yang berharga karena mesin aneh itu? Tidakkah kamu merasa jijik
hanya dengan melihatnya?"
"Benda ini... berbeda dari Nerve Gear."
Menggumamkan
hal ini, ia melepaskan dua cincin logam dari kepalanya. Mempelajari
dari kejadian SAO, AmuSphere telah diisi sampai penuh dengan
perlindungan, tetapi ia dengan segera merasa bahwa tidak ada gunanya
untuk menjelaskan hal itu. Lebih lagi, meskipun jika perangkat kerasnya
berbeda, benar bahwa Asuna pernah jatuh pada keadaan vegetatif untuk dua
tahun karena sebuah VRMMO. Pada saat itu, Kyouko juga sangat khawatir
dan pernah sekali siap untuk kematian Asuna. Dia telah harus mengerti,
mengerti kenapa ibunya membenci mesin itu.
Asuna tetap terdiam, Kyouko mengeluarkan hela nafas yang besar dan berputar menghadap ke pintu.
"Mari makan. Ganti bajumu dan segera turun ke bawah."
"... Aku tidak akan makan hari ini."
Meskipun
ia merasa kasihan pada pelayan, Akiyo, yang menyiapkan makan malam, ia
benar-benar tidak ingin makan berhadapan muka dengan ibunya.
"Lakukan apa yang kamu mau."
Dengan
ringan menggelengkan kepalanya, Kyouko berjalan keluar dari kamar. Saat
pintu terkunci dengan suara klik, Asuna merentangkan tangannya menuju
panel kontrol dan mengubah modenya ke ventilasi terus-menerus dalam
sebuah usaha untuk mengusir sisa bau harum dari parfum ibunya yang kuat,
tetapi bau itu tetap tertinggal dan mengganggu untuk waktu yang lama.
Kesenangan
dari bertemu dengan «Zekken» Yuuki, kawan-kawannya yang sangat menarik
dan firasat akan adanya sebuah petualangan baru, hilang seperti sebuah
bola salju yang terkena sinar matahari. Asuna berdiri, membuka
lemarinya, mengeluarkan sepasang jeans yang pudar dengan sebuah lubang
di sekitar lutut dan memasukkan kakinya ke dalam. Ia memakai sebuah
hoodie kapas yang cukup tebal, dan memakai sebuah mantel putih terusan
di atas itu. Pakaian-pakaian ini merupakan salah satu dari sedikit baju
yang tidak dipilih oleh ibunya.
Dengan cepat merapikan
rambutnya, ia mengambil tas kecil dan handphonenya dan dengan cepat
berjalan keluar dari kamarnya. Saat ia sedang berjalan turun di tangga,
mengenakan sepatunya di serambi dan akan membuka pintu yang berat,
sebuah suara yang tajam datang dari panel set di tembok di samping dia.
?Asuna! Kamu mau pergi ke mana jam segini?!?
Namun,
Asuna tidak menjawab, ia memutar gagang pintu sebelum ibunya bisa
mengunci pintunya dari jauh. Segera saat ia membuka pintu, palang besi
keluar dari kedua sisi, tetapi Asuna berhasil meloncat keluar duluan.
Udara malam yang lembab dan sedingin es, langsung memukul wajahnya.
Dengan
segera menyeberangi jalan, ia keluar halaman dari pintu di samping
pagar utama dan akhirnya mengeluarkan nafas yang besar. Udara yang ia
keluarkan menjadi putih dan mengambang di depan matanya sebelum
perlahan-lahan menipis dan menghilang. Ia menarik ke atas retsleting
mantelnya, menaruh tangannya di kantong dan bergegas menuju stasiun
Miyanosaka dari Tokyo Setagaya Line.
Ia tidak melarikan diri
dari rumah, meskipun ia lari keluar seperti mengeluarkan amarahnya pada
ibunya, Asuna memahami bahwa dia sedang bersikap kekanak-kanakan dan
melawan. Kegelisahan ini terus meningkatkankan ketidakberdayaan yang ia
rasakan dalam hatinya.
Tiba di sebuah area perumahan dengan
rumah-rumah yang luas dan berdekatan, Asuna berhenti di depan sebuah
taman anak-anak kecil yang berdiri sendiri. Duduk di sebuah pipa metal
berbentuk U terbalik di tempat masuk, ia mengeluarkan handphonenya dari
kantong.
Ia menggerakkan jarinya di atas layar, dan membuka
halaman Kirito -- Kazuto dari buku teleponnya. Asuna menaruh jarinya
pada tombol telepon, tetapi menutup matanya dan menurunkan kepalanya
pada akhirnya.
Ia mau menelepon Kazuto dan mengatakan kepadanya:
Bawa sebuah helm extra dan datang jemput aku dengan motormu. Duduk di
bangku belakang motor yang kecil, berisik, tetapi cepat, dengan erat
memegang pinggang Kazuto, dan mengebut lurus ke depan menuju ke mana
saja di jalan-jalan tol tahun baru yang kosong. Jika seperti itu,
kerisauan di pikirannya pasti akan segera menghilang, seperti saat ia
terbang dengan kecepatan penuh di ALfheim.
Namun, jika ia
melihat Kazuto sekarang, ia pasti tidak akan bisa menahan emosinya dan
akan menangis sambil mengatakan semuanya pada dia. Tentang bagaimana ia
harus pindah sekolah. Tentang bagaimana ia mungkin tidak akan bisa masuk
ke dalam ALO lagi. Kenyataan dingin yang telah mendorong Asuna pada
arah yang telah diatur sejak ia masih kecil, dan dirinya sendiri yang
tidak bisa melakukan apa-apa untuk melawan hal itu -- dengan kata lain,
ia akan mengatakan kepadanya semua hal tentang kelemahannya yang ia
telah sembunyikan sampai sekarang.
Asuna melepaskan jarinya dari
tombol handphonenya, dan dengan diam memencet tombol tidur. Setelah
memegangnya dengan erat sekali, ia mengembalikannya ke dalam kantong.
Ia
mau menjadi kuat. Sebuah kemauan yang kuat yang tidak akan ragu-ragu
pada saat kapanpun. Kekuatan untuk tidak bergantung pada
pembesar-pembesarnya dan maju menuju ke arah yang ia telah harapkan.
Tapi
pada saat yang sama, sebuah suara menyatakan bahwa ia mau menjadi
lemah. Ia mau untuk bisa untuk tidak menutupi dirinya sendiri, dan
menjadi seseorang yang lemah yang bisa menangis saat ia mau menangis.
Seseorang yang lemah yang bisa meminta orang lain untuk memeluk dirinya,
melindunginya, dan menolongnya.
Kepingan-kepingan salju mulai
turun. Mereka jatuh pada wajahnya, dan segera meleleh dan mengalir ke
bawah. Asuna mengangkat wajahnya, dan dengan diam memandang titik-titik
putih kecil yang jatuh tersebar di malam yang pucat.
Bab 5
"Jadi, Yuuki, Jun dan Thatch adalah tipe jarak dekat, Taruken dan Nori tipe jarak menengah dan Shiune adalah tipe pendukung."
Asuna
meletakkan dagu di tangannya, dan melihat ke arah anggota Sleeping
Knights. Mereka mengenakan armor ringan, pakaian biasa ketika mereka
memperkenalkan diri kemarin, tapi sekarang mereka semua telah mengganti
menjadi peralatan level Ancient.
Seperti kemarin, «Zekken» Yuuki
memiliki setengah-armor hitam dan dilengkapi one-handed sword tipis.
Jun, si Salamander dilengkapi dengan Full-Plate tembaga berwarna merah
yang tidak cocok dengan perawakannya yang pendek, dan pedang besar
hampir setinggi dirinya tergantung di punggungnya.
Gnome besar
Thatch juga dilengkapi dengan baju besi plat tebal dan membawa perisai
besar, seperti pintu. Senjatanya adalah palu yang terlihat berat yang
tampak dengan tonjolan di sekitar.
Taruken, Leprechaun dengan
kacamata, mengenakan light armor tembaga berwarna kuning pada tubuh
rapuh itu, senjatanya adalah tombak panjang yang menakutkan. Di
sebelahnya berdiri Nora, Spriggan wanita, dilengkapi baju besi non logam
yang nyaman dan batang besi panjang yang hampir menyentuh
langit-langit.
Satu-satunya yang tampak seperti caster, Shiune si Undine mengenakan jubah putih dan biru tua bergaya Cleric, topi yang menyempul seperti kue, dan membawa staff
perak tipis di tangan kanannya. Secara keseluruhan, party ini adalah
sebuah party yang seimbang, tetapi jika sesuatu harus dikatakan, party
ini sedikit lemah di bagian support.
"Dengan begini, mungkin akan lebih baik jika aku bergabung dengan barisan belakang."
Asuna
memutuskan untuk mengubah senjata ke staff pendek yang menaikkan sihir.
Saat ia berbicara, ia menanggalkan Rapier nya bersama dengan sabuk
pedang pada pinggangnya, sementara Yuuki beringsut meminta maaf.
"Maaf, Asuna. Kamu harus di belakang meskipun kamu pengguna Rapier yang baik."
"Tidak, lagipula aku tidak bisa selalu menjadi tank. Relatif, Jun dan Thatch akan mendapat pukulan, sehingga kalian berdua lebih baik bersiaplah."
Dia
tersenyum nakal, dan melihat ke arah ke arah dua orang yang berarmor
berat. Salamander dan Gnome yang berbeda fisik itu melirik satu sama
lain, dan mereka memukul dada mereka pada waktu yang sama.
"Ye-yeah, serahkan pada kami!"
Mendengar semangat tinggi Jun dengan kata terbata-bata, mereka semua tertawa riang.
Rabu, 8 Januari 2026.
Itu
adalah hari terakhir liburan musim dingin. Asuna telah setuju untuk
pergi ke penginapan di blok utama lantai 27 «Ronbaru» pukul 1 siang dan
bertemu Sleeping Knights lagi. Tentu, tujuan mereka adalah untuk
menantang bos di bagian terdalam dungeon bersama-sama.
Asuna
mengerti bahwa mereka memiliki harapan besar padanya untuk memberikan
strategi yang membuat skill setiap orang digunakan dengan tepat bukan
hanya kemampuan pertempuran statistik. STR murni Yuuki dan yang lainnya
mungkin setara atau lebih baik dari Asuna. Namun, Asuna memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang mereka kurang kuasai.
Saat ini, ia harus mengkonfirmasi rincian tentang semua build dan peralatan setiap orang, dan memutuskan formasi dasar.
Memutuskan
untuk bergabung dengan barisan belakang, Asuna membuka jendela barang
nya, melepas Rapier nya, meletakkannya di dalam dan ditukar dengan
staff. Staff itu memiliki penampilan sebuah cabang, dan bahkan ada daun
di ujungnya. Meskipun sekilas terlihat agak buruk, sebenarnya, itu
adalah cabang yang diambil dari bagian paling atas Pohon Dunia. Untuk
mendapatkannya, seseorang harus melepaskan diri dari serangan ganas naga
penjaga raksasa.
"Lalu," Asuna mengatakan sambil ia memukul lantai dengan tongkatnya.
"Ayo kita lihat ruang Boss!"
Mereka keluar dari penginapan Ronbaru bersama-sama dan menuju ke kegelapan malam abadi.
Seperti yang diharapkan dari Sleeping Knights, semua dari mereka mampu melakukan Voluntary Flight,
dan Asuna sekali lagi mengagumi kelancaran tindakan mereka. Mereka
tidak tampak seperti orang yang baru saja ditransfer ke ALO sama sekali.
Bukan sekadar terbiasa pada VRMMO, ia harus mengatakan bahwa kemahiran
mereka sudah berakar, teknologi Full Dive. Memang benar bahwa akan ada
jumlah yang sangat kecil pemain yang seperti itu, tetapi meskipun
memiliki pengalaman gaming yang luas, dia hanya tahu sangat sedikit
orang seperti itu.
Peristiwa apa yang menyebabkan pembentukan
Guild ini, untuk membuat 6 orang sekaligus seperti ini. Berpikir tentang
hal itu, hari ini adalah 8 Januari, dan orang-orang mulai pergi ke
sekolah atau bekerja pada umumnya. Sekolah Asuna telah merencanakan
pelajaran yang santai sehingga semester ketiga tidak mulai sampai besok,
tapi biasanya, agak sulit untuk mendapatkan semua 6 anggota Guild untuk
bertemu pada hari seperti ini.
Mengesampingkan kekuatan mereka
yang luar biasa ke dalam pertimbangan, akan masuk akal untuk sampai pada
kesimpulan bahwa mereka kelompok yang sangat terobsesi yang
menghabiskan semua yang mereka miliki pada permainan. Namun, Asuna
merasa bahwa bukan hal ini masalahnya. Di wajah para Sleeping Knights,
ia tidak melihat intensitas depresiasi diri yang Guild itu tidak bisa
hapus. Semua dari mereka terihat secara alami menikmati permainan.
Asuna
berpikir tentang jenis orang seperti apa mereka dalam kehidupan nyata
adalah sesuatu yang dia tidak pernah peduli di masa lalu. Yuuki, yang
terbang di depan, berteriak dengan suara bersemangatnya seperti biasa,
sementara Asuna berpikir.
"Aku bisa melihatnya, Dungeonnya!"
Melihat
dengan teliti, berlawanan dari pegunungan yang tak terputus, sebuah
menara besar dapat dilihat. Menara silinder memanjang ke atas ke bagian
bawah lantai berikutnya. Banyak kristal prisma heksagonal seukuran
rumah-rumah kecil membentang dari dasar menara, samar-samar menerangi
menara dengan pendar biru. Di bagian bawah menara, pintu masuk ke ruang
bawah tanah terbuka tiba-tiba, mengarah ke dalam kegelapan.
Mereka berhenti dan melayang sejenak, memeriksa penampakan monster atau pihak lain di sekitar pintu masuk.
Tentu saja, dia sudah memberitahu Lisbeth dan orang lain tentang «Sudden Raid Boss»
hari ini. Mereka semua terkejut ketika mereka mendengar tentang
permintaan tak terduga «Zekken», tetapi mereka juga segera menawarkan
diri untuk membantu. Asuna sangat senang, tetapi tujuan utama mereka
adalah untuk membuat memori akhir bersama-sama. Karena hal itu, lebih
baik tidak membawa orang terlalu banyak. Teman-temannya segera mengerti
pertimbangan itu dan mengisi inventorynya sampai penuh dengan potion
yang mereka miliki sebelum melihat Asuna pergi.
Kirito,
menggunakan ekspresi yang dalam sejak awal kejadian, tampaknya sesaat
tenggelam dalam pikirannya, tapi masih menguatkannya dengan senyum dan
membantu membujuk Yui untuk tidak mengikutinya. Dalam arti tertentu,
Asuna membantu Guild lain bisa dianggap sebagai pengkhianatan, namun
teman-temannya masih menyemangatinya. Dalam hatinya, Asuna sekali lagi
mengucapkan terima kasih kepada teman-temanya, dan perlahan-lahan turun
menuju ruang bawah tanah.
Setelah mendarat di tanah berwarna
abu-abu, enam dari mereka mengikuti dan mereka menatap menara raksasa.
Puluhan kali bahkan tidak akan cukup untuk menutupi berapa kali ia
melihat menara ini membentang ke arah lantai atas dengan cara ini jika
dihitung dari era SAO pertama, namun sosok yang tak dapat disangkal
megah itu tidak pernah gagal untuk membuat kagum dengan cara yang
berbeda dari ketika memandangnya ke atas langit.
"... Kemudian,
seperti yang telah kita bahas, mari kita mencoba sebaik mungkin untuk
menghindari perkelahian dengan mob normal dan advance."
Saat
Asuna berbicara, wajah Yuuki dan yang lainnya tegang dan mereka
mengangguk dalam diam. Mereka menaruh tangan mereka di pinggang atau di
belakang punggung mereka, dan senjata mereka terhunus dengan denting.
Shiune si Undine, yang terampil dalam sihir, mengangkat staff peraknya dan melemparkan beberapa buff
[7]
berturut-turut. Tubuh mereka bertujuh diselimuti cahaya, dan beberapa
ikon status menyala di sebelah kanan bawah bar HP mereka. Setelah itu,
Nora Si Spriggan membaca mantra, memberikan mereka semua dengan night
vision. Asuna juga belajar beberapa buff, tetapi tingkat skill Shiune
yang lebih tinggi, sehingga dia menyerahkan itu padanya.
Setelah
persiapan mereka selesai, mereka sekali lagi melirik satu sama lain dan
mengangguk. Mereka memasuki dungeon, dimulai dengan Yuuki di depan.
Tak
lama setelah melalui pintu masuk, gua itu memberi jalan seperti batu
tulis, ubin terowongan buatan manusia. Suhu sekitarnya juga terasa
turun, udara dingin, lembab menyapu kulit Asuna. Mereka juga bekerja
keras seperti ini di SAO, tetapi interior besar dari ruang bawah tanah
yang tidak masuk akal dan tingkat monster yang tak dapat dibandingkan
dengan mereka di field. Selain itu, seperti ruang bawah tanah pada
permukaan ALfheim, kamu tidak bisa terbang di dalam. Meskipun mereka
sudah membeli data peta dari pusat informasi, masih akan membawa mereka
setidaknya tiga jam sampai mereka mencapai ruang bos.
-Ini adalah apa yang ia harapkan, namun...
Ketika
hanya kurang lebih sekitar satu jam, pintu raksasa muncul di depan
matanya di ujung koridor, Asuna sekali lagi tak bisa berkata-kata pada
kekuatan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki level yang baik dari
kemampuan tempur, tapi apa yang bahkan lebih luar biasa adalah kerja
sama mereka. Tanpa bahkan satu kata, hanya dengan mengangkat satu tangan
atau satu gerakan dari tubuh kecil Yuuki, mereka akan berhenti ketika
mereka harus berhenti, dan maju apabila mereka harus maju. Pada
dasarnya, Asuna hanya harus mengikuti di belakang party. Mereka hanya
memiliki tiga pertemuan dengan mob-mob monster, dan di bawah arahan
Asuna, dengan mudah mengalahkan mereka dengan membunuh pemimpinnya dalam
sekejap dan melemparkan sisa mob dalam kebingungan.
Kaget, Asuna berbisik kepada Shiune saat mereka berjalan melalui koridor menuju ruang Boss.
"Apa aku... benar-benar diperlukan? Rasanya seperti hampir tidak ada yang tersisa bagiku untuk membantu kalian."
Shiune melebarkan matanya dan menggeleng keras.
"Tidak,
itu tidak benar. Karena arahan Asuna-san, kami satu kalipun tidak masuk
ke perangkap dan hanya memiliki beberapa pertempuran. Kita sebelumnya
melawan musuh yang dua kali lipat dari tadi. Dan kami berakhir dengan
menghabiskan cukup banyak waktu untuk sampai ke ruang Boss. "
"... Itu bagus... -Hei, Yuuki, berhenti."
Mendengar suara Asuna yang sedikit terangkat, tiga vanguards segera berhenti berjalan.
Mereka
kurang lebih setengah jalan menyeberangi koridor menuju ruang Boss, dan
detail dari dekorasi mengerikan di pintu batu sudah dapat dilihat. Pada
kedua sisi koridor berdiri pilar secara berkala, tetapi tidak ada
bayangan monster yang terlihat. Menghadapi Yuuki dan Jun yang berbalik
kaget, Asuna membawa jari telunjuknya ke bibirnya sementara ia menatap
ke tempat yang berlawanan dengan pilar terakhir dari kiri.
Satu-satunya sumber penerangan di koridor berasal dari api biru di braziers
di bagian atas pilar. Bahkan dengan sihir penglihatan malam Nora, masih
sulit untuk melihat gerakan kecil bayangan di dinding batu. Namun,
secara intuitif, Asuna merasa bahwa sesuatu dalam jarak pandangnya ada
yang tidak beres.
Asuna mengisyaratkan mereka untuk mundur dan
mengangkat staff di tangan kanannya. Dia segera melafalkan mantra yang
agak panjang, tangan kirinya terangkat setinggi dada dengan telapak
tangannya menghadap ke atas.
Saat Asuna selesai melafalkan
mantra, lima ikan biru transparan dengan sayap seperti sirip muncul di
telapak tangannya. Dia mengangkat mereka ke wajahnya, dan dengan lembut
meniup mereka ke arah targetnya.
Segera, ikan berpencar satu per satu, berenang di udara dalam garis lurus. Ini adalah summon
yang digunakan untuk melawan mantra persembunyian, «Searcher».Kelima
ikan itu menyebar secara radial, dan di antara mereka, dua memasuki
sasaran udara yang berkerlip yang Asuna kunci.
Lampu biru
tersebar dengan suara * pop *. Para searcher hilang, dan di dalam udara
yang berkelip muncul membran hijau yang cepat mencair dan menghilang.
"Ah!"
Yuuki
berteriak kaget. Tiga pemain tiba-tiba muncul di arah berlawanan pilar,
di mana tidak ada apa-apa saat beberapa waktu yang lalu.
Asuna
cepat melihat lagi. Dua Imp, satu Sylph, semuanya bersenjata ringan dan
dilengkapi dengan belati. Meskipun demikian, level senjata mereka agak
tinggi. Dia tidak mengenali mereka, tapi ia mengenali lambang Guild yang
ditampilkan di samping pointer. Seekor kuda di samping perisai. Ini
adalah lambang dari guild besar terkenal yang terus menyelesaikan
dungeon sampai lantai 23.
Di dungeon, tidak pantas untuk
menyembunyikan diri ketika jelas tidak ada monster di sekitar. Akal
sehat menyatakan bahwa ini dimaksudkan untuk PK. Asuna mengangkat
staffnya sekali lagi dengan tujuan untuk bertahan terhadap serangan
jarak jauh, dan di sisinya, Yuuki dan anggota party juga menyiapkan
senjata mereka.
Namun, bertentangan dengan harapan mereka, salah satu dari tiga orang itu buru-buru mengangkat tangan dan berteriak.
"Stop, stop kami tidak ingin bertarung!!"
Perasaan Asuna bahwa kecemasan orang itu bukan suatu akting, menurunkan pertahanannya dan berteriak kembali.
"Lalu, tolong sarungkan pedangmu!"
Ketiga
orang itu saling melirik satu sama lain, dan segera menyarungkan
berbagai jenis belati mereka kembali. Asuna berpaling sedikit ke arah
Shiune dan berbisik.
"Jika mereka berniat untuk menarik senjata mereka lagi, segera lemparkan «Aqua Bind»."
"Aku mengerti. Uwah, ini adalah pertama kalinya aku PvP di ALO, aku benar-benar gugup..."
Daripada
gugup, Shiune dan mata yang lain bersinar dengan kegembiraan. Dengan
senyum, samar pahit, Asuna berbalik ke arah trio, perlahan-lahan
berjalan beberapa langkah lebih dekat dan berkata.
"Jika kalian tidak bermaksud PK... Untuk tujuan apa kalian bersembunyi?"
Setelah melirik satu sama lain sekali lagi, Imp yang sepertinya menjadi pemimpin menjawab.
"Kami
sedang menunggu pertemuan. Ini akan merepotkan jika kita diserang oleh
mob sebelum rekan kami tiba, jadi kami bersembunyi."
"............"
Meskipun
terdengar masuk akal, dia tidak bisa mengusir perasaan bahwa ada
sesuatu yang aneh. Mantra persembunyian membutuhkan mana pada tingkat
yang signifikan saat digunakan, potion mahal harus digunakan setiap
beberapa detik. Apalagi, jika mereka berhasil sampai ke bagian terdalam
dari Dungeon, mereka tidak bisa menghindari pertempuran dengan monster.
Namun,
dia tidak bisa menemukan sebuah celah besar dalam kata-kata mereka.
Meskipun ia bisa membunuh mereka dan menghapus masalah potensial, masuk
ke sengketa dengan Guild besar akan menyebabkan berbagai masalah di masa
depan. Asuna menelan keraguannya, dan mengangguk sedikit.
"Mengerti- Kami di sini untuk menantang Bos. Jika pihak kalian belum siap, bisa kami pergi dan menantang terlebih dahulu?"
"Ah, tentu saja."
Dia
awalnya mengira bahwa mereka akan mencoba untuk menghalangi mereka
menantang Boss, tapi tiba-tiba, Imp kurus langsung menjawab. Ia
melambaikan tangan ke arah dua rekannya dan tiga dari mereka mundur
kembali ke samping pintu.
"Kami akan menunggu teman kami di sini. Nah.. semoga beruntung dan selamat tinggal."
Imp
itu tersenyum dan memberi isyarat ke arah teman Sylphnya. Sylph itu
mengangguk sekali, mengangkat tangannya dan mulai membaca mantra seperti
cara orang latihan.
Segera, pusaran hijau berputar di kaki
pelafal mantra, membungkus mereka bertiga. Ketika pusaran hijau memudar
dan menghilang, tak ada lagi yang bisa dilihat di sana.
"............"
Asuna
sekali lagi melihat ke arah para pemain tersembunyi itu, tetapi segera
mengangkat bahu dan berbalik untuk menghadap Yuuki. Meskipun percakapan
tadi tegang, gadis dengan alias Zekken tidak terlihat takut, mata
ungunya yang lebar berkilau saat ia melihat ke arah Asuna dengan kepala
dimiringkan.
"... Bagaimanapun, seperti yang direncanakan, mari kita pergi dan melihat ke dalam."
Dengan mengatakan itu, Yuuki tersenyum gembira dan mengangguk.
"Ya, kita akhirnya pergi. Mari kita melakukan yang terbaik! Asuna!"
"Jangan mengatakan hal-hal seperti 'melihat ke dalam', mari kita menerobos dan menghabisinya."
Membalas apa yang Jun katakan, Asuna hanya bisa tersenyum dan berkata.
"Ya,
tentu saja itu hasil yang kita inginkan, tetapi kamu tidak perlu
menggunakan barang-barang mahal untuk memulihkan diri. Tidak apa-apa
asalkan kamu mencoba melakukan yang terbaik dalam jangkauan
penyembuhanku dan penyembuhan Shiune, mengerti?"
"Ya, guru!"
Asuna
mencolek dahi Jun sebagai jawaban candaan Jun, dan berbalik untuk
melihat lima orang lainnya secara bergantian sambil terus berbicara.
"Bahkan
jika kalian mati, jangan langsung respawn di kota. Tinggal dan lihat
baik-baik pola serangan Boss. Jika kita semua dikalahkan, kita akan
kembali ke save point Ronbaru bersama-sama. Dan formasi kita, Jun dan Thatch akan fokus pada tanking di depan, kadang-kadang menggunakan provoke
untuk membuat emosi Boss naik. Taruken dan Nori akan menyerang dari
kedua sisi. Yuuki akan menyerang secara bebas dan mengapit Boss jika
mungkin. Akhirnya, Shiune dan aku akan memberikan support dari belakang.
"
"Mengerti."
Sebagai perwakilan mereka, Thatch menjawab dengan suara berat.
Setelah
Shiune dengan cepat memperbaharui semua buff mereka, dua tanker
bergerak maju. Thatch mengangkat perisai menara di tangan kirinya,
memanggul palu di tangan kanan, berdiri berdampingan dengan Jun di depan
pintu raksasa dan berbalik untuk melirik Asuna.
Asuna
mengangguk sebagai jawaban, dan Jun yang sama memikul pedang besarnyanya
memegangkan tangan kirinya yang kosong ke pintu, membungkukkan bahunya
dan mendorong.
Dua pintu batu hitam berpoles berderit dalam
perlawanan sesaat, dan gemuruh menggelegar berdering melalui semua
koridor saat perlahan-lahan terbuka ke dua sisinya. Di dalamnya gelap
gulita...
Saat dia berpikir begitu, tepat di samping pintu, dua
braziers menyala dengan api putih pucat diikuti segera oleh dua brazier
lain di kiri dan kanan. Dengan sedikit keterlambatan, api menyala seolah
berputar. Ini pertunjukan cahaya universal untuk semua lantai, mulai
dari saat pertama brazier menyala dan berjalan sampai Boss muncul dapat
dianggap sebagai waktu persiapan untuk penyerangan.
Ruang Boss
benar-benar melingkar. Lantainya sudah diaspal dengan batu hitam
berpoles dan itu cukup terbuka. Pada dinding terdalam adalah pintu yang
menyembunyikan tangga yang mengarah ke lantai berikutnya.
"- Ayo!"
Saat
Asuna berteriak, Jun dan Thatch menerobos ke dalam ruangan. Lima orang
yang lain juga mengikuti dan segera mengambil tindakan.
Tepat
ketika semua orang tiba di posisi yang telah ditentukan dan menyiapkan
senjata mereka– poligon besar dan kasar keluar dari tengah ruangan.
Poligon hitam seperti kubus bertumbuk dan berkombinasi membentuk sosok
humanoid raksasa, bentuk merata terbentuk di tepi sebagai jumlah
informasi terus meningkat.
Akhirnya, fragmen yang tak terhitung
banyaknya tersebar di udara dan Boss muncul. Seekor raksasa hitam dengan
tinggi di atas empat meter. Pada tubuh penuh ototnya tumbuh dua kepala
dan empat lengan, dan di setiap tangannya adalah senjata blunt yang tampak buas.
Raksasa
itu melangkah maju, dan ruangan tergguncang seolah-olah ada gempa bumi.
Dibandingkan dengan tubuh bagian bawahnya, tubuh bagian atas yang tidak
teratur itu besar, namun meskipun seluruh tubuh condong ke depan,
kepalanya masih jauh di atas Asuna dan lain-lain.
Boss itu
melihat jijik pada penyusup yang tampak dari sudut-sudut empat mata
merah menyalanya dan mengeluarkan raungan brutal. Kedua lengan atas
memegang dua pendobrak seperti palu yang tinggi, dan kedua lengan bawah
mengayunkan rantai tebal yang cukup kuat untuk menyauhkan jangkar sebuah
kapal pesiar di lantai.
Bab 6
"Aaaaaaaaaah, kita kalah, kita kalah!"
Nora, yang terakhir kembali, memukul punggung Taruken saat ia berteriak dengan riang.
Mereka
berada di kubah besar berbentuk bangunan di seberang alun-alun kota
Ronbaru, ketujuhnya berpindah ke Save Crystal di lantai yang sedikit
turun di tengah ruangan. Tentu saja, ini berarti bahwa mereka dikalahkan
oleh serangan ganas dari bos hitam raksasa lantai 27 itu.
"Ugh... Meskipun kita berusaha sangat keras..."
Saat bahu Yuuki merosot dengan cemas, Asuna tiba-tiba merenggut kerahnya.
"Fue?"
Asuna menyeret Yuuki yang terkejut dan berlari ke salah satu sudut ruangan.
"Semuanya cepat datang ke sini!"
Jun
dan yang lainnya, yang awalnya berencana kembali ke penginapan untuk
beristirahat dan merenungkan pertarungan sebelumnya, berlari dengan
mulut terbuka. Tidak ada orang lain di sekitar «Titik Respawn», tetapi
untuk jaga-jaga, Asuna mengumpulkan semua orang di tempat di mana mereka
tidak bisa terdengar dari luar dan berkata,
"Kita tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Apa kalian ingat tiga orang di depan ruang Boss?"
"Ya, aku ingat."
Shiune mengangguk.
"Mereka
adalah pengintai yang dikirim oleh guild yang mengkhususkan diri dalam
berburu Bos, tujuan mereka adalah untuk memantau pemain di luar aliansi
yang menantang bos. Kalian pasti telah dilihat oleh mereka sebelum
kalian memasuki ruangan Bos di lantai sebelumnya dan juga lantai yang
sebelumnya lagi."
"Eh... Kami bahkan tidak menyadarinya..."
"Aku
takut bahwa tujuan mereka bukanlah untuk menghentikan kalian menantang
Boss, tapi untuk mengumpulkan informasi. Mungkin ini sedikit kasar, tapi
mereka menggunakan sebuah guild kecil seperti Sleeping Knight sebagai
pion korban untuk mengetahui pola serangan Bos dan kelemahannya. Dengan
cara ini, mereka tidak perlu kehilangan experience point karena death
penalty dan juga dapat menyimpan sedikit biaya ramuan."
Pada titik ini, Taruken yang berkacamata mengangkat tangan kanannya dan bertanya,
"Ta-tapi,
pintu segera tertutup di belakang kita setelah kita memasuki ruangan
Boss. Mereka, mereka bahkan tidak bisa melihat pertarungan kita, jadi
bagaimana mereka mengumpulkan informasi?"
"Itu karena
kecerobohanku... Tepat sebelum pertempuran berakhir, aku melihat kadal
kecil abu-abu menggeliat di sekitar kaki Jun. Itu Sihir Hitam
«Megintip»- Sebuah mantra yang memanggil familiar yang dapat ditempelkan
ke pemain yang ditunjuk, yang memungkinkan pembaca mantra untuk melihat
sudut pandang pemain yang ditunjuk. Sesaat itu dilemparkan, sebuah ikon
yang menunjukkan debuff akan muncul selama sekitar satu detik..."
"Eh, itu buruk, aku tidak menyadarinya sama sekali."
Mendengar penjelasan Asuna, ekspresi penyesalan menutupi wajah Jun. Semua orang menepuk punggungnya dengan lembut.
"Jangan
katakan itu, seharusnya aku memperingatkan kalian di awal. Itu pasti
telah menempel ketika Shiune sedang memperbarui buff tepat sebelum kita
memasuki ruangan. Ada begitu banyak ikon yang muncul pada waktu itu,
jadi wajar kalau kamu tidak menyadari ada satu tambahan."
"... Ngomong-ngomong, mungkinkah..."
Mata Yuuki melebar saat ia mengepalkan tangan di depan dadanya dan berteriak,
"Bos di lantai 25 dan 26 yang dikalahkan segera setelah kami kalah itu bukan hanya suatu kebetulan!"
Meskipun
Yuuki cukup terkejut, tidak ada tanda-tanda kemarahan atau kebencian
dalam suaranya. Merasa hormat pada Yuuki sekali lagi, Asuna mengangguk
dan menjawab,
"Kamu mungkin benar. Serangan terus-menerus darimu
terekspos bahkan di tempat bos sebelumnya, itulah sebabnya mereka mampu
melakukannya dalam satu gerakan."
"Itu, itu berarti..."
Shiune mengerutkan kening dan berbisik,
"Kali ini kami sekali lagi dijadikan pion korban...?"
"Bagaimana ini bisa terjadi..."
Tepat ketika bahu kelimanya hendak terkulai mengikuti napas Nora, Asuna memukul armor Yuuki.
"Tidak, kita masih memiliki kesempatan!"
"Eh...? Asuna, apa maksudmu...?
"Saat
ini sekitar pukul 2:30pm, aliansi besar sekalipun akan memiliki waktu
yang sulit untuk mengumpulkan puluhan orang, mungkin akan memakan waktu
setidaknya sekitar satu jam. Kita akan mengambil tindakan sekarang-
Dengar, kita akan menyelesaikan diskusi kita dalam lima menit, dan
kemudian bergegas kembali ke ruangan Boss dalam waktu tiga puluh menit! "
"Eeeh??"
Bahkan kelompok ini, yang terdiri dari pemain
top, tidak bisa tidak berteriak karena terkejut akan ucapan ini. Melihat
sekelilingnya, senyum muncul di wajah Asuna- senyum bangga yang sangat
mirip dengan seseorang tertentu.
"Kita bisa melakukannya. Dan- kita pasti bisa mengalahkan Bos hanya dengan beberapa dari kita."
"Su-Sungguh?"
Yuuki membungkuk begitu jauh ke depan hingga hidungnya nyaris mengenai Asuna, dan Asuna melihatnya dan mengangguk.
"Yang
harus kita lakukan adalah dengan tenang menyerang titik lemahnya. Ini
adalah strategiku. Boss lantai ini berjenis raksasa. Meskipun lengan
banyaknya agak sulit ditangani, masih jauh lebih mudah untuk ditangani
daripada salah satu yang tidak memiliki bagian depan atau belakang yang
nyata. Pola serangannya adalah mengayunkan turun palunya, menyapu dengan
rantai baja dan menyerang dengan menurunkan kepalanya. Dia akan mulai
menggunakan serangan napas beracun jarak menengah ketika darahnya
tinggal setengah, dan setelah turun ke merah dia akan menggunakan skill
pedang 8 hit dengan memanfaatkan empat senjata..."
Asuna
menempatkan tampilan gambar hologram di tanah, beralih ke layar input
dan dengan cepat menarik gambar pola serangan Boss. Dia kemudian
mencatat cara untuk bertahan melawan serangan ini.
"... Oleh
karena itu Jun dan Thatch dapat mengabaikan serangan dari rantai baja
dan memusatkan perhatian pada palu. Berikutnya adalah titik lemah- Jika
palu menyentuh tanah, akan memakan waktu sekitar 0,7 detik untuk
pemulihan. Nora dan Taruken harus mengambil keuntungan dari pembukaan
ini untuk menggunakan skill yang kuat. Juga, akan ada banyak bukaan di
belakangnya. Yuuki dapat tetap berada di belakang punggungnya dan
menggunakan serangan tipe skill pedang. Tapi tetap berhati-hatilah,
rantainya juga akan menyapu daerah di belakang punggungnya. Cara untuk
bertahan terhadap serangan napas beracun..."
Sejak saat ia
bekerja sebagai sub-leader dari Knights of the Blood, ini pertama
kalinya dia berbicara begitu banyak dalam pertemuan strategi. Saat ia
memikirkan itu pada dirinya sendiri, Asuna dengan cepat terus
menjelaskan strategi kepada mereka, dan keenamnya mengangguk saat mereka
mendengarkannya dengan serius.
Asuna merasa bahwa dia hampir
seperti seorang guru sekolah, dan segera menyelesaikan pertemuan
strategi dalam waktu empat menit. Dia kemudian membuka persediaannya
untuk mengeluarkan sejumlah besar ramuan yang dia beli menggunakan
anggaran mereka dan hadiah yang dia terima dari Lisbeth dan
teman-temannya yang lain.
Semua jenis botol kaca terus-menerus
muncul di tanah dengan suara klak. Asuna membagi ramuan penyembuh
berdasarkan jumlah luka yang mereka terima dalam pertempuran tadi, dan
menempatkan ramuan mana pada dirinya dan ke tas Shiune. Dengan itu,
semua persiapan mereka telah diselesaikan.
Asuna menegakkan punggungnya, matanya melihat seluruh wajah setiap orang sekali lagi, tersenyum dan mengangguk.
"Kuulangi
sekali lagi, jika itu kalian... Tidak, jika itu kita, kita pasti bisa
mengalahkan Bos. Aku, yang pernah berjuang di sini pada masa lalu, dapat
menjamin hal ini kepada kalian."
Senyum polos brilian dari Yuuki segera menyebar di seluruh wajahnya, dan dia dengan percaya diri mengatakan,
"Perasaanku
memang benar, ini hebat karena kita mampu mendapatkan Asuna untuk
membantu kita. Walaupun kita gagal, perasaanku ini tidak akan pernah
berubah. Terima kasih- Asuna."
Lima lainnya mengangguk serempak. Shiune, yang tampaknya menjadi sub-leader, menambahkan dengan suaranya yang jelas dan lembut,
"Aku
benar-benar bersyukur. Aku sekali lagi memastikan bahwa keputusan Yuuki
untuk membawamu ke sini adalah benar, kamu adalah orang yang sudah lama
kami tunggu-tunggu."
Asuna dengan putus asa mencoba untuk menekan perasaan yang mengalir di dalam dirinya, mengangkat jari dan mengedipkan matanya-
"... Kata-kata seperti ini seharusnya diucapkan setelah kita selesai. Sekarang... sekali lagi, mari kita coba yang terbaik!"
Sekali lagi terbang dari jalanan Ronbaru, ketujuhnya pergi ke dungeon
dengan kecepatan tinggi. Mereka terbang melalui rute terpendek, dan
terlihat oleh mobs di luar. Namun, mereka terus menggunakan ilusi Nori
dan berhasil melewati mobs saat mereka terbang.
Mereka
menghabiskan waktu hanya 5 menit untuk mencapai menara, dan kemudian
terbang ke pintu masuk tanpa ragu-ragu. Mereka mengambil jalan terpendek
ke lantai paling atas. Meskipun mereka tidak bisa menembus mob rakasa
dalam dungeon yang sempit, «Zekken» Yuuki mengaktifkan kemampuannya saat
ini dan dengan seketika mengalahkan pemimpin musuh.
Saat timer
menunjukan lewat 28 menit, koridor menuju ruangan bos akhirnya muncul di
depan mereka. Jalanan panjang dan sempit ini melengkung sedikit ke
kiri, dan jalan berbentuk spiral mengarah ke tengah menara.
"Syukurlah. Masih ada 2 menit!!"
Jun berteriak gembira dan berlari melewati Yuuki.
"Hei, tunggu!"
Yuuki
mengangkat tangan kanannya dan mengejar. Masalahnya, kita harus mampu
mengganggu aliansi guild. Berpikir tentang hal ini, Asuna mulai berlari
ke depan dengan putus asa juga. Sekelompok orang terus berjalan dalam
lingkaran dan sampai ke koridor, tiba di depan gerbang menuju ruangan
bos-
"...!!"
Namun, adegan di depan pintu gerbang
membuat Asuna menelan ludah. Jun dan Yuuki, yang berlari di depan,
menggunakan sepatu mereka untuk menggesek tanah dan berhenti dengan
cepat.
"A... Apa yang terjadi...!?"
Nori dengan kosong
bergumam di samping Asuna. Pada 30m terakhir menuju ruangan bos, sekitar
20 pemain menghalangi jalan menuju ruangan bos.
Orang-orang itu
berasal dari berbagai macam ras, namun satu-satunya titik sama di
antara mereka adalah masing-masing dari mereka memiliki lambang serikat
di samping kursor, seperti trio yang bersembunyi di pintu.
'Kami
tidak berhasil!' Mereka tanpa terduga mengumpulkan begitu banyak orang
dalam waktu yang singkat... Asuna meratap jauh di lubuk hatinya, tetapi
menemukan bahwa ada sesuatu yang salah. Masih terlalu sedikit orang
untuk menaklukkan bos. 20 orang, 3 kelompok. Tidak akan cukup untuk
membuat 7 kelompok, 49 pemain sekaligus.
Para anggota yang ambil
bagian dalam penaklukan ini mungkin belum datang. Sungguh berani
memilih titik berkumpul di bagian terdalam dungeon, dan bisa dikatakan
bahwa orang-orang ini agak tidak sabaran.
Asuna berjalan di
samping Yuuki, yang bergumam dengan suara gugup, dan berbisik ke
telinganya yang tertutupi oleh rambut ungu tua,
"Jangan khawatir. Sepertinya kita masih memiliki kesempatan untuk menantangnya."
"Benarkah...?"
Yuuki
akhirnya menghela napas lega saat ini. Asuna dengan ringan menepuk
bahunya dan dengan cepat berjalan menuju kelompok. Semua tatapan
kelompok lain terfokus pada Asuna dan teman-temannya, namun mereka tidak
menunjukkan keterkejutan atau ketegangan. Bahkan bisa dikatakan bahwa
orang-orang ini menantikan pertunjukan yang akan dimulai. Asuna
mengabaikan ekspresi mereka dan berdiri langsung di depan kerumunan,
berkata kepada pemain Gnome laki-laki yang tampak seperti dia mengenakan
armor yang paling mahal.
"Maaf, kami ingin menantang bos. Bisakah kalian membuka jalan?"
Namun, Gnome itu melipat tangan tebalnya, seolah-olah mencoba mengatakan sesuatu yang Asuna tidak harapkan,
"Maaf, tempat ini ditutup."
"Ditutup... Apa maksudmu?"
Asuna,
yang tidak bisa mengatakan apa-apa untuk sementara waktu, akhirnya
mengeluarkan pertanyaan ini. Gnome mengejangkan alisnya secara
berlebihan, dan kemudian berkata dengan nada tenang yang langka,
"Guild kami akan menantang bos. Kami masih dalam persiapan. Tunggu saja di sini sebentar."
"Untuk beberapa saat... berapa lama?"
"Nah, sekitar satu jam."
Pada
titik ini, Asuna akhirnya mengerti niatan mereka. Mereka hanyalah
kelompok pengintai yang ditugaskan di depan ruangan bos, mengumpulkan
informasi. Setelah kelompok lain yang mungkin bisa mengalahkan bos
muncul, mereka akan mencoba untuk membuat barikade fisik melalui jumlah.
Baru-baru ini, Asuna mendengar bahwa beberapa guild tingkat
tinggi menciptakan masalah dengan menduduki tempat berburu, tapi tanpa
ia duga, mereka akan melakukan pendudukan dengan berani seperti ini.
Bukankah ini sama saja seperti The Army yang memerintah dengan kejam di
Aincrad lama?
Asuna mencoba yang terbaik untuk menekan kemarahannya dan akhirnya berkata dengan nada tenang,
"Kami tidak bisa menunggu selama itu. Ini berbeda jika kamu ingin menantangnya, tapi jika tidak, tolong biarkan kami masuk"
"Kamu agak benar juga..."
Namun Gnome itu tanpa malu-malu melanjutkan,
"Tapi kami datang duluan. Kamu harus mengantri."
"Kalau
begitu kamu harus bersiap-siap sebelum datang ke sini. Kami harus
menunggu selama satu jam meskipun kami dapat menyerang kapanpun. Itu
tidak adil."
"Itulah sebabnya walaupun kamu mengomel, aku tidak
bisa membantu. Ini adalah perintah atasan. Jika kamu memiliki perbedaan
pendapat, pergilah ke markas guild untuk bernegosiasi. Kantor pusat kami
berada di kota Pohon Dunia."
"AKAN MEMAKAN WAKTU SATU JAM KE SANA!!"
Tidak
bisa menahan dirinya lagi, Asuna akhirnya berteriak. Dia kemudian
menggigit bibirnya dan menarik napas panjang untuk menenangkan diri.
Tidak peduli bagaimana mereka bernegosiasi, tampaknya kelompok lain tidak berniat untuk minggir. Apa yang harus mereka lakukan?
Mereka
tidak tahu apakah mereka bisa mencapai kesepakatan dengan memberikan
item yang dijatuhkan bos dan field. Mungkin tidak, saat daya tarik untuk
mengalahkan bos bukan hanya barang yang dijatuhkan, tetapi juga
besarnya kenaikan experience point dan hadiah nyata meninggalkan nama
mereka pada Monumen Swordsman. Orang-orang ini mungkin tidak akan
menerima kondisi tersebut.
Jika ini adalah VRMMO lain, mereka
bisa komplain kepada GM tentang tindakan yang menentang etika net-game.
Namun, argumen pemain di ALO idealnya harus diselesaikan diantara para
pemain. GM pada dasarnya hanya menangani kesalahan sistem.
Gnome
melirik tajam pada Asuna, yang kehabisan akal, dan berpikir bahwa
negosiasi telah selesai dan bersiap-siap untuk kembali ke sekutunya.
Pada saat ini, Yuuki, yang berdiri di belakang Asuna, berteriak,
"Oi, kamu..."
«Zekken» menggunakan suara enerjik untuk meminta Gnome itu berhenti dan berbalik,
"Maksudmu kamu tidak berniat membiarkan kami lewat tidak peduli bagaimana kami meminta, benar?"
"-Sejujurnya, itulah yang terjadi."
Setelah
mendengar kata-kata langsung Yuuki, Gnome itu hanya bisa berkedip.
Namun, ia segera kembali ke sikap arogannya dan mengangguk. Yuuki hanya
tersenyum dan berkata,
"Begitukah? Mau bagaimana lagi kalau begitu. Kami hanya bisa menggunakan kekerasan."
"A... apa!?"
"Ehh!?"
Gnome dan Asuna mengeluarkan teriakan kaget pada waktu yang sama.
ALO
benar-benar sebuah permainan yang memiliki poin menjual 'mampu
menyerang pemain tanpa syarat di daerah netral'. Semua pemain akan
memaksa menggunakan senjata mereka untuk melampiaskan ketidakpuasan
mereka, dan kode ini jelas ada dalam instruksi permainan.
Namun,
selain menjadi aturan yang sebenarnya, masih ada beberapa aturan tabu
tersembunyi untuk menyerang pemain. Pemain harus memperhatikan jika
mereka melawan sebuah guild besar. Itu karena walaupun mereka menang,
guild yang bersangkutan dapat mengirimkan serangan besar-besaran untuk
membalaskan dendam, dan terkadang bahkan membawa kebencian mereka kepada
komunitas internet di luar permainan. Saat ini, tidak banyak pemain
yang menantang guild besar selain mereka yang sudah bertujuan untuk PK
di awal.
"Yu... Yuuki, itu..."
Mulut Asuna terbuka
lebar, namun dia tidak bisa membiarkan suaranya keluar karena dia tidak
tahu bagaimana menjelaskan hal ini. Namun, Yuuki hanya tersenyum dan
menepuk bahunya dan berkata,
"Asuna, beberapa hal harus
diselesaikan melalui cara yang keras agar kelompok lain dapat memahami.
Misalnya, sekarang, kita harus menunjukkan kepada mereka betapa
seriusnya kita."
"Ya, kamu benar."
Di belakang mereka,
Jun mengangguk setuju. Asuna berbalik dan menemukan 5 anggota lainnya
memegang senjata mereka seolah-olah itu adalah normal.
"Semuanya..."
"Orang-orang yang menyegel tempat ini harus bersiap untuk mempertahankan tempat ini sampai orang terakhir."
Yuuki memalingkan matanya lagi untuk melihat Gnome, memiringkan kepalanya dan berkata kepadanya,
"Bukankah itu benar?"
"Ah... erm, kami..."
Gadis
mungil Imp ini segera menarik one-handed sword di pinggangnya tepat di
depan pria yang belum pulih dari shocknya tersebut, dan mengarahkannya
ke langit. Senyum di bibirnya lenyap, dan matanya menunjukkan kilatan
tegas-
"Sekarang, keluarkan senjatamu."
Gnome yang
termakan oleh provokasi Yuuki mengeluarkan kapak perang besar di
pinggangnya dan dengan mudah membuat postur untuk menyerang.
Saat berikutnya, gadis mungil Imp itu menyerbu melalui seluruh koridor seperti angin puyuh.
"NUAA ...!!"
Setelah
akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi, Gnome menusuk hidungnya dan
meraung, menggerakkan kapak besar di tangannya. Namun, gerakannya
benar-benar terlalu lambat. Obsidian Longsword Yuuki meninggalkan jejak
gelap sebelum mengayun naik dari bawah dan menusuk langsung ke pusat
dada orang itu.
"GUU!!"
Yuuki menggunakan serangan ini
untuk membuat Gnome, yang jauh lebih berotot dibandingkan dirinya,
kehilangan keseimbangan. Dia kemudian menambahkannya dengan serangan
lurus. Longsword mengeluarkan suara berat, menebas bahu Gnome, dan
menyebabkan bar HPnya menurun drastis.
"NUOOOHHH!!"
Orang
itu akhirnya mengeluarkan raungan marah dan mengangkat kapak perangnya
saat ia bersiap-siap untuk mengayunkannya turun menuju Yuuki.
Pemain
ini benar-benar pemain yang merupakan kapten tim dari guild yang
terkenal karena serangannya sangat cepat. Namun, «Zekken» Yuuki hanya
terus mengayunkan pedang tanpa terburu-buru.
*Ding!* Sebuah
suara logam tajam terdengar, dan lintasan kapak dibelokkan sedikit,
melewati rambut merah Yuuki beberapa sentimeter di atas kepala.
Biasanya, senjata hanya dapat menggunakan skill «menangkis» ketika
menghadapi senjata berat yang sama. Namun, Longsword tipis Yuuki yang
terlihat tidak berbeda dari Rapier membelokkan kapak perang yang besar.
Hal ini karena kecepatan kilat ayunannya. Mustahil untuk bisa menjadi
begitu tangkas kecuali avatar pemain, saraf dan AmuSphere yang
menghubungkan mereka menjadi satu.
Berapa banyak pengalaman yang
harus dia dapatkan hanya untuk mencapai tingkat itu? Asuna terlihat
benar-benar kagum saat dia melihat Yuuki bertarung di depannya. Pada
saat ini, pedang Yuuki itu mulai mengeluarkan cahaya biru. Dia
mengaktifkan skill pedang.
Kaki prajurit Gnome itu tidak stabil
saat ia menangkis sebuah serangan berkekuatan penuh, tusukan, tebasan
horizontal, tebasan bawah dan sebuah pukulan, empat serangan yang semua
meledak saat mereka mengarah pada wajahnya. Ujung pedang berwarna biru
muda mengelilingi tubuh Gnome dan mengeluarkan cahaya yang intens. Ini
adalah 4 hit lurus berturut-turut «Vertical Square»
"GUAA ...!!"
Dengan
teriakan, tubuh Gnome terlempar beberapa meter jauhnya dan mendarat di
tanah. Bar HPnya langsung jatuh ke zona merah. Dia pasti menyadari ini
saat matanya melirik sudut kanan atas yang terlihat menonjol keluar dari
sendinya.
Saat matanya kembali ke Yuuki, ekspresi di wajahnya berganti dari shock menjadi kemarahan.
"I... Itu tidak bisa diterima, menyerang seperti itu tiba-tiba...!"
Saat
pemimpin mulai berteriak kembali secara acak, sekitar 20 orang dari
sekutunya akhirnya berhasil pulih dan masuk ke mode pertempuran. Para
pemain yang bertanggung jawab menyerang di garis depan menyebar dan
menarik senjata mereka. Asuna secara naluriah menarik tongkat Pohon
Dunianya dan mengulangi apa yang dikatakan Yuuki di dalam pikirannya.
-Asuna,
beberapa hal harus diselesaikan melalui cara yang keras agar kelompok
lain dapat memahami. Ini jelas bukan sesuatu yang dapat gadis itu
pikirkan secara acak pada saat terakhir, tapi ini adalah keyakinan gadis
misterius yang disebut Yuuki itu miliki. Itu karena dia selalu
mengikuti contoh ini. Dia akan menantang lawan yang tak terhitung
jumlahnya di jalan-jalan dalam duel dan menggunakan ini untuk
berinteraksi dengan mereka.
... Aku mengerti... kamu ada benarnya juga...
Saat
Asuna bergumam tanpa kata, wajahnya tanpa sadar tersenyum. Jika dia
terus mundur karena takut bertarung melawan orang lain atau balas
dendam, maka makna bermain VRMMO akan hilang. Pedang di pinggangnya itu
bukanlah hiasan belaka, dan itu jelas bukanlah beban yang berat. Asuna
mengambil langkah maju dengan tekad dan tiba di samping Yuuki. Jun dan
Shiune sedang berdiri di samping Asuna, dan Thatch, Nori dan Taruken
berdiri di samping Yuuki.
Mungkin musuh yang berjumlah lebih
dari kelompok beranggota 7 orang ini, tiga melawan satu, terlihat
menyadari sesuatu saat mereka hanya bisa bergerak mundur.
Lalu, apa yang memecah suasana tegang ini?
Bukanlah
musuh di depan, namun banyaknya jejak kaki yang datang ke sini.
Prajurit Gnome menoleh ke belakang Asuna dan teman-temannya dan
menunjukkan senyum kemenangan.
"...!"
Asuna tersentak
dan berpikir- Mengapa pada saat yang tidak tepat seperti ini? Dan
memutar kepalanya ke sekitar. Sejumlah jubah berwarna kemudian muncul di
depan mereka. Sebagian besar lambang guild yang ditampilkan adalah
«Sagitarius», namun beberapa dari mereka berlambang «Perisai dan Kuda».
Dengan kata lain, orang-orang yang datang adalah bagian lain dari
aliansi yang sedang Gnome tunggu, dan pasti ada sekitar 30 orang dari
mereka.
Walaupun Yuuki sekuat itu, sulit untuk menang ketika
dikelilingi oleh musuh yang 7 kali lipat jumlahnya dari mereka pada sisi
depan dan belakang. Mantra dan panah yang dapat ditembakkan dari
belakang cukup untuk menghabiskan HP mereka tanpa bisa melakukan
apa-apa.
-Semua karena aku ragu-ragu...
Asuna merasa
menyesal saat ia menggigit bibirnya dengan keras. Jika dia mengikuti
keyakinan Yuuki dari awal, mereka setidaknya bisa menembus 20 orang di
depan dan memasuki ruangan bos.
Sama seperti Asuna yang hendak
membuka mulutnya dan meminta maaf. Yuuki, yang berada di sebelah
kirinya, menepuk tangannya. Emosi Gadis Imp itu menyelimuti kulitnya di
dunia virtual.
-Maaf, Asuna. Ketidaksabaranku malah menyeretmu.
Tapi aku tidak menyesal melakukan hal ini. Sejak kita bertemu, aku belum
pernah melihatmu menunjukkan senyum indah seperti itu.
Asuna memegang tangan Yuuki dan menjawab bisikan yang tampaknya muncul di dalam benaknya ini.
-Seharusnya
aku yang meminta maaf karena tidak bisa banyak membantu. Kita mungkin
tidak bisa melakukannya pada level ini, tapi kita pasti bisa mengalahkan
bos di level berikutnya.
Shiune dan yang lain tampaknya
merasakan interaksi mereka berdua karena mereka semua mengangguk,
membentuk lingkaran dan menghadapi musuh di kedua sisi. 30 orang yang
bergegas datang di depan dan belakang mereka tampaknya telah memahami
situasi saat ini saat orang-orang itu menarik senjata mereka.
Saat
ini, mereka hanya bisa berjuang sampai akhir. Asuna membuat keputusan
dan mengangkat tongkat pendeknya sambil mengucapkan mantra serangan.
Melihat tindakannya, Cakar prajurit Cait Sith mengeluarkan sifat
karnivoranya dan berteriak,
"TETAP BERJUANG SAMPAI AKHIR!!"
-Tapi sesaat ketika ia hendak menyatakan kemenangan. Sesuatu yang jauh melampaui pikiran Asuna dan semua pemain terjadi.
"Itu... Itu adalah...?"
Orang
yang pertama kali menyadari anomali adalah Nori, yang memiliki
kemampuan penglihatan malam. Sedetik kemudian, Asuna menyaksikan
fenomena itu juga.
Pada saat ini, pasukan musuh sudah 20m di
depan mereka, namun, di belakang mereka, pada dinding yang melengkung
secara bertahap dari koridor, ada semacam... atau lebih tepatnya, orang
tertentu yang sedang berlari ke sini. Itu benar-benar sangat cepat,
hanya bayangan hitamnya yang bisa dilihat.
Itu adalah «Wall Run»
yang semua elf ringan bisa gunakan. Satu-satunya yang bisa
menggunakannya adalah Sylph, Undine, Cait Sith, Imp dan Spriggan.
Biasanya, 10m adalah batasnya, tapi bayangan di depan mereka berlari
sekitar 30m. Gerakan yang sangat sulit ini hanya dapat dilakukan melalui
kecepatan berlari yang berlebihan.
Saat ia menyadari hal ini, atau lebih tepatnya, saat dia melihat sosok samar itu, Asuna tahu siapa penyusup itu.
Sosok
yang berlari dengan sangat cepat, berlari di dinding, melewati bala
bantuan, dan dengan mudah mendarat di tanah. Kecepatannya melambat
sambil mengeluarkan bunga api besar yang disebabkan oleh percikan api
pada telapak sepatunya yang bergesekan dengan tanah. Ia tiba diantara
pasukan utama dan teman-teman Asuna dan berhenti sambil menghadap
kelompok Asuna.
Orang itu mengenakan celana kulit ketat hitam
dan jubah panjang hitam, memiliki rambut hitam pendek yang jatuh ke
samping, dan memiliki pedang satu tangan yang sedikit besar di
punggungnya. Juga, sarung pedang kulit hitam yang memiliki lambang putih
murni wyvern di atasnya. Itu adalah merek dagang dari «Toko Senjata
Lisbeth» yang dibuka di jalanan kota pohon dunia. Pedangnya ditempa dari
logam langka dari Jötunheimr, itu adalah masterpiece dari seorang teman
dekat Asuna.
Tangan kanan pendekar pedang berpakaian hitam
dengan cepat meraih pedang biru muda dari punggungnya, dan kemudian
*Clang!* menusukkannya ke lantai batu di sampingnya. 30 orang penjelajah
veteran berhenti seperti mereka terkejut akan kehadirannya.
Kemudian, kata-kata tamu tak diundang ini dengan keras mengatakan kembali apa yang Gnome tadi katakan pada Asuna.
"Maaf, tempat ini ditutup."
Suara
yang agak jelas meskipun tidak ada perasaan pernyataan di dalamnya ini,
menyebabkan kelompok 30 orang yang baru saja muncul, 20 orang di
belakang Asuna, dan Sleeping Knights benar-benar terdiam.
Orang
pertama yang menanggapi sikap menantang itu adalah Salamander kurus yang
berdiri di depan bala bantuan. Dia mengguncang rambut merah gelapnya
dan memberikan tampilan tidak percaya dan berkata,
"Oi oi, «Blackie». Bahkan kamu tidak akan bisa menghentikan begitu banyak orang di sini, kan?"
Pendekar pedang yang memiliki banyak nama panggilan karena pakaian hitamnya ini mengangkat bahu dan menjawab,
"Benarkah? Kenapa tidak kita coba?"
Sikap
bermuka tebal ini menyebabkan Salamander, yang tampaknya pemimpin dari
aliansi guild, tersenyum kecut dan mengangkat tangan kanannya. "Itu
benar. Kalau begitu, cobalah... penyihir, panggang dia."
*BACHK!*
Setelah dia mengatakan itu, orang itu menjentikkan jarinya, dan
kelompok belakang segera meneriakkan kata-kata mantra mereka dengan
cepat. Apakah itu adalah respon atau suara, orang bisa mengatakan bahwa
mereka sangatlah terlatih. Asuna ingin mengucapkan mantra penyembuhan,
namun 20 pasukan yang dekat di belakangnya tidak akan mengizinkannya
untuk melakukan hal tersebut.
Pada saat ini, Spriggan itu memiringkan kepalanya sedikit.
Sejak
keduanya saling kenal, dan walaupun avatar mereka berbeda, Asuna telah
melihat senyum percaya diri itu pada pipi kirinya tak terhitung
banyaknya. Saat berikutnya, cahaya mantra tertembak dari belakang
dinding manusia dan segera menutupi bayangan hitam yang tersenyum itu.
«Pendekar
Pedang Hitam» Kirito melihat tujuh serangan mantra tingkat tinggi yang
mengarah padanya dan tidak bereaksi sama sekali. Tidak, sudah terlambat
baginya untuk bereaksi. Semua mantra itu berjenis «Single Homing», dan
tidak ada cara untuk menghindari serangan-serangan itu dengan bergerak
di dalam koridor yang lebarnya 5m di mana ia tidak akan bisa terbang.
Kirito
menarik Longsword dan mengistirahatkannya di bahu kanannya. Pada saat
ini, pedang mengeluarkan efek cahaya merah gelap. Itu adalah sword
skill?
Saat berikutnya, segala macam warna cahaya, meledak dan
ekspresi terkejut dari 50 orang lebih memenuhi seluruh ruang sempit ini.
Kirito menggunakan skill 7 hit berturut-turut «Deadly Sins»
untuk menghancurkan semua mantra serangan yang datang... atau lebih
tepatnya, 'mengiris' mereka.
"Ti... Tidak mungkin..."
Bahkan
«Zekken» Yuuki hanya bisa bergumam tak percaya. Asuna bisa memahami
perasaannya, tetapi jika ia sendiri terkejut dengan level berlebihan,
tindakan sembrono dan radikal ini, dia tidak akan bisa menjadi teman
player VRMMO yang dipanggil Kirito ini.
Ini adalah skill Kirito
sendiri yang dibuat di luar sistem, yang disebut «Spell Blast».
Kemampuan khusus Kirito di Aincrad lama adalah menggunakan skill pedang
untuk menyerang titik lemah dari senjata musuh daripada menyerang musuh,
Skill di luar sistem yang disebut «Arm Blast». Meskipun skill luar
biasa itu sendiri memerlukan refleks super dan skill sasaran yang sangat
rumit, itu sulit untuk mengiris mantra di ALO.
Saat serangan
mantra itu sendiri tidak sesolid benda-benda fisik, dan mereka terlihat
seperti efek massa cahaya, 'hit designation' hanya dapat dibuat ketika
mengenai pusat mantra. Juga, pusat mantra tidak bisa diserang dengan
serangan biasa, tetapi dengan skill pedang yang mengenai titiknya pada
kecepatan tinggi. Itu karena sifat padat senjata normal tidak bisa
meniadakan sihir. Sebaliknya, skill pedang memiliki beberapa bentuk yang
merusak elemen seperti bumi, air, api, angin, cahaya dan kegelapan.
Namun, itu sudah melampaui kategori gila untuk mencoba menangkap pusat
mantra dengan menggunakan ayunan pedang yang tidak bisa dikendalikan
karena bantuan sistem, dan hampir mustahil untuk melakukannya.
Bahkan,
Lyfa, Klein dan Asuna sendiri pernah mencoba untuk mempelajari skill
«Spell Blast» ini dengan Kirito, dan harus menyerah setelah 3 hari.
Bahkan Kirito sendiri mencatat bahwa ia mendapatkan pengalaman ini dari
'Menggunakan pedang untuk mengiris peluru' di dunia lain yang disebut
«Gun Gale Online» ketika ia ditransfer ke sana. Mendengar Kirito
mengatakan 'Tidak akan pernah ada mantra yang kecepatannya lebih tinggi
dari peluru senapan' dengan wajah lurus, bahkan Asuna, yang sudah pada
tingkat tidak akan terkejut oleh hal apapun, hanya bisa berdiri dalam
shock.
Karena alasan ini, orang bisa mengatakan bahwa Kirito
kemungkinan besar, tidak, pasti hanya satu-satunya orang yang bisa
menggunakan skill «Spell Blast» di ALfheim. Dan diam-diam ia melatih
skill ini sendiri, dan tidak pernah menggunakannya dalam duel atau
kelompok berburu, jadi sekarang pasti menjadi pertama kalinya sebuah
guild besar melihat hal ini.
"... Apa-apaan..."
Salamander
berambut panjang mengeluarkan gumaman, dan dari belakang, mereka bisa
mendengar suara-suara 'Dia mengiris sihir!' 'Itu bukan kebetulan, kan?,
'Itulah mengapa kukatakan...' dan segala macam suara lainnya.
Namun,
kelompok lain yang adalah sebuah guild yang mengkhususkan diri dalam
mengalahkan bos bereaksi. Di bawah perintah Salamander itu, para pejuang
garis depan menarik senjata mereka, mengeluarkan tombak dan panah, dan
dukungan mulai mengucapkan mantra lagi. Kali ini, itu tidak terlihat
menjadi tipe «single homing», tetapi juga terlihat memasukkan tipe
«multi-homing» dan tipe «Area ballistic».
Kirito berbalik lagi,
mengangguk cepat pada Asuna, dan menunjukkan 3 jari dengan tangan
kirinya. Tentu saja, ini bukan tanda kemenangan untuk mengubah situasi,
tapi satu hal dengan makna 'aku akan membantumu menahan mereka selama 3
menit'. Tentu saja, dia tidak berpikir bahwa dia bisa mengalahkan 30
orang musuh dengan sendirian.
Pada saat ini, Asuna akhirnya
mengerti alasan mengapa Kirito muncul di sini. Begitu dia mendengar
Asuna mengatakan bahwa dia ingin membantu Sleeping Knights menaklukkan
tingkat ini, dia tahu bahwa mereka akan dihalangi oleh guild besar.
Kirito kemungkinan besar bersembunyi di area pintu masuk dungeon, dan
menyadari gerakan aliansi guild itu.
Setelah ia melihat Asuna
dan teman-temannya tidak bisa melawan jumlah orang sebanyak itu, dia
berniat mengorbankan dirinya untuk mengulur waktu saat dia tertangkap. 3
menit. 180 detik. Ini hanyalah kedipan mata di dalam rumah hutan, tapi
akan menjadi waktu yang lama di dalam pertarungan melawan pemain.
Asuna
bukannya meragukan kemampuan Kirito, tapi bisakah dia benar-benar
bertahan selama 3 menit melawan begitu banyak orang? Bijaksanakah
mengirim seseorang untuk mengawal Kirito dari kelompok 7 orang ini...?
Tepat
ketika Asuna ragu-ragu tentang hal ini, dua hal mengganggu pikirannya.
Pertama, Kirito menaruh tangan kirinya di belakang punggungnya dan
menyambar gagang pedang kedua yang ia wujudkan, dan menariknya dengan
suara yang jelas. Itu Longsword emas yang terlihat glamor. Itu tidak
dibuat oleh seorang swordsmith, namun senjata legendaris yang tersegel
di bagian terdalam dari air bawah tanah Jötunheimr, «Pedang Suci
Excalibur». Dalam rangka untuk mendapatkan pedang ini, kelompoknya
menggunakan teman Lyfa, dewa jahat tipe penerbang «Tonkii» untuk
mencapai batas kelompok dan menantang ke dalam Jötunheimr. Mereka hampir
dimusnahkan total dalam pertempuran bos. Namun, bagian punggung Kirito
saat ia kembali menggunakan dua pedang menjadikannya begitu kuat,
Asuna
merasa bahwa kerja keras saat itu tidak sia-sia. Tekanan yang
dikeluarkan oleh Longsword emas membuat bagian dukungan mundur
perlahan-lahan. Seolah mengambil keuntungan saat musuh sedang goyah,
gemuruh tiba-tiba bergema langsung dari bagian belakang kelompok.
"UWOOOAAAAAAHHH!! AKU DI SINI JUGA, MESKIPUN KAMU TIDAK BISA MELIHATKU!!!"
Suara
agak kasar dan serak itu tidak diragukan lagi berasal dari pengguna
katana Klein. Asuna hanya bisa berjinjit untuk melihat ke belakang, dan
nyaris tidak bisa melihat rambut merah mengalir lurusnya yang diikat
dengan bandana. Tampaknya Kirito bukan satu-satunya yang datang untuk
memeriksa dungeon. Tapi mengapa ia muncul setelah beberapa saat?
"TERLALU LAMBAT. APA SIH YANG KAMU LAKUKAN!?"
Di sisi dinding manusia, Kirito berteriak, dan di ujung, Klein kembali berteriak,
"MAAF, AKU TERSESAT!!"
Asuna
hampir saja terjatuh, tapi ia menyeimbangkan dirinya, dan melihat sosok
kecil yang melambai di atas bahu Kirito. Itu adalah pixie navigasi Yui,
yang juga 'anak' mereka. Senyum manisnya menunjukkan sinar kehangatan
ke dalam hati Asuna.
-Terima kasih Yui-chan, terima kasih, Klein.
-Aku sangat mencintaimu, Kirito-kun.
Setelah menggumamkan ini jauh di dalam hatinya, Asuna segera berbisik kepada Yuuki di sampingnya.
"Kita
pasti baik-baik saja jika kita menyerahkan hal ini pada mereka. Fokus
saja untuk menembus 20 orang di depan kita dan menuju ruangan bos."
"Oke, aku mengerti." Yuuki mengedip beberapa kali, dan kemudian menjawab dengan suara yang jelas.
Dia
berbalik, terlihat seperti ia akan mengaktifkan skill pedangnya dan
mengangkat pedang di atas kepalanya. Jun dan Shiune di sebelah kanannya
dan Thatch, Nori dan Taruken di sebelah kirinya melihat efek cahaya ungu
dan masuk ke posisi pertempuran. 20 anggota kelompok yang tidak
memahami situasi sama sekali dan prajurit Gnome yang merupakan pemimpin
melihat gerakan teman-teman Asuna dan bersiap-siap untuk bertarung
kembali.
Saat suara sihir dan skill pedang yang beradu bergema di belakang, Asuna berteriak,
"... MAJU!"
Dengan Yuuki memimpin, ketujuhnya masuk ke formasi wedge dan bergegas keluar. Gnome dan pengikutnya meraung dan menyerang.
Saat
kedua belah pihak bentrok, *GAGAANN!!* suara dampak meledak, dan
beberapa efek cahaya muncul pada saat yang sama. Battle royale kacau
dimulai, dan setiap sudut koridor dipenuhi dengan suara pedang yang
beradu satu sama lain.
Asuna sendiri merasakan skill Yuuki
ketika duel melawannya, dan pada saat ini, dia bisa mengatakan bahwa
anggota lainnya sebanding dengannya. Bahkan ketika melawan pemain, yang
bukan monster biasa, mereka mampu mengayunkan senjata mereka dan
bertarung.
Dengan menggunakan bobot pedang dua tangan Jun dan
gada berat Thatch mereka bisa menghancurkan musuh dari depan. Tombak
panjang Taruken dan tongkat Nori akan menyerang selama terjadi
pembukaan. Yuuki sendiri menggunakan kemampuan menghindarnya yang luar
biasa untuk dengan mudah menghindari beberapa pedang yang lewat ke dekat
dirinya dan bergegas mencengkram musuh, menggunakan tebasan miring
untuk menyerang.
Ketika menghadapi musuh yang jumlahnya lebih
dari mereka, para anggota Sleeping Knights bisa dikatakan berjuang
dengan gagah berani. Namun, kelompok musuh tidak akan hancur begitu
saja- itu karena penyihir di belakang terus mengeluarkan mantra
penyembuhan.
Dalam pertempuran besar ini, akan ada beberapa luka
yang tak terduga. Selain Yuuki, HP anggota lain mulai menurun. Asuna
dan Shiune mulai mengeluarkan mantra penyembuhan mereka.
Pada
saat ini, 2 bayangan dari musuh bergegas datang ke atas mereka. Mereka
adalah pemain tipe assassin dengan belati tajam dan mengenakan armor
kulit yang ringan.
Asuna menyadari bahwa itu adalah Sylph yang
bersembunyi di depan ruangan bos beberapa menit yang lalu, dan secara
naluriah merubah mantranya. Dia menggunakan kecepatan membaca khususnya
untuk menyelesaikan mantra dalam 2 detik. Kedua Sylph memiliki cahaya
aliran air yang muncul di kaki mereka, dan kaki mereka yang terikat
menyebabkan mereka terjatuh.
Menggunakan pembukaan ini, Asuna berbisik kepada Shiune, yang selesai membaca mantra penyembuhan.
"Bisakah kamu mengurus penyembuhan sendiri?"
Undine yang sedikit lebih tinggi dari Asuna itu segera menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku harus bisa melakukannya."
"Aku akan mengurus penyembuh musuh kalau begitu."
Sudah
beberapa menit sejak pertempuran dimulai, dan suara dari belakang mulai
menjadi lebih dan lebih intens lagi. Ini pasti hasil dari Kirito dan
Klein yang menyerang ke dalam kelompok musuh untuk mencegah serangan
sihir. Namun, mereka tidak memiliki satupun penyembuh, dan tidak bisa
menyembuhkan segala macam luka tak terduga. Kirito mengatakan bahwa ia
bisa bertahan selama 3 menit, tapi akan lebih baik jika mereka bisa
menembus musuh dalam waktu 2 menit untuk membayar pengorbanan mereka.
Akan lebih baik untuk mengakhiri pertempuran ini dengan cepat.
Asuna
dengan cepat memanggil jendela, menaruh tongkat ke dalam persediaan
barangnya dan beralih ke Rapier yang lebih suka ia gunakan. Saat itu,
cahaya perak muncul di pinggangnya, mewujudkan sabuk pedang yang dirajut
dari benang mithril, dan sarungnya yang terbuat dari bahan yang sama.
*SHCHANK!*
Pedang panjang yang tipis ditarik keluar. Pertama, ia berlari ke 2
Sylph yang tertahan oleh mantra penahan «Aqua Bind», dan tanpa ampun
menyerang titik vital yang menyebabkan bar HP mereka segera menghilang.
Dia
mengintip melalui sisa-sisa avatar yang hancur di depannya dan
memandang ke mana dia akan melanjutkan pertempuran. Tampaknya setiap
sudut koridor dipenuhi dengan pemain yang dengan sinting mengayunkan
pedang di tangan mereka, tetapi jika ia harus meletakkannya, sisi kanan
adalah bagian dengan orang yang lebih sedikit.
Asuna mengambil
napas dalam-dalam, menyesuaikan napasnya, dan dengan kuat menendang
tanah. Dia meletakkan Rapier di tangan kanan pada pinggangnya dan
berlari. Begitu dia mencapai kecepatan tertentu, dia berteriak pada
Yuuki, yang bertarung dengan punggung menghadap Asuna,
"YUUKI! MENGHINDAR!!"
"He...!?? AA!?"
Yuuki
memiringkan kepalanya sedikit, melihat Asuna yang bergegas maju, dan
buru-buru menghindar. Asuna mengarahkan pedangnya pada pemimpin Gnome,
yang tetap berdiri dengan mengeluarkan kapaknya, dan mendorong serangan
pedang dengan cara yang lurus tepat saat ia masuk ke postur membungkuk
ke depan.
*BAA!!* Pedang mengeluarkan beberapa kilatan putih,
dan beberapa cahaya mengelilingi Asuna. Asuna segera merasakan sensasi
melayang, dan dia mengeluarkan ekor panjang seperti komet sebelum
bergegas ke depan dengan kecepatan luar biasa.
"UWAAAHHH!"
Gnome
itu akhirnya mampu menggerakkan kapak dua tangannya dan siap untuk
menggunakannya sebagai perisai. Namun, Asuna lebih cepat, dan ujung
depan Rapier menyentuh tubuhnya.
Gnome tampak seperti rakasa
yang kehilangan kendali saat ia terlempar ke udara. Dia memiliki HP yang
mendekati nol berkat serangan Yuuki, dan meledak dalam cahaya kuning
dan tubuhnya menyebar saat di udara.
Setelah berubah menjadi
komet putih, Asuna tidak melambat bahkan setelah berurusan dengan satu
orang saat ia bergegas menjadi penyembuh. 3-4 Orang yang menghalanginya
dan pemimpin mereka tertiup ke samping. Beberapa terbang ke udara, dan
beberapa terduduk di tanah. Dia menggunakan skill pedang tusukan jarak
jauh terkuat untuk rapier, «Flashing Penetrator». Butuh banyak berlari
untuk menggunakan skill ini, jadi hampir tidak ada yang menggunakan ini
dalam duel 1 v 1. Namun, itu sangat efektif ketika menerobos orang.
Asuna
segera menembus dinding besi armor dan perisai sebelum meluncur ke
depan sekitar beberapa meter. Saat ini, ia akhirnya mendarat di tanah
dungeon. Dia menggunakan tumit sepatu botnya sebagai rem, menciptakan
banyak bunga api dalam proses, dan berlutut di tanah dengan satu kaki
sebelum mengangkat kepalanya. Keempat pembaca mantra, yang mengenakan
jubah panjang, hanya bisa melihat ke bawah dengan kosong pada Asuna.
-Tampaknya julukan tak terkenal «Berserk Healer» menjadi lebih dikenal sekarang.
Asuna berpikir saat dia dengan kuat menyeret Rapier di belakang tangan kanannya.
Yang
paling penting dalam pertempuran kelompok bukanlah kemampuan anggota
yang bertarung di garis depan, tapi status kelompok yang mendukung
mereka dari belakang, Asuna benar-benar menghancurkan penyembuh lawan,
dan garis depan hancur oleh Yuuki, yang telah dibantu oleh Shiune dan
yang lainnya.
Total waktu yang diambil adalah 2 menit dan 8 detik.
Menengok
ke belakang, dia segera melihat bahwa Kirito dan Klein masih bertarung
dengan sungguh-sungguh melawan bala bantuan. Musuh telah kehilangan
banyak anggota, tetapi dua HP bar mereka berada di dekat wilayah merah
seperti yang ditunjukkan oleh warna kursor.
Jauh di dalam
hatinya, Asuna sekali lagi mengucapkan terima kasih pada mereka berdua
dan Yui, yang berada di bahu Kirito yang berperan sebagai radar taktik.
Dia segera berbalik dan berteriak pada semua anggota Sleeping Knights, yang berhasil bertahan hidup,
"BAIKLAH, SAATNYA PERTUNJUKAN UTAMA! AYO KITA KALAHKAN BOSS!!"
Keenamnya
segera berteriak 'baiklah' dan menendang tanah untuk berlari menuju
gerbang hitam yang mengarah ke ruangan boss dengan Asuna.
Seperti
tantangan pertama mereka, Jun meletakkan tangan kirinya di gerbang.
Gerbang mengeluarkan suara berat dan membuka kedua pintu, mengeluarkan 2
baris api putih kebiruan.
Waktu yang dibutuhkan api untuk
membentuk lingkaran akan menjadi waktu dimana gerbang tetap terbuka bagi
mereka yang masih berada di luar, tapi tidak perlu untuk menunggu.
Ketujuhnya segera meluncur masuk. Asuna adalah orang terakhir yang
menyerbu masuk, dan segera berbalik menekan tombol batu yang ada di
dinding kanan. Ini adalah tombol untuk membatalkan satu menit waktu
tunggu.
Pintu mengeluarkan ledakan keras, dan perlahan-lahan menutup, dan pertempuran intens di baliknya mencapai momen kritis.
Pendekar
pedang berpakaian hitam yang HP barnya menjadi merah terang mengangkat
tangan kanannya. Dia kemudian mengangkat dua jari, kali ini benar-benar
menunjukkan tanda V pada Asuna.
Setelah gerbang ruangan boss
menutup sepenuhnya, mereka tidak akan bisa mendengar suara dari koridor.
Tak seorang pun akan dapat membuka gerbang ini kecuali pertarungan di
dalamnya berakhir.
Dalam keheningan total, api akan terus
meningkat setiap dua detik. Saat ini, api mengisi setengah ruangan.
Dengan kata lain, ada sekitar 50 detik sebelum bos muncul.
"Semuanya,
cepatlah dan gunakan ramuan untuk memulihkan HP dan MP. Kita akan
melanjutkan penaklukan sesuai dengan rencana dalam pertemuan itu. Pola
serangan awalnya sederhana. Hindari saja dengan tenang."
Setelah mendengar kata-kata Asuna, keenamnya mengangguk sedikit dan mulai mengambil botol merah atau biru.
Asuna
menyadari bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang ingin dikatakan
setelah meminum ramuan mereka, dan menunjukkan tatapan bingung.
Yuuki kemudian melangkah maju untuk mewakili mereka dan berbicara,
"Asuna... mereka berdua datang untuk membantu kita dan..."
"... Ya."
Asuna
tersenyum dan mengangguk. Saat ini, HP Kirito dan Klein pasti telah
habis dan menjadi «Remain Lights» kecil. Tidak, walaupun mereka tetap di
sana, tak seorang pun akan menghidupkan mereka, jadi mereka pasti
kembali ke titik respawn.
Memikirkan itu Yuuki dan yang lain
pasti merasa khawatir tentang dua orang yang menjadi korban itu, Asuna
terus menatap semuanya dan berkata dengan suara yang jelas,
"Mari kita kalahkan boss untuk membayar perjuangan mereka."
"Tapi... kami selalu mengandalkanmu dan teman-temanmu..."
Yuuki
menggigit bibirnya, dan rambut yang memiliki bando merah di atasnya
terkulai turun. Namun, Asuna hanya menepuk bahu Yuuki. Masih ada 10
detik sampai bos muncul. Undine itu menggunakan momen ini untuk
mengatakan sesuatu yang penting.
"Kamu mengajariku sesuatu yang
penting juga, Yuuki. Bukankah kamu mengatakan bahwa «Beberapa hal harus
diselesaikan melalui cara keras agar kelompok lain dapat memahami»?"
Mata
Yuuki melebar, tapi Shiune dan lima lainnya segera mengerti apa yang
coba Asuna katakan. Saat para peri tersenyum dan mengangguk, api
terakhir menembak langit di belakang mereka.
"Sekarang, ini
adalah yang terakhir kalinya! Guild tadi pasti akan mencoba untuk
mengelompok kembali saat kita sedang bertarung dan berkumpul di koridor.
Kita harus bekerja keras dan perlihatkan pada mereka tanda kemenangan
ketika pintu terbuka!"
Sebagai sub-leader dari «Knights of the
Blood», dia juga akan menyemangati semua orang sebelum melawan boss.
Namun, kata-kata yang Asuna katakan saat itu hanya akan menyebabkan
sekutunya menjadi tegang. Kata-kata itu akan membuat mereka mencengkeram
pedang mereka dengan keras, namun tidak meresonansi hati mereka. Itu
karena Asuna hanya memikirkan cara yang efektif untuk memerintah orang
lain, dan tidak pernah menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya.
…Yuuki,
setelah pertempuran ini berakhir, beritahu aku lebih banyak tentang
dirimu, seperti apa perjalananmu pergi ke seluruh dunia dan petualangan
apa yang kamu miliki.
Dengan perasaan seperti itu, Asuna dengan
kuat meraih pelindung bahu Yuuki dan melangkah mundur. Saat ini, ia
menyimpan Rapiernya lagi dan mengangkat tongkat Pohon Dunia
tinggi-tinggi.
Di depan mereka, teriakan yang dalam terdengar
seiring dengan munculnya bentuk batu seperti poligon. Bos hendak muncul.
Raksasa bersenjata empat melompat keluar saat blok seperti humanoid
tertiup ke samping.
"Baiklah... Mari kita menantangnya lagi!"
Mendengar suara heroik Yuuki, semuanya meningkatkan semangat yang sama dengan auman raksasa hitam.
Bab 7
Asuna
menggunakan jempolnya untuk membuka tutup dari botol kecil dan meminum
cairan biru yang ada di dalamnya. Lalu dia mengecek jumlah dari mana
potions.
Potion
yang terisi di sakunya telah digunakan selama 40 menit di waktu
pertempuran yang panjang, dan sekarang hanya tersisa tiga. Shiune, orang
yang berperan menjadi penyembuh bersamanya, seharusnya memiliki jumlah
yang sama dengan Asuna.
Beberapa orang yang menyerang secara
frontal terlihat kelelahan. Mereka mencoba sekuat tenaga untuk
menghindari serangan monster hitam yang memiliki pola, namun mereka
tidak dapat menghindar dari serangan racun yang memiliki jangkauan luas
dan serangan semua arah dengan dua rantai yang diayun. Ketika serangan
ini muncul, Asuna dan Shiune hanya bisa merapalkan sihir tingkat tinggi
untuk penyembuhan, jadi mana potion terus digunakan seperti air
mengalir.
Meski begitu, tongkat Nori, tombak Taruken dan pedang
Yuuki yang berhasil mengenainya- itu hanya seperti memukul dinding besi
yang tidak dapat memberikan damage besar sebanyak apapun mereka
menyerang. Terkadang bos itu menaruh keempat tangannya untuk
mempertahankan dirinya, dan ketika dia melakukan itu, itu dapat
memantulkan apapun seperti metal, dan perasaan yang sia-sia terus
meningkat.
Asuna menelan kegelisahannya yang telah naik di tenggorokannya dengan meminum potion, dan dengan semangat berkata,
"Semuanya, kita dapat melakukannya! Hanya tinggal sedikit lagi!"
—Meski
begitu, 5 menit yang lalu, dia juga mengatakan hal yang sama. Karena
tidak terlihat batang HP di boss monster yang ada di dalam Aincrad Baru,
jadi mereka hanya dapat memperkirakan jumlah HP melalui pergerakan.
Monster besar itu cukup lambat dan pergerakannya yang dapat dilihat
pertama kali- sekarang dapat dikatakan menjadi mengamuk. Mereka
memastikan bahwa dia tidak memiliki darah yang cukup banyak, tapi tentu
saja ini hanya pemikiran yang optimis.
Pada suatu pertarungan
yang panjang di mana terlihat tidak akan berakhir, pemain pembantu
biasanya menggunakan sihir, tapi pemain terdepan menahan serangan musuh
yang dapat menurunkan semangat dan kosentrasi. Untuk melawan bos yang
normal, mereka seharusnya bertukar dengan pemain depan sekitar 5 menit.
Dari sini, orang dapat mengatakan bagaimana kesulitan yang dialami
Sleeping Knights.
Tetapi, pada akhirnya mereka kelelahan.
Setelah mendengar panggilan Asuna, hanya Yuuki yang masih memiliki
kekuatan untuk menjawabnya. Gadis Imp kecil itu tidak menunjukkan
kelelahan bahkan setelah pertarungan yang tidak dapat dihitung menitnya
dan dia melanjutkan dan menggunakan kakinya untuk menghindar dari palu
raksasa dan rantai sebelum dia menggunakan pedang di tangan kanannya
untuk memberikan damage.
Sebelumnya, Asuna berpikir kekuatan
Yuuki berasal dari refleks yang tidak masuk akal, tapi sekarang dia
sedikit mengerti dengan ini. Kosentrasi yang kuat dan kekuatan untuk
terus mengayun pedang mungkin sebanding dengan Kirito.
Di saat itu, Asuna mengingat kejadian yang dialaminya saat dia melihat jauh di ingatannya dari adegan di masa lalu.
Di
lantai 74 tepat di ruangan bos di Aincrad Lama, Kirito pernah bertarung
dengan bos monster tipe humanoid. Dia menggunakan tangkisan dan
kecepatan kakinya untuk menghindari serangan yang menakutkan di bawah
situasi yang gawat, dan kedua pedangnya yang terus menebas memiliki
kecepatan seperti senapan mesin, menggunakan sword skill pada kelemahan
bos, di panggul—
"Ah.."
Dengan ide yang tiba-tiba
muncul, Asuna tidak dapat menahan suaranya. Mantra dari sihir miliknya
gagal dan- *BOON!* Asap hitam muncul di sekitarnya.
Asuna dengan
cepat meringis ketika dia terluka, tapi Shiune, orang yang ada di
belakangnya menyelesaikan mantranya di saat terakhir. Tecchi dan
kelompoknya yang dikelilingi oleh nafas beracun di depan- HPnya telah
kembali ke zona aman.
Asuna menaikkan tangan sebagai permintaan maaf ke Shiune, ke orang yang melirik padanya, lalu dia berkata,
"Shiune, aku memiliki ide. Dapatkah kamu bertahan selama 30 detik dengan dirimu sendiri?"
"Un, baiklah. Aku masih memiliki mana yang cukup."
Asuna
menaikkan tangannya kepada Shiune lagi, dia mengangguk, lalu menaikkan
tongkat di tangan kanannya. Dia mengambil nafas yang dalam, dan memulai
merapal sihir yang baru secepat yang dia bisa.
Saat mantra itu
selesai, pecahan es yang berkilauan muncul di depan Asuna, dan mereka
dengan cepat berubah menjadi empat pisau es. Ketika pisau es itu
selesai, lingkaran biru muncul di matanya. Ini adalah sihir pelacak
penyerang.
Dengan hati-hati Asuna menggerakkan tangan kirinya
dan perlahan membidik ke arah tenggorokan dari monster berkepala dua
itu. Monster itu terus maju, dan palu pada kedua tangan atasnya telah
siap untuk mengayun—
"Eii!"
Asuna menggerakkan tongkat
di tangan kanannya. 4 pisau itu terbang di udara dengan meninggalkan
jejak biru, serangan itu terkena di leher bagian bawah dari monster itu.
"GUUOOOOOHHHHHH!!!"
Monster itu mengeluarkan suara
teriakkan yang terdengar seperti kesakitan dan serangan palu itu
berhenti. Keempat tangan itu disilangkan di depan tubuhnya seperti
menahan. Dia terus tertahan dalam posisi bertahan selama lima detik
sebelum mengangkat tangannya dan menghantam lantai dengan palunya.
Lantainya bergetar dengan keras dan mengeluarkan suara- Asuna telah siap untuk mencegah dirinya jatuh sambil membisikkan,
"Seperti yang aku duga..."
Melihat itu, Shiune memikirkan hal tersebut dengan ragu, namun Asuna dengan cepat menjelaskan,
"Awalnya
aku berpikir posisi bertahan itu hanya keluar sesekali, tapi bukan
seperti itu. Lehernya adalah kelemahannya. Kita tidak punya kekuatan
untuk mencari kelemahannya, jadi aku benar-benar melupakan hal ini..."
"Jadi kita dapat mengalahkannya jika menyerang tempat itu, kan?"
"Kupikir begitu... itu akan lebih efisien, tapi tempat itu terlalu tinggi..."
Monster
itu sekitar 4m, bahkan tombak Taruken harus lebih panjang lagi agar
sampai ke lehernya. Itu tidak dapat diserang secara langsung. Mereka
dapat terbang dan menyerang jika itu ada di field, namun mereka tidak dapat melakukannya di dungeon.
"Sepertinya kita hanya bisa melakukannya bila diserang balik dan menggunakan sword skill untuk menyerang."
Asuna
menganggukkan kepalanya untuk setuju dengan Shiune. Mereka hanya bisa
menggunakan sword skill yang bersifat dorongan jika mereka ingin
meningkatkan waktu mereka di udara di area yang tak bisa terbang, atau
melompat dan melakukan combo sword skill. Tentu saja, setelah sword
skill selesai, maka ada sedikit recovery time,
dan mereka akan jatuh dan tanpa pertahanan. Musuh akan menggunakan
waktu itu untuk membalas serangan. Meskipun mereka dapat menggunakan
sihir pembangkit pada orang yang mati, itu tidak akan bekerja
seterusnya. Dan juga, sihir pembangkit terkesan lama dan dapat
memperlambat darah untuk sembuh, dan mungkin menyebabkan semua anggota
mati.
Tetapi— Shiune langsung berkata tanpa keraguan, 'ayo kita
coba'. Asuna berpikir sambil melihat wajah Shiune. Pada akhirnya,
penampilan lembut dari seorang Undine yang kuat mengangguk menandakan
setuju dengan rencana Asuna.
"Aku akan memberitahu rencana pertarungan pada mereka. Tolong bertahan dan sembuhkan mereka."
"Serahkan itu padaku!"
Hanya
tersisa sedikit potion yang dia punya, Asuna mengambil dua botol
potion, dan menyerahkannya pada Shiune, lalu dengan cepat bergerak maju.
Dia langsung berlari sejauh 15m, mendekati monster itu, dan ayunan dari
rantai itu datang dari sampingnya. Dia meringis dan berusaha untuk
menghindarinya, tapi ujung rantai itu menyerempet di bahunya, dan dengan
cepat HPnya menurun.
Tetapi, Asuna tidak memikirkan itu. Di saat dia di belakang Yuuki, dia berkata,
"Yuuki!"
Yuuki, orang yang sedang mengayun pedangnya, melihat ke belakang dan berbicara dengan mata yang melebar,
"Asuna, kenapa kamu ada disini?"
"Dengarkan aku. Monster ini memiliki kelemahan. Kita dapat memberikan damage jika kita menargetkan bagian tengah di lehernya."
"Kelemahan?"
Yuuki
melihat ke depan kembali, dan memandang leher dari monster itu, tepat
di atas. Di saat itu tiba-tiba sebuah palu yang besar jatuh dari atas-
keduanya menunduk dengan cepat. Lalu Yuuki melompat untuk menghindari
getaran tanah dan berkata,
"Itu terlalu tinggi... Aku tidak dapat mencapainya meskipun aku melompat!"
"Apakah di sekitar sini ada suatu benda yang dapat dijadikan sebagai pijakan?"
Asuna
tersenyum dan melihat Tecchi yang tidak jauh darinya, yang sedang
menaikkan perisainya seperti papan untuk melindungi Nori dari ayunan
rantai. Yuuki yang sepertinya mengerti pemikiran Asuna ikut tersenyum.
Keduanya
langsung maju dan telah sampai sekitar 3m di belakang Tecchi. Yuuki
menaruh tangan kirinya ke depan mulutnya dan membiarkan suara keras
keluar dari tubuhnya.
"TECCHI! MENUNDUKLAH SETELAH SERANGAN PALU YANG BERIKUTNYA!!"
Gnome yang tinggi dan besar itu menyipitkan matanya, kemudian dia mengangguk.
Monster
hitam itu mengayunkan rantainya, dan kemudian memiringkan tubuhnya yang
besar seperti batu raksasa sebelum menarik nafas yang panjang. Dia
berhenti sebentar sambil membuka kedua mulutnya. 'KOHAAA!!' Dia
mengeluarkan nafas beracun, dan mengelilingi semua tempat dengan bau
sulfur. Semua orang yang berdiri di depannya- HPnya terus berkurang.
Tetapi,
ketika serangan nafas itu berakhir, sebuah cahaya biru muncul dan
menyembuhkan darah semua orang di waktu yang tepat. Monster itu
menaikkan palunya dengan kedua tangannya.
Yuuki telah menunduk dan siap untuk maju. Dengan cepat Asuna yang ada dibelakangnya berkata,
"Itu adalah kesempatan terakhir! Lakukan yang terbaik, Yuuki!"
Yuuki lalu melihat ke belakang dan langsung menjawab,
"Serahkan saja padaku, Nee-chan!!"
Nee... chan?
Saat Asuna terdiam karena mendengar kata yang tidak dapat dia perkirakan, gadis itu dengan cepat melompat.
Monster
itu terlihat ingin mengiris melewati tanah dengan menghantam dua palu
itu di tanah keras. Suara dari gema menembus ruangan, dan Tecchi dengan
cepat menunduk untuk bertahan melawan shockwave
[18]
Lalu
Yuuki melompat, menggunakan kaki kirinya dengan tumpuan bahu Tecchi,
dan kaki kananya melangkah ke helm yang tebal dan berat—
"URRIIIYAAAAA!!"
Dengan
meringis, Yuuki sepertinya ingin menggerakkan sayap yang tidak ada saat
dia melompat. Dia mendekati dada monster itu dan dengan cepat menarik
pedang di tangan kanannya dengan keras.
"HYAAA!!"
Yuuki
berteriak lagi dan menyerang di sendi bagian lehernya. Lalu muncul efek
biru-keunguan yang meledak, menyebabkan ruangan itu dipenuhi oleh
cahaya.
Meskipun di area itu adalah dimana mereka tidak dapat
terbang, pemain hanya cukup terus menggunakan sword skill di udara agar
dapat bertahan sebelum skill itu berakhir. Sekarang, Yuuki tepat di
depan bos monster, menggerakkan tangan kanannya dengan kecepatan seperti
cahaya, mengeluarkan 5 serangan dari atas ke bawah, lalu membuat lima
serangan lainnya pada garis memotong. Meskipun serangan dari pedang
tajam itu mengenai kelemahannya, empat tangan itu terus bertahan dan
mengeluarkan suara seperti erangan.
Serangan yang cepat pada
monster itu membuat bentuk X. Yuuki memiringkan tubuhnya ke kanan dan
menaruh tangan kirinya ke pedang yang dia pegang di tangan kanan.
Suatu
cahaya yang menyilaukan keluar dari pedangnya membuat Asuna menyipitkan
matanya. Pada saat itu pedang Yuuki terlihat seperti berlian. Sebuah
sinar dari pedang itu sepertinya mengeluarkan suara seperti bel dan
menyerang titik di tengah bentuk X- pada titik di mana itu tersambung,
dan lalu menusuk tepat di tubuh monster itu.
Lalu, kulit hitam
dari monster itu mulai membentuk beberapa retakan, dengan pedang masih
menusuk di tengah tubuh monster itu. Retakan itu sepertinya tidak dapat
menahan tekanan dari dalam dan terus menjadi makin tipis. Retakan itu
meluas hingga ke anggota tubuh monster itu.
Dengan
suara seperti pohon yang jatuh, tubuh monster itu terbelah menjadi dua
dan dua kepala itu terpisah. Mayat monster setinggi 4m- seperti patung
kaca yang kemudian meledak menjadi serpihan fragment yang tak terhitung
jumlahnya dengan berbagai ukuran. Cahaya putih yang muncul dari dalam
tubuhnya mulai menutup dengan cepat, dan kepala Asuna mulai pusing. Efek
dari suara yang keras dengan suara frekuensi tinggi bercampur melalui
kubah itu- akhirnya menjadi suara panjang seperti suara metal sebelum
menghilang.
Api biru yang misterius yang menyala tiba-tiba
terguncang dan perlahan berubah menjadi oranye. Ruangan bos itu dipenuhi
oleh cahaya, perlahan mengejar jumlah sisa niat jahat yang menjauh.
-*GACHANG*. Sebuah suara keras. Pintu yang ada di dalam yang menghubungkan dengan ruangan berikutnya telah terbuka.
"... Haha... kita... kita berhasil..."
Asuna
tertawa dengan suara pelan saat dia terjatuh ke tanah. Saat dia melihat
ke atas, dia melihat Yuuki, orang yang terdiam setelah mengalahkan bos.
Imp kecil itu terdiam untuk beberapa detik, lalu dia
menyeringai. Tetapi, itu berganti menjadi senyuman yang telah dia
perlihatkan sebelumnya— tidak, itu adalah senyuman yang paling indah.
Yuuki
menyarungkan pedangnya dan dengan cepat berlari menghampiri Asuna. Dia
langsung melompat dengan kedua tangan terbuka lebar ke arah Asuna.
"GUAA!?"
Asuna
kaget dan terjatuh bersama Yuuki ke tanah. Mata keduanya saling melihat
satu sama lain dalam jarak yang dekat- dan Yuuki berteriak,
"AHAHAHA... KITA BERHASIL, KITA MENANG ASUNA!"
"UN, YEAH! AHHH—...SUNGGUH MELELAHKAN—!!"
Meski
Yuuki duduk di atasnya, Asuna masih meluruskan kakinya dan berbaring di
tanah. Lima orang lainnya yang ada di sekitarnya juga kelelahan dan
terjatuh, memberikan senyum kemenangan dan mulai ceria.
Pada
saat itu, Asuna menyadari sebuah suara yang keras dan segera mencari
sumber suara itu. Pintu masuk yang muncul di pikirannya telah terbuka,
dan sejumlah player berkumpul di sini.
Orang yang masuk tanpa
menunggu pintunya terbuka dengan sempurna dan membuat suara keras
berasal dari guild yang besar yang menghalangi koridor. Orang-orang ini
menyadari ruangan bos telah dipenuhi oleh cahaya oranye, dan menahan
gerakan mereka saat mereka memperlambat langkah sebelum berhenti untuk
melihat keadaan.
Salamander berambut hitam berdiri di depan
party yang berjumlah sekitar 50 orang. Pada saat itu, matanya melihat
Asuna. Terlihat rasa di wajah pemimpin itu kagum, mengerti dan menyesal,
lalu Asuna melihat mereka dengan hati senang.
"Hehe..."
Asuna, orang yang terbaring di lantai tertawa dan menunjukan senyum kemenangan kepada Yuuki dan kelima orang lainnya.
Anggota
dari guild yang besar berkata sesuatu seperti ancaman sebelum pergi,
Asuna dan Sleeping Knights membuka pintu yang ada di ruangan itu. Mereka
menaiki tangga yang berbentuk spiral dan keluar dari ruangan berbentuk
kubah. Mereka telah sampai di lantai 28 di mana tidak ada orang yang
mengunjunginya sebelumnya. Mereka segera berlari ke arah toko terdekat-
pada saat Yuuki mengaktifkan gerbang transfer di central plaza, boss
conquest quest telah selesai.
Ketujuh
orang itu segera menggunakan gerbang yang mengeluarkan cahaya biru
untuk kembali ke jalan Ronbaru, membentuk lingkaran di ujung plaza, dan
saling memegang tangan masing-masing.
"Semuanya telah bekerja keras! Semua telah berakhir!"
Asuna
tersenyum saat berkata seperti itu, tapi dihatinya dia merasa kesepian.
Dia hanyalah seorang tentara bayaran, sampai kontrak ini berakhir yang
berarti mereka akan berpisah.
Tidak. Masih banyak waktu untuk
berteman dengan mereka— saat Asuna berpikir seperti itu, tiba-tiba
Shiune menyentuh bahunya. Dengan wajah yang manis tapi dengan ekspresi
serius yang berbeda dari biasanya.
"Tidak, Asuna-san. Ini belum berakhir."
"... Eh?"
"Masih ada satu hal yang perlu dilakukan."
Saat
melihat ekspresinya, Asuna langsung memikirkan peristiwa di «Monument
of Swordsman» di Kastil Besi Hitam. Berbicara itu, tujuan anggota
Sleeping Knights bukanlah mengalahkan bos, tapi menulis nama anggota di
monumen sebagai bukti bahwa guild itu ada. Berbicara tentang itu, ini
terlalu awal untuk senang—
Tetapi, apa yang dikatakan Shiune jauh dari apa yang Asuna pikirkan.
"—Ayo adakan pesta untuk merayakannya."
Lutut
Asuna menjadi lemas dan hampir jatuh. Dia menaikkan tangan untuk
protes, lalu menaruhnya kembali di pinggangnya sambil berkata,
"Un, oke! Ayo adakan yang besar!"
Setelah berkata seperti itu, wajah Jun menunjukkan senyuman,
"Kita masih memiliki banyak uang! Tempat mana yang akan kita pilih? Bolehkah kita menyewa restoran mewah di suatu kota?"
"Ahh..."
Asuna
langsung memiliki suatu pemikiran. Lalu dia memegang jarinya dan
melihat sekitarnya. Meskipun dia hanya mengenal mereka selama dua hari,
dia seharusnya dapat bersama mereka seperti teman lama. Asuna sangat
percaya itu dan dia berkata,
"Hmmm... kalau begitu... kalian mau datang ke rumahku? Tapi itu cukup kecil."
Mendengar permintaan Asuna, Yuuki langsung tersenyum.
Tetapi,
untuk suatu alasan— senyumannya langsung menghilang seperti salju
meleleh. Yuuki menggigit bibirnya dan melihat ke bawah.
"Yu.. Yuuki, ada apa?"
Meskipun
dia sangat bingung, Asuna masih bertanya dengan antusias tanpa
memalingkan padangannya. Pada saat itu, Shiune mengatakan sesuatu
sebelum Yuuki berkata dan dia melanjutkan,
"... Sebenarnya... Aku minta maaf, Asuna-san. Tolong jangan salah paham... kami hanya..."
Tetapi, sebelum Shiune selesai, Yuuki yang menundukkan kepala, tiba-tiba tersentak dan memegang tangan kanan Shiune.
Dia
menggigit bibirnya, dan menunjukkan mata lebarnya saat dia diam melihat
Shiune. Meskipun Yuuki hendak mengatakan sesuatu saat dia menggerakkan
bibrnya dua kali, pada akhirnya dia tidak membiarkan suaranya keluar.
Tetapi,
Shinue sepertinya mengerti apa yang ingin Yuuki katakan. Bibirnya
menunjukkan senyuman yang sulit dimengerti. Dia menaruh tangan kanannya
di kepala Yuuki, lalu berkata kepada Asuna.
"Terima kasih, Asuna. Kami senang menerima untuk datang ke rumahmu."
Asuna
hanya dapat merasakan masalah saat dia tidak mengerti apa yang terjadi
sekarang. Tetapi, Nori sepertinya ingin menghilangkan atmosfir suram
saat dia berkata dengan suara seperti terus terang.
"Jika seperti itu, kita harus menyiapkan wine! Ayo beli satu gentong penuh!"
"Tidak ada sake kentang yang kau sukai, Nori."
Taruken langsung memotong di saat itu juga dan memberikan suatu komentar di belakang.
"Berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal. Sejak kapan aku menyukai sake kentang? Aku sangat menyukai sake Awamori.
"Apa kau tidak seperti orang tua?"
Jun
menyebabkan semua orang tertawa. Asuna juga mengikutinya, dan lalu
melihat ke arah Yuuki. Meskipun Yuuki menunjukkan senyuman, sebuah
perasaan keengganan di pemikirannya seperti tidak hilang sepenuhnya.
Kelompok itu pergi ke toko di tengah Ronbaru, membeli banyak makanan dan sebelum pindah ke lantai 22.
Kebanyakan
mereka memebeli di plaza yang ada di area kota, Melihat ke bawah ada
hutan yang tertutupi oleh salju saat mereka bergerak ke selatan. Mereka
terbang di atas danau membeku, dan dapat melihat hamparan tanah dan
sebuah rumah disana.
"Di, di sana?"
Yuuki sangat senang sampai membuat Asuna mengangguk.
"Ya... ah!"
Sebelum
Asuna menyelesaikan perkataannya, Yuuki membuka tangannya dan dengan
cepat mendarat di halaman depan rumah tersebut, mendarat dengan suara
'BFUU' dan membuat banyak salju terlempar. Sejumlah burung yang sedang
bertengger sampai terkejut.
"... Benarkah..."
Asuna dan
Shiune saling berpandangan sebelum tersenyum dan membuka sayap mereka
dan siap untuk mendarat. Asuna meluncur sebentar sebelum mendarat di
halaman, dan dengan cepat ditarik oleh Yuuki yang tidak dapat menunggu.
Asuna
ingin memperkenalkan teman - temannya jika mereka ada, tapi tidak ada
seorang pun di dalam- Kirito dan Klein, yang membantu untuk menghentikan
guild besar, belum kembali dari save point, jadi hal itu tidak dapat
dipungkiri. Namun, bahkan Lisbeth dan Silica tidak ada di sekitar. Apa
semua orang memperkirakan ini dan segera pergi untuk membiarkan kita
ber-7 berpesta?
"Heh. Fuu-n, jadi ini rumah Asuna ?"
Yuuki
dengan senang menyentuh meja yang menempel dengan lantai, pemanasnya
berwarna merah dan pedang serta item lainnya digantung di dinding.
Semuanya berkumpul di meja, mengambil makanan yang mereka beli dari
inventory mereka. Lalu, makanan, minuman dan snack tertimbun seperti
gunung.
Mereka mengikuti saran Nori dan membeli wine. Mereka
mencabut sumbatnya dan menuang cairan berwarna emas ke gelas yang sudah
diatur. Dengan itu, persiapan pesta mereka telah lengkap. Jun menarik
Yuuki, orang yang sedang melihat Asuna dengan pernuh perhatian saat dia
membuka koleksi bumbunya, kembali ke ruang tamu, dan 7 dari mereka
segera duduk di depan meja.
Yuuki, orang yang memimpin pesta, tersenyum senang dan berkata,
"Untuk merayakan kemenangan kita saat melawan bos... cheers!"
'Cheers!'
Sorak semua orang. Setelah itu, terdengar suara gelas yang saling
dibenturkan satu sama lain yang dapat didengar saat semua orang meminum
wine itu dan memulai pesta mereka.
Jun dan Tecchi membicarakan
tentang bagaimana mereka mengalahkan bos. Nori dan Taruken sangat
bersemangat berbicara tentang semua wine di ALO, dan Asuna yang ada di
samping mereka, mendengar Yuuki dan Shiune berbicara tentang VRMMO yang
pernah dimainkan sebelumnya.
"Dan yang paling buruk dari semua adalah suatu game dinamakan «Insect Site» di Amerika!"
Yuuki menggunakan kedua tangannya untuk memeluk tubuhnya saat wajahnya tegang.
"Ahh... tentang itu."
Shinue juga menganggukan kepalanya tidak karuan.
"Heh... itu game jenis apa?"
"Serangga!
Mereka semua adalah serangga! Tidak apa-apa bila semua monsternya
serangga, tapi semua player juga adalah serangga. Aku menjadi semut yang
berjalan dengan dua kaki, itu bukan apa-apa, tapi Shiune..."
"Tidak, jangan bilang!"
"Dia menjadi ulat dengan tanduk. Dia dapat mengeluarkan benang dari belakangnya..."
Yuuki akhirnya tidak dapat menahan tawanya pada saat itu. Setelah melihat Shiune cemberut, Asuna mulai tertawa juga.
"Itu bagus kita dapat berkelana di dunia bersama dengan semuanya."
"Bagaimana denganmu Asuna? Sepertinya kau bermain VRMMO untuk waktu yang lama."
"Aku?
Errm, jangan beritahu siapapun. Sebenarnya aku menghabiskan banyak
waktu untuk bermain agar mendapat uang yang cukup untuk membeli rumah
ini..."
"Aku mengerti. "
Yuuki mengangkat kepalanya, dan membuka lagi matanya dengan lebar dan melihat ruang tamu.
"Tapi rumah ini sangat nyaman. Aku yakin ada kenangan indah di sini..."
"Ya. Aku merasa aman di sini."
Shiune mengangguk juga.
Tetapi, tiba-tiba bibirnya terbuka.
"Ap, apa ada yang salah padamu, Shiune?"
"Sial,
aku lupa hal itu! Berbicara tentang uang... kita bilang kepada Asuna
akan menyerahkan semua item yang dijatuhkan bos bila kita memintanya
untuk ikut mengalahkan bos. Apa yang harus kita lakukan? Kita membeli
banyak barang..."
"Wah, aku lupa hal itu!"
Keduanya
kelihatan menyesal di saat mereka menurunkan bahu mereka. Melihat itu,
Asuna tersenyum dan memegang tangan mereka sebelum berkata,
"Tidak apa-apa kok. Aku cukup mengambil sedikit saja. Aku pikir—itu lebih baik..."
Setelah berkata seperti itu, dia menutup mulutnya dan menghela nafas.
"Aku tidak ingin mengambil apapun kok. Tetapi, aku punya sesuatu yang ingin kuminta dari kalian."
"Eh...?"
"Sebenarnya...
meskipun tugasku sudah selesai... tapi aku masih ingin berbicara dengan
Yuuki sedikit lagi. Aku masih punya banyak pertanyaan yang ingin
kutanyakan padamu."
Yuuki, Aku harap kamu bisa mengajariku— bagaimana cara bisa sekuat dirimu. Asuna berpikir di dalam hatinya dan melanjutkannya,
"Dapatkah kamu membiarkanku mengikuti guild Sleeping Knights?"
Asuna
tidak pernah mengikuti guild manapun sejak bermain sebagai player di
ALO. Guild yang besar pernah mengundangnya beberapa kali sebelumnya-
Kirito dan Lisbeth mengatakan akan membuat guild yang kecil, namun belum
pernah tercapai.
Alasannya adalah sebagian besar karena Asuna
masih diselimuti perasaan «takut» tentang guild. Di masa lalu dia adalah
wakil ketua dari guild yang dikatakan sebagai guild terkuat selama satu
tahun. Pada saat itu, dia menuntut disiplin yang tinggi dan keras
terhadap anggotanya, dan dia selalu bertindak sebagai contoh dan tidak
pernah menunjukkan senyumnya di depan mereka. Di masa lalu anggotanya
membuatnya takut, dan tidak pernah menjaganya. Asuna takut bila dia
mengikuti guild di ALO, maka kejadian itu akan terulang kembali.
Tetapi,
Asuna dapat berbaur diantara anggota Sleeping Knights secara langsung,
dan dapat memberikan instruksi tanpa keraguan. Itu mungkin karena sikap
baik dari Yuuki dan lainnya sehingga membuat Asuna melupakan pemikiran
itu di dalam hatinya. Bersama mereka membuat perasaan yang seperti
dinding itu menjadi ringan, dan dia dapat menjadi kuat. Asuna mungkin
tidak menyadarinya, tapi Kirito, Lisbeth, Klein dan semuanya yang
menyadari hal itu dan membantu aksinya. Jadi, ketika Asuna menyatakan
bahwa dia ingin mengikuti penyelesaian lantai dari guild lain, mereka
sedikit tidak senang, namun mereka memberikan Asuna dorongan.
Mendengar
permintaan Asuna, Yuuki tidak langsung menjawab saat dia menggigit
bibirnya dengan keras. Matanya menunjukkan kegelisahan lagi.
Shiune
dan 4 orang lainnya menjadi diam dan melihat Yuuki dan Asuna. Ditengah
suasana diam ini, Yuuki langsung melihat Asuna. Akhirnya, suara yang
dikeluarkannya bergetar dan berbeda dari biasanya.
"Sebenarnya...
Asuna. Kami... Sleeping Knights mungkin akan... dibubarkan di musim
semi ini. Setelah itu, tidak akan seperti sekarang di mana semua orang
ada di sini."
"Un, Aku tahu. Jadi tidak masalah sampai musim
semi. Aku ingin berteman dengan Yuuki... dan semuanya. Itu tidak masalah
sampai sebelum musim semi, kan...?"
Asuna segera membungkuk dan
melihat mata Yuuki yang berwarna ungu. Tetapi, Yuuki sebenarnya
menjauhi pandangan Asuna untuk pertama kalinya. Kemudian dia
menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Maaf... Aku minta maaf, Asuna. Aku benar-benar minta... maaf..."
Yuuki melanjutkan berbicara, dan itu terdengar menyakitkan. Asuna tidak ingin dia melanjutkannya.
"Aku mengerti... tidak apa-apa kok. Aku yang seharusnya minta maaf karena membuat ini sulit bagimu, Yuuki."
"Sebenarnya... Asuna-san, kami... kami..."
Di
sampingnya, sepertinya Shiune ingin membantu Yuuki untuk melanjutkan,
tapi dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia bilang. Asuna melihat
sekitarnya dan terlihat ekspresi menyakitkan dari semua orang, dan
menepuk tangannya untuk mencoba mengganti suasana saat dia berkata
dengan suara bersemangat,
"Maaf karena membuat masalah karena menyinggung hal itu. Ayo pergi ke sana untuk mengganti suasana!"
"Ke sana...?"
Setelah
mendengar Asuna berkata seperti itu, Shiune merasa bersalah, dan Yuuki
menundukkan kepalanya dengan sedih. Pada saat itu, Asuna menepuk kedua
bahu mereka.
"Kamu melupakan sesuatu yang paling penting! «Monument of Swordsman» di Kastil Besi Hitam harusnya telah diperbarui!"
"Ah, benar!"
Jun berteriak saat dia berdiri.
"Ayo, ayo! Ayo pergi untuk berfoto!"
"Bisakah kita pergi?"
Asuna mengundangnya lagi, Yuuki akhirnya tersenyum.
Setelah
menarik Yuuki, yang masih terlihat sedih, Asuna melihat central plaza
di «Starting City». Sebenarnya, dia sudah lama tidak pergi kesini.
"Ini benar-benar luas... semuanya, semuanya, ke sini!"
Dengan
punggung mereka menghadap bangunan besar, mereka dengan cepat bergerak
melewati taman, dan bangunan «Kastil Besi Hitam» muncul di depan semua
orang. Ini adalah tempat paling terkenal di Aincrad, banyak pemain lama
dan baru muncul di sini.
Setelah melewati gerbang yang besar dan
tinggi, mereka memasuki bangunan itu, dan sensasi dingin segera masuk
ke kulit semua orang. Kaki pemain yang melangkah di lantai besi, membuat
gema yang aneh di langit-langit.
Asuna, Yuuki dan lainnya
melangkah saat mereka memasuki ruangan utama. Mereka masuk melalui dua
pintu, dan di depan pintu itu ada ruangan yang sangat luas dan
dikelilingi oleh suatu atmosfir. Di tengah, ada sebuah monumen yang
besar dan panjang.
"Apakah itu?"
Jun dan Nori berlari
melewati Asuna dan Yuuki saat mereka berlari. Beberapa detik kemudian,
mereka sampai di «Monument of Swordsman». Asuna langsung mengangkat
kepalanya dan melihat tulisan paling terakhir.
"Ada... ada di sini."
Yuuki
langsung berguman, dan memegang tangan Asuna dengan kekuatan yang lebih
besar. Pada saat itu Asuna menyadari di tengah monumen besar itu,
tertulis dengan kata [Orang yang menyelesaikan lantai 27], nama mereka
tertulis dengan bahasa Inggris.
"Ada di sini... nama kita..."
Yuuki langsung berguman. Melihat matanya mengeluarkan air mata. Asuna juga mulai merasa terharu.
"Oi kita akan mengambil foto sekarang!"
Suara Jun dapat di dengar dari belakang. Asuna memegang bahu Yuuki dan berbalik arah.
"Ayo, tersenyumlah, Yuuki."
Yuuki
akhirnya tersenyum saat Asuna mengatakan hal itu. 6 orang itu langsung
berbaris di depan monument, dan Jun segera mengoperasikan «Kristal
pengambil gambar ». Dia menentukan waktunya, dan melepaskannya, lalu
kristal itu melayang di udara, menunjukkan waktu yang sudah di atur.
Jun
segera bersiap di antara Yuuki dan Tecchi. Saat mereka semua tersenyum,
Kristal itu mengeluarkan bunyi 'passh' di saat bersinar.
"Oke!"
Jun mengembalikan kristal itu. Asuna dan Yuuki melihat ke arah belakang di «Monument of Swordsmen» lagi.
"Kita berhasil, Yuuki."
Asuna
melepaskan Yuuki dan menepuknya di kepala. Yuuki mengangguk perlahan
dan melihat nama 7 orang itu beberapa saat sebelum pergi.
"Un... a, aku berhasil, Nee-chan."
"Fufufu."
Setelah mendengar hal itu, Asuna tidak dapat menahan tawanya.
"Yuuki, kamu mengatakan hal itu lagi."
"Eh...?"
Yuuki hanya dapat melihat wajah Asuna saat dia tidak mengerti kenapa Asuna tertawa.
"Kamu juga memanggilku Nee-chan di ruangan bos. Tentu saja aku senang――!?"
Meskipun begitu, Asuna menarik kata yang terakhir sebelum mengatakannya.
Itu
karena Yuuki telah memiliki mata yang lebar saat dia menggunakan
tangannya untuk menutup mulutnya. Mata ungu itu menjadi transparan, dan
akhirnya membasahi wajah putihnya.
"Yuu.. Yuuki...?"
Asuna
tersentak dan mengulurkan tangannya, ingin memegang tangan gadis Imp
itu. Tetapi Yuuki mundur sebanyak dua langkah, tiga langkah. Dia membuka
mulutnya dan mengatakan sesuatu dengan suara serak.
"Asuna... ak, aku..."
Yuuki
langsung menundukkan kepalanya dan menyeka air matanya sebelum
menggerakkan tangan kirinya. Dengan jari yang bergetar, dia menekan menu
window di depannya, dan tubuhnya langsung dikelilingi oleh cahaya
putih—―
Mulai hari itu, sang swordsman yang tak terkalahkan Yuuki «Zekken» menghilang dari Aincrad.
Bab 12
Asuna
mengalihkan pandangannya ke kertas yang ada di tangannya dan memeriksa
bahwa nama yang ditulis tangan itu ternyata sama dengan nama yang
tertera secara horizontal pada sebuah tembok bangunan besar.
Kota
Yokohama, prefektur Kanagawa. Bangunan itu terletak di sebuah tempat
yang dikelilingi perbukitan yang hijau. Area itu tidak terlihat seperti
wilayah metropolitan dengan gedung-gedung yang relatif pendek, desain
bangunan bersayap dua, dan suasana sunyi dari perbukitan yang
mengelilingi. Namun, perjalanan Asuna hanya memakan waku kurang dari 30
menit dari rumahnya di Setagaya dan menelusur Jalur Ekspres Timur.
Bangunan
itu masih baru, dimandikan oleh cahaya matahari musim dingin yang
rendah. Temboknya berwarna coklat. Tempat ini benar-benar persis seperti
tempatku tidur untuk waktu yang lama, pikir Asuna sambil ia menyimpan
kembali catatannya ke dalam kantungnya.
"Apakah kamu di sini, Yuuki…?"
Dia
berbisik. Dia ingin bertemu dengannya, tapi ia merasa bahwa pada sisi
yang lain, akan lebih baik apabila gadis itu tidak tinggal di sini.
Setelah
berkeliling sementara, Asuna menarik kerah mantelnya yang menempel erat
pada seragamnya, dan bergegas menuju pintu utama.
Sudah 3 hari sejak hilangnya «Zekken» Yuuki dari Aincrad.
Di
momen terakhir, dia mengeluarkan air mata di depan Monumen Pendekar
Pedang, dan bahkan sampai sekarang, bayangan itu masih tergambar di mata
Asuna. Ia tak bisa melupakannya begitu saja. Bagaimanapun caranya, dia
ingin bertemu lagi dengannya, untuk berbincang lagi dengannya. Namun,
semua pesan yang ia kirim dibalas dengan «penerima tidak log in», dan
tak ada tanda pesan - pesan tersebut dibaca.
Anggota Sleeping
Knights mungkin mengetahui di mana keberadaan Yuuki, pikir Asuna. Namun,
dua hari yang lalu, di Hotel Lombard di mana biasanya mereka berkumpul,
hanya Shiune yang ada di sana. Dia menurunkan bulu matanya yang
terkulai dan menggelengkan kepalanya.
"Kami juga tak bisa
menghubungi Yuuki. Tidak hanya ALO. Nampaknya dia tak pernah FullDive
lagi. Dan kami tidak mengetahui apapun tentang Yuuki di dunia nyata.
Dan…"
Shiune terdiam sejenak, dan menatap Asuna dengan tatapan khawatir.
"Asuna-san. Aku rasa, Yuuki tidak ingin bertemu denganmu lagi. Ini bukan tentang yang lain, tetapi ini demi dirimu."
Asuna
sangat terhenyak sampai ia tak bisa mengatakan apapun. Setelah
berberapa detik, ia akhirnya berhasil mengeluarkan sebuah suara,
"Ke…
kenapa? Tidak… Kurasa, Yuuki, Shiune, kalian, kalian tak perlu
memutuskan hubungan pertemanan denganku. Jika aku telah menyusahkanmu,
aku tak akan mencari tahu tentang hal ini lebih jauh. Tetapi… Aku tak
bisa menerima jika ini karena aku."
"Tentang apa yang menyusahkan kami…"
Shiune,
yang telah menjaga perasaan tenangnya, memberi ekspresi terluka yang
langka sambil ia menggeleng kepalanya dengan keras,
"Kami sangat
senang bertemu denganmu. Di dalam dunia ini, kami dapat membuat sebuah
kenangan yang sangat indah karenamu, Asuna-san. Membantu melawan boss,
dan bahkan berkata bahwa kamu ingin bergabung dengan Guild. Kami tak
bisa mengekspresikan terima kasih kami bagaimanapun caranya. Tetapi…
Sebenarnya, tolong, lupakan saja tentang kita."
Shiune terdiam
sejenak saat ini, dan menggerakkan tangan kirinya untuk menggunakan
jendela menu. Sebuah jendela transaksi muncul dihadapan Asuna.
"Ini
terlalu dini dari yang aku perkirakan, tapi aku ingin membubarkan
Sleeping Knights di sini. Hadiah untukmu ada semuanya di sini,
Asuna-san, drop-item dari boss dan perlengkapan kami"
"Tidak… tidak perlu. Aku tak bisa menerima ini."
Asuna menghilangkan jendela tersebut seperti ia sedang menggetarkannya, dan lalu berjalan menuju Shiune.
"Apakah
kita benar-benar akan mengucapkan selamat tinggal disini? Aku… Aku
senang, bersama dengan Yuuki, Shiune, semuanya. Kukira kita masih bisa
menjadi teman walaupun jika Guild dibubarkan. Tapi, apakah hanya aku di
sini yang berpikir seperti ini…?"
Di masa lalu, Asuna tidak akan
pernah berkata seperti itu. Namun, setelah melewati banyak hari - hari
bersama Yuuki dan yang lainnya, Asuna merasa bahwa dia telah berubah
sedikit. Karena hal inilah yang membuat Asuna tidak ingin mengucapkan
selamat tinggal ke semuanya.
Namun, Shiune menurunkan kepalanya, dan hanya menggelengnya.
"Maaf… maaf, tapi ini untuk yang terbaik. Lebih baik kita berpisah disini… maaf, Asuna-san."
Lalu, Shiune menekan tombol di jendelanya seperti ia ingin lari menjauh, dan logout.
Tidak hanya Yuuki. Shiune, Jun, Nori dan lainya tidak pernah log in lagi ke dalam ALO setelah itu.
Sepertinya
Asuna sendiri mungkin keliru dengan berpikir bahwa interaksi yang hanya
beberapa hari mampu menjadikan mereka teman. Namun, Sleeping Knights
meninggalkan kesan yang dalam dan tak terlupakan di dalam dirinya. Dia
sama sekali tidak dapat terpikir untuk melupakan semuanya. Semester ke-3
telah dimulai, tetapi walaupun ia dapat bertemu dengan Kazuto, Rika,
dan Keiko di dunia nyata, hati Asuna terasa sangat berat. Saat berpikir
tentang itu, di dalam mata dan telinga Asuna, senyuman Yuuki akan
terbayang di depannya. Nee-chan, begitulah Yuuki memanggil Asuna.
Menyadari hal ini, ia menangis. Bagaimanapun caranya, Asuna ingin
mengetahui alasan itu.
Dan kemarin, saat istirahat makan siang, Asuna menerima pesan dari Kazuto yang berisi, [Aku menunggumu di atap].
Di
atas atap semen polos yang di mana angin dingin berhembus, Kazuto
bersandar pada sebuah pipa tebal yang digunakan untuk sirkulasi udara,
menunggu Asuna.
Sudah lebih dari setahun sejak mereka keluar
dari SAO, tapi Kazuto di dunia nyata nampaknya tak bertambah berat
sedikitpun. Adik perempuannya, Suguha, akan mengatakan kepadanya untuk
makan lebih banyak, jadi ia tak perlu mencemaskan tentang nutrisinya.
Mungkin kalori yang ia dapatkan sudah terbakar habis dengan kegiatan
jogging dan gym, atau mungkin pertempuran yang intens di dunia virtual
akan memakan habis kalori dari dunia nyata.
Kancing blazernya
terbuka, tangannya diletakan di kantungnya, dan jambangnya yang agak
panjang tertiup oleh angin. Pakaian dan tinggi badannya berubah, tetapi
Kazuto masih terlihat sama, seperti sewaktu ia masih di Aincrad yang
lama. Asuna terlihat seperti ia tertarik ketika ia berjalan menuju
Kazuto, dan menyandarkan dahinya ke pundak Kazuto yang sedang menatap ke
atas.
Asuna ingin mengungkapkan semua perasaan di hatinya dalam
sekali jalan, tetapi ia tidak bisa mengungkapkan dalam kata - kata.
Asuna menutup matanya, menahan perasaan sedihnya yang berkumpul di
tenggorokannya, dan merasakan kelembutan tangan Kazuto yang menepuk
pundaknya. Disaat yang sama, sebuah suara terdengar di telinga Asuna,
"Apa kamu sangat ingin bertemu dengan «Zekken» itu bagaimanapun caranya?"
Kata
- kata ini mungkin mewakili semua harapan Asuna. Ya, hanya sekali. Itu
karena Asuna percaya bahwa Yuuki berharap untuk hal ini juga.
"Mereka mengatakan kepadamu lebih baik untuk tidak bertemu lagi kan? Walaupun seperti ini?"
Asuna
menceritakan semuanya kepada Kazuto, tentang pertempuran melawan bos
level 27, perpisahan yang tak terduga setelahnya, dan ucapan Shiune saat
mereka terakhir kali bertemu. Pertanyaan ini mungkin ditanyakan setelah
ia membuat sebuah kesimpulan dari kata-kata itu. Saat ini, Asuna
mengangguk lagi dengan keras.
"Un, walau begitu, Aku ingin. Aku ingin bertemu kembali dengannya untuk berbincang bersama lagi. Aku harus."
"Begitukah?"
Dengan
jawaban sederhana, Kazuto menaruh tangannya di pundak Asuna dan
mendorongnya sedikit, menarik keluar selembar kertas dari kantung
blazernya.
"Mungkin kamu bisa bertemu dengannya jika kamu pergi kesini."
"Eh…?"
"Ini hanya kemungkinan… tapi, kurasa «Zekken» ada disana."
"Bagaimana… Bagaimana kamu bisa mengetahui ini, Kirito-kun…?"
Asuna bertanya saat ia menerima secarik kertas itu yang telah dilipat dua kali. Kazuto memandang langit, dan berbisik,
"Itu karena di situlah satu - satunya tempat tes uji coba «MediCuboid».”
"Medi… Cuboid?"
Saat ia mengulangi istilah yang tak dapat dimengerti dan tak pernah ia dengar sebelumnya, Asuna membuka kertas itu.
Tertulis dengan huruf kecil yang merupakan nama [Rumah Sakit Umum Yokohama Utara] dan alamatnya.
Asuna pergi melalui dua lapis pintu otomatis yang dilap dengan bersih,
berjalan melalui pintu masuk lobi yang terang, dan aroma dari sebuah bau
disinfektan yang ia ingat melayang di sekitar.
Di sana terdapat
ibu - ibu yang membawa anaknya dan orang - orang tua yang duduk di
kursi roda. Asuna pergi melewati ruangan yang sepi dan menuju meja
resepsionis.
Asuna mengisi nama dan alamatnya di formulir yang
terletak pada biliknya, dan berhenti pada saat ia akan mengisi nama dari
siapa yang akan ia jenguk. Asuna hanya mengetahui nama Yuuki, dan ia
tak tahu apakah itu adalah nama aslinya atau tidak. Dari apa yang ia
dengar dari Kazuto, walaupun jika Yuuki berada di sini, sulit untuk
mengatakan jika ia bisa memeriksa atau bahkan bertemu dengannya. Tetapi
Asuna tak bisa hanya menyerah di sini setelah datang sepanjang jalan
kesini. Asuna memutuskan untuk mengambil formulirnya dan menyerahkanya
melalui biliknya.
Di sisi lain dari counter itu, suster yang memakai seragam putih itu melihat Asuna mendekat, dan mengangkat mukanya.
"Apakah anda akan menjenguk seseorang?"
Asuna
hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil menghadapi senyuman dan
pertanyaan ini. Asuna menyerahkan formulir permintaan itu yang setengah
kosong dan mengatakan
"Errm…aku ingin bertemu dengannya, tapi aku tidak mengetahui namanya ."
"Ya?"
Ketika suster itu menaikkan alisnya dalam keadaan kaget, Asuna dengan putus asa memilih kata-kata.
"Kupikir itu seorang gadis berumur sekitar 15 tahun. Namanya mungkin «Yuuki», kalau aku tidak salah."
"Banyak pasien di sini. Ini sulit untuk saya mengetahuinya jika anda hanya memberitahu itu."
"Errm… Aku mencari orang yang sedang menguji coba «MediCuboid»."
"Untuk kerahasian pasien…"
Pada
saat ini, seorang suster senior mengangkat wajahnya dan melihat ke
Asuna. Lalu, ia melihat pada suster yang sedang berbicara kepada Asuna,
nampaknya membisikan sesuatu.
Suster itu berkedip tentang hal
yang dibisikkan itu sebelum menatap Asuna lagi. Ia menggunakan suara
yang berbeda, suara yang halus.
"Permisi, boleh saya tahu siapa nama anda?"
"Ah, Aku Yuuki, Asuna."
Asuna
menjawab dan memberikan formulirnya. Suster itu menerimanya, melihat
padanya, dan lalu memberikannya kepada rekan kerjanya di dalam.
"Boleh saya cek identitas anda?"
"Ok, baiklah."
Asuna
langsung mengambil dompetnya keluar dari dalam blazernya dan menarik
kartu identitasnya untuk diperlihatkan kepada suster tersebut. Suster
itu dengan hati-hati membandingkan wajah pada foto dengan wajah Asuna,
menganggukkan kepalanya, memberitahu Asuna untuk menunggu sebentar, dan
mengambil telepon di sampingnya.
Ia menggunakan jaringan internal untuk menghubungi seseorang, membisikan 2,3 kata, dan kembali ke Asuna.
"Mohon
untuk menemui Dokter Kurahashi di departemen medis kedua. Naik lift
yang di sisi depan untuk ke lantai empat, belok kanan, dan tunjukkan ini
ke meja resepsionis."
Asuna menerima kartu pelajarnya dan sebuah kartu perak dari nampan yang diberikan, dan menunduk.
Setelah
menunggu sekitar 10 menit di bangku lobi tamu lantai 4, Asuna
memperhatikan seseorang dengan jubah putih datang menghampiri dengan
cepat.
"Yaa, permisi, maafkan saya, maaf telah membuat kamu menunggu."
Seorang
dokter laki - laki yang pendek dan sedikit gemuk meminta maaf dengan
cara yang aneh dan menganggukkan kepalanya. Ia mungkin masih berumur
30-an, dahi mengkilapnya disisir dengan cara 3-7, dan dia memakai sebuah
kacamata tebal.
Asuna segera berdiri dan membungkuk hormat,
"Tidak, tidak apa - apa. Aku datang secara tiba - tiba. Jadi, tidak apa - apa untukku menunggu."
"Tidak tidak, aku tidak dalam tugas di siang hari, jadi ini waktu yang tepat. Lalu, Yuuki Asuna-san, kan?"
Sambil tersenyum ketika ia mempersempit matanya yang sedikit terkulai, dokter itu memiringkan kepalanya sedikit.
"Ya, saya Yuuki."
"Namaku Kurahashi, dokter utama yang merawat Konno-san. Aku tak menduga anda datang kesini untuk menjenguk dia."
"Konno… san?"
"Ehh,
nama lengkapnya Konno Yuuki, ditulis sebagai 'Kapas', dan Musim. Aku
memanggilnya Yuuki-kun… ia telah menceritakan semuanya tentang anda,
Asuna-san. Ah, maaf, kesalahanku. Aku tak sengaja mengatakan hal ini
karena Yuuki-kun."
"Tak masalah, panggil saja aku Asuna."
Asuna
tersenyum sambil ia menjawab, dan Dokter Kurahashi membalas senyumnya
dengan malu - malu sebelum menunjuk tangan kanannya pada lift.
"Kita tak bisa berbicara dengan lancar disini. Mari kita ke ruangan tamu di lantai atas."
Asuna
dibawa menuju sebuah ruangan lebar di dalam ruang tamu dan duduk
berlawanan dengan dokter. Melalui jendela kaca besar, mereka bisa
melihat halaman rumah sakit yang luas dan hijau. Di sana terdapat
sedikit sekali orang, dan hanya suara gemerisik dari pengatur udara yang
bisa didengar.
Asuna berfikir keraguan apa yang harus dia tanyakan. Namun, Dokter Kurahashi memecah kesunyian lebih dahulu.
"Asuna-san, anda bertemu Yuuki-kun di dalam dunia Virtual Reality, bukan? Apakah dia memberitahumu tentang rumah sakit ini?"
"Ah, tidak… bukan dia…"
"Oh,
kalau begitu menakjubkan kamu dapat menemukan tempat ini. Yah,
Yuuki-kun pernah mengatakan bahwa akan ada seorang perempuan bernama
Yuuki Asuna yang mungkin datang, dan ingin menyambutmu di area
resepsionis. Aku sangat terkejut dan menanyakan dia apakah dia
menceritakan tentang rumah sakit ini kepadamu, namun ia mengatakan
tidak. Jadi aku mengatakan bahwa dia tidak mungkin dapat mengetahui
tentang tempat macam ini. Namun, aku benar-benar mendapat sebuah
panggilan dari resepsionis, dan aku sangat terkejut."
"Itu… Yuuki-san, apakah ia menyebut diriku ke dokter…?"
Asuna bertanya, dan dokter itu menganggukkan kepalanya dengan keras 2, 3 kali.
"Tentu
saja. Selama akhir-akhir ini, dia akan selalu memberitahuku tentang
Asuna-san ketika kita berbincang bersama. Namun, Yuuki-kun akan mulai
menangis setelah ia bercerita tentangmu. Dia biasanya bukan seorang
gadis yang akan memperlihatkan kelemahan dirinya sendiri."
"Eh…ta, tapi kenapa…"
"Dia
bilang ia ingin berteman denganmu lebih baik, tetapi tak bisa
melakukannya. Dia ingin bertemu denganmu, tetapi mungkin tidak bisa
melakukannya. Bukannya… Aku tak bisa mengerti perasaan itu…"
Di
saat ini, Dokter Kurahashi mengeluarkan ekspresi sedih yang langka.
Asuna mengambil nafas yang dalam dan memutuskan untuk bertanya,
"Yuuki-san
itu, dan teman - temannya semua mengatakan hal ini ketika mereka
mengucapkan sampai jumpa di dunia VR. Mengapa? Mengapa kita «tak bisa
bertemu lagi»?"
Ketakutan yang dimulai di saat Asuna melihat
nama dari rumah sakit terus meluas, dan mencoba sekuat mungkin untuk
menghilangkan kegelisahannya ini dengan menyandarkan tubuhnya ke depan.
Dokter Kurahashi terhenyak tak bisa mengeluarkan kata - kata untuk
berberapa saat, mengalihkan pandangannya menuju tangannya yang terlipat
bersama diatas meja, dan lalu dengan tenang menjawab,
"Kalau
begitu, mari saya mulai menjelaskan hal - hal dari «Medicuboid».
Asuna-san, kamu seorang pengguna AmuSphere juga, benar?"
"Eh… ehhh, yaa."
Dokter muda itu menganggukkan kepalanya, mengangkat wajahnya, dan mengatakan sesuatu yang benar - benar tak diduga,
"Ini
mungkin aneh untuk mengatakan kata - kata seperti ini kepadamu, namun
aku merasa bahwa adalah suatu penyesalan ketika teknologi FullDive
pertamanya digunakan untuk media hiburan."
"Eh…?"
"Penelitian
dari teknologi itu seharusnya dibiayai oleh pemerintah untuk
pengobatan. Karena hal itu, keadaan sekarang bisa dilanjutkan untuk 1,
tidak, 2 tahun."
Asuna merasa aneh tentang perubahan arah perbincangan yang tak terduga, dan dokter itu menaikkan satu jari.
"Mohon
berpikir tentang ini. Suasana yang dibawa oleh AmuSphere akan menjadi
fungsi yang efektif di dalam bidang medis. Sebagai contoh, mesin itu
bisa menjadi suatu berkah untuk orang yang buta ataupun tuli.
Orang-orang yang mengalami disfungsi otak sayangnya dikecualikan, tapi
walaupun jika bola mata ataupun syaraf penglihatan tidak normal,
gambaran itu bisa dimasukan secara langsung ke otak jika AmuSphere
digunakan. Situasinya sama dengan pendengaran. Bahkan mereka yang belum
mengetahui tentang cahaya ataupun suara ketika mereka tumbuh bisa
menggunakan mesin itu untuk berinteraksi dengan pemandangan yang nyata."
Asuna hanya bisa menganggukkan kepalanya saat Dokter Kurahashi
mengatakan hal itu dengan antusias. Berbagai penggunaan AmuSphere di
bidang itu bukanlah hal baru. Suatu hari, headgear itu bisa menjadi
lebih kecil, dan dengan spesialis kombinasi lensa, mereka yang buta
dapat hidup seperti orang yang melihat dengan normal.
"Juga, apa
yang berguna bukanlah hanya fakta bahwa itu bisa mengirimkan sinyal,
tetapi AmuSphere itu mempunyai fungsi untuk membatalkan rangsangan."
Dokter itu menggunakan jarinya untuk menekan lehernya.
"Sinyal
elektromagnetik yang dikirim ke sini akan mematikan otot sementara.
Dalam arti lain, hal itu akan memiliki efek yang mirip seperti
kelumpuhan total. Sebagai contoh, anestetik. Bahkan jika digunakan, ada
risiko yang kecil tetapi sangat jarang. Jika kita menggunakan AmuSphere
dalam operasi, kita bisa menghindari penggunaan anestetik. Itulah yang
aku pikirkan."
Asuna sudah tertarik dengan apa yang dikatakan
dokter. Dia mengaggukkan kepalanya, tapi tiba - tiba ia menyadari
sesuatu. Meskipun itu rasanya seperti pamer di depan seorang ahli, dia
masih membisikkan keraguannya.
"…Tapi, itu tidak bisa bekerja,
benar? Kemampuan interferensi AmuSphere hanya bisa membatasi indra ke
minimum untuk memperkecil rasa sakit ketika pisau bedah dimasukkan ke
dalam tubuh. Kupikir AmuSphere, ataupun mesin generasi pertama—Nerve
Gear tak bisa melakukan itu… bahkan jika medulla dihalangi,
syaraf-syaraf di dalam masih tetap aktif, jadi syaraf spinal masih aktif, benar…?"
"Ya… itu benar."
Dokter
Kurahashi awalnya membesarkan matanya karena kaget, dan langsung
mengangguk berberapa kali, sehingga sepertinya Asuna telah tepat
mengenai sasaran.
"Ini sama seperti yang kamu bilang. Impuls
sinyal elektromagnetik AmuSphere lebih lemah, CPU-nya hemat tenaga,
dimana akan menyebabkan beberapa masalah dengan kecepatan proses karena
itu tidak cukup kuat. Ini mungkin untuk dive asli ke dalam dunia VR,
tetapi spesifikasinya akan menjadi tidak efisien ketika sampai ke
pencocokan lensa di dunia nyata, ke dalam apa yang disebut «Alternate
Reality». Dengan demikian, alat FullDive medis pertama di dunia yang dikembangkan pada tingkat negara dengan nama — «MediCuboid»."
"MediCu… boid."
Istilah ini kemungkinan besar menggabungkan istilah Medical dan Cuboid. Asuna mencerna istilah ini di mulutnya, dan dokter itu tersenyum sebelum menjelaskan,
"Itu
hanya nama populernya. Hal yang terpenting itu adalah memperkuat tenaga
output dari AmuSphere, meningkatkan ketebalan dari partikel-partikel
beberapa kali lipat, meningkatkan proses output dan terintegrasi dengan
kasur, dari kepala menuju susunan syaraf spinal. Alat itu terlihat
seperti kotak putih… Jika ini bisa digunakan, dengan banyaknya peralatan
di rumah sakit, maka akan ada perubahan besar dalam pengobatan.
Kebanyakan operasi tidak akan memerlukan anestetik lagi, dan adalah
mungkin untuk berbicara dengan pasien didalam keadaan «Locked-in state»."
"Locked-in…?"
"Ini
adalah sebuah kondisi yang diketahui sebagai Locked-in Syndrome,
kondisi dimana walaupun proses pemikiran otak tetap normal, badannya
lumpuh pada kontrolnya terhadap bagian-bagian tubuh, dan pasien tidak
dapat mengekspresikan pikirannya. Jika kita menggunakan MediCuboid, kita
bisa tesambung secara langsung ke dalam otak, dan walaupun jika
badannya tidak bergerak, mungkin untuk kembali ke lingkungan masyarakat
melalui dunia VR."
"Aku mengerti… dalam arti lain, dibandingkan
dengan AmuSphere yang hanya digunakan untuk bermain game VR, ini
benar-benar sebuah mesin mimpi dalam artian sebenarnya, bukan?"
Asuna
secara tidak sengaja mengangguk. Namun, Dokter Kurahashi, yang terlihat
seperti ia sedang menceritakan mimpi, segera menutup bibirnya, seperti
telah ditarik kembali ke realita. Ekspresinya menggelap sedikit, dan ia
lalu melepas kacamatanya, menutup matanya, dan menghembus nafas panjang.
Lalu, ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum dalam cara yang agak sedih.
"Ehh,
itu memang adalah sebuah mesin mimpi. Namun… sebuah mesin juga
mempunyai batasan - batasannya sendiri. Keadaan yang paling diantisipasi
dalam penggunaan MediCuboid… adalah «Terminal Care»."
"Terminal care…"
Asuna
mengulang istilah inggris yang belum pernah ia dengar itu seperti
sebuah burung beo, dan dokter itu menjelaskan dengan diam, "Dalam kanji…
kata itu ditulis sebagai 'Perawatan Sekarat'."
Kata
- kata tertuang pada Asuna seperti air dingin. Dia melebarkan matanya
dan tak bisa berkata apa-apa. Dokter Kurahashi memakai kacamatanya dan
menunjukkan sebuah pandangan nyaman, mengatakan,
"Kamu mungkin
merasa bahwa akan lebih baik berhenti di sini jika kita mempertimbangkan
hal - hal kemudian. Tak ada orang yang akan menyalahkanmu walaupun jika
kamu memilih keputusan itu. Walau itu Yuuki-kun atau teman - temannya,
mereka semua berpikir tentangmu."
Namun, Asuna tidak pernah
ragu. Tak peduli kejujuran apapun yang akan diceritakan kepadanya, dia
ingin menghadapinya secara tatap muka, dan ia percaya bahwa ia harus
melakukan itu. Asuna mengangkat wajahnya dan berbicara dengan jelas,
"Tidak… mohon lanjutkan. Tolong. Aku datang kesini untuk ini."
"Begitukah?"
Dokter Kurahashi tersenyum lagi, dan menganggukkan kepalanya,
"Yuuki-kun
pernah mengatakan jika Asuna-san mau, aku akan menjelaskan semua
kepadanya. Ruang rawat Yuuki-kun berada di tingkat tertinggi ruangan
pusat. Itu akan menjadi cukup jauh, jadi mari kita berbincang sambil
menuju ke sana."
Dokter itu berjalan keluar dari ruang tamu
menuju lift. Asuna mengikutinya dari belakang, dan pikirannya berlanjut
memikirkan istilah yang sama.
Terminal. Arti dari istilah ini
tidak bisa lebih jelas lagi. Namun, dia terus menolak pemikirannya
sendiri. Hal itu tidak bisa seperti itu. Meskipun jika dia harus
menyatakan hal itu, Dokter Kurahashi tak perlu menggunakan istilah
langsung seperti itu.
Fakta polos satu - satunya adalah
kebenaran yang akan ditunjukan nantinya. Asuna harus menerima itu secara
langsung. Itu karena Yuuki percaya bahwa Asuna bisa melakukan ini dan
memperbolehkan Asuna untuk melihat realitanya.
Di sana terdapat tiga lift berbaris di lobi gedung utama, dan yang di paling kiri terdapat tanda «Staff Only»
pada pintunya. Dokter itu menggunakan kartu yang tergantung di lehernya
dan menggesekkannya ke panel di sampingnya, dan sebuah suara *beep*
yang tenang terdengar bersama dengan pintu kanan yang bergeser.
Keduanya memasuki kotak putih, dan lift mulai naik dengan suara dan gerakan yang tak bisa dideteksi.
"Pernahkah kamu mendengar istilah «Window Period»?"
Dokter Kurahashi tiba - tiba bertanya, dan Asuna mulai mencari di dalam ingatanya.
"Aku ingat… kelas kesehatan pernah mengajarkan itu sebelumnya. Ini ada hubungannya dengan infeksi… virus, kan?"
"Ya.
Sebagai contoh, jika seseorang diduga terinfeksi oleh suatu virus, maka
akan dilakukan tes darah. Metode - metode tes tersebut yaitu sebagai
berikut. «Antigen test» merupakan tes antibodi terhadap virus pada
darah, dan yang lebih sensitif «NAT check» yang menggunakan DNA dan RNA
dari virus sebagai bagian dari investigasi. Namun, bahkan ketika
menggunakan pengecekan NAT, Ini tak mungkin untuk mendeteksi virus
setelah infeksi selama 10 hari atau lebih. Periode ini disebut «Window
Period»."
Dokter itu berhenti sekarang. Dan, ketika perasaan deakselerasi sedikit terasa, pintu lift terbuka bersamaan dengan bunyi bel.
Tingkat
teratas, tingkat 12 terlihat terlarang untuk orang asing dikarenakan
terdapat sebuah gerbang besar di depan mereka ketika keluar dari lift.
Dokter itu kembali meletakkan kartunya di sensor sebelah pintu, dan
sebuah suara elektronik yang lembut berbunyi. Jeruji besi semua terbuka,
dengan dokter Kurahashi melambaikan tangannya untuk memanggil, Asuna
bergegas menuju melewati pintu.
Tak seperti tingkat - tingkat
dibawahnya, tingkat ini kelihatanya tak memiliki jendela. Panel putih
halus membentang kedepan, dan terdapat pertigaan di depannya, ke kiri
dan ke kanan.
Dokter Kurahashi, yang berjalan di depan Asuna
lagi, mengarah ke kiri. Jalan anorganik yang penuh dengan kehangatan dan
cahaya putih terus memanjang ke depan. Mereka melewati berberapa
suster, dan keramaian dari luar tak bisa didengar sama sekali.
"—Karena «Window Period» itu, sesuatu pasti telah terjadi."
Tanpa sadar, dokter itu berkata lagi dengan suara yang tenang,
"Itu
merupakan kontaminasi dari darah yang didonasikan. Tentu saja,
kemungkinannya adalah kecil. Kemungkinanya hanya 1 per 100,000 untuk
kontaminasi melalui transfusi darah. Namun, tidak mungkin di ilmu
pengetahuan modern untuk menurunkan nilai tersebut menjadi nol."
Dia menghembuskan nafas.. Asuna bahkan merasakan sebuah kemarahan yang samar dan keputusasaan dari dirinya.
"Yuuki-kun lahir pada Mei 2011. Akibat distosia, Sebuah operasi sesar
dilakukan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Pada saat itu… kami tak
bisa mengkonfirmasi itu, namun sebuah kesalahan menyebabkan pendarahan
dalam jumlah yang banyak, jadi transfusi darah darurat dilaksanakan.
Darah yang digunakan, sayangnya, terkontaminasi."
"…!"
Asuna
tak bisa mengatakan sepatah katapun. Dokter Kurahashi memandang Asuna
sekilas, dan segera melihat ke bawah sebelum melanjutkan,
"Sampai
sekarang, kita tidak mengerti bagaimana hal itu terjadi. Namun, ada
kemungkinan bahwa sepertinya Yuuki terinfeksi sejak dia lahir. Ayahnya
terinfeksi dalam bulan itu. Infeksi virus itu telah dikonfirmasi selama
September, dengan pengecekan darah lanjutan yang dilakukan setelah
transfusi darah. Pada saat itu… satu keluarga itu sudah…"
Dokter itu menghela nafas dengan berat dan berhenti.
Di
sana ada sebuah pintu geser di sisi kanan jalur, dan sebuah panel baja
terletak di sebelah nya. Pada panel itu tertulis kata - kata [Ruangan
Desain Mesin Model Pertama] tertulis padanya.
Dokter itu mengambil kartunya dan menggeseknya di panel. Suara elektronik berbunyi, dan dengan sekejap, pintu terbuka.
Merasa
bahwa hatinya sedang terikat dengan ketat dan menyakitkan, Asuna
mengikuti Dokter Kurahashi melalui pintu. Di dalam, ada sebuah ruangan
yang panjang dan sempit secara anehnya.
Tembok yang menghadap
mereka mempunyai pintu yang mirip dengan salah satu yang mereka baru
saja lalui, dan ada panel kontrol di bagian kanan yang memiliki banyak
alat. Tembok di bagian kiri mempunyai jendela kaca yang besar, tapi
kacanya diwarnai hitam, jadi itu mustahil untuk melihat ke dalam.
"Di depan kita adalah sebuah ruangan steril dengan pengontrol udara. Mohon memaklumi bahwa kita tidak boleh masuk."
Sesuai
apa yang ia katakan, Dokter Kurahashi berjalan ke arah jendela hitam
dan mengoperasikan panel di bawahnya. Dengan sedikit gemuruh di sekitar,
warna jendela berubah menjadi lebih terang, dan menjadi transparan,
memperlihatkan isinya.
Itu sebuah ruangan kecil. Tidak, itu
sebenarnya cukup besar. Sepintas, itu terlihat seperti ruangan yang
dipenuhi oleh berbagai macam mesin - mesin. Ada yang tinggi dan pendek,
berbentuk persegi sederhana bercampur dengan bentuk yang rumit. Karena
itu, memerlukan banyak waktu untuk Asuna menyadari bahwa ada kasur di
tengah ruangan.
Asuna memaksa wajahnya melihat ke arah kaca dan melihat kasur itu.
Ada
sebuah tubuh kecil yang terlihat setengah tertidur di kasur. Selimut
putih menutupinya sampai dadanya, dan dia dapat melihat bahu kurus
telanjang yang terlihat sangat menyedihkan. Pada tenggorokan dan bahunya
terdapat berbagai jenis pipa terhubung padanya, yang tersambung ke
mesin terdekat.
Itu mustahil untuk melihat wajah pemilik kasur
itu secara langsung karena ditutupi benda berbentuk kubus warna putih,
terintegrasi ke kasur, yang hampir menelan seluruh kepalanya. Apa yang
dapat dilihatnya adalah bibir kecil yang hampir transparan dan dagu yang
tajam. Sebuah layar di pasang di samping benda kubus ke arah mereka,
dan indikator - indikator dalam segala macam warna berdenyut di
dalamnya. Di atasnya, terdapat kata [MediCuboid] yang terlihat,
tergambar sebagai sebuah logo polos.
"…Yuuki…?"
Asuna
menggunakan suaranya yang bergetar untuk bergumam. Dia akhirnya di sana,
dengan Yuuki di dalam dunia nyata. Tetapi, beberapa meter terakhir
ternyata terhalang oleh kaca tebal yang tidak mungkin dapat dilalui
apapun caranya.
Dengan punggungnya menghadap dokter, Asuna berbicara,
"Dokter… sebenarnya apa penyakit Yuuki…?"
Jawabannya adalah singkat tapi juga berat,
"«Acquired Immunity Deficiency Syndrome»… AIDS."
Bab 9
Saat
Asuna melihat rumah sakit besar ini, dia berfirasat jika Yuuki
terjangkit suatu penyakit yang serius. Inilah sebabnya, ketika ia
mendengar nama penyakit dari dokter dengan jelas, dia merasa masih sulit
untuk bernafas. Melalui kaca, Asuna melihat Yuuki yang sedang
berbaring, dan merasa kaku.
Dia berpikir apakah itu benar.
Yuuki, orang yang lebih kuat dari siapa saja, lebih bersemangat dari
siapa saja saat melakukan apa pun, ternyata terbaring di tengah beberapa
mesin. Apakah itu karena kehabisan alasan atau emosi, Asuna
terang-terangan menolak fakta ini.
―—Aku seperti orang bodoh.
Tidak mengetahui apapun dan tidak mencoba untuk mengerti dia. Saat gadis
itu berteriak di hatinya, air mata Yuuki bercucuran sebelum dia
menghilang.
"Tetapi AIDS tidak mengerikan seperti yang dipikirkan masyarakat sekarang."
Saat melihat Asuna, yang terpaku ditempatnya, Dokter Kurahashi berbicara dengan suara yang mantap.
“Walaupun
mereka terinfeksi dengan Human Immunodeficiency Virus, jika mereka
dapat diobati lebih dini, akan memungkinkan untuk bertahan kira-kira 10,
20 tahun.
Kii, sedikit suara terdengar. Dokter konsultasi itu duduk di kursi di depan mesin itu. Dia lalu berkata,
“Tetapi,
tidak dapat dibantahkan bahwa kesempatan untuk keturunan nya dapat
terselamatkan setelah 5 tahun terinfeksi HIV akan lebih rendah dari
orang dewasa.Ibu Yuuki pernah ingin untuk bunuh diri bersama seluruh
keluarganya setelah mengetahui bahwa seluruh keluarganya terinfeksi.
Tetapi, ibunya adalah orang Kristen sejak muda, dan melalui agama itu
dan bantuan dari ayahnya, dia bertahan melalui beberapa krisis, dan
memilih untuk terus melawan penyakit tersebut.”
“Teruslah melawan!”
“Ya.
Sejak Yuuki lahir, dia dipaksa untuk melawan virus itu untuk bertahan.
Saat ia sudah melalui masa yang paling kritis, dia yang bertubuh mungil
itu bisa tumbuh dengan aman dan bahkan bisa masuk sekolah dasar. Untuk
anak-anak, sangatlah sulit untuk meminum obat yang banyak dengan
teratur. Disamping itu, Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors,
adalah obat yang mempunyai efek samping yang kuat. Tetapi, Yuuki tetap
percaya bahwa suata saat ia dapat disembuhkan dan ia terus berkerja
keras. Dia adalah orang yang bekerja keras, dan tampkanya ia memiliki
nilai yang paling baik sepanjang tahun di sekolah. Dia mempunyai banyak
teman, dan aku sempat sekali melihat beberapa fotonya waktu itu. Dia
terus mempunyai senyum yang mempesona...”
Asuna mendengar dokter itu berhenti sejenak dan bernafas untuk sementara.
“—Sekolahnya
tidak tahu bahwa Yuuki terinfeksi HIV. Sebenarnya, ini yang diharapkan.
Pengecekan kesehatan yang diselenggarakan sekolah dan perusahaan tidak
seharusnya mencakup pemeriksaan HIV dalam darah. Tetapi, saat dia
beranjak ke kelas 4, untuk beberapa alasan, beberapa orang tua murid
yang satu kelas mengetahui bahwa Yuuki terinfeksi HIV. Rumor itu mulai
tersebar... Hukum menetapkan bahwa mereka tidak boleh mendiskriminasi
orang hanya karena ia terinfeksi oleh HIV. Tetapi, hal yang menyedihkan
adalah tidak semua orang di masyarakat sebaik itu.. Awalnya, ada
berberapa orang yang memprotes kedatanganya ke sekolah untuk belajar,
atau mengejek melalui panggilan dan surat dan sebagainya. Orang tuanya
berusaha sekuat mungkin, namun pada akhirnya, mereka harus pindah, dan
Yuuki-kun dipaksa untuk pindah ke sekolah lain."
"…"
Asuna tidak dapat dapat bereaksi lagi. Dia hanya dapat meluruskan punggungnya dan mendengarkan ucapan dokter.
"Dan
meskipun Yuuki-kun berkerja keras untuk pergi ke sekolah baru setiap
hari…sesuatu yang kejam itu…pada saat itu, hal yang mengerikan itu mulai
terjadi. Indikator menunjukan melemahnya sistem imun, sel getah bening
CD4
mulai berkurang secara drastis. Dalam arti lain…virus AIDS mulai
bereaksi. Aku selalu merasa kalau perkataan kasar dari guru dan orang
tua murid di sekolah sebelumnya adalah alasan mengapa ia jatuh sakit."
Dokter
muda itu mencoba untuk membuat suaranya lebih tenang, tetapi suara
nafas yang bergegas itu mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
“Ketika
Sistem Imun melemah, ia dapat dengan mudah terkena virus atau bakteri
yang biasanya ia dapat menahannya. Situasi ini disebut 'Opportunistic
Infection '. Yuuki telah terinfeksi oleh sesuatu yang dinamakan Pneumocystis Pneumonia
dan berakhir dirawat di rumah sakit ini, dan itu terjadi sekitar 3.5
tahun yang lalu. Yuuki tetap berpikir positif. Dia selalu terseyum
setiap harinya, dan berkata ‘Aku tidak akan kalah dengan penyakit ini’.
Dia tidak pernah mengeluh bahkan saat pemeriksaan yang menyakitkan.
Tetapi...”
Setelah berhenti sebentar, dokter itu terlihat mulai bergerak
"Baik
itu di dalam rumah sakit atau di dalam tubuh pasien, ada banyak bakteri
dan virus. Ketika virus AIDS aktif, kita hanya bisa melanjutkan untuk
merawat gejala-gejala yang muncul karena 'Opportunistic Infection'.
Setelah pneumonia, tenggorokan Yuuki-kun telah terinfeksi oleh jamur
candida—Pada
saat ini, masyarakat dihebohkan oleh insiden Nerve Gear, dan terjadi
sebuah keributan besar. Pada saat itu sampai ada diskusi untuk menyegel
teknologi FullDive secara penuh. Namun, negara dan berberapa pengembang
menyelesaikan penelitian Nerve Gear untuk pengobatan medis… Alat
Medicuboid eksperimental pertama selesai pada saat ini. Juga, mereka
memindahkan alat itu ke rumah sakit ini dan memulai pengujian secara
klinis. Tetapi meskipun ini adalah sebuah eksperimen, asal dari mesin
itu adalah Nerve Gear yang menakutkan, dan tak ada yang tahu apa yang
akan terjadi pada otak jika kita memperbanyak densinitas output impuls
listrik untuk waktu yang lama. Jadi, dalam keadaan ini sulit untuk
menemukan relawan yang ingin membantu eksperimen ini. Ketika aku
mengetahui ini… Aku menawarkan sesuatu kepada Yuuki-kun dan
keluarganya…"
Asuna kembali menunggu untuk dokter melanjutkan
saat ia memandang Yuuki di atas kasur dengan benda berbentuk kubus
berwarna putih yang terlihat seperti menelan kepalanya.
Di
bagian tengah kepalanya mati rasa karena dingin, tapi pikiran Asuna
sedang berpikir bagaimana cara mencegah diri dari kenyataan ini .
Dari
wujud dari pengembangan awal, Medicuboid kemungkinan bukan kelanjutan
dari AmuSphere, tapi sebuah ekstensi dari Nerve Gear. Asuna sudah
terbiasa menggunakan AmuSphere, namun ia dapat membayangkan perasaan
murni dari dunia virtual yang diciptakan dengan Nerve Gear. AmuSphere
adalah sebuah mesin yang memiliki tiga, empat kali sistem keamaanan
sejak insiden SAO, tapi dunia virtual yang dibuat sungguh tak bisa
dibandingkan dengan generasi pertama dalam kualitas.
Medicuboid
dipasang dengan jumlah pembangkit impuls lebih banyak dibandingkan
dengan Nerve Gear, dan dapat menghilangkan rasa dari tubuh secara penuh,
dan bahkan memiliki CPU dengan kecepatan proses yang melebihi
AmuShphere—dalam arti lain, apakah kemampuan luar biasa Yuuki di Alfheim
karena kecepatan proses mein ini yang luar biasa?
Asuna
memiliki ide ini untuk sementara, namun ia segera menolak gagasan
tersebut. Sword skill Yuuki yang luar biasa telah melebihi batas
spesifikasi mesin yang dapat ditampilkan. Dalam hal bakat dalam
pertempuran, kemampuan Yuuki mampu menyamai Kirito, dan mungkin bisa
melawannya.
Sejauh yang Asuna ketahui, alasan mengapa Kirito
menjadi sangat kuat karena ia menghabiskan waktu lebih banyak di garis
depan dari siapapun dalam dua tahun terkurung di dalam SAO. Jika itu
alasannya, sudah berapa lamakah Yuuki berada di dunia yang diciptakan
oleh Medicuboid—
"Seperti yang bisa kau lihat disini, Medicuboid merupakan mesin yang sensitif."
Dokter Kurahashi, yang terdiam sejenak, mulai berbicara lagi,
"Seperti
yang bisa kau lihat disini, mesin percobaan Medicuboid butuh banyak
perawatan. Dalam arti lain, mesin itu harus berada di tempat yang bebas
dari debu, bakteri, dan virus. Ketika pasien bersedia untuk masuk ke
ruangan steril, risiko dari infeksi dapat turun dengan drastis. Karena
inilah aku menyarankan Yuuki dan keluarganya untuk menerima eksperimen
ini."
"…"
"Namun, bahkan sampai sekarang, Aku masih
bertanya-tanya apakah ini merupakan hal yang terbaik untuk Yuuki. Ketika
mengobati AIDS, «QOL»—Kualitas
Hidup merupakan sesuatu yang sangat penting. Dokter harus
mempertimbangkan tentang bagaimana caranya untuk meningkatkan dan
memaksimalkan gaya hidup pasien ketika melakukan pengobatan. Dari
pengertian itu, relawan yang menerima eksperimen ini kualitas hidupnya
tidak akan bisa dianggap baik. Dia tak bisa meninggalkan ruangan steril,
dan tak bisa berinteraksi dengan siapapun. Usulanku sangat membuat
Yuuki dan orang-tuanya merasa terganggu. Namun, ini mungkin karena
ekspektasi dari dunia virtual yang tak iakenal ini yang membuat Yuuki
memutuskan ini…dia setuju untuk berperan dalam eksperimen ini dan masuk
ke ruangan ini. Setelah itu, Yuuki tinggal di Medicuboid ini sepanjang
waktu."¬
“maksudmu... selama ini?”
"Seperti yang aku
katakan.Yuuki-kun hampir tak pernah kembali ke dunia nyata. Atau bisa
dibilang, dia tak bisa. Selama perawatan di rumah sakit, kami
menggunakan morphine untuk memperingan rasa sakit pasien. Untuk
Yuuki-kun, kami menggunakan fungsi penghilangan rasa dari Medicuboid
untuk mengganti morphine…dia telah berpetualang di segala macam dunia
virtual, selain berberapa jam sehari dimana data dikumpulkan. Tentu, aku
berbincang dengannya di dunia itu."
"Dalam kata lain…dia dive selama 24 jam sehari…? Sudah berapa lamakah itu…?"
“Sekitar tiga tahun”
Sesaat setelah jawaban dokter yang sederhana itu, Asuna seketika tidak bisa bicara apapun.
Sebelumnya,
Asuna berpikir bahwa pengguna AmuSphere di dunia, yang paling memiliki
pengalaman adalah pemain lama SAO, termasuk dia. Namun sekarang ia tahu
kalau ia salah. Gadis yang berbaring di depannya merupakan penjelajah
virtual asli di dunia. Inilah alasan mengapa Yuuki begitu kuat.
—Kamu
sudah dari dulu menjadi penduduk dunia ini? Kirito pernah menanyakan
ini kepada Yuuki. Dia pasti merasa jika Yuki memiliki kesamaan dengannya
di berbagai aspek saat pertempuran singkat mereka.
Asuna
menyadari bahwa keyakinan mulai menyebar di dalam tubuhnya. Itu seakan
ia berdiri di depan seorang pendekar pedang yang jauh melampaui dirinya,
menawarkan sebuah pedang tercinta kepada pendekar pedang ini. Dia
merasakan ini ketika ia menutup matanya, dan lalu merendahkan kepalanya.
Setelah beberapa saat keheningan, Asuna melihat kembali ke Dokter Kurahashi
“Terima
kasih telah memperbolehkan aku melihat Yuuki, dia pasti akan baik-baik
saja jika ia tetap disini bukan? Dia bisa melanjutkan petualangannya
melalui dunia itu bukan...?”
Tetapi, dokter tidak langsung
menjawab pertanyaan Asuna. Dia duduk di kursi di depan panel kontrol,
tangannya diletakan bersama di lututnya, dan kemudian menatap Asuna
dengan ekspresi yang stabil.
Walaupun ia berapa di ruangan yang
steril, tidaklah mungkin untuk menghilangkan bakteri dan virus yang ada
di tubuhnya. Dengan melemahnya sistem pertahanan tubuh, mereka akan
terus berkembang biak. Sekarang, Yuuki telah terinfeksi oleh
Cytomegalovirus dan Non-tuberculous Mycobacteria,
dan dia hampir kehilangan seluruh penglihatannya. Radang otak yang
disebabkan oleh HIV semakin buruk, dan kupikir ia mungkin tidak akan
bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.
"…"
"Dia telah
terinfeksi HIV selama 15 tahun…AIDS-nya muncul 3,5 tahun yang lalu.
Sekarang, Yuuki-kun berada di kondisi terminal. Dia dengan jelas
mengetahui ini. Aku mengira kamu seharusnya mengetahui mengapa ia
menghilang darimu."
"Bagaimana mungkin…bagaimana itu mungkin…"
Asuna
melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya sedikit. Namun, ia tak
bisa mengabaikan apa yang telah ia dengar dengan telinganya tadi.
Yuuki
selalu ragu apakah ia sebaiknya bersama Asuna. Salah satu alasan ia
melakukan itu karena ia sangat menyayangi Asuna. Dia melakukan ini untuk
menghindari Asuna merasa kesakitan di hari Yuuki harus pergi. Tidak,
Ini tidak hanya dia. Itu karena Shiune dan anggota Sleeping Knights
mengerti yang sebenarnya jika mereka semestinya bertindak sebagai sebuah
grup misterius.
Namun, Asuna tak pernah memperhatikan itu, dan
tak pernah mencoba untuk berpikir tentang itu. Dia hanya terus
menimbulkan rasa sakit lebih kepada Yuuki. Saat mengingat air mata yang
diteteskan Yuuki sebelum ia ter-log out dari Black Iron Palace, Asuna merasa hatinya sakit.
Pada saat ini, Asuna berpikir tentang sesuatu, dan ia segera melihat ke dokter.
"Lalu…dokter, apakah Yuuki memiliki kakak kandung…?"
Ditanyakan
ini, dokter ini mengkerutkan dahi seperti ia dikejutkan oleh pernyataan
ini, dan ragu untuk berberapa saat, sebelum menganggukan kepalanya.
"—Ini
bukan tentang Yuuki-kun, jadi aku tak menyebutkan ini…ya, dia memiliki
kakak kandung kembar. Ini dikarenakan operasi sesar di permulaan yang
menyebabkan tragedi ini."
Dokter itu terlihat sedang mencari-cari di dalam ingatnya saat ia berbicara,
"Kakaknya
bernama Aiko, dan ia berada di rumah sakit ini juga. Kedua saudara
kembarnya tak begitu mirip…kakak tertuanya selalu tersenyum, diam-diam
melindungi Yuuki-kun yang giat dan lincah. Oh ya…penampilanya agak
menyerupai kamu…"
Mengapa menggunakan kata lampau? Asuna
berbisik di dalam hatinya dan menatap kepada dokter. Dan dokter itu
sepertinya mendengar suara di dalam hati Asuna sebagaimana ia
menambahkan,
“Orang tua Yuuki-kun meninggal 2 tahun yang lalu, dan saudara perempuannya meninggal 1 tahun yang lalu.”
Apa yang dia pikir dia harus pahami ternyata sudah tidak berarti lagi
Di
dunia itu, Asuna telah melihat banyak peristiwa orang sekarat, dan ia
sendiri berada di pinggir garis kematian. Dengan demikian, dia merasa
jika ia telah mengerti apa arti hidup dan mati. Dia tahu bahwa ia tak
bisa merubah fakta yang terjadi di depannya walaupun ia telah bersusah
payah.
Dia hanya mengetahui Yuuki untuk berberapa hari, namun
setelah mengetahui masa lalunya dan kondisinya sekarang, Asuna masih tak
sanggup menerima fakta ini, dan hanya bisa menyenderkan badannya pada
kaca tebal di depannya. Arti dari istilah realita dan arti pentingnya
tampaknya menjadi kabur, bahkan pada akhirnya menghilang sepenuhnya.
Asuna menundukan kepalanya dan meletakan dahi nya ke permukaan es yang
dingin.
Aku telah berusaha dengan keras, jadi apa salahnya jika
aku menginnginkan sebuah kebahagiaan kecil? Asuna selalu berpikir
seperti ini, yang merupakan sebab mengapa ia takut akan perubahan, tidak
berani berdebat dengan yang lainnya, dan hanya bisa mencari
alasan-alasan untuk menutupi sifat pengecut dan keheningannya.
Namun,
Yuuki telah melawan penyakitnya sejak ia dilahirkan. Dia mencoba untuk
menentang realita kejam ini yang mencoba mengambil segala sesuatu dari
dirinya. Walau ia sudah tahu akhir sudah dekat dengannya, dia masih bisa menampakkan sebuah senyuman yang indah.
Asuna
menutup matanya keras dan berteriak ke Yuuki, yang sedang
berjalan-jalan di dunia khusus yang jauh, dari hatinya yang dalam.
—Biarkan aku melihatmu. Sekali saja.
Saat
ini, setelah mereka bertemu, mereka berdua harus melanjutkan berbicara
untuk waktu yang lama. Yuuki mengatakan bahwa berberapa hal harus
diselesaikan dengan cara memaksa agar party lain mengerti. Jika ia tidak
bisa mengalahkan sisi kelemahannya dan dan segala permasalahannya untuk
berbicara dengan Yuuki, tak perlu keduanya untuk berbicara.
Asuna
akhirnya merasakan cairan hangat keluar dari kedua matanya. Dia menaruh
tangan kanannya di kaca dan merabanya, seperti ia sedang mencari
sesuatu sentuhan dari permukaan yang licin itu.
Pada saat ini, sebuah suara lembut terdengar.
『Jangan menangis, Asuna.』
Asuna
dengan cepat menaikkan kepalanya dengan perasaan terkejut. Dia mengusap
butiran air matanya di bulu matanya dan membuka matanya, menatap Yuuki
yang berbaring di atas kasur. Tubuh mungil itu tak berpindah tempat,
masih berbaring di sana. Mesin yang menutupi wajah Yuuki tidak berubah
sama sekali. Namun, Asuna memperhatikan sebuah cahaya biru berkedip pada
sebuah monitor di balik kaca. Kata-kata di balik layar berbeda dengan
sebelumnya, menunjukkan kata-kata [user talking].
"Yuuki…?"
Asuna bergumam, dan lalu berbicara dengan suara bergetar yang tidak jelas,
“Yuuki?” Apa kau disana?”
Asuna langsung mendengar jawabannya. Sepertinya suara itu terdengar dari speaker yang terpasang di tembok.
『Un.
Ini melalui kamera, tapi aku bisa melihat mu, Asuna. Mengagumkan…kamu
melakukan seperti apa yang kamu lakukan di dalam game. Terima
kasih…untuk datang menemuiku.』
"…Yuuki…A…Aku…"
Asuna
ingin mengucapkan sesuatu, tetapi tak tahu apa yang harus ia ucapkan.
Kecemasan yang tidak dapat di jelaskan ini membuat dada Asuna terasa
tidak nyaman.
Tapi sebelum ia berbicara, suara itu keluar kembali dari atas kepala.
『Dokter, tolong izinkan Asuna untuk menggunakan ruangan sebelah.』
"Eh…"
Asuna
bingung dan melihat sekeliling untuk melihat Dokter Kurahashi yang
tampak serius saat dia tampak memikirkan tentang sesuatu. Namun, dia
langsung memberikan senyuman sigap yang membersihkan semuanya, dan
menganggukkan kepalanya sebelum ia berkata,
"Baiklah—disana ada
kursi yang biasanya aku gunakan untuk mengobrol dan sebuah AmuSphere.
Pintunya bisa dikunci dari dalam, namun mohon untuk tidak lebih dari 20
menit. Sesuai prosedur, aku tak akan menjelaskannya."
“A...aku mengerti.”
Asuna segera mengangguk, dan lalu melihat kembali ke gadis yang terbaring di Medicuboid. Suara Yuuki bergema kembali.
"Aplikasi ALO telah terpasang di dalamnya. Ketika kamu log in, kita akan bertemu di tempat kita pertama kali bertemu."
"Un... Aku mengerti. Tunggu sebentar, aku akan berada di sana."
Asuna
berkata dengan suara yang mantap, menunduk ke Dokter Kurahashi di
belakangnya, dan berputar. Dia mengambil beberapa langkah ke pintu yang
jauh di dalam ruang observasi dan mengangkat tangannya di pemindai.
Pintunya bergeser, dan Asuna segera masuk.
Apa yang berada
dibalik pintu itu adalah ruangan yang besarnya setengah dari ruangan
observasi. Disana terdapat dua kursi kulit hitam, dan sandaran kepala di
kedua sisi dengan bentuk cincin seperti helm yang familiar.
Asuna
buru-buru mengunci pintu, menaruh tasnya di lantai dan duduk di kursi
terdekar. Dia menggunakan tombol di penyangga tangan untuk mengatur
kemiringan kursinya, dan mengangkat AmuSphere-nya sebelum menggunakanya.
Dia mengambil nafas dalam, menekan tombol, dan sebuah sinar putih
muncul di depannya. Kesadaran Asuna telah menghilang dari dunia nyata.
Setelah terbangun sebagai seorang pengguna rapier, Asuna keluar dari
ruang tidur di rumah hutan sebelum indranya terbiasa dengan dunia VR.
Dia
mengepakkan sayapnya di udara untuk melayang, dan segera terbang keluar
jendela tanpa menyentuh lantai. Saat ini sedang subuh di Alfheim, dan
hutan lebat tertutupi oleh kabut putih.Dia berbelok di udara dan segera
bergerak dengan cepat, menembus kabut putih sebagaimana ia bergerak
ketika ia menembus pepohonan. Asuna menaruh tangannya dekat dengannya
dan terus bergegas menuju pusat.
Dia hanya menghabiskan waktu
kurang dari 3 menit untuk sampai di atas jalan utama. Lalu, Asuna
terbang lurus menju pusat dari plaza dan mendarat di depan pintu
transfer. Saat banyak pemain melihat Asuna dengan mata lebar, dia
berbelok dan berhenti tiba-tiba. Lalu ia lompat ke gerbang teleportasi
disaat ia berhenti.
"Transfer! Panareze!"
Pada saat ia
meneriakkan itu, sebuah cahaya putih kebiruan segera mengalir turun
seperti sebuah air terjun, mendorong Asuna ke atas.
Transfer
langsung selesai. Ketika ia keluar dari gerbang teleportasi, ia berada
di lantai 25 plaza sentral Panareze. Asuna menghentakkan kaki di lantai
batu di kanannya dan terbang menuju langit. Saat ini, dia terbang menuju
sebuah pulau di arah utara ibukota. Gadis yang terbang dengan kecepatan
tinggi itu terus meninggalkan berkas pada air yang bergetar.
Dalam
waktu singkat, ia melihat sebuah pohon besar. Dia merasa pertarungannya
di bawah pohon itu melawan «Absolute Sword» Yuuki sudah dari waktu yang
sangat lama. Pulau yang sangat dipenuhi itu bisa dibilang sunyi secara
total.
Asuna melambat sebagaimana ia berputar di sekitar pohon
dan bersiap untuk mendarat. Sebagaimana kabut tebal menutupi dibawah,
dia tak bisa melihat daratan.
Saat ia menginjak rumput yang
tertutup embun, dia mulai melihat keadaan sekitar. Barangkali cahaya
hari itu tak cukup sampai Asuna hanya bisa melihat berberapa meter di
depannya. Merasa gelisah, Asuna hanya bisa bergerak di sekitar pepohonan
dengan cepat.
Saat ia berada setengah jalan dan sampai di sisi
timur pepohonan…cahaya akhirnya muncul dari luar, menyapu embun pagi
dengan segera. Asuna akhirnya menemukan orang yang ia cari melalui celah
di antara kabut putih.
Punggung Yuuki menghadap Asuna, dan
rambutnya yang berwarna ungu tua. Pada saat ini, Asuna hanya bisa
menahan nafasnya dan melihat ini. Perempuan itu tiba-tiba melihat
sekeliling dan menatap Asuna dengan mata yang berwarna seperti permata.
Bibir yang berwarna terang itu memperlihatkan senyum yang lemah, seperti
salju.
"—Untuk berberapa alasan, aku hanya merasa jika Asuna
akan mencoba untuk mencariku di dunia nyata. Aku tak memberitahumu
apapun, dan itu tidak mungkin terjadi."
Setelah mengumamkan kata-kata seperti ini, Yuuki tersenyum lagi,
"Tapi kamu masih tetap datang, Asuna. Jarang untuk firasatku menjadi kenyataan, namun aku sengat senang…"
Mereka
tidak bertemu untuk hanya berberapa hari, tapi rasanya postur berdiri
Yuuki memiliki sedikit perasaan yang transparan. Ini membuat Asuna
merasa sesak di dada, sebagaimana ia terlihat seperti ketakutan,
bertanya-tanya apakah gadis di depannya hanya sebuah ilusi, seiring ia
berjalan perlahan-lahan, langkah demi langkah.
Jari Asuna
akhirnya menyentuh Yuuki di pundak kirinya. Dia segera tidak bisa
menahan dorongan untuk memerika suhu tubuh Yuuki saat ia diam-diam
memeluknya dengan kedua tangannya.
Yuuki tidak terlihat panik
sama sekali saat dia bersandar di bahu Asuna seperti rumput yang tertiup
angin. Dia masih memakai baju pelindungnya tetapi tubuh Yuuki tetap
memberikan kehangatan yang cukup membuat hati seseorang tergerak.
Perasaan ini lebih dari nilai yang impuls elektronik dapat tentukan.
Asuna menghela nafas dan menutup matanya
“…Ketika nee-chan memelukku, wanginya seperti ini juga. Itu adalah wangi dari matahari.”
Yuuki, yang beristirahat di tubuh Asuna, bergumam.
Pada saat ini, Asuna akhirnya mengucapkan kata pertamanya dari bibir yang bergetar itu.
“Aiko...? Saudara mu bermain VRMMOs juga?”
"Un.
Rumah sakit ini memperbolehkan orang-orang menggunakan AmuSphere di
ruangan biasa. Nee-chan merupakan pemimpin pertama Sleeping Knights. Dia
lebih kuat daripada aku…"
Asuna merasakan dahi Yuuki bersandar
keras di bahunya, dan dia mengangkat tangan kanannya untuk membelai
rambut halus dari kurcaci hitam itu. Yuuki terdiam untuk sesaat, namun
segera rileks, dan kemudian melanjutkan,
"Awalnya, ada 9 anggota
Sleeping Knights, tapi termasuk Nee-chan, 3 orang telah hilang…lalu aku
berdiskusi dengan Shiune dan yang lainnya untuk membubarkan guild
ketika ada orang yang hilang lagi. Sebelumnya, kami ingin membuat suatu
kenangan indah bersama…untuk berbincang tentang sebuah pertualangan yang
kami harap dapat membuat Nee-chan bangga…"
"…"
"Tempat
yang kita temu adalah sebuah jaringan medis bernama «Serene Garden»,
sebuah rumah sakit virtual. Walau ketika penyakit kita berbeda, dalam
arti luas, kita adalah orang yang berada dalam keadaan yang sama. Kami
dapat berbincang dengan yang lainnya di dunia VR, bermain games, dan
menikmati hidup senikmat mungkin sampai akhir…ini adalah maksud di balik
operasi ini."
Setelah mendengar kata-kata Dokter Kurahashi saat
dia masuk ke rumah sakit, hati Asuna merasa jika Sleeping Knights,
termasuk Yuuki, bisa menjadi kuat, giat dan tenang karena mereka berada
di satu perahu <ref=”perahu”>yang dimaksud mungkin “satu
tanggungan” atau “satu penderitaan” ataupun “satu kondisi”</ref>.
Meskipun
dia telah mempunyai pikiran semacam itu, kata-kata Yuuki tetap membani
pikiran Asuna. Seyum keceriaan Shiune, Jun, Tecchi, Nori, dan Taruken
terlintas di pikirannya.
"Maaf untuk tidak memberitahumu yang
sebenarnya, Asuna.Alasan mengapa Sleeping Knights dibubarkan di musim
semi bukanlah karena semuanya mulai sibuk dan tak mau bermain games,
tetapi kami berdua sudah dinyatakan untuk tidak dapat bertahan hidup
sampai Maret lalu. Jadi... itu sebabnya kami berharap dapat menciptakan
kenangan terakhir kami di dunia yang indah itu. Kami ingin meninggalkan
bukti bahwa kami pernah berada di sini”
Suara Yuuki terdengar bergetar. Namun, Asuna hanya bisa mengerahkan kekuatan sedikit lebih ke dalam pelukannya Yuuki.
"Namun,
serangan kami tidak sukses...semuanya mendiskusikan itu dan memutuskan
untuk mencari seseorang untuk membantu . Sesungguhnya, beberapa dari
kita sebenarnya keberatan untuk itu. Setelah orang itu tahu masalah
kita, kita akan terganggu, dan akan ada kenangan buruk yang tertinggal.
Akhirnya, ini benar-benar terjadi…maaf…aku sangat meminta maaf Asuna.
Jika mungkin…mohon lupakan tentang kita…"
“Apa yang bisa aku lakukan?”
Setelah menjawab, Asuna memalingkan wajahnya ke Yuuki
"Aku
tak pernah merasa terganggu, dan aku tidak pernah berpikir bahwa itu
adalah mimpi buruk. dapat bertemu kalian, dapat membantu kalian
mengalahkan boss, aku sangat senang. Dan sekarang aku ingin bergabung
dengan Sleeping Knights!"
"…Ahh…"
Yuuki bernafas dan tubuhnya tersentak untuk sementara.
“Aku
sangat senang bisa untuk datang ke dunia ini dan bertemu Asuna...
kata-kata darimu itu sudah cukup. Aku senang sekarang... Aku tidak
menyesal...”
"…"
Asuna menaruh kedua tangannya di pundak Yuuki dan pelan-pelan pergi menjauh sambil menatap mata yang berkaca-kaca itu.
Kau
masih punya banyak hal yang belum kau lakukan bukan? Ada banyak tempat
di Alfheim yang belum kau kunjungi…termasuk dunia VR yang lain, dunia
ini bisa dibilang tidak terbatas. Itu sebabnya kau tidak bisa bilang
bahwa kau sudah puas...”
Asuna dengan cemas memberi tahu Yuuki,
tapi dia hanya menunjukan ekspresi tertekan saat ia melihat tempat lain,
dan kemudian tersenyum.
”Selama tiga tahun ini, kita telah
melalui bermacam-macam pertualangan, di segala macam dunia. Aku berharap
bahwa halaman terakhir dalam hidup aku akan menjadi kenangan yang
dibuat bersama-sama dengan Asuna.”
“Tetapi... kau mempunyai banyak hal yang belum kau selesaikan dan tempat yang belum kau kunjungi, benar?”
Dia
merasa jika ia setuju dengan apa yang Yuuki katakan, gadis yang ada di
depannya ini akan mengilang dibalik kabut putih ini. Dengan demikian,
Asuna panik berusaha meyakinkannya. Pada saat ini, Yuuki memalingkan
matanya yang tengah melihat Asuna, dan menunjukan senyum nakal yang dia
tunjukan beberapa kali dalam serangan mereka dengan boss.
”Ya...jika memungkinkan, aku ingin melihat sekolah."
“Se...sekolah?”
"Aku
kadang-kadang pergi ke sekolah di dunia khayalan, tetapi aku selalu
merasa terlalu damai, indah, dan formal. Aku ingin kembali ke sekolah
nyata, dimana aku belajar."
Dia berkedip, dan tersenyum, sebelum mengerinyit kembali secara malu.
“Maaf, aku tahu ini tidak mungkin. Aku berterima kasih atas pemikiranmu, Asuna, tetapi aku benar-benar senang.
“Mungkin kau dapat benar-benar pergi.”
”Ha?”
Yuuki
terus berkedip dan menatap Asuna dengan serius. Asuna tetap memanggil
beberapa kenangan dalam pikirannya dan berbicara lagi,
“Mungkin kau benar-benar dapat pergi ke sekolah”
Bab 10
Hari berikutnya, 12 Januari, jam 12.50 siang, di ujung utara lantai 3 gedung sekolah ke-dua.
Di
ruangan komputer dimana suara aktifitas saat istirahat makan siang
terdengar sedikit, Asuna meluruskan punggungnya dan duduk di kursi.
Di pundak kanan blazer-nya, ada sebuh mesin berbentuk kubah dengan diameter 7cm yang ditahan dengan sebuah penyangga.
Dasarnya
terbuat dari potongan aluminium, dan kubahnya terbuat dari akrilik
transparan. Sebuah lensa terlihat di dalamnya. Di mesin itu terdapat dua
kabel yang terpasang di bawahnya. Salah satunya tersambung dengan
handphone Asuna di kantong blazernya, sedangkan satunya tersambung
dengan sebuah komputer.
Kazuto dan dua murid lainnya, yang menghadiri pelajaran mekatronika dengannya, sedang mengobrol seperti sedang mengucapkan mantra-mantra.
"Sudah ku katakan kalau gyroscope ini sangat sensitif. Jika kamu lebih mengutamakan kemampuan visualnya, kamu bisa mengatur parameternya di sini dan di sini."
"Tapi bukankah nanti akan lag jika ada gerakan tiba-tiba?"
"Kita Hanya Bisa menunggu pengoptimalan "program learning" untuk mendapat kan efek kan ,kazu."
"Apa kamu belum selesai, Kirito-kun? Istirahat makan siang hampir selesai!"
Asuna, yang terpaksa diam selama 30 menit, mengeluarkan suara cemas. Kazuto mengeluarkan suara ‘un’ dan mengangkat kepalanya.
"Settingan ini sudah cukup untuk sekarang. Erm, Yuuki-san, bisa mendengarku?"
Kazuto
tidak berbicara kepada Asuna, melainkan ke alat yang berbentuk kubah
itu. Di speaker mesin itu, suara bersemangat khas «Absolute Sword» Yuuki
keluar.
『Haii, Aku mendengarmu dengan jelas!』
"Okay, aku akan menyetel settingan sekitar visual. Jika penglihatannya telah jelas, bilang sesuatu."
『Ya, Aku mengerti.』
Alat
berbentuk kubah yang terletak di bahu Asuna, biasa disebut
«Double-sided Visual and Hearing message Probe», adalah ekspreimen kelas
Kazuto untuk meningkatkan kemampuan alat itu.
Mudahnya, alat
ini dapat disambungkan dengan AmuSphere dan jaringannya, membuat
hubungan audio dan visual langsung antara dunia asli dan dunia virtual.
Alat itu menggunakan lensa dan microphone probe tersebut untuk
mengumpulkan data, melewati HP Asuna menuju jaringan, dan lalu ke
Medicuboid di Rumah Sakit Umum Yokohama Utara, dan akhirnya diterima
Yuuki., yang sedang dive di dunia virtual khusus. Lensa itu dapat
bergerak dengan bebas di dalam alat yang berbentuk kubah sehingga
penglihatan Yuuki dapat melihat yang ia ingin lihat. Sekarang, Yuuki
sepertinya merasa jika ia sebesar 1/10 dari ukuran sebenarnya dan sedang
duduk di bahu Asuna.
Ketika Asuna mendengar Kirito menggerutu
tentang penelitian ini, dia langsung berpikir jika alat ini dapat
digunakan ketika ia mendengar Yuuki ingin sekolah.
Uiin. Alat
itu bersuara di bahu kanan ketika lensanya sedang diatur. Yuuki lalu
mengatakan ‘Aku melihatnya’ ketika lensa itu berhenti.
"Baiklah.
Lensa itu akan berkerja sekarang. Asuna, kami menambahan unit
stabilizer, namun cobalah untuk tidak melakukan sesuatu secara mendadak.
Jangan berteriak-teriak terlalu kencang juga. Dia dapat mendengarnya
jika suaranya dalam volume yang dapat didengar."
"Okay, aku mengerti~."
Asuna
menegakkan punggungnya ketika ia menjawab Kazuto, yang mengomel tentang
sesuatu yang perlu diingat sebelum berdiri. Dia melihat Kazuto mencolok
kabel ke PC dan segera berbisik ke alat yang dibahunya,
"Maaf, Yuuki. Aku ingin mengajakmu berkeliling sekolah, namun istirahat makan siang telah berakhir."
Suara Yuuki langsung keluar dari speaker mini.
『Tidak apa-apa. Aku bahkan lebih tertarik mendengarkan pelajaran mu!』
"Okay, mari ucapkan hai kepada guru untuk pelajaran berikutnya."
Setelah
melambaikan tangan ke Kazuto dan dua sahabatnya yang telah
menyelesaikan menyetel segalanya dalam waktu singkat dan kelihatannya
lelah, Asuna berjalan keluar dari lab komputer.
Dia melewati
koridor, menuruni tangga, dan melalui jembatan penghubung antara gedung
sekolah. Yuuki mulai bahagia ketika ia melihat segalanya, namun ia
langsung diam ketika mereka sampai di pintu bertuliskan 'Staff Room'.
"…Ada yang salah?"
『Erm…well, dulu Aku tak senang untuk datang ke ruangan staff…』
"Fufufu, jangan khawatir.Guru-guru disini tidak seperti itu."
Asuna tersenyum dan berbisik sebelum membuka pintu dengan cepat.
"Permisi!"
『Per, permisi!』
Dua
suara, satu kencang dan satunya lembut bergema di dalam ruangan pada
saat yang sama. Asuna lalu segera melewati berberapa baris meja.
Jam
pelajaran kelima ialah Bahasa Jepang, dan guru yang akan mengajar
adalah guru yang pernah mengepalai departemen di sebuah sekolah
independen. Dia pensiun, dah setelah itu, sebagai relawan datang di
sekolah yang di bentuk dengan mendadak. Dia hampir berumur 70 tahun,
namun mampu untuk mengoperasikan peralatan jaringan di sekolah ini, dan
Asuna suka dengan kebijakannya.
Karena ia tahu sifat alamiah
guru itu, Asuna merasa jika ia mungkin tak masalah untuk mendengarkan
Yuuki, namun ia masih gugup untuk menjelaskan semuanya. Guru dengan
rambut putih dan janggut itu mengambil secangkir teh ketika ia mendengar
penjelasan Asuna. Ketika ia telah selesai, guru itu mengangguk dan
mengatakan,
"Un, tidak apa-apa. Oh ya, siapa namamu?"
『Ah, Aku…Yuuki—Konno Yuuki.』
Mendengar jawaban yang berasal dari probe, guru itu terkejut, namun ia segera tersenyum dan mengatakan,
"Konno-san,
Jika kamu ingin, silahkan datang ke kelas. Kita akan memulai «Torokko»
oleh Akutagawa. Ini bisa menarik jika kamu mempelajarinya sampai akhir."
『Ya…ya, terima kasih banyak!』
Saat Yuuki dan Asuna
selesai berterima kasih kepada guru, bel untuk persiapan kelas berbunyi,
dan Asuna menunduk hormat untuk pamit. Saat mereka keluar dari ruang
staff, keduanya menghela nafas disaat yang sama.
Setelah saling melihat dan tersenyum, Asuna dengan cepat kembali ke kelasnya.
Ketika
ia kembali ke tempat duduknya, teman-temannya langsung bertanya tentang
alat yang berada di pundaknya. Asuna menjelaskan kalau Yuuki dirawat di
rumah sakit, dan ketika Yuuki berbicara, semuanya langsung mengerti.
Mereka mulai memperkenalkan dirinya masing-masing. Setelah mereka
selesai saling memperkenalkan diri, bel untuk kelas berbunyi, dan
seorang guru muncul di muka pintu.
Ketika petugas piket
memanggil untuk menyapa—lensa probe mulai bergerak ke atas dan ke
bawah—guru yang sampai di podium pertama mengusap jenggotnya dan memulai
pelajaran seperti biasa.
"Eh—dan sekarang, kita akan memulai
dari buku paket halaman 98, «Torokko» oleh Akutagawa Ryunosuke. Ini
adalah karya Akutagawa ketika ia berumur 30 tahun—"
Mengikuti
perintah guru, Asuna mengambil komputer tablet tipisnya, lalu menaruhnya
di depan Yuuki sehingga ia dapat melihatnya. Namun, kalimat selanjutnya
yang guru itu katakan hampir membuat Asuna menjatuhkan tablet PC-nya.
"—Lalu, mari seseorang membaca ini dari paragraf pertama. Konno Yuuki-san, bisakah kamu membaca bagian ini?"
"Ha?"
『Ya, ya?』
Asuna dan Yuuki mengeluarkan suara terkejut, dan kelas langsung menjadi ribut.
"Apakah ada masalah?"
Sebelum Asuna dapat menjawab pertanyaan guru itu, Yuuki telah menjawab dengan kencang,
『Ok, aku mengerti!』
Sepertinya
speaker di dalam probe itu ada alat yang mengatur volume, sebagaimana
ketika suara Yuuki dengan jelas mengisi setiap sudut kelas. Asuna segera
berdiri, mengankat PC tabletnya kedepan lensa probe, memiringkan
kepalanya ke kanan, dan berbisik,
"Yuuki…kamu, kamu bisa membaca ini?"
『Tentu. Aku senang membaca!』
Yuuki berhenti sejenak setelah menjawab, dan lalu mulai membacakan isi dari buku paket dengan suara semangat.
『…Pekerjaan peletakan rel sederhana antara Odawara dan Atami adalah…』
Asuna yang memegang komputer, menutup matanya untuk fokus ketika Yuuki membaca bagian dengan irama.
Layar
di hati Asuna dengan jelas menampilkan Yuuki, yang menggunakan seragam
mirip dengannya, berdiri tepat di sebelahnya. Asuna yakin bahwa suatu
hari, mimpi ini bisa menjadi nyata. Perawatan medis berkembang setiap
tahunnya. Di masa depan, mereka mungkin dapat menemukan obat untuk
menyembuhkan HIV secara total, dan Yuuki dapat kembali ke dunia nyata.
Di saat itu, dia pasti sedang menggengam tangan aslinya dan mengenalkan
area sekolah dan jalan disekitarnya. Setelah sekolah, mereka pergi ke
restauran cepat saji, memakan hamburger dan berbincang-bincang.
Asuna
diam-diam menyeka air matanya agar Yuuki tak tahu. Yuuki terus membaca
bagian bacaan yang berasal dari abad lalu, dan guru tak pernah
menyuruhnya untuk berhenti. Sekolah siang itu menjadi sepi secara tak
normal, dan sepertinya satu sekolah sedang mendengarnya.
Yuuki
lalu terus mengkuti pelajaran sampai pelajaran ke-enam, dan Asuna
memperkenalkan area sekolah kepadanya sesuai yang dijanjikan. Tak
disangka, bereberapa teman sekelasnya mengikuti, dan semuanya berusaha
untuk berbicara kepada Yuuki.
Pada akhirnya, keduanya akhirnya sendirian, dan saat Asuna duduk di bangku taman, langit berubah warna menjadi jingga.
『Asuna…terima kasih banyak untuk hari ini. Aku senang… Aku tak akan melupakan hari ini.』
Yuuki tiba-tiba berbicara dengan nada serius, dan Asuna dengan insting menjawab dengan nada gembira,
"Apa
yang kamu bilang? Bukannya para guru mengatakan jika kamu bisa datang
setiap hari? Bahasa Jepang pada jam pelajaran ketiga besok. Kamu tak
bisa telat! Ngomong-ngomong…well, apakah kamu ingin mengunjungi suatu
tempat? Kemanapun tak masalah, selain ruangan kepala sekolah."
Yuuki tertawa kecil, dan lalu diam. Setelah berberapa saat, dia dengan malu berkata,
『Well...aku mempunyai tempat untuk dikunjungi...』
”Dimana?”
『Bolehkah ke suatu tempat diluar sekolah?』
"Eh…"
Asuna
tak bisa apa-apa kecuali diam. Dia merenung sesaat, namun memutuskan
jika batere dari probe masih cukup, dan Yuuki bisa melihat semasa
terminal handheld tersambung dengan jaringan.
"Un, tak masalah. Tak masalah jika antena handheld dapat menjangkau tempat itu."
『Benarkah? Tempat itu…sedikit jauh…aku ingin kamu membawaku ke Hodogaya di Yokohama, sebuah tempat bernama Tsukimidai.』
Dari sekolah, Asuna dan Yuuki menaiki jalur pusat dari Tokyo Barat menuju Hodogaya, Yokohama.
Mereka
sebenarnya tak saling berbisik, namun ketika mereka di jalan, Asuna
mengabaikan tatapan sekitar dan melanjutkan berbicara melalui probe dua
arah di pundaknya. Yuuki tak pernah mengira jika jalanan akan berubah
begitu pesat selama 3 tahun ia dirawat di rumah sakit, sehingga Asuna
menjelaskan kepadanya setiap kali ada sesuatu yang menarik.
Sebagaimana
mereka terus berjalan dan berhenti, jam besar di tengah-tengah stasiun
kereta api menunjukkan lewat pukul 5.30 sore ketika mereka turun di
Stasiun Hoshikawa.
Mereka melihat langit yang berubah warna dari
merah padam menjadi ungu gelap, dan Asuna menghela nafas dalam. Mungkin
itu karena ada banyak hutan di daerah ini yang menyebabkan udara dingin
disini berbeda dengan yang di Tokyo.
"Jalan ini sangat indah, Yuuki. Langit terlihat luas."
Yuuki mengatakannya dengan suara yang bersemangat, tetapi dengan nada yang malu,
『Un…maaf, Asuna. Permintaanku membuat kamu pulang terlambat, apa kamu tak apa-apa Asuna?』
“Tidak apa-apa! Sudah biasa untuk ku pulang ke rumah terlambat”
Dia
secara insting mengatakan itu, namun faktanya, Asuna sangat ingin untuk
pulang ke rumah sebelum makan malam hampir di setiap waktu. Itu karena
ibunya akan tidak senang jika ia tak melakukan seperti itu. Namun, ia
merasa jika itu tak masalah walau jika ia pulang ke rumah dan diomeli
ibunya. Sejauh yang diharapkan Yuuki, dan batere dari probe cukup, tak
masalah seberapa jauhpun dia akan pergi.
“Aku akan mengirim pesan”
Asuna
mengatakan dalam nada masa bodoh, dan kemudian mengambil handpohonenya.
Dia lalu mengirim pesan ke komputernya di rumah ketika sedang
terkoneksi dengan probe, mengatakan jika ia akan pulang rumah terlambat.
Ibunya sepertinya akan mengirim sebuah pesan kepadanya karena
mengabaikan jam malam dan bahkan berberapa kali ingin meneleponnya
secara langsung, tapi jika telepon terkoneksi dengan net, telepon
tersebut sepertinya akan dikirim ke pesan suara.
"Semua sudah beres. Sekarang, kau ingin kemana, Yuuki?”
『Belok ke kiri dari di depan stasiun, lalu belok kanan di lampu merah ke dua
”Nn, baiklah.”
Asuna
mengangguk, dan lalu mulai bergerak ke depan. Dengan Yuuki memimpin di
depan, dia pergi melewati sebuah pasar kecil di depan stasiun.
Yuuki
akan mengatakan beberapa kata, seperti ia terkenang sesuatu, saat
mereka berjalan melewati toko roti,toko ikan,kantor pos,atau di depan
kuil.Segera,mereka tiba di sebuah area perumahan.Yuuki mendesah ketika
ia melihat sebuah rumah yang terdapat rumah anjing besar dan pohon
kamfer besar.
Jadi,walaupun Yuuki tak mengatakannya,Asuna paham
bahwa jalan ini adalan jalan menuju tempat tinggalnya dulu.Dan tepat di
depan mereka adalah— 『…Setelah belok kanan,berhentilah di depan rumah
bercat putih…』
Asuna sadar.Suara Yuuki mulai gemetar ketika ia
mengatakan hal itu.Setelah melewati taman yang terdapat barisan pohon
poplar gundul dan berbelok ke kanan,Ia langsung melihat bungalow
berlantai keramik putih di sisi kiri pandangannya.
Setelah berjalan beberapa langkah ke depan,Asuna berhenti di depan sebuah pagar perunggu.
『....』
Di
pundaknya,Yuuki mendesah panjang.Asuna dengan sengaja menggapaikan
jari-jari tangannya dibawah probe alumunium,dan berbisik pada Yuuki,
" Itu...rumah Yuuki,kan? "
『Un…Aku
bahkan tak pernah berpikir bahwa aku akan bisa melihat rumah ini lagi…』
Rumah ini memiliki dinding putih dan atap hijau yang terlihat jelas
lebih kecil jika dibandingkn dengan rumah-rumah di sekitarnya,namun
rumah ini memiliki halaman yang luas.Terdapat meja kursi kayu berwana
putih di rerumputan, terdapat sebuah petak bunga yang dikelilingi dengan
batu bata merah jauh di dalam taman.
Walaupun
begitu,sekarang,warna putih dari meja kayu telah memudar karena terkikis
angin,dan yang masih tertinggal dari petak bunga tersebut hanyalah
tanah hitam yang kering.Jendela-jendela di semua sisi rumah
memperlihatkan kehangatan dan kenyaman dari sebuah keluarga yang
rukun,tetapi jendela-jendela di rumah putih itu menurunkan tirai anti
hujannya.Terlihat seperti tak ada orang yang tinggal di dalam rumah itu.
Walaupun begitu,ini sudah bisa ditebak.Dari orang tua dan dua anak
perempuannya yang pernah hidup bersama di rumah ini,yang tersisa hanya
satu orang.Sekarang,orang terakhir itu pun berada di ruangan kedap
udara,terbaring di tempat tidur dengan dikelilingi oleh banyak mesin,tak
bisa meninggalkan tempat itu.
Rumah itu terlihat ungu kelam
ternaungi sinar terakhir cahaya matahari.Asuna dan Yuuki hanya menatap
ke rumah itu.Beberapa saat kemudian,Yuuki berbisik,
『Terima kasih Asuna. Terima kasih sudah membawaku ke tempat jauh seperti ini...』
"Kamu mau melihat ke dalam? "
Pastinya
akan jadi runyam jika ada orang lewat yang melihat ini,namun Asuna
masih menanyakannya.Yuuki sendiri hanya mengelengkan lensanya ke kiri
dan ke kanan.
『Tidak, tak usah. Yah...kita harus kembali sekarang ,kalau tidak kita akan sedikit terlambat, Asuna.』
"Ini masih terlalu cepat...kita masih bisa disini sedikit lebih lama. "
Asuna
segera menjawab seperti itu dan berbalik untuk melihat keadaan di
belakangnya.Yang ada dibalik jalan kecil yang panjang itu adalah
taman,dan di luar taman,ada dinding pepohonan dengan bebatuan sebagai
alasnya.
Asuna berjalan menyeberangi jalan dan duduk di tembok
batu yang tingginya selutut.Bagian depan probe dapat mengambil gambar
dari rumah kecil yang terbengkalai itu.Dari sini,mata Yuuki harusnya
bisa melihat seluruh rumah dan tamannya.
『Kami hanya tinggal
disini kurang dari setahun…walaupun begitu,hari-hari yang kuhabiskan
disini,aku mengingatnya semua. Sebelumnya kami tinggal di sebuah
apartemen,jadi aku sangat senang ketika tahu bahwa disini kami mempunyai
sebuah taman. Mama takut kalau kami akan terinfeksi oleh komplikasi
penyakit,tapi aku dan nee-chan terkadang berlarian di taman ini.Kami
memanggang daging di depan bangku itu,dan terkadang membuat rak buku
bersama ayah.Kami sangat bahagia waktu itu …』
"Hebat sekali.Aku belum pernah melakukan hal-hal seperti itu sebelumnya."
Rumah
Asuna mempunyai taman yang bisa dibilang sangat luas,tapi dia tak
pernah ingat pernah bermain disana dengan orang tuan dan juga kakak
laki-lakinya.Dia selalu bermain rumah-rumahan atau menggambar
sendirian.Karenanya,memori tentang keluarga yang Yuuki ceritakan begitu
mennggema dalam hatinya.
『Jadi,ayo kita adakan pesta BBQ di rumahmu di lantai 22 lain kali.』
"Un!...jadi,ini janji.Aku akan mengundang teman-temanku,Shiune dan yang lainnya…"
『Wa, Jadi aku harus membuat membuat banyak daging panggang.Jun dan Thatch benar-benar doyan makan』
"Serius? Mereka kelihatannya nggak begitu! "
Mereka berdua tertawa,dan kemudian,mereka kembali memandangi rumah Yuuki.
『Sekarang...Sanak saudaraku sedang mendebatkan rumah ini.』
Yuuki
menggumamkan hal itu dengan suara yang terdengar sedikit kesepian. "Apa
maksudmu dengan mereka begitu memperdebatkan rumah ini...?"
『Seperti
apakah mereka harus merobohkannya,membangunnya lagi menjadi toko serba
ada mengubahnya menjadi lahan kosong,menjualnya,atau menyewakannya
secara langsung…semua orang punya sarannya masing-masing.Sebelum
itu,bahkan kakak perempuan Papa pernah dive untuk menemuiku.Dia tahu
bahwa aku sakit,jadi dia menghindariku di dunia nyata...namun dia
dive...dan menyuruhku untuk menulis surat wasiat…』
"...."
Mendengarnya,Asuna tak bisa apa-apa kecuali menghela nafas.
『Ah,maaf. Aku seharusnya tidak menggerutukan tentang hal-hal seperti itu kepadamu secara sembarangan.』
"Itu...itu tak apa-apa---katakan saja,biarkan itu semua keluar sampai kau merasa enakan."
Asuna akhirnya mengatakannya dengan suara kalem.Mendengar itu,Yuuki menggunakan probe untuk mengangguk.
『Akan
kulanjutkan.Akhirnya... Aku katakan padanya begini.Di dunia nyata,aku
tak bisa memegang pena atau stempel,jadi bagaimana bisa aku menulis
surat wasiat?Akhirnya bibi hanya bisa terkejut dan terdiam membisu.』
Fufufu,Yuuki tertawa kecil karena itu.Asuna membalasnya dengan senyum.
『Dan
kemudian,Aku memintanya untuk menjaga rumah ini.Untuk biaya
perbaikannya,warisan Papa pasti cukup untuk menutupinya sekitar 10
tahun.Tapi...kupikir ini saja tak akan cukup.Aku menduga rumah ini pasti
akan dirobohkan.Jadi,Aku ingin melihat rumah ini sebelum itu semua
terjadi…』
Yuuki mungkin menggunakan lensa pada probe untuk
memperbesar beberapa bagian dari rumah saat telinga kanan Asuna
mendengar device pengatur tata letak tampilan mengeluarkan suara
kecil.Mendengar suara Yuuki,Asuna yang merasakan perasaan yang campur
aduk,mengatakan sesuatu yang ingin dikatakannya.
"Maka...lakukanlah."
『Eh...?』
"Usiamu
15 tahun,kan,Yuuki?Saat usiamu sudah 16 tahun,menikahlah dengan
seseorang yang kau sukai.Orang itu bisa terus melindungi rumah ini
untukmu...."
Saat ia mengatakan itu,Asuna tersadar kalau ia
mengatakan sesuatu yang salah.Jika Yuuki benar-benar menyukai
seseorang,orang itu pastinya adalah salah satu anggota laki-laki
Sleeping Knight.Dan orang ini juga sedang bertarung melawan penyakit
yang sulit untuk disembuhkan,orang lain pasti pernah mengatakan padanya
bahwa dia hanya punya beberapa bulan lagi untuk hidup.Jika begitu,bahkan
jika Yuuki menikah,situasinya tak akan banyak berubah,dan malahan akan
bertambah rumit.Disamping itu,seseorang harus mempertimbangkan situasi
dan perasaan anggota yang lain jika itu menyangkut sebuah pernikahan....
Tapi setelah beberapa saat terdiam,ahahahahahaha,Yuuki mulai tertawa.
『Ahahaha,
A, Asuna,kamu luar biasa! Aku tahu.Aku tak pernah memikirkan hal itu.
U~n mungkin itu ide yang bagus.Jika itu untuk sertifikat pernikahan,aku
mungkin akan mencoba menulisnya—tapi sayangnya aku tak punya pasangan
(jodoh)~』 Asuna meringis dan bertany pada Yuuki yang masih tertawa,
"Ja,jadi begitu...?Aku perhatikan kalau kamu dan Jun punya hubungan yang baik. "
『Ah,tidak,tidak.Dia masih anak-anak! Oh ya...emm...』
Yuuki tiba-tiba berkata dengan nada jahil,
『Asuna...maukah kamu menikah denganku?』
"Eh..."
『Ah,tapi kamu harus mengikuti marga keluargaku kalau begitu, Asuna, kalau tidak namaku akan menjadi Yuuki Yuuki.』
Fufufufu
ketika Yuuki tertawa,Asuna hanya dapat memutar bola matanya dengan
bingung.Tiap tahun,media pemberitaan akan melaporkan bahwa Jepang telah
siap menerima pernikahan sejenis secara hukum seperti di Amerika,tapi
hingga sekarang belun ada undang-undang yang menjelaskan hal
tersebut---setelah mendengar hal itu Asuna langsung gemetar,dan Yuuki
cekikikan dengan senang sekali lagi,
『Maaf maaf ,aku hanya
bercanda.Kamu punya seseorang yang kamu sukai,kan?Orang itu orang yang
membantu mengatur lensa untukku,kan....』 "Eh...itu...un, well..."
『Kamu sebaiknya hati-hati~』
"Heh...?"
『Laki-laki itu kelihatannya hidup di dunia yang berbeda dengan dunia nyata,dalam arti yang berbeda denganku.』
"..."
Asuna
ingin memikirkan dengan hati-hati apa yang Yuuki maksudkan,tapi otaknya
yang bingung tak bisa tenang apapun yang terjadi.Dia mwngusap mukanya
yang memerah,Yuuki menggunakan lensany untuk melihat wajah teman
disampingnya sebelum berkata dengan suara tegas
『Terima kasih
banyak Asuna.Aku sudah bahagia dapat melihat rumah ini lagi.Bahkan jika
rumah ini menghilang di masa depan,kenangan tetap akan ada
disini.Papa,Mama,nee-chan,kenangan bahagia kita bersama,akan tetap ada
disini…』
Asuna tahu bahwa 'disini' yang Yuuki maksud bukanlah tanah tempat rumah ini berdiri,tapi di dalam hatinya.
Keaadan
rumah yang lembut dan penuh kedamaian ini akhirnya meninggalakan kesan
yang mendalam pada Asuna.Dia mengangguk kuat-kuat,dan Yuuki melanjutkan
perkataannya,
『...Jika Aku dan nee-chan menangis karena tidak
mampu menyingkirkan rasa sakit dengan pengobatan,Mama akan mengatakan
pada kami tentang Tuhan Yesus.Dia bilang Tuhan Yesus tidak akan
memberikan kami rasa sakit yang tidak bisa kami menahannya.Dulu,aku agak
marah,karena aku tak mau mendengar sesuatu tentang Injil,tapi kata-kata
Mama...』
Di waktu yang singkat ini,langit telah sepenuhnya berubah menjadi biru tua,dan bahkan beberapa bintang merah mulai berkedip.
『Tapi,ketika
aku melihat rumah ini lagi,Aku mengerti.Mama sebenarnya sedang
berbicara denganku sepanjang waktu.Dia tidak mengatakannya dengan
kata-katanya...namun dengan hatinya.Dia terus-menerus berdo’a
untukku,agar Tuhan mengizinkanku untuk bertahan sampai akhir...Aku
sekarang akhirnya mengerti 』
Mata Asuna seperti melihat ibu dan
dua orang putrinya berlutut di dekat jendela rumah putih itu,menengadah
ke langit dan berdo’a.Dia kelihatannya terbawa oleh suara kalem
Yuuki,dan mengatakan kata-kata yang membuat sesak jauh di dalam dirinya.
"Aku....aku...bahkan tak bisa mendengar suara ibuku.Bahkan
walau kami saling berhadap hadapan,Aku tak bisa mendengar suara
hatinya.Dia bahkan tak pernah sekalipun memahami kata-kata ku.Yuuki,kamu
pernah bilang kita terkadang harus menggunakan kekerasan agar orang
lain mengerti tujuan kita,kan?Apa yang harus kulakukan agar menjadi
sepertimu,Yuuki…?Apa yang harus kulakukan agar aku bisa sekuat
dirimu...?"
Bagi Yuuki yang telah kehilangan orang
tuanya,kata-kata ini mungkin akan membuka lagi lukanya.Secara normal
Asuna akan memikirkan hal ini dan takkan sanggup untuk
mengatakannya.Tapi saat ini, sesuatu datang dari melalui probe di
bahunya adalah keberanian Yuuki serta kelembutannya yang melelehkan
dinding batin Asuna hingga hilang sepenuhnya.
Yuuki menjawab pertanyaan Asuna dengan jawaban bimbang,
『Aku...tidaklah kuat,tahu ?』
"Itu
tidak benar.Kamu tidak akan takut pada cara orang-orang memandangmu dan
mundur karenanya.Kamu selalu…selalu terlihat natural."
『Un…tapi,ketika
aku berada di dunia nyata,aku terkadang bertingkah seperti itu bukanlah
diriku.Aku tahu Papa dan Mama begitu menyesal telah melahirkan aku dan
nee-chan… Jadi aku harus memberikan pada mereka penampilan yang energik
dan berpura-pura bahwa aku tidak terganggu apakah aku sakit atau
tidak.Mungkin hanya karena inilah aku bisa memperlihatkan diriku yang
seperti ini begitu aku memasuki Medicuboid.Barangkali,Aku alaminya
adalah anak kecil yang benci dengan apa yang ada di sekitarku,berteriak
dan menjerit-jerit sepanjang hari. 』
"…Yuuki…"
『Tapi
setelah itu aku berpikir.Tak apalah bahkan jika ini hanya acting…bahkan
jika Aku hanya berpura-pura terlihat kuat,itu tak apa.Jika aku bisa
terus meningkatkan waktu dimana aku bisa mempertahankan senyum di
wajahku itu sudah cukup.Kamu tahu kalau tak punya banyak waktu
lagi….Jadi aku rasa ketika aku berinteraksi dengan orang lain,apakah itu
akan menyia-nyiakan waktuku jika aku mencoba menerka-nerka bagaimana
perasaan orang lain sepanjang waktu?Semungkinnya juga aku ingin
menghadirkan sisi yang paling realistik dari diriku.Tak peduli bahkkan
jika aku kemudian dibenci,itu tak apa-apa.Oleh karena itulah,aku bisa
diingat di dalam hati orang-orang』
"...Itu benar...karena sikapmu itulah,Yuuki,kita bisa menjadi sahabat dalam beberapa hari saja..."
『Tidak
itu bukan karena aku.Itu karena bahkan jika aku melarikan diri,kamu
akan tetap bertahan dan mengejarku,Asna.---Kemarin aku melihatmu di
ruang observasi,ketika aku mendengar suaramu,aku mengerti maksudmu
sepenuhnya. Setelah aku tahu bahwa orang ini masih tetap mau menemuiku
bahkan setelah mengetahui bahwa aku sakit…Aku benar-benar..benar-benar
bahagia sampai aku menagis haru.』
Yuuki sedikit tercekik,dan ia melanjutkan kata-katanya,
『Jadi…cobalah
gunakan perasaan itu untuk berbicara dengan ibumu.Kupikir jika kemauan
itu ada,dia pasti akan mengerti apa yang kamu rasakan.Itu akan baik-baik
saja.Kamu lebih kuat daripada Aku,Asuna.Sebenarnya,terkadang,kedua
belah pihak hanya akan bisa memahami perasaan masing-masing dengan
mengabaikan hal-hal lain….Itu karena kamu datang padaku Asuna dan
memperlihatkan padaku dirimu yang sebenarnya,jadi aku merasa ‘jika dia
orangnya,aku bisa menyerahkan ini semua padamu’ . 』
"...Terima kasih.Terima kasih banyak,Yuuki."
Setelah
akhirnya bisa mengeluarkan kata-kata itu,Asuna mengangkat kepalanya
untuk menyembunyikan air mata di matanya. Dia juga menemukan bahwa di
langit ibukota yang tidak akan sepenuhnya menjadi gelap ini, masih ada
beberapa bintang yang berkedip kuat karena mereka berusaha untuk tidak
kalah dengan cahaya buatan.
Ketika mereka telah kembali ke
stasiun,alarm baterai dari probe tiba-tiba berbunyi.Asunadan Yuuki
setuju bertemu saat pelajaran esok hari,dan Asuna memutus power yang
menuju ke telepon genggamnya.
Sudah pukul 9 pm ketika Asuna menaiki kereta pulang ke rumahnya di Setagaya.
Gadis
itu mendengar suara pintu terbuka yang menggema dengan keras melalui
udara dingin membeku dari lorong koridor,dan iapun mendesah
dalam-dalam.Pundak kanannya masih merasakan berat dari Yuuki yang duduk
disini (yang pasti bukan Yuuki asli :>).Asuna menggunakan tangan
kirinya untuk memegang dengan lembut bekas hangat ( tempat dimana probe
Yuuki diletakkan ) yang ia tinggalkan,melepas sepatunya dan dengan cepat
berjalan ke kamarnya.
Dia mengganti pakaiannya dengar pakaian
dalam ruangan dan egera menuju ke koridor.Yang ia tuju adalah ruangan
kakak laki-lakinya, Kouichirou,yang ada jauh didalam lantai dua.Asuna
merasa bahwa Kouichirou,yang hamper tak pernah dirumah,seperti
ayahnya,mungkin belum pulang,tetapi ia ia mengetuk pintu kamarnya,dan
seperti yang ia duga tidak ada balasan dari dalam.Dia kemudian membuka
kamarnya,sama halnya yang ia lakukan pada hari pertama server SAO mulai
beroperasi,dan melangkah masuk.
Tidak ada perabot di dalamnya.
Di tengah ruangan yang kosong itu, terdapat meja kantor yang terbilang
besar ditempatkan di sana.Sesuatu yang Asuna cari ada di samping kiri
dari meja tersebut.Itu adalah Amusphere yang biasa Kouichirou gunakan
untuk mengadakan meeting di dunia virtual. Amusphere Kouichirou bisa
dibilang lebih baru daripada milik adiknya.Asuna memegang headgearnya
dan kembali ke kamarnya.Dia kemudian menginstall memory card dari ALO
Aincard ke dalam slot disamping mesin tersebut.Walaupun kemudian ia dive
ke dalam kerajaan para peri,Alfheim ,Asuna tidak menggunakan akun
utamanya yang familiar,tapi akun cadangan yang akan ia kadang-kadang
gunakan ketika ia mencoba menjadi seseorang yang lain.
Sia
muncul di ruang tamu dari rumah dalam hutn di lantai 22.Walaupun
begitu,tubuhnya bukanlah Undine yang familiar bernama «Asuna» ,namun
karakter lain Sylph bernama «Erika».Dia mengecek pakaiannya,memasukkan 2
belati yang ada di pinggangnya ke dadanya, memanggil menu-nya dan
menekan tombol perintah log-out sementara.
Setelah beberapa saat
diving,Asuna segera menemukan dirinya kembali ke dalam kamarnya di
dunia nyata.Dia melepaskan Amusphere,tapi indicator biru yang menandakan
tersambung berkedip-kedip pada mesin.Ini mnunjukkan bahwa koneksi ke
dunia virtual reality sedang terhenti sementara.Dia bisa segera melewati
proses login dan kembali ke dalam game dengan memasang headgear dan
menyalakan powernya. Asuna memegang Amusphere kakaknya di tangannya dan
segera bangun.Dikarenakan router yang memiliki daya tinggi dan jaringan
wireless dengan jangkauan luas,dia bisa tetap terkoneksi tak peduli
dimanapun bagian rumah ia berada.
Dia membuka pintu dan tiba di
koridor.Kali ini ia melangkah dengan langkah kaki yang bisa dibilang
berat untuk menuruni tangga. Dia melihat ke ruang tamu dan ruang makn
,menemukan bahwa mejanya telah dirapikan,dan tak bisa menemukan ibunya
dimana-mana.Asuna terus berjalan lebih dalam,dan terlihat cahaya kecil
lampu dari bawah pintu di ujung koridor.Itu adalah ruang belajar ibunya
Dia berhenti di depan pintu,kemudian mengangkat tangan kanannya seperti
ia bersiap akan mengetuknya,tetapi gerakannya terhenti,ia tak bisa
meneruskan langkah selanjutnya.
Sejak kapan datang ke ruangan
ibuku menjadi hal yang mengerikan begini?Asuna mengigit bibirnya sambil
berpikir begitu.Walaupun begitu,alasan kenapa ini menjadi seperti ini
sebagian besar karena tingkah Asuna sendiri.Jika ia tak menyatakan yang
dipikirkanny secara serius,ibunya tak akan mengerti perasaannya yang
sebenarnya.Yuuki-lah yang membuatnya menyadari hal ini.
Gadis itu merasa ada tangan kecil yang mendorong pundak kanannya.Bersamaan dengan itu,sebuah suara berkata,
—Tak apa,Kamu bisa melakukannya, Asuna...
Asuna
menganggukan kepalanya secara paksa mengambil napas dalam-dalam, dan
kemudian mengetuk pintu keras-keras. Segera,terdengar suara kecil
‘masuklah’ dari balik pintu tersebut. Asuna memutar kenop pintu,
membalikkan tubuhnya menyamping untuk masuk ke dalam ruangan,sambil
tetap memegang kenop pintu.
Tubuh Kyoko menghadap ke meja dari
kayu jati tebal sambil terus mengetik dengan keyboard yang terhubung ke
PC di atas meja. Sejenak dia terus mengetik dengan keyboard dengan suara
keras,dan kemudian menekan tombol ENTER dengan suara yang lebih keras
sebelum menyandarkan punggungnya pada kursinya.Ibu menekan kaca matanya
dan melihat kea rah mata putrinya, tampak ia sedang menyembunyikan
sebuah ketidaksabaran yang tak terlihat.
"...Kenapa kamu pulang begitu terlambat? "
Kyoko berkata,dan Asuna segera menundukkan kepalanya untuk meminta maaf,
"Maaf"
"Aku
telah menyiapkan makan malam.Jika kamu lapar,cari sesuatu untuk kamu
makan di dalm kulkas.Surat permohonan perpindahan sekolah yang aku
sebutkan sebelumnya hanya akan berlaku sampai besok.Kamu harus
menyelesaikannya besok pagi. "
Setelah Kyouko mengatakan hal
tersebut,tangannya kembali ke keyboard,dan Asuna mengatakan kata-kata
yang ia igin sampaikan pada ibunya terlebih dahulu.
"Bu,tentang hal ini...Aku ingin membicarakannya denganmu."
"Katakan itu disini kalau begitu."
"Aku tak bisa menjelaskannya disini." "Jadi dimana? "
Asuna
tidak menjawab pertanyaan itu dan ia melangkah mendekati Kyoko, Dia
lalu mengulurkan tangan kirinya,menunjukkan sesuatu yang menggantung di
belakangnya---Amusphere yang ada dalam suspend mode.
"Di dunia VR...sebentar saja.Aku harap ibu mau ikut bersamaku ke suatu tempat."
Kyouko
menatap cincin perak itu untuk sesaat,kelihatan seperti melihat sesuatu
yang di bencinyamia mengerutkan keningnya.Lalu,ia terlihat seperti tak
mau mengatakan kata-kata lain sambil mengibaskan tangan kanannya.
"Aku
tak mau memakai benda seperti itu.Jika kita bahkan tak bisa berbicara
secara langsung dengan bertatap muka,aku tak akan mendengarnya. "
"Kumohon Bu.Lihatlah ini,lima menit saja…."
Normalnya,Asuna
akan meminta maaf dan meninggalkan ruangan itu.Akan tetapi ia terus
melangkah mendekati Kyouko,sebelum mengatakan,
"Kumohon,ibu
harus datang kemari bersamaku jadi aku bisa mengatakan apa yang ada
dalam pikiranku dan perasaanku sekarang.Sekali ini saja….Aku ingin Ibu
melihat duniaku. "
"...."
Kyuko mengernyitkan dahinya
lebih kuat dan tetap menutup mulutnya dan menatap Asuna.Beberapa detik
kenudian dia mendesah keras. "---Hanya 5 menit.Juga,tak peduli apa yang
kamu katakana,Ibu tidak akan mengizinkanmu untuk tetap belajar di
sekolah itu.Setelah kau selesai,kau harus mengisi sura permohonan itu. "
"Okay…"
Asuna mengangguk dan menyerahkan Amusphere yang
ada ditangannya.Kyouko mengernyitkan dahinya dan memberikan tatapan
seola h ia tak mau menyentuh benda seperti itu,tapi menerima device
tersebut dan menaruhnya di kepalanya dengan gerakan yang kaku.
"Bagaimana cara mengoperasikannya?"
Asuna dengan cepat menyesuaikan belt Amusphere,dan kemudian berkata,
"Segera setelah ibu menyalakan powernya,ini akan secara otomatis terkoneksi.Tunggulah aku ketika Ibu sudah masuk. "
Kyouko
menganggukan kepalanya pelan dan bersandar pada kursi.Asuna kemudian
menekan tombol power di samping kanan Amusphere. Lampu indikator koneksi
jaringan terus berkedip secara tak beraturan, dan tubuh Kyouko dengan
segera kehilangan kekuatannya.
Auna segera keluar dari ruang
belajar,berlari sepanjang koridor dan tangga kembali menuju kamarnya.Ia
melompat ke tempat tidur dan segera memasang Amusphere yang biasa ia
gunakan,
Setelah menekan tombol power,sebuah cahaya berbentuk
garis peluru muncul di depan Asuna,dan kesadarannya meninggalkan dunia
nyata. Asuna mendarat di ruang tamu dari kayu putih yang familiar
baginya dengan memakai karakter utamanya,Undine <<Asuna>>
dan segera ia mencari «Erika».Dia segera melihat sosok yang ia
cari.Sylph berambut pendek berwarna hijau rumput terang sedang duduk di
depan cermin seukuran badan di samping bufet peralatan makan,melihat
pada dirinya sendiri. Asuna mendekat,dan Erika/Kyouko menengok ke
belakang dengan pelan.mengernyotkan dahitnya dengan sikap yang sama
seperti yang ia lakukan di dunia nyata.
"Rasanya aneh melihat orang dengan wajah yang berbeda melakukan sesuatu berdasarkan kemauanku.Dan…"
Dia menggunakan jari-jarinya untuk berjinjit naik dan turun.
"Tubuhku rasanya ringan sekali."
"Tentu saja.Berat badan karakter ini hanya sekitar 40 kg.Pastinya ada banyak perbedaan dengan berat badanmu di dunia nyata,Bu"
Asuna tersenyum sambil mengatakan hal tersebut,dan Kyouko sekali lagi mengernyitkan dahinya tak senang,
"Tak
sopan.Aku tidak terlalu berat seperti yang kau
katakan----ngomong-ngomong...wajahmu disini kelihatan sangat mirip
wajahmu di dunia nyata."
"Un...yeah."
"Tetapi,sosokmu yang asli kelihatan sedikit lebih gemuk. "
"Kamu yang tidak sopan,bu.Diriku disini sama persis dengan aku yang ada di dunia nyata"
Sambil
mereka berdua bertukar kata,Asuna berpikir.Kapan terakhir kali dia bisa
berbicara dengan Kyouko seperti sekarang?Dia ingin melanjutkan
pembicaraan ini,tapi Kyouko menyilangkan tangannya di depan
dadanya,menandakan sikap bahwa tak ada lagi omongan-omongan yang akan
menghiburnya.
"Sudah tidak ada waktu lagi.Apa yang ingin kamu perlihatkan padaku? "
"…kemarilah"
Asuna
mendesah pelan sambil dia melewati ruang tamu dan membuka ruangan kecil
yang biasa dia pakai sebagai gudang.Dia menunggu Kyouko menggerakkan
kaki imajiner-nya dan melangkah ke arahnya,membimbingnya ke arah jendela
jauh di dalam ruangan. Dari ruang tamu yang menghadap ke
selatan,seseorang dapat melihat pemadangan seperti lukisan,termasuk
didalamnya terdapat area luas tertutup dengan rerumputan,sebuah jalan
kecil,bukit yang bertingkat-tingkat dan sebuah danau kecil di
belakangnya.Tetapi akan terlihat sebuah kebun kecil penuh dengan rumput
liar dan aliran sungai kecil dari jendela utara,tempat dimana ruang
peralatan berada.Ada juga hutan conifer
di dekatnya.Tentu saja,pada musim ini,terlihat segala sesuatu terkubur
di dalam salju,meninggalkan warna yang seragam sejauh mata memandang.
Tapi inilah sesuatu yang ingin Asuna perlihatkan pada Kyouko.
Asuna membuka jendela,melihat jauh ke dalam hutan dan berkata,
"Bagaimana?Apa ibu merasa familiar dengan pemandangan ini? "
Dahi Kyouko kembali mengernyit,menggelengkan kepalanya pelan dan berkata,
"Apa-apaan?itu hanya hutan conifer biasa---"
Apa
yang ingin ia katakan berikutnya sepertinya hilang.Mulut Kyoko terlihat
setengah menganga seperti ia melihat sebuah pemandangan yang jauh.Saat
itu juga,Asuna dengan tenang berbisik di samping wajahnya,
"Ibu ingat....rumah Ojii-chan dan Obaa-chan,kan? "
Kakek
dan nenek Asuna,orang tua Kyouko,adalah petani di daerah perbukitan di
Perfecture Miyagi.Rumah mereka berlokasi di desa di atas bukit,dan lahan
pertanian mereka berbentuk terasiring yang terlihat lahan pertanian
mereka seperti pahatan di lereng bukit.Mereka tidak punya mesin untuk
membantu pertanian.Hasil utama yang mereka panen adalah padi,tapi jumlah
yang dihasilkan dari panen hanya cukup untuk makan keluarga sepanjang
tahun.
Dengan keadaan seperti itu,mereka masih bisa membiayai
Kyouko bersekolah di perguruan tinggi,itu semua karena bukit hutan
conifer yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.Rumah kayu tua mereka
bangun di kaki bukit.Kapanpun seseorang duduk di pinggir koridor
rumah,sebuah kebun kecil dan sungai dapat terlihat beserta bukit conifer
yang jauh.
Tetapi dibandingkan dengan kediaman utama keluarga
Yuuki di Kyoto,Asuna lebih memilih untuk pergi ke rumah kakek-neneknya
di Miyagi bahkan sejak ia masih kecil.Selama liburan musim panas atau
musim dingin,dia akan merengek pada orang tuanya agar mengajaknya
kemari,dan ia akan tidur dengan kakek-neneknya setelah mendengarkan
mereka bercerita tentang cerita-cerita dongeng.Selama musim panas,dia
akan duduk-duduk di koridor sambil memakan es serut,dan selama
pertengahan musim dingin dia akan mengeringkan batang kesemek bersama
neneknya.Banyak sekali kenangan disini,tapi ia paling ingat adalah saat
ia bersembunyi dibawah kotatsu tua di tengah musim dingin,makan jeruk dan menatap hutan conifer diluar jendela.
Kakek-neneknya
tak mengerti apanya yang terlihat bagus dari hutan itu,tapi Asuna yang
terlihat seperti jiwanya telah terhisap ke dalam hutan itu, ia terus
melihat cabang-cabang hitam di pemandangan yang seputih salju.Dia
terlihat seperi tikus kecil yang bersembunyi di lubang galian salju yang
menunggu musim semi datang,dikelilingi oleh sedikit rasa takut dan
hangat yang sulit dijelaskan sambil ia terus menatap ke dalam hutan
conifer itu.
Kakek dan neneknya telah meninggal ketika Asuna
masih di kelas dua.Lahan terrasiring dan perbukitan itu semuanya
dijual,dan rumah yang tak berpenghuni itu juga akhirnya dirobohkan.
Oleh
karena itu,Asuna membeli rumah kayu di lantai 22 Aincrad ini yang
terlihat sangat berbeda dengan rumah di bukit Miyagi itu,baik secara
fisik maupun virtual.Setelah melihat hutan conifer yang tertutup
tumpukan salju besar dari jendela utara,dia merasa sangat rindu kampung
halaman sampai ia merasa ingin menangis.
Asuna percaya bahwa
Kyouko tidak benar-benar melupakan kehidupannya sebagai petani miskin
dulu.Tetapi,ia ingin membiarkan Kyouko melihat pemandangan ini sendiri
dari jendela itu.Dia ingin membiarkan ibunya melihat pemandangan yang
dulu sehari-hari dilihatnya yang sekarang coba ia lupakan.
Tanpa
disadari,waktu 5 menit yang dijanjikan telah berlalu.Kyouko masih saja
melihat ke dalam hutan conifer itu sambil terdiam membisu.Asuna
mendekatinya dan perlahan berbicara,
"Ibu ingat tidak saat Festival Obon saat aku masih kelas satu SMP?
Ayah,Ibu,dan Nii-san semuanya pergi ke Kyoto,dan akulah satu-satunya
yang bersikeras untuk pergi ke Miyagi.Jadi akhirnya aku pergi kesana
sendirian . "
"...Aku ingat."
"Waktu itu,aku meminta
maaf pada Ojii-chan dan Obaa-chan kalau kamu tak benar-benar tak bisa
datang,Bu,aku juga berkata bahwa dirimu benar-benar sangat menyesal. "
"Saat itu….keluarga Yuuki ada acara resmi yang harus dihadiri tak peduli apapun yang terjadi…"
"Tidak,Aku
tidak menyalahkanmu,Bu.Itu karena….ketika aku meminta maaf,Ojii-chan
dan Obaa-chan segera mengeluarkan album foto tebal.Aku benar-benar
terkejut ketika pertama kali melihat isinya.—segala sesuatu
tentangmu,Bu, apakah itu tesis pertamamu,atau dokimen-dokumen yang kau
kirim ke berbagai majalah,laporan-laporan wawancaramu,mereka semua
tersimpan secara rapi.Bahkan dokumen-dokumen yang diterbitkan di
internet mereka print (cetak) dan tempel di album itu.Tapi harusnya kan
mereka berdua tidak bisa menggunakan computer..."
"...."
"Lalu,Ojii-chan
memperlihatkan padaku isi dari album foto itu dan mengatakan bahwa Ibu
adalah harta karun paling berharga baginya.Dia bahkan bilang kalau dia
benar-benar bahagia Ibu bisa meninggalkan kota itu untuk belajar di
perguruan tinggi,menjadi sarjana dan menulis semua tesis-tesis ibu
sendiri dan tetap belajar sampai Ibu tak bisa pulang saat Festival Obon, dan sudah terduga,sekalipun begitu mereka tidak pernah memperlihatkan rasa tidak senang akan hal itu."
Kyouko
hanya menatap hutan itu terdiam membisu sambil diamati oleh Asuna,sisi
wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun emosi,tapi Asuna masih saja
meneruskan menggerakan mulutnya,
"Setelah itu,Ojii-chan bahkan
menambahkan kata-kata ini ----Ibu mungkin akan merasa lelah suatu hari
dan butuh istirahat dan mengecek dari mana ia berasal.Mereka akan
melindungi rumah-rumah untuk saat-saat seperti itu….kapan saja Ibu
membutuhkan dukungan,mereka masih bisa bilang 'kamu bisa kembali
kemari'.Mereka akan selalu melindungi rumah dan bukit ini."
Asuna
mengatakan nya sambil pikirannya mengenang rumah kakek-nenek dari pihak
ibunya yang sekarang sudah tak ada lagi.Dia kemudian membandingkannya
dengan rumah putih yang ia lihat beberapa jam yang lalu.Keduannya adalah
rumah yang memiliki ikatan batin kuat dengan penghuninya.Bahkan jika
bentuk fisiknya telah tiada,itu kan tetap akan ada di hati beberapa
orang selamanya.Bagi Asuna,Rumah dalam Hutan di dunia virtual ini
memiliki arti seperti itu.
Rumah ini akan menghilang suatu
hari,tapi dalam beberapa aspek,rumah ini tidak akan benar-benar
hilang.Itu karena sesuatu yang dikatakan sebagai rumah bukanlah hanya
sebuah bangunan yang memiliki bentuk---tapi juga sesuatu yang tetap
menyimpan jiwa,perasaan dan jalan hidup seseorang,seperti milik
kakek-neneknya.
"---Dulu,aku tidak mengerti apa yang dikatakan
Ojii-chan,tapi baru-baru inii,Aku akhirnya bisa memahaminya.Itu bukan
hanya tentang mengajariku untuk terus bekerja keras sepanjang
hidupku….menggunakan kebahagiaan orang lain sebagai kebahagiaanku juga
salah satu jalan hidup. "
Dalam pikiran Asuna terlintas wajah
Kirito,Lisbeth dan kawan-kawan,Yuuki,Shiune dan kawan-kawannya. "...Aku
ingin memilih jalan hidup dimana orang-orang di sekitarku bisa tersenyum
dan hidup bersama.Aku ingin menjalani hidup dimana aku bisa mensupport
orang-orang ketika mereka merasa lelah.Karenanya---Aku ingin mempelajari
lebih banyak pengetahuan dan hal-hal lain di sekolah tercinta ini. "
Asuna melanjutkan merangkai kata-katanya,dan akhirnya kata-kata tadi yang keluar.
Akan
tetapi,Kyouko tetap menutup mulutnya sambil masih tetap melihat hutan
yang ada di depannya.Mata hijau gelapnya memperlihatkan cahaya
kosong,dan sangat sulit untuk membaca yang ada dalam benaknya.
Ruang
kecil ini terselimuti oleh kesunyian untuk beberapa menit kemudian.Di
tanah bersalju dibawah pepohonan yang besar,dua binatang kecil yang
terlihat seperti kelinci melompat kesana kemari dengan riang.Tatapan
Asuna tertarik oleh hal tersebutmtapi ketika melihat kembali wajah
Kyouko,dia langsung menahan nafasnya.
Sebentuk air mata mengalir
turun dari wajah Kyouko yang sebening Kristal dan terus menetes ke
lantai.Bibirnya bergetar,tapi suaranya yang tak beraturan tidak
memungkinkan seseorang untuk tahu apa yang sedang dikatakannya.
Beberapa
saat kemudian,Kyouko tersadar bahwa dirinya menangis dan dengan bingung
ia menggunakan tangannya untuk mengusap air matanya.
"Tunggu...apa ini. Aku,Aku tidak ingin menangis..."
"...Bu,tak
mungin kau menyembunyikan air matamu di dunia ini.Tidak ada seorang pun
yang mampu untuk tak menangis jika mereka merasakannya. "
"Ini benar-benar tidak nyaman."
Setelah
mengeluarkan kata-kata tadi,Kyouko kembali mengusap matanya,dan
akhirnya ia menyerah sambil ia menggunakan kedua tangannya untuk
menutupi wajahnya.Sesaat kemudian,sebuah suara isak tangis pelan dapat
terdengar dari dalam tenggorokannya.Asuna meragu untuk sesaat sebelum
akhirnya menaruh tangannya perlahan ke pundak Kyouko yang bergetar.
Pagi berikutnya.
Duduk
di depan meja saat sarapan,Kyouko telah kembali ke dirinya semula.Dia
melihat surat kabar yang ada di tablet monitor.Asuna mengucapkan selamat
pagi padanya,dan keduannya duduk terdiam.Asuna yang telah bersiap
secara mental saat ibunya memerintahkannya untuk menyerahkan surat
permohonan perpindahan itu.Akan tetapi,Kyouko hanya terus menatap Asuna
dengan ekspresi yang lebih tajam dari biasanya,dan tiba-tiba ia berkata,
"Apa kamu sudah siap secara mental untuk mensupport seseorang seumur hidupmu? "
Asuna dengan cepat menganggukan kepalanya.
"U...un."
"---Akan
tetapi,kau harus membuat dirimu lebih kuat agar kamu bisa mensupport
orang lain.Itulah kenapa kamu harus menyelesaikan pendidikanmu di
universitas.Kamu harus mendapat peringkat yang lebih baik daripada
sekarang di semester ketiga jadi kamu bisa masuk ke universitas yang
terbaik. "
"...Ibu...soal perpindahannya..."
"Bukankah sudah kubilang?Aku akan memutuskanny berdasarkan peringkatmu.Lakukan yang terbaik. "
Setelah
Kyouko mengatakannya,dia berdiri dan segera meninggalkan ruang
makan.Asuna mendengar suara pintu ditutup dengan keras,dan kemudian ia
menundukkan kepalanya pelan,sebelum akhirnya berbisik "
Terimakasih,Ibu."
Asuna berganti pakaiannya menjadi
seragam,mengambil tasnya,dan bergegas meninggalkan rumahnya dengan
tenang dan santai.Akan tetapi,setelah kakinya melangkah keuluar dari
pintu,dia mulai berlari dengan kecepatan penuh seolah olah ada lapisan
tipis es di jalan itu dan wajahnya secara alami berseri-seri.
Dia
benar-benar segera mengatakan pada Kazuto klau diriny bisa tetap
belajar di sekolah yang sama dengannya.Dia juga ingin berkata pada Yuuki
bahwa dia sudah memperbaiki hubungannya dengan ibunya.
Asuna melewati kerumunan yang berjalan menuju stasiun,dan ia tak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum sepanjang wakktu.
3 hari sesudahnya
Asuna menepati janji yang ia buat dengan Yuuki dan membawa daging besar
untuk barbeque di depan rumah dalam hutannya. Yang ikut ambil bagian
dalam pesta tersebut adalah teman-temannya , Kirito , Lisbeth , Klein ,
Lyfa Silica,Shiune dan anggota Sleepng Knight.Bahkan,pemimpin dari suku
peri seperti Sakuya,Alicia,Eugene dan para ajudan mereka semua
datang.Mereka bahkan membentuk grup berburu kecil untuk memenuhi
persediaan agar cukup untuk grup besar ini yang beranggotakan lebih dari
30 orang.
Sebelum mulai memanggang,Asuna terlebih dahulu
memperkenalkan anggota Sleeping Knight pada semua orang.Dia
menyembunyikan fakta bahwa mereka sekarang mereka sedang terbaring
lemah,tapi dengan persetujuan Yuuki dan kawan-kawannya di berkat bahwa
mereka adalah pasukan elit yang berkelana dari satu VRMO ke VRMO yang
lain dan mereka berharap bisa meninggalkan kenangan di ALO sebelum
akhirnya guild mereka dibubarkan.
Rumor yang mengatakan ada
Guild Misterius beranggotakan hanya 7 orang yang bisa mengalahkan Boss
lantai 27 dan «Absolute Sword» yang telah mengalahkan lebih dari 60
orang dalam duel kelihatannya telah menyebar di Alfheim,jadi
Sakuya,Eugene dan yang lainnya mencoba untuk mengundang mereka agar mau
ikut dalam pihak mereka.Yuuki tersenyum dan menolak tawaran itu,tapi
andai Sleeping Knight benar-benar menjadi tentara bayaran dari salah
satu suku peri Alfheim,keseimbangan kekuatan dari 9 suku peri akan
goyah,dan itu akan berakibat pada Grand Quest edisi kedua yang sedang
berlangsung.
Setelah ucapan selamat yang gaduh dan meriah ,pesta
yang riuh seperti badai dimulai.Asun dan Yuuki mulai makan dan minum
sambil terus bercakap-cakap.Bahkan diadakan juga diskusi tentang
bagaimana mengalahkan boss lantai 28.Semua orang yang penuh antusias
akan hal ini berangkat menuju dungeon lantai 28,dan yah seperti
itulah,grup besar beranggotan banyak orang menembus sampai Area
tertinggi dari Dungeon lantai 28 untuk mengalahkan boss monter besar
berjenis crustacean,tapi setelah itu hanya ada obrolan ngalor-ngidul dan
menggossip.
Sayangnya,hanya Kirito dan Yuuki,para pemimpin
party,dan beberapa nama saja yang terukir dalam Monument of
Swordman.Akan tetapi,semua orang setuju untuk membiarkan Sleeping Knight
untuk menantang Boss lantai 29,dan setelahnya akhirnya mereka
dibubarkan.
Di samping petualanan yang dilaluinya di
Alfheim,Yuuki menggunakan probe dua arah di dunia nyata setiap harinya
untuk menghadiri pelajaran Asuna,mereka bahkan pernah berkunjung ke
kediaman Kirigaya di Kawagoe,dan mereka kadang pergi ke kafe Agil di
Okachimachi.
Pada awalnya Yuuki merasa sangat hati-hati, ketika
dia bertatap muka dengan Kazuto yang kelewat sensitive.Akan tetapi
keduanya sama-sama pengguna pedang satu-tangan dan setelah mereka
berbicara satu sama lain Yuuki dengan cepat membuka hatinya dan mulai
bercakap-cakap dengan penuh semangat tentang sword skill di ALO dan
perkembangan dari probe di dunia nyata.Perbincangan mereka yang seperti
tak ada hentinya terkadang menbuat Asuna iri.Anggota lain dari Sleeping
Forest juga mulai berteman baik dengan Lisbeth dan Lyfa,mereka mulai
merencanakan berbagai aktivitas yang menarik.
Sekarang bulan Februari
Seperti yang sudah dijanjikan Asuna dan Sleeping Forest mengalahkan
boss lantai 29 sebagai satu party,dan semua orang di Alfheim mulai
mengenal nama mereka.Di pertengahan bulan diadakan Turnamen Duel
Bersama,Kirito yang berada di blok timur,dan Yuuki yang ada di blok
barat terus menerus mendulang kemenangan dan mencapai babak final,yang
mana disiarkan secara langsung oleh net broadcast channel «MMO Stream»
meningkatkan atmosfer pertandingan ini sampai pada puncaknya.
Tak
terhitung jumlah player yang menahan nafasnya melihat Yuuki dan Kazuto
menggunakan sword skill level termasuk OSS mereka,memperlihatkan sebuah
pertandingan sengit dan mempesona.Pertarungan telah berlangsung lebih
dari 10 menit,dan akhirnya,Yuuki menggunakan skill brilian yang seperrti
dewa untuk mengalahkan Kirito dengan serangan beruntun 11 hits.Semua
penonton bersorak-sorak dan suara gemuruhnya seperti dapat menggoncang
dunia virtual itu sendiri.
Mengalahkan Kirito,yang membuat
banyak legenda---walaupun dia tak menggunakan skill Dual Bladenya
—«Absolute Sword» Yuuki dimahkotai sebagai juara turnamen yang diadakan
untuk keempat kalinya tersebut, dan namanya menyebar di seantero game
ALO,menjadi orang terkenal di antara semua user dari Nexus «The Seed» .
Segera setelahnya bulan Maret tiba
Asuna yang menepati janji yang ia buat kepada ibunya dengan menjalani
ujian akhirnya,dan sekarang ia menikmati liburan 3 hari 2 malam di Kyoto
bersama dengan probe di bahunya,Rika (Liz),Keiko(Silica),Suguha(Lyfa)
dan Yui ditelepon genggamnya.Pada poin ini,informasi yang dikumpulkan
oleh probe bisa dibagi dengan beberapa user, jadi selain Yuuki,
Shiune,Jun dan lainnya bisa ikut bersenang-senang dengan mereka selama
liburan.Pengenalan Asuna pada tiap-tiap tempat wisata bahkan menjadi
lebih energik Mereka memakai ruangan keluarga Yuuki yang benar-benar
luas untuk menginap dimalam hari,dan uang yang telah mereka simpan bisa
digunakan untuk memesan tempat di restoran terkenal Kyoto dan
berpesta.Akan tetapi rasa dari makanan tak bisa disampaikan melalui
semua orang ,Yuuki dan anggota Sleeping Knight lainnya terus menerus
mengeluh kalau Asuna dan kawan-kawan benar-benar curang.Asuna hanya bisa
berjanji pada mereka akan membuatkan makanan yang memiliki citarasa
yang mirip di dunia VR,dan Asuna akhirnya mengurung diri di dapurnya di
dunia VR bekerja keras untuk beberapa hari.
Semuanya berlalu
bagaikan mimpi.Asuna dan Yuuki melalui perjalanan panjang bersama di
dunia nyata maupun dunia virtual.Mereka memiliki banyak tempat yang
ingin mereka kunjungi,dan Asuna percaya mereka masih memiliki banyak
waktu.
Suatu hari sebelum bulan April,
Angin dingin
berhembus dari Laut Okhotsk menyebabkan Kanto mengalami badai salju
hebat yang langka terjadi di musim-musim seperti ini.
Salju tebal yang semula menyelimuti hampir semua kehadiran musim semi mulai mencair dibawah sinar matahari yang lemah.
Saat itu juga, Telepon Asuna menerima pesan dari Dokter Kurahashi yang mengabarkan bahwa kondisi Yuuki semakin memburuk.
Bab 11
Asuna menatap pesan singkat di layar kecil Hand Phone-nya dan
mengulang kata – kata yang sama dalam hatinya . Bagaimana ini mungkin
terjadi ?
Bagaimana ini mungkin ? Yuuki telah aktif mengambil
bagian dalam segala jenis aktivitas , dan Dokter Kurahashi bahkan bilang
bahwa tumor di dalam kepalanya telah menghilang . Baru baru ini , telah
ada orang yang terinfeksi mampu untuk menahan rintangan virus setelah
terinfeksi HIV selama lebih dari 20 tahun . Yuuki baru 15…hidupnya baru
akan dimulai ! Kondisinya memburuk , namun sampai sekarang , dia
mempunyai beberapa infeksi oportunis yang menyebabkannya jatuh sakit ,
jadi Yuuki akan dengan pasti dapat bertahan .
Namun Asuna
sendiri mempunyai firasat lain . Ini adalah pertama kalinya dokter
mengirim sebuah pesan ke dirinya secara langsung . Dengan kata lain ,
ini mungkin sebuah pemeberitahuan – bahwa saatnya telah tiba . Setiap
malam , dia takut akan saat itu , dia akan selalu mencoba sebaik mungkin
untuk menghilangkan emosi itu . Sekarang , saat itu telah tiba .
Gadis itu mempunyai dua pemikiran yang saling berseteru sembari dia
tetap terpaku di tempat ia berpijak untuk beberapa waktu sebelum
berkedip dengan keras dan bersiap untuk mengirim pesan baru . Dia
mengirim sebuah surat dengan maksud yang sama ke Kirito , Lisbeth dan
teman – teman dan juga Shiune dan yang lainnya . Setelah itu , Asuna
dengan segera mengganti pakaian rumahnya , dank arena dia tak mau
menghabiskan waktu untuk memilih pakaian , dia secara sistematis
mengenakan pakaian sekolahnya . Dia menggunakan sepatunya dan berlari
keluar rumah . Cahaya petang yang lembut telah terpantul di salju putih
yang tersisa di jalan memasuki mata Asuna .
Hari ini Minggu
di minggu terakhir Maret , 2pm . Para pejalan kaki di jalanan tampak
seperti mereka sudah tak sabar dan tak dapat menunggu musim semi datang
sembari mereka berjalan dengan riang . Asuna melewati mereka dan berlari
menuju stasiun . Dia tak dapat mengingat bagaimana dia memastikan
dimana keretanya akan pergi atau bahkan kemana dia pergi . Saat dia
sadar , Asuna menemukan dirinya sedang berlari ke gantri . Jauh didalam
pikirannya , terasa seperti disana ada migren , seraya pikirannya terus
muncul dan menghilang . Asuna mengkertakkan giginya dan berkata , “
Yuuki , bertahanlah .” dan berlari ke dalam taxi yang tiba di tempat
tunggu .
Tampaknya ketidak sabarannya disadari . Saat Asuna
baru akan menjelaskan maksud kedatangannya , sang perawat dengan segera
memberikan kartu izin masuk dan memeberitahunya untuk cepar-cepat ke
lantai teratas dari bangunan pusat . Asuna dengan tergesa – gesa
menunggu nomor yang mengindikasikan nomor lantai naik . Dia dengan kikuk
menggunakan kartu izin masuk di scanner pintu keamanan .
-Tapi saat ini , Asuna hanya bisa melebarkan matanya di layar . Disana
ada dua pintu berjejer satu sama lain , dan ini mungkin merupakan jalan
masuk ke ruang observasi . Jauh di dalam dengan plang penanda besar
merupakan ruang steril. Asuna pergi melewati pintu tebal yang besar
sebelumnya , dan sekarang , mereka sepenuhnya terbuka . Sembari ia
melihat layar di dalam , satu dari petugas medis dalam pakaian bedah
berjalan dengan cepat.
Orang itu melihat Asuna dan
menggangguk kepadanya , bahkan berbisik “ Mohon cepat”. Ketika sedang
didesak dengan suara itu, Asuna dengan gemetar berjalan beberapa langkah
ke depan, dan berhenti tepat di depan pintu.
Bagian dalam dari sebuah bangunan putih dengan cepat memasuki penglihatannya.
Banyak alat terpasang di dalam di geser ke dinding bagian kiri. Dua
orang perawat dan seorang dokter mengelilingi sebuah kasur gel di tengah
– tengah ruangan, memandang ke sebuah sosok kecil di sana. Ketiga orang
itu semuanya mengenakan pakaian putih normal. Melihat ini, Asuna segera
menyadari-tak ada yang bisa diselesaikan. Mereka hanya bisa menunggu di
sebelah kasur itu untuk ‘saat itu’ yang telah semakin dekat.
Dokter Kurahashi menaikkan kepalanya, melihat Asuna ada di sana, dan
segara menggapai takan kirinya seakan dia ingin ia mendekat. Asuna
berjuang untuk bergerak kaki – kakinya yang seakan tak hidup dan
memasuki ruangan. Hanya sedikit jarak ke kasur gel itu, namun ia merasa
itu sangat jauh. Asuna mendekat di kenyataan kejam ini, dan akhirnya
tiba di sebelah kasur gel itu.
Seorang gadis kurus kering
ada di kasur, dan selimut putih menutupi tubuhnya dari leher ke bawah.
Dadanya yang lemah tergantung. ECG di puncak pojok kanan menunjukkan
sebuah gelombang hijau tipis.
Medicuboid menyamarkan kepala
sang gadis ketika ia melihatnya sebelumnya, bangun selaput segi empat
sekarang terbelah menjadi dua. Bagian teratas yang terbelah di garis
antara telinganya digeser 90 derajat ke belakang. Di bagian dalam ada
bagian yang lebih rendah yang merupakan sebuah kepala manusia dan muka
seorang perempuan, tertidur dengan matanya tertutup, di pasang di
dalamnya.
Ini adalah kali pertama Asuna melihat tubuh Yuuki di
dunia nyata. Perempuan yang sakit sangat kurus yang membuat hati sakit,
dengan kulitnya nyaris cukup pucat untuk dianggap transparan. Mukanya
memiliki sebuah kecantikan misterius, dan bahkan Asuna merasa bahwa ini
adalah seperti apa seorang pixie akan terlihat jika benar – benar ada.
Setelah memandangi Yuuki sebentar, Dokter Kurahashi yang berdiri di sampingnya, berbisik.
“Bagus…….kau datang tepat waktu.”
Tak dapat menerima kata – kata seperti itu bahwa ia berhasil datang
tepat waktu, Asuna melihat sang dokter, tapi matarasional di belakang
lensa menatap balik Asuna secara tulus. Sang dokter berkata lagi, “40
menit yang lalu, jantungnya berhenti sekali. Kami memberinya obat dan
sebuah gelombang kejut, dan dia kembali berdetak, namun lain kali…..”
Asuna menahan napasnya dan mengeluarkan suaranya di antara giginya yang
di gigit erat. Akan tetapi, ia tak dapat mengatakan kata – kata berarti
yang lengkap,
“Mengapa…mengapa ini…..Yuuki, dia masih….”
Sang dokter lagi – lagi menganggukkan kepalanya, dan kemudian menggeleng dengan kuat.
“Sebenarnya, ketika kau disini saat Januari, dia telah di tingkat
dimana hal seperti ini akan terjadi. Sifat konsumtif HIV menyebabkan
demam tinggi dan lymphoma di system saraf pusat membusuk, dan Yuuki
telah dalam bahaya. Namun, kami semua terkejut karena dia dapat
bertarung hebat untuk tiga bulan ini. Dia terus menang bahkan di
pertarungan keputus asaan. Dia benar – benar telah melakukan yang
terbaik…tidak-jika saya benar – benar harus menyebutkannya….”
Di saat ini, suara sang dokter bergoncang.
“Bagi Yuuki, 15 tahun kehidupan merupakan pertarungan yang panjang.
Disamping HIV….dia telah bertarung hebat melawan kenyataan dingin dan
kejam. Mencoba Medicuboid telah memberinya banyak rasa sakit.
Tapi….Yuuki tetap melakukannya. Tanpa bantuannya, ini seperti Medicuboid
hanya dapat digunakan setahun lagi atau lebih. Jadi sekarang-ini adalah
yang terbaik untuknya beristirahat. “
Mendengar kata –
kata sang dokter, Asuna diam – diam berkata pada Yuuki di dalam hatinya,
Yuuki-bagaimana bisa kau kalah? Kau adalah <<Absolute
Sword>>.....pendekar pedang tak terkalahkan yang dapat memotong
apapun. Kamu pasti bisa mengalahkan penyakit dan takdirmu-
Saat itu..
Kepala
Yuuki bergerak sedikit. Kelopak matanya bergerak sedikit sebelum
bergerak sedikit lebih tinggi. Mata di bawah kelopak mata itu berwarna
cokelat mungkin karena kehilangan sinarnya menunjukkan sebuah cahaya
terang sembali mereka menatap Asuna. Bibir yang berwarna sama dengan
kulitnya bergerenyit lemah, dan tangan kanan kurusnya yang ada di bawah
selimut mulai bergetar dan itu perlahan bergerak ke Asuna.
Doktor Kurahashi kemudian bicara dengan suara yang jelas menyadarkannya,
"Asuna-san....tolong genggam tangannya"
Sebelum
ia selesai berbicara,Asuna dengan segera menjulurkan tangannya dan
mengenggam tangan kanan Yuuki yang kurus .Tangan kanan yang beku seperti
memohon sesuatu mendekap kedalam jari-jari Asuna dengan erat.
Saat
itu juga,Asuna kelihatan mendapatkan sebuah penglihatan atau semacamnya
seolah-olah ia paham apa yang Yuuki ingin katakan. Ia menggenggam
tangan Yuuki erat-erat dan mengangkat kepalanya untuk bertanya pada
Dokter Kurahashi,
“Dokter...bisakah kita menggunakan Medicuboid sekarang?“
"Eh—itu bisa dilakukan sekali kita menyalakannya....tapi....Yuuki bukannya berharap bertemu di luar mesin itu... "
"Tidak,Yuuki
berharap bisa kembali lagi ke dunia itu sekali lagi.Aku bisa memahami
perasaannya.Kumohon....biarkan dia memakai Medicuboid lagi! "
Dokter menatap sejenak wajah Asuna sebelum akhirnya menyetujui
permintaannya.Dia memberi beberapa instruksi kepada perawat di
sampingnya,dan kemudian memegang pegangan disamping Medicuboid sebelum
akhirnya memasangkannya diatas kepala Yuuki.
“Butuh waktu sekitar 1 menit untuk mengaktifkannya...bagaimana denganmu?“
“Aku akan memakai Amusphere yanga ada di ruangan sebelah!“
Asuna
mengatakan itu sambil mengenggam erat tangan Yuuki sebelum
meletakkannya kembali di samping gadis yang tergolek lemah itu.Setelah
Bergumam Tunggu aku,aku akan segera kesana—dia bangkit dan pergi.
Asuna berlari keluar dari ruangan steril dan sampai di ruangan
monitoring disampingnya.Membuka pintu,Ia melompat menuju salah satu dari
tempat duduk yang tersedia meraih Amusphere dari tempatnya dan
memasangkannya di kepalanya.Dia menyalakannya dan menunggu rangkaian
peluncuran untuk memulai,tapi hatinya telah sampai di sisi lainnya.
Terbangun di rumah dalam hutan,Asuna melompat keluar dari jendela
disamping kamar sama seperti yang ia lakukan ketika ia login dari rumah
sakit,dan bergerak menuju jalanan utama.Sambil terbang itu,dia membuka
window-nya dan segera mengirim pesan kepada Lisbeth,Shiune dan yang
lainnya yang sudah diberitahunya untuk login lebih dulu untuk
berjaga-jaga.
Dengan terburu-buru menuju Transfer
Gate,Asuna berpindah menuju Panareze tanpa ragu.Saat ia tiba di kota
diatas danau,dia bergerak menuju pulau yang berada jauh di tengah
danau.Tentu saja,tujuan akhirnya tentu saja adalah pohon besar tempat
mereka bertemu pertama kali.
Saat ini,sudah malam di
Aincrad.Cahaya matahari yang tenggelam ufuk membuat air danau berwarna
keemasan memantukan cahayanya.Asuna seperti dipandu oleh cahaya ini dan
dia terbang di langit di atas pulau sebelum akhirnya mendarat segera di
padang rumput yang lembut.
Ia tak perlu mencari berkeliling
di sekitar pepohonan.Yuuki berdiri di tempat dimana mereka berdua
bertarung untuk pertama kalinya.Apa terjadi di hari itu terlihat seperti
telah di putuskan sejak dulu.Rambut panjang keunguan yang menebar
perasaan dingin ke udara,dan gadis Imp perlahan menoleh ke belakang,dia
langgsung tersenyum melihat Asuna mendekat,dan Asuna membalas
senyumannya.
"Terima kasih,Asuna.Aku melupakan sesuatu yang
penting.Aku punya sesuatu yang harus aku kembalikan,jadi tak peduli apa
yang terjadi,aku harus menemuimu disini."
Suaranya begitu ceria
seperti biasanya,namun terdengar agak gemetar.Asuna merasa bahwa Yuuki
telah menggunakan semua kekuatannya untuk mencoba bicara.
Walaupun begitu,Asuna bertanya kembali dengan nada ceria sambil berjalan mendekati Yuuki.
"Apa yang ingin kamu berikan padaku?"
"E-rm...Aku akan membuatnya sekarang.Tunggulah."
Yuuki tersenyum dan memanggil keluar Window-nya dan mengoperasikannya
dengan lihai.Setelah membuat Window-nya menghilang,Dia menggunakan
tangan kanannya dan mengeluarkan pedang di pinggangnya dengan bunyi yang
keras.
Pedang obsidian Yuuki mengeluarkan sinar merah seperti
nyala api di bawah matahari terbenam yang bercahaya kemerahan.Dia
menggerakkan pedangnya ke depan dan menghunuskannya pada batang pohon
besar di depannya,Menjaga posisi seperti ini sampai ia benar-benar
tenang seperti hendak memfokuskan sisa-sisa kekuatannya pada ujung
pedang.
Sisi wajah Yuuki bergetar dalam rasa sakit.Tubuh bagian
atasnya sedikit bergoncang,tapi kakinya kemudian melebar,berusaha keras
untuk menopang tubuhnya.
Asuna benar-benar ingin berkata bahwa
Yuuki tak perlu memaksakan dirinya,tapi ia memutuskan untuk menggigit
bibirnya dan menunggu.Tiba-tiba,angin berhembus meniup
rerumputan.Bersama dengan berhentinya hembusan angin Yuuki tiba-tiba
bergerak.
"HYAAA!!!!“
Tangan kanan gadis itu
berayun diikuti teriakan mengejutkan.Ujung dari pedangnya meninggalkan 5
bekas tikaman dari ujung kanan atas sampai ujung kiri bawah batang
pohon dengan kecepatan dimana mata telanjang tak dapat melihatnya.Setiap
tikaman yang dibuat oleh terjangan skill tadi,membuat suara sangat
keras pada batangnya dan pohon yang menjulang tinggi itu terus menerus
bergetar.Jika pohon adalah sesuatu yang bisa dihancurkan,pasti itu sudah
terpotong menjadi dua sekarang.
Setelah meluncurkan skill
sergapan 10 strikes,Yuuki menggunakan kekuatan di seluruh tubuhnya untuk
menarik kembali pedangnya ke belakang dan memukul titik
potongnya.Cahaya silau biru-keunguan meledak di sekitarnya,dan rumput di
samping kakinya tertiup ke belakang,terlihat seperti mereka terdorong
oleh sesuatu.
Bersamaan dengan berhentinya badai yang
menggila,Yuuki,yang menikamkan pedangnya ke batang pohon,kembali ke
posisi semulanya.Seketika,muncul puncak kecil dari tengah ujung
pedangnya.Puncak itu berputar dan melebar,dan sebuah perkamen persegi
termaterialisasi dari permukaan cabang.Setelah puncak tadi mengeluarkan
kilauan biru yang berpindah ke perkamen,perkamen tersebut mengulung dari
atas ke bawah.
Yuuki menyimpan pedangnya,dan sebuah gulungan
sempurna mengambang di udara.Dia secara perlahan menjulurkan tangan
kirinya dan meraihnya. Pedang di tangan kanan gadis itu terjatuh ke
rerumputan,sambil mengeluarkan bunyi "Ka-yan". Tubuh Yuuki terguncang
sedikit dan terhuyung ke belakang,Asuna segera berlari ke arahnya untuk
membantu menopang tubuhnya.Mereka berdua jatuh terduduk karena hal
tersebut,dan Asuna menggunakan kedua lengannya untuk memeluk tubuh kecil
Yuuki.
"Aneh....aku tak pernah merasakan penderitaan atau kesedihan,aku hanya merasa lemah... "
Asuna tersenyum membalasnya dan berkata,
"Tak apa.Kamu hanya kelelahan.Istirahatlah sebentar dan kamu akan segera pulih. "
"Un...Asuna...terimalah ini...ini adalah....OSS-ku... "
Suara ini sangat berbeda dari yang sebelumnya.Tergagap-gagap dan
gemetaran di saat yang sama.Satu-satunya organ Yuuki yang tersisa,dimana
kesadarannya berkumpul,hampir memudar.Hal ini membuat Asuna sesuatu
seperti meledak di dalam dirinya,tapi dia masih menahan emosinya tetap
terjaga sambil tersenyum dan berkata,
"Apa kamu benar-benar mau menyerahkan ini padaku...? "
"Kuharap...kamu mau menerimanya...Asuna...ini...bukalah Window-mu... "
"..Un"
Asuna mengibaskan tangannya, memanggil window-nya dan membuka setting
menu untuk OSS.Yuuki mengangkat tangan gemetarannya dan menyentuhkan
gulungan kecil yang ia pegang ke permukaan Window.Setelah gulungan tadi
menghilang bersama cahaya,Yuuki mendesah dengan sikap puas dan
menurunkan tangannya.Dia tersenyum lembut dan terlihat mendesah sambil
bergumam,
"Nama...dari skill ini...adalah <<Mother Rosario>>...setidaknya...ini bisa ...membantuku....melindungi Asuna "
Mendengar kata-kata itu,air mata Asuna akhirnya jatuh ke dada
Yuuki,tapi ia masih tersenyum dan berbicara dengan suara yang jelas,
"Terima kasih Yuuki—Aku berjanji padamu,jika aku harus meninggalkan
dunia ini suatu hari,Aku pasti mewariskan Sword Skil ini kepada orang
lain.Pedangmu...akan hidup selamanya."
"Un,,,terima kasih... "
Yuuki menganggukan kepalanya.Mata berwarna amethyst-nya mengeluarkan
sesuatu yang berkilauan.Pada momen ini,terdengar gemuruh,atau bisa
dibilang,suara benda terbang mendekat.Terdengar juga suara sepatu
mendarat di rerumputan di sekitar Asuna dan Yuuki.Saat mereka melihat ke
atas,ada 5 orang, Jun,Thatch,Taruken,Nori dan Shiune,mereka semua
terbang mendekat dan berlari menghampiri mereka. Mereka membentuk
formasi setengah lingkaran di sekitar Yuuki dan berlutut.Yuuki melihat
sekelilingnya dan menunjukkan tatapan kesuasahan.
"Ada apa
dengan semua orang...bukannya kita sudah,mengucapkan kata perpisahan
sebelumnya..Sudah kubilang pada kalian kan,janji untuk tidak mengucapkan
kata-kata perpisahan di saat-saat terakhir.. "
"Kami disini
bukan untuk mengantarkanmu pergi.Kami disini untuk menghiburmu.Jika
ketua kami menghancurkan dunia setelah dunia ini karena kami tidak ada
disini,kami akan benar-benar merasa bersalah!"
Jun
tersenyum dengan apa yang dikatakannya.Tangan kanannya yang tertutup
sarung tangan merah tembaga menggenggam tangan kanan Yuuki sambil
melanjutkan kata-katanya,
"Jangan lari seperti kamu pikir aku tak bisa menemukanmu.Aku pasti segera menemukanmu."
"Apa...yang kau katakan..itu terlalu tiba-tiba...Aku akan marah...tahu... "
Membuat suara chi chi‘ dengan lidahnya,Noria dengan ceria berkata,
"Itu tak akan terjadi.Jika kami tak ada di sampingmu,kau takkan sanggup
melakukan apa-apa,ketua.Tunggulah disini...tunggulah kami... " Ekspresi
Wajah Nori tiba-tiba berubah,Air mata mulai mengalir dari mata hitam
besarnya.Kemudian,dia membuat 2,3 sesengukan dari dalam tenggorokannya
yang tak bisa ia tahan lagi.
"Itu takkan terjadi...Nori...kamu sudah berjanji untuk tidak menangis,ya kan... "
Sambil tersenyum dan menyela,wajah Shiune menunjukan dua garis dari
sesuatu yang jelas itu adalah air mata.Thatch dan Taruken tak punya
alasan lagi menyembunyikan air mata mereka sambil mereka menggenggam
tangan Yuuki.
Yuuki sekali lagi menatap wajah mereka berempat,kemudian tersenyum sambil berlinangan air mata dan berkata pada mereka,
"Kalian benar-benar...Aku akan menunggu disini....untuk kalian
semua...luangkan waktu kalian dan datanglah kemari...tak apa-apakan... "
Ke-enam anggota Sleeping Knight menyilangkan dan
menumpangkan tangan mereka diatas tangan yang lain dan terlihat mereka
berjanji untuk berkumpul kembali sebelum kemudian menganggukan kepala
mereka dengan kencang.Segera setelah Shiune dan teman-temannya
berdiri,beberapa kepakan sayap terdengar mendekat.
Yang
muncul adalah Kirito,Yui,Lisbeth,dan Silica.Mereka semua mendarat dan
mengikuti yang lain berkumpul di sekeliling Yuuki,kemudian menggenggam
tangan Yuuki erat-erat.
Asuna yang memeluk Yuuki melihat
semuannya dengan berlinangan air mata.Tiba-tiba,ia menyadari
sesuatu.Segera setelah Kirito dan yang lain berhenti,masih terdengar
suara dari kepakan sayap dan tidak hanya satu.Suara sayap dari semua
jenis suku peri saling tumpang tindih,membentuk gema besar yang
terdengar seperti suara organ.
Asuna,Yuuki,Shiune,Lisbeth
dan teman-temannya semua melihat ke langit.Mereka melihat sebuah pita
besar yang menuju ke arah Panareze. Beberapa player terbang dalam satu
garis lurus.Seseorang yang berada di barisan paling depan adalah Raja
Sylphs,Sakuya yang mengenakan mantel yang berkibar tertiup
angin.Disampingnya ada para Sylphs yang mengenakan kemeja dengan corak
yang bermacam-macam.Menilik dari jumlahnya,kelihatannya semua Sylphs
yang tengah login datang kemari.
Tidak—bukan hanya dari
jalanan utama.Dari segala arah di sekitarnya,banyak pita yang datang
menuju pulau ini.Pita merah menandakan Salamender,dan Kuning pastinya
mewakili Cait Sith.Juga ada Imp,Gnome,Undine...dan semua jenis
organisasi player dari tiap-tiap suku peri terbang menuju pohon besar
ini.Ada sekitar 500...tidak,lebih dari 1000 orang. Yuuki melihat dengan
mata terbelalak dalam dekapan lengan Asuna dan mengeluarkan teriakan
takjub.
"Uwahhh...menakjubkan...banyak sekali peri..."
Asuna tersenyum dan berbicara padanya
"Maaf,kau benci mengerahkan banyak orang seperti ini,Yuuki...tapi aku meminta Lisbeth untuk memanggil mereka kemari"
"Kenapa aku....itu konyol...tapi,kenapa ada banyak orang disini...ini seperti...mimpi... "
Yuuki bergumam sambil terengah-engah,dan para pendekar pedang yang
datang dari langit diatas pulau mengeluarkan suara seperti air terjun
ketika mereka turun.Sakuya dan Alicia serta para pemimpin dari
organisasi berkumpul diluar, mengelilingi Asuna dan kawan-kawan,kemudian
mereka berlutut dengan satu kaki sembari menundukkan kepala.Pulau ini
bukanlah pulau yang luas,dan sekarang sudah dipenuhi oleh para player.
Asuna menatap mata Yuuli dan mencoba untuk mengekspresikan emosi di
dalam hatinya ke dalam kata-kata.
"Ka…karena…"
Air matanya menetes kembali.
"Yuuki…kau pernah menjadi pendekar pedang terkuat di dunia ini…dan tak
akan ada lagi pendekar pedang yang sepertimu di dunia ini.Aku
benar-benar tak biasa membiarkanmu pergi sendirian seperti itu…semua
orang,semua orang mendoa’akanmu….berharap agar perjalananmu yang baru
akan sama sempurnanya dengan yang satu ini…"
Yuuki
mengangkat lehernya dan melihat pada pendekar-pendekar pedang di
sekelilingnya sebelum kemudian menyandarkan kepalanya di lengan Asuna.
Yuuki menutup matanya,dan dadanya yang rata mengembang dan mengempis
beberapa kali.Dia menggunakan mata ungunya untuk menatap Asuna sekali
lagi.Dia kemudian bernafas dengan keras,terlihat seperti memeras tenaga
terakhirnya untuk keluar dan melanjutkan dengan suara yang
terputus-putus.
" Aku selalu…selalu berpikir,kalau aku,yang
selalu berhadapan dengan kematian bahkan sejak aku lahir….apa
sebenarnya arti kehidupan di dunia ini…Aku tidak bisa menciptakan apapun
di dunia ini,dan aku juga tak bisa membantu oarng lain…aku hanya bisa
menghabiskan obat-obatan dan peralatan yang tak terhitung jumlahnya….Aku
terganggu dengan itu,sakit…jika aku akhirnya harus menghilang….biarkan
saja aku menghilang…aku telah memikirnya beberapa kali…aku hanya
merasa…kenapa aku harus terlahir di dunia ini…"
Sisa-sisa
kehidupan merembes keluar dari tubuh Yuuki.Tubuh mungil di lengan Asuna
perlahan-lahan menjadi sedikit lebih ringan dan sedikit lebih
transparan.Suara Yuuki menjadi lebih lemah dan lemah seperti akan segera
berhenti.Walaupun begitu,tak ada bahasa yang dapat menggambarkan itu
semua jauh di dalam jiwa Asuna.
"Tetapi…tetapi..aku
akhirnya mendapat jawaban…bahkan…jika itu tak ada artinya..jika aku bisa
hidup…itu sudah cukup…pada akhirnya…aku dapat benar-benar
merasakan…begitu berarti…begitu banyak orang…mengelilingiku..dan aku
berbaring…di lengan orang yang paling kucintai…sambil aku menunggu di
tempat pemberhentian akhir kisah perjalananku…"
Kata-kata
Yuuki berhenti dengan engahan pendek.Matanya terlihat seperti melihat
Asuna dan menuju tempat nan jauh.Apa yang ia lihat adalah dunia nyata
yang lain—sebuah pulau peri sungguhan dimana jiwa-jiwa dari pahlawan
beristirahat?
Asuna
tak bisa menahan lagi air mata yang menetes.Tetesan air mata terus
menerus jatuh ke dada Yuuki,hancur menjadi partikel-partikel cahaya dan
menghilang.Walaupun begitu mulutnya tersenyum secara
natural.menganggukan kepalanya dengan keras dan mengatakan kata-kata
terakhirnya pada Yuuki,
"Aku…aku pasti akan menemuimu
lagi.Bahkan jika itu entah dimana,di dunia yang lain,aku akan menemuimu
lagi….pada saat itu…kamu harus mengatakan padaku…apa yang kamu temukan
disitu… "
Mata ungu Yuuki bertemu dengan tatapan Asuna.Jauh
di didalam matanya,terdapat sinar dari energy dan keberanian tanpa
akhir yang dilihat Asuna lihat saat dia bertemu Yuuki untuk pertama
kalinya.Sinar yang langsung membentuk dua tetes air mata yang
mengalir,turun ke wajah pucat Yuuki dan akhirnya melebur dan lenyap
kedalam cahaya.
Dia mengerakkan bibirnya dan membuat sebuah
senyuman.Saat itu juga,sebuah suara merasuk ke dalam kesadaran Asuna
secara langsung.
Aku mencoba melakukan yang terbaik untuk hidup….Disini,Aku benar-benar hidup….
Bersamaan dengan mendaratnya butiran salju terakhir di tanah tertutup
salju putih bersih <<Absolut Sword>> Yuuki menutup matanya.
Bab 12
Sentuhan kecil di bahu kanan seragamnya menyebabkan Asuna untuk berpaling, itu adalah kelopak sakura di atasnya.
Gadis
itu menggunakan jari tangan kirinya untuk menyentuhnya. Itu adalah
kelopak berbentuk oval tanpa noda di atasnya, tampak seolah-olah itu
ingin menunjukkan sesuatu karena terus bergerak. Akhirnya melayang
dengan angin dan menghilang di antara bintik-bintik putih yang menari di
udara. Menaruh kembali tangannya ke lututnya, Asuna kembali menatap
langit musim semi yang agak kabur.
Sekarang adalah hari Sabtu pertama bulan April, jam 3 sore.
Sudah seminggu sejak Yuuki meninggal, dan pemakamannya baru saja berakhir.
Lokasi
pemakaman berada di sebuah gereja Kristen yang dikelilingi oleh
pohon-pohon sakura di wilayah perbukitan Hodogaya, Kabupaten Yokohama,
dan kelopak yang mulai jatuh itu tampak seperti mereka mengantar
kepergian Yuuki, namun, pemakaman itu sendiri jauh dari kata 'khusyuk.
Termasuk bibi, yang sedang berkabung, hanya ada empat kerabat yang
menghadiri acara pemakaman. Namun, ada lebih dari 100 pemuda yang
mengaku menjadi teman Yuuki. Tentu saja, orang-orang diusia remaja dan
usia dua puluhan itu semua pemain ALO. Para kerabat yang menerima tamu
mungkin berpikir bahwa Yuuki tidak memiliki banyak teman karena ia telah
dirawat di rumah sakit selama lebih dari 3 tahun, dan tampaknya
benar-benar terkejut dengan jumlah yang hadir.
Setelah pemakaman
berakhir, semua orang di halaman besar di depan gereja membahas insiden
«Absolute Sword», namun Asuna tidak bisa bersama-sama dengan
orang-orang untuk beberapa alasan, dan dia diam-diam pergi untuk mencari
bangku di belakang bayang-bayang gereja saat ia menatap langit
sendirian.
Yuuki telah meninggalkan dunia ini—Yuuki yang menyapa
melalui alat di bahunya, Yuuki yang tersenyum saat melihat Asuna
memasak di rumah hutan, telah pergi ke tempat yang jauh dan tidak akan
pernah kembali. Sampai sekarang, Asuna tidak bisa menerima kenyataan
ini. Gadis ini tidak menangis lagi, tapi apakah itu di tengah-tengah
kerumunan berisik, di sudut kafe, atau di Alfheim, hatinya berlari
setiap kali ia pikir ia mendengar suara Yuuki.
Selama beberapa hari terakhir, Asuna telah berpikir tentang apa sebenarnya dari «kehidupan».
Semua
bentuk kehidupan adalah instrumen transfer gen yang ada untuk
meningkatkan peluang kelangsungan keturunan mereka sendiri di masa
depan. Puluhan tahun lalu, pepatah ini tampaknya telah menyebabkan
keributan. Jika dipandang hanya melalui titik ini, bahkan orang-orang
yang menderita HIV di sedemikian usia, kurangnya sistem kekebalan tubuh
atau sesuatu yang serupa hanya akan dianggap sebagai bentuk kehidupan
belaka. Namun, virus ini akan terus berkembang biak dan menggandakan
dirinya sendiri sampai mengambil nyawa Yuuki inangnya, menyebabkan
kematiannya.
Jika salah satu berpikir dengan cara lain, manusia
telah melakukan hal yang sama selama ribuan tahun. Mereka mengambil
nyawa orang lain untuk keuntungan mereka sendiri, mereka mengorbankan
negara-negara lain untuk memastikan keamanan negara mereka sendiri.
Bahkan ketika dia menatap langit, dia bisa melihat formasi jet tempur
terbang dari pangkalan udara Atsugi ke tempat yang tidak diketahui,
mengeluarkan jejak
putih di sisi lain pemandangan musim semi. Akankah suatu hari manusia
menghancurkan dunia mereka seperti virus ini? Atau mereka akan
dikalahkan oleh beberapa organisme dengan kecerdasan yang lebih tinggi
dan harus dibuang ...?
Kata-kata terakhir Yuuki masih bergema di
telinga Asuna. Dia berkata bahwa dia tidak bisa membuat apapun di dunia
ini, dan tidak bisa memberi bantuan kepada orang lain―Yuuki sendiri
tidak meninggalkan keturunan saat ia meninggalkan dunia ini.
Namun,
batin Asuna bergerak saat ia menyentuh simpul kupu-kupu pada
seragamnya. Yuuki pernah melakukan hal serupa yang meninggalkan bekas
yang tak dapat dihapus di dalam hatinya yang dalam. Jiwa «Absolute
Sword» dan jiwa heroik yang menantang kesulitan besar ini terus hidup
dalam hati Asuna. Para pemuda yang hadir berjumlah lebih dari 100, dan
mereka memiliki pikiran yang sama seperti Asuna. Bahkan saat kenangan
memudar dengan waktu, bahkan saat kenangan mengkristal, akan ada sesuatu
dalam hati semua orang.
Dalam hal ini, hidup itu bukan hanya penyaluran dari 4 basis.
Ini adalah sesuatu yang bisa menampung kenangan, pikiran dan jiwa yang
tidak memiliki tubuh fisik. Di masa depan yang jauh, jika manusia
benar-benar bisa membuat jiwa yang lengkap melalui meme
atau keadaan tak pasti di mana otak meniru virus, kehidupan kemanusiaan
yang tidak lengkap ini dapat menggunakan ini untuk mencegah kepunahan
mereka sendiri—
Hingga hari itu tiba, aku harus menggunakan cara
yang aku bisa untuk menyalurkan jiwa Yuuki. Ketika aku punya anak, aku
akan terus menjelaskan kejadian ini kepada mereka, aku akan membiarkan
mereka tahu bahwa dalam kesenjangan antara realitas dan dunia maya,
seorang gadis mungil ajaib seperti layaknya bersinar.
Asuna
bergumam pada dirinya sendiri jauh di dalam hatinya, dan kemudian
diam-diam membuka mata yang dia tak tahu telah dia tutup.
Dia
melihat sosok datang dari sudut bangunan di depan teras, dan buru-buru
menggunakan jari-jarinya untuk mengusap air mata di matanya.
Itu
seorang wanita. Asuna merasa bahwa dia bertemu sebelumnya di suatu
tempat, tetapi tidak memiliki ingatan apapun pada wajah itu sama sekali.
Tubuh wanita itu sedikit tinggi, dan dia tampak mengenakan baju
one-piece hitam sederhana dengan selendang menutupi bahunya. Dia
memiliki rambut sebahu berwarna hitam, dan kalung perak di depan dadanya
yang merupakan ornamen satu-satunya yang ada dirinya. Dia tampak
seperti dia berada di usia dua puluhan.
Wanita itu menuju ke
Asuna dan akhirnya berhenti sedikit di depannya sebelum membungkuk.
Asuna segera berdiri, dan ketika ia mengangkat kepalanya, kulit wanita
yang tampak transparan terlihat oleh matanya. Kulit putih pucat
mengingatkan Asuna pada dirinya ketika dia terbangun dari tidur
panjangnya. Melihat dari dekat, orang bisa mengatakan bahwa leher wanita
yang terlihat dari selendang itu seramping pergelangan tangannya dan
tampak seperti akan pecah dengan satu sentuhan.
Wanita itu
menatap wajah Asuna tanpa berkata-kata untuk sementara waktu, dan
kemudian, mata yang berbentuk indah itu saat ini menunjukkan ekspresi
lembut seperti bibirnya yang menunjukkan sedikit senyum.
"Apakah kamu Asuna-san? Kamu twelihat seperti yang ada dunia virtual. Aku mengenali kamu saat pandangan pertama."
Mendengar kata-kata tenang dan bijak itu, Asuna segera menebak siapa wanita di depannya itu.
"Ah ... kamu, Shiune-san ...?"
"Ehh, itu benar. Nama asliku adalah An Shi En. Senang bertemu denganmu ... dan lama tidak bertemu."
"Se, senang bertemu denganmu untuk pertama kalinya! Aku Yuuki Asuna. Kita tak bertemu selama seminggu. "
Setelah
ucapan yang agak canggung, mereka berdua mulai tertawa. Asuna
menggunakan tangan kirinya untuk menunjukkan untuk Shi En duduk di
bangku, dan dia duduk di sampingnya.
Pada saat ini, Asuna
melihat sesuatu. Semua anggota Sleeping Knight itu mungkin pasien yang
terserang penyakit dan butuh perawatan di rumah sakit. Apakah itu tak
apa baginya untuk keluar sendiri seperti itu ...?
Shi En tampaknya memperhatikan keprihatinan Asuna saat ia mengangguk kepalanya sedikit sebelum berkata,
"Jangan
khawatir. Aku akhirnya mendapat izin untuk pergi keluar selama April.
Adikku datang bersama denganku juga, tapi aku ingin dia menungguku di
luar. "
"... Kemudian ... tubuhmu sudah ...?"
"Ya ... aku punya lymphoblastic leukemia
akut ... dengan kata lain, leukemia di dalam tubuhku menghilang ... Aku
mengalami itu tiga tahun yang lalu, dan aku dibebaskan setelah
menjalani kemoterapi ... Tapi aku jatuh sakit lagi tahun lalu ...
setelah kambuh, dokter menunjukkan bahwa satu-satunya pengobatan yang
efektif adalah transplantasi sumsum tulang. Tapi sel darah putih anggota
keluargaku tidak cocok denganku ... dan bank tulang tidak memiliki
donor yang cocok bagi aku. Aku sudah siap secara mental dan memutuskan
untuk memanfaatkan sisa waktuku ... "
Shi En berhenti untuk
sementara waktu dan melihat bunga-bunga sakura di atas. Angin pusaran
kecil menerbangkan beberapa kelopak bunga dan membuat mereka menari
seperti kepingan salju.
"—Ketika penyakitku kambuh, aku tak bisa
menjalani transplantasi sumsum tulang, dan diberikan segala macam
obat-obatan dan kemoterapi untuk memperingan rasa sakit. Tetapi karena
terlalu banyak menggunakan obat percobaan dan obat baru, efek sampingnya
benar-benar serius... efek sampingnya benar-benar kuat sehingga aku
sempat berpikir untuk menyerah berberapa kali. Aku mengatakan kepada
dokter berkali-kali sebelum itu jika ada harapan, biarkan aku
di-kemoterapi sehingga aku bisa pergi melalui saat-saat terakhirku..."
Asuna tiba-tiba melihat bahwa rambut Shi En yang bergoyang dengan bunga sakura sebenarnya wig.
"Tapi
... setiap kali aku bertemu Yuuki, aku berpikir agar tidak mudah
menyerah. Yuuki telah berjuang dengan rasa sakit yang sama selama 15
tahun, dan bagaimana aku bisa, seseorang yang lebih tua dari dia,
menyerah setelah hanya tiga tahun pengobatan? Aku terus mengatakan pada
diriku sendiri ini—namun, jumlah obat turun perlahan-lahan sejak
Februari tahun ini...dan dokter mengatakan kepadaku bahwa kondisiku
membaik. Namun, aku hanya merasa dalam hatiku saat itu akhirnya datang.
Mereka mengubah pengobatanku dari jenis kemoterapi penyelamatan ke
pengobatan yang lebih umum. Aku benar-benar takut...dan belum merasa
nyaman. Aku tahu tentang kondisi Yuuki, jadi aku merasa...jika itu Yuuki
dengan aku, tidak peduli bahkan jika aku pergi ke dunia lain. Tidak
peduli di mana aku pergi, dia akan melindungiku...itu lucu, bukan? Yuuki
lebih muda daripada aku, namun aku mengandalkannya begitu banyak..."
"Tidak ... Aku bisa mengerti."
Asuna menjawab dengan sederhana dan mengangguk kepalanya. Shi En kemudian tersenyum dan mengangguk saat ia melanjutkan,
"—Pada
akhirnya...seminggu yang lalu, hari berikutnya setelah aku mengucapkan
selamat tinggal kepada Yuuki, dokter datang ke kamarku ...dan mengatakan
bahwa aku telah pulih sepenuhnya...leukemia di dalam tubuhku telah
hilang, dan aku bisa pulang. Aku bertanya-tanya omong kosong apa yang
dia ucapkan, apakah ia hanya membiarkan aku kembali untuk bertemu
keluargaku dan mengatakan selamat tinggal? Aku bertanya-tanya tentang
itu...dan di tengah-tengah kebingungan, aku benar-benar pulang dua hari
kemudian. Kemarin, aku bahkan merasa bahwa aku dapat disembuhkan. Aku
mendengar bahwa obat percobaan tertentu benar-benar efektif ... "
Shi En kembali berhenti untuk berberapa saat, dan senyumnya itu dipelintir dengan ekspresi yang agak berkaca-kaca.
"Tapi,
aku hanya merasa bahwa sesuatu tidak terasa benar. Waktu ini telah
diberikan kepadaku ketika aku merasa bahwa itu sudah lama hilang, dan
hanya untuk menggangguku. Dan...dan Yuuki, ini adalah..."
Suara
Shi En gemetar sedikit, dan ketika Asuna melihat air mata kecil yang
muncul di sudut-sudut matanya, dia tidak bisa menahan perasaan sedih
juga.
"Yuuki sedang menunggu, namun aku satu-satunya yang
menunggu. Apakah ini benar-benar sudah...Aku sudah berjanji Yuuki,
Ran-san, Clovis, dan Merida...kita akan selalu bersama-sama...tapi
aku...tapi aku... "
Shi En tidak bisa bicara lebih jauh saat ia menunduk dan bahunya terus gemetar.
Ran-san
seharusnya pemimpin guild yang pertama, yang berarti kakak perempuan
Yuuki. Dua lainnya seharusnya anggota Sleeping Knight yang sudah
meninggal. Para anggota Sleeping Knight mungkin telah mengalami
kehidupan yang paling menyakitkan di dunia ini, dan ujian yang dialami
mungkin lebih dapat diandalkan daripada menjadi keluarga atau kekasih
dalam arti tertentu. Asuna merasa bahwa dia tidak punya hak untuk
mengatakan apa-apa, tapi ia tidak bisa membantu tetapi melakukannya.
Dia
meraih tangan kirinya keluar dan diam-diam memegang tangan kanan Shi En
yang ditempatkan di bangku cadangan. Jari Shi En tipis, tapi Asuna
benar-benar merasakan rasa hangat dari tangannya.
"Shi En-san.
Aku baru-baru ini...memikirkan...hidup harus menjadi sesuatu yang dapat
menyimpan dan menyampaikan pikiran seseorang. Untuk waktu yang lama, aku
sudah takut mengungkapkan pikiranku kepada orang lain, dan aku tidak
berani melihat ke dalam pikiran orang lain. Tapi Yuuki mengatakan
kepadaku bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku ingin menyampaikan
kekuatan yang aku pelajari ini dari Yuuki kepada lebih banyak orang. Aku
berharap bahwa sementara aku masih hidup, aku bisa menyampaikan pikiran
Yuuki untuk tempat yang lebih jauh, dan kemudian...ketika aku bertemu
Yuuki lagi, aku berharap bahwa aku bisa menyampaikan lebih banyak
pemikiran lagi. "
Itu sedikit tersela, tapi Asuna masih mencoba
terbaik untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Dia merasa bahwa dia tidak
mengungkapkan lebih dari setengah emosinya, tapi Shi En, yang menunduk,
perlahan-lahan mengangguk kepalanya sedalam dia meletakkan tangannya
yang lain di tangan kiri Asuna itu.
Shi En mengangkat wajahnya, dan meskipun mata hitam yang indah ternoda dengan air mata, ia tersenyum.
"Terima kasih ... Asuna-san."
Setelah
menggumamkan itu, Shi En mengangkat lengannya untuk memeluk Asuna, dan
Asuna memeluk erat tubuhnya yang kurus. Shi En kemudian berbisik di
samping mata Asuna,
"Kami semua berterima kasih kepadamu,
Asuna-san. Sejak kakak Yuuki, Ran-san meninggal, Yuuki sudah berusaha
yang terbaik untuk mendorong dan mendukung kami di tempat kakaknya, dan
kami berakhir terlalu mengandalkan dirinya...apakah rasa sakit atau
kesulitan, Yuuki akan meminjamkan kekuatannya untuk mendukung kami. Kamu
mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya mengatakan ini sekarang...aku
benar-benar khawatir tentang Yuuki. Aku bertanya-tanya siapa yang akan
menjadi pilar untuk mendukung Yuuki. Dia selalu tersenyum dan tidak
pernah menunjukkan tanda-tanda kejengkelan...tapi aku khawatir bahwa
suatu hari, dia yang bertubuh mungil itu akan menanggung terlalu banyak
dan hancur...saat itu—kamu muncul. Yuuki terlihat sangat senang ketika
dia bersamamu, Asuna-san. Dia tampak begitu senang, seperti burung yang
akhirnya tahu bagaimana cara untuk terbang. Dia sepertinya bisa terbang
begitu tinggi ke langit...sampai kita tidak bisa mencapainya...dan
kemudian meninggalkan kami..."
Setelah mengatakan hal ini, Shi
En berhenti sejenak, dan layar dalam hati Asuna memperlihatkan sekilas
Yuuki menjadi burung dan terbang tinggi di dunia lainnya.
Shi En
menggeser tubuhnya ke samping dan tersenyum dalam cara yang agak
malu-malu. Dia menggunakan jari-jarinya untuk menghapus air matanya, dan
mengambil napas dalam sebelum berkata dengan suara yang jelas:
"Sebenarnya—,
bukan hanya aku. Jun...juga menderita kanker yang sulit untuk diobati,
tetapi baru-baru ini, obat yang diberikan mulai bekerja dengan sangat
baik, dan aku mendengar bahwa tumornya mengecil. Ini seperti yang Yuuki
beritahukan pada kami berdua bahwa itu terlalu dini bagi kami.
Sepertinya itu akan menjadi waktu yang lama sebelum Sleeping Knight
akhirnya bersama-sama."
"...Ya. Lain kali, kamu harus menempatkan aku sebagai anggota resmi. "
Asuna
dan Shi En saling berpandangan satu sama lain, fufu, dan mulai tertawa.
Mereka mengangkat kepala mereka dan menatap langit berwarna sakura.
Angin bertiup dari belakang, menggerakkan rambut mereka. Asuna
membayangkan Yuuki memeluk keduanya di bahu dan terbang saat mengepakkan
sayapnyanya, dan kemudian diam-diam menutup matanya lagi.
Beberapa
menit berlalu begitu saja. Dua pasang langkah kaki yang mendekati
mereka memecah keheningan ini. Mereka membalik wajah mereka ke belakang,
dan melihat anak laki-laki mengenakan seragam yang sama dengan Asuna —
Kirigaya Kazuto, dan Dokter Kurahashi dengan jubah hitam, sedang
berjalan.
Asuna dan Shi En bangkit dan menyapa dua orang yang
mendekati mereka. Mereka berdua menganggukkan kepala mereka. Kazuto
kemudian berkata kepada Asuna,
"Jadi kamu di sini. Apakah aku mengganggu kalian berdua? "
"Tidak Tapi ... eh? Kirito-kun, kamu tahu Dokter Kurahashi? "
"Uun ... baru-baru ini. Karena message probe baru-baru ini, kami telah menggunakan email untuk menghubungi satu sama lain. "
Dokter Kurahashi kemudian menyela,
"Ya.
Kamera itu benar-benar menarik, jadi aku berdiskusi dengan dia mengenai
apakah itu cocok untuk digunakan dalam teknologi FullDive. "
"Begitu ya. Lalu...itu berarti..."
Asuna tiba-tiba teringat sesuatu, dan bertanya pada dokter,
"Bagaimana pengujian dengan Medicuboid tersebut? Apakah ada seseorang yang menggunakan kembali alat itu ...? "
Mendengar itu, dokter segera tersenyum dan menganggukkan kepalanya keras, mengatakan,
"Ah,
itu bukan apa-apa. Kami punya data yang memadai untuk pengujian. Kami
melanjutkan negosiasi dengan produsen untuk produk untuk praktik.
Mungkin An-san dan sisanya dapat menggunakan Medicuboid segera..."
Bagian
terakhir dari kata-kata ini ditujukan pada Shi En, tapi setelah
berbicara sampai di sini, dokter matanya melebar dan buru-buru berkata,
"Ahh,
aku benar-benar menyesal. Aku harus mengatakan ini sejak awal—selamat
atas kesembuhan Anda, An-san. Aku kira Yuuki...akan lebih bahagia..."
Shi
En erat menggenggam tangan dokter yang diulurkan itu dan mengangguk
kepalanya dengan keras. Lalu, ia memegang tangan Kazuto, yang ia kenal
dalam game.
"Terima kasih. Aku mungkin tidak perlu menggunakan
Medicuboid sekarang...tapi aku senang...tentang pemikiran bahwa aku
dapat meninggalkan memoriku untuk membantu banyak orang berjuang dengan
penyakitnya. "
Setelah Shi En mengatakan itu, dokter itu terus mengangguk.
"Ya.
Sebagai tester pertama mesin itu, nama Yuuki akan hidup selamanya—aku
benar-benar ingin penghargaan ini dihadiahkan kepadanya dan penyedia
eksternal yang datang dengan desain awal..."
"Aku kira Yuuki tidak ingin hadiah. Dia mungkin mengatakan bahwa hadiah tidak bisa dimakan. "
Kata
Shi En menyebabkan semua orang tertawa. Saat tawa mereda, Asuna
menyadari beberapa bagian dari kata-kata Dokter Kurahashi, dan
mengulanginya,
"Lalu...dokter, yang Anda katakan penyedia luar
dari desain awal...? Bukankah Medicuboid dirancang oleh produsen
perangkat medis?"
"Ahh ... erm, tentang itu."
Dokter tampaknya menggali memorinya sendiri saat ia menyipitkan matanya.
"Tentu
saja, perangkat ini diproduksi oleh produsen perangkat medis, namun
inti yang disebut perangkat, desain dasar dari komponen sinyal
densinitas tinggi diberikan secara gratis oleh pihak luar. Aku ingat
seorang perempuan...mungkin seorang peneliti di sebuah universitas
asing. Tapi dia orang Jepang...erm, banabya... "
Dokter
Kurahashi kemudian mengatakan nama. Asuna belum pernah mendengar nama
itu sebelumnya, dan Shi En harusnya juga sama, tapi ekspresi Kazuto
membuat Asuna terkesiap.
Kazuto tampaknya telah mendengar
sesuatu yang luar biasa sebab ekspresinya menjadi benar-benar hampa.
Bibir pucatnya bergetar beberapa kali.
"A...ada apa denganmu, Kirito-kun?"
Asuna memanggil secara panik, tapi Kazuto hanya diam. Setelah beberapa saat, bibirnya mengeluarkan suara serak.
"Aku... Aku tahu orang itu."
"Eh...?"
"Dan aku bertemu dia sebelum..."
Kazuto
segera menatap mata Asuna itu. Iris hitamnya tampak seperti mereka
pergi melalui ruang dan waktu, ia tampak seolah-olah sedang menatap
dunia tertentu lainnya.
"Ketika Heathcliff dive...orang yang
merawatnya. Keduanya meneliti teknologi FullDive di lab yang sama di
universitas...dengan kata lain, penyedia nyata untuk desain dasar
Medicuboid adalah... "
"..."
Pada saat ini, Asuna tidak bisa bicara.
Apakah ini berarti—Medicuboid dan «The Seed Nexus» keduanya lahir dari benih yang orang itu tumbuhkan?
Shi
En dan Dokter Kurahashi memiringkan kepala mereka kebingungan, tapi
Kazuto tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Dia hanya bisa terlihat
bingung saat ia menatap kelopak sakura yang terus melayang matanya.
Tiba-tiba, Asuna merasakan semburan waktu mengalir.
Dunia yang disebut «kenyataan» ini dasarnya salah satu dari banyak kebenaran.
Selain itu, ada juga tenaga tektonik besar yang membentuk bumi seperti kelopak bunga yang berkumpul.
Dan sekarang, kekuatan besar yang menutupi dunia dan terus bergerak maju perlahan-lahan menunjukkan bentuknya—.
Asuna
menggunakan lengannya untuk memeluk tubuhnya erat. Pada saat ini,
hembusan angin yang kuat menyebabkan kelopak bunga yang mengambang di
dekatnya terbawa ke langit jauh.
(SELESAI)
Catatan Pengarang
Saya
adalah Kawahara Reki. Terima kasih sudah membaca «Sword Art Online
volume 7—Mother's Rosario». (Akan ada banyak yang disebutkan berkaitan
dengan isi buku ini. Harap perhatikan!)
Kira-kira sudah 10 tahun
lalu ketika saya mulai menulis novel ringan dengan serius. Saya tahu
seorang pengarang profesional dan berteman dengannya, dan saya
mendiskusikan tulisan saya dengannya sering kali.
Bahkan
sekarang, saya masih sangat bersyukur untuk saran-sarannya yang sangat
diperlukan, dan dari semuanya itu, yang paling berkesan untuk saya
adalah 'bahkan kalaupun itu adalah sebuah novel, ketika menulis mengenai
kemalangan seseorang, kamu harus memperhatikan dengan baik mengapa kamu
menulisnya'.
Saya sebenarnya punya sebuah kelemahan dalam
'memfokuskan perkembangan cerita dan membiarkan kemungkinannya terjadi
di kehidupan nyata' Saya tidak bisa memperbaikinya (atau bisa dikatakan
saya mengambil kesempatan mengenai hal itu...) ngomong-ngomong, saya
biasanya memberi karakter kemalangan untuk menunjukkan keaslian dan
motif mereka. Misalnya, saya tidak pernah menyebutkan detail tentang
asal-usul bagaimana Kirito kehilangan orang tua kandungnya dalam sebuah
kecelakaan sama sekali. Dengan kata lain, saya menciptakan alasan
mengapa Kirito jauh dari orang lain dan mengabaikan 2 karakter, orang
tua Kirito, yang terlibat dalam kecelakaan dan secara langsung terbunuh
karenanya. (Pemain utama perempuan di kompilasi cerita pendek di volume 2
«Red-nosed Reindeer» juga seperti ini).
Tentu saja, saya tahu
kalau saya punya kebiasaan buruk ketika menulis, sehingga saya seakan
merasa terbebani ketika memperhalus cerita volume ke-7 untuk
dipublikasikan. Meskipun ada tema dari «teknologi dan pengobatan VR»,
apakah pemain utama di volume ini, Yuuki, harus mati? Mungkinkah ada
akhir yang lain? Apakah aku hanya menulis ahir seperti ini untuk
menggusarkan emosi pembaca?
Tetapi, saat saya terbebani, saya
menemukan bahwa saya hanya dapat menulis cerita seperti itu. Ini mungkin
terdengar seperti alasan, tetapi kebiasaan buruk saya adalah
'meremehkan kemalangan karakter'. Meskipun demikian, yang bisa saya
lakukan adalah mencoba dan memahami secara mendalam pemikiran karakter
dalam penulisan saya yang memiliki kemalangan (termasuk pemain
antagonis). Tentu saja, kalau pembaca dapat memikirkan efek macam apa
yang bisa dibawa Yuuki 15 tahun ke Asuna dan lainnya, saya akan sangat
bersyukur.
Untuk editor Miki-san, yang agak terganggu karena
saya mengacaukan perkembangan penulisan setelah Tahun Baru, abec-san
yang menggambar karakter ilustrasi besar di volume ini, dan tentu saja,
kepada semua pembaca, saya harap kita bisa berjalan terus di 2011!
Terima kasih untuk dukungannya!
27 Januari 2011 Kawahara Reki