Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 017 - Alicization Awakening
Bab 20: Pertarungan Satu Sama Lain (Bulan Ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 1
5:00 A.M.
Lebih dari 3.000 pemain berkumpul di kubah besar Pohon Dunia yang menjulang di tengah kota Alne, di pusat dunia ALfheim Online.
Ksatria
putih yang menjaga kubah telah dihapus. Sekarang , kesembilan ras peri
sering menggunakan tempat ini untuk pertemuan dan jual beli, atau tempat
berkumpulnya suatu event.
Hanya empat orang yang bertatap muka dengan sekitar 3,000 pemain lain yang telah berkumpul pada pertemuan besar ini.
Raksasa
Gnome Agil, Samurai Salamander Klein, Beast Tamer Cait Sith Silica, dan
Blacksmith Leprechaun Lisbeth— teman «Black Swordsman» Kirito yang
masih belum terbangun dalam dive-nya di «Underworld».
Pukul 4:20
A.M, ketika Klein dan Lisbeth telah mengirim pesan kepada setiap teman
yang ada di daftar pertemanan mereka, hanya ada tiga pemain berstatus
Penguasa yang sedang online. Tetapi, setelah memohon mereka dan
teman-temannya, para Penguasa melanggar taboo untuk menghubungi pemain
di dunia nyata. Sebagai hasilnya, semua pemain yang berhasil dihubungi
telah berkumpul di kubah dalam waktu kurang lebih 40 menit.
Di
tempat yang cukup luas ini, sekitar 30% dari para pemain terbang
melayang maupun yang berdiri, menggunakan akun yang baru saja
diciptakan. Mereka bukan orang baru dalam dunia VRMMO. Mereka para
veteran dari permainan VRMMO lain yang diciptakan The Seed, mereka
diundang oleh teman yang memiliki akun ALO.
Dengan kata lain,
3.000 orang yang sedang berkumpul di kubah Pohon Dunia adalah pemain
elit dari yang paling elit diantara para pemain VRMMO di Jepang. Mereka
adalah harapan terakhir Yui, si top-down AI: mereka semua adalah
satu-satunya pasukan yang bisa diharapkan untuk menyelamatkan Pasukan
Pertahanan Kerajaan Manusia di Underworld.
Di kubah yang hening
ini, suara yang dibesarkan secara sihir milik Blacksmith Leprechaun
Lisbeth masih terus berkumandang secara emosional.
“… Apa yang
aku akan katakan bukanlah kebohongan, bukan juga lelucon! Sebuah
organisasi penelitian Jepang telah menggunakan anggaran negara dan The
Seed untuk menciptakan dunia virtual bernama «Underworld», dan ribuan
pemain amerika yang tidak mengetahui fakta ini akan dive kedalamnya dan
melakukan pembantaian pada penduduk yang tinggal di dalamnya!”
Lisbeth
merasa malu akan nada bicaranya sendiri, tetapi tetap berusaha
mempertahankannya karena inilah satu-satunya kesempatan, ia melanjutkan:
“Para penduduk Underworld bukanlah sekedar NPC! Mereka adalah
kecerdasan buatan yang sebenarnya, terlahir dari data yang bersumber
dari banyaknya dunia VRMMO yang kalian mainkan! Mereka memiliki emosi
seperti kita, mereka memiliki jiwa seperti kita! Kumohon, untuk
melindungi mereka, pinjamkan kekuatan kalian! Tolong ubah data karakter
kalian untuk masuk ke dalam Underworld!”
Mengakhiri pidato lima menitnya, Lisbeth memantau para pemain, dan berharap.
Wajah-wajah
para kerumunan peri terlihat bingung. Tentu saja, tak mungkin mereka
langsung memahami apa yang baru saja didengarnya. Bahkan Lisbeth sendiri
pun masih kurang memahami penjelasan Yui mengenai dunia Underworld, dan
juga «Artificial Fluctlights» yang hidup didalamnya.
Lambaian tangan berusaha untuk menenangkan para pemain yang ribut.
Penguasa Sylph Sakuya melangkah maju, tubuh langsing-nya berbalutkan jubah hijau.
“Lisbeth.
Aku tak akan menuduh jika kamu dan teman-temanmu melakukan semua ini
hanya untuk guyonan, terlebih lagi, pasti ada suatu masalah besar jika
si bocah Kirito tidak log in selama sepuluh hari belakangan. Namun..”
Suara kalem dan lancar milik Sakuya menenangkan kebingungan pemain lainnya.
“…
Sejujurnya, sulit untuk menerima semua yang telah kamu katakan secara
tiba-tiba. Ada AI yang memiliki jiwa, dan militer Amerika berusaha
menguasai mereka …? Fakta-fakta tersebut sulit dinalar … tentu saja,
untuk membuktikan kata-katamu, kami harus log in dan melihat dengan mata
kami sendiri… tetapi kamu bilang jika dive ke dalam «Underworld» akan
menyebabkan beberapa masalah, kan? Bisakah kamu menjelaskannya dulu?”
—Saat ini akhirnya tiba.
Lisbeth mengambil nafas dalam-dalam, menutup matanya untuk sementara.
Waktunya untuk jujur. Jika aku gagal, tak ada seorangpun yang akan membantu kita.
Membuka matanya dan memberi tatapan pasti pada Sakuya, Penguasa lain, dan pemain lainnya, Lisbeth menjawab dengan serius:
“Oke.
—Underworld tidak beroperasi seperti permainan VRMMO, jadi akan ada
beberapa masalah jika kamu dive kedalamnya. Pertama-tama, tidak ada
jendela operasi dalam Underworld. Dengan kata lain, kalian tak akan bisa
log out sesuka hati.”
Keributan menjadi semakin parah.
Tak
bisa log out sesuka hati; bukankah ini kata-kata yang akan
menggambarkan permainan kematian di masa lalu, «Sword Art Online»?
Sekarang ini, semua permainan yang dibuat berdasarkan The Seed, termasuk
ALO, memiliki dua cara untuk log out: bisa menggunakan jendela operasi
maupun perintah suara.
“Satu-satunya cara untuk log out adalah
“tewas” di dalam Underworld. Tetapi itupun menimbulkan masalah kedua.
Dalam Underworld … tidak ada Pain Absorber. Jika kamu menerima damage
besar yang membuat HP milikmu menjadi nol, kamu akan menderita rasa
sakit yang cukup menyakitkan.”
Teriakan semakin keras terdengar.
Penahan
rasa sakit adalah fungsi utama bagi server VR saat ini. Di dunia
virtual yang tak memiliki fungsi ini, mendapat sebuah tebasan pedang
ataupun luka bakar akan mengakibatkan rasa sakit yang menyakitkan di
dunia nyata. Yang lebih parah, bekas luka tersebut mungkin muncul pada
kulit fisik seseorang.
Bukan ini saja, masih ada masalah yang lebih besar ketika dive ke dalam Underworld.
Menunggu keributan menjadi agak tenang, Lisbeth lalu menginfokan para pemain efek samping ketiga dan juga yang paling parah.
“—Satu
lagi. Underworld yang saat ini sedang berjalan bahkan tak bisa diatur
oleh developer yang mengoperasikannya. Dengan kata lain … kita tak bisa
menjamin jika data karakter kalian bisa di convert kembali ke dalam
permainan aslinya … bisa saja, karakter itu sendiri akan tewas.”
Setelah jeda sejenak—
Teriakan makian bergema di dalam kubah.
Lisbeth,
Klein, Silica dan Agil yang ada di tengah-tengah lantai kubah, dengan
Yui yang duduk di pundak Klein dalam bentuk pixie-nya; masih diam
berdiri, tubuh mereka berusaha menahan makian yang datang dari berbagai
arah.
Reaksi seperti ini telah diduga oleh mereka berlima.
3,000
pemain elit ini telah menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk
meningkatkan karakter mereka. Bagi pemain ALO, mereka telah menghabiskan
banyak waktu untuk menebas monster, dan itu hanya mendapat satu EXP;
tindakan itu seperti usaha untuk mengeringkan sebuah danau dengan
menggunakan ember, dilakukan setiap hari.
Bagaimana mungkin
mereka akan tetap diam setelah mendapat info jika mereka akan kehilangan
karakter yang mereka kembangkan dengan sepenuh jiwa?
“J… Jangan bercanda!!” seorang pemain dari dalam kerumunan berteriak sambil mengacungkan jari tengahnya ke Lisbeth.
Dia
adalah pemain Salamander yang mengenakan armor crimson, sambil membawa
kapak di punggungnya. Dia tampaknya pemain setingkat Komandan dibawah
pimpinan Penguasa Mortimer dan General Eugene.
Melepas helm
miliknya dan menunjukkan mata yang terisi kemarahan, Salamander tersebut
berteriak hingga mampu membuat kelompok lain dibelakangnya terdiam:
“Kau
menyuruh kami berkumpul disini lalu dive ke dalam server ampas; sungguh
konyol. Sekarang kau mengatakan jika kita bisa kehilangan karakter?!
Apa kau mampu membayar jika kami kehilangan karakter itu selamanya?!
Ataukah ini adalah sebuah jebakan untuk melemahkan seluruh ras
Salamander?!”
“………Gh!”
Lisbeth menahan Klien yang akan menonjoknya, lalu berusaha menjawab dengan tenang:
“Maaf,
kami tak bisa. Aku sangat tahu jika karakter yang telah kalian
kembangkan sungguh berharga. Itulah mengapa kami memohon kalian untuk
menolong kami … apa yang sebenarnya ingin kukatakan adalah, tolong bantu
teman kami yang ada di Underworld, mereka mempertaruhkan nyawanya di
garis depan melawan serangan pemain Amerika.”
Meskipun Lisbeth
tidak berteriak, suaranya masih bisa terdengar di dalam kubah. Si
Salamander tampaknya bisa menahan emosinya, tetapi tiba-tiba emosinya
semakin meluap.
“‘Teman’ yang kau bicarakan itu seorang SAO
survivor, benarkan?! Mereka itu orang-orang yang selalu berekspresi
‘Aku-lah yang terkuat’ di wajahnya! Aku tahu itu, kalian yang berasal
dari SAO selalu memandang rendah kami!!”
Kali ini giliran Lisbeth yang tak bisa bicara.
Lisbeth
tak pernah berpikir jika ada orang yang berpikiran sama dengan si
Salamander. Tetapi, jika dipikirkan lagi. Setelah mendapat status
player-nya, ia menuju New Aincrad bukannya kota dibawah, ia tak pernah
turun dari Kastil Melayang dan hanya berbicara dengan kawan lamanya; itu
memang benar.
Si Salamander meneruskan ucapannya, setelah melihat ekspresi penyesalan Lisbeth:
“Siapa
yang peduli dengan artificial intelligence, atau rahasia negara?!
Jangan terlalu pede dan membawa-bawa dunia nyata kedalam VRMMO! Kau bisa
pergi sendiri sana! Bukankah itu lebih baik, wahai sang Survivor?!!”
Yeah, pergi sendiri sana; makian seperti itu semakin terdengar dari kerumunan.
—Aku tak bisa melanjutkan.
Kata-kata-ku tak bisa tersampai pada mereka.
Lisbeth
hanya bisa meneteskan air mata ketika ia menatap para pemain kuat asli
ALO yang ia kenal— Penguasa Sylph Sakuya, General Salamander Eugene, dan
Penguasa Cait Sith Alicia Rue.
Meskipun mata mereka bertemu dengannya, mereka tetap membisu.
Tatapan mata mereka seolah menunjukkan pada Lisbeth arti tunjukkan kami ketetapan yang kau miliki.
Lisbeth
mengambil nafas dalam-dalam, lalu menutup matanya erat-erat. Ia
memikirkan Asuna yang sedang kesusahan bertarung saat ini; juga Kirito,
yang masih terluka; Leafa dan Sinon, yang telah lebih dahulu masuk ke
dalam Underworld.
— Pada levelku yang sekarang, bahkan jika aku
mengkonvert-nya. Aku tak akan bisa bertarung seperti Asuna atau yang
lainnya. Tetapi pasti ada yang bisa aku lakukan. Sekarang ini, tempat
ini adalah pertarunganku.
Membuka matanya dan menyeka air matanya, Lisbeth melanjutkan pidatonya:
“…
Ya, aku memang membawa masalah dunia nyata ke sini. Dan seperti yang
kau katakan, orang-orang yang berasal dari SAO mungkin senang
mencampurkan dunia nyata dan dunia virtual. Akan tetapi, kami tak pernah
menganggap diri kami sebagai seorang pahlawan.”
Menggenggam tangan Silica, yang juga berair matanya, ia melanjutkan:
“Silica
dan aku saat ini sedang masuk ke dalam sekolah bagi para survivor yang
kau sebutkan tadi. Kami tak memiliki pilihan, karena sekolah kami
sebelumnya telah mengeluarkan kami di tengah tahun pelajaran. —Semua
siswa-siswi di sekolah survivor harus mengikuti konseling setiap bulan.
Mereka memonitori aktivitas gelombang otak kami menggunakan AmuSpheres,
dan kami diajukan beberapa pertanyaan yang tak mengenakkan seperti,
‘Apakah kamu tak bisa membedakan kenyataan’, atau, ‘Apakah kamu ingin
menyakiti orang lain’. Ada anak-anak yang dipaksa meminum obat yang
mereka benci. Bagi pemerintah, kami ini seperti kriminal yang butuh
penanganan kusus.”
Terkadang ketika pidatonya, gelombang makian
tampak mereda, dan keheningan melanda kubah ini. Bahkan si Salamander
yang tadi memaki membuka matanya karena terkejut.
Lisbeth tak tahu akan membawa arah pidatonya kemana. Dia tak bisa menghentikan emosinya yang mengalir ke dalam perkataan:
“tetapi…
sejujurnya, para pemain lama SAO bukanlah satu-satunya yang
diperlakukan begini. Semua pemain VRMMO juga dipandang seperti ini,
kurang lebih. Beberapa orang berkata jika kita hanyalah kumpulan orang
yang tak bisa bersosialisali, beberapa orang menganggap kita melarikan
diri dari membayar pajak dan uang pensiun… ada yang bahkan menerima
panggilan untuk kembali bekerja, memaksa kita kembali ke masyarakat!”
Lisbeth
bisa merasakan kegelisahan yang melanda ribuan pemain. Jika ia
berbicara ketus, kemarahan mereka akan berlipat ganda melebihi
sebelumnya.
Tetapi Lisbeth meletakkan tangan kirinya ke dada, dan berteriak:
“Tetapi aku tahu! Dan aku yakin! Jika ini kenyataan!!”
Tangannya menyapu ke sekeliling— menuju seluruh Alfheim.
“Dunia
ini, dan banyak dunia virtual lainnya saling terhubung, bukanlah tempat
untuk melarikan diri! Bagiku, ada kehidupan sejati di sini, teman
nyata, tawa, musuh, juga perpisahan … ini kenyataan!! Aku tidak sendiri,
benar kan?! Karena kita yakin dunia ini adalah kenyataan lain sehingga
kita bisa berusaha keras, benar kan?! Namun, jika kita menganggap ini
hanya sebuah permainan, sebagai dunia virtual, dan meninggalkannya, jadi
dimana ‘kenyataan’ milik kita …?!!”
Tak bisa menahan mereka
lebih lama, Lisbeth merasa air mata menuruni wajahnya. Tetapi dia tak
ingin menyekanya, lalu mengutarakan kata-kata terakhir:
“…Dunia
yang telah kalian capai; dunia tersebut saling terhubung seperti Pohon
Dunia ini, dan kini telah berkembang. Dan kuncup bunga yang disebut
Underworld telah mekar, aku ingin melindunginya! Kumohon, aku memohon
kalian … pinjami kekuatan kalian …!!”
Lisbeth menuju bagian atas kubah.
Dalam pandangannya yang ditutupi air mata, kemilau cahaya dari sayap ribuan peri terpantul. ***
Sebuah cahaya perak menyilaukan membentuk lintasan berbentuk busur di pagi hari.
Sedetik
kemudian, dengan sekali hentak tali tebal tersebut putus dan menari di
udara bagaikan ular hitam. Sepuluh prajurit musuh yang bergelantungan di
tali tersebut terjatuh ke lembah tak berdasar, mereka berteriak. «Twin
Edged Wings», sebuah Divine Instrument yang berhasil memotong tali
tersebut dengan begitu mudahnya kini kembali ke tangan Integrity Knight
Renri Synthesis Twenty-Seven.
Meskipun Renri telah berhasil
memotong lima dari sepuluh tali yang disiapkan pasukan Tanah Kegelapan
untuk menyeberangi lembah dengan begitu mudah, wajahnya tidak
menunjukkan rasa bangga. Malahan ia merasa terbebani oleh perintah untuk
melukai pasukan musuh yang tak berdaya yang berusaha menyeberangi
lembah tersebut.
Hal yang sama juga berlaku bagi Asuna yang berada di sebelah Renri sambil menggenggam tali kekang kuda putihnya.
Ketika
Asuna, Renri, Integrity Knight Alice Synthesis Thirty, Integrity Knight
Sheyta Synthesis Twelve, dan Komandan Integrity Knight Bercouli
Synthesis One tiba, sambil menunggang kuda, ratusan pasukan musuh telah
berhasil menyeberangi lembah tersebut, mereka berlima mulai menyerang
musuh yang mencoba melindungi tali yang tersisa. Banyak musuh telah
tewas oleh tiga Knight yang berada paling depan: Bercouli, Sheyta, dan
Alice. Beberapa diantara mereka mencoba menyerang Renri dari samping,
Asuna terpaksa mengayunkan rapier-nya.
Di dunia virtual
«Underworld», yang tercipta berdasarkan paket program The Seed, Sword
Skills dan Skill Horse Riding dari era SAO masih bisa digunakan.
Tak
hanya itu, Asuna sekarang menggunakan Super Account «Dewi Pencipta,
Stacia» yang mana memiliki parameter yang cukup tinggi; untuk tambahan,
rapier yang digunakannya, «Radiant Light» memiliki status lebih tinggi
dari Divine Instrument milik Integrity Knight. Malahan, Sword Skill
dasar «Linear», bisa dengan mudah menembus armor milik seorang Dark
Knight mupun tubuh para Petarung Tangan Kosong.
Darah dari musuh yang terluka, teriakan kesakitan mereka, nyawa yang melayang, semuanya nyata.
Orang-orang
di Underworld, baik yang berasal dari Kerajaan Manusia atau Tanah
Kegelapan memiliki jiwa yang sama dengan Asuna— Fluctlights. Musuh Asuna
tak perlu ditanyakan lagi adalah manusia seperti dirinya, namun mereka
dengan mudah terbunuh dengan satu serangan karena nilai status senjata
yang digunakannya; kenyataan ini menambah kesakitan dan kengerian dalam
hati Asuna.
Yang lebih parah, mereka maju secara tragis, sungguh
jelas jika para Dark Knight dan Petarung Tangan Kosong tidak melakukan
hal tersebut atas kehendaknya sendiri.
Fluctlights Buatan ini
memiliki sifat tak bisa melawan perintah yang diberikan oleh atasan.
Dibawah perintah «Dewa Kegelapan, Vektor », seorang manusia dunia nyata
yang menggunakan sebuah Super Account seperti Asuna. Pasukan ini terus
melancarkan serangan mereka meskipun tahu jika mereka akan mati sia-sia.
Dengan kata lain, mereka hanyalah korban yang terjerat karena
permasalahan perebutan teknologi di dunia nyata.
Tetapi Asuna masih berjuang sepenuh tenaga agar menekan pemikiran ini dari dalam dirinya.
Sekarang
ini, prioritas utamanya adalah melindungi «Putri Cahaya» Alice, yang
sedang diincar oleh Vektor— juga Kirito yang berada di perkemahan
dibelakang mereka.
Ia mendapat informasi jika pasukan musuh dari
Tanah Kegelapan yang tersisa adalah para Petarung Tangan Kosong dan
Dark Knight. Jika mereka berlima bisa memanfaatkan kesempatan ketika
musuh sedang menyeberang dan menghabisi mereka, Vektor tak akan memiliki
pasukan lagi.
“—Baiklah, ini yang ke-enam!!”
Suara
ketetapan Integrity Knight Bercouli membuyarkan pikiran-pikiran Asuna.
Setelah Alice, Sheyta, dan Renri mengiyakan, Asuna juga mengikutinya.
Tepat ketika mereka memutar kuda dan bersiap untuk bergerak ke barat, tiupan terompet terdengar dari belakang.
Menoleh
kebelakang, mereka bisa melihat Pasukan Pengecoh Penjaga Kerajaan
Manusia berhenti di sebuah bukit satu kilol jauhnya, mulai menuruni
dengan formasi teratur. Setelah melakukan persiapan lima belas menit
dari waktu keberangkatan para Integrity Knights, mereka turun untuk
membantu.
“Mereka ini… membuatku gelisah.”
Kata-kata
Bercouli agak menyindir, tetapi karena sudah ada 500 Petarung Tangan
Kosong yang berhasil menyeberangi lembah, bukan waktu yang buruk bagi
bala bantuan untuk muncul. Selama para Penjaga bisa menahan pasukan
musuh, memotong sisa lima tali agak terasa cukup mudah.
—Tampaknya kita memenangkan pertarungan ini, Vektor-san.
Asuna membatin—
Sebelum ia bisa menyelesaikan pemikirannya, fenomena aneh memasuki pandangannya.
Tertutupi cahaya matahari terbit, objek misterius mulai berjatuhan dari atas langit.
Garis merah. Bukan hanya satu. Sepuluh… Seratus.
Tidak, Ribuan.
Garis
tersebut terlihat seperti noda kecil yang saling terhubung. Menyipitkan
matanya, Asuna melihat noda tersebut bukan angka maupun huruf dari
alfabet bahasa Inggris.
Garis-garis ini turun perlahan ke sisi lembah, kira-kira satu atau dua kilol di bagian timur medan pertempuran.
Perlahan,
tidak hanya Asuna, tetapi juga Integrity Knights, dan bahkan Dark
Knights juga Petarung Tangan Kosong dari Tanah Kegelapan, menahan
pertempuran untuk melihat peristiwa ini.
Garis merah pertama menusuk tanah hingga retak dan mulai bergetar—
Hanya butuh beberapa detik hingga garis tersebut berubah menjadi sosok manusia.
***
Apa
yang ia lihat membuat ketua Petarung Tangan Kosong Iskahn melupakan
kemarahan yang menyelimuti tubuhnya, bahkan walau itu hanya beberapa
detik.
—Apa itu?
Di sisi lain lembah besar, lima ratus
Pasukan Tanah Kegelapan yang berhasil menyeberang jembatan tali tanpa
takut menghadapi lima Integrity Knight.
Namun gerakan mereka tiba-tiba terhenti, dan mata mereka terarah ke sisi lain medan pertempuran.
Wajah
Iskahn juga tertarik akan pemandangan ini, secara tak sadar menoleh ke
sisi yang sama. Disana, ia melihat hujan berwarna merah darah berjatuhan
di arah timur sekitar dua kilol.
Dengan gemuruh aneh,
garis-garis merah berjatuhan dari surga. Ketika menyentuh tanah, dengan
cepat mereka membentuk sosok manusia.
Prajurit baru telah muncul
dihadapan mereka, tubuhnya berbalut armor crimson, dengan membawa
pedang panjang, kapak perang, dan tombak.
Meskipun warnanya
berbeda, bentuk armor mereka sangat mirip dengan Dark Knight Order.
Dengan sekali pandang, mereka tampaknya adalah bala bantuan yang
dipanggil Kaisar Vektor.
Lalu, Iskahn merasakan ada sesuatu yang ganjil.
Para
prajurit merah ini berbaris tak beraturan tanpa ada yang memimpin.
Mereka tak seperti prajurit yang dilatih dibawah komando Jendral
Kegelapan Shasta yang telah meninggal. Beberapa diantara mereka
mengobrol dengan angkuh, beberapa duduk di tanah, dan beberapa
memutar-mutarkan senjata mereka tanpa menunggu perintah.
Yang paling mengejutkan adalah— jumlah mereka.
Setelah
hujan berhenti, pasukan yang telah berkumpul berjumlah mengerikan. Ia
mengira-ngira jika jumlah mereka melebihi sepuluh ribu, duapuluh ribu …
sepertinya tiga puluhribu. Jika Dark Knight Order memiliki tim bala
bantuan sekuat itu, mengapa mereka tidak menggulingkan Sepuluh Pemimpin
Bangsawan sejak lama dan membuat Tanah Kegelapan dalam kuasa Shasta.
Terlebih
lagi, rasa terkejut dan bisik-bisik terjadi diantara Dark Knights dala
pasukan di sisi lembah ini. Bahkan mereka tak tahu menahu. Apa-apaan
itu?
Jika seperti ini, para prajurit merah tersebut pastilah
“Pasukan Tanah Kegelapan” yang sesungguhnya yang telah dipanggil Kaisar
mereka, Dewa Kegelapan Vector menggunakan secret arts.
Setelah menyadari ini, keterkejutan Iskahn berubah menjadi kemarahan.
Jika dia bisa memanggil pasukan sebesar ini —
Mengapa
ia tak melakukannya sejak tadi?! Itu berarti para Petarung Tangan
Kosong dan Dark Knight yang susah payah menyebrangi lembah hanya
digunakan sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian musuh?!
Tunggu— bagaimana jika memang seperti itu??
Apakah pemberian perintah oleh Kaisar memang bertujuan untuk mengulur waktu agar bisa memanggil kawan-kawannya?
…… Tidak.
Bukan
hanya perintah ini. Ketika pertarungan di Gerbang Besar Timur,
kekalahan Pasukan Tanah Kegelapan sungguh tak normal. Baik itu para
Goblins, Raksasa, Ogre, atau bahkan Guild Pengguna Dark Art, mereka
semua telah disapu habis. Namun Kaisar bahkan tidak berduka atas
kematian mereka.
Dengan kata lain, bagi Kaisar Vector, lima ribu orang dari Pasukan Tanah Legelapan hanyalah bidak sejak awal!
Sampai
saat ini, Iskahn, si pemimpin muda dari Guild Petarung Tangan Kosong
hanyalah seorang pemuda yang hanya memikirkan latihan untuk mengasah
skill-nya dan demi suku-nya.
Tetapi sekarang, pikirannya telah
menyimpulkan untuk pertama kali, mencapai titik dimana ia bisa melihat
kenyataan yang ada di seluruh Tanah Kegelapan, Kerajaaan Manusia, dan
seluruh Underworld. Cara pandang ini menimbulkan konflik di pikirannya.
Kaisar adalah keberadaan yang terkuat. Ia harus mematuhi yang terkuat, tanpa perlu memprotes.
Tetapi.
Tetapi—
“Guh…!”
Merasakan
rasa sakit yang belum pernah dirasakan sebelumnya, kini menusuk mata
kanannya. Iskahn mengerang sambil menutupi mata kanannya. Si Pemimpin
Petarung Tangan Kosong terjatuh, dan berlutut.
Dengan susah
payah, ia bisa melihat ke tigapuluh ribu pasukan crimson mulai berlari,
berbicara dengan bahasa yang tak ia mengerti.
Di lokasi yang
mereka tuju, hampir seribu pasukan Kerajaan Manusia menyatukan formasi
dengan Integrity Knight untuk melakukan serangan balik.
Diantara kedua pihak, lima ratus Petarung Tangan Kosong dan Dark Knights masih terdiam, kebingungan.
Tampaknya,
meskipun menerima perintah tak berbelas kasih dari Kaisar, sang Kaisar
sepertinya berniat menyelamatkan lima ratus prajurit tersebut.
Iskahn menenangkan dirinya ketika rasa sakit masih menyerang mata kanannya.
—Bahkan setelah pengorbanan mereka, ia masih meremehkan betapa kejamnya Kaisar Vektor.
Seketika lima ratus Prajurit Tanah Kegelapan, Penjaga Kerajaan Manusia, dan Pasukan Kegelapan bertemu—
Tak terhitung banyaknya pedang, kapak perang, dan tombak tersinari cahaya matahari terbit—
Lalu, dengan teriakan haus darah, Pasukan Kegelapan menebas Petarung Tangan Kosong yang seharusnya menjadi teman mereka. ***
“Orang-orang ini… mengapa?!”
Ini pertama kalinya Asuna mendengar teriakan terkejut dari Komandan Knight Bercouli, tetapi kata-kata tersebut sudah diduganya.
30.000
prajurit yang baru saja turun … bukan, lebih tepatnya dive ke medan
peperangan bagian timur ini dipastikan dipanggil oleh Kaisar Vektor.
Tetapi dari mana ia mendapat orang sebanyak ini?
Apakah
ia menciptakan karakter menggunakan sistem control? Tetapi Pusat
Console masih terkunci, dan perintah macam ini tak mungkin dilakukan
oleh administrator; satu-satunya cara untuk menambah petarung adalah
dari dunia nyata, lalu dive seperti yang Asuna lakukan, tetapi para
penyerang hanya memiliki dua STL.
Asuna panik untuk sesaat—
Kebingungannya terganggu oleh teriakan Pasukan Crimson yang akan mendekat dalam jarak ratusan mel.
“Charge ahead!!”
“Give ‘em hell!!”
—Bahasa Inggris!
Orang-orang ini adalah manusia dari dunia nyata— menilai dari aksen mereka, mereka orang Amerika!
Tetapi, mengapa mereka ada disini… Underworld seharusnya terisolir dari dunia nyata.
Tidak.
Tidak––
Mungkin,
bagi orang yang dive menggunakan STL, Underworld adalah dunia berbeda
yang diciptakan menggunakan “Mnemonic Visual” dengan kenyataan yang
mendekati dunia nyata. Tetapi, dasar bagi setiap VRMMO, «The Seed» juga
digunakan dalam mendesain dunia ini. Dengan kata lain, selama seseorang
menggunakan AmuSphere, mereka bisa dive ke dunia ini menggunakan server
sederhana yang menggunakan polygon— terlebih lagi, Ocean Turtle memiliki
jaringan bandwith kelas satelit militer.
Lalu, jika seseorang
membuat sebuah client program yang mengikutsertakan alamat server utama
Underworld dan beserta akun informasi dan menyebarkannya di dunia nyata—
Tak hanya memanggil puluhan ribu; bahkan memanggil ratusan ribu pasukan sangatlah mungkin.
Tetapi
yang lebih mengejutkan Asuna adalah bagaimana Pasukan Crimson tersebut
bertindak; mereka mulai menyerang teman sendiri, pasukan Dark Knight dan
Petarung Tangan Kosong, tanpa keragu-raguan.
“Ap, Apa yang mereka laku…?!”
“Bukankah mereka seharusnya temenan??!!”
Para
Knight berteriak sambil mencoba menahan serangan, tetapi jumlah mereka
sangatlah keterlaluan, dan lagi, status senjata dan armor Pasukan
Crimson lebih tinggi daripada equipment milik Pasukan Tanah Kegelapan.
Satu persatu pedang dan perisai mulai patah dengan bunyi klang dari masing-masing musuh, cipratan darah mulai membanjiri.
“Dude that’s awesome!!”
“Pretty gore!!”
Orang-orang
Amerika ini mungkin tak sadar tentang kondisi peperangan ini. Mereka
mungkin menganggap dive mereka ke dalam dunia ini sebagai pemain beta
test dalam suatu VRMMO. Terlebih lagi, Asuna tak bisa menyalahkan mereka
yang mengayunkan senjata dan membunuh semuanya. Karena bagi mereka,
para prajurit bukanlah makhluk yang setara dengan manusia; mereka NPC,
sesuatu yang tak berharga. Tentu saja, tak semuanya benar-benar brutal;
di dunia nyata, mereka tetaplah pemain VRMMO yang ramah dan sering
bekerja sama dengan pemain lain dalam server yang sama. Jika ada waktu
untuk menginfokan kondisi Underworld dan Artificial Fluctlight ini,
Asuna yakin jika banyak diantara mereka yang akan menurunkan senjatanya.
Tetapi mereka terlalu sibuk saat ini. Bahkan jika Asuna mencoba
memasuki pertempuran dan menjelaskan situasi ini dalam bahasa Inggris,
mereka hanya akan menganggap dirinya sebagai seorang NPC. Jika berkata
pada mereka “membunuh musuh sekarang akan mendapatkan point, dan kalian
bisa menukarkannya untuk rare items setelah pembukaan resmi”, bahkan
pemain Jepang akan melakukan hal yang sama.
Singkat kata, meyakinkan mereka melalui suara tak mungkin.
Orang-orang
yang hendak dibunuh pemain Amerika bukanlah NPC, melainkan Artificial
Fluctlights yang memiliki jiwa. Setelah menghabisi pasukan Tanah
Kegelapan, orang-orang dari Kerajaan Manusia akan menjadi target
selanjutnya. Lalu, karena menjadi satu-satunya yang menggunakan tubuh
palsu, Asuna harus bertarung.
Dengan ketetapan seperti itu, Asuna mengangkat rapier di tangan kanannya dan mulai melafalkan perintah.
“System call! Create field object!”
Cahaya berwarna-warni berkumpul di rapier-nya.
Tak
mungkin menciptakan lembah tak berdasar seperti yang ia lakukan
sebelumnya; jika ia melakukannya lagi, Asuna akan memutus jalan pulang
Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia. Lalu Asuna membayangkan batu
raksasa setajam tombak dan menebaskan rapier-nya kebawah.
Laa—,
dengan suara merdu. Cahaya berwarna-warni melesat dari ujung rapier-nya
tepat menuju ke tanah diantara pasukan Amerika dan Tanah Kegelapan yang
sedang bertempur.
Tanah dihadapannya tiba-tiba berguncang hebat
dan memunculkan tombak-tombak tanah yang menjulang setinggi 30 mel.
Sepuluh Pasukan Crimson yang berdiri diatasnya terlontar jauh.
Empat
gunung muncul dari tanah, menjulang ke langit, dan tanah makin bergetar
tiada henti. Memaki dalam bahasa inggris, ratusan pasukan crimson
terlempar tinggi; beberapa orang bahkan tertusuk bebatuan, sementara
yang lain jatuh ke tanah dan bermandikan darah.
Asuna tak bisa
mengeluarkan semangat karena membayangkan bagaimana orang-orang ini
tewas, rasa sakit yang begitu intens menyerang pikirannya dan membuatnya
terjatuh ke belakang kuda.
Percikan keperakan bermunculan di
penglihatannya ketika ia berusaha bernafas dan mulai bangkit. Rasa sakit
kali ini lebih parah ketika ia menciptakan lembah tadi malam. Asuna
kini menerima rasa sakit karena data dataran yang mengalir masuk ke
jiwa-nya sangat besar … rasa sakit ini seperti mencabik Fluctlight
dirinya sendiri.
—Aku tak boleh gagal disini.
Jika demi
Kirito yang terluka, ia akan melakukan sebisanya. Asuna memikirkan ini
ketika menggeramkan gigi dan mencoba mengeratkan tali kekang kuda.
Semangat
milik pemain Amerika yang datang dari medan peperangan bagian timur
tampaknya semakin berapi-api dari sebelumnya. Tetapi karena lima gunung
yang diciptakan selebar 500 mel, mereka akan segera mengitarinya.
Aku harus menciptakan dinding batu di bagian selatan, jadi Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia bisa mundur.
Asuna mengangkat tangan kanannya yang gemetaran sekali lagi, kelelahan—
Tetapi tangan tersebut di genggam erat oleh tangan berbalut armor yang bersinar karena cahaya matahari terbit.
“… Alice?!…” Asuna memanggil knight emas dengan suara parau.
Wajah putih cantik knight emas seolah menahannya, ia menggelengkan kepala.
“Jangan terlalu memaksakan diri, Asuna. Serahkan ini pada kami para Integrity Knight.”
“T… Tetapi, orang-orang ini musuh dari Dunia Nyata … dari duniaku…!”
“…
Meskipun begitu, jika hanya sepuluh ribu pasukan yang haus darah sambil
mengayunkan senjata-nya, itu tak akan membuat kami takut.”
“Yep, dan kali ini giliran kita menunjukkan kemampuan kami.”
Bercouli menambahkan sambil menyeringai tak gentar.
Meskipun
nada suara para Knight agak meredakan ketakutannya, Asuna bisa melihat
salah pemahaman di wajah mereka tentang Dunia Nyata, bahkan lebih buruk
dari sebelumnya.
Jumlah pasukan crimson 30 kali lebih banyak dari jumlah Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia.
Ini
bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi hanya menggunakan keberanian.
Tetapi Komandan Knight mengangkat pedang panjang miliknya tinggi-tinggi,
dan berteriak mengucapkan perintah.
“Dengar! Semua pasukan, buatlah pertahanan ketat! Jangan biarkan musuh menerobos!” ***
“Oh… Ohh…”
Apa yang keluar dari mulut Iskahn bukan lagi bahasa manusia.
“Oh… OHHHHHHHHHH—!”
Darah
berjatuhan dari penyebrang pertama. Tetapi si Petarung muda ini
berteriak seperti hewan liar, seperti tak merasakan rasa sakit.
Teman Iskahn, Dempe, yang berdiri di sisinya bisa merasakan apa yang dirasakan Iskahn, ia menunduk … menunduk ke bawah.
Semua tewas. Semua dikorbankan.
Prajurit
sukunya, dalam kekacauan semakin menghilang, tak bisa bertahan dari
pedang-pedang hitam yang menerjang, jiwa mereka menghilang di dalam
kabut darah.
Terlebih lagi, pasukan kita tak bisa berhenti untuk
menyebrang menggunakan lima tali yang tersisa, mereka tak bisa berhenti
karena perintah Kaisar untuk “sampai ke sisi seberang” masih berlaku.
Mereka hanya bisa mematuhi perintah atasan, dengan hati-hati
menyeberangi jembatan, lalu dikepung pasukan crimson dan ditebas tanpa
belas kasih.
Mengapa— mengapa Kaisar tidak memberi perintah
untuk berhenti menyeberang lembah, atau memberi perintah pada pasukan
itu untuk berhenti menyerang Pasukan Tanah Kegelapan?
Apakah prajurit suku-nya hanyalah umpan, hanyalah tumbal untuk memanggil pasukan crimson?
“Harus… Ke Kaisar…”
Ia harus melapor pada Kaisar. Ia harus memohonnya untuk menghentikan operasi ini.
Geram
dan gelisah, Iskahn mengambil langkah pelan menuju kereta komando di
belakang mereka. Hampir separuh penglihatan kanannya memerah, rasa sakit
menusuk mata kanannya.
Lalu, Dempe melihatnya, wajah cemasnya seperti ingin mengatakan sesuatu.
Seketika itu, sebuah bayangan hitam raksasa terbang diatasnya.
Iskahn serta Dempe secara insting melihat keatas menuju bayangan yang ada di langit; itu seekor naga.
Mengendarai
diatasnya adalah sesosok manusia yang mengenakan armor hitam, berambut
emas, serta mengenakan mantel mewah— Kaisar Vector sendiri.
“Ah… AH…!!”
Meskipun
ia bisa mendengar teriakan Iskahn, Kaisar yang duduk memandang bawah
sekilas. Tak ada emosi dari mata hitamnya. Tatapannya sedingin es, tak
memiliki rasa kasihan— bahkan bagi prajuritnya yang tewas.
Lalu, Kaisar Vector memalingkan wajahnya dari Iskahn, dan menuju selatan lembah bersama naganya.
Ini— Dewa. Inikah tindakan seorang pemimpin.
Tetapi, jika pemimpin seperti ini, jika si paling kuat memiliki kekuatan yang begitu besar—
Ia seharusnya bisa bertanggung jawab!!
Memimpin
pasukannya. Memerintah, membawa kemakmuran daerahnya; itulah kewajiban
seorang pemimpin. Terlebih lagi, seseorang yang mengirim sepuluh ribu
nyawa hingga tewas tanpa merasakan apapun— sang Kaisar— mata kanan—
tidak kompeten— mata kanannya sakit— untuk menjadi seorang pemimpin …!!
“Uwo…. OH… OHHHHHHH!!”
Iskahn mengangkat tinjunya tinggi-tinggi, dan membentuk jarinya seperti sebuah kait.
Tanpa penyesalan, ia menusukkan jari tersebut ke sumber panas pikirannya — mata kanannya sendiri.
“Ke… Ketua!! Apa yang kau lakukan?!”
Ishkhan
mengangkat telapak tangan kirinya untuk menahan Dempe menghampirinya,
kemudian, mencukil bola mata kanan miliknya sendiri. Bola putih tersebut
memancarkan sinar di telapak tangannya, tetapi seketika itu pula
cahayanya meredup.
Sekarang, Iskahn telah sampai ke titik dimana
telah berhasil melepas «Code 871» menggunakan semangatnya sendiri,
seperti Alice dan Eugeo. Terlebih lagi, ia masih tak bisa membantah
perintah pengkhianatan terhadap Kaisar, ataupun menolak dua perintah
Kaisar, yaitu: “Melanjutkan operasi menyeberang lembah” dan “Kau tak
boleh menyeberangi jembatan tali”.
Namun, ia telah menemukan cara yang agak kasar guna mengakali perintah Kaisar— dan metode ini cukup penuh dengan kegagalan.
Iskahn berbalik dan berbicara pada Dempe yang menatapnya tak berkata-kata.
“Kaisar tidak mengatakan pada kita mengenai pasukan crimson, benar kan?”
“Ah… Tidak, dia tidak. Tetapi…”
“Lalu, jika kita membunuh mereka, berarti kita tidak melanggar perintah Kaisar kan.”
“… Champion…”
Iskahn memandang tampang bodoh Dempe dengan mata kirinya, lalu membuat perintah.
“Dengar…
setelah menyeberangi jembatan, semua suku Petarung Tangan Kosong akan
menyerang pasukan crimson. Tak peduli apapun, kita harus menolong
teman-teman kita.”
“Hah…?! Maksudmu jembatan, bagaimana… maksud…”
“Kau tau apa yang akan aku lakukan. Kuserahkan sisanya padamu.”
Dengan kata-kata kalem tersebut, Iskahn berbalik memandang lembah.
Tiba-tiba, api menyala di kakinya.
Lalu
si pemimpin Petarung Tangan Kosong perlahan mulai berlari menuju
lembah, meninggalkan jejak kaki dibelakangnya. Ia berlari semakin cepat,
hingga berubah menjadi kilatan api.
Jika aku tak boleh menyeberangi tali.... maka aku tinggal melompat saja!
Berteriak seperti itu di hatinya, ia menjejakkan kakinya menuju lembah yang lebarnya hampir seratus mel.
“Melompat” adalah skill penting dalam latihan Petarung Tangan Kosong.
Latihan
ini perlahan bermula dari melompati lubang pasir, lalu berlanjut untuk
meningkatkan kepercayaan diri dengan melompati tumpukan pisau dan
minyak, dan sebagai dasar pembentuk teknik lompatan itu sendiri; dengan
kata lain «incarnation».
Akhirnya, jarak lompat seorang Petarung
bisa melebihi 20 mel. Di dunia dimana kau tak bisa terbang, lompatan
ini adalah jarak terjauh yang bisa dicapai tubuh manusia.
Namun,
apa yang hendak dilompati Iskahn sekarang ini adalah lembah tak
berdasar yang lebarnya lima kali lipat. Para Petarung Tangan Kosong
mulai menatap ke depan, hatinya seperti terbawa angin, tubuhnya
meninggalkan jejak api.
Sepuluh mel, duapuluh mel. Tubuhnya masih melambung.
Tigapuluh
mel. Tigapuluh lima mel. Angin kuat berhembus dari bawah lembah,
mendorongnya semakin tinggi seolah ia memiliki sayap tak kasat mata.
Empatpuluh mel.
Tinggal sedikit lagi— ia hanya perlu naik sedikit lagi … lalu ia akan bisa sampai ke seberang—
Tetapi.
Tepat
sebelum ia mencapai tengah lembah, angin hembusan berhenti seketika.
Tubuhnya kehilangan dorongan; batas lompatannya mencapai titik maksimal,
dan ia mulai turun seperti panah.
Ia… kurang lima mel menuju titik tengah.
“UWOOOOOHHH!!”
Iskahn
berteriak, menjulurkan tangan kanannya ke depan, berusaha menggapai
udara hampa. Tetapi tak ada tempat untuk tangannya atau kakinya; hanya
udara dingin dari kegelapan dibawahnya, menyelimuti tubuhnya agar
terjatuh.
Seketika —
“CHAMPIOOOOOOOOOON!!”
Teriakan menggetarkan sampai ke telinga Iskahn.
Ia memutar kepalanya.
Temannya, Dempe, telah menggenggam batu besar, dan bersiap untuk melemparnya.
Si
Pemimpin menyadari apa yang akan dilakukan sahabat setianya. Tetapi—
melempar batu besar lebih dari limapuluh mel sungguh mustahil bagi
manusia …
Gowa.
Tangan kanan Dempe tiba-tiba berotot, otot dan uratnya tampak, seolah seluruh kekuatan ditubuhnya menuju ke satu titik.
“OHHHHH!!”
Si pria kekar berlari beberapa langkah, dan melemparkan batu besar dengan sepenuh tenaga menggunakan kekuatannya.
Udara
bergetar hebat, batu besar tersebut seolah diluncurkan oleh meriam—
lalu, Tangan Kanan Dempe meledak, daging dan darah berhamburan ke segala
arah.
Iskahn melihat sosok Dempe terjatuh ke tanah menggunakan
mata kirinya, menggeramkan giginya, lalu memfokuskan konsentrasinya
menuju batu yang terbang ke arahnya.
“… YAAAAAAAH!!”
Dengan sebuah teriakan, ia menjejakkan kaki kirinya ke batu tersebut.
Bagaaan!!
Batu besar tersebut hancur berkeping-keping menahan daya tolak, tetapi
tubuh kecil Iskahn kini melayang ke udara. Swordsmen yang saling
bertarung di sisi lain lembah semakin dekat dengannya. ***
“Damn!!”
Asuna mencabut rapier miliknya dari tubuh pemain Amerika yang memaki sambil kesusahan bernafas di kuda miliknya.
Ini
berbeda ketika ia harus melawan orang-orang dari Tanah Kegelapan; ia
tak perlu menahan diri apabila harus mencabut nyawa seseorang. Asuna
yang dulunya dikenal sebagai “The Flash”, kemudian “Berserk Healer”,
akhirnya bisa menggunakan kombo Sword Skill; jumlah pasukan crimson yang
berjatuhan karena tebasannya mencapai sepuluh orang.
Tetapi— meskipun begitu, mereka terlalu banyak!!
Tak
hanya Asuna, Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia dan empat Integrity
Knights juga harus bertarung susah payah, dan akhirnya bisa membuka
jalan ke selatan. Tubuh-tubuh telah bertumpuk bagaikan gunung dihadapan
pasukan yang maju.
Akan tetapi, mereka tak bisa menahan
gelombang serangan pasukan crimson yang tak ada akhirnya, dan pasukan
kita hanya bisa bertahan di posisi semula. Yang lebih penting, mereka
dengan sigap sadar jika musuh yang telah dihancurkan akan menghilang
dalam hitungan detik, tak meninggalkan jejak darah di tanah— mereka
menyadari jika musuh bukanlah orang hidup, melainkan pasukan hantu.
Kemudian…
“Uwah… No… AAAAHHH—!!”
Teriakan semangat membuat Asuna berbalik arah.
—Lalu,
ia melihat lubang terbuka di barisan formasi bertahan pasukan-nya, dan
orang-orang Amerika berebutan memasuki celah tersebut sambil memaki
Penjaga yang lemah. Para Penjaga dikelilingi musuh yang melebihi jumlah
mereka, lalu terjadilah; daging dan darah berhamburan ke udara, teriakan
kesakitan perlahan berubah menjadi teriakan kematian. Gambaran kematian
yang begitu nyata tampaknya membuat pasukan crimson semakin haus darah,
seketika mereka semakin melaju guna mengincar mangsa baru untuk
ditebas.
“Hentikan…. HENTIKAN…!!” Asuna berteriak.
Ia
sadar jika harus mengorbankan beberapa prajurit dan harus segera ke
selatan secepat mungkin. Tetapi ia tak bisa mengontrol dirinya dan
meloncat dari kudanya.
“HENTIKAN—!!”
Melaju menuju pasukan crimson seorang diri, teriakannya menyedihkan.
Ia tahu jika pemain Amerika telah diperdaya, ia tak bisa menahan kemarahannya lebih lama.
Zzkukukuk—!!
Tangan
kanannya bercahaya, dan «Radiant Light» menebas lurus menuju helm
prajurit crimson. Empat orang terluka dan menjatuhkan senjata mereka,
berteriak kesakitan.
Melihat reaksi tersebut, Asuna mengerti
meskipun mereka dive menggunalan AmuSpheres, mereka tak dilindungi oleh
Pain Absorber. Sejujurnya, Asuna sudah menyadarinya sejak tadi, jadi dia
mencoba untuk melancarkan serangannya menuju jantung, membunuh langsung
orang tersebut dan membuat mereka log out dari dunia ini, tapi cara
pemikiran seperti ini seketika menghilang dari diri Asuna.
Memanfaatkan
prioritas senjatanya, ia kini menargetkan tusukan rapier-nya menuju
armor milik musuh, membuat mereka terjatuh dan terkadang mematahkan
pedang mereka menjadi dua.
Bagi pemain Amerika, musuh yang ada
dihadapan mereka hanyalah poligon, dan darah mereka hanyalah spesial
efek yang diciptakan computer. Tetapi bagi Asuna yang dive menggunakan
STL, mereka nyata, dan darah yang menyembur terasa hangat, baunya juga
terasa.
Beberasa saat kemudian, genangan darah mencapai ke kaki
Asuna, dan secara tak sengaja ia terpelincir dan jatuh. Pasukan yang
berbadan besar lalu mengelilinginya ketika ia hendak berdiri.
“Take this!!”
Sebuah
kapak perang mengayun ke bawah, Asuna berusaha menghindar ke kanan.
Tetapi sebelum ia bisa menarik tangan kirinya, kapak perang tersebut
berhasil menebas.
Gatsu.
Dengan suara keras, lengan kirinya putus dari ujung siku, tangan tersebut melayang ke udara.
“… AAHH—!!”
Merasakan
rasa sakit yang tak terkira membuat Asuna mematung dan mati rasa.
Sesaat kemudian, ia bernafas berat dan dengan susah memegang lengan
kirinya yang bercucuran darah. Melalui pandangannya yang tertutup air
mata, ia bisa melihat empat atau lima sosok bayangan yang
mengelilinginya sedang mengangkat senjata mereka.
Tiba-tiba —
Kepala si pria yang menggenggam kapak perang meledak dan menghamburkan daging dan darah.
Asuna
mendengar suara pukulan seperti senapan api. Setiap kali suara itu
terdengar, tubuh-tubuh prajurit yang berusaha mendekatinya meledak dan
berhamburan.
“Hmph… Apa-apaan, begitu lemah?”
Asuna
menahan rasa nyari dan mencoba berdiri; sebelum bisa melakukannya,
seorag pemuda dengan rambut jabrik bagaikan nyala api berdiri di
hadapannya.
—Seseorang dari Tanah Kegelapan!
Asuna
menarik nafas dalam-dalam dan melupakan rasa sakitnya untuk sementara.
Dari warna kulit dan sabuk kulit yang mengikat tubuhnya, ia adalah
anggota Petarung Tangan Kosong yang telah dilawannya beberapa waktu
lalu.
Tetapi mengapa seseorang dibawah pimpinan Kaisar Vektor menyerang pasukan crimson yang telah dipanggil?
—Seolah ia memang berniat menolong Asuna.
Asuna
menatap dan menyadari jika pemuda ini hanya memiliki satu mata, luka
kasar di mata kanannya dan jejak darah di wajahnya bagaikan air mata.
Dengan
sisa matanya, si pemuda menatap marah pada pemain Amerika yang
mendekatinya, ia lalu mengangkat tinju kanannya setinggi mungkin.
Seketika, tinjunya terselimuti api merah.
“Wa… RAAAAAAHHH!!”
Dengan teriakan tersebut, si pemuda menjejak tanah.
Guwa!!
Ketika
ia menghentakkan tinjunya ke tanah, gelombang kejut meledak bagaikan
dinding api, melontarkan pasukan crimson yang ada dihadapannya.
—Sungguh kuat!
Asuna mengakui. Jika ia melawan orang ini, mungkin ia akan kalah …
Si
Petarung Tangan Kosong tanpa berkata-kata mengulurkan tangannya dan
menggenggam tangan Asuna dan membantunya berdiri, menatap wajah Asuna
lalu.
“… Mari buat kesepakatan.”
Asuna tak bisa langsung memahami apa yang diinginkan pemuda ini.
“Sebuah… kesepakatan?”
“Benar.
Kau yang membuat tombak-tombak batu dan lembah tersebut kan? Dengar,
buatlah jembatan ke seberang lembah, walaupun kecil tak masalah. Disana,
kami memiliki empat ribu pasukan Guild Petarung Tangan Kosong yang akan
bertarung bersamamu, kita bekerjasama hingga berhasil membereskan
pasukan merah sialan itu.”
Bertarung bersama— Pasukan Tanah Kegelapan?
Apakah
hal seperti itu mungkin dilakukan? Orang-orang dari Tanah Kegelapan,
bukan, orang-orang dari dunia ini tak bisa melawan perintah atasan,
karena adanya «Code 871».
Tetapi, si pemuda dihadapannya
sekarang ini telah kehilangan mata kanannya. Apakah ini berarti ia telah
melepas segel mata kanan dengan kemauannya sendiri? Apakah ia, seperti
Alice, sebuah Fluctlight yang telah berkembang hingga bisa mematahkan
ikatan dunia ini?
Alice telah berkata semalam: “Untuk
menghilangkan «Code 871», mata seseorang akan meledak”, tetapi luka
miliknya seperti tidak terlihat seperti bekas luka ledakan, luka
tersebut malahan seperti akibat mata yang dicongkel paksa … Apa yang
harus aku putuskan?
Keragu-raguan sesaat Asuna terbuyarkan oleh suara tebasan dan teriakan dari samping kanannya.
“Orang ini, walaupun bertampang bodoh. Dia jujur kok.”
Seseorang
yang memotong kepala beberapa prajurit yang mendekat menggunakan pedang
hitam tipis yang hampir tak kelihatan, adalah Integrity Knight wanita
berambut perak, Sheyta Synthesis Twelve.
Menatap wajah Sheyta, senyuman semangat bercampur malu muncul dari wajah si Pertarung muda ini. “Hei,” ia membalas.
Sesaat Asuna melihat senyuman ini, ia memutuskan pilihannya.
—Aku akan percaya padanya.
Ini
mungkin terakhir kalinya bisa menggunakan kemampuan «geographical
manipulation». Jadi bukankah lebih baik jika menggunakannya untuk
menciptakan daripada menghancurkan?
“… Aku mengerti, serahkan jembatannya padaku.”
Asuna
menggerakkan tangan kanan yang tadi memegang luka tangan kirinya, lalu
ia mengangkat rapier ke udara dengan tangan kanannya.
Laa────────.
Suara
bagaikan ribuan malaikan terdengar ketika cahaya berwarna-warni
meluncur dari langit dan menuju utara, melintasi lembah, dan
menghubungkan kedua sisi.
Dengan gemuruh, tanah yang ada dibawah lembah mulai bergetar.
Semuanya
memandang ketika dua tiang batu melesat dari kedua sisi lembah dan
semakin merentang, kemudian bersatu di tengah, semakin lebar, dan
akhirnya menjadi jembatan batu untuk bisa diseberangi.
“OOOOHHHH, AHHHHHHH!!”
Teriakan
semangat dari empat ribu pasukan Guild Petarung Tangan Kosong terdengar
lebih keras dari getaran tanah tadi. Dipimpin oleh sosok pria kekar
berlengan satu, mereka melintasi jembatan batu.
Sakit kepala
yang lebih menyakitkan daripada kehilangan sebelah lengan kini
membanjirinya; Asuna hampir kehilangan kesadaran, dan harus menancapkan
rapier-nya ke tanah agar tidak ambruk.
Ia tak bisa lagi melihat dimana Alice, yang seharusnya memandu seluruh Pasukan Penjaga dan untuk menembus musuh.
Asuna
hanya bisa berharap ia selamat… dan pasukan Petarung Tangan Kosong akan
bekerja sama dengan mereka seperti janji si pemimpin.
— Kirito-kun, Aku pergi sekarang, oke?
Dalam hati mengucapkan nama kekasihnya, rasa sakit yang dirasakannya berlahan menghilang, semakin menghilang. ***
Semenit sebelumnya, di ujung paling selatan medan peperangan —
Integrity Knight Alice telah berhasil menebas banyak pasukan crimson yang terus saja menerobos.
Orang-orang ini— mereka aneh.
Mereka
bukanlah swordsmen, maupun prajurit yang ahli menggunakan sword skill;
mereka terus menerus menerobos, menginjak-injak tubuh kawan mereka
sendiri serta berteriak dengan bahasa asing. Tampaknya mereka
benar-benar tak menghargai arti sebuah nyawa— nyawa musuh mereka, dan
bahkan nyawa teman mereka sendiri, semuanya tampak tak berharga di mata
mereka. Bahkan tampaknya mereka tak peduli dengan nyawa mereka sendiri.
Jika
orang-orang yang tinggal di Dunia Nyata seperti ini, tampaknya apa yang
dikatakan Asuna ada benarnya, “Dunia kami bukan dunia dewa-dewi.”
Dengan musuh yang terus membanjiri, reaksi gerak Alice bahkan mulai menurun.
Ia tak kuat. Ini tak bisa disebut pertempuran.
Cepat — cepat terobos mereka, dan keluar dari sini.
“Jangan menghalangi… JANGAN MENGHALANGI!!”
Alice berteriak ketika menebaskan Fragrant Olive Sword ke samping. Kepala dan tangan musuh berjatuhan ke tanah.
“System call!”
Lalu,
ia dengan cepat mulai merapal incantation, menciptakan sepuluh Thermal
Element, dan membentuknya menjadi tombak api dan menembakannya.
“Discharge!”
Dogou!!
Meskipun
tidak seperti Conflagrant Flame Bow milik Deusolbert, sebuah ledakan
besar berhasil merusak formasi musuh dan menciptakan jalan keluar.
Dan dibaliknya adalah—
Ia melihatnya. Sebuah bukit, menjulang di tanah hitam.
Jika
ia bisa menembus kepungan ini dan sampai ke sana, ia bisa menggunakan
Sacred Energy yang tersebar di medan peperangan ini dan menggunakan Art
“Light Pillar”, dan membakar para pasukan ini.
“MENYINGKIR!!”
Alice berteriak dan menendang tanah.
“… Nona Kecil!!”
Teriakan
Komandan Knight Bercouli terdengar dari belakang. Tetapi Alice tidak
mendengar kata-kata selanjutnya: Jangan pergi terlalu jauh.
—Hampir sampai. Kita hampir menerobos.
Ia
tak bisa berhenti menebaskan pedangnya hingga ke musuh terakhir yang
menghalangi jalan. Alice akhirnya berhasil menerobos kepungan musuh dan
melaju ke daerah selatan.
Ia menyarungkan pedang tersayang miliknya ke sarung pedang dan berlari, menghirup udara yang bercampur dengan bau darah.
Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi gelap.
Apakah matahari tertutup awan? Alice berpikir untuk sesaat.
Lalu,
ia merasakan hembusan angin dari belakang punggungnya, dan ia
dicengkeram oleh kaki naga yang melayang; ketika menyadarinya, ia telah
terangkat.
Alice mencoba mengaktifkan Armament Full Control Art
miliknya, tetapi sebelum ia bisa berhasil merapalkan, pandangannya
tertelan kegelapan, rasa dingin menyelimuti tubuhnya.
Apakah ini Dark Art yang dilakukan penunggang naga? —Tidak, bukan. Kesadarannya semakin melemah, terhisap kegelapan pekat.
Ini
adalah Incarnation milik musuh, benar-benar berbeda dari Incarnation
sekuat baja milik Komandan Knight Bercouli, dan juga berbeda dari
Incarnation petir milik Pemimpin Tertinggi Administrator; Incarnation
musuh menghisap segalanya: sebuah Incarnation Kehampaan.
Itulah hal terakhir yang bisa dipikirkan Alice sebelum pingsan.
***
Bagi Kaisar Vektor / Gabriel Miller, situasi ini untung-untungan.
Meskipun
begitu, ia yakin selama puluhan ribu pemain Amerika yang masuk ke
peperangan bisa mengepung Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia, si «Putri
Cahaya» Alice akan menerobos kepungan tersebut seorang diri — atau
dengan tim kecil — untuk melancarkan serangan pilar cahaya raksasa lagi.
Itulah mengapa ia tetap menunggu di punggung naga, jauh dari
peperangan dan menunggu. Ia merasa jika situasi ini menjadi watu terlama
ia menunggu sejak dive ke dalam Underworld.
Kemudian, ia melihatnya. Kilauan keemasan yang menerobos pasukan crimson.
“Alice… Alicia.”
Gabriel tersenyum aneh ketika menggumamkan nama tersebut. Ia mengencangkan kekangan di tangannya, si naga turun cepat.
Imajinasi
mengerikan yang membentuk Incarnation Kehampan telah menelan AI si
naga, mengubahnya menjadi alat yang melayaninya. Dibawah perintahnya, si
naga turun bagaikan batu, sayapnya kaku, membuka cakarnya menuju tanah
dan mencengkeram punggung si Knight emas.
Whoosh—!
Kemudian, suara memekakkan tercipta dari sayap yang mengembang, naga tersebut terbang ke langit lagi.
Ia tidak memperhatikan peperangan berdarah yang telah ia ciptakan.
Baginya,
apapun yang terjadi pada Pasukan Tanah Kegelapan, Pasukan Penjaga
Kerajaan Manusia, atau orang-orang yang ia panggil dari dunia nyata,
mereka semua tak berarti baginnya.
Sekarang, ia hanya perlu
menuju system console terdekat dari lokasinya, yaitu «Altar Ujung Dunia
», dan dari sana, ia akan keluar dan menarik jiwa Alice ke dunia nyata.
Pandangan Gabriel tertarik ke bawah, dan menatap rambut emas yang terurai oleh hembusan angin dari Knight yang pingsan.
Aku ingin segera merasakannya. Tubuh ini, jiwa ini, aku ingin segera merasakannya ke dalam hatiku.
Masih
agak lama menuju system console, mungkin akan memerlukan beberapa hari
jika menggunakan naga. Ia mungkin akan menggunakan waktu yang ada untuk
menikmati Alice yang masih memiliki tubuh fisik di Underworld.
Memikirkan ini, perasaan senang muncul dari perut Gabriel, membuat mulutnya terbuka. ***
Bagaimana mungkin?
Ia— membuang lima ribu pasukan Tanah Kegelapan dan tigapuluh ribu pasukan baru yang baru saja dipanggil, hanya untuk …
Menangkap seorang gadis!
Ketika
Komandan Knight Bercouli merasakan Incarnation Kehampaan yang
meluap-luap dari sosok yang dikenal sebagai Kaisar Vektor, perasaan tak
mengenakkan mengisi dirinya. Tetapi ketika melihat Alice yang telah
berhasil ditangkap, ia akhirnya menyadari niat musuh yang sebenarnya.
Setelah
melihat apa yang terjadi sepuluh mel didepan sana, Bercouli melakukan
sesuatu yang tak pernah dilakukannya selama puluhan tahun terakhir — ia
berteriak penuh kemarahan.
“Kau sialan, apa yang akan kau lakukan pada muridku!!”
Kata-katanya menggetarkan udara, seperti gemuruh petir.
Namun ia diacuhkan oleh si penculik, si penunggang naga terbang menuju langit selatan tanpa menoleh.
Bercouli
mengangkat pedangnya dan mulai mengejar si naga terbang. Tetapi jalan
keluar yang telah berhasil diciptakan Alice kini kembali tertutup oleh
pasukan crimson yang memperbaiki formasi; mereka mendekat, sambil
berteriak memaki terus menerus.
“Kalian sebaiknya bersiap…”
Sebelum Bercouli berhasil menyingkir, cahaya keperakan terlihat di atas kepalanya.
Kirikirikiri, dengan bunyi berdesing melewatinya, itu adalah Divine Instrument milik Integrity Knight Renri, Twin Edged Wings.
Suara nyaring si knight muda terdengar dari belakang.
“Release recollection!”
Dengan
kilatan cahaya, kedua pisau lempar kini bersatu. Membentuk pisau yang
saling bersilangan, pisau tersebut terbang rendah di atas tanah,
berdesis ke arah depan dan meninnggalkan musuh-musuh yang terpotong di
sisinya.
“Pergilah, Komandan!!”
Renri berteriak, lalu Bercouli berbalik untuk membalas.
“Maaf! Kuserahkan sisanya padamu!”
Seketika,
ia menjejakkan kakinya ke tanah. Dengan cepat, tubuhnya seolah berubah
menjadi angin kencang, melontarkan musuh-musuh di sekitar jalan keluar,
ia lebih cepat beberapa kali lipat dari martial dance milik Petarung
Tangan Kosong dari Tanah Kegelapan. Tetapi naga Kaisar Vektor yang
menculik Alice kini telah berubah menjadi titik kecil di langit sana.
Ketika berlari, Bercouli meletakkan jari tangan kiri ke mulutnya dan bersiul kencang.
Sedetik kemudian, sepasang sayap perak terlihat di langit, itu naga milik Bercouli, Hoshigami.
Tetapi
bukan hanya satu naga yang menuju ke arahnya. Naga kesayangan Alice,
Amayori, dan naga milik Eldrie, Takiguri, juga mengikuti.
“Kalian…”
Bercouli menahan emosinya, tak peduli apa yang ia lakukan, ia tak bisa memerintah kedua naga tersebut untuk berdiam diri.
Hoshigami
turun ke tanah dan meluncur mendekati Bercouli, mengulurkan kedua
kakinya ke depan. Sang Komandan Knight mencengkeram cakar di kaki
kirinya dan naik ke punggung, mengencangkan tali kekang dan menghunuskan
pedang panjangnya ke depan.
“Jalan!”
Hoshigami,
Amayori, dan Takiguri bergerak sesuai perintah; tiga pasang sayap
mengepak hebat, lalu mereka terbang ke langit keunguan. Jauh didepan
formasi ke tiga naga, dalam cakar sang naga hitam, cahaya keemasan
terlihat untuk beberapa detik. ***
Setelah ke empat ribu
Petarung Tangan Kosong menyeberangi jembatan batu, mereka bergabung
dengan ke dua ratus teman mereka yang masih tersisa, lalu memperkuat
formasi Pasukan Pertahanan Dunia Manusia, dan menuju ke tengah-tengah
formasi musuh.
Mereka membuat barisan sepuluh orang di setiap
sisi, kemudian bersama-sama mengangkat tinju kanan mereka, lalu
mempertahankan posisi itu.
“U… RA!”
Dengan pukulan
selaras, sepuluh petarung menusuk dan menghancurkan armor dan pedang
milik pasukan crimson. Teriakan dan darah berhamburan ke segala arah;
dengan sekali pukul, lebih dari duapuluh musuh terlontar ke belakang.
Setelah
pukulan penuh semangat tersebut selesai, sepuluh orang tersebut mundur
ke samping, dan kini digantikan oleh sepuluh orang lainnya yang maju
dengan posisi yang sama persis.
“URARA!!”
Kali ini,
sepuluh orang menghujamkan kaki mereka secara bersamaan, menghamburkan
musuh ke segala arah, seperti sebuah ledakan di tengah-tengah.
“… Wow.”
Asuna
hanya bisa terkagum-kagum sambil mengobati luka tangan kirinya
menggunakan Healing Art yang ia pelajari tadi malam. Bahkan Sheyta, yang
sedang minum air siral disebelahnya tampak terkagum.
Teknik
bertempur milik Petarung Tangan Kosong entah mengapa mirip dengan teknik
switch yang digunakan melawan bos ketika jaman SAO dulu, tetapi
pergerakan mereka seirama dan lebih terarah. Sepuluh orang berbaris,
sepuluh orang dibelakangnya; ada lebih dari empat puluh grup dengan
seratus orang yang siap menggempur musuh secara terus menerus.
“Jangan
duduk dan menonton. Bahkan jika kita menuju ke arah selatan, apa yang
kita lakukan setelahnya? Karena musuh ada banyak, bahkan jika kita
berhasil menembusnya, bagi kami cukup sulit untuk membunuh mereka.”
Aliansi sementara Asuna, si pemimpin berambut merah sedang menyilangkan tangannya dengan wajah tegang.
Memang
benar, bahkan bagi Petarung Tangan Kosong yang sedang menerobos barisan
musuh, mengalahkan pasukan crimson cukup sulit jika jumlah mereka
berbeda jauh. Menurut pengamatan Asuna, pemain Amerika kini tinggal
sekitar duapuluh ribu.
“… Lalu… setelah kita menembus musuh dan
bergerak menuju selatan, kita harus segera menjauh. Aku akan menciptakan
lembah lain untuk memisahkan mereka dari pasukan kita.”
Asuna membalas dengan suara datar.
—Tetapi
bisakah ia melakukannya? Sekarang ini, ia hanya bisa menciptakan
jembatan kecil dan hampir kesulitan menerima efek sampingnya. Jika ia
mengubah dataran dengan ruang lingkup luas, ia mungkin akan dipaksa log
out— yang lebih parah, otaknya mungkin akan rusak …
Asuna
menggigit bibirnya, berusaha menyingkirkan pikiran tersebut. Walau
bimbang, ia harus melakukannya. Memanggil pemain Amerika ke dunia ini
mungkin strategi terakhir Kaisar Vektor. Jika ia bisa menyingkirkan
mereka, bahkan jika ia dipaksa log out, mereka tak akan bisa melakukan
apapun pada Alice.
Tiba-tiba, dari arah selatan, seorang penjaga berlari ke arah Asuna yang ada di sisi utara peperangan.
“Perintah baru!! Perintah baru—!!”
Prajurit
tersebut terluka parah karena sebagian wajahnya berlumuran darah, ia
tertunduk di depan Asuna, dan berusaha berkata-kata dengan sisa kekuatan
miliknya.
“Informasi ini datang dari Integrity Knight
Renri-sama!! Integrity Knight Alice-sama, telah ditangkap oleh komandan
musuh! Ia menggunakan naga dan telah terbang ke arah selatan…!!”
“Apa…”
Asuna seperti orang bodoh.
Tentu
saja— ia tak pernah berpikir jika situasi saat ini hanyalah kamuflase
untuk memancing Alice agar menjauh dari Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia
…!!
“Kaisar… telah melarikan diri?!”
Suara tajam
tersebut bukan dari Asuna maupun Sheyta, tetapi dari pemimpin Petarung
Tangan Kosong yang kini matanya bersinar agak aneh.
“Jadi… seperti itu, naga tadi … bukan bermaksud mengawasi kita dari udara … Hei, nona!!”
Mata si pemimpin muda menatap Asuna, ia meminta penjelasan.
“Alice
itu «Putri Cahaya»?! mengapa Kaisar begitu menginginkannya?! Jika Putri
Cahaya jatuh ke tangan Kaisar, apa yang akan terjadi?!”
“Dunia ini … akan hancur.”
Asuna menjawab. Ekspresi Ishkhan seolah disiram air dingin.
“Ketika
Dewa Kegelapan membawa Putri Cahaya Alice ke «Altar Ujung Dunia»… dunia
ini, baik itu Kerajaan Manusia atau Tanah Kegelapan, setiap penghuninya
akan dimusnahkan.”
Suara Asuna terasa datar sebelum ia
menyadari jika ia terdengar seperti seorang NPC dari suatu permainan
RPG, tetapi ini benar-benar kenyataan. Ketika para penyerang memperoleh
jika Alice, sangat bisa dibayangkan nasib Light Cube Cluster yang tak
memiliki arti lagi — mereka akan menghancurkannya tanpa simpati.
Lalu,
apa yang bisa ia lakukan … bahkan Super Account «Stacia» yang digunakan
dirinya tidak memiliki kemampuan untuk terbang. Bagaimana ia akan
mengejar Vektor?
Seorang yang menjawab kekhawatiran Asuna adalah
knight berambut perak yang berdiri di sampingnya, Sheyta. Setelah
menghabiskan isi botol yang tergantung di sabuknya, si knight berwajah
dingin ini berkata:
“Bahkan bagi seekor naga … ia tak bisa terbang selamanya. Ia harus istirahat, paling tidak setengah hari.”
Mendengar
ini, si Pemimpin Petarung Tangan Kosong mencuri-curi pandang pada wajah
Sheyta, lalu kembali berpaling; ia memukulkan tangannya dan
menyelesaikan kalimat Sheyta dengan suara lantang.
“Kalau begitu tinggal kejar mereka!!”
“Mengejar mereka … tetapi, bukankah kau ini…”
Asuna menatap Ishkhan penuh tanda tanya.
“Bukankah kau ini pasukan Tanah Kegelapan? Mengapa kau bertindak sejauh ini …”
Ishkhan menjawab seperti seorang anak yang telah dibuang orang tuanya.
“Kaisar
Vektor… tidak mengatakan kepada kami, para Sepuluh Bangsawan Tanah
Kegelapan. Ia hanya ingin Putri Cahaya. Jika ia memperolehnya, ia tak
akan peduli apa yang terjadi pada kami. Karena sekarang ia sudah
mendapatkannya, berarti Kaisar telah memperoleh keinginannya … dengan
kata lain, misi Pasukan Tanah Kegelapan telah selesai. Setelah ini,
bukankah kami bebas bertindak semau kita, bahkan jika itu berarti
bekerja sama dengan Kerajaan Manusia lalu merebut kembali Putri
Cahaya?!!”
Absurd banget.
Asuna tak bisa berkata-kata
menanggapi Ishkhan. Ekspresi di wajahnya benar-benar berbeda dari
sebelumnya; kini dipenuhi dengan tujuan baru.
Ketua Petarung Tangan Kosong menatap lurus ke mata Asuna, lalu berbisik.
“…
Aku tak bisa… kami tak bisa membantah perintah langsung Kaisar.
Kekuatannya meluap-luap … bahkan Jendral Kegelapan Shasta yang lebih
kuat dariku terbunuh seketika tanpa bisa menyentuhnya. Jika Kaisar
memberikan perintah langsung pada kami agar bertarung melawan kalian,
kami harus mematuhinya … itulah mengapa, kami para Petarung Tangan
Kosong akan menahan pasukan crimson disini. Kau dan Pasukan Penjaga
kejarlah Kaisar secepat mungkin. Lalu… si Kaisar … si sialan itu…”
Kata-kata Ishkhan tiba-tiba berhenti, dan ekspresinya memucat— seolah tersiksa rasa sakit yang datang dari mata kanannya.
“Katakan… pada si sialan, ‘kami bukan bonekamu’!”
Seketika,
teriakan datang dari Petarung Tangan Kosong dari medan peperangan
bagian selatan. Para Penjaga akhirnya berhasil menerobos pasukan
crimson, dan kini mulai berlari.
“Bagus…”
Zudan! Pemimpin muda ini kini menghantamkan kaki kanannya ke tanah dan memberikan perintah baru dengan suara lantang.
“Kalian semua, pertahankan posisi kalian!”
Lalu, ia menatap Asuna dan berkata.
“Cepat!! Kami tak bisa menahan lebih lama.”
Asuna mengambil nafas— dan mengangguk.
—Orang ini, juga seorang manusia.
Tak
peduli apakah ia seorang Artificial Fluctlight, jiwanya yang terisi
rasa kebanggaan senyata manusia. Kami memotong tali yang mereka gunakan
untuk melintasi lembah, dan membunuh lebih ratusan teman-temannya; ia
seharusnya akan membalas dendam kepada kami.
“… Terima kasih banyak.”
Asuna hanya bisa berkata seperti itu, lalu berbalik.
Dari belakang punggungnya, terdengar suara Integrity Knight Sheyta.
“Aku akan… tetap disini.”
Menerima tindakannya, Asuna menoleh dan memberikan senyum pada knight berambut perak ini.
“Aku mengerti. Kami akan mengandalkanmu di sisi ini.” ***
Iskahn
melihat tanpa bisa berkata-kata pada knight wanita berambut chesnut
yang kini telah memimpin sekitar tujuh ratus orang untuk menerobos
formasi musuh yang sedang bertarung dengan bawahannya, lalu berpaling
pada Integrity Knight tanpa emosi di sisinya.
“… Kau tak apa-apa seperti ini, nona?”
“Aku sudah memperkenalkan namaku kan.”
Ditatap pandangan menusuk, Ishkhan hanya bisa tertawa getir dan mengganti cara bicaranya.
“Tak apa kalau begini, Sheyta? Aku tak tahu jika kita akan berhasil bertahan hidup-hidup.”
Si knight langsing mengangkat bahunya, armor baru miliknya tampak kebesaran.
“Akulah yang akan membunuhmu. Tak boleh orang lain.”
“Hmph, kau yang ngomong ya.”
Kali ini, Iskahn tertawa sepenuh hati.
Ingin
menolong teman-temannya dari kematian tragis — ia memilih untuk bekerja
sama dengan Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia di pikirannya. Tetapi
sekarang ini, ia meminta seluruh bawahannya untuk melindungi orang-orang
Kerajaan Manusia dari pasukan crimson; sungguh luar biasa. Kini hatinya
seolah terbuka lebar, seperti dimasuki angin sepoi-sepoi.
Yah, jika ia mati disini, tak begitu buruk kok.
jika
ia tewas berusaha melindungi dunia ini, ayahnya, saudaranya laki-laki
dan perempuan yang menunnggu di kampung halaman pasti akan memaklumi.
“Baiklah!! Keluarkan seluruh kemampuan kalian!!”
Teriakan “URAAA!!” bergema di seluruh medan peperangan.
“Bentuk lingkaran!! Pertahankan segala sisi!! Tendang para orang bodoh yang akan mendekat!!”
“Kau benar-benar semangat, Champion.”
Dempe telah sampai di sebelah Iskahn sekali lagi, lalu tangan kirinya mengeluarkan suara berderu. ***
Sementara
Asuna memimpin pasukan menuju bukit diselatan sana lalu mundur ke hutan
dimana Pasukan Persediaan berada, Knight Renri memberitahunya tentang
Komandan Knight yang telah membawa tiga naga dan terbang mengejar Kaisar
Vektor.
“… Menurutmu ia akan berhasil mengejar?”
Pada pertanyaan tajam Asuna, wajah kekanakan Renri agak ragu-ragu.
“Sejujurnya,
kemungkinannya sangat kecil. Karena, keduanya terbang dengan kecepatan
yang sama, dan mereka juga perlu waktu istirahat… Tetapi, Alice-sama
juga ditangkap naga milik Kaisar Vektor, kuharap ia masih memiliki Life.
Di lain sisi, Komandan Knight bisa berganti naga untuk meminimalisir
kelelahan mereka, jadi secara teori, ia akan bisa memperpendek jarak
diantara mereka berdua …”
Dengan
kata lain, mereka hanya bisa berdoa jika Komandan Knight akan bisa
mengejar Kaisar Vektor sebelum sampai ke Altar Ujung Dunia.
Tetapi, jika ia berhasil mengejarnya pun—
Bisakah Komandan Knight mengalahkan Super Account Vector seorang diri?
Karena
Asuna tak pernah mengira jika musuh akan log in menggunakan sebuah
Super Account, ia tak bertanya pada Higa Takeru tentang kemampuan yang
dimiliki Vektor. Tetapi jika Vektor memiliki kemampuan yang sama seperti
skill “Geographic Manipulation”
milik Stacia— bahkan bagi seorang pemimpin Integrity Knights, menang
melawannya dalam pertarungan satu lawan satu akan sangat menyulitkan…
Ketika memikirkan hal ini, Renri berkata dengan nada riang.
“Jika
ia berhasil mengejar, Komandan Bercouli pasti akan menyelamatkan
Alice-sama. Karena, orang itu … adalah manusia terkuat di dunia ini.”
“… Yeah, memang benar.”
Asuna mengangguk sungguh-sungguh.
Satu-satunya
hal yang bisa ia lakukan sekarang ini adalah harus yakin. Karena,
beberapa menit lalu ia telah melihat banyaknya semangat bertempur milik
orang-orang Underworld.
“Nah, ayo menuju ke bagian selatan
dengan seluruh pasukan. Untungnya, hanya ada padang rumput di depan
kita. Kita mungkin tak akan bisa mengejar Bercouli-san, tetapi kita
mungkin akan berguna jika bertemu dengannya.”
“Oke, Asuna-sama. Aku akan menginformasikan semua orang untuk berlari.”
Renri mempercepat langkahnya, lalu berlari ke dalam hutan.
Melihatnya menghilang, Asuna berkata pada dirinya sendiri.
Kirito ingin melindungi Alice dan seluruh dunia ini.
Ia
juga harus melindungi mereka juga, tak peduli luka apa yang akan ia
terima … tak peduli berapa banyak rasa sakit yang harus ia tahan. ***
Pada saat yang sama—
Di
ruang kontrol Ocean Turtle, Critter telah bersiap untuk memasukkan
20,000 pemain Amerika yang akan dive ke dalam Underworld sebagai
gelombang ke-dua.
Dan lokasi turun mereka adalah posisi Gabriel Miller saat ini— kira-kira sepuluh kilol dari lokasi turunnya gelombang pertama.
Bagian 2
“……Gh!!”
Menarik nafas dalam-dalam, Vassago Casals memaki.
Ia menggelengkan kepala berambut keritingnya, dan memandang sekeliling.
Tembok baja disekeliling, lantai anti licin, dan banyak monitor yang bercahaya di kegelapan.
Ketika
ia melihat pria kurus duduk di kursi kulit di depannya, Vassago
akhirnya menyadari jika ia telah kembali ke ruang kontrol utama «Ocean
Turtle», di dunia nyata.
Salah seorang kru— Critter, bersin, suaranya penuh sindiran.
“Whoa, kau benar-benar bangun. Aku kira sel-sel otakmu membusuk.”
“… Berisik.”
Vassago
mengerang, dan memeriksa tubuhnya sendiri. Ia kini sedang berbaring di
kasur kecil di pojok ruangan, sebuah jaket sembarangan diletakkan
menutupi perutnya.
Apa yang terjadi?Vassago menggelengkan
kepalanya semakin keras. Tindakan ini membuat kesakitan lebih parah ke
kepalanya, ia memaki lagi. Ia lalu berjalan ke sisi ruangan, sebagian
besar anggota tim-nya masih duduk melingkar dan bermain kartu, ia
bertanya:
“Hei, ada yang punya aspirin?”
Si jenggot
Brigg, salah satu anggota penyerang, tanpa kata-kata langsung
menyerahkan botol plastik di sakunya kepada Vassago. Vassago
menangkapnya, lalu membuka tutup tersebut, memasukkan semua isinya ke
dalam mulut, lalu mengunyahnya.
Bersamaan rasa pahit yang menyengat lidahnya, ingatannya akhirnya mulai muncul.
“Jadi… aku terjatuh dalam lubang raksasa…”
“Bagaimana kau mati? Kau dive selama delapan jam penuh.”
“De…Depalan jam?!”
Terkejut, Vassago melonjak, bahkan melupakan rasa sakit kepalanya.
Ia
memandang jam di pergelangan tangan kirinya, menunjukkan pukul 6.30
A.M, Waktu Standar Jepang. Kurang dari duabelas jam sebelum batas waktu
ketika Pasukan Pertahanan meninggalkan Kapal Penghancur Aegis, Nagato
dan mendobrak masuk ke dalam Ocean Turtle.
Tetapi lebih penting saat ini—
Karena
ia telah tak sadar selama delapan jam, beberapa bulan seharusnya telah
terlewat di dalam Underworld. bagaimana kondisi peperangan? Misi untuk
menangkap Alice?
Tetapi seolah membaca keterkejutan milik Vassago, tsk-tsk, Critter membunyikan lidahnya.
“Jangan
terkejut begitu, matamu akan copot. Tanang saja, ketika kau mati di
dalam sana, percepatan waktu telah diturunkan menjadi satu.”
“S… Satu?!”
Itu berarti tak perlu khawatir. Tetepi, bukannya itu malah memperburuk keadaan!
“Hei,
kacamata, apa kau mengerti situasinya? Kita hanya memiliki waktu
duabelas jam sebelum Pasukan Pertahanan menyerang tempat ini!”
Vassago menolak penjelasan Critter, lalu ia menggelengkan tangannya penuh sok.
“Tentu aku tahu. Ini juga perintah Kapten Miller.”
Jadi,
“rencana penyerangan” yang dijelaskan Critter membuat Vassago tak bisa
berkata-kata, meskipun ia sangat berpengalaman menjadi seorang pemain
VRMMO.
Sebelum ia meninggalkan sistem console di Obsidia,
ibukota timur Tanah Kegelapan, Letnan Gabriel Miller secara rahasia
telah memberi perintah kepada Critter di dunia nyata.
Buatlah
website iklan tentang sebuah beta test VRMMO kekerasan yang tak memiliki
aturan— the Underworld laws, tentu saja— buatlah koneksi client
program. Lalu, atur ratio akselerasi menjadi satu pada 7 Juli 16 12:00
A.M., dan pada saat yang sama, mulailah perekrutan pemain beta test dari
seluruh Amerika, Critter menjelaskan.
“Dengan konsol yang
terbatas, aku hanya bisa melihat koordinat milikmu dan kapten, begitu
juga dengan pengiriman jumlah pasukan, jadi rencana ini adalah rencana
cadangan jika Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia lebih kuat dari yang
kita kira.”
Jari-jari kurus Critter menari di atas keyboard, menunjukkan peta seluruh Underworld.
Di peta yang akan berbentuk segitiga runcing tersebut, dua garis merah membentang dari sudut paling timur menuju ke barat.
“Ini
adalah log pergerakan milikmu dan kapten. Dengar, kau baru saja
berkeliaran di sekitar Gerbang Besar Timur Kerajaan Manusia, dan
tiba-tiba kau tewas.”
Salah satu garis merah tersilang oleh tanda sebuah ‘X’, di selatan «Gerbang Besar Timur».
“Tetapi
komandan melewatimu dan sedang menuju selatan. Ia bahkan meinggalkan
seluruh pasukan Tanah Kegelapan di utara dan bergerak sendiri. Itu
berarti …”
“Ia sedang mengejar Alice atau telah mendapatkannya.”
Vassago bergumam. Critter mengangguk dan lanjut menjelaskan.
“Berdasarkan
rencana awal kita, ketika waktu telah berkurang sampai delapan jam,
atau ketika Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia benar-benar hancur, kita
akan meningkatkan kembali kecepatan akselerasi menjadi 1,000 kali
lipat. Jika seperti itu, kita masih memiliki waktu bertahun-tahun di
dunia tersebut. Tentu saja, ketika ratio akselerasi ter-reset, para
pemain Amerika yang sedang dive akan ter log-out paksa karena
synchronization error, tetapi selama kita berhasil memenangkan
peperangan, siapa peduli?”
“Kalau begitu tingkatkan ratio kecepatannya sekarang! Tak ada waktu tersisa.”
“Tidak sesederhana itu. Coba lihat disini—”
Critter menekan tombol dan memperbesar peta.
Beberapa
kilometer di Gerbang Besar Timur yang memisahkan Kerajaan Manusia dan
Tanah Kegelapan, terbentang padang rumput, bebukitan, dan hutan. Pasukan
Pertahanan telah memasang serangan kejutan di hutan… dengan kata lain,
itu adalah tempat dimana Vassago tewas.
Tetapi entah mengapa,
diantara hutan dan padang rumput tersebut, sebuah lembah raksasa yang
lebarnya hampir 50 kilometer terbentang dari barat ke timur. Disekitar
lembah tersebut, pusaran titik-titik bergerumul menjadi satu, berbagai
warna: merah, hitam, dan putih.
“Yang merah adalah pemain
Amerika yang aku masukan ke dalam Underworld. banyak yang sudah
menghilang, tetapi masih tersisa 20,000. Dan lingkaran hitam yang
dikepung titik merah adalah pasukan Tanah Kegelapan. Jumlahnya 4,000.”
“H… Hei, hei, kau juga lihat kan kalau si merah menyerang si hitam”
“Itu
karena informasi beta test mengatakan jika mereka bisa bebas membunuh
para NPC yang tampak nyata. Bagi pemain Amerika yang sedang dive, tak
ada perbedaan antara pasukan Kerajaan Manusia dan Tanah Kegelapan.
Tetapi, karena beberapa alasan, titik hitam ini menurun sedikit lamban
daripada yang aku harapkan. Pasukan Tanah Kegelapan seharusnya tunduk
pada Kaisar, tak mungkin mereka bertarung melawan pasukan Amerika,
karena mereka berpikir pasukan merah telah dipanggil oleh Kaisar.”
“Mungkin mereka menikmati saling bunuh.”
“Yah,
mari asumsikan jika si hitam akan berkurang. Terlebih lagi, yang
menjadi masalah itu di sebelah sini, kelompok putih kecil ini.”
Critter
menggerakkan kursor. Benar, sebuah kelompok titik putih sedang bergerak
menuju selatan— seolah mereka mengejar Kaisar Vektor, atau Kapten
Miller.
“Mereka adalah Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia.
Meskipun jumlah mereka sedikit, sekitar 700. Akan tetapi, akan jadi
masalah kalau mereka berhasil mengejar kapten, jadi kita harus
menghentikan mereka.”
“Menghentikan mereka? …Apa yang akan kau lakukan?”
Critter tidak langsung menjawab pertanyaan Vassago, tetapi sedikit tersenyum dan lanjut mengetik keyboard.
Ia membuka jendela baru di peta. Didalamnya, sekumpulan awan merah bergumul dalam latar belakang hitam.
“Mereka
adalah pemain Amerika yang ketinggalan gelombang pertama, dan sedang
menunggu gelombang kedua. Saat kouta 8,000 pemain terpenuhi, aku akan
memasukkan 20.000 pasukan melawan Pasukan Penjaga. Setelahnya, kita akan
meningkatkan ratio akselerasi menjadi 1.000 lagi. Dengan cara itu, kita
akan memiliki cukup waktu agar kapten bisa membawa Alice ke sistem
konsol di ujung selatan”
“… Jika semudah itu.”
Vassago membalas, mengelus janggutnya.
“Pasukan
Penjaga Kerajaan Manusia lebih kuat daripada yang kau bayangkan.
Khususnya mereka yang disebut Integrity Knight, mereka kelewat gila;
mereka memusnahkan pasukan pertama Tanah Kegelapan, kalau kau tak tahu?
Jika tidak ada mereka, aku mungkin sudah tewas mengenaskan … seperti
gelombang pertama…”
Seketika, Vassago teringat.
Tepat bagaimana dan oleh siapa ia tewas.
Nafasnya
tertahan dan matanya terbuka lebar. Di dalam kepalanya, sebuah kenangan
tiba-tiba sembuh, sosok bagaikan dewi yang turun dari langit,
menatapnya. Ia secara insting memaki dalam bahasa jepang ketimbang
inggris.
“— «The Flash»…!! Yeah… Tak diragukan lagi, itu pasti dia…!!”
“Hah? Apa yang kau bicarakan?”
Vassago menggenggam kerah baju Critter.
“Dengar,
kutubuku sialan! Orang-orang RATH juga sedang melakukan rencana
menggunakan ruang sub kontrol!! Dalam Pasukan Pertahanan Kerajaan
Manusia, ada pemain-pemain VRMMO jepang yang membaur!!”
“Apa?!”
Mengabaikan ekspresi Critter, Vassago bersin.
“Karena
Asuna «The Flash» juga disana, mungkinkah, “orang itu” juga dive? … Ya
Tuhan, bagaimana mungkin aku hanya berdiam diri disini … Hei, aku ingin
kembali masuk! Masukan aku bersama dengan 20,000 pemain, dan turunkan
aku ke lokasi titik putih!!”
“Kau ingin dive lagi … Tetapi akun
Dark Knight yang kau gunakan telah hilang. Tentu saja, jika kau tak
keberatan menggunakan akun pasukan crimson seperti mereka, aku punya
banyak.”
“Aku punya akun sendiri… akun yang sudah aku simpan sangat lama.”
Kekek.
Tenggorokan Vassago terdengar seperti terkekeh ketika ia mengambil
kertas dari dekat console, menarik sebuah pena dari kantong Critter,
lalu dengan cepat menuliskan sesuatu.
“Dengar, gunakan ID dan
password ini yang ada di menu «The Seed Nexus» Jepang, lalu convert
karakternya ke dalam Underworld. aku akan masuk menggunakan akun
tersebut.”
Memberikan kata-kata tersebut, Vassago mulai berjalan menuju pintu ruang STL.
Setelah beberapa langkah, ia terhenti.
Ketika
ia berbalik, wajah Vassago berubah menjadi beringas, cukup membuat
takut si cyber criminal Critter. Seolah karakter vulgar, energik, dan
kasar yang nanti akan ia gunakan seperti belahan jiwanya.
Lalu,
Vassago berjalan menuju Critter, dan membisikkan instruksi lain
ditelinganya. Sedetik kemudian, ruang STL menelannya, si hacker melihat
pintu sendirian, kertas tipis tersebut masih dipegangnya.
Di
kertas ada tiga huruf berbahasa Inggris dan delapan angka numerik.
Critter tak pernah mengerti maksud tiga huruf ‘S’, ‘A’ dan ‘O’.
***
Ketika
para Penjaga bersiap untuk berangkat, Asuna meninggalkan kerumunan dan
mendatangi kereta persediaan. Sebuah kursi logam tampak, dengan seorang
pemuda berambut hitam gemetaran, dua gadis bersamanya.
Ronye
mengangkat wajahnya ketika ia mendengar langkah kaki. Menyadari
kedatangan Asuna, wajahnya mulai memerah karena malu sekaligus menangis,
ia berbicara:
“A… Asuna-sama! Kirito-senpai ingin… ingin pergi keluar … lalu…”
Asuna menggigit bibirnya dan mengangguk. Ia berlutut di depan Kirito dan menggenggam tangan kirinya yang kurus.
“Aku mengerti… Alice… telah ditangkap musuh. Kirito-kun pasti merasakannya.”
“Apa?… Alice-sama telah…?!”
Tieze menjerit, wajah putihnya semakin pucat.
Apa yang memecah ketegangan ini adalah suara Kirito.
“Ah… uh…”
Tangan kirinya bergetar, mencoba menyentuh sisa-sisa lengan kiri Asuna.
“Kirito-kun… Apa kau, mengkhawatirkanku…?”
Asuna berbisik pelan. Seketika, Ronye akhirnya menyadari luka-luka Asuna dan menjerit.
“Ah, Asuna-sama! Lengan anda…!!”
“Tak
apa. Ini cuma luka sementara …” ia berguman. Asuna dengan lembut
mengangkat lengan kirinya, bagian dari siku kebawah telah terpotong.
Higa
Takeru telah memberikan informasi singkat mengenai teknologi «Mnemonic
Visual». Meskipun semua benda telah diciptakan menggunakan program The
Seed seperti di ALO, bagi Asuna dan Kirito yang telah dive menggunakan
STL serta bagi Artificial Fluctlights seperti Tieze dan lainnya, semua
yang ada di dunia ini seperti «shared memory» yang disimpan di Main
Visualizer, sebuah realitas berbeda yang diciptakan menggunakan kekuatan
imajinasi.
Life atau HP Super Account Stacia benar-benar sangat
banyak, hampir mencapai batas maksimal sistem. Tetapi, jika ia diserang
menggunakan senjata normal maupun ditusuk ratusan hingga ribuan kali,
Life miliknya tak akan menyentuh nol.
Tetapi ketika pasukan
crimson mengayunkan kapak perangnya dan mengincar lengan kirinya, Asuna
benar-benar merasa takut; ia berpikir, terkena tebasan kapak sebesar
ini, lenganku pasti akan putus, dan imajinasinya menjadi kenyataan.
Hal
yang sama juga berlaku bagi lengan kanan Kirito. Meskipun Life-nya
telah terobati, lengannya tidak kembali normal, karena ia terus menerus
menghukum diri.
Asuna meletakkan lengan kanan ke bekas lukanya, dan berkonsentrasi, menutup matanya, dan berkata pada dirinya sendiri.
Aku
tak akan takut lagi. Hingga aku telah melindungi Kirito-kun dan dunia
ini hingga akhir, aku tak ingin kehilangan seseorang … atau apapun.
Cahaya
putih terkonsentrasi menuju lukanya dengan bunyi pop. Cahaya hangat
tersebut semakin luas, lengan kirinya telah kembali seperti semula.
Tersenyum
pada kedua gadis yang seolah menyaksikan sebuah keajaiban, Asuna
mengulurkan lengan kirinya dan memeluk kepala Kirito.
“Lihat?
Aku baik-baik saja. Aku akan menyelamatkan Alice dan membawanya pulang.
Jadi… ketika saat itu datang, Kirito-kun jangan terus menyalahkan diri
ya …”
Asuna tak tahu apakah kata-katanya sampai ke hati Kirito
atau tidak, tetapi ia merasa jika tubuhnya yang gemetaran kini sudah
tenang. Asuna tetap memeluknya selama beberapa detik, lalu berdiri.
“Kita
harus membawa seluruh pasukan dan mengejar Kaisar Vektor. Komandan
Knight Bercouli telah membawa para naga mengejarnya, dan kita pasti akan
mengejar mereka yang da di depan. Ketika saat itu, aku menitipkan
Kirito-kun pada kalian… Ronye-san, Tieze-san.”
“Y… Ya!”
“Serahkan saja pada kami, Asuna-sama!”
Tersenyum pada kedua gadis dan ia menyerahkan Kirito pada Ronye, Asuna kini keluar dari kereta.
Sesaat
setelah ia menginjak tanah, ia melihat seorang swordswoman berlari ke
arahnya, ia juga ikut pada “Kompetisi Berbagi Kenangan” bersama-nya dan
Ronye tadi malam. Armor peraknya penuh dengan bekas darah dan tanah dan
kepalanya berbalut perban, tetapi ia tampak tak terluka parah.
“Kau tak apa-apa, Sortiliena-san.”
Mendengar suara Asuna, si swordswoman memberi hormat dan membalas:
“Aku juga senang Asuna-sama baik-baik saja… —hanya saja, aku mendengar kabar jika Alice-sama telah ditangkap pemimpin musuh…”
“Ya.
Aku baru saja menjelaskan pada Ronye-san jika Kaisar Vektor
meninggalkan seluruh pasukannya dan menangkap Alice-san. Aku tak mengira
jika ia melakukan hal tersebut …”
“… Bagaimana mungkin…”
Menggunakan lengan kirinya yang baru sembuh, Asuna menepuk bahu Sortiliena.
“Tak perlu khawatir. Bercouli-san telah mengejar Vektor dengan menggunakan naga. Kita juga akan mengejarnya.”
“Mengerti.”
Mereka mengangguk, dan kembali ke tengah-tengan Pasukan Pengecoh.
Dibawah
pimpinan Integrity Knight Renri, regu Ascetic telah selesai
menyembuhkan yang terluka, dan ke 700 Penjaga hampir siap untuk
bergerak. Para Penjaga telah berbaris bersama regu Astetic dan regu
Persediaan.
Setelah menerima laporan Renri jika persiapan telah selesai, Asuna memberikan Renri arahan baru.
“Kau adalah Integrity Knight yang masih tersisa, Renri. Perintah untuk bergerak harus diberikan olehmu, si pemimpin.”
“Y… Ya, aku mengerti.”
Ekspresi
si knight muda entah mengapa gugup, tetapi ia mengangguk pasti.
Mengangkat tangan kanannya ke atas, ia memberikan perintah dengan suara
keras.
“Alice-sama telah berbaik hati melindungi kita di
pertempuran Gerbang Besar! Kini giliran kita menolongnya! Kita harus
mengambilnya dari musuh dan kembali ke Kerajaan Manusia bersama-sama!”
“OH!!” teriakan semangat bergemuruh. Renri mengangguk, dan dengan cepat mengayunkan lengan kanannya ke bawaah.
“—Semua pasukan, maju!”
Renri
memimpin pasukan didepan menggunakan naganya sendiri, Kazenui. Ia
diikuti oleh 400 Penjaga baik menunggang kuda atau berjalan kaki, serta
delapan kereta persediaan yang berisi makanan dan tim pembantu sekitar
300 orang.
Hanya satu naga— naga milik Integrity Knight Sheyta
tetap ditahan, diam tak bergerak. Dengan sisik seperak rambut
pemiliknya, si naga menggeram kuurrr ketika ia dibebaskan dari
kekangannya, lalu ia terbang ke utara— menuju peperangan di selatan
lembah, tempat pemiliknya berada.
Di depan kereta persediaan, Asuna berpikir sambil menggelengkan kepalanya:
Musuh terakhir adalah Kaisar Vektor.
Identitas
aslinya adalah manusia dari dunia nyata, keberadaannya disini hanyalah
sosok virtual. Itulah mengapa jika ia harus bertarung dengannya, ia
harus mengalahkannya. Demi orang-orang yang telah menahan pasukan
crimson: Knight Sheyta, si pemimpin Petarung Tangan Kosong, dan 4,000
bawahannya.
Beberapa menit sesudahnya, pasukan yang berangkat
dari hutan kini telah memasuki jalanan berbentuk cekung. Sebuah jalan
kecil memotong tanah cekung menuju selatan.
Jika seperti
event-event RPG, di ujung jalan seperti itu pastilah sebuah kota maupun
reruntuhan kota. Namun ia telah mendengar jika area selatan Tanah
Kegelapan tidak dikuasai demihumans. Dengan kata lain, jalan ini akan
berakhir di «Altar Ujung Dunia», dan Kaisar Vektor telah memasuki
jalanan ini bersama Alice.
Naga Kaisar Vektor dan naga milik
Bercouli kini sedang saling kejar di udara sana. Akan tetapi, ke 700
Pasukan Penjaga kini sedang melewati jalan ini secepat mungkin; jalanan
ini bergetar ketika mereka melangkah.
Menjejaki jalan cekung ini— ketika seluruh pasukan pengecoh sampai di dasar jalan.
Sesuatu bergetar.
Vvvvvv… m. Sebuah getaran sayap serangga.
“…?”
Asuna menengok ke atas, kiri, kanan, dan belakangnya.
Tepat ketika ia melihat ke depan, ia akhirnya menemukan sumber suara itu.
Garis, garis merah.
Ribuan garis tipis merah berjatuhan dari langiit ke tanah.
“……… Tak mungkin………”
Bibir Asuna bergetar, suara serak keluar.
—Tak mungkin. Tolong. Jangan lagi…
Tetapi.
Zaaaa—!!
Ledakan-ledakan terdengar ketika garis-garis itu turun. Mereka memblokir jalan di ujung sana, menghalangi para penjaga.
Meskipun ia telah bertekat tidak akan takut lagi, Asuna merasakan kekuatan meninggalkan tubuhnya.
Apa yang muncul di depan sana adalah pasukan crimson— para pemain VRMMO dari dunia nyata.
“Semua… Semua pasukan, jangan berhenti!! Serang!! Serang—!!”
Integrity
Knight Renri memberikan perintah di depan sana. Seluruh Pasukan Penjaga
menerima dengan suara: Uooo! Lalu melangkah maju.
Tetapi, jika
mereka telah mengantisipasi gerakan kita dengan menempatkan pasukan baru
di ujung jalan selatan, tetapi jumlah mereka ada seribu … tidak, hampir
duapuluh ribu.
Haruskah aku log out dengan menggunakan Skill
Stacia lagi? Jika ia tidak berhati-hati, tindakan tersebut akan menjadi
tindakan bunuh diri dan malahan mengorbankan Pasukan Penjaga.
Sesaat kemudian, ekspresi bimbang Asuna digoyahkan oleh raungan naga di depan sana.
Dari
paling depan, naga milik Knight Renri, Kazenui telah menghembuskan
nafas api dan melaju ke depan tanpa menoleh ke belakang.
“Jangan… Renri-sama akan mengorbankan dirinya untuk membuka jalan …”
Seolah ia mendengar rintihan kesakitan Sortiliena yang ada di samping Asuna, Renri perlahan berbalik dari atas naga.
—Tolong jaga yang lain.
Bibir Renri bergerak.
Lalu, ia menghunuskan pisau lempar di pinggangnya dan melaju ke depan.
Tepat sebelum itu terjadi.
Warna langit di atas sana berubah tiba-tiba.
Seolah merobek warna langit merah darah Tanah Kegelapan, kini yang Asuna lihat adalah warna langit kebiruan di sana.
Baik
pasukan crimson yang akan maju menyerang, para penjaga yang siap
berkorban, maupun Knight Renri yang di depan sana, semua orang
mengangkat kepalanya ke langit seperti Asuna.
Seolah surga telah terbuka lebar ke dunia ini.
Dari baliknya, sebuah bintang terang turun.
Bukan,
itu seseorang. Mengenakan armor sebiru warna langit, dan baju seputih
awan, rambut pendeknya yang berkibar berwarna biru air. Sumber cahaya
memilaukan adalah sebuah busur besar di tangan kirinya. Wajahnya tak
bisa terlihat kerena silau.
—Siapa…? Kau siapa?
Seolah
merespon pertanyaan bisu Asuna, orang yang melayang diudara kini
mengarahkan busurnya dari langit. Lengan kanannya menarik tali busur,
dan kekuatan penuh menariknya ke belakang.
Dengan cahaya memilaukan, sebuah panah cahaya muncul diantara busur dan tali busur.
Baik
Pasukan Penjaga dan Pasukan Crimson terpaku, tak bisa berkata-kata.
Satu-satunya yang bisa Asuna dengar adalah suara rendah Sortiliena:
“……… Solus-sama…?”
Seolah menanggapi panggilannya, panah cahaya tersebut dilepaskan dari atas langit.
Dengan cepat panah tersebut membelah dan menyebar ke segala arah.
Panah tersebut berubah menjadi tembakan sinar panas dan menghujani mereka yang ada di bawah.
Kata-kata Pemimpin Penjaga Sortiliena Serlut hampir benar.
Diatas
jalan cekung ini, seseorang dari dunia nyata telah muncul, tidak, lebih
tepatnya telah log in menggunakan Super Account 02, «Dewi Matahari,
Solus ».
Akun ini memiliki kemampuan «Wide-Ranged Annihilatory Attack».
***
Sinon/Asada
Shino melihat ke bawah dimana serangan telah ia luncurkan, dan
mengingat kembali penjelasan dari Higa yang disampaikan melalui
intercom.
“Um, Sinon-san, meskipun Super Accounts benar-benar
kuat, mereka bukanlah pembuat keajaiban. Karena mereka disiapkan untuk
saat-saat ketika harus membuat perubahan besar di dalam Underworld, kami
mencoba untuk membuat akun tersebut agar cocok sesuai dengan
lingkungannya.”
“Jadi… kamu mau bilang akun-akun tersebut bukanlah akun GM, hanya akun yang sangat kuat?”
Sinon
berbicara melalui microphone ketika ia berbaring di dalam mesin STL
yang mirip seperti mesin Fulldive Generasi Pertama, berlokasi di cabang
perusahaan misterius «RATH» Roppongi. Apa yang ia dengar selanjutnya
adalah bunyi click— seperti seseorang sedang menekankan jarinya.
“Ya.
Tepat. Itulah mengapa akun «Solus» yang akan kamu gunakan tak bisa
terus menerus diandalkan karena memerlukan energy dalam Underworld.
Setiap serangan menggunakan busurmu memerlukan Tenaga Spacial, tak
peduli apapun serangannya. Karena Solus memiliki kemampuan mengisi ulang
otomatis, setiap serangan yang kamu gunakan tidak akan membuatmu
kelelahan jika digunakan di siang hari, tetapi kamu tak bisa terus
menerus menembakannya.”
Seperti yang Higa katakan, busur putih
bersih yang digenggam Sinon menggunakan tangan kirinya kini mulai
melemah setelah melakukan serangan jarak luas. Meskipun busur tersebut
telah mulai bercahaya kembali, butuh sekitar dua-tiga menit untuk
melakukan serangan kekuatan penuh lagi.
—Tak ada combo ya? Hmph,sempurna.
Dibandingkan senjata otomatis, senjata manual lebih cocok dengan dirinya.
Sinon turun perlahan, memastikan api ledakan di tanah telah menghilang.
Di
ujung jalan cekung sepanjang satu kilol ini, banyak tubuh-tubuh mulai
menghilang dengan efek cahaya. Satu tembakan yang dilancarkannya telah
memusnahkan sekitar 5,000 musuh. Untungnya, mereka bukan penduduk asli
Underworld, tetapi pemain Amerika yang log in dari dunia nyata seperti
Sinon. Para pemain tersebut percaya jika ini semua adalah closed beta
sebuah permainan dan mereka kelihatannya mulai marah-marah.
Dipusat
jalan cekung ini, pasukan skala kecil yang kalah jumlah dengan pasukan
crimson mulai melaju. Meskipun jumlah musuh lebih dari 10,000,
kebanyakan dari mereka tak bisa bergerak karena takut kena tembakan
selanjutnya— lebih tepatnya disebut ledakan, hingga membuat Pasukan
Penjaga mulai menerobos.
Sinon menatap di kejauhan, mengamati formasi Pasukan Penjaga.
Ia akhirnya menyadari ada seorang gadis berambut chestnut yang sedang menunggang kuda putih, ia juga menatapnya.
Sinon hanya bisa tersenyum ketika ia turun menggunakan kemampuan lain yang dimiliki akun Solus account, «unlimited flight».
Meskipun ia telah diceramahi oleh Higa jika “kamu bisa terbang
menggunakan imajinasimu”, ketika ia merasa ini tak berbeda jauh dengan
terbang di ALO. Ia melihat kereta dibelakang Asuna, ia lalu terbang
lurus ke bawah.
Ketika ujung sepatu miliknya menyentuh atap kereta, ia dengan lembut mengangkat tangan kanannya.
“Maaf membuatmu menunggu, Asuna.”
Ketika
Asuna melihat senyum hangat miliknya, air mata mulai mengalir ke
pakaian seputih mutiara miliknya. Ia berdiri di kuda miliknya dan
melompat ke kanopi kereta:
“——Sinonon… !!”
Asuna memeluknya erat-erat sambil berteriak.
Sinon perlahan memandang Asuna dan berkata:
“Kau telah bekerja keras. Tak apa … serahkan sisanya padaku.”
Ketika
ia masih dipeluk Asuna yang lebih tinggi darinya, ia melihat indikator
pengisian ulang busur miliknya masih 20%, lalu perlahan menarik tali
busur dengan tangan kanannya.
Equipment khusus yang dipakai oleh
akun Solus— Busur panjang «Annihilate Ray» bisa mengatur kekuatannya
berdasarkan kekuatan tarikan tali busur, dan bisa mengatur arah serangan
berdasarkan sudut incaran busur. Sebuah panah cahaya yang lebih tipis
dari sebelumnya muncul ketika tali busur itu ditarik kebelakang sejauh
10 centimeters. Sinon mengincar musuh yang menghalangi naga di depan
sana.
Vishu! Suara anak panah melesat.
Agak miring 20
derajat ke kanan, anak panah tersebut berubah menjadi tembakan cahaya
yang terus membelah dan mendarat selebar 10 mel, menciptakan sebuah
ledakan yang hampir setara dengan sebuah misil. Pasukan crimson
berterbangan ke udara lalu menghilang. Mengambil kesempatan ini, sang
naga langsung maju kedepan. Sekitar sepuluh prajurit yang terlempar
ledakan kini dihantam kepala naga, ditusuk cakar besarnya, dan langsung
tewas.
Sampai saat ini, pasukan musuh akhirnya sadar terhadap
serangan cahaya dan mangsa mereka kini mulai lari. Sambil memaki, mereka
mengejar bagaikan gelombang tsunami berwarna merah.
Sinon mengalungkan busurnya ke lengan, meletakkan kedua tangannya ke pundak Asuna dan memisahkan diri.
“Asuna.
Aku bisa melihat sesuatu seperti reruntuhan sekitar 5 kilometer ke
selatan dari sini. Jalannya tinggal lurus saja, juga beberapa batu besar
ada di kedua sisi. Kita tak perlu khawatir jika dikepung oleh musuh,
dan kita bisa mempersempit medan peperangan. Ayo kita temukan cara agar
bisa memukul mundur musuh.”
Asuna juga seorang petarung, dan
setelah mendengar perkataan Sinon, matanya menjadi bersemangat. Ia
mencoba menghapus air mata miliknya dan berucap:
“Aku paham,
Sinonon… Sinon. Tak peduli berapa banyak pasukan VRMMO Amerika yang
muncul, mereka tak mungkin muncul lagi. Jika kita bisa memukul mundur
puluhan ribu musuh, mereka mungkin akan menyerah… kukira.”
“Yeah,serahkan saja padaku. … Well, kurang lebih seperti itu....”
Setelah memastikan setiap Penjaga berhasil melewati kepungan pasukan crimson, Sinon menatap lagi sahabatnya.
“… Um, apakah Kirito…. Ada diantara pasukan?”
Asuna hanya bisa menunjukkan senyum masam.
“Kamu tak perlu khawatir. Kirito-kun berada disini.”
Asuna menunjuk jari telunjuknya ke bawah kakinya.
“Oh, sungguh. Yah… Aku akan menyapanya.”
Menelan ludah, Sinon mulai bergerak dari atap kereta dan meluncur ke dalam dengan bantuan kemampuan terbang miliknya.
Ia menunggu Asuna agar ikut, lalu ia menuju bagian dalam kereta kayu.
Hal
pertama yang memasuki pandangannya adalah dua gadis berseragam dengan
armor tipis. Mata mereka terbuka lebar bersamaan lalu bergumam pelan:
“S… Solus-sama…?”
Sinon melihat pakaiannya sendiri, lalu membalas:
“Halo, senang berkenalan dengan kalian. Meskipun aku mirip Solus, aku bukan dia. Namaku Sinon.”
Ia
mencoba tersenyum pada kedua gadis ini, tetapi keduanya kebingungan.
Tetapi ketika mereka berdua melihat Asuna, keduanya tampak mulai paham.
“Oh iya, aku ini manusia dari Dunia Nyata sama seperti Asuna. Aku juga teman.... Kirito.”
“Aku… mengerti.”
Sementara
si gadis berambut merah masih menatap, si gadis berambut coklat
menunjukkan ekspresi rumit, dan berbisik pelan: Mengapa semuanya
perempuan?
Masih ada yang menunggu. Sinon berdeham ketika ia mulai melangkah kedalam ketika kedua gadis ini membuka jalan.
Sinon melihat pemuda berpakaian hitam duduk diatas kursi roda, ia memeluk dua buah pedang panjang menggunakan satu tangannya.
Meskipun
ia telah diberitahu mengenai kondisi Kirito melalui penjelasan Higa
Takeru, setelah melihat lukanya secara langsung, hatinya berdetak
semakin kencang dan ia mulai meneteskan air mata.
“… Ah…”
Bahkan
mata kosong tersebut tidak menatapnya, tenggorokannya mengeluarkan
bunyi aneh. Sinon tertunduk dihadapan musuh, teman, serta penyelamatnya.
Bersandar di kursi roda, tubuh Kirito tampak semakin kurus dan
rapuh ketika Sinon menyentuhnya. Sinon meletakkan busur panjangnya ke
meja, lalu memeluk sosok ringkih Kirito.
Ia telah mendengar jika
jiwa Kirito — Fluctlight miliknya, atau bisa dikatakan «tubuh utama»
yang dikenal sebagai diri sendiri telah mengalami luka parah. Higa
mengatakan padanya dengan suara mudah jika masih belum ada cara
bagaimana menyembuhkannya.
Tetapi, Sinon menutup matanya lagi, air mata mengalir ketika ia menjerit dalam hati: Yah, itu mudah.
Banyak
orang telah membuat kenangan bersama Kirito berulang kali, juga emosi
kuat terhadap Kirito. Mereka cukup perlu berkumpul disini, sedikit demi
sedikit dan berbagi hati mereka.
— Hei, tak bisakah kau
merasakannya?… jiwamu yang ada dalam diriku. Lidah tajam, sedikit nakal,
naif … dan kuat, lebih baik dari siapapun. Itulah dirimu.
Sinon lupa jika Asuna masih menatap di belakangnya; ia memutar kepalanya dan mencium wajah Kirito.
Seketika—
Asada
Shino masih belum menyadari jika pikiran emosional miliknya telah
memberikan bekas goresan pada jiwa terluar Kirigaya Kazuto.
Apakah
Sinon sudah memahami struktur Underworld dan Fluctlights, baginya
mungkin akan bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi penjelasan yang
diberikan kepada Sinon sebelum ia dive hanyalah sebatas kondisi
peperangan dan bagaimana cara menggunakan akun Solus.
Itulah
mengapa Sinon tidak menyadari alasan dibalik gemetaran Kirito dan
naiknya suhu tubuh Kirito ketika bibirnya menyentuh Kirito.
Sinon dengan cepat melepas tubuh Kirito, berdiri, dan berbalik ke tiga orang dibelakang.
“Jangan khawatir, Kirito akan cepat sembuh kok. Ketika kita membutuhkannya.”
Asuna dan kedua gadis mengangguk.
“Yah… aku akan terbang ke reruntuhan di selatan untuk memastikan kondisi geografi. Aku akan meninggalkan Kirito kepada kalian.”
Setelah berkata seperti itu, Sinon berjalan menuju pintu masuk kereta–
Tiba-tiba, Asuna menggenggam pundaknya.
Melihat tatapan keheranan dimatanya, Sinon terpaksa berhenti.
“A… Asuna, ada apa…”
Sinon pikir jika Asuna akan menginterogasinya karena memberikan ciuman pada Kirito, tetapi—
“H-Hei, Sinon, barusan kau bilang akan terbang?! Kau… bisa terbang?!”
Pada pertanyaan ini, Sinon langsung mengangguk.
“Y…
Ya. Mereka bilang jika terbang adalah kemampuan dasar akun Solus. Jika
aku tak salah dengar sepertinya tak ada batas waktu …”
“Maka bukan kami yang perlu ditolong! Alice… kejarlah Alice, ia telah diculik oleh Kaisar!!”
Situasi yang dijelaskan Asuna setelahnya lebih membahayakan menurut Sinon.
Integrity
Knight Alice, kunci segalanya, telah ditangkap oleh Kaisar Vektor yang
dive menggunakan sebuah Super Account seperti mereka berdua, dan kini
sedang terbang ke selatan menggunakan seekor naga. Satu-satunya orang
yang sedang mengejar adalah seorang swordsman bernama Bercouli, sang
Komandan Knight.
“Melawan sebuah Super Account, bahkan bagi
Komandan Knight masih terlalu berat. Jika kita tak bisa menyelamatkan
Alice sebelum Kaisar sampai ke «Altar Ujung Dunia», seluruh dunia ini
akan hancur! Tolong Sinon, bantulah Bercouli-san!”
Setelah semua
menjadi jelas dan ia mengira-ngira sosok Komandan Knight Bercouli di
pikirannya, Sinon akhirnya terbang menuju langit.
Ke 700 Pasukan Penjaga telah menerobos.
Mengejar mereka dari utara, pasukan crimson memiliki jumlah 20 kali lipat dari mereka.
—Aku akan segera kembali setelah menolong Alice. Bertahanlah sampai saat itu Asuna.
Mengatakan
seperti itu dalam hatinya, Sinon berimajinasi agar mempercepat
terbangnya ke arah selatan. Ia berubah hingga seperti meteor berekor
putih yang membelah langit merah darah.
Melihat ke tanah gelap tak berhingga di bawah sana, Sinon akhirnya teringat:
Ia benar-benar lupa—
Dimana Leafa yang juga dive bersama dengan dirinya?
Bagian 3
Di belakang pasukan Kerajaan Manusia yang dipimpin oleh Integrity Knight Renri adalah gelombang kedua pasukan Amerika.
Jauh
di utara sana, di sisi selatan lembah yang diciptakan Asuna. Iskahn dan
Guild Petarung Tangan Kosong, serta Integrity Knight Sheyta, masih
bertempuran dengan pasukan crimson yang berjumlah lebih dari sepuluh
ribu.
Dan dibagian paling utara dari pertempuran tersebut—
Di hutan belantara di sisi lain Gerbang Besar Timur, yang kini penuh dengan tumpahan darah, berdiri sesosok demihuman.
Tubuhnya
di selimuti armor baja. Mantel berbulu tertiup angin. Dua telinga
ramping bergelantung di kedua sisi kepalanya, sedangkan hidungnya
mancung ke depan.
Dia adalah Pemimpin Orc, Rirupirin.
Setelah
diberi tugas bersama dengan tiga ratus pasukannya agar berjaga di
belakang, ia kini mengunjungi Gerbang Besar Timur seorang diri. Ia tidak
membawa satupun pengawal, karena ia tak ingin siapapun melihatnya
berlutut.
Setelah meraba-raba pasir, Rirupirin akhirnya menemukan apa yang ia cari: sepasang anting perak.
Apa
yang ia ambil dengan telapak tangannya sendiri adalah objek milik putri
knight Renju yang selalu ia pakai, ia mematuhi perintah Kaisar lalu
dijadikan tumbal.
Anting tersebut adalah satu-satunya yang
tersisa dari Renju. Di hutan ini, bahkan armor miliknya tak tersisa, ia
tewas bersama dengan tiga ratus pasukan Orc. Dark Art yang digunakan Ium
hitam benar-benar menghancurkan tubuh dan equipment mereka, lalu diubah
menjadi Energi Kegelapan.
Dan Dee Ai Ell, orang yang menyarankan perintah keji tersebut kini telah menghilang bersama Kaisar.
Dee,
Pemimpin Guild Pengguna Dark Art telah tewas setelah menerima serangan
balik milik «Putri Cahaya», kemudian Kaisar mengejar Putri Cahaya ke
selatan tanpa memberikan Rirupirin perintah baru.
Sisa – sisa
tiga ribu pasukan Orc tidak mungkin menahan Pasukan Kerajaan Manusia dan
Integrity Knights guna menjaga Gerbang Besar Timur. Keinginan lima ras
Tanah Kegelapan untuk menguasai Kerajaan Manusia telah hancur.
—Jika seperti itu.
Mengapa?
Mengapa
teman masa kecil Rirupirin, Renju serta tiga ratus pasukan Orc
dikorbankan, juga dua ribu pasukan Orc tewas? Apakah kematian mereka ada
nilainya?
Tidak ada jawaban. Sama sekali tak ada jawaban.
Hanya karena penampilan kaum kami, lima ribu penduduk asli Tanah Kegelapan tewas sia-sia.
Rirupirin
memeluk antiing-anting ke dadanya, lalu ia berlutut ke tanah. Tangisan
penuh sedu serta duka yang sangat dalam keluar dari dirinya— ketika ia
hendak menangis—
Pada saat itu.
Sebuah suara terdengar dari arah belakang.
Pemimpin
Orc berdiri dan membalik kepalanya, lalu melihat seorang wanita
menghunuskan busur ke arahnya. Berambut kekuningan dan berkulit putih
bersih, mengenakan pakaian berwarna kehijauan dan armor berkilau … bukan
seorang dari Tanah Kegelapan, pasti dari Kerajaan Manusia.
Tidak
terkejut melihat sosoknya, maupun marah karena melihat sosok manusia,
hal pertama yang Rirupirin rasakan adalah rasa malu seperti, “jangan
tatap aku”.
Karena gadis tersebut yang berdiri dihadapannya terlalu cantik.
Ia
mungkin adalah perempuan Ium Putih pertama yang pernah ia lihat dari
jarak dekat, mereka tak berbeda dari wanita Ium Hitam di Tanah
kegelapan. Tangan dan kaki-nya terlihat ringkih seolah ia bisa dengan
mudah mematahkannya, rambut-nya masih tetap cantik meskipun tertimpa
sedikit cahaya matahari, matanya menatap lurus seperti orang bodoh,
namun seperti mata crystal emerald.
Rirupirin mengutuk dirinya sendiri memikirkan hal tersebut.
Pada saat yang sama, ia takut jika mata gadis tersebut terisi tekad bulat.
“Jangan… Jangan lihat!! Jangan lihat aku!!”
Ia berteriak sambil menutupi wajahnya dengan tangan kirinya, lalu menggenggam gagang pedang dengan tangan kanannya.
Sebelum gadis tersebut bisa berteriak, ia akan memotong kepalanya.
Ketika
ia akan menghunus pedangnya, Rirupirin merasa anting yang ada di
telapak tangannya menusuk – nusuk. Sebuah perasaan seolah ia sedang
dimarahi oleh Renju sehingga ia menahan gerakannya, kemudian ia terkejut
mendengar suara miliknya—.
“Err… Selamat siang. Eh, selamat pagi, mungkin?”
Menurunkan busurnya, si gadis tersenyum ramah.
Tertutupi bayangan telapak tangannya, Rirupirin kaget dan berkedip beberapa kali.
Tak
ada rasa permusuhan maupun kemarahan dalam mata gadis tersebut, bahkan
tak ada rasa takut. Bagi anak – anak Ium Putih, para Orc dari Tanah
Kegelapan adalah dongeng horor pemakan manusia.
“M… Mengapa?”
Kata-kata
yang keluar dari mulutnya sendiri, seolah kebingungan menghadapi
situasi seperti ini. Seolah ia bukan salah satu dari Sepuluh Bangsawan
Tanah Kegelapan.
“Mengapa kau tidak lari? Mengapa kau tidak berteriak? Kau malah menyapa, jelaskan?”
Si gadis tampak kebingungan.
“Mengapa… Karena.”
Kemudian, ia memastikan sekeliling dan memandang langit merah di atas sana, ia melanjutkan:
“Karena kau juga manusia, benar kan?”
Sejenak, Rirupirin tak bisa memahami mengapa perutnya bergetar. Menggenggam ujung pedang miliknya, si pemimpin Orc berteriak:
“M…
Manusia? Aku? Hal bodoh macam apa itu? Kau jelas bisa melihatnya! Aku
ini seorang Orc! Seorang Orc disamakan dengan manusia babi oleh kalian
para Ium!!”
“Tetapi, kau masih tetap manusia kan.”
Mengangkat tangan ke bibirnya, si gadis tersebut seolah seperti orang tua yang mengajari anaknya.
“Lihat, kita bisa bisa saling bicara. Terlebih lagi, apa yang kamu ingin tahu?”
“Apa… ingin…”
Rirupirin
tak bisa menjawab lagi. Kata – kata penuh percaya diri yang diucapkan
oleh gadis bermata hijau ini terlalu tak normal bagi Pemimpin Orc yang
selama ini hidup dengan amarah terhadap manusia.
… Jika kamu bisa bicara, kamu berarti manusia?
Hanya
itukah syarat menjadi seorang “manusia”? Goblin, Ogre, dan Raksasa bisa
bicara. Tetapi keempat ras termasuk Orc telah dipanggil “demihumans”
sejak dimulainya sejarah Tanah Kegelapan, mereka berempat telah
dipandang rendah daripada manusia.
Rirupirin hanya bisa bernafas
agak tersengal-sengal ketika ia berdiri seperti orang bodoh. Dengan
ucapan “Tak usah khawatirkan itu dulu”, si gadis menyapu kekagetannya
dan melihat sekeliling lagi.
“… Dimana… ini?” ***
Leafa/Kirigaya
Suguha menyadari jika ia telah muncul di tempat yang sangat jauh dari
lokasi asli, lalu melihat keatas menuju langit berwarna merah.
Setelah
mendengar jika mesin STL 6 yang ia gunakan adalah mesin baru yang
bahkan belum pernah dikeluarkan dari kardusnya, ia merasa tak nyaman.
Suguha tak pernah merasa nyaman menggunakan shinai yang baru dibeli,
terlebih lagi, ia tak pernah yakin pada mesin elektronik yang baru
dibuka. Karena entah mengapa, ia selalu merasa ada masalah yang akan
muncul pada mesin tersebut.
Ketika ia log in, seperti Sinon yang
masuk menggunakan Mesin STL Prototype 1, lokasi dive miliknya
seharusnya ada di dekat Asuna, tetapi karena ia tak bisa melihat Asuna
maupun Sinon, sesuatu pastilah terjadi sebelum ia tiba. Tetapi bukan
berarti jika tempat yang ia tuju adalah tempat kosong, dihadapannya
berdiri seorang manusia berwajah babi— dengan kata lain, seorang «Orc».
Berdasarkan
warna cursor yang akan aktif seketika setelah dive, Orc ini seharusnya
bukanlah musuh yang harus ia hadapi— para pemain VRMMO Amerika, tetapi
Orc ini adalah sebuah “Artificial Fluctlight” yang hidup di dalam
Underworld, “bottom-up” artificial intelligence seperti yang Yui
jelaskan.
Setelah mendengar penjelasan Yui mengenai orang-orang
Underworld, Leafa berjanji tidak akan menghunuskan pedangnya terhadap
mereka hingga saat – saat genting.
Sudah jelas kan— bagaimana
mungkin ia bisa membunuh “manusia” yang Kakaknya coba lindungi? Jika
sebuah Artificial Fluctlight tewas di dunia ini, jiwa mereka akan
hancur, tak bisa dihidupkan.
Terlebih lagi—
Bahkan bagi
Leafa, yang sudah akrab dengan grafik kelas atas ALO, kerumitan model
Orc, yang juga ada di dalam The Seed Nexus, benar – benar menakjubkan.
Gerakan dan hembusan nafas dari hidung kemerahan, texture armor logam
yang membalut sosok besarnya dan mantel berbulu, terlebih lagi, dua mata
hitamnya serta ekspresi miliknya benar – benar bukti jika sosok ini
memiliki jiwa.
Ia harus bertanya pada Orc ini, ia malu – malu
menjauhkan wajahnya karena suatu alasan, melihat sekelilingnya, ia masih
belum mendapatkan jawaban. Memutuskan untuk menyelesaikan masalah yang
hadir di depan mata, Leafa mengajukan pertanyaan lainnya.
***
“Nah… siapa namamu?”
Agak
mundur, pemimpin Orc kini mengutarakan jawabannya atas pertanyaan kedua
yang diajukan si gadis Ium Putih. Mungkin namanya sendiri adalah satu –
satunya hal yang tidak ia benci.
“Aku… Aku, Rirupirin.”
Ia
tiba – tiba menyesali telah menjawab. Karena sebelumnya, ketika ia
bepergian menuju Ibukota Obsidia untuk pertama kalinya, para Dark
Knights dan Pengguna Dark Art tertawa setelah mendengar nama Rirupirin.
Tetapi gadis ini tersenyum tulus, tanpa menyembunyikan emosi apapun, lalu mengulangi nama Rirupirin dengan suara jelas:
“Rirupirin… Sungguh nama yang bagus. Aku Leafa. Senang berkenalan denganmu.”
Kemudian, ia melakukan gerakan membingungkan untuk kesekian kalinya.
Ia mengulurkan tangan putih lembutnya ke depan.
Berjabat
Tangan— tentu saja ia tahu kebiasaan ini. Tindakan ini juga hal yang
wajar diantara Orc. Tetapi ia tak pernah mendengar seorang Ium yang mau
berjabat tangan dengan seorang Orc.
—Ada yang salah dengan orang ini? Apakah ini jebakan, atau semacam Art? Apakah aku akan terkena Art sebelum bisa menyadarinya?
Menatap
tangan kecil yang terjulur, Rirupirin hanya bisa melongo tanpa
bergerak. Si gadis memandang Rirupirin hampir sepuluh detik, kemudian
menurunkan tangannya penuh kekecewaan. Melihatnya si gadis seperti itu,
ia merasa rasa sakit menusuk hatinya.
Jika ia terus berbicara
pada si gadis … Tidak, hanya menatapnya saja, ia tak akan tahu apa yang
akan terjadi pada otaknya. Rirupirin telah memutuskan jika ia tak ingin
membunuh manusia yang ada di hadapannya, tetapi ia harus menemukan
solusi lain, ia berbicara:
“Kau ini… seorang Penjaga dari
Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia kan, bukan, seorang Knight. Aku
ingin membawamu sebagai tahanan. Membawamu kepada Kaisar!”
Meskipun
ia adalah gadis muda, armor yang ia kenakan dan pedang panjang yang ada
di pinggang kirinya tak seperti penjaga lain, tak peduli bagaimana ia
memandangnya. Desain dan material untuk membuat senjata dan armor
tersebut bahkan mungkin lebih tinggi dari bahan – bahan pembuat
equipment milik Rirupirin.
Si gadis tidak menunjukkan rasa takut atas perkataan Rirupirin, ia seolah berpikir akan sesuatu, lalu ia bertanya:
“Kaisar yang kamu bicarakan adalah Dewa Kegelapan Vektor, benar?”
“Y… Yeah.”
“Oke. Baiklah. Bawa aku ke Kaisar.”
Ia
mengangguk, mengangkat kedua tangannya untuk diikat. Ini jelas – jelas
bukanlah postur tubuh untuk berjabat tangan, tetapi memintanya untuk
mengikat kedua tangannya.
—Apa yang sedang ia pikirkan?
Rirupirin
mengambil ikat pinggang dari pinggangnya, dan agak kasar— tetapi
sedikit longgar, ia mengikat pinggang si gadis. Setelah mengikat ujung
ikat pinggang, ia ingat jika Kaisar tidak berada di Perkemahan Tanah
Kegelapan.
Tetapi jika ia berpikir hal – hal rumit, otaknya akan
terasa panas. Bahkan jika Kaisar tidak berada di sana, masih ada para
Dark Knight dengan ekspresi jijik mereka, atau seseorang seperti
Pemimpin Guild Perdagangan, Lengil yang tak tahu harus apa.
Beberapa detik setelah ia berbalik, ia mulai berjalan sambil menarik tali dengan lembut.
Tiba
– tiba, pandangan hitam pekat mengelilinginya. Bau mengerikan tercium
di hidungnya. Semuanya menjadi gelap, lalu Rirupirin memandang
sekeliling.
“Ah…?!”
Ucapan terkejut tersebut pastilah berasal dari gadis yang menyebut namanya Leafa.
Memutar
kepalanya ke sekeliling, Rirupirin melihat sebuah lengan mencuat dari
dalam kegelapan kabut dan dengan kasar menjambak rambut Leafa.
Kemudian, pemilik tangan tersebut muncul.
Wanita
ini seharusnya sudah mati— Pemimpin Guild Pengguna Dark Art, Dee Ai Ell
berdiri di sana, bibirnya menunjukkan senyum kejam. ***
Mengapa aku tak bisa mengejarnya?
Bercouli, ketua Integrity Knights merasa semakin depresi.
Ketiga naga bersama dirinya telah mengejar selama dua jam lebih.
Mereka
telah melewati hutan, dimana Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia
mendirikan perkemahan, melewati reruntuhan dengan patung – patung besar,
lalu menuju daerah selatan Tanah Kegelapan, tetapi jarak antara mereka
berdua tidak menunjukkan berkurang. Setelah berhasil menculik Integrity
Knight Alice, naga milik Kaisar Vektor masih saja berupa titik hitam
kecil di langit sana.
Kaisar dan Alice menunggangi satu ekor naga.
Sementara
Bercouli berganti terus antara Hoshigami, Amayori, dan Takiguri,
mencoba untuk meminimalkan kelelahan mereka. Secara teori, ia seharusnya
telah berhasil mengejar sekarang ini.
Mengapa ia masih belum bisa mengejarnya? Apakah Kaisar bisa dengan bebas mengontrol Life naga miliknya?
Tak mungkin. Bahkan Pemimpin Tertinggi Administrator tak bisa mengontrol Life sesuka hati, itu adalah Taboo terbesar.
Tentu
saja, Kaisar tak akan bisa terbang selamanya. Ia harus mengistirahatkan
naga miliknya dua kali sebelum sampai ke «Altar Ujung Dunia» di bagian
paling selatan Tanah Kegelapan. Tetapi naga milik Bercouli juga perlu
istirahat. Karena kecepatan mereka sama, ia tak akan bisa mempersempit
jarak.
Tak akan— bisa.
Bercouli tak bisa menggunakan Art
yang bisa mempersempit jarak seketika. Untuk menembus masalah ini, satu
– satunya kesempatan yang bisa ia lakukan adalah—
Komandan Knight dengan lembut mengelus pedang tersayang miliknya yang sedang tergantung di pinggang.
Sebuah
perasaan dingin, namun bisa diandalkan. Hanya dengan sentuhan tersebut,
ia bisa merasakan Life pedang-nya masih jauh dari terisi penuh.
Armament Full Control Art yang ia gunakan di Gerbang Besar Timur telah
memakan banyak Life dari yang ia duga.
Teknik yang hendak
digunakan Bercouli adalah teknik paling tinggi dari Divine Instrument
«Time Piercing Sword», namun akan memerlukan banyak Life.
Ia hanya bisa menggunakannya satu kali. Dan tebasannya harus lebih akurat daripada memasukkan sebuah jarum ke targetnya.
Bercouli dengan lembut menyentuh leher Takiguri, dan melompat ke punggung Hoshigami.
Meskipun
ia tidak mengunakan tali kekang, Bercouli memasukkan kesadarannya pada
partner yang telah bertarung bersamanya selama bertahun - tahun, lalu
dengan teliti mengatur posisi terbangnya.
Ia mengincar titik hitam di kejauhan sana.
Meskipun
ia ingin mengincar Kaisar sendiri, pada jarak sejauh ini ia tak akan
bisa melihat sosoknya, jadi lemungkinan gagal terlalu tinggi. Ia harus
melihat pergerakannya dan memusatkan tenaga miliknya menuju sayap sang
naga.
Berdiri tegak, Bercouli perlahan menggerakkan tangan kanan dan menghunus pedang miliknya dari sarung pelindung,
Pedang
yang digenggam dengan tangan kanannya memunculkan cahaya lemah. Release
Recollection Art yang diaktifkan tanpa menggunakan incantation lalu
pedang panjang tersebut bergetar.
Komandan Khight menatap lurus kedepan, sambil meminta maaf pada naga yang tak bersalah didepan sana.
Kemudian, menyipitkan mata birunya— Bercouli, knight paling tua di dunia berteriak.
“Time Piercing Sword— Arcane Slash!!”
Dengan
suara keras, ia mengayunkan pedang ke bawah dengan cepat. Tak terhitung
kilatan kebiruan memancar dari arah tebasan, lalu menghilang satu per
satu.
Jauh di depan sana, sayap kiri naga hitam yang dinaiki Kaisar Vektor terpotong dari pangkalnya.
***
“Bau ini … Aku bisa menciumnya … Bau manis ini adalah bau Life …”
Menjambak rambut si gadis dan mengangkat seluruh tubuhnya ke atas, bibir Dee Ai Ell mengeluarkan suara serak.
Rirupirin
hanya bisa menatapnya seperti orang bodoh, tak peduli berapa banyak
kebencian yang ia berikan, seolah tak sampai padanya.
Kulit
gelapnya seolah dilumuri minyak sehingga berkilat, sedangkan rambut
hitamnya kini acak - acakan. Seluruh tubuhnya tertutupi luka akibat
tebasan pedang sehingga memancarkan darah tiada henti. Ketika Dee
bergerak, lukanya semakin lebar dan memancarkan lebih banyak darah.
Tetapi asap hitam yang menyelimuti-nya segera berkumpul di sekitar luka,
mengeluarkan bau mengerikan dan berusaha menghentikan cucuran darah.
Sumber
asap tersebut adalah kantong kulit kecil yang menggantung di pinggang
Dee. Setelah melihat lebih dekat, ketika kantong tersebut terbuka, benda
yang mirip serangga secara terus menerus memunculkan kepalanya untuk
menciptakan asap tebal. Benda itu pastilah Dark Art yang berfungsi untuk
menahan Life yang berkurang.
Menatap Rirupirin, yang menutup hidungnya seolah jijik. Dee membentak.
“Mangsa yang tepat. Aku memerintahkanmu, babi. Sebagai hadiah, aku akan menunjukkanmu sesuatu yang hebat.”
Tepat setelah ia mengatakannya—
Dee
menurunkan kuku seperti cakar miliknya menuju kerah baju si gadis, yang
mana kini semakin menunjukkan ekspresi kesakitan sambil rambutnya
dijambak.
Tanpa belas kasihan, armor perak dan baju berwarna kehijauan milik Leafa dirobek dan jatuh ke tanah.
Kulit
putih bersih pada tubuh atasnya kini terbuka, wajah si gadis semakin
kesakitan. Memandangnya, Dee menunjukkan kekejamannya dan senyum liar.
“Bagaimana?
Ini pertama kalinya kau melihat tubuh wanita, kan? Ini mungkin cukup
menggoda bagi seekor babi! Tetapi pertunjukannya baru akan dimulai …!!”
Kelima jari di tangan kanan Dee mulai menggeliat dan bergerak seolah telah kehilangan tulangnya.
Entah
bagaimana, jarinya kini telah berubah menjadi cacing licin berkilau. Di
ujung jari tersebut, garis seperti mulut mulai membuka lebar, tampak
menjijikan.
“Tonton ini…!!”
Ketika Dee berteriak, kelima
jarinya— bukan, lima cacing panjang membentang semakin panjang dan
melilit tubuh atas Leafa. Cacing – cacing tersebut tak hanya
menghentikan gerakannya; ujung cacing tersebut mengangkat kepalanya—
lalu menusuk ke dalam kulit.
“AH…!!”
Darah menyembur ke
segala arah dari gadis bernama Leafa ini, mata hijaunya terbuka lebar.
Ia berusaha menarik ulat tersebut menggunakan tangannya, tetapi tubuh
atasnya terikat dan pinggangnya terikat oleh sabuk milik Rirupirin.
Darah
yang mengalir dari lima luka yang diterimanya seolah tampak berhenti,
tetapi kenyataanya tidak begitu. Rirupirin sadar jika cacing dari jari –
jari milik Dee semakin masuk ke dalam; cacing tersebut menghisap darah
Leafa.
Si Pengguna Dark Art mengangkat kepalanya dan mulai merapal incantation.
“System call!! Transfer human unit durability… Right to Self!!”
Pop,
cahaya kebiruan muncul dari luka si gadis. Kemudian, seolah terhubung
dengan darahnya sendiri, darah Leafa terhisap menuju cacing milik Dee.
Rasa sakit si gadis semakin menjadi – jadi, tubuhnya melengkung ke
belakang seolah mau patah.
“Ah… Sungguh hebat… sungguh hebat!! Sangat kaya … dan manis!!”
Cibiran kejam menusuk ke telinga Rirupirin
Seolah tersadar, si ketua Orc berteriak:
“Apa… Apa yang kau lakukan!! Gadis ini tahananku!! Aku akan membawanya ke Kaisar!!”
“Diam, babi bodoh!!”
Dee berteriak secara arogan, matanya haus darah.
“Apakah
kau lupa jika Kaisar telah memberikan perintah operasi padaku?!
Keinginanku adalah keinginan Kaisar!! Perintahku adalah perintah
Kaisar!!”
Gu. Rirupirin tak bisa berkata - kata.
Bukankah
penyerangan ini telah gagal? Ia ingin menjawab. Tetapi Kaisar telah
menghilang dari medan peperangan tanpa memberikan perintah baru.
Sekarang ini, tak ada seorangpun yang bisa membantah “perintah” dari
Dee.
Ketika Rirupirin menyaksikan, si gadis hanya berteriak
pelan dan pergerakannya mulai melemah. Dengan kata lain, luka – luka
milik Dee perlahan mulai menutup satu demi satu.
“Uh… Guh…”
Menggeramkan giginya sendiri.
Bagi Rirupirin, si gadis yang Life-nya perlahan di hisap, seperti sosok Renju yang dikorbankan.
Cahaya
mulai hilang dari mata si gadis. Kulitnya mulai berubah dari putih
menjadi pucat, dan tangannya mulai turun terkulai. Tetapi tentakel di
tangan kanan Dee masih menghisap dengan rakus, berusaha menghisap darah
milik Leafa sampai habis.
Tewas… dia akan tewas.
Tahanan aneh ini.
Bukan, manusia pertama yang tidak takut maupun menghina dirinya.
Seketika—
Sebuah kejadian yang tak bisa terpikir, lebih tepatnya sebuah keajaiban terjadi. Mata Rirupirin terbuka semakin lebar.
Tanahnya.
Tanah kehitaman daerah Tanah Kegelapan dibawah gadis tersebut, mulai bersinar hijau.
Apa
yang tampak seperti rumput hijau, yang mana tak pernah terlihat kecuali
di bagian tertentu Tanah Kegelapan, kini mulai bermunculan dari tanah,
dan banyak bunga – bunga berbagai warna mekar ke segala arah. Bau bunga –
bunga yang terbawa oleh angin, dan bahkan cahaya merah matahari mulai
berubah menjadi hangat.
Pemandangan tersebut, penuh dengan Life. Kini berkumpul dan terhisap oleh tubuh si gadis.
Kulit pucatnya kini mulai mendapat kembali warnanya, lalu matanya mulai bersinar lagi.
Ilusi sesaat tersebut kini menghilang, Rirupirin sadar jika Life si gadis telah pulih kembali. Rasa senang memenuhi hatinya.
Tetapi kemudian dirusak oleh teriakan.
“Tak mungkin… Life-nya sudah hampir habis … kini penuh lagi!!”
Dee memaki, lukanya juga telah pulih.
Ia melepas cengkraman pada rambut Leafa dan mengubah kelima jari lainnya menjadi cacing buruk rupa.
Terbentuk kini agak besar, kelima tentakel yang baru diciptakan mulai melilit dan menusuk kulit milik Leafa.
“… AHH…!!”
Tawa milik Dee seolah menyatu dengan teriakan kesakitan si gadis.
“AHAHAHAHA!! AH— HAHAHAHAHA!! Milikku! Dia milikku—!!”
***
—Aku harus menahannya.
Menderita
akibat rasa sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya baik di dunia
nyata maupun ALO, Leafa hanya bisa mengulangi perkataan tersebut.
Sebelum ia dive, ia mendengar penjelasan mengenai kemampuan Super Account 03 «Dewi Tanah, Terraria».
Unlimited automatic recovery.
Secara otomatis menghisap energi dari lingkungan di sekitarnya untuk
memulihkan durability miliknya sendiri maupun benda hidup atau mati.
Berdasarkan penjelasan Higa, batas HP yang dimilikinya, serta kemampuan
tersebut, membuat Leafa tak mungkin mati karena kehabisan HP.
Itulah
mengapa Leafa memutuskan untuk berani ditangkap guna menantang Dewa
Kegelapan Vektor, dan mencoba agar tidak menghunus pedangnya pada orang –
orang Underworld.
Wanita yang menyiksanya sekarang ini adalah
penduduk Underworld seperti Rirupirin— sebuah Artificial Fluctlight.
Jika ia ditebas menggunakan pedang, jiwanya akan hancur. Tanpa
mengetahui mengapa ia bisa terluka dan mengapa ia ingin sembuh, Leafa
tak ingin berterung dengannya.
Ahh— Tetapi.
Mengesampingkan pakaiannya yang telah dirobek, rasa sakit ketika Life miliknya dihisap benar – benar luar biasa.
Apakah ini rasanya sakit ketika tubuhmu tak bisa terluka?
***
“… Hentikan.”
Rirupirin tak menyadari jika kata – kata tersebut meluncur dari mulutnya sendiri.
Tetapi, kali ini lebih jelas terasa di mulutnya dan tenggorokannya.
“Hentikan!”
Matanya menyipit, mata milik Dee seolah hendak menerkam. Menahan rasa marah di perutnya, pemimpin Orc melanjutkan:
“Bukanlah Life milikmu telah penuh? Kau tak perlu menyedot habis tubuh si Ium Putih!”
“… Sekarang apa? Berani memberiku perintah …?”
Dee berkata pelan, seolah menekan nada piano.
Tiba
– tiba, kesepuluh tentakel menggeliat semakin hebat, memaksa masuk
semakin dalam, semakin cepat menghisap darah. Kulit Dee kini telah
kembali ke warna eksotis miliknya, dan rambutnya kini semakin panjang
dan lembut dari sebelumnya.
Tak hanya itu, Life yang dihisap
secara berlebihan mulai memancar ke udara disekeliling menjadi partikel
kebiruan. Namun Dee tak menunjukkan tanda – tanda untuk menghentikan
siksaannya pada si gadis, kini Dee mulai mencengkram dari belakang.
“Aku
sudah bilang, kan. Tahanan ini menjadi milikku sekarang. Tak peduli
berapa banyak Life yang aku hisap, tak peduli berapa banyak aku
menyiksanya di depanmu, babi, atau bahkan ketika aku ingin membunuhnya
sekarang, sudah bukan menjadi urusanmu”
Kuku, kukuku, sebuah tawa keluar dari tenggorokannya.
“Tetapi, yah, tentu. Kau yang menemukannya, jadi aku harus menunda pembayarannya kan? Kalau begitu… lepas semua pakaianmu.”
“Ap… Apa yang kau katakan…”
“Sudah
sejak lama, melihatmu mengenakan armor dan mantel membuatku mau muntah.
Kau ini babi, namun berlagak berpakaian seperti manusia. Jika kau mau
bertelanjang, merangkak, dan memohon padaku, mungkin aku akan
mengembalikan tahanan manismu ini.”
Gu.
Tiba – tiba,
seberkas cahaya merah memasuki pandangannya. Diiringi dengan rasa sakit
seperti di tusuk jarum panas terasa di mata kanannya
—Hanya seekor babi.
—Seperti manusia.
Kata – kata milik Dee bertolak belakang dengan kata – kata Leafa.
—Kau juga manusia, benar kan?
—Terlebih lagi, apa yang ingin kamu tahu?
Ia tak boleh membiarkan Dee membunuh gadis ini. Bukan, ia tak ingin Leafa mati. Karena ini... karena ini.
Tangan bergetar milik Rirupirin menyentuh ujung mantel, dan membukanya.
Dibalik mantelnya, Rirupirin menggerakkan tangannya ke sabuk yang mengikat seluruh armornya.
Tiba – tiba, suara lemah terdengar.
“… Jangan.”
Kepalanya terangkat, matanya bertemu mata milik Leafa yang sedang menatapnya.
Mata emerald miliknya berkedip beberapa kali.
“Aku… tak apa. Jadi, jangan … lakukan.”
Suaranya terputus – putus. Dee menggigit wajah Leafa.
“Jika
kau terus mengucapkan hal – hal yang tak perlu, aku akan menggigit
wajah cantikmu ini. Kita sedang bermain lho. Hei, apa yang kau tunggu
babi. Lepas pakaianmu. Ataukah kau mulai merasa senang melihat tubuh
manusia telanjang?”
Kyahahahaha, tawanya tak berhenti.
Tangan miliknya yang memegang sabuk kini mulai bergetar.
Ia
tak peduli dengan rasa sakit di mata kanannya. Karena, dibandingkan
dengan kemarahan dan penyiksaan yang mengisi hatinya, rasa sakit ini tak
ada apa – apanya .
“Aku… Aku… Aku…”
Tiba – tiba,
sesuatu mengalir dari matanya, turun hingga ke pipi. Tetesan yang jatuh
di sebelah kiri berwarna bening, sementara yang jatuh di sisi kanan
berwarna merah terang.
Tangan kanannya mulai melepas dari ikat pinggang— dan bergerak menuju pangkal pedang di pinggang kiri.
“Aku seorang manusia!!”
Ketika ia berteriak, rasa sakit yang tak pernah dirasakannya menyerang menyerang mata miliknya, lalu meledak.
Meskipun setengah buta. Rirupirin bisa menemukan lokasi Dee secara tepat. Tawa sadis miliknya berhenti dan mulutnya terbuka.
Dengan sepenuh tenaga, Rirupirin mengayunkan pedang miliknya menuju kaki milik Dee.
Tetapi— karena kehilangan sebelah mata, incarannya agak meleset.
Ujung pedang miliknya hanya menyerempet betis Dee. Tubuh Rirupirin kehilangan keseimmbangan dan bahu kirinya ambruk ke tanah.
Mengangkat kepalanya, ia melihat Dee yang kini mulai murka.
“Babi busuk ini … beraninya melukaiku …!”
Ia
melempar tubuh Leafa ke belakang dan melepas tentakelnya. Dengan deru
suara, tentakel tersebut berubah menjadi pedang hitam tajam.
“Aku akan mencincangmu, dan menjadikanmu makanan babi hutan!!”
Pemimpin Orc menunggu ketika pedang tersebut sampai menebasnya.
Thump.
Thump.
Dua suara terdengar pada saat yang sama. Pergerakan Dee terhenti.
Bingung, Rirupirin melihat jika lengan milik Dee terjatuh dan menancap tanah.
Ekspresi
Dee juga terkejut. Wanita tersebut perlahan menoleh ke belakang, darah
bagaikan air terjun mengalir deras dari punggungnya.
Sosok Leafa memasuki pandangan Rirupirin.
Dibandingkan
dengan sosok rampingnya yang tak memiliki otot, pedang panjang terlihat
sulit untuk diayunkan ke depan. Meskipun kedua tangannya terikat, Leafa
lah yang telah menebas tangan Dee.
Dee berbatuk dan berkata:
“Seorang manusia … membantu seekor babi, dan menebas manusia lainnya …?”
Melihat Pengguna Dark Art memaju mundurkan kepalanya tak percaya, Leafa membalas:
“Bukan, aku hanya menebas orang jahat untuk menolong orang baik.”
Ia mengangkat pedang panjangnya lalu mengayun.
Hya-ka!
Si gadis mundur ke belakang.
Sungguh— ajaib.
Pergerakannya tidak berlebihan, namun cepat dan teknik miliknya luar biasa.
Sekali
lagi, Rirupirin menangis— karena terbawa emosi kali ini. Ketika ia
memandang Dee., Pengguna Dark Art nomor satu di Tanah Kegepalan dan yang
terkuat diantara Sepuluh Bangsawan Penguasa, terpotong menjadi dua.
Bagian 4
Gabriel Miller melihat secara jelas ketika si naga hitam mengepakkan satu sayapnya, mendarat pelan, lalu meraung.
Ketika
matanya berpaling, semua hal yang berhubungan dengan keberadaan sang
naga yang ada di pikiran dan ingatannya lenyap. Ia memandang sekitar
tanpa mengubah ekspresi wajahnya.
Lokasi ia jatuh adalah sebuah
daerah dengan banyak pilar batu. Pilar yang ia pijak di bagian tengah
memiliki tinggi 100 yards dan lebar 30 yards.
Melompat turun
bukanlah hal yang bijak. Ia masih belum akrab dengan Art yang mengatur
elemen di dunia ini, juga ia tak bisa meninggalkan Putri Cahaya Alice di
kakinya.
Jika ia memiliki tali, jangkar, atau tangga tali,
Gabriel bisa dengan mudah turun ke bawah dari ketinggian ini. Tetapi tak
perlu melakukannya saat ini, karena musuh yang entah bagaimana berhasil
menumbangkannya kini telah mendekat dari arah utara bersama dengan tiga
ekor naga. Ia harus mengurus musuh ini, mengambil alih kendali AI si
naga, lalu terbang ke selatan.
Gabriel mengangkat wajahnya dan menatap ke atas. Matahari virtual yang mengambang di langit merah telah mencapai titik puncak.
Tak
banyak waktu tersisa ketika Critter mengatur ulang waktu akselarasi.
Bisakah Pemain Amerika yang berjumlah 50,000 menyapu habis Pasukan
Kerajaan Manusia sebelum dipaksa log out karena percepatan akselerasi?
Dengan jumlah 1,000 orang tersisa, Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia tak
akan bisa bertahan.
Yang membuat ia ragu adalah para Integrity
Knights yang telah berhasil menyapu pasukannya satu persatu. Tetapi
salah satu diantaranya, Alice, telah berhasil ia culik, maka pengejarnya
pastilah salah satu Knight juga, hanya ada satu dua orang Knight yang
tersisa di medan peperangan utara sana.
Segera Gabriel memutuskan keinginannya, ia kini berbalik pada Integrity Knight Alice yang sedang pingsan di bawahnya.
Sungguh sangat—cantik.
Begitu cantik hingga kesenangan yang ada dalam dirinya tak bisa berhenti.
Gabriel
sedikit bingung: haruskah ia melepas senjata dan armor miliknya sebelum
memborgolnya? Itu adalah pilihan paling masuk akal, tetapi musuh sedang
mendekat dan tampaknya akan agak sulit dilakukan.
Ia harus
menunnggu waktu akselerasi dan mengulur waktu. Bahkan ketika ia akan
melonggarkan armor milik Alice, Gabriel harus melakukannya dengan
lembut, dan serius.
“… Tidur nyenyak sekarang, Alice… Alicia.”
Berbisik lembut pada Alice, Gabriel berjalan ke tengah pilar bundar menunggu musuh.
Baik
itu Gabriel Miller yang sedang menggunakan Super Account 04 «Dewa
Kegelapan Vektor», maupun Critter yang berhasil mencurinya, keduanya
tidak mengetahui fakta ini: Alice si Knight terkuat telah jatuh pingsan
selama beberapa jam hanya dengan dicengkeram naga, itu karena kemampuan
Vektor itu sendiri.
Empat Super Accounts di Underworld
diciptakan guna melakukan perintah langsung— penciptaan keajaiban— di
dunia ini dan lingkungan sekitar.
Stacia, yang bisa mengubah dataran.
Solus, yang bisa menghancurkan apapun.
Terraria, yang bisa menyembuhkan durability.
Dan Vektor, yang bisa mengatur pikiran Artificial Fluctlights itu sendiri.
Secara
khusus, ia juga bisa mengedit ingatan lingkungan— data Vektor dalam
Fluctlights dan memindahkannya ke suatu tempat yang jauh, ataupun
menciptakan bangunan baru.
Karena tindakan tersebut agak berbeda
dengan ketiga Dewi yang lain namun memiliki konsep yang sama, cukup
sulit baginya menjadi subjek untuk disembah oleh penduduk. Terlebih
lagi, Vector tak hanya memiliki Prioritas equipment dan Life paling
tinggi, ia juga memiliki kemampuan pelindung terhebat “Kemampuan tak
bisa dijadikan target Art”. “Anak Hilang Vektor”, adalah salah satu
dongeng yang diwariskan dalam Underworld, cerita tersebut diwariskan
berdasarkan salah satu perintah operasi pada penduduk setemmpat.
Kombinasi
kekuatan Dewa Kegelapan Vektor dan imajinasi unik milik Gabriel Miller,
ataupun Incarnation yang bisa menimbulkan efek berlipat ganda yang
bahkan tak bisa diprediksi oleh teknisi «RATH».
Ia bisa menghisap kesadaran seseorang tanpa menggunakan Art.
Fluctlight milik Alice juga berhasil ditaklukkan dan dipaksa untuk tertidur.
Kombinasi kekuatan Vektor serta Gabriel telah sukses menghancurkan serangan maut milik Jendral Kegelapan Shasta sebelumnya.
Dan sekarang ini, rival Shasta— Integrity Knight Bercouli akan mengalami jejak yang sama.
***
Bercouli melihat naga Kaisar Vektor telah jatuh ke batu pilar besar sehingga ia tak bisa lari.
Ia manahan kelelahan hebat karena menggunakan teknik paling tinggi miliknya.
“Bagus… Tolong terbang sedikit lagi, Hoshigami, Amayori, Takiguri!!”
Saat
ia menyelesaikan kalimatnya, ketiga naga dengan sekuat tenaga
mengepakkan sayap mereka. Selama musuh tetap berada disana bahkan jarak
sepuluh kilol akan bisa dikejar dengan singkat.
Sesaat sebelum memasuki pertempuran, Bercouli mulai merenungkan. Ingatannya mulai mengingat mimpi tadi pagi.
— Apakah kau pernah merasakan tanda-tanda kematian?
Pemimpin
Tertinggi Administrator bertanya dalam mimpinya, dan bagi Bercouli yang
mengenalnya selama ratusan tahun, ia tetap menjadi sosok yang tak bisa
dikalahkan sampai akhir.
Setelah ia dilepaskan dari Deep Freeze
dan diberitahu Alice mengenai kematian Pemimpin Tertinggi, ia merasakan
kekagetan dan sedikit lega: Terima kasih atas hasil kerjamu selama ini.
Kematian Pemimpin Tetua Chudelkin membuatnya lebih kaget.
Karena
hal tersebut, ia tak pernah menanyakan secara jelas mengenai kematian
Administrator kepada Alice , juga situasi yang dialami oleh Alice. Tentu
saja, di sisi lain ia terlalu sibuk melatih Pasukan Pertahanan Kerajaan
Manusia, dan di sisi lainnya ia tak ingin mau tahu— mengenai sifat
keras kepala dan hasrat milik wanita bermata dan berambut perak tersebut
ketika melakukan dosa paling besar tentang eksperimen – eksperimen
anehnya.
Administrator selalu lesu, tak konsisten, dan berubah –
ubah pada Bercouli. Meskipun ia selalu mematuhinya, Bercouli tidak
memujanya seperti yang Chudelkin lakukan.
Tetapi—
Ia juga tidak benci mematuhi perintahnya.
Benar … Percayakan padaku kali ini.
Knight paling tua berguman, dan membuka matanya.
Ia
bisa melihat dengan jelas sosok Alice yang berbaring di batu mengenakan
armor emas miliknya, dan sosok Kaisar Vektor berdiri diam dihadapannya.
“Baiklah… kalian bertiga berjaga saja di udara! Jika aku tewas, mundur ke utara dan bergabung dengan pasukan lain!”
Mengisyaratkan dengan lembut pada ketiga naga, Bercouli terjun dari punggung Hoshigami. ***
Sinon meninggalkan jejak udara bagaikan meteor jatuh, ke 700 orang Pasukan Penjaga dengan susah payah kini menuju arah selatan.
Mereka
mulai kewalahan menangani pasukan crimson di belakang mereka. Tetapi
baik Penjaga maupun kuda – kuda tak akan bisa berlari terus seperti ini.
Asuna berdiri di atas atap kereta Kirito, Tieze, dan Ronye, berdoa sambil menatap arah selatan.
Setelah sekitar dua puluh menit penjelasan Sinon, pemandangan reruntuhan kastil raksasa mulai tampak.
Tak ada tanda – tanda manusia, demihumans, maupun binatang raksasa lainnya. Hanya ada bebatuan yang diam di tanah.
Di
depan jalan lurus ini ada dua kuil datar. Tingginya sekitar 20 mel, dan
lebarnya 300 mel. Kuil ini mungkin bisa dijadikan garis pertahanan agar
musuh tidak mengepung mereka.
Diantara kedua kuil tersebut,
jalanan masih berlanjut ke arah selatan. Pemandangan ini memberikan
kesan seperti roti lapis, karena selain ada di tengah – tengah, juga ada
patung besar di kedua sisi.
Itu bukanlah patung Budha, juga
bukan patung khas negeri barat. Sejujurnya, patung tersebut seperti
sosok persegi yang ada di reruntuhan Amerika Selatan. Semuanya dipahat
dengan mata bulat dan mulut besar, dan tangan mereka disilangkan di
depan dada.
Apakah patung tersebut di desain oleh teknisi RATH
ketika Underworld diciptakan? Ataukah diciptakan secara otomatis
menggunakan paket program The Seed?
Ataukah patung tersebut— dipahat dari gunung batu oleh penduduk Tanah Kegelapan …? Seperti tanda makam bagi yang telah tewas …?
Asuna menarik nafas, menyingkirkan pikiran – pikiran tersebut.
Ia berteriak pada Knight Renri yang sedang memimpin pasukan sambil menunggang naga:
“Ayo kita serang musuh di dekat jalan sana”
Jawaban “Mengerti!” terdengar.
Beberapa
menit kemudian, Penjaga mulai membentuk formasi diantara kedua kuil.
Patung seperti Mammoth ada di kedua sisi, seolah menatap mereka. Tapal
kuda dan sepatu penjaga bergetar mengisi jalanan kering ini.
Renri memando mereka, suaranya memotong udara dingin:
“Baiklah. Penjaga, bagi posisi! Biarkan kereta barang dan tim persediaan lewat!”
Para
Penjaga kini terbagi menjadi dua, kemudian delapan kereta barang
melewati mereka, diikuti dengan tim persediaan yang kebanyakan para
Astetic. Setelah sampai di bagian belakang, mereka berhenti. Angin
kencang bertiup dari pintu masuk raksasa di jalan sana, rambut Asuna
tertiup.
Sungguh senyap. Pemain Amerika yang mengejar mereka mulai kelihatan, debu – debu beserta getaran mulai terasa.
Asuna melompat dari kereta barang, dan berkata pada gadis – gadis yang menonjolkan kepala mereka ke atas atap:
“Ini pertempuran terakhir. Aku akan menyerahkan Kirito-kun pada kalian.”
“Ya! Serahkan pada kami, Asuna-sama!”
“Kami akan melindunginya!”
“—Bahkan jika harus bertaruh nyawa.”
Ketika Tieze, Ronye dan Sortiliena meletakkan tinju ke depan dada mereka, Asuna melakukan hal yang sama dan tersenyum lelah.
“Istirahatlah. Aku tak akan membiarkan musuh sampai ke tempat ini.”
Kata
– kata tersebut seperti sebuah janji pada dirinya sendiri. Asuna
melambaikan tangan dan berbalik arah dengan segala keputusan.
Renri kini masih ada di depan pasukan penjaga, mengatur mereka.
Jalanan
ini luasnya sekitar 20 mel. Meskipun cukup sempit untuk dijaga, menjaga
jalan ini sambil formasi saling bergantian mungkin saja.
Hal
paling penting adalah mencegah angka kematian sebesar mungkin ketika
melawan 10,000 musuh lebih, karena regu Ascetic juga melakukan
penyembuhan dari belakang. Untungnya, diantara pasukan crimson tak ada
pengguna Art. Meskipun sepertinya para pemain tersebut tak menemukan
cara untuk mengaktifkan system command yang cukup rumit di Underworld
dalam waktu singkat, situasi ini sepertinya sebuah keajaiban.
Jika situasi ini mungkin berubah—
Aku akan membunuh seluruh pasukan seorang diri.
Asuna mengambil nafas dalam – dalam dan berkonsentrasi.
Memikirkan
jumalah Life milik Stacia dan Prioritas equipment miliknya, ia tak akan
kalah karena kerusakan berdasarkan angka. Masalahnya adalah apakah ia
mampu menahan rasa sakit. Ketika ia menerima luka di jantung, tubuh
virtualnya ini akan terluka, dan bahkan jika ia memaksa, ia mungkin akan
jatuh dalam kondisi dimana ia tak akan bisa menggenggam pedang.
Asuna memejamkan mata, memikirkan Kirito yang masih terluka. Ia membayangkan luka dan duka yang ia alami.
Ketika Asuna sudah ada di garis depan, rasa takut lenyap dari dirinya.
Pertempuran besar ini adalah yang terakhir, diterangi cahaya matahari siang hari.
Sekitar
duapuluh pemain Amerika yang mengenakan armor berat kini maju ke
reruntuhan, mencari darah dan teriakan yang dijanjikan pengumuman dalam
website.
Namun apa yang menunggu mereka bukanlah NPC yang
didesain untuk hiburan semata, tetapi para pejuang yang berkeinginan
untuk menyelamatkan dunia dan menolong teman mereka si Integrity Knight
emas. Meskipun terluka parah, pedang mereka masih memancarkan cahaya
keingianan untuk menahan senjata musuh dan menghancurkan armor musuh.
Sesosok manusia menatap ke bawah dari ketinggian, diatas pasukan crimson yang telah dihancurkan.
Mengenakan
pakaian yang tidak memantulkan cahaya armor, seperti jaket sepeda motor
besar. Jaket tersebut ditutupi dengan paku – paku keperakan.
Senjata
yang ia gunakan hanyalah pisau pemotong daging besar yang menggantung
di pinggang kirinya. Wajahnya tertutup. Tubuhnya dibungkus pakaian kulit
hitam seperti jas hujan, hingga menutupi ke mulutnya.
Bibirnya tersenyum kejam.
Dia adalah Vassago Casals.
Setelah
dive sekali lagi ke dalam Underworld dan berhasil menghindari serangan
laser milik Sinon, ia kini menyamar diantara pasukan Amerika yang
mengejar Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia. Akan tetapi, ia tidak ikut
dalam serangan awal, malahan ia memanjat dinding kuil bagian timur, dari
atas kepala sebuah patung ia bisa mengamati jalannya peperangan, ia
mumutuskan untuk menikmati hiburan menarik ini.
“Kekek, bajingan itu selalu terburu – buru seperti biasanya ketika marah. Ia membunuh banyak orang.”
Ia berguman dengan tawa kesenangan.
Persis
seperti dalam ingatan masa lalu Vassago, gadis berarmor mutiara dengan
rambut coklat— Asuna «The Flash» kini mulai mengangkat gagang rapier
miliknya yang mulai bercahaya.
Dahulu, Vassago juga dalam posisi
yang sama, menonton pertempuran Asuna dari kejauhan. Ia telah bersumpah
pada dirinya sendiri: Aku akan menghabisimu sebelum dunia ini berakhir.
Bersama dengan seorang swordsman berpakaian hitam yang juga bertarung lebih ganas di sampingnya. ***
Ketika
ia meloncat dari punggung naga, Bercouli masih berada sekitar dua ratus
mel diatas tanah. Jika ia meloncat langsung seperti itu, ia tak akan
bisa menahan benturan yang akan terjadi.
Tetapi ia seolah menuruni sebuah tangga tak kasat mata, Komandan Knight turun dengan gerakan melingkar.
Setiap
langkah yang ia jejaki, sebenarnya ia menciptakan Wind Element dibawah
kakinya sebagai batu loncatan, dengan begitu ia bisa mengurangi daya
benturan. Mengontrol Element dengan kedua kakinya sebenarnya adalah
teknik milik Pemimpin Tetua Chudelkin yang ia curi beberapa puluh tahun
lalu.
Menggenggam gagang pedangnya, knight paling tua ini
semakin mendekat, menuju titik buta Kaisar Vektor. Vektor berdiri di
tengah pilar tepat dibawahnya.
—Bunuh dia dengan sekali tebas.
Adalah
hasrat membunuh milik Integrity Knight Bercouli yang ditunjukkan
semenjak ia membunuh Jendral Kegelapan dua generasi sebelumnya – sekitar
seratus lima puluh tahun lalu. Dalam tahun – tahun setelahnya, ia tak
pernah memiliki musuh yang mampu menarik hasrat tersebut.
Bahkan
ketika ia bertarung dengan bocah Eugeo yang menerobos Katherdal Pusat
seorang diri, Bercouli telah bertarung serius, namun tidak menunjukkan
hasrat membunuh. Tetapi, jika ia melihat saat ini, bahkan melawan
Jendral Kegelapan Shasta, ia tak pernah menunjukkan emosi negatif
seperti marah maupun benci.
Dengan kata lain, ini adalah pertama kalinya Bercouli menunjukkan kegarangannya setelah sekian lama.
Setiap tubuh dirinya benar – benar terbakar. Terlebih lagi bukan saja karena telah menculik Alice.
Musuh
ini datang dari dunia luar yang disebut Dunia Nyata, orang ini telah
memaksa orang – orang Tanah Kegelapan menuju medan peperangan ketika
mereka telah menerima masa kedamaian, juga ia mengirim puluhan ribu
penduduknya mati sia – sia, benar – benar tindakan yang tak patut
dipuji.
—Kaisar Vektor, aku tak tahu alasan apa yang memotivasimu.
Tetapi jika orang – orang dari Dunia Nyata seburuk dirimu. Aku jadi mengerti begitu melihat ekspresi nona Asuna.
Itu berarti, satu – satunya kejahatan yang tak bisa diampuni adalah dirimu.
Jika begitu, aku akan membinasakanmu.
Aku
akan menebus nyawa Jendral Kegelapan Shasta, Integrity Knight Eldrie,
dan nyawa orang – orang yang telah gugur dalam peperangan ini.
Nah rasakan … serangan ini!!
“Ze… AHH!”
Melompat
sepuluh mel dari udara, Komandan Knight mengayunkan pedangnya sekuat
tenaga kebawah menuju kepala Kaisar Vektor yang tak terlindung.
Udara berdesis, menimbulkan cahaya putih. Cahaya tersebut menyilaukan pandangan, bahkan menelan warna sekeliling.
Tak
perlu ditanya, serangan ini adalah teknik pedang paling kuat dalam
sejarah Underworld. Prioritas serangannya bahkan mampu menulis kembali
mnemonic data dalam Main Visualizer. Dengan kata lain, segala hal yang
ada dalam jangkauan serangan ini, berapapun nilai statusnya tak ada
artinya.
Bahkan bagi Super Account 04— Life tak terbatas milik Kaisar Vektor akan hancur jika terkena serangan ini.
Jika terkena serangan ini, begitulah.
Bahkan jika meteor hendak menghantam kepalanya, wajah Vektor masih tak beremosi.
Kecepatan
serangan ini sangatlah cepat bahkan seseorang tak akan bisa melihatnya.
Serangan tersebut datang tiba - tiba; tak peduli berapa cepat reaksimu,
mereka tak akan mampu menghindar.
Tetapi dalam sekejap, tubuh Vector yang terbungkus armor crystalline hitam, dengan tanpa suara bisa bergeser.
Untuk menghindari serangan ini, bergeser sedikit saja bisa menghindar.
Pedang
milik Bercouli hanya menggores mantel merah yang berkibar di udara.
Seketika menyentuh pedang tersebut, mantel tersebut berubah menjadi
debu.
Zugaaaaang!! Dengan bunyi nyaring, bekas goresan terukir
ke pilar batu tersebut. Seluruh pilar tersebut berguncang, pecahan –
pecahannya berjatuhan ke bawah.
—Ia menghindarinya?
Menatap
seperti orang bodoh, Bercouli tidak berhenti melancarkan serangan
lanjut. Melalui pengalaman bertahun – tahun, ia telah mempelajari untuk
tidak berhenti dalam kondisi yang tak terduga.
Ia mengambil
langkah lagi, menerjang ke sisi Kaisar. Lalu, ia menebas serangan
horizontal. Sekitar setengah detik berlalu sejak serangan pertama yang
gagal.
Namun, Vektor bisa menghindar serangan ini.
Tubuhnya
seperti asap hitam yang tertiup angin, sulit dicapai tanpa persiapan.
Ujung pedang miliknya menggores permukaan armor, percikan bunga api
tercipta.
Akan tetapi.
Kali ini, Bercouli yakin akan kemenangannya.
Serangan
terkuat miliknya telah gagal, namun kekuatannya tidak menghilang.
Armament Full Control Art milik pedang «Time Piercing Sword • Empty
Slash»— sebuah kemampuan untuk ‘menebas masa depan’ telah diaktifkan.
Serangan ini adalah teknik yang akan meninggalkan tebasan pada siapapun
yang berada pada arah tebasan, membunuh siapa saja yang menyentuh
langsung pedang tersebut; teknik ini membuat Eugeo kesulitan waktu
berada dalam Katherdal.
Punggung Kaisar condong ke depan dimana tiga tebasan tak terdeteksi.
Serangan pertama mengenai rambut perak miliknya.
Mahkota di atas kepalanya hancur dengan bunyi khas logam.
Tangan Vektor terangkat ke atas seolah meminta ampun.
Bercouli bisa merasakannya, seketika, tubuh miliknya pasti akan putus menjadi dua.
Slap.
Sebuah bunyi terdengar.
Sumbernya adalah— tangan milik Kaisar yang mengepal diatas kepala belakang miliknya.
—Ia menghentikan «Empty Slash» dengan tangan kosong? Tanpa menoleh?
Tak
mungkin. Meskipun teknik rahasia untuk menahan tebasan pedang dengan
kedua tangan telah diturunkan secara bergenerasi pada Petarung Tangan
Kosong di Tanah Kegelapan, teknik tersebut bisa dilakukan jika tanganmu
sekeras baja. Terlebih lagi, bahkan Pemimpin Petarung Tangan Kosong tak
mungkin menahan serangan tak kelihatan dengan tangan kosong.
Pikiran ini terlintas sejenak, setelahnya, Bercouli akhirnya berhenti.
Terlebih lagi, ia hanya bisa menatap apa yang terjadi setelahnya.
Tebasan yang tertinggal di udara dihisap oleh tangan Kaisar.
Pada saat yang sama, mata biru Kaisar menjadi warna hitam pekat.
Di bagian terdalam kegelapan tersebut, banyak cahaya bisa terlihat— apakah itu, bintang - bintang…?
Bukan.
Itu
Jiwa. Jiwa – jiwa yang telah ia hisap dan dikurung ada disana. Jiwa
Jendral Kegelapan Shasta dan pendamping perempuannya kemungkinan juga
ada disana …
“… Bangsat, kau bisa menghisap Incarnation milik orang lain?”
Pada gumaman Bercouli, Vector perlahan menurunkan tangannya yang kini telah menelan tebasan seluruhnya, lalu berkata pelan.
“Shin’i?13 … Aku paham, pikiran dan jiwa.”
Suaranya
membuat tulang bergetar; seolah bisa menelan apapun. Dan sumber suara
tersebut adalah bibir kecil yang kini sedang tersenyum.
“Pikiranmu
seperti anggur tua yang nikmat. Kental dan kaya rasa … dengan rasa yang
berat di awal. Meskipun bukan kesukaanku … pikiranmu cukup nikmat
disajikan sebelum aku menikmati main course.”
Tangan pucat Kaisar kini menggenggam ujung pedang panjang yang ada di pinggangnya.
Pedang
tipis yang perlahan ia tarik dari sarung pedangnya berwarna violet.
Mengayunkan pelan ke bawah, Kaisar Vektor tersenyum sekali lagi.
“Nah, ijinkan aku menikmati lebih banyak.”
***
Akhirnya pedang besar berhasil menggores lengan kiri Asuna.
Rasa sakit terasa, seperti luka yang tersiram air panas.
—Ini bukan apa – apa!
Ia berpikir cepat, luka kecil di lengannya seketika langsung menghilang.
Kemudian,
dengan kilatan terang, pedang miliknya berhasil menusuk dada penyerang
sebanyak empat kali. Wajah si pria menyusut kemudian tertunduk ke tanah.
Asuna telah lupa berapa banyak yang telah ia bunuh.
Pada
saat yang sama, ia juga tak menghitung berapa banyak waktu yang telah
berlalu sejak dimulainya pertempuran di reruntuhan ini. Ia hanya yakin
jika jumlah pasukan crimson yang menerjang terus menerus masih sangat
banyak.
—Hmph,tebasan rapier seperti ini tak akan cukup. Di
Aincrad Lama, pertempuran melawan boss selama tiga atau empat jam adalah
hal yang wajar.
Asuna menyemangati dirinya, melewati tubuh –
tubuh tak bernyawa para penjaga, lalu menghadapi musuh baru yang
menggunakan kapak perang.
Keseimbangan musuh goyah karena serangannya; Asuna langsung menyerang jantung sambil tengok kanan kiri.
Lokasi
Asuna bertempur sekarang ini adalah di tengah – tengah jalanan, di sisi
kanannya, Integrity Knight Renri masih terus melempar dua pisau lempar
dengan tenaga dan akurasi yang konstan. Ia tampak baik – baik saja.
Masalahnya
ada di sisi kiri yang dipimpin oleh Sortiliena, Penjaga yang
ditempatkan disana, sangat jelas terlihat jika garis depan miliknya
mulai terdorong ke belakang.
“Sayap Kiri, saling berganti antar penjaga bisakah lebih cepat! Fokuskan Art Penyembuh ke sisi tersebut”
“Asuna-sama, aku masih bisa bertarung!”
Seseorang
yang merespon adalah Sortiliena di garis paling depan, ia mengatifkan
teknik pedang dua tangan, «Cyclone». Pedang panjang miliknya berputar
cepat dengan cahaya hijau dan menghempaskan tiga orang musuh, tetapi
Liena terjatuh setelahnya. Menilai dari percakapan mereka tadi malam,
para swordsmen dalam kelas bangsawan biasanya berfokus pada pertempuran
satu lawan satu, jadi pertempuran panjang dengan banyak musuh seperti
ini benar – benar tak adil.
Meskipun teknik pedang Liena cukup
mematikan, bagi Asuna yang baru saja tiba di dunia ini kemarin, teknik
tersebut terlalu kaku. Liena terlalu banyak menggunakan serangan sebelum
serangan utama, sehingga senjata musuh pasti akan menggores tubuhnya
sebelum teknik miliknya mencapai klimaks. Armor miliknya telah penuh
bekas goresan, jejak darah ada diseluruh seragam Penjaga yang
dikenakannya.
“Mundur dan istirahat dulu, Liena-san! Percaya pada teman - temanmu!”
Pada
perintah Asuna, Liena menggigit bibir dan mengangguk lalu mundur sambil
berkata “Aku akan segera kembali!” posisi miliknya langsung digantikan
Komandan Penjaga, tetapi wajahnya cukup kelelahan.
Selain kelelahan yang dialami sayap kiri, ada hal lain yang mengganjal hati Asuna.
Pasukan
crimson yang sedang mereka lawan bukanlah monster humanoid yang
dikendalikan algoritma, tetapi pemain veteran asal Amerika, tempat
lahirnya MMORPGs. Mereka yang telah lama akrab dengan pertarungan akan
langsung sadar jika penyerbuan sederhana tak akan efektif, seharusnya
mereka memikirkan strategi lain.
Apa yang akan dirinya lakukan jika situasinya terbalik? Asuna mengayunkan Rapier miliknya semakin cepat.
Seharusnya,
ia akan melakukan serangan jarak jauh dari samping. Tetapi tak ada
pengguna Art diantara musuh, dan jikapun ada, mereka tak akan langsung
paham mengenai bahasa Art dalam Underworld yang begitu rumit dalam waktu
singkat.
Selain Art, ada juga pemanah. Untungnya, hanya ada
pemanah di Pasukan Penjaga, musuh tak bisa menggunakan akun pemanah.
Usaha terakhir mereka adalah mengayunkan senjata dengan kedua tangannya,
tetapi tindakan itu pasti membuat mereka tak cukup cepat, karena jika
senjata mereka terlempar, mereka tak akan bisa ikut dalam peperangan ini
setelahnya.
Sepertinya musuh tak memiliki banyak pilihan.
Lalu, ia semakin yakin bisa mengalahkan sepuluh ribu pasukan musuh.
Tepat setelah Asuna memikirkan hal tersebut—
Pintu masuk kuil dikelilingi kegelapan.
Cahaya matahari terblokir oleh perisai besar di garis depan musuh juga tombak – tombak yang diacungkan kedepan.
—Pengguna Tombak!
“Ber… Bersiaplah menahan serangan!! Berusahalah untuk bisa meghindari ujung tombak!! Dekati musuh agar bisa menyerang mereka!”
Tepat setelah Asuna berteriak, dengan suara dentingan logam, tombak – tombak besar melaju lurus ke depan secara bersamaan.
““”Assaaaaaaaaaault!!”””
Sebaris penuh 20 pengguna tombak berteriak lalu mulai melaju.
Para
Penjaga mulai tertekan oleh serangan ini. Kumohon, tolong tenanglah,
Asuna berdoa dalam diam sambil memandang pengguna tombak yang melaju
langsung ke arah mereka. Pengguna tombak melaju lurus ke arah mereka.
Tunggulah sampai saatnya dan — Cling!
Cahaya kekuningan bersinar dari ujung rapiernya dan ditujukan pada pengguna tombak.
“… Haaah!!”
Sambil
berteriak, ia menancapkan rapier miliknya ke armor musuh, melihat ke
depan, ia melihat jika rapier miliknya menusuk tenggorokan musuh. Dengan
daya dorongan, darah menyembur ke seluruh pelindung kepala miliknya.
Teriakan yang terdengar bukan saja dari musuh, tetapi dari para Penjaga.
Beberapa penjaga yang berada di sayap kiri tak berhasil menahan pengguna tombak, mereka tertusuk - tusuk.
“Gh……….!!”
Mengeraskan
giginya, Asuna meninggalkan posisinya dan berlari ke kiri. Dengan
tebasan «Linear», ia menusuk pasukan crimson yang menarik tombaknya dari
penjaga yang telah tewas. Mau menggenggam pedang berlumuran darahnya
lagi, Asuna memotong kedua tangannya dan melancarkan dua tusukan,
«Parallel Sting».
Asuna berhasil menghindar tusukan tombak
ketiga dengan melompat ke atas. Mendarat di tombak, ia berlari ke bahu
musuh, mencopot helm miliknya dan menusukkan rapier ke leher musuh.
Musuh terjatuh sambil berteriak. Kini mundur, Asuna berteriak:
“Bawa yang terluka ke bagian belakang! Sembuhkan mereka!!”
Menilai
sekeliling sekali lagi, tampaknya Knight Renri dan para Penjaga
mengalami kesulitan menghadapi pengguna tombak, enam orang Penjaga telah
mengalami luka parah karena tertusuk tombak. Tiga diantaranya
sepertinya tak bisa ditolong.
—Jika musuh mengulangi strategi ini, pasukan Pertahan Kerajaan Manusia tak akan mampu menahan kondisi ini karena kalah jumlah.
Ketakutannya menjadi kenyataan. 20 orang pengguna tombak selanjutnya siap untuk menerjang.
Asuna memandang musuh yang akan datang lalu memandang jika dirinya telah berada di tengah – tengan medan pertempuran.
Disana ada seorang Penjaga yang masih sangat muda, mencoba mengontrol pedangnya, meskipu kakinya gemetaran.
“AH………!!”
Berteriak kencang, Asuna berlari ke kanan.
Ia
melaju menuju Penjaga muda yang masih membatu dan pasukan tombak yang
akan datang. Rapier miliknya tak akan tepat waktu untuk menahan serangan
tersebut. Ia hanya bisa menjangkau ujung tombak dengan ujung tangannya.
Jika ini adalah dunia VRMMO, maka Asuna yang memiliki reaksi
kecepatan dan kekuatan pasti akan mampu menahannya. Tetapi di
Underworld, parameter yang tak bisa dihitung yang mana berbeda dengan
SAO dan ALO, ada.
Tombak baja menusuk ke perutnya—
Daya
dorong terasa di seluruh tubuhnya. Tak bisa mengutarakan suara, Asuna
dengan diam melihat ke samping, sebuah logam telah menusuk ke perut
miliknya. ***
Meminimalkan gerakan akan meningkatkan efektifitas pedang miliknya.
Bagi
Komandan Knight Bercouli, teknik pedang milik Kaisar Vektor benar –
benar berbeda dari style pedang yang pernah ia lihat sebelumnya.
Pertama,
ia hampir tak pernah menggunakan kakinya. Ketika ia menghindari
serangan, ia hanya menggeser dirinya dari pijakan. Juga, ketika ia mau
menyerang, ia tak kelihatan melakukan persiapan. Pedang yang ia genggam
agak renggang akan tiba – tiba meluncur ke jarak paling dekat.
Singkatnya, memprediksi gerakannya sangat tak mungkin. Bercouli bahkan hampir tak bisa menahan lima serangan kuat milik Kaisar.
Tetapi lima serangan sudah cukup.
Karena
pengalaman bertarung miliknya, Bercouli yang sudah mengamati teknik
Vektor mulai menyerang balik ketika Kaisar hendak memulai serangan ke
enam.
“Hsss!”
Melepaskan sedikit semangatnya, ia menebaskan tebasan ke arah kepala sebelum Vektor bisa melakukannya.
Bersama bunyi logam, percikan putih menyembur ke segala arah.
Kedua
pedang saling bertabrakan di tengah udara. Dari sini, hanya adu
kekuatan saja. Pedang milik musuh terdorong ke bawah. Tampaknya tak bisa
menahan tekanan, tubuh Vektor mulai membungkuk.
—Ini saat – saat kritis!!
Bercouli
memasukkan Incarnation dalam pedang miliknya. Pedang baja tersebut
bercahaya perak. Time Piercing Sword perlahan menekan pedang hitam
Vektor, sampai ke pundaknya, dan menggores armor—
Tiba – tiba, pedang Vektor mulai memunculkan cahaya.
Pendar
tersebut seperti makhluk hidup, membungkus Time Piercing Sword. Pada
saat yang sama, cahaya perak milik Time Piercing Sword menghilang,
seolah dihisap.
—Apa ini?
Tidak…
Apa, apa yang aku lakukan …?
Dengan
suara gemercik, ia merasakan rasa dingin di punggung kirinya. Bercouli
membuka matanya, melompat ke belakang, mengambil nafas panjang, dan
mendapatkan kembali kesadarannya yang hilang sejenak.
—Apa itu tadi?
Seseorang sepertiku, ada di medan peperangan ini!
Berpikir keras, Bercouli sadar jika tak sepele itu.
Kegelapan menyelimuti pikirannya sehingga ia tak tahu mengapa ia disini, atau megerti alasannya.
“Sialan… kau menghisap Incarnation milikku lewat pedangku?”
Bercouli memaki dengan suara rendah.
Jawaban musuhnya hanya senyum sunyi.
Ia memandang bahu kirinya. Hanya goresan, namun cukup dalam.
“Hmph… Sungguh menarik, benar kan, Kaisar? Tetapi tak bisa mengayunkan pedang sungguh menyusahkan.”
Bercouli terkekeh. Berbeda dengan Vektor yang tersenyum dan bergumam.
“… Benar. Yah, ada hal lain yang belum aku coba.”
Setelah
itu, ia menjulurkan pedang di tangan kanannya ke depan, tetapi
bagaimanapun kau melihatnya, cukup jauh jarak mereka berdua. Tak mungkin
pedang tersebut mengenainya—
Dari ujung pedang yang terangkat, sebuah tembakan cahaya biru gelap muncul.
…Tak mungkin, dari jarak jauh?!
Tepat ketika ia menyimpulkan, cahaya tembakan tersebut menyentuh dadanya.
Kesadarannya menghilang bagaikan api lilin yang tertiup angin.
Pedang
panjang milik musuh menjangkau Komandan Knight, turun lurus menuju
lengan kirinya— namun ia hanya berdiri disana, hanya bisa menonton
kejadian tersebut.
Pedang musuh terayun dari atas.
Dengan bunyi khas, lengan kokoh Bercouli tertebas dari tubuhnya. ***
“Ku… u… ughh!!”
Asuna
berhasil menahan jeritannya yang hampir keluar. Rasa sakit yang amat
sangat— seperti terkena semburan api secara terus menerus hingga batas
rasa sakit.
—Rasa sakit ini bukan apa - apa!
Hanya goresan, tak terasa apa – apa!!
Tombak hitam yang menancap di perut kiri Asuna telah menembus keluar sejauh setengah meter.
Asuna
memutar kepalanya untuk melihat. Ujung tombak tersebut hanya menyentuh
pipi si Penjaga muda yang berdiri melongo. Dengan sekuat tenaga ia
tersenyum pada laki – laki tersebut, ia menatap pucat pada Asuna.
—Dibandingkan nyawa berharga anak ini … apalah arti luka virtual?!
“Ungh… Ah!!”
Berteriak hebat, Asuna memasukkan kekuatan ke tangan kirinya, lalu menggemggam tombak yang menembus tubuhnya.
Dengan
bunyi retakan, logam yang berdiameter lima cen patah dengan pukulannya.
Ia lalu mengambil tusukan tombak yang ada di punggung dan menariknya.
Kunang
– kunang menari di matanya, dan rasa sakit kesemutan mengalir dari
ujung jari hingga kakinya. Tetapi tangan Asuna tak peduli, ia menarik
tombak tersebut dengan brutal dan melemparkannya ke tanah.
Darah
menyembur dari mulut serta bekas luka di perutnya, tetapi tubuhnya
masih tetap berdiri tegak. Asuna mengelap darah yang ada di mulut lalu
menatap musuh dengan pandangan murka.
Pemilik tombak tersebut berkedip beberapa kali, matanya kebingungan.
“Oh, gosh.”
Berucap dalam bahasa inggris.
“… The hell, man… This type of game isn’t fun at all. I’m logging out.”
Setelah
mendengar kata – kata tersebut, Asuna menusuk jantung musuh menggunakan
Rapier di tangan kanannya. Tubuh musuh tertunduk lalu menghilang dengan
efek pecahan.
Nyeri di perutnya tidak membuat Asuna menangis, namun matanya berlinangan air mata.
Rasa sakit dan kebencian yang memenuhi medan peperangan ini seharusnya tak terjadi dari awal.
Pemain
Amerika dan Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia tak memiliki alasan untuk
saling bantai. Jika kondisi mereka bertemu berbeda, kedua sisi
seharusnya bisa menjadi teman— seperti yang Asuna alami.
Dunia Virtual … dunia VRMMO seharusnya tidak seperti ini.
“T… To… Tolong… Gh!”
Sebuah
teriakan dalam bahasa jepang memasuki telinga Asuna. Menoleh, ia
melihat tombak besar menusuk seorang Penjaga yang tak bisa bergerak di
tanah.
“U… AAAAAAAHH!!”
Emosi Asuna tak bisa ditahan ketika ia melaju ke sana.
Rapier
di tangan kanannya menebas tiada henti dan cahaya yang muncul dari
ujungnya membungkus tubuh Asuna; kaki Asuna meninggalkan tanah ketika ia
melaju lurus seperti komet. Serangan lurus tertinggi bagi rapier
miliknya, «Flashing Penetrator».
Pemegang tombak yang hendak
membunuh Penjaga terhempas ke udara, juga teman yang ada di belakangnya.
Musuh ketiga juga terhempas.
Setelah menerbangkan musuh keempat
yang ada di bawah patung besar, sword skill miliknya berhenti kemudian
ia berbalik, menghembuskan nafas.
Gelombang kedua serangan
tombak telah menyebabkan lima orang tewas di Pasukan penjaga. Bersamaan
itu juga, gelombang ketiga serangan tombak hendak bersiap - siap.
Asuna menarik rapier miliknya dari mayat musuh lalu berteriak.
“Semua pasukan, jangan meninggalkan posisimu! Renri-san, tolong ke sini!”
Asuna membuat senyuman kecil, memastikan Knight muda yang melihat sosoknya yang berlumuran darah di sana – sini agar tenang.
“—Aku akan menghancurkan formasi musuh. Kuserahkan musuh yang berhasil lolos padamu.”
“A… Asuna-sama?!”
Asuna mengangkat tangan kirinya ke atas pada Renri dan para Penjaga yang kelelahan.
Kemudian, ia berlari. ***
Pusat keseimbangan Bercouli tiba – tiba bergoyang, dan apa yang menyebabkannya adalah lengan kirinya yang terjatuh ke tanah.
Apa yang menyadarkannya bukanlah rasa sakit, tetapi rasa kengerian yang dingin.
“Guh…!”
Ia melompat ke belakang, berusaha menjaga jarak antara dirinya dan Vektor.
Percikan darah dari lengan kirinya bercucuran di pilar batu.
—Apa – apaan ini?
Ia mengarahkan pedangnya padaku, dan kesadaranku dipaksa menghilang …?
Bercouli
mengangkat kedua jarinya yang menggenggam gagang Time Piercing Sword
untuk menyembuhkan luka, memeras otak secepat mungkin. Healing Art yang
tak dilafalkan dengan cepat menghentikan percikan darah dengan bekas
cahaya kebiruan. Akan tetapi, tak ada cukup Sacred Energy di bebatuan
sekitar sini untuk menyambungkan lengan miliknya.
—Bagaimana aku menghadapi musuh seperti ini?
Armament
Full Control Art «Time Piercing Sword • Empty Slash» miliknya tak
efektif. Incarnation yang ada pada tebasan akan dihisap oleh musuh.
Pilihan
terakhir miliknya adalah menggunakan Release Recollection Art «Arcane
Slash». Tetapi jika ia menggunakan teknik itu lagi, ia harus mendapatkan
saat yang tepat. Pertama, musuh tak boleh mengganggu serangannya.
Kedua, harus sangat akurat …
Bercouli menyeka keringat yang ada di dahinya dengan cepat.
Lalu, ia menyadari.
—Aku sangat putus asa.
Entah mengapa, aku tak punya hal lagi yang bisa diandalkan.
Dengan kata lain, disinilah aku akan mati. Serangan selanjutnya mungkin akan menyebabkanku mati.
“… Heh.”
Setelah menyadari kondisinya, ketimbang berkerut, Komandan Integrity Knight Bercouli Synthesis One malah menyeringai.
Matanya berpaling dari Kaisar Vektor menuju Knight emas yang pingsan dibalik Kaisar Vektor— Alice Synthesis Thirty.
—Nona Kecil.
Aku
masih belum bisa memberi apa yang kamu inginkan, Nona Kecil. Aku belum
bisa memberikan kasih sayang seorang ayah. Karena, aku sendiri juga tak
bisa mengingat apapun mengenai orang tuaku.
Tetapi, ada satu hal yang pasti.
Mereka yang disebut orang tua pasti akan melindungi anak mereka.
“Bajingan sepertimu … tak akan bisa mengerti, dasar monster!!”
Bercouli menjejak pilar dan maju kedepan.
Tanpa menyiapkan rencana, ia mengisi segala sesuatu yang ada dalam dirinya menuju pedang, si Knight tertua tersebut berlari.
***
“Ga… Hah…”
Batuk darah keluar dari mulutnya dan tumpah ke tanah yang ia pijak.
Asuna
masih tetap berdiri, bahkan jika ia hanya bisa menggenggam Rapier di
tangan kanannya. . Setelah menahan gelombang tombak ketiga dan keempat,
ia terluka sepuluh kali lipat di seluruh tubuh. Armor dan pakaian
mutiara putih miliknya kini robek dan darah ada dimana – mana.
Setelah
menerima serangan langsung dari tombak hingga membuat lubang di
tubuhnya, sungguh heran mengapa ia masih bisa bergerak. Faktanya, HP
miliknya yang sangat banyak tidak menurunkan kekuatan miliknya.
—Tubuh ini akan tewas jika hatiku lengah.
Jadi, aku harus tetap berdiri.
Seluruh tubuhnya telah mati rasa. Hanya rasa panas yang menyelimuti seluruh indranya, hingga membuat pandangannya agak kabur.
Gelombang pasukan tombak kelima mulai muncul di pandangannnya yang kabur, lalu ia mencabut Rapier miliknya dari tanah.
Ia
sudah tak bisa menghindar secara langsung. Ia hanya bisa menghentikan
tombak dengan tubuhnya lalu melancarkan serangan sword skills.
Rapier
seberat bulu milik Asuna kini seolah menjadi cukup berat di
genggamannya, tetapi kini ia mengangkatnya dengan kedua tangan, menunggu
kedatangan musuh.
“—Go!!”
Tanah berguncang, 20 orang pengguna tombak mulai melaju.
Boom, boom, boom boom boom boom…
Dalam suara langkah kaki, suara bergema terdengar dari suatu tempat.
Mata Asuna terangkat ke atas.
Dari langit merah, garis – garis mulai berjatuhan. Garis tersebut seperti kode digital.
—Bala bantuan… untuk musuh…?
“…… Ahh……”
Dalam jeritannya, ia merasa sangat khawatir dan ketakutan.
Tetapi—
Warna garis tersebut bukanlah warna crimson, tetapi biru tua seperti warna langit fajar.
Asuna tak bisa melihat warna tersebut, ia hanya menyaksikan dengan kedua matanya, menunggu apa yang akan terjadi.
Garis
– garis tersebut berhentii sepuluh meter di atas tanah; kode digital
tersebut mulai memadat dan bercahaya, menjadi sosok manusia.
Voom.
Udara bertiup, dan sosok – sosok tersebut mulai berputar. Seperti angin tornado, sosok tersebut akhirnya turun.
Tepat dibawahnya, ke 20 pengguna tombak berhenti dan juga menatap atas seperti orang bodoh.
Tornado biru tersebut mendarat di tengah formasi musuh.
Kemudian, pasukan crimson berhamburan.
Darah. Pasukan musuh yang terkena tornado tersebut terpotong – potong, darahnya tertiup angin ke berbagai arah.
Akhirnya, di tengah pasukan tombak yang tewas, tornado tersebut mulai melambat dan membentuk sosok manusia.
Sosok
tersebut memunggungi Asuna, tubuhnya langsing namun tinggi. Ia
mengenakan armor khas jepang. Tangan kirinya menggenggam sarung pedang
di pinggang, dan tangan kanannya menggenggam pedang panjang, bukan,
sebuah katana, yang kini ia acungkan ke depan musuh.
Asuna telah melihat serangan itu sebelumnya, di dunia lain.
Sebuah Sword Skill.
Serangan berat senjata katana— «Tsumujiguruma».
Sosok tersebut akhirnya berdiri, memanggul katana miliknya ke punggung, lalu ia memandang Asuna.
Dibawah bandana miliknya, wajah agak berjanggut menyeringai padanya.
“Hei, maaf membuatmu menunggu, Asuna.”
“K… lein…?”
Asuna tak bisa mendengar suaranya sendiri.
Tiba
– tiba, getaran yang sama juga terdengar di seluruh langit. Meskipun
efek suara yang ditimbulkan hampir sama ketika pemain Amerika muncul,
namun bagi Asuna, suara ini adalah suara malaikat yang akan turun.
Lalu ribuan cahaya biru kode digital mulai turun satu persatu dari langit merah. ***
Terpotong.
Kesadaran menghilang.
Rasa sakit menmuatnya terbangun.
Bercouli telah lupa berapa banyak ia telah melalui proses tersebut.
Melalui
pertarungan ini, Kaisar Vektor tak pernah memberikan serangan fatal.
Tetapi Bercouli tahu jika darah yang mengalir dari luka – lukanya,
adalah Life miliknya yang semakin menghilang.
Tetapi karena
kekuatan imajinasi yang ia kuasai selama dua ratus tahunan, ia berhasil
mengusir rasa takut dan kengerian miliknya, ia hanya memikirkan satu hal
dalam pikirannya.
Menghitung.
Lebih tepatnya menghitung waktu.
Bercouli
memiliki kemampuan khusus untuk mengkonfirmasi waktu menggunakan
pikirannya, dan sekarang ia bergantung pada kemampuan tersebut lalu
mengingatnya. Bahkan ketika pikirannya menghilang karena pedang Kaisar,
ia masih tetap menghitung dalam bawah sadar.
—Empat ratus delapan puluh tujuh.
—Empat ratus delapan puluh delapan.
Bercouli menghitung sambil meluncurkan serangan yang tak berarti.
“… Teknik pedang milikmu … sepertinya tak berhasil menggoresku … wahai komandan.”
— Empat ratus sembilan puluh lima.
“Kau tak akan mampu membunuhku dengan teknik pedang seperti itu ….”
— Empat ratus sembilan puluh delapan.
“Lihat ini, aku masih belum selesai.!”
Sambil berteriak, ia mengayunkan pedangnya ke depan.
—Lima ratus.
Pedangnya menyentuh pedang Kaisar.
Incarnation terhisap, pikirannya buyar.
Ketika ia sadar, ia telah berlutut, darah menetes dari pipi kirinya.
—Lima ratus depalan.
Hampir sampai, kumohon bertahanlah.
Bercouli berdiri kesulitan, dan memandang Kaisar yang ada di belakangnya.
Pandangan
jijik muncul pada wajah tak berekspresi miliknya. Alasannya adalah
ketika ia menebas pipi Bercouli, darah miliknya menyiprat di pipi
Vektor.
Vector mengelap noda tersebut dan berguman.
“… Sudah cukup.”
Ia mengambil langkah ke depan menuju genangan darah yang diciptakan Bercouli.
“Jiwamu terlalu berat. Terlalu kental. Terasa di lidahku. Dan kini membosankan, kau hanya berpikir untuk membunuhku.”
Kaisar berkata dengan nada datar, lalu mengambil satu langkah lagi ke depan.
“Matilah.”
Terangkat pelan, pedang hitam memunculkan cahaya menyilaukan.
Ekspresi Bercouli tidak berubah, tetapi ia menggeramkan giginya.
—Sedikit lagi. Tinggal tiga puluh detik.
“Heh… Jangan berkata seperti itu. Aku masih bisa … menahannya.”
Komandan Knight mengambil langkah ke depan, dan dengan gemetaran ia mengangkat pedang panjang miliknya.
“Kemana kau akan.... pergi. Kemana kau akan melangkah. Oh, disana…?”
Dengan cahaya redup di matanya, Komandan Knight mengayunkan pedangnya.
Clog. Ia menebaskan pedang ke suatu arah, lalu semakin gemetar.
“Ah… Ataukah … disini…?”
Ia
melancarkan tebasan lain walaupun agak lemah. Lalu, ia menyeret kakinya
yang mati rasa, Bercouli menebas ke arah secara acak.
Kerena pandangannya mulai buram karena kehilangan banyak darah, pikirannya juga menjadi kabur— ia sudah tahu akan hal ini.
Akan tetapi, ini adalah tindakan terakhir milik Komandan Knight.
Mata biru miliknya yang sudah kehilangan cahaya hanya berfokus pada satu hal.
Jejak kaki.
Hampir
sepuluh menit melakukan serangan tak berarti, Bercouli telah
menumpahkan darahnya ke bebatuan yang ada di kakinya. Meskipun tidak
luas tetapi dua jejak kaki bisa terlihat jelas, ada jejak sepatu milik
Kaisar Vektor dan sandal kulit milik Komandan Knight, bisa terlihat
jelas dan mudah dibedakan.
Dengan kata lain, ini adalah jejak pergerakan keduanya.
Walaupun
begitu, Bercouli telah mencari jejak kaki milik Kaisar yang telah
mengering ketika ia menebas lengan Bercouli sepuluh menit lalu.
Setelahnya, Bercouli mulai menghitung meskipun tak sadar.
Itu
berarti, ia bisa mengetahui kemana Kaisar Vektor bergerak sepuluh menit
lalu. Lalu, jejak kaki yang ia buat berhasil merekam kemana ia melaju,
dan dimana ia berhenti.
—Lima ratus depapan puluh sembilan.
—Lima ratus sembilan puluh.
“Oh… Aku menemukanmu …”
Bercouli bergumam, semakin gemetaran ketika ia mengayunkan Time Piercing Sword.
Ini adalah serangan terakhirnya.
Baik itu pedang maupun pemiliknya, keduanya telah mencapai batas Life mereka.
Dan Bercouli semakin kelelahan, ia mengaktifkan Release Recollection Art milik Divine Instrument-nya, Time Piercing Sword.
«Time Piercing Sword • Arcane Slash».
Kebalikan teknik «Empty Slash» yang bisa menebas masa depan, teknik «Arcane Slash» bisa menebas masa lalu.
Dalam Main Visualizer dari Underworld, pergerakan semua manusia telah direkam selama enam ratus detik, atau sepuluh menit.
Time
Piercing Sword bisa merusak rekaman ini, menyebabkan sistem salah
mengenali lokasi seorang manusia saat ini menjadi lokasi masa lalu.
Sebagai
hasilnya, pedang yang tadi dilancarkan bisa berpindah ke tubuh
seseorang yang ada di masa lalu. Tak bisa dihindari, tak bisa diblokir,
sesuai namanya, teknik ini seolah mempecundangi teknik pedang lain dan
kerja keras seorang swordsmen.
Itulah sebabnya Bercouli selalu
berpikir dua kali sebelum mengaktifkan «Arcane Slash». Ketika bertarung
melawan Eugeo, walaupun terkena Release Recollection Art dari Blue Rose
Sword, ia memutuskan tak akan menggunakan teknik ini karena ia bisa
menang dengan mudah. Ia tahu jika Pemimpin tetua Chudelkin akan
menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap Gereja
Axiom.
Tetapi karena lawannya Kaisar Vektor yang memiliki kekuatan melebihi dirinya, ia tak perlu berpikir dua kali.
Ketika
Kaisar Vektor turun dari naganya, Bercouli mengambil keuntungan tentang
fakta bahwa musuhnya hanya terbang lurus dengan kecepatan tetap
sehingga ia bisa mengetahui lokasi terbang sepuluh menit sebelumnya.
Namun, karena jarak dekat, ia harus benar – benar memastikan lokasinya
dengan sangat tepat.
Tentu saja, jika ia bisa mengingat lokasi
musuh sepuluh menit lalu, ia bisa mengaktifkan teknik ini. Tetapi
menggunakan cara tersebut, jika pengaktifan teknik pedang miliknya
terganggu oleh musuh, akan menjadi sulit untuk menghitung sepuluh menit
lagi.
—Tepat seperti ini.
“Kau kelihatan mengincar sesuatu.”
Kaisar
Vektor mendekat, dan Bercouli dipaksa menghindari Incarnation berwarna
biru gelap dari pedang panjang musuh. Seperti itu, «sepuluh menit masa
lalu» yang telah ia rekam menghilang selamanya.
—Aku melewatkan kesempatanku.
Bercouli sekali lagi menyiapkan Time Piercing Sword miliknya yang akan mengaktifkan Release Recollection.
Ia berada di ujung tanduk.
Karena
Kaisar telah menyadari jika ia mengincar sesuatu, ia akan langsung
mengaktifkan serangan terakhir miliknya. Kenyataannya, cahaya
Incarnation pedang panjang milik Vektor telah melaju ke arah Bercouli.
Berusaha melawannya, Komandan Knight berusaha menghindar sekuat tenaga.
Berguling.
Berguling, berguling, dan terjatuh. Ia tahu sejak lama jika ia akan menjumpai maut dengan cara sulit.
Tiga kali, empat kali.
Tepat pada serangan kelima, Bercouli berhasil menghindari semua serangan.
Tetapi setelahnya, cahaya kebiruan berhasil menyentuh tubuhnya.
Kesadarannya berhasil menghilang.
Ketika Bercouli membuka matanya lagi, apa yang ia lihat adalah pedang panjang Vektor yang menembus kedalam perutnya.
Dengan suara whoosh, pedang tersebut tertarik, sisa – sisa Life milik Komandan Knight menyembur lagi.
Ketika ia terjatuh ke belakang, ia melihat—
Sosok naga yang terbang tinggi di langit, kini melaju ke bawah dengan kecepatan mengerikan.
—Hoshigami.
Hei, kau kusuruh berjaga kan? Mengapa kau menentang perintahku, kau tak pernah melakukan hal ini sebelumnya, benar kan?
Sang naga membuka lebar mulutnya, api kebiruan mulai menyembur.
Melawan
serangan seperti itu yang berhasil memusnahkan ribuan pasukan, Kaisar
Vektor kini merentangkan tangan kirinya dan menangkapnya.
Armor hitam yang ada di tangannya berhasil memantulkan api ke segala arah. Api berhamburan ke segala arah.
Pedang
di tangan Kaisar menembakkan cahaya biru gelap sekali lagi, menembus
api biru dan menusuk tepat ke kepala Hoshigami. Naga Bercouli menerima
teknik pedang berkekuatan penuh yang berhasil mengontrol naga Dark
Knight Order sebelumnya— tetapi gerakannya tidak terhenti.
Kebalikannya,
Hoshigami mengubah seluruh Life miliknya menjadi sinar putih yang
ditembakkan dari sayapnya, langsung ke arah Kaisar berada.
Rasa
jijik muncul lagi dari wajah Kaisar; ia mengangkat pedangnya tinggi –
tinggi dan dan menusukkan tusukan menuju rahang sang naga, berusaha
menghancurkannya. Cahaya gelap menyelimutinya, menghisap Life sang naga
dan menghancurkan tubuhnya berkeping - keping.
Hoshigami telah memberikan Life miliknya untuk mengalihkan perhatian Kaisar selama tujuh detik—
Bercouli tak akan menyia – nyiakan kesempatan tersebut.
Komandan
Knight bisa merasakan nafas terakhir milik naga tersayangnya yang telah
menghabiskan seluruh hidupnya bersama Bercouli lalu mengayunkan Release
Recollection Time Piercing Sword tinggi – tinggi.
Teknik untuk mengingat “posisi musuh sepuluh menit lalu” hanya bisa diaktifkan setiap sepuluh menit sekali.
Namun, rekaman pergerakan yang ada di tanah bisa menunjukkan posisi musuh sepuluh menit sebelumnya.
Tujuh
detik setelah Bercouli menatap posisi dimana ia tidak bisa melakukan
serangannya, jejak kaki Kaisar bisa terlihat, ia lalu meluncurkan
serangannya.
Ada karakteristik lain pada teknik «Time Piercing Sword • Arcane Slash».
Dengan
memasuki system secara langsung, kekuatan pedang ini bisa “menghapus
nilai Life dari target yang akan ditebas”. Terlebih lagi, serangan ini
tak akan bisa ditahan bahkan oleh sebuah Incarnation.
Benar, kemampuan Kaisar Vektor untuk menonaktifkan dan menghisap semua serangan Incarnation tak akan bisa diaktifkan.
Terus, nilai Life tak terbatas milik Vektor langsung terubah menjadi nol.
Sebagai hasilnya, tubuh Kaisar langsung terpotong dari bahu hingga pinggang kanannya.
Bahkan
ketika tubuhnya terpotong menjadi dua, ekspresi wajah Kaisar Vektor
masih tetap pucat tanpa ekspresi. Mata birunya hanya menatap kosong
menuju langit.
Sesaat setelah tubuh atasnya mendarat ke tanah, di sekitar dadanya, cahaya hitam menyembur, menciptakan ledakan tak bersuara.
Setelah ledakan berhenti, tak tersisa jejak tubuh maupun keberadaan Kaisar Vektor.
Sedetik kemudian, Time Piercing Sword yang telah kehabisan Life hancur menjadi debu dengan suara menyedihkan. ***
…begitu hangat.
Aku ingin berada disini lebih lama.
Terbangun dari tidurnya, Integrity Knight Alice tersenyum kecil ketika masih diantara batas bangun dan tidur.
Menghalau sinar matahari.
Ia mulai berdiri dengan kedua kakinya.
Sebuah tangan dengan lembut membelai rambutnya.
………Ayah.
Sudah
berapa lama ia berbaring disini? Ia telah lama merindukan masa – masa
tenang seperti ini … Perasaan terlindungi, tak mengkhawatirkan apapun.
Ahh… Tapi, sudah saatnya untuk bangun.
Lalu, Integrity Knight Alice membuka kelopak matanya.
Yang muncul di depan matanya adalah sosok swordsman berumur, matanya menyipit ketika ia memandang Alice.
Di wajah dan dadanya, terdapat bekas luka. Luka tersebut kini bertambah karena luka yang kini bertambah.
“……… Paman?”
Alice berbisik, akhirnya ia benar – benar sadar.
—Benar, aku telah diculik Kaisar Vektor. Beneran nih, aku benar – benar ceroboh, aku maju tanpa berpikir panjang.
Tetapi
seperti prediksi Paman, bahkan ketika aku tertangkap oleh musuh, ia
akan menyelamatkanku. Selama orang ini ada disini, aku bisa merasa aman.
Tersenyum lagi, Alice berdiri. Ia menyadari luka yang ada di wajah dan dada Komandan Knight, ia menghembuskan nafas lega.
Lengan kirinya terpotong dari atas bahu. Jubah miliknya berlumuran darah kering. Dan dibawah dadanya, luka mengerikan berada.
“P… Paman… !! Paman Bercouli!!”
Alice berteriak dan mengulurkan kedua tangannya, jari milik Alice menyentuh pipi Komandan Knight Bercouli.
Lalu ia menyadari jika Knight tertua di dunia ini telah menghabiskan Life miliknya.
***
… Aw, jangan menangis seperti itu Nona Kecil.
Kematian pasti akan datang, hanya saja datang sekarang, benar kan?
Komandan
Integrity Knight Bercouli Synthesis One berkata ramah ketika ia melihat
kebawah pada Alice yang memeluknya. Namun suaranya tak bisa keluar.
…Nona Kecil, jika ini kamu. Aku akan baik – baik saja. Bahkan jika sendirian, kamu akan bisa terus hidup.
Karena, kamu ini muridku.... putriku.
Pemandangan
dibawah kini meninggalkan mata Bercouli. Membuat senyum terakhir pada
murid kesayangannya, matanya kini menatap langit utara di kejauhan.
Ia memikirkan seorang knight wanita lain yang ada jauh disana..
Ia
tak tahu apakah mereka akan sukses atau tidak, tetapi saat ini, hati
miliknya terisi oleh perasaan mendalam setelah menemui ujung hidupnya
yang mana ia pikir akan hidup abadi.
… Yah,tak begitu buruk kok, benar kan?
“Ya, kau harus bersyukur karena ada orang – orang yang menangis untukmu.”
Ketika ia menoleh menuju sumber suara, ia melihat seorang gadis melayang disana, tubuh telanjangnya tertutupi rambut perak.
“… Hei, jadi kau masih hidup.”
Bercouli mengangkat bahunya, dan Pemimpin Tertinggi Administrator berkedip dan tersenyum.
“Tetapi
itu tak mungkin, benar kan? Bisa muncul dihadapanmu, aku ini ingatan
dalam dirimu. ‘Aku’ Cuma ingatan Administrator yang tersimpan dalam
jiwamu.”
“Hmm, aku masih tidak begitu paham … tetapi, jika kau ini ada dalam ingatanku. Aku senang kamu bisa tersenyum seperti ini.”
Bercouli
merespon sambil menyeringai, dan tiba – tiba disampingnya ada naga
tersayang milik Bercouli, Hoshigami. Ia menjulurkan leher panjangnya
menuju tubuh Bercouli.
Komandan Knight dengan lembut memegang leher peraknya. Lalu ia melompat bersama Pemimpin Tertinggi keatas.
“Apa
kamu membenciku?” Komandan Knight hanya bisa menggeleng. “Apakah kamu
tak membenciku yang telah membuatmu hidup abadi dan menghapus ingatanmu
berulang kali?”
Setelah beberapa saat, Bercouli menjawab.
“Meskipun memang benar dan cukup bosan, yah, hidup yang aku jalani cukup menyenangkan.”
“… Sungguh?.”
Berpaling pada jawaban Administrator, Bercouli menarik tali kekang Hoshigami.
Sang naga membentangkan sayap transparan miliknya, lalu perlahan terbang menuju langit luas.
***
Dibawah langit berbintang—
Di
tanah kering sekitar reruntuhan «Gerbang Besar Timur». Di sebelah timur
dan barat reruntuhan, sepuluh ribu pasukan Tanah Kegelapan yang
tertinggal dan empat ribu Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia telah
membentuk formasi, bersiap untuk saling serang.
Karena Kaisar
Vektor telah menghilang tanpa jejak, pasukan Tanah Kegelapan tak bisa
bergerak bebas. Pasukan Penjaga juga kebingungan sehingga mereka juga
tak bergerak.
Didekat reruntuhan gerbang hanya terdengar suara
angin, ada sosok knight wanita. Dia adalah Integrity Knight yang tinggal
untuk memimpin Pasukan utama, Fanatio Synthesis Two. Ia telah
memerintahkan Penjaga dan regu Ascetics untuk beristirahat akan
pertempuran yang akan terjadi, tetapi dirinya sendiri tak bisa tidur di
tenda. Sehingga ia berjalan sendiri di reruntuhan Gerbang Besar Timur.
Langit malam telah lama berlalu. Solus telah tenggelam di langit merah Tanah Kegelapan dan langit biru Kerajaan Manusia.
Lebih
dari satu setengah hari berlalu sejak pasukan pengecoh Kerajaan Manusia
berangkat menuju bagian selatan Tanah Kegelapan. Meskipun ia tahu
mengenai misi mereka tak akan mudah, ia harus menunggu disini.
Tepat ketika Fanatio menutup matanya, ingin berdoa pada ketiga dewi agar mereka bisa kembali dengan selamat—
Matanya terbuka mendadak.
Ia merasa pria yang ia cintai sedang berbicara di telinganya.
—Maaf, Fanatio. Tampaknya kita tak akan bisa bertemu lagi.
—Aku menyerahkan sisanya padamu. Biarkan anak itu hidup bahagia …
Belum
lama ini, Fanatio telah mendengar perkataan yang sama. Itu adalah
perkataan ketika Komandan Knight Bercouli hendak bernagkat.
Berpakaian armor silver, tangan Fanatio menyentuh perutnya dengan lembut.
Nyawa
baru yang ada di tubuhnya adalah sesuatu yang terjadi tiga bulan lalu.
Bercouli, yang mana telah pergi selama lebih dari seratus tahun tanpa
menyentuh Fanatio, ia mungkin telah memprediksinya ketika ia melanggar
taboo.
Memprediksi kematiannya sendiri.
Merasakan jika
Life milik Komandan Knight Bercouli telah menghilang di kejauhan sana,
Fanatio perlahan tertunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Tak bisa menahan, ia terisak.
Alasan mengapa Bercouli selalu menjauh dari Fanatio maupun perempuan lain, ia pernah mendengarnya dahulu kala.
Pria
dan wanita di Kerajaan Manusia hanya bisa menikah dibawah pengawasan
pendeta Gereja Axiom, dan hanya bisa membuat seorang anak melalui sebuah
kontrak. Namun seorang Integrity Knights berperan juga sebagai seorang
pendeta dan tak memerlukan pesta pernikahan. Mereka hanya harus
bersumpah saling mencintai, berbagi ranjang, dan bisa memiliki seorang
keturunan.
Namun anak ini akan menua dan tewas ketimbang orang
tuanya karena Life mereka telah dibekukan. Bahkan, mengijinkan anak ini
mengalami hal yang sama bahkan lebih kejam dari tindakan Pemimpin
tertinggi.
Meskipun begitu, karena Pemimpin Tertinggi telah
meninggal, Bercouli akhirnya menerima perasaan Fanatio. Maka, ia
memutuskan untuk melindungi anak ini dan membuatnya terus hidup sampai
ajal menjemput.
Maka—
“… Beristirahatlah dengan tenang,
Bercouli. Aku akan membesarkan anak ini. Aku akan membuatnya menjadi
seorang pria yang kuat seperti dirimu.”
Menghentikan isak tangisnya, Fanatio membuat keputusan.
—Tetapi sekarang ini.
Sekarang ini, biarkan aku menangis.
Terjatuh
ke tanah, Fanatio menggenggam butiran pasir bekas jejak kaku Komandan
Knight Bercouli, lalu menangis tanpa menahan diri.
Bagian 5
“Meskipun aku tak memiliki masalah dengan kalian …”
Mengacungkan katana merahnya pada pasukan crimson, pedang miliknya bergetar di penjuru reruntuhan.
“Aku
akan membalas kalian karena telah melukai temanku. Aku akan membalas
tiga kali lipat … Tidak, aku akan membalas ribuan kali lipat sialan!!”
Tepat
setelah berteriak, ia melaju ke arah musuh. Asuna begitu kebingungan
hingga ia melupakan rasa sakit yang ada di perutnya. Tiba – tiba, garis
kode lain muncul disebelah Klein, membentuk sosok manusia.
Sosoknya begitu besar, seorang pria berkulit coklat dan menggenggam kapak besar.
“… Agil-san!!”
Asuna memanggil namanya.
Ketika
“si penjual”, yang pernah menyediakan persediaan pertempuran bagi
pemain atas SAO, menoleh pada Asuna, ia mengacungkan jempolnya ke atas
udara sambil tersenyum.
Setelahnya, ia berbalik dan mengejar Klein yang telah berlari.
Orang ketiga dan keempat muncul dihadapan Asuna.
Seorang
gadis berambut pendek, mengenakan pakaian merah kecoklatan serta
pelindung dada berwarna perak, ia juga menggunakan palu perak yang
menggantung di pinggangnya.
Selanjutnya, seorang gadis kecil yang mengenakan pakaian dan tunik biru laut, rambutnya diikat twin tail.
“— Liz!! Silica-chan!!”
Kedua mata Asuna terisi air mata.
Kekuatan meninggalkan tubuhnya. Sambil tetap di posisi semula, Asuna membuka kedua tangannya pada temannya yang ia sayangi.
“Kalian… Kalian telah datang…”
“Tentu dong kami datang!”
“Beneran”
Menjawab
pada saat yang sama, Lisbeth dan Silica menggenggam tangan kanan dan
kiri milik Asuna lalu memeluknya. Ekspresi keduanya juga menjadi
terharu.
“— Selalu memaksakan diri … kau berdarah tahu … kau terlalu sok kuat, Asuna.”
“Serahkan sisanya pada kami, yang lainnya juga datang lho.”
Merasakan pelukan dari Lisbeth dan Silica, Asuna merasakan jika rasa sakit pada luka – lukanya berubah menjadi rasa hangat.
“Terima kasih… Terima kasih …”
Tertutupi cucuran air mata, Asuna melihat hujan garis digital yang memasuki pertempuran ini.
Yang muncul disana adalah ribuan swordsmen yang memakai armor yang sama.
“Musuh yang berarmor merah adalah musuh kita!”
“Pasukan, serang! Pukul mundur musuh!”
“Para Penjaga, mundurlah sementara dan sembuhkan luka kalian!”
Setelah
mendarat, mereka mulai berteriak dalam bahasa Underworld, bukan, bahasa
Jepang — mereka mengangkat pedang, kapak, dan tombak lalu mulai melaju
ke depan.
Menilai dari kemampuan bertarung individu dan mengerti cara bekerja sama, mereka kemungkinan adalah para pemain veteran VRMMO.
—Jadi seperti itu.
Asuna akhirnya menyadari situasi yang muncul dihadapan matanya.
Karena
pemain Amerika muncul di medan peperangan ini, ratio akselerasi
Underworld mungkin telah diubah oleh penyerang menjadi 1:1. Dengan kata
lain, sangat memungkinkan untuk Dive menggunakan AmuSpheres dari Jepang.
Tetapi menilai dari equipment serta senjata, tampaknya mereka tidak menggunakan akun default Penjaga.
Itu berarti— mereka mengkonvert akunnya.
Tak salah lagi jika mereka mengubah karakter mereka — karakter yang telah lama mereka latih — ke dalam Underworld.
Tampaknya
mereka tidak tahu apakah mereka bisa kembali ke dunia VRMMO asal
mereka. Alasannya adalah— kondisi Underworld itu sendiri, mungkin saja
karakter mereka akan hancur ketika mereka tewas, namun mereka …!
“Semuanya… Maaf… Aku minta maaf …”
Dengan suara separo menangis, Asuna meminta maaf pada kedua temannya dan kepada para swordsmen yang telah maju ke garis depan.
“Kamu ngomong apa sih, Asuna?”
Perkataan Lisbeth terisi oleh ketetapan hati.
“Alasan kamu berhasil sukses di SAO dan ALO adalah karena kami yakin jika kami suatu hari akan menyelamatkan dunia ini.”
“Yeah… benar… terima kasih semuanya…”
Berbisik berterima kasih, Asuna mengangguk.
Akan
tetapi, ada satu hal yang mengganjal. Bagaimana Liz dan lainnya yang
ada di sunia nyata tahu mengenai kondisi Underworld dan mencari bala
bantuan? Tak mungkin Kikuoka dan Higa, karena mereka berdua berada di
ruang sub kontrol Ocean Turtle.
“Hei Liz, Silica-chan. Siapa orang yang membawa kalian kesini …?”
Pada pertanyaan Asuna, mereka berdua saling pandang dan tersenyum.
“Tunggu, Asuna, bukankah sudah jelas?!”
“Tentu saja Yui-chan! Ia telah berusaha sangat keras menjelaskan kondisi Underworld dan penduduknya!”
Ketika mendengar kata – kata tersebut, hatinya bergetar dan air mata semakin menuruni pipinya.
Yui.
Terlahir sebagai Top-Down AI dalam SAO, putri Asuna dan Kirito. Ya…
pastilah Yui yang memberi tahu mereka. Ia menyadari rencana musuh yang
tak bisa diprediksi oleh Asuna, Kikuoka, dan yang lain, ia pasti
mengambil tindakan.
“……… Terima kasih, Yui-chan.”
Sambil bersyukur, lengan kirinya yang terluka telah sembuh dan luka di seluruh tubuhnya langsung hilang begitu ia berdiri.
Pada saat itu, suara lemah terdengar dari belakang.
“Um… Asuna-sama? Orang – orang ini… atau para knight ini adalah …”
Integrity Knight Renri berdiri disana dengan pandangan heran. Dibelakangnya para Penjaga juga memiliki ekspresi yang sama.
Asuna, setelah menatap Renri, Lisbeth, dan yang lain kemudian tersenyum dan membalas.
“Teman - temanku. Mereka datang dari Dunia Nyata untuk menolong kita.”
Renri berkedip beberapa kali, lalu menatap Lisbeth dan Silica—
Ekspresi lega muncul dari wajahnya.
“…Jadi
begitu… aku sungguh bersyukur. Aku kira semua orang yang datang dari
Dunia Nyata adalah orang – orang menyeramkan, tidak seperti Asuna-sama
…”
“Hei, tak mungkin!!”
Sambil tersenyum marah dan teriakan mengintimidasi, Lisbeth menepuk pundak Renri.
“Aku Lisbeth. Salam kenal, Knight-kun.”
“Ah… Y… Ya. Namaku Renri. Salam kenal.”
Asuna yang menyaksikan pemandangan ini sambil tersenyum.
Ia, selama masih hidup tak akan melupakan pemandangan ini.
Momen
ketika orang – orang yang terlahir dari dua dunia yang berbeda saling
sapa dan menjalin persahabatan. Kisah ini akan berlanjut hingga masa
depan nanti.
Asuna mengambil nafas dalam, mengubah nada bicaranya dan bertanya pada Lisbeth.
“Liz, berapa orang yang mengubah akun?”
“Ah, yah, sekitar dua ribuan mungkin. Aku mencoba sebisaku, tetapi… aku masih tak bisa membujuk semua orang …”
Asuna memuji temannya.
“Ini
lebih dari cukup. Tetapi… untuk bisa mengkonvert akun mereka lagi, kita
harus mencegah jatuhnya korban sebanyak mungkin. Jangan terlalu
memaksa, mundurlah untuk pengobatan. Liz dan Silica-chan, bawalah dua
ratus penjaga mundur dan bantu tim pendukung.”
Mengganti kekhawatirannya akan pertempuran, Asuna memberikan perintah pada Renri dan Para Penjaga.
“Kalian
semua, meskipun cukup sulit, kumohon mundur dulu menuju tim Ascetics
dan gunakan Healing Arts. Para swordsmen dari Dunia Nyata tak begitu
akrab dengan Sacred Arts, jadi akan sangat membantu jika kalian
mengajari mereka cara bacanya.”
“Me… mengerti, Asuna-sama! Kalian dengar, Para Penjaga! Kita akan mendukung bala bantuan!”
Pada teriakan Renri, para Penjaga yang kelelahan akibat bertempur kini merespon secara kompak.
“… Lalu apa yang akan kamu lakukan, Asuna-san?”
Pada pertanyaan Silica, Asuna berkedip.
“Tentu saja aku akan menyerang garis depan.”
Aku sudah tidak merasa kehilangan.
Melaju
kedepan sana, ia menenali beberapa wajah dari ALO — ada Penguasa Sylph
Sakuya, Penguasa Cait Sith Alicia, Jendral Salamander Eugene, dan
lainnya, mereka berusaha keras memukul mundur musuh.
Mereka tak hanya mengubah akun mereka dari ALO.
Pemain
yang mendukung para swordsmen sambil menembakkan anak panah dengan
cepat dan sangat tepat kemungkinan adalah pemain Gun Gale Online,
seperti Sinon.
Terlebih lagi, tim – tim yang saling kompak
melindungi satu sama lain sambil menyerang musuh, mereka seperti Guild
terkuat dari segala macam jenis VRMMO, mereka adalah anggota «Sleeping
Knights».
Menyadari Asuna, si mage Siune tersenyum padanya. Ketika Asuna melambaikan tangannya, ia menahan air mata yang akan menetes.
Mereka
bersungguh – sungguh membantu meskipun sadar bisa kehilangan avatar
mereka. Lalu, karena ia sendiri dilindungi oleh sebuah Super Account, ia
harus meminimalkan jumlah korban sebanyak mungkin.
Asuna
berlari ke medan peperangan, memberikan perintah pada pasukan terdekat
untuk membentuk formasi oval di depan pintu masuk kuil.
Tetapi
tak peduli berapa kuat equipment dan status ke 2,000 pemain ini, masih
ada sekitar 10,000 pemain Amerika. Jika menghitung kasar, jumlah korban
pasti akan terus bertambah.
Terlebih lagi, masih ada hal lain yang mengganjal.
Rasa sakit yang tak bisa dihindari dalam Underworld.
Tak
seperti pemain Amerika yang telah tewas dan log out ketika merasakan
rasa sakit. Siklus para pemain jepang yang mendapat luka, mundur, dan
disembuhkan akan membuat mereka sengsara. Dan Asuna telah mengalaminya,
rasa sakit yang hampir merenggut semangatnya.
—Kumohon semuanya. Lakukan yang terbaik. Hingga 10.000 pemain ini musnah.
Jika
kita bisa melakukannya, maka kemungkinan para penyerang «Ocean Turtle»
akan gagal. Selanjutnya, kita hanya perlu mengurus Kaisar Vektor yang
sedang dikejar Komandan Knight Bercouli dan Sinon, lalu menyelamatkan
Alice.
Asuna mengangkat rapiernya ke depan lalu berteriak penuh semangat.
“Tak masalah … kita bisa menang! Jika kita berusaha, kita akan menang!!”
***
Hirono
Takashi, seorang pemain VRMMO asal Jepang bertanya pada dirinya
sendiri: Mengapa aku datang ke tempat seperti ini? Tak ada untungnya
kan.
Alasan mengapa ia menerima permintaan “terlalu mendadak”
dari ALO, membuatnya terbangun pada pukul 5:00 a.m. setelah ditelpon
temannya, bukan karena si gadis memohon maupun karena ia bersimpati.
Sejujurnya, ia percaya pada nyalinya sendiri.
Terlebih
lagi satu hal yang ingin ia ketahui, Dunia VRMMO macam apa yang
menggunakan dana negara? Hal lain seperti, Aku mendapat nilai penerimaan
masuk sekolah menengah atas paling buruk, jadi AmuSphere milikku pasti
akan segera disita. Dan sebagian dirinya— Mungkin akan ada ‘suatu’
kenyataan yang tak akan pernah aku temui dalam game yang pernah aku
mainkan.
Setelah Takashi mengubah karakter yang ia latih selama
dua tahun dan log in menuju server yang belum pernah ia dengar
sebelumnya, apa yang menunggu dihadapannya adalah pria besar memakai
armor merah, ia memaki – maki dalam bahasa Inggris sambil mengayunkan
senjatanya.
Ia melompat ke belakang dan hampir berteriak, tetapi
ujung senjata milik musuh menggores armor kaki kirinya, menerobos masuk
dan menusuk kulitnys sesaat. Ia tak pernah merasakan rasa sakit seperti
itu sejak ia terjatuh dari sepeda dan mematahkan tulang di sekolah
dasar.
Tak ada yang bilang akan menjadi seperti ini—!! Takashi
berteriak dalam kepalanya ketika mundur semakin ke belakang, entah
bagaimana ia berhasil menahan musuh dengan pedang sangat langka
miliknya, ia menuju ke samping ke tim pendukung ketika ia merasa agak
linglung karena darah mengucur dari kakinya.
—Cukup sudah. Aku akan log out!
Mengucapkan
hal seperti itu, Takashi kemudian disembuhkan oleh seorang gadis
pendeta yang seumuran, ia mengenakan pakaian berwarna biru langit.
Entah mengapa, ketika menatapnya, ia memiliki perasaan aneh.
“Aku akan mengobatimu secepatnya, tolong tahan sebentar Knight-sama.”
Si
gadis berbicara fasih, lalu menyentuhkan tangannya ke kaki kiri yang
terluka ringan — terluka parah menurut pandangan Takashi — lalu ia mulai
merapal. Melihatnya bersungguh – sungguh, Takashi berpikir sesaat bahwa
ia hanyalah seorang NPC.
Akan tetapi, ekspresi serius yang
tampak dalam mata abu – abu kecoklatan miliknya, sosok imut antara wajah
khas negara timur dan barat, dan kehangatan yang datang dari cahaya
putih yang muncul dari tangannya, membuat Takashi bingung apakah dia
seorang NPC ataukah pemain Jepang, tetapi ia adalah seorang penduduk
yang tinggal di dunia ini.
Tetapi apakah hal seperti ini benar –
benar nyata? Ia berbicara fasih dalam bahasa Jepang, tetapi apakah ia
orang Jepang ataukah seorang NPC. Siapa gadis ini sebenarnya?
Menyadari
kenyataan ketika ia merasa sakit saat tertusuk, Takashi kini melihat
kakinya yang telah sembuh oleh sihir gadis ini: ia tidak berada dalam
event sebuah game, tetapi dalam suatu keadaan yang sangat luar biasa.
“Baiklah sudah selesai Knight-sama.”
Ketika
si gadis mengangkat tangannya dengan sedikit ekspresi bangga, luka
kakinya kini benar – benar menghilang seutuhnya, hanya menyisahkan bekas
luka kecoklatan.
“Te… Terima kasih.”
Menggenggam lagi
pedangnya, Takashi akhirnya mengungkapkan rasa terima kasihnya. Oh,
apakah aku cocok kalau dipanggil seorang «Knight-sama»? ia berpikir,
rada geer. Namun wajahnya memerah, dan lidahnya menjadi mati rasa.
Ketika ia menyadarinya, ia telah melakukan tindakan yang tak pernah ia
bayangkan sebelumnya. Ia mengulurkan kedua tangannya dan dengan lembut
memeluk tubuh langsing si gadis.
Jika ini adalah sebuah dunia
VRMMO normal, tindakan Takashi akan disebut sebagai «Tindakan Tak Sopan
pada sebuah» dan ia akan mendapat sebuah peringatan.
Namun si
gadis hanya kaget atas pelukan Takashi, lalu mengambil nafas. Sedetik
kemudian, Takashi merasa lengan si gadis dengan agak canggung melingkari
tubuhnya dengan sedikit tekanan.
“Tak apa, Knight-sama dari atas langit.”
Dekat telinganya, suara yang terdengar cukup pelan namun pasti.
“Bahkan
sister dalam pelatihan seperti ku mampu melakukan tindakan sederhana
ini, aku cukup bersyukur dan bangga. Knight-sama, kamu bertempur lebih
banyak dan lebih berani. Ingatlah … kamu mengangkat pedangmu untuk
melindungi banyak orang, untuk melindungi dunia ini.”
Si gadis lalu dengan lembut menyentuhkan telapak tangannya ke punggung Takashi.
Baik
itu dunia nyata ataukah dunia virtual, Takashi belum pernah memeluk
seorang gadis sebelumnya. Namun jika ia memiliki seorang pacar di dunia
nyata, ia merasa tak akan pernah merasa emosional seperti saat ini.
Setelah berangan – angan, Takashi menetapkan tujuannya ketika tubuh mereka berpisah.
“Um… Bisakah kamu memberitahuku namamu?”
Noda merah tampak dalam wajah si sister, lalu ia mengangguk.
“Tentu… Namaku Frenica. Frenica Szeski.”
“Frenica…”
Namanya
terdengar agak asing, tetapi cara ia mengucapkannya sungguh fasih. Tak
seperti kebiasaanya, Takashi juga menyebutkan namanya sendiri. Bukan
nama karakternya, Velios. Tetapi nama aslinya, nama yang selalu tak ia
banggakan.
“… Namaku Takashi… Hirono Takashi… Um… Bisakah kita bertemu lagi, ketika perang selesai?”
Frenica mengangkat alisnya sedikit, tersenyum lembut lalu mengangguk.
“Tentu
saja, Knight Takashi-sama. Ketika perang selesai dan kedamaian terjadi,
kita akan bertemu. Aku akan berdoa pada ketiga Dewi agar kamu bisa
selamat.”
Frenica perlahan menarik tangan kiri Takashi dan membantunya berdiri.
Frenica
memberi hormat dan berlari menuju korban lain yang terluka. Ketika
Takashi melihat punggungnya, ia menyadari sesuatu: jika ia bertingkah
dengan bangga— seperti seorang knight dihadapannya, ia harus bisa
bertarung dengan berani sampai akhir. Dunia ini bukan lagi sebuah game,
tetapi kenyataan lain yang setara dengan dunia nyata dimana Takashi
lahir dan tumbuh.
Bahkan jika ia kehilangan HP, bukan, nyawanya,
lalu dipaksa keluar dari dunia ini, ia akan mengangkat dan menebaskan
pedangnya hingga saat – saat terakhir. Tak peduli berapa banyak luka
yang ia dapat. Ia tak akan bisa bertemu Frenica lagi jika ia gagal.
Takashi
berdiri dan berteriak “Baiklahhhhh!”, lalu ia berlari menuju garis
depan bukan untuk menjalankan quest, tetapi menjalankan kewajibannya.
Bab 21: Kebangkitan (Bulan Ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 1
“Kita berhasil … benar kan…?”
Higa Takeru berucap sambil meregangkan kedua tangannya yang kelelahan bekerja.
Meskipun
mengalami banyak kesulitan, ia telah berhasil mengubah kurang lebih
2.000 akun data yang telah ditransfer dari jaringan The Seed yang ada di
jepang menuju Underworld, hanya dalam waktu satu jam. Permukaan
keyboard masih memiliki bekas jari tangannya.
“Kita akhirnya berhasil.”
Professor Koujiro Rinko membalas pelan sambil melemparkan botol air kepada HIga.
Menerima
botol tersebut, Higa langsung memutar tutupnya dengan tangan kanana dan
langsung meneguknya. Cairan yang mengalir ke mulutnya terasa hangat,
tetapi cairan ini mengisi perutnya yang kosong.
Setelah menegug setengah botol, Higa menarik nafas dan menggelengkan kepalanya pelan.
“Serius nih… Kejadiaan ini membuatku agak khawatir …”
Setelah
diberi tahu oleh dua gadis SMA yang menyebut diri mereka Leafa dan
Sinon, yang mendadak menuju cabang Roppongi «RATH» mengatakan jika para
penyerang membuat orang – orang dari dunia nyata dive ke dalam
Underworld, pikiran Higa kosong selama lima detik penuh.
Terlebih
lagi, jika orang yang mengetahui semua ini adalah si top-down AI yang
terhubung ke terminal portable milik Yuuki Asuna, maka ia harus mengakui
jika ada celah dalam system miliknya.
Mereka lalu mengijinkan
kedua gadis ini, yang mana mengaku mengenal Letnan Kolonel Kikuoka, dan
dive kedalam Underworld menggunakan Super Accounts yang masih tersisa,
setelah menjelaskan semuanya, mereka dive bersama 2.000 orang pemain
VRMMO jepang menuju lokasi Asuna saat ini.
Jika mereka gagal
mengalahkan 50.000 pasukan pemain Amerika, maka Alice pasti akan jatuh
ke tangan musuh. Kenyataannya, Letnan Kolonel Kikuoka serta Kapten
Nakanishi yang akhirnya menyadari situasi ini lalu mempertimbangkan
untuk mengatur ulang dinding luar «Ocean Turtle» guna menghancurkan
antena satelit.
Akan tetapi, untuk sampai ke dinding luar,
mereka harus membuka dinding pengaman yang membagi bagian atas dan bawah
selama beberapa menit. Jika para penyerang menyadarinya, kemungkinan
mereka kehilangan ruang sub kontrol akan terjadi...
Terlebih
lagi, Kikuoka dan Higa telah mempercayakan semuanya pada satu hal: tiga
gadis SMA yang dive ke dalam Underworld menggunakan «Tiga Dewi», dan
para pemain VRMMO asal jepang yang dengan senang hati mau membantu
peperangan ini, meskipun tahu akan kehilangan akun mereka.
Dari
saat mereka menstabilkan koneksi, lebih dari setengah informasi rahasia
mengenai «Project Alicization» telah diketahui publik.
Tetapi itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan lagi.
Yang
perlu dikhawatirkan saat ini adalah kehilangan Alice, kemudian
dikontrol oleh industri militer Amerika, lalu kalah dalam zaman senjata
AI yang akan datang jika itu terjadi.
“Benar…”
Higa berbisik dan hampir tak terdengar, ia merobohkan tubuhnya ke kursi.
“Alice
bukanlah AI sederhana yang mengontrol UAV. Sekarang ini ia adalah
seorang manusia yang terlahir di dunia yang berbeda… Kau sudah
mengetahuinya kan… Kirigaya-kun?”
Matanya bergerak dari monitor
utama yang menampilkan bagian selatan Underworld menuju layar pojok yang
menunjukkan Fluctlight milik Kirigaya Kazuto.
Cahaya terang
seperti biasanya, memancar di tengah – tengah dinginnya kehampaan.
Kerusakan di pusat Fluctlight … Dirinya sendiri.
Tak kuasa melihat jendela tersebut. Higa menggerakkan kursor dan meminimizenya.
Kemudian, ketika ia hampir menekan tombol kiri mouse, jemarinya terhenti mendadak.
“Hm…?”
Menekan kacamata bundarnya, ia memastikan log aktivitas Fluctlight yang muncul di bawah jendela.
45
menit sebelumnya, log tersebut hanya berupa garis datar yang tidak
bergerak, kini ada sedikit puncak. Ia seketika menggerakkan kursornya
lagi dan menggeser log ke sebelah kiri. Ia melihat ada puncak yang lebih
tinggi sekitar 10 jam lalu.
“Uh… Um, Rinko-senpai. Bisakah kau kesini dan melihat yang ada di layar?”
“Bisakah berhenti memanggilku seperti itu?”
Professor Koujiro berdiri lalu melihat layar utama.
“Ini monitor Fluctlight milik Kirigaya-kun kan? … grafik apa itu?”
“Ia
seharusnya telah kehilangan kesadarannya, tetapi selama beberapa detik
grafik monitor ini menunjukkan sedikit aktivitas … atau sesuatu seperti
itu, tetapi.... itu seharusnya tak mungkin terjadi.”
“Bicaramu kurang kumengerti. —Mungkin ia mendapat dorongan dari luar?”
“Jika seperti itu, circuit yang memberikan stimulus masih tetap stabil. …Nah ayo kita lihat, pada waktu…”
Higa
mengklik ujung puncak grafik dan keterangan waktu yang muncul. Tetapi
bahkan jika ia melakukannya, kita tak akan tahu kapan itu terjadi di
dalam Underworld.
Pada saat itu—
“Tunggu sebentar.”
Professor Koujiro berbicara dengan nada sedikit cemas.
“Tepat
pada waktu itu. Bukankah saat para gadis masuk menggunakan STL? Puncak
grafik pertama adalah Asuna-san, dan puncak lainnya adalah Sinon-san dan
Leafa-san yang dive dari Roppongi…”
“Huh, beneran? …Whoa, benar ternyata.”
Higa
mengambil nafas dalam – dalam, garis – garis puncak yang muncul di
monitor pastilah saat gadis – gadis dive kedalam Underworld. Ini saja
masih sulit untuk memberikan penjelasan.
“Um, apa yang
sebenarnya terjadi …? Apakah itu reaksi yang wajar jika bertemu orang –
orang yang cukup dikenal? Tidak… luka Kirigaya-kun bukanlah sesuatu yang
bisa disembuhkan hanya dengan bertemu … pasti ada alasan lain … seperti
alasan yang masuk akal …”
Higa berdiri dari kursinya dan
berkeliling di depan konsol. Mungkin karena sedang mood, ia memandang
Kikouka yang duduk agak jauh serta para teknisi.
Tetapi Higa tidak terlalu memperhatikan mereka dan lanjut berpikir.
“Diri
sendiri… Sosok sendiri… sebuah gambaran yang mencerminkan jiwa orang
itu … mem-backup pola quantum seperti itu…? Tidak, tak mungkin …
Fluctlight milik Kirito-kun tak pernah di duplikat sebelumnya. Bahkan
jika sudah di duplikat, tak mungkin memisahkan jiwa tersebut dan
mengkopinya … sebuah pola dinamic quantum yang bisa menghubungkan ke
dalam Fluctlightnya…? Dimana… Dimana aku pernah melihatnya …”
“Hei… Hei, Higa-kun.”
Setelah namanya dipanggil beberapa kali, Higa akhirnya menoleh.
“Ada apa?”
“Apa maksudmu ketika kamu bilang jika Kirito ‘kehilangan jiwanya?”
“Erm… Yah, itu…”
Higa berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan tersebut:
“«Seseorang
yang melihat dan mengetahui»… dengan kata lain, ‘diri sendiri’ yang ada
di dalam hati yang paling dalam. Secara filosofi, kita menganggap ia
sebagai Subject, bukannya sebagai Object. Dia adalah prosesor utama yang
mengatur penerimaan rangsangan melalui indera - indera.”
“Oke…
Dengan kata lain, kau telah mematerialkan dua hal yang bertolak belakang
melalui STL. Yah, tak apa lah. Apa yang ingin aku tanyakan adalah,
bisakah kau memisahkan si Subject dan Object dengan mudah?”
“… Hah?”
Higa berkedip beberapa kali pada pertanyaan tak terduga ini.
Kikuoka
dan si teknisi tak berkata – kata. Di ruangan yang hanya ada suara
hembusan angin sistem pendingin ini. Suara serak Professor Koujiro
memecah kesunyian.
“Subject, seseorang yang mengenal. Object,
seseorang yang dikenal. Kedua kata tersebut hanyalah konsep filosofis
yang digunakan untuk menyatakan hubungan. Aku tak menyangka jika kamu
menerapkan konsep tersebut dalam sebuah kesadaran yang ditampilkan
sebagai Fluctlights. Manusia itu makhluk yang bersosialisasi, bukan
sosok penyendiri yang menghindari orang lain … Mereka saling terhubung,
seperti sebuah jaringan yang saling meluas. Bukanlah kau juga berpikir
seperti itu?”
“Dirimu… yang ada di… orang lain…”
Setelah berkata – kata, Higa menyadari jika konsep ini adalah salah satu dari hal – hal yang pernah ia lihat sebelumnya.
Bagaimana aku dipandang? Bagaimana aku dibandingkan dengan orang lain?
Bagaimana Koujiro Rinko memandangku?
Bagaimana jika aku dibandingkan dengan Kayaba Akihiko?
—Yeah…
—Aku
bahkan tidak mengenali diriku sendiri. Jika aku menggambarkan diriku
sendiri, hasilnya pasti seperti harapanku namun di lain pihak bukanlah
aku yang sesungguhnya. Itu karena aku telah menolak diriku sendiri—
diriku yang tak berguna, diriku yang tak akan pernah menyaingi
Kayaba-senpai dalam hal fisik maupun mental. Jadi begitu, Subject dalam
diriku hanyalah sebatas itu.
Yeah, mungkin levelku begitu rendah hingga kau mungkin bisa meniru gerak – gerik seorang «Higa Takeru».
Oke, aku mengakui, Higa berpikir sambil membuka mulutnya, lalu tersenyum—
Tiba pada kesimpulan seperti itu, Higa akhirnya sadar apa yang ingin Koujiro Rinko katakan.
“… Sebuah backup… diri sendiri.”
Ketika ia berucap, rasa malu muncul di wajah Higa ketika ia mendongak.
“Aku
paham… ada, ada kok! Data yang mampu mengembalikan Subject milik
Kirigaya-kun yang telah hilang! Itu ada di dalam Fluctlight milik orang –
orang yang dekat dengannya…!!”
Higa berteriak dan mulai dengan cepat kembali bekerja.
“Tetapi,
kita membutuhkan sebuah STL untuk mengekstrak data tersebut … Juga,
mengekstrak data tersebut dari satu orang akan cukup sulit hingga
mendapat data yang lebih lengkap … Kita butuh setidaknya dua, tidak …
kita butuh tiga… orang…”
Ia mengambil nafas dalam – dalam, lalu berhenti.
Seseorang
yang paling memahami Kirigaya Kazuto hingga hal – hal paling sepele
dalam jiwanya. Tak perlu ditanyakan lagi, dia adalah Yuuki Asuna— dan ia
kini sedang terhubung dengan STL disamping Kirito.
Terlebih lagi, dalam STL di kantor cabang Roppongi, ada dua gadis lain yang memiliki hubungan erat dengan Kirito.
Higa berbalik menuju Letnan Kolonel Kikuoka, dan berteriak:
“Kiku-san. Apakah anak – anak yang dive di Roppongi… memiliki hubungan dengan Kirigaya-kun?”
“… Ahh, tentu saja.”
Kikuoka mengangguk, memandang dari balik kacamata hitamnya.
“Sinon-kun
adalah partner Kirito ketika berurusan dengan kasus «Death Gun»
setengah tahun yang lalu, dan Leafa-kun adalah adik perempuan Kirito.”
Untuk sesaat, atmosfir di ruangan ini menjadi sepi. Kata – kata serak Higa memecahnya.
“…
Bagus! Luar biasa! Kita bisa melakukannya... kita mungkin bisa
memperbaiki jiwa Kirito! Ayo mulai memisahkan imej Kirigaya-kun dari
Fluctlights ketiga orang itu, lalu, kita akan menghuubungkannya dengan
area berlubang … Data tersebut mungkin bisa mengisi lubang di jiwa
Kirito dan mengaktifkannya, seharusnya itu bisa mengembalikan Subject
yang hilang…”
Didorong oleh semangat dalam dirinya, Higa menepukkan kedua tangan.
Sedetik kemudian.
Hawa dingin menyapu semangat tersebut.
“Ah… Ahh… Tak mungkin… Aaaahh…”
“Ada apa, ada apa Higa-kun?!”
Melihat Professor Koujiro berteriak khawatir, Higa berguman.
“Untuk melakukan … operasi ini... kita harus melakukannya di ruang kontrol utama …”
Sekali lagi, rasa sepi menutupi ruangan ini.
Komandan Kikuoka berujar.
“Benar
… seperti itulah … Jangan kecewa begitu, Higa-kun. Kita telah berhasil
melihat jalan cerah untuk menyembuhkan Kirito-kun. Untuk melakukan
tindakan tersebut, setelah situasi ini selesai dan kita berhasil
mengusir para penyusup dari «Ocean Turtle»…”
“Itu sudah sangat telat …”
Higa memotong ucapan Kikuoka, ia memegangi kepalanya.
“Ketika
Nagato memulai penyerangan seperti yang diperintahkan, jika terjadi
kerusakan besar di lorong utama, daya cadangan akan dimatikan. Mereka
mungkin juga akan menghancurkan peralatan di ruang utama. Tentu saja,
STL Kirigaya-kun akan dimatikan, dan di akan log out dari Underworld dan
tak akan bangun. Tetapi.... aku khawatir jika Kirigaya-kun tak akan
bisa terhubung lagi dengan STL. Dalam kondisinya sekarang ini, ia tak
akan bisa melewati tahap pemulihat … Untuk menyembuhkannya, kita tak
memiliki pilihan lain selain bergantung pada tiga gadis yang saat ini
masih dive di Underworld.”
Higa berucap ringan. Ia merasa dirinya dipenuhi rasa yakin.
Apa yang akan ia lakukan di situasi ini?
Subject milik Higa pasti akan menjawab seperrti ini: Tak ada yang bisa aku lakukan, aku bukan seorang Kayaba-senpai.
Namun, ini bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Itu adalah alasan untuk menghindar.
Higa Takeru yang aku kenal, seorang genius yang mendesain STL dan Underworld pasti akan berkata seperti ini:
“… Aku akan pergi, Kiku-san.”
“… Kemana?”
Melihat Komandannya yang mengenakan pakaian Hawai, Higa mengambil nafas dalam – dalam lalu menjawab:
“Aku
tidak akan pergi menerobos ke dalam ruang kontrol utama. Dengar… Di
samping sisi buritan lorong utama yang membentang di «Ocean Turtle», ada
saluran pipa yang terhubung menuju ruang STL Dua dimana Kirigaya-kun
sekarang berada, juga ruang kontrol utama ada di bawah dinding penahan.
Seharusnya disana ada colokan kabel. Jika aku memasuki saluran tersebut
menggunakan tangga dari ruang STL Dua dan bisa menghubungkan laptopku
dengan colokan tersebut, aku mungkin bisa mengoperasikan STL milik
Kirigaya-kun.”
Mendengar ide milik Higa, mata Kikuoka terkejut
dibalik kacamata hitamnya untuk sesaat. Tetapi ia langsung menunjukkan
ekspresi cemas dan menyanggah.
“Tetapi colokan tersebut ada di
balik dinding penahan yang memisahkan kita dan para penyerang. Untuk
bisa mengakses colokan itu, kunci dinding penahan yang menyegel saluran
pipa harus dilepas sementara. Terlebih lagi, saluran itu bisa juga
diakses dari ruang STL Satu yang mana ada di sebelah ruang kontrol
utama. Jika musuh menyadari kunci telah dilepas dan menyadari apa yang
kita lakukan, mereka mungkin akan menyerang kita dari bawah.”
“Maka kita harus melawan menggunakan umpan.”
“Umpan… katamu?”
Mata Kikuoka menyipit tajam. Higa dengan cepat menggeleng dan menjawab:
“Kita
tak bisa menggunakan umpan manusia tentu saja. Seketika kita melepas
dinding penahan, kita akan bisa dengan cepat turun menggunakan tangga di
sisi lain saluran… itulah apa yang akan kita gunakan.”
“Oh begitu … «Ichiemom», huh. Untungnya, dia sedang di simpan di ruang penyimpanan. Bisakan seseorang membawanya ke sini?”
Dibawah
perintah Kikuoka, dua orang pegawai yang duduk bersandarkan dinding
berdiri dan meninggalkan ruangan ini agak berlari. Di sisi lain,
Professor Koujiro berbicara dengan tatapan khawatir:
“Tunggu
sebentar … kita menggunakan Ichiemom sebagai umpan, tetapi dia hanya
bisa berjalan pelan di tangga, kau tahu kan. Jika ia memancing perhatian
musuh, ia tak akan bisa berlari cepat.”
Ichiemom, nama
sebenarnya adalah «Electroactive Muscled Operative Machine 1», merupakan
sebuah mesin percobaan berbentuk manusia yang digunakan untuk menampung
Fluctlight buatan. Menggunakan otot polymer untuk menggerakkan
keranggka logamnya, bisa dibilang ia adalah robot humanoid. Karena ia
masih tahap eksperimen, tubuhnya masih kelihatan robot dan kabel ada
dimana - mana, juga tidak memiliki kemampuan anti peluru.
Meskipun
Rinko yang diminta oleh Higa untuk menstabilkan kemampuan berjalan
Ichiemom tempo hari, telah mengkomplain beberapa kali, ia tampaknya
memiliki banyak pikiran mengenai “Operasi Umpan Ichiemom”. Tentu saja,
Higa juga agak menyesali strategi ini, tetapi sekaranglah bukan saatnya
menahan diri.
“Aku sungguh sedih menggunakan Ichiemom, tetapi ia
harus melakukan apa yang ia bisa sekarang ini. Tetapi, tampaknya, kau
tahu kan, musuh mungkin akan langsung menembakinya hingga meledak.”
“… Benar…”
Tepat
ketika bicara, pintu bergeser terbuka dan troli besar didorong menuju
ruangan ini. Ia sedang dalam posisi duduk, kepalanya yang agak bulat
memiliki tiga lensa seperti mata.
Professor Koujiro menatap Ichiemom dengan ekspresi rumit dan berbalik arah:
“… Yah, dia memang tampak mencurigakan, dan mungkin musuh akan berpikir jika kita sedang merencanakan sesuatu …”
“Yah
setidaknya si Ichi semoga tak diacuhkan. Saat musuh mengurus Ichiemom,
aku akan menyusup melalui saluran kabel dan mengoperasikan mesin STL
milik Kirigaya-kun melalui colokan itu. Masalahnya adalah seberapa
banyak waktuu yang aku miliki …”
Pada pernyataan Higa, Kikuoka bertanya sambil meregangkan sandal miliknya:
“Kalau begitu, bagaimana jika kita juga mengumpankan «Niemom»?”
“Sayangnya kita tak bisa melakukannya.”
Higa membalas:
“Meskipun
kemampuan fisik Niemom lebih kuat, dia diciptakan secara khusus agar
sebuah Fluctlight Buatan bisa mengoperasikannya, dan tak seperti
Ichiemom, Niemon tak dilengkapi dengan sistem penyeimbang. Dalam
kondisinya saat ini, Niemon pastilah akan jatuh ketika menuruni tangga.”
“Sungguh…”
Tatapan Rinko bergerak menuju arah kanan,
jauh dari wajah komandan yang mengangguk - angguk. Ia menatap lantai
dengan ekspresi aneh, lalu ia bertanya seolah baru saja bangun dari
mimpi.
“Tapi, Higa-kun, bahkan jika kita berhasil menyelinap
melewati dinding, ada kemungkinan kamu bisa terlihat ketika dindingnya
terbuka. Bukannya masih lebih baik jika membawa pengawal bersamamu kan?”
“Tidak, sekarang ini Pasukan Pertahanan masih terlalu berharga
buat kemampuan tempur kita. Terlebih lagi, hanya akulah yang cukup kecil
yang mampu berjalan melalui saluran itu dengan cepat. Tenang saja kok,
aku bisa keluar masuk dengan cepat.”
Meskipun ia menjawab dengan nada normalnya, jantungnya berdetak semakin kencang ketika ia menyadari kondisi saat ini.
Jika
ia ditemukan oleh musuh dan ditembaki ketika masih dalam saluran, tak
akan ada jalan lembali. Seperti peristiwa penembakan sebelumnya di
«Ocean Turtle», Higa bukanlah seorang petarung, ia tak bisa menghadapi
musuh begitu ia mendengar suara tembakan.
—Akan tetapi.
Aku…
Tidak, seluruh organisasi «RATH» telah berhutang banyak pada
Kirigaya-kun. Higa Takeru memikirkan hal ini dalam pikirannya.
Jika
mereka mengesampingkan menghapus ingatannya, membuat ia dive selama
tiga hari, namun setara dengan 10 tahun di Underworld, dan menjadikannya
cahaya paling menyilaukan kedalam Fluctlights Buatan. Demi kelahiran
sebuah Fluctlight yang mendobrak batasan antar dunia, «Alice», itu semua
adalah berkat usaha Kazuto sejak awal.
Tetapi setelahnya,
meskipun masih dalam masa pengobatan, menyambungkannya dalam STL dengan
berbagai kondisi hingga menyebabkan Fluctlight miliknya terluka. Ini
semua karena ia bertarung sengit dengan organisasi yang mengatur
Undeerworld demi melindungi Alice, lalu menyebabkannya kehilangan banyak
teman. Terlebih lagi, selama ada kesempatan untuk mengobatinya, Higa
akan mengambil resiko tersebut. Jika ia tidak melakukannya, ia tak akan
mampu menanggung rasa bersalah seumur hidupnya.
Higa Takeru mengepalkan tinjunya, dan mengangguk pada Kikuoka.
Pada saat itu.
Suara keempat bergema di ruang sub kontrol.
“Errm… Aku juga, Aku juga akan pergi bersama Ketua Higa…”
Mata semuanya tertuju pada salah satu staf tehnisi RATH yang hingga sekarang hanya duduk membelakangi dinding.
Tingginya
setara dengan Higa, rambut panjangnya ia ikat dibelakang kepala.
Berusaha mengumpulkan keberanian sebanyak yang ia dapat, ia melanjutkan
perkataannya.
“Aku juga cukup kecil… Tetapi, setidaknya aku bisa
berguna bagi ketua… Dan juga, aku terbiasa dengan urusan kabel dan
colokan …”
Higa memandang pria ini, yang suaranya hampir tak terdengar.
Ia
cukup tua, mungkin berusia sekitar tiga puluh tahun. Telah berada di
Ocean Turtle selama beberapa bulan, kulitnya jadi agak pucat putih. Jika
ingatannya tak salah, pria ini keluar dari perusahaan pengembang game
untuk bergabunng dengan «RATH».
Meskipun
kemampuan bertarungnya tak sepadan dengan Pasukan Pertahanan, memiliki
pendamping cukup melegakan. Higa lalu berdiri dari kursinya dan
membungkuk berterima kasih kepada anggota staf ini.
“… Sejujurnya. Aku tak tahu dimana lokasi colokan tersebut. Terima kasih banyak sudah menemani, Yanai-san.”
Bagian 2
Kembali ke Dunia Nyata, Gabriel Miller perlahan membuka kelopak matanya yang tertutup mesin STL #2.
Dibilang
kembali, lebih tepat kalau ia dipaksa keluar. Masih dalam posisi tidur
di kasur gel, Gabriel mengunyah sisa makanan yang menyangkut di
mulutnya.
Bagaimana mungkin ia bisa kalah dalam pertarungan satu
lawan satu di Dunia Virtual? Musuhnya bahkan bukan seorang manusia, dia
hanyalah seorang AI.
Mengapa ia bisa kalah melawan Knight
tersebut? Gabriel menghabiskan beberapa detik untuk memikirkan alasan
dibalik kekalahannya.
Kekuatan hasrat? Ikatan antar jiwa? Kekuatan cinta yang menghubungkan orang – orang...?
— Sungguh konyol.
Mulut
Gabriel kini tersenyum dingin. Baik itu Dunia Nyata maupun Dunia
Virtual, jika kekuatan semacam itu benar – benar ada, maka hanya ada
satu kekuatan yang menyemangatinya — kekuatan takdir.
Dengan
kata lain, kekalahannya tak bisa dielakkan. Karena memang begitulah
terjadinya. Takdir tak ingin Gabriel untuk bertarung menggunakan akun
pinjaman seperti Dewa Kegelapan Vektor, tetadi ingin agar ia menggunakan
akun asli miliknya. Takdir ingin agar ia dive kembali ke dunia itu
sekali lagi.
Maka ia akan menyelesaikan masalah ini sampai akhir.
Setelah selesai berpikir, Gabriel keluar dari mesin STL.
Melihat
ke mesin STL lain, ia terkejut jika Vassago Casals masih dive ke dalam
Underworld. ia mengira jika Vassago telah tewas dan ter-log out,
tampaknya ia juga menemukan sesuatu yang menarik dari kekalahannya.
— Yah, lakukan sesukamu.
Mengangkat
bahunya, Gabriel membuka pintu menuju Ruang Kontrol Utama. Anggota team
lain yang masih menatap monitor akhirnya berbicara:
“Kau sudah berjuang, Kapten. Ahh, kau juga dikalahkan ya.”
“Cuma sementara.”
Gabriel membalas. Critter merubah ekspresinya dan melaporkan sesuatu:
“Yah,
seperti yang kau perintahkan, aku telah memasukkan 50,000 pemain dari
berbagai negara bagian di Amerika. Separuhnya telah berhasil dikalahkan,
tetapi ya itu, tujuan akhir untuk menghancurkan Pasukan Kerajaan
Manusia akan segera tercapai. Untuk tambahan, pihak RATH juga melakukan
hal yang sama… aku sudah memastikan adanya koneksi skala besar yang
berasal dari jepang menuju medan peperangan. Jumlahnya sekitar 2,000,
jadi aku tak menganggap itu sebagai sebuah ancaman.”
“Oh…?”
Mengangkat alisnya, Gabriel melihat ke layar utama.
Peta
dunia Underworld bagian selatan muncul. Garis hitam yang membentang ke
selatan dari «Gerbang Besar Timur» dan tanda “X”, kemungkinan adalah log
pergerakan super account milik Gabriel, Dewa Kegelapan Vektor. Masih
ada separuh perjalanan sebelum akhirnya sampai ke console syntem di
ujung dunia bagian selatan, tetapi Alice pasti masih ada di daerah
bertanda X yang ada di peta.
Setelahnyam garis putih juga
bergerak ke selatan mengikuti garis hitam. Itu pasti Pasukan Kerajaan
Manusia. Mereka berhasil berkumpul dan sedang berhenti saat ini.
Pasukan
Kerajaan Manusia hampir dihancurkan oleh Pasukan Crimson yang jumlahnya
sangat banyak. Berasumsi jika garis merah adalah pemain VRMMO asal
Amerika, maka garis biru terang yang membentang menjadi pelindung antara
garis merah dan garis putih adalah 2,000 pemain asal Jepang.
“Apakah pemain Jepang menggunakan akun default yang tersedia di Kerajaan MAnusia?”
“Kukira tidak, menurutmu?”
“Tidak…”
Gabriel mengambil botol air mineral yang diberikan Critter dan meminumnya.
Mungkinkah para pemain VRMMO asal Jepang mengkonvert akun berharga mereka dan dive kedalam Underworld?
Jika seperti itu. Gabriel tersenyum dingin lagi.
Sekitar
setengah bulan yang lalu, Gabriel ikut serta dalam sebuah turnamen PvP
di server Jepang di VRMMO «Gun Gale Online». Jika mereka yang dengan
mudahnya ia kalahkan, dive ke dalam Underworld dan mengetahui
permasalahan yang sebenarnya, para pemain jepang tak akan mengambil
resiko kehilangan karakter mereka.
Sosok wajah terlintas dalam
kepalanya, seorang sniper perempuan berambut biru yang tetap bertarung
sampai akhir meskipun terdesak, tetapi Gabriel langsung menghilangkan
pikiran tersebut.
“Baguslah, aku akan dive lagi. Convert akunku agar bisa log in ke Underworld.”
Ia
mengambil kertas san pulpen yang tergeletak di dekat console, lalu
menulis ID dan password miliknya dan menyerahkannya pada Critter.
Critter terkejut.
“Whoa, Kau juga, Kapten?”
“‘Juga’, maksudnya…?”
“Yah,
Vessago terbangun setelah kalah kan? Dan entah mengapa tampaknya ia
terlihat senang, lalu mengconvert akun miliknya dan dive lagi.”
“Oh…?”
Mata
Gabriel tertarik pada secarik kertas di sisi tangan Critter. Itu
tampaknya akun asli milik Vassago, tiga huruf karakter miliknya
membuatnya tertarik.
“Oh begitu… aku paham.”
Kek. Sangat jarang Gabriel mengeluarkan suara tawa. Bahkan Critter keheranan mendengarnya, Gabriel menepuk bahunya dan berkata:
“Jangan khawatir. Mungkin ia tidak menunjukkannya,tepi ia memiliki… masalahnya sendiri. Yah, sisanya kuserahkan padamu.”
Gabriel berbalik dan melangkah menuju ke ruang STL, senyum menggantung di ujung bibirnya. ***
Sementara itu, Vassago Casals sedang tersenyum dibalik tudung hitam avatar miliknya ketika memandang peperangan ini.
Berdiri
di atas kepala sebuah patung raksasa yang ada di pintu masuk
reruntuhan, ia bisa melihat seluruh pertarungan antara pemain Amerika
dan pemain Jepang.
Bukan, bukan pertarungan. Lebih tepatnya jika disebut pembantaian satu sisi.
Di
tengah – tengah pintu masuk reruntuhan kuil ini, 2,000 Pemain Jepang
membentuk formasi oval dan terus menerus berhasil memukul mundur Pasukan
Crimson tanpa kehilangan seorang anggota dari pihak sendiri. Alasan
mengapa mereka berhasil melakukannya karena perbedaan equipment dan
kerjasama antar pemain, terlebih lagi anggota yang bertugas sebagai
pendukung yang ada di bagian belakang mereka. Pemain yang terluka akan
dibawa ke belakang dan disembuhkan menggunakan art penyembuh, lalu
mereka akan maju lagi dengan semangat yang telah terisi penuh.
Mereka
memiliki semangat juang yang sangat tinggi, meskipun luka yang diterima
sama sakitnya jika terjadi di dunia nyata. Tetapi jika dinalar, bahwa
2,000 pemain jepang ini mengkonvert karakter mereka dan ikut serta dalam
peperangan ini sunggu sebuah keajaiban tersendiri.
Situasi seperti ini mungkin akan dicap tak mungkin oleh Gabriel Miller sendiri—
Tetapi, kondisi ini telah diprediksi oleh Vassago Casals.
Jika
menghubungkan server Amerika mungkin, maka pihak Jepang juga akan
melakukan hal yang sama guna membantu Pasukan Pertahanan Kerajaan
Manusia. Terlebih lagi, Vassago juga telah memprediksi jika mereka akan
mengkonvert akun pribadi miliknya.
Diatara para pemain Jepang
yang bertarung dengan serius ini, selain «The Flash» Asuna, ada beberapa
wajah yang ia kenal. Hal ini membuat jantungnya berdekat hebat.
Terlebih lagi, permainan kematian yang selalu ia dambakan kini muncul dihadapannya dengan peraturan yang sedikit berbeda.
Bukan, bahkan jika mereka mati di dunia ini, nyawa si pemain tak akan menghiang.
Tetapi
di Underworld, ada hal yang tak muncul di dalam castil melayang
Aincrad, dan di kastil melayang tersebut muncul hal yang tak ada di
Underworld.
Dengan kata lain —
Ada rasa «sakit»
Tetapi tidak ada «Kode Anti Kriminal».
Maka, hal ini membuatnya kegirangan, mungkin lebih mengasyikan ketimbang merenggut nyawa orang dengan tangannya sendiri.
“Kek, kekek, kekkekkek.”
Vassago tak bisa menyembunyikan tawanya dari balik tudung.
***
— Aku tidak berhasil.
Sinon
memandang ke seorang knight yang penuh dengan luka, dan seorang knight
perempuan berambut emas yang sedang menangis tersedu – sedu sambil
memeluknya.
Ke dua ekor naga raksasa di samping knight tersebut juga menundukkan kepalanya, seolah menunjukkan rasa kehilangan.
Guna
mengejar «Putri Cahaya» Alice, yang telah ditangkap oleh Dewa Kegelapan
Vektor, serta Komandan Knight Bercouli, Sinon telah terbang melesat
sekuat tenaga. Ia telah menggunakan kemampuan terbang terbaiknya yang
telah ia latih terus menerus di ALO, ia lalu terbang ke selatan dengan
kecepatan penuh, tetapi pertarungan telah selesai begitu ia sampai di
sana.
Tidak — Apa yang perlu diakui adalah kekuatan milik Bercouli.
Karena ia telah berhasil menyusul Vektor dan tanpa diduga bisa mengalahkan sebuah Super Account yang mana sangat kuat.
Tetapi sungguh tak adil.
Kematian
Komandan Knight Bercouli berarti musnahnya jiwa miliknya. Sedangkan
kematian Dewa Kegelapan Vektor, hanyalah kematian palsu.
Sinon
sadar ia harus meyakinkan Alice bahwa bahaya masih belum selesai, tetapi
ia tak bisa menemukan kata – kata yang tepat untuk dikatakan padanya.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, orang yang berkata pertama adalah Alice.
Bahkan
dengan pipinya yang masih basah oleh air mata, kecantikan Alice membuat
Sinon takjub. Alice memandang mata milik Sinon. Bibir merah cerinya
bergerak, suara yang keluar bagaikan sebuah lonceng:
“Apa kau… dari Dunia Nyata?”
“Yeah…”
Sinon mengangguk, dan berbicara agak canggung.
“Aku
Sinon. Teman Asuna dan Kirito. Aku datag untuk menyelamatkanmu dan
Bercouli-san dari Dewa Kegelapan Vektor … maaf, aku terlambat.”
Sinon meminta maaf lalu menundukkan kepalanya pada Alice. Alice, akan tetapi menggelengkan kepalanya pelan.
“Tidak…
Ini kesalahanku. Aku lengah dan tidak mengawasi bagian belakangku
sehingga aku berhasil ditangkap; ini kesalahanku. Nyawaku tidak
sebanding dengan Oji-sama… sang Komandan Integrity Knight?”
Rasa menyalahkan diri sendiri tercampur dalam suara Alice. Berusaha menahan air matanya, Alice mengajukan pertanyaan lain:
“Bagaimana kondisi peperangan?”
“… Asuna dan Pasukan Kerajaan Manusia berhasil menahan pasukan Dunia Nyata.”
“Maka aku akan kembali ke arah utara.”
Alice melangkahkan kakinya menuju salah satu naga, tapi Sinon berusaha menghentikannya.
“Kau
tak boleh kesana, Alice-san. Kau harus terus ke selatan, ke «Altar
Ujung Dunia». Jika kamu menyentuh console… bukan, menyentuh kristal di
atas altar tersebut, kau bisa menghubungi Dunia Nyata.”
“Mengapa? Bukankah Kaisar Vektor sudah tewas?”
“… Tidak… tidak seperti itu.”
Lalu,
Sinon menjelaskan situasinya kepada Alice. Bahkan jika manusia Dunia
Nyata tewas di Underworld, mereka tidak kehilangan nyawa mereka. Musuh
seperti Kaisar Vektor akan mendapatkan tubuh lagi dan kembal menyerang.
Alice tampak sangat marah, seolah emosinya yang sampai sekarang ditahan kini meledak ledak.
“Oji-sama…
kehilangan nyawanya guna membunuh musuh, dan musuh tidak tewas?! Ia
hanya menghilang untuk sementara dan akan segera kembali seperti tak
terjadi apapun … itu maksudmu?!”
Alice mendekat ke arah Sinon, armor emasnya berkelontangan.
“Bagaimana
mungkin … Bagaimana mungkin hal seabsurd itu terjadi?! Maka… untuk apa
Oji-sama… untuk apa ia mengorbankan nyawanya?! Pertarungan tersebut tak
sebanding bagi kedua pihak... terlalu... terlalu palsu”
Air mata menetes dari mata biru mili Alice sekali lagi, Sinon hanya bisa memandangnya.
— Aku tak punya hak berkata - kata.
Aku
telah tewas berkali – kali dalam pertarungan di GGO dan ALO. Dan
seperti Dewa Kegelapan Vector, aku bisa terus hidup jika tewas di dunia
ini. Orang sepertiku tak berhak —
Tetapi Sinon menatap Alice, menarik nafas dalam – dalam lalu berkata:
“Jadi… Alice-san, apa kamu mau bilang jika rasa sakit milik Kirito juga palsu?”
Si Knight emas menahan nafasnya.
“Kirito
juga berasal dari Dunia Nyata. Jika ia tewas di dunia ini, jiwanya tak
akan hilang. Akan tetapi, luka yang ia derita nyata. Rasa sakit yang ia
rasakan merusak jiwanya, luka tersebut nyata …”
Sinon berhenti sejenak lalu setelah tersenyum ia melanjutkan:
“Aku…
mencintai Kirito. Sangat mencintainya. Begitu juga Asuna. Ada banyak
orang yang menyukainya juga. Mereka khawatir akan Kirito, mereka semua.
Mereka berdoa agar Kirito segera membaik. Dan juga meskipun tidak
mengatakannya, mereka juga berpikir, ‘Mengapa Kirito selalu memaksakan
diri seperti itu?’”
Sinon maju dan menepuk pundak Alice perlahan, lalu berucap:
“Kirito
terluka agar bisa menyelamatkanmu, Alice. Itulah alasan ia tetap
bertarung. Apa kamu mau bilang jika alasan tersebut juga palsu? Tidak,
tidak hanya Kirito, Komandan Knight juga. Agar bisa menyelamatkanmu, ia
terluka parah dan mengorbankan nyawanya agar kamu bisa lari dari
genggaman musuh.”
Sinon tidak langsung mendengar jawaban.
Alice memandang jasad Bercouli yang terbaring di tanah.
Sekali
lagi, tetes air mata membasahi pipi Alice — Lalu Alice memejamkan mata
erat –erat seolah memikirkan sesuatu. Ia lalu bertanya dengan suara
serak:
“Sinon, Jika… jika aku pergi ke Dunia Nyata melalui
«Altar Ujung Dunia», bisakah aku kembali? Bisakah aku kembali agar bisa
menemui orang – orang yang kusayangi…?”
Sinon tidak mengetahui
jawaban atas pertanyaan tersebut. Satu – satunya hal yang ia yakini
yaitu jika Alice sampai jatuh ke tangan musuh, seluruh Underworld akan
hancur dan menghilang.
Jika ia bisa melindungi dunia ini dan Alice, ia yakin hal tersebut tak akan terjadi.
Kemudian, Sinon mengangguk.
“Yeah. Selama kamu … dan Underworld aman.”
“Aku
mengerti… Aku akan pergi ke selatan. Aku tak tahu apa yang akan terjadi
du «Altar Ujung DUnia»… tetapi jika itu adalah keinginan Oji-sama dan
Kirito…”
Alice berlutut ke tanah. Ia menyentuh rambut milik Bercouli, lalu menyentuh bibir dan dahinya.
Ketika ia berdiri lagi, sebuah aura yang berbeda seolah muncul dari seluruh tubuhnya.
“Amayori, Takiguri. Kumohon bertahanlah sebentar lagi.”
Setelah berkata pada kedua naga, Alice berbalik menuju Sinon.
“Apa… apa yang akan kamu lakukan, Sinon-san?”
“Kali ini, giliranku untuk melindungimu.”
Sinon tersenyum sedikit dan melanjutkan:
“Dewa
Kegelapan Vektor mungkin akan muncul lagi disini. Aku akan coba
mengalahkannya … sekaligus memberimu beberapa waktu agar bisa kabur.”
Alice menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya.
“Aku serahkan ini padamu. Aku akan segera menuju ke selatan.”
Setelah melihat kedua naga terbang ke arah selatan, Sinon mengambil busur putih yang ada di pundaknya.
Kelompok
yang menyerang «Ocean Turtle» kemungkinan adalah prajurit militer yang
disewa pemerintahan Amerika. Salah satu penyerang menggunakan Super
Account 04, «Dark God Vector», untuk menyerang Alice.
Di dunia nyata, Sinon hanyalah seorang siswi SMA, tak mungkin ia menghadapi orang seperti itu.
Tetapi di tempat ini, selama itu pertarungan satu lawan satu di dunia virtual —
Tak peduli siapapun yang aku lawan, aku harus menang.
Bersumpah pada diri sendiri, Sinon menunggu musuh yang akan dive sekali lagi ke dunia ini.
***
Ketika ia menarik pukulan tangan kanannya, suara tulang patah terdengar.
Pemimpin
Guild Petarung Tangan Kosong, Ishkan menatap musuh yang telah berhasil
ia bunuh tepat di bagian tengah dadanya, ia menatap tangan kanannya.
Pukulannya
mampu menghancurkan besi maupun logam apapun. Namun kini lengan
tersebut bagaikan sebuah kulit yang melindungi tulang miliknya, tangan
tersebut berlumuran darah.
Tangan kirinya juga mengalami hal
yang sama beberapa menit lalu. Sedangkan kakinya penuh luka darah. Ia
tak bisa lari, hanya bisa menendang.
“Kau bertarung seperti seorang petarung sejati, Champion.”
Suara serak milik Dempe membuat Iskahn menoleh ke belakang.
Setelah
kehilangan kedua lengannya, pria kekar tersebut kini terduduk di tanah
setelah bertarung hanya dengan membenturkan kepalanya dan memukul mundur
musuh dengan tabrakan tubuhnya, tubuh dan wajahnya penuh luka tebasan
pedang. Mata penuh semangat tempur miliknya kini telah kusam, seolah
menampakkan jiwa Dempe yang telah kelelahan.
Iskahn mengangkat tinjunya sebagai tanda penghormatan pada jiwa petarung tersebut, lalu menjawab:
“Yeah, jika kita tewas seperti ini, kita tak akan malu jika ketemu para leluruh di akhirat sana.”
Mencoba menyeret kakinya, ia berusaha menemani temannya yang masih terduduk di tanah.
Setelah
pertarungan sengit nan lama, pasukan crimson yang awalnya berjumlah
duapuluh lima ribu kini telah berkurang menjadi tiga ribu pasukan saja.
Tetapi sebagai gantinya, pasukan miliknya telah tersisa tiga ratus orang
Petarung. Terlebih lagi, kondisi mereka semua telah terluka parah.
Mereka kini tak bisa berkumpul menjadi formasi tempur, mereka bagaikan
menunnggu ajal.
Tetapi alasan mengapa pasukan musuh belum menghabisi mereka adalah karena —
Seorang Integrity Knight dan naganya masih bertarung mati – matian dihadapan mata Iskahn dan Dempe. ***
Tubuh dan pikirannya telah ditekan sampai batas maksimal.
Namun
begitu, seketika bayangan musuh muncul di hadapannya, Integrity Knight
Sheyta Synthesis Twelve masih tetap mengangkat tangan kanannya dan
menebaskan Black Lily Sword.
Suara udara tertebas terdengar jelas.
Ujung
pedang tersebut menyentuh armor pundak sang musuh. Seperti sebuah
jarum, pedang tersebut terus memotong sampai ke bagian paha.
“Ha… AAHHHH!!”
Teriakan
kearahan yang muncul dari tenggorokannya seolah mematahkan nama
panggilan miliknya «Si Pendiam». Pedang tersebut mengiris musuh dan
memotongnya menjadi dua bagian.
Saat si musuh terjatuh, Sheyta menarik senjatanya dengan berat.
Alasan
dibalik rasa lelah miliknya adalah karena jumlah musuh yang hampir tak
terbatas, dan juga tebasannya seolah menjadi terasa berat ketika menebas
musuh.
Incarnation miliknya seelah menjadi tak berarti.
Meskipun senjata dan armor musuh bukanlah tandingan Divine Instrument
milik Sheyta, ketika ia menebasnya seolah terasa ada yang menahan.
Serangan musuh juga sama. Mereka hanya mengandalkan tenaga dan tebasan
tak beraturan sehingga Sheyta kesulitan memprediksi arah serangan
mereka.
Ia seolah bertarung melawan hantu. Pasukan ini seolah
tak ada disini, seperti sebuah bayangan saja karena tak terhitung
banyaknya.
Bertempur dengan mereka juga tak menyenangkan. Sheyta
menebas mereka, dan mereka muncul lagi, terus menerus seperti itu tanpa
henti.
— Mengapa?
— Tak peduli jika musuhku adalah
bayangan maupun sosok tubuh manusia, bahkan sebuah batu, aku merasakan
kesenangan jika mereka bisa ditebas. Aku hanyalah sebuah boneka yang
hanya mencari kesenangan dalam tebasan …
Black Lily Sword adalah
sebuah Divine Instrument yang memiliki Priority tertinggi dalam ujung
bilah pedangnya yang sangat tipis. Pedang ini diciptakan dengan tujuan
hanya untuk menebas, persis seperti Sheyta. Jika salah satu keduanya
kehilangan arti kesenangan untuk menebas, sosok jati dirinya akah
menjadi tak berarti.
Pemimpin Tertinggi Administrator telah
mengubah sebuah bunga lili hitam yang telah diambil oleh Sheyta dari
bekas peperangan di Tanah Kegelapan. Ketika ia menyerahkan pedang
tersebut padanya, Pemimpin Tertinggi berkata padanya:
— Pedang
ini adalah perwujudan luka goresan yang ada di jiwamu. Sebuah kutukan
atas nama pembunuhan yang tercipta oleh parameter kepribadian di dalam
jiwamu. Tebaslah, tebaslah, dan teruslah menebas. Ketika kamu menapaki
jalan berdarah ini sampai akhir, kamu akan menemukan jawaban untuk
melepaskan kutukan ini … Mungkin.
Pada saat itu, Sheyta tak mengerti apa maksud perkataan Pemimpin Tertinggi.
Ia
hanya mematuhinya dan terus menebas selama bertahun tahun. Kemudian,
akhirnya ia menemukan musuh yang layak. Dia adalah sosok yang sangat
keras dan sulit untuk ditebas oleh pedangnya, berbeda dengan musuh –
musuhnya selama ini: ia adalah si Petarung Tangan Kosong.
Ia berharap untuk bertarung dengannya sekali lagi. Hanya lewat pertempuran ia akan memahami sesuatu.
Terbawa
pikiran ini, Sheyta membantu Pasukan Kerajaan Manusia dan tetap disini.
Namun tampaknya ia tak bisa bertarung lagi melawan Petarung Berambut
Merah tersebut.
Ia menelan ludah dan menyeka kulitnya yang berkeringat lalu menoleh ke belakang.
Ia
melihatnya, sedang duduk di atas sebuah batu, si Pemimpin Petarung
Tangan Kosong. Tubuhnya penuh luka. Tersirat, rasa kehilangan terpampang
di wajahnya ketika ia menatap Sheyta.
Sheyta merasakan dadanya tersengat sesuatu.
— Rasa sakit apa ini?
—
Aku seharusnya menebas pria tersebut. Aku ingin merasakan pertarungan
sebelumnya, menikmati pukulan kerasnya. Itulah yang aku inginkah. Namun
mengapa hatiku … rasa sakit apa ini …?
Crack.
Suara lemah terdengar dari tangan kanannya.
Sheyta
mengangkat Black Lily Sword, mengamatinya perlahan. Pada bagian tengah
pedang hitam yang tampaknya bisa menghisap segala jenis cahaya tersebut
terdapat sebuah retakan setipis benang laba - laba.
Ahh…
Aku mengerti.
Sheyta menarik nafas dan tersenyum.
Semua
pertanyaan yang ingin ia jawab kini telah ia temukan. Sheyta akhirnya
memahami perkataan Administrator, dan juga mengenai kutukan yang ia
miliki.
Getaran terasa di atas tanah. Ia berbalik lagi dan melihay seorang prajurit menuju kearahnya sambil membawa palu raksasa.
Sheyta menghindari serangan tersebut dan menusukkan pedang di tangan kanannya ke bagian tengah dada musuh.
Sesuai
namanya, si Pendiam. Serangan tersebut mendekati musuh, Black Lily
Sword menusuk ke jantung musuh dan merenggut nyawanya — kemudian,
serangan tersebut perlahan berubah menjadi banyak kelopak bunga yang
tersebar ke segala arah.
Sheyta perlahan membisikkan sesuatu ke gagang pedang yang telah hancur tersebut:
“… Terima kasih, sudah menemaniku selama ini.”
Seketika, ia mencium bau bunga walaupun samar – samar.
Di sisi kanannya, sang naga Yoiyobi yang menjadi temannya menghancurkan musuh dengan sabetan ekornya.
Sisik
abu – abu si naga telah berwarna merah akibat luka yang cukup banyak,
dan cakar sertaa giginya beberapa ada yang patah. Ia tak bisa
menyemburkan api lagi dan pergerakannya melambat.
Sheyta memastikan pergerakan musuh berhenti, lalu berjalan mendekati naga tersayangnya dan mengusap lehernya.
“Terima kasih juga, Yoiyobi. Kamu lelah kan?… Istirahatlah.”
Kemudian, Sheyta dan naganya bergerak menuju bukit kecil dimana sisa – sisa Guild Petarung Tangan Kosong berkumpul.
Masih duduk di batu, Pemimpin Petarung Tangan Kosong mengangkat tangannya dan menyambut kedatangan Sheyta.
“Maaf… Pedangmu jadi hancur …”
Sheyta menggelengkan kepalanya:
“Tak apa. Aku akhirnya mengerti mengapa selama ini aku terus menebas …”
Sheyta duduk kelelahan, mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah Iskhan.
“Untuk
menemukan hal yang tak boleh aku tebas. Selama ini aku bertarung agar
aku bisa melindungi. Itu… kau. Jadi aku tidak memerlukan Black Lily
Sword lagi.”
Seketika, kedua mata Ishkan terbuka lebar dan air mata mengalir. Berlawanan akan hal ini, Sheyta malah kaget.
Ishkah menggertakkan giginya dan berkata serak:
“Ah…
sial. Aku juga ingin berkeluarga denganmu juga. Kita akan memiliki anak
yang sangat kuat. Lebih kuat dari pada leluhurku, lebih kuat dariku,
hingga menjadi Petarung Tangan Kosong terkuat yang pernah ada …”
“Tidak. Anak itu akan menjadi seorang Knight.”
Keduanya
saling tatap untuk sesaat, lalu tersenyum. Dipandangi oleh Dempe yang
berbadan kekar, Sheyta dan Iskahn menjadi malu, lalu duduk berdekatan.
Tiga
ratus Petarung Tangan Kosong, seorang Integrity Knight, dan seekor naga
kini duduk menunggu datangnya pasukan crimson yang semakin mendekat.
***
“Seperti permainan… atur dan serang, benar kan?”
Klein berkata seperti itu ketika ia dan Asuna kembali ke posisi belakang. “Benar,”Asunna membalas.
Luka
keduanya sedang disembuhkan oleh pemain Jepang menggunakan Sacred Arts
yang baru saja dipelajari. Ia tak bisa memaksimalkan penggunaan Art
seperti para regu Astetic dari Underworld, tetapi karena karakter
miliknya berlevel tinggi, seharusnya ia bisa menggunakan Art kelas atas
untuk penyembuhan.
“Terima kasih telah datang kemari.”
Asuna berterima kasih pada pemain jepang dan Klein yang berdiri di sampingnya.
“Terima kasih juga, Klein. Aku tak tahu harus berkata apa …”
Melihat Asuna seperti itu, Klien menggosok hidungnya karena malu.
“Hei, jangan perlakukan aku seperti orang asing. Aku berhutang padamu dan si Kirito lebih banyak… ia juga disini kan?”
Klein memelankan suaranya. Asuna mengangguk pelan.
“Ya. Temuilah dia setelah peperangan ini. Jika ia mendengar lelucon burukmu mungkin ia akan segera terbangun.”
“Hei, itu kejam.”
Sebuah
senyuman muncul di wajah Klein, tetapi mata miliknya seolah penasaran.
Ia juga tahu tentang luka yang dialami Jiwa Kirito.
— Ah, tetapi …
Setelah
semuanya selesai, setelah mereka berhasil mengusir musuh dari
Underworld dan «Ocean Turtle», jika Sinon, Leafa, Klein, dan semua
pemain asli SAO, juga Sakuya, Alicia, dan orang – orang dari ALO… lalu
Alice, Tiese, Ronye, Sortiliena, dan semua orang ada di dekat Kirito,
maka ia akan bangunkan?
Ia harus tetap bertarung, hingga saat itu datang, ia akan menyambutnya dengan senyuman.
Saat lukanya menutup, Asuna berterima kasih lagi dan berdiri.
Seperti
yang dikatakan Klein, nasib peperangan ini tak bisa diprediksi. Jumlah
pemain Amerika telah berkurang sangat banyak, dan mereka seolah
kehilangan semangat bertarungnya karena mereka menyerang tanpa pikir
panjang.
Tetapi pertempuran di reruntuhan kuil ini hanyalah pertarungan yang terlihat.
Poin
pentingnya adalah «Putri Cahaya» Aliceyang telah ditangkap oleh Kaisar
Vektor. Komandan Knight Bercouli serta Sinon masih mengejarnya, mereka
harus bisa mengalahkan Vektor dan membawa kembali Alice. Terlebih lagi,
ia harus memilih pemain paling elit dari akun konverter dan meminjam
kuda dari Pasukan kerajaan Manusia lalu segera menuju selatan secepat
mungkin.
Jika berhasil mengejar mereka, bahkan jika musuh
menggunakan sebuah Super Account, ia tak akan mungkin bisa mengalahkan
pasukan elit dari pemain jepang. Kekuatan mengalir ke dalam diri Asuna.
Para swordsmen yang datang kesini menggunakan pedang, perisai, dan armor
yang seolah memantulkan sinar, mirip dengan mitologi Einherjar3of Norse
…
Asuna mengusap air matanya.
Kuda Pasukan Persediaan
telah ditarik di dekat pintu keluar reruntuhan, dan kemah darurat
sementara berada disana. Asuna juga bisa melihat para pemain jepang yang
masih disembuhkan oleh regu Astetic Underworld.
“… tak apa, semuanya akan baik – baik saja… pasti.”
Perasaan Asuna seolah terbaca oleh Klein yang ada disampingnya:
“Tentu. Baiklah, ayo maju lagi.”
“Ya.”
Asuna mengangguk dan bergerak lagi ke depan —
Tetapi perhatiannya teralihkan oleh sesuatu disana, membuatnya terkejut.
— Apa itu. Sosok hitam… hitam pekat…
Mata Asuna bergerak untuk sesaat, lalu ia melihatnya.
Patung raksasa yang ada di kedua sisi pintu masuk reruntuhan kuil.
Berdiri di atas patung tersebut adalah sesosok manusia.
Karena patung tersebut memantulkan cahaya, sehingga sosok tersebut cukup jelas dilihat dalam langit merah Tanah Kegelapan.
Apakah ia pemain Amerika? Ataukah seorang pengintai dari Jepang?
Terpaku,
Asuna bergerak mendekat dan menyadari jika sosok tersebut mengenakan
jubah hitam. Tudungnya menutupii wajah sosok tersebut sehingga tak
terlihat.
Tetapi.
“Hei, Klein. Orang itu…”
Klein akan maju ke garis depan tetapi Asuna mencengkram tangan kanannya dan mengacungkan jari kirinya.
“Orang yang berdiri disana, apakah kamu pernah melihatnya?”
“Huh…?
Whoa, ia menonton seluruh pertempuran dari atas sana. Sialan, siapa
dia?… mengenakan tudung kepala. Aku tak bisa melihat wajahnya … tunggu…”
Suara Klein tiba – tiba terputus.
Asuna menatapnya, wajah Klein menjadi pucat seolah warna dihisap dari seluruh wajahnya.
“Hei, ada apa? Kamu mengenalnya? Siapa dia?”
“Tidak… tak mungkin, itu… apa aku… melihat sesosok hantu…?”
“Sesosok hantu…? Apa maksudmu?”
“Ka… Karena, tudung hitam itu, bukan, pakaian itu… ciri khas LaughCoff…”
Seketika mendengar nama tersebut.
Asuna merasa otaknya membeku seketika.
LaughCof.
Dikenal juga dengan nama «Laughing Coffin». Dari lantai tengah sampai
akhir permainan kematian SAO, mereka adalah guild merah paling
mengerikan yang ada di kastil melayang Aincrad.
Banyak pemain
PK, termasuk «Red-Eyed XaXa» dan «Johnny Black» ada di dalamnya, dan
guild ini memiliki anggota pemain hijau … Akhirnya, setelah pertarungan
mematikan dalam sebuah penyergapan oleh pemain – pemain elit, guild
tersebut berhasil dihancurkan.
Pada pertempuran tersebut, hampir
setiap anggota «Laughing Coffin» kalau tidak tewas, maka dijebloskan ke
Black Iron Palace, tetapi ada yang berhasil lolos dari pertarungan
tersebut. Dia adalah sang ketua, dia tiba – tiba menghilang ketika
lokasi guild terbongkar, dan dia juga dengan cara langsung mauupun tak
langsunng berhasil membunuh banyak pemain SAO. Namanya adalah — «PoH».
Ia biasanya mengenakan pakaian hitam bertudung dan menggunakan pisau
besar. Dua tahun setelahnya kini ia turun ke Underworld dan memandang
kebawah ke Asuna dan Klein.
“………. Tak mungkin.”
Asuna hanya bisa berguman dalam pikirannya.
Ini tak nyata, aku sedang melihat sesosok hantu kan.
Pergi. Pergilah.
Tetapi,
seolah menghina harapan Asuna, sosok hitam tersebut melambaikan tangan
kanannya perlahan. Tangan tersebut lalu digerakkan ke depan dan
belakang, seolah mengejek Asuna.
Apa yang mengikutinya —
Bisa dideskripsikan sebagai sebuah mimpi buruk.
Sosok baru muncul di samping sosok hitam tersebut. Lalu satu lagi, satu lagi.
Diatas patung raksasa sana, pasukan baru perlahan muncul. Di bagian kiri, sepuluh orang muncul.
— Berhenti. Berhenti .
Asuna memohon. Ia takut tak akan mampu menghadapi kengerian ini.
Akan tetapi.
Pasukan Crimson baru terus bermunculan, terus menerus. Seribu, lima ribu, sepuluh ribu.
Kini pasukan itu berjumlah sekitar tiga puluh ribu, Asuna memperkirakan.
Tak mungkin.
Lima
puluhribu pasukan Amerika dilawan dengan susah payah. Tak mungkin
pasukan sebanyak itu bisa dikumpulkan dengan mudah, dan mereka bukanlah
pemain Jepang. Jika perekrutan diumumkan di website jepang, Klein dan
yang lainnya pasti akan tahu.
Bagaikan hantu. Bagaikan hantu yang dipanggil menggunakan Art.
Pada
titik ini, Para pemain Jepang yang hampir menghancurkan pemain Amerika
di garis depan sana menghentikan pertarungan dan melihat ke atas patung.
Medan peperangan kini menjadi sunyi.
Garble, garble.
Bunyi gemericing dari pasukan crimson di atas sana terdengar bagaikan deru angin di telinga Asuna.
Asuna
tak bisa memahami bahasa apa yang mereka gunakan karena tercampur bunyi
gemericing. Ia memfokuskan pendengarannya, dan akhirnya menangkap
perkataan yang cukup keras dari lainnya.
— Bigeobhan ilbon-in.
— Uli nalaleul jikyeola.
— Ganchuu renmen.
Bukan bahasa Inggris. Juga bukan bahasa Jepang.
Pada saat itu, Klein menggeram.
“Ah… Ini buruk… sangat buruk… Pasukan baru itu bukan dari Jepang maupun Amerika…”
Asuna merasa keringat dingin menuruni punggungnya ketika mendengar kata – kata selanjutnya:
“……… Mereka dari Cina dan Korea.”
Bagian 3
Mungkin
karena universitas sedang melaksanakan liburan musim panas, bar VR di
daerah Cheongjin-dong, Distrik Jongno di Seoul kini terlihat padat.
Jo
Wol-saeng baru saja selesai mengisi formulir masuk, ia lalu memesan
minuman soda di bar. Ia memasuki sebuah ruangan, bersandar ke tempat
duduk lalu menarik nafas.
Ia belum pernah merasa selega ini
sebellumnya. Ia sebenarnya sudah mengetahui alasannya. Ia kini sudah
berusia 20 tahun, seorang mahasiswa tingkat dua, dan tahun selanjutnya
ia akan absen untuk melakukan wajib militer.
Ia dibatasi sampai
umur 30 tahun untuk melakukannya, jadi ia bisa saja menunda – nunda,
tetapi seorang mahasiswa yang belum melakukan wajib militer sebelum
kelulusan akan dianggap sebelah mata dalam dunia pekerjaan. Hampir semua
teman seangkatannya akan mengikuti wajib militer tahun berikutnya, dan
karena orang tuanya juga mendesak terus, ia tak bisa lari lagi.
Wol-saeng meneguk soda miliknya dan merasa lega.
Semua
hal ini membuatnya resah, apakah ia bisa menjalani latihan keras itu,
bagaimana jika ia akan dibuli oleh para prajurit. Tetapi yang paling
membuatnya depresi adalah fakta bahwa masa hidupnya selama dua tahun
akan dirampas. Yah, meskipun ia tak memikirkan hidupnya di dunia nyata,
sedangkan di dunia virtual, disitulah ia pertama kali merasakan hidup
setelah diundang oleh teman – teman kuliahnya — dua tahun penuh tak bisa
memasuki dunia itu, sangat membuatnya stres.
“…… Jika saya di militer ada hal semacam ini …”
Ia
berguman ketika mengambil mesin FullDive yang ada di meja — the
«AmuSphere». Benda ini milik bar VR, sering dipakai umum. Tapi bagi
Wol-saeng, mesin ini lebih bercahaya ketimbang seorang malaikat.
Tiga
tahu lalu — di 2023, mesin ini dirilis di Jepang lalu dikirim ke luar
negeri tahun berikutnya, dan menjadi booming di Korea Selatan, dimana
industri game online sedang diminati. Dulu bernama «PC Bars», kafe –
kafe internet mulai mengganti nama mereka menjadi «VR Bars», karena
memiliki AmuSpheres. Anak - anak muda mulai terpikat oleh VRMMORPG, baik
yang dikembangkan Jepang maupun Amerika.
«Silla Empire», game
yang dimainkan Wol-saeng selama satu setengah tahun ini adalah permainan
yang telah dilokalisasikan ke Korea dari developer asal Jepang «Asuka
Empire». Game ini bukan hanya ditranslate, bahkan kota, avatar, dan isi
quest telah disesuaikan dengan dinasti Silia Korea. Permainan ini
memiliki popularitas tertinggi sejak pertama kali diluncurkan.
Di
sisi lain, para pemain ingin segera memiliki game yang murni diciptakan
oleh Korea sendiri, jadi banyak perusahaan yang mengembangkan VRMMO
menggunakan softwere gratis bernama «The Seed Nexus». Akan tetapi,
softwere tersebut juga masih buatan Jepang, jadi tanpa menghubungkan ke
«The Seed Nexus» yang berbasis di jepang, siapapun tak bisa
memaksimalkan fungsi yang ada. Tetapi VRMMO Jepang membatasi hubungan
koneksi ke Korea dan China sehingga keduanya tak bisa menghasilkan
permainan yang menyamai kualitas «Silla Empire», hal ini membuat banyak
pemain Korea menjadi tak puas.
— Aku ingin memainkan semua game Korea sebelum masuk wajib militer, tapi sepertinya hal itu tak mungkin …
Wol-saeng mengeluh, lalu membuang harapannya tersebut. Ia bersandar ke kursi dan mengenakan AmuSphere.
“… Link Start!”
Ia mengucapkan suaranya dan menutup mata.
Melewati
sinar warna – warni, ia mengisi user ID dan password, lalu ia sampai di
Launching Area untuk bersiap mengklik icon «Silla Empire».
Tetapi,
ia menyadari ada notifikasi window networking yang melayang di sisi
kanan ruang tersebut, lalu menscroolnya ke bawah dengan cepat.
Sepertinya ada ribuan orang yang memposting berita yang sama secara
bersamaan.
“……… Apa – apaan ini?”
Kebingungan, Wol-saeng
menekan program di sisi kiri lalu menarik window networking ke
hadapannya. Lalu ia mengklik berita, memeprbesarnya dan membacanya.
“Hmm…
‘Korea, America, dan China sedang melakukan pengembangan VRMMO baru dan
tes server yang sedang dijalankan… telah di serang oleh pemain Jepang,
mereka juga menyerang pemain beta test?! Apa – apaan ini?!”
Sejujurnya,
Wol-saeng sadar jika berita macam ini sulit untuk dipercaya. Tetapi
lampiran yang ada di bagian akhir berita menunjukkan suatu video; ia
mengkliknya tanpa ragu.
Sebuah window terbuka, lalu —
“Penjaga, Serang!!”
Teriakan
pemain menggelora. Wol-saeng yang juga beberapa kali menonton Anime
Jepang sadar jika apa yang ia katakan adalah bahasa Jepang.
Video
tersebut menunjukkan pemain Jepang yang mengenakan armor silver sedang
menyerang pemain berarmor crimson, membunuhnya satu persatu. Darah terus
menerus muncul ketika pedang mereka diayunkan, pemain Amerika mengutuk
tindakan tersebut.
Menduga karena tak ada hukum yang mengatur
tempat tersebut, kejadian ini pastilah terjadi di tes server. Seperti
yang dikatakan berita tersebut, pemain jepang sedang membantai pemain
Amerika.
Ketika video 30 detik itu berakhir, Wol-saeng merasa bimbang.
Sebuah
«server attack» biasanya diartikan sebagai tindakan menghancurkan suatu
website, tetapi dive kedalam dunia VR dan menyerang para pemainnya …
ini pertama kalinya Wol mendengar berita semacam ini. Jika isi video itu
benar – benar nyata, itu berarti kejadian ini masih berlangsung, tetapi
sesuatu mengganggunya.
Memang… di video itu, para pemain jepang
memiliki equipment dan kemampuan yang melebihi pemain Amerika, mereka
sedang menghajar para pemain Amerika. Akan tetapi ia merasa pihak yang
sedang diserang bukanlah Amerika, melainkan pihak Jepang. Menyerang
sebuah server adalah lelucon biasa, tetapi… orang – orang ini seolah
sedang mempertaruhkan nyawa …
Tiba – tiba, bunyi ding-dong terdengar, membuat Wol-saeng menolehkan kepalanya.
Itu
adalah teman satu guild «Silla» yang sedang mengiriminya permintaan
pesan suara. Ia menekan tombol “Accept” kemudian sebuah window muncul
dan berteriak pada karakter milik Wol-saeng.
“Hei, Moonphase, kau sudah lihat kan?!”
“Uh… ya, aku baru saja …”
“Lalu apa yang kau tunggu? Cepat download client-nya!”
“C… Client?”
Ia kembali melihat ke window networking dan menggeser kesamping.
Tertulis
disana — Guna menolong para pemain dari serangan pihak Jepang, kami
sedang merekrut relawan dari seluruh pemain VRMMO Korea. Jika kamu
berminat, silahkan download softwere ini dan menginstalnya ke AmuSpheres
milikmu.
“…Ini?… Hwan-ung, kau pikir ini nyata?”
“Tentu saja, bukankah sudah jelas di video itu?! Selagi kita bicara teman – teman kita sedang di serang!!”
“Memang… Tetapi, video itu…”
Wol-saeng ingin mengutarakan pendapatnya, tetapi ia didahului.
“Kalau begitu, instal saja dan cepatlah! Myung-hoon dan Helix sudah dive, jadi aku akan menunggumu disana!”
Panggilan itu berakhir, dan kesunyian muncul diruangan ini.
Meskipun
Wol-saeng masih memiliki banyak keraguan, hampir seluruh anggota
guildnya telah ikut serta, ia tak tahu apa jadinya jika ia tak ikiut
serta. Ia mungkin akan menemukan petunjuk tentang apa yang terjadi
disana — terlebih lagi, gangguan semacam ini pastilah sebuah event
menarik bagi pembukaan suatu game baru. Jika ia tak ikut serta, ia
mungkin tak akan mendapat keuntungan.
Membuat keputusan,
Wol-saeng menekan tombol “Download” dan menginstalnya ke AmuSphere, lalu
muncul icon baru untuk dijalankan. Setelah menekan icon crimson, sebuah
kata berwarna hitam pekat yang bertuliskan “BANTU KAMI” muncul,
Wol-saeng merasa kesadarannya telah dihisap ke suatu dimensi yang
berbeda. ***
Bahkan setelah mentransfer koneksi yang jumlahnya
sangat banyak dari Cina dan Korea ke dalam Underworld, Critter masih
merasa ragu.
Meskipun ia telah mengikuti perintah Vassago Casals
untuk memberikan client koneksi ke dua negara yang ada di dekat Jepang,
ia merasa ada hal yang mencurigakan disini.
— ‘Bukankah Jepang dan Korea hampir mirip?
Banyak
orang Amerika tidak tahu jika Jepang dan Korea adalah negara yang
berbeda, dan ada juga yang menganggap jika Korea dan Jepang adalah
bagian dari negara Cina. Meskipun Critter tidak terlalu memusingkannya,
ia menganggap jika ketiga negara ini adalah negara yang rukun. Bukankah
ketiga negara ini cukup rukun, seperti EU?
Itulah mengapa Critter tak bisa menemukan hal mencurigakan pada rencana Vassago.
Karena
ia tak memiliki waktu untuk membuat situs palsu, maka ia menggunakan
sosial media untuk menyebarkan berita ini. Berita pertama : “Orang –
orang Jepang sedang menyerang server VRMMO yang sedang dikembangkan
Amerika, Cina, dan Korea!”
Berita kedua memberikan penjellasan:
“Pemain Jepang ingin memonopoli The Seed Nexus jadi mereka menyerang
server dan mulai menciptakan karakter – karakter kuat. Mereka menyerang
pemain test Amerika, Cina, dan Korea. Karena server tersebut masih belum
dilengkapi dengan pain absorption dan kode anti kriminal, teman – teman
kami masih dibantai dengan rasa sakit yang nyata.” Critter lalu
melampirkan sebuah video yang ia ambil dari dalam Underworld.
Video
tersebut adalah rekaman Pasukan Kerajaan Manusia yang sedang menyerang
pemain Amerika, tetapi penduduk Underworld berbicara dengan bahasa
Jepang. Tempaknya video tersebut memiliki dampak yang cukup besar,
jumlah berita yang disebarkan meningkat drastis, dan jumlah client yang
didownload pemain Korea dan Cina telah melebihi client yang didownload
Amerika.
Bersandar kembali, Critter berfikir sejenak.
— Mengapa rasanya pemain Jepang tidak akur dengan pemian Cina dan Korea ya?
***
— Oh, malah semakin memburuk. Mereka saling serang satu sama lain.
Vassago Casals yang telah kembali ke Underworld menggunakan karakter «Laughing Coffin» miliknya, «PoH» mulai menyeringai lagi.
Ia
mengangkat tangan kanannya tinggi – tinggi, dan berteriak pada pemain
crimson yang ada dibelakangnya menggunakan bahasa Korea.
“— Pergilah, lindungi teman – teman kita!! Tebas dan tusuk mereka semua seperti yang mereka lakukan pada teman kita!!”
Seketika
pasukan yang berjumlah 50.000 ini mendengar kata – kata tersebut,
mereka langsung maju kedepan. Bagi mereka, pasukan Amerika yang sedang
dibunuh oleh pemain Jepang kini sudah mereka anggap sebagai teman.
Mencoba tidak tertawa, Vassago mengyunkan tangannya kedepan.
Seperti suara deru badai, pasukan crimson yang baruu saja muncul mulai melakukan penyerangan pada pemain Jepang.
— Ayo, saling bunuhlah. Menarilah sampai kalian mati.
***
“… Dia datang.”
Sinon berguman pada dirinya sendiri.
Ia melihat garis – garis kode hitam berjatuhan dari langit merah, seperti gumpalan benang.
Sekarang
ini, ia ingin menggunakan skill «Annihilate Ray» dengan kapasitas
maksimumnya ketika musuh muncul di depan mata. Karenanya musuh tak
mungkin menghindar atau bertahan.
Tetapi sekarang ini ia perlu
mengulur waktu. Jika musuh mampu membuat akun – akun berlevel atas, maka
membunuhnya akan jadi sia - sia.
Pertama, ia harus mampu
menarik perhatian musuh, lalu mengamati reaksinya. Jika musuhnya seolah
mempertahankan diri dengan sangat serius, ia bisa memastikan jika musuh
menggunakan akun pribadi miliknya. Lalu, ia akan melakukan serangan
penuh, sehingga membuatnya tak bisa log in memakai akun yang sama.
Tetapi,
dalam sebuah event dimana akun bisa dibuat secara banyak, ia tak bisa
membunuhnya. Ia harus berusaha mengulur waktu bagi Alice agar bisa
sampai ke «Altar Ujung Dunia».
Jadi Sinon tidak menarik lagi busurnya dan kini hanya menunnggu musuh untuk muncul.
Tempat kode – kode hitam muncul adalah tempat jasad Komandan Knight Bercouli berada beberapa menit lalu.
Sekarang
jasadnya telah dipindahkan ke atas punggung naga oleh Integrity Knight
Alice; ia ingin memberikan pemakaman yang layak baginya di Kerajaan
Manusia.
Shino bertanya padanya: “Dia seseorang yang kau
sayang?” Alice tersenyum lembut dan membalas: “Kau juga saingan orang
yang kusayang.”
— Syukurlah.
Pada saat ini, Sinon tak boleh ter-log out dengan mudah. Ia harus menjaga dunia ini, hingga Kirito terbangun.
Sinon menetapkan tekadnya dan memandang tanah di bawah sana .
Garis hitam tadi kini menyentuh tanah dan membentuk suatu cairan.
Warnanya sungguh hitam, seperti lubang neraka.
Ketika gariis terakhir berkumpul menjadi satu —
Bloop.
Sebuah
wajah mulai terbentuk. Lalu tangan kanan mulai muncul. Ketika Sinon
melihat lima buah jari yang terbentuk, ia merasakan hawa dingin di
punnggungnya.
Ia mencoba mengalihkan perasaan ini, dan menunggu musuh untuk memadat.
Setelah tangan kanan, tangan kiri mulai terbentuk.
Kepala si musuh kini hampir terbentuk.
—
Apa yang membuat Sinon terkejut adalah fakta jika karakter musuh tidak
diedit melalui edit feature; itulah anggapan Sinon, ia tak terlalu
tampan. Rambut emas pendeknya tergerai, hidung dan bibirnya tipis, dan
dia seperti orang Caucasian, menurutnya.
Apakah karakter ini adalah tubuh asli orang yang menggunakan Super Account Dewa Kegelapan Vektor?… Sinon berpikir keras.
Orang itu mengangkat tubuh bagian atasnya, menampakkan mata birunya, akhirnya ia menatap Sinon yang sedang terbang.
Seketika, Sinon merasa ada yang aneh.
Ia
merasa jika pernah melihatnya entah dimana. Mata itu adalah mata yang
merefleksikan apapun, namun tampak seolah menelan segalanya di saat yang
sama; sepasang mata yang tak memiliki emosi.
Mata tersebut melebar ketika melihat Sinon. Lalu sebuah senyum muncul di wajah musuh.
Ya. Aku pernah melihatnya. Aku pernah melihat mata … dan wajah itu. Terjadi belum lama ini, dimana —
Ketika Sinon menatapnya, splat, seketika ia meloncat.
Posisi
menyerangnya cukup aneh. Ia juga telah mengkonvert equipment miliknya;
ia tak mengenakan armor metal. Seragam bagian atas dan bawah
disambungkan dengan sebuah sabuk, dan kakinya memakai sepatu boot,
hampir mirip seperti seorang prajurit di dunia nyata. Senjata miliknya
adalah sebuah pedang panjang di pinggang kiri dan sebuah busur di tangan
pinggang kanan.
Ketika tubuhnya hampir utuh memadat, gumpalan
cairan hitam tidak menghilang. Namun tetap memadat sendiri seperti
seekor binatang. Bukan, memang sebuah binatang, cairan itu berubah
menjadi sebuah sayap tipis.
Bukan seperti sayap burung, maupun
sayap naga, lebih seperti sayap kelelawar. Dibagian ujung sayap tersebut
terdapat empat mata dan sebuah ekor panjang.
Ketika si pria
mendekati binatang tersebut, makhluk bersayap ini membentangkan sayapnya
dan menuju ke ketinggian dimana Sinon berada.
Makhluk itu hanya berjarak 30 meter dari Sinon, dan si pria masih tersenyum padanya.
Entah
mengapa, musuh mengangkat tangannya yang tak bersenjata dan
merentangkannya ke bagian depan. Sinon menjadi waspada, berpikir jika ia
akan memulai incantation. Tetapi tak ada yang terjadi. Si pria lalu
melingkarkan tangannya seolah hendak mencekik leher Sinon.
Seketika itu juga, Sinon akhirnya mengingat. Suara serak keluar dari mulutnya.
“…… Subtilizer……”
Itu
dia. Seorang pemain Amerika yang berhasil membunuhnya ketika final PvP
Turnamen di Gun Gale Online — «Fourth Bullet of Bullets», yang
diselenggarakan dua minggu sebelumnya.
Tetapi mengapa ia ada disini?
Lupa akan busur yang ia genggam, Sinon masih terkejut, matanya semakin melebar.
***
Dibagian tengah Ocean Turtle yang berbentuk seperti piramid, disokong oleh poros tebal yang terbuat dari bahan titanium.
Di
bagian bawah poros berbentuk lingkaran setinggi seratus meter ini
terdapat sebuah mesin yang dilindungi oleh berbagai lapis dinding
pelindung — Reaktor Bertekanan Air. Diatas reaktor ini terdapat Ruang
Kontrol Utama, dan Ruang STL 01.
Underworld, lebih tepatntya
fokus penelitian Project Alicization — Light Cube Cluster ada di bagian
atas ruang kontrol utama. Area tersebut berada di bagian poros bawah.
Diatas
Light Cube Cluster adalah lantai yang memisahkan poros atas dan poros
bawah. Area diatas dinding yang ada di poros atas ada: berbagai macam
peralatan pendingin, dan Ruang Sub Kontrol dimana pekerja RATH sedang
bersembunyi saat ini, juga ada ruang STL 02 yang sedang digunakan
Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna.
Pada 7 Juli, pukul 9:00 am.
Sebuah robot humanoid mulai bergerak atas kemauannya sendiri di ruang
peralatan pendingin, menuruni tangga di bagian samping kapal. Dia adalah
mesin prototipe yang dikembangkan RATH, «Ichiemom». Meskipun bergerak
sendiri, sebenarnya ada tiga orang pasukan JSDF yang mengikutinya.
— Syukurlah, aku bukanlah seorang claustrophobic, acrophobic, atau nyctophobic.
Higa Takeru menguatkan dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama. Ia merasa jika memiliki phobia bukanlah hal yang memalukan.
Karena,
lorong yang hanya diterangi lampu emergency hanya memiliki panjang 40
meter. Jika tangannya berkeringat maupun salah menempatkan kaki, ia kan
langsung terjatuh ke bawah dan menjemput ajal.
Jika ia
mengetahui hal ini sebelumnya. Ia akan meminta Yanai berjalan dahulu.
Jika ia berjalan didepan, Higa tak akan terus menerus menatap kebawah.
— Omong – omong, ia berkata akan melindungiku. Tetapi malah menyuruhku “Berjalan didepan”. Apa - apaan?
Higa memandang beberapa meter di keatas, Yanai masih menuruni tangga.
Akan
tetapi, setelah melihat jika wajahnya semakin pucat ketika ia menuruni
tangga per tangga. Higa tak jadi mengeluh. Keberanian Yanai untuk ikut
serta dalam misi ini sudah cukup untuk diberi pujian, dan senjata pistol
yang ada di pinggangnya cukup memberi rasa aman.
Ketika Higa kembali menuruni tangga, eraphone yang ada di telinga kirinya memancarkan suara.
“Bagaimana, Higa-kun? Baik – baik saja kan?”
Suara ini ilik Koujiro Rinko, ia masih mengintip di lubang masuk di atas sana.
Higa menjawab apa adanya.
“Ah… yah, seperti ini. Sekitar lima menit lagi kita akan bisa sampai ke dinding pemisah.”
“Oke.
Ketika kalian siap, aku akan memberikan perintah penyerangan pada tim
Ichiemom. Kalian harus membuka sekatnya ketika musuh sudah menyerang
Ichiemom.”
“Roger. Wow, ini seperti Mission Impossible ya.”
“Ohhhh,
maka buatlah misi ini menjadi Possible. Aku hanya khawatir mengenai
kondisi kesehatan Kirito-kun yang ada di Underworld … Maaf, Yanai-san,
tolong awasi anak ini ya.”
Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Yanai. Setelah Higa mendengar Yanai berkata “Roger”, ia hanya bisa memprotes.
— “Anak ini”, huh?
Ia menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangga yang kini semakin berkeringat.
Melihat kebawah, ia bisa melihat sekat dinding pemisah semakin kelihatan.
***
Critter
masih menatap layar besar yang kini menampilkan pergerakan pemain Cina
dan Korea yang telah dive, namun tiba – tiba bunyi alarm membuatnya
terkejut.
“Ap…?!”
Ia menyisir console dengan panik, lalu menemukan alarm merah bersinar di sisi kanan monitor.
“Whoa… Dinding penahan telah terbuka. Kalian pergilah dan cek lorong itu!!”
Sebelum ia selesai berteriak, anggota tim penyerang yang paling tinggi, Hans, langsung menggenggam senjata dan berlari keluar.
“Sialan, kartuku sedang hoki padahal!”
Brigg berguman dan melempar kartu ke lantai, lalu ia juga mengejar Hans.
Apakah
Rath yang tak diuntungkan dalam hal peralatan dan senjata mulai
melakukan serangan bunuh diri? Ataukah mereka merencanakan sesuatu …?
Critter
meninggalkan console dan bergerak menuju pintu masuk ruang kontrol.
Daya elevator telah dimatikan, jadi ia harus menggunakan tangga jika
sesuatu terjadi. Hans dan Brigg juga menyimpulkan hal yang sama; bunyi
keras logam terdengar dari atas sana.
Tetapi bunyi langkah kaki kini terhenti, dan berganti teriakan.
“Woah!!“
“Are you kidding?!“
Lalu terdengar bunyi rentetan tembakan.
***
Higa bisa mendengar dengan jelas suara ratatatat dari luar lorong ini, suara tempakan senjata api.
Pada
saat ini, di sisi lain dinding. Membran kulit titanium Ichiemon pasti
telah berlubang karena peluru tersebut. Akan tetapi, baterai dan kontrol
sistem yang mengaturnya ada di bagian belakang. Jadi meskipun kena
banyak tembakan, ia masih bisa bergerak.
“Baiklah! Sekarang buka sekat dinding ini!”
Melalui
suara Professor Koujiro yang ada di telinganya, Higa melompat lubang
palka anti tekanan diantara sekat pemisah dinding. Denngan suara psshh,
alat pengatur tekanan air mulai bergoyang, dan pelindung logam mulai
terangkat.
Di sisi lain dinding, yang berada di bawah sekat ini,
juga diterangi lampu orange emergency. Di sisi pertempuran sana juga
berwarna sama.
Higa menelan ludah, mengatur kembali tas punggung
yang berisi laptop mini, lalu mendorongnya ke akses panel yang semakin
menyempit. Kemudian, ia menuruni anak tangga lain, dan semakin menurun.
— saat – saat seperti ini, orang yang ada di suatu film pasti akan mulai menjerit – jerit.
“Ayo ayo ayo!!“
Ia berguman, dan suara bingung Rinko membalas.
“Um, apa yang kamu katakan?”
“T-Tak ada. …Sekitar sepuluh meyer dari colokan kabel maintenance … Ah, Aku melihatnya, ada disana!”
Banyak
kabel fiber optik tebal menggulung menuju sebuah kotak hitam. Jika ia
mencolokkan laptopnya ke colokan maintenance, secara teori ia akan bisa
mengonrol Units #3 dan #4 yang ada di Ruang STL 2, dan juga Units #5 dan
#6 yang berada sangat jauh di cabang Roppongi sana.
— Tunggulah, Kirigaya-kun. Aku akan membangunkanmu!
Higa lupa akan rasa takutnya, dan menuruni tangga ini, sebuah suara terdengar di earphone iliknya.
“Aku juga akan turun ke ruang Sub Kontrol untuk melihat Fluctlight milik Kirito-kun. Semoga berhasil, Higa-kun!!”
Dipuji
oleh Professor Koujiro — yang ia biasa panggil Koujiro-senpai, seolah
membuatnya terkenang masa – masa kuliah dulu, itu membuat Higa tambah
semangat.
Ia kini melihat Yanai, yang juga sedang menuruni tangga. Wajahnya tampak depresi.
Higa menghembuskan nafasnya, lalu melihat kotak hitam yang semakin mendekat.
***
Setelah
muncul kembali ke medan pertempuran yang kini porak – poranda akibat
pertarungan sebelumnya, si pria berseragam tempur melihat ke selatan dan
berguman dengan suara datar:
“… Alice kabur ya? Tak masalah, aku bisa mengejarnya …”
Lalu ia menatap Sinon lagi, dan tersenyum.
“…
Jika aku ingat – ingat, kita pernah bertempur di turnamen Gun Gale
Online tournament kan. Namamu… «Sinon»? siapa sangka kita bisa bertemu
lagi di tempat seperti ini?”
Mendengarkan suara datarnya yang
tak menyerupai manusia, si pria adalah Dewa Kegelapan Vektor dan
Subtilizer pada saat yang sama, Sinon mencoba menghentikan tangannya
yang gemetaran. Tetapi jarinya mati rasa, telapak tangannya berkeringat,
dan ia merasa jika ia membuat gerakan tiba – tiba, Bow of Solus mungkin
akan ia jatuhkan ke tanah.
Berdiri ke piringan hitam berbentuk
monster bersayap, Subtilizer tersenyum lagi dan kembali berbicara dalam
bahasa jepang yang cukup lancar.
“Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku dengar tak ada lagi mesin STL di Jepang … Mungkinkah kamu pegawai
RATH? Ataukah, kamu seorang prajurit bayaran yang memang ingin datang ke
tempat ini?”
Cukup kesulitan, Sinon memaksa bibir keringnya untuk bergerak dan berbicara:
“Subtilizer… Aku ingin bertanya, mengapa kamu ada disini?”
“Karena aku tak bisa menolaknya.”
Subtilizer merentangkan tangannya, seolah tak bisa menjangkau sesuatu:
“Ini adalah takdir. Kekuatan jiwa yang bisa membuatmu dan aku bertemu.”
Nada bicaranya perlahan berubah. Suaranya semakin dingin.
“Ya…
Aku menginginkanmu. Itulah mengapa kita bisa bertemu. Ini akan
menjelaskan banyak hal. Siapapun targetnya yang aku hisap melalui STL,
baik itu Artificial Fluctlights maupun Jiwa Manusia dari Dunia Nyata …
Aku akan bisa memahami jiwamu yang manis itu, aku tak mampu merasakannya
di turnamen GGO.”
Ketika Sinon mendengar perkataannya, kata – kata yang orang ini ucapkan ketika final BoB ke-empat terngiang di kepala Sinon.
— Your soul will be so sweet.
— Your soul will be so sweet.7
Tubuh Sinon semakin dingin, nafasnya tak terkendali.
“Kemari… kemarilah, Sinon. Berikan padaku.”
Cahaya dingin memancar dari kedua mata Subtilizer.
Zzt. Dunia menghilang.
Udara, suara, bahkan cahaya seolah dihisap kedalam mata Subtilizer.
“Apaa………”
Apa ini?
Ia seolah ditarik sesuatu.
— Tidak. Aku harus menahannya. Aku harus melawannya.
Jiwa Sinon berteriak, seolah sangat lemah.
Akhirnya, armor biru Sinon terhisap ke lengan Subtilizer yang terbuka.
Jari – jari lemah Sinon berusaha menarik tali busur yang mengambang di udara.
Beberapa detik kemudian, kesadarannya semakin terselimuti, Sinon merasa tubuhnya semakin lemas ditelan kegelapan Subtilizer.
Tangan
kirinya memeluk punggung Sinon, sedangkan tangan kanannya menyentuh
wajah dan membelai rambut yang ada disamping wajah Sinon.
Bibir tipis Subtilizer mendekat ke telinga Sinon, lalu membisikkan sesuatu.
“Sinon, apa kau tahu arti dibalik nama «Subtilizer»?”
“…………?”
Tak bertenaga. Sinon menggelengkan kepalanya.
“Nama
tersebut mirip dengan nama, «Satori», dalam amerika itu berarti
seseorang yang sangat disayang. Tetapi, kata ini jika diartikan dalam
bahasa Inggris berarti «Subtilizer». Kata yang bermakna «seseorang yang
membersihkan», «seseorang yang memahat», «seseorang yang memilih»… Dan
«seseorang yang mencuri».”
Cahaya semakin terang dari kedua mata Subtilizer, cahaya tersebut kini mendekati wajah Sinon.
“Aku akan mencurimu. Aku akan mencuri jiwamu…”
***
Tempat dimana Jo Wol-saeng mendarat adalah sebuah batu yang telah retak dan ditutupi lumut.
Ini
bukan batu alami, ini buatan manusia. Ia muncul di atas sebuah kuil
raksasa. Sekelilingnya adalah pemain Korea yang baru saja log ini, dan
jumlah mereka sekitar ribuan... mungkin sepuluh ribu.
Karena
tidak ada pilihan karakter, equipment semuanya berbeda – beda, begitu
juga senjatanya, tetapi equipment dan senjata tersebut berwarna merah
crimson. Wol-saeng melihat kedua tangannya sendiri yang kini juga
diselimuti sarung tangan merah crimson, ia lalu menoleh ke belakang.
Meskipun
ia tak bisa mengetahui pemandangan sekeliling karena tertutupi
keramaian, ia masih bisa melihat pertempuran yang sedang terjadi di
padang rumput di depan sana. Tetapi pemain Korea yang ada di
sekelilingnya tidak bergerak sedikitpun, mungkin karena hasil
pertarungan ini sudah bisa dipastikan. Grup yang mengenakan armor warna –
warni sepertinya adalah pemain Jepang, mereka tampaknya telah
menghabisi pasukan berwarna crimson seperti yang ia kenakan. Mereka
telah mengatur pasukan, mereka juga seolah tidak bersenang – senang akan
hasil yang mereka capai.
Ia tahu. Ada yang aneh. Tetapi ia tak bisa menyimpulkan.
Sepertinya,
ini bukanlah sebuah event promosi sebuah game seperti yang ia bayangkan
sebelumnya. Area ini, hanya ada langit merah dan tanah gersang,
terlihat terlalu sederhana, dan tak adanya panduan dan peringatan
sebelum ia dive mengindikasikan tidak adanya sebuah event official.
Meskipun
begitu, ia masih tak percaya pada berita yang ia baca. Terlebih lagi,
apa maksud menyerang pemain test server dan membunuh mereka? Meskipun
pemain jepang bisa menguasainya, bukan berarti mereka akan menghentikan
pengembangan sebuah game.
Hampir separuh pemain Korea yang ada
disekitarnya juga berpikiran sama tentang situasi ini. Suara - suara
“Apa yang kita lakukan?” “Apa mereka beneran pemain Jepanh?” saling
bersautan.
— Tetapi, kemudian.
“Kawan - kawan!”
Sebuah teriakan berbahasa Korean= terdengar dari depan sana.
Wol-saeng
meninggikan kepalanya, karena ia tertutupi banyak pemain lain, ia tak
bisa melihat siapa yang berbicara. Akan tetapi, ia berhasil menangkap
sebuah logo merah, [Leader] mengambang di atas seseorang di depan sana.
Suara tersebut berasal dari bawah logo itu.
“Terima kasih telah
menjawab panggilan kami! — Sayangnya, semua pemain beta test telah
dibunuh oleh pemain jepang, tidak, penjajah jepang! Tetapi mereka akan
bersiap – siap bergerak menuju lokasi test lain dan bermaksud melakukan
hal yang sama!”
Selanjutnya —
Wol-saeng merasakan amarah yang muncul dari beberapa ribu pemain.
Apa
yang membuat mereka marah kemungkinan adalah kata “penjajah”. Rasa
bingung dan curiga yang menyelimuti pemain Korea kini menguap,
tergantikan oleh rasa marah di seluruh area.
“… BIGEOBHAN ILLBONIN!“
Seseorang berteriak, kemudian satu demi satu teriakan mulai bergema. Setelah cukup mereda, si «Leader» kembali memprovokasi:
“Para
pemain Jepang meng-hack server kita, dan menciptakan equipment berlevel
tinggi bagi mereka sendiri! Dan kita, hak milik kita telah dirampas,
kita hanya bisa menggunakan default equipment, wahai kawan! Tetapi,
semangat juang kalian tak akan kalah dengan armor dan pedang manapun!”
Pada saat ini, teriakan yang semakin keras makin terdengar.
“ULI NALALEUL JIKYEOLA!“
Lalu, dari samping paling kanan, sebuah teriakan yang bukan bahasa Korea juga terdengar.
“GANCHUU RANMEN!”
Wol-saeng
tak memahami maksud kata – kata itu, tetapi ia paham jika itu bahasa
Cina. Tempaknya jumlah pemain Cina juga hampir sama dengan pemain Korea.
Bahkan saat suasana makin memanas, Wol-saeng masih merasa ada
yang aneh. Tetapi pada saat ini, ia sadar tak ada yang mampu
menghentikan amarah para pemain Korea dan Cina.
Kemudian, si «Leader» mengangkat tangan kanan yang terselimuti sarung tangan hitam ke urara.
“——— Go!!“
Menerima
perintah tersebut, baik pemain Korea dan Cina kini melaju kedepan
seperti binatang yang sangat marah, getarannya sangat terasa di tanah
yang ia pijak. ***
“Pa… Pasukan! Pasukan Persediaan! Lariiii—!”
Asuna berteriak sebelum pasukan crimson yang baru saja muncul mulai bergerakdari atas sana.
Pasukan
Persediaan Kerajaan Manusia sebelumnya masih berkemah di dekat pintu
masuk reruntuhan kuil ini. Kuil ini membentang di kedua sisinya. Dengan
kata lain, puluhan ribu pasukan crimsom langsung melaju ke arah pasukan
persediaan.
“Tinggalkan barang – barang kalian dan larilah, larilah kalian!!”
Meskipun
ia telah memerikan perintah itu, sudah terlalu terlambat. Pasukan baru
ini telah memasuku medan peperangan, pemain Cina dan Korea langsung
melompat dari atas patung dan menuju posisi tengah pasukan persediaan.
Asuna menggertakkan giginya dan mengangkat rapier di tangan kanan tinggi – tinggi.
Memusatkan
imajinasinya ke ujung pedang, ia lalu mengayunkannya ke bawah. Terang,
berbagai macam sinar muncul dan menghantam patung – patung yang ada di
kedua sisi.
Meskipun rasa sakit bermunculan di kepala Asuna, ia
masih mengkonsentrasikan imaginasinya. Patung – patung batu ini mulai
berjatuhan dan tangan patung yang terbuka mulai menjatuhi pasukan yang
ada di atap.
Pasukan crimson yang ada di bagian depan buru –
buru mundur namun tak bisa karena didorong dari belakang. Mereka
berjatuhan seperti sebuah domino. Mengambil kesempatan ini, delapan
kereta kuda, dua ratus pasukan Ascetic, dan pasukan persediaan mulai
bergerak.
Asuna hanya bisa mengendalikan patung – patung ini
selama 30 detik sebelum rasa sakit yang muncul menjadi menyakitkan, ia
akhirnya terjatuh. Namun, Pasukan Kerajaan Manusia sudah berhasil labur
menuju bagian utara reruntuhan. Sekitar 500 Penjaga dan 2,000 Pemain
Jepang mulai maju dan membentuk formasi bertahan di kedua sisi, bersiap
untuk menyerang.
Tetapi karena area sekitar reruntuhan tidak
datar, mereka hanya bisa bertahan untuk menerima serangan puluhan ribu
musuh. Mereka bisa bertahan dari pemain Amerika yang jumlahnya banyak
karena adanya dinding yang membatasi garis depan, juga karena adanya Art
penyembuh dari bagian belakang. Tetapi sekarang ini mereka telah
dikepung oleh 50.000 pasukan Cina dan Korea. Hanya masalah waktu sebelum
pasukan ini dihancurkan.
“Urgh……”
Menggenggam sedikit kekuatan yang masih tersisa, Asuna berusaha bangkit dan menggenggam rapier miliknya.
— Kumohon, sekali lagi.... biarkan aku membuat dinding yang bisa melindungi semuanya.
Ia berdoa sambil mengkonsentrasikan pikirannya.
Tetapi.
Yang
terjadi malahan seluruh tubuhnya bagai di hantam listrik, Asuna
terjatuh lagi. Sesuatu muncul dari dalam tenggorokannya dan ia
muntahkan, itu adalah darah.
“Jangan terlalu memaksakan diri, Asuna! Biarkan kami juga membantu!”
Klein berteriak.
“Ya, serahkan saja pada kami.”
Agil juga membalas.
Ketika keduanya berdiri dan mengankat katana dan kapak mereka —
Pasukan
crimson yang telah pulih dari kejutan mulai turun sekali lagi. Karena
mereka 20 meter dari atas tanah, banyak diantara mereka yang tidak
berhasil mendarat dan terluka parah, bahkan ada yang tak bisa bergerak,
lalu pasukan yang ada di belakang menggunakan teman mereka yang terluka
sebagai sebuah trampolin untuk mendarat dengan aman.
“DOLGYEO —— G!!“
“TU —— JI!!“
Asuna tak pernah mempelajari bahasa Cina atau Korea, tetapi instingnya berkata jika dua teriakan tersebut berarti ‘serang’.
Pasukan
crimson mulai menyerang dari kanan dan kiri, semakin mendekat dan orang
yang menghadang mereka pertama adalah Klein dan Agil.
“Zeiryaaaaaaaaahhhhh!!“
“U…. raaaaaaaaahhhhh!!“
Ditemani
tekanan udara, Sword Skills berskala luas diluncurkan dari katana dan
kapak dua orang ini. Cahaya putih dan kebiruan menghantam musuh dan
puluhan musuh terlempar ke udara.
Di kedua sisi Klein dan Agil, Penguasa ALO, teman – teman mereka, dan anggota Sleeping Knights mulai bertarung sekuat tenaga.
Hantaman
– hantaman senjata mulai berdentuman. Sebuah ledakan terjadi. Pedang,
kapak, dan tombak saling bercahaya karena mengeluarkan Sword Skill,
menebas musuh tanpa jeda.
Pasukan musuh berhenti sejenak.
Tetapi —
Usaha tersebut seperti menahan gelombang bendungan dengan tangan kosong, hal yang sia – sia.
Masih
terbaring di tanah, Asuna seolah mendengar tawa mencemooh dari atas
medan peperangan ini meskipun medan peperangan masih terselimuti
teriakan kemarahan.
Ia mengedipkan matanya yang masih berair dan
menangkat sosok manusia berpakaian hitam ada di atas reruntuhan kuil,
ia seolah menari kegirangan menonton pertarungan ini.
***
Higa
masih mendengarkan rentetan tembakan yang berasal dari balik sisi
dinding sambil masih menuruni tangga secepat yang ia bisa.
Akhirnya, ia sampai didepan kotak hitam yang memantulkan cahaya lampu emergency, ia mencoba membuka menggunakan sidik jarinya.
Didalamnya
ada berbagai macam kabel fiber optik, ini membuat Higa takjub
sementara. Namun, Higa menggeser berbagai macam kabel dan akhirnya
menemukan colokan maintenance.
Ketika ia menggapainya.
Ia
mengambil nafas dalam – dalam, lalu mengambil sebuah kabel dan laptop
dari tas pungguungnya. Ia mencolokkan ujung kabel ke colokan dan ujung
satunya ke laptop miliknya, lalu ia menjalankan control program STL
dengan antusias.
Sebuah jendela hitam muncul, dan di bagian kiri
paling atas mulai berkedip – kedip. Akhirnya, kursor kanan ia gerakkan
dan menampilkan status pesan.
STL #3, Connecting…… OK.
STL #4, Connecting…… OK.
Status yang pertama muncul adalah dua unit STL yang ada di ruang sub kontrol.
Lalum koneksi satelite dari Ocean Tuurtle ke unit STL #5 dan #6 di cabang Roppongi juga telah masuk.
“… Oke!”
Higa berguman. Sekarang ia bisa mengoperasikan empat unit STL yang sedang digunakan Kirigaya Kazuto serta ketiga gadis.
Sayangnya,
untuk memblokir koneksi satelit hanya bisa dilakukan dari ruang main
kontrol, jadi ia tak bisa menjalankan dua unit lainnya yang ada di Ruang
01. Jika itu mungkin, ia bisa menendang para penyerang yang sedang dive
ke Underworld menggunakan mesin STL #1 dan #2.
Menunda gejolak pikirannya, Higa menggerakkan jari – jarinya dan bersiap untuk menjalankan program ini.
— Ayo kita mulai!
Ketika ia akan mulai, teriakan terdengar dari atas kepalanya.
“… B… Berhenti!”
Itu suara milik Yanai. Apa maksud perkataannya tadi?
Higa
menoleh ke atas, kebingungan karena ia melihat sebuah pistol berwarna
biru kehitaman sedang ditodongkan ke wajahnya. Yanai menatapnya dengan
mata haus darah, ia berteriak lagi.
“Singkirkan tanganmu dari laptop! Atau aku akan menembakmu!”
“……… Huh?”
Ia hanya berkedip beberapa kali.
Higa akhirnya menyadari situasi sekarang ini dan mulai menebak mengapa Yanai melakukan hal tersebut.
— Dialah orangnya!
Yanai adalah orang yang membocorkan informasi Project Alicization kepada Amerika.
Tetapi sayangnya, Higa tak bisa melakukan serangan balik. Apa yang bisa ia lakukan adalah bertanya padanya.
“… Yanai-san. Mengapa?”
Keringat dingin menetes dari dahi Yanai yang pucat. Bibirnya bergetar sesaat, lalu ia mengatakan sesuatu.
“Pertama… Pertama, kau memihak tokoh yang salah. Aku bukanlah penghianat disini.”
— Apa maksudmu, “pikir dong”? kau ini si pengkhianat!
Melihat Higa yang terdiam, Yanai melanjutkan.
“Aku hanya menjalankan rencana asliku. Aku akan menyelesaikan misi akhir atasanku … itulah mengapa aku menyusup kedalam RATH..”
“Misi… misi terakhir atasanmu? Apa yang kau bicarakan?….”
Higa
kebingungan. Yanai menyibakkan rambut yang ada di dahinya menggunakan
tangan kiri, lalu menjawab dengan tatapan orang gila.
“Mungkin kalian mengenalnya sebagai… Sugou-san.”
“Ap…”
— Apaaaa?!
Dampak rasa kaget tersebut lebih hebat ketimbang ditodong sebuah pistol, matanya melebar.
Sugou
Nobuyuki. Pria yang bekerja di Labolatorium Shigemura di Touto
Technical University. Ia seangkatan dengan Higa, Koujiro Rinko, dan
Kayaba Akihiko. Ia sangat ingin bersaing dengan Kayaba si super genius.
Tetapi ia tak bisa melampauinya. Mungkin karena hal tersebut, ia
menyandera ratusan pemain SAO untuk melakukan percobaan manusia.
Karena
aksi Kirigaya Kazuto, tindakan Sugou berhasil diungkap ke publik.
Setelah ditahan, ia mendapat hukuman dari jaksa dan masih berada di
Mahkamah Agung Tokyo.
“… Ia masih belum tewas.”
Higa merespon dan Yanai hanya tertawa mengejek.
“Memang
apa bedanya? Ia akan dipenjara setidaknya sepuluh tahun dan bagi
seorang ilmuan, sepuluh tahun itu sama saja kematian. Aku juga hampir
ketangkap, tetapi aku berhasil menyalahkan orang lain dan bebas dari
hukuman.
“Jadi kau … bekerja sama dengan Sugou ketika eksperimen manusia itu?”
“Kerja
sama? Akulah orang yang mengumpulakan data percobaan. Penelitian itu
menyenangkan lho... seperti bagian tentakel dan semacamnya …”
— Mengapa Letnan Kolonel Kikuoka tidak mengecek eiwayat hidup kriminal semacam ini?!
Higa kembali berpikir, tetapi ia tak bisa menyalahkan hal tersebut pada Kikuoka.
Alasan
utama mengapa perusahaan RATH diciptakan adalah untuk menciptakan
teknologi pertahanan yang kini telah didominasi Amerika. Dengan kata
lain, pendirian perusahaan ini mungkin akan membuat zaibatsu kehilangan
kepercayaan asing.
Terlebih lagi, sangat sulit untuk mencari dan
menyewa para teknisi. Hampir tak ada yang mau pindah dari perusahaan
besar ke tempat kecil ini, mungkin itulah mengapa para petinggi RATH
menerima Yanai yang pernah bekerja di perusahaan pengembang teknologi
Fulldive, RECT.
Yanai tempaknya masih memandang Higa, ia lalu
cepat – cepat mengangkat pistolnya lagi. Pengaman pistol tersebut kini
ia lepas. Awalnya, Kikouka memasukkan para teknisi ke pelatihan senjata
guna jaga – jaga. Ironisnya, kini ia malah ditodong sesama teknisi.
Untungnya, Yanai masih memiliki akal sehat, ia melanjutkan perkataannya.
“…
Untungnya, nyawa bosku telah tamat. Tetapi koneksinya masih terus
berjalan. Jadi, jika aku tidak menggunakannya sebaik mungkin. Semuanya
akan menjadi sia – sia.
“Koneksi… Kemana?”
Higa merespon. Yanai tampak ragu sesaat, lalu ia tersenyum dan menjawab.
“Dinas Keamanan Nasional Amerika.”
“Ap… Apa katamu?!”
Higa kembali terkejut, tetapi dalam dirinya ia sudah menduga.
Aktivitas
mereka, termasuk mata – mata dan pengawasan komunikasi antara Jepang
oleh Dinas Keamanan Nasional Amerika sudah menjadi rahasia umum. Mereka
tak tertarik pada teknologi Fulldive yang dikembangkan Jepang. Sejak
mereka memiliki intel pada Project Alicization dari Yanai, rekan Sugou.
Pihak NSA lalu menyewa sebuah kapal selam Navy dan berusaha mencuri
«A.L.I.C.E.».
Yanai masih mengumbar capaiannya tanpa ada rasa bersalah.
“…
Jika para Amerika yang kami sewa bisa mencuri Alice. Aku akan menerima
banyak uang dan posisi atas di Amerika. Itulah apa yang ingin dicapai
oleh Sugou-san.”
— suatu saat keamanan dunia akan berada dalam cengkraman bayang – bayang senjata otomatis yang dikembangkan pihak Amerika.
Higa benar – benar tak ingin hal itu terjadi. Ia ingin menggagalkan rencana tersebut.
— Sadari apa yang sedang terjadi, Rinko-san!
Tepat ketika Higa akan bergerak, Laptop yang ada di tangan kirinya tergelincir dan ia buru – buru menangkapnya.
“D-Diam!!”
Seketika,
teriakan Yanai memasuki telinga Higa ketika ia menodongkan senjata ke
dinding dan menariknya. Kilatan cahaya keemasan terlihat dan dorongan
air membuat telinganya berdengung.
Percikan api muncul dari dinding ini —
Dorongan keras menabrak bahu kanan Higa.
“Huh?”
Higa terkejut.
***
Sinon menatap mata tersebut seperti orang linglung, mata tersebut seolah tak memiliki dasar.
Ini seperti ketika ia bangun dari mimpi di pagi hari.
Ia
harus melakukan sesuatu. Tetapi ini seperti melakukan sesuatu dalam
mimpi, sedangkan di dunia nyata ia masih linglung. Seperti itu terus
menerus.
Jari sedingin es menyentuh lehernya. Rasa takut mengisi hatinya, tetapi rasa tersebut lalu menghilang ditelan kehampaan.
— Jangan.
Ini bukanlah ilusi dalam dunia virtual lagi.
Fakta
tersebut terlintas di kesadarannya seperti alarm. Ia berusaha untuk
berkonsentrasi padanya, tetapi cairan hitam lengket itu telah naik
sampai ke pinggangnya tanpa ia sadari. Ia tak bisa lari maupun
menolaknya.
Wajah pria ini semakin mendekat. Bibir tipisnya menghisap udara. Seolah ikut menghisap emosi, pikiran, dan jiwanya.
— Hentikan.
— Jangan curi itu semua.
Namin itu semua terjadi sangat cepat, kini hanya menyisakan rasa hampa.
“Henti…… kan………”
Bibir si pria semakin mendekati mulut Sinon yang gemetaran —
Crack!!
Sebuah dorongan mengejutkan pikiran Sinon.
Sinon membuka matanya lebar – lebar dan melihat percikan api keperakan dari atas pakaiannya.
— Ini membakar!!
Seketika,
sensasi seperti listrik itu mengejutkan si pria. Sinon memaksakan
kesadarannya yang mulai pulih untuk melepaskan pelukannya dan kini
bebas.
Sinon menggunakan kemampuan terbang Solus untuk membuat jarak.
“……… Urgh…”
Mengambil nafas, Sinon menggerakkan tangan kanannya menuju objek yang masih memercikan api.
Benda ini masih terikat oleh sebuah rantai tipis. Berbentuk sebuah piringan berdiameter 1.5 cm dengan sebuah lubang.
“Me… mengapa, ini…”
— Disini?
Sinon berguman kebingungan.
Itu
adalah sebuah kalung yang selalu dipakai Asada Shino di Dunia Nyata.
Bukan sebuah kalung mahal. Rantai kalung ini terbuat dari stainless
steel, dan token yang menggantung juga hanyalah sebuah aluminium.
Akan tetapi, bagi Sinon. Kalung ini memiliki banyak makna.
Diakhir tahun lalu, Sinon terlibat dalam «Insiden Death Gun».
Salah
satu teman Sinon adalah anggota grup kriminal tersebut, ia menyerang
dirinya dengan jarum suntik berisi racun succinylcholine. Kirigaya
Kazuto — Kirito menerjang dan melindunginya, tetapi dadanya malah
tersuntik sebuah racun.
Ia bisa terhindar dari racun tersebut karena ia lupa untuk menarik sebuah elektroda ECG yang ada di dadanya.
Setelah
insiden tersebut, Sinon menemukan elektroda tersebut terjatuh di
kamarnya. Ia menarik selotip yang menempel dan membuatnya menjadi sebuah
kalung tanpa memberitahu Kirito atau Asuna. Ia dive di cabang RATH
Roppongi branch, dan pegawai bernama Hiraki bahkan tak bisa melihat
kalung tersebut.
Itulah mengapa kalung kecil ini tak bisa dimaterialisasikan kedalam Underworld.
— Tetapi.
Kirito pernah berkata di Dicey Cafe: dunia virtual yang diciptakan oleh STL bukan hanya terbuat dari objek poligon.
Ia berkata seperti itu — dunia tersebut diciptakan melalui ingatan dan imajinasi.
Mungkin begitulah, kalung ini bisa tercipta karena imajinasi milik Sinon.
Sinon kini mencium kalung tersebut, dan menyimpannya kembali dibalik bajunya.
Lalu, setelah tersadar penuh, ia menatap makhluk hitam bersayap yang masih terbang di langit.
Subtilizer
masih berdiri di atas punggung makhluk itu, masih memandangi tangan
kanannya. Sinon bisa melihat ada asap yang muncul dari jarinya.
Tampaknya
sadar jika Sinon memandanginya, Subtilizer mendongak dan memunculkan
senyum tak puas. Sinon masih memandangnya, lalu ia berbicara:
“Kau bukanlah dewa, juga bukanlah iblis. Kau hanyalah seorang manusia.”
Benar,
Subtilizer memang sangat kuat. Ia seolah memiliki imajinasi yang sangat
gila hingga bisa mempengaruhi kesadaran Sinon… dengan kata lain,
Fluctlight miliknya.
— Tetapi jika kita berbicara tentang imajinasi dan konsentrasi, aku tak mungkkin kalah darimu.
Karena dua hal tersebut adalah kekuatan terbesar seorang Sniper.
Sinon menggenggam equipment Super Account Solus, busur «Annihilate Ray» dengan kedua tangannya lalu memfokuskan konsentrasinya.
Bagian tengah busur putih ini mulai membentuk sebuah moncong berwarna hitam kebiruan.
Warna
ini perlahan menyebar dan membungkus seluruh bagian busur hingga
akhirnya membentuk silinder kehitaman yang terbuat dari baja. Gagang,
scoop, pelatuk mulai bermunculan pada bentuk baru ini.
Akhirnya, Sinon tidak lagi memegang sebuah busur cantik.
Tetapi sebuah sniper rifle kaliber .50 yang kokoh, angkuh, namun menawan bernama — «Ultima Ratio Hecate II».
Dengan suara nyaring, Sinon menarik pelatuk sambil menyeringai.
Senyum menyeringai Subtilizer kini menghilang dan tergantikan oleh ekspresi kemarahan.
***
Serangan balik yang terjadi tujuh menit lalu kini telah tiada. Berganti menjadi pola bertahan dari gelombang serangan musuh.
“Lindungi sekuat tenaga…! Tak peludi bagaimana caranya, kita harus melindungi orang – orang Underworld ……!!”
Asuna
berteriak sekuat tenaga, sambil menghunuskan rapier miliknya di garis
depan tanpa memedulikan rasa sakit yang muncul di otaknya.
Tetapi ia tak bisa mendengar satupun jawaban.
Disekelilingnya,
satu persatu pemain Jepang kini telah dikepung oleh pasukan crimson
yang baru saja log in. Mereka ditusuk oleh pedang dan tombak di sekujur
tubuh. Teriakan kesakitan, penyesalan, dan kematian terus terdengar.
Dibandingkan kepungan ini, serangan tombak beruntun pemain Amerika masih bisa dianggap enteng.
Entah
itu karena datangnya bala bantuan musuh atau karena kemarahan yang tak
masuk akal mereka, pasukan baru ini hanya bertujuan untuk memusnahkan.
Mereka menerjang target lalu menjatuhkannya ke tanah dan menginjak –
injak pemain Jepang tanpa peduli. Menghadapi serangan macam ini, taktik
kami tak akan mampu mengalahkan jumlah musuh.
Dua ribu formasi melingkar pasukan jepang kini makin tertembus dihadapan mata Asuna.
Menggunakan
rapiernya, Asuna menghunus sembarangan dan berlari menjauhi musuh yang
mengejarnya. Ini adalah pertama kalinya Asuna ketakutan sejak pertama
kali turun ke Underworld.
Seseorang, selamatkan kami. ***
Di
dalam peperangan ini, salah satu pasukan yang masih bertempur dengan
gagah berani adalah Swordsmen Hijau yang dipimpin oleh Sakuya, si
Penguasa Sylph Alfheim Online.
Ras Sylph mengandalkan serangan
yang berfokus pada kecepatan. Strategi semacam ini pernah digunakan
melawan ras Salamander yang menyerang menggunakan pasukan bersenjata
berat. Pasukan ini bermanuver saling melindungi satu sama lain sehingga
tak ada teman mereka yang diseret dan diinjak – injak oleh musuh.
“— Bagus, kita buat celah pada pertahanan mereka! Rindou Team, Suzuran Team, dorong garis depan ke kanan!!”
Sakuya berdiri di garis depan, menebaskan katana rampingnya ke segala arah sambil berteriak memberi perintah.
Pada
saat ini, mereka seharusnya bisa berkumpul dengan tim Salamander yang
masih bertarung di sisi kanan mereka, dan meminta mereka agar saling
membantu untuk menerobos formasi musuh dengan sekali serang. Selagi
pasukan Underworld bisa lari dari reruntuhan ini dan mempersempit medan
perang, mungkin kami bisa menurunkan semangat juang musuh seperti yang
dilakukan pada pemain Amerika.
“Maju! Siapkan «Synchro Sword Skill»!! Siap, 5, 4, 3…”
Tepat sebelum Sakuya memberikan perintah.
Teriakan kesakitan terdengar dari samping kiri medan peperangan yang sedang ia lindungi.
“— Jangan menyerah teman – teman. Tinggal sedikit lagi!!”
Sakuya tiba – tiba menahan nafas dan menoleh ke kiri.
Pasukan
Jepang yang berequip kekuningan tampaknya telah ditelan pasukan
crimson. Berada di posisi paling depan, sang pemimpin dilempar menuju
tanah.
“Alicia!!”
Sakuya berteriak. Seketika itu juga,
ia berubah dari seorang pemimpin yang tenang menjadi seorang gadis
mahasiswi universitas biasa.
“Berhentiii —— !!“
Ia
menjerit dan langsung menuju ke sisi kiri. Ia menebas dan menerbangkan
musuh yang menghalangi jalannya dan tanpa peduli sekeliling, ia berlari
menuju sahabatnya.
Pedang panjang menusuk dada dan perut
Penguasa Cait Sith, Alicia Rue, tetapi saat ia menyadari jika Sakuya
menghampirinya. Ia berteriak sambil memuntahkan darah.
“Jangan, mundurlah Sakuya-chan!! Atur pasukanmu!!”
Dengan kata – kata tersebut, sosok Cait Sith bertubuh kecil kini mulai menghilang dihadapan mata Sakuya.
“Alicia —— !!“
Sakuya
berteriak dan kini menerobos menuju musuh yang telah membunuh pasukan
Cait Sith. Ia terus menerus mengaktifkan Sword Skills, semakin kedepan
semakin banyak darah dan tubuh yang ia tebas. Sedikit lagi ia akan
samapi ke temannya yang telah gugur...
Snikt.
Sebuah tusukan, ia menoleh kebawah dan melihat sebuah tombak besar menusuk perut kanannya.
Rasa sakit pertama yang ia terima di Underworld menjalar ke seluruh urat nadinya, seolah mengambil semua tenaganya.
Meskipun begitu, ia masih bisa mengambil empat langkah ke depan sebelum akhirnya ia roboh ke tanah.
Selanjutnya,
Sakuya seolah ditelan oleh gelombang kebencian. Katana miliknya
dirampas dari tangan kanannya, lengan kirinya dipotong menjadi dua, dan
tubuhnya ditusuki oleh berbagai macam senjata logam. ***
Diantara
dua ribu pemain — meskipun jumlahnya semakin berkurang — Jepang yang
dive ke Underworld, seseorang yang menyadari situasi saat ini adalah
pemimpin ketiga guild «Sleeping Knights», An Si-Eun/Siune.
Ayahnya
adalah warga Korea yang tinggal di Jepang dan ibunya asli orang Jepang,
jadi Siune mampu memahami dua bahasa tersebut. Terlebih lagi, dia
mendengar teriakan kemarahan yang muncul dari pemain crimson yang baru
dive. Jadi ia bisa menebak informasi apa yang bisa memancing kemarahan
orang – orang ini.
Berbagai macam konflik telah terjadi antara
negara Jepang dan Korea sebelum Siune lahir di awal abad 21. Ada
berbagai alasan dibalik konflik tersebut, tetapi tampaknya dampak
pengembangan internet semakin memperlebar jarak antara kedua negara
tersebut.
Dengan semakin tipisnya hal benar dan salah, hubungan
kedua negara tersebut sampai memasuki dunia game online yang Siune dan
kawan – kawan sukai. Bahkan di tahun 2026, dimana server international
VRMMO sudah menjadi hal yang mainstream. Sudah menjadi hal yang biasa
dimana sebuah area farming dikuasai pemain dari negara tertentu. Game –
game seperti ALO menolak untuk berbagi koneksi antar negara. Hal inilah
yang menimbulkan hubungan antara Jepang dan Korea semakin menjauh.
Siune
yang tumbuh diantara budaya Jepang dan Korea merasa bimbang terhadap
situasi ini. Anggota Sleepiing Knight yang berada di kamar rawat VR
sangat ramah dan menerima dirinya setelah mengetahui masa lalunya. Jadi
ia berpikir.... untuk semuanya, ia telah menghapus jurang pemisah
tersebut.
Tetapi sekarang ini.
Pria yang berada di atap
reruntuhan kuil ini telah menghancurkan kesenangan bermain VRMMO yang
seharusnya dinikmati pemain dari berbagai negara. Ia memanipulasi
sebelah pihak, membuat mereka saling bunuh, dan saling tebar kebencian.
— Aku harus... aku harus melakukan sesuatu. Aku mungkin hanyalah satu – atunya pemain Jepang yang mampu berbahasa Korea.
— Jika aku tidak melakukan sesuatu, mereka tak akan memahaminya. Benar kan, Yuuki?
Menyebut
pemimpin guild sebelumnya yang telah meninggal tiga bulan lalu
dihatinya, ia memberikan instruksi kepada empat sahabat yang ada
disampingnya.
“Teman – teman, sekali lagi. Mari kita buka pertahanan misuh!!”
Jun, pemegang dua pedang yang masih bertarung didepan angkat bicara:
“Mengerti! Tecchi, Talken, Nori, kerahkan seluruh kemampuan kalian sekaligus! 3, 2, 1!”
Serangan kuat Sword Skill serentak tersebut membuat ledakan hebat dan menerbangkan puluhan musuh.
Dalam
keheningan sesaat ini. Siune berlari menuju seorang pemain Korea yang
tampaknya adalah si pemimpin, ia menangkap tebasan musuh yang diayunkan
kearahnya.
Telapak tangannya tergores dan darah mulai mengalir.
Tetapi
rasa sakit virtual semacam ini bukanlah hal yang berat dibandingkan
transplantasi dan kemoterapi penyakit Leukimia yang Siune alami. Ia
hanya menyeringai dan mulai memandang mata musuh, ia lalu berteriak
dalam bahasa Korea.
“— Dengarkan aku, kalian semua telah
ditipu!! Server ini dimiliki oleh perusahaan Jepang, kami bukanlah
hacker, kami adalah pemiliknya!!”
Suaranya terdengar nyaring, mengisi keheningan untuk sesaat.
Pemain
Korea yang pedangnya digenggam oleh Siune mundur sedikit, seolah ia
terimidasi oleh teriakan tersebut, tetapi ia dengan sinis membalas:
“— Bohong! Aku melihatnya sendiri, kalian membantai pemain berarmor crimson seperti kami!!”
“Mereka
juga dibohongi seperti kalian, pemain Amerika tertipu dan diundang
untuk dive kemari oleh informasi palsu! Pihak yang menyerang server ini
adalah kalian!! Pikirkan baik – baik… apakah kemarahan dan kebencian
kalian semua datang dari lubuk hati kalian?!”
Kata – kata Siune menyebabkan pemain Korea terdiam, menjadi ragu – ragu.
Lalu, sebuah suara nyaring namun kebingungan terdengar dari arah samping.
“Apa kamu mengatakan yang sesungguhnya?!”
Seseorang
yang berteriak dalam bahasa Korea tadi kini berlari kedepan, dia adalah
seorang pemain yang mengenakan armor crimson seperti yang lain. Siune
secara tak sadar membentuk posisi bertahan, tetapi ketika dia sampai di
depan Siune, dia menurunkan senjatanya dan membuka pelindung kepala
miliknya.
“Aku «Moonphase», siapa namamu?”
Siune seolah merasa de javu ketika ditanya namanya. Mata pemuda yang menyebut dirinya Moonphase memiliki cahaya redup.
Siune melepaskan tangan yang menahan pedang, mengelap darah ke dadanya lalu berbicara.
“… Aku Siune.”
“Siune-san, ya? Aku juga berpikiran hal yang sama jika ada hal yang aneh disini.”
Perkataan
Moonphase meredam kemarahan pemain korea yang ada di sekitar. Ia
menyarungkan pedang miliknya, lalu melangkah ke depan.
“— Apa kamu memiliki bukti jika apa yang kamu katakan itu benar?!”
“…………”
Siune hanya bisa menahan nafas.
Dunia
«Underworld» adalah sebuah dunia virtual yang dikembangkan oleh
perusahaan yang dijalankan dan dikembangkan oleh pihak pemerintahan
Jepang, dan para penyerangnya adalah pihak Amerika yang berusaha mencuri
hasil penelitian ini, sebuah AI — Siune tak pernah meragukan kata –
kata Lisbeth yang sebelumnya ia katakan di Kubah ALO. Tetapi ketika ia
diminta untuk membuktikannya, ia kesulitan.
Tak ada bukti nyata
jika menyangkut dunia virtual. Hanya ada kesaksian dari beberapa orang,
tetapi apapun yang dikatakan pemain jepang, pemain korea tak akan
mempercayainya. Siune kini merasakan rasa marah yang terkumpul ketika
melihat dirinya terdiam seperti ini. Apa yang harus ia lakukan … Dimana
ia harus menjelaskan …
“Siune, penduduk Underworld!”
Nori tiba – tiba berteriak belakangnya.
“Apakah
dia pernah bertemu penduduk Underworld, dan setelah ia melihatnya jika
penduduk berbahasa jepang, mereka akan paham jika ini adalah server
jepang!”
“Ah………!”
Ya, itu mungkin benar. Meskipun Siune
dan yang lainnya hanya beberapa kali berbicara dengan penduduk
Underworld ketika beristirahat, setelah menyedari jika penduduk ini
bukanlah manusia asli maupun NPC, Siune langsung terkejut melihat
perkataan mereka. Tetapi — tidak, karena ada penghalang antara mereka
dan pemain Korea, pemain Korea pasti merasakan hal yang sama. Selama
mereka mencoba untuk mengajak berbicara, mereka akan sadar.
Siune akan mentranslate apa yang baru saja Nori katakan kepada Moonphase.
Seketika itu juga, sebuah cahaya merah datang dari belakangnya.
“Ah… Awaas……”
Siune
mencoba untuk memperingatkannya, tetapi sudah terlambat. Sebuah pisau
telah tertancap di punggung Moonphase dan melemparkannya sejauh sepuluh
meter.
“Guaagh……”
Menggantikan Moonphase yang sedang
kesakitan di tanah, kini berdiri seorang pria bertudung hitam yang
sebelumnya ada di atas atap.
Ia mengangkat tangan kanannnya yang
masih menggenggam pisau — yang mirip seperti pisau daging khas Cina,
kearah Moonphase dan berteriak dalam bahasa Korea.
“Medan peperangan ini bukan tempat bagi penghianat!”
Lalu ia mengarahkan pisau tersebut menuju pemain Korea yang ada di sekeliling.
“Jangan tertipu trik murahan pemain jepang!”
Suara miliknya kuat namun dingin.
Ia lalu mengarahkan pisaunya kearah Siune yang masih mematung.
“Jika
ini adalah server Jepang, dan kalian adalah pemiliknya. Lalu mengapa
kalian memiliki equipment yang sangat kuat? Mereka menggunakan equipment
GM! Kalian menciptakannya dengan cara curang!!”
Benar, benar, tepat! Suara – suara baru mulai bermunculan.
Siune mencoba menghalau tuduhan tersebut.
“… Tidak! Equipment kami berbeda karena kami mengkonvert akun berlevel atas milik kami untuk dive ke Underworld!’
Seketika Siune berkata seperti itu, si pria bertudung hitam mengeluarkan tawa.
“Hah, idiot macam apa yang mau mengkonvert akun mereka kedalam test server?! Pembohong, kalian pembohong!!”
“Itu benar, percayalah!! Kami datang kesini juga tak ingin kehilangan akun kami…”
Whoosh. Suara tebasan angin terdengar.
Sebuah
pisau melayang menuju pundak kanannya, Siune tak mengkhawatirkan rasa
sakit yang muncul. Melainkan rasa putus asa yang sangat dalam. Ia tak
bisa membalas perkataan si pria yang telah melemparkan senjatanya.
Sekelompok
kecil pemain Cina mengacaukan gencatan senjata sesaat dan mulai
menyerang dari sisi kanan. Si pemimpin Korea yang melihat ini semua kini
menendang Siune hingga terjatuh.
Terbaring disana, Siune
mendengra suara langkah kaki keempat sahabatnya yang mulai mendekatinya,
tetapi ia tak bisa berdiri lagi. ***
— Mengapa?
Integrity
Knight Renri Synthesis Twenty-Seven merasakan kebencian yang begitu
dalam dari seluruh medan peperangan, ia hanya bisa mengulang pertanyaan
tersebut di kepalanya.
— Mengapa orang – orang ini saling membenci meskipun mereka sama – sama dari Dunia Nyata?
Tidak,
mungkin ia tak punya hak untuk berkata seperti itu. Bahkan orang –
orang Underworld juga terbagi menjadi Kerajaan Manusia dan Tanah
Kegelapan, dan telah berperang selama ratusan tahun. Tepat beberapa hari
yang lalu, darah yang tercipta di Gerbang Besar Timur mungkin sama
banyaknya dengan darah yang diciptakan pada peperangan hari ini. Bahkan
Divine Instruments yang menggantung di pinggang Renri, «Twin Edged
Wings» telah mengambil banyak nyawa Goblin.
Tetapi, seharusnya ada alasan.
Ia
selalu percaya jika Dunia Nyata yang ada diluar Underworld adalah
sebuah dunia tanpa konflik dan kebencian dimana perang tak pernah
terjadi.
Tetapi itu adalah imajinasi miliknya sendiri. Meskipun
orang – orang Dunia Nyata, Asuna dan sahabatnya berbicara dengan bahasa
yang sama dengan penduduk Underworld. Suara teriakan yang muncul
dihadapannya kini tak bisa dipahami oleh Renri. Jika kita terhalang
hanya karena bahasa, apakah mungkin kita bisa berdamai.
Apakah mungkin jika peperangan adalah sifat alami manusia?
Baik
itu di dunia ini maupun Dunia Nyata, bahkan mungkin dunia diluar Dunia
Nyata, apakah hanya ada lingkaran kebencian antara manusia?
— Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?!
Renri menggertakkan tinjunya, ia menahan seluruh kekuatannya.
Integrity
Knight Sheyta telah tinggal di belakang untuk melawan musuh bersama
Guild Petarung Tangan Kosong dari Tahan Kegelapan. Ia pasti telah
menerima persahabatan dengan orang – orang Tanah Kegelapan. Bahkan
diujung jalan penuh darah, masih ada sebuah harapan.
Maka dari itu, aku harus bertarung. Aku tak boleh dilindungi terus dan berdiri saja seperti orang bodoh.
Renri mengambil langkah menuju garis depan, bersiap untuk menolong bala bantuan Dunia Nyata yang masih terus berjuang.
Tepat saat itu, sebuah suaradatang dari bagiian belakang.
“Knight Yang Terhormat, aku juga akan pergi.”
Ia
menoleh dan melihat siswi berambut merah Tiese, yang terus berada di
pasukan persediaan. Ia memegang sebuah pedang kecil. Ekspresi wajahnya
telah membuat ketetapan.
“… Tak boleh, kamu harus melindungi orang itu...”
“Tugas itu telah kuserahkan pada Ronye… Karena Eugeo-senpai yang aku sayangi telah …”
Bola mata kecolkatan Tiese berkaca- kaca.
“Dia kehilangan nyawanya karena melindungi seseorang yang berharga. Aku harus melanjutkan misinya.”
“……… Aku mengerti.”
Renri menggigit bibirnya.
Bahkan
ia sendiri yang seorang Integrity Knight sedikit tak yakin jika ia kan
melewati peperangan ini hidup - hidup. Ia tak yakin jika Tiese yang
bahkan bukanlah seorang Penjaga bisa selamat tanpa tergores.
Saat itu juga, sebuah suara baru muncul.
“Aku juga akan pergi, Tuan Knight.”
Seorang
Penjaga wanita melangkah dibelakang Tiese. Ia tampaknya telah bertarung
terus, pakaiannya robek – robek, armornya retak, dan wajahnya masih
memiliki sedikit semangat bertaruung.
“Aku masih belum memenuhi janjiku pada Kirito. Sekarang ini, aku tak bisa meninggalkan penduduk yang coba ia lindungi.”
“Sortiliena-senpai…”
Tiese memanggil namanya dengan agak gemetar. Si pemimpin penjaga tersenyum kecil dan mengangguk.
Bertarung bukanlah untuk kehormatan, juga ketenaran, melainkan untuk melindungi.
Renri merasa jika ketetapan kedua wanita ini mempengaruhi hatinya.
Ia dengan lembut mengambil Divine Instruments yang ada di pinggangnya dan mengangguk kuat.
“… Aku mengerti. Maka, aku akan melindungi kalian … jangan jauh – jauh dariku.”
“Siap, tuan!”
“Kami mengandalkanmu, Knight Terhormat!”
Tiese dan Sortiliena menjawab dan menarik pedang mereka.
Renri mencengkram Divine Instruments di kedua tangannya, ia berkata dalam hati.
— Eldrie-san. Sheyta-san. Dan Komandan Knight Bercouli.
— Seperti kalian semua. Kini aku telah menemukan tujuan hidupku.
Lalu,
Integrity Knight Renri dan kedua swordswomen pergi menuju medan
peperangan yang masih terselimuti rasa kebencian dan putus asa.
Bagian 4
Koujiro Rinko berlari kembali menuju ruang sub kontrol dan duduk di tempat yang sebelumnya biasa diduduki Higa Takeru.
Beberapa
jendela muncul di monitor besar didepannya, tetapi yang pertama ia
lihat adalah sebuah jendela kecil yang berada di bagian paling bawah.
Apa yang ada disana adalah tiga buah grafik yang menunjukkan status
Fluctlight milik Kirigaya Kazuto.
Di bagian tengah cahaya yang
memantulkan berbagai macam warna, ada sebuah titik hitam yang
merepresentasikan sebuah «kerusakan tubuh utama».
Saat ini, Higa
Takeru telah mengontrol empat unit STL dan bersiap untuk memperbaiki
kerusakan ini menggunakan ingatan tiga gadis yang memiliki hubungan
dengan Kazuto. Untuk melakukan hal tersebut, Higa sedang berada di
bagian bawah yang masih dikuasai musuh. Dia disana seorang diri —
tunggu, ada satu orang lagi.
Pada saat ini, para penyerang masih
berfokus pada «Ichiemom» yang bergerak pada anak tangga. Tetapi, tubuh
baja miliknya tak mungkin bisa bertahan melawan rentetean peluru. Ketika
Ichiemom hancur, musuh pasti akan berpikir begini: Apa yang orang
Jeapang pikirkan sih?
— Lebih cepat, Higa-kun!
Memikirkan hal itu, pintu geser kini terbuka dan seorang pria berpakaian Hawaai masuk.
“Bagaimana… Bagaimana kondisi Kirito-kun?!”
“Higa-kun sedang mengoperasikannya. Apakah umpannya berhasil?”
Ia menjawab juga sambil bertanya, nafas Kikuoka Seijirou ngos – ngosan ketika ia duduk.
“Kami
melempar semua bom asap dari belakang Ichiemom. Seharusnya sih bisa
memberi kita banyak waktu, tetapi jika kita tak segera menutup kembali
dinding pemisah akan cukup gawat. Kita tak punya banyak waktu.”
“Higa-kun berkata jika ia butuh waktu lima menit untuk berhasil …”
Rinko menutup mulutnya, lalu menatap monitor lagi.
Fluctlight milik Kirigaya Kazuto masih tak berubah. Ia mengepalkan tinjunya dan menatap monitor utama.
Ia melihat sebuah peta dari dunia fantasu — tidak, ini memang sebuah peta dari dunnia fantasy, yang bernama Underworld.
Dibandingkan
dengan peta Kerajaan Manusia yang ia lihat beberapa hari lalu ketika
sampai di Ocean Turtle, peta yang sekarang ia lihat sungguh sangat luas.
Dibagian selatan Kerajaan Manusia yang dilingkari pegunungan,
sepertinya ada sebuah reruntuhan. Sebuah titik kecil yang menunjukkan
posisi Yuuki Asuna, titik – titik biru melambangkan Pasukan Kerajaan
Manusia, dan titik – titik putih yang melambangkan bantuan Pemain Jeapng
kini telah berkumpul di satu posisi.
Gelombang crimson telah
mengepung mereka semua sepertinya adalah pemain Amerika yang dimasukkan
oleh para penyerang — atau seperti itulah dugaannya. Jumlah mereka 20,
tidak, 30 lebih banyak dari pemain Jepang.
Apa ini tak masalah?
Rinko mencari dua titik lain selain Yuuki Asuna dan akhirnya menemukan
titik biru air yang ada jauh di selatan. Itu pastilah Asada Shino.
Lalu
dimana perginya Kirigaya Suguha? Rinko menyisir peta dan menemukan
titik kuning kehijauan ada jauh di utara, jauh dari medan pertempuran.
Ada juga titik merah yang melambangkan musuh disana, tetapi Higa berkata
jika mereka berdua seharusnya dive ke posisi Yuuki Asuna berada. Rinko
mengangkat alisnya karena frustasi, bagaimana bisa —
Seketika, ia menyadari sebuah titik putih lain yang ada dibalik titik milik Suguha, seolah menutupinya.
“………?”
Seharusnya tak ada orang RATH yang sedang dive menggunakan STL. Apa – apaan ini?
Ia
secara tak sadar menggerakkan mouse dan perlahan mengklik titik
tersebut, muncullah jendela baru. Rinko membaca kata – kata yang
berbahasa Inggris tersebut.
“Um… Restriction, Confrontational Index… Threshold Detection… Report? Apa ini?…”
Tepat setelah ia berkata seperti itu, “Aku tak bisa memahaminya”.
“App… Appaaaaa?!”
Kikuoka berteriak kencang, membuat Risko terbangun dari tempat duduk.
“Ada apa?
Tetapi
Kikuoka tiak langsung merespon, malah mengambil mouse dari Rinko dan
memperbesar jendela yang baru saja muncul. Ia menatap monitor dan
wajahnya pucat pasi.
“Unf… Ya, tak salah lagi, ada Fluctlight lain yang telah menerobos pembatas jiwanya! Tetapi, mengapa sekarang?!”
Mata Rinko terbuka lebar, lalu ia menatap Kikouka yang sedang menggaruk – garuk kepalanya.
“Huh… maksudmu «A.L.I.C.E.» kedua?”
“Ya, tepat… Ah, tidak, tunggu… Ini…”
Kikuoka dengan cepat menscrool jendela kebawah dan mulai berguman.
“…
Sulit dikatakanm tetapi ini tidak sama seperti «Alice». AI ini
menerobos pembatas tidak melalui sirkuit logical, tetapi menerobos
sirkuit emosional miliknya … tetapi, ini sebuah penemuan mengagumkan.
Jika saja aku bisa kesana … Oh, sial, mereka mulai bergerak menuju
selatan dimana pasukan Amerika berada!”
Rinko mencuri kembali
mouse dari Kikuoka dan menatap log Artificial Fluctlight tersebut ketika
menerobos pembatas jiwa miliknya.
“Hmm… Yeah, sebuah titik – titik yang dihubungkan seperti rantai telah hancur di zona emosi … Huh—? Hei, Kikuoka-san?”
“Apa… Apa ini?”
Memutar tubuhnya, Kikuoka memiringkan lehernya ketika menatap monitor.
“Perintah apa ini yang tertulis disana? Aku tak memahaminya… seolah perintah ini sengaja ditanamkan untuk mengekang sirkuit.”
Rinko menatap perintah kode yang cukup kecil tersebut.
“Penanaman
rasa sakit… itu lho yang ada di pojok kanan? Tetapi, meskipun sebuah
Artificial Fluctlight berusaha sekuat tenaga untuk menerobos pembatas
tersebut, mereka akan dihentikan oleh rasa sakit akibat kode ini. Kalian
juga menanamkan perintah semacam ini pada penduduk Underworld?”
“Tidak…
tidak, kami tak melakukannya. Tak mungkin kami melakukannya, tindakan
semacam itu akan menghalangi tujuan murni kami … ini hanyalah penghalang
terbesar kami.”
“Hmm… benar juga. Pemrogaman sampai mendetail
ini juga bukan tugas Higa … Ah, ada sebuah komentar disana … «Code 871»?
Apa itu Code 871?”
“871? Aku tak pernah mendengar angka itu sebelumnya … Tidak, tunggu… Tunggu, tunggu, aku kira.... beberapa menit lalu …”
Kikuoka
mulai berlari, suara yang ditimbulkan sandal kayunya terdengar keras.
Ia menuju kursi terdekat, mengambil jas putih, dan mebukanya lalu
menatap ke sebuah saluran.
“Hei, ada apa, apa yang terjadi?”
Atas pertanyaan Rinko, Kikuoka membuka lebar matanya dan menyerahkan mantel putih kepada Rinko.
Disitu, ada sebuah tanda yang dibuat menggunakan marker permanen, angka [871].
“Mantel putih ini... milik seorang teknisi bernama Yanai, ia baru saja menuruni saluran ini bersama Higa …”
Berkata seperti itu, Rinko menahan nafasnya.
Yanai. YA NA I.
“… 8 7 1?”
Rinko dan Kikuoka berdiri membatu seperti kerasukan.
***
Pemimpin Guild Petarung Tangan Kosong masih melihat pasukan crimson yang akan menghampirinya.
Setelah
membentuk formasi mengepung dalam jarak duapuluh mel, pasukan ini
berbicara dengan bahasa asing dan menganggap jika pasukan Ishkan telah
kehilangan semangat tempur.
Mereka lalu berteriak dan melompat secara bersamaan.
Dengan
tangan kirinya yang masih terluka, Iskahn menggenggam tangan sang
knight wanita yang ada di sampingnya. Ia membalas genggaman tersebut,
hingga membuat mati rasa-nya agak menghilang.
Ia menundukkan kepala, dan tampaknya akan menutup mata untuk menerima kekalahan ini, tetapi —
“……… Apa ini…?”
Suara Sheyta membuatnya kembali menoleh.
Ia melihat sekelompok pasukan datang dari sisi lain lembah ini, dari bagian utara medan peperangan.
Penampilan mereka besar, memiliki hidung panjang, dan telinga yang menjuntai.
Orcs.
“… Mengapa?”
Iskahn
kebingungan. Setelah diberi perintah oleh Kaisar Vektor, pasukan Orcs
seharusnya menunggu di «Gerbang Besar Timur» di utara sana. Karena sang
Kaisar telah lenyap, perintah tersebut seharusnya tak bisa dilenyapkan.
Namun faktanya, sisa – sisa Dark Knight juga ikut bersama mereka.
Masih kebingungan, Iskahn menyadari dalam pasukan Orcs tersebut ada sosok manusia memimpin di bagian paling depan.
Dia
bukan seorang Orcs. Dia memiliki rambut kuning kehijauan, serta memakai
pakaian hijau keputihan. Dia memang manusai tak salah lagi, dan
pastinya seorang wanita dari Kerajaan Manusia.
Tetapi mengapa swordswoman kecil ini memimpin seluruh Pasukan Orcs?
Tampaknya
menyadari pasukan yang melaju ke arah sini, pasukan crimson yang
mengepung pasukan Petarung Tangan Kosong kini berhenti.
Sebuah kitalan menyilaukan muncul. Si gadis itu telah menarik katana miliknya.
Seketika, tangan kanan Sheyta yang masih menggenggam tangan kiri Iskahn bergetar, seolah merasakan sesuatu.
Ketika
sang gadis berlari ke tengah jembatan batu sambil mengangkat katana
miliknya tinggi – tinggi ke udara. Pada saat itu, jarak antara dirinya
dengan pasukan crimson masuh sejauh duaribu mel.
Tetapi —
Pedang
dan tangan sang gadis seolah menjadi asap. Ahkan mata Ishkan tak bisa
melihat tebasan miliknya. Kilatan cahaya perak terjadi sekejap mata,
lalu terjadilah pemandangan yang menakjubkan.
Kilatan cahaya
menjalar melalui tahah gelap ini — tetapi tidak hanya itu, puluhan
pasukan crimson yang berdiri diatas cahaya tersebut terpotong dan
berjatuhan ke tanah sambil berteriak kesakitan.
Katana yang
telah diayunkan kebawah kini diayunkan keatas dengan kecepatan
mengerikam. Kilatan cahaya kedua menembus pasukan crimson dan mereka
yang mengenakan armor berat terpotong menjadi dua.
“…… Sungguh kuat.”
Sheyta berbisik pelan melihat pemandangan ini.
***
Tanpa menunnggu – nunggu, Sinon mengangkat senjata kesayangannya, Hecate II, yang telah ia ciptakan daro Bow of Solus.
Ia
kini hanya berjarak 20 meter dari Subtilizer. Sungguh terlalu dekat
untuk menembak menggunakan sebuah sniper. Bahkan melihat pergerakan
musuh dengan teleskop saja sungguh sangat sulit.
Karena itu,
Sinon memutuskan untuk menentukan hasil pertarungan ini sebelum
Subtilizer membuat sebuah gerakan; ia menariik pelatuk seketika ia
melihat bayangan hitam di lensanya.
Sebuah tembakan cahaya. Dengan bunyi ledakan hebat.
Daya
dorong dirasakan tubuh Sinon dan ia hampir tak bisa mengontrol tubuhnya
untuk berputar. Setiap tembakan membuat tubuhnya bergerak, jadi ia tak
bisa menembak beruntun tetapi selama ia bisa mengenai sasarannya maka
semua akan berakhir.
Dengan kesulitan ini, Sinon mengatur tubuhnya dan menatap Subtilizer.
Lalu matanya terbuka lebar.
Si pria yang sedang berdiri di makhluk hitam bersayap kini mengangkat tangannya dan memposisikan jarinya seperti sebuah cakar.
Di
telapak tangannya ada pusaran kegelapan dan cahaya yang masih berputar,
dan yang ada di bagian tengah pusaran tersebut adalah partikel cahaya.
Itu pastinya adalah peluru yang Sinon tembakkan.
Dengan kata lain, ia juga bisa menghisap peluru seperti ia menghisap kesadaran Sinon?
Sebuah peluru yang mampu menembus baja setebal 2cm dan ditembakkan dari sebuah sniper berkaliber .050 …
Sedikit rasa takut muncul didalam hati Sinon. Lalu, kegelapan di tangan kiri Subtilizer semakin menjadi pekat.
“Jangan kalah…”
Sinon berteriak kencang:
“Jangan kalah, Hecate!!”
Bang.
Dengan suara itu, cahaya ditembakkan menuju kegelapan sekali lagi.
Sebuah lubang tercipta di telapak tangan Subtilizer; daging dan darah muncul disana.
— Aku bisa melakukannya!!
Sinon mengambil nafas dalam – dalam dan menarik pelatuk Hecate II. Peluru yang telah habis melayang di udara lalu terjatuh.
Subtilizer
menatap tangannya yang terluka sambil masih terdiam. Meskipun cairan
hitam kini telah menutup lubang tersebut, luka separah itu sepertinya
tak bisa sembuh dengan cepat.
Ia mengangkat wajahnya yang seolah ingin tertawa, lalu menatap Sinon.
Tangan kanannya kini mulai mengambil busur di pinggangnya.
“…Hmph.”
Sinon mengeluarkan sedikit udara melalui hidungnya. Bagaimana mungkin senjata seperti tiu bisa mengalahkan sebuah sniper …
Flex.
Busur tersebut kini mulai berubah bentuk.
Bagian
kanan dan kiri ujung busur tersebut mulai menebal dan memanjang dua
kali lipat. Yang tadinya sebuah bagian berkayu kini mulai menjadi sebuah
logam hitam.
Setelah beberapa detik, tangan kanan Subtilizer
kini telah menggenggam sebuah sniper sebesar Hecate. Sinon mengenali
senjata ini.
The Barrett XM500.
Seperti Hecate II,
senjata miliknya menembakkan peluru kaliber .50, tetapi senjata miliknya
lebih modern dibanding Hecate miliknya.
Sebuah senyum muncul di pinggir mulut Subtilizer.
“… Kemarilah.”
Sinon berguman dan menekan kembali pelatuk Hecate II. ***
“Ya ampun… K-Kau tak apa?”
Yanai tampaknya peduli pada Higa sehingga ia sedikit melupakan rasa sakitnya lalu berteriak:
“He… Hei, kau ini yang menembakku, mengapa kau menanyakan hal seperti itu padaku hah …?!”
“Tidak,
tidak, aku sebenarnya tak bermaksud menembakmu. Aku tak ingin ada
korban jiwa. Butuh perjuangan berat agar aku bisa hidup di vila di tepi
pantai, tetapi jika aku tinggal disana sambil menyesal seumur hidup, aku
tak ingin itu terjadi?”
Ketika Higa sadar jika Yanai benar –
benar serius, tangan miliknya seolah kehilangan tenaga. Ia tahu jika
dirinya telah terluka di bagian pundak.
Tampaknya peluru yang
telah ia tembakkan telah menancap di dinding dan menembus bagian tulang
bahu. Higa menahan rasa sakit tersebut dan mati rasa mulai menyebar di
seluruh tubuhnya. Bagian perut dari pakaiannya telah berlumuran darah.
Ini bukan hanya luka biasa.
Takut akan situasi semacam ini, rasa
sakit tersebut semakin cepat menyebar ke perut Higa. Membuatnya
kesulitan bernafas. Beberapa meter di atas kepalanya, Yanai masih
membuat wajah campur aduk.
“Sejujurnya, aku hanya ingin
memperlambat kerjamu, Higa-san. Setelah aku menghancurkan colokan
penghubung aku akan berlari menuju ruang kontrol utama. Setelah itu, aku
pasti bisa kabur menggunakan kapal selam. Tak ada seorangpun yang tewas
dari pihak RATH jika aku berhasil mencuri Alice.
“Tak seorangpun… yang tewas…?”
Higa memaki Yanai, melupakan rasa sakit pada dirinya.
“…
Jika aku tak membuat kesempatan untuk menyembuhkan Kirigaya-kun,
kesadarannya akan hilang selamanya! Seseorang yang membunuhnya adalah
kau, Yanai-san! Dan kau bilang tidak akan membunuh siapapun, hah!”
“Ahh. Ahh… Beenarr…”
Wajah Yanai menjadi pucat pasi. Dibawah lapu emergency, wajahnya semakin putih.
“Hmm… Siapa yang peduli jika ia mati.”
“Appaa……”
“Karena, dialah orang yang membunuhnya. Admii-chan kesayanganku.”
“Ad… mii…?”
Yanai menatap Higa yang kebingungan akan nama tersebut, Yanai lalu berteriak:
“Yang
Mulia, Pemimpin Tertinggi Administrator dari Gereja Axiom! Aku berjanji
padanya jika aku akan membantunya mengatur seluruh Underworld. Dan aku
setuju dengannya jika aku akan menyimpan Light Cube miliknya jika server
diformat.”
Mata Higa kini terbuka lebar.
Gereja Axiom
adalah organisasi yang menguasai Kerajaan Manusia di Underworld.
organisasi ini memerintah seluruh penduduknya denga hukum – hukum dan
kekuatan yang sangat memaksa.
Alasan mengapa Higa tidak bisa
memperoleh Fluctlight «Alice» yang telah menerobos pembatas Jiwa ketika
ia pertama kali muncul dalam Underworld yang telah berakselarasi karena
Gereja Axiom telah berhasil mengambilnya dan menerapkan modifikasi
ingatan di Fluctlight miliknya.
Ya, kecepatan mereka benar – benar gila dan cara – cara gereja Axiom sangat efektif.
Meskipun mereka tak mengetahui jika mereka sendiri adalah sebuah Artificial Fluctlight.
Namun
karena alasan tersebutlah. Gereja Axiom — ataupun seorang Artificial
Fluctlight yang bernama «Administrator» telah berhasil menguasai dan
memahami struktur dunia tersebut.
“… Apakah kau yang mengotori Underworld?…”
Higa bertanya pelan, dan Yanai hanya cemberut.
“Tidak,
tidak, anak itu yang pertama kali menghubungiku. Aku masih bekerja
lembur saat itu, dan ketika aku mendengar suara seorang gadis kecil dari
speaker, itu membuatku ketakutan setengah mati … dia telah menemukan
seluruh daftar perintah Underworld seorang diri dan membuat saluran
komunikasi ke dunia luar. Jika kami yang bekerja sebagai teknisi
berpendapat, kaulah tersangka disini karena lupa menghapus seluruh
perintah tersebut, Higa-san.”
Neheheheh. Yanai tertawa beberapa kali, lalu melanjutkan ceritanya:
“Aku
terus berpikir, jika seperti ini terus seluruh Underworld akan diformat
total. Karena suatu sat pasti akan dihapus, makanya aku diam – diam
menggunakan STL dan pergi untuk menemui Admii-chan. Kemudian... Ya
Tuhan, aku tak pernah melihat sosok gadis secantik dia. Gadis yang di
kurung Sugou-san dalam ALO memang cantik, tetapi kepribadian Admii-chan,
suaranya, dan sikapnya benar – benar membuatku terpesona… — Gadis itu
membuat kesepakatan denganku. Jika aku membantunya maka dia akan menjadi
pelayanku. Di masa depan nanti ia akan menguasai seluruh dunia
bersamaku, dan menjadikanku seorang raja…”
— Tidak.
Orang yang mencemari dunia itu adalah orang ini.
Higa
merasakan seluruh rambut di tubuhnya berdiri ketakutan. Yanai mungkin
memang seorang pengkhianat, tetapi juga seorang idiot. Orang macam apa
Administrator, sehingga mampu mengontrolnya sesuka hati?
Tiba – tiba, wajah Yanai kembali kosong.
“Tetapu…
gadis itu kini telah mati. Dibunuh… bocah itu bukan hanya menghalangi
eksperimen Sugou-san, ia juga membunuh Admii-chan. Jika aku tak
membalaskan dendam Admii-chan, aku akan sangat kasihan padanya …”
Yanai
mengarahkan pistolnya kearah Higa. Senjata tangan otomatis akan leluasa
jika setelah menembakkan peluru pertama, maka tembakan kedua akan tak
perlu memerlukan tekanan yang lebih keras. Jika jari telunjuknya sedikit
saja menyentuk pelatuk, peluru lain mungkin akan benar – benar
melayang.
“… YA, benar … YA, aku memang harus membunuh satu orang, sebagai tumbal untuk gadis itu …”
Yanai menyipitkan matanya sambil gemetaran.
… Sialan. Ia banar – banar seius kali ini.
Higa hanya bisa pasrah dan menutup matanya. ***
— Aku tak akan sempat.
Merasa jika Asuna, Klein, dan Lisbeth masih sangat jauh dari posisinya sekarang, Leafa menggigit bibirnya.
Tetapi didepan matanya, hampir sekitar 3000 pasukan crimson telah menghalangi jalan di depannya.
Ia
telah meminta Rirupirin, sang ketua Orc untuk membawa bala bantuan
menuju daerah selatan untuk menolong Asuna dan Kirito, tetapi mereka
masih belum menemukan Pasukan Kerajaan Manusia.
Menurut
penjelasan Rirupirin, beberapa ratus orang yang dikepung pasukan yang
dive dari Dunia Nyata adalah para Petarung Tangan Kosong yang termasuk
pasukan Tanah Kegelapan seperti Orcs. Leafa terkejut mendengar
penjelasan tersebut, tetappi langsung memutuskan untuk membantu mereka.
“Aku
akan maju ke pasukan musuh. Rirupirin, kamu dan anggotamu bergabunglah
dengan Petarung Tangan Kosong, dan seranglah jika musuh menyerangmu.
Atas
saran ini, Rirupirin memprotes keras: “Aku juga ingin bertarung!”
tetapi Leafa menggelengkan kepalanya, sambil menggenggam tangan gempal
si Orcs lalu berkata:
“Tidak, aku tak ingin ada satupun dari
kalian yang tewas. Jangan khawatirkan aku... pulluhan ribu musuh seperti
ini bukan hal sulit untuk dilawan kok.”
Setelah berkata seperti itu, Leafa maju sendirian menuju pasukan crimson.
Ia
mengetahui jika Super Account Terraria memiliki HP yang sangat banyak
dan kemampuan regenerasi yang tak terbatas. Terlebih lagi, orang – orang
dari Underworld memiliki kehidupannya sendiri di dunia ini. Meskipun
akan terlambat untuk membantu Kirito, Leafa tak bisa membiarkan para
Orcs tewas sia – sia disini.
Setelah membunuh puluhan musuh menggunakan serangan jarak super jauh, Leafa melaju menuju pasukan musuh tanpa keraguan.
Untuk
beberapa alasan, ia bisa menggunakan Sword Skills dengan jarak jauh
beberapa kali lipat dibandingkan di ALO tanpa adanya jeda. Setiap kali
cahaya bersinar di equipment Akun Terraria «Verduras Anima», musuh
terpotong – potong dengan pola tetap.
Tetapi ketika cooldown
antara Sword Skill satu ke Sword Skill lainnya, banyak pedang melayang
dan menebas armor dan bagian tubuhnya. Ia tak bisa menghindari itu
semua, dan jumlah luka di tubuhnya semakin bertambah, membuat rasa sakit
di kepalanya dan membuat matanya berkunang - kunang — Tetapi.
“HA — AAH!!“
Ia
berteriak dan menjejakkan kaki kanannya ke tanah. Cahaya kehijauan
muncul dibawahnya dan seketika seluruh luka ditubuhnya telah sembuh.
Leafa bisa menahan rasa sakit ini dan mulai berkonsentrasi mengayunkan pedang miliknya.
Bahkan jika setiap bagian tubuhnya ditusuk, setidaknya ia akan menyingkirkan seluruh musuh dari dunia nyata.
Meskipun
lokasi dive dirinya telah melenceng jauh dari lokasi asli, ia ingin
menyelamatkan penduduk Underworld sebanyak mungkin. Mereka adalah orang –
orang yang ingin dilindungi Kirito.
“Gadis ini benar – benar sinting!!“
Leafa menggunakan tangan kirinya untuk menghentikan sebuah pedang yang hendak diayunkan padanya.
“Haiyah!!“
Satu lagi musuh yang berhasil ia lenyapkan.
Leafa
menggertakkan giginya pada pedang yang menancap ke tangannya, lalu
membuang pedang tersebut sambil memuntahkan banyak darah dari mulut.
***
Kedua buah peluru mereka tampaknya saling berbenturan.
Peluru yang ditembakkan dari dua buah sniper anti-material berbenturan satu sama lain, lalu menghilang di udara.
Sinon
tidak kehilangan keseimbangan kali ini, ia berdiri dengan dua kaki
sambil bertumpu pada udara ketika menahan daya dorong yang muncul.
Dihadapan matanya, Subtilizer juga masih berdiri tegap diatas makhluk
bersayap miliknya.
Ini pertama kalinya sinon mengalami
pertarungan udara di tempat terbuka antar sesama sniper. Sebuah game
seperti GGO tak akan mensupport pemain untuk terbang, terlebih lagi
Hecate sebenarnya tak bisa digunakan sambil terbang kesana kemari. Daya
dorong yang timbul dari setiap tembakan benar – banar diluar nalarnya.
Pertarungan ini —
Siapapun yang mampu bertahan san mengenai sasaran adalah sang pemenang. Sinon berpikir seperti ini sambil menarik pelatuk.
Subtilizer
mungkin juga memiliki pikiran yang sama. Ketika Sinon terbang ke kanan
untuk mendekatinya, musuh terbang ke kiri untuk melawan.
Pada saat yang hampir bersamaan, keduanya mulai melaju dengan kecepatan penuh.
Dalam
kondisi ia tak kehilangan keseimbangan, Sinon menukik tajam ke suatu
sudut. Sambil memfokuskan bidikannya dan juga berusaha menghindari
bidikan musuh.
Tetapi Subtilize telah mengangkat Barrett
miliknya tiba – tiba dengan kecepatan mengagumkan, ia tampaknay telah
memprediksi gerakan Sinon.
— Datang!!
Sinon menggertakkan giginya dan membuka matanya lebar –lebar.
Percikan api meletus dari moncong senapan Barrett.
Sinon terbang secepat mungkin sambil menikung ke kiri.
Peluru musuh menabrak dadanya, hampir menembus ke kulitnya. Armor biru miliknya kini hancur.
— Hindarilah!
Ini adalah kesempatan terakhirnya. Ia harus menembak sebelum Subtilizer memiliki kesempatan lain.
Akan tetapi, ketika Sinon mengangkat Hecate miliknya.
Ia melihat peluru lain melayang kearahnya.
Tembakan beruntun — mengapa bisa?!
Ah… sial.
Berbeda dari Hecate yang perlu dikokang setiap kali ingin menembak, Barrett milik musuh adalah sniper semi-automatic.
Ketika pikiran ini melintas ke otak Sinon, kaki kiri Sinon telah terpotong di atas lutut.
***
Masih
mampu berdiri dalam situasi seperti ini, adalah Asuna yang menggunakan
Super Account, Integrity Knight Renri, seorang penduduk asli Underworld
dan naga kesayangannya, juga Siswi Swordswoman Tiese dan Ketua Penjaga
Sortiliena. Mereka masih mengayunkan senjatanya deengan gagah berani.
Meskipun matanya kelelahan, Asuna melihat Knight Renri bertarung dengan kokoh.
Sekitar
sepuluh menit lalu, si knight telah muncul di garis depan dan langsung
melemparkan pisau terbang miliknya. Pisau tersebut berputar diudara
sambil memotong musuh yang melaju kemari. Kekuatan hebat ini mampu
memukul mundur musuh selama beberapa menit. Nafas api yang dimuntahkan
sang naga juga membuat musuh ketakutan, membuat status Integrity Knight
sebagai penunggang naga nomor satu di Underworld.
Tetapi itu tak
berlangsung lama hingga musuh menyadarinya. Ketika Knight Renri
melemparkan senjatanya, tubuhnya sendiri benar – benar tak terlindungi.
Ketika
ia melempar pisaunya untuk menyapu pasukan garis depan, banyak tombak
yang dilemparkan kearahnya dari samping. Pasukan musuh akhirnya
menggunakan taktik bertempur seperti yang digunakan Asuna saat melawan
pemain Amerika.
Tombak - tombal tersebut bagaikan hujan di langit merah ini.
Naga milik Renri melebarkan sayapnya dan tubuhnya untuk melindungi sang tuan dari gelombang serangan musuh.
Tetapi ia langsung rubuh, sisik – sisiknya terkelupas dan mulai menumpahkan darah.
Selanjutnya, gelombang hujan tombak mulai diluncurkan.
Knight Renri melihat keatas pada tombak – tombak yang semakin mendekat, ia memeluk Tiese dan melindungi tubuhnya.
Setelahnya,
dua buah tombak menancap ke punggung Renri, membuatnya terjatuh diatas
tubuh Tiese. Kehilangan kontrol, pisau lempar yang berputar diudara kini
berhenti dan menancap di tanah.
Pasa saat ini, di bagian lain medan peperangan, hasil pertempuran ini sudah bisa dipastikan.
Mencoba
melampiaskan kemarahan mereka, pasukan crimson masih menyeret – nyeret
pemain Jepang yang telah jatuh kerena kelelahan. Lalu menancapkan
senjata – senjata mereka ke tubuhnya. Daging dan darah menari – nari
diudara, sambil ditemani teriakan – teriakan kesakitan, lalu menghilang
bagaikan asap.
Banyak armor dan perisai milik orang – orang
telah retak dan hancur, mereka diseret ke tanah, benar – benar tanpa
perlindungan. Air mata bercucuran dari wajah mereka karena tak bisa
melihat darah yang terus mengalir dari luka yang muncul.
Duaribu pemain yang telah mengkonvert akun mereka dan perlindungan pada Pasukan Kerajaan Manusia kini telah terbuka.
Untuk
melindungi Pasukan Persediaan dan Regu Ascetic, hampir sebanyak 400
Penjaga Kerajaan Manusia telah membuntuk formasi melingkar dan kini
sedang mengangkat pedang mereka. Wajah – wajah Penjaga mencerminkan
keputusasaan akan datangnya serangan akhir yang dilancarkan pasukan
crimson.
“……… Berhenti………”
Asuna mendengar sebuah suara lemah dari bibirnya.
Itu
bukanlah suara yang mencerminkan rasa sakit pada tubuhnya, melainkan
suara putus asa dan duka yang telah mengelilingi kondisi sekitar.
“Aku mohon.... berhenti.....”
Ketika
ia berbicara, rapier yang ada di tangan kanannya telah terjatuh. Air
mata menetes ke pipinya, turun hingga ku ujung rapier.
Tetapi pasukan crimson yang ada dihadapannya tak peduli, mereka mengangkat dua ratus senjata ke udara.
— Seketika itu.
Sebuah teriakan bagaikan petir menghentikan pedang – pedang yang akan dihujamkan kearah Asuna dari berbagai arah.
“Berheennnttiiii!!”
Seseorang
yang mengucapkan kata – kata tersebut adalah si pria bertudung hitam
yang daritadi mengamati jalannya peperangan dari atap sana. Ia adalah
hantu PoH, pemimpin dari guild merah — Laughing Coffin.
Para
pemain dari negara asing tampaknya menyadari jika pria bertudung hitam
ini adalah sang komandan pasukan, mereka lalu menurunkan senjata. Si
pria yang hendak mengeksekusi Asuna menggigit bibir dan menyarungkan
pedangnya, tetapi sebagai ganti ia menendang Asuna.
Asuna tersengkur, tetapi memaksa untuk berdiri bertumpu pada kedua lengannya yang tak bertenaga.
Asuna
mengangkat wajahnya dan melihat seorang pria tinggi menuju kearahnya,
tudung hitamnya berkibar karena angin. Ia tampaknya berbicara pada
pemain sekeliling menggunakan bahasa Korea, Asuna tak bisa memahami
maksud perkataannya.
Kemudian, para pasukan crimson mengangguk satu persatu dan menyampaikan pesan ersebut ke teman yang ada disampingnya.
Tiba
– tiba, si pria yang ada disamping Asuna menjambak rambutnya dan
ditarik keatas. Asuna berteriak kesakitan, tetapi si pria tak
menghiraukan dan enyeretnya kedepan.
Hal yang sama juga terjadi disekeliling Asuna, mereka tampaknya mengumpulkan sisa – sisa pemain Jepang kedalam satu tempat.
Si
pria bertudung hitam lalu berjalan kearah Penjaga Kerajaan Manusia yang
masih mengangkat pedangnya. Ia berbalik dan melambaikan tangan, membuat
semacam tanda kepada ‘dia’ jika ia sedang menjambak rambut Asuna.
Lalu
Asuna merasakan sebuah tendangan di punggungnya dan melemparnya sejauh
beberapa meter, lalu jatuh ke tanah. Atu persatu, pemain Jepang juga
dikumpulkan disekitarnya.
Hanya ada sekitar 200 orang tersisa.
HP
milik mereka semua hampir habis, padahal orang – orang ini adalah
pemain kelas atas. Asuna melihat sekeliling, tetapi tak bisa menemukan
Penguasa ALO, maupun anggota Sleeping Knights.
Equipment mereka
kalau tidak hancur maka telah dilepas secara paksa; apa yang tersisa
adalah pakaian tipis yang menempel ditubuh. Banyak diantaranya telah
terluka parah, dan pedang masih tertancap ke tubuhnya. Wajah mereka
tammmpak frustasi dan takkk bertenaga.
Asuna tak tahan melihat mereka lagi. Ia juga ingin menyerah seperti mereka.
Tetapi ia masih bisa melihat teman – temannya di pikirannya, seolah akan dihancurkan.
Matanya
menyisir daerah sekitar sekali lagi, lalu melihat seorang pemain wanita
tertunduk tak jauh darinya, bahunya gemetaran. Rambut pendek berwarna
merah jambu miliknya telah kotor, celemek miliknya juga telah robek sana
– sini.
Bergerak mendekatinya, Asuna kini memeluk sahabat terbaiknya tersebut.
Tubuh Lisbeth melemah, ia menyandarkan kepalanya ke dada Asuna. Wajahnya gemetar, benar – benar berantakan, lalu ia berbisik:
“Semuanya… Aku menghancurkan … akun… semuanya…”
“Tidak… tidak, Liz!”
Asuna berbisik sambil menangis.
“Ini bukan salahmu, Liz. Ini salahku … Jika aku mampu menanganinya, jika aku mampu memprediksi hal semacam ini…”
“Asuna…
Aku… Aku tak tahu apapun. Betapa mengerikannya sebuah peperangan..
betapa menyedihkannya kehilangan... aku tak tahu apapun …”
Asuna
tak bisa menemukan jawaban yang tepat, lalu memeluk Lisbeth semakin
erat. Air mata mulai menetes. Lalu ia mendengar sesegukan, membuatnya
berbalik dan melihat Agil tak bergerak di tanah, dan Silica berlutut
disampingnya.
Luka Agil sangat parah dan cukup mengejutkan jika
ia masih hidup. Luka tersebut mungkin disebabkan karena pertempuran
sambil melindungi Silica. Tubuh besarnya banyak menancap pedang dan
tombak, dan perutnya memiliki luka memar hantaman. Asuna melihatnya
masih menggertakkan gigi, Agil pasti sangat kesakitan.
Disamping
Agil ia bisa melihat Klein duduk bersila di tanah. Lengan kirinya
terluka dari bagian bahu, dan ia membalut luka tersebut menggunakan
bandana miliknya.
Kondisi semua pemain yang tersisa hampir sama.
Si
pria bertudung menatap ke 200 orang yang telah kalah, mengambil
senjata, armor, dan moral mereka — ia menyeringai atas kemenangannya
ini.
Lalu ia berbalik dan melihat para Pasukan Penjaga Kerajaan Manusia.
Asuna menunggu, ketakutan jika ia akan mulai membunuh mereka satu persatu.
Tetapi dia malah memberikan perintah dalam bahasa Jepang.
“Buang senjata kalian dan menyerahlah. Kami akan mengampuni kalian seperti para tahanan dibelakang kami.”
Rasa
terkejut mulai bermunculan di wajah para Penjaga, tetapi langsung
tergantikan oleh amarah. Salah satu diantara mereka maju kedepan,
berhadap – hadapan langsung dengan si pria; dia adalah pemimpin Penjaga,
Sortiliena. Pedang miliknya sudah tumpul dan darah mengalir dari
dahinya, mungkin karena terlalu sering bertempur di garis depan seperti
Klein dan yang lain.
Meskipun begitu, penampilan ini tidak membuat kecantikannya berkurang. Sortiliena berteriak:
“… Lelucon macam apa ini?! Kau pikir kamu akan menyerah seperti ini …”
“Lakukan apa yang ia minta—!!“
Asuna berteriak, memotong perkataan Sortiliena.
Masih memeluk Lisbeth, Asuna mengangkat kepalanya dan memohon:
“Kumohon... kamu tak boleh mati disini! Tak peduli seberapa besar penghinaan, kamu harus hidup!! Itulah… satu… satunya……”
Harapan.
Asuna merasakan dadanya dingin hingga ia tak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Tetapi,
meskipun Sortiliena dan para Penjaga seolah memprotes tindakan ini,
gemetaran, lalu pada akhirnya mereka mulai merendahkan bahunya.
Clang,
clang. Melihat mereka kehilangan senjata satu persatu, pemain – pemain
dari Dunia Nyata kini bersorak atas kemenangan ini dengan menyebut –
nyebut nama negara mereka.
Si pria bertudung mengangkat
tangannya cepat – cepat, memanggil beberapa pemain dan memberikan isarat
pada mereka. Mereka lalu mengangguk, lalu menuju ke pasukan Kerajaan
Manusia, dan mengelilingi mereka.
Sebelum Asuna mengerti apa yang akan mereka lakukan, si pria bertudung melangkah kearah Asuna.
Bahkan
dalam jarak dekat ini, Asuna masih tak bisa melihat wajahnya yang
tertutupi tudung tersebut. Ia hanya bisa melihat bibir dan untaian
rambut keriting di lehernya.
Bibirnya terbuka, lelu mengatakan sesuatu dengan suara gembira.
“Hei, lama tak ketemu, «Flash».”
— Orang ini adalah dia!!
Asuna menahan nafasnya, dan mengeluarkan kata yang telah ia pendam dihatinya.
“… Kau… PoH…!”
“Aw, sungguh nama yang nostalgia. Aku senang kau bisa mengingatnya.”
Pada
saat ini, Klein yang masih memegangi lengan kanannya yang terluka
melihat kearah si pria bertudung dengan emosi yang menyala.
“Kau… kau benar - benar. Kau masih hidup … dasar pembunuh!!”
Klein mencoba mencekiknya, tetapi pria terdekat menendangnya kesamping.
Asuna menggeramkan giginya dan berbisik.
“Apa ini … balas dendam? Balas dendam terhadap anggota pemain lantai atas yang telah menghancurkan Laughing Coffin…?”
“………”
PoH terdiam menatap Asuna beberapa saat. Asuna bisa melihat bahunya sedikit gemetar.
Lalu,
ia akhirnya tak bisa menahan hal tersebut. Tubuhnya bergetar ketika ia
mengeluarkan teriakan bercampur tawa: heheheh, hahahah.
Setelah tawanya berakhir. PoH mengacungkan jari tengahnya dan berbicara bahagia:
“Ah,
hmm… bagaimana mengungkapkannya dalam bahasa jepang ya … aku telah
tinggal di Amerika cukup lama, aku lupa mengungkapkannya.”
Jari tengahnya ia putarkan ke udara beberapa kali, lalu akhirnya berhentii.
“Ah ya, ‘Apa kau bodoh?‘ sungguh tak masuk akal, benar begitu …”
Dia
menunduk, lurus menuju wajah Asuna dalam jarak dekat. Matanya bersinar
dalam gelapnya tudung yang menyelimuti seluruh wajahnya.
“… Aku ceritakan padamu deh. Orang yang membocorkan lokasi persembunyian Laughing Coffin pada pemain Lantai Atas, adalah aku.”
“Appaa………”
Asuna, Klein, dan bahkan Agil yang tertidur di tanah membuka mata mereka mendengar penjelasan tersebut.
“Mengapa… kau melakukan hal itu …”
“Biasanya,
karena aku ingin melihat sekumpulan orang – orang bodoh saling bunuh …
tetapi alasan utama aku melakukannya mungkin karena: Aku… ingin membuat
kalian semua menjadi seorang «pembunuh». Kalian semua, maksudku adalah
para pemain yang selalu memikirkan dirinya sendiri hebat, Para Pemain
Lantai Atas yang selalu membanggakan diri mereka di garis depan.
Persiapanku butuh waktu lama… aku harus mengirimkan peringatan pada
anggota LaughCof pada detik – detik akhir, dan waktunya benar – benar
tepat, mereka tak bisa lari tetapi mereka masih bisa melawan.”
— Jadi itu mengapa informasi rahasia penyerangan lokasi persembunnyian berhasil bocor? Asuna terkejut dan mulai berpikir.
Demi
alasan ini, para Pemain Lantai Atas yang diunggulkan secara level dan
equipment malah menerima kerugian setelah pertempuran dimulai, beberapa
diantara mereka terbunuh. Hanya ada beberapa orang yang membalik keadaan
atas usaha Kirito yang mana seorang pemain solo untuk mengumpulkan
kekuatan. Para Pemain Lantai Atas bisa membalikkan keadaan karena Kirito
telah membereskan beberapa pemain atas Laughing Coffin…
“… Jadi itu… tujuanmu?”
Asuna menggeram.
“Untuk membuat Kirito-kun… tunduk karena rasa bersalah telah melakukan PK…?”
“Ya. Tepat sekali.“
PoH mengkonfirmasi jawaban Asuna sambul tertawa.
“Pada
saat itu, aku menonton pertempuran tersebut. Ketika Blackie-sensei
menjadi marah dan membunuh dua orang. Aku tak bisa menahan tawa milikku.
Rencana selanjutnyya adalah melumpuhkan kalian dengan racun Paralysis
dan menginterogasi kalian secara langsung bagaimana perasaan kalian
setelah melakukan PK … Yah tapi aku tak mengira jika permainan tersebut
berakhir di lantai 75.”
Untuk sesaat, gelombang kemarahan membuat Asuna lupa akan luka – lukanya.
“Apa… Apa kau tak memikirkan penderitaan Kirito-kun setelah kejadian tersebut?!”
“Oh, mengagumkan pastinya.”
Suara PoH sedingin es menanggapi jawaban Asuna.
“Tetapi,
itu aneh. Jika ia benar – benar menyesali perbuatannya.... pastinya ia
tak akan dive kedalam permainan VR lain, bukan begitu? Karena rasa
bersalah telah membunuh dan semacamnya. Aku tahu ia disini, aku bisa
merasakannya. Meskipun aku tak tahu mengapa ia bersembunnyi dibalik
kereta barang itu... terserah, aku akan menanyakannya secara langsung.”
PoH tersenyum pada Asuna, lalu ia berdiri.
Diantara sorak – sorakan yang masih terjadi, suara mencekap nan dingin terdengar:
“It’s show ti—me!”
PoH mengucapkan kalimat khasnya dalam SAO. Lalu ia mengangkat tangan kanannya tiba – tiba, dan didepannya sudah ada —
Disana
ada kursi roda yang telah didorong oleh seorang pemain crimson, dan
juga ada seorang gadis berpakaian abu – abu yang ditarik dibelakangnya.
Ah…
Berhenti.
Jangan.
Asuna berdoa dan memohon dalam hatinya. Klein tetapi berusaha untuk menghentikan PoH, tetapi langsung didorong dari belakang.
PoH membungkuk, menatap kursi roda yang ada dihadapannya.
“……… Hmm?”
Ia membuat suara dan menyenggol kaki rapuh yang menggantung di kursi roda dengan kakinya.
“Apa ini? Hei, Blackie, bangun. Kau dengar aku kan, Black Swordsman Yang Terhormat?”
Bahkan ketika ia menyebut nama panggilannya — Kirito tidak menunjukkan reaksi apapun.
Tubuhnya
mengenakan pakaian hitam, tetapi itu tak menutupi jika tubuh Kirito
sungguh sangat kurus. Ia bersender pada kursi roda, kepalanya tertunduk
kebawah. Tangan kiri miliknya memegang dua buah pedang.
Ronye berlari kesamping Asuna, air mata menetes lalu ia berbisik:
“Kirito-senpai…
ketika kamu bertarung, ia-ia mencoba untuk berdiri.. meskipun tak
memiliki kekuatan... tetapi... air mata.. air mata... terus mengalir
dari matanya …”
“Ronye-san…”
Asuna menjulurkan lengan kirinya dan memeluk tubuh ramping Ronye.
Lalu ia melihat dan meneriaki PoH:
“Kau
paham kan. Ia bertarung, bertarung, dan terus bertarung dan akhirnya ia
terluka parah. Berhentilah menjahilinya! Biarkan Kirito-kun istiraha!!”
Tetapi si pria bertudung tak mempedulikan perkataan Asuna, dan masih terus menatap wajah Kirito dari jarak dekat.
“Hei,
hei, hei, kau bercanda kan! Bagaimana mungkin kita menutup pertunjukan
seperti ini!? Hei, bangun! Hei, bangun! Selatat Paa… aagggiiii!!“
PoH menjulurkan kaki kirinya dan menendang kursi roda cukup keras.
Kursi roda tersebut terlempar kencang dan tubuh yang duduk diatasnya terjatuh ke tanah.
Asuna
dan Klein mencoba berdiri bersamaan, tetapi dihentikan. Agil
mengeluarkan raungan kemarahan, sementara Lisbeth, Silica, dan Ronye
menjerit pelan.
Tetapi PoH tak menanggapi mereka semua, ia malah berjalan kesamping Kirito dan membalikkan tubuhnya menggunakan ujung kakinya.
“Apa ini… dia beneran hancur? Sang pahlawan besar kini hanyalah sebuah boneka?”
Ia
lalu menggenggam pedang putih yang ada di pelukan lengan kiri Kirito.
Lalu ia menariknya dari sarung pedang dan mengetahui jika pedang putih
ini hanyalah separuh bagian.
PoH mencibir, dan hendak membuang pedang tersebut. Ketika —
“Ah… Ah…”
Kirito mengeluarkan suara serak, dan lengan kirinya berusaha mengambil pedang putih tersebut.
“Huh?! Ia bergerak!! Kau menginginkannya?”
PoH
mengayun – ayunkan pedang putih tersebut, seolah memanas – manasi
Kirito. Ia lalu melukai lengan kiri Kirito yang masih menjulur ke udara,
kemudian ia menendangnya.
“Hei, katakan sesuatu!!“
PoH menampar pipi Kirito dengan tangan kirinya.
Pandangan
Asuna telah menjadi kemerahan karena amarah. Tetapi ketika ia hendak
bangun, teriakan milik Klein meledak ke sekeliling.
“Kau bangsat!! Jangan berani kau menyentuh Kirito, kau sialan — !!“
Ketika Klein hendak menyerang PoH, sebuah pedang besar ditusukkan ke punggungnya dan membuatnya tertancap ke tanah.
Ia memuntahkan banyak darah dari mjulutnya, tetapi Klein menghiraukannya dan mencoba untuk merangkak.
“Hania… KAU…!! Tak akan pernah… kumaafkan…”
Crack!!
Dengan suara berat, sebuah pedang besar kedua menembus punggung Klein lagi.
Air mata tak terbendung kini membanjiri mata Asuna sekali lagi, seolah air mata ini tak akan kering. ***
Pada saat ini, rasa takut dalam hati Sinon untuk tak bisa terbang lebih besar ketimbang rasa sakit ketika kakinya diledakkan.
Dihadapannya,
Sinon yang tadi bisa terbang bebas dengan menginjak udara. Kini hanya
bisa menghindar menggunakan kaki kanannya sambil ia terus turun kebawah.
“Urgh………”
Sinon menggeramkan giginya, menggubah
gerakannys menjadi manuver yang ia bisa gunakan— terbang kebelakang
tanpa henti. Darah yang mengalir dari kaki kirinya bagaikan garis –
garis di udara.
Ia membuat jarak antara dirinya dan Subtilizer
semakin lebar secepat yang ia bisa, sambil menincar musuh dan
mengerahkan tembakan ketiga.
Tetapi musuh bisa mengejarnya dengan mudah dan sniper musuh juga menembakkan tembakan keempat.
Kedua buah peluru melaju pada lajur yang sama, menimbulkan suara dan gemercik api ketika saling bergoresan, dan berubah arah.
Sinon mengokang snipernya, rasa takutnya semakin besar, ia lalu menembakkan peluru keempat.
Dua buah bunyi keras terdengar bersamaan. Dua buah peluru saling bertubrukan, lalu menghilang.
Tembakan kelima. Tembakan keenam.
Hasilnya
sama saja. Subtilizer memang sengaja mengincar dan menembak ketika
Sinon menembak, membuat kedua peluru terus bertabrakan tanpa henti.
Skill
seperti itu tak ada dalam GGO, kesampingkan dunia ini. Tetapi di dunia
ini, imajinasi menjadi sumber segala hal. Tak hanya Subtilizer yang
menyadari hasil pertempuran saling tembak ini, Sinon juga harus
menyadarinya; itulah mengapa kedua peluru terus menerus saling
bertabrakan.
Meskipun begitu, ketiga hal tindakan mengokang, mengincar musuh, dan menarik pelatuk, Sinon tak bisa melakukan hal lainnya.
Tembakan ketujuh saling berbenturam lalu sisa peluru menghilang di udara.
Kokang. Incar.
— Click.
Ketika jemari Sinon hendak menarik pelatuk, hanya timbul bunyi saja.
Isi peluru Hecate II hanya tujuh biji. Ia tak punya peluru cadangan.
Sebaliknya, Isi peluru Barrett XM500 adalah 10. Sisa dua peluru.
Sinon bisa melihat dengan jelas jika musuh tersenyum dingin dari jarak 100 meter.
Percikan api muncul dari ujung snipernya.
Selain kaki kirinya, kini tangan kanan Sinon meledak juga.
Hal tersebut membuatnya tak bisa lagi terbang lurus, ia mulai turun.
Mengontrol
daya dorong, Subtilizer mendekatkan mata kanannya ke bidikan, bersiap
untuk melancarkan tembakan terakhir. Mata yang terlihat dari bidikan
tersebut mengincar dada Sinon.
— Maaf.
Maaf, Asuna. Maaf, Yui. Maaf… Kirito.
Setelah Sinon berguman sendiri. Tembakan kesepuluh XM500 terdengar.
Peluru tersebut meninggalkan lintasan peluru, menuju armor biru Sinon, menyentuh pakaiannya, dan menembus tubuhnya —
Bang!!
Percikan api muncul sekali lagi.
Sinon membuka matanya lebar – lebar, dan melihat peluru tersebut dihentikan oleh kalung silver yang sangat kecil.
Berada
di pusat percikan cahaya putih selebar dua millimeter adalah
kekuatannya yang masih tersisa. Seketika Sinon melihat ini, air mata
menetes ke pipinya.
— Aku tak boleh menyerah.
Aku tak
boleh menyerah. Aku harus yakin. Percaya pada diriku sendiri. Percaya
pada Hecate. Dan aku harus percaya pada dia yang memiliki kalung ini.
Sinon mengangkat Hecate dan meletakkan jari telunjuknya ke pelatuk.
Meskipun
senjata ini telah diubah menjadi sebuah sniper menggunakan
imajinasinya. Properti sistem miliknya tak berubah — benar, kemampuan
dari Bow of Solus: kemampuan untuk menyerap energi sekitar menjadi
kekuatannya sendiri.
Maka ini pasti bisa menembakkan. Meskipun isi pelurunya kosong, Hecate pasti akan merespon.
“Go… oooo——!!“
Sinon menarik pelatuk.
Apa yang tertembak bukanlah sebuah peluru logam.
Sebuah peluru cahaya putih murni menyembur dari ujung Hecate, membuat garis lurus seolah membelah langit.
Senyum menghilang dari wajah Subtilizer. Ketika ia berusaha menghindar, cahaya putih menghantam Barrett.
Sebuah bola api keemasan muncul, menelan Subtilizer —
Sebuah bunyi dentuman hebat, sebuah ledakan.
Sinon merasakan hantaman udara menabrak wajahnya, membuatnya terjatuh dan mengantam tanah.
Ia
tak memiliki kekuatan untuk merangkak, apalagi terbang. Rasa sakit yang
muncul dari kekinya membuatnya semakin sulit untuk menjaga kesadarannya
tetap terjaga.
Meskipun begitu, Sinon tetap membuka kedua matanya untuk melihat hasil tembakan akhir miliknya.
Angin menyapu asap hitam yang muncul di langit sana.
Apa yang muncul — adalah Subtilizer yang masih berdiri di udara.
Ia
terluka. Seluruh tangan kanannya meledak akibat tembakan Sinon dan asap
hitam masih mengepul dari punggungnya. Wajah bagian kanan miliknya
hancur dan ia memuntahkan darah dari mulutnya.
Aura membunuh akhirnya muncul dari wajah Subtilizer.
— Ayo sini. Aku akan meladenimu sebanyak yang aku bisa.
Sinon memfokuskan sisa – sisa kekuatannya, dan mencoba untuk mengangkat Hecate.
Sedetik
kemudian, Subtilizer berpaling. Makhluk bersayap yang ada dibawahnya
kini berubah arah dan meninggalkan jejak asap hitam, ia terbang menuju
selatan.
Sinon meletakkan sniper miliknya ke tanah; ia benar –
benar kelelahan. Ketika sniper ini menyentuh tanah, ia berubah kembali
ke bentuk aslinya, busur putih.
Ia menggunakan tenaga terakhirnya untuk mengangkat kedua tangan dan memegang kalung yang menjuntai.
“……… Kirito…”
Ia berbisik, air mata menetesi pipinya.
***
Leafa tak memiliki waktu untuk mencabut senjata yang tertancap ditubuhnya.
Semua rasa sakit bercampur aduk, langsung menembus ke urat syarafnya.
Beberapa
luka miliknya cukup parah. Setiap saat ia bergerak, dua buah pedang
yang saling menusuk perutnya menggesek organ dalamnya dan pedang yang
tertancap dari punggungnya telah menembus jantung Leafa.
Tetapi Leafa tidak berhenti bergerak.
“Ura… AAHHHHH!!”
Banyak darah menyembur ketika ia mengayunkan Sword Skill untuk kesepuluh kali — atau seratus kali.
Katana
«Verduras Anima» memotong horizontal dengan cahaya hijau.setelah
beberapa saat berkonsentrasi, cahaya tersebut melebar dan banyak tubuh
musuh terpotong.
Beberapa musuh mengambil kesempatan cooldown
ini, dan melaju kearahnya. Leafa mundur tetapi tak bisa menghindari
semua serangan. Tombak besar berhasil mengiris lengan kirinya.
Ia mencoba mengendalikan tubuhnya karena hampir terjatuh....
“HAAAHHH!!“
Pedang miliknya ia ayunkan sekali lagi, tiga orang terpotong lagi.
Leafa mengambil lengannya yang terpotong dan memasangnya kembali, ia lalu menjejakkan kakinya ke tanah.
Bunga
dan rerumputan mucul bersamaan dengan cahaya hijau. HP miliknya kembali
normal dan meskipun lukanya masih kelihatan, lengan kirinya telah
tersambung kembali.
Dalam situasi semacam ini, kemampuan
infinite regeneration yang dimiliki Super Account Terraria tak bisa
disebut lagi sebuah anugrah dewi.
Lebih mirip sebuah kutukan.
Tak peduli berapa banyak luka yang ia terima, berapa banyak rasa sakit
yang dirasakan, ia tak akan kalah. Ia tak bisa mati, ia bukannya tak
terkalahkan, Leafa malah merasakan sebuah siksaan.
Satu – satunya hal yang membuat Leafa tetap bertahan adalah sebuah keyakinan.
— Jika yang mengalami Onii-chan.
Ia tak akan mundur dengan luka semacam ini.
Aku
tak boleh kalah. Mereka hanya tigaribu orang. Aku bisa mengatasinya
seorang diri. Karena.... aku... adalah.... Adik Perempuan..... «Black
Swordsman» Kirito…
Cahaya kemerahan menyala dari ujung katana yang ia genggam.
Zoom!
Katana tersebut ia hunuskan kedepan dan menembakkan sebuah pilar cahaya
sejauh ribuan meter. Tubuh – tubuh musuh tertelan dan menghilang.
“… Huff… Huff…….”
Ketika ia bernafas, ia memuntahkan darah.
Leafa mengelap mulutnya sambil gemetaran, lalu sebuah tombak datang dan menancap ke mata kirinya dan menembus ke kepala.
Ia mundur beberapa lanngkah — tetapi Leafa tidak tewas.
Ia
menggenggam pegangan tombak dengan tangan kirinya dan mencabutnya.
Sebuah sensasi rasa sakit mengerikan mengalir ke tengkoraknya.
“Urgh… Uraaaaaaagh!”
Ia berteriak, menginjakkan kakinya ketanah untuk memulihkan HP miliknya. Mata kirinya yang hancur kini telah pulih.
Ia memandang sekeliling dan menyadari daerah sekitar hanya tersisa sekitar seratus orang.
Leafa menyeringai, menjulurkan tangan kirinya yang berdarah kedepan, ia mengundang musuh untuk maju.
Melawan pasukan yang menerjang dirinya, Leafa mengayunkan katana miliknya dengan keras .
“Eeyah… AAAAAHHH!”
Tebasan pedang.
Darah menyembur keudara ketika serangan Leafa menghantam pasukan musuh.
Kira – kira tiga menit setelahnya, setelah musuh terakhir musnah. Tubuh Leafa telah tertancapi lebih dari sepuluh senjata.
Perutnya mati rasa ketia ia terjatuh kebelakang, namun ia tak menyentuh tanah karena tertahan ujung senjata.
Mendengarkan
Rirupirin dan yang lain memanggil namanya, juga mendengar langkah kaki
mendekatinya, Leafa menutup mata dan berbisik pelan:
“Aku… Hebat, kan… Onii-chan…”
***
Ketika Yanai menarik pelatuk, sebuah teriakan datang dari telinga kiri Higa.
“Higa-kun, menghindar!!”
Huh?
Menghindar… menghindari peluru?
Sambil berpikir seperti itu, Higa mendengar sebuah suara benda jatuh dari atas saluran ini.
Clang!
Itu bukan suara sebuah tembakan. Suara benda jatuh dari pintu masuk diatas sana, lalu menghantam dahi Yanai.
Mata Yanai terbuka lebar ketika melihat keatas. Tangan kirinya yang menggenggam tangga terpeleset.
“Whoa… Tunggu…”
Higa seolah lupa rasa sakit di pundaknya lalu merapatkan tubuhnya ke tangga.
Sebuah obeng besar terjatuh, lalu sebuah pistol terjatuh.
Akhirnya tubuh tak sadarkan diri Yanai terjatuh di saluran ini.
“Hee… Heee!”
Higa kembali ke posisi semula.
“……… Ah.”
Ketika
Higa membuat keluhan itu, Yanai telah terjatuh kebawah sedalam 50
meter. Beberapa bunyi kelontangan terdengar ketika ia menghantam lantai.
“………. Um.”
Apa dia … mati? Tidak, sepertinya ia hanya mematahkan dua atau tiga tulang … tidak, mungkin lima atau enam …
Sambil berpikir apa yang menimpa Yanai, sebuah teriakan terdengar di telinganya sekali lagi.
“Higa-kun… Hei, Higa-kun!! Apa kamu baik – baik saja?! Jawab aku, hei!!“
“………. Ah, tidak, aku hanya terkejut … kau mampu membuat suara berisik seperti itu, Rinko-senpai.”
“Bagaimana... bagaimana mungkin kamu memikirkan hal konyol seperti itu?! Apa kamu terluka? Apa ia menembakmu?!”
“Ah, um…”
Higa melihat luka di pundak kanannya.
Jumlah darah yang hilang benar – benar banyak. Tangan kanannya mulai mati rasa, dan dingin. Pikirannya tak secepat biasanya.
Tetapi Higa mengambil nafas panjang dan mengumpukan kekuatan di perutnya sesaat, lalu membalas seceria mungkin:
“Tidak, aku baik – baik saja kok! Hanya luka gores. Aku kan melanjutkan operasi ini, tolong awasi monitor Kirito-kun, Senpai!!”
“Apa kamu serius tak apa?! Aku akan coba percaya, oke?! Jika kamu menipuku aku tak akan memaafkanmu, oke?!”
“Tentang itu… percaya saja padaku.”
Higa
melihat keatas dan melambaikan tangannya pada Rinko yang mengintip dari
pintu masuk saluran. Karena jarak cukup jauh dan minim penerangan,
seharusnya ia tak bisa milihat pendarahan Higa.
“Nah… aku akan menuju monitor, dan jika gambarnya berubah aku akan mengabarimu! Semoga berhasil, Higa-kun!!”
Seketika sosoknya menghilang, Higa keceplosan berbisik memanggil namanya:
“Ah… Rin-Rinko-senpai.”
“Apa, ada sesuatu?!”
“Bukan… Um, uh…”
— Tahu nggak? Di kampus, bukan hanya Kayaba-senpai dan si sialan Sugou yang mengagumimu, aku juga mengagumimu lho.
Higa ingin berkata seperti itu, tetapi ia merasa jika ia mengungkapkannya... maka....
“Um, setelah ini semua berlalu, maukah kita mkan bareng?”
“… Oke. Aku akan mentraktirmu hamburger, daging asap, atau apalah, semoga berhasil!!”
Lalu sosok Professor Koujiro benar – benar menghilang dari pandangan Higa.
— Ia benar = benar pelit.
Coba pikir, saat – saat «terakhir», kata – katanya tak terdengar keren.
Higa
tersenum pahit, lalu membalikkan laptop di tangan kirinya. Ia
meletakkan jarinya yang mati rasa ke keyboard dan mulai mengetik.
STL #3… Connected to #4. #5, #6… Connected.
Mungkin
karena kehilangan banyak darah, kata – kata yang muncul didepan mata
Higa kini berlipat ganda. Ia menggelengkan kepala dan berbisik dalam
hati.
— Baiklah, Kirito-kun, waktunya untuk bangun.
***
Sambil bercucuran airmata, Asuna menatap kekasihnya sambil berdoa.
— Kumohon, Kirito-kun. Aku bersedia mencurahkan seluruh hatiku, hidupku, segalanya... jadi, bangunlah.
— Kirito-kun.
— Kirito.
— Onii-chan.
……… Sekarang… Kirito…
Bagian 5
Kirito.
Seseorang memanggil namaku —
Aku terbangun dari tidur panjangku.
Membuka kelopak mataku, aku bisa melihat partikel – pertikel cahaya berwarna orange beterbangan.
Pandanganku perlahan mulai folus.
Sebuah kain putih — Gorden.
Sebuah jendela berwarna perak. Bergaya klasik.
Sebuah ranting pohon yang melambai. Sebuah pesawat perlahan melintas di langit sana, membelah langit cerah.
Aku
mengambil nafas dalam – dalam, mengangkat tubuh atasku dan melihat
sebuah seragam ada di depan papan tulis kehijauan. Penghapus diayunkan,
menghapus tulisan yang masih tersisa.
“… Um, Kirigaya-kun.”
Aku mendengar seseorang memanggil namaku lagi. Aku berbalik, dan melihat seorang siswi menatapku agak malu.
“Aku ingin menggeser meja ini.”
Tampaknya aku ketiduran di kelas lagi, aku bangun ketika kelas sudah selesai.
“Ah… Maaf.”
Aku menjawab, lalu mengangkat tas milikku dari meja dan berdiri.
Kepalaku pusing.
Seperti
kelelahan yang terus menumpuk — ketika menonton sebuah film yang sangat
lama. Aku tak bisa mengingat seluruh filmnya, tetapi emosi yang
tercipta telah melekat di hatiku. Aku menggeleng kepala.
Aku berpaling dari siswi yang menatap keheranan, mengambil langkah menuju pintu keluar kelas, dan berguman.
“Sungguh… Apa itu mimpi…”
(To be continued)
Catatan Pengarang
Terima kasih telah membaca Sword Art Online 17: Alicization Awakening.
Saya
benar – benar meminta maaf telah membuat semua orang menunggu sangat
lama setelah volume terakhir, ”Exploding”. Arti judul “Awakening”,
berarti “Bangkit”, jadi itu berarti Kirito san yang telah tertidur lama
sejak Volume 15 akhirnya terbangun?! Semuanya mungkin berpikir seperti
itu, tetapi saya minta maaf karena beberapa alasan aku meminta semuanya
menunggu hingga volume selanjutnya dengan sebuah tanda tanya besar,
“Apakah ia benar – benar terbangun…? Ataukah ia masih tetap tertidur…?”
endingnya menggantung. Sejujurnya, aku ingin memasukkan seluruhnya
kedalam ”Chapter 21: Kebangkitan”, tetapi itu akan membuat seluruh
volume ini menjadi tebal dan volume selanjutnya menjadi sangat tipis,
jadi aku memutuskan untuk memotongnya. Sungguh pilihan sulit, tetapi
semuanya mohon bersabar hingga volume berikutnya.
Nah, aku ingin
membahas isi volume ini. Karena Gabriel, Vassago, dan Critter telah
menyusun rencana untuk memasukkan banyak sekali pemain VRMMO dari
Amerika, Korea, dan China kedalam Underworld dan memulai pertempuran
dengan Pasukan Kerajaan Manusia dan pemain Jepang. Ketika aku membuat
alur semacam ini dalam versi web sepuluh tahun lalu, itu karena pada
waktu itu suasana tidak kondusif dalam dunia game online terhadap pemain
asing, jadi kuharap kalian semua bisa memahami setelah membacanya.
Tetapi karena kemampuan menulisku tidak bisa menggambarkan semua
peristiwa itu, aku malah menciptakan suatu suasana dimana kemarahan
menjadi penggerak utama musuh, aku benar – benar malu.
Ketika
aku mengedit tulisanku kedalam versi Dengeki Bunko, aku memutuskan untuk
mengubah bagian tersebut, tetapi setelahnya malah terasa hampa…
akhirnya aku tidak mengubah alur utama. Dan bagaimana Kirito akan
mengatasi keresahannya setelah «Terpaksa melakukan PK» oleh Vassago/PoH
yang mengadu domba Para Pemain Lantai Atas, semua akan terjawab di
volume berikutnya.
Limabelas tahun telah berlalu sejak SAO
tercipta dipojok dunia internet. Aku kagum karena telah bertahan selama
ini. Tetapi akan ada movie, video games, dan banyak project lain untuk
melebarkan dunia SAO, aku meminta semuanya tetap mendukung. Akhirnya,
untuk abec-san yang telah menggambarkan Leafa, Sinon, dan kawan – kawan
yang masuk kedalam Underworld dengan begitu cantiknya dan sangat
menawan, juga Miki-san yang memulai tantangan baru sebagai editorku,
terima kasih banya!
Suatu hari di bulan Maret 2016
Kawahara Reki.