Light Novel SAO Bahasa Indonesia
Volume 016 - Alicization Exploding
Bab 18: Perang Besar Underworld (Bulan Ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)
18:00
Cahaya Solus mulai meredup pada gerbang yang memisahkan kedua dunia dalam warna merah darah.
«Gerbang Besar Timur»
Strukturnya
sangat besar, karena diciptakan oleh tangan Dewi, gerbang yang
memisahkan Dunia Manusia dan Tanah Kegelapan selama lebih dari tiga
ratus tahun kini mulai runtuh.
Getaran bergemuruh yang tersebar
di dunia seperti teriakan binatang buas di waktu penghabisan Gerbang
Besar, Life yang hampir tidak terbatas dari Gerbang tersebut semakin
menurun, sementara 5.000 Pasukan dari kubu Pasukan Pertahanan Dunia
Manusia dan 50.000 Pasukan dari Pasukan Kegelapan hanya bisa terpaku
tanpa bisa berkata apa-apa. Mereka berangkat dari ibu kota Dunia
Manusia, Centoria, dan ibu kota di daerah bagian timur Tanah Kegelapan,
Obsidia. Di bagian barat yang jauh, guntur yang tidak bersahabat
mendorong semua orang yang ada di Underworld untuk menoleh ke langit.
Detik berlalu.
Sebuah
retakan muncul dari bagian tengah Gerbang Besar yang tingginya lebih
dari tiga ratus mel dan menghanguskan Pasukan yang berbaris baik berada
di sisi barat maupun timur.
Cahaya putih menyembur keluar dari
dalam retakan tersebut, tersebar keluar seperti jala. Huruf besar dalam
Pengucapan Suci runtuh bersamaan dengan api yang berada pada kedua sisi
gerbang. Hanya terdapat dua orang di medan perang ini yang memahami
maksud dibalik kata-kata ini, [Final Tolerance Experiment].
Perang tersebut dimulai ketika kata-kata tersebut muncul.
Gerbang Besar Timur runtuh dari atas, menimbulkan kilatan cahaya yang menyebar hingga ke langit.
Bagian 1
“Uoohh…”
Sebuah suara senang keluar dari Vassago Casals dimana ia sedang menaiki kereta kuda komando.
“Inilah
«final load test»? Film-film Hollywood terlihat memalukan dibandingkan
tontonan ini. Bukankah seharusnya kita mengambil bagian teknologi
video-nya dibandingkan mengambil AI, bro? Kita akan kaya raya dalam
waktu singkat jika kita memulai sebuah VFX studio"
Meskipun
matanya tertuju pada pemandangan luar biasa dari kejauhan, Gabriel
Miller dengan tenang mengutarakan pendapatnya setalah mendengar hal
tersebut.
“Sayangnya, pemandangan ini tak bisa direkam kedalam
media apapun. Karena, pemandangan ini bukanlah polygon yang berasal dari
dunia kita. Pertunjukan besar ini hanya bisa dilihat bagi mereka yang
tersambung ke dalam STL.”
Separuh Gerbang Besar Timur telah
runtuh menjadi puing-puing yang tak terhitung banyaknya. Diantara suara
serta getaran yang sangat hebat, banyak puing-puing yang hancur menjadi
cahaya tepat sebelum jatuh hingga ke tanah. Menilai hal tersebut,
tampaknya sisa-sisa gerbang timur tidak bisa digunakan sebagai suatu
penghambat.
Gabriel berdiri dari singgasananya yang berada di
kereta kuda sambil mengenakan mantel hitam yang berkibar sebelum
berjalan menuju tengkorak besar yang disiapkan oleh salah satu Sepuluh
Pemimpin Bangsawan dari Tanah Kegelapan, Pemimpin Guild Pengguna Dark
Arts, Dee Ai El.
Tengkorak yang diletakkan di sebuah meja kecil
tersebut tampaknya adalah sebuah artifak yang bisa menyampaikan
gelombang suara. Dee Ai El pernah berkata jika bicara menggunakan master
skull ini, suaranya bisa tersampaikan pada slave skulls yang dimiliki
oleh para jenderal. Melalui sistem transmisi banyak saluran pada Kereta
Komando Stryker, hal ini lebih efektif daripada mengirim seorang pembawa
pesan untuk setiap perintah yang ingin disampaikan.
Menatap
kedalam lubang mata tengkorak ini, Gabriel mengeluarkan suara suramnya
yang cocok untuk perannya sebagai «Kaisar Tanah Kegelapan dan Vector
sang Dewa Kegelapan».
“Wahai ksatria dari Tanah Kegelapan! Saat
ini adalah saat yang telah kita nanti-nantikan! Bunuh semua yang hidup!
Jarah semuanya tanpa ragu! —— Injak-injak semuanya!”
Teriakan
semangat terdengar dari semua arah medan peperangan, suaranya bahkan
melebihi suara jatuhnya Gerbang Besar. Golok dan tombak yang tak
terhitung banyaknya diangkat keatas hingga tampak warna darah karena
tersinari cahaya matahari.
Gelombang Pasukan Tanah Kegelapan
pertama yang terdiri atas 5.000 goblin gunung, 5.000 goblin dataran
rendah, 2.000 orc, dan 1.000 raksasa dengan total 13.000 pasukan. Dia
pertama-tama akan memimpin mereka dan mengamati reaksi pasukan musuh.
Mengayunkan tangan kanannya ke depan dengan cepat, Gabriel memberikan
perintah pertamanya sebagai seorang pemain didalam peperangan ini.
“Kelompok Pertama—mulai penyerangan!!”
* * *
Seseorang
yang sok memimpin lebih dari 5.000 goblin gunung di sayap kanan dari
pasukan goblin adalah seorang pemimpin baru yang bernama Kosogi. Dia
adalah salah satu dari ketujuh putra pemimpin sebelumnya, Hagashi, yang
secara tak sengaja tewas karena drama pemberontakan Jenderal Kegelapan
Shasta.
Hagashi terkenal karena kebrutalan dan keserakahannya
diantara para ketua terdahulu. Kosogi tidak hanya mewarisi watak
tersebut, dia hanya menyembunyikan kecerdasan tingginya yang tak begitu
menarik diantara para goblin.
Mencapai usianya yang ke duapuluh
di tahun ini, Kosogi telah merenungkan mengapa goblin dianggap sebagai
yang terburuk diantara lima ras dari tanah kegelapan—manusia, raksasa,
ogre, orc, dan goblin—selama lebih dari lima tahun.
Pastinya
karena goblin adalah yang terkecil diantara lima ras dan terlemah secara
fisik. Bagaimanapun, para goblin mengalami kerugian terbanyak karena
kelemahan tersebut dan faktanya, mereka telah mengadakan pertempuran
melawan para orc dan manusia secara sejajar ketika «Jaman Perang Besi
dan Darah» di masa lampau.
Ketika para ras pada akhirnya
mengakhiri perang mereka, karena lelah akan perang yang berkepanjangan,
ketua goblin juga mendapatkan tempat dalam pertemuan Sepuluh Bangsawan,
sebuah perkumpulan tertinggi di tanah kegelapan, ketika mereka
memutuskan untuk mengadakan perjanjian perdamaian antar lima ras. Akan
tetapi, kenyataannya perjanjan tersebut tidaklah adil. Baik goblin
gunung dan goblin dataran rendah hanya diberikan tak lebih dari tanah
kering nan gersang di bagian utara sebagai wilayah kekuasaan dan tak ada
cukup tempat untuk bertani maupun untuk mempertahankan Life dari
seluruh ras goblin; anak-anak para goblin terus menerus mengalami
kelaparan dan para tetua secara cepat meninggal.
Singkatnya, para goblin telah tamat oleh keputusan ketua dari ras lainnya.
Agar
mengekang kekuatan terbesar mereka, yaitu jumlah yang sangat banyak,
para goblin memaksakan rasnya untuk menempati tanah luas nan gersang.
Seperti, para goblin harus kelelahan hanya untuk hidup hingga saat ini
dan tak bisa membangun peradaban yang lebih maju. Mempertahankan tempat
pelatihan untuk anak-anak mereka agar bisa berlatih seperti Ium hitam
sungguh tak mungkin; anak-anak goblin malah dikirim menyusuri sungai
diatas perahu agar mengurangi mulut-mulut untuk diberi makan. Tindakan
tersebut mungkin akan disambut hangat oleh ras lain.
Jika saja
mereka mempunyai tanah yang subur serta sumber daya yang memadai,
Pasukan goblin sekarang ini tidak akan mengenakan armor yang dibuat dari
besi kasar, tetapi mengenakan equipment yang dibuat dari baja. Mereka
akan menimbun Life dari persediaan makanan yang banyak sserta
mempelajari tehnik pedang dan siasat pertempuran. Mereka mungkin telah
mempelajari dark arts yang kini telah dimonopoli oleh Ium hitam.
Jika mereka mendapatkan semua itu, tak seorangpun akan memandang goblin sebagai ras rendahan.
Ayah
Kosogi yang telah meninggal, Hagashi, juga tampaknya secara terus
menerus dihantui oleh kemarahan dan kecemburuannya terhadap Ium hitam,
tetapi dia kurang pintar untuk memikirkan apa yang bisa dia perbuat. Dia
memiliki cukup kebijaksanaan hanya untuk berharap agar bisa berada di
sisi Kaisar Vektor melalui agresi militer dalam perang besar ini.
Sungguh
suatu kebodohan. Bagaimana mungkin mereka berharap agar bisa terkenal
dalam suatu pertempuran? Hal tersebut sudah jelas terlihat dari posisi
Pasukan ini.
Hal ini tampaknya diusulkan kepada kaisar oleh
Pemimpin Guild Pengguna Dark Arts. Wanita tersebut mengusulkan agar
«kebanggaan sebagai Pasukan penyergap» diserahkan kepada dua ras goblin.
Ia memanfaatkan serta mengatur mereka sejak dari awal. Para goblin akan
ditempatkan di barisan depan dan dengan cepat akan ditebas oleh para
iblis-iblis Integrity Knight dari Kerajaan Manusia, sebelum dibakar oleh
Dee Ai El sebagai kerusakan tambahan dari jarak aman di formasi
belakang dengan maksud merampas jasa-jasa tindakan para goblin.
—Bagaimana mungkin Kaisar Vector membiarkan Dee melakukan hal tersebut?
Akan
tetapi, hal tersebut, dalam cara apapun, para goblin tidak bisa menolak
perintah tersebut. Kaisar Vector bahkan tidak terluka sedikitpun
setelah mendapat serangan dari Jenderal Kegelapan Shasta yang mana
membunuh dua ketua goblin dan ketua Guild Assassins. Kaisar memegang
kekuatan mutlak dan hukum di tanah kegelapan yang memutuskan jika yang
lemah harus mematuhi yang kuat.
Bagaimanapun juga, Ium hitam
wanita ini berbeda. Kosogi kini adalah salah satu dari Sepuluh Pemimpin
Bangsawan, selevel dengannya. Dia tidak memiliki kewajiban untuk patuh
oleh siasat jahatnya.
Perintah yang diberikan kepada para goblin
sungguh sederhana. Mereka akan menembus pertahanan sebagai pasukan
terdepan dan membinasakan Pasukan musuh.
Hanya itu. Tak ada
apapun tentang mempertahankan garis depan hingga api-api dari pengguna
art turun dari bagian belakang. Mereka memiliki kelonggaran untuk
mengecoh wanita itu.
Kosogi secara rahasia memberikan perintah
kepada petugas pemberi perintah yang paling dipercayainya tepat setelah
Gerbang Besar runtuh.
Ketika slave skull yang diberikan
kepadanya bergerak dan menyampaikan perintah penyerangan dari kaisar,
Kosogi menggenggam tangannya dibawah armor miliknya dan mengeluarkan
sebuah bola kecil yang telah dia persiapkan sebelumnya. Petugas pemberi
perintah yang menjadi temannya mungkin juga melakukan hal yang sama saat
itu juga.
Tumpukan batu yang sebelumnya adalah Gerbang Besar Utara runtuh sepenuhnya dengan suara raungan lalu menghilang dalam cahaya.
Dia menyadari banyak tembakan serta kilatan menyilaukan dari senjata serta armor dikejauhan menuju lembah terbuka didepan sana.
Itulah Pasukan pertahanan Ium putih.
Dibalik
mereka adalah tanah yang cukup berlimpah, sumber daya yang tak
terbatas, serta kekuatan yang cukup untuk membuat goblin gunung
mendapatkan kembali jaman kejayaan mereka.
Bagaimana mungkin dia
dijadikan batu pijakan? Dia mendapatkan pasukan goblin-goblin dataran
rendah, yang diketuai oleh pemipin tanpa otak, dan lagi para orc yang
lebih bodoh menjadi pasukannya.
Kosogi menggenggam bola tersebut
dengan tangan kirinya kuat-kuat serta menggenggam pisau gunung di
tangan kanannya ketika dia berteriak dengan suara tingginya.
“Kalian semua, tetap bersama dan maju bersamaku!! —Serbuuu!!”
* * *
“Pasukan pertama, tarik pedang kalian dan siaplah menyerang! Ascetics, siapkan mantra dan art penyembuh!”
Suara
lantang Fanatio Synthesis Two menembus kekacauan yang sedang terjadi,
ia berperan sebagai integrity knight serta menjadi wakil kepala pemimpin
bagi Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia.
Jyariin!! Suara
gemericing dari pedang yang tertarik keluar dari sarung pedangnya
berdenting didalam lembah tersebut. Mereka memandang nyala api yang
jumlahnya melebihi pedang baja berkilat merah yang telah diberi berkah.
Suara
bagaikan petir akhirnya datang dari balik Gerbang Besar Timur yang
telah runtuh disertai tanah berguncang yang mengikutinya.
Langkah-langkah
pendek para goblin, langkah-langkah para orc yang terseret, langkah
kaki para raksasa yang seperti palu dihantamkan ke tanah bercampur
menjadi satu dan saling beriringan dengan teriakan peperangan mereka.
Itu semua adalah teriakan peperangan yang sama sekali tidak dikenal oleh
semua manusia.
Semua hal tersebut membuat tiga ratus pasukan
pertahanan yang berbaris dalam posisi bertahan dua ratus mel dari
Gerbang Timur Utara agak terkejut. Bukanlah hal yang aneh bagi mereka
untuk lari sebelum saling menyilangkan pedang lalu terpencar-pencar
dalam kepanikan. Ini adalah pengalaman pertarungan pertama yang
mempertaruhkan nyawa bagi seluruh penjaga, pengalaman berperang.
Apa
yang membuat mereka tetap berdiri pada posisi masing-masing adalah
bantuan dari tiga integrity knight yang berdiri sendiri menjaga jarak di
bagian paling depan.
Yang bertugas menjaga sayap kiri adalah «Frost Scale Whip», Eldrie Synthesis Thirty-one.
Di tengah-tengah adalah «Heaven Piercing Sword», Fanatio Synthesis Two yang juga berperan sebagai komandan pasukan.
Dan di sisi kanan dilindungi oleh «Conflagrant Flame Bow», Deusolbert Synthesis Seven.
Ketiga
knight mengenakan armor di seluruh tubuhnya, yang semakin cantik
bergemerlap bahkan di dalam kegelapan. Mereka dengan tegap berdiri dan
saling menjaga jarak masing-masing dua kaki, mereka bertiga menunggu
pasukan musuh tanpa rasa gugup.
Kekhawatiran dan rasa takut
tetaplah ada dalam dada masing-masing knight. Mereka mungkin memiliki
pengalaman bertarung dalam dunia nyata dibandingkan para penjaga, tetapi
kebanyakan pertarungan para knight ini adalah satu lawan satu melawan
dark knight. Tak seorangpun dari mereka memiliki pengalaman bertarung
melawan pasukan sebanyak ini: bahkan Fanatio yang menjadi komandan
pasukan, bahkan juga Komandan Integrity Knight Bercouli Synthesis One
yang memimpin pasukan kedua yang berada di belakang.
Di atas itu
semua, penguasa Dunia Manusia, Pemimpin Tertinggi Gereja Axiom bahkan
juga belum pernah melawan pasukan sebanyak ini.
Keadilan mutlak yang menjadi simbol gereja juga telah lama menghilang.
Para
knight yang berdiri di medan pertempuran ini mempercayakan keyakinan
mereka sepenuhnya. Cukup ironis, karena kepercayaan mereka adalah emosi
yang seharusnya telah hancur lewat «Synthesis Ritual» yang pernah sekali
dilakukan untuk mereka.
Deusolbert Synthesis Seven
mengangkat dadanya sambil menunggu pasukan musuh, dengan hati-hati
mengusap cincin tua yang menempel pada jari di tangan kirinya sambil
menggenggam Conflagrant Flame Bow dengan jari di tangan kanannya.
Menempati
posisi diantara integrity knight yang paling tua, dia telah melindungi
tatanan wilayah utara Kerajaan Manusia selama lebih dari seratus tahun.
Dia
mengusir para penyusup dari Tanah Kegelapan ketika mereka mencoba
melintasi Puncak Barisan Pegunungan, memusnahkan sacred beast
yang lumayan besar, dan kadang-kadang mengangkut kriminal yang
melakukan taboo. Dia telah berhenti berfikir mengenai alasan mengapa ia
melakukan tanggung jawabnya sejak dahulu kala. Mempercayai tanpa
keraguan jika ia adalah seorang knight yang dipanggil dari Celestial
World, dia bahkan tidak tertarik dengan setetespun aktivitas pada
kehidupan manusia.
Apa yang membingungkan Deusolbert pada waktu
ini adalah tentang mimpi misterius yang sering menghinggapinya ketika
beristirahat.
Sebuah tangan kecil yang tampaknya pucat. Cahaya yang bersinar dari cincin perak sederhana berada di jarinya.
Tangan itu mengusap rambutnya, menyentuh pipinya, dan dengan lembut menggooyangkan pundaknya.
Deusolbert lalu mendengar bisikan lembut.
—Bangun sayang, sudah pagi…
Deusolbert
tidak menceritakan mimpi ini kepada siapapun. Dia pikir kepala pemimpin
akan menghapus mimpi itu dengan art miliknnya jika ia mendengarnya.
Deusolbert tak ingin kehilangan mimpi-mimpi tersebut. Setelah semua,
cincin yang bersinar di tangan kecil pada mimpi itu memiliki desain yang
sama dengan cincin yang berada di jari tangan kirinya ketika Deusolbert
terbangun sebagai seorang knight.
Apakah kenangan tersebut
berasal dari Celestial World? Jika dia menyelesaikan misinya sebagai
seorang knight di dunia ini lalu mendapat izin untuk kembali ke sana,
dapatkan ia bertemu dengan pemilik tangan dan suara tersebut sekali
lagi?
Deusolbert menyembunyikan pertanyaan tersebut—atau mungkin suatu harapan—di dalam hatinya sejak waktu yang lama.
Akan tetapi, sesuatu terjadi ketika berita mengejutkan menyebar dalam Kathedral Pusat setengah tahun yang lalu.
Deusolbert,
yang bertarung dengan dua pemuda pemberontak melawan gereja, kalah
meskipun telah mengerahkan armament full control art miliknya. Pemuda
berambut hitam yang menembus serangan Conflagrant Flame Bow dengan
sebuah tehnik pedang yang ia lihat untuk pertama kalinya mengatakan
sesuatu yang sulit ia percayai.
Para integrity knight tidak
dipanggil dari Celestial World. Mereka adalah manusia yang lahir di
Kerajaan Manusia, lalu dilatih menjadi knight dengan ingatan mereka
tersegel.
Pemimpin tertinggi Administrator, simbol kebaikan,
penguasa mutlak, dan perwujudan keadilan mutlak tak mungkin menipu semua
knight. Akan tetapi, pemuda tersebut mengalahkan Komandan Pasukan
Knight Fanatio, Komandan Bercouli, dan Pemimpin Tetua Chudelkin,
menembus lantai paling atas Kathedral Pusat, dan bahkan mengalahkkan
Administrator. Sekelompok pemberontak tak mungkin bisa memiliki kekuatan
seperti itu dalam pedang mereka.
Dia sejujurnya tahu sejak
awal, sejak pertama kali ia bertarung dengan mereka. Tebasan pedang
panjang mereka tidak mengandung suatu kebohongan ataupun muslihat.
Itu
berarti pemilik tangan kecil yang ada di mimpinya bukanlah berasal dari
Celestial World, tetapi dari dunia manusia di permukaan sana.
Deusolbert
melakukan tindakan pertamanya semenjak ia menjadi seorang knight ketika
mengetahui kebenaran. Dia memeluk cincin di tangan kirinya menuju dada
ketika tetesan air mata mengalir turun dari kedua matanya.
Setelah
semua, tak seperti integrity knight, orang-orang di Kerajaan Manusia
akan meninggal di usia sekitar tujuh puluh tahun. Dengan kata lain,
Deusolbert menyadari jika ia tidak akan pernah bertemu dengan orang yang
memanggilnya, “sayang”.
Namun, dia menanggapi permohonan Komandan Knight Bercouli lalu menuju lokasi pertempuran besar akan terjadi.
Untuk
melindungi dunia tempat ia tinggal dengan pemilik tangan kecil
tersebut, menghiraukan betapa lama kejadian tersebut telah berlalu.
Itulah
apa yang ingin ia katakan, apa yang memberikan kekuatan bagi Integrity
Knight Deusolbert Synthesis Seven untuk berdiri disini tanpa berpindah
tempat dihadapan pasukan besar dari tanah kegelapan adalah kekuatan dari
suatu emosi yang seharusnya telah hilang darinya—«cinta».
Dan
tanpa ia ketahui, Knight Fanatio dan Knight Eldrie juga berdiri disini
untuk bertarung bersamanya dengan alasan melindungi seseorang yang
mereka sayangi.
Deusolbert memindahkan tangan kanannya dari
cincin tersebut dan menggenggam empat panah baja sekaligus dari tempat
anak panah raksasa yang berada di tanah disisinya.
Dia mengatur
anak panah tersebut dengan hati-hati menuju divine instrument miliknya,
Conflagrant Flame Bow yang ia genggam secara horizontal.
Deusolbert
hampir selesai mengucapkan pelafalan untuk armament full control art
miliknya. Fanatio dan Eldrie akan menahan pengucapan milik mereka,
tetapi tehnik rahasia milik Deusolbert tak bisa memperlihatkan
kekuatannya jika kondisi menjadi terlalu heboh. Dengan ketetapan hati
untuk mengurangi hampir separuh life milik busur kesayangannya,
Deusolbert mengambil nafas dalam dan mengucapkan kalimat akhir.
“Enhance armament!”
Warna merah tua.
Api raksasa dari busur perunggu memperingatkan para penyusup yang berjarak dua ratus mel jauhnya dalam warna merah cemerlang.
Keempat anak panah yang terpasang pada busur panah bersinar juga dalam api merah tua.
“—Aku
Integrity Knight Deusolbert Synthesis Seven! Semua yang berdiri
dihadapanku, kalian akan terbakah hangus sampai ke tulang-tulang
kalian!!”
Meskipun kata-kata tersebut tidak meninggalkan
kenangan apapun untuknya, dia pernah mengatakan namanya sendiri dengan
cara yang hampir sama ketika ia membawa gadis kecil di daerah utara
delapan tahun yang lalu. Namun, karena topeng baja tipis miliknya kini
terlepas, suaranya lebih keras, menekan, dan nyaring.
Jari Deusolbert melepaskan busur yang menegang karena telah mencapai batasnya.
Zudoo!! Empat serangan api tertembak lurus dalam formasi radial sambil mengeluarkan deru.
Korban perang pertama yang nantinya dikenal sebagai «Peperangan
Underworld» adalah pasukan goblin dataran rendah yang masuk dari sisi
kiri lembah.
Pemimpin baru dari goblin dataran rendah, Shibori,
tak memiliki kebijaksanaan dan rencana yang setara dengan pemimpin
goblin gunung yang baru, Kosogi. Shibori hanyalah pemuda yang hanya
mengandalkan badan dan kekuatannya. Seperti, ia mengimbangi melawan
seorang integrity knight, kemudian memperoleh kekuatan yang mengesankan
bahkan ketika sendiri, benar-benar tanpa persiapan dan hanya memerintah
lima ribu pasukan dalam posisi yang tak bijaksana.
Empat panah
api milik Deusolbert menembus kedalam formasi ketat Pasukan goblin
dataran rendah dari bagian depan, mencapai potensi maksimal panah-panah
tersebut. Seluruh empat puluh dua pasukan goblin dengan segera terbakar
dalam serangan pertama dan memaksa sisa pasukan tersebar tak beraturan.
Akan tetapi, karena posisi pasukan goblin tidak teratur dari awal,
kebanyakan pasukan pemegang golok ini haus akan darah bahkan antar
keluarga sendiri dan mereka tetap menerobos kedepan, mendorong
teman-teman mereka yang bimbang ke samping.
Deusolbert merespon dengan menempatkan empat anak panah lainnya kedalam Conflagrant Flame Bow miliknya.
Kali ini ia tidak memisahkan jarak antar empat anak panah tersebut, ia menembakkan mereka dengan saling terikat.
Tombak
conflagrant yang begitu besar menabrak tepat di tengah-tengah barisan
dan menimbulkan ledakan yang menggetarkan. Banyak prajurit di posisi
tengah terlempar tak karuan sambil berteriak. Korban dari serangan ini
melebihi lima puluh, tetapi para goblin gunung masih menerobos maju.
Alaminya,
mereka akan tetap maju. Dibelakang meraka, dua ratus orc dan seratus
raksasa mengikuti dua ras goblin yang menjaga langkah satu sama lain dan
berhenti adalah hal konyol karena para goblin akan terinjak oleh orc
dan raksasa yang ukurannya lebih besar beberapa kali lipat dari mereka.
Sementara
goblin dataran rendah kekurangan rencana. Tak seperti ketua goblin
gunung yang baru, Kosogi. Para goblin dataran rendah menyimpan kemarahan
dan dendam terhadap cemooh dan tindasan yang mereka alami sebagai ras
yang paling lemah. Dan emosi tersebut diarahkan kepada orang-orang dari
Kerajaan Manusia yang telah menjadi budak mereka dengan nama «ium putih»
dalam bahasa goblin.
Mengangkat kapak perang kasar yang ia
genggam dengan kedua tangannya yang lebih berotot dari rata-rata goblin
lainnya, Ketua Shibori meneriakkan kata-kata bar-bar miliknya.
“Kalian semua! Bunuhlan si pemanah itu! Kepung dia, potong dia, banting dia!!”
“Orarara—!! Bunuh!! Bunuh!! Bunuh!!”
Teriakan pertempuran terdengar kembali dari lima ribu pasukan tanah kegelapan.
Deusolbert menghiraukan kemarahan dan rasa haus darah mereka tanpa
berkata-kata karena ia melepaskan tembakan ketiga dengan menggunakan
lima anak panah sekaligus. Jumlah goblin yang terbakar hingga menjadi
abu melampaui lima puluh tetapi pasukan musuh tetap menerobos masuk.
Deusolbert
menyimpan api Conflagrant Flame Bow karena jarak antara ia dan pasukan
musuh kini telah mencapai lima puluh mel lalu mengganti mode panahnya
menjadi tembakan biasa. Mengeluarkan panah baja dari tempat anak panah
dengan kecepatan ganas, ia menembakkan tanpa mengincar target secara
spesifik. Setiap panah menembus tiga goblin, atau setidaknya dua goblin.
Para penjaga berlari kedepan menuju sisi Deusolbert dengan menghunuskan pedang mereka.
“Lindungi tuan Knight! Jangan biarkan pedang musuh melukainya!!”
Seseorang
yang berteriak seperti itu adalah seorang pemimpin penjaga muda yang
baru berusia sekitar dua puluh atau lebih. Ia menggenggam pedang besar
yang digenggam dengan kedua tangannya setelah melewati latihan keras
dihadapan Deusolbert. Namun, ujung pedang tersebut agak bergetar
sedikit.
Deusolbert berpikir untuk meminta mereka mundur dan
tidak bertindak berlebihan. Ia tidak yakin jika penjaga muda ini bisa
menahan pertarungan sesungguhnya dengan darah. Namun semangat, tehnik,
dan tubuh mereka telah memiliki pengalaman karena bimbingan ketat dari
para knight.
Akan tetapi, Deusolbert menarik nafas dan malah memberikan teriakan dalam.
“Maaf. Aku akan menyerahkan sisi kanan dan kiri pada kalian.”
“Serahkan itu pada kami!!”
Si ketua penjaga menunjukkan senyuman.
Detik berlalu.
Dan
suara melengking yang dibuat ketika golok milik goblin dataran rendah
berbenturan dengan pedang panjang milik pasukan penjaga untuk pertama
kalinya terdengar. * * *
Beberapa detik sebelumnya.
Di
tengah-tengah lembah, Komandan Pasukan Knight Fanatio Synthesis Two
telah menunggu pasukan musuh dengan postur yang mungkin dianggap aneh
oleh pengetahuan orang awam di dunia ini.
Dia berdiri dengan
kedua kakinya terbuka agak lebar, dan tubuh bagian kirinya agak maju ke
depan. Tangan kanannya, yang lurus dengan tinggi pundaknya menggenggam
pangkal pedang divine instrument milknya, Heaven Piercing Sword. Akan
tetapi, pedangnya dipegang secara horizontal dengan gagang bagian bawah
secara terbalik.
Sementara itu, tangan kirinya diulurkan keluar
ke depan, telapak tangannya mendukung pedang Heaven Piercing Sword. Jika
Gabriel atau Vassago melihat posisi ini, mereka akan memiliki pikiran
yang sama. Meraka akan berkata—Fanatio seperti seorang sniper yang siap
menembakkan senapan.
Ini mungkin benar jika dirasakan. Fanatio menarik pasukan musuh yang maju selama mungkin sambil mengintai titik paling efektif.
Meskipun
Conflagrant Flame Bow milik Deusolbert bisa diatur luas jarak
tembaknya, Heaven Piercing Sword miliknya hanya bisa menembakkan sebuah
beam cahaya. Jika menembakkannya kearah pasukan musuh yang begitu
banyak, hanya akan memberikan sedikit dampak kerusakan.
Dia
harus mengincar komandan yang entah berada dalam pasukan musuh—salah
satu dari Sepuluh Pemimpin Bangsawan Kerajaan Kegelapan.
Pasukan
tanah kegelapan dipimpin oleh kekuatan dan ketakutan. Rata-rata pasukan
musuh sangat setia mematuhi perintah yang diberikan komandannya dan
mereka akan bertempur hingga akhir tanpa ada perubahan apapun. Tetapi
memutar balikkan fakta tersebut, mereka akan kehilangan semua
kepemimpinan karena kehilangan komandan mereka.
—Kami juga pernah sekali mengalaminya.
Fanatio memikirkan pikiran yang terlintas dalam kepalanya.
Berita
bahwa Pemimpin Tertinggi Administrator telah meninggal mengacaukan
Integrity Knight Order dalam satu malam. Adalah kata-kata Bercouli yang
membuat para knight yang berada di puncak kekacauan untuk sadar.
—Bukankah misi kita, tujuan kita untuk hidup, untuk mematuhi perintah pemimpin tertinggi dan pemimpin tetua?
—Bukan. Kita hidup untuk melindungi apapun yang ada di Kerajaan Manusia.
—Selama kita memiliki maksud untuk melindungi, kita akan tetap menjadi knight hingga kita tewas.
Kenyataannya,
tidak semua integrity knight memahami maksud Komandan Bercouli. Para
knight yang bergabung dalam medan pertempuran ini hanya berjumlah kurang
dari dua puluh.
Akan tetapi, mereka semua memiliki keinginan
untuk bertarung hingga akhir bahkan jika mereka sendiri yang tersisa.
Hal yang sama juga tampaknya terjadi pada lima ribu penjaga yang
berkumpul disini, di tempat penuh kematian ini. Itulah yang membedakan
antara pasukan Dark Territory dengan mereka.
Fanatio
memperlihatkan wajah yang tertutup topeng peraknya menuju pedang yang
digenggam para penjaga lalu dengan tegas menatap pasukan musuh dengan
mata terbuka.
Pasukan goblin menerobos masuk karena tanah
semakin bergetar, kini pasukan tersebut telah mempersempit jarak antara
mereka hingga ratusan mel. Deusolbert telah memulai serangannya dengan
menggunakan armament full control art dan ledakan api mulai bermunculan
dua hingga tiga kali dalam kekacauan ini.
Dia terlihat dalam cahaya ledakan—
Fanatio akhirnya telah menemukan targetnya.
Bayangan
besar yang ada di tengah-tengah pasukan goblin yang saling berlarian,
ia memerintah pasukan tersebut. Mereka adalah para raksasa, yang
tubuhnya beberapa kali lebih besar dari tubuh manusia. Seseorang yang
memimpin mereka memiliki badan besar serta lebih tinggi dari yang lain;
ia tak salah lagi adalah Sigrosig, salah satu dari Sepuluh Pemimpin
Bangsawan, seorang pemimpin yang pernah sekali ia lihat.
Para
raksasa mungkin adalah ras yang senang berbangga, mungkin juga ras yang
sangat sombong. Mereka mengukur kehebatan hanya berdasarkan ukuran
tubuh, dan tampaknya di dalam diri mereka, mereka bahkan memandang
rendah pemimpin sebenarnya dari tanah kegelapan, para manusia berkulit
gelap.
Itu berarti menumbangkan pemimpin ras dengan sekali
serang bahkan sebelum peperangan benar-benar dimulai akan menimbulkan
kekacauan yang begitu besar.
Fanatio mengambil nafas dalam, menahannya, dan berbisik.
“Enhance armament.”
Cahaya putih, seterang Solus menelan pedang Heaven Piercing Sword dalam suara getaran rendah.
Fanatio
secara akurat mengukurnya dengan lintasan yang telah ia perkirakan,
mengincar Sigrosig yang berlari di kejauhan sambil berteriak.
“Tusuklah—cahaya!!”
Zubaaaa!! Udara bergetar ketika cahaya panas menyilaukan berkumpul dari Solus lalu menembus medan peperangan. * * *
“…Telah dimulai…”
Integrity
Knight Renri Synthesis Twenty-seven mendengarkan suara ledakan yang
masih berlangsung dikejauhan sambil berbisik seperti itu.
Renri
adalah salah satu dari tujuh knight berperingkat atas yang bertugas
menjaga Kerajaan Manusia. Dengan kata lain, dapat dikatakan secara
pribadi jika ia memiliki sedikit lebih banyak pengalaman berperang
dibandingakn seluruh pasukan pertahanan.
Akan tetapi, kini ia
membungkuk, memeluk lututnya, tidak berada di barisan terdepan dari
Pasukan Pertahanan Manusua Kedua posisi sayap kiri dimana ia seharusnya
berada tetapi kini ia berada di posisi belakang, kini ia berada di tenda
kecil yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan persediaan.
Dia telah lari.
Setelah
berlari dalam kebingungan beberapa menit sebelumnya sebelum peperangan
dimulai, dia menyelinap kedalam tenda kosong dan terus menahan nafas dan
menutup telinganya semenjak itu.
Alasan ia berkelakuan seperti itu adalah karena motif yang sama ketika ia ikut dalam pasukan pertahanan.
Sebuah kegagalan.
Dinilai
oleh pemimpin tertinggi, Administrator, Renri tidak menunjukkan kerja
nyata sebagai seorang integrity knight dan menghabiskan lima tahun
dibekukan. Meskipun membuang dirinya sendiri menuju medan pertempuran
agar mendapat kembali kebanggaannya, ia telah kalah melawan ketakutan
miliknya sampai akhir.
Meskipun ingatan telah dihapus darinya,
Renri dulunya seorang pemuda yang dapat dikatakan sebagai seorang
swordsman pandai, tak terkalahkan oleh orang lain di Kerajaan Selatan
Southacroith. Menuju ibukota Centoria pada usia tigabelas tahun, dengan
gemilang ia memperoleh kemenangan dalam Turnamen Persatuan Empat
Kerajaan di tahun berikutnya dan mendapat promosi menjadi seorang
integrity knight.
Bahkan setelah kehilangan semua ingatannya
karena «Synthesis Ritual» dan terbangun sebagai seorang knight, dia
menunjukkan bakat yang mengagumkan menggunakan pedang. Mendaki peringkat
hingga menjadi knight atas dengan kecepatan luar biasa, ia mendapat
sebuah divine instrument dari pemimpin tertinggi.
Sebuah divine
instrument di Kathedral Pusat tidak diberikan karena kehendak pemimpin
tertinggi maupun khight itu sendiri. Faktanya, divine instrument-lah
yang memilih penggunanya. Melalui semacam ikatan antara jiwa knight
dengan ingatan divine instrument tersebut.
Ikatan antara Renri dan divine instrument miliknya, sebuah pisau lempar ganda «Twin Edged Wings» sangatlah kuat.
Namun,
tak dapat dipercaya, Renri tak pernah membangunkan ingatannya. Dia tak
pernah membangunkan bukti sebagai knight berangking tinggi, sebuah
armament full control art, bahkan sekalipun.
Hal itu cukup
membuat pemimpin tertinggi kehilangan minatnya terhadap Renri. Dengan
Alice Synthesis Thirty menjadi seorang integrity knight setelahnya, arti
keberadaannya seolah tertelan bakat mengagumkan milik Alice.
Hal
tersebut sungguh tidak adil jika menyalahkan Renri. Setelah semua,
bakat milik Alice semakin naik hingga mencapai posisi tiga dalam knight
order dan ia cukup layak untuk mendapat divine instrument terkuat dan
tertua, «Fragrant Olive Sword». Seolah belum cukup, Renri dilabel
sebagai sebuah kegagalan dalam kehidupan nyata dan dipaksa tertidur
dalam waktu yang lama.
Ketika ia diubah menjadi patung es oleh
art «deep freeze» milik pemimpin tetua, apa yang hinggap ke dalam
pikirannya adalah perasaan kekurangan.
Ia kekurangan hal
terpenting bagi dirinya sendiri … itulah mengapa Renri tak bisa
mengontrol Twin Edged Wings meskipun memiliki ikatan yang kuat.
Renri terbangun lagi setelah waktu telah lama berlalu.
Itu
adalah tepat ketika insiden pemberontakan yang membuat Kathedral Pusat
heboh. Dengan sebagian knight yang ada dikalahkan, bahkan termasuk
Komandan Knight Bercouli, dan nasib Alice, kartu as mereka tak jelas
keberadaannya, Pemimpin Tetua Chudelkin menyadari waktu yang pas untuk
mencairkan Renri.
Akan tetapi, Renri tidak menjalankan
kewajibannya kali ini dengan baik. Chudelkin dan Pemimpin Tertinggi
Administrator telah kalah sebelum Renri terbangun sepenuhnya dan apa
yang matanya tangkap setelah ia bisa menggerakkan tubuhnya adalah
Integrity Knight Order dalam kekacauan penuh.
Permintaan untuk
ikut serta dalam misi untuk melawan invasi berskala besar dari tanah
kegelapan datang dari Bercouli yang kini memimpin menggantikan posisi
Pemimpin Tertinggi.
Renri merasa para knight posisi atas yang
menanggapi permintaan tersebut, seperti Fanatio, Deusolbert, ataupun
Alice, bersinar semakin terang meskipun pernah mengalami kekalahan.
Renri
berpikir mungkin ia akan memahaminya jika ia ikut bersama mereka. Ia
mungkin memehami apa kekurangannya. Mengapa divine instrument miliknya
tidak menjawab perasaannya.
Bergemetar di pojok ruangan, Renri
dengan takut berdiri dan mengangkat tangannya. Bercouli meletakkan
tangan besarnya ke pundak Renri dengan anggukan kuat dan hanya berkata
satu kalimat padanya. Yaitu bahwa Bercouli mengandalkannya.
Meskipun seperti itu.
Tekanan
yang ia rasakan dalam pertempuran pertamanya, atau pertempuran
sesungguhnya lebih melampaui perkiraannya. Nafsu dan rasa haus darah
dari pasukan tanah kegelapan yang berjarak ribuan mel sampai pada
dirinya seperti besi panas dan Renri melarikan diri sebelum ia
menyadarinya.
—Berdiri. Aku harus kembali menuju posisiku. Jika
aku tidak bertarung sekarang, aku akan tetap menjadi sebuah kegagalan
selamanya.
Renri pasti telah menyemangati dirinya berkali-kali didalam tenda yang ia susupi.
Namun, getaran hebat dan teriakan peperangan sejak dimulainya peperangan membuatnya masih memeluk kedua kakinya.
“……Telah dimulai……”
Renri sekali lagi membisikkan kalimat tersebut.
Sepasang pisau lempar yang terpasang pada sisi pinggangnya bergoyang-goyang seolah mengutuk pemiliknya.
Tetapi
ia tak bisa kembali sekarang. Ekspresi macam apa yang bisa ia buat
dihadapan komandan knight dan para penjaga yang percaya padanya?
—Takkan
ada yang berubah jika ia berada disana. Seorang knight peringkat atas
yang tak bisa menggunakan armament full control art hanya akan menjadi
pengganggu.
Pemikiran itu terdengar sebagai alasan yang
terlintas dalam pikirannya lalu Renri menenggelamkan kepalanya semakin
dalam diantara kedua lututnya.
Itu terjadi ketika suara lemah sampai ke telinga Renri dari pintu masuk tenda, mengirimkan keterkejutan ke seluruh tubuhnya.
“Tiezé, bagaimana kalau disini?”
Renri
bergemetar hingga menggigil, benar-benar tak seperti seorang knight,
bertanya-tanya jika mereka mencarinya, kemudian ia mendengar suara lain
membalasnya. Kedua suara tersebut tampaknya milik seorang gadis muda.
“Boleh juga, tenda ini sepertinya cukup layak, Ronye. Ayo sembunyikan senpai disini dan mari jaga pintu masuknya.”
* * *
Pemimpin
raksasa, Sigrosig, adalah seorang prajurit legenda dengan jenggot
perunggu dan rambut acak-acakan, sebuah tubuh kuat setinggi bukit namun
penuh bekas luka tak terhitung banyaknya.
Mereka, para raksasa
adalah ras yang menggambarkan hukum murni dari Tanah Kegelapan, «yang
kuat menjadi penguasa». dengan setiap dari mereka menyaring setiap
kemungkinan dari kekuatan, keahlian, dan nyali sejauh yang mereka ingat,
cara hidup mereka lebih keras daripada Dark Knight Order. Meskipun
tempat hidup para raksasa berada di dataran tinggi pada wilayah barat
dari Tanah Kegelapan, berbagai macam jenis binatang besar dan sacred
beast yang seharusnya banyak muncul disana dengan cepat habis berkurang.
Para raksasa dengan seksama memburu mereka sebagai target untuk ritual
penerimaan.
Mengapa mereka bertindak sejauh itu untuk mencari kekuatan?
Jika mereka tidak melakukannya, jiwa mereka, «fluct lights» milik mereka akan hancur.
Ke
empat ras demi-human yang berada di Tanah Kegelapan akan musnah, karena
«soul prototype» yang menahannya bukanlah daging manusia. Sebuah
pengaman mental seharusnya dibutuhkan untuk melindungi kehancuran jiwa
seseorang.
Contohnya saja, goblin menahan diri tentang masalah
ketidakberdayaan mereka, karena terlahir dalam postur kecil dan mengubah
hal tersebut menjadi kekuatan kemarahan dan kebencian terhadap manusia.
Para raksasa sebaliknya, mereka menahan fakta karena terlahir
sebagai manusia namun memiliki kekuatan yang lebih dari seorang manusia .
Setiap raksasa tak akan pernah kalah setidaknya melawan manusia dalam
pertempuran satu lawan satu. Itulah yang menjadi dasar pemikiran mereka,
sebuah peraturan sebenarnya. Itulah sebabnya mereka mengadakan upacara
penerimaan ketika masih muda, menaikkan priority masing-masing individu
bahkan jika itu berarti mengurangi jumlah ras mereka.
Misalnya—
Ratusan
prajurit raksasa dipanggil dalam medan perang, berlawanan dengan sifat
alami mereka, keinginan bertempur mereka akan cepat mendidih. Bagi
Raksasa yang terlahir setelah masa «Jaman Perang Besi dan Darah »,
peperangan ini akan menjadi pertarungan besar pertama mereka.
Pemimpin ras mereka, Sigrosig, berpikir tak serius.
Bahwa para raksasa akan membunuh seluruh prajurit musuh hanya dengan serangan pertama dan dengan segera mengakhiri peperangan.
Mereka
tidak akan mendapat kesempatan untuk maju kedepan sebagain pasukan
utama : Dark Knight Order, Guild Pengguna Dark Art, dan Guild
Pertempuran Tangan Kosong karena telah ditentukan oleh Kaisar Vector.
Dengan memperoleh kemenangan tanpa bantuan guild lainnya, para raksasa
akan benar-benar menjadi ras yang paling kuat.
Ketika slave
skull memberikan perintah pada Sigrosig yang mengertakkan rahangnya,
mengakatan kembali perintah kaisar untuk menyerang, Sigrosig merasa luka
lama yang ada di seluruh tubuhnya tiba-tiba memanas. Dia berpikir jika
luka itu adalah bukti dari kekuatan para sacred beast yang tak terhitung
jumlahnya telah ia cabik-cabik dengan kedua tangannya kini tersalurkan
dalam dirinya.
“Injak mereka!!”
Perintah keras miliknya hanya berisi satu kalimat.
Itu
sudah cukup. Mengayunkan palu raksasa dengan tangan kanannya dan
membuat suara getaran bersama para prajurit pemberani yang ada di
sekitarnya, Sigrosig memulai serangannya.
Pasukan dari Kerajaan Manusia benar-benar rapat dalam lembah di depan sana.
Bagi
raksasa berukuran tiga setengah meter, mereka tak jauh berbeda seperti
seorang goblin. Pedang yang dikenakan mereka lebih pendek dari naga
sisik batu yang baru saja lahir.
Para raksasa akan menghancurkan, menyepak, dan mencabik-cabik mereka hingga akhir.
Lintasan
yang membawa kebencian milik Sigrosig semakin memerah dan menimbulkan
percikan kesenangan. Dagu persegi miliknya mengekspresikan senyuman
brutal.
Pada saat itu.
Sebuah sensasi terasa, namun tidak dikenal mengalir hingga punggungnya.
Dingin. Mati rasa. Seperti ditembus oleh jarum es.
Sigrosig
telah merasakan sensasi ini di masa lalu. Dalam «Lembah Pelarian» tak
jauh dari desa tempat ia tinggal. Percobaan pertamanya. Ketika ia
mencoba mencuri telur burung, di saat itu sang induk menukik kebawah
dari atas...
Sigrosig melanjutkan serangannya sambil melebarkan matanya untuk mencari sumber sensasi ini.
Dia
melihat sosok manusia kecil di barisan depan Pasukan Pertahanan
Kerajaan Manusia, sosok tersebut tepat berada dalam ngarai. Sosok
langsing dengan rambut hitam panjang. Seorang wanita—seorang knight yang
mengenakan armor berwarna silver.
Dia pernah sekali melihat
knight penunggang naga dari Kerajaan Manusia yang terbang dibalik Puncak
barisan Pegunungan. Sigrosig berpikir untuk menghancurkannya jika ia
mendarat, tetapi knight tersebut terbang seberputar sekitar dua hingga
tiga kali di langit.
Orang itu tak berharga.
Meskipun begitu. Dalam mata hitam si knight wanita ini.
Sigrosig
merasakan semangat dari pandangannya meskipun mereka terpisah hampir
tiga ratus mel jauhnya. Kekhawatiran ataukah rasa takut yang seharusnya
ada saat ini kini menghilang, bagaikan noda garam yang terjatuh dalam
panci air panas.
Malahan, Sigrosig merasakan rasa dingin dari mengetahui dan mengincar satu mangsa.
…Dia memburuku?
Memburunya, Sigrosig, si pemimpin raksasa dan prajurit hebat dari lima ras Kerajaan Kegelapan?
“Hgg……”
Jeritan kecil yang tak cocok dengan ekspresinya keluar dari dalam tenggorokan milik Sigrosig.
Kekuatan
meninggalkan kedua kakinya dan palu raksasa di tangan kanannya
benar-benar terasa berat. Posisi Sigrosig kini jatuh seolah ia
tersandung.
Dalam sekejap.
Zubaaa!! Sebuah sinar yang
terbuat dari cahaya tertembak dari pedang milik knight perempuan
tersebut dengan suara deru yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Sinar
tersebut menembus dada bagian kanan raksasa yang berlari di depan
Sigrosig tanpa ada perlawanan.
Jika Sigrosig tidak tersandung, cahaya itu mungkin akan meledakkan jantungnya.
Malahan, cahaya tersebut melelehkan bagian rambut merah yang terurai dan dekorasi gigi di telinga kanannya.
Menembus
dua bawahan yang berlari di belakangnya, cahaya tersebut menghilang
dalam bintik cahaya, menyisakan luka fatal korbannya.
Kesadaran
Sigrosig terasa sulit menerima kenyataan jika tiga raksasa yang
kehilangan Life mereka secara tiba-tiba, dan ia merasa bagaikan batang
kayu yang tak bergerak. Bahkan panas yang membakar sisi kanan kepalanya
bagaikan sengatan serangga kecil dibandingkan emosi yang menyerangnya.
Itu, singkatnya, sebuah teror.
Sigrosig dengan malu duduk di barisan belakang ketika rahangnya bergetar.
Bahkan
ketika ia menyaksikan kehebohan pemberontakan Jendral Kegelapan Shasta.
Ia sempat terkejut, tetapi tidak merasakan rasa takut. Orang-orang yang
Shasta bunuh dalam tornado hitam tak lain hanyalah asasin lemah dan
tiga goblin. Meskipun ia mengakui kekuatan Kaisar Vector, ia tak
memiliki persoalan jika manusia adalah dewa dari masa lampau.
Namun mengapa seorang khight wanita memberikan ketakutan pada dirinya?
Sigrosig tak bisa menahan rasa lumpuh karena rasa takut pada manusia yang menjadi lawannya.
“Tidak… Tidak, tidak, tidak…”
Asap keluar dari rambut yang terbakar ketika pemimpin raksasa tersebut merintih.
Tak
mungkin. Dia tak mungkin ketakutan. Kembang api putih bermunculan dalam
pikirannya sebagai rasa sakit yang luar biasa semakin keras ia
menolaknya. Mulut dan lidahnya membuat ejekan dengan cepat, memuntahkan
kata-kata yang tak bisa disela sebagai suara aneh.
“Tidaktidaktidaktidak, bunuh, bunuh, bunuhbunuhbunuhnuhnuhnuhnuh, nuhnuhnuhnuhunuh.”
Dalam
sekejap, «Inti»—dirinya sebagai yang terkuat—yang mengakar dalam pusat
fluct light milik Sigrosig lumpuh dalam rasa takut karena «situasi»
konflik yang tak dapat dihindari ini, membawa keruntuhan dari lintasan
quantum cahaya didalam light cube miliknya.
Kedua mata raksasa ini mengeluarkan cahaya merah tua.
“Unuh, Unuh, nuh—————”
Ketika prajurit ras raksasa menyaksikan peristiwa ini dalam keterkejutan dari sekitarnya, Sigrosig melepaskan kekuatannya.
Mengayunkan
palu perang raksasa miliknya seolah itu adalah ranting kecil, Sigrosig
memulai kembali serangannya dengan tenaga menggetarkan.
Menerbangkan
teman-temannya ke sisi kiri dan kanan, dia melewati pasukan goblin yang
berangkat terlebih dahulu. Suara serak dan jeritan masih terus
berlanjut tertelan dari kakinya dan mendorong mereka yang menghambat
lajunya, tetapi para raksasa tidak lagi merasakan kesadaran milik
Sigrosig karena telah hancur.
Perintah membunuh knight wanita tersebut terus berbunyi dalam pusat kepalanya seperti sebuah lonceng yang rusak.
* * *
Pada akhirnya, pemimpin goblin dataran rendah dan raksasa meremehkan sosok yang dikenal sebagai integrity knight.
Akan
tetapi, ketua goblin gunung, Kosogi, yang memimpin pasukan terdepan
bagian sayap kanan benar-benar berbeda. Dia telah membayar mahal untuk
mempelajari kekuatan militer yang dimiliki integrity knight belum lama
ini.
Penggalian gua yang terkubur di bagian utara dari puncak
barisan pegunungan dan invasi di Desa Ruild oleh pasukan goblin dan orc
telah direncanakan oleh Kosogi. Meskipun ia tetap berada di Istana
Obsidia, dia telah mendanai pasukan milik ketiga saudaranya, lalu
menghasut ras orc dan akhirnya mengatur rencana penyerangan.
Namun,
rencana tersebut berakhir dalam sebuah kegagalan. Beberapa prajurit
yang bisa melarikan diri hidup-hidup menceritakan cerita yang sungguh
tak masuk akal di depan Kosogi yang terheran mendengar informasi jika
pasukan benar-benar dibasmi, saudaranya terbunuh dalam pertarungan.
Menurut
mereka, pasukan gabungan yang terdiri dari dua ratus goblin dan orc
dibuat kabur oleh seorang knight dan seekor naga terbang.
Sulit
baginya untuk memaahami, Kosogi tidaklah bodoh untuk mengambil pelajaran
dari banyaknya korban dari penyerangan tersebut. Dia memutuskan untuk
tidak lagi melakukan kebodohan dengan menantang langsung integrity
knight dari Kerajaan Manusia.
Namun, dalam invasi besar kali ini, peran yang diberikan goblin gunung oleh Kaisar Vektor adalah menyerang secara langsung.
Pemimpin
Pengguna Dark Art, Dee Ai El pastilah waspada terhadap kemampuan
mematikan dari integrity knight. Itulah mengapa ia mengusulkan rencana
seperti ini kepada kaisar. Untuk menggunakan goblin, orc, dan raksasa
agar menciptakan pertempuran tak teratur di dalam lembah sebelum membumi
hanguskan mereka semua bersama integrity knight.
Mereka mungkin
hanya mematuhi jika rencana milik Dee diterima oleh kaisar. Kosogi
berpikir keras menggunakan otaknya selama tiga hari tiga malam.
Bagaimana ia bisa mematuhi perintah selama perubahan rencana sambil lari
dari rahang kematian milik integrity knight yang berada di depan dan
pengguna art kegelapan di belakang mereka.
Rencana cerdik yang ia inginkan berasal dari bola kecil keabu-abuan yang dibagikan oleh temannya.
Diarahkan
menuju lembah ketika kaisar memberikan perintahnya, Kosogi menemukan
integrity knight tinggi menggunakan armor gemerlap di depan sana.
Meskipun
dia bukan Alice Synthesis Thirty yang menghancurkan pasukan penyerbu di
Desa Ruild, tetapi dia adalah muridnya, Eldrie Synthesis Thirty-one.
Kosogi tak bisa membedakan keduanya. Karena mereka adalah iblis pencabut
nyawa tanpa ampun bagi ras goblin.
“Baiklah… lempari mereka!!”
Kosogi memberikan perintah baru ketika mereka sampai pada jarak lima puluh mel dari knight tersebut.
Pada saat yang sama, dia menghancurkan bola kecil yang digenggam dengan tangan kirinya.
Api
kecil keluar dari bola yang hancur dengan suara retakan. Tentu saja,
itu bukanlah semacam bubuk mesiu. Underworld, hingga saat ini, tidak
memiliki objek yang setara dengan tingkat peradaban masa ini.
Secara
serempak, itu juga bukanlah thermal element yang diciptakan oleh art.
Apa yang dimasukkan kedalam bola tersebut adalah kumbang kecil yang
dikenal dengan nama «Firestarter Beetles», mereka tinggal menyendiri di
atas gunung api pada tanah kegelapan bagian utara, sebuah tanah suci
bagi goblin gunung. Mereka akan menyebarkan api panas dan membakar
tangan seseorang jika teremas secara tak sengaja.
Bola abu-abu
yang membungkus firestarter beetles juga berasal dari daerah utara, bola
tersebut dibentuk dengan mengeringkan semacam lumut di atas matahari,
meremas-remas bubuk yang dihasilkan, lalu mengeringkannya sekali lagi.
Bola tersebut menghasilkan banyak asap jika dibakar, bola ini sebenarnya
digunakan sebagai sebuah penanda. Akan tetapi, melalui tehnik milik
Guild Assassin, Kosogi telah menerapkan efek objek ini sepuluh kali
lipat.
Sebagai hasilnya—
Bola lumut yang dilemparkan
Kosogi dan teman-temannya secara bersama menjadi semacam granat asap.
Terbakar oleh firestarter beetles, bola tersebut menyebarkan asap tebal
yang menutupi hingga hidung seseorang bahkan menyelimuti separuh lembah
dari timur hingga barat.
Bahkan bagi goblin yang memiliki penglihatan malam yang begitu baik tak akan bisa bertarung dengan leluasa di dalam asap ini.
Namun,
rencana Kosogi bukanlah mengalahkan musuh dengan menyelinap ke dalam
asap. Secara tiba-tiba sebelum masuk ke dalam tebalnya asap, Kosogi
meneriakkan perintah ketiga miliknya.
“Kalian semua, lariiiiii!!”
Mengembalikan
pisau gunung miliknya sekali lagi, ia menapakkan kedua tangan miliknya
ke atas tanah. Dengan postur kecilnya, para goblin tidak lebih tinggi
dari kaki manusia ketika merayap menggunakan empat kaki. Asap tersebut
sedikit dekat dengan permukaan tanah sehingga posisi para prajurit bisa
terlihat cukup jelas.
Lima ribu pasukan goblin gunung yang
dipimpin oleh Kosogi benar-benar menghiraukan Eldrie dan para penjaga
lalu semakin menyelinap ke belakang musuh dari lembah tersebut.
Perintah
kaisar adalah untuk menembus pasukan musuh. Perintah itu tidak
menyebutkan target spesifik. Kosogi membuat sebuah rencana untuk
melewati pasukan utama musuh, khusunya integrity knight tanpa beradu
senjata dengan mereka dan mereka berencana untuk menyerang pasukan
bantuan yang ada di belakang.
Dengan menyelinap dari garis
depan, mereka akan menghindari serangan gabungan dari pengguna dark art
dan orc pemanah yang akan menghujani mereka dari belakang. Mereka akan
kembali dan menghabisi para integrity knight dan pasukan penjaga setelah
hujan api dan panah mengurus mereka, ataupun mereka bisa lari kedalam
Kerajaan Manusia.
Lalu, diantara tiga pertempuran pembuka di
lembah yang ratusan mel jauh disana, sisi sebelah utara tidak terjadi
pertumpahan darah sama sekali.
Tepat ketika pasukan kedua dari
Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia berjaga dibelakang Eldrie akhirnya
menyadari hilangnya integrity knight peringkat atas yang memerintah
mereka, Renri Synthesis Twenty-seven.
* * *
Korban pertama dari
Pasukan Pertahanan adalah seorang penjaga tua yang bertempur di sisi
Deusolbert pada sayap kanan di garis depan.
Dia tidak berhasil menghentikan kampak yang dilempar goblin menggunakan perisainya.
Dia
adalah bangsawan rendah yang telah lama memimpin pasukan di dalam
pasukan penjaga Kerajaan Barat Wesdarath. Meskipun ia memiliki kemampuan
berpedang, dia tak bisa tertolong karena kampak tersebut tertancap
dalam lehernya dan mengakibatkan luka yang benar-benar fatal. Bahkan art
penyembuh yang dilakukan regu ascetics yang berjaga dibelakang tak akan
bisa menyembuhkan luka tersebut.
Deusolbert sempat menghentikan
tembakan acaknya dan melakukan art penyembuh beranking tinggi pada
penjaga tua ini. Akan tetapi, si penjaga menggelengkan kepalanya dan
berteriak penuh semangat sambil bermuntahkan darah.
“Tak boleh!!
Ini, adalah, sacred task milik seorang yang sudah tua dan Life…
berharga milik knight, aku mempercayaimu… melindungi rumah kami……”
Beberapa
saat kemudian, si penjaga tua menghembuskan nafasnya yang terakhir lalu
apa yang tertinggal dari tenaga hidupnya dilepaskan menjadi tenaga
sumber daya.
Deusolbert menunduk dan menembak goblin yang
melemparkan kampak tadi menggunakan api dari Conflagrant Flame Bow yang
diperkuat oleh life si penjaga tua tadi.
Para penjaga dari
Pasukan Pertahanan banyak yang berjatuhan juga setelahnya. Sepuluh dari
jumlah itu diantaranya juga demi-human yang kehilangan nyawanya, karena
mereka mematuhi perintah untuk tetap menembus musuh hingga akhir.
Banyak limpahan sumber daya Life yang tersebar dalam medan pertempuran ini, bagaikan bintik-bintik cahaya—
Dikejauhan, di atas langit pada lembah pertempuran ini.
Seekor naga terbang melayang-layang dibawah langit malam.
Berputar-putar seolah dia bersatu dengan integrity knight yang mengenakan armor emas yang berdiri di punggungnya. * * *
Ia tak memiliki waktu dan tempat untuk bersembunyi.
Renri
memojokkan punggungnya ke dalam kegelapan di sudut tenda persediaan
makanan sambil melingkarkan tangannya ke kaki dan menunggu untuk
dihampiri sosok diluar tenda.
Cahaya matahari dari luar akhirnya
menerangi sosok gadis yang tampaknya berusia sekitar limabelas atau
enambelas tahun. Salah satunya memiliki rambut merah pekat sementara
yang satunya memiliki rambut kecoklatan. Mereka mengenakan armor ringan
diatas baju dan rok keabu-abuan yang tampaknya adalah seragam akademi.
Pedang lurus tipis bergantung pada bagian kiri pinggang mereka. Ia tak
mengingat pernah menjumpai wajah mereka, tetapi tampaknya mereka adalah
penjaga dari rakyat biasa dibandingkan seorang knight, menilai dari
kualitas equipment mereka.
Apa yang tampaknya salah tempat
adalah kursi logam yang didorong oleh gadis berambut coklat. Seorang
pemuda berambut hitam duduk diatasnya, dipapah menggunakan roda
dibandingkan berjalan menggunakan kaki, kepalanya memandang bawah. Mata
Renri tertarik menuju wajahnya.
Berusia sekitar dua puluhan?
Tidak hanya tubuhnya sangat kurus, lengan kanannya juga tak ada di
bagian pundaknya. Renri hanya bisa berpikir jika dia lebih lemah
darimada gadis-gadis ini dengan sekali pandang. Akan tetapi, Renri
memahami secara bersamaan jika dua buah pedang panjang yang digenggam
erat oleh tangan kiri si pemuda ini—memiliki aura yang hebat meskipun
dalam kondisi tertutupi sarung pedang—adalah divine instruments, mungkin
berangking lebih tinggi dari Twin Edged Wings miliknya.
Bagaimana
itu mungkin? Bahkan jika ia menghiraukan bagaimana pemuda itu
memperolehnya, divine instrument memerlukan kekuatan fisik yang setara
dengan kekuatan fisik seorang integrity knight, untuk memangku divine
instrument seperti itu. Namun, si pemuda yang memiliki tatapan kosong
tak mungkin memiliki kekuatan semacam itu.
Ia berpikir sampai
titik itu ketika para gadis menyadari jika Renri meringkuk didalam
kegelapan, menggigil setelah menarik nafas panjang.
Tampaknya butuh beberapa detik sebelum si gadis berambut merah menjangkau gagang pedang miliknya dengan tangan kanannya.
Renri berbicara dengan suara serak sebelum ia mencabut pedangnya.
“Aku bukan musuhmu… maaf membuatmu takut. Bolehkan aku berdiri? Aku akan mengangkat tanganku.”
“…Teruskan.”
Menunggu
hingga si gadis menjawab dengan suara kaku, Renri kemudian berdiri.
Setelah mengambil satu langkah, dua langkah kedepan dengan kedua tangan
diangkat keatas, cahaya yang masuk dari atap menyinari armor kelas atas
miliknya dan sebuah divine instrument menggantung di kedua sisi
pinggangnya. Para gadis secara kaku menelan ludah dan berdiri tegas
secara cepat. Tangan kanan mereka meninggalkan pedang dan kursi roda
itu, lalu membuat sebuah tanda hormat di depan dada mereka.
“Kn… knight yang terhormat! Kami benar-benar minta maaf!”
Renri menggelengkan kepalanya dan memotong permintaan maaf si gadis berambut merah dengan wajah pucat.
“Tidak… ini salahku karena menatapmu. Terlebih lagi, aku… bukan lagi seorang integrity knight…”
Meskipun
separuh ucapan tadi adalah sebuah bisikan, para gadis mengedipkan mata
dengan tatapan bertanya-tanya. Kebingungan mereka muncul tanpa sebuah
kejutan. Jubah putih yang berada di punggung dan tanda silang yang
bersatu dengan sebuah cincin, lambang Gereja Axiom yang ada di dada,
menjadi sebuah bukti jika ia adalah seorang integrity knight.
Renri mengarahkan jari tangan kanannya ke arah dada, seolah hendak menyembunyikan kenyataan dengan ucapan dari mulutnya.
“Aku
meninggalkan posisiku berjaga dan kabur sebelumnya. Pertempuran telah
dimulai di garis depan. Mungkin sedang terjadi kekacauan pada pasukan
yang aku komandoi saat ini. Pasti akulah penyebabnya. Dan mengetahui
semua itu, aku tak bisa berpindah dari tempat ini; bagaimana mungkin aku
menjadi seorang knight?”
Dia menggigit bibirnya sambil menatap atas.
Dia menatap dirinya dengan mata terbuka, dengan warna musim gugur milik gadis berambut merah.
Rambut
abu-abu turun dari atas dahinya. Pipi bulat milik mereka. Dan dua mata
feminim itu bagaikan sebuah cambukan, kekurangan keuletan semua knight—
sebuah kegagalan bagi seorang knight, melekat selamanya pada gadis yang
berumur lima belas tahun.
Itu terjadi ketika Renri dengan cepat memalingkan matanya dari sosok yang ia pandang.
Si gadis berambut merah menutup mulutnya dengan tangan seolah dia terserang oleh sumber lain keterkejutan.
“……?”
Renri mengerutkan dahi dalam kecurigaan terhadap gadis yang kini memalingkan matanya dan menggelengkan kepalannya sedikit.
“M-Maaf, bukan apa-apa…”
Menggantikan
posisi gadis berambut merah yang melanjutkan menatap bawah, gadis
berambut coklat gelap yang dari tadi terdiam kini melangkah kedepan dan
menyatakan namanya dengan nada sungguh-sungguh.
“Kami meminta
maaf karena tidak memperkenalkan diri sebelumnya. Kami berasal dari
pasukan persediaan, Saya adalah Novice Trainee Ronye Arabel dan ini
adalah Novice Trainee Tiezé Shtolienen. Dan ini adalah… Elite
Swordsman-in-training Kirito.
«Kirito».
Renri mengeluarkan suara rendah karena terkejut mendengar nama itu.
Renri
mengenalnya. Bukankah dia adalah salah satu dari dua pemberontak yang
menerjang Kathedral Pusat setengah tahun yang lalu? Dia adalah penyebab
terganggunya pencairan Renri dari kondisi beku, seseorang yang ia
lewatkan untuk bertarung karena keterlambatan banggunnya.
Itu
berarti orang ini adalah pendekar pedang yang telah berhasil mengalahkan
pemimpin tertinggi, Administrator? Apakah lengan kanannya yang hilang
disebabkan oleh pertarungan tersebut?
Renri menarik kakinya ke
belakang, merasakan tekanan yang tak bisa ia tahan setelah melihat
pemuda dengan tatapan kosong ini. Tak memperlihatkan tanda-tanda mereka
menatap gerakan itu, si gadis yang tampaknya bernama Ronye melanjutkan
percakapan dengan nada nyaring.
“Erm… Saya tak bisa berkomentar
tentang keadaan peperangan, knight terhormat. Sementara kami berada
dalam Pasukan Pertahanan, kami juga tetap berada di bagian belakang
tanpa bisa bertarung di garis depan.… Katanya, itu adalah tanggung jawab
kita semua. Kami ditugaskan oleh Knight Alice untuk melindungi pemuda
ini dengan cara apapun …”
Alice. —Alice Synthesis Thirty.
Si
knight muda berbakat, sungguh berbeda sekali dengan Renri dari segala
segi. Dia seharusnya menyiapkan rencana rahasia Pasukan Pertahanan pada
saat ini, sebuah art skala besar yang akan dilakukannya sendiri digaris
depan.
Pikiran tersebut terlintas, disiksa oleh emosi semacam
itu membuat Renri semakin terlihat kecil, Novice Trainee Arabel
menambahkan kata-katanya dengan tatapan putus asa.
“Knight yang
terhormat, saya meminta maaf jika saya melampaui batasku … tetapi
bisakah anda membantu kami? Sejujurnya kami berdua cukup kesulitan untuk
mengalahkan seorang goblin. Kami harus… kami harus menjaga
Kirito-senpai tetap aman!”
Renri menyipitkan matanya karena cahaya yang ada di mata Ronye.
Renri
berpikir jika itu adalah cahaya bagi mereka yang bersungguh-sungguh
menjalankan misinya dalam hati, ketetapan untuk melaksanakan misi bahkan
jika itu berarti membuang hidup mereka.
—Dimana aku
meninggalkan punyaku, sejak kapan seorang gadis novice trainee yang
bahkan belum lulus memiliki tekad seperti itu? Atau mungkinkaah aku
tidak memilikinya sejak pertama kali aku terbangun sebagai seorang
integrity knight di Kerajaan Manusia ini…?
Renri mendengar suara serak yang menggelitik dari mulutnya sendiri.
“Kalian
seharusnya aman disini… aku rasa. Komandan Knight Bercouli yang hebat
adalah orang yang memimpin Pasukan Pertahanan Kedua dan jika sesuatu
melewati penjagaannya, itu berarti akhir bagi Dunia Manusia. Semuanya
akan berakhir kemanapun kamu pergi. Aku berencana untuk duduk disini
hingga pertempuran berakhir. Aku tak ingin menghalangi kalian jika
kalian ingin tetap berada disini …”
Setelah perkataannya hilang dengan nafasnya yang tak bersuara, Renri kembali duduk lebih dalam menuju tenda.
Itu terjadi setelahnya—
Bom
asap yang dilempar oleh Kosogi, pemimpin goblin gunung pada sayap kiri
yang dijaga oleh Integrity Knight Eldrie kini meledak. Mengambil
kesempatan tersebut karena asap semakin mengepul, bagaikan banjir, para
goblin mulai menyelinap melewati garis pertahanan.
Baik Renri
atau dua gadis siswi dalam masa pelatihan tidak mengetahui jika tujuan
sebenarnya mereka adalah memusnahkan persediaan Pasukan Pertahanan
Kerajaan Manusia yang berada di bagian paling belakang. * * *
Proses
menuju kehancuran dengan cepat merusak kumpulan quantum cahaya yang
membangun nyawa tersebut, fluct light milik Sigrosig, pemimpin ras
raksasa.
Akan tetapi, karena dampak kerusakan parah hanya
terjadi pada beberapa bagian saja ketimbang seluruhnya, ada jeda sebelum
fluct light miliknya berhenti berfungsi. Di sisi lain, fenomena
tersebut menimbulkan beberapa «efek samping».
Dengan rasa benci
dan haus darah yang Sigrosig tujukan kepada manusia selama
bertahun-tahun kini dikeluarkan semua, rasa tersebut mengalir ke dalam
fluct light miliknya dan sampai pada light cube yang menyimpan jiwa
Wakil Komandan Knight Fanatio melalui «Main Visualizer» yang mengatur
Light Cube Cluster.
Kendali langsung menggunakan imajinasi.
Kekuatan yang disebut «incarnation» oleh para integrity knight, tubuh
Fanatio yang biasanya bergerak leluasa kini mematung meskipun ia
memiliki pengalaman yang cukup panjang.
Menyerang dari depan
dengan sosok besarnya yang mencapai empat mel sambil menimbulkan
getaran, pemimpin raksasa mengayunkan palu raksasa yang digenggam tangan
kanannya tinggi-tinggi.
—Mengapa dia masih bisa bergerak!?
Fanatio
berpikir seperti itu untuk mengembalikan kedua kakinya yang tak bisa
bergerak, tetapi dia tak bisa mengepalkan tinjunya untuk melakukannya.
Bahkan
jika pemimpin ras raksasa adalah lawannya, Wakil Komandan dari
Integrity Knight Order tak akan menggigil hanya dengan tatapan seperti
itu.
Fanatio berkata seperti itu pada dirinya sendiri, tetapi
tubuhnya masih terasa membeku dalam posisinya ketika menembakkan cahaya
dengan kaki kanannya menyentuh tanah.
Ketika pertandingan
melawan Komandan Knight Bercouli, dia tak dapat menyentuh tanah dengan
pedangnya dalam posisi siap—ia pernah mengalami situasi semacam itu.
Akan tetapi, kejadian ini benar-benar berbeda dengan rasa sakit dari
Komandan Knight yang menyelubunginya. Rasa sakit, seperti dicambuk oleh
duri besi yang menusuk kulitnya secara terus menerus.
Si
pemimpin ras raksasa, Sigrosig, meneriakkan teriakan aneh ketika ia
menendang goblin-goblin dan orc yang seharusnya menjadi sekutu dan ia
semakin mendekat. Memotong jarak hingga dibawah limabelas mel. Dia akan
menantang satu lawan satu: seperti itulah yang seharusnya terjadi.
Diantara
sepuluh pemimpin bangsawan di Kerajaan Kegelapan, Fanatio mungkin hanya
mengakui kekuatan dari pemimpin Dark Knight Order, Shasta. Dalam sebuah
pertarungan sebelumnya, helm milik Fanatio retak di akhir pertarungan
sengit yang berlangsung selama tigapuluh menit dan ia merasakan
penghinaan ketika Shasta menarik pedangnya setelah melihat wajah
Fanatio.
Akan tetapi, dia tak pernah merasa kalah saat itu. Dia
saat itu masih berada dalam pengawasan Bercouli tentang larangan
penggunaan armament full control art ketika bertarung melawan dark
knight. Namun, dia seharusnya tidak merasa tertinggal dari knight
lainnya. Pikiran karena membeku hanya karena tatapan macam itu
benar-benar tidak masuk akal.
Seperti itulah, fenomena yang melampaui pemahaman Fanatio kini menuju semakin dekat, detik demi detik.
Bahkan
tak perlu sepuluh detik hingga palu raksasa mengayun menuju arahnya.
Dia harus berdiri dan memperbaiki posisi pedangnya secara bersamaan.
Jika ia bisa menghalaunya dengan tebasan dari Heaven Piercing Sword,
sebuah divine instrument kuat, tak akan pernah kalah dengan palu besi
milik Sigrosig.
Meskipun begitu, dia tak dapat berdiri. Rantai
tak terlihat mengikat antara Fanatio dan Pemimpin ras raksasa, sebuah
tatapan merah gelap terlihat pada kedua mata Sigrosig, sampai kepada
mata Fanatio—
“Bunununuhhhmanusia———
Mengeluarkan teriakan yang kini tak bisa terbaca sambil mengayunkan palu besinya menuju bawah.
——Yang Mulia.
Fanatio mendengar bisikkan kata-kata tersebut dengan tubuhnya yang hampir tak bisa bergerak.
Dakira Synthesis Twenty-two, seorang knight peringkat bawah, telah
menawarkan kesetiaannya pada seseorang sejak bangun sebagai seorang
knight..
Bukan pada penguasa, Pemimpin Tertinggi Administrator. Bukan juga kepada pemimpin knight order, Bercouli.
Tetapi
kepada Wakil Komandan Fanatio seorang. Dakira benar-benar tertarik oleh
keras hati dan kesedihan yang disembunyikan oleh Fanatio.
Emosi semacam itu tak lebih dari cinta, dilihat dari standar Kerajaan Manusia.
Akan
tetapi, Dakira menyegel semua emosi miliknya karena berbagai macam
alasan dan melayaninya sebagai anggota tak bernama dalam pasukan yang
dipimpin langsung oleh Fanatio, «Four Oscillation Blades». Menjadi dekat
dengan Fanatio membuat Dakira merasa lebih beruntung dari siapapun.
Four
Oscillation Blades adalah beberapa pasukan elit diantara knight
peringkat bawah. Fanatio mengumpulkan knight yang memiliki kekuatan
rendah, terlalu beresiko jika mengirim mereka ke garis depan
pertempuran, dan mengajari mereka kombinasi tekhnik untuk meningkatkan
kemampuan hidup di medan pertempuran, bisa disebut «Pasukan Sisa».
Contohnya,
mereka menyimpan evaluasi dari pemimpin tertinggi dan pepimpin tetua,
dan nyatanya, mereka, Four Oscillation Blades telah menerima luka berat
saat melawan dua siswa swordsmen dari rakyat biasa di pemberontakan
setengah tahun yang lalu. Tetapi, apa yang membuat Dakira sakit adalah
bagaimana mereka gagal untuk melindungi Fanatio. Waktu yang dihabiskan
di atas tempat tidur rumah sakit terisi oleh pikiran yang tak
henti-hentinya jika ia lebih baik tewas pada pertempuran itu.
Akan tetapi, Fanatio berbicara baik-baik daripada berbicara kasar kepada Dakira setelah luka-lukanya sembuh.
Dengan
topeng peraknya yang tak pernah ia buka di depan umum, wakil komandan
knight menunjukkan senyuman indah dan menabok mereka berempat di
punggung dan berbicara.
—Aku juga diselamatkan oleh pemberontak
itu ketika aku hampir mati. Kalian semua tak perlu merasa malu. Malahan,
pertarungan itu cukup bagus. Aku tak pernah melihat formasi «Encircling
Bladed Oscillation Dance» yang sangat baik dari kalian.
Pikiran Dakira seolah tersadar, lalu, tetesan air mata mengalir dibalik helmnya.
Tak ingin bahaya lain terjadi pada yang mulia wakil komandan knight terjadi lagi di lain waktu.
Dan inilah saat «di lain waktu» tersebut.
Meskipun
telah diperintah untuk tetap berada di posisi hingga diberi perintah
lebih lanjut, Dakira menerjang keluar dari pasukan setelah merasakan
keanehan pada tubuh Fanatio.
Ada jarak lebih dari duapuluh mel
pada Fanatio yang terdiam dan pemimpin raksasa yang akan mengayunkan
palu raksasa dari atas kepada Fanatio.
Menempuh jarak seperti
itu tak akan cukup dengan kemampuan knight peringkat bawah. Namun,
Dakira berlari cepat seperti cahaya lalu melompat kedepan Fanatio,
menghalau palu besi yang turun kebawah menggunakan sebuah two-handed
greatsword.
Suara yang dihasilkan menggetarkan tanah dan percikan cahaya kemerahan muncul sebagai dampaknya.
Meskipun
pedang besar milik Dakira lebih tajam daripada senjata milik para
penjaga, pedangnya tak bisa disamakan dengan prioritas divine
instruments milik knight peringkat atas. Di sisi lain, prioritas palu
besi milik Sigrosig telah meningkat dikarenakan naiknya «kekuatan
incarnation dari rasa haus darah» yang mengalir didalamnya.
Benturan
dua senjata tadi selama beberapa detik menimbulkan retakan pada pedang
besar milik Dakira. Butuh beberapa benturan lagi hingga pedang tersebut
hancur menjadi pecahan cahaya. Dakira membuang pedang tersebut dan
menerima palu besi dengan tangan kosongnya.
Berbagai suara aneh keluar dari tubuhnya.
Kedua tangannya patah di berbagai tempat dari pergelangan tangan hingga bahu.
Menghiraukan
rasa sakit tersebut. Darah segar memancar dari persendian armor yang
dikenakan, menimbulkan noda darah pada permukaan helm miliknya.
“Ku… hh… oooh!!”
Dengan
mengeraskan giginya, Dakira mengubah teriakan sakit menjadi kekuatan
lalu menangkat palu besi yang dipegang dua tangan dan didorong dari
bawah dengan helmnya.
Topeng besinya pecah tanpa perlawanan dan
suara tak mengenakkan dapat didengar dari leher, punggung, dan dua kaki
Dakira. Gelombang rasa sakit memancar bagaikan nyala api yang merendam
apapun yang terlihat kedalam warna merah terang.
Namun, si knight berperingkat rendah, Dakira Synthesis Twenty-two tidak menyerah.
Fanatio tepat dibelakangnya. Senjata menjijikan ini tak boleh terayun ke bawah.
—Aku akan melindunginya kali ini, pasti.
“E…. eaaaaaahh!!”
Teriakan melengking keluar dari tenggorokan Dakira, terbebas dari penghalang pada topengnya.
Darah menetes dari semua luka yang menyelimuti tubuh Dakira bagaikan api putih kebiru-biruan.
Terkumpul
pada lengan yang patah, api tersebut kini meledak. Palu besi itu kini
terlempar ke belakang sejauh lebih dari sepuluh mel bersama tubuh besar
Sigrosig.
Dakira perlahan rubuh sambil mendengar suara keras dari raksasa yang terjatuh.
“…Dakira!!”
Sebuah teriakan terdengar dari titik butanya.
—Aah, Fanatio-sama memanggil namaku.
—Sudah berapa tahun telah berlalu?
Dakira
tersenyum sambil roboh menuju tangan yang terbuka milik Wakil Komandan
ketika ia berteriak, rambut kuncir pirang dan pipi berbintik miliknya
kini terbuka dari helm.
Dakira terlahir dan dibesarkan di sebuah
desa kecil disisi laut pada Kerajaan Selatan Southacroith. Orang tuanya
miskin, tidak memiliki nama keluarga dan hanya melaut untuk memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi anak gadis mereka diberkahi kekuatan setara
dengan seorang pria sehat dan membantu pekerjaan orang tuanya.
Si
gadis tadi melakukan sebuah taboo pada usia enam belas tahun. Dia jatuh
cinta dengan teman dekatnya yang satu tahun lebih tua darinya namun
bergender sama.
Tentu saja, dia tak pernah menungkapkan perasaan
miliknya tersebut. Tak bisa menahan derita, Dakira mencari penebusan
dosa dari Dewi Stacia di sebuah gereja kosong pada tengah malam. Akan
tetapi, altar gereja tersebut terhubung dengan mekanisme otomatis milik
para tetua di Kathedral Pusat, Dakira terdeteksi melakukan sebuah taboo
dan dibawa menuju Gereja Axiom, dijadikan seorang integrity knight
dengan semua ingatannya dihapus.
Meskipun ia tak bisa mengingat namanya lagi, si gadis yang disukai Dakira agak mirip dengan Wakil Komandan Knight Fanatio.
Dalam
pandangannya, Dakira melihat dengan pandangannya yang mulai kabur pada
wajah cantik Fanatio dan air mata menetes dari bulu matanya.
—Wakil Komandan Knight yang terhormat sedang menangis untukku.
Dia
tak bisa memikirkan apapun untuk membuatnya menjadi senang. Dia telah
memenuhi apa yang harus ia lakukan sejak hari-hari lama yang menyakitkan
dan apa yang akan menghampirinya adalah kematian dalam kepuasan.
“Dakira… jangan mati!! Aku akan merawatmu sekarang juga!!”
Sebuah suara membesarkan hati terdengar di telinganya sekali lagi.
Dakira
mendorong tangan kirinya yang patah ke atas dengan seluruh tenaga dan
dengan jari-jarinya yang bergetar, ia dengan lembut mengusap air mata
dari pipi Fanatio.
Menyeringai, Dakira membentuk kata-kata yang selalu ia simpan dalam hati menjadi sebuah bisikan.
“Fanatio… sama… Aku akan… mencintai… mu… selamanya……”
Pada saat itu, Life Integrity Knight Dakira synthesis Twenty-two menemui ajalnya.
Kematian pertama dari knight order ketika kelopak mata milik Dakira tertutup selama-lamanya.
Apa——Apa yang telah aku lakukan?!!
Fanatio berteriak di dalam hati ketika ia memeluk erat tubuh kecil yang penuh dengan luka.
Si
pemimpin raksasa, Sigrosig, yang mencoba berdiri kini terlihat dalam
pandangannya yang tertutupi air mata bersama dengan tiga orang anggota
«Four Oscillation Blades» yang kini telah maju kedepan.
Dakira.
Jeis. Hobren. Giro. Fanatio telah menempatkan mereka berempat dalam
pengawasannya untuk melatih dan melindungi mereka. Meskipun Fanatio
telah membatasi percakapan dengan mereka, mereka berempat bagaikan
sepupu berharga Fanatio. Meskipun begitu, Fanatio telah dilindungi oleh
salah satu dari mereka hingga berkorban nyawa
“……Tak bisa dimaafkan!!”
Kata-kata ini ditujukan pada Sigrosig dan juga dirinya sendiri.
Dia tak akan membiarkan jatuh korban lainnya. Fanatio akan melindungi mereka bertiga hingga akhir, juga demi Dakira.
Keputusan
tersebut menjadi sebuah «kekuatan incarnation akan cinta» dan bersinar
dari jiwa Fanatio dengan hebat melebihi keanehan dari rasa haus darah
milik Sigrosig.
Duri es yang melilitnya di seluruh tubuh kini mencair tiba-tiba.
Membaringkan
jasad Dakira, Fanatio berdiri tegak dan mengambil Heaven Piercing Sword
yang melayang dari tanah dengan tangan kanannya.
Di depannya
adalah Jeis, Hobren, dan Giro yang terpukul mundur dengan sekali ayunan
lengan kiri Sigrosig setelah mereka bertiga maju kedepan dengan pedang
besarnya.
Cahaya kemerahan yang berada dalam kedua mata raksasa
seperti api iblis yang tinggal jauh di dalam perut bumi. Bahkan pasukan
goblin dan orc yang berada di sekeliling tampak mundur, mereka terlihat
takut.
“Buu… Buunn… Buunnnuuuhhh!!”
Sebuah teriakan tak normal terdengar dari si raksasa yang berdiri. Namun, tak ada lagi sedikit keterkejutan dalam diri Fanatio.
Dengan pelan menunjuk langit dengan tangan kanannya, Heaven Piercing Sword—
Memperoleh
sebuah lapisan yang terbuat dari cahaya putih murni dengan suara deru.
Cahaya yang menyilaukan menyebar lebih darii lima mel dari ujung pedang
dan tetap bersinar.
“Bunuhmanusiaaaaaa——!!”
Mengayunkan palu besi dengan kedua tangannya, Sigrosig melompat menuju Fanatio.
“…Kembalilah, kedalam bumi.”
Fanatio
dengan hati-hati mengayunkan pedangnya sambil mengatakan sesuatu.
Setelah memanjang beberapa kali dari panjang aslinya, pedang cahaya
menebas udara seolah menyambar permukaan palu besi yang kasar.
Suara
terpanggang terdengar dari senjata raksasa yang telah terbagi menjadi
dua. Terbakar hingga membentuk tanda silang, besi yang meleleh menyembur
ke berbagai arah.
Pedang cahaya raksasa kini sampai pada kepala milik Sigrosig—menebasnya ke tanah tanpa menurunkan serangan.
Para
raksasa yang berada di belakang dan para penjaga dari Kerajaan Manusia
terdiam melihat monen itu; prajurit legenda yang memiliki tubuh terbesar
di dunia, kini terbelah menjadi dua di udara.
Fanatio
mengangkat pedang cahaya ke atas kepalanya dengan suara puas ketika dua
gumpalan daging terjatuh dengan suara keras, lalu berteriak keras.
“Pasukan Pertama posisi tengah, majuuu!! Pukul mundur musuh!!” * * *
Gelombang serangan yang tiada henti dari goblin dataran rendah membuat Deusolbert menjadi tak sabar.
Tak
mungkin dia akan kalah ataupun ditantang oleh pasukan goblin dalam duel
satu lawan satu, tak peduli berapa kali terjadi. Tumpukan mayat
terbakar oleh panah api yang ia tembakan sebelumnya menjadi bukti
seberapa kuat dirinya.
Namun, ia tak bisa melawan semua pasukan
musuh yang datang bagaikan gelombang jika seorang diri. Dia menyisahkan
pasukan goblin yang berada di tiap sisi pada Penjaga dari Pasukan
Pertahan.
Dalam hal keahlian individu, kemampuan penjaga
melampaui pasukan goblin dalam berbagai hal. Tehnik pedang mereka
dipoles melalui latihan ketat selama setengah tahun. Tehnik pedang
tersebut lebih cepat dan lebih tajam daripada milik goblin yang hanya
mengandalkan kekuatan ketika mengayunkan golok mereka. Tetapi perbedaan
kekuatan cukup terlihat jika dibandingkan dengan seorang integrity
knight dan pasukan goblin. Akan cukup sulit memukul mundur jumlah besar
musuh dengan hanya skill saja.
Deusolbert dengan sungguh-sungguh
merasa ingin membagikan kekuatan besar yang ada dalam tubuhnya kepada
mereka. Tetapi, tidak ada art yang bisa mengabulkan keinginannya
tersebut.
Para penjaga yang berada di bawah komandonya
kehilangan nyawa satu persatu, seseorang tewas karena sekelompok goblin
menindihnya, yang lainnya tewas karena kelelahan. Deusolbert merasa jika
Life miliknya terkikis setiap kali ia mendengar jeritan yang bergema di
medan pertempuran.
Jadi beginilah arti «peperangan»?
Peperangan
benar-benar berbeda dari pertempuran sebelumnya yang ia alami: mengusir
penyusup yang berada di tanah sambil menunggangi seekor naga terbang
ataupun duel satu lawan satu dengan seorang dark knight. Ini sungguh
kondisi buruk karena setiap saat jumlah korban terus bertambah.
Kebanggaan seorang integrity knight seolah tidak memiliki arti di medan perang ini.
Mengapa masih belum? Mengapa perintah untuk menarik mundur pasukan belum diberikan?
Bahkan
mengetahui jika waktu telah lama berlalu sejak pertama kali peperangan
dimulai. Deusolbert kini menerobos pasukan musuh yang maju dengan
menggunakan pedang panjang yang berada di tangan kanannya lalu secara
acak memanah menggunakan Conflagrant Flame Bow kapanpun jika ia sempat.
Tanpa ia sadari, kesabarannya kini menghilang. Ia gagal menyadari
pergerakan aneh dari sebagian pasukan musuh.
Pemimpin
goblin dataran rendah yang baru, Shibori, jauh lebih bodoh dibandingkan
dengan pemimpin goblin gunung, Kosogi; namun ia memiliki kekejaman
alami.
Shibori menyadari jika integrity knight yang memimpin
pasukan musuh tak lebih dari sacred beast besar. Dia mengepung mereka,
berpikir jika seberapa kuat mereka, integrity knight tak lebih dari
seorang ium putih yang akan tewas jika dikepung.
Namun, ia
menyadari jika integrity knight lebih merepotkan daripada sacred beast
setelah pertempuran dimulai, sering lolos dari kepungan berapa kalipun
mereka maju. Sepuluh goblin akan terlempar oleh ledakan dari sebuah
panah api dan bahkan panah normal bisa menerbangkan beberapa goblin,
sungguh keberadaan yang mengerikan bagi para goblin.
Sekarang, apa yang harus dilakukan?
Shibori akhirnya menemukan ide setelah beberapa kali berpikir sederhana ataupun kejam.
Ia akan mengirim pasukannya maju hingga si knight kehabisan panah.
Seperti
itulah, para pasukan yang dikirim maju tanpa rencana tidak memiliki
hasrat untuk membantah. Ada beberapa prajurit yang memiliki cukup
kecerdasan melampaui Shibori dan mereka berpikir sambil melaksanakan
perintah, para pasukan ini menyusun muslihat sebisa mungkin.
Mereka
mulai mengangkat mayat teman mereka yang telah tewas lalu bersembunyi
dalam bayang-bayang ataupun menjaga jarak dari si knight yang menembaki
panah di kiri dan kanan.
Deusolbert seharusnya menyadari rencana
naif mereka sekali lihat jika kondisinya tidak emosi. Namun, teriakan
dari penjaga yang masih memiliki kekuatan membuat ketenangannya hilang
tanpa ia sadari. Para goblin juga diuntungkan karena peperangan ini
dimulai saat malam hari.
Musuh mengalami kekalahan besar.
Ketika Deusolbert menyadarinya, jika stok panah besi yang jumlahnya lebih dari cukup kini mulai habis.
“Baguss, bagus, tampaknya ia mulai kehabisan panah.”
Shibori mengusap bulu kuduknya dengan bagian belakang dua golok sambil tertawa.
Pemandangan
tragis dari banyaknya mayat yang tak terhitung jumlahnya dari ras
goblin juga mempeengaruhi pikirannya. Shibori mewarisi kegigihan seperti
itu dari leluhurnya yang hidup dalam «Jaman Perang Besi dan Darah» yang
mana lebih mengerikan dari perang ini.
Kelihatannya ketiga
pasukan ras lainnya telah berhasil melakukan perlawanan, tetapi masih
ada tiga ratus prajurit. Jika prajurit goblin dataran rendah mendapatkan
makanan berlimpah dan tanah dari penyerangan ke tanah kaum ium putih,
mereka bisa membahagiakan ras sesuka hati.
Namun, mereka harus
memperoleh hasil yang memuaskan untuk memperluas daerah kekuasaan
mereka. Pertama, mereka harus mengatasi integrity knight berarmor merah
tersebut.
“Baiklah, ayo maju kalian semua. Kepung si pemanah dan gulingkan dia. Aku sendiri yang akan memenggal kepalanya.”
Shibori
memerintahkan para prajurit untuk membuat formasi pertahanan di sekitar
dirinya, pembantunya yang kuat dan kasar juga perlahan maju kedepan.
“…Aku tertipu…”
Deusolbert mengeluarkan erangan geram dari mulutnya.
Ia
akhirnya menyadari jika pasukan yang tadinya tak teratur kini perlahan
bergerak dari dalam kegelapan dan mengangkat mayat sebagai tameng.
Setelah
menumbangkan tameng tersebut dengan mengincar kaki daripada daerah
jantung, tangan kanannya menjangkau tempat anak panah dibelakangnya dan
menyadari jika isinya telah kosong.
Tanpa anak panah,
Conflagrant Flame Bow yang mana sebuah divine instrument, menjadi tak
berbeda dari busur biasa. Meskipun mungkin untuk membuat anak panah
menggunakan metallic elements dengan sacred arts, tehnik tersebut hanya
bisa digunakan ketika pertarungan satu lawan satu dimana ia memiliki
kesempatan untuk merapalkan art-nya. Terlebih lagi, hampir semua sacred
energy telah dihisap oleh integrity knight yang berdiri diatas langit
sana, membuat atmosfir menjadi keruh.
Menggertakkan giginya
karena ia menggantung Conflagrant Flame Bow pada punggung kirinya,
Deusolbert menghunus pedang panjang dari pinggangnya sekali lagi. Itu
terjadi ketika ia menyadari sekelompok musuh dengan cepat menghampirinya
dari dalam kegelapan di depan sana dengan ukuran yang lebih besar dari
ukuran rata-rata goblin. Penampilan mereka berbeda dengan goblin kecil
yang ia panggang sebelumnya. Dari bagian dada hingga pingggang mereka
dilindungi oleh lapisan armor dan sabuk kulit besi membungkus disekitar
lengan kasar mereka. Pasukan ini menggenggam kapak tebal besar yang
kelihatannya seukuran sapi di tangan kanan mereka.
Deusolbert menyadari goblin lainnya yang mendekat dari belakang mereka bertujuh—dengan sosok yang melebihi tinggi orc.
Menilai
dari armor hitam berkilau, dua kapak yang bergantung di tangannya dan
aksesoris bulu di kepalanya, Deusolbert memahami jika dia adalah
pemimpin pasukan musuh.
Dua mata bersinar merah milik pemimpin
goblin bertemu dengan mata Deusolbert dan udara disekitar seolah
berubah. Pedang dan kapak yang saling beradu satu sama lain kini
berkurang secara perlahan bahkan berhenti. Pasukan penjaga dan pasukan
goblin saling menjaga jarak satu sama lain dan menjaga nafas ketika
melihat dua pemimpin mereka bertemu.
Deusolbert menahan banyak
penjaga yang datang menghampirinya dengan tangan kirinya. Mengacungkan
pedang di tangan kanannya tanpa menurunkan pertahanan, ia mengajukan
pertanyaan dengan suara dalam namun jelas.
“Kau adalah salah satu dari Sepuluh Bangsawan Penguasa dari Kerajaan Kegelapan… pemimpin goblin, huh?”
“Itulah aku.”
Goblin besar merespon dengan berteriak.
“Pemimpin goblin dataran rendah, itulah Shibori-sama.”
Deusolbert menahan nafasnya, kerena pertempuran panjang yang melelahkan ini. Lalu ia memandang lurus menuju pemimpin musuh.
—Jika
aku mengalahkan jendral ini dan yang ada didekatnya, pasukan goblin
akan kehilangan semangat tempur bahkan sesaat. Jika kita mengambil
kesempatan ini dan mendorong mereka mundur, kita akan mencapai tujuan
sebagai penjaga daerah ini.
Bahkan jika ia tak bisa menggunakan Conflagrant Flame Bow.
Bahkan
jika ini delapan lawan satu, dia bisa mencapai kemenangan saat ini
juga. Dia akan membuktikan kekuatan seorang integrity knight yang
sebanding dengan seribu orang.
“Aku adalah integrity knight, Deusolbert Synthesis…”
Teriakan tak sopan Shibori memotong perkenalannya.
“Berhenti,
siapa yang peduli dengan nama seorang ium?! Kau ini cumalah daging,
daging yang tersangkut di kepala yang akan aku ambil!! Paham… kalian
semua, serang dia!!”
Uu———raaaaaahh!!
Deusolbert melawan ketujuh goblin elit yang melompat kedepan dengan teriakan brutal.
Mereka
seharusnya melanjutkan peperangan barbar jika mereka tidak memiliki
kebangaan sebagai seorang pendekar pedang. Membuat malu sebuah duel
sungguh—
“Konyol!!”
Sebelum mengambil cambuk, tombak, ataupun busur, setiap knight adalah swordsman yang berpengalaman.
Tak seorangpun dari mereka yang merasakan gerakan Deusolbert mengangkat pedang di tangan kanan lalu mengayunkannya kebawah.
Tebasan
kecepatan dewa terhunus menjadi serangan kecepatan cahaya putih
bagaikan cahaya kecil. Suara kesakitan terdengar ketika kapak besar dari
goblin yang maju pertama terbelah menjadi dua.
Saat itulah
ketika si goblin terbelah menjadi dua dari atas kepala hingga perutnya,
darah segar menyembur kemana-mana. Akan tetapi, si knight telah lama
menghilang sebelum darah itu sampai ke tanah.
Deusolbert melancarkan serangan selanjutnya, menyerang ke goblin kedua sebelum goblin pertama menyadari kematiannya sendiri.
Ini
bukanlah tehnik pedang berurutan seperti milik Knight Fanatio ataupun
milik para pemberontak yang pernah ia lawan. Ini hanyalah satu tebasan
yang diulang berkali-kali dari tehnik pedang lama dengan posisi
tradisional. Namun, skill Deusolbert telah terasah hingga tak terhitung
banyaknya bulan dan tahun hingga menjadi tehnik yang luar biasa. Hanya
beberapa knight peringkat atas yang bisa bereaksi melawan satu serangan
ini.
Faktanya, goblin kedua terpotong nyaris hampir sama namun
dari bagian kiri, ia tewas dengan armornya rusak parah ketika ia mencoba
mengayunkan kapak besarnya.
Perbedaan kekuatan benar-benar terlihat di mata semua orang.
Akan
tetapi, para goblin elit ini tidak menunjukkan keragu-raguan. Si
pemimpin mereka, Shibori adalah sosok yang membuat takut goblin elit dan
mereka tidak berani melawan perintahnya.
Dua goblin yang berada
di sisi Deusolbert bermandikan darah dari kaumnya, mereka berdua
berniat membunuh Deusolbert dari samping kiri dan kanan.
Knight
yang berpengalaman tidak menunjukan rasa panik dan memotong goblin di
kiri dari bawah dan melanjutkan ayunan pedangnya menuju sisi kanan dari
atas. Satu gerakan yang membunuh kedua musuh dari sisi kiri dan kanan
benar-benar tehnik yang luar biasa.
Sisa tiga; tidak, sisa empat jika si jendral dihitung.
Akankah mereka semua menyerang secara bersama ataukah menyerang satu demi satu?
Menghindari kucuran darah merah kehitaman dengan melompat ke belakang, Deusolbert menyiapkan serangan berikutnya.
Si goblin kelima secara meremehkan menyerangnya dari sisi kiri. Dia tidak melihat cahaya pantulan pedang dari arah lainnya.
“Nuhn!”
Dia
terpotong secara horizontal dengan pedang yang tertancap dari sisi kiri
dengan lenguhan. Ujungnya memotong kawat perak lalu menuju sisi kanan.
Kedua mata Deusolbert terbuka lebar pada saat itu.
Kapak besar memotong dada si goblin yang baru saja tewas dari belakangnya, tepat ketika ia terpotong, dan menuju arahnya.
Kapak menuju arahnya ketika teman yang masih bernafas mendekati tenggorokan Deusolbert.
Dia tak bisa menghindar maupun memblokir dengan kapak miliknya.
Berpikir
seperti itu secara tiba-tiba, lengan bawah tangan kiri yang diangkat
bertubrukan dengan kapak besar, menghasilkan suara tumpul ringan.
Rasa
sakit yang luar biasa. Meskipun dia berhasil menahannya menggunakan
sarung tangan kemerahan, suara tulang patah terasa dari dalam dagingnya.
“Ku… oohh!!”
Membuang keterkejutannya dengan teriakan,
Deusolbert memaksa kapak musuh untuk menuju arah kiri. Suara retak
terdengar dari seluruh tubuhnya, membuatnya sadar jika tulang lengan
kirinya patah.
Hanya tersisa satu lengan!!
Setelah
tebasan itu dihentikan dengan semangatnya, Deusolbert langsung menyerang
kedepan. Menusuk melalui mayat goblin kelima, pedangnya sampai ke tubuh
goblin keenam.
Akan tetapi, tebasannya cukup dangkal.
Dia harus cepat-cepat menarik pedangnya, membuat jarak, dan menghubungkannya dengan serangan selanjutnya.
Deusolbert menarik pedangnya sekali lagi, keringat muncul dari keningnya tanpa ia sadari.
Goblin kelima dilempar, dan dibaliknya ia melihat—
Goblin
keenam dan ketujuh membuang kapak besarnya dan menerjang kearahnya
dengan tangan terbuka dengan ketinggian mendekati tanah.
Dan tak ada posisi yang cocok untuk melakukan serangan pada posisi musuh seperti itu dalam style milik Deusolbert.
Tak
bisa memikirkan serangan selanjutnya, kedua kaki Deusolbert kini
dicengkram tiba-tiiba oleh kedua goblin. Tak bisa mengatasi kekuatan
fisik mengerikan dari mereka, Deusolbert terjatuh dengan punggung
dahulu.
Kedua matanya terbuka lebar melihat Shibori, jendral
musuhl, yang kini melompat sambil memegang kedua buah kapak dengan
ekspresi brutal terlihat di wajahnya.
—Di tempat seperti ini, melawan goblin?
—Sungguh tak mungkin bagiku, Deusolbert, seorang integrity knight, mengalami kekalahan disini.
«Tak mungkin».
Pikiran
semacam itu bisa menjadi racun mematikan bagi kondisi mental seseorang,
seperti pemimpin orc sebelumnya. Meskipun ia masih tetap hidup dalam
kondisi mengamuk seperti Sigrosig, gerakan Deusolbert benar-benar
terhenti ketika pikirannya mati rasa.
Ia hanya bisa melihat kapak mematikan yang semakin mendekat sebelum akhirnya ia melndengar—
Sebuah teriakan, suara serak karena kelelahan namun berani pada saat bersamaan.
“Knight yang terhormat———!!”
Seorang
penjaga menerobos menuju jendral musuh dengan wajah kejamnya. Dia
adalah komandan penjaga yang masih muda. Pemuda tersebut yang bahkan
tidak pernah ia ketahui namanya mengangkat pedang besarnya dengan kedua
tangan dan melakukan tebasan dari atas dengan sepenuh kekuatan.
Menanggapi serangan tersebut, jendral musuh mengayunkan kapak miliknya dengan tangan kiri seolah merasa terganggu.
Gagiin!! Sebuah suara logam saling bertubrukan.
Meskipun
dia pucat ketika berhadapan dengan jendral musuh, si penjaga yang
mengenakan armor berat tetapi dengan mudahnya ia terhempas bagaikan
kertas, berguling dua tiga kali di tanah. Kekuatan fisik tersebut
menunjukkan seberapa besar perbedaan tehnik, kecepatan, dan equipment
dari mereka berdua.
Kedua mata milik goblin bersinar merah dan
menjadi sipit. Mengeluarkan aura membunuh bagaikan binatang, dia
melompat dan mengayunkan kapak di tangan kanannya untuk mengakhiri nyawa
si penjaga yang masih belum berdiri.
—Jangan.
—Aku tak boleh membiarkan korban lebih banyak berjatuhan sebagai seorang knight dan juga sebagai pemimpin mereka!
Pikiran sesaat tersebut bagaikan tusukan petir yang membangunkan kondisi mental Deusolbert.
Tak
ada cukup waktu untuk membebaskan kakinya dari kedua goblin elit yang
mencengkram erat, berdiri, lalu bergerak menuju komandan pasukan
tersebut. Melempar pedang di tangan kanannya hanya akan menghasilkan hal
yang sama.
Sebelum ia bisa menyadari apa yang harus dilakukan,
kedua tangannya berayun secara reflex—melakukan apa yang seharusnya
tidak terpikirkan.
Menggunakan pedang panjangnya sebagai
pengganti panah pada Conflagrant Flame Bow, ia meregangkannya dan
menaruh pedang tersebut pada senar panah.
Rasa berat terasa
ketika ia menarik busur tersebut. Rasa sakit yang luar biasa dengan
seketika menghempaskan kesadarannya hingga akar-akarnya.
Namun,
Deusolbert membiarkan rintihan berada dalam giginya dan ketika ia
menatik busur hingga batasnya. Ia mengambil posisi menembak dan
berteriak.
“Maju, bakarlah!!”
Divine instrument merespon keinginan pemiliknya bahkan tanpa perlu merapalkan art.
Kekuatan
yang berasal dari api terpancar dari seluruh busur panah, melampaui
armament full controll art yang sebelumnya pernah ia keluarkan.
Meskipun
pedang panjang yang terkait pada busur bukanlah sebuah divine
instrument, pedang tersebut merupakan produksi pribadi pemimpin
tertinggi. Pedang tersebut memiliki prioritas yang benar-benar berbeda
dari panah besi yang diproduksi secara masal. Sacred energy yang berasal
dari dalam pedang berubah menjadi api.
Armor di seluruh tubuh Deusolbert, yang mana tahan panas kini berubah merah secara tiba-tiba.
Kedua goblin yang memegangi kakinya menjerit ketika api membakar mata dan mulut mereka sebelum bisa bereaksi.
Jendral
musuh menoleh kebelakang ketika menyadari keadaan tak normal, kedua
matanya terbuka karena keterkejutan dan rasa marah ketika ia mencoba
melempar kapak di tangan kanannya.
Tetapi, sudah terlalu terlambat—
“—Bakarlah menjadi abu!!”
Berteriak
seperti itu, Deusolbert melepas tali panah. Menembak kedepan dengan
teriakan, pedang panjang tersebut berubah menjadi merah terang, sayap
api seolah melaju lurus ke depan. Bentuk itu seperti sosok asli
Conflagrant Flame Bow—sesosok phoenix yang hidup di gunung api tertua di
kerajaan selatan.
“Graahh!!”
Jendral musuh menjerit
ketika ia menyilangkan kedua kapak didepan tubuhnya. Phoenix bertubuh
api menembus jantungnya secara cepat.
Kapak besar menjadi abu secara cepat bagaikan desisan.
Dan
pemilik kapak tersebut, Shibori si pemimpin goblin dataran rendah,
melewati proses pembakaran yang biasanya, ia langsung berubah menjadi
arang hitam— ia hancur berkeping-keping lalu menghilang tanpa jejak.
Melihat
jendral mereka tewas mengenaskan, pasukan goblin yang berada
dibelakangnya kini berbalik dan mulai melarikan diri. Akan tetapi, lebih
dari tiga ratus pasukan goblin tak bisa melarikan diri dari bara api
phoenix dan mereka kini berubah menjadi abu. * * *
Keadaan berbahaya yang dialami pasukan tengah Fanatio dan pasukan kanan Deusolbert telah berlalu.
Memerintah
pasukan kedua di garis belakang, Komandan Pasukan Pertahanan Kerajaan
Manusia, Bercouli Synthesis One, dengan jelas mengetahui jika akan
terjadi kekacauan di sayap kiri yang dipimpin Eldrie yang mana terhalang
asap tebal.
Namun. Bercouli tidak mengambil tindakan.
Alasan pertama karena ia mempercayai para knight dan penjaga yang telah dilatihnya.
Alasan kedua karena pasukan utama musuh, Dark Knight Order dan Guild Petarung Tangan Kosong belum melakukan gerakan.
Dan
alasan ketiga karena ia mengkhawatirkan adanya serangan kejutan,
sesuatu yang ia khawatirkan karena pengetahuannya mengenai Tanah
Kegelapan melebihi siapapun.
Dengan kata lain, kekuatan musuh di pertarungan udara.
Di
dunia ini dimana art untuk terbang tidak ada—meskipun jika ada dalam
“Daftar Art”, hanya Pemimpin Tertinggi Administrator yang bisa
melakukannya. Dan daftar tersebut kini menghilang bersama
kematiannya—beberapa «Ksatria Naga» dari Integrity Knight Order dan Dark
Knight Order adalah pengecualian jika melakukan pertarungan udara.
Dengan bebas mereka bisa terbang tinggi di langit untuk menghindari
jangkauan pedang, mereka bisa menghancurkan pasukan dengan menggunakan
art maupun nafas api milik sang naga.
Akan tetapi, mereka tidak
bisa sembarangan maju ke garis depan karena berharganya naga milik
mereka. Jika mereka maju ke garis musuh dan terjatuh karena art maupun
panah dari tanah, pasukan akan mengalami kerugian besar pada saat itu
juga.
Dan begitulah, Bercouli menahan semua naga selain
«Amayori» yang ditunggangi oleh Alice di garis depan musuh untuk
melakukan penyerangan. Namun, serangan kejutan yang Bercouli harapkan
belum datang dari mereka berdua.
Disamping mereka berdua, pasukan tanah kegelapan juga memiliki pasukan udara.
Mereka
adalah monster bersayap yang disebut «minion». Diciptakan dari tanah
liat dan material lainnya menggunakan dark art, mereka tidak memiliki
kecerdasan dan hanya bisa memahami beberapa perintah sederhana.
Sejujurnya,
Bercouli pernah mendengar dari Alice jika pemimpin tertinggi telah
menciptakan dan meneliti minion yang sama secara sembunyi-sembunyi.
Tetapi, bahkan tampaknya pemimpin tertinggi ragu untuk menyebarkan
minion dengan bentuk menjijikkan karena dia berada di Gereja Axiom.
Bercouli meraka kasihan karena ia tidak mengubah penampilan para minion
menjadi lebih pantas sebelum mereka diterbangkan, nasi sudah menjadi
bubur.
Karena alasan tersebut, Bercouli merasa sebaiknya
bersiap-siap jika menerima serangan kejutan dari minion di langit. Dan
di situasi dimana naga terbang terikat dan regu ascetics berkonsentrasi
pada penyembuhan, Bercouli lah pilihan satu-satunya pertahanan untuk
menghadapi serangan udara.
Bercouli memfokuskan pikirannya
sambil berdiri di tengah pasukan kedua dengan kedua tangannya memegang
pedang berharganya yang masih tertutup sarung pedang.
Dia merasakan kesulitan yang dihadapi ketiga integrity knight dan para penjaga dari pasukan pertama di garis depan sana.
Namun, ia tak boleh beranjak dari tempat ini.
Setelah semua, Bercouli telah mengaktifkan armament full control art dari pedang berharganya.
Jam
raksasa pada Kathedral Pusat di masa lampau telah memberikan
penduduknya info mengenai waktu. Jarum menit dan jarum jam telah di
tempa menjadi sebuah divine instrument, Time Piercing Sword. Kekuatan
yang dimilikinya adalah kekuatan «Memotong Masa Depan». Kekuatan
tebasannya akan tetap berada di satu tempat dimana pedang tersebut
diayunkan dan siapapun yang menyentuhnya akan terpotong, sebuah tehnik
diluar nalar.
Tepat ketika Gerbang Besar Timur runtuh, Bercouli
menunggangi naga terbang «Hoshigami» dan menciptakan sebuah «tebasan
ruang» raksasa selebar seratus mel, sepanjang dua ratus mel, dan
setinggi seratus limapuluh mel tepat di depan Gerbang Besar Timur.
Mengayunkkan pedangnya sepanjang waktu secara vertikal dan horizontal,
dia seolah menebas udara kosong. Total jumlah tebasannya melebihi tiga
ratus.
Mempertahankan «perwujudan pedang» seluas itu lebih dari
sepuluh menit adalah pertama kalinya bagi Bercouli, si manusia yang
telah hidup lebih dari tiga ratus tahun. Tehnik tersebut dibuat dengan
memisahkan kesadaran dari tubuhnya dan berkonsentrasi menggunakan
pikirannya. Dia menyerahkan pasukan pertama pada Fanatio karena alasan
ini.
—Cepatlah… jika kalian datang, maka cepatlah.
Keinginan
sungguh-sungguh masih tatap dipegang Bercouli meskipun ia menjadi agak
tak sabar. Mengesampingkan pikirannya yang lelah, lebih dari separuh
sacred energy milik Time Piercing Sword telah ia gunakan. Dia tak bisa
membatalkan armament full control art dan mengulangi pengucapan art dari
awal. Jika ia gagal membasmi minion musuh, maka meraka akan membunuh
Alice yang menyiapkan art skala besar di langit sana diatas pasukan
pertama, Kerajaan Manusia akan kehilangan satu-satunya harapan untuk
memenangkan peperangan ini.
—Cepat datanglah.
* * *
Meskipun
Renri Synthesis Twenty-seven yang meninggalkan pos-nya adalah orang
paling pesimis diantara tujuh knight peringkat atas yang berkumpul di
Gerbang Besar Timur, Eldrie Synthesis Thirty-one agaknya juga memiliki
tekad tersendiri meskipun dia memiliki pengalaman bertarung di lapangan.
Emosi tersebut berbeda dengan ketulusan cinta milik Dakira si
«Four Oscillation Blades» untuk Fanatio. Dia ingin melayani Alice, namun
di saat yang sama, ia memiliki keinginan untuk melindunginya sebagai
seorang junior.
Alice terkenal karena kejeniusannya dalam
sejarah gereja sejak ia bangun sebagai seorang integrity knight. Dia
memiliki bakat pada sacred arts yang jauh melebihi ascetics dan sister,
ia juga terpilih sebagai pemilik divine instrument tertua, «Fragrant
Olive Sword» dengan nama lainnya, Keabadian Seutuhya, ia menolak gosip
yang beredar diantara knight lainnya, dan ia bahkan diajari semua tehnik
berpedang milik Komandan Knight Bercouli.
Dia adalah gadis muda
jika dilihat dari luar, tapi bagi sebagian besar knight, Alice bagaikan
bintang yang bercahaya sendiri di langit utara, jauh dari yang lain.
Keadaan tersebut juga menyebar sebagai rumor jika ia akan membuat bangga
pemimpin tertinggi, Administrator.
Seperti itulah, Eldrie juga
tidak membuat usaha untuk mendekati Alice setelah terbangun sebagai
seorang knight. Malah tampaknya ia sering menghindarinya.
Meskipun
ingatannya di Kerajaan Manusia telah dicuri lewat «Synthesis Ritual»,
Eldrie adalah anak tertua Eschdol Woolsburg, pemimpin komandan tertinggi
di Kerajaan Utara Norlangarth dan juga bangsawan kelas satu. Untuk
tambahan, selama 380 Tahun Kalender Dunia Manusia, ia adalah perwakilan
swordsman pertama dari kerajaan utara dan juara dari Turnamen Persatuan
Empat Kerajaan. Bahkan setelah menjadi seorang integrity knight,
kesombongan dan kebanggaannya sebagai seorang bangsawan masih tersisa.
Karena
kepribadiannya yang seperti itu, keberadaan Alice sebagai seorang
knight yang lebih hebat darinya walaupun masih muda dan seorang gadis,
juga posisinya sebagai satu-satunya murid Komandan Knight Bercouli
membuatnya tak nyaman.
Namun, itu terjadi pada malam hari setelah ia menjadi seorang knight.
Eldrie secara tak sengaja melihat sosok Alicee yang tak pernah ia bayangkan.
Bersembunyi
dalam kebun mawar untuk sekedar latihan pedang secara rahasia, ia
melihat Alice mengenakan pakaian tidur, ia menunduk tepat di depan tanda
makam dan bersedu. Nama pada tanda makam yang terbuat dari kayu pucat
adalah milik seekor naga terbang yang Life-nya habis beberapa hari
sebelumnya—ia adalah ibu naga yang melahirkan «Amayori» milik Alice dan
«Takiguri» milik Eldrie.
Mereka mungkin berharga karena potensi
perangnya, tetapi mereka hanyalah naga. Mengapa ia menangis? Alasan apa
yang membuatnya berkabung?
Itulah apa yang Eldrie pikirkan selanjutnya.
Tetapi, ketika ia mencoba berbalik dan tertawa, ia terkejut karena menyadari air mata keluar darinya.
Alice
menangis pada ibu naga yang telah mati. Ia masih belum tahu mengapa
tindakan Alice membuat hatinya bergetar seolah tercabik-cabik. Eldrie
hanya bisa berdiri mematung, tak bisa menghapus air matanya ketika ia
menyadari. Sosok itu adalah sosok Alice Synthesis Thirty yang
sesungguhnya.
Sejak saat itu, Knight Alice yang suka menyendiri
menjadi benar-benar berbeda saat dilihat dengan matanya. Ia melihatnya
sebagai bunga kristal yang bisa bertahan dari kekeringan dengan kepala
kokohnya yang juga bisa merusak kapanpun—
Ia ingin melindunngi Alice. Ia ingin menjaga gadis itu dari udara dingin yang menusuk.
Emosi
milik Eldrie tumbuh semakin kuat hari demi hari. Tetapi pikiran untuk
melindunginya terlalu kurang sopan. Bakat milik Alice melampaui bakat
Eldrie baik dalam hal arts maupun tehnik pedang.
Kemungkinan yang tersisa baginya adalah keinginan untuk menerima bimbingan Alice sebagai muridnya.
Sejak
saat itu, Eldrie hidup dengan berpegang teguh pada keinginan tersebut.
Untuk membuat dirinya diakui oleh Alice sebagai seorang swordsman dan
juga seorang pria.
Tujuan tersebut sungguh sulit bahkan tak
mungkin. Dengan kekuatan Alice yang bahkan diakui oleh Komandan Knight
Bercouli, Eldrie semakin bersemangat untuk lebih banyak berlatih agar ia
semakin kuat.
Pada waktu yang sama, ia berusaha untuk membuat
masternya tersenyum bahkan walaupun sedikit, dengan saling mengobrol
tentang banyak hal, makan bersama, dan sedikit
berceramah—tindakan-tindakan tersebut, nyatanya adalah kepribadiannya
sebelum menjadi seorang integrity knight.
Pada hari-hari itu,
usahanya mulai berbuah. Dengan skill pedangnya yang terus berkembang, ia
berhasil membuat masternya tersenyum walaupun sedikit.
Katherdal mengalami kejadian serangan dalam sejarah gereja.
Adalah
tugas utama para integrity knight. Kasus utamanya tentang, «pembunuhan»
yang dilakukan oleh dua orang swordsmen-in-training. Akan tetapi,
insiden yang melibatkan pertumpahan darah karena ketidaksengajaan pernah
terjadi beberapa kali dalam sejarah Kerajaan Manusia. Nyatanya, ia
tidak merasakan bahaya ataupun rasa permusuhan dari mereka berdua ketika
dibawa menuju katherdal. Eldrie berpikir jika mereka hanyalah pemuda
dari rakyat biasa.
Itulah mengapa ketika Alice mengurung mereka di penjara bawah tanah katherdal dan membuat perintah untuk—
[Jaga pintu keluar penjara bawah tanah semalam saja untuk jaga-jaga.]
—Eldrie
terheran-heran. Lalu ia melaksanakan tugas tersebut sambil berjaga di
kebun mawar sesekali, namun ia sangat terkejut ketika para kriminal
berhasil kabur ketika langit timur berubah menjadi malam.
Mengikuti
arahan masternya, Eldrie menghalangi mereka dan melakukan
tugasnya—setelah banyak hal terjadi, ia tetap kalah; ia tak bisa
menyangkalnya. Ia melawan rakyat jelata yang hanya menggunakan rantai
sebagai senjata dan mereka bahkan membuatnya menggunakan art pelepas
ingatan divine instrument-nya, «Frost Scale Whip».
Sejujurnya,
ia sulit menerima kekalahan. Hingga akhir, mereka berdua berhasil
mengalahkan para knight peringkat atas, Deusolbert, Wakil Komandan
Knight Fanatio, masternya, Alice, dan bahkan Komandan Knight Bercouli,
juga mereka berhasil mengalahkan Pemimpin Tertinggi Administrator. Alice
juga telah menyebutkannya di rumah kayu di desa bagian utara, Eldrie
tidak mengenal salah satu dari dua kriminal tersebut. Ia mengakui jika
orang yang duduk di kursi roda tersebut adalah swordsman terkuat yang
bahkan melampaui integrity knight.
Eldrie tidak menyesal setelah kalah melawan pemuda berambut hitam dalam hal berpedang.
Bukan itu, bukan itu yang membuatnya terluka.
Seseorang
yang melepas Alice dari kebun es yang mengekang hatinya adalah pemuda
tersebut, bukan dirinya. Perasaan Eldrie tersetrum melihat kenyataan
tersebut.
Beberapa jam sebelum Gerbang Besar Timur runtuh,
masternya, Alice berbicara sambil tersenyum lembut, yang mana tidak
pernah ia lihat di masa lalu.
[Aku telah melalui perjalanan suram hingga sampai disini atas bantuanmu. Terima kasih, Eldrie.] …begitulah yang ia katakan.
Eldrie
menetapkan hatinya dengan air mata syukur ketika mendengar kata-kata
tersebut. Ia akan menunjukkan seberapa besar bimbingan Alice dalam
pertempuran ini hingga akhir.
Ketetapan seperti itu meminjamkan Eldrie kekuatan perwujudan dan membuatnya fokus pada waktu yang sama.
Meskipun
jika segunung pasukan goblin disewa untuk berperang di sisi kiri dimana
pasukannya ia pimpin, Eldrie akan menunjukkan keganasannya yang tak
kalah dari Deusolbert di sayap kanan.
Namun dalam kenyataan,
banyak goblin datang dengan strategi yang tak terduga dan benar-benar
membodohi pasukan sayap kiri, mereka menggunakan asap dan menyelinap
untuk menyerang bagian belakang.
Dia telah kalah oleh goblin. Ia membuat malu Alice, yang mengawasi dari atas langit.
Ketidaksabaran
membuat penilaian Eldrie menjadi kacau. Ia dengan sembrono masuk
kedalam asap yang bahkan penglihatannya tidak bisa menembus, ia ingin
memberikan perintah pada para penjaga. Tapi ia menyadari pada waktu
bersamaan, perintah untuk menyerang dalam kondisi seperti ini akan
mengakibatkan saling serang antar teman dan juga ia tidak memiliki ide
untuk melenyapkan asap ini.
Eldrie hanya bisa berdiri membatu, rambut ungu terangnya terurai dan ia menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah.
Bagian 2
“Heei, kau tahu, bagian kiri sepertinya tidak teratur.”
Rekannya,
Fizel melapor kepada komandan mereka dengan nada yang entah bagaimana
terdengar agak riang, Linel juga mengangguk sehingga kuncirnya
bergoyang. Akan tetapi, tidak ada jawaban dari si komandan. Fizel
mengganti pandangannya lurus kedepan sambil merenungkan apa yang
dikatakannya baru saja.
Fizel Synthesis Twenty-eight dan Linel
Synthesis Twenty-nine, knight dalam masa pelatihan, mereka berdua
berjaga di garis depan pasukan kedua sayap kanan dari Pasukan Pertahanan
Kerajaan Manusia. Meskipun kehebohan terjadi di pasukan pertama sayap
kanan yang berada seratus mel di depan sana, tidak ada musuh yang
berhasil menembus garis pertahanan. Tampaknya knight peringkat atas,
Deusolbert, telah membuat hasil yang cukup memuaskan.
Pasukan
tengah yang dipimpin Wakil Komandan Knight Fanatio juga berhasil
mempertahankan posisinya hingga kini. Walaupun Linel dan Fizel
menganggapnya sebagai seorang kakak perempuan dan juga musuh dalam
beberapa hal, mereka berdua mengakui kekuatannya. Perasaan menekan yang
sebelumnya ia perlihatkan kini telah menghilang ketika Fanatio melepas
topeng dan menunjukkan wajah aslinya.
Apa yang membuat Fizel khawatir adalah sayap kiri pada pasukan pertama.
Eldrie
Synthesis Thirty-one yang memimpin pasukan tersebut adalah pendatang
baru yang terbangun kurang lebih tujuh bulan lalu dan meskipun
kemampuannya meningkat cukup banyak, akan tatapi, perannya dalam
peperangan ini agak terlalu berat baginya. Ia memang memimpin garis
depan atas kemauannya sendiri, tetapi alangkah lebih baik jika
menyerahkan tugas seperti itu kepada knight yang lebih senior—
Fizel merenungkan pikiran seperti itu ketika menyadari pos jaga bagi masing-masing knight.
Knight peringkata atas yang berkumpul di peperangan ini hanya berjumlah tujuh.
Pasukan pertama memiliki Eldrie di sisi kiri, Wakil Komandan Fanatio di sisi tengah, dan Deusolbert di sisi kanan.
Pasukan kedua memiliki Renri di sisi kiri, Komandan Knight Bercouli di sisi tengah, dan knight perempuan pendiam di sisi kanan.
Posisi terakhir, adalah Alice Synthesis Thirty yang berada di langit sana.
“…Sisi kiri menjadi perhatian kita bagaimanapun kamu melihatnya kan…”
Fizel
menganggukkan kepalanya dengan kaku kali ini atas perkataan Linel.
Faktanya, situasi sayap kiri memang sudah aneh sejak beberapa menit
lalu. Tidak ada tanda-tanda pertempuran, tetapi teriakan sering
terdengar dari tengah-tengah. Asap tebal, yang lebih gelap dari
kegelapan di bagian lembah sana dapat terlihat setelah memfokuskan mata
beberapa kali.
Jika mereka berhasil menyelinap pasukan pertama
milik Eldrie, pasukan kedua yang dipimpin Renri seharusnya masih menahan
mereka—setidaknya.
“Akankah anak itu baik-baik saja?”
Mengangguk atas perkataan Fizel, Linel mendekatkan kepalanya menuju lebih dekat ke Fizel dan berbisik.
“Aku
tidak mengatakan apapun karena aku menyadari jika Paman Bercouli juga
memikirkan hal yang sama, tetapi sayap kanan dan kiri dari pasukan kedua
seharusnya ditukar. Aku tak yakin jika memasangkan Eldrie dengan
Renry.”
Fizel juga menurunkan suaranya dan menjawab.
“Aku
juga berpikiran sama, tetapi paman mungkin berpikir untuk membuat kita
bertarung sedikit demi sedikit, kamu juga berpikir seperti itu kan …?”
“……Aah…”
Akhirnya memahami, Linel menatap ketika sosok langsing yang dari tadi diam berdiri di sana.
Armor
tipisnya berwarna keabu-abuan, pilihan yang tak biasa bagi integrity
knight. Rambutnya yang juga berwarna abu-abu terpisah secara rapi di
tengah keningnya dan diikat dibelakang kepala. Dia tampaknya berusia
sekitar duapuluh tahun jika dilihat dari alis matanya dan bibirnya yang
masih kemerahan.
Ia bernama Scheta Synthesis Twelve. Nama
lainnya adalah «Si Pendiam», tetapi alasan mengapa ia dinamai begitu
masih misterius. Namun, Fizel dan Linel cukup memahami jika knight ini
tak terlihat membahayakan seperti penampilannya. Tetapi, knight ini
sangat berbahaya. Mereka berdua tidak ingin berada di dekatnya ketika ia
menghunus rapier yang berada di pinggang kirinya.
Komandan
Knight Bercouli pasti berpikir untuk tidak menggunakan Scheta, lalu
menempatkannya di belakang Deusolbert dari pada Eldrie yang masih muda.
Dengan kata lain, jika si knight pemanah masih tetap bisa bertahan,
Linel dan orang lainnya tak akan bisa melihat pertempurannya.
Pilihan yang cukup masuk akal, tetapi—
“Maaf, Scheta-sama.”
Linel berbicara pada komandan pasukan sekali lagi. Scheta menatap mereka berdua, lalu Linel menyelesaikan perkataannya.
“Bolehkah kita ke belakang?”
Alis kanan milik knight langsing ini bergerak dua mili mendengarnya. Seolah mengerti maksudnya, Linel menjawab secara cepat.
“Erm, yah, kita sedikit kepikiran…”
Alisnya
bergerak sekali lagi. Pasti maksudnya “berpikir apa”. Jawabannya
membuat Linel ragu dan ia berusaha agar perkataannya keluar.
“Ermm… orang itu yang seharusnya berada di pasukan persediaan. Si pemberontak … Kirito.”
Fizel mengangguk sedikit.
Dalam
kerusuhan tujuh bulan lalu, Fizel dan Linel bertarung melawan para
pemberontak, Kirito dan Eugeo, di tangga besar Katherdal Pusat. Lebih
tepatnya, mereka berdua membuatnya tak bergerak menggunakan pedang
beracun dalam serangan kejutan lalu menyeret Kirito dan Eugeo menuju
Wakil Komandan Knight Fanatio sebelum berhasil memenggal kepala mereka
berdua.
Pekerjaan itu seharusnya sungguh mudah. Akan tetapi,
Kirito telah membawa penawar tanpa mereka sadari, lalu mencuri pedang
mereka dan membuat Linel dan Fizel tak bisa bergerak.
Ketika
Kirito mengayunkan pedang beracun pada Linel dan Fizel hingga rubuh,
mereka berdua tidak merasakan rasa takut. Linel dan Fizel sedikit lega
dan merasakan sedikit penyesalan karena melewatkan kesempatan untuk
menjadi integrity knight yang sesungguhnya. Berpikir jika seharusnya
Kirito membunuh mereka berdua—dalam pertarungan adil dan sedikit rasa
sakit, dengan kata lain—Linel menunggu saat Life miliknya berkurang,
Tetapi,
Kirito tidak membunuh mereka berdua. Ia menancapkan pedang beracun ke
tanah dan meninggalkan mereka berdua, lalu melawan Wakil Komandan
Fanatio. Dan ia memperoleh kemenangan dengan luka di seluruh tubuhnya.
Fizel dan Linel masih mengingat dengan jelas kata-kata yang Eugeo berikan sebelum pergi.
—Fanatio
dan Kirito bisa sekuat itu karena mereka mempunyai sacred instruments
dan armament full control arts; itulah yang kalian berdua pikirkan,
tetapi itu salah. Mereka berdua lebih, lebih kuat. Mereka masih bisa
bertarung bahkan setelah menerima luka, bukan dari skill dan senjatanya
tetapi dari hati dan pikiran mereka.
Sejujurnya, ia tidak benar-benar memahami arti dibalik perkataan tersebut bahkan setelah tujuh bulan berlalu.
Tetapi,
sebuah kenyataan jika pemberontak tersebut bisa mengalahkan Pemimpin
Tertinggi Administrator. Dengan bayaran, Eugeo kehilangan nyawanya dan
Kirito kehilangan hati dan tangannya.
Apa yang mereka cari ketika bertarung? Kekuatan apa yang mereka dapat dari hati dan pikiran?
Itulah
alasan mengapa Fizel dan Linel ikut serta dalam Pasukan Pertahanan
Dunia Manusia dan datang kemari di Gerbang Besar Timur.
Jawaban
yang mereka cari masih tak jelas. Namun, perasaan tak asing menembus
dada Linel ketika ia melihat Kirito yang berada di kursi yang didorong
Knight Alice yang muncul di sini. Linel tak bisa menentukan apa yang
Alice rasakan dan pikirkan.
Knight dalam pelatihan, Linel
Synthesis Twenty-eight dan Fizel Synthesis Twenty-nine, dilahirkan di
Katherdal Pusat. Meskipun mereka telah mendengar jika orang tua mereka
adalah ascetics di Gereja Axiom, mereka berdua tidak mengingat nama
maupun wajahnya.
Orang tua mereka telah diperintah oleh pemimpin
tertinggi, Administrator, untuk melahirkan dan mengirim bayi mereka ke
beberapa tempat pelatihan di dalam menara. Meskipin ada tiga puluh
tempat pelatihan dengan latar belakang yang sama, kini orang yang masih
hidup adalah Linel dan Fizel. Ke duapuluh delapan orang lainnya tidak
bisa bertahan dari eksperimen «Kebangkitan Menggunakan Art» yang
dilakukan pemimpin tertinggi lalu akhirnya tewas.
Fizel dan
Linel hidup karena seluruh penelitian akan «Cara Baik Untuk Tewas » yang
ditanamkan dalam daging serta nyawa sebagai sebuah beban. Mereka berdua
saling tusuk satu sama lain, tewas, dan dibangkitkan menggunakan sacred
arts. Ketika pemimpin tertinggi menyerah akan penelitiannya, keduanya
telah mendapat keahlian membunuh tanpa menyebabkan rasa sakit.
Kekuatan
mereka berdua digambarkan sebagai keefektifan tehnik untuk membunuh.
Jika musuh terbukti lebih kuat, mereka akan kabur. Kabur, dan berlatih
untuk melampauinya dan akan membunuh jika ada kesempatan. Dengan pikiran
semacam itu, mereka berdua tidak memiliki alasan untuk menerima luka
ketika melawan orang yang lebih kuat. Mereka selalu berpikir seperti
itu.
Para pemberontak, Kirito dan Eugeo tampaknya hanya setara
dengan knight peringkat bawah ketika mereka melihat kemampuan
bertarungnya. Akan tetapi, Kirito dan Eugeo melawan pemimpin tertinggi,
mengabaikan tangan dan nyawa, dan kemenangan.
Untuk apa?
Dan, apa yang mereka dapat?
Mereka
ingin bertanya pada Kirito ketika ada kesempatan bertemu dengannya,
tetapi Integrity Knight Alice secara terus menerus berada di sisinya dan
mereka berdua tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Meskipun
mereka tidak tahu apakah bisa melakukan komunikasi dengan kondisinya
saat ini, akan menjadi masalah jika ia tewas sebelum sempat bertanya.
Pasukan persediaan seharusnya masih aman selama pasukan kedua bisa
menahan, tetapi kekacauan di sayap kiri benar-benar membuat khawatir.
—Karena
itulah mereka berdua tidak bisa menjelaskan semuanya kepada Scheta, si
komandan disini, Linel dan Fizel menunggu jawabannya.
Si knight
«Pendiam» menatap lurus menuju sayap kiri dengan mata abu-abunya lalu
menunjuk arah belakang dengan tangan kirinya setelah berpikir
kurang-lebih dua detik.
“Eh… erm, jadi kami boleh pergi?”
Scheta mengangguk tanpa berkata-kata, dia buru-buru membuat salam knight kepada Fizel.
“Terima kasih banyak, kami akan segera kembali setelah memastikan keselamatannya!”
Berbalik, mereka mulai berlari di sisi pasukan.
—Terima kasih banyak, huh. Dia tak pernah berkata seperti itu sebelumnya, bahkan pada pemimpin tertinggi.
Mata Linel bertemu dengan rekannya lalu mereka bertukar senyum sebelum berlari lebih cepat. * * *
Integrity
Knight Renri Synthesis Twenty-seven meletakkan tangan ke kakinya sekali
lagi, mengambil nafas dalam didalam tenda setelah mendengar beberapa
teriakan di dekat sini.
Mungkinkah? Ia tak percaya jika pasukan
musuh telah berhasil menembus garis pertahanan di lembah sana begitu
cepat. Hanya sepuluh menit telah berlalu sejak peperangan dimulai.
Itu karena ia mendengar teriakan yang begitu jelas di kejauhan sana; Renri meyakinkan dirinya sendiri.
Akan tetapi, reaksi dari kedua gadis yang berada di tenda ini makin meyakinkan firasatnya.
“Tak mungkin… mereka sudah sampai sejauh sini?”
Siswi
pelatihan berambut merah yang bernama Tiezé Shtolienen menuju pintu
masuk tenda. Membuka tirai tenda, memastikan kondisi luar. Ucapannya
seperti berbisik, dengan nada gelisah.
“…Ada asap…!”
Siswi pelatihan yang dipanggil, juga memastikan.
“Eh… Tiezé, apakah ada sumber api!?
“Tidak, Cuma ada asap yang berwarna aneh … —Tidak, tunggu. Di dalam asap… ada banyak orang…”
Perkataan dari Tiezé yang mengintip keluar dari celah tirai terhenti, seolah terhisap.
Renri memfokuskan telinganya sekali lagi dalam ketenangan sambil duduk.
Teriakan-teriakan
telah menghilang beberapa waktu lalu. Tetapi, ia merasakan seseorang
mendekat dibalik keheningan ini. Perlahan-lahan ia mendengar suara
langkah kaki.
Tanpa peringatan, Tiezé mundur ke dalam tenda dengan langkah tak yakin. Tangan kanannya yang ngeri menuju pinggangnya.
Itu terjadi setelahnya, ketika Renri menyadari Tiezé akan menarik pedangnya.
Baff! Tirai di pintu masuk robek seolah ditarik tanpa peduli.
Diluar
sana terlihat sosok gelap penuh lumpur dan cahaya api obor menyinari
dirinya. Sesosok mirip manusia berdiri membisu membelakanginya. Meskipun
sosoknya kecil dan agak bungkuk, kedua tangannya benar-benar berotot
serta menggenggam sebuah golok kasar yang tampaknya hanya sebuah
potongan logam.
Bau busuk yang bercampur udara di pintu, masuk ke hidung Renri.
Tiezé menarik pedang dari sarungnya dan Ronie berbisik disamping kursi roda.
“—goblin!?”
Si penyusup tersebut merespon dengan suara parau sambil merobek-robek beberapa tempat.
“O-hoh… gadis ium putih… piala untukku…”
Tiezé perlahan mundur karena kulitnya merinding.
Meskipun
ia adalah integrity knight peringkat atas, ini pertama kalinya Renri
melihat seorang demi-human dari Tanah Kegelapan. Ia telah lama
dibekukan, bahkan sebelum ia diberikan seekor naga terbang dan terbang
menuju barisan pegunungan di ujung.
Ini benar-benar… berbeda.
Renri berpikir lupa-lupa ingat.
Ia
pikir jika ia telah cukup belajar mengenai empat ras demi-human yang
diberikan oleh knight senior dan menulis apa yang perlu dicatat dalam
Katherdal. Tetapi, goblin yang ia bayangkan memiliki penampilan seperti
peri nakal dari cerita para sister, jika melihat sosok yang berdiri
sekitar delapan mel jauhnya dari Renri benar-benar berbeda.
Si
goblin berjalan maju dengan susah dalam pandangan Renri sehingga ia
menggigil sampai ujung jarinya, tidak bisa bergerak. Armor kotor milik
si goblin bagaikan semacam sisik.
Tiezé mengarahkan pedang
panjang yang digenggam dengan kedua tangannya menuju ke arah goblin,
tetapi ujungnya bergoyang-goyang karena kakinya bergetar tak terkendali.
Apakah suara gemertak berasal dari gigi gadis ini?
“Ti… Tiezé…”
Suara
lemah keluar dari tenggorokan Ronye. Ia menyembunyikan kursi Kirito
ketika ia mundur ke belakang dan kini ia memegang gagang pedang dengan
tangan kanannya, tetapi kakinya juga bergetar.
Ia harus berdiri.
Ia harus berdiri, menghunuskann Twin Edged Wings dari pinggangnya dan bertarung melawan pasukan goblin.
Meskipun
dengan pikiran semacam itu, tubuh Renri menolak untuk bergerak,
tubuhnya seolah membatu. Musuhnya hanya sesosok prajurit demi-human.
Knight peringkat atas bisa melawan hingga ribuan, ia seharusnya memiliki
cukup kekuatan untuk memperoleh kemenangan bahkan jika melawan ribuan
goblin.
“Gufh… kau terlihat lezat…”
Si goblin menjilat bibirnya sehingga air liurnya menetes.
“Mu… mundur! Jika tidak…!”
Peringatan
yang dikeluarkan Tiezé secara menyedihkan tidak memiliki arti, malahan
meningkatkan nafsu makan si goblin. Dengan senyum kepuasan, si
demi-human kini mengambil langkah lagi, goloknya ia acungkan. Lalu—
Thump.
Suara bergema di tenda.
Kedua mata kuning si prajurit goblin terbuka lebar dalam kebingungan ketika ia menatap kebawah di sekitar dadanya.
Logam
tajam merusak armor miliknya. Logam tersebut basah karena darah; ini
adalah ujung sebuah pedang. Seseorang telah menusuk jantung si
demi-human dari belakang.
“…Benda apa ini …?”
Itulah kata-kata terakhir si prajurit goblin. Kekuatan meninggalkan tubuh berototnya dan ia terjatuh ke lantai tenda.
Yang
beridiri dibelakang sosok goblin adalah gadis yang lebih pendek dari
Ronie dan Tiezé. Apakah dia seorang swordswoman, mungkin juga seorang
ascetic perempuan. Rambut merah kecoklatan miliknya dikuncir dan ia
mengenakan pelindung dada berwarna perak diatas pakaian hitam ascetic.
Pedang yang digenggamnya di tangan kanan cukup pendek, cocok dengan
postur tubuhnya. Meskipun ia seorang anak-anak jika dilihat melalui
umurnya—setelah membunuh prajurit demi-human yang bertampang mengerikan,
wajah cantiknya tidak menunjukkan rasa takut.
Setelah memandang cukup lama, Renri akhirnya menyadari.
Gadis ini bukanlah seorang swordswoman maupun seorang ascetic.
Dia
seorang knight. Integrity knight dalam masa pelatihan yang bernama
Linel Synthesis Twenty-eight, jika ia tak lupa. Gadis ini adalah salah
satu dari «Si Kembar Mengerikan»: yang membunuh knight twenty-eight
sebelumnya dalam sebuah pertandingan dan merebut posisinya.
Ekspresi
Linel tidak menunjukkan reaksi ketika melihat tatapan bodoh Renri yang
meringkuk di lantai. Setelah memastikan keamanan kedua siswi dan Kirito
yang berada di kursi roda, ia berbalik.
Siswi knight lainnya
muncul dari pintu masuk tenda. Rambutnya juga dikuncir seperti Linel
lalu Fizel Synthesis Twenty-nine berbisik pada rekannya dengan suara
lemah.
“Nel, Aku telah mengurus goblin yang ada di sekitar, tetapi mereka masih tetap berdatangan. Lebih baik kita pindah.”
“Nn, oke, Zel.”
Setelah
mengangguk, Linel menggeser mayat goblin yang ada di lantai dengan
ujung kaki kanannya lalu menggulingkan ke samping. Sedikit darah yang
keluar mungkin karena kecepatan dan ketepatan serangan dari belakang.
Berbalik lagi, ia berkenalan pada dua siswi yang tampaknya tak bisa berbicara.
“Aku Linel dan ini Fizel. Kami berdua adalah knight dalam pelatihan.”
“Y-Ya,
kami pernah melihat kalian ketika berlatih. Kami siswi, Tiezé
Shtolienen dan Ronye Arabel. Terima… Terima kasih karena menyelamatkan
kami.”
Tiezé memperkenalkan namanya dengan suara masih ketakutan
begitu juga Ronye. Linel mengangkat bahu dengan gaya ketika
menanggapinya.
“Bukan karena bantuan kami kamu masih hidup atau
tidak. Tampaknya lebih dari seratus goblin telah menyelinap sayap kiri
dari pasukan pertama dan kedua yang berada dalam asap.”
Linel diam sesaat dan akhirnya menatap Renri.
Mata abu-abu dengan sedikit warna ungu miliknya menyipit.
“Apa
yang kamu lakukan sebagai knight peringkat atas disini, seharusnya kamu
memimpin pasukan kedua sayap kiri? Para penjaga bawahanmu kini
kebingungan dalam asap itu, kau tau?”
Memalingkan wajahnya menghindari tatapan Linel, Renri menjawab pelan.
“…Ini tidak ada urusannya dengan kalian berdua. Tolong bawa mereka berdua dan si penyakitan ke tempat aman.”
Renri merasa sedikit perubahan ekspresi Linel pada saat itu.
Sebuah
aura dingin membunuh yang tak cocok untuk anak-anak terasa sampai
pipinya. Pedang yang menusuk goblin seolah bersinar karena cahaya obor.
Apa ia berpikir untuk membunuhnya seperti yang dilakukan pada nomor twenty-eight sebelumnya?
Seperti
itulah seharusnya. Sebuah kesalahan jika menyalahkan Renri, hukuman
atas kegagalan dalam pertempuran bagi seorang knight adalah dibekukan
selamanya. Ia tak mungkin kembali ke pasukan kedua dan tak ada tempat
baginya untuk kembali ke katherdal. Meskipun Linel adalah siswi dalam
pelatihan, sebuah eksekusi oleh Linel yang menyandang gelar sebagai
seorang knight akan cocok bagi seorang pengecut.
Renri memalingkan wajahnya dan menunggu pedang hukuman.
Tetapi apa yang ia dengar adalah bisikan daripada langkah kaki.
“…Kau
ini benar-benar pengecut, tetapi kamu pasti memiliki kekuatan jika kamu
berada dalam knight peringkat atas. Berterima kasihlah pada swordsman
yang kamu sebut penyakitan.”
—Apa yang ia maksud; pikiran macam itu datang lalu ia mengangkat wajahnya ketika Linel sudah berbalik.
“Siswi pelatihan, ayo bawa Kirito juga.”
Menyela instruksi Linel.
“Nel, mereka kesini! Ada delapan… tidak, sepuluh!”
Sebelum suara Fizel selesai. Ada beberapa suara langkah kaki mendekat dari arah timur.
Berbalik, dengan cepat Linel memerintahkan Tiezé dan Ronye yang menggigil.
“Aku tarik perintah tadi, tunggu sesaat. Kami akan mengurus para gobliin.”
“Kami… kami mengerti, knight terhormat.”
Tiezé
mengangguk dan Linel meninggalkan tenda, kemudian menghilang bersama
Fizel. Teriakan goblin terdengar, “Mereka disini! Anak ium!” tepat
setelah mereka keluar. Linel dan Fizel pasti berencana untuk menarik
perhatian mereka sebelum melakukan serangan.
Bertahan melawan
sepuluh goblin tanpa rasa takut membutuhkan keberanian lebih dari siswi
pelatihan. Akan tetapi, mereka memiliki kekuatan yang layak.
Kekuatan.
Linel
mengatai Renri seorang pengecut tetapi berkata jika ia “pasti memiliki
kekuatan”. Dan ia harus berterima kasih pada si pemberontak, Kirito,
yang mana seharusnya menjadi musuh mereka.
Renri tidak memahami
arti dibalik kata-kata tersebut dan ia ragu jika ada sisa kekuatan dalam
dirinya. Setelah semua, ia tak bisa berdiri melawan pasukan musuh di
depan matanya.
Renri melihat bawah, tak bisa mengumpulkan kekuatan untuk meyamai ekspresi yang dimiliki Ronye dan Tiezé.
Akan
tetapi, pikiran itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Seseorang
merusak kain yang membatasi bagian dalam tenda dengan bagian luar dimana
Renri bersembunyi. Itu bisa menjadi alasan yang cukup baginya untuk
bangun dan menerjangnya, daripada meringkuk seperti saat ini.
Yang
berdiri di sisi lain kain tadi adalah sesosok prajurit goblin yang
lebih pendek dari sebelumnya. Meskipun hanya mengenakan pakaian kulit,
tampaknya pakaian tersebut dibuat dengan cukup terampil. Dikatai
pengecut karena sembunyi oleh Linel dan lainnya, Renri sebenarnya adalah
knight yang terampil dalam menjalankan tugas menyamar.
Renri
secara tak sadar mengambil pisau lempar yang berada di pinggangnya.
Tetapi ia tak bisa menggunakannya. Seperti yang terjadi ketika pertama
kali ia melihat goblin, rasa takut keluar dari dalam dirinya, membuat
ujung jarinya mati rasa.
Renri pasti tidak menyadarinya, tetapi
sumber dari rasa takut tersebut tidak muncul ketika ia melihat seorang
demi-human dari dekat untuk pertama kalinya.
Tetapi ia takut
untuk bertarung. Untuk lebih jelasnya, ia takut akan pertarungan
kematian yang akan terjadi jika ia melawan seorang goblin.
Ia takut terbunuh. Bahkan, ia lebih takut untuk membunuh.
Langkah
kaki terdengar di telinga Renri yang membeku. Mereka pasti dari pasukan
berbeda yang dipancing menjauh oleh Linel dan Fizel. Ada lebih dari
sepuluh bahkan duapuluh goblin yang menyelinap garis pertahanan.
Mungkin
karena melihat Renri yang berdiri membeku, pasukan tersebut menyeringai
dan menatap Tiezé serta Ronye. Kedua siswi tersebut menyembunyikan
Kirito yang ada di kursi roda dibalik mereka sendiri dan dengan tegap
mengangkat pedang mereka sekali lagi. Tetapi, cahaya keputusasaan
menyinari wajah keduanya. Banyak bayangan mendekat dari balik asap yang
mengepul dibelakang pasukan ini.
Pasukan ini menyiapkan senjata mereka yang berbentuk seperti sabit di tangan kanannya dan mengacungkannya pada Tiezé dan Ronye.
“Berhenti… berhenti disana! Kami akan memotong kalian jika mendekat kemari!”
Si gadis berambut merah berteriak. Tetapi suaranya agak serak dan sedikit gemetar.
“……”
Para
goblin memperpendek jarak tanpa bicara. Tak memiliki olok-olok seperti
prajurit sebelumnya menandakan bahwa ia berperingkat atas serta lebih
banyak berlatih dibanding prajurit lainnya. Meskipun begitu, Tiezé masih
mempertahankan posisinya dan tetap menggenggam pedangnya keatas dengan
ekspresi wajah siap untuk mati.
—Kau tak bisa melakukannya, larilah.
Ia
ingin berkata seperti itu. Tetapi mulut Renri tidak bisa bergerak.
Tubuhnya, tidak, jiwanya menolak untuk bertarung bahkan dalam kondisi
semacam ini.
Itu terjadi kemudian—
Suara lemah memecahkan pendengaran Renri.
Ia memalingkan pandangannya ke bagian kanan.
Pemuda
berambut hitam yang menatap bawah tanpa ekspresi, yang juga masih duduk
di kursi roda tanpa kekuatan di tenda sana. Suara tersebut datang dari
tangan kirinya. Darah terlihat dari tangannya yang memegang kedua
pedang, membangunkan sendinya, menampilkan kekuatan hebat di dalamnya.
Meskipun ia tak memiliki tangan kanan untuk menghunus kedua pedang tersebut.
“Kau……”
Renri berbisik tanpa suara.
Kau
ingin melindungi mereka berdua? Meskipun tak bisa berdiri, meskipun tak
bisa menghunuskan pedang, meskipun tak bisa berbicara?
Entah darimana, ia akhirnya menyadari.
Kekuatan
yang disebutkan oleh Linel dan Fizel sebelum mereka pergi. Kekuatan
tersebut bukan berasal dari tehnik berpedang, maupun divine instruments,
bahkan armament full control art.
Itu adalah kekuatan yang
dimiliki semua orang, baik integrity knight maupun rakyat biasa
memilikinya dari awal, namun semua orang bisa kehilangannya dengan
mudah.
Keberanian.
Tangan kanan Renri perlahan mulai
bergerak. Jarinya yang masih mati rasa menyentuh Twin Edged Wings yang
ada di pinggangnya. Tangannya kembali seperti semula. Divine instrument
miliknya tampak berbicara padanya.
Si goblin dengan tak peduli mengayunkan sabitnya menuju arah Tiezé.
Lalu—
Suara tajam dari udara yang terpotong bergetar dan muncul cahaya kebiruan yang menerangi bagian dalam tenda.
Cahaya
tersebut melompat keatas, melukiskan busur dari tangan Renri, menyentuh
atap tenda seolah terbelah. Lalu melewati tubuh goblin dan berhenti di
jari telunjuk dan tengah milik Renri.
“…Gh-hi…?”
Si
goblin mengerang seolah meragukan apa yang telah terjadi. Cahaya
kemerahan tergambar pada bagian tengah wajahnya tanpa suara.
Setelahnya, wajah bagian atas milik si goblin terbelah dan berjatuhan ke tanah dengan suara gedebuk.
Divine instrument, «Twin Edged Wings», dulunya adalah pisau lempar baja yang sangat tipis.
Pisau
tersebut memiliki panjang kira-kira empatpuluh cen, serta tidak
memiliki gagang untuk digenggam. Kedua sisi ujungnya sangat tajam dan
akhirnya pisau itu diletakkan diantara jari. Sisinya yang terbang dalam
kecepatan tinggi dapat dengan bebas mengubah lintasannya dan akan
kembali ke jari tangan pemiliknya.
Dengan kata lain, penggunaan
normalnya saja memerlukan level konsentrasi yang lebih daripada
menggunakan pedang biasa. Renri bisa saja kehilangan jarinya jika ia
kehilangan fokus dan gagal untuk menerima pisau yang kembali.
Mengontrol
senjata macam ini adalah bukti nyata kemampuan Renri. Tetapi, dirinya
sendiri benar-benar tidak menyadarinya. Jiwanya merana karena perasaan
rendah diri karena belum bisa mengaktifkan armament full control art.
Kali ini juga, Renri tidak siap untuk bertempur meskipun telah membunuh seorang goblin dengan satu serangan.
Renri
terus menerus mengambil nafas sambil fokus menggenggam baja dingin yang
berputar di ujung tangan kanannya. Ia membunuh, ia telah membunuh;
kata-kata tersebut berputar dalam pikirannya terus menerus.
“…Knight yang terhormat.”
Tiezé-lah yang memecah keheningan. Air mata perlahan turun dari mata berwarna musim gugur miliknya ketika ia berbicara.
“Terima kasih … terima kasih banyak. Anda menyelamatkan kami.”
Rasa
hangat melelehkan es ketakutan dalam dada Renri ketika mendengar
kata-kata tersebut. Tetapi, ia tidak memiliki waktu untuk merespon.
Banyak bayangan menghampiri mereka berempat dari balik asap yang
mengepul. Jumlahnya melebihi sepuluh.
—Tak mungkin. Aku tak bisa bertarung lebih lama. Melawan satu goblin saja terasa menakutkan.
Keberanian yang ia kumpulkan kini tercerai-berai dan menghilang.
Nafasnya mulai melemah. Kekuatan meninggalkan kakinya.
Matanya
bergerak-gerak, mencari jalan untuk melarikan diri, dan ia tertuju ke
kedua pedang panjang yang digenggam pemuda berambut hitam dengan satu
tangannya.
Salah satunya, pedang yang ddihiasi oleh mawar pada
gagangnya, mengeluarkan cahaya lemah di dalam kegelapan. Cahaya biru,
redup namun terasa hangat, berdetak seperti jantung. Rasa takut yang
membekukan seluruh tubuhnya kini mulai mencair.
Setelah mengambil nafas dalam dadanya, Renri berkata.
“…Kalian berdua tetaplah disini dan lindungi Kirito-san.”
“Y… ya!”
Tiezé
dan Ronye membalas dengan penuh semangat. Membalas dengan mengangguk
sedikit, Renri meninggalkan tenda menuju para pasukan musuh. Kedua
goblin yang memimpin pasukan musuh menyadari Renri lalu menunjukkan
taring mereka.
Sebuah cahaya muncul dari tangan kanannya dan cahaya putih meluncur di udara.
Pisau
lempar kembali ke jarinya tepat ketika dua kepala milik goblin
terjatuh. Namun, Renri mengganti pandangan tanpa memastikannya lalu
melempar pisau di pinggang kirinya menuju target baru. Dua goblin
lainnya kehilangan nyawa ketika kepala mereka terjatuh.
Pasukan baru mengelilingi Renri yang telah membunuh empat goblin dalam beberapa detik.
“Dia seorang knight…”
“Kepala Jendral!”
“Bunuhh! Bunuhh!!”
Dikelilingi
suara bengis, Renri berlari kedepan untuk membuat musuh menjauhi tenda
di belakang. Armor milik para goblin bergemericing ketika mengejarnya.
Barisan
tenda persediaan kini tak lagi tampak. Di sisi kirinya adalah tembok
yang naik secara vertikal dan asap pekat berada di depan sana dimana
para goblin tersebut muncul. Dan dibelakangnya adalah sepuluh goblin
yang mengejarnya.
Menyadari telah terjebak, ia menghentiakan
langkah kakinya dan merentangkan kedua tangannya untuk menggenggam dua
pisau lempar menuju kiri dan kanan sebelum berteriak.
“—Namaku
Renri! Integrity knight, Renri Synthesis Twenty-seven!! Jika kalian
ingin kepalaku, datanglah kesini jika kalian siap kehilangan nyawa!”
Para goblin merespon dengan raungan kebencian pada ucapan yang berisi seluruh keberanian Renri.
Golok
mereka diayunkan keatas dan Renri melepas kedua pisau lemparnya secara
bersamaan, mengincar prajurit yang berlari dari kedua sisi.
Pisau
di tangan kanannya melaju ke kanan. Pisau di tangan kirinya melaju ke
kiri. Kedua sisi pisau meluncur menuju goblin barisan paling depan.
Kepala
meninggalkan tubuh para goblin satu per satu lalu terjatuh ke tanah.
Tubuh mereka terjatuh ke depan, lalu darah mengalir dari bagian yang
terpotong.
Renri menangkap kedua pisau yang kembali tidak
menggunakan jarinya kali ini, tetapi langsung mengaitkan kedua pisau
dengan di jari telunjuknya. Memutarnya dengan kecepatan tinggi untuk
mempertahankan lajunya, ia langsung melempar keduanya tanpa menunggu
jeda.
Kejadian yang sama terulang lagi. Membandingkan serangan
normalnya dengan «Conflagrant Flame Bow» milik Deusolbert serta «Heaven
Piercing Sword» milik Fanatio dalam hal kekuatan mungkin akan
menghasilkan dampak yang sama. Sisi «Twin Edged Wings» lebih tipis dari
selembar kertas dan ketika diputar dalam kecepatan tinggi, pisau
tersebut akan memotong daging yang dilindungi armor, seolah armor
tersebut tidak berarti.
Dua pisau yang dilempar secara terus
menerus melemahkan mental goblin yang bahkan tak mengenal rasa takut,
mereka membicarakan kematian rekan-rekannya.
Aku bisa
melakukannya— jika aku bisa menahan sedikit lebih lama, bantuan akan
datang dari garis depan dimana asap tersebut muncul.
Renri menahan teror dari pasukan goblin yang terus ia bunuh.
Akan
tetapi, apa yang sampai ke telinganya adalah suara seperti ranting yang
jatuh karena kapak ketimbang suara potongan seperti sebelumnya.
Kakiiin! Sebuah lengkingan suara benturan.
Kedua
pisau entah mengapa kembali meskipun lintasan mereka terganggu dan
Renri menggapai dengan kedua tangannya untuk mengambil pisau miliknya.
Menghilangkan kesabaran yang dibutuhkan untuk mengaitkan dengan jarinya,
ia membuat pisau tersebut berhenti.
Dua matanya melebar ketika menangkap sosok goblin yang muncul tanpa semangat dari balik asap.
Besar.
Tingginya
tidak berbeda jauh dari Renri yang mana tubuh fisiknya kini berusia
lima belas tahun. Tetapi, otot-otot menonjol yang menutupi seluruh tubuh
serta aura membunuh yang keluar dari kedua mata kuningnya benar-benar
berbeda dari goblin lain. Ia mengenakan armor kulit penuh paku, mungkin
demi mobilitas karena tampaknya armor tersebut ringan, dan juga golok
besar ia genggam dengan tangan kanannya.
“…Kau jendral mereka?”
Renri bertanya dengan suara pelan.
“Ya. Pemimpin goblin gunung, Kosogi.”
Si goblin membalas dengan santai dan perlahan ia menatapnya.
“Ah-ah,
sungguh mengagumkan bagaimana kau membunuh mereka. Aku tak menyangka
jika ada seorang integrity knight yang ada di barisan belakang.”
Tidak
hanya fisiknya yang berbeda, tata caranya berbicara juga benar-benar
berbeda dari goblin lainnya. Meskipun memiliki rasa haus darah yang
mengerikan, kepandaiannya seolah menutupi sifat tersebut.
—Itu tidak penting. Dia hanya beruntung, ia tak akan bisa menangkis Twin Edged Wings sekali lagi, itu tak akan terjadi.
Renri menyilangkan lengannya sebelum berteriak.
“Penyerangan kalian berakhir disini!!”
Renri melempar kedua pisau secepat yang ia bisa dengan seluruh kekuatan.
Pisau sebelah kanan menukik kebawah dan pisau bagian kiri naik keatas, keduanya mengincar bagian leher Kosogi. Tetapi.
Sekali lagi, apa yang terdengar adalah suara nyaring benturan logam.
Jendral
musuh, Kosogi, mengarahkan golok miliknya ke arah serangan di kiri dan
kanan dengan cepat hingga sulit untuk ditangkap mata.
Ia dengan tangan kosong menangkap pisau yang telah berbelok arah.
—Mengapa!? Twin Edged Wings seharusnya bisa memotong senjata milik goblin …!
Terkejut, pandangan Renri kini tertuju pada golok milik Kosogi.
Meskipun
itu kasar seperti milik goblin sebelumnya, warna mata goloknya berbeda.
Itu bukanlah hasil tempa primitif. Golok itu memiliki bilah tajam
dengan prioritas tinggi, ditempa melebihi baja.
Mungkin melihat tatapan heran milik Renri, Kosogi membawa golok miliknya ke depan wajah sebelum ia menyeringai.
“Ini?
Hanyalah sebuah prototipe, tetapi cukup kuat, kan? Ada sedikit
pertumpahan darah ketika mencuri material dan cara menempanya dari Dark
Knight Order. Tetapi kau sudah melihatya kan … itu bukanlah satu-satunya
alasan mengapa seranganmu berhasil diblokir, bocah knight.”
“……Lalu bagaimana dengan ini?!”
Renri
mengayunkan kedua tangannya keatas. Pisau lempar yang membumbung tinggi
dalam gelapnya langit malam kini menghilang dari pandangan musuh lalu
membuat lintasan untuk membunuh dari belakang. Memblokir serangan ini
mungkin—
“……!!”
Keyakinan milik Renri kini hancur.
Pemimpin goblin yang bernama Kosogi mengayunkan golok miliknya
kebelakang dan menghalau pisau yang melaju dalam kecepatan hebat tanpa
menoleh.
Renri gagal untuk menangkap pisau yang kembali dengan
sempurna, sedikit tergoyang dan ia mendapat luka potongan di jari tengah
tangan kirinya. Akan tetapi, situasi ini tidak memberikan waktu baginya
untuk merasakan rasa sakit.
“Pisau milikmu ringan, nak. Dan juga berisik.”
Perkataan Kosogi telah berhasil mengungkap setiap kelemahan yang dimiliki Twin Edged Wings.
Berat
masing-masing pisau lempar benar-benar ringan untuk sebuah senjata
sekelas divine instrument. Sungguh senjata yang parktis jika difokuskan
untuk ketajaman dan energi putaran, tetapi sebagai hasilnya, senjata
milik Renri tak bisa memotong kekuatan musuh yang bertahan menggunakan
prioritas yang melampaui kecepatan Twin Edged Wings.
Untuk
tambahan, pisau yang berputar dalam kecepatan tinggi menimbulkan suara
tersendiri karena memotong udara. Ada kemungkinan bagi seseorang yang
telah berlatih lama untuk memprediksi arah lintasan dengan hanya
mendengar bunyi tersebut.
Renri merasa takut akan kepandaian
Kosogi yang mampu melihat serangannya setelah menerima beberapa kali
saja. Berpikir jika seorang goblin, makhluk kasar yang lebih rendah
bisa—
“Bagaimana mungkin seorang goblin…”
“Wajahmu berbicara, nak.”
Menunjukkan seringai depresi, Kosogi berbisik.
“Tetapi
kali ini, aku akan berkata seperti ini. Kau seharusnya seorang knight
yang terhormat, kan? Beberapa integrity knight bisa melawan ribuan
musuh… itulah yang pernah aku dengar, tetapi tampaknya kau berbeda?
Itulah mengapa kau bersembunyi disini kan?”
“…Yah, itu benar.”
Ini
kesalahannya ketika menganggap remeh musuhmu walaupun hanya beberapa
goblin. Memahami itu, Renri membuang kepura-puraannya dan mengangguk.
“Aku adalah sebuah kegagalan bagi seorang knight. Tetapi,… aku-lah yang salah disini karena membiarkan semua ini terjadi.”
Ia membawa pisau perak yang digenggam diantara jarinya menuju depan wajahnya.
Kelemahan
Twin Edged Wings. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah sacret art
milik integrity knight, yaitu armament full control art.
Divine
instrument ini dulunya dikatakan adalah sepasang burung surga yang telah
kehilangan sayap bagian kanan dan bagian kiri. Tak bisa terbang
menggunakan satu sayap, mereka bergabung dan terbang tinggi dibandingkan
burung lainnya lalu mereka terbang hingga mendekati keabadian.
Legenda tersebut melahirkan luka sengatan kecil dalam hati Renri tanpa ia sadari.
Seseorang yang berharga dalam ingatan tersebut telah terambil melalui Synthesis Ritual.
Teman
masa kecil yang ia lawan ketika final Turnamen Persatuan Empat Kerajaan
dan juga teman yang ia renggut nyawanya dalam insiden ketika
pertandingan.
Dia dan Renri bagaikan sepasang burung. Mereka
telah mengalahkan satu sama lain sejak dulu dan setelah berpindah menuju
central capital dari desa, mereka berdua berhasil menerobos semua tes
sambil bergantung satu sama lain dan akhirnya mencapai panggung utama.
Tetapi sayap mereka patah.
Bahkan
dengan ingatannya tersegel dan ia telah diubah menjadi seorang
integrity knight, rasa kehilangan membuat lubang besar dihatinya yang
tak bisa terisi. Setelah kehilangan keberanian untuk mengangkat pedang
agar bisa bertarung dan menikmati rasa senang dengan orang lain, Renri
tak mungkin untuk membangunkan dua burung surga yang telah menyatukan
sayapnya.
Tetapi.
Pemuda berambut hitam yang ia temui di
peperangan ini telah menderita lebih dari siapapun dan juga dua pedang
yang ia genggam dengan satu tangannya.
Cahaya kehangatan yang keluar seolah berbicara pada Renri.
Suatu hal ada di dunia ini karena akhir nyawa seseorang.
Itu adalah kenangan. Recollections.
Hubungan diantara hati mengijinkan satu nyawa untuk diteruskan ke nyawa lainnya. Tanpa akhir, selama dunia masih berlanjut.
Renri memalingkan pandangannya dari jendral goblin, menggapai ekspresi yakin atas kemenangan, ia perlahan menutup alisnya.
Si
knight muda tampak seolah ia telah memberikan segalanya pada pisau yang
ada di depannya, lalu mengeluarkan semangatnya sebagai seorang
swordsman. Kedua alis matanya terbuka. Kedua tangannya menggenggam pada
kedua pisau logam, seolah melepaskan senjata dari dalam hatinya.
“——Terbanglah, Twin Wings!!”
Kedua
tangannya ia ayunkan ke samping bersamaan teriakan tersebut. Kedua
serangan dengan kecepatan cahaya membuat lintasan untuk membunuh Kosogi
dari samping kanan dan kiri.
“Kau bisa terus mencobanya… tetapi itu tak berguna!!”
Si pemimpin goblin mengangkat goloknya dan berusaha menangkis pisau lempar dengan sepenuh kekuatan.
Suara
tabrakan logam menimbulkan percikan kemerahan. Kedua pisau terpantul
dengan mudah, tetapi pisau tersebut terbang ke udara tanpa jatuh ke
tanah. Persis seperti kedua burung, mereka melukis lintasan bintang
ketika saling bertemu, perlahan makin mendekat.
Lalu, kedua pisau saling bersatu.
“Release… recollection!!”
Ketimbang armament full control art, Renri meneriakkan kalimat akhir art yang melampauinya, yaitu «recollection release art».
Cahaya putih menyilaukan menerangi lembah.
Kedua pisau logam menyatu di puncak lalu menjadi satu.
Berputar
perlahan, pisau tersebut kini telah menjadi cahaya gemerlap biru
bagaikan bintang di kejauhan langit malam. Divine instrument, Twin Edged
Wings, telah terlepas.
Renri perlahan mengangkat tangan kanannya menuju dirinya yang lain yang masih menyinarkan cahaya di atas langit.
—Cantik.
—Seperti ketika aku bersama… dengan—
Ia menggenggam erat tangan kanannya yang telah ia angkat tinggi-tinggi.
Pisau
yang saling bersilangan mulai berputar dengan kekuatan mengerikan.
Suara ketika pisau tersebut memotong udara perlahan mulai menghilang
karena suaranya kini melampaui pendengaran siapapun.
Renri mengayunkan tangan kanannya ke bawah.
Twin Edged Wings meluncur melewati angkasa tanpa bersuara bagai disc cahaya menuju ke arah goblin.
“Itu… tak berguna!!”
Berteriak, Kosogi menebaskan golok menuju serangan Twin Edged Wings dari atas langit untuk menjatuhkannya.
Akan
tetapi, itu terjadi sesaat sebelum baja tebal bertemu dengan pisau
ultra tipis. Divine instrument dengan cepat mengubah arah lintasannya
dan mengambang secara vertikal sesaat sebelum berputar menuju arah bawah
sekali lagi ketika golok tersebut memukul udara kosong.
Khh.
Suara kering namun tak terdengar.
Serangan putih kebiruan memotong bagian tubuh Kosogi yang mana telah ia latih, dengan cepat.
“Gaaahh!!”
Kosogi
melaju ke arah Renri dengan ganas. Tetapi separuh tubuhnya jatuh ke
kiri. Ia berlari satu atau dua langkah sebelum tuubuhnya terpotong
seluruhnya, lalu ambruk ke kanan dan kiri.
Di ujung kematiannya, Kosogi memikirkan penyebab kekalahannya meskipun ia telah memiliki kecerdasan yang cukup.
Menurut
pendapatnya, tampaknya si knight berbadan lemah ini menyembunyikan
penyesalan dan keinginan yang lebih kuat dibanding dirinya. Tetapi
bagaimanapun ia menatap dengan pandangannya yang telah terbelah, ia tak
bisa melihat adanya rasa haus darah pada wajah kekanakan khight
tersebut.
—lalu, mengapa aku bisa kalah?
Hasrat ingin tahu menyelimuti dirinya, itu terjadi ketika kegelapan pekat memenuhi pandangannya.
Setelah
menerima Twin Edged Wings yang kembali dengan kedua tangannya, kedua
pisau tersebut terpisah tanpa membuat suara dan kembali ke bentuk
semula.
Renri menatap dengan diam pada kedua pisau yang bahkan tidak meninggalkan setetes darah.
Ingatannya yang tersegel tidak kembali. Di tempat pertama, Renri tidak sadar jika ingatannya telah disegel.
Namun,
Renri menguatkan sisa-sisa kenangan tersebut, agar tetap terpisah,
dimana orang lain yang mengisi hatinya telah bersatu. Ia berpikir
seperti itu untuk saat ini.
Setelah menutup matanya sesaat, ia
menolehkan kepalanya keatas untuk menyadari. Seharusnya masih ada banyak
goblin menunggu dibalik jendral musuh, Kosogi. Tetapi tampaknya agak
sepi.
Memfokuskan pandangannya menuju asap yang mulai
menghilang, Renri menyadari tak terhitung banyaknya mayat saling
bertumpukan. Mereka adalah pasukan musuh yang seharusnya masih hidup
beberapa saat lalu. Keterkejutan mengambil pikirannya, siapa yang talah
melakukannya.
“…Kamu terlihat seperti seorang knight sekarang ini, benar kan?”
Mendengar
suara itu, ia dengan malu membalik tubuhnya. Orang yang memujinya dari
sisi kanan adalah knight dalam masa pelatihan, Fizel Synthesis
Twenty-eight. Linel Synthesis Twenty-nine juga ada di sampingnya. Yang
mengurus mayat-mayat tadi pastilah mereka berdua.
Ia masih tegap berdiri, tak tahu untuk menjawab. Linel dengan rambut ikatnya, berdeham sebelum memberikan hormat ala knight.
“Knight Peringkat Atas yang terhormat, kami menunggu perintahmu.”
Ucapannya
pasti berisi semacam sindiran, tetapi masih lebih baik ketimbang
cemoohan sebelumnya. Renri menelan ludah sebelum menanyai keduanya.
“…Apakah Tiezé dan lainnya aman?”
“Yep. Mereka telah bergabunng dengan pasukan persediaan.”
Ketika Fizel mengangguk, Renri mengeluarkan helaan lega dan mengangguk.
“Bagaimana dengan pasukan musuh yang berhasil menerobos?”
“Sudah kami urus semuanya.”
Linel menjawab kali ini.
“Lalu… Aku akan kembali ke pasukanku, jadi lebih baik kalian berdua juga kembali ke pos kalian masing-masing.”
“Okkeee.” “Mengerti.”
Setelah
melihat siswi knight yang berbalik arah tanpa menunjukkan rasa lelah
akibat pertarungan, ia mengarahkan matanya menuju barisan tenda
dibelakang sekali lagi.
……Terima kasih.
Mengungkapkan
rasa syukur dari dalam hatinya pada dua siswi pelatihan dan swordsman
muda itu. Renri Synthesis Twenty-seven, si integrity knight peringkat
atas mulai berlari menuju timur untuk bergabung dengan sayap kiri dari
pasukan kedua
Bagian 3
Di bagian belakang pasukan kedua Tanah
Kegelapan, kurang lebih lima ratus mel dari lembah dimana pertarungan
masih terus berlangsung.
Seorang wanita tinggi sedang berdiri
sambil membuka pakaiannya di lantai kedua kereta perang, cukup mewah
dibandingkan dengan kereta yang ditarik naga tanah milik Kaisar Vektor.
Dia adalah salah satu dari Sepuluh Pemimpin Bangsawan, ketua dari Guild
Pengguna Dark Art, Dee Ai El.
Pengguna art pembawa informasi yang berpakaian serba hitam menatap masternya sambil melapor dengan suara rendah.
“Sigrosig-dono, Shibori-dono, dan Kosogi-dono telah gugur dalam pertempuran.”
Bibir Dee melengkung seketika lalu mulai marah-marah.
“Ugh, tek berguna… Aku seharusnya bisa melakukan lebih ketimbang para demi-human yang pergi.”
Ia
menatap kalung yang menjuntai di buah dadanya yang besar. Dengan
duabelas batu berharga yang membentuk lingkaran. Kalung tersebut adalah
harta divine instrument yang katanya bisa memberi tahu waktu dengan
warnanya yang naik turun. Batu jam enam telah bersinar orange, dan batu
jam tujuh masih tidak menunjukkan warnanya. Dengan kata lain, hanya dua
puluh menitan telah berlalu sejak pertarungan pertama dimulai petang
ini.
“Apakah posisi para integrity knight sudah diketahui?”
Dee
bertanya, tidak mau menyembunyikan kejengkelannya, kemudian pengguna
art pembawa informasi merapalkan art pendek dan mendengarkan pengguna
art lain yang bersembunyi di peperangan sebelum akhirnya membalas.
“Kami
telah mengetahui ada tiga integrity knight di garis depan. Kami juga
menemukan dua orang di belakang, tetapi mengetahui posisinya masih
memerlukan waktu.”
“Masih lima? Atau mungkin jumlah mereka memang sedikit…? Tetapi, kita harus memenggal mereka berlima…”
Dee
berkomentar sambil menunjukkan ekspresi kejam, jauh dari kebiasaan
genitnya yang ia tunjukkan didepan kaisar, lalu ia memberikan perintah
seketika.
“Baiklah. Lepaskan para minion. Perintahnya…”
Berkedip, ia menilai dengan melihat jauh dibalik Gerbang Besar Timur yang telah runtuh sebelum melanjutkan.
“…«terbang tujuh ratus mel», «turun ke tanah», dan «lakukan pemusnahan».”
“Bukankah para pasukan demi-human di garis depan sana akan terkena serangan juga dengan jarak tersebut?”
“Bukan urusanku.”
Ia memutuskan dengan sikap lesu.
Si perempuan pengguna art pembawa informasi juga tidak menunjukkan ekspresi, lalu mengangguk “paham” sebelum bertanya lagi.
“Berapa banyak yang harus kita lepas? Kita hanya memiliki delapan ratus minion saat ini.”
“Hmm, bagaimana kalau…”
Dee butuh beberapa saat sambil berpikir.
Ia
merasa jika minion memerlukan banyak sumberdaya dan juga waktu untuk
membuatnya, mereka lebih penting dibandingkan para goblin dalam hal
kekuatan tempur. Meskipun ia ingin mencoba membuat minion kapanpun juga,
sang kaisar pasti tak suka jika usulan Dee untuk [memusnahkan pasukan
utama musuh menggunakan art terkonsentrasi dari belakang] telah ditolak.
“…Semua, lepaskan depalan ratus minion.”
Senyuman keji keluar dari bibirnya ketika memberikan perintah tadi.
Dee
menyembunyikan sebuah ambisi. Untuk memperoleh kemenangan dalam
peperangan ini dan memperoleh sosok «putri cahaya», kemudian mengambil
posisi kaisar dari Kaisar Vektor yang telah kembali ke dunianya dengan
kekuasaan mutlak di seluruh Underworld.
Setelah memperoleh
tahta, ia bisa menciptakan puluhan ribu minion yang ia inginkan.
Penghalang terbesarnya, Jendral Kegelapan Shasta telah tewas dan hanya
dengan kekuatan yang tersisa, pemimpin guild dagang hanya tertarik
dengan uang. Lalu guild Petarung Tangan Kosong yang hanya tertarik
bertempur. Dee menyadari jika ambisinya semakin dekat.
Ia akan
sukses menaklukkan seluruh dunia, sebuah usaha yang tak bisa dicapai
bahkan oleh seorang separuh dewa separuh manusia, Pemimpin Tertinggi
Administrator, lalu Dee akan memperoleh art untuk hidup abadi yang
katanya berada dalam Gereja Axiom.
Abadi dan awet muda. Cantik selamanya.
Rasa ngeri membanjiri punggung Dee. Lidah merah Dee menjilat bibir birunya.
Kemudian
ketika perintah keluar dari perempuan pengguna art pembawa informasi
pada Guild Pengguna Dark Arts di garis depan, lalu para golem hitam yang
merupakan simbol kegelapan itu sendiri membentangkan sayapnya, terbang
satu per satu.
Ketika cahaya obor menyinari kulit Dee, para minion yang berjumlah delapan ratus mulai terbang menuju lembah.
* * *
—Mereka datang.
Seringai lebar terukir pada bibir Komandan Knight Bercouli yang dari tadi dinantikannya sejak pertarungan dimulai.
Ia
merasakan banyak pasukan terbang yang mengganggu jarak armament full
control art yang telah ia pertahankan di langit dihadapan Gerbang Besar.
Mereka bukanlah naga terbang yang ditunggangi dark knight.
Mereka sepertinya adalah para minion, sedingin lumpur dan tanpa nyawa.
Tetapi,
masih terlalu dini menyerang mereka. Ia akan menarik para minion yang
dilepaskan musuh hingga mereka semua tertelan oleh «tebasan ruang»
miliknya.
Bercouli telah merasakan pertempuran hebat yang
dilalui oleh Fanatio serta Deusolbert, begitu juga bagaimana Renri
terbangun meskipun ia telah lari sesaat.
Dengan tiga jendral
pasukan musuh telah berhasil dikalahkan, kami tak perlu khawatir akan
kehilangan pertahanan di garis depan. Selanjutnya, bahkan jika ketujuh
knight peringkat atas berjaga di langit untuk menahan art jarak jauh
milik musuh yang menghabiskan sacred energy, maka pasukan kedua dari
Pasukan Pertahanan yang tak terluka akan bisa menghalau pasukan utama
musuh, Dark Knight Order dan Guild Petarung Tangan Kosong.
Bercouli telah memprediksi perannya setelah itu.
Bukan untuk bertarung satu lawan satu dengan rival berpedang beberapa tahun lalu, Jendral Kegelapan Shasta.
Bercouli
telah merasakan ketidakhadiran Shasta dari pasukan utama musuh. Jiwa
kuat yang ia rasakan telah lenyap di timur sana beberapa hari lalu—itu
pasti saat-saat terakhri Shasta.
Sebagai integrity knight paling
senior, yang mana telah hidup hingga ratusan tahun. Bercouli sudah lama
tidak berduka pada mereka yang masih terikat dengan Life. Meskipun
begitu, kematian Shasta, seseorang yang ia harap bisa mendamaikan Tanah
Kegelapan dengan Kerajaan Manusia tanpa perlu terjadi pertumpahan darah,
hal itu membuat Bercouli sedikit bersedih.
Dengan hal yang
telah terjadi, ia memutuskan untuk mengalahkan seseorang yang telah
mengakhiri hidup Shasta, seseorang yang memiliki kekosongan
menakutkan—musuh yang tak diketahui ini sepertinya yang memimpin pasukan
Tanah Kegelapan—Bercouli akan membalaskan kematian Shasta.
Mungkin nyawanya sendiri akan berakhir jika melawannya, pikir Bercouli.
Meskipun ia tidak lagi merasakan keterikatan dengan life.
Ia juga akan mati jika saatnya tiba.
Bercouli
memikirkan incarnation yang dilepaskan oleh knight peringkat bawah
dalam pengawasan Fanatio di ujung kematiannya sungguh mengagumkan, dan
juga sedikit merasakan iri padanya.
Tetapi, bukan saatnya memikirkan seperti itu kali ini.
Area tebasan akhirnya melahap setiap musuh yang terbang di langit malam.
Kedua
mata Bercouli kini terbuka lalu ia mengayunkan pedang kesayangannya,
«Time Piercing Sword» yang dari tadi tertancap ke tanah.
“——Potonglah!!”
Ia menebas udara kosong dengan pedangnya.
Seketika itu, tak terhiitung banyaknya tebasan bergabung menjadi satu hingga membentuk ruang tiga dimensi di atas langit.
Mengikutinya,
banyak terikan kematian terdengar, serpihan-serpihan minion berjatuhan
di atas kepala pasukan demi-human bagaikan air terjun. Racun lemah dalam
darah minion seolah menambah kebingungan pasukan musuh yang telah
kehilangan jendral mereka. * * *
Pertanda tak mengenakkan
tertangkap oleh Dee tepat ketika ia mendengar dering mengejutkan dari
suara pengguna art pembawa informasi yang dari tadi tidak menunjukkan
ekspresi. Beberapa detik kemudian.
“Sungguh disayangkan, Yang Mulia … tampaknya ke delapan ratus minion telah dimusnahkan sebelum sempat mendarat.”
“Appaaaa……”
Ia kehilangan kata-kata.
Suara hancur mengikutinya ketika gelas kristal mahal jatuh ke lantai.
“Bagaimana mungkin?! Aku tak pernah mendengar ada art sekuat itu dalam pasukan musuh!”
Masalahnya,
hampir tak mungkin untuk menghancurkan ke delapan ratus minion hanya
menggunakan art. Karena mereka diproduksi masal menggunakan tanah liat,
maka minion bisa bertahan melawan thermal art dan cryogenic art. Sebuah
tebasan pedang tajam mungkin efektif, tetapi pasukan pedang tak akan
bisa menjangkau minion yang berada di udara.
“…Musuh masih belum melepas naga terbangnya?”
Dee bertanya, setelah mengatur emosinya. Pengguna art mengkonfirmasi dengan anggukan.
“Ya. Kami belum mengkonfirmasi adanya naga terbang hingga saat ini.”
“Kalau begitu… mungkinkah? Kartu as milik para integrity knight… «armament full control art». Tetapi… jika mampu seperti itu…”
Tak berkata lagi, ia menyeringai sambil menunjukkan gigi taringnya.
Seperti
Jendral Kegelapan Shasta, Dee juga telah berusaha memperoleh informasi
tentang secret arts rahasia milik integrity knight. Akan tetapi, hampir
tak mungkin untuk menyaksikan art tersebut. Dee tak bisa menjelaskan
hubungan antara divine instrument serta kekuatan knight itu sendiri.
“Menggunakan senjata seperti itu seharusnya memakan banyak Life. Menggunakannya lagi seharusnya tak akan bisa …”
Itu terjadi ketika pikiran Dee berputar cepat.
Setelah
mendengarkan laporan dari garis depan, pengguna art pembawa informasi
mengangkat kepalanya dan menginformasikan info yang telah ia dapat.
“Yang Mulia, pelacakan dua integrity knight di bagian belakang telah selesai. Totalnya kita telah mendapat lima knight.”
“…Bagus.”
Mengangguk, ia berpikir sekali lagi.
Elemen
yang paling tidak meyakinkan adalah untuk mengirimkan pasukan kedua,
Dark Knight Order dan Guild Petarung Tangan Kosong untuk melemahkan
armament full control art milik musuh. Pilihan lainnya adalah
menggunakan kartu andalan kita, yaitu Guild Pengguna Dark Art sekarang
juga dan mengakhiri peperangan ini dalam satu kali serangan.
Berhati-hati
adalah sifat alami yang dimiliki Dee, berhati-hati merencanakan sesuatu
dan mengalahkan segala penghalang sebelum merealisasikannya.
Akan tetapi, kehilangan ke delapan ratus minion berharga dalam satu serangan membuatnya tak sadar merasakan kegelisahan.
Mengisi gelas kristal dengan anggur ungu kehitaman, Dee berbicara sendiri.
—Tenanglah. Ini adalah langkah pertama menggapai kemenangan.
Mengangkat gelas yang telah terisi, Dee memberikan perintahnya dengan suara keras.
“Keluarkan
seluruh pasukan ogre pemanah dan Guild Pengguna Dark Art! Masuki lembah
dan mulai persiapan art «Panah Incarnation Area Luas»!!” * * *
Kurururu…
Suara
yang dikeluarkan dari tenggorokannya terdengar nyaring namun sedih. Si
naga terbang, «Amayori», mencoba menyemangati tuannya.
Integrity Knight Alice memaksa membuat senyuman di bibirnya lalu berbisik.
“Aku baik-baik saja, tak perlu khawatir.”
Tetapi,
nyatanya ia tak merasa begitu. Pandanganya secara aneh perlahan menjadi
buram, nafasnya menjadi berat, lenganya menjadi sedingin es. Tak akan
aneh jika mungkin ia akan pingsan.
Art yang sangat besar ini
kemungkinan bisa meledak kapan saja, ia telah merapalkan art ini ketika
peperangan dimulai, dan berpikir jika art yang ia ciptakan tak
semelelahkan ini.
Apa yang menjadi sacred energy dari art ini adalah: Kematian Yang Tak Terhitung.
Knight.
Penjaga. Ascetic. Rasa takut, kesedihan, dan keputusasaan dari mereka
semua sesaat sebelum mereka menghilang, seolah menyiksa Alice tanpa
henti.
Pernah sekali, Alice tidak menghargai hidup dan kematian dari rakyat Kerajaan Manusia ketika diserang oleh Tanah Kegelapan.
Ia
telah tinggal di desa Rulid selama setengah tahun, lalu memahami betapa
berharganya para penduduk yang tinggal disana, dan Alice mengenal
mereka sebagai sesuatu yang berharga dilindungi, tetapi ia tidak
berpikiran sama pada penduduk Kerajaan Kegelapan. Nyatanya, Alice telah
membasmi kelompok goblin dan orc yang menyerang Ruild sekitar sepuluh
hari yang lalu tanpa sedikit penyesalan.
Para penyerang tersebut tak memiliki hati, seorang musuh yang pantas dihancurkan.
Ia menganggap itu tanpa penyesalan hingga ia diberikan tugas oleh Bercouli.
Namun.
Bagaimana mungkin—?
Sacred
energy yang terlahir dari Life prajurit kedua belah pihak yang telah
gugur dalam peperangan di bawah sana benar-benar terasa sama ketika
masih menjadi manusia maupun demi-human. Sacred energy ini terasa
hangat, murni, dan juga menjijikkan.
Mempertimbangkan
alasan-alasan tersebut membuat Alice gemetar. Bagaimana jika, bagaimana
jika penduduk Kerajaan Manusia dan monster dari Tanah Kegelapan
sebenarnya memiliki jiwa yang sama, yang membedakan mereka adalah tempat
kelahiran mereka yang hanya dipisahkan oleh puncak barisan pegunungan?
Mengapa, mereka memerangi kita?
“……Kirito. Jika kamu disini…”
Kamu mungkin menemukan cara lain; ia menahan kata-kata tersebut tanpa mengucapkannya. Ia harus fokus pada art ini.
Di
pertemuan sebelum peperangan dimulai, Alice mengungkapkan keraguannya
pada Wakil Komandan Knight Fanatio. Siapakah yang bisa menggunakan art
besar yang menghabiskan sacred energy.
Fanatio menatap lurus menuju Alice lalu menjawab.
—Orang itu adalah kau, Alice Synthesis Thirty.
—Kau
mungkin belum menyadarinya, tetapi kekuatanmu saat ini telah melampaui
integrity knight. Kamu seharusnya bisa melakukannya. Kekuatan sebenarnya
dari para Dewi yang bisa membelah langit dan menghancurkan bumi.
Alice
berpikir terlalu banyak. Pada saat yang sama, ia merasa jika ia harus
menyelesaikan tugas ini bahkan jika harus mengorbankan dirinya. Itulah
tanggung jawabnya sebagai seseorang yang berani mengacungkan pedang pada
pemimpin tertinggi dan seseorang yang mengubah aturan Gereja Axiom
secara drastis.
Alice kini fokus mengumpulkan sacred energy yang dilepaskan dari bawah sana dan mengubahnya menjadi art.
Akan
tetapi, Alice merasa hatinya menjadi berat dan tak bisa melakukan
apa-apa ketika teriakan terus terdengar dari lembah dibawah sana.
Tewas. Sekarat. Pria. Laki-laki. Perempuan. Dan anak-anak.
…Cepatlah.
Alice membisikkan itu pada hatinya.
Alice
berharap «saat itu» untuk tiba beberapa detik sebelumnya. Saat untuk
mengakhiri tragedi ini. peperangan yang mana telah mengakibatkan banyak
kematian tak terhitung— * * *
Pasukan gabungan yang terdiri dari
goblin gunung, goblin dataran rendah, dan raksasa pada pasukan pertama
penyerangan kini berhamburan.
Ketiga pemimpin mereka telah tewas
dalam pertempuran. Dengan kata lain, knight yang memimpin pasukan musuh
lebih kuat daripada pasukan demi-human. «Yang Kuat Memimpin»—itulah
satu-satunya hukum yang terukir pada setiap jiwa penduduk Tanah
Kegelapan.
Jika pertempuran ini terjadi diantara demi-humans, para pasukan akan menyerah secepat mungkin ketika pemimpin mereka kalah.
Apa
yang membatasi situasi tersebut adalah kehadiran dewa kegelapan, Kaisar
Vektor yang turun di Tanah Kegelapan. Sang Kaisar lebih kuat dari
siapapun diantara Sepuluh Pemimpin Bangsawan dan juga masih belum
diketahui jika Knight Dunia Manusia lebih kuat darinya.
Namun,
para demi-humans hanya bisa mematuhi perintah utama dan melanjutkan
penyerangan, mereka dengan sungguh-sungguh mengayunkan pedang mereka
melawan Pasukan Pertahanan Dunia Manusia.
Memanfaatkan beberapa
menit dari pertarungan penuh depresi pasukan ini, kartu andalan Tanah
Kegelapan, pasukan penyerang jarak jauh mereka: Pasukan Pemanah Ogre dan
Guild Pengguna Dark Art kini menuju posisi dihadapan Gerbang Besar yang
telah runtuh.
Rencana mereka adalah menyerang menggunakan anak
panah milik tiga ratus pasukan ogre pemanah serta tiga ratus orang
anggota Dark Art merapalkan art penyerang dari belakang. Seseorang yang
memberikan semua perintah itu bukanlah pemimpin ogre, Fulgrr, tetapi
seorang pengguna art terampil yang dekat dengan Dee.
Si pengguna art mendengarkan perintah yang datang dari belakang lalu mengangguk sebelum berteriak.
“Pasukan Ogre, siapkan busur kalian! Pasukan Art, mulailah merapal «Panah Incarnation Area Luas»!! Kalian Para Spotters, mulailah merapal untuk mencari lokasi para integrity knight!!”
Panah
incarnation area luas adalah art pemusnah berskala luas yang didesain
oleh Dee demi kelancaran peperangan ini. Mengubah semua energi ruang
kegelapan
yang mengisi peperangan menjadi thermal element, lalu mereka akan
menambahkan art tersebut dalam panah yang ditembakkan pasukan ogre dari
jarak jauh. Art tersebut tidak menggunakan energi kegelapan untuk
mengubah menjadi «bentuk burung» ataupun «bentuk panah», hasil dari art
ini pasti melampaui harapan Dee. Art tersebut adalah art serangan
terkuat dalam sejarah, meskipun tak hadir dalam «Jaman Perang Besi dan
Darah» tetapi kini art tersebut hadir karena semua ras bertempur bersama
dibawah komando Kaisar Vektor.
Untuk tambahan, Dee telah
menyiapkan rencana cadangan untuk membuat para pengguna art melebarkan
art aerial elemental sebagai spotter, mereka menciptakan «Jalan Udara»
untuk yang terpusat pada pasukan utama musuh, para integrity knight.
Jika semua panah incineration menghantam sasaran, pasti akan menimbulkan
kerusakan parah yang bahkan Pemimpin Tertinggi Administrator tak bisa
menahannya dengan sempurna.
Itulah situasi yang sama persis
ditakutkan oleh Penyihir Cardinal, «kekuatan banyak orang mengalahkan
kekuatan seseorang».
* * *
Amayori mengeluarkan deru rendah lainnya.
Tetapi kali ini untuk memperingati, karena bercampur dengan erangan tajam.
Alice
mengumpulkan tekadnya, mengumpulkan kesadarannya yang perlahan mulai
memudar, lalu menatap lurus menuju keributan di depan sana.
—Mereka disini!!
Pasukan
baru muncul dengan langkah tegap dai belakang pasukan demi-human yang
masih bertempur dengan Pasukan Pertahanan. Alice tidak melihat adanya
kilatan logam. Mereka tampaknya pasukan penyerang jarak jauh—Guild
Pengguna Dark Art.
Mereka adalah pasukan yang paling diwaspadai
oleh Komandan Knight Bercouli, mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk
memusnahkan Pasukan Pertahanan Dunia Manusia dalam sekali serangan.
Tetapi, hal yang sama juga berlaku pada Knight Alice.
Alice
telah merapal art berskala besar. Art ini terkonsep setelah mendengar
pertarungan Wakil Komandan Fanatio melawan Kirito, mungkin bisa disebut
sebuah art «penerapan pemantulan cahaya».
Dengan banyaknya
sacred energy yang tercipta dari banyaknya kematian dalam peperangan,
Alice pertama-tama mengubah bentuk crystal element dan membuat sebuah
bola kaca raksasa dengan diameter tiga mel.
Selanjutnya, ia menciptakan lapisan tebal logam dengan metallic element lalu menutupi seluruh bola kaca tersebut.
Hasilnya
adalah sebuah «cermin tersegel». Menempatkannya pada jarak diantara
sayap Amayori serta punggungnya, ia menekan kedua tangannya menuju
permukaan cekung nan halus, lalu menyimpan luminous elements yang
dihasilkan terus menerus menggunakan sacred energy.
Penyimpanan Element.
Itu
adalah tehnik sederhana namun mematikan yang akan dipikirkan oleh
banyak pengguna art kelas atas sejak dahulu kala ketika melihatnya.
Jika
tidak terus menerus memusatkan pikiran pada art ini, menciptakan
element seperti thermal, cryogenic, dan aerial elements tanpa kemauan
penggunanya pasti akan merubah area alirannya lalu akan element tersebut
akan terpisah menjadi udara panas dan udara dingin. Secara terus
menerus, ada batasan jumlah element yang bisa dipertahankan, yaitu pada
sambungan milik pengguna art tersebut: jumlah jari di kedua tangan.
Pemimpin
Tetua Chudelkin menggunalan fisik uniknya untuk berdiri terbalik
menggunakan kepalanya dan membuat dua lutut kakinya menjadi sambungan
untuk mempertahankan duapuluh element. Terlebih lagi, Pemimpin Tertinggi
Administrator mengubah rambut peraknya menjadi sambungan untuk beberapa
tehnik, mengijinkannya membuat ratusan element secara bersamaan.
Seperti
itulah, Alice dapat meniru beberapa tehnik tersebut. Untuk memulainya,
sepuluh atau bahkan seratus element tidak akan efektif untuk situasi
ini. Musuh pengguna dark art berjumlah tiga ratus—bahkan jika mereka
mengeluarkan rata-rata lima element, total serangan mereka akan melebihi
lima belas ribu.
Namun, Alice menemukan maksud untuk
mempertahankan penciptaan element tanpa perlu fokus pada element
tersebut. Apa yang datang di pikirannya adalah untuk mengalirkan mereka
ke dalam wadah. Katanya, element standar untuk art penyerangan, yaitu
thermal dan cryogenic akan cepat menghilang ketika bersentuhan dengan
beberapa material, memanaskannya atau mendinginkannya.
Tetapi,
ide tersebut datang ke Alice ketika ia mendengar bagaimana Kirito
memantulkan cahaya dari divine instrument milik Fanatio, «Heaven
Piercing Sword», dengan menggunakan cermin yang diciptakan hanya
menggunakan thermal dan crystal element dalam pertarungan di lantai
limapuluh katherdal.
Jika cahaya hanya memantul setelah menyentuh cermin—Alice hanya akan menciptakan cermin yang tersegel.
Dan jika Alice hanya menciptakan luminous didalamnya.
Mungkin secara teori, mempertahankan luminous elements dengan jumlah tak terbatas hingga Life cermin habis.
* * *
Busur panah telah ditarik sampai batasnya sekuat tenaga oleh ogre pemanah ketika diarahkan menuju langit yang suram.
Untuk
membakar ujung anak panah yang bersinar redup, ke tiga ratus pengguna
dark art mengangkat tangan mereka ke atas setinggi mungkin ketika mereka
melafalkan kalimat pertama.
“““System call!!“”””
Kalimat
incarnation yang hanya terdiri oleh suara perempuan bisa disebut paduan
suara kematian. Bersemangat karena kekuatan didalamnya, para pengguna
art menyanyikan kalimat selanjutnya.
“““Generate thermal element!!“””
Percikan merah muncul di ujung jari mereka—
Tetapi percikan merah tersebut kini semakin redup, lalu padam menjadi kumpulan asap.
Si
pemimpin art yang memimpin pasukan ini tak bisa memahami apa yang telah
terjadi lalu merapal ulang kalimat incantation sekali lagi. Tetapi
hasilnya tetap sama.
Keterkejutan mendatanginya ketika kalimat bingung dari teman-temannya sampai di telinganya.
“Kami tak bisa menciptakan thermal elements!”
“Kami tak bisa melakukan serangan pembukaan «Panah Incineration Area Luas» jika seperti ini!”
Ia melihat sekeliling mencari penyebab fenomena ini dan teman didekatnya secara pelan membuka mulutnya untuk berbicara.
“K-Komandan… mungkinkah karena kita kekurangan energi ruang kegelapan …?”
“B-Bagaimana itu mungkin?!!”
Si komandan berteriak penuh keterkejutan. Ia menunjuk garis depan dengan tangan kirinya dimana ia mendengar banyaknya suara.
“Kau
mendengar teriakan itu kan!? Kau lihat para manusia dan demi-humans
yang tewas?! Jadi kemana kau pikir nyawa mereka melayang?!!”
Tidak
ada jawaban atas pertanyaan tersebut. Para ogre pemanah juga terganggu
atas perintah untuk menembak yang tertunda lalu pasukan ogre hanya tetap
mempertahankan posisi busur tersebut. * * *
Waktunya telah tiba.
Alice menutup matanya sesaat untuk berdoa.
Dia akan menanggung beban dari banyaknya nyawa untuk serangan ini.
Bola
perak dengan diameter tiga mel di punggung Amayori, kini ia memadatkan
tekanan didalamnya hingga maksimum. Menarik kedua tangannya yang dari
tadi menyentuh bola ini, Alice kini menarik pedang di pinggangnya.
“—Mekarlah, Bunga! Enhance armament!”
Suaranya
yang nyaring namun merdu membelah pedang divine instrument miliknya,
«Fragrant Olive Sword», menjadi bola-bola kecil tak terhitung.
Menggerakkan kumpulan bunga tersebut, ia memberikan perintah pada naga
terbang.
“Amayori, tundukkan kepalamu!”
Mematuhi
perintahnya, si naga terbang mencondongkan kepalanya ke depan. Bola
perak perlahan menggelinding menuju kepala naga hingga berada di udara
dalam satu putaran. Berhati-hati menangkap bola tersebut menggunakan
serpihan pedangnya, Alice mengaturnya hingga mencapai titik dimana bola
perak tersebut bisa turun kebawah langsung secara lurus.
Pengaturan… selesai.
Mengambil nafas, ia berbisik.
“…Burst element.”
Sebuah incantation yang jauh terlalu pendek untuk sebuah art yang begitu membahayakan.
Bola perak ini dibuat dengan satu sisi lebih tipis karena suatu alasan.
Memfokuskan
cahaya dan panas yang besar sekali dari ledakan luminous element pada
satu titik, logam perak dan kaca mencair menjadi warna merah terang—
Membiarkannya meledak di luar.
Fanatio
berdiri dalam kebingungan, melihat «itu» diatas sana dari tanah, sambil
berpikir tentang seberapa kuat Alice bisa menahan kekuatan yang ribuan
kali lebih kuat dari tembakan cahaya yang dihasilkan armament full
control art milik Heaven Piercing Sword.
Para penjaga dan knight selain dirinya akan berpikir jika itu adalah kekuatan Solus.
Pilar
putih murni dengan ukuran lima mel jatuh ke bumi dari langit dengan
kecepatan super dan menusuk ditengah-tengah pasukan demi-human. Kemudian
pilar tersebut membuat jalannya lebih jauh menuju lembah ketika
bersentuhan dengan tanah secara perlahan—
Deru harmoni dari
ribuan bel yang berdering keluar menjadi gelombang panas lalu cahaya
bersinar menutupi seluruh lembah. Kemudian menjadi pilar api setelahnya,
dengan mudah menyentuh barisan pegunungan di ujung, dan mengubah langit
malam menjadi kemerahan.
* * *
Dee
tertawa kecil setelah melihat ledakan hebat yang hampir dekat
dengannya, ia percaya jika ledakan tersebut adalah hasil dari
strateginya.
Akan tetapi, gelombang panas yang menuju dirinya yang berada didalam kereta di lembah membuat senyumnya hilang.
Panas
yang terbawa oleh angin seolah memberikan dirinya kabar buruk.
Teriakan-teriakan dari pasukan demi-human dan pengguna dark art
terdengar. Dee langsung berdiri ketika mereka binasa.
Si pengguna art pembawa pesan melaporkan dengan suara serak kepada Dee yang berdiri dengan diam.
“…Karena
kekurangan energi ruang kegelapan, kami tak bisa melakukan serangan
pembuka «Panah Incineration Area Luas»… setelahnya, serangan berskala
besar diluncurkan oleh pasukan musuh, tampaknya serangan tersebut
berhasil memusnahkan sembilan puluh persen pasukan demi-human, tujuh
puluh persen pasukan ogre pemanah, dan juga… lebih dari tiga puluh
persen pasukan pengguna dark art …”
“Kekurangan energi…?”
Tubuh Dee menggigil, akhirnya ia terbawa emosi ketika ia berteriak.
“Aku
tau penyebabnya! Itu adalah art hebat yang menghisap setiap energi
ruang kegelapan yang berada di lembah!! Tetapi… aku tak mempercayainya,
sebuah art berskala besar seperti itu tak mungkin bisa aku lakukan…
pemimpin tertinggi yang telah tewas seharusnya hanyalah yang bisa
melakukannya!! Katakan padaku, siapa yang melakukan art ini!?”
Dengan kata-katanya, tidak ada jawaban untuk pertanyaan tersebut.
Bagaimana
ia bisa menemukan jalan keluar atas situasi ini—maksudnya, bagaimana ia
harus melaporkannya pada Kaisar Vektor? Seseorang yang paling pintar di
seluruh Tanah Kegelapan, Dee Ai El hanya bisa bernafas sesak. * * *
Terdorong
oleh daya ledakan yang ditembakkan art raksasa hingga menyebabkan
kematian di bawah sana, Alice mengembalikan Fragrant Olive Sword ke
sarung pedangnya sebelum jatuh ke punggung Amayori.
Si naga
terbang dengan lembut menerima tuannya sebelum perlahan turun kebawah
sambil berputar-putar menuju garis paling depan Tentara Pertahanan.
Seseorang
yang menghampirinya adalah Wakil Komandan Knight Fanatio. Ia membuka
tangannya dan menangkap Alice yang turun dari naganya.
“…Art tersebut sungguh mengagumkan, Alice.”
Mengangkat
kedua alis matanya karena terharu, Alice melihat lembah tersebut,
permukaannya masih terbakar begitu juga sosok-sosok musuh yang berlarian
kesana-kemari. Dia tak menemukan sesosok mayat. Mereka pasti hancur
karena serangan cahaya maupun terlempar tanpa jejak karena efek ledakan
yang mengikutinya.
Ia tidak terlalu bangga karena serangan yang terlalu menghancurkan ini.
Tetapi,
sorakan gembira bagaikan gelombang datang dari para penjaga di
sekeliling. Mereka berteriak bersama dan menangis penuh kemenangan.
Sambil
mendengarkan sorakan untuk Integrity Knight Order dan Gereja Axiom,
Alice akhirnya menarik nafas dan mengangkat tubuhnya yang ditopang
Fanatio. Wakil komandan knight menunjukkan senyuman dan mengangguk.
“Musuh telah mundur. Kau membawa kemenangan bagi kita semua.”
Merespon kata-kata tersebut sambil tersenyum, Alice memantapkan ekspresinya lalu berbicara.
“Fanatio-dono,
peperangan masih belum selesai. Jangan biarkan sacred energy baru dari
art sebelumnya digunakan oleh musuh, gunakan energi tersebut untuk
menggunakan art penyembuh.”
“Kamu benar… mereka masih memiliki pasukan utama, Dark Knight Order dan Guild Petarung Tangan Kosong yang masih bugar.”
Si cantik berambut hitam mengangguk dan mengeluarkan suara agak lelah.
“Bagus,
siapapun yang masih bisa bergerak, mundurlah ke pasukan kedua dan
bawalah yang terluka! Jika kalian berasal dari pasukan ascetics ataupun
penjaga yang memiliki pengetahuan tentang art penyembuh, rawatlah yang
terluka hingga sacred energy habis! Jangan alihkan pandangan kalian dari
gerakan musuh!”
Perintah singkatnya membuat para penjaga mulai
bergerak. Kalimat pembuka untuk sacred art mulai terdengar berulang kali
dari belakang.
“Aku akan melaporkan ini pada Komandan Knight. Bisakah kuserahkan tempat ini padamu?”
Alice
mengangguk dan Fanatio memberi senyum lainnya sebelum pergi, agak
berlari. Ketika orang-orang mulai mudur ke pasuka kedua, Alice kini
sendiri di garis paling depan bersama Amayori.
Setelah diberi
tugas oleh komandan knight, Alice mengambil beberapa langkah kemudian
menggaruk pipi bagian bawah Amayori sambil berbisik.
“Kau juga
telah melakukan tugas hebat, Amayori. Pasti melelahkan terbang terus di
atas sana. Jangan lupa untuk makan setelah kembali ke sarang.”
Si naga terbang mendengung senang, mengepakkan kedua sayapnya, ia terbang membawa tuan-nya ke bagian belakang.
Sekarang, waktunya menuju bagian pengobatan. Alice melangkah sambil berpikir.
“……Master.”
Suara rendah itu milik Knight Eldrie.
Apa
yang Alice lihat ketika berbalik untuk memuji murid satu-satunya adalah
sosok suram seorang pemuda walaupun biasanya ia riang dan lincah.
Pedang
di tangan kanannya dan cambuk di tangan kirinya penuh dengan darah
merah kehitaman. Bukan hanya itu. Armor perak dan rambut ungu terangnya
juga benar-benar berantakan, penuh darah korbannya. Pertarungan macam
apa yang membuatnya begini?
“Eh… Eldrie! Apa kau terluka!?”
Ia bertanya sambil menahan nafas dan Eldrie perlahan menjawab denga ekspresi kosong.
“…Ya, aku tidak mendapat luka fatal. Tetapi… aku seharusnya mati di pertempuran itu …”
“Apa yang kau katakan? Kamu memiliki misi untuk memimpin para penjaga hingga peperangan selesai…”
“Aku tidak menyelesaikan misi tersebut.”
Si integrity knight muda berbicara dengan suara parau.
Alice
tidak mungkin tahu, tetapi setelah kabut asap yang dibuat musuh membuat
pasukan goblin gunung melewati garis pertahanan Eldrie, butuh beberapa
menit untuk membersihkan kabut tersebut tanpa menggunakan art sebelum
akhirnya Eldrie memimpin para penjaga mengejar goblin yang menyerang
bagian belakang.
Kemudian, katanya, pemimpin goblin gunung yang
bernama Kosogi telah berhasil dikalahkan oleh Integrity Knight Renri,
seorang knight yang dicap sebagai seseorang yang gagal. Kehilangan
kesempatan untuk memperoleh kembali kehormatannya, Eldrie kehilangan
kesabaran dan membunuh setiap goblin yang berlari—sebelum akhirnya
melihat keatas pada art yang diaktifkan Alice.
“Aku telah mengkhianati… harapanmu, Alice-sama…”
Mengembalikan Frost Scale Whip ke pinggangnya, Eldrie menutup wajahnya dengan tangan kirinya.
“Bagaimana mungkin aku… si bodoh… tak bisa diharapkan… memalukan… ini bisa menjadi seorang knight…?!”
Dan bagaimana mungkin ia bisa [melindungi master-nya]?
Kekuatan art tadi, bisa disamakan dengan bencana alam. Art milik Alice terlalu jauh baginya dalam semua sisi.
Alice
tidak membutuhkannya. Master-nya, si knight berprestasi, tidak pernah
membutuhkan orang gagal seperti dirinya. Eldrie tidak memiliki sesuatu
untuk dibanggakan, baik dalam ilmu pedang, penguasaan art, ataupun full
control art; dan kebodohannya telah membuat pasukan goblin menyelinap
dengan jumlah yang sangat banyak.
Bagaimana mungkin ia pernah
berpikir untuk memperoleh hati masternya… rasa sayangnya tidak akan
sampai; pikiran semacam itu akan menjadi sebuah hinaan.
“Aku… tak berhak menjadi muridmu, Alice-sama!”
Eldrie berteriak kesakitan.
“Kau… kau telah melakukan yang terbaik!”
Alice entah mengapa berhasil mengeluarkan kalimat itu meski kebingungan.
Sebenarnya
apa yang telah terjadi pada Eldrie? Meskipun ada sedikit kebingungan
pada garis depan, apakah karena banyaknya korban yang diakibatkan
serangan musuh?
“Aku membutuhkanmu, Pasukan Pertahanan, dan juga orang-orang dari Kerajaan Manusia. Mengapa kamu menghina dirimu sendiri?”
Meskipun
Alice bertanya menggunakan nada selembut mungkin, depresi di mata
Eldrie masih tersisa. Cipratan darah di pipinya bergetar ketika Eldrie
ingin berkata.
“Dibutuhkan… Maksudmu, kekuatanku? Ataukah……”
Ia tak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Sebuah geraman aneh tiba-tiba menggetarkan udara sehingga baik Alice dan Eldrie harus berbalik untuk melihat.
“Fgrrrr…”
Suara
serak tersebut mengingatkannya pada lolongan srigala. Alice membuka
matanya lebar-lebar dan memfokuskan pada kegelapan di lembah sana.
Titik-titik bercahaya terlihat di lembah, seperti api dan bayangan besar perlahan berdiri disana.
Itu
bukanlah manusia. Kakinya menekuk dengan sudut aneh; punggungnya juga
langsing cukup aneh; tubuh berototnya membungkuk kedepan. Kepala di
tubuh tersebut, adalah srigala. Itu pastilah seorang demi-human dari
Tanah Kegelapan, seseorang dari ras ogre.
Dengan cepat Alice
menggenggam gagang pedang kesayangannya, ia menyadari jika musuh tidak
bersenjata. Separuh tubuhnya penuh luka karena asap keluar darinya. Luka
tersebut pastilah luka bakar dari serangan cahaya panas. Namun, mengapa
ia tidak mundur seperti teman-temannya?
Ia menyadari situasi di
sekitar: para penjaga masih berada di belakang, meninggalkan Alice dan
Eldrie saja. Alice bertanya dengan nada tajam sambil mewaspadai gerakan
ogre tersebut.
“…Kau pasti tidak memiliki banyak Life. Mengapa kau berdiri disana tak bersenjata?”
Si demi-human menjawab dengan geraman sedih.
“…Grr… Aku pemimpin ogre, Fulgrr……”
Caranya memperkenalkan diri membuat lidah panjangnya keluar, ia tampak kelelahan.
Alice
mengumpulkan kekuatan di gagang pedangnya. Jika ia adalah pemimpin
ogre, itu berarti dia adalah salah satu dari Sepuluh Pemimpin Bangsawan
Tanah Kegelapan, seorang jendral pasukan musuh. Jika seperti itu, apakah
ia akan melakukan serangan dengan sisa tenaganya?
Tetapi, si ogre melanjutkan kata-katanya.
“Aku
melihatmu. Cahaya, art itu… yang diluncurkan, olehmu. Kekuatan itu,
sosok itu …. kau, «putri cahaya». Grr… kau, membawa… akhir, peperangan.
Ogre, kembali, padang rumput…”
Apa—apa yang dikatakannya?
Putri Cahaya? Peperangan akan berakhir…?
Alice
menatap penuh kebingungan; tetapi, firasatnya berkata jika informasi
yang barusan diterima sangat penting. Ia harus bertanya lagi. Siapa
sebenarnya Putri Cahaya ini? Dan kemana ia akan membawanya?
Tetapim si ogre terhalang.
“Sialan kau… kau tak berhak untuk berbicara, kau binatang!!”
Eldrie
adalah yang berteriak. Mengangkat tinggi-tinggi pedang penuh darah di
tangan kanannya, ia mencoba untuk memotong si pemimpin ogre.
Pedang tersebut tidak pernah terayun.
Alice
melompat kedepan Eldrie dan menangkap pedang si sela-sela jari
tangannya dan menghentikan tebasan tersebut dengan seluruh kekuatannya.
“Ma… Master, mengapa!?”
Meskipun
muridnya berkata seperti itu, Alice tidak memiliki waktu untuk
menjawab. Ia melepas pedang tersebut sebelum perlahan menghampiri ogre
yang masih berdiri.
Menatap lebih dekat pada luka si demi-human,
luka miliknya bukan hanya berat tetapi fatal. Ia terbakar hitam dari
tangan kirinya hingga dadanya, bola mata kirinya telah berubah menjadi
putih. Meskipun Alice melihatnya dalam kondisi berantakan, ia masih
harus waspada ketika bertanya.
“—Benar, akulah Putri Cahaya. Sekarang, kemana kau akan membawaku? Siapa yang memberimu perintah?”
“…rrrr…”
Mata ogre yang masih utuh bersinar redup. Air liurnya bercampur darah, menetes dari lidahnya.
“…Kaisar…
Vector berkata. Hanya ingin, Putri Cahaya. Permohonan apapun, akan
dikabulkan, bagi siapapun, yang berhasil menangkapnya. Ogre… ingin
kembali ke padang rumput… beternak kuda-kuda… burung-burung… ingin
hidup……”
—«Kaisar Vektor».
Nama dewa kegelapan yang ada
dalam sejerah Kerajaan Manusia. Sesuatu seperti itu turun di Tanah
Kegelapan? Apakah dewa tersebut memulai peperangan ini untuk mendapatkan
«Putri Cahaya»?
Alice menyimpan informasi di kepalanya ketika ia menatap kasihan pada mata demi-human yang berada di depannya.
Bau
susuk yang melekat dan menjadi ciri khas goblin benar-benar tak ada di
prajurit berkepala srigala ini. Ia ikut serta dalam peperangan ini dan
menghunuskan busurnya atas sebuah perintah—melihat seluruh rasnya binasa
tanpa menembakkan satu anak panahpun.
“…Apakah kau memiliki dendam padaku? Aku-lah yang membunuh seluruh rakyatmu.”
Alice hanya bisa bertanya tanpa memerlukan alasan.
Jawaban si ogre sungguh datar.
“Yang kuat harus… meminjamkan kekuatannya. Aku, juga… memikul peran pemimpin. Jadi… menangkapmu, membawa… ke……!”
Grrrooohhh!!
Sebuah raungan brutal keluar dari mulut ogre.
Tangan kanan berototnya menjangkau Alice lebih cepat dari pandangan matanya.
Clink.
Suara
tersebut berasal dari sarung pedang Fragrant Olive Sword. Setelah
menarik pedangnya beberapa kali lebih cepat dari serangan si ogre, Alice
memotongnya sekali sebelum mengembalikannya ke dalam sarung pedang.
Sosok besar si demi-human tiba-tiba berhenti.
Dan
tubuh tersebut perlahan jatuh ke tanah ketika Alice mengambil langkah
mundur. Luka terlihat dari dada berototnya yang mana menjadi pusat arus
Life miliknya.
Alice mengulurkan tangan kanannya menuju mayat
prajurit berkepala srigala ini. Darinya keluar sacred energy, Alice
menciptakan banyak aerial elements.
“Semoga jiwamu sampai ke padang rumput …”
Alice melambaikan tangan kanannya dan cahaya kehijauan terbang menuju langit timur bagai putaran angin.
Bagian 4
Tatapan
Kaisar Vektor kini menuju kearahnya, membuat Dee ketakutan dari dalam
hati sementara Dee sendiri kini tak berdaya di kendaraan ini. Wajah Dee
tertunduk ke lantai.
Tidak ada rasa marah dalam mata berwarna es
milik kaisar. Ia tampaknya menimbang-nimbang tindakan yang telah
dilakukan oleh Dee tanpa melibatkan emosinya. Bagaimana kaisar akan
memperlakukan hukuman bagi seseorang yang tak becus—Dee menggigil sampai
ke dalam jiwanya, hanya karena membayangkannya.
Sebuah pertanyaan dengan nada biasa tak terduga datang dari kaisar.
“Hmm.
Seperti itu ya, rencanamu gagal dan ratusan pengguna dark art tewas
karena musuh telah mengambil langkah terlebih dahulu untuk menghisap dan
menggunakan energi kegelapan … benar seperti itu?”
“Y… Yaa!”
Dee kini mengangkat wajahnya sedikit dan menjawab.
“Seperti
itulah yang terjadi, Yang Mulia. Aku tidak menerima informasi jika
musuh bisa melakukan art seperti itu meskipun pemimpin tertinggi telah
tiada, jadi…”
“Apakah tak ada cara untuk mengganti energi kegelapan?”
Memotong alasan Dee, sang kaisar menambahi. Akan tetapi, Dee hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Sa…
sayangnya… mengganti jumlah energi ruang kegelapan untuk membunuh
integrity knight akan memerlukan kekuatan berlimpah dari bumi dan
matahari, tetapi keduanya tidak bisa didapat saat pertempuran di malam
hari. Harta di Istana Obsidia memiliki mineral yang bisa diubah menjadi
energi kegelapan, tetapi butuh beberapa hari untuk memanennya …”
“Begitu.”
Sang kaisar mengangguk pelan dan membalik tubuhnya menuju lembah di kejauhan.
“…Dari
apa yang aku lihat, tampaknya tidak ada tumbuhan di tanah ini dan juga
matahari telah tenggelam. Darimana kamu memperoleh sumber energi untuk
melakukan serangan pembuka berskala besar?”
Meskipun seorang
dewa, Vector, sang pencipta art kegelapan tampaknya memerlukan teori
dasar tentang dark art, ketakutan terlalu menyelimuti pikiran Dee untuk
memperhatikan hal tersebut. Untuk cari aman, si wanita pengguna art
menjelaskan hal ini.
“Ya, berasal dari peperangan itu sendiri…
darah dan nyawa yang hilang dari demi-human dan pasukan musuh berubah
menjadi energi kegelapan lalu diserap oleh atmosfir.”
“Hmm… mm.”
Dee menjadi kaku sepenuhnya ketika kaisar berdiri dari singgasananya.
Tap, tap; suara dari sepatu kulit hitam semakin mendekat. Rasa takut menekan dirinya.
Berhenti tepat di samping kiri Dee yang membeku, jubah bulu milik kaisar tertiup angin malam ketika ia berbisik pelan.
“Darah… dan nyawa?”
* * *
“Putri Cahaya …?”
Mengambil
gigitan besar dari roti tipis yang berisi buah kering dan beri, otot
pipi milik Komandan Knight Bercouli bergerak ketika berbicara.
Menggunakan
jeda gencatan senjata, ransum makanan dibagikan ke pasukan Pertahanan
oleh pasukan persediaan dengan segera. Penyembuhan luka-luka dari para
penjaga hampir seluruhnya selesai berkat para integrity knight karena
status tinggi mereka menyamai pengguna art peringkat atas, bahkan mereka
yang mengalami luka fatal kini bisa bergerak dan sedang meminum sup
mereka.
Tetapi, mereka yang telah tewas tak bisa tertolong.
Diantara dua ribu pasukan pertama, hanya seratus lima puluh penjaga dan
seorang knight peringkat bawah telah tewas.
Alice mengangguk pada komandan knight yang masih duduk di sisi lain meja jamuan.
“Ya.
Walaupun aku tak bisa mengingat nama seperti itu dalam buku sejarah
apapun, tampaknya komandan musuh secara khusus mencari orang tersebut.”
“Komandan musuh… dewa kegelapan Vector, huh?”
Menuang air siral kedalam gelas di depan Bercouli yang mengerang, Wakil Komandan Fanatio angkat bicara.
“Itu sulit dipercaya… kebangkitan seorang dewa…?”
“Nah
kan. Tetapi tampaknya itu cukup meyakinkan. Kalian juga merasakan
incarnation aneh yang menutupi pasukan utama musuh, kan?”
“Ya… sepertinya, aku sempat merasakan seperti ditarik oleh semacam rasa takut…”
“Ini
pertama kalinya Gerbang Besar Timur runtuh semenjak penciptaan dunia.
Apapun bisa terjadi mulai sekarang, sebaiknya kita segera mempersiapkan
diri untuk berjaga-jaga akan hal yang tidak-tidak. Tetapi… nona kecil.”
Tatapan kuat mata komandan terasa oleh Alice.
“Asumsikan
saja Dewa Kegelapan Vector telah turun di Tanah Kegelapan dan ia sedang
mencari «Putri Cahaya» yang kita anggap kamu orangnya, nona kecil.
Sekarang yang jadi pertanyaan, bagaimana ini akan mempengaruhi
peperangan… huh?”
Benar.
Itulah yang jadi permasalahan.
Bahkan jika Vector telah puas memperoleh apa yang ia cari di
genggamannya, penduduk tanah kegelapan tetap tidak akan berhenti
menyerang Kerajaan Manusia. Kami harus tetap menjaga lembah ini hingga
akhir.
Namun, satu kalimat masih membuat Alice kepikiran.
«Altar Ujung Dunia».
Kalimat
yang diucapkan oleh «dewa dari dunia luar» ketika obrolan dengan Kirito
melalui panel kristal di lantai puncak pusat Katherdal Pusat setelah
pertempuran sengit.
—Pergilah ke Altar Ujung Dunia.
—Lurus ke selatan setelah kamu keluar dari gerbang besar timur.
Mungkinkah
memulihkan hati milik Kirito jika ia kesana. Tetapi, bahkan jika ia
ingin pergi pun, ia tak bisa meninggalkan pertahanan Gerbang Besar.
Tetapi bagaimana jika musuh mengincarnya?
Bagaimana jika Vector dan pasukannya hanya mengincar Alice, meninggalkan gerbang besar, lalu mereka akan mengejar Putri Cahaya?
Bukankah itu akan mengulur waktu untuk memperkuat Pasukan Pertahanan karena pasukan musuh terbagi?
Menyembunyikan
pemikiran tentang «Altar» yang masih jauh tak jelas, Alice mengutarakan
hal ini pada pemimpin Pasukan Pertahanan dengan nada tegas.
“Paman
yang terhormat… tidak, Pemimpin terhormat, Bercouli. Aku akan memantau
wilayah musuh seorang diri dan mengawasi daerah Tanah Kegelapan. Jika
pemimpin musuh benar-benar mencari «Putri Cahaya» ini, ia pasti akan
mengejarku dengan mengirimkan musuh dalam jumlah banyak. Setelah ada
cukup jarak yang memisahkan pasukan musuh, tolong lakukan serangan balik
pada pasukan musuh yang tersisa.” * * *
Kaisar Vektor berbicara dengan suara kering tanpa emosi.
“Dee Ai El. Apakah tiga ribu cukup?”
“Ya…?”
Tidak
memahami arti dibalik kalimat tersebut, Dee mengangkat wajahnya sekali
lagi. Postur tubuhnya tampak lemah lembut, tetapi mata biru miliknya
menatap pada pasukan dengan pandangan menakutkan.
Mulut Vector bergerak lagi.
“Apa
yang aku tanyakan, apakah itu cukup menghasilkan energi kegelapan untuk
menggunakan art skala besar agar bisa membunuh para integrity knight—”
Kata-kata selanjutnya bahkan membuat kedua mata Dee terbuka lebar, ia membatu.
“Kita akan mengorbankan tiga ribu pasukan orc?”
Rasa takut hinggap ke kedua kakinya. Penuh dengan sensasi yang sangat kuat.
Rasa takut tersebut menjadi keringat dan merembes menuju pikiran Dee.
“…Mereka akan cukup.”
Dee berbisik tak sadar ketika menunduk.
“Ya,
mereka akan cukup, Yang Mulia. Aku akan mengumpulkan kekuatan dan
memberi perintah pada dua ribu pengguna dark art yang masih tersisa…
Guild Pengguna Dark Art milikku akan menunjukkan kekuatan terbesarnya
ketika menggunakan art terhebat dalam sejarah, sebuah art yang belum
pernah disaksikan siapapun…”
* * *
Baik di Kerajaan Manusia
maupun di Tanah Kegelapan, nama-nama penduduknya sendiri tidak memiliki
arti literal dalam bahasa yang mereka gunakan.
Hal ini terjadi
karena keempat teknisi Rath yang mengembangkan fluct light buatan
memberikan nama anak dan cucu mereka menggunakan katakana yang menjadi
ciri khas dunia fantasi tanpa banyak berpikir panjang.
Setelah
mereka berempat meninggal (logged out), para fluct light melahirkan dan
mendidik anak-anak mereka dengan kemauan sendiri. Apa yang membuat
mereka bingung adalah ketidakkonsistenan sistem penamaan.
Dengan
segan, orang tua pertama memberikan nama anak mereka agak mirip dengan
namanya, disebutkan dengan kombinasi suara saja. Akan tetapi, ketika
waktu berlalu dan generasi berganti, aturan pembuatan nama berubah dan
aturan ini menjadi «ketentuan pemberian nama» yang begitu unik di
Underworld.
Singkatnya—para orang tua memberikan doa bagi masa
depan anak-anaknya dengan mengkombinasikan beberapa karakter, dari a (ア)
hinngga n (ン) dan variasi lainnya, sehingga memiliki arti.
Contohnya
saja, huruf hidup yang melambangkan kejujuran. Semangat dilambangkan
dengan bunyi k. Kecerdasan dilambangkan bunyi s’s. daya tahan
dilambangkan dengan bunyi t’s. Kebijakan dengan bunyi n’s. Cantik dengan
huruf r’s… dan sebagainya *. Misalnya, «Eugeo» mengandung arti baik
hati, pekerja cepat, dan jujur. «Tiezé» dinamai karena orangnya memang
aktif, suka menolong, dan berbakat dalam menggunakan art. «Ronye»
berarti penyayang, baik hati, dan bersungguh-sungguh.
Adat
pembentukan nama juga tampaknya terjadi di Tanah Kegelapan. Sebagai
contoh, «Sigrosig» berarti serakah, lincah, pemberani, tak takut, dan
lincah serta berani lagi. Ras goblin dengan kecepatan mereka juga bukan
pengecualian, mereka sering menggunakan bentuk kata kerja seperti milik
«Kosogi» and «Shibori» *. Sementara itu, yang membedakan keluarga mereka
dengan pengguna dark art adalah mereka tinggal di dalam kastil dan
memiliki tradisi untuk menggukan inisial dari skrip kegelapan kuno.
Sekarang—
Pemimpin yang masih hidup dari lima ras demi-human adalah pemimpin orc.
Namanya adalah «Rirupirin».
Rirupirin,
menurut Jendral Kegelapan Shasta, adalah seseorang yang memiliki dendam
besar kepada manusia yang membuatnya menjadi penghalang untuk berdamai
dengn Kerajaan Manusia selain pemimpin pengguna dark art dan pemimpin
goblin.
Namun, kepribadiannya tidak terbentuk sejak lahir.
Ia
lahir ke dunia ini, berasal dari keluarga orc yang berpengaruh serta
kuat sehingga ia menjadi bayi paling tampan dalam sejarah ras mereka.
Nama yang diberikan padanya mengandung bunyi r yang berarti tiga kali
ketampanan, nama yang jarang ditemui diantara para orc.
Rirupirin
terlahir menakjubkan diluar maupun didalam dirinya karena doa
orangtuanya. Ia diberkati dengan bakat penggunaan art sehingga
membuatnya menjadi pemimpin selanjutnya; dan suatu hari, ia menemani
pemimin sebelumnya untuk keluar, meninggalkan danau daerah selatan serta
rawa-raea orc untuk pertama kalinya, menuju Istana Obsidia.
Melengkapi
diri dengat set armor indah dan sebuah pedang, ia menundukkan dirinya
dengan penuh kebanggaan sebelum akhirnya memasuki kota didekat
istana—hanya untuk menyaksikan manusia dengan tubuh langsing, rambut
indah, serta wajah tampan dan cantik mereka.
Rirupirin akhirnya
menyadari jika itu semua mengalahkannya. Ketampanannya seolah membuatnya
sadar batasan diri miliknya, ia “hanya seorang orc”. Dan para orc
adalah ras yang paling tak ingin dilihat di Kerajaan Kegelapan.
Gemuk, perut buncit; lengan besar; hidung besar dan pesek; mata kecil; dan telinga bergelambir.
Diantara
para orc yang memiliki postur tubuh seperti itu, Rirupirin benar-benar
dikatakan jika ia memiliki wajah yang hampir mirip dengan manusia.
Jiwa
Rirupirin hampir runtuh menyadari kenyataan ini. Ia hanya bisa
berpegang teguh pada emosi kuatnya untuk mempertahankan kondisi mental
miliknya.
Itulah rasa dendam miliknya. Suatu hari, ia hendak
menggulingkan ras manusia, membuat mereka menjadi budak lalu akan
menghancurkan setiap mata mereka agar mereka tidak mencemooh para orc;
Rirupirin menjadi seorang pemimpin dengan ketetapan hati yang begitu
mengerikan.
Namun, ia tidak memiliki pembawaan kalem yang
mengalahkan dendam seperti yang dimiliki Kosogi. Permusuhannya terhadap
manusia hanya bisa dipandang sebagai masalah perbedaan cara pandang. Dan
ia memimpin kaumnya dengan penuh kebaikan, dari dulu hingga sekarang.
“It… itu terlalu berlebihan!!”
Rirupirin secara tak sadar berteriak ketika perintah dari kaisar datang.
Nasib
para orc sama seperti pasukan pertama, mereka kalah total. Berpikir
bagaimana perintah seperti itu mucul diluar kendalinya. Melihat pasukan
goblin dan raksasa bertarung dan tewas cukup membuat dadanya sesak,
perintah kejam seperti ini.
Ia disuruh mengorbankan tiga ribu pasukannya agar menjadi sumber energi serangan art milik pengguna dark art.
Itu
adalah kematian tanpa kebanggaan sebagai seorang ksatria. Mereka hanya
dijadikan daging hidup—mereka tak berbeda dari orang-orang yang
menggunakan kereta perang.
“Kami kesini untuk berperang! Bukan untuk membayar kesalahanmu dengan mengorbankan nyawa kami!”
Rirupirin memprotes dengan suara seraknya.
Akan
tetapi, pemimpin Guild Dark Art, Dee yang berdiri dengan menyilangkan
lengannya menatap pemimpin orc dengan tatapan dingin, seolah menunjukkan
kearogannannya.
“Ini perintah langsung dari kaisar!!”
Pemimpin orc merasakan sesuatu tersangkut di tenggorokannya.
Ia
telah menyaksikan kekuatan milik Kaisar Vektor ketika melawan jendral
kegelapan. Kekuatannya melampaui seluruh kekuatan Sepuluh Pemimpin
Bangsawan.
Yang kuat berkuasa. Itulah hukum mutlak Tanah kegelapan.
Tetapi— tetapi.
Rirupirin berdiri membeku dengan kedua telapak tangannya menggigil.
Kemudian sebuah suara yang berasal dari seorang orc datang dari belakang.
“Ketua. Kita harus mematuhi perintah kaisar.”
Ia
berbalik dengan keterkejutan dan seseorang berdiri disana, memiliki
tubuh langsing dan wajah cantik, serta memiliki telinga panjang, ia
adalah orc wanita. Ia dilahirkan oleh keluarga yang tak berbeda dari
keluarga Rirupirin, mereka berdua sering bermain bersama ketika
anak-anak.
Membuat senyum tenang di bibirnya, ia melanjutkan.
“Aku dan ke tigaribu pasukan lainnya akan dengan senang hati menyerahkan nyawa kami. Demi sang kaisar… juga demi ras kita.”
“……”
Ia
membuatnya tak bisa berkata-kata, Rirupirin hanya bisa menggertakkan
taringnya. Si orc wanita mengambil langkah maju dan berbisik.
“Riru.
Aku yakin. Dunia surgawi tidak hanya menerima jiwa manusia tetapi juga
jiwa para orc. Kita akan… bertemu lagi, suatu hari, disana.”
Kau
tak harus mengorbankan nyawamu juga, ia ingin berkata seperti itu.
Tetapi, ia tahu jika butuh waktu lama bagitiga ribu pasukan agar
menerima perintah tak masuk akal ini tanpa adanya dampingan ksatria
bangsawan wanita ini yang juga ingin berbagi takdir bersama rasnya.
Rirupirin membuka kepalannya, menggenggam tangan si ksatria bangsawan, lalu berbicara.
“Maafkan aku, Ren… maafkan aku… aku sungguh-sungguh minta maaf…”
Dee Ai El menyela tanpa menunjukkan rasa belas kasihan kemudian memandang pasangan ini.
“Kalian harus menyiapkan tigaribu pasukan agar berbaris seratus meter di lembah sana dalam waktu lima menit!”
Si
pemimpin orc memandang pengguna dark art yang berbalik dan pergi dengan
mata menyala-nyala. Mengapa kaum orc harus menderita dengan perintah
ini? Pertanyaan tersebut terus berputar di kepalanya.
Ke
tigaribu pasukan berjalan menuju kematian mereka, membentuk barisan
rapi, seolah tidak mempedulikan kematian dirinya sendiri. Di sisi lain,
tetesan air mata dan suara cacian juga terdengar dari tujuh ribu pasukan
orc yang melihat temannya pergi.
Tigaribu pasukan yang dipimpin
oleh ksatria bangsawan wanita sambil menunggangi babi hutan dengan
armornya kini telah melewati perkemahan Dark Knight Order dan Guild
Petarung Tangan Kosong, mereka berkumpul sambil menjaga jarak dari pintu
masuk lembah.
Duaribu pengguna dark art yang sebelumnya selamat dari ledakan kini bermunculan, mereka mengelilingi formasi pasukan orc.
Atmosfir
disini agak bergetar, sebuah perapalan art kini telah dimulai dan
memekakan telinga, mungkin menggambarkan betapa kuatnya art rahasia ini.
“Ah… aah……”
Rirupirin mengeluarkan erangan serak. Pasukan orc yang berbaris kini berteriak kesakitan lalu berjatuhan satu persatu ke tanah.
Partikel
cahaya terhisap dari tubuh mereka tanpa jeda. Berubah hitam menjadi
endapan ketika dikumpulkan di tangan pengguna art, cahaya tersebut
perlahan-lahan berubah menjadi bentuk ular yang agak aneh.
Jeritan
dari tiga ribu pasukan kini sampai telinga ke Rirupirin dengan serak
namun penuh semangat. Terdengar juga tangisan di suara tersebut.
Hidup Orc. Orc berjaya.
Tubuh
para prajurit meledak setelahnya. Darah dan daging mereka bertebaran
kesana sini ketika cahaya telah habis meninggalkan tubuhnya karena
ditarik oleh pengguna dark art sekaligus.
Rirupirin berlutut
ketika menyadarinya, tangan kanannya menghantam tanah. Cucuran air mata
kini mengalir menuju hidung besarnya lalu jatuh ke tanah hitam.
Darah
segar meninggalkan tubuh ksatria bangsawan wanita yang mengenakan armor
berwarna bunga merah di tengah pandangannya yang mulai kabur.
“…Renju…!”
Itu
ketika ia menyebutkan nama wanita orc tersebut, sebelum akhirnya si
wanita bangsawan terjatuh ke tanah, hilang dari pandangannya.
Rirupirin menggertakkan taringnya sehingga bibirnya berdarah dan menetes dari mulutnya.
—Manusia sialan.
Manusia sialan!
Mereka manusia sialan!!
Teriakan
kemarahan dan kebencian menggoncangkan inti pikirannya, cukup cepat
hingga menimbulkan rasa sakit di mata kanannya ketika setiap detik
berlalu.
* * *
Sepuluh menit telah berlalu.
Di
markas Pasukan Pertahanan Dunia Manusia, para penjaga yang telah dibagi
menjadi dua kini masih berjabat tangan dan saling berpelukan, berharap
agar bisa bertemu lagi.
Menerima pengumuman Integrity Knight Alice, Komandan Knight Bercouli menambah syarat lainnya.
Alice
yang menjadi umpan «Putri Cahaya» untuk menarik musuh, harus ditemani
separuh pasukan. Tentu saja, Alice dengan keras menolak usulan tersebut
dan meminta agar dia saja yang pergi, tetapi komandan knight tidak
menerimanya.
—Masih banyak musuh di luar sana. Kau tak akan bisa
menarik banyak musuh jika kamu sendiri. Kita hanya akan berhasil
menembus mereka jika banyak orang bersamamu.
Alica tak bisa
membantahnya. Akan terlalu arogan jika ia ingin menarik seluruh musuh
hanya berdasarkan informasi yang dikatakan pemimpin ogre.
Terlebih
lagi, Alice berencana membuat Kirito menunggangi punggung Amayori
bersama dirinya. Ia tidak terlalu yakin jika ia bisa tetap melindunginya
ketika sedang menjadi umpan. Setidaknya pasukan pendamping akan
menguatkan dirinya.
Bercouli memiliki kejutan lainnya bagi semua orang setelah membagi Pasukan Pertahanan.
Dia, yang menjabat sebagai komandan pasukan dan pemimpin knight akan ikut serta dalam pasukan pengecoh.
Walaupun
menghormati keputusan tersebut, Fanatio yang ditugaskan memimpin
pasukan yang tinggal di belakang, mengutarakan penolakan keputusan ini
bersama Deusolbert.
“Kamu telah berusaha keras, kan? Kini biarkan aku bertarung.”
Fanatio menyangkal ucapan Bercouli, matanya dinaikkan.
“Kau pikir siapa yang kau omongin, kau bahkan tak bisa melipat pakaianmu sendiri tanpa aku disisimu?!!”
Omongan-omongan
bermunculan dari para knight dan penjaga. Bercouli membuat senyum
sinis, ia perlahan mendekati Fanatio, lalu membisikkan sesuatu—membuat
Fanatio memalingkan wajahnya.
Dan untuk Deusolbert, Bercouli
tidak ingin ia ikut serta karena dalam pertempuran sebelumnya ia
kehabisan anak panah. Pasukan persediaan kini sedang menuju kota
terdekat untuk mengumpulkan anak panah, tetapi akan membutuhkan waktu
lebih dari satu jam.
Rasa khawatir memenuhi wajah para penjaga,
baik mereka yang berangkat dan yang tinggal. Sejujurnya masih tak jelas
mana yang lebih membahayakan. Hanya dewa-dewi—tidak, hanya dewa
kegelapan dan pemimpin pasukan musuh, Vector, yang tahu berapa banyak
yang akan mengejar pasukan pengecoh dan berapa banyak yang akan
melanjutkan penyerangan di dalam lembah.
Mereka yang ikut serta
dalam pasukan pengecoh telah menyelesaikan persiapan dari tadi: empat
knight peringkat atas, Bercouli, Alice, Renri, Scheta, serta naga
terbang mereka, pasukan penjaga yang berjumlah seribu, pasukan astetics
yang berjumlah duaribu, serta pasukan persediaan yang berjumlah
limapuluh. Eldrie sendiri menolak untuk ditambahkan di pasukan pengecoh,
tetapi ia memilih mundur setelah diprotes oleh Alice. Knight dalam masa
pelatihan, Linel dan Fizel, juga melontarkan protes mereka, tetapi
mereka akhirnya mengalah setelah diceramahi komandan knight jika ia
“membutuhkan keduanya di bagian belakang”.
Delapan kereta cepat,
masing-masing ditarik oleh empat ekor kuda telah disiapkan untuk
mengangkut bahan-bahan. Kirito dan kursi rodanya beserta kedua siswi
pelatiah seharusnya mengendarai salah satunya.
Alice ragu-ragu
apakah benar jika mengikutsertakan Tiezé dan Ronye. Tetapi, seseorang
harus menjaga Kirito dan meskipun ia tidak tahu, Renri, seorang knight
peringkat atas telah bersumpah untuk melindungi keduanya bahkan jika
harus mempertaruhkan nyawanya.
Sejujurnya, Alice memiliki
sedikit ingatan tentang Knight Renri. Namun, ia tidak merasakan tipuan
dari tekad yang tampak di wajahnya serta kekuatan yang memancar dari
divine instrument, «Twin Edged Wings», yang menggantung di kedua
pinggangnya.
Naga terbang Bercouli, «Hoshigami», bersiap untuk lepas landas lalu para penjaga bersorak penuh semangat.
Alice
menggenggam tali kekang milik Amayori dan menunggu waktu untuk lepas
landas ketika ia memandang Eldrie yang melepas kepergian pasukan ini.
Ia
merasa terganggu atas bagaimana sikap Eldrie yang biasanya hiperaktif
kini menjadi pendiam ketika ia sedang bersiap-siap. Tetapi, sebelum ia
bisa mengucapkan kata-kata, Hoshigami perlahan terbang dan Alice
berbalik kedepan sebelum akhirnya menyuruh Amayori terbang.
Naga
terbang tersayangnya ini mulai lepas landas, diikuti naga terbang milik
Renri, «Kazenui», dan naga terbang milik Scheta, «Yoiyobi».
Bercouli, yang memimpin didepan, membalikkan kepalanya dan berteriak.
“Baiklah,
kita akan menyerang pasukan utama musuh dengan semburan naga terbang
secara bersamaan ketika keluar dari lembah! Musuh seharusnya tidak
memiliki serangan jarak jauh sekarang ini, jadi jaga jarak kalian agar
tidak terkena serangan naga terbang!”
Para penjaga menjawab instruksi komandan knight dengan “ya”.
Suara
penjaga yang melaju dengan menaiki kuda maupun berjalan kaki mengikuti
para knight dari belakang. Keempat knight peringkat atas harus
mengacaukan medan perang sebelum para penjaga keluar dari lembah,
berbelok ke selatan—menuju kanan—dan menjaga jarak dari mereka.
Banyak obor bisa terlihat di depan sana, di kegelapan lembah.
Ada banyak musuh. Meskipun sudah banyak yang dikalahkan, tampaknya musuh masih memiliki tigapuluh ribu pasukan kuat.
Katanya,
kekuatan utama musuh adalah para dark knight dan petarung tangan
kosong. Keduanya berfokus dalam pertarungan jarak dekat. Serangan mereka
tidak efektif jika melawan integrity knight yang sedang menunggangi
naga terbang.
——Tidak.
Apa itu?
Ucapan berulang-ulang, seperti kutukan, datang dari bawah terbawa angin.
Perapalan art… terkoordinasi!?
Konyol, daerah ini seharusnya tidak memiliki cukup sacred energy untuk melakukan art berskala besar!!
Alice menolak insting miliknya.
Tetapi,
tepat setelahnya, Bercouli yang terbang paling depan tiba-tiba
mengumpat, “Para sialan itu … apa yang telah mereka lakukan?!!”
* * *
Aah.
Kekuatan menakjubkan!!
Pemimpin
pengguna dark art, Dee Ai El mengangkat kedua tangannya menuju langit
sementara seluruh tubuhnya bercucuran berkeringat.
Apakah ada
seorang pengguna art dalam sejarah yang pernah merasakan energi ruang
terkonsentrasi menjadi energi kegelapan semacam ini?
Di dunia
ini tidak ada prioritas tertinggi dan kekuatan semurni sebuah Life.
Tidak masalah jika life tersebut berasal dari jiwa orc yang vulgar. Jika
Life seperti anggur berharga yang simpan selama ratusan tahun, lalu
energi kegelapan yang disediakan matahari dan bumi bagaikan air murni.
Energi
«Panah Incineration Area luas» sebelumnya berasal dari jiwa yang tewas
dari pertarungan. Tetapi, seluruh tiga ribu jiwa ini langsung diubah
menjadi energi kegelapan guna pengaktifan art tersebut.
Setiap
pengguna art, dari Dee hingga ke dua ribu pasukan, kedua tangan mereka
telah diulurkan hingga membentuk ular aneh dengan banyak kaki,
masing-masing tampak menggulung bagaikan pakaian hitam berbentuk kabut.
Ular
tersebut adalah organisme buatan, «Life eaters» yang diciptakan
menggunakan umbra elements. Tidak ada objek yang bisa menahan mereka,
bahkan pedang maupun armor yang memiliki prioritas tertinggi. Efisiensi
pengubahan energi kegelapan culup rendah dibandingkan art api
penyerangan, tetapi semuanya akan berubah dengan sumber energi yang
berlimpah ini.
Dee telah memilih art ini untuk membalas «light
pillar» milik musuh yang membakar teman-temannya hingga tewas. Bahkan
teriakan kesakitan para pasukan orc ketika mereka tewas terdengar
menyerangkan di telinga Dee.
“Bagus… bersiaplah melakukan «Death Curse Worms» art!!”
Teriakan Dee menggelora dan—
Ia menyadari empat kesatria naga datang dari arah lembah, berpikir mereka telah kehilangan akalnya.
Keterkejutan
sesaat berubah menjadi kegembiraan. Ia bisa menghancurkan pasukan
terhebat musuh, para integrity knight dan naga terbangnya secara
bersamaan.
“Berdiri!! Biarkan mereka mendekat!! …Tunggu… masih belum…… —Sekarang, kalahkan mereka!!”
Zwaaaaaaaa!!
Ular hitam yang tak terhitung banyaknya meluncur menuju musuh, menyebarkan getaran yang tampak seperti ketakutan murni.
* * *
Menyadari
serangan art musuh menjadi semakin kuat, menyebarkan gelombang
kegelapan mutlak yang menutupi tak hanya pikiran para penjaga tetapi
pikiran para knight peringkat atas selama beberapa detik.
Serangan
ini adalah sebuah art umbra elemental dengan prioritas sangat tinggi,
bahkan tampaknya melampaui art luminous elemental yang dilepaskan Alice
sebelumnya. Sebuah kutukan yang ditujukan secara langsung menuju Life
seseorang, dan tak bisa ditahan menggunakan fisik apapun.
Yang
menjadi misteri— bagaimana mereka menciptakan art umbra elemental, hanya
dengan menggunakan perubahan sacred energy yang begitu rendah, hingga
menjadi sebesar ini walaupun kekurangan energi di daerah ini—tidak
terlintas dalam pikiran Komandan Knight Bercouli.
Tetapi, ia tak bisa melakukan pertahanan tiba-tiba melawan art ini.
Ada
banyak aspek mengenai art penyerangan: element yang menjadi dasarnya,
kepadatan art tersebut, luas, kecepatan, arah, dan semacamnya.
Namun,
menahan art tersebut memerlukan atribut yang berlawanan. Memilih dan
melakukan pertahanan balasan adalah hal yang biasa bagi pengguna art
peringkat atas.
Bisa memilih dan melakukan balasan secara
mendadak seperti membuat thermal art ketika bertemu cryogenic element,
menyebarkan pengecoh ketika bertemu art pencari, atau mengelak mendadak
dari art yang melaju lurus, adalah syarat untuk menjadi seorang pengguna
art peringkat atas.
Tetapi, masalah ini adalah pengecualian.
Serangan art musuh diluar akal sehat.
Hanya
luminous element yang bisa menahan umbra element. Tetapi, luminous
elements hanya memiliki efisiensi rendah dan menjadi tak efektif untuk
menolak kutukan sebesar ini. Serangan release recollection milik Fanatio
mungkin bisa menembus art musuh tanpa masalah, tetapi cahaya Heaven
Piercing Sword terlalu tipis serta ia tak ikut serta dalam pasukan
pengecoh.
“Berbalik!! Keatas!!”
Bercouli hanya bisa berteriak seperti itu.
Keempat naga terbang berbalik ketika melihat sebuah gulungan dan menuju ke atas langit.
Gelombang ular juga mengubah arahnya dengan dengungan tak mengenakkan.
Tetapi.
“—Tidak!!”
Bercouli berteriak sekali lagi.
Ular-ular
yang mengejar mereka tidak lebih dari separuhnya. Sisa ular tersebut
melaju lurus menuju para penjaga dan pasukan persediaan yang bergerak di
tahan.
“……!!”
Menggenggam dengan kuat, Knight Alice
beserta naga terbangnya berbalik lalu turun dengan cepat. Ia berputar
menuju depan art kegelapan yang semakin dekat ke tanah.
Shaa!!
Alice menghunus Fragrant Olive Sword hingga berbunyi nyaring ketika
pedang tersebut ditarik dari sarungnya. Cahaya terang keemasan bersinar
setelahnya hingga menutupi seluruh pedang.
“Nona kecil!! Jangan, itu tidak akan bekerja!!”
Bercouli mencoba untuk menahan murid tersayangnya.
Armament
full control art milik Fragrant Olive Sword memiliki kekuatan
mengerikan dalam pertempuran satu lawan banyak, tetapi metallic
elemental pada pedangnya tidak bisa menebas sesuatu yang mirip dengan
kutukan.
Alice juga mengetahuinya. Tetapi, ia tak bisa menonton dan membiarkan para penjaga terkena serangan ini.
Kemudian itu terjadi.
Naga terbang kelima melaju dari dasar lembah dengan kecepatan bagaikan bintang jatuh.
«Takiguri».
Naga terbang tersebut milik knight peringkat atas, Eldrie Synthesis Thirty-one.
* * *
Eldrie terus mengulangi kata tersebut yang dari tadi berputar dalam pilkirannya sambil menggenggang tali kekang naganya.
Lindungi.
Masternya. Alice. ia telah berjanji pada pedangnya dan bersumpah untuk melindunginya, apapun bayarannya.
Pada saat yang sama, ia bisa mendengar sebuah suara keras yang juga mencaci pikirannya tadi.
Bagaimana
kau akan melindunginya? Sejak kapan kau menjadi begitu lemah? Sejak
kapan kau menjadi seorang yang bodoh, masih menginginkan perhatian
mastermu tetapi kemampuanmu tertinggal jauh darinya?
Ketika
Eldrie masih menjadi calon integrity knight, apa yang menyemangati
pedangnya adalah keinginan kuat untuk melayani Alice. itulah mengapa ia
bisa menjadi knight peringkat atas, tetapi juga menjelaskan pukulan yang
ia rasakan pada hatinya.
—Aku tidak memiliki kekuatan untuk melindungi Master Alice ataupun hak untuk bertarung bersamanya.
Kekuatannya
berkurang secara drastis ketika berpikir seperti itu. Meskipun ia telah
menunggangi Takiguri dan mengejar pasukan pengecoh, setelah merasakan
pertanda tak mengenakkan sebelumnya, ia tak memiliki ide apa yang akan
ia lakukan setelah sampai kesana.
Dengan hal yang akan terjadi, ia mungkin akan mengorbankan nyawanya sendiri di depan masternya.
Terbang menuju kematian, Eldrie berpikir jika ia mendengar sesuatu dan menurunkan pandangannya kebawah.
Para
penjaga yang menemani Alice berlarian setelah menyadari dark art yang
datang. Dibelakang mereka adalah pasukan persediaan yang juga berbaris
tak beraturan.
Sebuah cahaya kebiruan berkedip-kedip bagaikan sebuah kanopi.
Suara misterius berbicara di dalam pikirannya.
—Demi tekadmu.
—Demi keinginanmu untuk melindungi.
—Kau sebenarnya tak ingin balasan, kan?
—Cinta bukanlah hal untuk dicari. Kau memberikannya: cinta dengan sepenuh hati tanpa akhir. Benar kan…?
Aah…
Dimana aku mencarinya?
Aku tak memiliki kekuatan? Aku tak bisa memiliki hatinya? Jadi aku tak bisa melindunginya?
Sungguh manusia memalukan aku ini…
Dan berpikir jika Alice-sama juga disana, mencoba untuk menyelamatkkan Kerajaan Manusia.
Eldrie menarik tali pengekang Takiguri dengan tangan kananya sambil berteriak.
“Ayo!!”
Mungkin
menyadari keinginan tuannya, si naga mengepakkan sayapnya dengan kuat
dan melaju secepat mungkin. Eldrie bisa mendengar suara milik Alice, ia
berusaha untuk menghentikan Eldrie, ketika mereka saling berpapasan
dengan Amayori yang turun. Tetapi, eldrie tidak menunjukkan tanda-tanda
untuk melambat dan menanjak ke atas menuju gelombang ular mematikan.
Tangan kirinya mengeluarkan cambuk perak dari pinggang.
Bentuk
asli divine instrument «Frost Scale Whip» adalah seekor ular raksasa
yang dikatakan berasal dari daerah pegunungan di kerajaan timur.
Melepaskan ingatannya hingga menaikkan jarak serang beberapa kali lipat
dan membuat arah serangan sebebas mungkin.
Katanya, kekuatan tersebut tidak memiliki arti jika melawasn art sejenis kutukan.
Tetapi, Eldrie berdoa dengan keyakinan tak tergoyahkan.
—Wahai ular!!
Oh, ular kuno!
Jika kau merajai seluruh ular, lalu bagaimana jika kamu melahap seluruh cacing yang bukan tandinganmu ini!!
“Release recollection!!”
Frost Scale Whip mengeluarkan cahaya perak sambil mengeluarkan suara deru.
Cambuk
tersebut terbagi hingga tak terbatas dengan cahayanya. Berubah menjadi
ribuan serangan cahaya, lalu menyerang ular kegelapan tersebut.
Cahaya
tadi lalu berubah menjadi ular cahaya sebelum siapapun menyadarinya.
Menggeliat dalam bentuk lingkaran di tangan kiri Eldrie, membentuk
rahang penuh taring dan menggigit ular kegelapan hingga mati.
Zobuu! Ular-ular meledak menjadi serpihan-serpihan dengan suara tersebut lalu berubah menjadi umbra elements kemudian menyebar.
Gerombolan
ular yang hendak menyerang para penjaga juga yang memojokkan naga
terbang ke atas langit kini berbalik ketika menyadari ular bersinar
tadi.
Tak butuh waktu lama bagi ular tadi untuk menggulung
hingga menjadi banyak cacing. Kutukan mereka menyebar melalui tubuh ular
cahaya dan sampai hingga sumbernya.
Eldrie telah menyadari
aspek utama dari art musuh yang bisa diganggu dari luar, «atribut
pengejaran otomatis», dan memfokuskan mereka semua menuju dirinya.
——Alice-sama.
Ia tersenyum dan menutup kelopak matanya.
Sementara kegelapan pekat kini menelan si knight seluruhnya.
Angka Life milik Integrity Knight Eldrie yang mana lebih dari limaribu—
Tiba-tiba berubah menjadi minus lima ribu.
Sosok Eldrie remuk dan retak dari dadanya hingga bagian bawah, ia seolah akan meledak.
* * *
“Eldrie———!!!”
Alice berteriak.
Murid
satu-satunya yang selalu menemaninya dalam hari-hari pendek namun
berkenang terpleset dari punggung naganya, kehilangan lebih dari separuh
dagingnya.
Memerintah Amayori untuk memutar tiga kali, Alice
menebas sisa-sisa cacing dan menggenggam tangan kanan Eldrie dengan
tangan kirinya yang terjulur. Nafasnya terengah-engah merasakan tubuhnya
yang ringan ketika Alice menariknya, tetapi, ia menghiraukannya lalu
memerintah naganya terbang naik.
Takiguri mengikuti mereka di samping, mungkin ingin tahu kondisi tuannya. Alice berteriak sekali lagi di atas naganya.
“Eldrie!! Buka… buka matamu!! Aku tak akan membiarkanmu, kau tak boleh meninggalkanku di tempat seperti ini!!”
Alis mata Eldrie bergerak sedikit, bagian tubuh dibawah dadanya telah menghilang.
Dibalik matanya yang berwarna sedikit keunguan, terisi cahaya. Ia menatap Alice.
“…Master… keamananmu membuatku ……”
“Ya… ya, tentu sekarang aku telah aman, terima kasih!! Pernahkah aku bilang jika aku membutuhkanmu?!!”
Pandangan
Alice perlahan menjadi kabur. Tetesan air mata jatuh ke dada Eldrie,
terus menerus. Tidak peduli jika itu air matanya, Alice memeluk
muridnya.
Suara yang hampir tak terdengar sampai ke telinganya.
“Alice-sama…
ada banyak, banyak orang… yang memburuhkanmu. Aku… bukanlah
siapa-siapa… untuk pernah berpikir … aku bisa memilikimu demi…”
“Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan!! Jadi kembalilah!! Apa kau bukan miridku?!!”
“Aku sudah cukup menerima.”
Alice merasakan berat di lengannya perlahan berkurang dengan cepat ketika Eldrie berbisik.
“Eldrie!! Eldrie—!!”
Satu bisikan lembut menemani tangisannya.
“Jangan… menangis…… I… bu……”
Dan
jiwa milik Integrity Knight Eldrie Synthesis Thirty-one, juga yang dulu
bernama Eldrie Woolsburg, meninggalkan Underworld selamanya.
Murid tersayang Alice berubah menjadi cahaya, mendengar ucapan dari
muridnya untuk terakhir kalinya, Alice kini menatap matanya yang telah
kosong.
Eldrie menghilang setelahnya, tidak meninggalkan satu
pecahan armor. Frost Scale Whip yang ia genggam di tangan kirinya
perlahan jatuh ke punggung Amayori. Mungkin menyadari kematian tuannya,
Takiguri yang terbang di samping mengeluarkan raungan menyedihkan.
Alice mengambil nafas dan mencium aroma mawar sebelum mengangkat wajahnya keatas.
—Ini peperangan.
Itulah
mengapa ia tidak akan memiliki dendam, tidak peduli serangan macam apa
yang dilakukan musuh, tidak peduli dampak yang dihasilkan. Faktanya,
dirinya sendiri telah merenggut banyak nyawa musuh beberapa menit
sebelumnya menggunakan art raksasa tanpa berbelas kasihan.
Lalu.
Kemarahan ini. Kesedihan ini. Bahkan jika itu bisa menjadi kekuatan, bahkan jika itu membuatnya membunuh lebih banyak—
“…Benar, kalian harus bersiap-siap!!”
Menghunus Fragrant Olive Sword dengan suara nyaring, Alice berteriak.
“Amayori! Takiguri! Maju dengan kecepatan penuh!!”
Alaminya. naga terbang yang dikekang oleh art pembelenggu tak akan pernah menerima perintah dari orang lain selain pemiliknya.
Tetapi,
kedua saudara naga ini meraung bersama dan mengepakkan sayap mereka
ketika mereka berdua memulai serangan. Tanah Kegelapan, tanah kelabu
mulai terlihat dibalik lembah, kini semakin dekat.
Terhasut oleh kemarahan hebat, mata biru milik Alice perlahan mengincar pasukan utama musuh.
Kira-kira
limaribu mel di sisi kiri pintu keluar lembah adalah Dark Knight Order
yang mengenakan armor keemasan berjumlah kira-kira limaribu.
Di
sisi kiri adalah Guild Petarung Tangan Kosong, sosok berotot dengan
sabuk kulit, kira-kira berjumlah limaribu. Mereka adalah pasukan utama
musuh.
Di posisi belakang adalah pasukan orc dan goblin,
tampaknya pasukan pendukung dan ada pasukan pengangkut. Koamandan
pasukan musuh, Dewa Kegelapan Vector seharusnya ada diantara mereka.
Dan
yang berada di posisi terdepan, diantara dark knight dan petarung
tangan kosong adalah kelompok yang mengenakan pakaian hitam.
Mereka.
Mereka adalah penguna dark art yang meluncurkan kutukan skala besar
sebelumnya. Jumlah mereka kira-kira duaribu. Mereka yang menyadari ada
naga terbang yang mendekat mulai panik dan berlarian meninggalkan
temannya.
“Kalian tak kubiarkan lari!!”
Alice memerintahkan kedua naga untuk melancarkan serangan.
“Incar bagian belakang… sekarang, tembak!!”
Kedua
naga tiba-tiba melengkungkan leher mereka dan membuka rahangnya
lebar-lebar. Taring putih mereka bersinar merah ketika api mengisi
mututnya.
Zubaa; dua serangan panas ke sisi belakang memblokir jalur pelarian para pengguna dark art.
Ledakan mengguncang bumi. Api meledak. Sosok-sosok didekatnya terlontar bagaikan dedaunan.
Karena jalur pelarian mereka terblokir oleh api, para pengguna art ini kehilangan perintah dan berkerubung menjadi satu.
Alice mengangkat Fragrant Olive Sword setinggi mungkin. Pedang tersebut mengeluarkan cahaya emas melebihi cahaya matahari.
“—Enhance armament!”
Pedang
tersebut terurai menjadi pecahan-pecahan kecil. Setiap pecahan pedang
terisi oleh keinginan Alice, sehingga menambah ketajamannya.
* * *
Tak masuk akal.
Tak mungkin!!
Pemimpin
guild pengguna dark art, Dee Ai El menjerit dalam kepalanya ketika
melihat keatas menuju kesatria naga yang terbang bagaikan anak panah
dari lembah.
Death Curse Worms art yang dilafalkan oleh duaribu
pengguna art dengan mengorbankan nyawa tiga ribupasukan orc seharusnya
bisa banyak membunuh pasukan mush. Mereka seharusnya tidak memiliki
prioritas untuk menahannya baik itu integrity knight maupun para penjaga
yang ada di tanah.
Namun, karena beberapa alasan, art tersebut
malahan hanya memakan Life milik seorang knight lalu menghilang setelah
melakukan pembunuhan.
Death Curse Worms tertarik menuju bentuk
kehidupan yang lebih tinggi dari Life. Dengan kata lain, tertarik
terhadap makhluk yang sama dengan sacred beast, melebihi manusia dan
naga terbang, sosok tersebut pasti menarik kutukan yang ia ciptakan,
tetapi tak mungkin untuk menciptakan binatang buatan hanya menggunakan
art sederhana. Kesimpulan ini berlawanan dengan akal sehat. Sungguh tak
mungkin.
—Bagaimana mungkin ada kekuatan macam itu, aku yang
menjadi pemimpin Guild Pengguna Dark Art, pusat dari kecerdasan dunia,
tidak tahu akan hal itu?!!
Dee menggertakkan giginya ingin berteriak.
Namun,
itu adalah fakta jika pasukan musuh hanya tewas satu orang, lalu melaju
seseorang diri menuju duaribu pasukan dark art bagaikan gelombang
kemarahan.
“Mundur!! Kalian semua, mundur!!”
Dee memekik dengan suara nyaring.
Tetapi, dua tembakan api menghantam tanah sepuluh mel dibelakang mereka.
Api
keluar dari ledakan itu, menelan sepuluh temannya. Gelombang panas
sampai ke lantai dua kereta pengangkut dimana Dee berdiri dan
mengibaskan rambut hitamnya yang selalu ia banggakan.
“Eek…”
Menjerit, Dee menuruni kereta ini. Mengendarai kereta ini akan menjadikannya target tembakan.
Berbaur dengan teman-temannya, Dee mencoba untuk melarikan diri sebelum cahaya emas menyilaukan menyinari pandangannya.
Dalam
pandangannya, ia menatap atas, Dee melihat pedang milik seorang
integrity knight yang berdiri di naga terbang kini terbelah menjadi tak
terhitung serpihan cahaya.
Dee bisa merasakan tiap potongan
pedang tersebut memiliki level prioritas yang menakutkan. Tampak jelas
jika element apapun yang ia lancarkan dari sisa-sisa energi kegelapan
tak akan mampu menahannya.
—Sialan, sialan, aku tak akan membiarkan serangan itu membunuhku!!
—Di tempat seperti ini?!! Akulah yang akan menguasai dunia ini!!
Mengangkat
matanya dengan wajah yang tampak marah, Dee mengayunkan kedua tangan
dengan kuku setajam cakar lalu menusukkan kuku-kuku tersebut ke punggung
dua orang pengguna dark art yang berlari didepan.
Kuku tajamnya
merobek kulit mulus mereka, menggali kedalam dagingnya. Ia membuat
lubang untuk memperoleh tulang belakang mereka.
“Gyaa… De-Dee.-sama…!?”
“Appaa…!? T-tolong hentikan…”
Menghiraukan
teriakan permohonan temannya, si pengguna dark art peringkat atas hanya
tertawa kejam ketika ia mulai merapalkan sebuah art.
Kata-kata yang mengikutinya benar-benar kutukan sejati.
Perubahan bentuk. Sebuah art terkutuk rahasia yang mengubah daging makhluk hidup, sumber energinya adalah Life korbannya.
Squelch.
Darah
dan daging berhamburan ketika tubuh dua orang wanita sehat hancur lalu
bergabung kembali menjadi bentuk yang tak bisa ditebak. Keduanya
melindungi Dee yang membungkuk ke tanah, tanpa menyisahkan celah lalu
akhirnya mengeras dan menjjadi lapisan pelindung elastis yang pernah
hidup.
Itu terjadi tepat ketika angin kematian berwarna keemasan menyelimuti seluruh area. * * *
Alice menguatkan hatinya dan menghiraukan banyak teriakan yang sampai di telinganya.
Ia
tak akan membiarlan art seperti itu digunakan lagi. Ia akan memusnahkan
para pengguna dark art dan perapalannya dari dunia ini.
Setiap
kali ia mengayunkan gagang pedang yang sedang bercahaya di tangan
kanannya, serpihan tajam mengikuti musuh yang ia tatap dibawah sana.
Pengguna dark art tidak mengenakan armor logam yang mellindungi tubuh
mereka, sehingga serpihan pedangnya bisa menembus tubuh mereka dengan
mudah hingga tewas.
Alice mempertahankan release recollection
hingga ia yakin telah memusnahkan lebih dari sembilan puluh persen
pasukan pengguna dark art yang berjumlah duaribu. Life pedangnya pasti
berkurang banyak, tetapi ia tidak menyesalinya.
Meskipun sedikit
yang selamat dari dua ribu pasukan pengguna art, mereka yang berlarian
tidak peduli untuk melihat tumpukan mayat temannya. Alice mengembalikan
Fragrant Olive Sword ke bentuk asalnya ketimbang mengejar mereka.
Ia melihat sekitar sepuluh dark knight lepas landas menunggangi naga terbang mereka di sisi kiri pandangannya.
Meskipun
ia berpikir jika mereka akan menyerangnya secara lurus, ksatria naga
musuh malahan membentuk formasi di udara tanpa berusaha memperpendek
jarak antara mereka. Ia akhirnya tahu mengapa. Bercouli dan yang lainnya
telah mengejarnya dari belakang.
“Nona kecil, jangan berlebihan!”
Alice merespon komandan knight yang berusaha menyadarkannya, mungkin karena kematian Eldrie.
“Ya… aku tak apa, paman yang terhormat. Tolong temani pasukan di darat. Aku akan menjalankan peranku sebagai pengecoh.”
“Benar… tetapi jangan terlalu jauh!”
Bercouli
berteriak dan mengalihkan matanya pada ksatria naga musuh. Memerintah
Takiguri untuk tetap mengudara, Alice memerintah Amayori untuk perlahan
naik keatas.
Alice bisa merasakan perhatian seluruh orang
tertuju padanya, baik dark knight, petarung tangan kosong, orc dan
goblin—dan seseorang yang memiliki hawa kehadiran yang begitu kuat entah
dimana, ia tak bisa menemukannya. Ia bisa mendengar suara dari para
penjaga dan pasukan persediaan yang ada dibelakang akhirnya berbelok ke
selatan, lari dengan kecepatan penuh.
Alice berteriak keras untuk menghapus suara yang mereka timbulkan.
Suaranya, semakin jelas karena incarnation, bergetar ke seluruh arah.
“—Namaku
Alice!! Aku Integrity Knight Alice Synthesis Thirty!! Seseorang yang
mewarisi keinginan tiga dewi untuk melindungi Kerajaan Manusia, aku
adalah «Putri Cahaya»!!”
Itu adalah deklarasi tanpa pondasi, sebuah gertakan semata.
Tetapi,
seluruh pasukan musuh menjadi ribut setelahnya. Hasrat kuat untuk
menangkap Alice kini tertuju padanya. Tampaknya musuh juga memiliki
keinginan untuk menangkap Putri Cahaya, mengalahkan hasrat untuk
menggulingkan Kerajaan Manusia.
Apakah Putri Cahaya adalah dirinya, ataukah itu hanya sebuah nama semata?
Alice
merasa itu tak masuk akal. Ia hanya perlu membuat separuh pasukan musuh
mengejarnya. Semuanya akan baik-baik saja selama ia bisa menarik musuh
menjauh. Ia akan mengulur waktu demi memenuhi harapan milik Eldrie,
Dakira, dan banyak penjaga yang telah tewas.
“Persiapkan dirimu untuk dihancurkan kekuatan cahaya jika kalian berani menghalangiku!!” * * *
“Ohh…”
Kaisar
tanah kegelapan, Dewa Kegelapan Vector, dan juga pemburu jiwa, Gabriel
Miller, berdiri dari tahtanya sebelum rasa takjubnya keluar.
“Ohh.”
Gabriel
tidak merasakan apapun dari serangan penuh kegagalan yang mengorbankan
tigaribu pasukan orc ataupun ketika hampir seluruh pasukan pengguna dark
art terbunuh. Tetapi, rasa ngeri kini mengalir dalam jiwanya saat ini.
Sebuah suara keluar dari bibir pucatnya, membentuk sebuah senyuman.
“Alice… —Alicia…”
Kedua mata Gabriel menangkap sosok knight muda yang mengenakan armor emas, ia menunggangi naga terbang di atas langit malam.
Rambut lurus keemasan. Kulit putih. Mata biru seperti langit di musim dingin.
Sosok
tersebut persis seperti penampilan dewasa dari gadis yang ia cintai
pertama kali, Alicia Klingerman, dalam kesadaran Gabriel. Ini adalah
fakta dalam pikiran Gabriel jika jiwa Alicia yang gagal ia tangkap telah
kembali lagi dalam dunia virtual.
—Kali ini, pasti.
Kali
ini, ia akan menangkapnya dengan tangannya sendiri. Ia kan memperoleh
light cube yang menyimpan fluct light gadis itu lalu menyimpan di
hatinya.
Memfokuskan tatapannya, seperti api biru, setelah
melihat Alice menarik tali kekang naganya dan terbang menuju langit
malam selatan, Gabriel berkata pelan dan memberikan perintah baru.
“Semua
pasukan, bersiaplah untuk bergerak. Bergeraklah ke selatan dengan Guild
Petarung Tangan Kosong memimpin, lalu diikuti oleh Dark Knight Order,
para demi-human, dan pasukan persediaan. Tangkap knight tersebut, si
Putri Cahaya tanpa melukainya. aku akan memberikan kuasa penuh atas
Kerajaan Manusia bagi siapapun yang bisa menangkapnya.”
Bab 19: Putri Cahaya (Bulan Ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)
Bagian 2
20:00
Pasukan
Tanah Kegelapan baru saja bergerak, meninggalkan kepulan debu
dibelakangnya. Debu tersebut kini mewarnai langit Tanah Kegelapan yang
diterangi gemerlip bintang kemerahan di gelapnya malam.
Mengintip
melalui teropong sederhana yang dibuat menggunakan Crystal Elements,
Komandan Knight Bercouli menatap kedepan lalu sedikit mengomel.
“Sungguh mengherankan … Tampaknya Dewa Kegelapan Vektor ini tertarik padamu nona kecil. Seluruh pasukan mengejarmu lho.”
“Kita seharusnya… senang, kukira. Daripada kita diacuhkan.”
Alice cemberut seolah menghilangkan kegelisahannya ketika ia meminum Air Siral hangat.
Di
daerah Tanah Kegelapan yang tak pernah dijelajahi — tentunya bagi
mereka yang berasal dari Kerajaan Manusia —di bukit kecil sekitar lima
kilo di selatan lembah, Pasukan Pertahanan pengecoh sedang beristirahat
singkat.
Para penjaga begitu senang.
Karena seorang
Integrity Knight telah mengorbankan dirinya ketika menghalau art skala
besar yang membuat semua orang hampir tenggelam dalam keputusasaan,
mereka semua kini yakin sekali lagi, bahwa mereka harus menghargai
kesempatan hidup yang telah diberikan.
Sementara itu, Alice masih belum bisa menerima kematian Eldrie.
Meskipun
belum lama berlalu sejak mereka berdua bertemu di Katherdal Pusat,
begitu banyak hal yang telah terjadi. Eldire selalu mengusulkan untuk
mencoba anggur maupun cemilan untuk Alice; membuat lelucon garing dari
waktu ke waktu; tak ada waktu sepi jika bersama Eldrie.
Alice
selalu bertanya-tanya apakah pemuda ini serius belajar ilmu pedang dan
art, ataukah hanya ingin mencari masalah. Tetapi sekarang, ia mengerti.
Ia mengerti jika Eldrie telah mengisi hatinya dengan sikap kesembronoan.
… hal-hal tersebut akan kelihatan normal jika aku
menanggapinya. Mengapa aku baru menyadari betapa berharganya ia ketika
ia telah tiada?
Ketika Alice menatap Barisan Peegunungan di
Ujung yang membentang di langit timur laut, ia dengan lembut menyentuh
gulungan cambuk yang berada di pinggangnya. Ia sekarang mengerti mengapa
Kirito tak ingin melepaskan pedang milik Eugeo.
Sambil menunggu Alice membuka matanya, Komandan Knight berkata:
“Tentang
strategi saat ini … sebenarnya, hingga keempat Integrity Knights di
pasukan pengecoh ini gugur, kita akan tetap memancing pasukan musuh
sejauh mungkin lalu menyerangnya. Apa kau setuju?”
Alice mengangguk tegap pada Komandan Knight yang sedang berdiri di puncak tertinggi batu besar di atas bukit.
“Inilah
situasi yang telah terjadi sampai saat ini:kita telah menghabisi hampir
separuh pasukan musuh yang berjumlah lima puluh ribu serta kita telah
menghabisi Guild Pengguna Dark Art yang paling merepotkan. Kini kita
tinggal mengatasi pasukan utama Tanah Kegelapan, yaitu Dark Knights
Order dan Guild Petarung Tangan Kosong … lalu mengalahkan Dewa Kegelapan
Vektor. Ketika kita mengalahkan mereka semua, sisa-sisa pasukan musuh
tampaknya akan setuju dengan perjanjian perdamaian. Bagaimana
menurutmu?”
“Hmm… masalahnya, siapa yang akan memimpin mereka setelahnya. Jika saja si bocah Shasta masih hidup …”
“Jadi, Jendral Kegelapan telah … Apa anda benar-benar yakin tentang hal itu, paman?”
“Ia
tidak ada disana ketika aku memandang beberapa saat lalu. Bukan hanya
Shasta, tetapi muridnya juga, si knight perempuan yang pernah melawanmu
sebelumnya nona kecil.”
Bercoulli menghembuskan nafas. Alice
tahu jika Bercouli secara rahasia memiliki harapan besar dari Jendral
Kegelapan dan muridnya.
Menggelengkan kepalanya perlahan, si Knight tertua kini menurunkan nada bicaranya.
“Sekarang
kita hanya bisa berharap jika Dark Knight yang menggantikan posisi
Shasta juga mewarisi keinginannya. Sepertinya tidak, kurasa …”
“Sepertinya tidak?”
“Tidak.
Orang-orang yang tinggal di Tanah Kegelapan tidak memiliki hukum
tertulis seperti Taboo Index. Hanya ada satu hukum tak tertulis yang
membuat mereka mematuhi yang kuat. Dan… tampaknya, Incarnation milik
Dewa Kegelapan Vektor begitu kuat terasa … seorang pemula tak akan cukup
kuat untuk membuat pembrontakan …”
Benar juga, ketika ia
mengumumkan identitas dirinya di depan musuh beberapa saat lalu, sebuah
energi kegelapan dingin serta tak berdasar terasa di pusat formasi
musuh, dan itu dengan jelas menempel pada Alice. Itu pertama kalinya
Alice merasakan sensasi macam itu sejak bangun menjadi seorang Integrity
Knight. Jika Incarnation milik Pemimpin Tertinggi Administrator mirip
dengan kilatan petir, maka apa yang Alice rasakan adalah kegelapan tak
berdasar.
Alice merasa ngeri hanya memikirkannya. Menenangkan dirinya sendiri, Alice mengangguk.
“Aku paham…Aku kira tak akan ada orang yang tak mematuhi seorang Dewa.”
Tepat seolah Alice berkata seperti itu, Komandan Knight tertawa dan menabok punggung Alice.
“Meskipun
kau berkata seperti itu nona kecil. Kau, Kirito dan Eugeo, kalian
bertiga mampu menentang di Kerajaan Manusia. Semoga saja ada orang-orang
yang bernyali di Tanah Kegelapan.”
Lalu, mendengar kepakan sayap yang begitu keras, keduanya menoleh keatas.
Naga
milik Renri, Kazenui, telah mendarat. Si knight muda dengan tangkas
melompat sebelum cakar sang naga menyentuh tanah. Ia berlari menuju
Bercouli dan dengan tergesa-gesa ia berbicara.
“Komandan
Tertinggi, lapor! Ada sebuah area hutan sekitar satu kilo di selatan
yang tampaknya bisa menjadi tempat untuk serangan kejutan untuk pasukan
musuh.”
“Bagus. Kerja bagus untuk pengintaiannya. Aku akan
menyiapkan seluruh pasukan untuk mulai bergerak … naga milikmu pasti
kelelahan, jadi berilah ia makanan dan minuman sebanyak yang ia mau.”
“Siap!”
Bercouli
memandang Renri yang dengan cepat memberikan hormat ala knight, lalu
sosoknya mulai pergi. Alice akhirnya menyadari bahwa ada sebuah senyuman
pada wajah Komandan Khight.
“…Paman?”
Menurut pandangan
Alice, Bercouli yang menggaruk dagunya untuk sesaat, sepertinya ia
malu, dan agak menghiraukan pandangan Alice.
“Yah, uh… Para
Integrity Knight tercipta karena synthesis ritual dengan mencuri ingatan
berharga mereka serta Life para khight dibekukan, perbuatan tersebut
tak bisa dimaafkan. Tetapi pada saat yang sama, aku hanya berpikir bahwa
sedikit menyedihkan jika tak ada lagi knight muda sepertinya.”
Alice berpikir untuk sesaat, lalu senyum yang sama muncul di wajahnya:
“Tak
ada seseorang yang akan menjadi Integrity Knight tanpa menghapus
ingatan serta membekukan life mereka? Aku tak percaya bahwa itu benar,
paman.”
Tangan kanan Alice dengan lembut memegang Frostscale Whip sekali lagi.
“Bahkan jika kita semua mati, aku yakin jika jiwa kita… keinginan kita akan diteruskan oleh orang lain.” * * *
“Baiklah, kini giliran kita!!”
Memukulkan
tangan kanan ke telapak tangan kirinya, ketua muda dari Guild Petarung
Tangan Kosong, Iskahn, berteriak penuh semangat.
Aku telah lama duduk dan menunggu disini terlalu lama sejak peperangan ini memanas.
Pilar
cahaya mengerikan yang membakar pasukan Demi-human, Guild Pengguna Dark
Art juga telah menciptakan gelombang cacing mengerikan, dan Kaisar
Vector sangat menginginkan Putri Cahaya hingga ia memberikan perintah
penuh misteri. Namun hal-hal tersebut tidak memberikan efek pada
semangat bertarung milik Iskahn.
Dunia miliknya hanya terbagi
menjadi dua bagian: tubuhnya dan bukan tubuhnya. Iskahn benar-benar
tidak tertarik pada hal apapun selain melatih tubuhnya. Di kepalanya,
bahkan jika ia menjadi target art skala besar seperti yang baru saja ia
saksikan, ia sangat yakin bisa menghalau setiap art yang datang hanya
dengan tinju dan semangatnya.
Petarung Tangan Kosong mengenakan
ikat pinggang pada tubuh telanjang dada penuh otot yang berwarna
kemerah-merahan, serta hanya mengenakan celana pendek dan sandal. Iskahn
memimpin lima ribu pria dan wanita kuat, dan Dark Knights Order
mengikuti di bagian belakang guild ini. Mereka telah bergerak selama
lima menit, tetapi ada jarak hampir seribu mel antara Guild Petarung
Tangan Kosong dan Dark Knights Order.
“Para Knight menunggang kuda tetapi mereka itu lamban, seperti biasanya!”
Seorang
pria kekar di samping Iskahn yang lebih tinggi dari si pemimpin. Tepat
setelah mendengar cemooh si ketua, si pria kaku ini tersenyum muak.
“Itu tak bisa dihindari, Champion.”
Ia membalas ucapan Petarung Tangan Kosong Terkuat saat ini dalam bahasa kegelapan, si pria kekar melanjutkan ucapannya.
“Para knight dan kuda mereka mengenakan armor berat.”
“Benar-benar tak berguna!”
Setelah
mendapat kesimpulan, Iskahn menatap ke depan lagi. Membentuk telapak
tangan kanannya seperti teropong, ia lalu mengarahkan ke mata kanan
miliknya.
Di pusat selaput matanya, retina miliknya membesar.
“Oh,
prajurit Kerajaan Manusia juga mulai bergerak. Tampaknya mereka … tidak
menuju kemari. Mereka sepertinya masih tetap ingin berlari?”
Membunyikan lidahnya.
Meskipun
prajurit Kerajaan Manusia tampak seperti bintang, Iskahn bisa dengan
sempurna menangkap aktivitas musuh yang jaraknya lebih dari limaribu
mel. Ia berpikir sesaat, lalu berkata:
“Hei, Dampe. Perintah Kaisar itu untuk mengejar dan menangkap Putri Cahaya kan?”
“Sepertinya iya.”
“Baiklah…”
Ia menggosok hidung dengan ibu jarinya, lalu tersenyum penuh percaya diri.
“Ayo kita tambah kecepatan untuk sesaat. — Team Rabbit, maju kedepan!!”
Teriakan ‘OH!’ penuh dengan nada tinggi dan semangat menjawab perintah si ketua.
Tim
yang terdiri dari seratus petarung ramping kini membentuk formasi rapi —
katanya, otot mereka sekokoh cambuk dan memiliki volume yang imbang.
Kepala mereka dibungkus oleh untaian tali berwarna putih.
“Ayo kita berkenalan dengan para Integrity Knights! Mulai!!”
OH!
“Martial Dance, langkah tujuhbelas, AYO!!”
Tangan kanan Iskahn dengan kuat memukul udara dan kakinya dengan keras menginjak tanah sambil berteriak.
Pendamping setianya, Dampe beserta seratus pria dari Team Rabbit melakukan hal yang sama secara serempak.
Zun, zat, zun zat.
Ooh, rah, ooh rah.
Langkah
berirama dan teriakan semangat saling beriringan, tetesan keringat
mulai membasahi rambut perunggu milik Iskahn, kemudian kulit kehitaman
miliknya kini mulai berubah warna menjadi sedikit kemerahan. Hal yang
sama juga terjadi pada teman-temannya.
Setelah lari-larian yang
berlangsung selama satu menit, seratus dua petarung menghentikan gerakan
mereka, uap mulai mengepul dari badan mereka.
Tidak, tidak hanya itu. Kulit mereka seperti kelihatan bersinar merah dalam gelapnya malam.
Petarung Tangan Kosong.
Sebuah suku yang selama ratusan tahun telah menemukan salah satu pemanfaatan bagian tubuh.
Baik
swordsmen maupun pengguna dark art memfokuskan art mereka untuk
≪merusak target menggunakan Incarnation≫. Dengan kata lain, menulis
kembali kejadian luar menggunakan imajinasi.
Akan tetapi,
Petarung Tangan Kosong berpikir sebaliknya — menguatkan tubuh mereka
sendiri menggunakan Incarnation. Melampaui batasan asli mereka, mereka
akan menguatkan tubuh mereka menjadi pertahanan yang lebih dari baja,
dan genggaman tinju mereka menjadi serangan yang bahkan bisa
menghancurkan batu besar.
Dan tentu saja, mereka akan melatih kakinya untuk bisa berlari lebih cepat dari seekor kuda, dengan telanjang kaki.
“OOOOOH, RAAAAAH!!”
Dengan
teriakan kuat tersebut, Iskahn mulai menendang tanah dan berlari
kedepan. Dampe juga ikut beserta seratus Petarung lainnya.
Udara dibelakang mereka seolah terbelah; tanah terasa berguncang hebat.
* * *
“——!?”
Agar
tetap dekat dengan para penjaga yang mulai bergerak menuju hutan untuk
melakukan serangan kejutan, Alice berjalan agak belakang, lalu menoleh
ketika ia merasa ada sesuatu yang aneh.
Ada yang datang.
Dan mereka cepat.
Ketika
ia memfokuskan matanya, ia hanya bisa melihat kelompok seratus orang
yang mulai mendekat dari pasukan musuh, mereka memotong jarak dengan
kecepatan mengerikan. Mereka bahkan lebih cepat dari kuda tercepat.
Untuk sesaat, Alice berpikir jika mereka adalah para Dragon Knight,
tetapi ketika ia menyadari mereka ada banyak, dan fakta bahwa mereka
bergerak di tanah.
“… Tampaknya mereka Petarung Tangan Kosong.”
Bercouli berguman di samping Alice.
“Mereka adalah…?”
Alice
pernah mendengar nama tersebut sebelumnya, tetapi ini pertama kalinya
ia melihat dengan matanya sendiri. Ini karena biasanya yang muncul di
Puncak Barisan Pegunungan di Ujung kebanyakan adalah Goblin, Orc, dan
yang jarang muncul, Dark Knight. Para Petarung Tangan Kosong tak pernah
berusaha untuk menginvasi Kerajaan Manusia.
Bahkan, walaupun
memiliki pengalaman seumur hidup, tampaknya Integrity Knight tertua juga
pernah bertarung dengan para Petarung Tangan Kosong. Ia melanjutkan
ucapannya agak gelisah.
“Mereka itu cukup menyusahkan. Biasanya sebuah pedang akan melukai tubuh mereka, tetapi mereka bisa menahannya.”
“Huh…? Menahan…?”
Tak mungkin ada orang yang bisa menahan sebuah tebasan, pikir Alice. Tetapi Bercouli mengangkat bahunya dan berkata lagi:
“Kau akan tahu maksudku jika bertarung dengan mereka. Lebih baik kita mengurus mereka bersama-sama nona kecil.”
“……”
Alice
menelan ludah. Bercouli baru saja mengaku jika ia tak bisa menangani
mereka jika seorang diri; mereka pastilah musuh yang sangat kuat.
Akan tetapi, apa yang dikatakan Komandan Knight selanjutnya menghancurkan rasa cemas dan semangatnya.
“Dan, omong-omong nona kecil… kau tak tahan jika telanjang, kan?”
“Haah!?”
Secara insting, Alice menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mengeluarkan suara nyaring.
“Ap-Apa yang paman katakan?! Tentu aku tak akan tahan jika bertelanjang!!”
“Bukan,
bukan itu maksudku… Yah, maksudku seperti itu … aku hanya ingin berkata
padamu jika armor dan pakaian tidak berguna menahan tinju mereka, dan
mereka mungkin tidak akan menahan diri, jadi…”
Setelah berkata
seperti itu sambil mengusap dagunya, Komandan Knight menggelengkan
kepalanya dengan maksud, “Persiapkan dirimu”.
“Ngomong-ngomong, jika kamu ingin melawan mereka, siapkan Armament Full Control Art milikmu.”
“O… Oke.”
Kegelisahan
mengisi tulang belakang Alice. seperti yang terlihat, regu musuh
terdiri dari seratus pria. Jika ia memaksimalkan Fragrant Olive Sword
hingga kekuatan penuh, mereka pastilah bukan musuh yang bisa dianggap
enteng.
Akan tetapi, ada satu masalah.
Ketika ia
melepaskan art ≪light pillar≫, dan ketika ia melawan pengguna dark art,
ia telah menggunakan Armament Full Control Art dua kali, sehingga ia
telah menggunakan Life Fragrant Olive Sword secara besar-besaran. Alice
masih bisa menggunakan pedang tersebut jika untuk tebasan normal, tetapi
ia khawatir berapa lama pedang miliknya bisa bertahan jika dalam
serangan bentuk pecahan.
Hal yang sama juga berlaku pada Time
Piercing Sword milik Komandan Knight. Dengan jarak yang cukup dekat,
Alice telah melihat paman telah melakukan serangan berskala luas yang
dengan segera menghancurkan ratusan Minion. Bisa dikatakan jika kedua
buah pedang tersayang mereka butuh beristirahat dalam sarung pedangnya
semalaman.
Tetapi dalam percakapan beberapa detik lalu, pasukan
Petarung Tangan Kosong musuh telah mendekat hingga Alice mulai bisa
melihat tubuh-tubuh berotot mereka. Ia tak bisa membiarkan mereka
semakin mendekati para penjaga yang sedang bersiap-siap melakukan
serangan penyergapan.
Alice menggigit bibirnya, mengangguk pada Komandan Khight yang akan turun dari batu besar yang menghadap ke utara.
Tepat setelah itu, sebuah suara malu-malu menjangkau mereka.
“Aku akan pergi.”
Alice berbalik terkejut, disisinya, mata Bercouli juga terbuka lebar.
Seseorang
yang telah berdiri disana tanpa mereka sadari, adalah salah satu dari
empat Integrity Knight yang ikut dalam pasukan pengecoh — selain
Bercouli, Alice dan Renri.
Ia memiliki sosok tinggi nan
langsing, serta mengenakan armor keabu-abuan. Rambutnya juga berwarna
abu-abu bergaya ponytail, hingga tampak bahwa rambut tersebut adalah
rambut palsu yang ditempelkan di kepalanya. Wajahnya bersih, tetapi
tidak menunjukkan setetes emosi. Ia mungkin berusia sekitar duapuluh,
seperti Alice.
Namanya adalah Sheyta Synthesis Twelve.
Divine Instrument yang ada di pinggangnya adalah ≪Black Lily Sword≫.
Akan
tetapi, ia jarang memanggil nama pedangnya. Kapanpun setiap knight
menyinggung namanya, mereka selalu memanggilnya dengan nama lain.
≪Si Pendiam≫.
Alice tak terkejut karena ia mengajukan diri melawan Petarung Tangan Kosong.
Alice terkejut karena ini pertama kalinya ia mendengar suara Sheyta Si Pendiam.
* * *
Melompati
parit dan sungai kecil dengan begitu mudahnya, menghancurkan batu besar
yang menghalangi hanya dengan sekali tendang, Iskahn, Dampe dan
keseratus Petarung Tangan Kosong lainnya tetap melanjutkan lari cepat
mereka.
Dalam sekejap, aku akhirnya akan bisa melawan para iblis
ini, Integrity Knight. Menantikan momen menyenangkan tersebut, si
Petarung muda membuat seringai senang.
Faktanya, Iskahn
benar-benar tidak memiliki ketertarikan pada para Integrity Knight dari
Kerajaan Manusia hingga ketika ia dipanggil untuk berperang. Ia
menganggap jijik mereka, dengan anggapan bahwa mereka adalah para
pecundang yang bersembunyi dibalik pedang dan armornya. Diantara manusia
di Tanah Kegelapan, hanya ada satu Dark Knight yang ia hormati sebagai
petarung sejati: Jendral Kegelapan Shasta yang telah tewas.
Tetapi
ketika ia sedang bermeditasi sambil menunggu perintah untuk menyerang,
ia telah merasakan semangat bertarung dan tenaga mengerikan milik para
Integrity Knight, dan itu begitu menakjubkan. Setidaknya mereka tidak
terlalu bergantung pada senjata kelas atas milik mereka, pikirnya.
Pastilah mereka memiliki tubuh yang telah terlatih dibalik armor dan pedang mereka.
Dengan harapan tinggi, Iskahn merasa sangat senang untuk menghadapi mereka.
Jadi.
Ketika
ia akhirnya melihat seorang Knight di depan sebuah bukit dimana pasukan
musuh berhenti beberapa menit lalu, mulut si ketua Petarung Tangan
Kosong kini terbuka lebar, kaget atas sosok yang berdiri disana.
Begitu langsing.
Tampaknya
ia adalah seorang wanita, jadi tubuhnya tidak kekar adalah hal yang
wajar; tetapi, ia terlalu langsing. Meskipun ia memakai armor logam, ia
terlihat lebih rapuh daripada petarung perempuan dari kelompoknya. Jika
ia melepaskan armornya tubuhnya mungkin hanya seukuran para pengguna
dark art. Bahkan pedang panjang yang tergantung di pinggangnya juga
sangat tipis.
Mengisyaratkan teman-temannya untuk berhenti
dengan tangan kanannya, Iskahn mendadak berhenti, menghilangkan debu
yang berterbangan. Mengangkat alisnya yang agak keriting, ia membuka
mulutnya.
“Siapa kau ini? Apa yang kau lakukan disini?”
Sedikit
menggelengkan rambut lurus panjang keabu-abuan miliknya, si Knight
perempuan memiringkan kepalanya. Ia melihat seperti sedang memikirkan
apa yang ingin dikatakan — atau lebih tepatnya, apakah ia akan menjawab
pertanyaan tersebut.
Alisnya, matanya, hidungnya, mulutnya,
terlihat seperti terpahat oleh pisau tajam. Tanpa menunjukan setetes
emosi, si knight perempuan menjawab pelan:
“Aku disini untuk menghentikanmu.”
Iskahn
menghembuskan udara dari mulut dan hidungnya; tak ada yang tahu apakah
ia sedang tertawa ataupun marah, tetapi ia menganggap enteng jawaban
tersebut.
“Kau bahkan tak bisa menghentikan seorang anak kecil
jika tubuhmu sepeprti itu. Oh, aku tahu… kau ini Knight yang mahir dalam
art, kan?”
Ada keheningan lagi sebelum ia menjawab.
“Art bukanlah keahlianku.”
Emosi karena sikap musuh, Iskahn berkata: “Yah, terserah,” dan memanggil salah satu temannya. “Yotte, lawan dia.”
“Siap!!”
Seorang
petarung perempuan kecil dari dalam formasi menjawab. Meskipun ia
sedikit lebih kokoh daripada si knight perempuan. Melenturkan
otot-ototnya dan berlari cepat kedepan, ia menunjukkan tatapan mata
kejam yang sangat kontras dengan musuhnya.
“HAAH!”
Dari
jarak lima mel jauhnya, petarung wanita tersebut menghantam udara,
hingga menciptakan angin yang menggores rambut si knight perempuan.
Bahkan, tak ada secuilpun semangat bertarung dari wajah sang knight. Sebaliknya, ia menatap penuh keheranan dan berbisik pelan.
“… Hanya satu…?”
“Itu seharusnya ucapanku, dasar kerangka hidup!”
Mencibirkan bibir rapatnya, Yotte berteriak.
“Setelah
aku memberimu pelajaran, aku akan memasukkan banyak daging kering ke
mulut kecilmu itu sebelum aku membunuhmu! Cepat tarik pedangmu!!”
Dengan ekspresi muka ‘Sudah selesai ngomongnya’, si knight perempuan menggenggam gagang pedang di pinggang kirinya.
Shiyuran. Menatap pedang yang telah ditarik —
“…apa-apaan itu!?”
Iskahn yang telah mundur dan sedang menyillangkan tangannua kini berteriak.
“Tipis”
adalah deskripsi yang cukup pantas. Sarung pedangnya sendiri terlihat
tipis, tetapi pedang didalamnya hanya selebar satu cen, seukuran jari
anak-anak. Pedang tersebut berwarna hitam pekat dan setipis kertas;
menatapnya saja cukup sulit dalam langit tak berbintang. Sungguh rapuh.
Wajah Yotte berubah merah terisi emosi.
“… Kau pasti bercanda kan…”
Menyiapkan
kuda-kuda, atau lebih tepatnya menendang tanah dengan kakinya, si
petarung perempuan melaju lurus dan dengan cepat memotong jarak antara
dirinya dan sang Knight.
Bahkan bagi Iskahn, gerakan tadi cukup
mengagumkan. Petarung Tangan Kosong dalam Team Rabbit, tak seperti
namanya, mereka adalah golongan elit yang tak hanya lincah, tetapi juga
merupakan petarung yang handal.
Bibat!
Menebas udara, Yotte kini melaju.
Tak bisa menghindari serangan jarak pendek, si knight perempuan bertahan menggunakan pedang setipis kertas miliknya.
Suara
yang timbul cukup keras, seolah bila kau menciptakan benturan antara
dua buah objek logam. Bahkan benturan tersebut mengeluakan percikan
bunga api.
Tiba-tiba setelahnya.
Pedang tersebut dengan mudah melengkung.
Iskahn tersenyum. Sebuah pedang biasa tak akan bisa menebas kulit seorang Petarung Tangan Kosong.
Anak-anak
yang terlahir sebagai Petarung Tangan Kosong dimasukkan kedalam
fasilitas pelatihan ketika mereka mencapai umur lima tahun. Latihan
pertama mereka adalah mematahkan lempengan dan pisau besi dengan pukulan
mereka.
Ketika mereka dewasa, lempengan besi akan diganti
dengan besi yang telah ditempa, dan pisau akan digantikan dengan pedang
panjang. Tak hanya disuruh untuk mematahkannya, mereka juga harus bisa
bertahan dari tebasan tanpa menggunakan pelindung apapun. Melalui
latihan tersebut, para remaja ini akan yakin jika pedang bukanlah hal
yang perlu ditakutkan. Aku tak bisa dilukai dengan pedang. Rasa percaya
seperti itu — dengan kata lain, menggunakan Incarnation, tubuh mereka
menjadi sekeras baja.
Sebagai ketua guild, Iskahn bisa menghentikan sebuah jarum berdiameter 2 cen hanya dengan bola matanya.
Walaupun
Yotte, yang hanya petarung biasa belum bisa melatih Incarnation
miliknya hingga menyamai miliknya, tetapi dia asalah salah satu dari
sepuluh pemimpin dalam Team Rabbit. Tinjunya tak akan kalah dengan
pedang apapun.
Apalagi melawan pedang menyedihkan tersebut.
Gambaran
yang ada di kepala seluruh Petarung adalah: pedang hitam tipis yang
melengkung tersebut akan patah dengan suara memalukan, dan sebuah
pukulan akan bersarang pada wajah knight perempuan itu.
Thew.
Sebuah suara aneh, seperti cambuk yang memotong udara.
Yotte
membeku, tinjunya hanya mengenai udara kosong. Tinjunya sedikit
menyentuh pipi kanan sang knight, dan tangan si knight terangkat.
Iskahn tak bisa melihat pedang hitam dengan jelas dari posisinya.
— Apa-apaan? Sasaran sebesar itu bisa meleset.
Si
pemimpin memaki. Bahkan jika Yotte menang dalam pertempuran tersebut,
ia harus memulai latihan lagi dari awal dalam ruang kelas tiga. Tak
peduli berapa keras pukulanmu, akan percuma jika tidak mengenai musuh …
Telapak tangan milik Yotte perlahan terbelah menjadi dua dari jari tengahnya.
“Appaa………”
Didepan
Iskahn yang terheran-heran, potongan tersebut berlanjut dari
pergelangan tangan menuju sikunya, lalu menuju tungkai lengan dan
akhirnya menuju bahunya.
Menunjukkan potongan sempurna hingga ke
tulang, otot, dan bahkan pembuluh darah yang paling kecil, bagian
lengan kanan Yotte kini terjatuh ke tanah. Kemudian, darah mulai
menyembur dari luka tersebut.
“— GHAAAAAAAAAAAA!!”
Mengeluarkan jeritan memilukan, Yotte ambruk ke tanah, Sembil memungut lengan kanannya.
Si knight perempuan meregangkan kembali tangannya, dan sedikit menghembuskan nafas.
Ketika
ia tinggal di Katherdal Pusat, ≪Si Pendiam≫ Sheyta memang jarang
berbicara. Ini bukan karena sikap introvert miliknya, maupun karena ia
membenci orang lain.
Ia hanya ingin menghindari menjadi pusat
perhatian para Integrity Knight lainnya — ia menyembunyikan sosoknya
sendiri, berharap tak akan ada orang yang menantang dirinya ketika
berlatih.
Jika ia memang harus menghunuskan pedangnya dengan
orang lain, bahkan jika itu Komandan Knight Bercouli, ia bisa saja
membunuh musuhnya.
Takut akan terjadi hal yang tidak-tidak, ia
tetap diam selama ratusan tahun tinggal dalam Katherdal. Bahkan jika ia
berbicara, keluarga penjaga dan si gadis pengoperasi disk elevator
adalah sedikit orang yang pernah ia ajak bicara.
Sheyta adalah seorang swordswomen sejati, terkena synthesis ritual setelah memenangkan Turnamen Persatuan Empat Kerajaan.
Akan
tetapi, hasil pertandingan pada tahun itu benar-benar terhapus.
Alasannya adalah karena ia melanggar hukum dalam turnamen, terjadi
pertumpahan darah disana: Sheyta telah membunuh setiap lawannya secara
brutal.
Integrity Knight Peringkat Atas Sheyta Synthesis Twelve,
dalam beberapa hal memiliki pikiran yang sama dengan Pemimpin Guild
Petarung Tangan Kosong, Iskahn.
Iskahn hanya berpikir untuk
memukul apapun maupun siapapun, sementara Sheyta tak tertarik pada hal
apapun selain memotong sesuatu menjadi dua. Mengetahui hal itu, dari
dalam hatinya, Sheyta tidak pernah menikmatinya.
Dia hanya
memotong. Baik itu manusia maupun benda, ketika ia menghadapi sesuatu,
Sheyta bisa dengan jelas melihat irisan potongannya. Kapanpun itu
terjadi, ia tak bisa menghentikan dirinya untuk menyadarinya. Jika
musuhnya adalah boneka kayu latihan, ia bahkan bisa melukainya hanya
dengan menggunakan tangannya.
Sheyta selalu berusaha menahan sifat lapar untuk memotong miliknya.
Seseorang yang merasakan hasrat tersembunyi miliknya adalah Pemimpin Tertinggi Administrator.
Selama
duaratus tahun, Administrator telah mencoba untuk menyimpulkan Teori
Spacial Sacred Energy, yang mana kini sudah menjadi pengetahuan umum
bagi pengguna art.
Sementara Pemimpin Tertinggi masih melakukan
penelitian, ia menjadi tertarik dengan perang terbesar dalam Tanah
Kegelapan, akhir ≪ Jaman Perang Besi Dan Darah ≫. Administrator jadi
penasaran karena perang tersebut menjadi sia-sia kerena tidak ada orang
yang mengumpulkan Sacred Energy tak terbatas yang dihasilkan dari
pertarungan sengit antara lima ras penghuni Tanah Kegelapan, peperangan
tersebut berlangsung di tanah gersang diantara Kerajaan Manusia dan
Istana Kerajaan Obsidia.
Mengetahui hal tersebut, ia menjadi
waspada agar tidak mengunjungi Tanah Kegelapan sendiri. Malahan, ia
memanggil Knight Sheyta. Pemimpin Tertinggi telah membisikkan sesuatu
pada Sheyta yang mana telah memperoleh julukan, ≪Si Pendiam≫:
—
Pergilah kesana seorang diri dan carikan sesuatu dalam bekas lokasi
peperangan. Hewan seperti iblis, atau hewan seperti itu yang tak terluka
oleh perang lebih baik. Jika tidak, binatang besar lainnya juga boleh.
Seekor burung atau serangga setidaknya. Temukanlah sesuatu yang
mengandung Spacial Sacred Energy.
— Bawakan padaku, dan darinya. Aku akan buatkan sebuah Divine Instrument untukmu.
— Sebuah pedang dengan prioritas tertinggi, sebuah pedang yang bisa memotong apapun menjadi dua … bagaimana?
Sheyta
tak bisa menahan godaan tersebut. Seorang Integrity Knight tak bisa
menolak perintah yang datang dari Pemimpin Tertinggi, tetapi ia, tanpa
menunggangi naga untuk melewati Barisan Pegununngan di Ujung, ia
berjalan kaki ribuan kilo jauhnya menuju tanah yang kini telah menjadi
abu, ia telah tiba di medan peperangan yang berbau darah.
Tak
ada makhluk hidup yang selamat di lokasi kelima ras saling bunuh. Bahkan
tak ada seekor tikus maupun gagak yang mampu bertahan, apalagi binatang
buas.
Tetapi Sheyta tidak menyerah. Sebuah pedang yang mampu
memotong apapun menjadi dua. Kata-kata tersebut telah tertanam dalam
hatinya, membuat dirinya tak bisa berpaling ke hal lainnya.
Pada hari ketiga pencariannya —
Ia akhirnya menemukan sebuah bunga lili hitam, bergoyang-goyang bagaikan kertas tertiup angin.
Bunga kecil tersebut adalah benda yang bisa bertahan dalam sengitnya peperangam, terisi oleh Spacial Sacred Energy.
Pemimpin
Tertinggi Administrator menciptakan sebuah pedang yang sangat tipis
dari bunga yang dibawakan oleh Sheyta, lalu memberikan sebuah nama pada
pedang tersebut ≪Black Lily Sword≫.
Setahun setelahnya, setelah membunuh seorang Integrity Knight dalam sebuah duel, ia dibekukan atas permintaannya sendiri.
Sheyta
tak tahu apakah ia tak memiliki simpati maupun kesadaran ketika ia
memotong tangan si Petarung Tangan Kosong perempuan tersebut.
Dia
juga tak tahu mengapa ia mengajukan diri untuk menjaga tempat ini
sepuluh menit lalu, meminta pada Komandan Knight dan memecahkan
keheningannya. Terlebih lagi, ia tak menyadari motivasi apa yang
membuatnya ikut dalam Pasukan Pertahanan setengah tahun yang lalu, lalu
ikut serta dalam rapat yang mengundang semua Knight
Apakah itu karena aku berharap bisa melindungi Kerajaan Manusia, seperti Knight lainnya?
Ataukah karena aku hanya ingin memotong?
Ataukan — pedang ini membuatku ingin memotong?
Yah,
itu tak penting lagi saat ini. Seperti inilah kondisi sekarang, tak ada
yang bisa menghentikan pedang ini. Semoga saja tak ada banyak korban
yang berjatuhan.
Sheyta dengan tenang mengangkat kepalanya, lalu memandang para Petarung Tangan Kosong yang terdiam ketakutan pada posisinya.
Tanpa
adanya penyesalan maupun rasa takut, si Knight abu-abu menggenggam
pedang hitam tipis miliknya lalu melaju menuju ratusan Petarung Tangan
Kosong.
* * *
“… Sungguh kemampuan mengerikan.”
Pada komentar serak Alice, Bercouli juga mengimbuhi dengan suara rendah.
“Betul…
aku akan katakan padamu tapi jangan ceritakan orang lain ya. Setengah
tahun yang lalu, ketika aku membangunkan Shyeta dari tidurnya, aku
sebenarnya sedikit takut.”
“Aku tak pernah tahu. Aku tak pernah tahu jika Sheyta-dono adalah orang yang mahir …”
Dibawah
bukit, pertempuran antara seratus Petarung Tangan Kosong dan Integrity
Knight Sheyta sedang berlangsung. Lebih tepatnya, pembunuhan
besar-besaran.
Meskipun tebasan berasal dari pedang yang sangat
tipis, perut musuh yang tertebas akan terpisah dari tubuhnya dan
terjatuh ke tanah.
Sementara terkagum-kagum, Alice sedikit memperhatikan setidaknya ia harus memiliki tubuh langsing seperti tubuh Sheyta.
Alice tak bisa merasaka niat membunuh milik Sheyta. Tidak hanya itu, ia juga tak merasakan rasa permusuhan dari Sheyta.
Oleh karena itu, bagaimana mungkin ia bisa bertarung sehebat itu?
“Tak
usah dipikirkan. Meskipun aku selalu memperhatikannya selama lebih dari
seratus tahun, aku masih tak bisa memahaminya. Tak ada apapun.” Si
Komandan Knight berbisik dan berbalik.
“Kita bisa meninggalkan
pertarungan ini padanya. Pasukan utama musuh akan tiba sebentar lagi;
kita harus segera menyiapkan serangan dadakan.”
“… Oke.”
Mengangguk dan berpaling dari pertarungan dibawahnya, Alice mengikuti Bercouli.
* * *
Sekitar
seribu kilol di selatan dari Bercouli dan Alice, yang sedang menuruni
bukit, hutan gundul akhirnya berakhir, dimana beberapa semak-semak
tumbuh disekitarnya. Formasi utama dari pasukan pengecoh bersembunyi di
semak-semak.
Mereka terdiri dari seribu Penjaga, duaratus
Ascetics, dan pasukan persediaan yang terdiri dari lima puluh orang.
Mereka harus melawan limaribu Petarung Tangan Kosong dengan jumlah
mereka yang sedikit.
Integrity Knight Renri telah memerintahkan
para penjaga dan regu Ascetics untuk bersembunyi di bayang-bayang
pepohonan, lalu membagi mereka menjadi dua puluh tim. Tim persediaan
telah membuat jalur yang membentang di seluruh area. Tujuannya adalah
menyempitkan jarak serang pada musuh yang berjalan lebih dalam ke hutan.
Renri telah mendengar dari Komandan Knight jika pedang tak akan
efektif melawan Petarung Tangan Kosong, dan ia juga telah mendengar
kelemahan musuh.
Para Petarung Tangan Kosong memiliki pertahanan buruk pada Sacred Arts.
Di
semak-semak bagian utara dimana tak ada lagi tanaman yang tumbuh, tak
ada cukup Sacred Energy untuk melakukan art tinggi, tetapi udara di
semak-semak cukup tebal. Para regu Ascetics yang bersembunyi dibalik
pepohonan akan bisa melakukan serangan kejutan secara bersamaan, lalu
mereka akan mundur ke selatan sambil melindungi para penjaga. Dari atas,
lima ekor naga akan membakar musuh dengan apinya saat kondisi menjadi
kacau.
Bersiap untuk mundur seketika, Renri menempatkan ke
delapan kereta barang persediaan di bagian paling selatan semak-semak
tersebut. Ia yakin jika semakin jauh dari garis serang, semakin aman
kereta tersebut.
Akan tetapi, ketika Renri akan memantapkan
rencana tersebut, kelima penjaga yang menjaga kereta barang tiba-tiba
tewas satu persatu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. ***
Sebuah bayangan bergerak tanpa suara, tubuhnya tertutup oleh armor hitam mengkilap serta mengenakan helm bertanduk.
Dihadapannya,
seorang Penjaga dari Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia menoleh ke
kanan dan ke kiri dengan penuh waspada. Tetapi, lihatlah sedikit ke
belakang, semua penjaga seharusnya bisa melihat tempat tersebut.
Si
bayangan memasuki titik butanya, mendekati seolah melayang. Sebuah
pedang panjang ada di pinggangnya, tetapi ia tidak menariknya. Malahan,
ia mengangkat pisau kecil yang ada di tangan kanannya.
Ia merentangkan tangan kirinya bagaikan ular hitam, menutupi mulut dan hidung si penjaga.
Pada saat yang sama, tangan kanannya dengan seketika memotong tenggorokan sang korban.
Dalam
keheningan, Life miliknya semakin berkurang. Tepat setelah tubuh si
penjaga kehilangan kekuatan, si bayangan hitam mendorongnya ke
semak-semak terdekat.
Dibalik tudung hitam yang menutupi wajahnya, sebuah suara yang hampir tak bisa didengar keluar.
“Five down.”
Si bayangan tertawa.
Ini bukanlah Sacred Tongue Kuno.
Bayangan
ini sebenarnya adalah salah satu dari tiga orang dunia nyata yang ada
di Underworld. Dia adalah Vassago Casals, jendral dibawah pimpinan
Gabriel Miller yang berperan sebagai Kaisar Vector.
Sekitar satu
jam lalu, Vassago melempar botol anggur merah miliknya untuk kesekian
kalinya. Sementara itu, ia memandang art skala besar yang mengalahkan
sebagian besar prajurit Tanah Kegelapan, ia akhirnya mengatakan sesuatu
yang terdengar seperti sebuah saran.
“Hei, bro. Bagaimana kalau kita jangan terlalu berharap pada orang-orang ini. Sebaiknya kita coba sedikit kemampuan kita?”
Gabriel memutar matanya pada Vassago, mengangkat alisnya lalu menjawab.
“Oke, kau boleh bergerak.”
Instruksi
yang keluar setelahnya bukanlah untuk menyerang lembah yang dilindungi
Pasukan Kerajaan Manusia, tetapi untuk pergi menjauhi medan peperangan,
ke bagian selatan.
Ketika musuh menghanguskan pasukan Demi-human
dengan menggunakan laser seperti dalam film sci-fi, Gabriel telah
memprediksi jika musuh akan memasuki Tanah Kegelapan.
Tetapi
ketika Vassago mendengarnya, ia bertanya-tanya mengapa ia harus pergi ke
selatan, tidak ke utara. Mendengar jawaban “Lihat, ada area kosong
disana”, ia malahan semakin bingung. Tetapi karena musuh beneran datang
kesana, ia mengakui kesalahannya dan mulai bergerak.
Tak peduli
seberapa kuat pasukan Kerajaan Manusia, mereka akan berhenti jika
persediaan makanan mereka hilang. Untuk melanjutkan ‘Waktu Membunuh’
yang ia lakukan pertama kalinya sejak dive ke dalam dunia ini, ia
memandang hutan tersebut.
Setelahnya, ia menemukan kereta persediaan yang terselimuti cabang-cabang dan dedaunan.
Menjilat lidahnya yang tertutup topeng, si pembunuh mulai bergerak lagi.
Kemudian, sesuatu bergerak dibalik kereta tersebut. Ia berhenti mendadak dan bersembunyi dibalik sebuah pohon.
Seorang
gadis muda berkulit cantik berambut kecoklatan, yang mana bukanlah
manusia Tanah Kegelapan menjembulkan kepalanya dari atap kereta. Mungkin
karena ia menyadari sesuatu karena ia melihat sekeliling dengan tatapan
gelisah.
Meskipun Vassago masih tetap terdiam di posisi, tidak
butuh waktu lama bagi si gadis untuk turun dari kereta. Ia membisikkan
sesuatu pada seseorang didalam kereta, lalu ia perlahan mulai berjalan.
Mengenakan
sedikit equipment pertahanan di atas pakaian abu-abu yang tampak
seperti seragam sekolah, si gadis berjalan menuju tempat persembunyian
Vassago.
Tak bisa menahan gejolak, si assassin menggenggam pisau di tangan kanannya semakin kencang.
* * *
“— JANGGAAANNN…”
Melihat
Para Petarung kelompoknya yang dikalahkan dengan begitu mudahnya,
Iskahn berteriak penuh kemarahan dalam keterkejutannya.
“JANGAN TERLALU SENANG, SIALAN!!”
Menendang tanah cukup keras, ia melaju kedepan.
Api muncul dari kepalan tangan kananya ketika ia melaju.
Ia
memukul mengincar leher si Integrity Knight abu-abu. Percikap api
muncul dari tinjunya, menciptakan lintasan api menuju targetnya.
Pada
saat itu, si Knight baru saja selesai melakukan tebasan dengan pedang
di tangan kanannya; ia mencoba untuk menahan pukulan Iskahn dengan
sarung tangan kirinya.
— Dihadapan pukulanku … semua armor bagaikan kertas belaka!!
Serangan berlapis Incarnation mendarat di telapak tangan si Knight perempuan; percikan api terpancar ke segala arah.
Setelahnya,
sarung tangan abu-abu hancur dengan bunyi retakan keras, lalu bagian
armor di langan dan pundak kirinya juga hancur.
Banyak luka
goresan muncul pada kulit putih mulus di tangan kirinya; tetesan darah
mulai mengalir bagaikan jam pasir. Namun, mengherankannya, ia tak bisa
mendengar bunyi tulang hancur.
Meskipun seharusnya serangan
tersebut sangat menyakitkan, si Knight perempuan hanya menunjukkan
sedikit ekspresi keheranan, tangan kanannya menebaskan pedang sangat
tipis sambil memegangi lengan kanan Iskahn.
Kiiin! Suara benturan logam terdengar nyaring, dan percikan bunga api tersembur lagi dari siku si Petarung Tangan Kosong.
Sumber
kekuatan Petarung Tangan Kosong adalah rasa percaya diri tak bisa
terluka pada semua pedang. Untuk bisa mendapatkan rasa percaya diri
semacam itu, mereka melilitkan tubuh mereka hanya dengan ikat pinggang,
mengekspos kulit mereka. Saat ketika mereka bergantung pada equipment
pertahanan apapun, Incarnation mereka akan melemah.
Namun, Iskahn mencoba untuk menahan pedang hitam yang akan memotong lengan kanannya hanya dengan ketetapan hatinya.
Tetapi.
Rasa
dingin yang menyentuh kulitnya benar-benar berbeda dengan pedang yang
pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan ketika ia menerima tebasan
pedang-pedang dengan kutitnya saja.
Pedang setipis kertas ini
tidak hanya besi dingin, tetapi ia memiliki keinginan kuat. Bukannya
terisi keinginan untuk menang, melainkan pedang ini memiliki rasa haus
untuk membelah.
Merasakan sensasi ini, Iskahn secara reflek memukulnya dengan tangan kirinya.
Po! Menghantam udara, pukulan miliknya hanya memukul ruang kosong dimana posisi si Knight wanita berada beberapa saat lalu.
Itu
benar-benar kelincahan luar biasa, tetapi ia tak benar-benar
menghindari pukulannya: pukulan miliknya menggores armor pelindung
dadanya. Ketika si Knight melompat menghindar, pelindung dada tadi mulai
retak seperti sarung tangannya.
Tetapi Iskahn juga bukannya tidak terluka.
Di
bagian bawah sikunya, di titik dimana ia menyentuh pedang walaupun
hanya sedetik, ada bekas goresan yang sedikit dalam. Tetesan darah mulai
mengucur dari pusat luka. Hanya setetes — namun tak berhenti.
Menjilati luka tadi agar menutup, si Petarung muda tersenyum keji.
“… Hei, sialan. Kau ini kelihatan berbeda dari penampilan luarmu ya, huh.”
Si Knight abu-abu membalas agak gak nyambung.
“… Aku ini lebih tua darimu …”
“Huh?
Terserahmu lah. Integrity Knights sepertimu itu monster yang tak akan
menua sampai puluhan tahun kan? Apa kau ingin aku memanggilmu nenek?”
“……”
Dibawah bulu matanya, wajah si knight perempuan berubah marah, namun dengan cepat kembali tak berekspresi.
“… Aku memaafkanmu. Kau ini sungguh keras. Aku sedikit kesulitan memilih area untuk ditebas.”
“Tsk… Apa sih yang kau bicarakan?”
Iskahn
memutar lidahnya, merasakan semangatnya muncul dari kelakuan musuhnya.
Akan tetapi, ketika ia melihat para Petarung Tangan Kosong yang ada di
sekitarnya, ia mulai marah.
Duapuluh dari mereka, baik itu
laki-laki maupun perempuan kini masih mengerang kesakitan karena lengan
maupun kaki mereka telah terpotong oleh pedang yang sangat tipis
tersebut. Hal yang paling tak bisa dimaafkan adalah, tak hanya melukai
teman-temannya tetapi ia membiarkan mereka hidup. Tak ada satupun
teman-temannya yang kehilangan kepala. Dengan kemampuan yang ia miliki
dan ketajaman pedang tersebut, si Knight bisa dengan mudah membunuh
mereka jika ia mau.
“… Jadi kau menganggap kami seperti boneka
kayu yang biasanya kau gunakan untuk latihan. Tak bisa dimaafkan… aku
akan mebuatmu babak belur!!”
Zun, zat, zun!!
Sisa-sisa
Petarung Tangan Kosong yang masih bisa bergerak menggunakan Martial
Dance. Teriakan semangat terdengar dalam dentuman tanah yang bergetar.
Ooh, rah, oorarah. Ooh, rah, oorarah.
Ketika
mereka menghantam dan menggetarkan tanah, para Petarung Tangan Kosong
meningkatkan Incarnation miliknya. Cucuran keringat mengaliri kulit
tembaga mereka, berubah menjadi percikan bunga api.
Sang Integrity Knight tidak bergerak, ia menunggu Iskahn untuk mencapai kondisi paling prima.
— Benar sekali.
Si
juara Petarung kini telah menghentikan langkahnya; api menyala dari
rambut keriting emasnya, dan cahaya terang muncul dari kedua telapak
tangannya.
Si Knight perempuan yang menjadi musuhnya masih tetap
diam. Di tangan kanannya, pedang hitam super tipis miliknya
mengeluarkan energi dingin.
“Bersiapplaahhhh, SIAALLAAANNN!!”
Mengeluarkan pukulan udara dengan telapak tangannya, Iskahn dengan segera menipiskan jarak antara mereka.
Si Knight perempuan berusaha mengayunkan pedang di tangan kanannya.
Thew.
Tepat sebelum tebasan pedang hitam menyentuh bahu milik Iskahn —
Karena
lebih cepat dari ayunan pedang, sebuah hantaman dari Petarung Tangan
Kosong menghantam kaki kiri si Knight. Bukan sebuah pukulan, melainkan
sebuah tendangan. Tendangannya mengenai langsung pelindung kaki si
knight.
Secara reflex, Sheyta menghentikan pedangnya dan
terhuyung kedepan untuk menghindari terjatuh tetapi pelindung kaki
kanannya hancur berkeping-keping. Rok disekitar pinggangnya sobek, kaki
langsing nan lembut miliknya kini terekspos.
“Jangan berpikir jika para Petarung Tangan Kosong hanya menggunakan pukulan!!”
Menyeringai penuh percaya diri, Iskahn mulai melancarkan tendangan menggunakan kaki kirinya.
Si Knight memutar pinggangnya, mencoba untuk menahan tendangan tersebut menggunakan pedangnya.
Saat
pedang dan kaki saling berbenturan, bunyi benturan terdengar ditemani
percikan bunga api. Pemimpin Petarung Tangan Kosong menarik kakinya
karena merasakan rasa sakit, lalu ia melancarkan tendangan menggunakan
kaki kanannya.
Bermandikan api merah, tendangan tersebut menghantam pelindung dada di bagian tengah.
Kaboom! Sebuah ledakan hebat membuat mereka berdua terlempar mundur. Iskahn berguling di udara dan mendarat di tanah.
Kaki kirinya terserang rasa sakit. Ia menatapnya.
Pada
kaki kerasnya yang bisa menghancurkan baja, sebuah luka tebasan terukir
disana. Darah merah kehitaman mulai keluar, mengalir menuju tanah.
Tertawa atas luka tersebut, ia mulai mangamati musuhnya.
Si
Knight perempuan juga bisa menahan serangan tersebut, tetapi ia
menggenggam bagian dadanya dan terbatuk beberapa kali. Pelindung dadanya
yang sudah retak, kini hancur seketika; pelindung tangan kanan dan
pakaian keabu-abuan yang menutupi dadanya adalah pakaian yang tersisa di
tubuh atasnya. Sedikit juga yang tersisa di tubuh bagian bawahnya:
hanya rok yang sudah sobek dan pelindung kaki bagian kanan. Karena
terlahir di Kerajaan Manusia, kulit putih bagaikan salju miliknya tampak
terang dalam kegelapan ini. Melihat ini, Iskahn tersenyum:
“Sekarang kau mirip seorang petarung, tapi tak ada otot sama sekali. Sana makan dan berlatih lagi, sialan.”
Para
Petarung Tangan Kosong yang ada disekitarnya juga mulai mengejek,
tetapi si Knight dengan tenang menyobek pakaian yang menggantung di bahu
kirinya lalu mengangkat pedang di tangan kanannya. Kemudia berbicara.
“… Tetapi kau kelihatan sedikit lembut ya.”
“… APA YANG KAU KATAKAN?”
Lubang hidungnya terbuka tertutup lalu ia menggeramkan giginya.
Bahkan ketika ia menggertak, Iskahn merasakan jika nafasnya menjadi sedikit lebih cepat.
Tak
mungkin semangatku akan menurun hanya dengan melihat seseorang membuka
pakaiannya. Perempuan di kelompokku menunjukkan lebih banyak kulitnya
setiap hari, hanya anak kecil yang gerogi melihatnya.
Seluruh
dunia ini hanya berisi musuh yang harus aku kalahkan dengan tubuhku,
meskipun itu perempuan langsing yang memiliki kulit putih dari negeri
asing.
“Tak ada jalan lain … aku akan menunjukkan kemampuanku!!”
Mengaum seperti serigala, Iskahn mengacungkan jari tengahnya pada si Knight perempuan:
“Tunjukan padaku seluruh kemampuanmu, sialan!! Jangan tunjukkan wajah ngantukmu itu!!”
Setelah
berkata seperti itu, si Knight menatap kebingungan lagi, lalu ia
menyentuh pipinya sendiri dan dahinya menggunakan telapak tangan
kirinya. Mengubah suduh pandang alisnya menjadi agak genit, ia berkata:
“Tunjukan seluruh kemampuanmu … kumohon.”
“…… Yeah, Akan aku tunjukkan.”
Aku akan berpikiran tidak-tidak jika mengikuti tingkahnya.
Iskahn menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan di perutnya, dan membungkukkan badannya.
Meletakkan
tinjunya ke pinggang, dan mengarahkan tinju tangan kanannya pada musuh,
ia lalu mengeluarkan nafas yang tadi telah dikumpulkan. Melakukan
gerakan nafas tadi beberapa kali, kuda-kuda kakinya mulai menyala merah,
menarik kekuatan dari dalam tanah. Tenaga yang ditarik ke tubuhnya dan
berkumpul ke tinju miliknya.
Api kemerahan yang tadi menyala kini berubah menjadi kekunigan, dan akhirnya berubah menjadi api biru keputihan.
Kini tinju kanan Iskahn memiliki suhu yang dapat membakar udara, tinju tersebut membuat bunyi nyaring.
Si
Knight perempuan agak menyamping, melebarkan tangan kirinya ke arah
kanan dan jari lainnya erat menggenggam pedang dan siap untuk menebaskan
pedang tipis di tangan kanannya. Lengannya membuat posisi garis lurus,
memberikan kesan siap melancarkan kekuatan penuh.
Ketegangan
dalam diri Iskahn begitu kuat terasa hingga ia merasa telah terbelah
dari atas kepala hingga perutnya. Namun, ia malahan menyeringai senang.
— Ia-lah yang pertama akan terbakar tinjuku.
Keduanya bergerak dalam saat yang sama.
Pedang sang Knight membuat tebasan berbentuk bulan sabit di udara.
Tinju
si Petarung Tangan Kosong menjadi komet berwarna putih. Pada saat
serangan keduanya bertemu, gelombang kejut meledak, membuat tanah mereka
berpijak berlubang. Para Petarung yang mengelilingi keduanya terpental
kebelakang.
Pedang dan Tinju mereka hanya saling sentuh, namun
mereka bertarung dengan sepenuh hati. Melampaui batasan mereka, tenaga
kedua serangan tersebut berubah menjadi cahaya yang tersorot ke langit
malam. Dengan kemampuan bertarung milik Sheyta, ia bisa saja mengalahkan
musuhnya tanpa perlu membuktikan tenaga brutal milik sang musuh.
Sedikit mengejutkan Sheyta, Incarnation kuat milik petarung
muda ini berada pada level Knight Peringkat Atas. Bahkan, ia
mengkonsentrasikan seluruh Incarnation miliknya ke kepalan tangan hingga
tinju dan bagian tubuh lainnya berubah. Tampaknya ia bisa saja
menghindari pukulan lurus dan memotong kepala sang musuh sekarang.
Sheyta,
akan tetapi tidak memilih untuk melakukan hal tersebut; malahan, ia
menerima pukulan musuh tersebut. Tak ada alasan dalam tindakan ini; ia
hanya mengikuti tubuh dan pedangnya.
Sheyta sedikit bingung akan
dirinya. Sejak seratus tahun lalu, ia telah menyadari jika ia tidak
memiliki kualitas mental seperti Knight lainnya, seperti kebanggaan dan
kebangsawanan. Ia akan memotong jika ia ingin, dan itulah yang selalu ia
inginkan.
Seharusnya maknanya sama antara “menebas” dengan
“membunuh”. Hanya ketika ia ditugaskan dalam misi mengamankan Puncak
Barisan Pegunungan di Ujung, Sheyta bisa menunjukkan dirinya yang
sebenarnya. Ia telah membunuh banyak nyawa dari para Dark Knight maupun
para Goblin dengan memotong leher mereka tanpa ampun.
Ia telah
menekan sifat alaminya yang begitu mengerikan, faktanya, itulah mengapa
ia dipanggil ≪Si Pendiam≫, tetapi mengapa ia tidak memilih untuk
membunuh dalam pertempuran ini? Sheyta bertanya-tanya dalam hati.
Bahkan itu terlalu memusingkannya.
Sekarang, pada saat ini hanya ada dirinya sendiri, Black Lily Sword dan tinju dihadapannya.
— Sungguh keras. Dapatkah aku memotongnya?
— Sungguh menyenangkan.
Iskahn melihat sedikit bibir tak berwarna milik si Knight bergerak, sebuah senyuman di wajahnya.
Dan ia tahu jika senyum tersebut bukan untuk menghina dirinya — maupun pertarungan ini.
Alasannya adalah ia juga memiliki senyum yang sama di wajahnya.
— Jadi meskipun kau terlahir sebagai sosok lembut penduduk Kerajaan Manusia, tetapi kita memiliki sifat yang sama, huh.
Click. Getaran kecil terasa dalam tinjunya.
Iskahn
merasa jika bunyi retakan tersebut bukan berasal dari pedang hitam
milik musuh, tetapi suara tersebut berasal dari tulangnya yang retak.
— Gawat. Bahkan serangan ini tak bisa mengalahkannya, huh.
— Tetapi, well, sungguh petarungan menyenangkan.
Jika
tinjunya benar-benar terpotong oleh si pedang hitam, pedang tersebut
juga pasti akan menebas seluruh tubuhnya. Meskipun ia telah memikirkan
akan terjadi hal tersebut, Iskahn tak merasakan rasa takut. Aku tak akan
menemui musuh sehebat dirinya untuk kedua kali. Jika seperti itu, ini
bukanlah cara bodoh untuk tewas.
Tepat setelah ia berpikir seperti itu, dan ketika ia akan memejamkan mata untuk beristirahat.
Takanan yang mendorong tinjunya perlahan berkurang.
Terdorong
hingga batasnya, tekanan tersebut kini buyar, menerbangkan Iskahn dan
si Knight bagaikan lembaran daun. Ia akhirnya menyadari mengapa
Incarnation milik musuhnya melemah. Sosok besar mencoba untuk memasuki
celah diantara keduanya.
Terduduk di tanah, Iskahn meneriaki sosok besar yang juga terlempar seperti dirinya.
“Dampe, kau sialan!! … Lihat apa yang telah kau perbuat!!”
“Waktu habis, Champion.”
Kata
si wakil, sedikit membuka mata yang biasanya hampir tertutup. Ia
berdiri, mengangkat lengan kanan berotot miliknya, dan menunjuk ke
bagian utara.
Ketika Iskahn memandang arah yang sama, ia bisa
melihat pasukan utama Petarung Tangan Kosong dan Dark Knight Order yang
ada dibelakang hampir saling mendekat. Benar, sebagai pemimpin pasukan,
aku seharusnya tidak terlalu terobsesi dengan petarungan pribadi dalam
peperangan menggunakan pasukan seperti ini. Tetapi—
Seperti
orang gila, ia kini berbalik. Dibalik debu yang beterbangan, sang musuh
yang hampir kehilangan seluruh equipment dan pakaian miliknya kini
mengembalikan pedang rampingnya ke sarung pedang, seperti ia tak peduli.
“Hei, sialan! Jangan kau pikir telah menang seperti ini!!”
Si Petarung muda berteriak, lupa bahwa beberapa saat yang lalu ia berniat untuk mati.
Melambaikan rambut abu-abu miliknya, si Knight menatap Iskahn, dan menggelengkan kepalanya seolah mencari kata-kata yang tepat.
“Umm, itu, ‘sialan’… Bisakan berhenti menggunakan kata tersebut?”
“Lihat… di situasi seperti ini, aku tak tahu mengapa kau akan lar …”
Pada
saat itu, hembusan angin kuat bertiup dari arah selatan. Pandangan Para
Petarung yang mengelilinginya kini terpaku padanya.
Iskahn
secara tak sadar berkedip. Dalam pandangannya, seorang Knight sedang
mengendurkan tangannya, dan tiba-tiba seekor binatang raksasa turun.
Sisik abu-abu miliknya bagaikan bintang; ini pastilah seekor naga.
Ketika sang Knight menggenggam kakinya, si Naga langsung terbang ke langit.
“Hei kau! … Katakan namamu sebelum melarikan diri!!”
Terganggu oleh suara kepakan sayap, suara lembut keluar dari mulutnya.
“… Aku tidak melarikan diri. Namaku… Sheyta Synthesis Twelve.”
Ia
berdiri dibantu oleh uluran tangan Dampe; Iskahn menatap sosok sang
naga yang kini menghilang dalam gelapnya malam, dan memutar lidahnya
sekali lagi.
Jika ia boleh, ia akan dengan senang hati melawan
musuh kuat sepertinya lagi setelah setahun berlatih, karena ia manyadari
jika ia masih harus banyak berlatih.
Akan tetapi, Iskahn cukup matang untuk mengetahui jika hasrat pribadinya akan menjadi sia-sia dalam strategi peperangan.
Ketika
timnya berkumpul dengan pasukan utama Petarung Tangan Kosong, kita akan
mengalahkan musuh bersama dengan para Dark Knights. Tak mungkin ada
kesempatan mereka berdua untuk bertarung lagi.
Jika aku bisa mendapatkan ≪Putri Cahaya≫ —
Setelah sesaat, Iskahn memutar lidahnya untuk ketiga kalinya, kali ini untuk dirinya sendiri setelah terlintas pikiran iseng.
—
Betapa dungunya aku ini. Memohon Kaisar untuk menyelamatkan nyawa
Sheyta sebagai hadiah? Seluruh suku pasti akan geram padaku.
Setelah menyadarkan diri, Iskahn menuju temannya yang membawa obat-obatan untuk menyembuhkan luka kaki kirinya.
Bagian 2
Benar.
Kemarilah.
Vassago sedang memikirkan kesenangan akan melakukan serangan kejutan, seperti rasa permen dalam mulutnya.
Persembunyianku
sempurna. Meskipun armor logam ini memiliki beberapa kekurangan, armor
tersebut masih bisa membuatnya menyatu dengan latar semak-semak.
Si
gadis berambut coklat dengan penuh penasaran masih mengamati keadaan
sekitar, tetapi matanya sedikit memperhatikan semak-semak tempat Vassago
bersembunyi. Tinggal 7 meter… 5 meter…
— Bagus. Terasa menyenangkan. Aku sangat merindukan sensasi ini.
Mendekati jarak 3 meter, si gadis tiba-tiba berbalik ke kanan dan berjalan menuju tempat Vassago bersembunyi.
Ia bisa saja menunggunya untuk lebih dekat, tetapi, yah, hal itu tidak akan menguah keadaan.
Vassago
keluar dari kegelapan tanpa membuat suara dan menuju belakang si gadis,
mengulurkan lengan kirinya. Membekap mulut dan dengan enteng menggorok
leher menggunakan pisaunya —
Apa yang dibayangkannya sungguh nyata hingga ia tak bisa bereaksi pada ujung pedang yang di hunuskan didepan matanya.
“… Whoa!”
Seketika ia mundur, ujung pedang tersebut sedikit menggores pipinya dimana kulitnya tak terlindungi.
Si
gadis, yang tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tiba-tiba menebas
pedang dari pinggang kirinya menuju kearah Vassago tanpa berbalik. Itu
benar-benar serangan balik yang luar biasa. Jika ia sedikit ke depan,
tenggorokannya pasti akan teriris menjadi dua.
Setelah berputar,
si gadis menggenggam pedangnya erat-erat. Vassago tak bisa melihat rasa
terkejut dalam mata safir miliknya, meskipun mata tersebut menunjukkan
rasa takut dan cemas. Vassago mengakui jika keberadaannya kini terlihat.
Memutar pisau dalam tangan kanannya, ia membuka mulutnya.
“Hey, baby.”
Ia akhirnya menyadari jika bahasa inggris tidak akan dipahami, lalu ia menggunakan bahasa jepang yang cukup fasih.
“Bagaimana kamu tahu keberadaanku, gadis kecil?”
Si gadis membalas dengan ucapan dingin sambil masih menggenggam pedangnya penuh kewaspadaan.
“…Senpai-ku pernah berkata: jangan terlalu bergantung pada matamu; rasakan juga mengunakan tubuhmu.”
“S-senpaaai…?”
Ia
berkedip kebingungan, Vassago merasakan sengatan kenangan yang sangat
lama. Aku pernah mendengar kata-kata tersebut sebelumnya …
Tetapi sebelum ia bisa berpikir jernih, si gadis mengambil nafas dalam dan mengeluarkan teriakan yang sangat nyaring.
“Musuh!! Ada musuh — !!”
Ia memutar lidahnya, lalu memasukkan pisau pendeknya ke pinggangnya.
Yah, kukira ini adalah akhir penyelundupanku.
Vassago mengangkat lengan kirinya dan berteriak juga.
“Kawan-kawan… saatnya bergerak!!”
Kali ini, mata si gadis yang terbuka lebar karena terkejut.
Dari
semak-semak berjarak sepuluh meter dibelakang Vassago, ranting-ranting
tumbuhan mulai bergerak-gerak; gerakan tersebut berasal dari tigapuluh
pasukan berarmor ringan milik pasukan Dark Knight yang makin mendekat.
Seorang
gadis lain melompat dari dalam kereta, bersama dengan sekitar sepuluh
atau lebih Penjaga yang datang dari arah utara ketika mendengar teriakan
si gadis, mereka semua terkejut. * * *
“Apa… serangan musuh dari arah belakang!? Dan berjumlah sekitar tiga puluh orang!?”
Integrity Knight Renri bertanya, sulit mempercayai jika ada panggilan dari pasukan persediaan.
Ini buruk — Ini buruk!
Jika
kereta barang diserang dan bahan persediiaan dibakar maupun
dihancurkan, seluruh pasukan tak akan bisa melanjutkan perjalanan. Tak
hanya itu, ada tiga orang disana: dua gadis yang berjanji akan
melindungi kereta tersebut, dan juga seorang pemuda.
Aku harus
mengirim tim penyelamat yang terdiri dari seratus orang, tidak, dua
ratus orang. Tetapi jika aku membagi pasukan utama lebih lanjut, mereka
mungkin tak akan bisa menahan pasukan musuh yang akan datang dari utara.
Lalu, mereka akan kalah karena jumlah musuh yang sangat banyak.
Tunggu,
mungkinkah serangan kejutan kami sudah diketahui? Jika iya, maka
sebaiknya aku harus memerintah seluruh pasukan agar bergerak ke selatan
dan menunggu kesempatan lain?
Tak bisa mengambil kesimpulan, Renri terdiam kaku. Lalu, sebuah suara serak sampai di telinganya.
“Aku tak pernah berpikir jika mereka akan memprediksi kita yang pergi ke selatan dan menunggu disini …”
Komandan
Knight Bercouli dan Alice baru saja kembali dari bukit di arah utara
satu kilol jauhnya. Renri melihat mereka berdua seolah memiliki kekuatan
untuk membelah awan di atas sana, tetapi ia tak bisa melihat rasa
tenang dalam wajah keduanya, khususnya Alice. dia terlihat seolah siap
untuk terbang ke pasukan persediaan.
Melihat ke arah utara
dibalik punggung Bercouli, dibalik bebukitan disana, Renri hampir bisa
melihat kepulan debu yang menandakan datangnya pasukan musuh.
Kamandan Knight menutup matanya beberapa detik, lalu dengan cepat membuka mata keabu-abuan miliknya, dan:
“Renri,
perintahkan pasukan utama untuk mundur. Nona kecil, pergilah ke pasukan
persediaan sekarang juga. Aku akan menahan pasukan yang datang dari
arah utara.”
“Tetapi, bagaimana mungkin? … ada lebih dari
limaribu pasukan musuh, Paman! Dan bukankah kau berkata jika pedang
tidak akan mempan pada mereka …”
“Jangan khawatir, aku akan
menemukan suatu cara. Pergilah!! Nona kecil… tidak, Alice, kau-lah yang
memutuskan untuk bertempur sampai akhir!!”
Meninggalkan kata-kata tersebut, Bercouli kemudian berbalik ke arah utara.
Tangan kanannya yang kasar seperti sebongkah batang pohon, perlahan menghunus Time Piercing Sword dari pinggang kirinya.
Memunculkan cahaya redup, siapapun bisa dengan jelas mengetahui jika pedang tersebut memiliki sedikit Life yang tersisa. * * *
Percikan bunga api muncul untuk ketiga kalinya dalam kegelapan.
Si gadis perambut coklat yang melihat Vassago untuk pertama kalinya, menyerang dengan seluruh tenaganya.
Vassago
bahkan menggunakan skill beruntun. Namun, ketika pedang tersebut
terlempar dari tangan si gadis pada serangan ketiga dan tertancap ke
pohon terdekat, si assassin hanya bisa bersiul menunjukkan kekaguman.
Bahkan,
si gadis tersebut mengacungkan tinjunya, tetapi Vassago dengan mudah
menjatuhkannya dengan serangan kakinya. Mendarat dengan punggungnya, si
gadis berteriak kesakitan.
“Ronye ——— !!”
Seorang gadis berambut merah keluar dari dalam kereta barang; berteriak, ia melaju.
Menggenggam
pisau di tangan kanannya, Vassago menekankan ujung pisaunya ke
tenggorokan si gadis bernama Ronye, dengan maksud menahan gerakan si
gadis berambut merah. Terserang rasa takut, kakinya berhenti mendadak.
“Kek… Kekek.”
Tawa aneh keluar dari balik topeng yang menutupi wajahnya.
— Inilah. Perasaan ini.
Inilah
kesenangan memainkan life dan hubungan seseorang dengan menggunakan
pedang. Inilah mengapa aku tak bisa berhenti melakukan PK.
“… Aku tak akan membunuhnya, selama kau berdiri disana dan menontonnya.”
Berbisik pada si gadis berambut merah, ia lalu merunduk di sebelah gadis bernama Ronye.
Dibelakangnya, sekitar tigapuluh prajurit haus darah semakin mendekat, selangkah demi selangkah.
Tetesan
air mata ketakutan dan tertekan mengalir dari mata Ronye. Perasaan
kuatnya kini mulai tenggelam dalam rasa keputusasaan, lalu ——
………?
Tiba-tiba, mata Ronye berganti fokus dari wajah Vassago menuju langit.
Sesuatu terpantul dalam mata ber-airnya.
— Cahaya.
Partikel putih cahaya turun perlahan, bagaikan salju.
Merasakan ada yang aneh, Vassago perlahan membalik kepalanya.
Langitnya benar-benar gelap. Bintangnya berwarna merah.
Dengan latar belakang seperti itu, sesosok bayangan melayang disana — namun hawa hehadirannya benar-benar mengerikan.
— Itu seseorang. Seorang wanita.
Ia mengenakan pelindung dada yang bersinar seperti mutiara. Pelindung tangan dan kaki miliknya juga bercorak sama.
Rok
panjang miliknya dijahit dengan pakaian-pakaian kecil, seperti sayap
yang mengepak. Rambut yang bergelombang dideru angin berwanra chestnut—
“Stacia… sama.”
Ronye berguman di bawah.
Kata-kata
tersebut tidak didengar oleh Vassago. Seketika ia melihat wajah
perempuan yang turun dari langit tersebut, si assassin merasakan kakinya
terangkat seolah ia ditarik keatas.
Terbebas dari cengkraman Vassago, Ronye dengan cepat mundur dimana temannya berada, tapi Vasaggo tidak tertarik padanya lagi.
Sosok yang mengambang di udara kini merentangkan tangannya.
Ia perlahan menyapukan tangannya kesamping.
Laa ———————–
Seperti sebuah paduan suara ribuan malaikat, kekuatan mengerikan mengguncang dunia.
Spektrum cahaya menelan sosok Vassago.
Tanah tempatnya berpijak kini menghilang.
Ketika
ia jatuh dalam kegelapan tak berdasar, Vassago melambaikan kedua
tangannya keatas, mencoba untuk menggenggam sosok tersebut.
“Apa-apaan kau ini?… serius kau melakukan ini?”
Suara bergetar keluar dari dalam mulutnya.
Wajah itu.
Rambut itu,
Sensasi itu.
“Bukankah dia … ≪The Flash≫ dari Knight of the Blood?”
* * *
Komandan Knight Bercouli masih berdiri mengangkat pedang kesayangannya.
Dihadapannya,
lubang menganga muncul di tanah, lebarnya kurang lebih seratus mel. Ia
menatap lubang tersebut ke kiri dan kanannya, tetapi dalamnya tak
terlihat. Kedalamannya tak bisa diukur; bebatuan di samping lubang masih
berjatuhan, tetapi tak ada tanda benturan yang menyentuh ujung lubang
sampai ke telinganya..
Sekitar sepuluh detik lalu, lubang tersebut tidak ada.
Dari langit, cahaya beraneka warna turun dengan suara nyanyian, dan ketika menyentuh tanah, lubang tersebut mulai terbentuk.
Hal
semacam itu tak mungkin bisa dilakukan, bahkan dengan seribu Ascetics,
atau bahkan sepuluh ribu Ascetics. Bahkan mungkin Pemimpin Tertinggi
Administrator juga tak bisa melakukannya.
Inilah kekuatan seorang Dewi, seorang Dewi Cahaya.
Setelah Dewa Kegelapan Vector, Dewi lainnya turun di dunia manusia.
Bercouli berpikir dengan rasa hormat dan rasa takut, namun segera ia menghiraukan pikiran tersebut.
Di sisi lain, limaribu Petarung Tangan Kosong berdiri mematung, terserang rasa kaget.
Jika
seorang Dewi berencana untuk membantu Kerajaan Manusia, memiliki hak
untuk mengatur dengan bebas hidup dan mati manusia, ia bisa saja membuat
lubang di tanah tempat Petarung Tangan Kosong berdiri dan
menenggelamkan mereka ke kedalaman. Namun gertakan ini mampu
menghentikan seluruh petarung yang tadi melaju dengan kecepatan penuh
hingga menjadi berhenti.
Karenanya, Komandan Knight bisa merasakan rasa keragu-raguan untuk memusnahkan ribuan nyawa sekaligus.
Dengan kata lain, serangan tersebut ditujukan untuk mematahkan semangat seseorang.
Bagian 3
— Lebih cepat.
— Lebih cepat, cepatlah biarkan aku turun ketempat Kirito-kun berada.
Yuuki
Asuna telah masuk ke dalam Underworld menggunakan Super Account 01,
≪Dewi Pencipta Stacia≫. Dilindungi dengan mekanisme keamanan ketika
jatuh pada log pertama, ia menyebut nama kekasihnya berulang kali dalam
hati.
Hampir satu jam berlalu sejak grup bersenjata tak dikenal menguasai kapal raksasa penelitian kehidupan laut, ≪Ocean Turtle≫.
“Aku
akan pergi,” Asuna menetapkan keinginannya pada Kikuoka Seijirou, lalu
dive menggunakan Soul Translator No. 5. Higa Takeru memasukkan koordinat
untuk turun tepat diatas Kirito berada. Ketika ia mendarat, kekasihnya
pasti akan menunggu kedatangannya.
Memiliki rasa rindu yang
sangat kuat, rasa sakit juga menyerang kepala Asuna. Ia meringis untuk
menahan rasa ketidaknyamanan tersebut.
Ia telah diperingatkan mengenai efek samping yang akan terjadi ketika menggunakan kemampuan <<unlimited landscape alteration>>,
hak administratif yang diberikan pada account Stacia. Area Mnemonic
Data-nya benar-benar besar, ketika data tersebut ditransfer berulang
kali antara STL yang dipakai Asuna dan Main Visualizer yang menyimpan
data seluruh Underworld, Fluctlight milik Asuna mungkin akan mengalami
overload.
Sebagai pemimpin teknisi dalam RATH, Higa melarangnya
untuk mengubah dataran terlalu banyak — cukupilah ketika ia merasakan
sakit kepala.
Dibawah Asuna ada sekitar seribu orang dari
Kerajaan Manusia, dan dua kerumunan besar dari Tanah Kegelapan mendekat
dari utara dan selatan. Ketika ia melihat kondisi dibawah sana, meskipun
telah mendapat larangan dari Higa, Asuna mulai merapal perintah.
Ia
menghentikan rombongan dari utara dengan menciptakan lembah luas dan
panjang di depan mereka. Tetapi, untuk tiga puluh orang yang mendekat ke
lokasi Kirito, ia tak memiliki pilihan lain selain menghapus tanah
tempat mereka berpijak.
Mereka adalah manusia yang memiliki jiwa. Mereka adalah true bottom-up AI yang ingin dilindungi oleh Kirito selama dua tahun terjebak di dunia ini.
Mungkin rasa sakit ini adalah ketakutan dan dendam dari mereka yang mengalir ke dalam STL.
Meskipun begitu, Asuna menutup matanya erat-erat, lalu membukanya lebar-lebar dan membuat keputusan.
Prioritas miliknya telah ditetapkan.
Untuk Kirito — Kirigaya Kazuto, ia akan menanggung dosa apapun. Ia siap menerima hukuman apapun.
Akhirnya,
ia berhasil turun setelah melayang selama sepuluh detik yang terasa
bagaikan seabad; ujung sepatu miliknya menyentuh tanah hitam.
Ia
berada dalam daerah pepohonan yang berisi semak belukar. Tak ada bulan,
hanya ada banyak bintang merah yang bersinar redup di gelapnya malam.
Asuna
berusaha menghilangkan sakit kepalanya dengan meregangkan punggungnya.
Tepat disampingnya, lubang dalam nan gelap terbuka lebar, ia telah
menenggelamkan knight berarmor yang berasal dari Tanah Kegelapan. Agak
berbahaya jika meninggalkan mereka di kedalaman, tetapi ia agak
kesulitan untuk mengubah dataran lagi.
Ia mendengar deru kuda
didekatnya; melihat ke arah suara itu berasal, ia sadar jika beberapa
kereta ada dibalik semak-semak, tampaknya sengaja disembunyikan.
— Dimana…? Kamu dimana, Kirito?
Ketika hampir menangis mengucapkan nama kekasihnya, sebuah suara gemetar sampai di telinganya.
“… Stacia… sama?”
Ia
membalikkan kepalanya, dan melihat dua gadis yang mencoba untuk
berdiri. Mereka berdua mengenakan baju tak berlengan, semacam seragam
sekolah.
Wajah mereka sedikit keheranan. Mereka tidak terlihat
seperti orang jepang, mereka juga tidak terlihat seperti orang barat.
Kulit mereka halus dan berwarna putih; si gadis yang ada di kanan
memiliki rambut berwarna merah, dan si gadis di kiri memiliki rambut
kecoklatan.
Dua pedang menggantung di pinggang mereka.
Si gadis berambut merah sedikit membuka mulutnya, dan sekali lagi suara terdengar dari mulutnnya.
“Apakah anda seorang… Dewi?”
Bahasa
jepang mereka sungguh fasih, namun intonasi mereka agak aneh terdengar.
Lalu, Asuna mengingat sejarah tigaratus tahun milik Underworld.
— Kikuoka-san, Higa-san, lihat apa yang telah kalian ciptakan.
— Bagi Rath, ini mungkin seperti simulasi, tetapi seluruh dunia ini dan orang-orang didalamnya benar-benar hidup.
“… Bukan… Maaf, aku bukan seorang dewi,” Asuna menjawab sambil menggelengkan kepalanya.
Si gadis berambut coklat menggenggam kedua tangannya.
“Tetapi, tetapi,” ia berbisik.
“Anda
dengan baik hati telah menyelamatkan nyawa kami dengan sebuah
keajaiban. Anda telah menyelamatkan kami semua dari prajurit mengerikan
yang berasal dari Tanah Kegelapan… Anda telah menyelamatkan para
Penjaga, Ascetic… dan Kirito-senpai.”
Ketika Asuna mendengar nama tersebut, terkejut, dan merasakan pisau yang menyayat hatinya.
Ia menetapkan tubuhnya yang hampir kehilangan keseimbangan, dan akhirnya mengeluarkan suara lemah, bibirnya gemetaran.
“A…
Aku datang kesini untuk bertemu dengannya, bertemu Kirito… Tolong
katakan padaku… Dimana ia berada? Ijinkan aku menemuinya… Bawa aku
menemui Kirito, kumohon.”
Menahan air mata yang mau menetes,
Asuna memohon. Kedua mata dua gadis ini terbuka lebar, saling bertukar
pandang, lalu mengangguk.
“… Ya. Mari ikuti kami.”
Para
penjaga yang mengenakan armor di sekeliling membuat formasi lingkaran,
menatap Asuna dari kejauhan; Asuna berjalan melewati pusatnya ketika
kedua gadis tadi menunjukkan arah.
Ia diajak menuju belakang
kereta. kereta tersebut ditutupi oleh kain dari atas, sehingga ia tak
bisa melihat apa yang ada didalam.
“Kirito-senpai ada didal…”
Tanpa
menunggu si gadis berambut merah menyelesaikan kalimatnya, Asuna
membuka kain dengan kedua tangannya dan melompat kedalam. Ia tersandung
ketika maju kedepan.
Menuju ke kabin, lentera kecil bercahaya
redup diantara kotak kayu dan tong. Ia maju menuju area kecil diantara
keduanya, semakin kedalam menuju kereta.
Tiba-tiba, ia merasa teringat akan bau ini, hangat seperti matahari, menyegarkan seperti rerumputan dan hutan.
Cahaya keperakan terpantul dalam mata Asuna, sehingga ia bisa melihat dalam kegelapan.
Cahaya tersebut berasal dari kursi roda yang terbuat dari logam dan potongan kayu.
Di kursi tersebut, ada sosok berpakaian hitam yang sedang duduk tanpa semangat, tubuhnya hampir seperti bayangan.
“…………Gh.”
Terkejut
akan berbagai macam emosi, Asuna mematung. Meskipun ia telah memikirkan
berbagai macam skenario terburuk, kata-kata yang bisa menggambarkan
pertemuan keduanya seperti tersangkut di tenggorokannya.
Berbaring
dalam STL No.4 di Ocean Turtle dalam Dunia Nyata, seseorang yang ia
cintai kini berada di atas kursi roda, dalam bentuk sebuah jiwa.
Terluka, rusak, tetapi masih hidup.
Ketika
Kirito menemuiku di rumah sakit Tokorozawa, ketika aku tidak bangun
meskipun telah terbebas dari game kematian SAO, Kirito pasti mengalami
rasa sakit yang sama, seperti apa yang aku rasakan sekarang ini.
— Kali ini giliranku. Aku akan menyelamatkanmu, tak peduli berapapun resikonya.
Menghembuskan nafas, Asuna berbisik:
“…… Kirito-kun.”
Tangan
kanan milik Kirito hilang dari tubuhnya. Ia menggenggam pedang hitam
dan pedang putih di depan tubuhnya, tangan kirinya bergerak ketika
mendengar suara milik Asuna.
Wajahnya menatap bawah, dan kedua bola matanya kosong.
“Uh……”
Suara serak keluar dari bibirnya yang kering.
“Uh… Aaaa… Aahh……”
Taka,
taka. Kursi roda bergetar. Tangan kirinya bergerak, urat milik Kirito
bisa terlihat dari lehernya. Seolah ia ingin menyampaikan sesuatu.
Dua tetes air mata mengalir di pipi Asuna dan jatuh ke sarung pedang di tangan Kirito.
“Kirito-kun… Cukup, sudah cukup!!” Asuna berteriak.
Ia
menunduk, dan dengan lembut namun erat, ia memeluk kekasihnya. Dari
kedua matanya, ia merasakan cairan yang tak bisa berhenti mengalir.
Saling tatap sekali lagi, mencoba untuk menyembuhkan jiwa Kirito, kesadarannya mungkin akan pulih—
Sebuah kebohongan jika Asuna tak ingin berharap seperti itu.
Namun,
Asuna mengetahui jika kerusakan yang diterima inti Fluctlight milik
Kirito terlalu parah, atau bisa dikatakan telah hancur. Selama tidak
mengembalikan inti tersebut ke bentuk asalnya, tidak peduli berapapun
pengobatan yang diberikan dari luar, percuma saja jika tidak melakukan
penyembuhan dari dalam.
Kata-kata Higa bergema dalam pikirannya.
—
Tampaknya Kirito memiliki pendamping … Maksudku seorang sahabat. Mereka
Fluctlight buatan tentu saja. Dan sebagian teman-temannya telah tewas
dalam pertarungan di Gereja, jadi ia mungkin menyalahkan dirinya sendiri
ketika berhasil menghubungi kita. Dengan kata lain, ia menyerang
Fluctlight miliknya sendiri.
Kesedihan, penyesalan, dan putus ada telah membuat lubang tak berdasar dalam hati Kirito.
—
Bahkan jika lubang tersebut berisi kehampaan tiada batas, aku akan
mengisinya. Jika aku tak bisa melakukannya seorang diri, aku akan
meminta bantuan orang-orang yang memiliki ikatan dengan hati Kirito. Tak
ada yang sesuatu yang bisa mengisi lubang tersebut selain cinta.
Asuna merasa jika ketetapan hatinya telah terisi kembali: ia tak ingin Kirito mengalami kesedihan lagi, walaupun sedikit.
—
Aku akan melindungi dunia ini, dunia tempat Kirito tinggal dan dunia
yang dicintainya. Aku akan melindunginya dari penyerang manapun. …
bahkan dari RATH sendiri.
Setelah memeluk Kirito untuk terakhir kalinya, Asuna kini berdiri.
Ia berbalik; air matanya masih menetes di pipinya, ia tersenyum pada kedua gadis yang masih memandang.
“Terima kasih. Kalian berdua telah melindungi Kirito, benar kan?”
Si gadis berambut coklat mengangguk, dan berbalik bertanya dengan suara gemetar:
“Maaf, bolehkan aku..... mengetahui nama anda, kumohon? Jika anda bukan Stacia-sama, lalu… siapa anda?”
“Namaku Asuna. Aku manusia sepertimu. Dan juga seperti Kirito, aku datang dari dunia luar… untuk tujuan yang sama.”
Bagian 4
“Apa yang ingin kusampaikan adalah… Aku benar-benar terkejut.”
Pada
lantai kedua kereta pengangkut kerajaan, disamping Gabriel yang melihat
lubang besar di tanah, muncul suara yang terdengar agak tenang.
Ia
berbalik dan menatapnya, muncul dari salah satu lubang di dek, wajah
besar pria separuh baya terlihat. Ia mengingat jika namanya adalah
Lengil, pemimpin Guild Perdagangan dan Industri. Lengil bergabung dengan
pasukannya dan memberi hormat tulus.
Sementara ia menjadi salah
satu dar Bangsawan yang tersisa, orang ini tampaknya tiidak memiliki
kemampuan bertarung. Terus apa masalahnya? Gabriel mengangkat alisnya
sebagai tanda pengakuan. Lengil menengok ke kiri dan kanan, tetapi
tubuhnya masih menghadap Gabriel. Ia menyadari jika Vassago tidak ada di
sekitar, namun ia tidak berani berkomentar dan memberi hormat sekali
lagi.
“Yang Mulia. Bulan akan muncul sebentar lagi… Jika tidak
ada perintah lain untuk dilaksanakan, aku meminta agar pasukan diijinkan
untuk beristirahat dan makan.”
“Oke.”
Ia kini kembali menatap langit malam.
Pasukan
yang dikirimkan informasi musuh masih belum kembali. Dengan kata lain,
mereka berada tidak hanya beberapa mel. Dan ketika melihat itu,
tampaknya lubang sebesar itu tak bisa diciptakan dengan kekuatan manusia
manapun.
Memprediksi jika musuh telah mengalahkan pasukan yang
dipimpin oleh Vassago. Namun jika Vassago sendiri tewas di dunia ini, ia
akan terbangun di dunia nyata.
Sekarang ia harus menggunakan
pasukan udara. Namun para Dark Knight hanya memiliki sepuluh naga. Ia
tidak tahu harus berapa kali bolak-balik untuk mengangkut duapuluh ribu
prajurit.
Mungkinkah melakukannya dengan Art. Tetapi menurut
Pengguna Dark Art yang telah diajak berunding sebelumnya, mustahil
menciptakan jembatan bagi pasukan untuk menyebrang. Jika mereka sekuat
pemimpinnya, Dee Ai El, mungkin akan berhasil jika mengorbankan beberapa
Demi-human lagi … tetapi menurut laporan jika Dee telah hangus dalam
serangan balasan Integrity Knight sebelumnya.
— Bagi seseorang yang penuh ambisi, kau tewas terlalu cepat.
Gabriel
berpikir dengan penuh penyesalan. Tetapi pada akhirnya nanti, seorang
AI sepertinya hanyalah bidak dalam permainannya, dan keberadaannya akan
segera hilang dari pikirannya.
Dengan kata lain —
Lubang
menganga yang tercipta tadi mengatur “keseimbangan game” di dunia ini.
Baik AI dari Kerajaan Manusia dan AI dari Tanah Kegelapan tak ada yang
bisa menciptakannya.
Jika masalahnya seperti itu, kejadian ini
adalah ikut campur seseorang dari dunia luar. Seseorang dari RATH,
kemungkinan orang penting dari mereka telah log ini menggunakan super
account sepertinya.
Mereka mungkin memiliki tujuan yang sama. Mengambil «Alice», lalu keluar ke dunia nyata menggunakan sebuah system console.
Meskipun kondisi saat ini sedikit merepotkan baginya, ia harus bisa membuat rencana matang.
Atau mungkinkah — hal ini malah menjadi semakin menarik.
Bibir Gabriel terangkat hingga membentuk senyuman. Setelah senyum tersebut menghilang, ia berbalik menghadap Lengil.
“Baiklah. Kita akan berkemah disini untuk malam ini. Berikan makanan bagi pasukan; besok akan menjadi hari yang merepotkan.”
“Baik pak. Yang Mulia sungguh baik hati.”
Mengungkapkan rasa hormatnya sekali lagi, Pemimpin Guild Perdagangan beranjak pergi dengan penuh semangat. * * *
“Dari dunia yang sama dengan… Kirito-senpai?”
Kedua gadis bertanya secara bersamaan, mata bereka kebingungan.
“I-itu
berarti… dunia dewa dan dewi? Dari dunia ketiga dewa yang menciptakan
dunia ini … kerajaan di langit dimana dewa-dewi memberikan karunianya,
dan malaikat tinggal disana …?”
“Tidak.”
Asuna menggelengkan kepalanya.
“Duniaku
memang diluar dunia ini, tetapi bukanlah dunia para dewi. Karena…
Lihatlah Kirito-kun, apakah kalian pikir penampilannya seperti seorang
dewa atau malaikat?”
Mereka berdua melihat sosok yang ada di kursi roda, saling tatap, dan terkekeh. Mereka tak yakin, lalu mengangguk.
“Ya… Ya… Benar, tak ada dewa yang keluar tengah malam untuk membeli cemilan … benar kan…?”
Mendengar
kata-kata si gadis berambut merah, kali ini giliran Asuna yang
terkekeh. Ia masih tetap sama bahkan di dunia ini. Tak bisa berkata-kata
dan senang, air mata menetes ke pipi Asuna sekali lagi.
Ia berkedip beberapa kali dan mengangguk. kemudian, si gadis berambut coklat bertanya:
“Uh… Um, dunia luar… kira-kira… seperti apa?”
Asuna berpikir sesaat, lalu menjawab:
“Akan
sangat lama untuk menjawabnya. Aku ingin menceritakannya pada orang
yang bertanggung jawab disini. Bisakah kalian mengantarkanku?”
“O-Oke. Mengerti.”
Para gadis setuju. Asuna bersiap mengikuti mereka, lalu berbalik untuk melihat Kirito sekali lahi.
Di wajahnya, bekas air mata miliknya masih bisa terlihat.
— Tak apa-apa, Kirito-kun. Kau bisa mengandalkanku…
Asuna
berkata dalam hatinya, sambil dengan erat menggenggam tangan kirinya.
Lalu ia berbalik, dan melompat dari belakang kereta.
Tepat ketika sepatu putihnya menyentuh tanah —
Cahaya keemasan muncul dihadapannya.
Kilauan dari sebuah mata pedang.
Sebelum ia bisa bereaksi, tubuhnya bergerak secara insting. Tangan kanannya menarik rapier di pinggang kirinya.
Kyariin!
Suara benturan logam terdengar dalam heningnya malam.
Ketika
ia berhasil menghindari serangan tersebut, dorongan kuat yang tak
terduga membuat lengan kanannya ngilu. Sungguh pedang yang berat.
Percikan bunga api dari benturan tersebut menyilaukan pandangan Asuna. Ia hampir tidak bisa melihat lintasan serangan kedua.
Serangan ini tak bisa ditahan dengan satu tebasan.
Seketika memikirkan hal tersebut, Asuna melaju ke arah musuh dan melancarkan tusukan beruntun dengan cepat.
Tusukan ketiga akhirnya berhasil menahan serangan musuh. Dengan penuh waspada, Asuna akhirnya menangkap sosok si penyerang.
Ia terkejut.
Seorang
knight cantik berkulit seputih salju, kira-kira berusia sama dengannya,
ia menatap Asuna. Mata saphire miliknya seolah memancarkan gelombang
listrik kebencian.
Rambut emas miliknya, yang tampak serasi
dengan serangan sebelumnya, bergelombang di udara. Armor dan pedang
panjang miliknya juga berwarna keemasan.
Dari kejauhan, kedua gadis keheranan. Lalu, mereka berteriak.
“Knight-sama, tolong hentikan!!”
“Dia bukan seorang musuh, Alice-sama…!!”
— «Alice»!
Mendengar nama tersebut, Asuna terkejut sekali lagi.
Swordswoman
yang berada dihadapannya, yang sedang menggenggam senjata seberat batu
raksasa — adalah true Bottom-Up AI pertama di dunia, seorang artificial
intelligence yang bisa beradaptasi dimanapun, ALICE? ia adalah tujuan
dibentuknya Project Alicization, dan juga apa yang RATH dan para
penyerang cari — dia adalah pusat segala permasalahan ini.
Tetapi mengapa Alice menyerang dirinya?
Mencoba
memblokir pedang emas, sesaat sebelum Asuna mengatakan apa yang
dipikirkan, sebuah suara semerdu musik keluar dari bibir kemerahan
Alice.
“Siapa kau?! Apa yang kau inginkan dari Kirito?!”
Seketika ia mendengar kata-kata tersebut.
Asuna menyingkirkan pikirannya tadi, perasaan emosi mengisi dirinya. Lebih tepat kalau disebut, rasa geram sesaat.
Jawaban yang keluar dari mulut Asuna malahan menambah minyak ke dalam api.
“Mengapa…? Karena dia itu milikku!!”
Menggertakkan gigi putihnya, Alice berteriak:
“Apa katamu?! Dasar orang barbar!!”
Kedua pedang yang masih bersentuhan kini mengeluarkan percikan bunga api ke segala arah.
Swordswoman
berambut emas, dengan tangkas mundur, lalu seketika melancarkan tebasan
atas. Tetapi seketika, Asuna menghindar, dan melancarkan serangan
kombo.
Didalam kesunyian hutan, serangan keemasan dan serangan bagaikan komet, menimbulkan kilauan cahaya.
Benturan
melewati siku Asuna hingga sampai ke pundaknya, benturan angin terasa
di sekitar Asuna. Ia bisa menyeimbangi serangan musuh karena rapier yang
dimiliki super account Stacia miliknya «Radiant Light», adalah sebuah
«GM item» yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada pedang panjang
emas milik Alice.
Senjata mereka berdua bertemu lagi, tetapi kini keduanya saling menjaga jarak.
Suara serak kini mengisi keheningan sesaat ini.
“Ah, pemandangan disini luar biasa. Dua bunga yang sedang mekar. Ah, sungguh mengagumkan. Pemandangan mengagumkan.”
Sepasang lengan kuat muncul, jari-jarinya dengan santai menggenggam bagian tengah senjata milik Alice dan Asuna.
“?!”
Seolah
roti isi yang mengapit daging, pedang keduanya tak bisa dipisahkan.
Lengan tersebut berusaha memisahkan kedua pedang dimana pemiliknya masih
terdiam, ia berusaha memisahkan dua orang swordswomen yang masih
bertarung.
Seseorang yang sedang berdiri disana adalah sosok pria yang berusia sekitar empatpuluh tahun.
Diatas
kimono yang dipakainya, ia mengenakan equip pertahanan berkuatilas
rendah, sepertinya. Pedang panjang yang menggantung di pinggang maupun
lengan miliknya dipenuhi dengan goresan. Ia benar-benar cocok dengan
deskripsi seorang pejuang.
Seketika pria tersebut muncul, Alice menggelembungkan pipinya dan mulai memprotes seolah ia menjadi anak-anak:
“Mengapa menghentikanku, Paman! Orang ini mungkin saja mata-mata musuh …”
“Aku tak berpikir begitu. Nona muda ini menyelamatkanku dari kematian. Aku yakin hal yang sama juga terjadi pada kalian semua?”
Kata-kata tersebut ditujukan pada kedua gadis berpakaian abu-abu yang sedang berdiri disamping.
Keduanya mengangguk cepat, dan berbicara dengan suara rendah.
“Y… Ya, Komandan Knight Terhormat. Nona ini menyelamatkan kami.”
“Dia, dengan lambaian tangannya, membuat musuh tenggelam dalam jurang … Itu benar-benar keajaiban.”
Si
pria yang bernama Komandan Knight menatap lembah yang diciptakan Asuna,
lalu meletakkan tangannya ke pundak Alice dan berbicara:
“Aku
juga melihatnya. Cahaya berwarna-warni turun dari langit, lalu tanah
terbelah sejauh seratus mel. Bahkan para Petarung Tangan Kosong tak bisa
meremehkan serangan tersebut, mereka panik. Faktanya, nona muda ini
telah menyelamatkan pasukan kita dari kekalahan besar. Ini bukan
waktunya untuk saling bertengkar.”
“……”
Pedang panjang emas masih ditangannya, Alice masih mematap Asuna dengan curiga.
“Lalu…
apa yang ingin paman katakan adalah, orang ini bukan mata-mata musuh
juga bukan seorang peniru sosok dewi, intinya paman ingin berkata jika
dia ini Dewi Stacia yang asli kan?”
Asuna menggigit bibirnya
sambil tetap terdiam. Jika Komandan Knight, pria yang memimpin pasukan
ini, menganggap Asuna sebagai dewi, kondisi saat ini akan bertambah
kacau.
Untungnya, mulutnya terbuka dan berkata.
“Mungkin
bukan. Jika ia adalah seorang Dewi, ia mungkin seorang yang lebih
dingin dan kejam daripada Pemimpin Tertinggi. Ia akan membunuh musuh
tanpa belas kasihan?”
Alice tidak menampik jawaban tersebut.
Rasa permusuhannya masih belum padam, ia menatap Asuna dengan api
kemarahan lalu segera memasukkan pedang miliknya ke sarung pedang!
Asuna
juga memiliki banyak pertanyaan. Mengapa kau menyerangku? Kau ini
siapanya Kirito-kun? Tetapi dengan tarikan nafas, Asuna bisa menahan
kemarahannya.
Misi Asuna adalah untuk membawa Alice menuju
«Altar Ujung Dunia» di bagian paling selatan Underworld, lalu
mengeluarkan Light Cube miliknya dari Light Cube Cluster.
Dengan
kata lain, ia harus meyakinkan gadis ini, yang tidak cocok dengan
dirinya untuk meninggalkan Pasukan Kerajaan Manusia. Ini bukan waktu
yang tepat untuk bertarung.
Menyarungkan senjata miliknya, Asuna berbicara pada Komandan Knight:
“Ya…
Anda benar. Aku bukanlah seorang dewi; aku juga manusia seperti kalian
semua. Tetapi, aku memahami situasi saat ini. Itu karena aku adalah
manusia yang berasal dari dunia luar.
“Dunia luar, huh…”
Komandan Knight menggaruk dagunya, lalu tersenyum sederhana.
Hal yang kontras terjadi, mata milik Alice terbuka lebar dan ia bertanya dengan suara nyaring:
“Dari dunia luar…?! Jadi, kau datang dari dunia Kirito tinggal?”
Asuna mengangguk. Tampaknya Kirito telah menjelaskan beberapa hal tentang Underworld pada Alice.
Mengubah
Fluctlight Acceleration Rate menjadi lebih cepat, Kirito telah berada
di dunia ini selama tiga tahun. Asuna tak bisa berpikir berapa lama ia
telah menghabiskan waktu dengan Alice di dunia ini.
Tampaknya
Alice juga berpikir seperti itu. Sebelum ia bisa bertanya lagi, Komandan
Knight menghentikannya dengan lambaian tangan.
“Apa yang kita
bicarakan selanjutnya biarlah para Knight dan Penjaga yang tau. Kita
akan membicarakannya sambil minum teh. Terlebih lagi, pasukan musuh
tidak akan membuat gerakan saat malam hari.”
“… Aku mengerti.”
Alice mengangguk, wajahnya agak marah.
“Baiklah,
sudah diputuskan… Kalian nona muda yang berdiri disana, bisakah
membantu menyiapkan teh, dan juga ambilkan anggur untukku? Kalian berdua
juga berhenti berkelahi.”
Menerima perintah Komandan Knight, Ronie dan Tiezé membalas dan memberi hormat.
Asuna
ingi bertemu Kirito sekali lagi sebelum meninggggalkan tempat ini,
tetapi sebelum ia bisa bergerak, suara nyaring Alice sampai di
telinganya.
“Biar kuperjelas: mulai sekarang, tak ada yang boleh
memasuki kereta tersebut tanpa izin dariku. Memastikan keamanan Kirito
adalah tanggung jawabku.”
Hal buruk akan terjadi.
Asuna menenangkan emosi miliknya.
“… Hal yang sama juga berlaku untukmu, berhenti memanggil Kirito-kun milikku dengan namanya…”
“Apa katamu?!”
“… Tidak, bukan apa-apa.”
Hmph, Alice dan Asuna berbalik membuang pandang, dan mengikuti sosok Komandan Knight.
Ronie dan Tiezé tertinggal dibelakang — mereka berdua lega.
“Tampaknya… mulai sekarang akan menjadi kondisi yang sulit.”
Tiezé tiba-tiba melambaikan tangannya dan berkata pada sahabatnya:
Ayo, kita harus merebus air! Oya, kereta mana yang menyimpan anggur?… Ayo, Ronye!”
Sebelum mengejar Tiezé, Ronze berbisik tanpa seorangpun mendengar.
“… Dia juga, senpai milikku…”
Bagian 5
Asuna menggenggam cangkir teh dengan satu tangan sambil menatap bara api yang menyala.
Api tersebut terasa sangat nyata.
Api
ini tidak diciptakan dengan cara yang sama oleh mesin SAO maupun ALO.
Setiap bunga api muncul ketika kayu terbakar, membuat aroma di udara,
bahkan ia merasakan kehangatan di wajah dan tangannya, semua sensasi
terebut terasa lebih nyata dibanding api di dunia nyata.
Tak
hanya api tersebut. Kekerasan kursi ini, sensasi kayu-nya, dan juga
aroma teh; merasakan ketiganya, membuat Asuna sedikit terlena.
Sejak
memasuki Underworld, setelah mengalami masalah yang tak kunjung
habisnya, akhirnya Asuna bisa menikmati sensasi dunia ini. Mendapati
rangsangan di indranya, ia benar-benar terpukau akan «Mnemonic Visual»
yang dijalankan STL.
Pada mulanya, Kirito yang telah masuk ke
dunia ini juga tak menyadari jika ini adalah dunia virtual, ia pasti
terbiasa hingga akhirnya menyadari. Terlebih lagi — di dunia ini tidak
ada seorangpun NPC.
Asuna berbalik dari api unggun dan menatap
kerumunan orang-orang yang berkumpul di dalam hutan. Perkenalan singkat
sudah dilakukan.
Duduk si samping kirinya dan masih memegang
botol anggur adalah Komandan Integrity Knight Bercouli. Disampingnya
yang mengenakan armor keemasan adalah Integrity Knight Alice.
membelakangi api unggun, rambut emas miliknya semakin indah; Asuna
terpukau akan kecantikan miliknya.
Di sisi kiri Alice adalah
pemuda yang terlihat berusia sekitar limabelas atau enambelas tahun,
yang tampaknya seorang Integrity Knight peringkat atas. Namanya adalah
Renri.
Lebih jauh, sosok Knight langsing duduk sangat diam.
Armor yang nampak baru benar-benar tidak cocok dikenakannya: dari tadi,
ia mengeratkan armor, dan kadang-kadang armornya melorot, ia tampak
seperti seorang pemuda dalam sebuah VRMMO. Tetapi ketika ia
diperkenalkan dengan Sheyta, dalam beberapa detik ketika ia menatap
mata-nya, keberanian yang tak dapat dideskripsikan terasa.
Di
samping kiri Sheyta, berada di sisi lain api unggun, sekitar sepuluh
orang yang dikenal sebagai Pemimpin Penjaga, duduk di kursi berjejer.
Diantara sosok kekar mereka, ada seorang wanita.
Di sisi kanan
Asuna, si kedua gadis yang tadi ia temui juga ada, mereka duduk sediam
mungkin dan sejauh mungkin. Si gadis berambut merah bernama Tiezé dan si
gadis berambut coklat bernama Ronye, mereka sepertinya murid pemula
dalam akademi tempat Kirito belajar satu setengah tahun lalu.
Setelah menatap mereka semua, Asuna sungguh terkagum.
Tanpa
keraguan, mereka adalah manusia, penampilan dan bahkan hembusan nafas
mereka bukanlah buatan mesin. Terlebih lagi, fakta hanya ada satu
Fluctlight buatan yang telah berhasil menembus «ketidakmampuan untuk
menolak hukum dan perintah» sulit dipercaya.
Ia kini mengerti sepenuhnya keinginan Kirito untuk melindungi mereka semua.
Aku akan memegang keinginan tersebut.
Asuna menguatkan ketetapan hatinya, lalu mengambil nafas dalam, dan akhirnya berbicara:
“Salam kenal semuanya. Aku yakin ini adalah pertama kalinya kita bertemu. Namaku adalah Asuna. Aku berasal dari dunia luar.”
Walaupun
telah berlalu delapan hari sejak keberangkatannya, Alice sedikit
merasakan kerinduan atas waktu yang ia habiskan bersama dengan Kirito di
pinggir Desa Ruild, ia merindukan saat ia mendorong kursi roda Kirito
menuju ke peternakan terdekat.
Dikelilingi pohon kayu putih,
domba yang memakan rumput tiada henti, dan diantara mereka ada beberapa
kambing putih yang makan lebih banyak.
Alice terheran akan
kehidupan indah tersebut. Tidak mengkhawatirkan dunia diluar desa, hidup
dengan damai, dikelilingi oleh manusia.
Ia tak pernah menyangka jika —
Orang-orang yang tinggal di dunia ini hidup seperti para domba.
Kata-kata
Asuna seolah mengguncang semua Knight dan Pemimpin Penjaga. Bahkan
Komandan Knight Bercouli, yang biasanya menggaruk dagunya, kini pasti
tergoncang didalam hati.
Asuna menyebut dunia dimana Kerajaan
Manusia dan Tanah Kegelapan berada menggunakan sebuah kata dalam Sacred
Tongue: “Underworld”. Dan dunia dilauar tersebut — bukan secara
geografi, tetapi secara konsep — adalah dunia asing yang disebut dengan
nama “Dunia Nyata”.
Tentu saja, para Pemimpin Penjaga banyak
yang ingin tahu mengenai dunia itu, mereka menganggap dunia tersebut tak
berbeda dengan dunia para dewa dewi.
Si Asuna menjawab.
Orang-orang yang tinggal di Dunia Nyata juga seperti mereka, mereka
adalah manusia yang memiliki emosi, keinginan, dan Life.
Dan sekarang ini, pada lokasi tertinnggi di Dunia Nyata, dua belah pihak telah berusaha untuk mengendalikan Underworld.
Asuna tampaknya adalah orang yang dikirim dari salah satu pihak. Tujuannya adalah melindungi Underworld.
Tujuan
pihak lainnya adalah — untuk mengambil seseorang dari Underworld.
Setelah itu, mereka akan menghancurkan dunia ini hingga menjadi
ketiadaan.
Mendengar kata-kata tersebut, para Pemimpin Penjaga mulai membuat sedikit kegaduhan.
Apa yang menenangkan mereka adalah kata-kata lantang Bercouli.
Bukankah
itu sama? Pahlawan berusia tiga ratus tahun itu mengutarakan
pendapatnya. Dibalik Kerajaan Manusia ada Tanah Kegelapan yang
terbentang luas, dengan sepuluh ribu pasukan yang berusaha untuk
menginvasi Kerajaan Manusia. Hingga hari ini, tak ada seorangpun yang
pernah memikirkan kenyataan ini. Dunia Nyata adalah dunia lain diluar
dunia kita, apa yang perlu kalian khawatirkan?
Setelah
mengeluarkan kata-kata yang meyakinkan, semua orang menerima kenyataan
ini. Bercouli menatap Asuna dan bertanya: Siapakah orang yang dicari
musuh?
Mata kecoklatan milik Asuna berbalik menatap Alice.
“… A… aku?”
Tak
hanya Renri; Tiezé, Ronye dan bahkan Sheyta menunjukkan ekspresi
keterkejutan. Hanya Bercouli yang mengangguk seolah sudah mengetahui
jawaban tersebut.
“Sudah kuduga… seorang «Putri Cahaya»…”
Asuna tidak mengerti maksud perkataan Bercouli. Ia berkedip pada Komandan Knight, lalu berbalik untuk menjawab.
“Kita
tak memiliki banyak waktu. Untuk mencegah Underworld dihancurkan, Alice
harus pergi ke Dunia Nyata bersamaku. Jika Alice tidak berada di sini
lagi, musuh akan berhenti mengganggu dunia ini…”
“Le… Lelucon macam apa itu?!”
Alice
berteriak, tak bisa menahan dirinya lagi. Dia berdiri dari kursinya,
menabok pelindung dada dengan tangan kanannya, ia berkata dengan suara
tinggi:
“Memintaku untuk lari?! Mengabaikan dunia ini,
mengabaikan semua orang disini, dan juga teman-temanku di Pasukan
Pertahanan… lalu lari ke Dunia Nyata?! Tak mungkin! Aku adalah seorang
Integrity Knight! Misi terbesarku adalah melindungi Kerajaan Manusia!!”
Kini Asuna berdiri. Menyibakkan rambut warna chestnut miliknya, ia membantah dengan suara senyaring loncenng:
“Karena
alasan itu! Jika musuh… bukan berasal dari Tanah Kegelapan, tetapi
seorang pencuri dari Dunia Nyata, dan jika mereka berhasil menangkapmu
dan membawamu keluar dari dunia ini, semua orang disini… bukan hanya
orang-orang, bahkan tanah, langit, semuanya akan hancur! Kita tidak tahu
kapan musuh akan menyerang!”
“Tunggu, tentang hal itu, munngkin kamu sedikit ketinggalan info, Asuna-san.”
Komandan Knight menjawab pelan:
“Musuh yang kamu bicarakan sudah berada disini.”
“Uh…”
Asuna yang kini terkejut, Komandan Knight meminum seteguk anggur dan melanjutkan:
“Tampaknya
semua sudah menjadi jelas. «Putri Cahaya». «Dewa Kegelapan Vektor »
yang mengejarnya. Dewa Vector yang memerintah pasukannya sekarang ini
pastilah seseorang dari Dunia Luar sepertimu.”
“Dewa… Kegelapan.”
Asuna berbisik, wajahnya menjadi pucat. Ia melanjutkan perkataannya dengan terbata-bata:
“Aku tak pernah berpikir jika… super account Tanah Kegelapan tidak dikunci dengan sebuah password atau semacamnya…”
“Ma… maaf.”
Memecah keheningan, Knight Renri dengan malu mengangkat tangannya.
Melihat semua orang menatapnya, ia bertanya pelan, wajahnya memerah:
“Tentang itu, apa sebenarnya Putri Cahaya? Dan juga siapa pencuri dari Dunia Nyata…? Mengapa mereka menginginkan Alice-dono?”
Seseorang
yang menjawab pertanyaannya adalah oarng yang dari tadi terdiam terus
dalam pertemuan ini, «Si Pendiam» Knight Sheyta.
“Karena ia berhasil menghancurkan Segel Mata Kanan.”
Alice terkejut, melupakan kemarahannya. Tangannya secara tak sadar bergerak ke mata kanan, lalu ia bertanya:
“Kau… Kau tahu tentang hal itu, Sheyta-dono?! Bagaimana?!”
“Terasa
menyakitkan… kapanpun aku memikirkannya. Pada saat itu, ketika bisa
mengalahkan… makhluk terkuat di dunia ini… Gereja Axiom yang tak
terkalahkan … pasti terasa menyenangkan bukan.”
“…”
Para Knight dan Pemimpin Penjaga terdiam ketika mendengar perkataan tersebut. Bercouli berbatuk dan seolah tidak mendengarnya.
“Ah,
aku yakin ada orang lain yang mengalami hal serupa. Jika ada sebuah
keraguan maupun perlawanan atas kekuatan Pemimpin Tertinggi ataupun pada
Gereja Axiom, bola mata bagian kanan milik seseorang akan berwarna
merah, juga diikuti dengan rasa sakit. Umumnya, pikiran seperti itu akan
mudah dilupakan karena ketidaknyamanan yang menyertainya. Tetapi jika
orang tersebut tetap mempertahankan pemikiran tersebut, rasa sakitnya
akan semakin kuat, dan mata kanan mereka akan semakin memerah — dan pada
akhirnya …”
“Mata kanan mereka akan meledak.”
Alice berbisik, ingatan kejadian tersebut masih membekas.
“Jadi… Alice-dono…”
Mendengar suara ketakutan Renri, Alice mengangguk pelan dan melanjutkan ucapannya dengan suara rendah.
“Aku
bertarung melawan Tetua Chudelkin, lalu Pemimpin Tertinggi
Administrator. Untuk mendapat ketetapan hati seperti itu, aku kehilangan
mata kananku.”
“Erm… Boleh saya bertanya…”
Sebuah suara
yang lebih rendah dari Renri terdengar, suara tersebut milik Ronye dari
Tim Persediaan yang dari tadi mendengarkan seluruh cerita.
“Eugeo-senpai
juga, demi melindungiku … ketika ia mengayunkan pedangnya demi Tiezé
dan aku, lalu melakukan sebuah taboo, mata kanannya … berdarah…”
Pasti
sama seperti dirinya. Alice mengangguk. Bertarung beberapa kali sebagai
seorang penduduk, bahkan mengalahkan Komandan Knight, dan juga bisa
mengeluarkan Incarnation sempurna melawan Administrator. Pemuda tersebut
pastilah bisa melepas Segel Mata Kanan.
Benar, ketika
pertarungan di lantai paling atas Kathedral, Administrator tampaknya
berkata mengenai Segel Mata Kanan kepada Alice. Apakah itu, Code Delapan
Tujuh …?
Sebelum Alice bisa mengingat perkataan Administrator, Bercouli berkata sambil memegang dagunya.
“Hm…
Dengan kata lain, musuh sedang mencari orang-orang yang telah
mematahkan Segelnya sendiri. Asuna-san, apakah orang-orang di Dunia
Nyata memiliki segel semacam ini juga?”
“… Tidak.”
Setelah beberapa saat berpikir.
“Aku
tak pernah mengalami kejadian seperti itu. Mungkin yang membedakan
penduduk Dunia Nyata dan penduduk Underworld adalah bisa tidaknya mereka
melanggar hukum maupun perintah.”
“Itu berarti, keberadaan nona
kecil Alice sekarang ini sama dengan penduduk Dunia Nyata? Tetapi
bukankah itu aneh? Jika sama, mengapa mereka menempatkan kode semacam
itu? Bukankah sudah ada banyak orang di Dunia Nyata yang bisa melanggar
perintah?”
“Itu…”
Keragu-raguan memenuhi diri Asuna, ia terdiam.
Tetapi sesaat sebelum Asuna mengutarakan pendapatnya, teriakan Alice memecah keheningan.
“Itu dia! Code 871!”
Menepukkah kedua tangannya, ia menjelaskan:
“Pemimpin
Tertinggi menyebut Segel Mata Kanan sebagai Code 871. Ia berkata jika
kode tersebut ditambahkan oleh «orang itu»! aku tak tahu maksudnya,
tetapi…itu bukanlah Sacred Tongue, jadi itu pastilah bahasa dari Dunia
Nyata?!”
“Code… 87… 1…?”
Asuna mengulanginya, kebingungan. Alis matanya terangkat.
“… Apakah… seseorang dalam RATH menambahkan segel tersebutl…? Tetapi mengapa … apa tujuan mereka…?”
Ia duduk kembali, berpikir sesaat, lalu —
Ia kemudian seolah kaku. Bibirnya menjadi pucat, lalu berbicara dengan suara serak.
Tetapi Alice tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan Asuna.
“… Sialan!… ada penyusup di dalam RATH…! Dibalik tembok itu …!”
Asuna benar-benar terguncang.
Ambisi
untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan tujuan menghapus
satu-satunya kelemahan dalam diri Fluctlight buatan, Higa Takeru dan
teknisi RATH telah menanamkan sesuatu.
Ini terjadi karena
Fluctlights buatan saat ini tak bisa menilai perintah secara moral
maupun tujuan tentang perintah yang mereka terima. Jika mereka
dimasukkan dalam sebuah mesin perang, bahkan jika sistem perintah mereka
kena hack oleh musuh dan mereka diperintahkan untuk menyerang pasukan
sendiri maupun membunuh para penduduk, para Fluctlights tak bisa menilai
perintah tersebut, malahan mereka dengan senang hati melakukannya.
Mereka berbeda dengan pasukan dari negara barat, yang mana bisa menolak
perintah.
Terlebih lagi, para teknisi kecerdasan buatan tak bisa
menerobos pembatas tersebut, RATH melakukan simulasi eksperimen di
Underworld yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
Namun,
jika Segel Mata Kanan ataupun «Code 871» dipasang guna mencegah
eksperimen melampaui batas, jika kode tersebut dimasukkan oleh seseorang
tak dikenal dalam RATH.
Maka serangan di Ocean Turtle mungkin memang sudah direncanakan.
Dan
penyusup tersebut masih berkeliaran dengan bebas di bagian atas Ocean
Turtle. Jika ia mau, ia bisa saja menyelinap dan memasuki ruang STL No. 2
dimana Kirito dan Asuna berbaring tanpa pertahanan.
Mencoba menghilangkan kengerian yang mengalir di punggung Asuna, ia lanjut berpikir:
Pilihan
yang dimiliki Asuna saat ini adalah menjalankan akun «Dewi Pencipta
Stacia» hingga HP miliknya turun menjadi nol — dengan kata lain hingga
tewas. Tetapi jika itu terjadi, ia tak akan bisa log in kembali
menggunakan super account ini. Karena sistem perintah masih dikunci,
mereka tidak akan bisa mereset data akun.
Karena penyerang
menggunakan Dewa Kegelapan Vektor, sebuah akun dengan level yang sama,
ia tak akan bisa dikalahkan dengan akun rakyat biasa. Demi melindungi
Alice, lalu log out secara aman, ia membutuhkan akun Stacia bagaimanapun
juga.
— Apa yang harus aku lakukan?
Setelah memeras otaknya, Asuna mengambil nafas dalam-dalam, lalu memutuskan.
Ia
akan memprioritaskan Underworld. Dunia ini berjalan seribu kali lebih
cepat dibandingkan dengan waktu Dunia Nyata. Sebelum musuh bergerak
terjadi di Dunia Nyata, mereka masih mengulur waktu.
Di saat
ini, ia harus memiliki rencana untuk melindungi Alice dari musuh yang
memimpin pasukan Tanah Kegelapan, kemudian membawanya ke Dunia Nyata.
Jika ia gagal, dan Alice tertangkap oleh musuh, mereka akan
menghancurkan semua Light Cubes tanpa segan-segan karena telah
mendapatkan satu AI yang sesungguhnya. Mereka akan menghancurkan
Underworld, dunia yang Kirito coba untuk lindungi. * * *
Dari laporan yang mereka terima, tampaknya keputusan Yuuki Asuna memang benar.
Tetapi baik dirinya, Higa Takeru dan Kikuoka Seijirou yang berada di Ocean Turtle telah menyadari sebuah kebenaran penting.
Sejak
Gabriel Miller dan Vassago Casals melakukan log in, ratio FLA telah
dipelankan. Operasi ini telah dilakukan oleh Critter, teknisi dari tim
penyerang, tetapi orang yang memberikan perintah adalah Gabriel.
Dalam
waktu duapuluh jam, kapal bersenjata «Nagato» dari unit penghancur akan
melakukan serangan. Dalam situasi ini, bisa dipahami jika menurunkan
Kecepatan Akselerasi hanya akan menghambat tindakan musuh.
Tentu saja, alasan penurunan akselerasi ini diluar pikiran semua orang.
Tetapi —
Dalam waktu singkat, hanya satu orang yang bisa melihat siasat milik Gabriel.
Bersembunyi
dalam terminal portable milik Yuuki Asuna, «ia», AI «Top-Down» paling
maju di dunia, secara sembunyi-sembunyi bergerak melewati internet.
* * *
“Ada… yang salah?”
Alice berhenti menggunakan suara
nyaringnya beberapa saat lalu. Mendengar perkataannya, Asuna lalu
mengangkat kepalanya dan menggeleng.
“Tidak… Bukan apa-apa. Maaf.”
“Kau tidak mengganggu, kami masih menunggu jawabanmu.”
Alice menjawab tidak sabar.
“Jadi, kau punya petunjuk mengenai «Code 871»?
“Ya. Aku akan menjelaskannya.”
Asuna menjawab sok keren. Bahkan Alice agak binggung atas jawaban tersebut.
Asuna
tak bisa mengingat pernah berargumen dengan seseorang sebelumnya. Ia
pandai berteman — Lisbeth, Silica, Leafa, Sinon, dan bahkan teman-teman
kelas di sekolahnya.
Ngomong-ngomong, kapan terakhir kalinya ia
mengutarakan pendapatnya di depan seseorang? Ia terdiam sesaat dan
hampir tertawa. Tak perlu menduga, orang yang sering mendengarkan
pendapatnya adalah Kirito.
Sejak pertama kali mereka bertemu di
lantai pertama Aincrad dan entah bagaimana menjadi sebuah hubungan untuk
menyelesaikan permainan kematian, Asuna sering berteriak di depan wajah
Kirito beberapa kali.
Mungkin, ada waktunya ketika ia bisa menjadi akrab dengan gadis bernama Alice ini.
— Tidak, sepertinya tak bisa.
Mengakhiri pikirannya, ia membuka mulutnya.
“…
Nah, orang yang menanamkan «Code 871» ataupun Segel Mata Kanan pada
nona kecil Alice adalah seseorang dalam Dunia Nyata… kemungkinan
mata-mata pihak musuh.”
“Hmm… Nah, apakah tak ada cara lain untuk mematahkan Code tersebut selain menghancurkan mata kanan seseorang?”
Pada pertanyaan Bercouli, Asuna menggelengkan kepalanya untuk meminta maaf.
“Maaf, aku juga tak tahu… Aku tak berpikir jika segel seperti itu bisa dilepas dari dalam Underworld.”
Mendengar kata-kata Asuna, Alice merasa tak nyaman.
Tentu
saja, kesan pertama yang diperoleh Alice sunggguh buruk. Asuna
tiba-tiba berdekatan dengan Kirito tanpa adanya penjelasan lebih rinci.
Setelah semua, dirinya adalah yang melindungi Kirito yang terluka selama
ini.
Lalu, gadis yang bernama Asuna ini juga berasal dari Dunia
Nyata sama seperti Kirito. Menilai dari perkataan dan tindakan Asuna,
ia pasti memiliki ikatan tertentu. Lalu, karena ia mengejar Kirito
bahkan sampai ke dunia lain, setidaknya ia harus mengatakan alasannya.
Kenapa
dirinya begitu gelisah? Ia telah berpikir jika dirinya adalah
satu-satunya orang di dunia ini yang berkewajiban melindungi Kirito,
namun tiba-tiba ada pendatang lain yang berusaha menantang dirinya?
Ataukah kegelisahan ini berasal atas semangat untuk bersaing pada kemampuan berpedang mengerikan milik Asuna?
Itu
pertama kalinya Asuna melihat serangan yang sangat cepat. Serangan
tersebut bahkan tak bisa ditandingi oleh Wakil Komandan Knight Fanatio.
Serangan tersebut bukanlah serangan beruntun biasa; serangan miliknya
terasa seperti tusukan yang datang pada waktu yang sama. Jika pedang
mereka saling bertubrukan satu sama lain, serangan musuh pasti akan bisa
melanjutkan serangannya.
Ataukah kegelisahan ini berasal —
Karena Asuna sungguh sangat cantik, menatapnya membuat Alice tak percaya diri?
Sebuah
wajah tanpa adanya sedikit ketegangan, seolah wajah tersebut menyatu
dengan kata “cantik” itu sendiri. Api unggun seolah menerangi kulit
putihnya dan juga rambut berwarna chestnut yang tampak seperti benang
kualitas atas. Mata para Pemimpin Penjaga juga menunjukkan kekaguman.
Jika Asuna menyebut dirinya sebagai Dewi Stacia, mereka pasti akan
percaya dengan yakin.
Ia ingin tahu.
Bukan tentang Dunia Nyata maupun musuh, tetapi tentang Asuna sendiri. Hubungan dirinya dengan Kirito.
Terombang-ambing
dalam pikirannya sendiri, Alice kembali tersadar dan mendengarkan
penjelasan. Asuna menjelaskan kepada Komandan Knight.
“…«Musuh»
takut pada orang-orang yang telah berhasil melepaskan Segel di
Underworld… dengan kata lain, jika yang mereka sebut sebagai «Putri
Cahaya» muncul dan berhasil ditarik keluar dari dunia ini. Karena Putri
Cahaya di Dunia Nyata adalah seseorang yang benar-benar berharga.”
“Itulah yang aku tak pahami.”
Komandan Knight Bercouli bingung sambil memutar botol anggur miliknya.
“Yang
kamu sebut «Putri Cahaya», atau nona kecil Alice, seharunya menjadi
sosok yang setara dengan orang-orang Dunia Nyata, benar kan? Aku
bertanya, mengapa mereka mau repot-repot mengambilnya? Baik itu musuh
maupun Asuna-san, apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan setelah nona
kecil dibawa?”
“Um…”
Asuna menggigit bibirnya.
Mata milik Asuna terpejam seolah ia menunjukkan ekspresi kesakitan.
“…
Maaf, aku masih belum tahu alasannya. Karena, aku… harap jika Alice-san
bisa melihat dan menilai sendiri Dunia Nyata dengan kedua matanya.
Dunia kami bukanlah dunia para dewa dewi, juga bukanlah dunia surga.
Malahan, dunia kami lebih buruk dan kotor dari dunia ini. Musuh juga
pasti memiliki keinginan tersendiri karena mengejar Alice-san. Kurang
lebihnya aku yakin jika Alice-san tidak akan memaafkan Dunia Nyata dan
orang-orang yang tinggal disana. Tetapi… disana banyak orang-orang yang
ingin melindungi dunia ini. Seperti… seperti Kirito-kun.”
Alice terdiam mendengarkan kata-kata rumit Asuna.
Namun ia mengangguk perlahan.
“… Oke. Aku tak ingin mengajukan pertanyaan lagi untuk sekarang.”
Alice perlahan melonggarkan kepalan tangannya, dan mengangkat bahu.
“Tak
peduli apapun, aku tak akan melakukan hal yang tak ingin aku lakukan.
Terlebih lagi, aku masih belum memutuskan mau pergi kesana atau tidak.
Meskipun aku ingin melihat dunia luar, itu bisa didiskusikan setelah
kita … mengalahkan Dewa Kegelapan Vektor dan pasukannya, lalu memperoleh
kedamaian.”
Alice berpikir jika Asuna mungkin akan meledak lagi, tetapi ia hanya terdiam sesaat lalu mulai berbicara lagi:
“…
Yeah. Karena pasukan Tanah Kegelapan sedang dikendalikan manusia dari
Dunia Nyata, akan sedikit membahayakan bagi Alice-san dan aku jika pergi
sendiri. Musuh juga mungkin berpikiran sama. Aku akan… bertarung
bersama kalian. Serahkan Vektor padaku.”
Sorakan gembira
terdengar dari para Pemimpin Penjaga. Bagi mereka, tak peduli siapapun
Asuna, ia tak ada bedanya dengan Dewi Stacia. Setidaknya, karena ia
memiliki serangan pengubah bentuk dataran. Serangan tersebut bisa
mengalahkan duapuluh ribu maupun duaratus ribu.
Komandan Knight juga menginginkan hal yang sama. Ia menyilangkan tangannya dan bertanya:
“Baiklah,
kita kesampingkan masalah Dunia Nyata untuk sekarang. Kembali ke
masalah yang kita hadapi… Skill yang kamu gunakan tadi, Asuna-san,
bisakah digunakan tanpa batas?”
“… Maaf, sepertinya tidak bisa.”
Asuna mengangkat bahunya dan menggelengkan kepala.
“Kekuatan
seperti itu memberikan tekanan yang kuat bagi mental pemakainya. Aku
bisa menahan ketidaknyamanan yang muncul, tetapi jika aku menggunakannya
secara berlebihan, aku mungkin akan dipaksa meninggalkan dunia ini
karena dampak kerusakan mental. Jika itu terjadi, aku tak akan bisa
kembali ke Underworld. Sayangnya, aku hanya bisa melakukan perintah
seperti tadi sekitar satu atau dua kali lagi.”
Wajah-wajah di depan api ungun terlihat kecewa setelah mendengar kata-kata Asuna. Melihat ini, Alice berdiri sekali lagi.
“Bagaimana
mungkin kita bergantung pada kekuatan seperti itu untuk melindungi
dunia kita sendiri?! Ia lebih dari cukup memberikan pertolongan.
Sekarang, giliran kita menunjukkan kemampuan para Knight dan Penjaga
yang kita miliki!”
Setelah menyemangati mereka, Alice merasakan tatapan kagum milik Asuna dan ia mencoba berpaling dari mata Alice.
Seseorang yang setuju pertama kali adalah Renri, Knight termuda yang hadir saat ini.
“Y…
Yeah! Kalian juga mendengar kan tadi, Asuna bukanlah seorang Dewi, ia
manusia sama seperti kita! Kita seharusnya juga bertempur!”
Kata-kata
miliknya tampak beresonansi dengan dua buah Divine Instruments yang
menggantung di pinggangnya, si Knight termuda ini lalu menatap gadis
berambut merah yang agak jauh dari Asuna. Alice tertawa dalam hati.
“Aku juga ingin… melawan lagi orang itu.”
«Si Pendiam» Sheyta berguman, lalu melempar topinya ke dalam api.
Para Pemimpin Penjaga satu persatu mulai setuju, mereka saling tatap satu sama lain.
Banar,
kita akan bekerja sama melindungi apa yang kita cintai – teriakan
tersebut datang dari para Penjaga yang berkumpul di sekitar area rapat.
Seolah mengikat keinginan semuanya, api unggun mulai membara, asap yang
dihasilkan lalu membumbung tinggi ke langit malam. ***
Apakah ini — tak apa?
Di tenda miliknya, Asuna mulai melepas armor berwarna mutiara putih miliknya.
Keinginan
Higa dan Kikuoka di Dunia Nyata, Asuna seharusnya membawa Alice ke
system console lalu memasukannya ruang sub control.
Lalu setelah
itu? Menurut Kikuoka, selama RATH memperoleh Fluctlight milik Alice dan
menganalisa strukturnya, mereka bisa saja memasukkannya kedalam
senjata. Sepuluh ribu Fluctlight buatan lainnya tak berguna. RATH juga
tak ingin menyia-nyiakan waktu dan sumber daya untuk memelihara
Underworld.
Mereka hanya akan menyelamatkan Alice dan
menghancurkan sisanya, apa yang akan dilakukan Kirito jika ia terbangun?
Tidak, apakah mungkin ia akan terbangun …?
Tidak, ia tak boleh
merasa bimbang lagi. Ia datang sejauh ini untuk bertemu dengan Kirito,
jadi ia harus mencoba yang terbaik untuk terhubung dengannya, berbicara
dengannya, dan menemukan cara untuk menyembuhkannya. Higa pernah berkata
jika ia harus mencari sebuah keajaiban dalam Underworld untuk
menyembuhkan Kirito.
Sekarang ini, ia hanya ingin berada dalam
tenda persediaan tempat Kirito berada, dan berbicara dengannya. Asuna
hanya ingin berada di sisinya. Ia tak ingin meninggalkannya dan menuju
system console yang berada jauh di selatan.
— Setidaknya, untuk malam ini…
Membuat
keputusan seperti itu, Asuna melepas semua armornya, dan berganti
mengenakan baju perempuan, lalu ia melangkah menuju pintu masuk tenda.
Meskipun
ia telah memprotes, Komandan Knight telah menempatkan Penjaga sebagai
pengawal. Si pemuda agak gugup karena tugasnya sebagai pengawal pribadi
Dewi Stacia, ia bolak-balik berkeliling tenda.
Ketika si penjaga
melintasi rerumputan di depan dengan posisi membelakangi dirinya, Asuna
dengan cepat meninggalkan tenda. Dalam waktu tiga detik, ia berhasil
menyembunyikan diri dalam bayangan pohon besar yang jaraknya sepuluh
meter dari tenda.
Menoleh kebelakang, ia melihat bahwa si
penjaga belum menyadari kepergian Asuna. Setelah meminta maaf dalam
hati, Asuna berjalan ke kegelapan hutan.
Pasukan Kerajaan
Manusia telah kelelahan karena pertempuran berskala besar ini, yah untuk
beberapa orang hal ini tidak berlaku. Beberapa prajurit berjaga-jaga di
bagian luar hutan, jadi Asuna bisa menyelinap ke area tenda persediaan
tanpa terdeteksi.
Tutup matamu dan fokus.
Ia tidak
mengetahui jika itu adalah kemampuan super account yang dikenakannya
ataupun murni intuisinya, tetapi ia bisa merasakan lokasi Kirito.
Berjalan beberapa langkah ke arah tujuan, Asuna tiba-tiba menyadari adanya kilatan emas di matanya.
Ketahuan — ia perlahan membuka matanya.
Sesosok
orang duduk membelakangi tenda sambil menyilangkan tangannya. Seperti
Asuna, ia juga memakai pakaian perempuan yang terbuat dari benang.
Rambut emasnya bergelombang karena angin malam. Tatapan mata birunya
menampilkan api menakutkan.
“… Aku tahu kau akan kemari.”
Alice mendengus pelan, menggoyangkan rambut emasnya.
Ditatap
secara langsung oleh musuh yang memiliki tinggi, tubuh, dan umur yang
sama, Alice berpikir untuk melanjutkan kata-katanya.
— Bukankah aku sudah katakan jika kau tak boleh kesini? Kembalilah ke tendamu dengan tenang.
Tetapi kata-kata tersebut sulit untuk diucapkan. Karena didalam mata Asuna, ia bisa melihat emosi yang tak bisa diungkapkan.
Kerinduan. Rasa sakit karena kerinduan, dan juga adanya keinginan yang timbul karena rasa rindu tersebut.
Fuu — menghembuskan nafasnya, Alice bertanya pada dirinya sendiri.
—
Aku bukannya mengalah. Akulah orang yang memiliki tanggung jawab
terbesar untuk memastikan Kirito segera terbangun. Kenyataan tersebut
tidak akan berubah. Karena Kirito telah bertarung bersamaku, ia kalah
juga karenaku.
Karena alasan tersebut —aku harus memastikan jika Kirito terbangun.
“… Ayo kita buat kesepakatan.”
Mendengar ucapan pendek Alice, Asuna berkedip kebingungan.
“Aku
mengijinkanmu melihat Kirito. Aku juga akan mengatakan segala hal yang
aku ketahui. Sebagai gantinya, kau harus mengatakan segala hal yang kamu
ketahui tentang Kirito.”
Setelah beberapa saat kebingungan, Asuna tersenyum percaya diri.
“Baiklah. Tetapi ceritanya lama lho. Satu malam tidak akan cukup untuk menceritakannya.”
Merasa tak nyaman. Alice menjawab:
“Berapa lama kau mengenalnya?”
Lalu, mata kecoklatan Asuna kini menatap langit malam, kemudian ia mengacungkan jari sambil menjawab:
“Well…
kami bertarung sebagai pasangan selama dua tahun. Kemudian kami
berkencan selama satu setengah tahun. Kami bahkan pernah tinggal bersama
selama dua minggu.”
— “Kencan” maksudnya sebuah hubungan romantis, benar kan? Tidak, mungkin … tetapi aku telah tinggal bersamanya selama …
Alice berbalik sedikit, lalu membalas:
“Aku
telah menghabiskan semalaman penuh bertarung bersamanya. Kemudian aku
merawatnya di rumah dan tinggal bersamanya selama setengah tahum.”
Kali ini giliran Asuna yang terkejut, tetapi ia cepat pulih. Jadi begitu — ia berguman.
Keduanya
saling tatap, siap untuk bertarung seperti sebelumnya. Udara malam
terasa panas, mereka berdua akan meledak: pishi, pishi.
Seseorang
yang cukup berani memasuki pertarungan antara seorang Integrity Knight
dan Dewi Pencipta tak lain dan tak bukan — adalah seorang gadis muda.
“Um…”
Terkejut, Alice berbalik ke arah datangnya suara. Asuna juga mengikuti.
Suara
tersebut milik siswi dari tim persediaan yang mengenakan kain penutup
rambut dan gaun malam berwarna abu-abu — ia adalah Ronye. Ia dengan
malu-malu mengeratkan kedua tangan didepan dadanya, lalu berbicara.
“Sebenarnya,
Aku, aku menghabiskan waktu dua bulan membersihkan kamar Kirito-senpai,
dan ia juga mengajariku skill pedang, dan juga ia mentraktirku pai madu
dari Jumping Deer Inn beberapa kali! Mungkin hal itu tak sebanding
dengan kalian berdua, tetapi… aku juga ingin berbagi pengalaman…”
Alice berkedip beberapa kali sebelum kembali memandang Asuna. Mulut keduanya tersenyum masam, seolah mendesah.
“Tak apa, Ronye-san. Kamu juga teman kami kok.”
Alice
mengangkat bahunya dan mengangguk pada gadis kecil tersebut. Ia
tersenyum pada gadis ini: sungguh keberanian yang luar biasa.
Tetapi — ia bukanlah satu-satunya saingan.
“Bolehkan aku berbagi informasi juga?”
Sebuah
suara maskulin, tetapi masih terdengar seperti suara seorang wanita.
Seorang wanita yang cukup tinggi muncul dibawah cahaya bulan tanpa
menimbulkan suara. Menatap sosoknya, Asuna mengeluarkan suara lirih.
“… Kamu adalah…”
Tanpa diduga. Ia adalah Pemimpin Penjaga wanita yang hadir di pertemuan sebelumnya.
Wanita ini memiliki rambut kecoklatan yang diikat ekor kuda.
“Aku
adalah Sortiliena Serlut dari Knight Order Kerajaan Norlangarth Utara.
Walaupun aku ingin menunggunya sampai perang ini selesai… atau begitulah
yang aku pikirkan, tetapi karena hubunganku yang lumayan panjang dengan
Kirito, aku ingin bergabung.”
Alice menghembuskan nafasnya lagi, mengangkat bahunya, ia berbicara pada Pemimpin Penjaga:
“… Dan hubungan macam apa itu, Pemimpin Penjaga Serlut?”
“… Jika tak keberatan, panggil saja aku «Liena», Knight-dono.”
Sortiliena berdeham pelan sebelum menunjukkan kartu andalannya:
“Ketika
aku berada di Akademi Master Pedang Centoria Utara, Kirito melayaniku
sebagai seorang valet selama setahun. Aku juga mewariskannya skill
pedang beberapa kali padanya.”
“………”
Ketiga gadis lain terdiam mendengar rahasia tersebut.
Kedua mata Asuna dan Alice bertemu, seolah menunjukkan ekspresi “Serius nih”, lalu mengangguk.
“Kamu pasti memiliki cukup informasi yang bisa dibagikan, Liena-san. Mari bergabung dengan kami.”
Dengan
atmosfir yang agak canggung, mereka berempat dengan diam berjalan,
Alice membawa mereka menuju tenda kecil. Tempat tidur sederhana dengan
dua buah bantal di kedua sisi. Salah satu bantal tersebut tak digunakan,
sementara pemuda berambut hitam sedang tertidur di bantal satunya.
Tertutup selimut, kedua pedang panjang sedikit terlihat.
Melihat hal ini, bibir Asuna bergetar. Alice tampaknya memperhatikan.
“… Kenapa?”
Atas pertanyaan Alice, Asuna seolah melupakan ketegangan diantara mereka, lalu ia menjawab sambil tersenyum:
“Kirito si «Dual Blades». Itulah panggilan Kirito-kun di dunia sana.”
“… Hoh…”
Karena
Asuna mengatakannya, ketika Kirito bertarung melawan Administrator, ia
memang bisa mengayunkan pedang hitam miliknya dan pedang putih milik
Eugeo secara bebas. Kemampuan tersebut tampaknya tak mudah dipelajari.
Alice duduk di dekat Kirito yang sedang tertidur. Ia mengisyaratkan gadis lainnya agar duduk juga:
“Nah bisa kita mulai sekarang.”
Langit malam menjadi semakin gelap dan semakin dingin, hanya ada bulan keunguan yang bersinar di atas Tanah Kegelapan.
Baik
itu Penjaga dari Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia maupun para Dark
Knight dan Petarung Tangan Kosong dari Pasukan Tanah Kegelapan yang
sedang berada di tendanya masing-masing kini sedang beristirahat dan
tidur.
Di sudut lain malam sunyi sebelum peperangan memasuki
puncaknya, hanya ada cahaya dalam sebuah tenda yang tidak dimatikan.
Suara tawa terdengar dari baliknya, tetapi hanya seokor burung hantu
yang sedang bertengger di atas pohon yang bisa mendengar tawa mereka.
Setelah minyak dalam lentera habis, keempat wanita yang kelelahan mengobrol kini tertidur disebelah Kirito.
Sesaat
kemudian, jauh di ibukota Centoria Pusat Kerajaan Manusia, sebuah bell
berbunyi menandakan tengah malam. Tentu saja, suara tersebut tidak
sampai ke perkemahan di Tanah Kegelapan.
Pada saat yang sama —
Sebuah
sensasi cukup redup yang bisa dideskripsikan sebagai «getaran waktu»
sampai ke setiap orang di Underworld. Itu adalah sensasi rasio FLA yang
turun menjadi 1:1, tetapi ketika orang-orang terbangun, mereka akan
sulit merasakan perubahan tersebut.
Underworld, Kalender Dunia Manusia, hari ke-8 bulan ke-11, Tahun 380, Pukul 0:00.
Dunia Nyata, Waktu Standar Jepang, 7 Juli 2026, Pukul 0:00.
Waktu kedua dunia telah menjadi selaras.
Bagian 6
— Apakah kau pernah merasakan tanda-tanda kematian?
Secara tiba-tiba, sebuah suara aneh terdengar oleh Bercouli Synthesis One, kemudian matanya terbuka.
Cahaya
fajar, perlahan mulai menerangi gelapnya tenda. Udaranya masih sedingin
es, dan hembusan nafas miliknya bisa menimbulkan uap keputihan.
Ia
tahu jika saat ini masih pukul 4:20 AM. Bercouli memiliki sebuah Divine
Instrument «Time Piercing Sword», yang mana dulunya sebuah jarum jam
raksasa, tentu saja ia bisa dengan mudah menentukan waktu. Dalam sepuluh
menit, ia akan menyampaikan pesan pada penjaga guna membunyikan
terompet dan membangunkan semuanya.
Menyentuh kepala bagian belakang dengan jarinya, ia bisa merasakan kata-kata yang muncul dalam mimpinya.
Apakah kau pernah merasakan tanda-tanda kematian?
Seseorang yang bertanya padanya adalah Pemimpin Tertinggi Administrator.
Ia
mulai lupa akan kenangan miliknya. Seratus tahun yang lalu? Ataukah
seratus limapuluh tahun yang lalu? Di masa lampau, guna mencegah
pikirannya rusak, kenangan yang tak diperlukan telah dihapus dari
pikirannya. Bercouli tak bisa mengingat kenangan masa lalu secara urut.
Namun kenangan dalam mimpi tersbut masih bisa diingat dengan jelas.
Mungkin
Administrator bosan dengan hari yang sama berulang-ulang — meskipun ia
yang menginginkannya — Administrator kadang-kadang memanggil seseorang
yang berusia sama dengannya untuk datang ke kamar miliknya lalu minum
bersama, orang tersebut adalah Bercouli.
Si penguasa berambut
perak berbaring di tempat tidur, hanya mengenakan kain tipis. Ia sering
menanyakan pertanyaan sambil memainkan gelas anggurnya dengan malas.
Ia
duduk didepannya sambil menyilangkan kaki. Setelah menggigit keju dan
ditemani anggur, Bercouli menggerakkan bibirnya sambil memalingkan
lehernya.
Ia telah membiasakan diri terhadap kelakuan
Administrator; Bercouli tidak mencari kepuasan darinya, tetapi ia hanya
ingin mengatakan apa yang ia ingin katakan.
— Sebuah tanda-tanda
kematian. Ketika aku masih muda dan dikalahkan oleh seorang Dark Knight
dari generasi tersebut maupun dari generasi sebelumnya, sungguh terasa
menyakitkan.
Jadi Pemimpin Tertinggi tertawa sambil menutupi mulutnya, hingga mahkota kristal yang dikenakannya hampir jatuh.
—
Tetapi aku berhasil memenggal kepalanya kan? Aku mengingat jika
Administrator mengubah sebuah kristal dan menempatkannya di sana. Aku
tak bisa mengingat kenangan tersebut.
— Benar, aku tak bisa
mengingatnya. Tetapi mengapa aku kepikiran? Keberadaanku seharusnya
tidak terikat oleh perasaan seperti itu.
Pada pertanyaan tersebut, Administrator menggerakkan tubuhnya dan menyilangkan kakinya, tersenyum malu.
—
Oh sayang, kau tak memahaminya, Bercouli. Setiap hari… aku memiliki
perasaan tersebut setiap hari, setiap hari. Kapanpun aku terbangun…
tidak, didalam mimpiku juga. Karena aku masih belum menguasai semuanya.
Masih ada musuh yang hidup, dan mungkin dimasa depan musuh baru akan
muncul.
— Sungguh, menjadi Pemimpin Tertinggi sungguh pekerjaan yang melelahkan.
Seratus
tahun setelah percakapan tersebut, jauh dari Kerajaan Manusia, di ujung
hutan Tanah Kegelapan, Bercouli tersenyum takut.
— Sekarang, aku mengerti maksud perkataanmu.
Yang disebut tanda-tanda kematian hanyalah efek samping dari bahaya.
Musuh
kuat yang bisa melihat segalanya, mencari kematian, tak peduli berapa
kalipun kau melawan maupun berteriak … kau telah lama mencarinya.
Seperti aku.
Seperti aku yang bisa merasakan tanda-tanda kematian yang kapanpun bisa muncul…
Setelah
kematian Administrator, Komandan Knight Bercouli yang mana menjadi
manusia paling lama hidup di dunia, kini membuang pelindungnya dan
mengenakan baju putih pada tubuh berototnya, mengikat tali sepatunya,
dan mengaitkan pedang tersayang miliknya pada pinggang.
Berjalan menuju dinginnya udara pagi, Bercouli berjalan menuju penjaga guna membangunkan semuanya.
* * *
Tepat pada waktu yang hampir bersamaan.
Di
perkemahan Tanah Kegelapan yang berjarak dua kilol di utara, ketika
cahaya pagi mulai muncul, sepuluh naga kini terbang ke langit.
Para
Dark Knight yang menunggangi naga memegang kumpulan tali besar.
Masing-masing tali dililitkan pada kayu di tanah lembah besar tercipta.
Tali
yang membentang tertiup oleh angin, para naga menyebrang hampir seratus
mel ke ujung lembah di bagian selatan. Para Dark Knight yang menyebrang
tidak membawa pedang, melainkan palu besar. Mereka mulai memasang patok
di tanah dengan rasa tak senang.
Perintah terbaru Kaisar Vector adalah —
Guild Petarung Tangan Kosong dan Dark Knight Order akan menyebrangi lembah menggunakan tali tersebut.
Musuh pastinya akan menyerang, tetapi mereka harus menyebrang apapun yang terjadi.
Mereka yang terjatuh tak akan diselamatkan.
Makanan dan perlengkapan lain tidak dikirimkan ke seberang.
Dengan
kata lain, mereka semua adalah orang-orang yang dikirim untuk bertarung
sampai mati tanpa adanya bantuan makanan dan persediaan. Pemimpin Guild
Petarung Tangan Kosong, Iskahn dan Pemimpin Dark Knight, mereka berdua
memprotes.
Tetapi mereka tidak bisa menolak perintah Kaisar, sang pemimpin mereka.
Mereka
hanya berharap agar bisa menyebrangi lembah tersebut sebelum musuh
menyadari kedatangan mereka — namun apa yang diinginkan Kaisar
sebelumnya adalah untuk menyerang musuh. Namun pasukan Kerajaan Manusia
yang berpatroli menangkap gerakan pasukan Tanah Kegelapan. * * *
Dengan mulut tertutup, Asuna mengunyah roti yang terisi keju, daging asap, dan buah kering. Ia masih mengantuk.
…
Karena waktu berputar seribu kali lebih cepat, aku bisa memakan ribuan
makanan daripada yang bisa kumakan di dunia nyata. Hal itu tak akan
membbuatku gendut, bener kan.
Mencuri pandang pada orang
didepannya, ia melihat Integrity Knight Alice dan Pemimpin Penjaga
Sortiliena menggigit roti mereka, mata mereka juga kelihatan masih
mengantuk. Meskipun tertutup pakaian wanita, Asuna bisa mengira bentuk
tubuh mereka berdua, tak ada lemak.
Apakah tak ada gaya hidup
tentang diet ataupun semacamnya di dunia ini? Ataukah suatu tubuh sudah
ditentukan ketika lahir? Ataukah — tubuh terbentuk karena mental
seseorang?
Disamping mereka berdua, Ronye mengiris roti isi ke
ukuran sekali gigit kepada Kirito. Menurut Alice, life miliknya hanya
tertopang oleh makanan, tetapi tubuh tersebut terlihat semakin kurus
setiap hari.
Seolah ia akan menghilang dari dunia ini.
“… Kirito-senpai kelihatan lebih baik pagi ini.”
Ronye tiba-tiba berkata, seolah ia membaca pikiran Asuna.
“Dan juga ia makan cukup banyak.”
“Mungkin karena empat gadis cantik tidur bersamanya?”
Asuna hanya bisa tersenyum aneh atas perkataan Alice.
Kemarin
malam akhirnya menjadi situasi dimana mereka berempat tertidur di
samping Kirito karena keasyikan ngobrol sampai larut malam. Keempatnya
saling berbagi kenangan tentang Kirito, tetapi karena kekurangan waktu
untuk bercerita, mereka takluk akan rasa ngantuk.
Sesaat
kemudian, bunyi terompet membangunkan mereka. Lalu, mereka menyantap
sarapan yang dibawakan Ronye seperti saat ini, Asuna kepikiran tentang
Kirito.
— Kirito-kun tidak berubah sampai kapanpun. Ia baik pada semua orang, hingga tampak seperti beban yang melukai dirinya sendiri.
—
Tetapi kali ini terlalu berat. Karena menanggung beban dunia seorang
diri. Kamu seharusnya bisa bergantung padaku dan orang lain. Karena
semua orang sangat menyukaimu.
— Tentu saja, aku yang paling menyukaimu.
Hati
Asuna terisi ketetapan sekali lagi. Ketika Kirito terbangun, ia harus
berkata sambil tersenyum: Jangan khawatir, semuanya sudah diurus. Apa
yang ingin kamu lindungi, aku dan taman-taman sudah melindunginya.
Keinginan
Asuna tampaknya mempengaruhi ketiga gadis disekitarnya. Alice, Ronye
dan Sortiliena memandang dirinya dengan mata terbuka sekarang, lalu
mengangguk.
Kemudian, terompet berbunyi cepat menandakan musuh sudah mulai melakukan serangan.
Dengan
roti yang masih menggantung di mulut, Alice berlari ke tendanya,
memakai armor miliknya, menggenggam Fragrant Olive Sword dan berlari
kembali.
Setelah bertemu dengan Asuna yang juga sudah siap untuk
bertarung, ia berkata pada Ronye dan Tieze, “Tolong jaga Kirito”, lalu
ia menuju bagian utara perkemahan.
Di perbatasan hutan, ia
melihat sosok Bercouli dengan pedangnya. Setelah menerima laporan
pasukan pengintai, Komandan Knight menatap Alice, Asuna, dan setelah
beberapa detik, Renri dan Sheyta tiba, kemudian ia berguman dengan
ekspresi serius:
“Jadi tampaknya musuh — orang dari Dunia Nyata
telah menipu pasukannya. Kelihatannya Kaisar Vector tak memiliki rasa
belas kasih.”
Apa yang dikatakan selanjutnya membuat Alice menggigit bibirnya.
Jembatan
yang terbuat dari tali tebal yang membentang sejauh seratus mel. Jika
kamu terjatuh, maka dipastikan tewas. Sebuah tugas yang tak mungkin
dilakukan tanpa persiapan fisik dan mental. Untuk bisa menggunakan
strategi semacam itu, Vector pasti tidak peduli — bisa dikatakan, ia
memandang pasukannya bagaikan kertas toilet.
Jika seperti itu,
bahkan jika sepertiga pasukan berhasil menyebrang jembatan tersebut,
jumlah pasukan mereka masih tersisa tujuh ribuan. Seribu pasukan
Kerajaan Manusia melawan mereka dipastikan tidak akan mennag.
Strategi
awal mereka dengan menyerang menggunakan arts sambil sembunyi di hutan
kini tak mungkin dilakukan karena cahaya pagi. Haruskan kita mundur
lebih jauh ke selatan dan menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan
kejutan lagi?
Kata-kata Komandan Knight Bercouli menyela kebingungan Alice.
“Ini peperangan.”
Si pahlawan legendaris berkata pelan. Urat nadi bisa terlihat di lehernya, ia melanjutkan:
“Mengesampingkan
Asuna-san yang dari luar, ini bukan waktunya bersimpati pada pasukan
Tanah Kegelapan. Jika kita ingin hidup kita harus mengambil kesempatan
ini.”
“Kesempatan… kata paman?”
Pada Alice yang terkejut, Bercouli menjawab dengan tatapan tajam.
“Ya. … Knight Renri.”
Namanya tiba-tiba dipanggil, Integrity Knight muda tersebut kini meluruskan punggungnya.
“Y… Ya.”
“Berapa jarak maksimal Divine Instrument «Twin Winged Blades» milikmu?”
“Ya. Normalnya tigapuluh mel, tetapi ketika Release Recollection, sekitar tujuhpuluh, tidak, seratus mel.”
“Bagus.
Nah… sekarang kita keempat Knight akan menyerbu pasukan musuh yang
berada di lembah. Alice dan aku akan memimpin, kemudian Sheyta fokus
melindungi Renri. Renri akan menggunakan Divine Instrument miliknya
untuk merusak tali yang ada di ujung.”
Alice menelan ludah.
Jadi
— musuh akan melindungi ujung tali dengan nyawa mereka. Bahkan
menggunakan tubuh mereka untuk bertahan, pisau lempar akan dilemparkan,
melewati kepala mereka dan memotong ujung tali. Seperti kata Bercouli,
ini adalah strategi tanpa ampun.
Tetapi Knight muda yang berusia
sekitar limabelas tahun mengepalakn tangan kanannya di depan dadanya,
raut mukanya terisi keyainan.
“Ya, pak!”
Lalu, si Pendiam Sheyta berucap dengan suara lirih:
“Serahkan padaku. Aku akan… melindungi Renri.”
Selanjtnya Asuna yang tak diperintah Bercouli kini melangkah kedepan.
“Aku juga akan ikut. Semakin banyak yang melindungi maka semakin baik.”
Alice menutup matanya sesaat, lalu berkata pada dirinya sendiri:
Situasi
sekarang ini — aku, yang telah membakar sepuluhribu pasukan Demi-human
hingga tewas menggunakan art skala besar dan juga membunuh duaribu
Pengguna Dark Art menggunakan Armament Full Control Art tak lagi berhak
untuk mencari pertarungan terhormat.
Sekarang, aku hanya harus menghunuskan pedangku dan membunuh musuh.
“— Ayo kita lakukan.”
Menggangguk
kepada mereka berempat, Alice menatap jembatan yang ada di utara. Tanah
berwarna hitam kini sudah diterangi oleh cahaya pagi kemerahan.
* * *
Cepat!
Cepat, Cepat!
Mengepalkan kedua tangannya, Iskahn berteriak dalam hati.
Di
atas lilitan sepuluh tali yang membentang sepanjang lembah, Para
Petarung Tangan Kosong dan Dark Knight mulai menyebrang, satu persatu.
Mereka
berusaha mengaitkan kedua tangan dan kaki mereka sambil bergelantungan,
tetapi karena para prajurit belum pernah mengalami latihan semacam ini
sebelumnya, mereka bergerak dengan sangat waspada. Jika mereka mempunyai
cukup waktu mereka akan membagikan perlengkapan pengaman, tetapi Kaisar
tidak mempedulikannya.
Terlebih lagi, permintaan Iskahn agar ia
menyebrang terlebih dahulu langsung ditolak. Mungkin karena tadi malam,
ia menerima hukuman karena membawa Tim Rabbit untuk melawan musuh
seorang diri. Kalian harus mematuhi perintahku. Kata-kata sedingin es
milik kaisar bergema di telinganya.
Dihadapan Iskahn yang sedang
menggeramkan giginya dan menatap kedepan, teman-temannnya yang berada
paling depan akhirnya sampai ke tengah-tengah jembatan tali.
Ia
bisa melihat dari jauh warna kulit perunggu kemerahan dalam dinginnya
pagi ini, keringat mereka terpantul cahaya. Sungguh tugas sulit.
Kemudian.
Hembusan angin kuat mendatangi lembah tersebut.
Pyoooo! Tali tersebut mulai bergoyang ke kanan dan ke kiri.
“AH…!”
Iskahn
berteriak, mengutuk dirinya. Karena keringat menetes di telapak tangan,
beberapa temannya tergelincir dan terjatuh ke jurang.
Teriakan
bergema di lembah. Pemimpin muda Petarung Tangan Kosong menggeramkan
giginya. Itu bukanlah teriakan ketakutan. Teriakan tersebut adalah
teriakan penyesalan tak bisa mendapat kematian terhormat dalam
peperangan, mereka malah dipaksa melakukan tindakan akrobatik menyebrang
seutas tali.
Setelah angin berhenti berhembus, dua orang Petarung dan seorang Dark Knights terjatuh ke dalam kegelapan lembah.
Tetapi para prajurit pemberani dibelakang mereka siap untuk menyebrang. Setiap tiga mel, seorang prajurit baru akan menyebrang.
Semakin
sering angin berhembus, setiap kali itu pula angin tersebut merenggut
nyawa rekan-rekannya. Tanpa ia sadari, kepalan tangan Iskahn berubah
kemerahan.
— Kematian sia-sia.
Tidak, bahkan tak seperti itu. Mereka bahkan tidak mendapat pemakaman yang layak.
Dan
tujuan peperangan ini bukanlah harapan kelima ras Tanah Kegelapan;
melainkan keinginan pribadi Kaisar untuk mendapatkan «Putri Cahaya». Ia
tidak tahu bagaimana meminta maaf pada teman-temannya.
— Cepat, lebih cepat. Kalian semua cepatlah menyebrang, sebelum seseorang mengganggu jalan kalian.
Entah
doa milik si pemimpin sampai pada anak buahnya maupun tidak, ataupun
mereka mulai terbiasa, orang yang berada paling di depan meningkatkan
kecepatan dan akhirnya sampai di ujung. Setelah lima detik berlalu,
seorang lagi sampai di ujung.
Jika terus seperti ini, akan butuh
waktu lebih dari satu jam bagi sepuluhribu pasukan menyebrangi jembatan
tali ini. Dalam waktu selama itu, musuh pasti mengetahui keberadaan
mereka.
Namun sekarang ini ia hanya bisa berharap agar mereka semua bisa selamat sampai seberang.
Matahari naik di langit timur dengan cepat, sinarnya sampai ke tanah.
Berlawanan
dengan kecepatan matahari, jumlah prajurit yang berhasil sampai ke
seberang masih sedikit. Makin banyak yang terjatuh ke dalam lembah,
sedangkan yang berhasil menyebrang jumlahnya naik dari limapuluh menjadi
seratus, duaratus, dan hampir menyentuh angka tigaratus.
Di ujung sana, lima sosok berkuda telah tampak.
Pada
jarak seperti ini, bahkan Iskahn dengan kemampuan penglihatannya tak
bisa melihat musuh yang menunggangi kuda dengan jelas.
— Hanya lima… hanya lima orang? Masih ada waktu sebelum jumlah musuh bertambah.
Penilaian tersebut, lebih tepatnya harapan tersebut hancur seketika.
Kelima
Knights tiba-tiba melaju kedepan lembah dengan kecepatan mengerikan.
Mengenakan pakaian putih, armor berwarna-warni. Dan apa yang membuat
Iskahn sangat khawatir yaitu semangat bertarung musuh sangat hebat.
— Integrity Knight! Kelima-limanya!!
“Serangan musuh!! Bertahan!! Lindungi jembatan tali dengan segala cara!!”
Iskahn berteriak, tak tahu apakah suaranya sampai pada teman-temannya ataupun tidak.
Tampaknya
mendengar perintah tersebut, separuh dari tiga ratus orang yang telah
berhasil menyebrang berkumpul di pasak kayu, membuat formasi melingkar.
Sisanya bersiap menerima serangan.
Musuh yang berjarak seribu
mel dari hutan melaju dengan kecepatan mengerikan karena menggunakan
kuda, mereka berkumpul, mengincar tali di sisi kanan.
Yang
memimpin mereka adalah seorang pria berotot mengenakan pakaian putih. Di
sisi kanannya adalah seorang Knight perempuan yang mengenakan armor
emas. Di sisi kirinya adalah Knight perempuan yang ia pernah lawan,
namanya Sheyta.
Dibelakang mereka bertiga adalah seorang Knight
kecil, dan dibelakangnya sepertinya ada beberapa orang lagi, ia tak bisa
melihat dengan jelas.
Keringat mulai mengucur di tubuhnya, sepuluh Petarung Tangan Kosong berlari kearah mereka.
“URAAAA — !!”
Dengan teriakan semangat, pukulan dan tendangan didilancarkan kearah Knight.
Cahaya, cahaya, cahaya. Banyak kilatan cahaya muncul.
Pancuran darah mengucur ke langit seperti air terjun terbalik. Kepala, kaki dan tangan mereka dengan mudah terpotong.
Lalu.
Cahaya keperakan bersinar terlintas ke udara dari balik tiga Knight.
Cahaya
tersebut membentuk lintasan diatas kepala para Petarung — terbang lurus
menuju tali paling kanan sambil diiringi banyak prajurit yang
berjatuhan —
“TIDAKKK — !!”
Iskahn menutupi telinganya, bukan karena suaranya sendiri, melainkan terganggu oleh suara potongan yang terdengar.
Tali telah terputus, menari di udara seperti ular raksasa.
Puluhan prajurit terlempar seketika dan jatuh ke dalam lembah.
Pemandangan ini terekam oleh mata lebar miliknya, Iskahn merasakan kata-kata yang keluar dari bibirnya yang mati rasa.
“Apakah ini… peperangan? Bisakah kau sebut ini perang?”
Disampingnya, Dampe juga kehilangan kata-kata.
Dipaksa
untuk menyebrang menggunakan tali, bawahannya bahkan tak bisa menahan
serangan musuh, setelah berlatih lama untuk menghancurkan tanah, mereka
bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan hasil latihan mereka.
Bagaimana ia akan menjelaskan pada orang tua juga anak-anak
mereka yang menunggu di kampung halaman? Mereka tidak tewas secara
terhormat dalam peperangan — tetapi mereka menghilang tertelan bumi
tanpa mendapat luka ditubuh mereka. Bagaimana ia akan menjelaskan hal
seperti itu?
Mematung ditempat, telinga Iskahn berbunyi nyaring oleh penyesalan teman-temannya.
Aku akan membalaskan dendam kalian semua. Jadi maafkan aku. Kumohon maafkan aku.
Bahkan ketika ia berbisik dalam hatinya, Iskahn tak bisa menyalahkan siapa yang bertanggung jawab atas masalah ini.
Menghadapi
musuh yang jumlahnya lebih banyak dari mereka, para Integrity Knight
telah mengerahkan segenap kemampuannya. Memohon mereka untuk berhenti
menyerang hingga setiap orang berhasil menyebrang sungguh tak mungkin.
Di sisi lain, musuh gigih untuk mengambil kesempatan ini dan hanya
mengirimkan lima orang sungguh luar biasa.
Lalu siapa?
Siapa yang harus membayar kematian para prajuri?
Pemimpin mereka, yang hanya bisa mengepalkan tangan dan berdiri seperti orang bodoh?
Ataukah —
Tiba-tiba,
rasa sakit yang menyiksa di mata kanan Iskahn membuat ia semakin
menggeramkan gigi. Darah merah mengaburkan penglihatannya. Namun
dihadapannya, dua lagi jembatan tali terputus dan menari di udara.
* * *
Dalam sesaat, tiga dari sepuluh jembatan tali telah rusak.
Gabriel Miller menonton dari bagian belakang, ia menyangga pipinya
menggunakan tangan. Tampak bosan.
Seperti yang ia duga, dalam
hal AI, Unit dari Kerajaan Manusia masih lebih unggul. Tidak, dalam
situasi ini, ia bisa melihat perbedaan yang sangat mencolok. Termasuk
pertarungan semalam, pasukan Tanah Kegelapan hampir unggul namun
seketika mengalami kekalahan besar. Tak peduli bagaimana ia berpikir,
peperangan ini tidak seperti permainan simulasi yang pernah ia mainkan
melawan CPU.
Hasil peperangan yang Gabriel ikuti ini menunjukkan
kekalahan lebih dari 70%. Tetapi ia tidak menunjukkan ketidaksabaran
sedikitpun.
Bahkan ketika ia melihat ratusan pasukan utama dihabisi, ia hanya menunggu. Menunggu «saat itu».
Pada
waktu ini, Critter yang berada dalam ruang kendali utama Ocean Turtle
telah menurunkan ratio FLA menjadi 1:1, sebuah tindakan yang
menyelaraskan waktu di dunia ini dengan dunia nyata. Ia memerlukan cukup
waktu untuk mengurangi kecepatan dan juga agar tidak diketahui pekerja
RATH yang memantau Underworld.
Pada saat yang sama, melalui
jaringan satelit, ia telah mengirimkan sebuah URL kedalam
website-website video game berskala besar di Amerika. Link tersebut
menuju sebuah website yang Critter ciptakan dengan cepat.
Di website tersebut, sebuah iklan dengan spesial efek berwarna darah mengumumkan:
Sebuah VRMMO terbaru kini terbuka secara terbatas untuk melakukan closed beta.
Permainan PvP pembunuhan pertama di dunia.
Avatar manusia. Tidak ada level, tidak ada batasan moral.
Pengguna yang melihat kata-kata tersebut terpukau akan aturan perusahaan yang seperti itu.
Sekarang
— Juli 2026, karena merupakan bagian gerakan anti terorisme, VRMMO
Amerika telah mengalami dampak pembatasan peraturan. Bahkan bagi para
pengembang game indie yang menggunakan paket softwere The Seed, jika
game mereka belum di review oleh badan penilai dan belum menerapkan kode
moral, menjalankan servernya saja sangat sulit.
Terlebih lagi,
tindakan brutal sangat dilarang; jika pengembang ingin menambahkan
konten «pemotongan bagian tubuh», karakternya harus berbentuk serangga.
Pembatasan seperti ini lebih buruk daripada di Jepang dimana tempat
lahirnya VRMMO, hal tersebut membuat pemain Amerika frustasi. Dan
tiba-tiba sekarang ini, sebuah pengumuman closed beta misterius muncul
tiba-tiba.
URL telah disebarkan melalui SNS, dan orang-orang
mendownload, mengkopi, me-reupload dengan koneksi yang sangat cepat.
Dalam beberapa jam saja, jumlah AmuSpheres yang terhubung dengan client
yang Critter ciptakan telah mencapai koneksi tigapuluhribu.
Rencana terbesar Gabriel yaitu memasukkan orang-orang dunia nyata.
Ia
memberikan akun Dark Knight yang ada di Tanah Kegelapan kepada seluruh
pemain yang ada di Amerika, membiarkan mereka terhubung ke dalam
Underworld untuk membuktikan kemampuan bertarungnya.
Bahkan Kikuoka Seijirou, pemimpin RATH, ataupun pengembang Underworld, Higa Takeru tak akan bisa memimpikan situasi macam ini.
Struktur
yang ada dalam Underworld hanyalah paket softwere VRMMO The Seed yang
ditingkatkan. Jika itu sebuah game yang terbentuk oleh poligon, siapapun
bisa log in selama mereka memiliki AmuSphere, mereka akan bisa
menyentuh objek — ataupun membunuh pemain lainnya.
Tak ada yang bedanya siapapun yang akan terbunuh baik itu orang-orang dari Dunia Nyata maupun penduduk Underworld.
Bagian 7
Rencana rahasia Gabriel dan Critter benar-benar diluar bayangan teknisi RATH.
Di sisi lain, bahkan jika mereka mengetahuinya, tak ada cara untuk memotong koneksi satelit jika ruang kendali sedang dikuasai.
Tetapi ketika Critter mengirimkan URL, seseorang berhasil menyadarinya.
Dari
dalam terminal portable yang dibawa Yuuki Asuna, Top-Down AI yang
sedang mengamati kondisi dalam Ocean Turtle — Yui, ia berhasil menyadari
pengumuman dalam website dan dengan cepat mengungkap rencana Gabriel.
Ia
mencari cara untuk mengirim tanda peringatan ke ruang sub kontrol yang
terkunci, tetapi terminal milik Asuna tertinggal di kabin miliknya, tak
peduli seberapa keras ia membunyikan ringtone terminal, tak ada
seorangpun yang bisa mendengar.
Harapan terakhir, Yui hanya bisa
menarik kesadaran dirinya untuk kembali ke jepang dan mengirimkan
sinyal dari terminal portable yang lain.
* * *
Asada Shino,
seorang gadis SMA di dunia nyata dan juga seorang sniper elit di dunua
virtual terbangun karena terkejut, ia melompat dari tempat tidurnya di
apartemen.
Jam kamarnya masih menunjukkan pukul 3:00 AM.
Meskipun ia terbiasa bangun di jam seperti ini, ia tidak begitu
mengantuk. Alasan ia cepat-cepat bangun adalah ia mendengar ringtone
panggilan milik Kirigaya Kazuto.
Apakah ini Kirito, yang memanggilnya dalam ketidaksadaran?
Perlahan menekan tombol terminal dan mengarahkan ke telinganya, ia mendengar suara seorang gadis kecil yang ketakutan.
“Sinon-san, ini Yui!”
“Eh… Y-Yui?”
Tentu
saja ia tahu «putri» Kirito dan Asuna — seorang kecerdasan buatan Yui.
Seminggu yang lalu ketika ia mendiskusikan hilangnya Kirito bersama
Asuna dan yang lain, ia menyaksikan sendiri kecepatan memproses
informasi dan banyaknya ekspresi yang muncul dari Yui.
Tetapi,
memanggil langsung menggunakan telepon benar-benar diluar nalarnya;
Shino tak bisa berkata-kata sebentar. Sebuah suara terburu-buru namun
merdu sampai di telinganya:
“Aku akan menjelaskan detailnya
nanti. Bersiaplah keluar rumah dan ambil taxi. Aku akan mengirim tujuan
rute terdekat ke terminalmu. Pertama-tama, aku akan memasukkan biaya
taxi ke rekening elektronik milik Sinon-san.”
Lalu, suara nyaring terdengar. Terminal milik Shino menandakan adanya uang masuk.
“Hah… T-Taxi? Kemana…?”
Shino
berdiri seperti yang Yui perintahkan, melepaskan pakaian tidurnya dan
bertanya pada Yui. Tetapi perkataan Yui membuat kesadaran Shino
terbangun seluruhnya bagaikan tersiram air es.
“Kumohon cepatlah. Papa dan Mama dalam bahaya!!”
* * *
“B… Bahaya?! Onii-chan dan Asuna-san?!”
Seorang
gadis SMA dan seorang swordswoman, juga adik perempuan Kirigaya Kazuto,
Kirigaya Suguha berteriak ketika mengancingkan celananya.
“Leafa-san, kamu akan membangunkan bibi Midori jika terlalu keras.”
Mendengar suara pelan dari dalam terminal, Suguha cepat-cepat menutup mulutnya.
“Ya…Ya. Hei… ini bertama kalinya aku menyelinap selarut ini …”
“Sangat
disesali, tetapi tak ada waktu untuk menjelaskan pada obaa-sama.
Tinggalkan saja sebuah pesan di server rumah jika kamu menghadiri
aktivitas club di pagi hari.”
“O… Oke. Wow… Yui benar-benar perencana yang hebat.”
Suguha
memuji ketika ia selesai berpakaian. Ia menuruni tangga dengan pelan,
lalu menjangkau pintu rumah. Meskipun mereka tinggal di rumah bergaya
jepang kuno, sistem keamanan rumah masih menyala di malam hari, tetapi
tampaknya alarm telah rusak.
Setelah Kazuto menghilang, ibunya
pulang cepat setiap hari. Merasa bersalah atas tindakannya, Suguha
mengepalkan kedua tangannya dan meminta maaf sebellum meninggalkan
halaman rumah.
— Maaf, ibu. Aku akan menyelamatkan onii-chan.
Setelah
sampai di jalan, sebuah taxi menghampirinya. Mungkin taxi yang telah
dipesan oleh Yui secara online. Meskipun si pengemudi sedikit terkejut
atas usia Suguha, setelah menjelaskan jika saudaranya sedang sakit, lalu
ia memandang terminalnya dan berkata:
“Um… Tolong menuju pelabuhan Tokyo.”
Ia seharusnya tidak menyebutkan terlalu rinci jika tujuannya adalah “Roppongi”
* * *
Higa Takeru merasa Bar Energi miliknya berkurang setelah terjatuh dari meja kerja, ia membuka matanya.
Setelah
memaksa berkedip beberapa kali, ia memastikan waktu pada jam dinding.
Masih ada beberapa menit sebelum pukul 4:00 AM di Waktu Standar Jepang.
Menatap disampingnya, ia melihat teknisi RATH memandang ruang sub
kontrol dengan ekspresi lelah.
Professor Koujiro Rinko duduk
pada kursi di ruang console, kepalanya terangguk-angguk karena ngantuk.
Letnan Kolonel Kikuoka tidak tertidur, tatapi mata miliknya yang sedang
memandang monitor utama dari balik kacamata hitam, mata miliknya telah
kehilangan ketajamannya.
Disisi lain, empat teknisi tergeletak
bagaikan mayat pada matras di dekat dinding. Mempertimbangkan jika ada
Petugas Pertahanan diantara Pasukan Pertahanan yang mungkin membocorkan
informasi, Kikuoka telah menugaskan mereka untuk menjaga dinding anti
tekanan dibawah ruang sub kontrol.
Setelah mereka diserang oleh kelomppok bersenjata, empatbelas jam telah terlewat.
Sepuluh
jam masih tersisa sebelum Kapal Penghancur Aegis «Nagato», yang menjaga
mereka dari kejauhan — atau begitulah semestinya — akan mulai menyerang
Ocean Turtle. Dalam kondisi semacam ini, mereka menunggu sangat lama.
Bahkan lebih lama dibanding waktu yang berlalu di Underworld.
Sepuluh
jam berlalu sejak Yuuki Asuna masuk menggunakan Super Account 01.
Menghitung kecepatan akselerasi satu banding seribu, seharusnya sudah
terlewat sepuluhribu jam di Underworld — lebih dari setahun. Tetapi
masih belum ada kabar apakah misi melindungi Alice telah gagal maupun
sukses.
“Apakah sangat jauh… jarak antara Kerajaan Manusia menuju Altar Ujung Dunia …”
Higa memprotes, pikirannya merekonstruksi peta Underworld yang agak mirip dengan logo RATH — kemudian.
Telepon di ruang console berdering pi pi pi, pi pi pi. Higa meloncat tanpa berpikir.
“Ki… Kiku-san, teleponnya.”
Bertanya-tanya apakah ada yang terjadi di lantai bawah, ia mengingatkan komandan.
Menatap telepon, sosok yang mengenakan pakaian khas Hawai mulai mengangkat telepon, lalu berbicara.
“Ruang sub kontrol, ini Kikuoka!”
Meskipun
suaranya agak serak, ia masih bisa menjawab. Setelah sesaat, suara
datang dari telepon — bukan suara Kapten Nakanishi, yang bertugas
sebagai Petugas Pertahanan, tetapi yang muncul adalah suara seorang
pemuda.
“Uh, um, ini markas besar RATH yang mengembangkan STL … Benar kan? Aku Hiraki dari Cabang RATH Roppongi…”
“Hah? R-Roppongi?”
Menunjukkan rasa hormat pada Kikuoka, ini adalah situasi yang benar-benar diluar dugaan. Higa juga merasa hal yang sama.
Mengapa
cabang Roppongi mengontak disaat seperti ini? Teknisi disana tidak
mengetahui jika RATH sebenarnya hanyalah kamuflase pengembang bisnis
virtual yang beroperasi dengan budget pemerintah, markas besarnya tidak
berada di kepulauan Jepang melainkan di samudra Pasifik, dan Project
Alicization seharusnya terdengar asing bagi mereka.
Tentu saja,
mereka tidak tahu jika RATH sedang diserang oleh musuh. Cabang Roppongi
hanyalah kamuflase pengembangan mesin STL, hanya kulit terluar
organisasi.
Benar… STL…
Tiba-tiba, suatu perasaan mengalir di pikiran Higa, tetapi Kikuoka berbatuk sebelum Higa berhasil menyadari pikiran tersebut.
“Ah, ahh, ya. Aku Kikuoka dari markas pusat pengembangan STL.”
“Ah,
hallo, hallo! Kita pernah bertemu sebelumnya. Lama tak jumpa, saya
Hiraki. Sungguh terhormat bisa menjadi direktur pengembang di sini
karena ditunjuk anda!”
— Tak perlu basa-basi, langsung ke inti saja!!
Higa berteriak dalam hati. Kikuoka memasang ekspresi yang sama, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar ramah.
“Ah, selamat dan terima kasih atas kerja kerasmu, direktur Hiraki. Ini masih malam, apa kau lembur?”
“Tidak,
aku hanya ketinggalan kereta karena aku mabuk. Ini semua karena lokasi
kantor kita. Oh, Roppongi. Ah, jangan katakan pada bos ya, heh heh.”
— Kau sedang bicara sama bos! Posisi paling atas! Katakan masalahmu sekarang!!
Entah perkataan hati Higa sampai pada si penelpon atau tidak, Hiraki menghentikan basa-basinya lalu mengubah nada bicaranya.
“Ah
— benar, ini… kita punya masalah, itu… ada hal yang aneh. Sekarang ini,
seseorang tiba-tiba muncul diluar tanpa ada janji …”
“Di luar? Seorang klien?”
“Bukan, tidak ada hubungannya… Anu, mereka seperti seorang gadis SMA, yang lebih parah ada dua gadis…”
“HAH?!”
Kikuoka dan Higa, juga Professor Koujiro yang kini telah berdiri berteriak bersamaan.
“Gadis… Gadis SMA?”
“Yeah.
Aku coba mengusir mereka, karena aturan perusahaan yang sangat ketat,
kau tahu kan aturannya. Tatepi… hal-hal yang mereka ocehkan, membuatku… “
Pada kata-kata bingung Hiraki, bahkan Higa kini juga ikut
berdiri, kedua tangannya memegang console. Sekali lagi, Kikuoka
menguatkan tekadnya dan bertanya tegas:
“Jadi, apa yang mereka katakan?”
“Aku
mengingatnya seperti ini, segera hubungi Kikuoka Seijirou di markas
pusat RATH, dan suruh dia: konfirmasi ratio kecepatan FLA di Underworld
sekarang… itu yang mereka katakan.”
“Ap… Apppaaaaa?!”
Kedua pria yang ada di ruang ini berteriak hampir bersamaan.
Mengapa
gadis SMA dari luar tau kata-kata tersebut?! kata-kata tersebut
bukanlah hal yang biasa bagi orang-orang yang tidak mengenal Project
Alicization.
Higa, mulutnya terbuka, lalu bertukar pandang
dengan Kikuoka dan secara otomatis menoleh ke console, jari-jarinya
mengetik di keyboard.
Di layar hitam monitor, ratio kecepatan saat ini yang muncul adalah.
x 1.00.
“Gh… Satu?! Kapan ini terjadi?!”
Higa berbalik, bernafas berat, seketika Kikuoka berteriak keras pada telepon.
“Katakan… Nama. Apakah gadis-gadis itu menyebutkan nama mereka?”
“Ah,
ya. Itu lucu… Mereka mengatakan namanya, tetapi sepertinya bukan nama
asli. Mereka berkata padaku untuk mengatakan pada Kikuoka-san jika
mereka adalah ‘Sinon’ dan ‘Leafa’. Mereka orang jepang kok.”
Clack.
Suara keras terdengar karena baki yang dipakai di kaki kanan Kikuoka terjatuh ke lantai.
* * *
Hanya
setelah kunci otomatis cabang RATH di Roppongi terbuka, Asada Shino
serta Kirigaya Suguha masuk, apakah Yui merasa sedikit lebih tenang.
Dalam hal ini, ia menghembuskan nafas lega dan juga ia sedang menggunakan kekuatannya untuk menjalankan tugas lain saat ini.
Yui
menyadari jika untuk mencapai tujuannya akan menemui berbagai
rintangan, karena hal semacam ini tak bisa ia lakukan seorang diri.
Tetapi pada saat yang sama. Jika ia gagal, orang yang dicintainya, Kirito dan Asuna, akan berada dalam bahaya besar.
Menarik kesadarannya dari portable terminal milik Shino, Yui memandang keempat peri yang ada disekitarnya.
Yui
dan yang lainnya sedang berada didalam VRMMORPG — «ALfheim Online», di
kamar milik Kirito dan Asuna pada lantai 22 New Aincrad.
Dihadapan
Yui yang sudah berubah menjadi Pixie Navigasi, adalah Ras Cait Sith
Silica dengan ciri khas telinga segitiga dan gigi taring kecilnya.
Disampingnya dengan rambut pink adalah Lisbeth, ras Leprechaun.
Mencondongkan
sikunya di meja dengan jarak agak jauh, rambut merah berdirinya diikat
dengan bandana adalah Klein, seorang ras Salamander. Dan disampingnya
adalah pria besar berkulit coklat sedang menyilangkan tangannya, ia
adalah Agil, ras Gnome.
Mereka berempat adalam pemain VRMMO,
juga dikenal sebagai SAO survivor yang telah hidup di dalam permainan
kematian bernama «Sword Art Online», mereka juga teman dekat Kirito dan
Asuna. Meskipun ini masih sangat pagi, seketika mereka menerima
panggilan Yui, mereka cepat-cepat masuk kedalam ALO, mereka telah
mendengar penjelasan dari Yui.
Mengencangkan bandana yang menutupi dahinya, Klein mengomel dengan nada serius:
“Sialan…
si idiot itu selalu masuk dalam masalah besar… suatu dunia virtual yang
diciptakan oleh Pasukan Pertahanan, dan juga seorang kecerdasan buatan
asli yang bernama «Alice» muncul di dunia itu? Itu melebihi kadar sebuah
game.”
“Mereka yang disebut kecerdasan buatan bukanlah seperti
NPC dalam game … tetapi keberadaan yang setara dengan manusia seperti
kita?”
Lisbeth bertanya. Yui berbalik padanya dan mengangguk kuat.
“Ya,
itu benar. Struktur perintah milik Alice benar-benar berbeda dari AI
sepertiku; ia memiliki jiwa. Dikenal juga dalam RATH sebagai «Fluctlight
Buatan».”
“Dan mereka akan memasukkannya kedalam mesin untuk berperang …”
Memandang Yui dan naga kecil Pina yang meringkuk di kakinya, Silica mengerutkan alisnya.
“Sebenarnya,
RATH bermaksud untuk menunjukkan AI sebagai teknologi untuk berperang…
tetapi menurut pendapatku, para penyerang yang menduduki Ocean Turtle
memiliki rencana tersendiri.”
Pada perkataan Yui, Klein menunjukkan wajah terkujut:
“Siapa mereka, para penyerang.”
“Ada 98% kemungkinan jika para penyerang tersebut memiliki hubungan dengan Militer USA ataupun badan intelegence USA.”
“Militer USA…?! Pasukan Amerika?!”
Yui mengangguk pada Lisbeth yang juga terkejut.
“Jika
Alice jatuh ke tangan militer Amerika, hari dimana ia akan dimasukkan
kedalam mesin perang akan lebih cepat terjadi. Papa dan Mama mungkin
sedang berusaha mencegah hal itu terjadi semampu mereka. Karena…
Karena…”
Tiba-tiba, Yui menjadi bingung akan efek emosi yang dihasilkan softwere miliknya.
Cairan mulai menetes di wajahnya.
Air mata.
— Aku menangis. Tetapi, mengapa…?
Sambil kebingungan atas hal ini, Yui mengepalkan kedua tangannya di depan dada lalu melanjutkan berbicara:
“Karena,
Alice adalah bukti yang dicari sejak SAO dimulai, setiap dunia VRMMO
dan banyak orang-orang hidup didalamnya, dan juga hasil dari pengolahan
banyak sumber daya. Aku yakin. Tujuan diciptakannya paket softwere The
Seed adalah demi lahirnya Alice.”
Keempat orang mendengarkan penuh konsentrasi. Air mata Yui mengalir tanpa henti ketika ia melanjutkan:
“…
Itu karena, diantara banyaknya dunia yang saling terhubung, tawa,
tangis, kesedihan, dan cinta banyak orang … cahaya jiwa mereka
terpantul, jadilah jiwa manusia bisa lahir di dalam Underworld. Alice
terlahir karena Papa, Mama, Leafa-san, Klein-san, Lisbeth-san,
Silica-san, Agil-san, Sinon-san… dan dari jiwa banyak orang!”
Yui menutup mulutnya, tak ada orang yang berbicara untuk sesaat.
Yui
tak bisa menebak pikiran dan emosi dari orang-orang disekitarnya.
Seorang AI yang hanya memiliki informasi tanpa adanya emosi, dan juga ia
tak bisa menciptakan emosi sesungguhnya. Tak ada siapapun yang memahami
selain dirinya sendiri.
Ya, keinginan kuat untuk melindungi
Kirito dan Asuna, juga orang-orang yang ia sayangi menjadi sumber kode
di dalam mental health counseling program miliknya.
Apa yang ia
katakan hanyalah kata-kata sederhana dari informasi yang ia peroleh, ia
tak yakin apakah bisa mempengaruhi hati manusia. Sebelum pertemuan ini
terjadi — Yui takut akan hal semacam ini seketika ia meninggalkan Ocean
Turtle dengan tugas yang ia emban.
Jadi ketika ia melihat air mata mengalir dari mata Lisbeth, Yui mengalami keterkejutan.
“Y… Ya. Semuanya terhubung. Waktu, orang-orang, seperti sebuah sungai.”
Silica, matanya menjadi berair, ia berdiri di depan Yui dan memeluknya dengan kedua tangan.
“Jangan khawatir Yui. Kami akan membantu Kirito dan Asuna. Kumohon, jangan menangis lagi.”
“Yup. Jangan perlakukan kita seperti orang asing, Yui-ppe. Tak mungkin kita akan meninnggalkan Kirito.”
Klein menyentak bandana-nya kebawah, ia setuju. Agil mengangguk sidampingnya, dan mengungkapkan kesetujuannya:
“Kami masih berhutang banyak padanya. Kali ini giliran kita untuk membayar.”
“… Semuanya…”
Dipeluk oleh Silica, Yui hanya bisa mengucapkan satu kata.
Karena ia tak bisa menghentikan tangisan yang mengalir beberapa saat lalu.
—
Banyak waktu yang diperlukan untuk mengatakan kata-kata. Aku masih
memiliki banyak hal untuk dikatakan. Dalam hal tindakanku, aku
seharusnya bisa memproses informasi dengan tenang. Apakah sirkuit emosi
buatanku telah rusak?
Tetapi Yui terlalu terikat oleh kode yang
membatasi hidupnya selama ini, ia hanya bisa mengulangi kata-kata yang
sama ketika ia menangis.
“… Terima kasih semuanya … Terima kasih semuanya …”
Setelah
beberapa menit berlalu, Yui berhasil menahan tangisnya dan menjelaskan
situasi saat ini kepada keempat pemain dan apa yang harus ia lakukan
selanjutnya.
Situasinya adalah para penyerang telah menguasai
Ocean Turtle, mereka telah membuat pengumuman dalam sebuah website untuk
merekrut pemain lainnya. Mereka berharap pemain yang tertarik dalam
website tersebut akan mulai bermunculan dalam jumlah besar di
Underworld.
Klein mengangkat alisnya dan berbicara dengan nada seriu:
“Setidaknya
akan ada tigapuluh ribu pemain dari Amerika … bahkan mungkin seratus
ribu lebih… Bagi mereka, Kirito juga Asuna, serta pasukan Kerajaan
Manusia beserta Alice hanyalah target PvP.”
“Bagaimana jika kita
mengikuti postingan di website permainan Amerika? Mengungkap eksperimen
dan penyerangan yang terjadi, lalu memancing mereka ke alamat URL palsu
… Bagaimana menurut kalian?”
Atas saran langsung Lisbeth, Yui menggelengkan kepalanya secara perlahan.
“Kenyataan
situasi ini adalah pasukan rahasia Jepang dan Amerika sedang melakukan
kontak serangan. Jika kita mengungkap hal tersebut, mungkin akan
berdampak sebaliknya.”
“‘Musuhmu itu manusia asli, jadi jangan
sakiti mereka’… Jika kita menulis seperti itu, mungkin hanya akan
menimbulkan masalah lebih, huh.”
Silica berbisik suram.
Suasana diam tiba-tiba dipecahkan oleh suara penuh energi milik Klein.
“Hei,
mari kita melawan juga! Jumlah pengguna internet di sini tidak kalah
dibanding Amerika. Ayo kita ciptakan website closed beta kita sendiri,
um… RATH atau apalah harus menyiapkan beberapa akun, dan kita akan
memiliki tigapuluh bahkan empatpuluh ribu pemain seketika!”
“Tetapi ada sedikit kendala.”
Agil berkata pelan, kedua tangannya masih disilangkan.
“Masalah apa itu?”
“Perbedaan
Waktu. Waktu di Jepang masih pukul 4:30 AM, itu berarti hanya sedikit
pemain yang online. Dilain pihak yaitu Amerika, sudah puluk 12:30 PM di
Los Angeles, dan 3:30 PM di New York. Dalam hal jumlah pemain yang bisa
online, pihak musuh memiliki keuntungan.”
“Hnnn……”
Klein berguman, seolah baru saja menyadari perbedaan waktu ini.
Yui mengangguk, karena memikirkan hal yang sama.
“Agil-san
benar. Selain masalah perbedaan waktu, kita memiliki sedikit pemain
VRMMO, jadi untuk merekrut orang-orang akan lebih lamban, yang berarti
kita tak mungkin mengumpulkan sepuluh ribu pemain. Dengan kata lain,
jika kita menggunakan akun yang memiliki level yang sama dengan musuh,
kesempatan kita bisa menandingi mereka sangat tipis.”
“tetapi,
akun tingkat Dewa seperti yang Asuna gunakan telah tiada kan? Tak ada
waktu untuk meningkatkan level dari awal seperti yang dilakukan Kirito …
Sepertinya kita hanya bisa menggunakan akun terkuat milik RATH dan
melakukan semampu kita …”
Yui menatap Lisbeth yang berbicara dengan ekspresi kaku di wajahnya.
“Tidak…
masih ada banyak akun. Ada akun-akun yang lebih kuat dibandingkan akun
yang digunakan musuh dalam hal level dan equipment.”
“Eh… Di-Dimana?”
“Semua orang memilikinya. Akun-akun yang sedang digunakan semua orang sekarang ini.”
Keempat pemain penasaran, Yui mulai menjelaskan detail rencananya.
Ia tahu ia harus meminta mereka melakukan pengorbanan — lebih tepatnya, ia meminta separuh diri mereka.
Tetapi pada saat yang sama, Yui yakin jika orang-orang tersebut akan setuju.
“—
Konversi Akun! Kalian berempat dan banyak pemain VRMMO lainnya akan
mengubah karakter yang telah dilatih dalam banyaknya dunia yang
diciptakan oleh The Seed, lalu mengirim akun-akun tersebut menuju
Underworld!”
(Alicization Exploding Selesai)
Catatan Pengarang
Terima
kasih semuanya telah membaca seri ke 16 Sword Art Online, [Alicization
Exploding], yang diterbitkan setahun setelah seri sebelumnya.
Sejak
pertempuran di Katherdal Pusat berakhir, cerita-nya kini telah
berkembang dari Kerajaan Manusia menuju seluruh Underworld… Aku meminta
maaf telah membuat kalian menunggu sangat lama. Di seri ini, Asuna
akhirnya turun ke medan perang, dan seperti karakter lainnya yang ikut
ke medan peperangan. Jadi mulai sekarang, aku harap aku bisa
mempertahankan tahapan ini sampai akhir Alicization arc. Setelah
dilindungi hampir seluruh seri, Kirito-shi mungkin akan melakukan
aksinya di seri selanjutnya. Aku sudah tak sabar!
Sub judul
[Exploding] ditambahkan berdasarkan berbagai macam referensi ledakan dan
terbakar yang terjadi di seri ini. Meskipun namanya merupakan singkatan
seperti [Beginning] dan [Turning], kata-kata tersebut semakin panjang
akhir-akhir ini, jadi aku ingin menyingkat nama sub judul di seri
selanjutnya. Dibawah, aku akan mendiskusikan alur cerita seri ini
sedikit saja. Separuh awal seri ini berjudul [Peperangan Underworld],
dan judul itu diberikan karena peperangan dimulai oleh beberapa aksi
petarungan berbagai macam karakter. Kerenanya, aku mengubah pola
menulisku dari orang ke tiga menjadi sudut pandang yang disebut “sudut
pandang orang ketiga yang mengetahui segalanya”. Kumohon maafkan aku
jika kalian kebingungan karena munculnya informasi yang tak diketahui
oleh karakter utama!
Meskipun aku ingin menjelaskan kondisi
diriku sendiri, hidup sudah menjadi normal belakangan ini, tidak ada
topik yang perlu dibahas … aku belum pernah memainkan game MMORPG
setahun ini. Aku ingin memulai sesuatu yang baru yang ingin aku lakukan
sejak lama, jadi aku mencoba memaikan game open-world RPG asal barat di
PS4, dan wow, gamenya mengagumkan. Petanya terlalu luas, terlalu banyak
kebebasan, jadi setelah berjalan-jalan lama aku melupakan main
quests-nya. Aku sangat yakin jika aku menggunakan HMD5 dan motion
controllers untuk memainkan game semacam ini, aku tak akan bisa kembali
ke dunia nyata! Aku selalu bermimpi jika suatu hari SAO akan menjadi
game semacam ini, tetapi ketika aku memohon producer Futami di Bandai
Namco Entertainment, “Kumohon buatkan seluruh Underworld menjadi game
yang bisa kau jelajahii!”, aku hanya mendapat senyum keheranan.
Akhir
kata, banyak ucapan terima kasih kuberikan. Pada abec-san yang telah
mendesain Asuna versi Stacia yang palinng cantik dan seimut mungkin
(Sheyta, Renri, dan Pemimpin Goblin juga keren!), dan pada Miki-san
sebagai kepala editor yang menemaniku lembur, terima kasih bayak! Sampai
jumpa si seri selanjutnya semuanya!
Suatu hari di bulan Juni 2015
Kawahara Reki.